Instrumen Pembangunan Ekonomi Multidimensional
IAI Al Falah As Sunniyyah Kencong-Jember
[email protected]
Abstrak
Tulisan ini berupaya membahas konsep syariah yang dipakai sebagai
landasan penerbitan sukuk. Konsep islam dalam pembangunan ekonomi
memang tidak hanya konsep growth seperti dalam konvensional, namun
lebih meluas yakni konsep pertumbuhan materiil juga harus
terintegrasi dengan pertumbuhan dimensi spiritual dan moral, inilah
yang disebut dengan konsep tazkiyah an-nafs atau proses penyucian
jiwa (purification). Sebagai salah satu instrumen dana pembangunan
ekonomi, sukuk merupakan opsi yang baik bagi para investor dalam
mengelola keuangan terutama dalam hal manajemen investasi. Secara
garis besar sukuk adalah surat berharga yang diterbitkan bedasarkan
prinsip syariah yang merepresentasikan bukti kepemilikan investor
atas aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk. Adanya fitur
underlying asset menjadi sebuah pembeda yang sangat tajam dengan
obligasi lainnya, hal ini menunjukkan bahwa konsep periilan utang
yang terdapat pada obligasi konvensional dinilai kurang
menguntungkan bagi para investor. Secara keseluruhan, tulisan ini
mengandung misi untuk merperkaya khazanah keilmuan dalam bidang
ekonomi islam dengan berdasarkan kondisi empiris perilaku ekonomi
(economic behavior) penulis pribadi dan masyarakat luas.
Kata Kunci: Sukuk, Tazkiyah an-Nafs, Underlying Asset, Economic
Behavior
Pendahuluan
kemakmuran yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa manusia
sebagai homo economicus,
artinya hidup menurut kepentingan diri sendiri yang terkadang
membuat lupa akan apa
hakikat tujuan dalam hidupnya dan seakan-akan semua hanya
berorientasi pada dunia
semata, pada kondisi seperti ini lah manusia akan mengalami
kekosongan jiwa dan
kehilangan nilai-nilai spiritual. Salah satu cara yang dapat
digunakan untuk permasalah
tersebut adalah melalui proses menyucikan jiwa atau tazkiyah
an-nafs. Metode ini tidak hanya
dapat dilakukan dengan tren-tren tarekat yang cenderung ortodoks
karena nyaris
meninggalkan semua urusan keduniawian, namun juga bisa dengan cara
merekonstruksi pola
pikir dalam berekonomi. Nabi Muhammad SAW mengajarkan pada kita
bahwa manusia
adalah khalifah di bumi yang bertugas memelihara iklim alam,
bekerja dan beribadah untuk
bekal di akhirat kelak.
Manusia hidup dengan segenap potensi alamiah, termasuk adanya
kebutuhan yang
ada pada setiap manusia. Kebutuhan adalah keinginan manusia baik
yang berupa barang atau
jasa yang dapat memberikan kepuasan bagi jasmani maupun rohani
untuk kelangsungan
hidup manusia. Kebutuhan inilah yang mendorong manusia bertindak
termasuk melakukan
berbagai aktivitas dalam kehidupan termasuk aktivitas
ekonomi.1
Dalam ruang lingkup ekonomi modern , sukuk dikenal sebagai suatu
wadah dalam
berinvestasi atau pendanaan jangka panjang yang sesuai dengan
konsep syariah, sukuk dinilai
lebih baik dari pada pembiayaan lain dikarenakan terdapat unsur
kolaborasi dan berparuh
keuntungan dan resiko serta penyertaan asset sebagai dasar
penerbitannya. Sebagai
instrument dana pembangunan ekonomi, peran sukuk sangatlah penting
jika kita mampu
memahami dan menggunakannya dengan bijak sebagai investor.
Dalam referensi lain sukuk/ obligasi syariah diartikan sebagai
obligasi yang
ditawarkan dengan ketentuan yang mewajibkan emiten untuk membayar
kepada pemegang
obligasi syariah sejumlah pendapatan bagi hasil dan membayar
kembali dana obligasi syariah
pada tanggal pembayaran kembali dana pendapatan bagi hasil yang
dibayarkkan pada setiap
periode tertentu (3 bulan, 6 bulan, atau setiap satu tahun).2
Besarnya pendapatan bagi hasil
dihitung berdasarkan perkalian antara nasabah pemegang obligasi
syariah dan pendapatan
yang di bagi hasilkan, yang besarnya tercantum dalam laporan
keuangan konsolidasi emiten
triwulanan yang terakhir diterbitkan sebelum tanggal pembayan
pendapatan bagi hasil yang
bersangkutan.
Apabila berfokus pada konsep investasi perihal sukuk Negara,
terlebih dahulu kita
menyusun alur pemahaman tentang konsep ini yakni upaya pemerintah
dalam pembangunan
ekonomi Negara melalui sukuk serta dalam kaitannya dengan syariah
(Tazkiyah an-Nafs).
Sukuk berasal dari bahasa Arab, yaitu , merupakan jamak dari yang
memiliki
1 Nurul Huda, Ekonomi Pembangunan Islam (Jakarta: Prenada Media
Group, 2015),189 2 Khaerul Umam dan Herry Susanto, Manajemen
Investasi (Bandung: Pustaka Setia, 2017),227
3
pengertian sama dengan sertifikat atau note. Secara umum, sukuk
digunakan untuk
perdagangan internasional di wilayah muslim pada abad pertengahan.
Ia digunakan oleh para
pedagang sebagai dokumen yang menunjukkan kewajiban finansial yang
timbul dari usaha
perdagangan dan aktivitas komersial lainnya. Sejumlah penulis barat
pada abad pertengahan
memberikan kesimpulan bahwa kata sakk merupakan kata dari suara
latin “cheque” atau
“check” yang biasanya digunakan pada perbankan kontemporer.3
Sukuk diartikan sebagai surat berharga yang berisi kontrak (akad)
pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah. Sukuk dikeluarkan oleh
lembaga/institusi/organisasi, baik
swasta maupun pemerintah kepada investor (sukuk holder). Penerbit
sukuk wajib membayar
pendapatan kepada investor berupa bagi hasil ataupun margin atau
fee selama masa akad.
Emiten wajib membayar kembali dana investasi kepada investor pada
saat jatuh tempo.4
Di bawah ini akan dijelaskan pada table beberapa perbedaan dan
persamaan antara
sukuk dengan obligasi konvensional.5
Perbedaan Sukuk dengan Obligasi
No. Karakteristik Sukuk Obligasi
2 Representasi Kepemilikan
Berupa utang
Representasi share of assets Representasi penjualan utang
4 Basis pendapatan Berbasis pada income
5 Variabilitas pembayaran pendapatan
Bersifat variable, tetapi ada yang bersifat tetap, yaitu yang
bersumber dari fee atau sewa pada ijarah
Bersifat tetap
6 Hak istimewa Tidak ada pihak yang memiliki hak istimewa
Ada yang memiliki hak istimewa seperti kesempatan pertama membeli
sekuritas yang diterbitkan
7 Resiko Tidak bebas resiko Bebas resiko
8 Prioritas bagian likuidasi
Persamaan Sukuk dengan Obligasi
3 Nurul Huda dan Mustofa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal
Syariah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), 136 4 Muhamad
Nafik, bursa Efek dan Investasi Syariah (Jakarta: Serambi, 2009) 5
Ibid, 247
4
2 Marketable Marketability Marketability
4 Perioderisasi pembayaran pendapatan
Pembayaran pendapatan secara periodik
Pembayaran pendapatan secara periodik
5 Variabilitas pembayaran pendapatan
Ada yang bersifat tetap, yaitu bersumber dari fee atau sewa pada
ijarah
Bersifat tetap
6 Jaminan aset Dijamin oleh aset khususnya aset usaha yang
dibiayai
Dijamin oleh aset perusahaan
7 Konversi menjadi saham
DISKUSI DAN ANALISIS
Beberapa Majma’ Fiqh internasional yang diakui eksistensinya telah
membahas dan
menetapkan haramnya mengeluarkan obligasi berbunga atau bermuamalah
dalam obligasi
tersebut dengan cara apapun. Di antara keputusan itu adalah
keputusan muktamar ke enam
Majma al-Fiqh al Islami di Jeddah Tahun 1410H.6 Muktamar tersebut
mengeluarkan
keputusan nomor: 62/11/6 tentang obligasi sebagai berikut:
1. Bond (obligasi) yang mencerminkan kewajiban pembayara atas harga
obligasi beserta
bunga atau disertai manfaat yang diisyaratkan adalah haram secara
Syar’I, baik dari
segi pengeluaran, pengeluaran, maupun pengedarannya. Karena hal itu
merupakan
pinjaman ribawi, sama saja apakah pihak yang mengeluarkannya adalah
perusahaan
swasta atau perusahaan umum milik pemerintah dan tidak ada
pengaruhnya apakah ia
dinamakan sebagai sertifikat investasi (investment certificate),
tabungan atau penambahan
bunga tersebut dengan keuntungan, komisi atau yang lainnya.
2. Diharamkan juga zero coupon bond (as-sanadat dzat al-kubun
ash-shafari), karena ia
termasuk pinjaman yang dijual dengan harga lebih murah dari harga
nominalnya,
pemiliknya mengambil keuntungan dari perbedaan tersebut yang
diperhitungkan
sebagai diskon bagi obligasi tersebut
6 Umi Karomah, Investasi Syariah (Yogjakarta: Kreasi Wacana, 2008),
346-347
5
3. Begitu juga bong (obligasi) berhadiah, hukumnya haram karena
termasuk pinjaman
yang diisyaratkan di dalamnya manfaat atau tambahan nisbah bagi
kelompok pemberi
pinjaman atau sebagian dari mereka dengan tidak ditentukan
orangnya, apalagi ia
menyerupai perjudian.
Berdasar pada kajian dari para ulama’ dapat dirumuskan dasar-dasar
filosofis
pembangunan ekonomi Islam, yaitu tauhid, khalifah, keadilan, dan
tazkiyah. Adapun
penjabaran dari dasar-dasar filosofis tersebut akan dijelaskan di
bawah ini:
1. Tauhid mengandung implikasi bahwa seluruh makhluk hidup dan alam
semesta
diciptakan oleh Allah SWT, karena itu tidak mungkin jagat raya ini
dengan sendirinya
atau muncul secara kebetulan. Ketika manusia masih berada di alam
arwah, mereka
berjanji akan senantiasa beriman kepada Allah SWT. Namun Allah akan
selalu
menguji kebenaran janji mereka selama hidup di dunia, sebagai bukti
keteguhan iman
manusia kepada Penciptanya. Hal ini ditegaskan dengan ikrar
kesaksian pada ke-
tauhidan makhluk-makhluk-Nya:
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman):
"Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban
kami), Kami
menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan
Tuhan)". (QS, al-Araf: 172)7
Selanjutnya, dengan bekal akal dan pengetahuan yang didasarkan pada
wahyu (Al-
Quran dan al-Hadis) yang diberikan Allah kepada manusia, manusia
diperintahkan
mengamati dan memahami segala fenomena alam, sebagai salah satu
bukti kebenaran
Al-Quran dan keberadaan Allah SWT sebagai pencipta.
7 Alquran Surat al-Araf ayat 172
6
Artinya: “ (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam
keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata):
"Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau, Maka
peliharalah Kami dari siksa neraka”. (QS. Ali Imran: 191)8
Artinya: “ Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang
ada antara keduanya
tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir,
Maka celakalah orang-
orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka”. (QS. Shaad: 27)
9
2. Manusia : Khalifah fi al-Ardh
Adapun dasar dari filosofis ekonomi islam menyatakan bahwa fungsi
manusia baik
dalam konteks individu maupun anggota masyarakat adalah sebagai
khalifah Allah di
muka bumi. Inilah kelebihan konsep pembangunan islam dari
konsep-konsep
lainnya, dengan mendudukkan peranan manusia pada tempat yang tinggi
dan
terhormat, tetapi sangat bertanggung jawab. Manusia adalah wakil
Allah di muka
bumi untuk memakmurkan bumi dan bertanggung jawab kepada Allah
tentang
pengelolaan sumber daya yang diamanahkan kepadanya.
Hakikat manusia menurut pandangan islam, tidak bisa dilepaskan dari
hakikat
di balik penciptaan manusia ke dunia. Islam telah menjelaskan
secara terperinci
tentang tujuan diciptakannya manusia yang kemudian dikaitkan dengan
peran
manusia dalam kehidupan. Pada penciptaan manusia, Allah SWT telah
menetapkan
manusia sebagai khalifah fi al-ardh, yakni menempatkan manusia
sebagai makhluk
paling sempurna di antara makhluk-Nya yang lain di muka bumi.
Kedudukan mulia
ini tidak lain dalam rangka mengemban misi agung yakni memakmurkan
bumi
8 Alquran Surat Ali Imran ayat 191 9 Alquran Surat Shaad ayat
27
7
dengan penuh amanah dan tanggung jawab di hadapan Allah SWT.
Khalifah berarti
wakil atau pengganti, pemimpin, pemakmur. Dalam konteks ini manusia
adalah wakil
Allah SWT yang memiliki kewajiban moral untuk melaksanakan segala
kehendak
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui
apa yang tidak kamu
ketahui." (QS. al-Baqarah: 30)10
Artinya: “ Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka
bumi. Barangsiapa yang
kafir, Maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. dan
kekafiran orang-orang yang
kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi
Tuhannya dan kekafiran
orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah
kerugian mereka belaka”. (QS.
Faathir : 39)11
Artinya: “ Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di
bumi dan Dia
meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa
derajat, untuk mengujimu
10 Alquran surat al-Baqarah ayat 30 11 Alquran Surat Faathir ayat
39
8
tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat
cepat siksaan-Nya
dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS.
al-Anam: 165)12
Mengenai tujuan penciptaan manusia di dunia, Allah SWT
berfirman:
Artinya: “ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi
kepada-Ku”. (QS. adz-Dzariyat : 56)13
Ayat tersebut merupakan jawaban Allah SWT atas keberadaan manusia
di
dunia. Manusia ada di dunia untuk beribadah atau mengabdi
kepada-Nya. Bentuk
pengabdian ini, dengan mengakui keberadaan-Nya, melaksanakan
perintah dan
menjauhi larangan-Nya. Implementasi pengakuan terhadap keberadaan
Allah yaitu
meyakini bahwa Allah sebagai Pencipta sekaligus sebagai Pengatur.
Namun manusia
tidak cukup hanya meyakini di dalam hati dan mengucapkan dengan
lisan, tetapi
manusia harus melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab
itu, di dalam
Al-Qur’an banyak perintah Allah kepada manusia untuk berpikir,
mengingat, melihat,
mendengarkan, memperhatikan pelajaran dari segala
ciptaan-Nya.14
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan
itu musuh yang nyata
bagimu”. (QS. al-Baqarah : 208)15
12 Alquran Surat al-Anam ayat 165 13 Alquran Surat adz-Dzariyat
ayat 56 14 Srijanti, Purwanto, S.K., Wahyudi Pramono. Etika
Membangun Masyarakat Islam Modern Edisi ke-1 (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006), 184 15 Alqur’an Surat al-Baqarah ayat 208
9
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh, mereka itu
adalah Sebaik-baik makhluk (7). Balasan mereka di sisi Tuhan mereka
ialah syurga 'Adn yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Allah ridha
terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu
adalah (balasan) bagi orang
yang takut kepada Tuhannya (8)”. (QS. al-Bayyinah : 7-8)16
Manusia pada dasarnya memiliki keistimewaan dibandingkan
dengan
makhluk Allah lainnya. Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang
paling
sempurna. Meskipun demikian, manusia berpotensi untuk menjadi
makhluk mulia
atau paling hina. Hanya orang yang beriman dan beramal saleh yang
akan menjadi
makhluk mulia di sisi Allah SWT. Alam diciptakan oleh Allah SWT
dengan penuh
keseimbangan dan keteraturan, bukan tercipta secara kebetulan.
Penciptaan alam ini
terkait dengan kepentingan manusia sebagai khalifah al ardh
(pemakmur di muka bumi
ini).
Keadilan berarti pembangunan ekonomi yang merata, di mana konsep
persaudaraan
umat manusia hanya akan berjalan jika dibarengi dengan konsep
keadilan. Oleh
karena itu menengakkan keadilan dinyatakan oleh Allah sebagai salah
satu tujuan
utama yang akan dicapai oleh para Rasul Allah dan Al-Qur’an
meletakkan keadilan
paling dekat dengan takwa
10
Artinya: “ Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan
membawa bukti-bukti
yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al kitab dan
neraca (keadilan) supaya
manusia dapat melaksanakan keadilan. dan Kami ciptakan besi yang
padanya terdapat kekuatan
yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka
mempergunakan besi itu) dan
supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan
rasul-rasul-Nya Padahal Allah
tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa”.
(QS. al-Hadiid : 25)
4. Tazkiyah
Tugas yang di emban para rasul Allah adalah melakukan tazkiyah
(penyucian) manusia
dalam segala hubungan dengan Allah (hablum minallah), dengan
manusia sesamanya
(hablum min an nas) dengan lingkungan alamnya, dan dengan
masyarakat serta
negerinya.
Artinya: “ Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan
nafkahkanlah sebagian dari
hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya[1456]. Maka
orang-orang yang
beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya
memperoleh pahala yang
besar”. (QS. al-Hadiid: 7)
Sukuk merupakan istilah baru yang dikenalkan sebagai pengganti dari
istilah obligasi
syariah (Islamic Bonds). Istilah sukuk berasal dari bahasa Arab dan
merupakan bentuk jamak
(plural) dari kata sakk yang berarti dokumen atau sertifikat.
Adapun jika ditinjau dari secara
istilah, pengertian sukuk dapat merujuk pada beberapa definisi yang
telah dirumuskan, antara
lain berdasarkan Fatwa AAOIFI (2009) (lembaga nirlaba internasional
yang bertujuan
menyusun dan menyiapkan standarisasi di bidang keuangan syariah)
Nomor 17, sukuk adalah
sertifikat bernilai sama yang merupakan bukti kepemilikan yang
tidak terbagi atas suatu aset,
hak manfaat, dan jasa-jasa atau atas kepemilikan suatu proyek atau
kegiatan investasi tertentu.
“Invesment Sukuk are certificate of equal value representing
undivided share in ownership of tangible assets, usufruct and
services or (in the ownership of) the assets of particular projects
or special investment activity.”17
17 Nurul Huda, Ekonomi Pembangunan Islam (Jakarta: Prenada Media
Group, 2015),150
11
sekarang telah menjadi Otoritas Jasa Keuangan) Nomor IX.A.13
tentang Penerbitan Efek
Syariah, sukuk didefinisak sebagai efek syariah berupa sertifikat
atau bukti kepemilikan yang
bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak
terpisahkan) atau tidak terbagi
(syuyu.undivided share) atas aset berwujud tertentu (ayan
maujudat), nilai manfaat atas aset
berwujud (manafiul ayan) tertentu baik yang sudah ada maupun yang
aka nada, jasa (al-
khadamat) yang sudah ada maupun yang aka nada, aset proyek tertentu
(maujudat masyru
muayyan) dan kegiatan investasi yang telah ditentukan (nasyath
istimarin khasah).
Keuntungan dari sukuk dapat berupa bagi hasil, margin, uang sewa
atau fee tertentu
sesuai akad yang digunakan dalam penerbitan sukuk. Dalam rangka
mewujudkan produk
tersebut, penerbitan sukuk perlu didasarkan pada suatu skema
transaksi atas underlying asset,
sehingga dapat menghasilkan fitur sukuk yang dikehendaki baik oleh
pihak penerbit maupun
investor.
Sukuk mempunyai karakteristik khusus yang membedakannya dengan
instrument
keuangan lain, di mana sukuk mempresentasikan kepemilikan bersama
atas aset yang
ditujukan untuk kepentingan investasi. Aset tersebut dapat berupa
aset berwujud, hak guna,
jasa, atau berupa kombinasi dari kesemua aset tersebut ditambah
dengan intangible right, utang
piutang dan aset moneter, sukuk tidak mewakili pemberian utang oleh
investor kepada pihak
penerbit sukuk. Selain itu, sukuk diterbitkan berdasarkan akad-akad
syariah yang
mengharuskan penyesuaian aktivitas penerbitan maupun perdagangannya
juga sesuai dengan
aturan syariat islam. Kemudian, investor secara parsial berbagi
keuntungan (return) maupun
resiko sesuai dengan yang diriilkan dalam prospektus serta sesuai
dengan porsi kepemilikan
sukuk.
Walaupun secara sekilas sukuk memiliki fitur yang hampir serupa
dengan obligasi
konvensional, namun sukuk memiliki perbedaan yang sangat
fundamental dengan instrument
yang dimaksud di antaranya dalam penerbitan obligasi tidak
memerlukan adanya underlying
asset sebagai dasar penerbitan dan sumber pembayaran imbalan yang
terstruktur melalui suatu
skema dengan menggunakan akad syariah, selanjutnya dalam obligasi
tidak ada pembatasan
terkait dengan penggunaan dana hasil pernerbitan obligasi, adapun
penggunaan sukuk hanya
boleh digunakan untuk hal-hal yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah (halal). Selain
12
itu return atau imbalan bagi pemegang obligasi adalah berupa bunga
(interest) yang tidak terkait
secara langsung dengan tujuan pendanaannya, sedangkan dalam sukuk,
return yang diberikan
terkait dengan aset, akad, dan tujuan pendanaannya. Return tersebut
dapat berupa imbalan
yang berasal dari uang sewa (ujrah), fee, margin, bagi hasil atau
seumber lainnya dengan
akad/kontrak yang digunakan dalam transaksi underlying.
Adapun perdagangan obligasi di pasar sekunder mencerminkan
penjualan atas surat
utang, sedangkan penjualan sukuk di pasar sekunder mencerminkan
penjualan atas
kepemilikan aset yang menjadi dasar penerbitan, dengan kata lain
sukuk hanya diterbitkan
melalui konsep kehati-hatian, jujur, dan kerjasama. Hal ini
merupakan konsep kebutuhan
manusia dalam berekonomi yang mencerminkan muamalah sebagai bentuk
peribadatan
kepada Tuhan.
Di bawah ini akan dijelaskan tabel perbedaan antara sukuk Negara
dengan obligasi
Negara, di mana keduanya juga telah diketahui persamaannya yaitu
diperdagangkan di pasar
sekunder, memberikan kupon/ imbalan (fixed atau floating), serta
juga dapat di-rating oleh
lembaga rating:
1 Sertifikat yang merepresentasikan kepemilikan investor atas suatu
aset yang didasarkan pada prinsip syariah
Sertifikat periilan utang
2 Return berupa imbalan, bagi hasil, margin, dan/atau capital
gain
Return berupa Bungan dan/atau capital gain
3 Memerlukan underlying asset (Aset SBSN) sebagai dasar
penerbitan
Tidak memerluka underlying asset
5 Memerlukan adanya akad dan dokumen syariah
Hanya memerlukan dokumen pasar modal
6 Dana hasil penerbitan tidak boleh digunakan untuk hal-hal yang
bertentangan dengan prinsip syariah
Dana hasil penerbitan bisa digunakan untuk apa saja
Sumber: DJPU-Kemenkeu 201318
13
Pembedaan sukuk dapat dilakukan berdasarkan beberapa kategori,
yaitu jenis akad
yang dipakai, pembayaran pendapatan yang akan dibagikan kepada
pihak-pihak yang berakad,
dan basis pembiayaan, serta multiple sukuk. Di bawah ini beberapa
jenis akad yang digunakan
dalam sukuk di antaranya:
Sukuk Murabahah adalah surat berharga yang berisi akad pembiayaan
murabahah.
Sukuk murabahah dapat juga didefinisikan sebagai surat berharga
yang dapat
diperdagangkan di pasar. Dengan demikian, sukuk murabahah adalah
surat berharga
yang berisi akad pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan oleh
emiten, pemerintah, atau institusi lainnya, yang mewajibkan
penerbit sukuk untuk
membayar pendapatan kepada pemegang sukuk berupa bagi hasil dari
margin
keuntungan serta membayar kembali dana pokok sukuk pada saat jatuh
tempo.19
2. Sukuk Mudharabah
Sukuk mudharabah adalah surat berharga yang berisi akad pembiayaan
dengan sistem
akad mudharabah.20 Sukuk mudharabah dapat diartikan sebagai surat
berharga yang
berisi akad pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan
oleh perusahaan
(emiten), pemerintah, atau institusi lainnya yang mewajibkan
penerbit sukuk untuk
membayar pendapatan kepada pemegang sukuk berupa bagi hasil dari
hasil
pengolahan dana yang telah disetorkan pemilik dana serta membayar
kembali dana
pokok sukuk pada saat jatuh tempo.21
3. Sukuk Musyarakah
Sukuk Musyarakah adalah surat berharga yang berisi akad pembiayaan
yang
menggunakan sistem akad musyarakah. Sukuk ini dapat juga diartikan
sebagai surat
berharga yang berisi akad pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
yang dikeluarkan
oleh emiten, pemerintah, atau institusi lainnya yang mewajibkan
penerbit sukuk
untuk membayar pendapatan kepada pemegang sukuk berupa bagi hasil
dari hasil
pengelolaan dana kontribusi pihak-pihak yang berakad serta membayar
kembali dana
pokok pada saat jatuh tempo.
19 Muhamad Nafik, bursa Efek dan Investasi Syariah (Jakarta:
Serambi, 2009), 252 20 Dewan Syariah Nasional, Himpunan Fatwa Dewan
Syariah Nasional MUI Edisi Revisi (Jakarta: Gaung Persada,
2006), 197 21 Abu Azam Al Hadi, Fikih Muamalah Kontemporer (Depok:
Rajawali Press, 2019), 22
14
4. Sukuk Salam
Sukuk salam adalah surat berharga yang berisi akad pembiayaan yang
menggunakan
sistem akad salam. Sukuk salam juga dapat diartikan sebagai surat
berharga yang berisi
akad pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh
emiten,
pemerintah, atau institusi lainnya yang mewajibkan penerbit sukuk
untuk membayar
pendapatan kepada pemegang sukuk berupa bagi hasil dari margin
keuntungan serta
membayar kembali dana pokok sukuk pada saat jatuh tempo.
5. Sukuk Istishna
Sukuk Istishna adalah surat berharga yang berisi akad pembiayaan
yang menggunakan
sistem akad Istishna. Sukuk Istishnajuga dapat diartikan sebagai
surat berharga yang
berisi akad pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan
oleh emiten,
pemerintah, atau institusi lainnya yang mewajibkan penerbit sukuk
untuk membayar
pendapatan kepada pemegang sukuk berupa bagi hasil dari margin
keuntungan serta
membayar kembali dana pokok sukuk pada saat jatuh tempo. Perbedaan
salam
dengan istishna terletak pada waktu pembayarannya. Pada sistem
salam, pembayaran
dilakukan di muka, sedangkan sistem istishna pembayaran dilakukan
kemudian.
6. Sukuk Ijarah
Sukuk Ijarah adalah surat berharga yang berisi akad pembiayaan yang
menggunakan
sistem akad Ijarah. Sukuk Ijarah juga dapat diartikan sebagai surat
berharga yang berisi
akad pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh
emiten,
pemerintah, atau institusi lainnya yang mewajibkan penerbit sukuk
untuk membayar
pendapatan kepada pemegang sukuk berupa bagi hasil dari margin
keuntungan serta
membayar kembali dana pokok sukuk pada saat jatuh tempo.
Alasan diterbitkannya Sukuk
Pada umumnya tujuan penerbitan sukuk adalah dalam rangka memenuhi
kebutuhan
pembiayaan maupun untuk pembangunan suatu proyek tertentu. Sebagai
sumber
pembiayaan, tentunya ada banyak alternative yang dapat digunakan
baik oleh pemerintah
maupun korporasi. Namun saat ini sukuk telah menjadi pilihan yang
sangat menarik dengan
beragam alasan di antaranya :
15
Sukuk merupakan instrument keuangan yang telah diakui sebagai
instrument yang
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Bagi penerbit yang
melaksanakan kegiatan
operasionalya berdasarkan konsep syariah, sukuk menjadi pilihan
yang menarik bagi
para investor sebagai sumber pembiayaan berbasis syariah. Tidak
hanya penerbit,
bagi investor juga membutuhkan sukuk sebagai instrument investasi
karena mereka
tidak dapat berinvestasi dalam instrument konvensional.
2. Fleksibilitas dalam pengembangan produk
Sukuk dapat dikembangkan menjadi beragam produk yang sangat
variatif. Hal ini
dimungkinkan karena sukuk distruktur berdasarkan akad-akad dasar
dalam konsep
syariah yang jumlahnya cukup banyak, sehingga sukuk memiliki
fleksibilitas yang
sangat tinggi untuk menjawab baik kebutuhan investasi maupun
sebagai sumber
pendanaan.
Investor sukuk lebih luas dibandingkan dengan instrument
konvensional di mana
investornya tidak hanya berasal dari investor syariah, tetapi juga
investor
konvensional baik domestik maupun internasional. Dengan demikian,
investor sukuk
tidak terkonsentrasi di pasar Timur Tengah tetapi di semua pusat
keuangan dunia,
baik investor institusi maupun individu.
4. Aman
Sukuk dapat distruktur sedemikian rupa sehingga menjadi instrument
keuangan yang
disekuritisasi baik dengan aset berwujud maupun tidak berwujud
(asset backed sukuk).
Sebagai securitized financing instruments, sukuk memiliki tingkat
keamanan yang lebih
baik bagi investor. Adanya keharusan menggunakan underlying asset
dalam penerbitan,
menempatkan sukuk sebagai pemilik tingkat keamanan resiko yang
cukup terjamin.
5. Potensi dana keuangan syariah
Potensi permintaan terhadap sukuk baik domestic maupun
internasional diperkirakan
sangat tinggi. Hal ini mengacu pada kondisi antara lain: tingginya
peningkatan jumlah
dan dana lembaga keuangan syariah, masih kecilnya market share
produk syariah
dibandingkan produk konvensional, banyaknya investor konvensional
yang
menggunakan instrument keuangan syariah sebagai salah satu pilihan
investasi,
16
repatriasi dana-dana Timur Tengah dari pasar Amerika dan Eropa
pasca peristiwa
9/1122, serta masih terbatasnya instrument keuangan syariah (less
supply)
disbandingkan dengan permintaan (more demands).
6. Keterkaitan dengan aset riil
Keberadaan underlying asset dalam penerbitan sukuk menjadikan sukuk
sebagai aset
finansial memiliki keterkaitan dengan aset riil. Peran sukuk dalam
membiayai
pembangunan proyek juga dapat memberikan dampak positif dan
mendorong
multiplier effect terhadap pertumbuhan sektor riil.
Dana Hasil Penerbitan Sukuk
Dana yang dihasilkan dari penerbitan sukuk (sukuk proceeds) tentu
hanya boleh
digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang diperbolehkan syariah islam,
untuk itu dana tersebut
dapat digunakan untuk berbagai tujuan pembiayaan sebagai
berikut:23
1. Pembiayaan umum (general financing)
Dana hasil penerbitan sukuk yang ditujukan untuk pembiayaan umum
tidak
digunakan untuk membiayai suatu kegiatan atau proyek tertentu, akan
tetapi
dimasukkan ke dalam keseluruhan anggaran penerbit dan menyatu
dengan sumber
penerimaan atau pembiayaan lainnya. Selanjutnya dana tersebut akan
digunakan
untuk membiayai berbagai pengeluaran yang dibutuhkan
2. Pembiayaan kegiatan investasi atau proyek tertentu (project
financing)
Penerbitan sukuk dapat ditujukan bagi pembiayaan suatu kegiatan
investasi tertentu
atau proyek secara spesifik. Sukuk jenis ini lebih dikenal sebagai
sukuk pembiayaan
proyek atau project financing sukuk. Underlying penerbitan yang
digunakan yaitu proyek-
proyek yang akan didanai oleh hasil penerbitan sukuk tersebut.
Adapun keuntungan
yang diterima oleh investor dapat berasal dari proyek tersebut
khususnya proyek
22 Serangan 11 September atau serangan 9/11 adalah serangkaian
empat serangan bunuh diri yang telah diatur
terhadap beberapa target di New York City dan Whasington, D.C. Pada
11 September 2001. Pagi itu 19 pembajak
dari kelompok militant Islam, al-Qaeda membajak 4 pesawat jet
penumpang dan sengaja menabrakkan 2 pesawat
ke Menara Kembar (World Trade Center) di New York City, menara
tersebut runtuh dalam kurun waktu 2 jam.
Para pembajak juga menabrakkan pesawat ke-3 ke Pentagon di
Arlington, Virginia. Ketika penumpang berusaha
mengambil alih pesawat ke-4, United Airlines Penerbangan 93,
pesawat ini jatuh di lapangan dekat Shanksville,
Pensylvania dan gagal mencapai target aslinya di Washington, D.C.
Menurut laporan tim investigasi 911, sekitar
3000 jiwa tewas dalam serangan ini.
23 DJPU-Kemenkeu, Sukuk Negara: Instrument Keuangan Berbasis
Syariah, 2014
17
dengan mengkombinasikan dengan akad lainnya seperti ijarah.
Mengingat dana hasil
penerbitan sukuk tersebut hanya diperuntukkan bagi pembangunan
proyek tertentu,
maka dana tersebut tidak dapat digunakan untuk tujuan
lainnya.
Pembiayaan Proyek Melalui Penerbitan Sukuk Negara
Saat ini sukuk Negara menjadi salah satu pilihan utama bagi
masayarakat untuk
menginvestasikan dananya dalam bentuk surat berharga. Berdasarkan
data dari kementrian
keuangan, sejak penerbitan pertama tahun 2008 hingga akhir 2013
jumlah penerbitan sukuk
Negara setiap tahun selalu mengalami peningkatan. Tercatat total
outstanding sukuk Negara
(jumlah sukuk Negara yang beredar di masyarakat) per tanggal 31
Desember 2013 sebesar
Rp. 169,29 triliun (kurs 1USD=Rp. 12.189), dari total 6 seri sukuk
Negara yang telah
diterbitkan yaitu sukuk negar seri Islamic Fixed Rate (IFR), Sukuk
Negara Ritel (SR), Sukuk
Negara Indonesia dalam valuta asing (SNI), Sukuk Dana Haji
Indonesia (SDHI), Surat
Pembendaharaan Negara Syariah (SPN-S), dan Project Based Sukuk
(PBS).24
Pengembangan terkini sukuk Negara semakin diarahkan untuk
membiayai
pembangunan proyek-proyek infrastruktur. Sejak 2011, pemerintah
mulai fokus pada
penerbitan Sukuk Negara untuk pembiayaan proyek seri Project Based
Sukuk (PBS).
Penerbitan sukuk Negara dalam rangka pembiayaan proyek dilakukan
berdasarkan ketentuan
UU 19 Tahun 2008 tentang SBSN yang memberikan amanat bahwa
pembiayaan proyek
dalam rangka pelaksanaan APBN dapat bersumber dari penerbitan sukuk
Negara. Kemudian
ada juga peraturan-peraturan di bawah UU tersebut seperti Peraturan
Pemerintah Nomor 56
Tahun 2011 tentang Pembiayaan Proyek Melalui Penerbitan Surat
Berharga Syariah Negara
dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 129/PMK.08/2011 tentang
penggunaan
proyek sebagai dasar penerbitan surat berharga syariah Negara,
serta PMK Nomor
113/PMK.08/2013 tentang Tata Cara Pembiayaan Proyek/ Kegiatan
Melalui Penerbitan
Surat Berharga Syariah Negara.
alternative sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur yang
berasal dari instrument
24 Nurul Huda, Ekonomi Pembangunan Islam (Jakarta: Prenada Media
Group, 2015),157
18
diwujudkan. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penerbitan
sukuk Negara untuk
pembiayaan proyek dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Diversifikasi Sumber Pembiayaan APBN
Melalui instrumen sukuk Negara yang diterbitkan dalam rangka
pembiayaan proyek,
pemerintah kini memiliki beberapa alternatif sumber pembiayaan
khususnya yang
berasal dari penerbitan Surat Berharga Negara.
2. Akselerasi pembangunan proyek infrastruktur
Penerbitan sukuk Negara diharapkan dapat semakin meningkatkan
sumber
pembiayaan proyek, sehingga pembangunan proyek infrastruktur di
Indonesia dapat
semakin cepat dilakukan.
Hal ini karena masyarakat dapat turut langsung berpartisipasi
membiayai proyek
pemerintah melalui pembelian sukuk Negara.
4. Mengembangkan pasar keuangan syariah
Diterbitkannya sukuk Negara untuk pembiayaan proyek membawa
fase
pertumbuhan keuangan syariah di Indonesia ke tahap yang lebih
tinggi. Instrument
keuangan syariah kini semakin berperan penting sebagai salah satu
sumber
pembiayaan Negara, terutama sebagai sumber pembiayaan proyek
infrastruktur
pemerintah.
meningkatkan pelayanan public khususnya dalam menyediakan sumber
pembiayaan
pembangunan infrastruktur, memberdayakan industry lokal, dan
meningkatkan
investasi pemerintah.
Sejalan dengan prinsip keuangan syariah yang mendorong transparansi
dalam segala
kegiatannya, penerbitan instrument sukuk Negara yang berbasis
syariah diharapkan
dapat semakin mendorong dan meningkatkan transparansi
kegiatan-kegiatan
pemerintah.
19
Di samping harus sejalan dengan hukum positif, proyek yang dapat
dibiayai melalui
penerbitan sukuk Negara tentu juga harus sesuai dan tidak
bertentangan dengan prinsip
syariah. Hal ini diamanatkan pada pasal 10, PP 56 Tahun 2011. Untuk
itu terdapat kriteria
proyek yang sesuai dengan syariah yang dapat dibiayai dengan
penerbitan sukuk Negara
sebagaimana di atur dalam ketetapan DSN-MUI Nomor
01/DSN-MUI/III/2012 tentang
Kriteria Proyek Sesuai dengan Prinsip Syariah. Dalam ketetapan
tersebut di atur bahwa
kriteria proyek yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
adalah sebagai berikut:
1. Proyek tersebut memiliki kejelasan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan dan
penyelesain, sekurang-kurangnya meliputi aspek:
proyek).
konvensional (ribawi)
mengandung unsur perjudian (maysir)
d. Penyelenggaraan dan/ atau adanya kontribusi terhadap kegiatan
yang bersifat
merusak/ bahaya (mudarat) terhadap akhlak/moral maupun
lingkungan.
Tazkiyah an-Nafs dalam Economic Bahavior
Tazkiyah an-Nafs terdiri dari dua kata: at-tazkiyah dan an-nafs.
At-tazkiyah bermakna at-
tath-hiir, yaitu penyucian atau pembersihan. Adapun kata an-nafs
(bentuk jamaknya: anfus dan
nufus) berarti jiwa atau nafsu. Dengan demikian tazkiyatun nafs
berarti penyucian jiwa atau
nafsu kita, dari berbagai noda dan kotoran.
Dari pengertian di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa proses
purification
adalah bukan sesuatu yang dapat dilakukan pada saat bulan ramadhan
saja namun juga
sebuah proses penyucian diri pada seluruh aspek kehidupan, termasuk
dalam berperilaku
ekonomi. Perilaku ekonomi merupakan perbuatan untuk memenuhi
kebutuhan jasmani dan
rohani untuk setiap manusia. Kebutuhan tersebut akan terus menerus
di lakukan oleh
manusia, Islam sebagai sebuah ideologi mempunyai pandangan bahwa
perilaku manusia
bukan dalam keadaan dipaksa dan bukan juga memiliki kebebasan .
Islam juga tidak
memperbolehkan perilaku manusia untuk melanggar aturan yang sudah
di tetapkan oleh
Allah. Dan islam mengharamkan menggunakan asas manfaat sebagai
batasan dalam
perbuatan karena manfaat menurut pandangan manusia tidaklah sebuah
kebenaran yang
hakiki yang diajarkan oleh allah SWT. Islam juga melarang mencampur
adukkan antara yang
bersifat haram dan halal, hal itu merupakan bagian dari perilaku
ekonomi.
Adapun langkah yang penting untuk merumuskan kaidah perilaku
ekonomi dalam
islam adalah menyusun sebuah sistem kebenaran yang bersifat umum
serta mampu
menangkap secara tepat spirit etik islam, dan dapat merumuskan
dasar ekonomi yang
berarti. Sedangkan alasan dalam mengambil langkah dalam berperilaku
ekonomi adalah
dengan berlandaskan, Pertama ajaran dasar moral dan religius islam
harus diambil sebagai
kebenaran hakiki untuk menentukan sebuah keputusan yang masuk akal
dalam perilaku
ekonomi dalam masyarakat islam.; Kedua sistem etika yang didasarkan
pada agama islam
harus diperhatikan karena menentukan kerangka ilmu ekonomi islam
itu harus dengan
wawasan yang luas. Hal ini bukan hanya karena ajaran etik islam
yang mengajarkan tentang
proses kehidupan saja, melainkan karena pandangan ini mengandung
kekuatan dari
kepercayan-kepercayaan islam yang menyeluruh; Ketiga, tentang
keputusan-keputusan nilai
sebagai pernyataan yang secara obyektif tentang masyarakat islam,
dimana perilaku ekonomi
tidak bisa terpisah dari norma-norma etik. Dan Islam juga
menggunakan pendekatan
terbuka terhadap etika yang tidak berorientasi hanya pada diri
sendiri. Egoisme penimbunan
kekayaan juga tidak terdapat dalam ajaran agama islam karena islam
juga mendorong umat
manusia untuk melaksanakan tazkiyah melalui partisipasi aktif dalam
kehidupan berekonomi.
Relevansi Sukuk dan Pembangunan Ekonomi Islam
Multidimensional
Sasaran pembangunan ekonomi dalam Islam adalah
multidimensional,25
pemabangunan ekonomi islam bukan hanya pembangunan materiil, tetapi
segi spiritual dan
moral sangatlah berperan, pembangunan moral dan spiritual harus
terintegrasi dengan
pembangunan ekonomi. Inilah yang kemudian yang di dalam Alquran
dinamakan tazkiyah an-
25 Mannan, Ekonomi Islam Teori dan Praktik Ekonomi Islam
(Yogjakarta: PT Dana Bakti Wakaf, 1997),
Multidimensional adlah Islam mempunyai beberapa dimensi di
antaranya: dimensi moral, sosial, politik dan
ekonomi
21
nafs. Melalui sukuk yang penerbitannya berlandaskan syariah
diharapkan mampu membangun
perekonomian secara multidimensional. Sedangkan pihak utama yang
terlibat dalam sukuk
adalah obligor atau pihak yang bertanggung jawan atas pembayaran
imbalan dan nilai nominal
sukuk yang diterbitkan sampai dengan jatuh tempo. Dalam hal
sovereign sukuk, obligor-nya
adalah pemerintah sebagai pemegang kuasa tertinggi Negara yang
bertugas menjaga
keseimbangan ekonomi publik melalui kebijakan-kebijakan yang telah
dikeluarkannya.
Pihak kedua setelah obligor adalah special Purpose Vehicle yaitu
badan hukum yang
didirikan khusus untuk penerbitan sukuk sertifikat dengan fungsi
sebagai penerbit sukuk,
menjadi counterpart pemerintah dalam transaksi pengalihan aset
serta bertindak sebagai wali
amanat (trustee) untuk mewakili kepentingan investor. Pihak
terakhir adalah investor yaitu
pemegang sukuk yang memiliki ha katas imbalan margin, dan nominal
sukuk sesuai dengan
partisipasi masing-masing.
Para pakar yang objektif telah mengakui bahwa obligasi syariah
(sukuk) dengan
sistem syariahnya jauh lebih baik daripada surat utang dengan basis
bunga. Hal ini didasari
oleh beberapa ketentuan yang biasanya harus dipenuhi dalam emisi
obligasi syariah dalam hal
penggunaan dana sukuk sejak awal jelas untuk membangun proyek
tertentu, resiko obligasi
syariah terdefinisi sejak awal oleh proyek yang dibiayainya serta
tuntutan kedislipinan
penggunaan dana sukuk karena sifat peruntukan penggunaan dana yang
terdefinisi secara
jelas berkaitan dengan proyek tertentu.
Kesimpulan
Sukuk Negara atau secara resmi bernama Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN).
SBSN di Indonesia pertama kali diterbitkan pemerintah pada 26
Agustus 2008 sebagai tindak
lanjut dari UU Nomor 19 tahun 2008 tentang SBSN. Berberapa
kelebihan dalam sukuk di
antaranya adalah memberikan penghasilan berupa imbalan atau nisbah
bagi hasil yang
kompetitif dibandingkan dengan instrument keuangan lain; pembayaran
imbalan dan nilai
nominal sampai dengan sukuk jatuh tempo dijamin oleh pemerintah;
dapat diperjual belikan
di pasar sekunder; memungkinkan adanya tambahan penghasilan berupa
margin (capital gain);
aman dan terbebas dari unsur ribawi (usury), gharar (uncertainty),
dan maysir (gambling); serta
berinvestasi sambil mengikuti dan melaksanakan syariah. Mengacu
pada fakta ini, keberadaan
sukuk sangatlah penting bagi proses pembangunan ekonomi. Konsepnya
yang islami
menjadikan sukuk sebagai instrument pemerintah yang dinilai baik
bagi para investor. Selain
22
itu eksistensinya menjadi sebuah tanda apabila pemerintah turut
peduli dan percaya bahwa
sistem yang ada dalam ekonomi islam sangatlah signifikan dalam
memperbaiki
perekonomian Negara. Sebagai Negara yang mayoritas berpenduduk
muslim tentunya dalam
banyak aspek terutama dalam hal ekonomi haruslah diilhami dari
nilai-nilai yang islami. Hal
ini yang akan mengantarkan kita sebagai ekonom muslim yang
berkualitas. Aspek kejujuran,
keadilan, dan berparuh resiko adalah perwujudan dari penyucian
jiwa/ tazkiyatun nafs
/purification dari kekosongan batin dan bentuk ibadah kita kepada
Allah yang Maha Agung.
Wallahu „alam
Daftar Rujukan
Al Hadi, Abu Azam. Fikih Muamalah Kontemporer (Depok: Rajawali
Press, 2019) DJPU-Kemenkeu. Materi Sosialisasi Surat Berharga
Syariah Negara (Jakarta: 2013) DJPU-Kemenkeu. Sukuk Negara:
Instrument Keuangan Berbasis Syariah, (Jakarta : 2014) DSN- MUI,
Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Edisi Revisi (Jakarta:
Gaung Persada, 2006) Huda, Nurul & Nasution, Edwin Mustofa.
Investasi pada Pasar Modal Syariah (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2007) Huda, Nurul. Ekonomi Pembangunan Islam
(Jakarta: Prenada Media Group, 2015) Karomah, Umi. Investasi
Syariah (Yogjakarta: Kreasi Wacana, 2008) Mannan. Ekonomi Islam
Teori dan Praktik Ekonomi Islam (Yogjakarta: PT Dana Bakti
Wakaf,