KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karuania, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul Bentuklahan Bentukan Asal Angin.
Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah
wawasan kegeografian kita. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan sran
serta usulan demi perbaikan makalah yang kami buat di masa yang akan dating,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun bagi orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila ada salah kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
di masa mendatang.
Makassar, 5 Mei 2015
Penyusun,
Kelompok VI
1 | P a g e
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................3
I.1 Latar Belakang...................................................................................3
I.2 Rumusan Masalah..............................................................................4
I.3 Tujuan Masalah..................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................5
II.1 Bentuklahan Bentukan Asal Angin..................................................5
II.2 Proses Terbentuknya Lahan Aeolin..................................................5
II.3 Jenis-jenis Bentuklahan Bentukan Asal Angin ...............................8
BAB III PENUTUP..........................................................................................13
III.1 Kesimpulan......................................................................................13
III.2 Saran................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................14
2 | P a g e
BAB IPENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk-bentuk
permukaan bumi sebagai akibat adanya pengaruh tenaga asal dalam dan tenaga
asal luar bumi termasuk angin, hujan, penyinaran dan pemanasan matahari,
benturan benda asal ruang angakasa serta aliran air dan gletser yang
menghasilkan proses-proses geomorfik yang mengakibatkan terubahnya
bentuk-bentuk permukaan bumi. Objek utama geomorfologi adalah bentuk
lahan, proses geomorfologi, genesa dan evolusi pertumbuhan bentuk lahan,
beserta hubungannya dengan aspek lingkungan. Dalam hal ini utamanya
mengupas tentang berbagai bentuklahan dari bentukan berbagai asal proses
yang berbeda. Bentanglahan merupakan kombinasi atau gabungan dari
bentuklahan. Mengacu pada deginisi bentanglahan tersebut, maka dapat
dimengerti bahwa unit analasis yang sesuai adalah unit bentuklahan. Oleh
karena itu, untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bentanglahan selalu
mendasarkan pada kerangka kerja bentuklahan. Bentuklahan adalah bagian dari
permukaan bumi yang memiliki bentuk topografis khas, akibat pengaruh kuat
dari proses alam dan struktur geologis pada material batuan, dalam skala ruang
dan waktu kronologis tertentu. Geomorfologi adalah studi yang
mendeskripsikan bentuklahan serta menyelidiki hubungan timbal balik antara
bentuklahan dan proses-proses tersebut dalam susunan keruangan.
Oleh karena itu untuk menganalisis bentanglahan lebih sesuai dengan
didasarkan pada bentuklahan, maka klasifikasi bentanglahan juga akan lebih
sesuai jika didasarkan pada unit-unit bentuklahan penyusunnya. Verstappen
(1983) mengklasifikasikan baentuklahan berdasarkan genesisnya menjadi
sepuluh macam bentuklahan asal proses yaitu, asal proses volkanik, structural,
fluvial, solusional, denudasional, eolin, marine, glasial, organic, dan
antropogenik.
3 | P a g e
Dalam makalah ini aan membahas tentang bentuklahan aeolin.
Bentuklahan eolin adalah bentukan lahan oleh proses eksogenik dengna angina
sebagai agen pembentuk utamanya.
I.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang di angkat dalam penulisan makalah ini berupa :
1. Bagaimanakah Bentuklahan bentukan asal angin ?
2. Bagaimanakah proses-proses terbentuknya Bentuklahan bentukan asal
angin?
3. Bagaimanakah jenis-jenis Bentuklahan bentukan asal angin?
I.3 Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar Mahasiswa dapat :
1. Bentuklahan bentukan asal angina
2. Proses-proses terbentuknya bentuklahan bentukan asal angin
3. Jenis-jenis bentuklahan bentukan asal angin
4 | P a g e
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Bentuklahan bentukan asal angin
Bentuklahan asal proses angina/eolin adalah bentuklahan oleh proses
ekosgenik dengan angin sebagai agen pembentuk utamanya, yakni dengan
membentuk endapan oleh adanya pengikisan, pengangkutan dan pengendapan
bahan-bahan tidak kompak oleh angin. Hakekatnya bentuklahan eolin terdiri
dari tiga proses yakni :
1. Erosional (pengikisan)
2. Deposisional (pengangkutan)
3. Sedimentasi (pengendapan)
Eolin dapat berkembang dengan baik apabila terpenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1. Tersedia material berukuran pasir halus hingga kasar dalam
jumlah yang banyak
2. Adanya priode kering yang panjang dan tegas
3. Adanya angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan
bahan pasir tersebut
4. Gerakan angin tidak banyak terhalang oleh vegetasi maupun
objek lain.
II.1 Proses Terbentuknya Lahan Aeolin
1. Pengikisan oleh angin
Angin mengikis permukaan bumi melalui deflasi, eddy turbulensi,
dan abrasi.
a. Deflasi
Proses deflasi merupakan gerakan tiupan angin yang
membawa materi batuan, baik berupa debu halus, pasir, maupun
5 | P a g e
materi yang kasar dan berat. Proses ini sering terjadi di daerah
yang merupakan tempat terkumpulnya pasir, semisal basin kecil
atau bukit pasir. Deflasi cenderung mengakibatkan terbentuknya
formasi-formasi baru di daerah depresi. Dibandingkan dengan erosi
air atau sungai keadaannya berlawanan, erosi air di daerah yang
berelief tinggi sangat kuat, sebaliknya erosi angin didaerah
ckungan/basing sangat kuat.
Deflasi hanya dapat terjadi setelah materi batuan
mengalami pencucian dan kemudian dibawa ke tempat yang lebih
rendah. Materi yang diendapkan tersebut pada umumnya berupa
butiran halus sehingga mudah mengalami deflasi.
b. Korasi
Korasi angin dapat menimbulkan beberapa bentuk atau
bentang alam yang sangat luas. Gerakannya hanya dapat terjadi di
dekat permukaan tanah. Ini terjadi arena angin tidak dapat
mengangkut pasir ketempat yang lebih tinggi.
Berdasarkan kerjanya korasi dapat dibedakan menjadi :
a) Polishing dan Pitting
Gerakan angin yang membawa/disertai pasir disebut
dengan polishing. Gerakan angin yang membawa pasir
yang mempunyai kemampuan untuk melubangi pasir
disebut Pitting.
b) Grooving dan Shaping
Batuan yang telah berlubang sebagai akibat
kekuatan Pitting akan terus mengalami pembentukan
lubang sehingga makin lama makin besar dan dalam.
Proses melubangi secara terus-menerus menghasilkan
lubang yang besar dan dalam disebut Grooving. Batuan
yang berlubang-lubang besar tersebut kemudian berubah
menjadi pecah-pecah dan berkeping-keping. Proses
terjadinya pecahan dan kepingan ini disebut Shaping.
6 | P a g e
c) Faceting
Batuan yang telah berkeping-keping berubah
menjadi lebih kecil lagi, proses inilah yang disebut dengan
Faceting.
2. Pengangkutan oleh angin
Materi batuan yang mudah terangkut oleh angin adalah materi-
materi halus, misalhnya debu. Materi yang halus ini akan diterbangkan
oleh angin sampai ke tempat yang cukup jauh. Adapun jneis-jenis gerakan
pengangkutan materi oleh angin adalah :
a. Suspensi
Merupakan gerakan vertikan tiupan angin yang mampu
mengangkut materi-materi halus ke tempat yang lebih jauh. Gerakan
ini tidak beasr peranannya dalam mengangkut pasir karena
kemampuan mengangkat ke atas sangat terbatas.
Pada saat angin mengangkut debu kadang-kadang disertai
dengan gerakan turbuler. Kecepatan angin tidak selalu tetap tetapi
selalu mengalami variasi periode yang pendek sehingga menyebabkan
adanya tekanan angin. Tekanan angin ini mneyebabkan udara berputar
ke segala arah, putaran udara ke segala arah inilah yang dapat
menyebabkan terjadinya gerakan suspensi .
b. Saltasi
Yaitu gerakan meloncat materi butiran yang disebabkan oleh
tabrakan dan pantulan angin yang bermuatan pasir. Gerakan saltasi
secara langsung disebabkan tekanan angin terhadap butiran pasir, pasir
yang ditiup angin pada umumnya mempunyai gerakan saltasi.
c. Rayapan permukaam
Gerakan rayapan permukaan disebabkan oleh karena tubrukan
materi butiran oleh gerakan saltasi. Terjadinya tubrukan materi butiran
ini secara teratur, tetapi kadang-kadang juga tersebar menjadi pecahan-
pecahan diatas tempat jatuhnya pasir. Oleh karena benturan ini,
gerakan materi butiran menjadi lambat yang selanjutnya menjadi
7 | P a g e
rayapan permukaan. Kadang-kadang angin yang mengangkut debu
atau pasir bergerak berputar seperti spiral, gerakan seperti ini disebut
dengan badai debu.
3. Pengendapan oleh Angin
Proses pengendapan ini terjadi apabila butiran yang telah terbawa
oleh angin tadi jatuh setelah gerakan menjadi lambat. Selain karena
kecepatan yang menjadi lambat, pengendapatn juga terjadi karena butiran
yang terbawa oleh angin mengalami benturan terhadap permukaan
kejadian ini sebagai hasil dair proses saltasi dan rayapan tanah. Apabila
butiran tersebut tidak membentur permukaan dan terus terbawa angin,
maka butiran tersebut akan mengalami gerakan sepanjang permukaan
hingga permukaan tempat pemberhentian tersebut berupa cekungan.
Bentuk endapan dari proses ini tidak datar atau halus tetapi bergelombang.
Setelah mengendap butiran-butiran tersebut mengumpul menjadi suatu
bentuk lahan yang baru.
II.3 Jenis-jenis bentuklahan bentukan asal angin.
1. Hasil erosi Angin
a. Desert Pavement
Yaitu permukaan yang terdiri atas batuan kerikil dan kerakal di
daerah gurun, sebagai akibat bahan-bahan halus mengalami deflasi.
8 | P a g e
b. Blowout
Cekungan di daerah gurun sebagai akibat deflasi pada materi hasil
pelapukan dipermukaan yang berukuran halus.
c. Ventifact
Permukaan batuan yang menjadi rata karena korasi, terutama yang
berukuran halus yang terbawa oleh angin.
d. Dreikanter
Seperti ventifact namun bentuknya piramida karena arah angin
berubah-ubah.
e. Groove
9 | P a g e
Merupakan alur-alur memanjang pada permukaan batuan karena
erosi angin.
f. Yardang
Merupakan pegunungan memanjang dan parallel dengna tinggi
kurang dari 10 meter dan panjang kuran 100 m yang berkembang di
daerah bebatuan lunak.
2. Bentuklahan pengendapan angin
a. Loess
Bentuklahan asal proses aeolin yang terbentukd ari bahan endapan
angin yang berukuran debu oleh erosi angin yang berasal dari daerah
10 | P a g e
gurun dan pada umumnya tidak berlapis. Bentuk lahan ini
kemungkinan juga mengandung pasir halus dan liat. Bahan seperti
loess ini menutupi 1/10 daratan di muka bumi.
b. Gumuk Pasir
a) Tipe Barchan
Gumuk pasir ini bentuknya menyerupai bulan sabit dan
terbentuk pada derah yang tidak memiliki barrier atau penghalang.
Besarnya kemiringan lereng daerah yang menhadap angin lebih
landau dibandingkan dengan kemiringan lereng daerah yang
membelakangi angin, sehingga apabila dibuat penampang
melintang tidak simetri. Ketinggian gumuk pasir barchans
umumnya antara 5-15 meter.
b) Tipe Melintang / Transverse
Gumuk pasir ini terbentuk di daerah yang tidak
berpenghalang dan banyak cadangan pasirnya. Bentuk gumuk pasir
melintang menyerupai ombak dan tegak lurus terhadap arah angin.
c) Tipe Parabolik
11 | P a g e
Hamper sama dengan tipe barchans akan tetapi yang
membedakan adalah arah angin. Gumuk pasri parabolic arahnya
berhadapan dengan datangnya angin.
d) Tipe Memanjang / Longitudinal
Gumuk pasir yang berbentuk lurus dan sejajar satusama
lain. Arah dari gumuk pasir tersebut searah dengan gerakan angin.
e) Tipe Bintang / Star
Gumuk pasir yang dibentuk sebagai hasil kerja angin yang
bertumbukan.
12 | P a g e
BAB IIIPENUTUP
III.1 Kesimpulan
1. Bentuklahan asal proses aeolin merupakan bentukan lahan oleh proses
eksogenik dengan angin sebagai agen pembentuk utamanya, yakni
dengan membentuk endapan.
2. Bentukan lahan ini dapat terbentuk melalui tiga proses yaitu proses
pengikisan atau erosi, pengangkutan, pengendapan.
3. Adapun hasil pengikisan berupa lahan seperti Desert pavement, blowout,
ventifact, dreikanter, groove, dan yardang.
4. Adapun hasil pengendapan berupa lahan Loess dan gumuk pasir.
III.2 Saran
Gumuk pasir merupakan satu dari sekian banyak anugerah yang ada.
Sudah seharusnya kita menjaga agar keberadaanya tetap lestari. Bukan
gumuk pasir saja melainkan juga setiap titik di lingkungan kita, karena kita
hidup di alam. Alam akan memberikan apa yang kita berikan pada alam.
Ketika kita melestarikan alam maka alam akan memberikan kehidupan
yang baik bagi kita.
13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. http://adityamulawardhani.blogspot.com/ . Bentang alam Eolin.
Diakses pada 5 Mei 2015.
Anonim. 2013. http://berliansuryarimbani.wordpress.com/ Bentuk Lahan Aeolin.
Diakses pada 5 Mei 2015.
Anonim. http://id.wikipedia.org/. Diakses pada 5 Mei 2015.
14 | P a g e