NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM YANG
TERKANDUNG DALAM AL-QUR’AN SURAH
AL-AHQAAF AYAT 15
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Deni Muhammad Ryan
NIM 1112011000073
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M/1440 H
i
ABSTRAK
Deni Muhammad Ryan (NIM: 1112011000073). Nilai-Nilai Pendidikan Islam
Yang Terkandung Dalam Al-Qur’an Surah Al-Ahqaaf Ayat 15
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan
Islam yaitu pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran agama Islam yakni
Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui penelusuran
data-data atau library research. Library research adalah serangkaian kegiatan
yang berhubungan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca,
mencatat serta mengolah bahan penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode tahlili yaitu metode tafsir yang digunakan oleh para
ahli tafsir, penelitian ini menggunakan sumber utama kitab tafsir yaitu tafsir al-
Misbah dan didukung oleh beberapa sumber sekunder lainnya. Dimulai dengan
menyebutkan ayat-ayat yang akan ditafsirkan, menjelaskan makna lafazh yang
terkandung di dalamnya, menjelaskan munasabah ayat dan menjelaskan isi
kandungan ayat. Adapun metode pembahasannya menggunakan metode
deskriptif-analisis yaitu dengan cara mengumpulkan data, analisis data kemudian
terakhir menarik kesimpulan.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa, nilai-nilai pendidikan agama Islam
yang terkandung dalam Al-Qur’an surah Al-Ahqaaf ayat 15 yaitu meliputi:
berbuat baik kepada orang tua, berdoa, bersyukur dan bertobat.
Kata kunci: Pendidikan Islam
ii
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Alhamdulillah, berkat Hidayah, Ridho , dan Inayah-Nya, penyusunan skripsi
ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam, secara khusus disampaikan kepada
Rosulullah SAW atas segala keteladanan dan pengorbanan beliau untuk mendidik
pengikut dan ummatnya, agar menjadi manusia yang berakhlak mulia.
Skripsi ini saya buat sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan mencapai
gelar sarjana pendidikan. Yang mana di dalamnya membahas tentang nilai-nilai
pendidikan Islam.
Dengan kerendahan hati penulis menyadari, bahwa penulisan skripsi ini tidak
akan terselesaikan tanpa bantuan, motivasi serta dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya khususnya
kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M,Ag. Kepala Jurusan Pendidikan Agama
Islam.
3. Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA yang telah membimbing,
mengarahkan dan memberi motivasi kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Ghufron Ikhsan, MA. Dosen Pembimbing akademik yang telah membantu
dan memberikan saran kepada penulis.
6. Seluruh dosen dan jajaran staff jurusan pendidikan agama Islam.
7. Teristimewa untuk ibunda tercinta Hj Entin dan Almarhum ayahanda
tercinta Drs, H. Komarudin yang tiada henti selalu memberikan semangat,
bimbingan dan kasih sayang kepada penulis.
iii
8. Saudaraku Dadang Saktina Komara dan Lilis Citra Komara yang selalu
memberikan dukungan dan semangat.
9. Keluarga besar jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2012 yang
selama ini bersama-sama menyelesaikan studi S1 di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Diharapkan skripsi ini dapat menambah wawasan kita, khususnya mengenai
pembahasan yang ada di dalamnya.
Saya sadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari para pembaca yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata saya ucapkan syukron jaziilan kepada semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhoi setiap usaha kita. Amin
Jakarta, 30 April 2019
Deni Muhammad Ryan
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK..............................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................1
B. Idendifikasi Masalah................................................................................6
C. Pembatasan masalah................................................................................6
D. Perumusan Masalah.................................................................................6
E. Tujuan Penelitian.....................................................................................6
F. Manfaat Penelitian...................................................................................7
BAB II: KAJIAN TEORI
A. Pengertian Nilai Pendidikan Islam.........................................................8
1. Pengertian Nilai................................................................................8
2. Pengertian Pendidikan......................................................................9
3. Pengertian Pendidikan Islam..........................................................13
B. Dasar – Dasar Pendidikan Islam............................................................17
C. Tujuan Pendidikan Islam.......................................................................18
D. Penelitian Yang Relevan.......................................................................21
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Wkatu Penelitian.................................................................25
B. Metode Penelitian.................................................................................25
v
C. Fokus Penelitian...................................................................................26
D. Teknik Pengumpulan Data.................................................................. 26
E. Teknik Analisis Data............................................................................27
BAB IV: HASIL ANALISIS
A. Tafsir Surah Al-Ahqaaf Ayat 15..........................................................29
1. Kosakata Surah Al-Ahqaaf Ayat 15..............................................30
2. Asbabun Nuzul...............................................................................31
3. Munasabah Surah Al-Ahqaaf Ayat 15...........................................32
4. Tafsir Surah Al-Ahqaaf Ayat 15....................................................32
B. Nilai-Nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung Dalam QS.Al-Ahqaaf
Ayat 15.................................................................................................41
1. Berbuat baik kepada orang tua.................... ..................................42
2. Berdoa ...........................................................................................46
3. Bersyukur.......................................................................................54
4. Bertobat..........................................................................................60
BAB V: KESIMPULAN......................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................71
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Qurais Shihab, “Al-Qur’an diturunkan oleh Allah swt sebagai
bukti kebenaran Nabi Muhammad saw, dengan fungsi utamanya adalah
sebagai petunjuk untuk umat manusia”.1 Yakni untuk mengeluarkan manusia
dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka ke
jalan yang lurus. Mengenai fungsi utama al-Qur’an sebagai petunjuk, hal
tersebut dapat dipahami sebagaimana Allah swt berfirman:
/(٥٨١:٢)البقرة
Artinya: “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang
bathil).” (Q.S.Al-Baqarah [02]: 185)
Menurut Nursyamsu, “Keberadaan al-Qur’an telah ditetapkan sebagai
kitab suci akan senantiasa terpelihara di sepanjang masa. Keterlibatan Allah
swt secara langsung dan manusia dalam memelihara al-Qur’an menjadikanya
selalu eksis baik secara lafaz maupun makna, dan karena itu pulalah al-
Qur’an menjadi mukjizat”.2
Al-Qur’an dengan fungsinya sebagai petunjuk bagi umat manusia, ia
diturunkan dengan membawa kebenaran yang di dalamnya tidak terdapat
keraguan, sebagaimana Allah swt berfirman:
1 M. Qurais Shihab, Membumikan Al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1999), h. 27 2 Nursyamsu, “Al-Qur’an Sebagai Sumber dan Ideologi Pendidikan Islam”, Jurnal
Muta‟aliyah STAI Darul Kamal NW Kembang Kerang, vol. 1, 2017, h. 141.
2
/(٥٨٥)البقرة Artinya: “Kitab ini (al-Qur‟an) tidak ada keraguan di dalamnya petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa” (Q.S.Al-Baqarah [02]: 185)
Dengan al-Qur’an manusia mendapat bimbingan, petunjuk nasihat dan
pelajaran. Itulah sebabnya Allah swt memerintahkan kepada seluruh umat
manusia untuk memperhatikan dan mempelajari al-Qur’an.
Secara garis besar menurut Quraish Shihab, al-Qur’an mempunyai tiga
petunjuk pokok:
1. Petunjuk akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia
yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan
akan kepastian adanya hari pembalasan.
2. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan
norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia
dalam kehidupannya secara individual atau kolektif.
3. Petunjuk mengenal syariat dan hukum dengan jalan menerangkan
dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. 3
Dengan merujuk kepada pendapat Qurais Shihab dapat dipahami bahwa
al-Qur’an dengan fungsinya sebagai petunjuk memberikan panduan kepada
manusia tentang berbagai prinsip termasuk tentang pendidikan di mana dalam
al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang mengemukakan tentang prinsip-prinsip
pendidikan ini. Karena itu umat Islam dituntut harus cerdas dalam mengambil
ayat tersebut untuk dapat dijadikan sebagai landasan dalam pelaksanaan
pendidikan.
Pendidikan sendiri adalah usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh
pendidik untuk mengembangkan semua potensi anak didik, baik dari segi
jasmani maupun rohani sehingga terbentuk kepribadian yang utama. Dengan
dijadikanya al-Qur’an sebagai landasan maka pendidikan yang akan terlahir
adalah pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai ilahiah di mana tujuannya
juga bukan hanya berorientasi pada pembentukan kepribadian semata, tetapi
3 Shihab, op. cit., h. 40.
3
lebih kepada kepribadian muslim yang taat kepada Allah sebagai perwujudan
dari nilai-nilai fundamental yang bersumber dari al-Qur’an. Pendidikan
seperti itulah yang dinamakan sebagai pendidikan Islam.
Menurut Ali Mahsun, “Aktifitas kependidikan Islam timbul sejak adanya
manusia itu sendiri (Nabi Adam dan Hawa), bahkan ayat yang pertama kali
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW bukan perintah tentang shalat,
puasa dan yang lainnya, tetapi justru perintah iqra‟ (membaca, merenungkan,
menelaah, meneliti atau mengkaji)”.4 Sebagaimana tertulis dalam al-Qur’an
surat al-Alaq ayat 1:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan..”(Q.S Al-
Alaq [96]: 1)
Menurut Muh Mustakim, “Konsep ini menunjukan bahwa langkah awal
dari konsep pengembangan diri manusia adalah pendidikan, yaitu perintah
membaca, mengkaji dan menganalisa. Dan kesemuanya itu tiada lain adalah
proses dari pendidikan. Maka dari itu, jelaslah bahwa Islam adalah agama
yang selalu mendorong umatnya untuk belajar dan mengembangkan diri”.5
Pendidikan Islam mempunyai fungsi yang sangat vital selain
mengembangkan potensi kognitif dan psikomotorik tetapi juga berperan
dalam pembentukan potensi afektif. Dan orang yang bertanggung jawab
dalam menginternalisasikan nilai-nilai pendidikan tersebut adalah orang tua.
Maka sebagai orang tua wajib untuk menanamkan nilai-nilai positif yang
bersumber dari al-Qur’an pada anak sehingga akan menciptakan seseorang
yang mempunyai kepribadian yang berkualitas dengan taat kepada Allah swt.
Pendidikan yang bersumber dari nash maupun sunnah sangat penting
untuk ditanamkan pada diri seseorang, karena dengan memiliki pemahaman
yang baik maka seseorang senantiasa menempuh jalan yang hak, mampu
4 Ali Mahsun, “Pendidikan Islam dalam Arus Globalisasi”, Episteme Jurnal
Pengembangan Ilmu Keislaman, vol. 8, 2013, h. 260.
5 Muh Mustakim, “Ontologi Pendidikan Islam (Hakikat Pendidikan dalam Perspektif
Islam)”, At-Tajdid Jurnal Ilmu Tarbiyah, vol. 1, 2012, h. 168.
4
mengendalikan kelakuannya, serta mengetahui mana perbuatan yang positif
dan mana perbuatan yang negatif. Inilah yang dituntut Islam dari kita.
Dalam al-Qur’an banyak ayat yang memuat tentang prinsip pendidikan,
di antaranya adalah surat Al-Ahqaaf ayat 15, ayat tersebut menerangkan
tentang sikap anak yang harus berbakti dan berbuat baik kepada orang tuanya
sebagai balas jasa terhadap jerih payah mereka. Mengingat orang tua telah
banyak berjasa terhadap anaknya terutama ibu yang telah banyak berjuang
dan berkorban demi anaknya selama mengandung, melahirkan hingga
menyusui selama tiga puluh bulan atau kurang lebih dua tahun. Kemudian
setelah anak tersebut dewasa dan mencapai usia empat puluh tahun ia berdo’a
dan mendo’akan orang tua serta keturunannya agar bisa beramal saleh,
bersyukur, bertobat dan menjadi muslim yang baik.
Berdasarkan wawancara penulis dengan ahli tafsir kurang lebih penulis
dapat menyimpulkan bahwa dalam surat Al-Ahqaaf ayat 15 mengandung
beberapa nilai pendidikan di antaranya adalah Berbuat baik pada orang tua,
berdo’a, bertobat dan bersyukur kepada Allah swt.6
Salah satu nilai pendidikan yang terkandung dalam surat al-Ahqaaf ayat
15 tersebut adalah tentang sikap anak terhadap orang tua. Pendidikan tersebut
dinilai sangat penting, mengingat sungguh besar pengorbanan mereka
terhadap anaknya terutama ibu dari mulai mengandung, melahirkan hingga
menyusui bahkan mengasuh mereka sampai dewasa. Bahkan ajaran Islam
mengajarkan bahwasanya ridha Allah swt terletak pada ridha orang tua dan
murka Allah swt bergantung pada murka orang tua sebagaimana sabda
Rasullulah saw:
هما أن رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم عن عبد اهلل بن عمرو بن العاص رضي اهلل عن
قال: رضا الرب في رضا الوالد، وسخط الرب في سخط الوالد
Artinya: “dari „Abdullah bin „Amr bin „Ash radhiyallaahu „anhuma, bahwa
Rasulullah shallallaahu „alaihi wa sallam bersabda: “Ridha Allah
6Hasil wawancara dengan Salman Harun, dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Jakarta, tanggal 08 Maret 2017, di kediaman Narasumber.
5
bergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah bergantung kepada
kemurkaan orang tua”.7
Melihat hadits di atas dapat kita pahami bahwa begitu tingginya
kedudukan orang tua dalam Islam, bahkan ridha Allah pun terletak pada ridha
mereka, jadi sebaik apapun akhlak dan ibadah seorang hamba kepada Allah
tidak akan berarti selama ia tidak berbuat baik terhadap orang tuanya.
Mengacu pada pemaparan di atas maka dapat dikatakan bahwa
penelusuran terhadap nilai-nilai yang ada dalam al-Qur’an menjadi penting,
karena setidaknya akan ditemukan konsep-konsep pendidikan yang tidak
hanya berorientasi pada pengembangan manusia secara intelektual tetapi juga
berorientasi pada pembentukan watak dan etika manusia.
Tetunya masih banyak nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam surat
Al-Ahqaaf ayat 15 yang tidak bisa dijelaskan dalam bab 1 ini. Untuk lebih
jelas lagi tentang nilai-nilai pendidikan dalam surat al-ahqaaf ayat 15 akan
dibahas pada bab IV
Alasan pemilihan Q.S. Al-Ahqaaf ayat 15 adalah karena penulis menilai
bahwa nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam ayat tersebut sangat
penting untuk dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
maksud dari diturunkanya al-Qur’an akan tercapai secara maksimal, jadi
bukan hanya sebagai bacaan tapi mampu diamalkan dalam kehidupan
terutama oleh umat muslim.
Akan tetapi untuk memahami isi kandungan serta maksud dari suatu ayat
al-Qur’an diperlukan upaya secara komprehensif dengan cara merujuk kepada
pendapat para mufassir, dengan begitu maka seseorang dapat mengetahui
kandungan serta maksud dari suatu ayat, termasuk dalam hal ini adalah
konsep mengenai pendidikan, sehingga seseorang dapat mengaplikasikan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih jauh tentang nilai-nilai pendidikan dalam Q.S. Al-Ahqaaf
7Abu Isa Muhammad bin Isa bin Tirmidzi, Jami‟ Shahih Sunan at-Tirmidzi, (Kairo: Dar
Al-Hadis, 2010), juz 4, h. 88.
6
ayat 15 dengan judul Nilai-Nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung
Dalam Q.S. Al-Ahqaaf Ayat 15.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas maka
penulis mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan judul yaitu: nilai-
nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Q.S. Al-Ahqaaf ayat 15.
C. Pembatasan Masalah
Agar terhindar dari luasnya pembahasan dan penelitian ini, maka peneliti
membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada isi kandungan Q.S. Al-
Ahqaaf ayat 15 dan nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung di dalam
Q.S. Al-Ahqaaf ayat 15.
D. Perumusan masalah
1. Nilai-nilai pendidikan Islam apa saja yang terkandung di dalam Q.S.
Al-Ahqaaf ayat 15 ?
2. Bagaimana pendapat para mufassir tentang isi kandungan al-Qur’an
surat Al-Ahqaaf ayat 15 ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian skripsi ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam apa saja yang terkandung
dalam Q.S. Al-Ahqaaf ayat 15.
2. Untuk mengetahui pendapat para mufassir tentang isi kandungan Q.S.
Al-Ahqaaf ayat 15.
7
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menambah khazanah pengetahuan keislaman kepada penulis.
2. Memberikan sumbangan pemikiran kepada para pambaca tentang hasil
penelitian yang terkandung dalam Q.S. Al-Ahqaaf ayat 15.
3. Mengetahui bagaimana pandangan Al-Qur’an terhadap nilaii-nilai
pendidikan Islam yang berlaku sehari-hari.
8
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Nilai Pendidikan Islam
1. Pengertian Nilai
Nilai dalam bahasa Indonesia memiliki beberapa arti di antaranya sebagai
“taksiran harga, potensi, kualitas serta hal-hal atau sifat-sifat yang bermanfaat
atau penting untuk kemanusiaan atau sesuatu yang menyempurnakan manusia
sesuai dengan hakikatnya”.1
Dari definisi di atas nilai dapat diartikan sebagai sesuatu yang penting
dan dapat memberikan manfaat bagi manusia. karena dengan nilai maka
manusia dapat mengetahui kadar atau kualitas sesuatu, dan dengannya pula
manusia dapat mengetahui arah sehingga ia mampu membedakan mana yang
benar dan mana yang salah dalam hidupnya.
Adapun pendapat lain mengenai nilai seperti yang dikemukakan oleh
Zakiah Darajat dalam bukunya dasar-dasar agama Islam, “Nilai diartikan
sebagai suatu perangkat keyakinan ataupun suatu identitas yang memberikan
corak khusus kepada pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun
perilaku”.2 Oleh karena itu sistem nilai dapat merupakan standar umum yang
diyakini, yang diserap daripada keadaan objektif maupun diangkat dari
keyakinan, sentimen (perasaan umum) maupun identitas yang diberikan atau
diwahyukan Allah swt yang pada gilirannya menjadi idenditas umum yang
oleh karenanya menjadi syari‟at umum.
Dari definisi nilai di atas penulis memahami bahwasanya nilai adalah
suatu hal yang hadir dalam diri manusia melalui perasaan atau keyakinan
serta mempengaruhi pola pikir dan melahirkan suatu tindakan berdasarkan
keyakinannya. Tindakan yang lahir dari seseorang berdasarkan keyakinan
menurut Zakiah Darajat disebut dengan norma. Dengan demikian dapat
dipahami bahwasanya norma merupakan penjabaran dari nilai sesuai dengan
1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), h. 783. 2 Zakiah Darajat dkk, Dasar-Dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h.
260
9
sifat tata nilai. Demikian juga tata norma ada yang bersifat standar atau ilahi
dan karenanya normatif dan ada yang bersifat kekinian atau berlaku sekarang
dan disebut juga deskriptif yaitu suatu norma yang dirumuskan berdasarkan
kenyataan yang berlaku.
Sebagaimana yang dijelaskan berdasarkan definisi di atas maka dapat
diketahui bahwa sumber nilai berasal dari dua sumber, yang pertama adalah
sumber ilahiah sebagaimana ajaran Islam yang merujuk kepada al-Qur‟an dan
sunnah. Nilai-nilai yang bersumber dari keduanya seperti nilai-nilai ibadat,
keimanan serta akhlak menjadi pedoman bagi umat Islam ketika menjalankan
aktifitasnya. Sedangkan sumber yang kedua berasal dari ra‟yu atau akal serta
adat istiadat seperti nilai moral yang memandang baik dan buruk suatu
perbuatan dengan berdasarkan akal. Dan dengan mengetahui adat maka
seseorang dapat berinteraksi dengan baik ketika hidup bermasyarakat.3
Dari pemaparan di atas dapat penulis simpulkan bahwasanya nilai adalah
sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena dengan
mengacu kepada nilai maka tidak akan tersesat karena nilai berperan
menunjukan kepada arah yang benar. Dalam hal ini nilai yang paling tinggi
adalah nilai ilahiah, yaitu nilai yang berasal dari Allah swt kepada umatnya
yakni al-Qur‟an dan sunnah yang diutus melalui nabinya Muhammad saw.
Dengan menjalankan petunjuk dari keduanya sebagai landasan dalam hidup
maka seseorang dapat mencapai tujuan tertinggi dalam hidupnya yaitu
kebaikan dunia dan akhirat.
2. Pengertian Pendidikan
Istilah pendidikan merupakan terjemah dari bahasa yunani paedagogie
yang berarti “pendidikan” dan pedagogia yang berarti “pergaulan dengan
anak-anak”. Sedangkan orang yang tugasnya membimbing atau mendidik
dalam pertumbuhanya agar dapat berdiri sendiri disebut Paedagosos. Istilah
3 Ibid., h. 262.
10
Paedagogos berasal dari kata Paedos (anak) dan agoge (saya membimbing
dan memimpin). 4
Dengan mengacu kepada definisi di atas maka pendidikan dapat diartikan
sebagai proses edukatif berupa bimbingan atau arahan yang dilakukan oleh
orang dewasa terhadap anak-anak untuk membimbing perkembangan jasmani
dan rohani kearah kedewasaan.
Namun ketika kita melihat definisi di atas pendidikan nampak hanya
ditekankan pada anak-anak dan orang dewasa sebagai pembimbing, padahal
prinsip belajar atau menuntut ilmu hendaknya dilakukan oleh manusia sejak
ia dilahirkan sampai akhir hidupnya, karena itu penulis memahami bahwa
pendidikan tidak ditentukan oleh faktor usia karenanya tidak menutup
kemungkinan adanya peserta didik yang berumur dewasa bahkan tua dan
pendidik lebih muda dari peserta didiknya, karena itu untuk lebih memahami
makna tentang pendidikan kita dapat melihat pada pendapat para tokoh
pendidikan.
Menurut Ahmad D. Marimba, “Pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.5
Dari definisi yang dikemukakan oleh Ahmad D Marimba tersebut dapat
dipahami bahwa pendidikan adalah upaya-upaya yang bersifat membimbing
dan mengarahkan yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik dalam
kondisi sadar dalam rangka mengembangkan seluruh aspek pada anak didik
yang meliputi perkembangan jasmani yaitu
serta rohani
secara maksimal sehingga dapat mencapai tujuan yaitu
terbentuknya personalitas atau kepribadian yang utama pada anak didik.
4 Lihat Armai Arief, Reformulasi pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD Press, 2005), h. 17
5 A. Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), h. 24
11
Sedangkan menurut W.J.S. Poerwadarminta, “Pendidikan adalah proses
perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”.6
Melihat definisi pendidikan yang dikemukakan oleh kedua tokoh di atas
tidak ditemukan adanya perbedaan yang mendasar tentang makna pendidikan,
yakni keduanya memandang bahwa pendidikan adalah berbagai upaya yang
dilakukan, yang berorientasi pada perubahan tingkah laku atau kepribadian.
Istilah pendidikan dalam bahasa inggris adalah education, berasal dari
kata to educate, yaitu “mengasuh, mendidik”. Dalam Dictionary of Education,
Education adalah “kumpulan semua proses yang memungkinkan seseorang
mengembangkan kemampuan, sikap dan tingkah laku yang bernilai positif di
dalam masyarakat”. Istilah education juga bermakna “proses sosial tatkala
seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol
(khususnya lingkungan sosial) sehingga mereka dapat memiliki kemampuan
sosial dan perkembangan individual secara optimal”.7
Sedangkan menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, pada
Bab 1, Pasal 1, Ayat 1 dijelaskan bahwasanya “Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara”.8
Ketika kita membandingkan istilah pendidikan dari barat dan istilah
pendidikan yang dianut di Indonesia keduanya mempunyai kemiripan yakni,
keduanya memandang bahwasanya pendidikan merupakan sebuah proses di
mana anak didik diarahkan untuk bisa mengembangkan potensi dirinya
kearah positif sehingga mampu menjalankan perannya dalam kehidupan
6 Tatang S, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 13
7 Ibid., h. 14
8 Undang-Undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: CV. Tamita
Utama, 2004), h. 4
12
bermasyarakat dengan baik. Namun yang menjadi perbedaan di antara
keduanya adalah pendidikan di Indonesia mengarahkan anak didiknya untuk
memahami pengetahuan spiritual sehingga kepribadian yang terbentuk bukan
hanya positif secara etika tetapi juga berlandaskan pada nilai-nilai spiritual
ketuhanan.
Adapun dalam dunia pendidikan Islam, pendidikan dikenal dengan
beberapa istilah di antaranya Tarbiyah, Ta‟lim dan Ta‟dib. Menurut Waini
Rasyidin, “Konsep yang paling relevan dengan ilmu pedagogik ialah
tarbiyah”.9 Konsep tarbiyah terkait dengan bahasa arab (Rabb), yang berarti
tuhan semesta alam (pencipta, penguasa dan pemelihara yang mendidik
segala ciptaan dan makhluknya. Pendidikan di sini meliputi skala mikro yaitu
pendidikan terhadap anak-anak usia balita hingga baligh maupun makro yaitu
pendidikan orang tua terhadap anak yang dilakukan sepanjang hayat.
Sedangkan Ta‟lim adalah kegiatan pendidikan termasuk
pengajaran/pembelajaran dalam arti luas, yaitu pengajaran individual maupun
pengajaran siswa dan mahasiswa secara formal dan nonformal. Adapun
istilah Ta‟dib adalah proses bantuan sepanjang hayat (40 tahun keatas/life
long education) kearah adab akhlak mulia, nilai dan peradaban maju untuk
menuju masyarakat baru madani yang diharapkan, sejak dari masa sekarang
dan masa depan.10
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam prakteknya
pendidikan merupakan usaha sadar untuk membimbing pertumbuhan dan
perkembangan anak didik yang dilakukan dengan sengaja dan terencana
melalui proses bimbingan, pengajaran dan latihan atau pembiasaan yang
dapat membangkitkan suasana belajar dan proses pembelajaran, yang
menjadikan peserta didik secara aktif mengembangkan potensi kepribadian
dan kemampuan dirinya ketingkat kedewasaan dalam arti memiliki kekuatan
9 Waini Rasyidin, Pedagogik Teoretis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2014), h. 21
10Ibid., h. 23
13
dan kemampuan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara dan hal itu dapat dilaksanakan di dalam atau
di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
3. Pengertian Pendidikan Islam
Dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam dikenal beberapa pendapat
yang mengartikan tentang pendidikan Islam. Salah satunya Omar Muhammad
Al-Toumy al-Syaebany menurutnya, “Pendidikan Islam diartikan sebagai
usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau
kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui
proses kependidikan, dimana perubahan itu dilandasi nilai-nilai islami”. 11
Bertolak dari definisi tersebut jelaslah bahwa proses kependidikan
merupakan rangkaian usaha untuk membimbing serta mengarahkan potensi
hidup manusia yang berupa kemampuan-kemampuan dasar dan belajar,
sehingga terjadilah perubahan didalam kehidupan pribadinya sebagai
makhluk individual dan sosial serta dalam hubunganya dengan alam sekitar di
mana dia hidup. Proses tersebut senantiasa berada dalam nilai-nilai islami,
yaitu nilai-nilai yang melahirkan norma-norma syari‟ah dan akhlak al-
karimah.
Sedangkan menurut Ahmad D Marimba, “Pendidikan Islam adalah
bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam
menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran
Islam. Yang dimaksud dengan kepribadian utama di sini adalah
kepribadian muslim yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama
Islam, memilih dan berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan
bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam”.12
Berpijak pada definisi yang dikemukakan oleh Ahmad D Marimba di
atas maka pendidikan Islam dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan
oleh pendidik berupa bimbingan atau arahan untuk mengembangkan semua
aspek yang ada pada peserta didik yang meliputi perkembangan jasmani atau
11 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 15
12
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Almaarif,
1980), hlm. 23
14
rohani pada peserta didik dengan berlandaskan pada nilai-nilai ajaran Islam
guna mencapai tujuan yaitu kepribadian muslim.
Adapun menurut Zakiah Darajat, “Pendidikan Islam didefinisikan
sebagai suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Setelah itu,
menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan dan menjadikan
Islam sebagai pandangan hidup”.13
Dari definisi pendidikan yang dikemukakan oleh Zakiah Darajat dapat
dipahami bahwa pendidikan Islam adalah pembinaan dengan memberikan
pemahaman secara komprehensif tentang nilai-nilai atau ajaran Islam pada
peserta didik hingga nilai-nilai tersebut mengkristal dalam jiwa, dan nilai-
nilai tersebut akan muncul ke permukaan dengan melahirkan tingkah laku
yang islami.
Sedangkan menurut Muhammad S.A.Ibrahimy, “Pendidikan Islam adalah
suatu sistem pendidikan yang memungkinkan manusia untuk memimpin
hidupnya sesuai dengan ideologi Islam, sehingga ia dengan mudah mampu
mencetak hidupnya sesuai dengan ajaran Islam”.14
Dari terminologi tersebut dapat dipahami bahwasanya pendidikan Islam
adalah pendidikan yang menjadikan nilai Islam sebagai dasar atau pondasi
dalam pelaksanaan pendidikanya sehingga seluruh kegiatan yang dilakukan
diarahkan untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam yaitu terbentuknya
insan kamil.
Sedangkan menurut Yusuf Qardawi, “Pendidikan Islam adalah
pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, ruhani dan jasmaninya,
serta akhlak dan keterampilanya. Pendidikan Islam menyiapkan manusia
untuk hidup, baik dalam keadaan aman maupun perang, dan menyiapkan
untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatanya,
manis dan pahitnya”.15
13 Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 27.
14
Ibid., h. 26.
15
Abudin Nata, Pendidikan dalam perspektif Al-qur’an, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005), hlm. 180
15
Dengan demikian dapat dipahami bawa Pendidikan Islam dalam
pandangan Yusuf Qardawi adalah pendidikan yang sesuai dengan prinsip
ajaran Islam yaitu harus menyentuh seluruh aspek pada diri manusia secara
utuh meliputi akal dan hatinya, hal itu pula yang diyakini dalam ajaran Islam
yakni ketika hati baik maka akan melahirkan perbuatan-perbuatan yang
positif sesuai dari apa yang tercermin dari hati dan akalnya.
Adapun menurut hasil rumusan seminar pendidikan Islam seindonesia
tahun 1960, memberikan pengertian, “Pendidikan Islam adalah sebagai
bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam
dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan
mengawasi berlakunya semua ajaran Islam”. 16
Istilah membimbing, mengarahkan, mengasuh, mengajarkan atau melatih
mengandung pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melaui proses
setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu menanamkan
takwa dan akhlak serta menegakan kebenaran sehingga terbentuklah manusia
yang berpribadi dan berbudi luhur sesuai ajaran Islam.
Berdasarkan hasil rumusan seminar pendidikan Islam seindonesia
tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan Islam adalah rangkaian usaha
berupa bimbingan, yang di mana bimbingan tersebut dilakukan secara
bertahap dengan tujuan memberikan pengaruh pada peserta didik sehingga
diharapkan tercipta kepribadian yang selaras dengan nilai-nilai serta ajaran
Islam.
Sedangkan menurut H.M Arifin dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam
berpandangan bahwasanya, “Pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa
muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing
pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik
melalui ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan
perkembanganya”.17
16 Arifin, loc. cit.
17
Ibid., h. 22
16
Lebih jauh ia menjelaskan bahwa secara teoretis pendidikan mengandung
pengertian “ memberi makan” ( opvoeding) kepada jiwa anak didik sehingga
mendapatkan kepuasan rohaniah, juga sering diartikan dengan
“menumbuhkan” kemampuan dasar manusia. Bila ingin diarahkan kepada
pertumbuhan sesuai ajaran Islam maka harus berproses melalui sistem
kependidikan Islam, baik melaui kelembagaan maupun sistem kurikuler.18
Jadi berdasarkan paparan di atas menurut penulis ada beberapa unsur
yang ada dalam sistem pendidikan Islam di antaranya adalah:
a. Usaha berupa bimbingan atau arahan yang dilakukan oleh pendidik kepada
peserta didik di mana bimbingan tersebut dilakukan secara sadar dan
terencana.
b. Adanya materi pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam
yaitu al-Qur‟an dan as-Sunnah untuk ditanamkan pada jiwa anak didik.
c. Adanya pendidik yang bertugas untuk membimbing serta mengarahkan
anak didiknya sehingga proses pendidikan berjalan dengan baik
d. Adanya peserta didik yang diarahkan serta dibimbing oleh pendidik
e. Pendidikan itu mempunyai dasar sebagai landasan dalam pelaksanaannya
dan juga mempunyai tujuan yang hendak dicapai
Dari berbagai definisi yang telah penulis paparkan di atas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwasanaya pendidikan Islam adalah rangkaian usaha
yang dilakukan secara sistematis dan terencana untuk mengembangkan
seluruh potensi pada anak didik. Di mana usaha tersebut dilakukan secara
sadar dengan mentransfer pemahaman tentang nilai-nilai atau ajaran Islam
sampai mereka memahami dengan akal dan meyakini dengan hatinya,
sehingga nilai-nilai ajaran Islam benar-benar menyatu dan mengkristal dalam
jiwanya, hingga melahirkan tindakan-tindakan positif yang sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam.
18 Ibid.
17
B. Dasar-dasar Pendidikan Islam
Sebagai suatu disiplin ilmu, pendidikan Islam mempunyai asas atau
dasar sebagai landasan. Adapun yang menjadi dasar dalam pendidikan Islam
menurut Abudin Nata adalah “Al-qur‟an dan Sunnah, dengan berlandaskan
pada dua sumber tersebut maka pendidikan Islam dapat membentuk visi,
misi, tujuan, kurikulum dan lainnya serta prinsip-prinsip yang harus dipegang
teguh dalam rangka pengembangan pendidikan Islam”.19
Dengan melakukan kajian terhadap niliai-nilai yang ada dalam al-
qur‟an dan sunnah maka akan ditemukan berbagai prinsip diantaranya prinsip
hubungan yang erat, seimbang dan harmonis dengan Tuhan, manusia dan
alam, pendidikan untuk semua (education for all), pendidikan seumur hidup
(long life education), pendidikan yang berorientasi pada kualitas, pendidikan
yang unggul, pendidikan yang terbuka, demokratis, adil, egaliter, dinamis,
manusiawi dan sesuai dengan fitrah manusia, seimbang antara pendidikan
yang mendukung kecerdasan akal, spititual, sosial emosional, kinestetis, seni,
etika, dan lainnya profesioanl, berorientasi pada masa depan, menjadikan
pendidikan sebagai alat untuk mewujudkan kedamaian, kesejahteraan,
keamanan, dan ketentraman dan lainnya.20
Sejalan dengan pendapat di atas menurut Ahmad D Marimba, “Al-
Qur‟an dan Hadist adalah pundamen pendidikan Islam”.21
Al-qur‟an sebagai
sumber kebenaran dalam Islam. Kebenarannya tidak dapat diragukan lagi.
Sedangkan sunnah Rasullulah saw ialah perilaku, ajaran-ajaran dan perkenan-
perkenan Rasullulah sebagai pelaksanaan hukum-hukum yang terkandung
dalam al-Qur‟an. Ini pun tidak dapat diragukan lagi sebagaimana sabda Nabi
saw :
النب صلى اهلل عليه وسلم :ت ركت فيكم امرين لن تضلوا ما عن انس بن مالك قال كتم بما كتاب اهلل وسنة رسوله تس
19 Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hlm.
31.
20
Ibid., h. 34
21
Ahmad D Marimba, op. cit., h. 41
18
Artinya: “Dari Anas bin Malik berkata : Bersabda Nabi Saw.: Telah
kutinggalkan atas kamu sekalian dua perkara, yang apabila kamu berpegang
kepada keduanya, maka tidak akan tersesat, yaitu kitab allah dan sunnah
rasulnya”.
Dengan dua dasar yang sesungguhnya satu ini, yaitu al-Qur‟an sebagai
sumber utama yang memuat berbagai prinsip termasuk pendidikan dan juga
as-Sunnah sebagai Mubayyin (penjelas) maka keteguhan pendidikan Islam
tidak dapat digoyahkan oleh apapun juga.
C. Tujuan Pendidikan Islam
Dalam dunia pendidikan tujuan memiliki posisi yang sangat penting,
karena dengan adanya tujuan maka proses pendidikan akan terlaksana dengan
fokus dan terarah demi mencapai apa yang diinginkan. Begitu pula dengan
pendidikan Islam, untuk mengetahui apa itu tujuan pendidikan Islam maka
kita dapat merujuk kepada beberapa ahli pendidikan di antaranya:
Menurut Ahmad D Marimba, “Tujuan pendidikan Islam adalah
terbentuknya kepribadian muslim”.22
Menurutnya kepribadian muslim akan
terbentuk setelah melalui berbagai tujuan sementara yaitu antara lain
kecakapan jasmaniah, pengetahuna membaca menulis, pengetahuan dan ilmu-
ilmu kemasyarakatan, kesusilaan, keagamaan dan kedewasaan jasmani-rohani
dst. lebih jauh ditegaskan bahwasanya tujuan pendidikan Islam identik
dengan tujuan hidup setiap orang muslim yaitu dengan menjadi hamba Allah
yang berserah diri dengan beribadah dan bertakwa kepada Allah.
Sebagaimana dinyatakan dalam Al-qur‟an surat Ad-Dzariyat ayat 56 :
22 Ibid., h. 46
19
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku. Kepribadian inilah yang disebut dengan kepribadian
muslim. Kesinilah arah tujuan akhir dari pendidikan Islam.23
Sedangkan menurut Dr. Mohammad „Athiyah al-Abrasy, salah seorang
ahli pendidikan Mesir berpendapat bahwa, “Tujuan pendidikan Islam adalah
pembentukan akhlakul karimah yang merupakan fadhilah dalam jiwa anak
didik, sehingga anak akan terbiasa dalam berperilaku dan berfikirnya secara
rohaniah dan insaniah berpegang pada moralitas tinggi, tanpa
memperhitungkan keuntungan-keuntungan material”.24
Pandangan yang idealistik dari Dr. Mohammad „Athiyah di atas
mencerminkan nilai-nilai islami yang mendasari misi Rasullulah yaitu “
menyempurnakan Akhlak yang mulia” . dengan kata lain, (menurut Dr. C.G.
Jung) kemampuan manusia untuk berakhlak mulia yang bersumberkan jiwa
keagamaan adalah kemampuan dasar yang menjadi fitrah manusia, yang tak
dapat diubah atau dihapuskan dengan cara apapun.25
Sedangkan menurut kongres pendidikan Islam sedunia tahun 1980 di
Islamabad menetapkan pendidikan Islam sebagai berikut:
Pendidikan harus ditujukan kearah pertumbuhan yang berkeseimbangan
dari kepribadian manusia yang menyeluruh melalui latihan spiritual,
kecerdasan dan rasio, perasaan dan pancaindra. Oleh karenanya maka
pendidikan harus memberikan pelayanan kepada pertumbuhan manusia
dalam segala aspeknya, yaitu aspek spiritual, intelektual, imajinasi,
jasmaniah, ilmiah, linguistik, baik secara individual maupun secara
kolektif, serta mendorong semua aspek itu kearah kebaikan dan
pencapaian kesempurnaan. 26
Secara garis besar pendidikan Islam mempunyai dua tujuan yaitu, tujuan
antara dan tujuan akhir. Mengenai dua tujuan tersebut Abdurrahman Saleh
Abdullah memberikan istilah objectives dan aims atau dalam terma arabnya
23 Ibid., h. 49
24
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 122
25 Ibid.
26
Ibid., h. 122
20
ahdaf dan ghayah. Ahdaf yang merupakan tujuan antara dapat mengantarkan
kepada ghayah yaitu tujuan akhir. Dalam pandangan Azyumardi Azra, tujuan
antara adalah “Tujuan yang pertama-tama hendak dicapai dalam proses
pendidikan Islam”.27
Tujuan ini menyangkut perubahan-perubahan yang
dikehendaki dalam proses pendidikan Islam, baik berkenaan dengan pribadi
anak didik, masyarakat dan lingkungan. Tujuan antara itu perlu jelas
keberadaanya sehingga pendidikan Islam dapat diukur keberhasilanya tahap
demi setahap.
Untuk lebih memahami tujuan antara maka kita dapat mengacu kepada
pendapat Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany ia membagi tujuan
pendidikan Islam ini kedalam tiga jenis yaitu:
1. Tujuan individual yaitu tujuan yang berkaitan dengan kepribadian
individual, yaitu tujuan yang berkaitan dengan kepribadian
individu dan pelajaran-pelajaran yang diterimanya. Tujuan ini
menyangkut perubahan-perubahan pada tingkah laku mereka,
aktvitas dan pencapaianya, pertumbuhan kepribadian dan
persiapan mereka di dalam menjalani kehidupanya di dunia dan
akhirat.
2. Tujuan sosial, yaitu tujuan yang berkaitan dengan kehidupan
sosial anak didik secara keseluruhan. Tujuan ini menyangkut
perubahan-perubahan yang dikehendaki bagi pertumbuhan,
memperkaya pengalaman dan kemajuan mereka di dalam
menjalani kehidupan bermasyarakat.
3. Tujuan profesioanal, yaitu tujuan yang berkaitan dengan
pendidikan sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi dan sebagai
suatu aktivitas di antara aktivitas-aktivitas yang ada di dalam
masyarakat.28
Proses pendidikan Islam berusaha mencapai ketiga tujuan “antara‟ di atas
yaitu tujuan individual, sosial dan profesional. Ketiga tujuan antara ini secara
terpadu dan terarah diusahakan agar mencapai tujauan akhir pendidikan
Islam.
27 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruz Media : 2011), hlm.
111
28 Ibid., h. 112
21
Sedangkan Tujuan akhir pendidikan Islam sebagaimana dijelaskan
oleh Muzayyin Arifin dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam bahwa
“Tujuan akhir pendidikan Islam terletak pada sikap penyerahan diri
sepenuhnya kepada Allah pada tingkat individual, masyarakat dan pada
tingkat kemanusiaan pada umumnya. Berdasarkan rumusan tersebut, jelas
tampak bahwa tujuan pendidikan Islam itu yakni menjangkau seluruh
lapangan hidup manusia yang bertitik optimal pada penyerahan diri
manusia kepada khaliknya, Allah swt”.29
Dengan melihat pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
dari pendidikan Islam adalah penyerahan diri secara total kepada Allah swt
di mana proses tersebut dilakukan secara gradual dengan berbagai upaya
yang dilewati meliputi tujuan sementara yaitu kemampuan yang didapat
setelah melalui pengalaman belajar di mana hal tersebut terus
dikembangkan hingga anak didik dapat mencapai tujuan akhir yaitu
perubahan tingkah laku yang positif yang berlandaskan pada nilai-nilai
keislaman, sehingga ia mampu untuk patuh serta berserah diri dengan
beribadat kepada Allah swt secara maksimal.
D. Penelitian yang relevan
Penelitian yang relevan biasa disebut juga dengan tinjauan pustaka.
Kegiatan ini dilakukan untuk memaparkan beberapa penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan. Dengan tinjauan pustaka maka
penelitan seseorang dapat diketahui keasliannya dengan cara meneliti
perbedaan dan persamaan dari segi judul, masalah serta hasil penelitian.
Berdasarkan penelusuran yang penulis lakukan, telah banyak peneliti
yang mengangkat tema tentang nilai-nilai pendidikan dari ayat al-Qur‟an,
kan tetapi penulis belum menemukan penelitian tentang nilai-nilai
pendidikan pada surat al-Ahqaaf ayat 15 secara khusus seperti yang
29 Arifin, op. cit., h. 120
22
penulis lakukan. Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian
yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:
1. “Nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam Al-Qur‟an Surat Al-
A‟raf Ayat 26-27 dan Aplikasinya”. Oleh Siti Nurbaiti NIM
1110011000056 mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2015. Dengan hasil penelitian bahwa nilai-
nilai pendidikan yang terkandung dalam Q.S Al-A‟raf Ayat 26-27 adalah
nilai pendidikan ibadah, meliputi perintah menutup aurat dan perintah
bersyukur yang mengajarkan kita untuk selalu bersyukur, karena pakaian
juga merupakan nikmat. Kedua, nilai pendidikan aqidah, meliputi,
pendidikan taqwa, yang mengajarkan kita bertaqwa kepada Allah
dimanapun kita berada dan pendidikan keimanan, yaitu mengajarkan kita
untuk selalu beriman kepada Allah swt.30
Setelah melakukan analisis terhadap penelitian yang relevan di atas
penulis menemukan beberapa persamaan yaitu pertama tentang metode
yang digunakan, penelitian di atas dan juga penulis menggunakan
metode tahlili dalam penelitianya, yaitu memaparkan segala aspek yang
terkandung dalam ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-
makna yang tercakup di dalamnya, sesuai dengan keahlian dan
kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut, kedua
penulis dan peneliti sama-sama memfokuskan pada nilai-nilai pendidikan
dalam al-Qur‟an, ketiga sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif
dalam melakukan penelitian.
Sedangkan yang menjadi perbedaan antara penelitian yang penulis
lakukan dengan hasil penelitian di atas terletak pada ayat yang dijadikan
tema penelitian di mana penelitian yang dilakukan oleh Siti Nurbaiti
meneliti surat Al-A‟raf ayat 26-27 sedangkan penulis meneliti surat Al-
30Siti Nurbaiti,“Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Q.S Al-A‟raf ayat
26-27” Skripsi pada sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2015, hal. 67, tidak
dipublikasikan.
23
Ahqaaf ayat 15 dan perbedaan yang kedua adalah nilai-nilai pendidikan
yang terkandung di dalamnya.
2. “Nilai-nilai Pendidikan Akhlak dalam Surat Al-Mujadalah Ayat 11-12”.
Oleh Komarullah Azami NIM 109011000192 mahasiswa jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. Dengan
hasil penelitian bahwa nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung
dalam Q.S Al-Mujadalah Ayat 11-12 adalah melapangkan hati, menjalin
hubungan harmonis, memberikan sedekah, menghormati, memuliakan.31
Setelah melakukan analisis terhadap penelitian yang relevan di atas
penulis menemukan beberapa persamaan yaitu pertama tentang metode
yang digunakan, penelitian di atas dan juga penulis menggunakan
metode tahlili dalam penelitianya, kedua penulis dan peneliti sama-sama
memfokuskan pada nilai-nilai pendidikan dalam al-Qur‟an, ketiga sama-
sama menggunakan pendekatan kualitatif dalam melakukan penelitian.
Sedangkan yang menjadi perbedaan antara penelitian yang penulis
lakukan dengan hasil penelitian di atas terletak pada ayat yang dijadikan
tema penelitian di mana penelitian yang dilakukan oleh Komarullah
Azami meneliti surat Al-Mujadalah ayat 11-12 sedangkan penulis
meneliti surat Al-Ahqaaf ayat 15 dan perbedaan yang kedua adalah
penelitian di atas memfokuskan pada nilai-nilai pendidikan akhlak
sedangkan fokus penelitian yang penulis lakukan lebih bersifat global
yakni nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam surat Al-
Ahqaaf ayat 15.
3. “Nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam Al-Qur‟an Surat
Al-Muzzammil Ayat 1-10”. Oleh Fatimatuzzahra NIM 108011000045
31 Komarullah Azami,“Nilai-nilai pendidikan Akhlak dalam Q.S Al-Mujadalah Ayat
11-12” Skripsi pada sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2014, hal. 50, tidak
dipublikasikan.
24
mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2012. Dengan hasil penelitian bahwa nilai-nilai pendidikan Islam yang
terkandung dalam Q.S Al-Muzzammil Ayat 1-10 adalah pendidikan
tentang shalat malam, membaca al-Qur‟an, khusyu‟, berdzikir, dan
kesabaran.32
Berdasarkan analisis terhadap penelitian yang relevan di atas penulis
menemukan beberapa persamaan yaitu pertama tentang metode yang
digunakan, penelitian di atas dan juga penulis menggunakan metode
tahlili dalam penelitianya yaitu memaparkan segala aspek yang
terkandung dalam ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-
makna yang tercakup didalamnya, sesuai dengan keahlian dan
kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-ayat tersebut, kedua
penulis dan peneliti sama-sama memfokuskan pada nilai-nilai pendidikan
dalam al-Qur‟an, ketiga sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif
dalam melakukan penelitian.
Sedangkan yang menjadi perbedaan antara penelitian yang penulis
lakukan dengan hasil penelitian di atas terletak pada ayat yang dijadikan
tema penelitian di mana penelitian yang dilakukan oleh Fatimatuzzahra
meneliti surat Al-Muzammil 1-10 sedangkan penulis meneliti surat Al-
Ahqaaf ayat 15 dan perbedaan yang kedua adalah nilai-nilai pendidikan
yang terkandung di dalamnya.
32 Fatimatuzzahra,“Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Q.S Al-
Muzzammil Ayat 1-10” Skripsi pada sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012,
hal. 83, tidak dipublikasikan.
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Objek dan Waktu Penelitian
1. Objek Penelitian
Objek yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai nilai-
nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an surah Al-
Ahqaaf ayat 15.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang dilakukan penulis dimulai tanggal 29
Oktober 2016.
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif
sebagaimana menurut Imam Gunawan yaitu:
Penelitian yang temuan-tamuanya tidak diperoleh melaui prosedur
kuantifikasi, perhitungan statistik atau bentuk cara-cara lainya yang
menggunakan ukuran angka. Kualitatif berarti sesuatu yang berkaitan
dengan aspek kualitas, nilai atau makna yang terdapat di balik fakta.
Kualitas, nilai atau makna hanya dapat diungkapkan dan dijelaskan
melalui linguistik, bahasa atau kata-kata.1
Jadi dalam penelitian ini penulis tidak melakukan penghitungan
mengenai angka-angka melainkan berfokus pada pengungkapan nilai-niliai
atau makna, kemudian mengungkapkanya melalui kata-kata. Penelitian ini
juga menggunakan metode deskriptif analisis sebagaimana menurut Bugin
yaitu:
Metode deskriptif adalah metode yang bertujuan untuk
menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau
berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang
menjadi objek penilaian dan berupaya menarik realitas itu ke
1 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif :Teori dan Praktik, (Jakarta:Bumi
Aksara, 2013), h. 82.
26
permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau
gambaran tentang kondisi, situasi atau fenomena tertentu.2
Jadi dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menggambarkan
berbagai pendapat para mufassir mengenai makna yang dikandung surat al-
Ahqaaf ayat 15. Sedangkan dalam pengumpulan data penulis menggunakan
teknik studi kepustakaan (Library Research), yaitu mencari informasi dari
berbagai buku, makalah atau artikel, jurnal serta informasi lainnya yang
berhubungan dengan judul penelitian.
C. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan kajian dengan mengacu pada
batasan masalah yaitu tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam surat Al-
Ahqaaf ayat 15. Jadi dalam penelitian ini penulis berusaha untuk meneliti dan
menemukan nilai-nilai pendidikan pada surat Al-Ahqaaf ayat 15 berdasarkan
pandangan para mufassir dari berbagai literatur.
D. Teknik Pengumpulan dan Analisis data
1. Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitan kepustakaan, dalam penelitian
ini penulis mengumpulkan data dari beberapa sumber, yang terdiri dari
sumber Primer (sumber pokok) dan sumber Sekunder (sumber
pendukung), yaitu dengan sumber primer sebagai berikut:
a. Al-Qur’an dan terjemahnya
b. Kitab-kitab Tafsir (Tafsir Al-Misbah, Tafsir Al-Maraghi, Al-Qur’an
dan Tafsirnya)
c. Hadits-hadits Nabi SAW
2 Pedoman Penulisan Skripsi : Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (Jakarta: UIN,
2014), h. 62.
27
Dan sumber sekunder yang penulis gunakan sebagai sumber
pendukung adalah dengan mengunakan buku-buku atau literature yang
relevan dengan nilai-nilai pendidikan Islam dalam Al-Qur’an, selain itu
penulis juga melakukan Wawancara dengan Prof. Dr. Salman Harun,
dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Jakarta. Hasil wawancara terdapat pada bab IV.
2. Analisis Data
Analisis data adalah pencarian atau pelacakan pola-pola. Menurut
Spradley sebagaimana dikutip oleh Imam Gunawan dalam bukunya
Penelitian Kualitatif mengatakan bahwa, “Analisis data kualitatif
adalah pengujian sistematik dari sesuatu untuk menetapkan bagian-
bagiannya, hubungan antar kajian dan hubunganya terhadap
keseluruhanya”.3 Dan dalam penulisan skripsi ini, penulis
menganalisis data dengan menggunakan metode deskriptif analisis
yaitu dengan menganalisis masalah yang akan dibahas mengumpulkan
data secara sistematis berupa ayat, menganalisis, menyeleksi kemudian
menarasikan dan akhirnya diambil kesimpulan.
Dan dalam penafsiran ini penulis menggunakan metode tahlili
(analisis) yaitu menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan memaparkan
segala aspek yang terkandung dalam ayat-ayat yang ditafsirkan itu
serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai
dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang menafsirkan ayat-
ayat tersebut. Kemudian penulis analisis, narasikan dan mengambil
kesimpulan.
Adapun langkah-langkah yang akan penulis laksanakan dalam
menganalisis data untuk menemukan nilai-nilai pendidikan dari Q.S.
Al-Ahqaaf ayat 15 adalah sebagai berikut:
3 Gunawan, op. cit., h. 210.
28
a. Menguraikan Q.S. Al-Ahqaaf ayat 15 meliputi kosakata, asbabun
nuzul serta arti Q.S. Al-Ahqaaf ayat 15.
b. Menjelaskan makna Q.S. Al-Ahqaaf ayat 15 berdasarkan pendapat
para mufassir yang dijadikan rujukan dalam penelitian.
c. Mencari hubungan atau membandingkan Q.S. Al-Ahqaaf ayat 15
dengan ayat-ayat lain yang mempunyai relevansi dengan isi
kandungan ayat.
d. Mengaitkan kandungan dan nilai-nilai pendidikan yang terdapat
dalam Q.S. Al-Ahqaaf ayat 15 dengan konsep pendidikan.
e. Melakukan verifikasi / penarikan kesimpulan berdasarkan analisis
yang telah dilakukan.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nilai pendidikan yang diajarkan dalam al-Qur’an surah al-Ahqaaf ayat 15
adalah:
1. Berdo’a, yang dimaksud dengan berdo’a adalah permohonan hamba
kepada Tuhan untuk memperoleh anugerah berupa pemeliharaan dan
pertolongan. Permohonan tersebut dilakukan dengan hati yang penuh
dengan keikhlasan disertai dengan ketundukkan dan pengaggungan
kepada-Nya. Doa dipandang sebagai otaknya ibadah adalah karena ia
suatu ibadah yang terang sekali memeperlihatkan perhambaan kepada
Allah, sangat berhajatnya hamba-hamba itu kepada Tuhannya. Dengan
berdoa kepada Allah, maka terwujudlah bahwa Allah tempat meminta,
tempat memohon sedangkan si hamba adalah makhluk yang hina dan
selalu kekurangan. Ibadah-ibadah yang dilakukan manusia kepada
Allah merupakan wujud kepatuhan serta ketundukkan hamba kepada
Tuhan. Melalui doa seorang hamba dapat mendekatkan dirinya kepada
Allah swt. Hal ini termasuk pendekatan diri kepada Allah yang paling
utama.
2. Bersyukur, yang dimaksud dengan bersyukur adalah ungkapan terima
kasih seorang hamba kepada Allah atas berbagai nikmat yang ia terima.
Dalam mengungkapkan rasa syukurnya kepada Allah, seorang hamba
dapat menunjukannya melalui hati, lisan dan perbuatan. Syukur dengan
hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang
diperoleh adalah semata-mata anugerah dan kemurahan Allah kepada
hambanya. Yang kedua adalah syukur dengan lidah adalah mengakui
dengan ucapan bahwa sumber nikmat adalah Allah sambil memuji-Nya.
69
Yang ketiga adalah syukur dengan perbuatan. yaitu hendaknya manusia
menggunakan anggota tubuhnya untuk ketaatan yaitu dengan beribadah
dan berbuat kebaikan dengannya.
3. Berbuat baik kepada orang tua, yang dimaksud dengan berbuat baik
kepada orang tua adalah memulyakan, menghormati, mengasihi dan
menjaga mereka. Berbuat baik kepada orang tua merupakan amal yang
utama sebagai bentuk balas jasa seorang anak terhadap jerih payah dan
perjuangan orang dalam mendidik serta membesarkannya.
4. Bertobat, yang dimaksud dengan tobat adalah kembali, yaitu
kembalinya seorang hamba dari kemaksiatan kepada ketaatan kepada
Allah SWT.
B. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan sebagaimana telah dikemukakan di atas,
maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Orang tua sebagai pendidik yang utama memiliki kewajiban untuk
menanamkan nilai-nilai pendidikan yang bersumber dari al-Qur’an
maupun Hadis, dalam rangka membentuk kepribadian muslim dalam diri
seorang anak.
2. Orang tua hendaknya mengajarkan tentang pendidikan doa’a terhadap
anak, karena pada dasarnya berdo’a merupakan kebutuhan dan wujud
ketundukkan hamba di hadapan Tuhnnya dalam rangka memperoleh
anugerah serta pemeliharaan dari-Nya.
3. Orang tua hendaknya menanamkan pendidikan syukur kapada anak,
karena dengan penanaman nilai tersebut seorang anak akan memahami
hakikat nikmat yang ia terima dari Tuhannya dan ia akan menggunakan
nikmat-nikmat tersebut untuk kebaikan, sesuai dengan yang dikehendaki
Allah dan Rasulnya.
4. Orang tua hendaknya menanamkan tentang pendidikan birr al-waalidain
kepada anak, penanaman nilai–nilai tersebut bertujuan agar anak dapat
menjalankan perannya dengan baik sesuai dengan tuntunan perintah
70
agama, memulyakan, menghormati serta berbakti kepada keduanya dalam
rangka balas jasa atas pengorbanan dan jerih payah orang tua terutama ibu
dalam membesarkannya.
5. Orang tua hendaknya menanamkan pendidikan tobat kepada anak,
penanaman nilai tersebut dinilai penting mengingat manusia tidak terlepas
dari dosa dan kesalahan. Karena itu dengan adanya penanaman nilai ini
diharapkan akan terbentuk kepribadian muslim dalam diri anak, yakni
apabila ia melakukan kesalahan maka ia bertobat kepada Allah.
71
DAFTAR PUSTAKA
Al-Adawi, Musthafa bin, Fikih Doa, Jakarta: Darus Sunnah, 2015.
Al-Hafidz, Ahsin W, Kamus Ilmu Al-qur’an, Jakarta: Amzah, 2006.
Al-Maraghi, Ahmad Mustafa, Tafsir al-Maraghi, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
Al-Qurthubi, Syaikh Imam, Tafsir al-Qurthubi, Jakarta: Pustaka Azam, 2009.
Arief, Armai, Reformulasi Pendidikan Islam, Jakarta: CRSD Press, 2005.
Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Asy-Syirbaany, Ridwan, Membentuk Pribadi Lebih Islami: Suatu Kajian Akhlaq,
Jakarta: Intimedia Ciptanusantara, 2007.
D Marimba, Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Almaarif,
1980.
Darajat, Zakiah dkk, Dasar-Dasar Agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1984.
Departemen Agama RI, AlQur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI,
2009.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 2007
Fauzi Rachman, M, Islamic Relationship: Membina Hubungan Islami dengan
Allah SWT, Rasullullah SAW, Manusia dan Alam Semesta, Jakarta:
Erlangga, 2012.
Gunawan, Imam, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Harun, Salman, Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Al-Qur’an, Jakarta: UIN
JAKARTA PRESS, 2013.
Ibn Katsir, Abu al Fida Ismail, Tafsir al-Quran al-Azhim, Beirut: Alim al Kutub,
1985.
Mahsun, Ali, Pendidikan Islam dalam Arus Globalisas, Episteme Jurnal
Pengembangan Ilmu Keislaman, 8, 2013.
Minarti, Sri, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah, 2013.
72
Muhammad Hasbi ash-shiddieqy, Teungku, Pedoman Zikir dan Doa, Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2010.
Mustafa al-Maraghi, Ahmad, Tafsir al-Maraghi, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah.
Mustakim, Muh, Ontologi Pendidikan Islam: Hakikat Pendidikan dalam
Perspektif Islam, At-Tajdid Jurnal Ilmu Tarbiyah, 1, 2012.
Nata, Abudin, Pendidikan dalam perspektif Al-qur’an, Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2005.
-------, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009.
Nursyamsu, Al-Qur’an Sebagai Sumber dan Ideologi Pendidikan Islam, Jurnal
Muta’aliyah STAI Darul Kamal NW Kembang Kerang, 1, 2017.
Pedoman Penulisan Skripsi: Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan , Jakarta:
UIN, 2014.
Qardhawi, Yusuf, Kitab Pentunjuk Tobat: Kembali ke Cahaya Allah, terjemahan
Irfan Maulana Hakim , Bandung: Mizan Pustaka, 2000.
Quraish, Shihab, M, Wawasa Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai
Persoalan Umat, Bandung: Mizan, 1996.
-------, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat. Bandung: Mizan, 1999.
-------, Wawasan Al-Qur’an tentang Zikir dan Doa, Jakarta: Lentera Hati, 2006.
-------, Tafsir Al-Misbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta: Lentera
Hati, 2002.
Rasyidin, Waini, Pedagogik Teoretis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2014.
S, Tatang, Ilmu Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2012.
Suharto, Toto, Filsafat Pendidikan Islam, Jogjakarta: Ar-Ruz Media: 2011.
Tafsir, A, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007.
Tebba, Sudirman, Nikmatnya Zikir dan Doa, Ciputat: Kalam Pustaka, 2004.
73
Tirmidzi, Abu Isa Muhammad bin Isa bin, Jami’ Shahih Sunan at-Tirmidzi,
Kairo: Dar Al-Hadis, 2010.
Undang-Undang SISDIKNAS (UU RI No. 20 Tahun 2003), Jakarta: CV. Tamita
Utama, 2004.