Oleh Kelompok 4:
Azizoel Metiadini (1510301029)
Nur Laely Hidayah (1510301041)
Hairu Firdaus (1510301044)
Titis Ardyasti (1510301045)
Rosita Rahmawati (1510301046)
Winda Ayu Adnanti (1510301061)
Filla Adyarti (1510301083)
Bintari Arbiyani. C. D (1510301084)
Rini Karyani Asmara (1510301100)
Batasan dan Ciri Nomina
Nomina, sering juga disebut kata benda yang dapat dilihat dari tiga segi,
yaitu segi semantis, segi sintaksis, dan segi bentuk. Dari segi semantis,
dapat dikatakan bahwa nomina adalah kata yang mengacu pada manusia,
binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Contoh nomina seperti guru,
kucing, meja, dan kebangsaan. Dari segi sintaktisnya, nomina memiliki ciri-
ciri tertentu,
• Nomina dapat sebagai fungsi subyek, objek, atau pelengkap jika
predikatnya verba. Contohnya, kata pemerintah dan perkembangan
dalam kalimat Pemerintah akan memantapkan perkembangan adalah
nomina. Kata pekerjan dalam kalimat Ayah mencarikan saya pekerjaan
adalah nomina
• Nomina tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak. Kata pengingkaran
ialah bukan. Contohnya, untuk mengingkarkan kalimat “ Ayah saya guru”
harus dipakaikan kata bukan menjadi “ Ayah saya bukan guru”.
• Nomina dapat diikuti oleh kalimat adjektiva, baik secara langsung
maupun diantarai oleh kata yang. Contohnya, buku dan rumah adalah
nomina yang dapat bergabung menjadi “buku baru” dan “rumah mewah”
atau “buku yang baru” dan “ rumah yang mewah”.
Nomina
(Kata Benda)
Segi SintaksisSegi Semantis Segi Bentuk
Kata Dasar Turunan
1. Nomina dari Segi Perilaku Semantisnya
Kata dalam bahasa mana pun mengandung fitur-fitur
semantik yang secara universal melekat pada kata
tersebut. Makna kata “kuda” dalam
budaya mana pun memiliki
fitur-fitur semantik
universal misal:
Kakinya yang empat
Adanya mata yang
berjumlah dua
Warna tubuh hitam, putih,
coklat, atau abu-abu.
Fitur semantik tampak
bersifat kodrati dan sering
tidak diperhatikan.
Fitur-fitur seperti ini penting
dalam bahasa karena
penyimpangan dari sifat
kodrati ini akan
menimbulkan keganjilan,
karena warna badan kuda
hanya bisa hitam, putih,
coklat, atau abu-abu
(mungkin pula belang-
belang atau campuran dari
warna-warna itu) maka
aneh jika ada yang berkata
“kuda saya hijau”, karena
fitur semantiknya “hijau”
tidak ada pada kuda.
Demikian dengan fitur
mata, banyak orang
yang berkata “kuda
saya ada belangnya
akan tetapi, sangat
tidak pas saat ada
yang berkata “kuda
saya ada matanya”
karena, mata
merupakan bagian
yang tidak bisa
terpisahkan dari
pengertian”kuda”
2. Nomina dari Segi Perilaku Sintaksisnya
Sebagai nomina tunggal maupun dalan bentuk frasa, nomina dapat menjadi
subjek (a), objek (b), pelengkap (c), atau keterangan (d), contoh :
a) Manusia pasti mati. Masalah penduduk memerlukan penanganan yang
serius.penjarahan bulan Mei tahun 1998 itu memalukan bangsa.
b) Swastanisasi membutuhkan uang. Perusahaan kami sedang mencari manajer
yang terampil. Demokrasi memerlukan keterbukaan.
c) Petani mulai segan bertanam padi. Itu baru merupakan suatu pendapat. Dia
menyerupai ibunya.
d) Mereka akan datang Minggu pagi. Di belakang rumah tumbuh pohon beringin
yang besar. Kami baru saja kembali dari Padang.Agar suatu nomina atau frasa nomina dapat berfungsi dengan baik, diperlukan
adanya keserasian semantik antara nomina atau frasa nomina tersebut dengan
predikat atau unsur-unsur lain yang terlihat, contohnya :
•Predikat “merokok” memerlukan subjek nomina yang mempunyai fitur semantik
bernyawa dan manusia.
Karena itulah kalimat mengenai kuda yang merokok itu kita tolak atau kita
anggap aneh.
3. Nomina dari Segi Bentuknya
1.1 Nomina Dasar Umum
Gambar
tahun
Meja pisau
Rumah
tongkat
Malam kesatria
Minggu
hukum
1.2 Nomina Dasar Khusus
Adik Bawuk paman
Atas Farida
Pekalongan
Batang Selasa Pontianak
Bawah butir Kamis
Dalam muka Maret
3.1. Nomina Dasar
Nomina dasar adalah nomina yang hanya terdiri atas satu
morfem. Contoh nomina dasar yang dibagi menjadi nomina
dasar umum dan nomina dasar khusus :
3. Nomina dari Segi Bentuknya
3.2 Nomina Turunan
Nomina dapat diturunkan melalui afiksasi, perulangan, atau
pemajemukan. Afiksasi nomina adalah suatu proses pembentukan
nomina dengan menambahkan afiks tertentu pada kata dasar. Hal
yang perlu diperhatikan dalam penurunan nomina dengan afiksasi
adalah bahwa nomina tersebut memiliki sumber penurunan dan
sumber ini belum tentu berupa kata dasar.Nomina turunan seperti “kebesaran”
memang diturunkan dari kata dasar
besar sebagai sumbernya, tetapi
pembesarnya tidak diturunkan dari
kata dasar yang sama, besar, tetapi,
dari verba membesarkan. Akan
tetapi, makna pembesaran berkaitan
dengan perbuatan membesarkan,
bukan dengan “keadaan besar”.
Karena “pembesaran” diturunkan
bukan dari adjektiva besar tetapi dari
verba “membesarkan”. Contoh
penuran nomina-nomina lain,
Akan tetapi, makna pembesaran berkaitan
dengan perbuatan membesarkan, bukan
dengan “keadaan besar”. Karena
“pembesaran” diturunkan bukan dari
adjektiva besar tetapi dari verba
“membesarkan”. Contoh penuran nomina-
nomina lain,
Contoh Penuran
Nomina-nomina
3. Nomina dari Segi Bentuknya
Dalam bahasa Indonesia sering ada dua verba yang maknanya sangat
dekat. Verba “membesarkan” dan “memperbesar”. Contohnya sama-
sama mengandung makna “menyebabkan sesuatu menjadi besar atau
lebih besar.” Karena hal ini, maka nomina turunan pembesaran tidak
mustahil diturunkan baik dari verba membesarkan maupun
memperbesar.
Darat Mendarat Daratan
Mendarat
Pendaratan
DaratanSatu
Kesatuan
Bersatu
Persatuan
Menyatukan
Penyatun
3. Nomina dari Segi Bentuknya
Afiks dalam
Penurunan
Nomina
Prefik
s
ke-
per-
pen
g-
Sufiks -an
pe-
pel-
per-
peny
-
pen-
pem-
pe-
peng
e-
peng
-
Prefiks per- ataupun peng- memiliki alomorf yang wujudnya sama,
yaitu: pe-.
Nomina berikut diturunkan dengan memakai dua prefiks yang
berbeda meskipun ujudnya sama :
3. Nomina dari Segi Bentuknya
pe- adalah
alomorf dari
peng-
Pewaris
Pelukis
Pemas
ak
pe- adalah
almorf dari
per-
Pedaga
ng
Petani
Petinju
Kelompok (a) diturunkan
melalui proses morfofonemik
yang teratur, yaitu bahwa di
muka fonem seperti /w, l, m/
prefiks peng- berubah menjadi
pe-.
Kelompok (b) diturunkan
melalui proses morfenemik
yang tidak teratur, yaitu
bentuk pedagang, misalnya,
diturunkan dari verba
berdagang yang mengandung
fonem /r/. Namun dalam
proses pertumbuhan banyak
kata yang tidak lagi memiliki
fonem /r/ ini dalam bentuk
nominanya.
3. Nomina dari Segi Bentuknya
Selain prefiks
dan sufiks,
ada pula infiks
meskipun kini
sudah tidak
produktif lagi.
Infiks-infiks ini
adalah :
-el-
-er-
-in-
-em-
Bahasa juga
memiliki afiks-
afiks yang
berasal dari
bahasa asing,
yaitu :
-wan
-wati
-at
-in
-isme
-(is)asi
-logi
-tas
3. Nomina dari Segi Bentuknya
3.3 Morfofonemik Afiks Nomina
Morfofonemik berkaitan dengan perubahan fonem antara akhir suatu
suku dengan permulaan dari suku lain yang mengikutinya dan dalam
hal penurunan nomina fonem akhir afiks nomina sama dengan fonem
akhir afiks verba. Morfofonemik afiks nomina sama dengan
morfofoemik afiks verba.
Misalnya , dalam verba prefiks meng- berubah
menjadi men- waktu ditempelkan pada suku
yang mulai dengan fonem /d/ (meng- + dapat
– mendapatkan), maka hal yang sama juga
terjadi pada nomina : peng- berubah menjadi
pen- bila diikuti /d/ (peng + datang
pendatang)
4. Morfologi dan Semantik Nomina Turunan
Dalam bahasa Indonesia, kata dasar tertentu dapat langsung
menjadi nomina dengan memakai afiks tertentu. Kecuali untuk
menyatakan makna orang yang atau alat untuk (verba), yang
umumnya dinyatakan dengan afiks peng, masing-masing kata dasar
atau sumber mempunyai afiks sendiri-sendiri. Kata seperti menang dan
berani dapat dijadikan nomina hanya jika afiks yang dipakai adalah ke-
an sehingga tercipta nomina kemenangan dan keberanian.
Sebaliknya, verba seperti memeriksa dan menghargai hanya
dapat ditautkan dengan peng-an yaitu pemeriksaan dan penghargaan.
Demikian pula hanya dengan per-an pada umumnya bertaut dengan
kata seperti berjuang dan berdagang sehingga diperoleh nomina
seperti perjuangan dan perdagangan.
Namun tidak juga benar bahwa tidak ada kata dasar lain yang
memiliki keanggotaan rangkap. Banyak kata yang dapat bergabung
dengan dua macam afiks atau lebih meskipun diurut dari bentukan
berasal dari sumber yang berbeda. Misalnya kata dasar satu, verbanya
adalah bersatu, dan menyatukan. Nominanya adalah kesatuan,
persatuan, dan penyatuan.
4. Morfologi dan Semantik Nomina Turunan
4.1 Penurunan Nomina dengan ke-
Nomina yang diturunkan dengan penambahan prefiks ke- tidak banyak. Yang
dapat disebutkan hanyalah ketua, kehendak, kekasih, dan kerangka.
4.2 Penurunan Nomina dengan pel, per, dan pe
Nomina yang diturunkan dengan pel- hanya terbatas pada satu kata dasar yaitu
ajar yang menurunkan nomina pelajar. Sedangkan nomina yang diturunkan
dengan per- itu banyak karena nomina per berkaitan erat dengan verba yang
berafiks ber-. Namun banyak nomina per- yang tidak lagi mempertahankan /r/-
nya sehingga nomina tadi hanya muncul pe saja.
Kata yang masih
mempertahankan bentuk
per-
Pertapa ← bertapa
Persegi ← bersegi
Pertanda ← bertanda
Perlambang ←
berlambang
Nomina-nomina yang
berkaitan dengan verba
ber- tetapi muncul
dengan bentuk pe-
Petani ← bertani
Petinju ← bertinju
Pedagang ←
berdagang
Pejuang ←
berjuang
Pejalan ← berjalan
Pemain ← bermain
Pe- merupakan alomorf
dari per-. Nomina lain
yang masih
mempertahankan per-
Petani ←
pertanian
Petinju ←
pertinjuan
Pedagang ←
perdagangan
Pejuang ←
perjuangan
Pejalan ←
4. Morfologi dan Semantik Nomina Turunan
4.3 Penurunan nomina dengan peng-
Berbeda dengan prefiks ke-, prefiks peng-, dengan alomorfnya pem-, pen-, peny-,
pe-, peng-, dan penge- sangat produktif dalam bahasa. Pada umumnya sumber
untuk penurunan nomina ini adalah verba atau adjektiva. Arti umum bagi nomina
dengan peng- ialah:
A. Orang atau hal yang
melakukan perbuatan yang
dinyatakan oleh verba.
Contoh:
Pembeli − orang yang
membeli
Pendobrak − orang yang
mendobrak
Pengawas− orang yang
mengawasi
Pemilih − orang yang
memilih
Pengirim − orang yang
mengirim
Pengetes − orang yang
B. Orang yang pekerjaanya melakukan
kegiatan yang dinyatakan oleh verba.
Makna ini berkaitan erat dengan dengan
semantik dari verba yang dipakai sebagai
sumber.
Contoh:
Pelatih − orang yang pekerjaannya
melatih
Pendobrak − orang yang sedang
mendobrak
Penyanyi − orang yang pekerjaannya
menyanyi
Pelaut − orang yang pekerjaannya
melaut
Pemulung − orang yang pekerjaannya
memulung
4. Morfologi dan Semantik Nomina Turunan
C. Orang yang memiliki sifat yang
dinyatakan oleh adjektifa dasarnya
menjadi sumber penurunan yang
berkaitan dengan sifat atau emosi
seseorang.
Contoh:
Pemarah − orang yang sifatnya
mudah marah
Penakut − orang yang sifatnya
mudah takut
Pelupa − orang yang sifatnya
mudah lupa
Pemalas− orang yang sifatnya
malas
Periang − orang yang sifatnya
riang
D. Giat untuk melakukan kegiatan yang
dinyatakan oleh verba.
Contoh:
Penggali − alat untuk atau orang yang
menggali
Penghapus − alat untuk atau orang
yang menghapus
Pembersih − alat untuk atau orang
yang membersihkan
Pendorong − alat untuk atau orang
yang mendorong
Penopang − alat untuk atau orang
yang menopang
Arti ‘orang yang meng...’ pada nomina peng- ada klanya meluas. Nomina
penyakit misalnya, yang semula berarti ‘yang menyakiti’ sudah meluas artinya dan
mencakupi makna ‘gangguan pada bagian tubuh, gangguan kesehatan, kebiasaan
yang buruk, dan yang mendatangkan keburukan. Nomina pembesar tidakmerujukpada
sifatnya yang besar tetapi pada kedudukan sosialnya dalam masyarakat.
Demikian pula halnya dengan makna ‘pelaku’ yang juga tidak selalu
dinyatakan dengan bentuk peng-. Orang yang membeli barang dagangan untuk dijual
lagi tidak dinamakan pengkulak tetapi tengkulak.
4. Morfologi dan Semantik Nomina Turunan
Karena salah satu alamorf peng- adalah
pe-, sedangkan pe- juga merupakan
alamorf dari per-.
Contoh:
Petani ← alomorf dari per- ↔
bertani
Pengawas ← alomorf dari
peng- ↔ mengawasi
Pedagang ← alomorf dari
per- ↔ berdagang
Pelatih ← alomorf dari peng- ↔
melatih
Petinju ← alomorf dari per- ↔
bertinju
Perawat ← alomorf dari peng- ↔
merawat
Perkembangan bahasa
Indonesia memunculkan
bentuk-bentuk baru pada
aspek lain terutama verba.
Contoh:
Penyuruh − yang
menyuruh
Pesuruh − yang
disuruh
Peninju − yang
meninju
Petinju − yang
bertinju
Penyerta − yang
menyertai
Peserta − yang ikut
serta
Penatar − yang
menatar
Petatar − yang ditatar
4. Morfologi dan Semantik Nomina Turunan
4.4 Penurunan nomina dengan –an
Nomina dengan sufiks –an umumnya diturunkan dari sumber verba walaupun
kata dasarnya adalah kelas kata lain. Kata asin, misalnya, memang adjektiva,
tetapi kata ini dijadikan verba lebih dahulu, mengasinkan, sebelum dipakai
sebagai sumber untuk menurunkan nomina asinan. Demikian pula kiloan
diturunkan bukan dari nomina kilo tetapi dari verba mengilo(kan).Arti umum yang dinyatakan oleh nomina
dengan –an ialah hasil tindakan atau
sesuatu yang dinyatakan oleh verba.
Contoh:
Anjuran − hasil menganjurkan atau
sesuatu yang dianjurkan
Kiriman − hasil mengirim atau
sesuatu yang dikirimkan
Asinan − hasil mengasinkan atau
sesuatu yang diasinkan
Kiloan − hasil mengilo atau
sesuatu yang dikilo(kan)
Nomina dengan –an yang berkaitan
dengan makna lokasi.
Contoh:
Tepian − tempat menepi
Belokan − tempat
membelok
Awalan − yang
ditempatkan di awal
Akhiran − yang
ditempatkan di akhir
4. Morfologi dan Semantik Nomina Turunan
Sub kelompok
nomina dengan –an
yang mengacu pada
waktu berkala.
Contoh:
(surat kabar) harian
Masa Kini
(majalah) mingguan
Sepekan
(jurnal) bulanan
Bahasa
rapat tahunan
(anggota)
Sekelompok nomina yang
lebih kecil lagi merujuk pada
nama buah-buahan yang
mempunyai ciri yang tertera
pada sumbernya:
Contoh:
Durian − buah yang kulitnya
berduri
Rambutan− buah yang
kulitnya berambut
Sekelompok kecil
nomina –an diturunkan
dari nomina dan
maknanya adalah ‘
kumpulan dari nomina’
tersebut.
Contoh:
Sayuran − berbagai
sayur
Lautan − laut yang
luas
4. Morfologi dan Semantik Nomina Turunan
4.5 Penurunan Nomina dengan peng-an
Nomina dengan peng-an umumnya diturunkan dari verba dengan meng-, yang
berstatus transitif. Apabila ada dua verba dengan kata dasar yang sama dan
salah satu verba ini berstatus transitif, sedangkan yang lain taktransitif, maka
verba taktransitiflah yang menjadi sumber penurunan nomina dengan peng-an.
Misalnya dalam bahasa Indonesia kita temukan verba bersatu dan menyatukan.
Nomina penyatuaan tidak diturunkan dari taktransitif bersatu tetapi dari verba
transitif menyatukan. Kesimpulan ini diambil karena:
Adanya keterkaitan makna antara
penyatuan dan menyatukan, yakni
bahwa penyatuan adalah suatu
perbuatan menyatukan
Nominalisasi ini
mempunyaikeselarasan sintaksis
Contoh:
1.Hayam Wuruk menyatukan seluruh
tanah Jawa
2.Seluruh tanah Jawa bersatu
3.Penyatuan tanah Jawa dilakukan
oleh Hayam Wuruk
4.Persatuan tanah Jawa dilakukan
oleh Hayam Wuruk
Dari contoh (3) tampakbahwa nomina penyatuaan merupakan suatu perbuatan yang
dilakukan oleh subjek (Hayam Wuruk). Penolakan terhadap kalimat (4) lebih lagi
mendukung kesimpulan bahwa nomina peng-an diturunkan dari verba transitif.
4. Morfologi dan Semantik Nomina Turunan
Tiap ada verba transitif dapat
diturunkan menjadi nomina peng-an.
Nomina dengan peng- dan peng-an
mempunyai alomorf peng-an, pen-an,
pem-an, penge-an, peny-an, dan pe-an.
Maka yang umum adalah ‘perbuatan
yang dinyatakan oleh verba’.Contoh:
Pemberontakan − perbuatan
memberontak
Pendaftaran − perbuatan
mendaftar
Pengunduran − perbuatan
mengundurkan
Penyajian − perbuatan
menyajikan
Pelampiasan − perbuatan
melampiaskan
pengeboman/pemboman −
perbuatan
mengebom
Disamping makna umum ‘perbuatan’ ada
pula nomina peng-an yang mengandung
makna ‘hasil perbuatan’ yang dinyatakan
verba.Contoh:
Pengakuan − hasil perbuatan
mengakui
Penghargaan − hasil perbuatan
menghargai
Penyelesaian − hasil perbuatan
menyelesaikan
Pengumuman − hasil perbuatan
mengumumkan
Pemberitaan − hasil perbuatan
memberitakan
Ada pula nomina turunan peng-an yang
maknanya unik sehingga ditentukan
sendiri-sendiri, yang belum tentu berkaitan
dengan verbanya.Contoh:
Pendirian − pendapat yang dinyatakan
Pendapatan − gaji, yang didapat
Pemandangan − panorama
(yang dapat dipandang)
Pendengaran − kemampuan
mendengar(kan)
4. Morfologi dan Semantik Nomina Turunan
4.6 Penurunan Nomina dengan
per-an
Nomina dengan per-an juga
diturunkan dari verba,tetapi
umumnya dari verba taktransitif dan
berawalan ber-.
Akan tetapi. ada pula nomina per-an
yang berkaitan dengan verba meng-
atau memper- yang berstatus transitif.
Contoh:
Perjanjian − berjanji
Pergerakan− bergerak
Perjalanan − berjalan
Pertemuan − bertemu
Perpindahan − berpindah
Contoh:
Perlawanan − melawan
Permintaan − meminta
Percobaan − mencoba
Pergelaran − mempergelarkan
Pertahanan −
mempertahankan
Perjuangan −
berjuang/memeperjuangkanMakna umum nomina per-an adalah:
a. Hal, keadaan, atau hasil yang
dinyatakan oleh verba
b. Perbuatan yang dinyatakan oleh
verba
c. Hal yang berkaitan dengan kata
dasar
d. Tempat yang dirujukoleh verba atau
kata dasar
4. Morfologi dan Semantik Nomina Turunan
Nomina dapat diturunkan dengan peng-an atau per-an. Di samping kedua cara
ini, ada pula nomina yang diturunkan dengan pe-an seperti pegunungan dan
pedesaan. Bila digabungkan dengan kata dasar dalam, pe-an menimbulkan
kontras dengan peng-an bersaing dengan bentuk per-an tanpa ada perbedaan
makna. Perhatikan bentuk pemukiman dan permukiman diturunkan dari
memukimkan dan permukiman dari bermukim.
Pergerakan − hal/keadaan
bergerak
Perdagangan − hal
berdagang
Pertanian− hal bertani
Perjuangan − hal berjuang
Perkelahian − perbuatan
berkelahi
Perkelahian − perbuatan
berkelahi
Perzinaan − perbuatan
berzina
Percakapan − perbuatan
bercakap-cakap
Percobaan − perbuatan
mencoba
Perlawanan − perbuatan
melawan
Perikanan − yang berkaitan dengan ikan
Perkapalan − yang berkaitan dengan kapal
Perbukuan − yang berkaitan dengan buku
Perburuhan − yang berkaitan dengan buruh
Persuratkabaran − yang
berkaitan dengan surat kabar
Perapian − tempat membuat api
Perkotaan − tempat mendirikan
kota/berkota
Perkampungan − tempat
mendirikan kampung/berkampung
Perkemahan − tempat berkemah
Perguruan − tempat berguru
4. Morfologi dan Semantik Nomina Turunan
4.7 Penurunan Nomina dengan ke- -an.
Penurunan nomina ke- -an dapat diturunkan dari sumber verba,adjektifa atau
nomina.
Jika bersumber pada nomina maknanya keabstrakan atau
kantor atau wilayah kekuasaan.
Contoh :
Kemanusiaan – hal mengenai manusia.
Kecamatan – wilayah kekuasaan camat.
Jika bersumber pada verba maka maknanya hal atau keadaan
yang berhubungan dengan yang dinyatakan verba.
Contoh :
Keberangkatan – hal yang berhubungan dengan
berangkat.
Keputusan – hal yang berhubungan dengan memutuskan.Jika bersumber pada adjektifa maknanya hal atau keadaan
yang berhubungan dengan yang dinyatakan adjektifa.
Contoh :
Kekosongan – keadaan kosong.
Kebimbangan – keadaan bimbang.
4. Morfologi dan Semantik Nomina Turunan
4.8 Kontras Antar Nomina.
Karena kata dasar dapat diberi afiks yang
berbeda2 maka harus
mempertimbangkan perbedaan bentuk
dan maknanya.
Contoh :
Persediaan – cadangan.
Penyediaan – perbuatan
menyediakan.
Kesediaan – keadaan
bersedia untuk melakukan sesuatu.
Sediaan – hasil menyediakan.
4.9 Nomina dengan Dasar
Polimorfemis.
Kata turunan yang waktu diturunkan
menjadi nomina tidak menanggalkan
prefiksnya, tetapi menjadi sumber bagi
pengimbuhan yang lebih lanjut.
Contoh :
Sesuai – kesesuaian – penyesuaian –
persesuaian.
Selanjutnya juga ada nomina turunan
yang juga menjadi sumber bagi
penurunan yang lebih lanjut.
Contoh :
Mendidik – pendidik – kependidikan
4. Morfologi dan Semantik Nomina Turunan
4.10 Penurunan Nomina dengan –el, -er, -em, dan -in-.
Imbuhan yang disisipkan tidaklah produktif dalam bahasa jawa.
Contoh :
Suling – seruling.
Tunjuk – telunjuk.
Kuning – kemuning.
Kerja – kinerja.
4.11 Penurunan Nomina dengan –wan/ –wati .
Nomina dengan afiks –wan /–wati mengacu pada orang ahli
dalam bidang tertentu, mata pencaharian tertentu, orang yang
mempunyai sifat khusus. Alomorf -wan dipakai untuk mengacu
pada laki-laki. Sedangkan alomorf –wati dipakai untuk mengacu
pada perempuan.
Contoh :
Budayawan – orang yang ahli dalam bidang budaya.
Wartawan – orang yang pekerjaan nya dalam bidang
pewartaan.
Rupawan – orang yang memiliki rupa elok.
4. Morfologi dan Semantik Nomina Turunan
4.12 Penurunan Nomina dengan –at/ –in
dan –a/ –i .
Nomina yang diturunkan dengan sufiks –at
dan –in maknanya perbedaan jenis
kelamin.
Contoh :
Tunggal/pria Tunggal /wanita
Jamak/ P- W
Muslim Muslimat Muslimin
Ada pula bentuk nomina yang diturunkan
fonem /a/ untuk pria dan fonem /i/ untuk
wanita.
Contoh :
Dewa – Dewi.
Mahasiswa – Mahasiswi.
4.13 Penurunan Nomina dengan –
isme, –is( asi), -logi, dan –tas.
Sufiks –isme dan –tas dipungut dari
bahasa asing namun lambat laun
menjadi produktif sehingga bentuk –
isme, –isasi, –logi, dianggap layak
diterapkan pada kata dasar.
Contoh :
Komunisme.
Modernisasi.
Biologi.
Kualitas.
4. Morfologi dan Semantik Nomina Turunan
4.14 Perulangan Nomina.
Perulangan atau reduplikasi adalah
proses penurunan kata dengan
perulangan baik secara utuh maupun
sebagian. Berikut penurunan
reduplikasi nomina menurut
bentuknya.
Perulangan utuh
Rumah – rumah
Buku – buku
Perulangan salin suara
Warna – warni
Corat – coret
Perulangan sebagian
Orang – orang tua
Rumah – rumah sakit
Perulangan yang disertai
pengafiksan
Padi – padian
Main – mainan
4.15 Pemajemukan nomina dan idiom.
Ada kriteria Perbedaan nomina majemuk
dan nomina idiom yaitu pertama, makna
nomina masih dapat ditelusuri secara
langsung sedangkan nomina idiom
memunculkan makna baru yang tidak
dapat ditelusuri secara langsung.
Misal :
Unjuk rasa : nomina majemuk karena
maknanya masih dapat ditelusuri seperti
makna kata unjuk dan rasa.
Sebaliknya,
Kaki tangan : nomina idiom karena makna
dari gabungan ini tidak ada sangkut
pautnya dengan kaki ataupun tangan.
Pada umumnya nomina majemuk terdiri
dari dua kata, sedangkan nomina idiom
bisa lebih panjang.
Misal :
Ganti rugi : nomina majemuk
Patah tumbuh hilang berganti : nomina
4. Morfologi dan Semantik Nomina Turunan
4.15.1 Nomina Majemuk:
Masih dapat ditelusuri secara langsung
dari kata-kata yang digabungkan.
Contoh : unjuk rasa
Unjuk rasa termasuk nomina majemuk
karena maknanya dapat ditelusuri dari
makna kata unjuk dan rasa.
Urutan katanya mengikuti kaidah
sintaksis.
Biasanya terdiri atas dua kata
Contoh: ganti rugi
4.15.2 Nomina Idiom:
Memunculkan makna baru yang tidak
dapat secara langsung ditelurusi dari kata-
kata yang digabungkan.
Contoh: kaki tangan
Kaki tangan termasuk nomina idiom
karena makna dari gabungan kata
tersebut tidak ada sangkut pautnya
dengan kaki dan tangan.
Urutan komponen seolah-olah telah
menjadi satu, sehingga tidak dapat ditukar
tempatnya. Biasanya terdiri dari dua kata
atau lebih
Contoh: patah tumbuh hilang
4.15 Pemajemukan nomina
dan idiom.
4. Morfologi dan Semantik Nomina Turunan
Pembagian Nomina
Majemuk1. Berdasarkan bentuk morfologis,
a. Nomina majemuk dasar
Nomina majemuk dasar adalah nomina
majemuk yang komponennya terdiri dari
kata dasar.
Contoh :
Suami istri
Anak cucu
Suka duka
Ganti rugi
Lomba lari
Uang muka
Peran serta
b. Nomina Majemuk Berafiks
Nomina majemuk berafiks adalah
nomina majemuk yang salah satu atau
kedua komponennya mempunyai afiks
Contoh:
Sekolah menengah
Orang terpelajar
Penyakit menular
Pedagang eceran
Pekerjaan sambilan
Kakak beradik
4. Morfologi dan Semantik Nomina Turunan
2. Berdasarkan Hubungan
Komponen
a. Nomina Majemuk dari Bentuk
Bebas dan Bentuk Terikat
Nomina majemuk tipe ini terdiri dari
unsur, salah satu di antaranya adalah
unsur terikat, yakni unsur yang tidak
dapat berdiri sendiri. Dalam penulisan,
nomina majemuk seperti ini dituliskan
menjadi satu kata.
Contoh:
Paranormal
Pascasarjana
Pascapanen
Praduga
Prarencana
Reboisasi
Semifinal
Subbab
b. Nomina Majemuk Setara
Nomina majemuk setara, atau
koordinatif, adalah nomina majemuk
yang kedua komponennya memiliki
kedudukan yang sama. Dalam
penyusunannya, nomina majemuk
setara ini tidak dapat diubah
penataannya.
Contoh:
Suami istri
Anak cucu
Suka duka
Doa restu
Sawah ladang
Ibu bapak
Lalu lintas
4. Morfologi dan Semantik Nomina Turunan
c. Nomina Majemuk Bertingkat
Nomina majemuk bertingkat adalah
nomina majemuk yang salah satu
komponennya berfungsi sebagai induk,
sedangkan komponen lainnya sebagai
pewatas. Misalnya, kata lomba lari.
Kata lomba merupakan induknya,
sedangkan kata lari merupakan kata
yang membataasi makna dua kata
tersebut.
Contoh:
Anak kandung
Uang muka
Unjuk rasa
Bola basket
Batasan dan Ciri Pronomina
Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada
nomina. Misalnya dia atau ia untuk menggantikan nama seseorang,
profesi seperti perawat dan polisi, -nya untuk menggantikan benda
kepunyaan seseorang.
Ciri :
• Menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh nomina, seperti
subjek, objek, dan predikat
• Acuannya dapat berpindah-pindah karena bergantung kepada
siapa yang menjadi pembicara/penulis, siapa yang menjadi
pendengar/pembaca, atau siapa/apa yang dibicarakan.
1. Pronomina Persona
Persona
Makna
TunggalJamak
Netral Eksklusif Inklusif
PertamaSaya, aku, ku-,
-kukami kita
Kedua
Engkau, kamu,
anda, dikau,
kau, -mu
Kalian, kamu
sekalian, anda
sekalian
KetigaIa, dia, beliau, -
nyamereka
• Pronomina yang dipakai untuk mengacu pada orang.
• Pronomina yg mengacu pada diri sendiri (pronomina persona pertama),
mengacu pada orang yang diajak bicara (pronomina persona kedua) dan
mengacu pada orang yang dibicarakan (pronomina ketiga).
• Di antara pronominal ada yang mengacu pada jumlah 1 atau lebih dar
satu. Ada yg bersifat eksklusif, inklusif dan netral.
Persona Pertama
Persona pertama tunggal bahasa Indonesia adalah saya, aku, dan daku. Saya
adalah bentuk yang formal dan umumnya dipakai dalam tulisan atau ujaran yang
resmi contoh: pidato.
Persona pertama aku lebih banyak dipakai dalam pembicaraan batin dan dalam
situasi yang tidak formal dan lebih banyak menunjukkan keakraban antara pembicara
dan pendengar.
Pronomina persona aku mempunyai variasi bentuk, yaitu –ku dan ku-. Bentuk –
ku dipakai, dalam konstruksi pemilikan dan dalam tulisan dilekatkan pada kata di
depanya. Misalnya, kawanku, sepedaku, dan lain-lain.
Bentuk terikat ku- sama sekali berbeda pemakaiannya dengan –ku. Pertama-
tama, ku- dilekatkan pada kata yang terletak di belakangnya. Kedua, kata yang
terletak di belakang ku- adalah verba. Misalnya:
• kini kutahu kau tak setia padaku
• suratmu telah kukirimkan tadi pagi
Selain persona pertama tunggal, bahasa Indonesia juga mengenal persona pertama
jamak, yaitu kami dan kita. Kami bersifat ekslusif, artinya, pronomina itu mencakupi
pembicara dan orang lain di pihaknya, tetapi tidak mencakupi orang lain di pihak
pendengar. Misalnya, kami akan berangkat pukul enam pagi. Sebaliknya, kita bersifat
inklusif, artinya, pronomina itu mencakupi tidak saja pembicara, tetapi pendengar, dan
mungkin pula pihak lain. Misalnya, kita akan berangkat pukul enam pagi.
1. Pronomina Persona
Persona Kedua
Persona kedua tunggal memiliki beberapa wujud, yaitu engkau,
kamu, Anda, dikau, kau-, dan –mu.
1. Persona kedua engkau, kamu, dan –mu. dipakai oleh:
• orang tua terhadap orang muda yang telah dikenal dengan baik dan
lama.
Misalnya, pukul berapa kamu berangkat ke sekolah, Nak?.
• orang yang status sosialnya lebih tinggi.
Misalnya, mengapa engkau kemarin tidak masuk?.
• orang yang mempunyai hubungan akrab, tanpa memandang umur
atau status sosial.
Misalnya, baru jadi kepala seksi sebulan, kenapa rambutmu sudah
beruban?.
1. Pronomina Persona
1. Pronomina Persona
2. Persona kedua Anda dimaksudkan
untuk menetralkan hubungan, seperti
halnya kata you dalam bahasa Inggris.
Persona kedua Anda dipakai oleh:
• Dalam hubungan tak pribadi, kata
Anda tidak diarahkan pada satu
orang khusus.
Misalnya, sebentar lagi kita akan
mengudara, anda kami mohon
mengenakan sabuk pengaman.
• Dalam hubungan bertatap muka,
tetapi pembicara tidak ingin bersifat
formal atau terlihat akrab.
Misalnya, anda sekarang tinggal
dimana?
3. Seperti halnya dengan daku, dikau juga
dipakai dalam ragam bahasa tertentu,
khusunya ragam sastra. Misalnya, yang
kurindukan hanya dikau seorang.
Persona kedua juga memiliki bentuk
jamak, yaitu kalian dan penambahan kata
sekalian, seperti Anda sekalian dan kamu
sekalian. Pemakaian kamu sekalian atau
Anda sekalian sama dengan pemakaian
untuk pronomina dasarnya, kamu dan
Anda. Contoh:
• kalian mau ke mana liburan mendatang?
• hal ini terserah kepada Anda sekalian.
Persona kedua yang memiliki variasi
bentuk hanya engkau dan kamu yaitu kau-
dan –mu. Semua persona kedua yang
utuh dapat dipakai untuk menyatakan
pemilikan begitu juga dengan –mu,
sedangkan kau- tidak. Contoh:
• adikmu dimana sekarang?
Persona Ketiga
Ada dua macam persona ketiga tunggal, yaitu (1) ia, dia, atau –nya dan (2) beliau.
Ia dan dia sama-sama dapat dipakai sebagai subjek dan didepan verba. Tetapi jika
berfungsi sebagai objek / terletak disebelah kanan han bentuk dia dan –nya yang
muncul. Contoh:
• ia pandai sekali.
• Saya akan pergi bersamanya.
Pronomina persona ketiga tunggal beliau menyatakan rasa hormat. Misalnya,
• menteri baru saja menelepon dan mengatakan bahwa beliau tidak dapat hadir.
Dari keempat pronominal persona ketiga tunggal hanya dia, -nya, dan beliau yang
dapat dipakai untuk menyatakan milik. Misalnya,
• rumahnya di daerah Kebayoran Baru
• saya tidak tahu alamat dia
• putra beliau belajar di UI.
Persona ketiga dalam bentuk –nya dipakai untuk mengubah kategori suatu verba
menjadi nominal. Misalnya,
• tertangkapnya penjahat itu membuat desa ini aman.
1. Pronomina Persona
Persona ketiga –nya juga dipakai untuk subjek, pada kalimat topik-komen.
Contoh:
• rumah kami atapnya bocor.
Dalam wujud –nya pronominal ini sering dipakai sebagai tanda ketakrifan.
Contoh:
• kemarin pa kali membeli mobil. Bannya baru.
Pronomina persona ketiga jamak adalah mereka. Contoh:
• teman-teman kami akan datang. Mereka akan membawa makanannya
sendiri.
Dalam cerita fiksi, mereka dapat mengacu pada binatang atau benda yang
dianggap bernyawa. Contoh:
• sejak dulu anjing dan kucing selalu bermusuhan. Tiap kali bertemu mereka
selalu berkelahi.
• Pohon mangga dan pohon rambutan ketakutan mendengar pak tani akan
menebangnya. Mereka berjanji akan segera berbuah.
1. Pronomina Persona
1. Pronomina Persona
Pronomina penanya adalah
pronomina yang dipakai
sebagai pemarka
pertanyaan. Dari segi
maknanya, yang ditanyakan
mengenai :
• Orang
Pronomina siapa dipakai
jika yang ditanyakan
adalah orang atau nama
orang.
• Barang
Pronomina apa bila yang
ditanyakan adalah
barang.
• Pilihan
Pronominal mana bila
suatu pilihan tentang
orang atau bahan.
Disamping itu, ada
kata penanya lain
meskipun bukan
pronominal
1.Sebab
2.Waktu
3.Tempat
4.Cara
5.Jumlah atau urutan
Berikut ini adalah kata
penanya sesuai dengan
makna di samping:
1.Siapa
2.Apa
3.Mana
4.Mengapa, kenapa
5.Kapan, bila(mana)
6.Di mana, ke mana,
dari mana
7.Bagaimana
8.Berapa
1. Pronomina Persona
Jika ditinjau dari segi bentuknya, sebenarnya hanya ada dua unsur
yang mendasari semua kata penanya, yakni apa dan siapa. Dua
unsur dasar itu kita kembangkan menjadi bentuk lain dengan
mengikuti pola berikut .
ϴ
Si
Meng-
Ken-
k-n
(ke)ber-
+ apa
Apa
Siapa
Mengapa
Kenapa
Kapan
(ke)berapa
Di
Ke
Dari
Bagai
Bila
+ mana
Di mana
Ke mana
Dari mana
Bagaimana
Bilamana
2. Pronomina Penunjuk
Sebagai unsur dasar dan tambahannya mempunyai hubungan semantis, misalnya
si+apa, dan di+mana. Akan tetapi, untuk sebagian yang lain hubungan seperti itu
tidak ada semata-mata berdasarkan konveksi. Misalnya meng + apa, ken + apa, k +
apa + n.
Apa dan Siapa
Pronomina penanya apamempuyai dua peran yang
berbeda, yakni
• Kata itu semata – mata mengubah kalimat berita menjadi
kalimat tanya. Dalam bahasa baku pemakaian kata apa
ditempatkan pada awal kalimat. Dalam bahas formal
partikel –kah dapat ditambahkan seperti:
Contoh: Kasusnya akan dibawa ke pengadilan
☛Apakah kasusnya akan dibawa ke pengadilan?
• Kata apa dapat menggantikan barang. Jika kata itu
diletakkan di tempat barang atau hal yang digantikan
struktur urutan sepertinya masih tetap sama, seperti
Contoh: Yusyanti membeli mobil ☛ Yusyanti membeli
apa?
Jika kata apa
dipindahkan ke posisi
awal kalimat, maka
seluruh struktur
kalimat mengalami
perubahan dan kata
yang harus
ditambahkan, seperti:
• Yusyanti membeli
apa? ☛Apayang dia
beli?
• Pardi mencuri apa?
☛Apa(kah) yang
dicuri Pardi?
2. Pronomina Penunjuk
Dari contoh di atas, partikel –kah dapat
ditambahkan tetapi penambahan –kah secara
manasuka tidak dapat dipertahankan jika kalimat
itu kita balik susunannya sehingga kata yang
berada di muka kalimat, seperti
• Apa(kah) yang dibeli Yusyanti?
• Yang dibeli Yusyanti apa?
• *Yang dibeli Yusyanti apakah?
Kalimat pertama dapat diubah menjadi kalimat
kedua yakni tanpa kata –kah.Jika partikel
ditambahkan pada kata apa dikalimat ketiga, maka
kalimatnya tidak dapat diterima.
Pemakaian kata yang sesudah kata
apamenyebabkan perubahan urutan subjek dan
predikat dalam kalimat, seperti
• Udang dapat menyebabkan sakit perut. (S-P)
• Apa yang dapat menyebabkan sakit perut? (P-S)
Kata apa dan siapa
berlain halnya:
• Apa mengacu pada
benda hal, dan
binatang.
Sedangkan siapa
mengacu pada
manusia saja.
• Apa berfungsi
semata – mata
sebagai pemarkah
kalimat tanya,
sedangkan siapa
harus menggantikan
nomina dalam
kalimat. Dalam
perilaku
sintaksisnya, siapa
mengikuti pola yang
2. Pronomina Penunjuk
Kesimpulan pemakaian pronominal siapa:
• Siapa dapat menggantikan objek tanpa mengubah urutan kata, asalkan tempatnya
sama dengan objek yang digantikannya. Contoh:
Ibu mencari Pak Dahlan ? ☛ Ibu mencari siapa? (S – P)
• Jika siapa sebagai pengganti objek diletakkan di muka kalimat, seluruh konstruksi
kalimat berubah dan siapa menjadi predikat yang diikuti oleh subjek yang berwujud
frasa nominal dengan yang. Contoh:
Ibu mencari siapa? ☛Siapa(kah) yang ibu cari? (P – S)
Dia memukul siapa? ☛Siapa yang dia pukul? (P – S)
• Dalam kalimat yang subjeknya dimulai dengan yang, partikel –kah tidak dapat
dipakai di belakang predikat. Contoh:
Siapakah yang menangis? (P – S)
Yang menangis siapa? (S – P)
*Yang menangis siapakah? (S – P)
• Siapa dapat pula menggantikan subjek dan menduduki posisi awal kalimat sebagai
predikat dengan urutan kata yang sama, tetapi kata yang harus ditambahkan.
Contoh:
Yusyanti membeli mobil. (S – P ) ☛Siapa yang membeli mobil? (P – S)
2. Pronomina Penunjuk
Mana
Pronomina mana pada umumnya digunakan untuk menanyakan suatu pilihan
tentang orang, barang, atau hal. Contoh :
• Penyanyi itu orang mana?
• Buatan mana pompa itu?
• Sepedamu yang mana?
Jika digabungkan dengan preposisi di, ke, dan dari, di mana menanyakan tempat
berada, ke mana tempat yang dituju, dan dari mana tempat asal atau tempat yang
ditinggalkan. Dalam bahasa Indonesia baku, ketiga frasa itu dapat mengisi posisi
keterangan tempat yang digantikannya dan posisinya dapat pada awal kalimat.
Contoh:
• Sekarang Pak Miskun tinggal di Jatinegara?
• Sekarang Pak Miskun tinggal di mana?
Karena keterangan waktu seperti sekarang dan besok dapat pula berada pada akhir
kalimat. Contoh:
• Di mana sekarang pak Miskun tinggal?
2. Pronomina Penunjuk
Mengapa dan Kenapa
Kata tanyamengapa dan
kenapa mempunyai arti
yang sama, yakni
menanyakan sebab
terjadinya sesuatu. Kedua
bentuk itu sama – sama
dipakai, tetapi mengapa
lebih formal daripada
kenapa. Dalam bahasa
Indonesia baku kata
penanya ini diletakkan
pada awal kalimat, dan
urutan kata dalam
mengikuti urutan kalimat
berita. Contoh:
• Angi tidak masuk (karena
sakit)
• Mengapa / kenapa angi
tidak masuk?
Kapan dan Bila(mana)
Kata penyanya kapan
dan bila(mana)
menanyakan waktu
terjadinya suatu
peristiwa. Kata ini
ditempatkan pada awal
kalimat dan dapat pula
diikuti oleh partikel –
kah. Contoh :
• Mereka akan baik haji
minggu depan.
• Kapan / bilamana
mereka akan naik
haji?
Bagaimana
Kata tanyabagaimana
menanyakan keadaan
suatu atau cara untuk
melakukan perbuatan.
Contoh:
• Bagaimana orang tuamu
sekarang?
• Cara memperoleh dana
bagaimana?
Dari dua contoh di atas
tampak bahwa bagaiman
dapat ditempatkan pada
awal atau akhir kalimat.
Dalam bahasa sehari –
hari kata tanya bagaimana
sering diperpendek
menjadi mana, contoh :
• Mana mungkin kau bisa
2. Pronomina Penunjuk
Berapa
Kata penanya berapa dipakai untuk
menanyakan bilangan atau jumlah.
Kata ini dapat ditempatkan pada
bagian depan, tengah, atau akhir
kalimat. Contoh:
• Berapa harga minyak goreng
sekarang?
Harga minyak goreng berapa
sekarang?
Harga minyak goreng sekarang
berapa?
Kata penanya berapa juga dapat
dipakai sebagai pewatas untuk
nomina dan ditempatkan sebelum
nomina yang diwatasinya. Contoh:
• Berapa hari anda menginap di
Tawangmangu waktu itu?
Berapa kilo yang kamu beli?
Dalam gabungannya dengan kata – kkata
tertentu, berapa dapat ditempatkan di
muka atau di belakang nomina yang
diwatasinya, tetapi penempatan ini
memunculkan arti yang berbeda.
Contoh:
• Berapa tahun Pangeran Diponegoro
melawan Belanda?
Tahun berapa Pangeran Diponegoro
melawan Belanda?
Kata penanya berapa dapat pula diberi
prefiks ke- sehingga menjadi keberapa
yang selalu ditempatkan di belakang
nomina yang diwatasinya. Kata ini
merujuk pada bilangan tingkat.
Perhatikan perbedaan kalimat berikut:
• Jam berapa kuliah Pak Anwar
diberikan?
Jam 10.30.
2. Pronomina Penunjuk
Gabungan preposisi dengan kata
tanya
Frasa tanya yang terdiri atas preposisi
tertentu dengan apa dan siapa.
Dengan demikian, kita dapati frasa
dari apa, dari siapa, dengan siapa,
untuk apa, untuk siapa, dan
sebagainya. Pemakaian frasa tanya
seperti ini ditentukan oleh masing –
masing dan tempatnya dalam kalimat
mengikuti kaidah yang telah
digambarkan diatas. Contoh:
• Kue lapis terbuat dari apa?
• Ancaman embargo itu dari siapa?
• Dengan apa kamu kemari?
• Kamu akan berenang dengan siapa?
• Engkau bekerja sampai larut malam
untuk apa?
Apabila pertanyaan mengacu pada
alat yang dipakai untuk melakukan
Kata saja dan implikasi kejamakan
Untuk memberikan implikasi jemakan,
kata tanyaapa, siapa, di mana, ke mana,
dan dari mana diikuti kata saja.
Contohnya:
• Kamu tadi pergi dengan siapa?
• Kamu tadi pergi dengan siapa saja?
Pada contoh kalimat tersebut si penanya
hanya mengajukan pertanyaan yang
jawabannya dapat menyangkut satu
orang atau lebih.Bila penjawab ternyata
hanya pergi dengan satu orang,
jawabannya umumnya menjukkan
kekeliruan asumsi tersebut dengan,
misalnya memakai kata hanya, hanya
dengan Ali.
Contoh yang berimplikasi kenetralan
dan kejamakan:
• Di sana Anda akan membeli apa?
2. Pronomina Penunjuk
Kata saja dan implikasi ketidaktentuan
Frasa apa saja, siapa saja, dan di mana saja
yang dinyatakan di sebelumnya, juga tidak
dapat berfungsi sebagai frasa tanya. Hal ini
terjadi bila frasa itu dipakai dalam kalimat
berita.Maknanya adalah ketidaktentuan. Jadi,
kalimat dia boleh membeli apa saja
mengandung arti bahwa barang yang boleh
dibeli tidak dibatasi macamnya dan mungkin
pula jumlahnya. Contoh:
• Silakan, ambil apa saja yang Anda inginkan.
• Gombloh dapat bergaul dengan siapa saja.
• Ke mana saja orang Belanda itu pergi, anak
– anak mengikutinya.
• Selamat menikmati acara ini, di mana saja
anda berada.
• Ambillah berapa saja yang ibu perlukan
☛ Perlu di catat disini bahwa berapa saja
tidak umum dipakai dalam kalimat tanya,
tetapi lazim dipakai dalam kalimat berita
seperti contoh ini.
Karena urutan kata atau
macam kata tanya dalam
kalimat berita dan kalimat
tanya dapat sama, yang
membedakan kalimat satu
dengan yang lain adalah
tanda titik (.) dan tanda
tanya (?) untuk bahan
tulisan dan intonasi untuk
bahasa lisan. Contoh:
• Kami boleh membeli apa
saja?
Kami boleh membeli apa
saja.
• Nita boleh main ke mana
saja?
Nita boleh bermain ke
mana saja.
2. Pronomina Penunjuk
Reduplikasi Apa, Siapa, dan Mana
Apa, siapa, dan mana dapat diulang untuk menyatakan ketidaktentuan :apa – apa,
siapa – siapa, mana – mana. Bentuk seperti ini umumnya dipakai dalam kalimat
berita yang negatif. Contoh:
• Saya tidak membeli apa – apa untuk ibu.
• Dia tidak pergi dengan siapa – siapa, dia pergi sendiri.
• Bapak tidak akan pergi ke mana – mana hari ini.
Di mana dan dari mana dapat pula diulang, tetapi kata itu dipakai dengan arti yang
sama dengan di mana saja dan dari mana saja. Kata tanya seperti itu dapat dipakai
dalam kalimat berita yang tidak negative. Contoh dua pasang kalimat yang masing –
masing mempunyai arti yang sama :
• Barang seperti itu dapat dibeli di mana saja.
Barang seperti itu dapat dibeli di mana – mana.
• Pengungsi itu datang dari mana saja.
Pengungsi itu datang dari mana – mana.
Numeralia / Kata Bilangan
Numeralia / kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung
banyaknya maujud (orang, binatang, atau barang). Frasa seperti lima hari,
setengah abad, orang ketiga, dan beberapa masalah mengandung
numeralia yakni masing-masing lima, setengah, ketiga, dan bebrapa.
Numeralia dalam
Bahasa Indonesia
Numeralia
pokok /
numeralia
kardinal
Numeralia
tingkat /
numeralia
ordinal
Numeralia Pokok
TentuNumeralia Kolektif
Numeralia
DistributifNumeralia Pokok
TaktentuNumeralia Pokok
KlitikaNumeralia Ukuran
1. Numeralia pokok / numeralia kardinal
Numeralia Pokok Tentu
mengacu pada bilangan
pokok, yakni :
0 – nol 5 - lima
1 – satu 6 - enam
2 – dua 7 - tujuh
3 – tiga 8 - delapan
4 – empat 9 – sembilan
Ada numeralia lain yang
merupakan gugus. Untuk
bilangan di antara sepuluh
dan dua puluh dipakai gugus
yang berkomponen belas.
11 – sebelas 16 – enam
belas
12 – dua belas17 – tujuh
belas
13 – tiga belas 18 –
delapan belas
14 – empat belas 19 –
sembilan belas
Bentuk se- dipakai untuk memulai suatu gugus dan
artinya adalah ‘satu’. Kecuali untuk bilangan antara
sebelas sampai sembilan belas, gugus di antara 9
sampai 99 berkomponen puluh. Jika sesudah gugus
itu ada bilangan yang lebih kecil, maka kembali
memakai bilangan pokok.
10 – sepuluh 21 – dua puluh satu
20 – dua puluh 34 – tiga puluh empat
30 – tiga puluh 86 – delapan puluh enam
40 – empat puluh 95 – sembilan puluh lima
50 – lima puluh 99 – sembilan puluh
sembilanGugus untuk
bilangan antara
99 dan 999
berkomponen
ratus
100 – seratus
300 – tiga ratus
500 – lima ratus
700 – tujuh ratus
Gugus untuk bilangan antara 999
dan 999.999 berkomponen ribu
1.000 - seribu
7.000 – tujuh ribu
4.200 – empat ribu dua ratus
7.450 – tujuh ribu empat ratus
lima puluh
9.820 – sembilan ribu delapan
ratus dua puluh
2. Pronomina Penunjuk
Di atas bilangan dengan gugus yang berkomponen juta, terdapat dua pengertian di
dunia ini.
Di Indonesia bilangan dengan
sembilan nol mengikuti Amerika
Serikat dengan memakai istilah
miliar, sedangkan untuk
bilangan dengan dua belas nol
mengikuti Amerika Serikat
dengan menggunakan istilah
triliun.
Untuk tiap tiga bilangan dari
belakang dipakai tanda titik
sebagai pemisah. di negeri lain,
seperti Amerika Serikat, orang
memakai tanda koma.
Dalam bahasa Indonesia baku, numeralia pokok
ditempatkan di muka nomina dan dapat diselingi
oleh kata penggolong (orang, ekor, dan buah).
Urutannya menjadi [numeralia – penggolong –
nominal]. Namun ada juga yang tidak memakai
penggolong sehingga numeralia pokok langsung
ditempatkan di muka nomina.
Contoh : Belilah tiga buah buku tulis
Belilah tiga buku tulis
Jika numeralia pokok ditempatkan di belakang
nomina, dalam bahasa baku kata
penggolongannya tidak dapat ditinggalkan.
Contoh : belilah buku tulis tiga
belilah buku tulis tiga buah
Biliun Triliun
Amerika SerikatBilangan dengan sembilan nol
(seribu juta)
Bilangan dengan dua belas nol
(sejuta juta)
EropaBilangan dengan dua belas nol
(sejuta juta)
Bilangan dengan delapan belas nol
1. Numeralia pokok / numeralia kardinal
Numeralia Pokok Kolektif
Dibentuk dengan prefiks ke-
yang ditempatkan di muka
nomina yang diterangakan.
Contoh:
• ketiga pemain - semua
pemain dari nomor satu
sampai ke nomor tiga
• Kesepuluh anggota -
anggota nomor satu
sampai dengan 10
Jika tidak diikuti oleh
nomina, biasanya bentuk itu
diulang dan dilengkapi
dengan –nya.
Contoh:
• Anda memilih yang mana?
- Kedua-duanya
• Kita membeli berapa? -
Ketiga-tiganya
Numeralia pokok kolektif dapat dibentuk juga
dengan cara :
Penambahan prefiks ber- atau kadang-kadang
se- pada nomina tertentu setelah numeralia
Contoh: dua sejoli
tiga bersaudara
Penambahan prefiks ber- pada numeralia pokok
dan hasilnya diletakkan sesudah pronomina
persona kamu, kami, kita, atau mereka.
Contoh: (kamu) berlima (kita) berdua
(kami) berenam (mereka)
bertiga
Pemakaian numeralia yang berprefiks ber- dan
yang diulang
Contoh: berpuluh-puluh berjuta-juta
beribu-ribu bermiliar-miliar
Pemakaian gugus numeralia yang bersufiks –an
Contoh: puluhan belasan
ratusan jutaan
1. Numeralia pokok / numeralia kardinal
Numeralia Pokok Distributif
dapat dibentuk dengan cara mengulang kata bilangan.
Artinya :
‘... demi ...’
‘masing-masing’
Contoh :
satu-satu dua-dua tiga-tiga
Kata (se)tiap, tiap-tiap, dan masing-masing termasuk numeralia distributif juga.
(Se)tiap atau tiap-tiap mempunyai arti yang sangat mirip dengan masing-
masing, tetapi kata masing-masing dapat berdiri sendiri tanpa nomina,
sedangkan (se)tiap dan tiap-tiap tidak.
Kita dapat mengatakan Semua siswa akan mendapat buku, masing-masing
satu buah, tetapi tidak *Semua siswa akan mendapat buku, tiap-tiap satu buah.
Bandingkan juga kalimat Tiap-tiap peserta wajib membayar uang pendaftaran
dengan Masing-masing peserta wajib membayar uang pendaftaran yang
kedua-duanya dapat diterima.
1. Numeralia pokok / numeralia kardinal
Numeralia Pokok Taktentu
Mengacu pada jumlah yang tidak pasti dan sebagian besar numeralia ini tidak
dapat menjadi jawaban atas pertanyaan yang memakai kata tanya berapa.
Yang termasuk ke dalam numeralia taktentu adalah banyak, berbagai,
beberapa, semua, seluruh, segala, dan segenap. Numeralia taktentu
diteampatkan di muka nomina yang diterangkannya.
Contoh :
banyak orang semua jawaban
berbagai masalah seluruh rakyat
sedikit air segenap anggota
Sebagian dari numeralia ini mengacu pada pengertian kejamakan, tetapi dalam
bahasa Indonesia baku konsep kejamakan itu tidak dinyatakan dalam wujud
nomina yang jamak. Jadi, untuk menyatakan jumlah orang yang banyak kita
tidak mengatakan banyak orang-orang, tetapi banyak orang. Demikian pula
halnya ketika kita mengatakan semua jawaban harus dalam bentuk tertulis, dan
bukan *semua jawaban jawaban harus dalam bentuk tertulis.
1. Numeralia pokok / numeralia kardinal
Numeralia Pokok Klitika
Merupakan numeralia yang dipungut dari bahasa Jawa Kuna, tetapi numeralia itu
umumnya berbentuk proklitika. Jadi, numeralia macam itu diletakkan di muka nomina
yang bersangkutan.
Contoh : eka- ‘satu’ : ekamatra
‘satu dimensi’
dwi- ‘dua’ : dwiwarna
‘dua warna’
tri- ‘tiga’ : triwulan ‘tiga bulan’
catur- ‘empat’ : caturwulan
‘empat bulan’
panca- ‘lima’ : pancasila
‘lima sila’
Numeralia Ukuran
Bahasa Indonesia mengenal pula beberapa nomina yang menyatakan ukuran, baik
berkaitan dengan berat, panjang-pendek, maupun jumlah. Misalnya lusin, kodi,
meter, liter atau gram. Nomina ini dapat didahului oleh numeralia sehingga terciptalah
numeralia gabungan.
Contoh: Kalau ke toko, belilah dua lusin piring
Wanita itu membeli kemeja satu kodi
Saya akan memesan bahan baju batik dua meter
2. Numeralia Tingkat
Numeralia pokok dapat diubah menjadi numeralia tingkat. Cara mengubahnya adalah
dengan menambahkan ke- di muka bilangan yang bersangkutan. Khusus untuk
bilangan satu dipakai pula istilah pertama.
Contoh: kesatu atau pertama kelima
Kedua kesepuluh
Karena numeralia kolektif juga dibentuk dengan ke-, bentuk kedua macam numeralia
ini sama. Perbedaannya terletak bagaimana masing-masing dipakai. Sebagai
numeralia kolektif, numeralia ini diletakkan di muka nomina yang diterangkan,
sebagai numeralia tingkat, ia diletakkan di belakang nomina yang diterangkan.
Contoh :
Kolektif Tingkat
Ketiga pemain pemain ketiga
Kedua jawaban itu jawaban kedua itu
Kelima anak saya anak saya kelima
*kesatu suara suara kesatu
*pertama suara suara pertama
Pada numeralia kolektif tidak ada bentuk kesatu atau pertama, sedangkan pada
numeralia tingkat ada.
3. Numeralia Pecahan
Bilangan pokok dapat dipecah menjadi bagian yang lebih kecil yang dinamakan
numeralia pecahan. Cara membentuk ialah dengan memakai per- di antara bilangan
pembagi dan penyebut. Dalam bentuk huruf, per- ditempelkan pada bilangan yang
mengikutinya. Dalam bentuk angka, dipakai garis yang memisahkan kedua bilangan
itu. Contoh:1/2 – seperdua, setengah, separuh1/10 – sepersepuluh1/1000 – seperseribu3/5 – tiga perlima
Bilangan pecahan dapat mengikuti bilangan pokok. Contoh:
21/2 – dua setengah
76/10 – tujuh enam persepuluh
93/4 – sembilan tiga perempat
Bilangan campuran seperti di atas juga dapat ditulis dengan cara desimal. Contoh:
2,5 – dua setengah atau dua koma lima
7,6 – tujuh enam persepuluh atau tujuh koma enam
9,75 – sembilan tiga perempat atau sembilan koma tujuh lima
3. Frasa Numeralia
Umumnya dibentuk dengan menambahkan kata penggolong.
Contoh :
dua ekor (kerbau)
Lima orang (penjahat)
Tiga buah (apel)
SEKIAN
DAN
TERIMA
KASIH