1
Oleh: Abu Isa Abdullah Bin Salam
Untuk para guru SDI Sahabat Ilmu Karawang
Sabtu, 7 Jumadil Awwal 1438 H/4 Februari 2017
2
10 Alasan Mengapa Guru Harus Beraqidah Lurus
Segala puji bagi Allah, kami memuji, memohon pertolongan, hidayah, dan
kemampuan kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari segala keburukan diri kami dan
dari segala kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah maka
tidak ada yang dapat menyesatkannya. Barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak
ada yang dapat memberikan petunjuk. Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak
diibadahi kecuali Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Aku bersaksi bahwa Muhammad ملسو هيلع هللا ىلص adalah
hamba dan rasul-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar
taqwa kepada-Nya, dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”
(QS. Ali Imraan (3): 102)١
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu
dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya
Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak, dan bertakwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain
dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.”(QS. An Nisa’ :1)
3
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan
mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka
sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar”. (QS. Al-Ahzab : 70-71)
Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk
adalah petunjuk Muhammad ملسو هيلع هللا ىلص. Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan
(dalam agama). Setiap perkara yang diada-adakan (dalam agama) adalah bid’ah. Setiap
bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di dalam neraka.
Guru dikenal dengan pahlawan tanpa tanda jasa. Apakah predikat yang mentereng
tersebut ada pada setiap guru? Atau bahkan ada di antara mereka yang menjadi pangkal
kerusakan dan pengkhiyanat? Jawabannya insyaallah ada pada pembahasan dengan judul 10
alasan mengapa guru harus beraqidah lurus berikut ini.
Sebelum disampaikan tentang pembahasan yang terkait dengan judul, akan
disampaikan terlebih dahulu tentang apa yang dimaksud dengan aqidah yang lurus.
Aqidah adalah keyakinan hati terkait dengan agama atau aliran kepercayaan yang
tidak mudah tergoyahkan. Aqidah yang lurus maksudnya adalah aqidah Islam, yaitu aqidah
yang bersumber dari Quran dan Hadits sesuai dengan pemahaman generasi pertama umat
Islam. Aqidah yang lurus adalah aqidah seluruh para nabi dan umat yang beriman kepada
mereka. Pokok aqidah yang lurus bertumpu pada rukun iman yang enam, yaitu; 1). iman
kepada Allah, 2). iman kepada malaikat, 3). iman kepada kitab-kitab, 4). iman kapada rasul-
rasul, 5). iman kepada hari akhir dan 6). iman kepada takdir.
Allah berfirman:
“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (QS. Al Baqarah : 285)
4
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi (QS. Al Baqarah : 177)
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, Maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya”. (QS. An Nisa : 136)
Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya
dengan serapi-rapinya”. (QS. Al Furqaan : 2)
Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص bersabda: “Iman itu adalah engkau beriman kepada Allah, kepada para
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya, kepada hari akhir dan engkau
beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk”. ( HR. Muslim).
5
Penting juga untuk diketahui tentang keistimewaan aqidah yang lurus dan bahaya
aqidah yang rusak, di antaranya adalah:
1. Aqidah yang lurus sebab kebahagiaan dan ketentraman di dunia dan akhirat.
Allah berfirman :
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka
dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu
adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al. An’am : 82)
Sementara aqidah yang rusak sebab turunnya adzab dan kesengsaraan baik di
dunia maupun di akhirat.
Allah berfirman :
“Dan Barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat
dalam keadaan buta". Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau
menghimpunkan aku dalam keadaan buta, Padahal aku dahulunya adalah seorang
yang melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat
Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun
dilupakan". Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak
percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih
berat dan lebih kekal.” (QS. Thaha : 124-127)
6
2. Aqidah yang lurus sebab diampuni dosa-dosa
Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص bersabda, “Allah berfirman: Wahai anak Adam, jika kamu
menemuiku dengan dosa sepenuh bumi, namun dalam keadaan tidak
mempersekutukan Aku dengan sesuatupun, niscaya Aku datangkan untukmu ampunan
sepenuh bumi pula” (HR. Tirmidzi)
Orang yang aqidahnya rusak dosa-dosanya terancam tidak diampuni, kecuali
bertaubat.
Allah berfirman :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang
besar.” (QS. An Nisaa’ : 48)
3. Aqidah yang lurus sebab diterimanya amal shaleh
Allah berfirman :
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
7
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An Nahl :
97)
Aqidah yang rusak, sebab tertolak dan sirnanya amal shaleh.
Allah berfirman :
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu
dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Az Zumar : 65)
“Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa
yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya. Seandainya mereka
mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka
kerjakan.” (QS. Al An’am : 88)
“Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-
nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka
tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula)
menapkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan. (QS. At Taubah : 54)
8
4. Aqidah yang lurus sebab masuk surga
Allah berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh,
mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah
surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepadaNya.
Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (QS.
Al Bayyinah : 7-8)
Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص bersabda,
“Sungguh Allah mengharamkan neraka terhada orang yang mengucapkan
„laailaahaillallah‟ dengan mengharap wajah Allah “(HR. Bukhori-Muslim).
Aqidah yang rusak sebab masuk neraka dan abadi di neraka.
Allah berfirman :
9
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah
ialah Al Masih putra Maryam", Padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil,
sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan
kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim
itu seorang penolong pun”. (QS. Al Maidah : 72)
Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص bersaba;
“ Siapa saja yang meninggal dan dia menyembah selain Allah maka dia akan
masuk neraka” (HR. Bukhori)
5. Aqidah yang lurus sangat berdampak positif terhadap kepribadian pemiliknya,
lahir dan batin, baik ketika sendiri maupun ketika bermasyarakat.
Allah berfirman :
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan
zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-
10
orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS. Al Maidah : 18)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang
percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu
dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah.
mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al Hujurat : 15)
Orang yang rusak aqidahnya, perilakunya buruk dan kotor karena dipengruhi
syaitan yang karakternya sebagai berikut.
Allah berfirman :
“syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh
kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan
daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Al Baqarah : 268)
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya syaitan
11
itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah
apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al Baqarah : 168-169)
6. Aqidah yang lurus sebab terjaganya darah dan harta
Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص bersabda ;
“Barang siapa mengucapkan „laa ilaaha illallah‟ dan mengingkari
sesembahan selain Allah, maka haramlah harta dan darahnya”. (HR. Muslim)
Seseorang yang memiliki aqidah yang rusak tidak terjaga darah dan hartanya.
Allah berfirman :
“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu
semata-mata untuk Allah jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya
Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan”. (QS. Al Anfal : 39)
“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, Maka bunuhlah orang-orang
musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah
mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan
sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk
berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. At
Taubah : 5)
12
Penjelasan di atas diharapkan cukup untuk memotivasi siapa saja, termasuk
para guru untuk bersungguh-sungguh memelihara kelurusan aqidah dan menjauhkan
diri dari kerusakan aqidah.
Mengapa Guru Harus Beraqidah Lurus?
Ada banyak alasan mengapa guru harus lurus aqidahnya, 10 di antaranya:
1. Guru adalah manusia yang diberi kelebihan
Secara umum guru adalah manusia yang memiliki kelebihan dibanding
manusia pada umumnya. Terlebih secara kecerdasan berpikir, menilai dan
menimbang baik dan buruk. Jika seluruh manusia diciptakan untuk memiliki aqidah
yang lurus, adalah sangat naif jika guru tidak memahami dan mewujudkan hal
tersebut.
Allah berfirman :
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat : 56).
Apa yang akan dibanggakan jika aqidah tidak paham dan terwujud pada
dirinya. Kelebihan akal hanya menjadi petaka baginya. Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan
dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
13
dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka
itulah orang-orang yang lalai.” (Q S. Al A’raaf : 179)
2. Guru adalah penyeru kebaikan
Guru pada umumnya adalah mengajak murid-muridnya untuk berbuat baik.
Tentu saja kebaikan yang diserukan sesuai dengan kondisi aqidahnya. Hanya guru
yang lurus aqidahnya yang menyeru kepada kebaikan yang sesungguhnya. Taruhlah
guru yang rusak aqidahnya menyeru kepada suatu kebaikan, maka dia terancam
firman Allah :
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)?
Maka tidaklah kamu berpikir?” (QS. Al Baqarah : 44)
Meskipun ayat di atas secara langsung tertuju kepada ahli kitab, akan tetapi
maknanya berlaku umum. Siapa saja yang mengajak kepada kebikan, namun
melupakan diri sendiri, dia termasuk orang yang dimaksud. Orang yang paling
melupakan dirinya adalah orang yang tidak perhatian terhadap aqidahnya. Dialah
orang yang telah melalaikan Allah. Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah
menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang
fasik.” (QS. Al Hasyr : 19)
14
3. Guru adalah sosok yang sangat didambakan kebaikan-kebaikannya.
Pada asalnya guru adalah sosok yang sangat didambakan kebaikan-
kebaikannya. Namun terkadang harapan tinggal harapan, sementara yang didapatkan
justru sebaliknya. Pelajaran berharga bisa didapatkan dari ayat berikut ini.
Allah berfirman :
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan
seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia
supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon
yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak
dapat tetap (tegak) sedikitpun. (QS. Ibrahim : 24-26)
Ayat di atas adalah perumpamaan tentang orang yang beriman yang lurus
aqidahnya dan orang kafir yang rusak aqidahnya.
Orang yang kuat imannya karena ilmu dan keyakinan yang lurus, akan selalu
berbuah perkataan yang baik, amal yang shaleh, akhlak yang terpuji serta perilaku
yang santun. Selalu berbuah kemanfaatan yang dinikmati sendiri maupun orang lain,
di dunia dan akhirat. Demikian juga gambaran seorang guru jika lurus aqidahnya.
Murid-muridnya selalu mendapatkan kebaikan-kebaikannya. Bimbingan dan
arahannya serta akhlak yang dipertontonkan menginspirasi murid-murid untuk hidup
terpuji. Kenangan manis bersama guru selalu terbawa dalam kehidupan sehari-hari.
Mereka lakukan tanpa ada beban yang memberatkan, bahkaan kebahagiaan terpancar
15
di wajahnya. Kalau demikian keadaanya, maka tidak hanya di dunia mereka bahagia,
bahkan sampai di akhirat.
Sementara orang yang kotor dan rusak aqidahnya dengan syubhat dan syahwat
di hatinya, maka tidak akan berbuah kecuali keburukan. Kalaupun terkadang ada buah
yang nampaknya baik, namun tersimpan di dalamnya racun yang mematikan. Dia
tidak mendapatkan manfaat demikian juga orang lain, namun justru bahaya yang
selalu mengancam dirinya dan orang lain.
Gambaran guru yang rusak aqidahnya pun akan sama, seandainya murid-
muridnya mendapatkan suatu manfaat, maka dibarengi dengan racun-racun yang akan
membawa kesengsaraan di dunia dan akhirat. Dengan demikian, dambaan kebaikan
dan kemanfaatan yang semestinya didapat dari seorang guru hanya fatamorgana,
bahkan keadaannya bisa lebih buruk lagi.
Oleh karena itu guru itu harus lurus aqidahnya.
4. Guru adalah teman bergaul
Guru, karena posisinya, termasuk orang yang paling banyak berinteraksi
dengan murid. Intensitas interaksi guru berpengaruh terhadap kepribadian murid.
Dengan demikian guru yang lurus aqidahnya memiliki pengaruh positif terhadap
murid. Sebaliknya guru yang aqidahnya rusak berpengaruh negatif terhdap murid.
Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص bersabda,
“Seseorang itu keadaannya sesuai dengan teman bergaulnya, maka
perhatikanlah dengan siapa dia bergaul” (HR. Tirmidzi)
Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص juga bersabda,
16
“Sesungguhnya perumpamaan teman bergaul yang shaleh dan yang buruk itu
seperti pembawa minyak wangi dan pandai besi, pembawa minyak wangi mungkin
akan memberimu, kamu beli darinya atau kamu mencium bau wangi. Adapun pandai
besi, mungkin bajumu terbakar atau kamu mencium bau tidak sedap” (HR. Bukhori-
Muslim)
Karena itu, terwujudnya manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa serta berbudi pekerti yang luhur adalah jauh panggang dari api, jika guru
rusak aqidahnya.
5. Guru adalah tokoh idola yang dicintai dan diikuti.
Akibat pergaulan yang intensif antara guru dan murid, maka tidak sedikit
murid yang menjadikan guru sebagai idola, dicintai dan diikuti. Sekedar pergaulan
saja sudah berpengaruh, seperti telah dijelaskan pada poin ke-4, apalagi sampai
menjadi idola.
Untuk itu keberadaan guru yang lurus aqidahnya adalah sebuah kemestian.
Jangan sampai murid ditangani oleh guru yang rusak aqidahnya.
Allah berfirman tentang ending dari hubungan saling cinta. Peristiwanya di
akhirat kelak.
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian
yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az Zukhrup : 67)
17
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya,
seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul".
Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman
akrab(ku)”. (QS. Al Furqaan : 27-28)
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-
tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.
Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika
seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat
siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa
Allah Amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (yaitu) ketika orang-orang
yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka
melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.dan
berkatalah orang-orang yang mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia),
pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari
kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya
18
menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api
neraka.” (QS. Al Baqarah :165-167)
6. Guru adalah partner dan wakil orang tua
Guru adalah orang tua kedua bagi para murid. Tugas dan tanggung jawab guru
seperti orang tua terkait dengan pendidikan anak. Pokok pendidikan bagi anak harus
mengarah kepada firman Allah berikut ini:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(QS. At Tahrim : 6)
Terpeliharanya manusia dari api neraka tidak akan terwujud, kecuali jika
aqidahnya lurus. Allah mencontohkan bagaimana orang tua yang baik, mendidik
anaknya. Dia berfirman:
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
(QS. Luqman : 13)
19
“(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan)
seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya
Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi
Maha Mengetahui.. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah
suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (QS. Luqman : 16-
19)
Lukman menjadikan kelurusan aqidah sebagai pokok pendidikan.
Allah juga berfirman:
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian
pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah
memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk
20
agama Islam". Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut,
ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?"
Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu,
Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk
patuh kepada-Nya". (QS. Al Baqarah : 132-133)
Ibrahim dan Yakub -„alaihimas salam- menjadikan kelurusan aqidah sebagai
pokok wasiatnya.
Hanya guru yang lurus aqidahnya yang akan melaksanakan tugas dan
tanggung jawab orang tua dengan benar. Bisa dibayangkan, bagaimana kondisi murid,
yang orang tuanya tidak memahami tugas dan tanggung jawabnya kemudian di
sekolah mendapatkan guru yang rusak aqidahnya. Jangankan keduanya tidak lurus
aqidahnya, salah satu saja sudah cukup untuk mempengaruhi gagalnya sebuah
pendidikan. Keberhasilan proses pendidikan harus ada sinergi antar seluruh
komponen pendidikan. Orang tua, guru, kurikulum dan masyrakat tempat tinggal anak
harus saling mendukung.
7. Guru adalah pemimpin
Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص bersabda,
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta
pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya” (HR. Bukhori-Muslim)
Tidak diragukan bahwa guru adalah pemimpin bagi murid-muridnya. Dia akan
diminta pertanggung-jawaban atas apa yang terjadi pada murid-muridnya. Beruntung
apabila keadaan murid-muridnya baik akibat kepemimpinannya. Dia akan
mendapatkan ganjaran kebaikan. Hal ini tentu saja hanya akan ditemui jika gurunya
lurus aqidahnya. Bimbingan dan arahannya akan dipengaruhi kelurusan aqidahnya.
Adapun jika guru buruk aqidahnya apakah mungkin kebaikan sejati akan
didapatkan oleh murid. Bahkan hampir dipastikan bimbingan dan arahanya sangat
dipengaruhi oleh buruknya aqidah dia. Sehingga bukan kebaikan yang didapatkan
21
murid, namun kesesatan. Oleh karena itu Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص sangat mengkhawatirkan pada
umat beliau, keberadaan para pemimpin yang menyesatkan.
Raasulullah ملسو هيلع هللا ىلص bersabda,
“Yang aku khawatirkan pada umatku tiada lain adalah para pemimpin yang
menyesatkan..” (HR.Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Pemimpin yang demikian keadaannya, nasibnya jelas sangat mengkhawatirkan
di akhirat kelak, ketika dia diminta pertanggungjawaban. Allah menceritakan kejadian
di akhirat tentang penyesalan dan harapan orang-orang yang ketika di dunia memiliki
pemimpin yang sesat. Allah berfirman:
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka
berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula)
kepada Rasul". Dan mereka berkata;:"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah
mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka
menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada
mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar". (QS. Al
Ahzab : 66-68)
8. Guru adalah ujung tombak pendidikan
Guru adalah komponen terpenting di dalam proses pendidikan di sekolah. Dia
merupakan ujung tombak pendidikan. Sebaik apapun kurikulum serta fasilitas
pendidikan, tidak akan banyak manfaatnya jika gurunya bobrok. Kebobrokan terparah
22
pada seorang guru adalah bobrok aqidahnya. Kebenaran kalimat tersebut tidak akan
dipahami kecuali oleh orang yang memehami arti penting aqidah yang lurus.
Dengan demikian, jika pendidikan ingin sukses maka luruskan aqidah
gurunya. Dari aqidah yang lurus akan tepancar keindahnnya dalam setiap cabang ilmu
yang digelutinya. Murid pun akan merasakan manfaatnya untuk dunia dan akhiratnya.
Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص bersabda,
“Ingatlah bahwa di dalam tubuh ada segumpal daging, jika ia baik, maka
baiklah seluruh tubuhnya, jika ia buruk maka buruklah seluruh tubuhnya. Ingatlah, ia
adalah hati (jantung)”. (HR. Bukhori-Muslim)
9. Guru adalah agen perubahan
Guru sebagai agen perubahan, perubahan dari yang buruk kepada yang lebih
baik. Perubahan dari ketidak sempurnaan ke arah yang lebih sempurna. Perubahan
dari kesemrawutan ke arah yang lebih tertib. Dan yang paling pokok adalah
perubahan dari kebobrokan aqidah ke arah lurusnya aqidah.
Guru di sebuah negeri yang tidak menjadikan lurusnya aqidah sebagai tujuan
pokok kurikulumnya memiliki beban yang lebih berat. Karena dia tidak hanya
mengajarkan kebaikan tetapi juga harus membersihkan racun-racun yang bertebaran
di buku-buku panduan murid. Berbagai macam teori, pandangan hidup, cerita dan
gambar yang berseberangan dengan konsep aqidah yang lurus, menghiasi buku-buku
panduan mereka. Itulah racun-racun syahwat yang mendorong mereka untuk
bermaksiat dan syubhat yang mengotori dan merusak aqidah mereka. Untuk
membersihkan racun syahwat dan syubhat dibutuhkan kemapanan ilmu dan
kesabaran. Allah berfirman:
23
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini
ayat-ayat kami.” (QS. As Sajdah : 24)
Jadi tidak cukup hanya guru yang beraqidah lurus, namun harus kuat ilmu dan
kesabarannya. Merekalah guru-guru yang layak jadi panutan dalam perubahan.
Oleh karena itu, para guru yang belum beraqidah lurus, harus berubah terlebih
dahulu. Mereka harus memaksa dirinya untuk beraqidah yang lurus dan
mengokohkannya.
Jangan pernah berharap adanya perubahan, kalau mereka sendiri tidak mau
berubah.
Allah berfirman :
“Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar
Ra’d : 11)
10. Guru adalah masa depan bangsa
Murid-murid yang dihadapi guru pada hari ini adalah masa depan bangsa.
Guru sangat besar pengaruhnya terhadap kondisi masa depan bangsa, karena murid-
murid dialah yang mengatur dan mengelola bangsa ketika itu. Dengan demikian
secara umum bisa tergambar bagamana kondisi masa depan sebuah bangsa dengan
melihat kondisi para guru hari ini. Kalau para guru hari ini adalah guru yang memiliki
aqidah yang lurus, kemudian hal itu tertular pada murid-muridnya hingga mereka
mengelola bangsa, maka kondisi bangsa tesebut seperti yang dijanjikan Allah dalam
ayat berikut ini:
24
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman
sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu
apapun dengan Aku ”. (QS. An Nur : 55)
...
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,..” (QS. Al
A’raf : 96)
Kondisi itu akan berbalik seratus delapan puluh derajat, jika guru-guru hari ini
rusak aqidahnya. Aqidah tersebut menular pada murid-muridnya, sehingga ketika
mereka mengelola bangsa didasari oleh kekufurannya, maka yang terjadi adalah
seperti dalam firman Allah berikut ini:
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang
dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari
25
segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu
Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa
yang selalu mereka perbuat.” (QS. An Nahl : 112)
Demikianlah pembahasan tentang 10 Alasan Mengapa Guru Harus Berqidah
Lurus. Semoga pembahasan ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca, serta menjadi
tabungan amal sholih bagi penulisnya. Kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat diharapkan demi kesempurnaan pembahasan ini. Akhir kata semoga shalawat dan
salam senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad ملسو هيلع هللا ىلص , keluarga, shahabat, dan pengikutnya
hingga akhir zaman. Alhamdulillahilladzi bini‟matihi tattimmu bihishsholihat.
Tasikmalaya, Jum‟at 23 Rabi‟ul Awwal 1438
23 Desember 2016
Yang butuh ampunan Allah
Abu Isa Abdulloh Bin Salam
26