1
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO LEMBAGA ZAKAT
TERHADAP PENGELOLAAN DANA ZAKAT
(Studi Kasus LAZIS PT. PLN Persero Wilayah NTB)
Oleh
Husniah 152.135.030
JURUSAN EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2017
i
2
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO LEMBAGA ZAKAT
TERHADAP PENGELOLAAN DANA ZAKAT
(Studi Kasus LAZIS PT. PLN Persero Wilayah NTB)
Skripsi
diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram
untuk melengkapi persyaratan mencapai
gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Husniah NIM. 152.135.030
JURUSAN EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2017
ii
3
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi oleh Husniah, NIM. 152.135.030 dengan judul “Analisis Manajemen Risiko
Lembaga Zakat Terhadap Pengelolaan Dana Zakat (Studi Kasus LAZIS PT. PLN
Persero Wilayah NTB)” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.
Di setujui pada tanggal, 15 Juni 2017.
Pembimbing I
Dr. H. M. Zaidi Abdad, M.Ag
NIP. 19691121997031003
Pembimbing II
Dahlia Bonang, M.SI NIP. 198505172011012010
4
NOTA DINAS PEMBIMBING
Mataram, 15 Juni 2017 Hal : Ujian Skripsi
Yang Terhormat Rektor UIN Mataram Di Mataram Assalamua’alaikum Wr. Wb.
Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan
koreksi maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama Mahasiswa : Husniah
NIM : 152.135.030
Jurusan/Prodi : Ekonomi Syari’ah/Perbankan
Judul : Analisis Manajemen Risiko Lembaga Zakat Terhadap
Pengelolaan Dana Zakat (Studi Kasus LAZIS PT. PLN Persero Wilayah
NTB)
Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah skripsi
Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam UIN Mataram. Oleh karena itu, kami
berharap agar skripsi ini dapat segera dimunaqasyahkan.
Wassalamua’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I
Dr. H. M. Zaidi Abdad, M. Ag
NIP. 19691121997031003
Pembimbing II
Dahlia Bonang, M. SI NIP. 198505172011012010
5
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Husniah
NIM : 152.135.030
Jurusan : Ekonomi Syari’ah
Fakultas : Syari’ah dan Ekonomi Islam
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Analisis Manajemen Risiko Lembaga Zakat
Terhadap Pengelolaan Dana Zakat (Studi Kasus LAZIS PT. PLN Persero Wilayah
NTB) ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali pada
bagian-bagian yang dirujuk sumbernya. Jika saya terbukti melakukan plagiat
tulisan/karya orang lain, siap menerima sanksi yang telah ditentukan oleh lembaga.
Mataram, 15 Juni 2017
Saya yang menyatakan
Husniah NIM. 152135030
6
PENGESAHAN
Skripsi oleh: Husniah, NIM: 152.135.030 dengan judul: Analisis Manajemen Risiko
Lembaga Zakat Terhadap Pengelolaan Dana Zakat (Studi Kasus LAZIS PT. PLN
Persero Wilayah NTB), telah dipertahankan di depan dewan penguji jurusan Ekonomi
Syari’ah Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam UIN Mataram pada tanggal 24 Juni
2017.
Dewan Penguji
Dr. H. M. Zaidi Abdad, M.Ag (Ketua Sidang/Pemb. 1)
Dahlia Bonang, M.SI (Sekretaris Sidang/Pemb. II)
Dr. H. Usman, M.Ag (Penguji 1)
Naili Rahmawati, M.Ag (Penguji II)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam
Dr. H. Musawar, M.Ag NIP. 196912311998031008
7
Motto
“sesuatu hal yang kecil tapi engkau syukuri, itu lebih baik daripada banyak tapi
engkau ingkari, karena pertanggungjawaban itu tidak mengenal besar kecil”
vii
8
PERSEMBAHAN
Dengan mengharapkan keridhaan dan karunia Allah Swt.
yang maha kuasa dan penyayang. Skripsi ini saya
persembahkan untuk:
Kedua orang tua saya Ayahanda (Sahdin) dan Ibunda
(Maemunah) yang saya sangat-sangat cintai dan
sayangi, yang selalu senantiasa memberikan kasih
sayangnya, do’a, bantuan materil yang tak terbatas
serta tidak bisa terhitung dengan apapun, dukungan
dan motivasi yang mereka berikan selalu untuk saya.
Kakak-kakak saya, terutama kakak tersayang
(Haslamiah) yang senantiasa memberikan motivasi dan
dukungan yang tak henti-henti.
Dosen pembimbing-pembimbing saya yang senantiasa
memberikan arahan, sehingga saya bisa mengerjakan
skripsi dengan baik dan Dosen-dosen UIN Mataram
pada umumnya.
Teman-teman saya kelas A “Kleopatra” Ekonomi
Syari’ah yang selalu memotivasi saya, canda dan tawa
kalian yang menyemangati terima kasih.
viii
9
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam dan
shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, juga
kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. AAMIIN.
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses
tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis memberikan
penghargaan setingi-tingginya dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu, yaitu mereka antara lain adalah:
1. Dr. H. M. Zaidi Abdad, M.Ag sebagai Pembimbing I dan Dahlia Bonang, M.SI
Pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail,
terus-menerus, dan tanpa bosan di tengah kesibukannya dalam suasana keakraban
menjadikan skripsi ini lebih matang dan cepat selesai.
2. Dr. H. Usman, M.Ag dan Naili Rahmawati, M.Ag sebagai penguji yang telah
memberikan saran konstruktif bagi penyempurnaan skripsi ini.
3. Bq. El badriati, M.EI sebagai ketua jurusan.
4. H. Musawar, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam.
5. Dr. H. Mutawali, M.Ag selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi tempat
bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan peringatan untuk
tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai
6. Para pegawai LAZIS PLN yang rela memberikan waktunya untuk membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi.
ix
10
7. Orang tua saya beserta seluruh keluarga besar yang senantiasa telah memberikan
bantuan dalam bentuk moril maupun materil.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala
yang berlipat-ganda dari Allah SWT dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi
semesta. AAMIIN
Mataram, 15 Juni 2017
Penulis,
Husniah NIM. 152135030
x
11
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. iii NOTA DINAS PEMBIMBING .................................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................... v PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ........................................................ vi HALAMAN MOTTO ................................................................................. vii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. viii KATA PENGANTAR ................................................................................. ix DAFTAR ISI ................................................................................................ xi ABSTRAK ................................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Konteks Penelitian ............................................................................ 1
B. Fokus Kajian .................................................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 5
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian .............................................. 7
E. Telaah Pustaka .................................................................................. 7
F. Kerangka Teori.................................................................................. 10
G. Metodologi Penelitian ....................................................................... 19
H. Sistematika Penelitian ....................................................................... 26
BAB II PAPARAN DAN TEMUAN PENELITIAN .............................. 29
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. 29
1. Sejarah Berdirinya LAZIS PLN .................................................. 29
2. Letak Geografis ........................................................................... 31
3. Visi dan Misi ............................................................................... 32
4. Tujuan ......................................................................................... 32
5. Struktur Organisasi ..................................................................... 33
xi
12
6. Strategi ........................................................................................ 42
B. Program Kerja ................................................................................... 43
1. Penghimpunan Dana ZIS dan Pembinaan Para Muzakki ............ 43
2. Penyaluran Dana ZIS .................................................................. 44
C. Pengelolaan Dana Zakat di Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PT. PLN
Persero ............................................................................................... 46
D. Manajemen Risiko Lembaga Zakat Terhadap Pengelolaan Dana Zakat
di Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PT. PLN Persero ........................ 49
1. Risiko dalam Pengumpulan Dana Zakat di LAZIS PLN ............ 49
2. Risiko dalam Pengelolaan Dana Zakat di LAZIS PLN .............. 50
3. Risiko dalam Pendistribusian Dana Zakat di LAZIS PLN ......... 50
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................... 52
A. Analisis Pengelolaan Dana Zakat di Lembaga Amil Zakat (LAZIS)
PT. PLN Persero ............................................................................... 52
B. Analisis Manajemen Risiko Lembaga Zakat Terhadap Pengelolaan
Dana Zakat di Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PT. PLN Persero ...... 61
BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 71
A. Kesimpulan ....................................................................................... 71
B. Saran .................................................................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
13
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO LEMBAGA ZAKAT TERHADAP PENGELOLAAN DANA ZAKAT (Studi Kasus PT. PLN Persero Wilayah NTB)
Oleh:
Husniah NIM: 152.135.030
ABSTRAK
Manajemen risiko dalam pengelolaan zakat menjadi sangat penting dan strategis. Selama ini kita mengenal istilah manajemen risiko pada dunia perbankan dan industri secara umum. Padahal lembaga zakat juga memerlukan pengelolaan risiko ini dan identifikasi risiko dalam pengelolaan zakat merupakan hal yang sangat penting karena akan mempengaruhi kualitas pengelolaan zakat. Salah satu risiko dalam pengelolaan dana zakat yang terjadi di LAZIS PT. PLN (Persero) yaitu diakibatkan karena ada sebagian para karyawan PLN yang masih belum percaya bahwa dana yang akan dititipkannya itu akan sampai ke tangan langsung para mustahiq, baik dari sisi kuantitas dana maupun tepat tidaknya penyampaian dana tersebut. Para karyawan PLN tersebut beranggapan bahwa nominal dana zakatnya akan berkurang saat disalurkan ke para mustahiq untuk urusan administrasi. Sehingga diperlukan manajemen risiko untuk memitigasi risiko yang ada.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pengelolaan yang digunakan Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PT. PLN Persero dalam mengelola dana zakat. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat (LAZIS) dalam meminimalisir risiko-risiko yang terjadi di LAZIS PLN,
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengumpulkan data deskriptif yang mendeskripsikan objek penelitian secara rinci dan mendalam. Sebagaimana yang telah peneliti kemukakan bahwa untuk pengumpulan data penulis menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi dan analisis data digunakan adalah teknik analisis induktif yaitu berangkat dari fakta-fakta yang bersifat khusus, peristiwa-peristiwa konkrit kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum. Adapun hasil analisis yang didapatkan dari penelitian ini adalah bahwa penerapan manajemen risiko yang dilakukan LAZIS PLN masih belum optimal
Kata Kunci: Manajemen Risiko, Pengelolaan Dana Zakat
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Zakat adalah ibadah yang mengandung dua dimensi yaitu dimensi
hablum minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi
horizontal. Ibadah zakat apabila ditunaikan dengan baik maka akan
meningkatkan kualitas keimanan, membersihkan dan mensucikan jiwa, dan
mengembangkan serta memberkahkan harta yang dimiliki. Dari sisi lain, zakat
merupakan salah satu bentuk ibadah yang mengedepankan nilai-nilai sosial
disamping membawa pesan-pesan ritual dan spiritual. Oleh karena itu, maka
pelaksanaannyapun harus dilakukan dengan cara mempertimbangkan kedua
dimensi tersebut.1
Pada prinsipnya dibenarkan oleh syariat Islam apabila seseorang yang
berzakat langsung memberikan sendiri zakatnya kepada para mustahiq dengan
syarat kriteria mustahiq sejalan dengan firman Allah swt dalam surat at-
Taubah: 60. Akan tetapi, sejalan dengan firman Allah swt tersebut dan juga
berdasarkan tuntunan Nabi Muhammad saw, tentu akan lebih utama jika zakat
itu disalurkan lewat amil zakat yang amanah, bertanggung jawab, dan
terpercaya. Ini dimaksudkan agar distribusi zakat itu tepat sasaran sekaligus
menghindari penumpukan zakat pada mustahiq tertentu yang kita kenal
1Fakhruddin, Fiqih & Manajemen Zakat di Indonesia (Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008),
h. 193-195.
1
2
sementara mustahiq lainnya (karena tidak mengenalnya) tidak mendapatkan
haknya.
Oleh karena itu, maka para ahli fiqh (Fuqaha’) menekankan tanggung
jawab pemerintah dalam mengumpulkan zakat dengan cara yang benar,
menyalurkannya dengan cara yang benar pula, dan menghalanginya dari hal-
hal yang bathil. Allah swt berfirman dalam surat al-Hajj: 41
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan
mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan
zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan mungkar, dan
kepada Allah-lah kembali segala urusan”.
Inilah yang dilakukan oleh Rasulallah saw dan para khalifah
setelahnya. Apabila pemerintah tidak memainkan perannya dalam mengurus
zakat, maka boleh didirikan badan, institusi, lembaga, asosiasi, atau panitia
yang melaksanakan tanggung jawab ini, namun semuanya itu harus berada di
bawah pengawasan pemerintah. Badan-badan semacam ini lebih mampu, jika
dibandingkan dengan individu-individu, dalam mengembangkan sumber-
sumber zakat dan menyalurkannya kepada pihak-pihak yang berhak
menerimanya secara syar’i.2
Lembaga pemerintahan swasta juga dapat menyalurkan zakat seperti
yang terjadi di lembaga amil zakat (LAZIS) PT. PLN (Persero) yaitu
menyalurkan dana zakat yang berasal dari pemotongan gaji karyawan PLN
2 Ibid,.h. 194-195.
3
dalam bentuk bantuan dan pemberdayaan ekonomi umat. Hal ini merupakan
salah satu bentuk kepedulian dari lembaga amil zakat (LAZIS) PT. PLN
(Persero) dengan misinya yaitu untuk memberdayakan mustahiq menjadi
muzakki. Upaya yang dilakukan LAZIS PLN untuk penghimpunan dana zakat
ini pada dasarnya adalah tergolong perbuatan mulia sehingga perlu didukung,
namun dalam realitanya sering terjadi penyimpangan antara amil zakat PLN
dengan muzzaki atau karyawan PLN sehingga terjadi keberatan atas
pemotongan gaji yang dipotong setiap bulannya.3
Menjaga reputasi bagi lembaga amil sangatlah penting. Dengan
terpeliharanya reputasi yang baik dan terpercaya maka dapat memudahkan
amil dalam upaya pengumpulan dan zakat dari para muzakki. Segala bentuk
kesalahan dan pelanggaran dalam pengelolaan zakat berpotensi menimbulkan
citra buruk lembaga yang berdampak pada risiko kehilangan muzakki.4
Penghimpunan dana yang dilakukan oleh LAZIS PLN tersebut masih
kurangnya sosialisasi dan edukasi kepada para karyawan PLN mengenai tugas
dan profil lembaga amil zakat (LAZIS) PLN serta kelebihan-kelebihan yang
didapat dengan menitipkan dana zakatnya di LAZIS PLN. Salah satu risiko
yang terjadi di LAZIS PT. PLN (Persero) yaitu diakibatkan karena ada
sebagian para karyawan PLN yang masih belum percaya bahwa dana yang
akan dititipkannya itu akan sampai ke tangan langsung para mustahiq, baik
3Observasi, Mataram, 27 November 2016. 4Nina Triyani, “Analisis Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat”, Iqtishodia Jurnal Ekonomi
Islam Republika, (Desember 2015), h. 18.
4
dari sisi kuantitas dana maupun tepat tidaknya penyampaian dana tersebut.
Para karyawan PLN tersebut beranggapan bahwa nominal dana zakatnya akan
berkurang saat disalurkan ke para mustahiq untuk urusan administrasi. Inilah
yang membuat kurang percaya para karyawan PLN bahwa dana zakatnya
akan tepat sasaran sesuai dengan harapan karyawan sehingga para karyawan
PLN tersebut merasa lebih puas dan tenang jika dana zakatnya disalurkan
secara individu.5
Untuk itu, manajemen risiko dalam pengelolaan zakat menjadi sangat
penting dan strategis. Selama ini kita mengenal istilah manajemen risiko pada
dunia perbankan dan industri secara umum. Padahal lembaga zakat juga
memerlukan pengelolaan risiko ini. Karena itu, berdasarkan hasil
International Working Group on Zakat Core Principle (IWGZCP), disepakati
bahwa identifikasi risiko dalam pengelolaan zakat merupakan hal yang sangat
penting karena akan mempengaruhi kualitas pengelolaan zakat.6
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti mengangkat judul “Analisis
Manajemen Risiko Lembaga Zakat Terhadap Pengelolaan Dana Zakat
(Studi Kasus LAZIS PT. PLN Persero Wilayah NTB)”
5 Eka, Manager SDM LAZIS PLN, Wawancara, Mataram, 27 November 2016. 6Nina Triyani, “Analisis Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat”, Iqtishodia Jurnal Ekonomi
Islam Republika, (Desember 2015), h. 18.
5
B. Fokus Kajian
Untuk memudahkan peneliti menjawab permasalahan yang dilakukan
dalam penelitian ini, maka digunakan rumusan-rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengelolaan dana zakatdi Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PT.
PLN Persero?
2. Bagaimana manajemen risiko lembaga zakat terhadap pengelolaan dana
zakat di Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PT. PLN Persero?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan
a. Untuk mengetahui sistem pengelolaan yang digunakan Lembaga Amil
Zakat (LAZIS) PT. PLN Persero dalam mengelola dana zakat.
b. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat
(LAZIS) dalam meminimalisir risiko-risiko yang terjadi di LAZIS PT.
PLN Persero.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut :
a. Manfaat teoretis
Dengan adanya рenelitian ini, diharaрkan daрat menambah
khazanah ilmu рengetahuan di bidang ekonomi islam dan memberikan
wawasan serta gambaran tentang manajemen risiko. Khususnya untuk
kalangan akademisi baik itu dosen, mahasiswa, praktisi nantinya dapat
6
dijadikan sebagai sumber rujukan dalam membuat karya ilmiah
ataupun yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut, serta dapat
menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang ekonomi islam.
b. Manfaat Ρraksis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
dan saran bagi Lembaga Amil Zakat Infaq & Shadaqoh (LAZIS) PT.
PLN Persero untuk mengembangkan dan mengelola manajemen risiko
menjadi lebih baik. Dalam hasil рenelitian ini diharaрkan menjadi
bahan рertimbangan yang layak bagi рeneliti-рeneliti (rekan-rekan
mahasiswa) dalam melakukan рenelitian dimasa yang akan datang
terutama yang berkaitan dengan manajemen risiko zakat.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
Agar рenelitian ini terarah dengan baik, maka рeneliti membatasi
ruang lingkuр рenelitian ini yaitu hanya berfokus рada hal-hal yang berkaitan
dengan fokus masalah sebagaimana telah diuraikan di atas, seрerti bagaimana
LAZIS PLN mengelola dana zakat dari pendapatan para karyawan PLN dan
kepada siapa saja kemudian dana zakat tersebut disalurkan dan bagaimana
implementasi manajemen risiko lembaga zakat terhadap pengelolaan dana
zakat.
Penelitian ini dilakukan di LAZIS PT. PLN (Persero) wilayah NTB
terletak di Jalan Langko No. 25-27 Ampenan 83114 Mataram.
7
E. Telaah Pustaka
Dalam telaah pustaka ini membahas mengenai persamaan maupun
perbedaan antara penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian yang
lain, untuk menghindari duplikasi, plagiasi, serta menjamin keabsahan dan
keaslian penelitian yang dilakukan. Adapun telaah pustaka yang digunakan
adalah:
1. L. Andri Alfian melakukan penelitian yang berjudul “Manajemen Badan
Amil Zakat Desa Dasan Geres Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok
Barat (Telaah Hukum Islam dan UU no. 38 Tahun 1999)”.7
Dari hasil penelitiannya membahas mengenai faktor-faktor yang
melatar belakangi pengelolaan zakat oleh Badan Amil Zakat desa Dasan
Geres adalah disebabkan oleh faktor anggapan masyarakat tentang
sakralitas masjid sehingga BAZ desa Dasan Geres hanya memandang
bahwa pengelolaan zakat hanya untuk pembangunan masjid.
Perbedaan yang mendasar pada L. Andri Alfian dengan peneliti
adalah Manajemen pengelolaan harta zakat oleh BAZ desa Dasan Geres
Sedangkan penelitian ini berfokus pada manajemen risiko pengelolaan
dana zakat oleh LAZ. Sedangkan persamaannya adalah sama-sama
membahas mengenai pengelolaan dana zakat.
7L. Andri Alfian, Manajemen Badan Amil Zakat Desa Dasan Geres Kecamatan Gerung
Kabupaten Lombok Barat (Telaah Hukum Islam dan UU no. 38 Tahun 1999), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, 2004.
8
2. Zaenul Wathoni melakukan penelitian yang berjudul “Analisis
Manajemen Risiko Minimarket BK Mart Group Lombok Tengah Dalam
Perspektif Ekonomi Islam”
Dari hasil penelitiannya membahas mengenai penerapan
manajemen risiko pada BK Mart Group dilakukan dengan langkah-
langkah yaitu: identifikasi risiko dilakukan dengan cara menganalisis
laporan keuangan, pemeriksaan langsung ke tempat kerja, mengadakan
kerjasama dengan pihak luar, mengevaluasi dan mengukur risiko dan
mencari cara untuk menyelesaikan masalah yang timbul akibat terjadinya
risiko dengan cara memperkecil risiko, mengalihkan risiko, mengontrol
risiko dan pendanaan risiko.
Perbedaan yang mendasar pada Zaenul Wathoni dengan peneliti
adalah melakukan penerapan manajemen risiko pada Minimarket BK Mart
Group. Sedangkan peneliti melakukan penerapan risiko pada Lembaga
Amil Zakat (LAZIS) PT. PLN (Persero). Persamaannya adalah sama-sama
melakukan penerapan manajemen risiko dengan langkah identifikasi
risiko.
9
3. Rahmatullah melakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas
Penggalangan Dan Pendistribusian Zakat Di BAZDA Lombok Timur”8
Dari hasil penelitiannya membahas mengenai penggalangan dan
pendistribusian zakat yang dilakukan BAZDA Lombok Timur pada
umumnya sudah bagus dan memenuhi target.Ini bisa di lihat dari
pencapaian zakat dari tahun ketahun semakin meningkat dan
pendistribusian zakat yang sudah mencapai sasaran untuk kedelapan
ashnaf. Namun demikian ada beberapa hal penggalangan dan
pendistribusian kurang efektif dikarenakan keterbatasan sumber daya
manusia (SDM) BAZDA dan kebanyakan masyarakat yang membayar
zakat secara langsung kepada mustahiq.
Perbedaan yang mendasar Rahmatullah dengan peneliti adalah
BAZDA Lombok Timur mengumpulkan dana zakat dari komunitas
pegawai negeri di Daerah dan melalui Unit Pengumpulan Zakat (UPZI).
Sedangkan penelitian ini mengumpulkan dana zakat dari para karyawan
atau pegawai PLN di LAZIS PT. PLN (Persero) dan melalui Baitul Maal
Hidayatullah cabang Mataram. Persamaannya adalah sama-sama
melakukan strategi pendistribusian dengan hibah (pemberian), bersifat
bantuan, dan bersifat pemberdayaan.
8Rahmatullah, Efektivitas Penggalangan Dan Pendistribusian Zakat Di BAZDA Lombok
Timur, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, 2014.
10
F. Kerangka Teoretik
1. Manajemen
a. Pengertian manajemen
Manajemen merupakan kata serapan dari bahasa inggris,
“management” yang berakar kata “manage” yang berarti “control”
kontrol dan succeed sukses. Nampaknya dari kata ini dapat
disimpulkan bahwa inti dari manajemen adalah pengendalian hingga
mencapai sukses yang diinginkan. Adapun manajemen secara
terminologi diartikan oleh James Stoner, seperti dikutip Eri Sudewo,
sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha para anggota organisasi dengan mengggunakan
sumber daya yang ada agar mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.9
b. Risiko - Risiko Pada Lembaga Zakat
Dalam menjalankan tugasnya, lembaga zakat pasti akan
menghadapi risiko-risiko di setiap fungsinya, yaitu: risiko dalam
proses menghimpun dana, mengelola dana, dan mendistribusikan dana
zakat.
1) Risiko dalam Proses Menghimpun Dana
Dalam menghimpun dana zakat dari para muzakki, lembaga
zakat akan menghadapi beberapa risiko, diantaranya adalah risiko
9Eri Sudewo, Manajemen Zakat (Jakarta: Institut Manajemen Zakat, 2004), h. 63.
11
kepercayaan dari para muzakki ketika menitipkan dananya ke
lembaga zakat.
2) Risiko dalam Proses Mengelola Dana
Dalam proses mengelola dana, lembaga zakat bertugas untuk
memastikan bahwa dana zakat yang diterima mampu memenuhi
jumlah pos-pos penerima zakat. Lembaga zakat akan
mengusahakan agar dana zakat yang berhasil dihimpunnya bisa
disalurkan kepada post-post (ashnaf) yang sesuai dengan yang
dianjurkan dan ditetapkan oleh syari’at Islam.
Dalam proses mengelola dana ini, lembaga zakat akan
menghadapi risiko tidak sesuainya jumlah dana yang dihimpun
dengan jumlah para mustahiq yang telah mereka daftarkan.
3) Risiko dalam Proses Mendistribusikan Dana
Dalam proses pendistribusian dana zakat, lembaga zakat akan
menghadapi risiko tidak tepat sasaran dan tingkat keefisienan dan
tingkat keefektivitasan penyaluran yang kurang. Risiko kurang
tepat sasaran bisa disebabkan oleh kurangnya data para mustahiq
yang tergolong dalam delapan ashnaf.10
10Mersilia, “Analisis Risiko Pada Lembaga Zakat”, dalam http//www.unair.artikel/Lembaga-
keuangan-islam- zakat. diambil tanggal 31 Desember, pukul 11.00 WITA.
12
c. Manajemen risiko
Manajemen risiko adalah proses untuk mengidentifikasi,
memeriksa, mengelola, dan mengendalikan kondisi/situasi yang
berpotensi menyebabkan kerugian dan kegagalan organisasi dalam
mencapai tujuannya.11
Tahapan Penting Penerapan Manajemen Risiko atau Risk
Management. Penerapan manajemen risiko haruslah menjadi suatu
bagian yang tak terpisahkan dalam sistem manajemen organisasi atau
perusahaan. Proses manajemen risiko merupakan salah satu langkah
yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan yang berkelanjutan
(continuous improvement). Manajemen risiko dapat diterapkan di
setiap level strategi dan level operasional perusahaan.
Adapun tahapan penerapan manajemen risiko berbasis ISO
31000 risk management system adalah meliputi kegiatan :
1) Melakukan komunikasi dan konsultasi dengan pengambil
keputusan perusahaan internal dan eksternal perusahaan pada
setiap tahapan proses manajemen risiko
11Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Audit Intern Bank (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2004), h. 473.
13
2) Menentukan konteks manajemen risiko
Menentukan strategi, kebijakan organisasi, batasan atau parameter
internal dan eksternal yang relevan dan penting bagi organisasi,
yang akan dijadikan pertimbangan dalam pengelolaan risiko.
3) Melakukan Risk Assesment, meliputi kegiatan :
a) Melakukan identifikasi risiko
Melakukan identifikasi sumber risiko, area dampak
risiko, peristiwa dan penyebabnya, serta potensi akibatnya yang
dapat mempengaruhi pencapaian sasaran perusahaan. Juga
perlu diidentifikasi risiko-risiko yang terjadi bila peluang yang
ada tidak diambil.
b) Melakukan analisis risiko
Menentukan tingkat kegawatan masing-masing risiko
(tingkat probabilitas dan konsekuensi yang akan terjadi)
menggunakan kriteria yang telah ditentukan pada saat
menentukan konteks.
c) Melakukan evaluasi risiko
Menentukan risiko-risiko yang memerlukan perlakuan
dengan membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria
standar. Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa
hazards dibuat tingkatan prioritas manajemennya. Jika tingkat
risiko ditetapkan rendah, maka risiko tersebut masuk ke dalam
14
kategori yang dapat diterima dan mungkin hanya memerlukan
pemantauan saja tanpa harus melakukan pengendalian.
d) Melakukan pengendalian risiko
Melakukan penurunan derajat probabilitas dan
konsekuensi yang ada dengan menggunakan berbagai alternatif
metode, bisa dengan transfer risiko, dan lain-lain.
e) Melakukan monitoring dan review
Monitor dan review terhadap hasil sistem manajemen
risiko yang sudah dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-
perubahan yang perlu dilakukan.12
d. Komitmen Penerapan Manajemen Risiko
a) Penerapan manajemen risiko merupakan suatu keharusan untuk
mencapai tujuan organisasi.
b) Manajemen risiko harus diterapkan secara terintegrasi di seluruh
lapisan organisasi dan tidak diterapkan secara terkotak-kotak,
sehingga menghasilkan efisiensi dan efektifitas biaya.
c) Manajemen risiko harus diterapkan secara sinergi dengan sistem
manajemen lainnya sebagai sebuah early warning system terhadap
kemungkinan terjadinya kegagalan atau hambatan dalam
pencapaian tujuan organisasi.
12https://www.scribd.com/mobile/doc/214814003/Tahapan-Penting-Penerapan-Manajemen-
Risiko-Risk-Asessment. Diambil tanggal 8 April, pukul 10.00 WITA.
15
d) Risiko harus menjadi pertimbangan penting dalam setiap
perencanaan bisnis dan pengambilan keputusan manajemen.
e) Seluruh elemen organisasi harus memiliki kesadaran dan
kepedulian terhadap risiko yang ada dalam setiap aktivitas bisnis
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing.
f) Seluruh risiko yang mungkin timbul dalam pelaksanaan bisnis
organisasi baik pada level korporat maupun level cabang harus
diidentifikasi, diukur, ditangani, dikomunikasikan, dan dimonitor
secara berkesinambungan.
g) Pihak manajemen harus menyediakan dan mengalokasikan sumber
daya yang cukup untuk pencapaian tujuan manajemen risiko,
termasuk untuk peningkatan kompetensi sumber daya manusia
dalam bidang manajemen risiko.13
e. Prinsip Manajemen Risiko
a) Manajemen risiko melindungi dan menciptakan nilai tambah.
Manajemen risiko memberikan kontribusi melalui peningkatan
tercapainya sasaran perusahaan, dan perbaikan dalam aspek
keselamatan kerja, kesehatan kerja, kepatuhan terhadap peraturan
perundangan, perlindungan lingkungan hidup, persepsi publik,
kualitas produk, reputasi, corporate governance, efisiensi operasi,
dan lain-lain.
13Hery, Manajemen Risiko Bisnis(Jakarta: PT Grasindo 2015), h. 21-22.
16
b) Manajemen risiko merupakan bagian yang terintegrasi dalam
proses organisasi.
Manajemen risiko merupakan bagian dari tanggung jawab
manajemen, yang tidak terpisahkan dari proses bisnis dan proyek
perusahaan dalam mencapai sasaran.
c) Manajemen risiko merupakan bagian dari proses pengambilan
keputusan.
Manajemen risiko membantu manajemen untuk mengambil
keputusan berdasarkan informasi yang cukup dengan
mempertimbangkan bahwa suatu risiko dapat diterima atau
penanganan risiko telah dilakukan secara efektif.
d) Manajemen risiko secara eksplisit menangani ketidakpastian.
Manajemen risiko menangani aspek ketidakpastian dalam proses
pengambilan keputusan dan cara untuk menanganinya.
e) Manajemen risiko diterapkan secara sistematis, terstruktur, dan
tepat waktu.
Pendekatan yang sistematis, terstruktur, dan tepat waktu dalam
manajemen risiko memberikan kontribusi bagi peningkatan
efisiensi, konsistensi, serta perbaikan.
17
f) Manajemen risiko diterapkan berdasarkan informasi terbaik yang
ada.
Masukan dan informasi yang digunakan dalam proses manajemen
risiko didasarkan pada sumber informasi yang tersedia, seperti
pengalaman, hasil observasi, perkiraan, pertimbangan pakar, dan
data lainnya.
g) Manajemen risiko diterapkan sesuai dengan konteks perusahaan.
Penerapan manajemen risiko harus diselaraskan dengan konteks
internal dan eksternal perusahaan, sasaran perusahaan, profil risiko
yang dihadapi perusahaan, serta kebutuhan dari para risk owner
dalam perusahaan.
h) Manajemen risiko mempertimbangkan faktor manusia dan budaya.
Penerapan manajemen risiko memperhitungkan kapabilitas
perusahaan, persepsi, dan tujuan dari masing-masing individu, baik
di dalam maupun di luar perusahaan.
i) Manajemen risiko memfasilitasi terjadinya perbaikan dan
perkembangan perusahaan secara berkelanjutan.
Manajemen harus senantiasa mengembangkan dan menerapkan
perbaikan strategi manajemen risiko serta meningkatkan kualitas
pelaksanaan manajemen risiko.14
14Hery, Manajemen Risiko Bisnis(Jakarta: PT Grasindo 2015), h. 29-30.
18
f. Kerangka Kerja Manajemen Risiko
a) Kerangka kerja manajemen risiko merupakan pengembangan dari
prinsip-prinsip manajemen risiko, yang memberikan dasar bagi
pengelolaan perusahaaan, yang mencakup seluruh aktivitas bisnis
pada semua tingkatan dalam perusahaan.
b) Kerangka kerja ini membantu manajemen risiko secara efektif,
dengan menerapkan manajemen risiko pada berbagai tingkatan dan
dalam konteks spesifik perusahaan.15
Proses Manajemen Risiko
15 Ibid,.h. 30-31.
MENENTUKAN KONTEKS
PEMANTAUAN DAN KAJI
ULANG
PENANGANAN RISIKO
KONSULTASI DAN
KOMUNIKASI
IDENTIFIKASI RISIKO
ANALISIS RISIKO
EVALUASI RISIKO
19
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang penulis lakukan adalah jenis penelitian
bersifat kualitatif. Dipilihnya pendekatan penelitian kualitatif karena lebih
mudah apabila berhadapan dengan kenyataan sehingga dapat menyajikan
secara langsung hubungan antara peneliti dan responden dan pendekatan
kualitatif ini menggunakan studi kasus yang merupakan penelitian yang
dilakukan secara intensif, terinci, dan mendalam terhadap suatu organisasi,
lembaga atau gejala tertentu.
Dalam penelitian ini pengumpulan dana zakat yang dilakukan oleh
lembaga amil zakat LAZIS PLN berasal dari pemotongan gaji karyawan
yang ada di PLN yang disalurkan kepada mustahiq dalam bentuk bantuan
dan pemberdayaan ekonomi umat.16
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, responden mengumpulkan data
sampai data yang dikumpulkan dianggap memuaskan. Alat pengumpulan
data atau instrument penelitian dalam metode kualitatif ialah peneliti
sendiri. Jadi peneliti merupakan key instrument dalam pengumpulan data,
peneliti harus terjun sendiri ke lapangan secara aktif.17
16Observasi, Mataram, 27 November 2016. 17Husaini Usman dan Ρurnomo Setiady Akbar, Metodelogi Ρenelitian Sosial (Jakarta: ΡT.
Bumi Aksara, 2009), h. 78.
20
Kehadiran peneliti ke lapangan mengandung maksud supaya
peneliti dapat menganalisis masalah-masalah yang ada serta berperan
untuk mengumpulkan data di lokasi penelitian dengan respon yang ada,
jika tidak demikian maka peneliti tidak akan pernah mendapatkan data
yang valid. Sehingga peneliti harus benar-benar mengetahui permasalahan
yang ada di lapangan. Untuk mendapatkan data yang akurat tentang hal-
hal yang dapat diteliti, maka peneliti ikut dalam proses kegiatan yang
dilakukan lembaga amil zakat di LAZIS PLN PT (Persero) wilayah NTB
terhadap penyaluran dana zakat.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di jalan Langko No. 25-27 Ampenan
83114 Mataram. LAZIS PT. PLN (persero) ini mempunyai keunikan
tersendiri yaitu lembaga zakat tersebut berada di bawah naungan
konvensional yaitu PT. PLN (persero).
4. Sumber dan Jenis Data
Dilihat dari segi sumber perolehan data, atau darimana data
tersebut berasal secara umum dalam penelitian dikenal ada jenis data yaitu
data sekunder dan primer.18 Adapun jenis data yang dijadikan sumber data
dalam penelitian ini adalah:
18 Muhammad Teguh, Metodelogi Penelitian Ekonomi dan Aplikasi (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada 2005), h. 121.
21
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari obyek
penelitian perorangan, kelompok, dan organisasi.19 Dalam penelitian
ini yang termasuk data primer adalah data yang diperoleh secara
langsung dari pihak terkait melalui observasi dan wawancara langsung
dengan karyawan terkait dengan penyaluran dana zakat.
b. Data sekunder, yaitu memperoleh data dalam bentuk yang sudah jadi
(tersedia) melalui publikasi dan informasi yang dilakukan diberbagai
organisasi atau perusahaan termasuk majalah jurnal, pasar modal
perbankan dan keuangan. Beberapa di antaranya mengetahui tentang
manajemen risiko zakat, manajemen pengelolaan zakat dan data-data
yang ada kaitannya dengan penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk proses pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan metode dokumentasi,
yaitu:
a. Observasi
Teknik observasi adalah peneliti terjun langsung ke lokasi
penelitian untuk melakukan pengamatan dan pencatatan secara
langsung. Di sini peneliti mengamati tentang suatu keadaan suasana,
19 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005), h. 29-30.
22
peristiwa, atau tingkah laku.20 Pengamatan atau observasi dilakukan
untuk memperoleh data atau informasi tentang suasana dan keadaan
serta penghimpunan dan penyaluran di LAZIS PLN.
Adapun teknik observasi yang peneliti gunakan adalah teknik
observasi non partisipasi, yakni partisipasi yang tidak melibatkan diri
secara langsung ke obyek. Akan tetapi menggunakan secara sepintas
yaitu saat tertentu terhadap obyek observasi.
Observasi dilakukan untuk mengadakan pengamatan langsung
di lapangan guna mencari data yang dibutuhkan serta mengetahui
proses penyaluran dana zakat yang dilakukan LAZIS PT PLN
(persero) melalui pemotongan gaji para karyawan yang dipotong
setiap bulannya sebesar 2,5 %.
b. Wawancara
Wawancara (interview) adalah “suatu bentuk komunikasi, atau
percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi dengan cara
tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih dengan saling
melihat atau lebih dengan mendengar secara langsung pertanyaan serta
jawaban”.21
20Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosada Karya,
1996), h. 186. 21 Ibid,.h. 138.
23
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tak
terstruktur atau wawancara bebas, dimana peneliti bebas menanyakan
apa saja yang berkaitan dengan fokus penelitiannya.22
Adapun yang penulis lakukan dalam metode wawancara ini
adalah melakukan wawancara terhadap enam informan yaitu
karyawannya sebanyak 4 orang, dan para mustahiq sebanyak 2 orang.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang
digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Pada intinya motode
dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data
historis.23
Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk
mencari data mengenai variable-variabel penelitian yang berupa
catatan atau dokumen-dokumen, transkrip, buku, dan sebagainya.
Adapun data yang ingin dikumpulkan melalui metode
dokumentasi adalah data tentang gambaran umum lokasi penelitian,
keadaan, dan jumlah anggota, sarana, dan prasarana serta struktur
organisasi Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PLN.
22Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2002), h. 157. 23Burhan Bugin, Metodelogi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Kencana, 2010), h. 133.
24
6. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara
sistematik data yang di peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, menyusun kedalam pola memilih nama
yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Metode analisis yang dipakai adalah induktif merupakan metode
yang digunakan untuk mengemukakan fakta-fakta atau kenyataan dari
hasil penelitian yaitu di LAZIS PT. PLN (Persero) wilayah NTB.
Kemudian diteliti sehingga ditemukan pemahaman terhadap pengelolaan
dana zakat dan risiko-risko apa saja yang ditemukan kemudian dianalisis
secara umum menurut ekonomi islam.
7. Validitas Data
Kesahihan data merupakan usaha yang dilakukan peneliti untuk
membuktikan apa yang telah diamati dalam penelitian sesuai dengan
keadaan yang sesungguhnya. Sehingga untuk memperoleh data yang valid
perlu diadakannya pemeriksaan secara seksama. Untuk mendapatkan
keabsahan data atau temuan diperlukan teknik pemeriksaan keabsahan
25
data. Hal ini dimaksudkan agar data informasi yang dikumpulkan
mengandung nilai keabsahan data.24
a. Triangulasi
Dalam pengertian ini adalah untuk mengecek keabsahan data
tertentu dengan membandingkan data yang diproleh dengan sumber
lain. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi data dan
triangulasi metode. Triangulasi data dilakukan untuk mendapatkan
informasi yang sejenis dari sumber yang lain, hal tersebut dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1) Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara,
membandingkan hasil wawancara dengan refrensi.
2) Membandingkan persepsi orang lain dengan pendapat, responden
dan pandangan orang lain.
b. Kecukupan Refrensi
Peneliti menggunakan dokumen atau catatan-catatan penting
yang ada kaitannya dengan fokus penelitian. Hal ini untuk
mengetahui ada kesesuaian antara data tersebut dengan kesimpulan
hasil penelitian.
24Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodelogi Penelitian Sosial (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2009), h. 95.
26
Referensi atau bahan bacaan yang lengkap dalam suatu
penelitian merupakan bahan pembanding terhadap cara dan temuan di
lokasi penelitian.
c. Pemeriksaan Teman Sejawat
Dengan hal ini peneliti bertujuan untuk memperoleh kritikan
dan pertanyaan yang tajam atas hasil yang telah ditetapkan sehingga
dapat menuju ketingkatan kepercayaan dan kebenaran dari data hasil
penelitian.25
H. Sistematika Isi
Dalam sistematika isi skripsi ini peneliti mencoba menguraikan lebih
lanjut, sebagai berikut:
1. Bagian Awal
Pada bagian awal semua jenis skripsi sama, setiap skripsi harus
memuat sekurang-kurangnya dua belas item seperti: Sampul depan, Judul,
Persetujuan pembimbing, Nota dinas pembimbing, Pernyataan keaslian
skripsi, Pengesahan, Motto, Persembahan, Kata pengantar, Daftar isi, dan
Abstrak.
2. Bagian Isi
Pada Bagian Isi, sistematika laporan dari setiap skripsi secara
umum berbeda bergantung pada jenis penelitiannya. Namun jenis
25 Ibid,. h. 175.
27
penelitian yang sedang diteliti saat ini adalah penelitian kualitatif, maka
sistematika penulisannya sebagai berikut :
Pada BAB I, yaitu pendahuluan, peneliti menggunakan latar
belakang masalah sehinggga memunculkan keinginan untuk mengkaji
permasalahan yang menjadi tema dasar dari kajian ini, termasuk juga
dalam bab ini diantaranya fokus kajian, tujuan dan manfaat dari penelitian
ini, ruang lingkup dan setting penelitian, telaah pustaka dan kerangka
teoritik yang menjadi acuan teori dari penelitian lapangan ini. Kemudian
dalam bab ini terdapat juga serangkaian teknis atau metode penelitian dari
peneliti dalam melakukan penelitian dan termasuk di dalamnya adalah
pendekatan penelitian, kehadiran penelitian, lokasi peneliti, sumber dan
jenis data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan validitas
data.
Selanjutnya BAB II, yang berisi paparan data dari penelitian yang
ditemukan di lapangan. Dalam hal ini peneliti mencoba menggambarkan
secara singkat tentang gambaran lokasi penelitian dan temuan-temuan
dalam melakukan penelitian serta tanggapan dari masyarakat dimana
tentang pembahasan dari penelitian.
Pada BAB III, berisikan tentang pembahasan dari penelitian ini
yang termasuk di dalamnya adalah proses dari analisa peneliti dalam
melakukan penelitian di lapangan yang berdasar temuan-temuan penelitian
yang telah dipaparkan pada bab II.
28
BAB IV berisi penutup yang memuat kesimpulan dan saran-saran
dalam penelitian ini.
3. Bagian Akhir
Pada bagian akhir, setiap skripsi mencantumkan sebagai berikut:
Daftar Ρustaka, Riwayat Hidup Ρeneliti dan Sejumlah Lampiran. Untuk
lampiran, hal-hal yang dilampirkan tentu menyesuaikan dengan jenis
penelitiannya. Seperti pedoman wawancara, catatan lapangan dan
seterusnya. Terdiri dari kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang
telah peneliti lakukan di Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PT. PLN (Persero)
Wilayah NTB.
29
BAB II
PAPARAN DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya LAZIS PT. PLN (Persero) Wilayah NTB
Dalam rangka membatu para pegawai khususnya pegawai muslim
dilingkungan PT. PLN (Persero) menunaikan kewajibannya berzakat,
manajemen PT. PLN (Persero) Wilayah NTB telah membentuk lembaga
untuk menampung, mengelola dan menyalurkan zakat, infak dan shodaqoh
kepada yang berhak menerimanya, sesuai penjelasan diatas pembentukan
lembaga tersebut berdasarkan keputusan General Manajer PT. PLN
(Persero) Wilayah Nusa Tenggara Barat Nomor:1848.K/GM/2012 tentang
pembentukan pengurus Lembaga Amil Zakat, Infak dan shadaqoh (LAZIS)
dilingkungan PT. PLN (Persero) Wilayah Nusa Tenggara Barat Surat
Keputusan Nomor: 01/KET-LAZIS-VIII-2015 tentang pembentukan
Lembaga Amil Zakat, Infak dan Shadaqoh (LAZIS), dan menetapkan
mekanisme pemungutan zakat di Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PT. PLN
(Persero) Wilayah NTB.26 Adapun maksud dan tujuan pembentukan LAZIS
tersebut diantaranya adalah :
a. Memfasilitasi terlaksananya kegiatan yang dapat meningkatkan
keutuhan, kekompakan, persatuan dan kesatuan karyawan dan spiritual
diantaranya dalam bentuk zakat, Infak dan Shadaqoh.
26Lalu Husnan, sekretaris LAZIS, wawancara, Mataram 21 Februari 2017.
29
30
b. Menghimpun dana zakat dari para pegawai PT. PLN (Persero) yang
beragama Islam dan menyalurkannya kepada yang berhak menerimanya
(mustahik).
Adapun tugas LAZIS PT. PLN (Persero) Wilayah NTB diantaranya:
Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Shadaqoh (LAZIS) PT. PLN (Persero)
Wilayah NTB memiliki tugas sebagai berikut :
a. Melakukan sosialisasi dan pembinaan tentang zakat, infak dan shadaqoh
(ZIS) kepada seluruh karyawan yang beragama Islam.
b. Membantu karyawan yang beragama Islam dan mampu (Muzakki)
dalam menyalurkan kewajiban berzakatnya.
c. Mengumpulkan dan mengelola ZIS.
d. Membuat rencana dan pendayagunaan ZIS dengan memperhatikan
aspek efektifitas dan efesiensi.
e. Menyalurkan dan memberdayakan ZIS kepada yang berhak
menerimanya sesuai dengan agama Islam antara lain untuk para
mustahik yang bertempat tinggal di sekitar kantor dan kepada kenalan
dan kerabat dekat para karyawan.
f. Memonitoring kemanfaatan dari hasil penyaluran ZIS.
31
g. Membuat laporan keuangan pengelolaan ZIS setiap bulan berikut
kemanfaatannya dan mempublikasikannya secara terbuka kepada
seluruh muzakki27.
h. Membuat laporan keuangan tahunan dan kemanfaatan hasil penyaluran
ZIS kepada manajemen di masing-masing unit.
i. Melakukan koordinasi dan bertukar informasi dengan unit lain serta
LAZIS di luar PT. PLN (Persero) Wilayah NTB dalam rangka
mengelola dan memberdayakan ZIS secara maksimal serta menjaga
unjuk kerja Lembaga Amil Zakat, Infak dan Shadaqoh.
2. Letak Geografis
Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Shadaqoh (LAZIS) PT. PLN
(Persero) Wilayah NTB adalah lembaga yang menghimpun dan
menyalurkan zakat kepada para mustahik yang terletak di Jalan Langko No.
25-27 Mataram dengan batasan wilayah sebagai berikut :28
Sebelah Barat : Taman Malomba
Sebelah Utara : Kantor Pajak
Sebelah Timur : Kantor Telkom
Sebelah Selatan : Jalan Raya
27Dokumentasi tertulis LAZIS PT. PLN (Persero) Wilayah NTB 22 Februari 2017. 28Observasi,PT. PLN (Persero) Wilayah NTB, 25 februari 2017.
32
3. Visi dan Misi
a. Visi
Menjadi lembaga pengelolaan zakat, infak, dan shadaqoh (ZIS)
yang amanah, profesional dan transparan sesuai tuntunan syariah Islam.
b. Misi
1) Mengajak segenap kaum muslimin di lingkungan PT. PLN
(Persero) Wilayah NTB, khususnya pegawai, untuk menyalurkan
ZIS mereka melalui LAZIS PT. PLN (Persero) Wilayah NTB.
2) Melaksanakan pengelolaan ZIS secara amanah, profesional dan
transparan.
3) Menyalurkan dana ZIS kepada kaum dhu’afa dilingkungan PT.
PLN (Persero) Wilayah NTB melalui program pembinaan
berkesinambungan.
4) Memberdayakan mustahiq menjadi muzakki.
4. Tujuan
Dalam rangka membantu ummat Islam pegawai PT. PLN (Persero)
Wilayah NTB menunaikan kewajiban berzakat, LAZIS menfasilitasi dengan
membantu dalam menampung, pengelolaan dan penyaluran ZIS kepada yang
berhak menerimanya.
33
5. Struktur Organisasi
(Sumber dokumen tertulis LAZIS PT. PLN (Persero) Wilayah NTB)
DEWAN PEMBINA
Ketua : DWI KUSNANTO
Anggota : SITI ENDANG HARDATI
BADAN PENGAWAS
Ketua : EDWARD FAJRIZAL
Anggota : I MADE SUDI
Anggota : ALFI LAILI FAUZIAH
DEWAN PERTIMBANGAN SYARIAH
Ketua : H. BAMBANG WALIYANTORO
Anggota : HENDRO MARTONO
Anggota : H. MUTHIK HARYONO
MANAGER
A. ARIS SWARDIYANTO
SEKRETARIAT
1. L. HUSNAN
2. BAYU FATWMA WIDIATMAJA
BIDANG PERENCANAA
PENGHIMPUNAN & PEMBINAAN
Ketua : H. SUKADI
Anggota : SUGUNG HIDAYAT
Anggota : IKA PRIDA PUTRI
Anggota : KURNIAWAN FAJRIN
BIDANG KEUANGAN
Ketua : BUDI TRIYANTO
Anggota : DIAH ROSIAN HANDAYU
Anggota : RESI OKTORA DEWI
Anggota : RIN RIN KRISTANTI
KOORDINATOR LAZIS AREA DAN SEKTOR PEMBANGKITAN
Ketua : MUDJIYONO ALI SIDKIN
Anggota : LINA KUSUMA WARDANI
BIDANG SURVEI & PEMBERDAYAAN
Ketua : ARPANDI
Anggota : SIGIT PRAMUDIA
Anggota : ABDUL AZIZ M
Anggota : DWI LESTARI
Anggota : NANRANG
34
a. Tugas Dan Tanggungjawab Pengurus
1) Dewan Pembina
Memberikan petunjuk dan arahan kepada Manager dan
pengurus lainnya dalam rangka pembinaan organisasi agar
organisasi tetap berjalan dan berkembang sesuai dengan maksud
didirikannya. Petunjuk dan arahan yang diberikan akan menjadi
pertimbangan bagi pengurus dalam menentukan kebijakan
organisasi sesuai syariat Islam.
2) Dewan Pertimbangan Syariah
Memberikan pertimbangan kepada Dewan Pembina dan
kepada Manager berdasarkan kajian-kajian syariah atas kebijakan
organisasi baik diminta atau tidak diminta agar kebijakan organisasi
tetap sejalan dengan ketentuan syariat Islam.
3) Badan Pengawas
Melakukan audit atas laporan periodik Lembaga Amil
Zakat, Infak dan Shodaqoh (LAZIS) sesuai kaidah akuntansi dan
prinsip syariah Islam agar organisasi LAZIS tetap berjalan (comply)
sesuai ketentuan-ketentuan yang telah disepakati.
4) Manajer
a) Melakukan fungsi-fungsi manajerial yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian agar
35
organisasi tetap berjalan sesuai dengan amanat yang diberikan
oleh Dewan Pembina dan dikelola secara profesional.29
b) Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan dan bimbing kepada
jajaran pengurus yang menjadi tanggung jawabnya.
c) Merumuskan dan memutuskan kebijakan organisasi berdasarkan
masukan dari Dewan Pertimbangan Syariah, Dewan Pengawas
dan pengurus lainnya.
d) Melakukan koordinasi dengan manajemen PT. PLN (Persero)
Wilayah NTB Unit setempat atau Manajemen anak perusahaan
dibawah koordinassi PT. PLN (Persero) Wilayah NTB (yang
beragama Islam) dalam pelaksanaan bantuan mekanisme
pemungutan Zakat, Infak dan Shodaqoh bagi pegawai pegawai
PT. PLN (Persero) Wilayah NTB diseluruh Unit PT. PLN
(Persero) Wilayah NTB dan anak perusahaan dibawah
koordinasi PT. PLN (Persero) Wilayah NTB yang beragama
Islam.
e) Mempertanggungjawabkan penyelenggaraan kegiatan
organisasi LAZIS kepada manajemen PT. PLN (Persero)
Wilayah NTB unit setempat atau manajemen anak perusahaan
dibawah koordinasi PT. PLN (Persero) Wilayah NTB yang
beragama Islam, BKK dan Muzakki.
29Dokemen tertulis LAZIS PT. PLN (Persero) Wilayah NTB, 27 Februari 2017.
36
f) Melakukan koordinasi dengan Lembaga Amil Zakat, Infak, dan
Shodaqoh unit PLN lainnya dalam rangka akselerasi tercapainya
program penghimpunan dan pemberdayaan untuk kepentingan 8
ashnaf (golongan) serta melakukan kerjasama program
pemberdayaan dengan lembaga sosial di luar lingkungan PT.
PLN (Persero) Wilayah NTB unit setempat atau anak
perusahaan dibawah koordinasi PT. PLN (Persero) Wilayah
NTB.
g) Menyampaikan laporan bulanan/ Triwulan/ Semesteran/
Tahunan untuk dipublikasikan dan disampaikan kepada
manajemen PT. PLN (Persero) Wilayah NTB, BKK dan
Muzakki Unit PLN setempat.
5. Sekretariat
Membantu Manajer dan para pengurus lainnya dalam
penyediaan prasarana organisasi, kegiatan administratif, penyiapan
kegiatan organisasi, pengumpulan informasi dan penyusunan
laporan kepada para stakeholder agar kegiatan organisasi dapat
berjalan lancar.
a) Mempersiapkan kebutuhan prasarana organisasi.
b) Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan bidang administrasi dan
kesektariatan (surat menyurat, pengarsipan, dan lain-lain).
37
c) Merencanakan dan menyiapkan kegiatan rapat-rapat internal
maupun external.30
d) Mempersiapkan dan mengumpulkan informasi/laporan sebagai
referensi bahan rapat internal/eksternal.
e) Mengumpulkan informasi dan membuat kompilasi laporan
Bulanan/ Triwulan/ Semesteran/ Tahunan untuk disampaikan
kepada Manajer unit setempat atau manajemen anak perusahaan
dibawah koordinasi PT. PLN (Persero) Wilayah NTB yang
beragama Islam.
f) Menginformasikan laporan perkembangan LAZIS unit setempat
atau LAZIS anak perusahaan dibawah koordinasi PT. PLN
(Persero) Wilayah NTB kepada LAZIS PT. PLN (Persero)
Wilayah NTB kantor pusat dalam WEBSITE LAZIS PT. PLN
(Persero) Wilayah NTB, serta berkewajiban senantiasa
mengedit dan memonitor keakuratan datanya, baik data laporan
periode Bulanan/ Triwulan/ Semesteran/ Tahunan.
6. Bidang Perencanaan, Penghimpunan & Pembinaan
Membantu Manajer dan para pengurus lainnya dalam bidang
perencanaan program ZIS jangka panjang, pengumpulan dan ZIS,
pembinaan dan sosialisasi ZIS berkesinambungan kepada seluruh
pegawai yang beragama Islam agar kesadaran atas kewajiban
30Profil LAZIS PT. PLN (Persero) Wilayah NTB, 27 Februari 2017.
38
berzakat betul-betul bisa dimengerti, diterima dan dilaksanakan
dengan penuh kesadaran oleh para pegawai tersebut.
a) Menghimpun dana ZIS dari para Muzakki pada Unit PLN
setempat.
b) Mencari sumber dana lainnya bagi pengembangan program ZIS.
c) Merencanakan dan melaksanakan program pembinaan dan
sosialisasi ZIS berkesinambungan kepada seluruh pegawai yang
beragama Islam.
d) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan secara periodik
Bulanan/ Triwulanan/Semesteran/Tahunan dan disampaikan
kepada Manajer LAZIS unit setempat atau Manajer LAZIS anak
perusahaan dibawah koordinasi PT. PLN (Persero) Wilayah
NTB.
e) Melakukan perencanaan program lembaga ZIS jangka pendek
dan panjang dengan LAZIS lainnya dalam satu koordinasi di
bawah LAZIS PT. PLN (Persero) Wilayah NTB, baik informasi
berasal dari LAZIS Unit setempat, atau dari LAZIS unit lain
atau dari LAZIS anak perusahaan dibawah koordinasi PT. PLN
(Persero) Wilayah NTB.
f) Memonitor perkembangan penghimpunan dana ZIS unit
setempat atau dana ZIS anak perusahaan dibawah koordinasi
PT. PLN (Persero) Wilayah NTB dalam WEBSITE LAZIS PT.
39
PLN (Persero) Wilayah NTB, serta berkewajiban senantiasa
mengedit dan memonitor keakuratan datanya.
7. Bidang Keuangan
Membantu manajer dan para pengurus lainnya dalam bidang
pengelolaan keuangan dan akuntansi serta penyusunan laporan
keuangan, agar pengelolaan keuangan tetap berjalan dengan
transparan dan dalam transparansi dana zakat penghimpunan dan
penyaluran dana zakat kepada para mustahiq dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan
sejalan dengan syariah Islam.
a) Menerima pemasukan dan ZIS dari bidang perencanaan,
penghimpunan dan pembinaan, baik informasi dari LAZIS unit
setempat, dan atau bila dilakukan koordinasi dan kerjasama
antara LAZIS yang satu dengan LAZIS lainnya, atau dengan
LAZIS anak perusahaan dibawah koordinasi PT. PLN (Persero)
Wilayah NTB.
b) Mengeluarkan uang untuk keperluan organisasi atas persetujuan
manajer dan/atau pengurus lain yang ditunjuk.
c) Melaksanakan pengelolaan keuangan.
d) Melaksanakan pengelolaan pembukuan dan akuntansi
keuangan.
40
e) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan dan laporan keuangan
ZIS secara periodik/ bulanan/ triwulanan/ semesteran/tahunan
dan disampaikan kepada manajer.
f) Memonitor perkembangan keuangan dana ZIS unit setempat
atau dana ZIS anak perusahaan dibawah koordinasi PT. PLN
(Persero) Wilayah NTB dalam WEBSITE LAZIS PT. PLN
(Persero) Wilayah NTB, serta berkewajiban senantiasa
mengedit dan memonitor keakuratan datanya.
8. Bidang survei dan pemberdayaan
Membantu manajer dan para pengurus lainnya dalam bidang
perencanaan program ZIS jangka pendek, penyaluran ZIS,
pemberdayaan mustahiq dan pemantauan terhadap hasil penyaluran
ZIS agar bantuan ZIS kepada mustahiq yang diamanatkan oleh para
Muzakki sesuai ketentuan syariah Islam berdampak sesuai dengan
yang diharapkan.
a) Melakukan kegiatan survei terhadap kondisi mustahik, dan
dapat saling berkoordinasi dan bekerjasama anatara LAZIS
yang satu dengan LAZIS lainnya dalam melakukan survei
dibawah koordinasi PT. PLN (Persero) Wilayah NTB, baik
informasi berasal dari LAZIS unit setempat, LAZIS unit lainnya
dibawah koordinasi PT. PLN (Persero) Wilayah NTB.
41
b) Melakukan perencanaan program pemberdayaan ZIS jangka
pendek dan jangka panjang.
c) Menyusun dan melaksanakan program pemberdayaan, dan
dapat saling berkoordinasi dan bekerjasama anatara LAZIS
yang satu dengan LAZIS lainnya dalam melakukan
pemberdayaan dibawah koordinasi PT. PLN (Persero) Wilayah
NTB, kantor pusat, baik informasi berasal dari LAZIS unit
setempat, LAZIS unit lain dibawah koordinasi PT. PLN
(Persero) Wilayah NTB.
d) Menyalurkan ZIS kepada mustahiq diikuti dengan pembinaan
dan pemantauan terhadap pelaksanaan program bantuan ZIS.
e) Membuat laporan pelaksanaan kegiatan secara periodik
Bulanan/ Triwulan/ Semesteran/ Tahunan dan disampaikan
kepada Manajer.
f) Memonitor perkembangan pemberdyaan dari dana ZIS unit
setempat, unit lain atau dana ZIS anak perusahaan dibawah
koordinasi PT. PLN (Persero) Wilayah NTB dalam WEBSITE
LAZIS PT. PLN (Persero) Wilayah NTB, serta berkewajiban
senantiasa mengedit dan memonitor keakuratan datanya.31
31DokumenProfil LAZIS PT. PLN (Persero) Wilayah NTB, 27 Februari 2017.
42
6. Strategi
Strategi yang digunakan LAZIS PLN NTB adalah dengan mengajak
dan mengingatkan umat Islam pegawai PLN NTB untuk dapat menjadi
manusia yang bertaqwa dengan selalu menjalankan perintah Allah SWT
serta meninggalkan larangan-Nya, antara lain dengan jalan :
a. Mengingatkan pemahaman fikih ZIS dan peraturan terkait lainnya bagi
para pengelola LAZIS dan mekanisme pelaksanaan di lingkungan PT.
PLN (Persero) Wilayah NTB.
b. Meningkatkan pemahaman fikih ZIS kepada Muzakki dan calon
Muzakki.
c. Melakukan analisis kebutuhan dan memahami situasi, kondisi serta
pembinaan karakter Mustahik yang akan diberdayakan.
d. Menyalurkan dana ZIS menurut skala prioritas sesuai fikih zakat.
e. Mengupayakan kerjasama program secara sinergi dengan pemerintah
dan lembaga swasta, sesuai dengan kaidah penyaluran dana zakat.
f. Menjalin kerjasama dan kemitraan yang saling memberikan manfaat
dengan lembaga amil zakat lainnya yang telah mendapat legalitas untuk
memberdayakan ummat.
43
B. Program Kerja
1. Penghimpunan Dana ZIS dan Pembinaan Para Muzakki
a. Melaksanakan kerjasama dengan lembaga/DEPAG/MUI untuk
pemahaman tentang zakat, infak dan shodaqoh bagi para muzakki dan
calon muzakki.
b. Sosialisasi tentang LAZIS di lingkungan PT. PLN Wilayah NTB
kepada para muzakki dan calon muzakki.
c. Menyusun target penghimpunan dana ZIS dari para Muzakki.
d. Menyusun program pembinaan dengan bidang survey dan
pemberdayaan kepada Mustahik.
Tabel I Penghimpunan Dana LAZIS PT. PLN Persero Wilayah NTB
Tahun
Muzzaki
Penghimpunan
2015
106
497.087.039
2016 211
667.968.131
2017
251
890.175.860
LAZIS PLN mengalami kemajuan dalam melakukan kegiatan
penghimpunan dana ZIS. Pada tahun 2017 jumlah total penghimpunan
zakat, infaq, dan shodaqoh meningkat pesat. Terbukti untuk dana ZIS
44
peningkatan penerimaan tahun 2017 sebesar 9,7 persen dengan muzzaki
sekitar 251 orang melalui pemotongan langsung di rayon Ampenan
sebanyak 300 karyawan PLN yang muslim dan nonmuslim sebanyak 49
orang.32
2. Penyaluran Dana ZIS
Mustahiq adalah orang yang berhak menerima zakat, seperti
ditunjukkan pada Al Qur’an surat At-Taubah 9:60, yaitu “sesungguhnya
zakat itu untuk orang fakir, miskin, pengurus zakat, muallaf, budak,
ghorim (orang yang terjerat hutang), fisabilillah, musafir, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi maha
bijaksana”.33
a. Pemberdayaan Ekonomi Umat
1) Bantuan Modal Usaha Pedagang Kaki Lima.
2) Bantuan Modal Usaha Petani, Peternak dan Nelayan.
3) Bantuan Modal Usaha Home Industri.
4) Penguatan Manajemen Ekonomi Pengusaha Kecil
b. Peningkatan Kualitas Pendidikan Kaum Mustadzafin
1) Memberikan Beasiswa Untuk Siswa Tingkat MI/SD, MTS/SMP,
MA/SMA dan Perguruan Tinggi.
2) Orang Tua Asuh
32 Budi Triyanto, Bidang Keuangan, Wawancara, Mataram, 20 Juli 2017. 33Dokumen, Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Shodaqoh (LAZIS) PT. PLN (Persero), h. 2.
45
3) Santunan Untuk Para Guru Madrasah Diniyah.
4) Penguatan Pendidikan Berbasis Pesantren di Daerah Minoritas.
5) Bantuan Peningkatan Fisik Pendidikan dan Tempat Ibadah.
c. Bantuan Jaminan Kesehatan
1) Bantuan layanan kesehatan bagi para kyai/ustadz mustadzafin.
2) Kartu kesehatan bagi kaum mustadzafin.
3) Penanggulan gizi buruk dan busung lapar bagi kaum mustadzafin.
4) Khitanan massal.
5) Bina ibu dan balita sehat.
6) Pondok gizi.
7) Bina pedagang makanan-minuman sehat dan halal (sertifikasi
sehat dan bersih).
8) Bantuan biaya pengobatan.
9) Pendampingan program
d. Bantuan Sosial Kemanusiaan
1) Bantuan logistik kaum mustadzafin.
2) Bantuan korban untuk kaum janda.
3) Bantuan kaum manula.
4) Bantuan kaum cacat.
5) Bantuan untuk korban bencana banjir, gempa dan bencana
lainnya, meliputi : Pemberian buku paket pelajaran, Obat-obatan,
Pakaian, Paket kebutuhan pokok dan pendukung, Bantuan dana
46
untuk rehabilitasi kerusakan bangunan (rumah, rumah sakit,
sekolah dan masjid) dan Lain-lain.
Tabel II Penyaluran Dana ZIS Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PT. PLN Persero Wilayah NTB
(Bulan April Tahun 2017)
No Mustahiq Penyaluran Dana ZIS
Jumlah Dana
1 59 orang
Modal usaha pedagang kaki lima, petani, peternak, dan nelayan, home industry.
Rp 45.400.000 juta
2 100 orang
Peningkatan kualitas pendidikan
Rp 500.000.000 juta
3
25 orang
Bantuan jaminan kesehatan
Rp 35.300.000 juta
4 45 orang
Bantuan sosial kemanusiaaan
Rp 50.750.000 juta
C. Pengelolaan Dana Zakat di Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PT. PLN
Persero
Berdasarkan penelitian bahwa pengelolaan dana zakat Lembaga Amil
Zakat (LAZIS) PLN meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengawasan yang merupakan salah satu sistem pendistribusian dan
pendayagunaan zakat di LAZIS PLN.
47
Perencanaan pengelolaan zakat yang dilakukan LAZIS PLN yaitu
membuat suatu kegiatan atau program sebelum dilakukan pendistribusian
zakat kepada para mustahiq. LAZIS PLN melakukan analisis kebutuhan dan
memahami situasi, kondisi serta pembinaan karakter mustahiq yang akan
diberdayakan seperti melakakukan suatu survei terhadap beberapa yayasan
yang akan diberikan dana zakat yaitu menilai kondisi yayasan dan kebutuhan
yang mendesak yayasan tersebut. Jika kondisi dari yayasan tersebut layak
untuk diberikan dana zakat maka pihak LAZIS PLN akan memberikan
langsung dana zakat kepada yayasan tersebut.34
Pengorganisasian pendayagunaan zakat pada LAZIS PLN yaitu dalam
bentuk bantuan dan pemberdayaan ekonomi umat. Untuk itu LAZIS PLN
berperan aktif dalam membantu menanggulangi masalah kemiskianan ini.
Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk kebutuhan konsumtif
mustahiq dilakukan berdasarkan persyaratan yaitu hasil pendapatan yang
sudah tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari, yang tidak memiliki
penghasilan seperti orang-orang jompo yang sudah tidak mampu bekerja atau
orang cacat yang membuatnya tidak memiliki kemampuan untuk bekerja dan
melakukan survei terhadap kebenaran mustahiq delapan ashnaf khususnya
fakir miskin, mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya
memenuhi ketentuan kebutuhan dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan
bantuan.
34Abdul Azis, Bidang survey dan Pemberdayaan, Wawancara, Mataram,17 Februari 2017.
48
Sedangkan untuk kebutuhan produktif para mustahiq diberikan
bantuan modal oleh LAZIS PLN untuk memberbaiki ekonomi umat islam
dengan tidak diberikan tekanan berupa pengembalian pinjaman tanpa bunga
atau bagi hasil oleh pihak LAZIS PLN.35
Pelaksanaan dalam penghimpunan dana zakat dilakukan oleh LAZIS
PLN dengan cara pemotongan gaji para karyawan dan tidak melakukan
pengumpulan zakat dengan lembaga lainnya atau tidak bekerja sama dengan
lembaga pengelolaan zakat lainnya akan tetapi bekerja sama dengan BMH
(Baitul Maal Hidaytullah) dan DASI dalam hal penyaluran zakat. Program-
program yang dijalankan oleh Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PT. PLN
(Persero) salah satunya program beasiswa yang diberi nama Cahaya Pintar.
Termasuk penyaluran zakat kepada mahasiswa Universitas Islam Negeri
(UIN) Mataram dan UNRAM senilai seratus juta. Beasiswa Cahaya Pintar
adalah salah satu program strategi LAZIS PLN dalam rangka mewujudkan
visinya merubah mustahiq menjadi muzakki melalui jalur pendidikan.36
Sistem pengawasan pengelolaan zakat LAZIS PLN dilakukan oleh
auditor eksternal yang independen yang berada di PT. PLN (Persero) pusat
yang ada di Jakarta dan setiap setahun sekali pembukuan tersebut diaudit.
Pengawasan juga dilakukan di wilayah NTB yang meliputi para pegawai PLN
dan diaudit oleh auditor internal mengenai kinerja para pegawai dan untuk
35H. Sukandi, Bidang Perencanaan Penghimpunandan Pembinaan, Wawancara, Mataram, 12
Februari 2017. 36L. Husnan, Sekretariat, Mataram, Wawancara, 20 Maret 2017.
49
menjamin jalannya kegiatan program sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.37
D. Manajemen Risiko Lembaga Zakat Terhadap Pengelolaan Dana Zakat di
Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PT. PLN Persero
Dengan mengambil studi kasus Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PT.
PLN (Persero) ini menemukan adanya kemungkinan terjadinya risiko dan dari
hasil penelitian mengenai manajemen risiko di LAZIS PLN ini menemukan
beberapa risiko yang dapat dibagi menjadi tiga kelompok.
Adapun risiko-risiko tersebut yaitu risiko pengumpulan dana zakat,
risiko pengelolaan dana zakat dan risiko penyaluran atau distribusi dana zakat.
1. Risiko dalam pengumpulan dana zakat di LAZIS PLN
Risiko yang terjadi di LAZIS PT. PLN (Persero) dalam proses
pengumpulan dana zakat yaitu diakibatkan karena ada sebagian para
karyawan PLN yang masih belum percaya bahwa dana yang akan
dititipkannya itu akan sampai ke tangan langsung para mustahiq, baik dari
sisi kuantitas dana maupun tepat tidaknya penyampaian dana tersebut.
Para karyawan PLN tersebut beranggapan bahwa nominal dana zakatnya
akan berkurang saat disalurkan ke para mustahiq untuk urusan
administrasi. Inilah yang membuat kurang percaya para karyawan PLN
bahwa dana zakatnya akan tepat sasaran sesuai dengan harapan karyawan
37Bambang Waliantoro, Dewan Pertimbangan Syariah, Wawancara, Mataram, 1 Maret 2017.
50
sehingga para karyawan PLN tersebut merasa lebih puas dan tenang jika
dana zakatnya disalurkan secara individu.38
2. Risiko dalam pengelolaan dana zakat di LAZIS PLN
Menurut hasil wawancara dengan bagian SDM LAZIS Eka bahawa
pada pengelolaan dana zakat yang dilakukan LAZIS PT. PLN (Persero)
juga mengalami risiko kurang tepat sasaran yaitu pada pemberian bantuan
yang disalurkan melalui BMH (Baitul Maal Hidayatullah) berupa program
khitanan massal untuk para mustahiq yang kurang mampu dengan syarat
yaitu masyarakat harus membawa surat miskin untuk bisa ikut. Akan
tetapi ada sebagian masyarakat yang mampu juga bisa ikut serta dalam
program khitanan massal tersebut hanya dengan membawa surat miskin.
Risiko ini bisa disebabkan oleh kurangnya data para mustahiq yang
tergolong dalam delapan ashnaf. Hal ini bisa terjadi karena kurang
pahamnya amil zakat mengenai kriteria dari masing-masing golongan
delapan ashnaf tersebut.39
3. Risiko pendistribusian atau penyaluran dana zakat di LAZIS PLN
Menurut hasil wawancana dengan Bapak L. Husnan bahwa risiko
lain yang terjadi juga yaitu tidak sesuai dengan kriteria delapan ashnaf
tersebut. Pada dasarnya zakat berbeda dengan shadaqoh dan infaq yang
lebih fleksibel pemanfaatannya sedangkan zakat sudah ditentukan delapan
38Bayu Fatwma, Sekretariat, Wawancara, Mataram, 06 Maret 2017. 39Eka, SDM LAZIS PLN, Wawancara, Mataram 3 Februari 2017.
51
ashnaf. Risiko yang terjadi yaitu terkadang orang yang salah
menterjemahkan bahwa fisabilillah yaitu pembuatan mushola,
pembangunanan masjid, akan tetapi sebenarnya yang dinamakan
fisabilillah yaitu orang yang mensiarkan agama islam dan membangun
mushola di daerah terpencil atau pelosok (orang-orang yang berjuang di
jalan Allah SWT) dan jika diberikan maka pendistribusiannya akan salah,
oleh karena itu fisabilillah harus benar-benar sesuai dengan kriteria
delapan ashnaf.40
Menurut hasil wawancara dengan bagian sekretaris L. Husnan
manajemen risiko yang telah dilakukan oleh LAZIS PLN untuk
melakukan identifikasi risiko hanya menggunakan metode pengontrolan
(risk monitoring) dan pembinaan terhadap pelaksanaan program bantuan
beberapa yayasan yang akan diberikan dana zakat. Namun yang menjadi
kendala di LAZIS PLN ini adalah kurangnya jumlah para tenaga kerja
yang melakukan pengontrolan atau survei ke lokasi yayasan dirasakan
masih kurang.
40L. Husnan, Sekretariat LAZIS PLN, Wawancara, Mataram 15 Maret 2017.
52
BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis Pengelolaan Dana Zakat di Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PT.
PLN Persero
Pengelolaan dana zakat yang dilakukan di Lembaga Amil Zakat
(LAZIS) PLN adalah dengan cara penghimpunan dana dari pemotongan gaji
para karyawan PLN sebesar 2,5% setiap bulan yang terpotong melalui pusat
yaitu di Jakarta dan setelah terpotong kemudian 30% dikelola di pusat dan
70% dikembalikan kepada LAZIS PLN. Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PLN
bekerja sama dengan BMH (Baitull Maal Hidayatullah) dan DASI dalam
penyaluran zakat dan melakukan program kerja sama seperti kegiatan rutin
yang diadakan setiap bulan Ramadhan yaitu khitanan massal dan pemberian
bantuan sembako kepada kaum dhuafa.
Pada pengelolaan dana zakat secara terpusat juga banyak melakukan
kegiatan-kegiatan termasuk pemberian beasiswa Cahaya Pintar diambil 30%
dari pusat. Pemberian beasiswa ini dalam rangka peningkatan kualitas
pendidikan bagi calon pemimpin islami yang diberikan kepada para
mahasiswa. Penghimpunan dana 70% yang dikelola di LAZIS PLN digunakan
untuk penyaluran dana zakat dalam bentuk bantuan dan pemberdayaan
ekonomi umat kepada dhuafa dan beberapa yayasan, biasanya pemberian
zakat yang paling banyak dilakukan pada bulan Ramadhan seperti kegiatan
52
53
khitanan massal dan pemberian sembako yang merupakan rutinitas dari
LAZIS PLN.
Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan (planning)
pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan
(controlling) terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan
zakat.41
1. Perencanaan pengelolaan zakat
Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan
pemutusan selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan
oleh siapa. Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan
mempertimbangkan kondisi di waktu yang akan datang dalam mana
perencanaan dan kegiatan yang diputuskan akan dilaksanakan, serta
periode sekarang pada saat rencana dibuat.42
Badan/Lembaga pengelolaan zakat secara umum harus
mempunyai visi dan misi organisasi. Dari visi dan misi akan dilahirkan
program-program unggulan sebagai implementasi pengelolaan zakat. Dari
sejumlah program yang direncanakan Badan/Lembaga Pengelolaan Zakat,
dapat dikelompokkan menjadi empat program besar (grand programme),
yaitu program ekonomi, program sosial, program pendidikan dan program
dakwah. Selain perancangan program yang baik, lembaga-lembaga
41Fakhruddin, Fiqih & Manajemen Zakat di Indonesia, h. 251. 42Ibid,., h. 267-268.
54
pengelola zakat perlu melakukan skala prioritas program. Program yang
harus diprioritaskan tentu saja program-program yang berefek luas dan
jangka panjang, serta tepat pada akar permasalahannya.
Seperti beberapa program yang dijalankan oleh LAZIS PLN yaitu:
1. Program Ekonomi yang dilakukan oleh LAZIS PLN
Program pemberdayaan ekonomi melalui pendayagunaan dana
zakat yang dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PLN dapat
menjawab dan memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang
dihadapi oleh para mustahiq. Bantuan ekonomi yang diberikan LAZIS
PLN ini dimaksudkan untuk perbaikan ekonomi umat islam. Modal
bantuan usaha tersebut diberikan kepada pedagang kaki lima, petani,
peternak dan home industri.
Jenis mata dagangan yang diberikan kepada pedagang kaki lima
diusahakan memenuhi syariat Islam, dilakukan usaha dengan
baik/Islami, dan ada kecendrungan pengeluaran zakat dari hasil usaha
dengan baik/Islami, dan ada kecendrungan pengeluaran zakat dari
hasil usaha yang sudah dihasilkan. Besar bantuan modal usaha
disesuaikan dengan jenis usaha yang digeluti dengan
memperhitungkan perputaran modal usaha. Nominal bantuan modal
diberikan maksimal Rp. 500.000 s/d 1.000.000 sesuai kondisi
kemampuan LAZIS untuk memperbanyak jumlah penerima bantuan
modal usaha.
55
LAZIS PLN melakukan perencanaan program lembaga ZIS
jangka pendek dan panjang dengan LAZIS lainnya dalam satu
koordinasi di bawah LAZIS PT. PLN (Persero) Wilayah NTB atau
dari LAZIS unit lain atau dari LAZIS anak perusahaan dibawah
koordinasi PT. PLN (Persero) Wilayah NTB. Program yang
diproyeksikan untuk dilaksanakan dalam jangka pendek dengan waktu
yang dialokasikan maksimal 1 (satu) tahun dan perencanaan jangka
panjang dengan alokasi waktu antara 3 (tiga) sampai 5 (lima) tahun
oleh LAZIS PLN.
2. Program Sosial LAZIS PLN
Program sosial yang dilakukan Lembaga Amil Zakat (LAZIS)
PLN yaitu memberikan bantuan sosial kesehatan, kemanusiaan, dan
bantuan untuk korban bencana banjir, gempa, dan bencana lainnya.
Bantuan sosial kesehatan dan kemanusiaan diberikan oleh
LAZIS PLN kepada kaum Mustadzafin, kaum janda, Manula dan
penderita cacat. Meskipun setiap orang telah diwajibkan bekerja dan
dianjurkan untuk hidup dengan kemandiriannya, akan tetapi dalam
kehidupan ini akan selalu ada orang yang tidak memiliki penghasilan,
seperti orang-orang jompo/manula yang sudah tidak mampu bekerja
atau orang-orang cacat yang membuatnya tidak memiliki kemampuan
untuk bekerja. Juga kesulitan bekerja atau mencari nafkah akan
dialami oleh janda-janda paruh baya yang menanggung kehidupan
56
anak-anaknya. Sebagaimana juga kesulitan dialami oleh anak-anak
yatim piatu yang belum mencapai usia bekerja.
Bantuan untuk korban bencana banjir, gempa dan bencana
lainnya. Program yang bersifat insidentil ini senantiasa disiapkan
sebagai respon atas bencana-bencana alam yang terjadi seperti:
tsunami, gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, banjir dan lain-
lain, pemberian besaran bantuan disesuaikan dengan kondisi saat
kejadian dan dapat berupa :
a. Pemberian buku paket pelajaran
b. Obat-obatan
c. Paket kebutuhan pokok dan pendukung
d. Bantuan dana untuk rehabilitasi kerusakan bangunan (rumah,
rumah sakit, sekolah dan masjid)
e. Dan lain-lainnya.
3. Program Pendidikan LAZIS PLN
Salah satu program yang diberikan LAZIS PLN yaitu pemberian
program Cahaya Pintar kepada siswa tingkat MI, MTS, MA dan
perguruan tinggi termasuk di UIN Mataram dan UNRAM. Pemberian
beasiswa dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan bagi calon
pemimpin islami. Bantuan beasiswa yang diberikan sebesar Rp
5.000.000 per orang per tahun selama masa pendidikan. Dengan
demikian terdapat jaminan bahwa para mahasiswa dhuafa berprestasi
57
tersebut dapat menyelesaikan pendidikannya hingga lulus dan dapat
menyumbangkan ilmunya serta memperbaiki taraf hidup keluarganya.
Hal ini merupakan salah satu bentuk kepedulian dari keluarga
besar PLN terhadap dunia pendidikan dan untuk merubah nasib para
mustahiq agar nantinya mampu menjadi muzzaki. Selain mendapat
beasiswa pendidikan para mahasiswa penerima program ini juga
mendapatkan pembinaan rutin keislaman dalam rangka peningkatan
aqidah dan pelatihan disaster manajemen untuk disiapkan menjadi
relawan program dakwah dan kemanusiaan LAZIS PLN.
2. Pengorganisasian Pengelolaan Zakat
Menurut Terry sebagaimana dikutip Ahmad Ibrahim Abu Sinn
mengatakan bahwa istilah pengorganisasian merupakan sebuah entitas
yang menunjukkan sebagai bagian-bagian yang terintegrasi sedemikian
rupa, sehingga hubungan mereka satu sama lain dipengaruhi oleh
hubungan mereka terhadap keseluruhan.43
Pada dasarnya organisasi zakat menghimpun sejumlah orang-
orang yang masing-masing punya kepentingan. Dengan demikian
seringkali dalam organisasi zakat terjadi tarik menarik antara kepentingan
pengelola dengan kepentingan organisasi. Pengelolaan organisasi zakat
43Ahmad Abrahim, Abu sinn, Manajemen Syariah (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1996), h.
91.
58
yang baik tentunya yang mengutamakan kepentingan organisasi di atas
kepentingan individu dan kelompok.44
Upaya pendayagunaan pengorganisasian zakat yang dilakukan
oleh LAZIS PLN ini selanjutnya didistribusikan untuk didayagunakan
kepada para mustahiq. Cara pendayagunaandana zakat tersebut diberikan
LAZIS PLN dalam bentuk konsumtif dan produktif. Pendayagunaan zakat
dalam bentuk produktif digunakan oleh para mustahiq untuk memperbaiki
ekonominya dengan diberikan pinjaman tanpa bunga sehingga para
mustahiq tidak merasa terbebani atas pinjaman LAZIS PLN tersebut dan
diberikan pembinaan dan pemberdayaan ekonomi nantinya mereka juga
bisa menjadi muzzaki.
3. Pelaksanaan Pengelolaan Zakat
Pengelolaan zakat di Indonesia dilakukan oleh Badan Amil Zakat
(BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) dengan cara menerima atau
mengambil harta atau barang zakat dari muzzaki atas dasar pemberitahuan
muzakki. Badan Amil Zakat (BAZ) juga dapat bekerja sama dengan bank
dalam pengumpulan zakat harta muzzaki yang berada di bank atas
permintaan muzzaki.45
44Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf (Jakarta: UI Press, 1988), h.
49. 45Fakhruddin, Fiqih & manajemen Zakat di Indonesia(Yogyakarta: UIN-Malang Press 2008),
h. 268.
59
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat.
Menimbang :
a. Bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu.
b. Bahwa menunaikan zakat merupakan kewajiban bagi umat islam yang
mampu sesuai dengan syariat islam.
c. Bahwa zakat merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk
meningkatkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
d. Bahwa dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna, zakat
harus dikelola secara melembaga sesuai dengan syariat islam.
e. bahwa Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat sudah tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum
dalam masyarakat sehingga perlu diganti.
Pengelolaan zakat di LAZIS PLN berdasarkan surat edaran
keputusan nomor: 01/KET-LAZIS-VIII-2015 tentang pembentukan
Lembaga Amil Zakat, Infak dan Shadaqoh (LAZIS), dan menetapkan
mekanisme pemungutan zakat di Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PT. PLN
(Persero) Wilayah NTB berdasarkan : Keputusan Direksi PT. PLN
(Persero) Nomor: 031/DIR/2015 tanggal 3 juli 2015 tentang pemotongan
zakat penghasilan pegawai muslim secara terpusat untuk disalurkan
60
melalui Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqoh (LAZIS) PT PLN
(Persero) Wilayah NTB.
4. Sistem Pengawasan dalam Pengelolaan Zakat
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk menjamin
bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan
dengan cara-cara membuat kegiatan-kegiatan sesuai dengan yang telah
direncanakan sebelumnya46.
Pengawasan dilakukan untuk menjamin jalannya kegiatan
program sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Sesuai tidaknya
amat tergantung pada niat dan kecakapan dari para pelaksana. Niat tulus
tapi tidak cakap, kegiatan akan menyimpang. Sebaliknya meski cakap tapi
dilandasi kepentingan tertentu, kegiatan juga akan menyimpang. Jika
memang terjadi penyimpangan, analisa pengawasan harus dilakukan
dengan jernih, tepat, dan obyektif. Analisa pengawasan harus sanggup
mengungkap sebab-sebab penyimpangan. Karena itu tim pengawas yang
ditugaskan, juga tidak boleh memiliki kepentingan yang akan menambah
parahnya suatu penyimpangan.47
Implementasi pengawasan pengelolaan zakat LAZIS PLN
dilakukan oleh auditor eksternal yang independen. Pengawasan tersebut
dilakukan di LAZIS PT. PLN Pusat yaitu di Jakarta dan pembukuan
46T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE, 1999), h. 359. 47Eri Sudewo, Manajemen Zakat (Jakarta: Institut Manajemen Zakat, 2004), h.148.
61
laporan keuangan tersebut diaudit setiap setahun sekali. Pengawasan
LAZIS PLN juga menggunakan sistem pengawasan yang idependen dan
mempunyai Dewan Syari’ah yaitu Prof. Din Syamsuddin yang
memberikan kajian tentang zakat dan kendala yang dihadapi dalam
penyaluran zakat di LAZIS PLN.
Pengawasan juga sering dilakukan di LAZIS PLN wilayah NTB
dan diaudit oleh auditor internal yaitu oleh badan pengawas LAZIS PLN
mengenai kinerja dari para pegawai PLN dan untuk menjamin jalannya
program kegiatan apakah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan di
LAZIS PLN.
B. Analisis Manajemen Risiko Lembaga Zakat Terhadap Pengelolaan Dana
Zakat di Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PT. PLN Persero
Keberadaan Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PT. PLN (Persero)
merupakan salah satu upaya untuk menggali potensi zakat yang ada di
wilayah NTB. Dalam konteks pengelolaan dana zakat yang dilakukan di
Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PLN maka salah satu hal yang perlu
dijagaadalah kredibilitas dan akuntabilitas institusi pengelola zakat. Jangan
sampai muncul ketidakpercayaan para karyawan atau masyarakat akibat
kesalahan dan pelanggaran dalam pengelolaan zakat.
Berdasarkan hasil International Working Group on Zakat Core
Principle (IWGZCP), disepakati bahwa identifikasi risiko dalam pengelolaan
zakat merupakan hal yang sangat penting karena akan mempengaruhi kualitas
62
pengelolaan zakat. Ada tiga jenis risiko yang telah teridentifikasi pada
Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PLN dan harus memiliki konsep yang jelas
dalam memitigasi risiko-risiko tersebut. Pertama, risiko reputasi dan
kehilangan muzakki. Kedua, risiko penyaluran. Ketiga risiko operasional.48
Pada jenis risiko yang pertama reputasi dan kehilangan muzzaki
merupakan faktor yang sangat penting karena akan menentukan tingkat
kepercayaan publik, termasuk menentukan loyalitas muzakki dalam
membayarkan kewajiban zakatnya. Karena itu, segala hal yang dapat
menimbulkan impresi pada buruknya reputasi kelembagaan amil harus dapat
diminimalisir. Sebagai contoh manajemen penyaluran yang bersifat asal-
asalan, apalagi dengan cara mengumpulkan mustahiq untuk berbaris di
lapangan mengantri pembagian uang, merupakan tindakan yang dapat
menurunkan kredibilitas institusi amil sehingga berpotensi merusak reputasi
lembaga.
Salah satu risiko kehilangan muzzaki di LAZIS PLN yaitu pada saat
proposal masuk yang tujuannya untuk pendistribusian zakat juga tidak
seakurat kondisi di lapangan, contohnya banyaknya asuhan keluarga yang
meminta bantuan kepada LAZIS PLN dengan menyebutkan kondisi anak asuh
yang tidak sesuai dengan kondisi lapangan yang telah disurvei dan setelah
LAZIS PLN ini memberikan bantuan kepada dua yayasan dan ternyata dua
48Nina Triyani, “Analisis Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat”, Iqtishodia Jurnal Ekonomi
Islam Republika, (Desember 2015), h. 18.
63
yayasan tersebut satu orang yang kelola dan ini yang menimbulkan
kecurigaan tersendiri pada pihak LAZIS PLN dalam mendistribusikan
dananya kepada yayasan tersebut karena tidak sesuai dengan keakuratan
datanya. Sehingga pendayagunaan dana zakat yang kurang tepat disebabkan
kurang pahamnya amil zakat mengenai kriteria dari masing-masing golongan
delapan ashnaf dapat berdampak pada risiko kehilangan muzzaki karena
menyangkut persoalan akuntabilitas dan transparansi keuangan. Ini menjadi
isu yang sangat penting karena akan sangat mempengaruhi tingkat
kepercayaan muzakki. Inilah esensi mengapa risiko reputasi dan kehilangan
muzakki ini harus dikelola dengan baik.
Kedua, risiko penyaluran. Ini terkait dengan ketidaksesuaian antara
rencana kerja penyaluran dengan realisasi di lapangan dikarenakan beragam
faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal kelembagaan, maupun
yang disengaja, tidak disengaja dan dalam keadaan terpaksa (force majeur).
Sebagai contoh, pada program tahun ini telah direncanakan bahwa alokasi
dana zakat untuk bantuan korban bencana alam adalah 10 persen dari total
dana yang disalurkan. Ternyata muncul bencana yang tidak terprediksikan
sebelumnya, sehingga angka 10 persen menjadi tidak cukup. Katakan yang
diperlukan adalah 15 persen. Kekurangan 5 persen, jika tidak mampu diatasi
dengan penghimpunan dana yang baru, maka harus diatasi dengan mengambil
alokasi dana untuk program lain. Jika ini yang terjadi, maka akan
menimbulkan masalah dengan mustahiq program lain.
64
Pada pengelolaan dana zakat di LAZIS PLN seringkali menghadapi
beberapa risiko terutama risiko dalam hal pendistribusian atau penyaluran
dana zakat kepada para mustahiq, minsalnya ketika LAZIS PLN memberikan
bantuan kepada beberapa yayasan dan ternyata setelah dilakukan survei ada
beberapa anak asuhan yang tidak sesuai dengan data yang diajukan di
proposal, banyaknya anak asuhan yang bukan menjadi anak panti asuhan
dikarenakan sebagian anak panti asuhan tersebut sudah alumni dan sudah bisa
bekerja sendiri dan bukan menjadi tanggung jawab panti asuhan tersebut.
Sehingga ketidaksesuaian antara proposal yang sudah diajukan dengan yang
ada di lapangan akan berdampak pada risiko pendistribusian.
Ketiga risiko operasional. Ini terkait dengan kegiatan operasional
kelembagaan amil. Sebagai contoh keterlambatan penyaluran dana zakat
untuk program pemberdayaan mustahiq karena prosedur yang berubah-ubah,
maka hal ini berpotensi mengganggu kelancaran program lembaga secara
keseluruhan. Karena itu, memiliki sistem pengadministrasian yang tepat dan
prosedur penyaluran yang tepat dan tidak mudah berubah merupakan bagian
dari upaya meminimalisir risiko operasional.
Salah satu risiko operasional yang terjadi di LAZIS PLN yaitu salah
satu program pemberdayaan ekonomi ummat terhadap bantuan modal usaha
untuk pemberdayaan ekonomi mustahiq yang tidak berjalan dengan
semestinya dikarenakan prosedur LAZIS PLN yang berubah-ubah yaitu dana
pelatihan yang dirasakan kurang oleh para calon mustahiq dan akhirnya para
65
mustahiq tersebut melarikan diri setelah diberikan pelatihan dan pembinaan
oleh LAZIS PLN.
Dari hasil ini maka manajemen risiko yang harus dilakukan untuk
melakukan identifikasi risiko digunakan metode Enterprise Risk Management
(ERM). Dengan melakukan pendekatan ERM maka dapat dilakukan
identifikasi kemungkinan terjadinya risiko (risk probability), dampak dari
risiko (risk impact) dan mitigasi risiko.
Enterprise Risk Management (ERM) adalah suatu proses yang
sistematis dan berkelanjutan, yang dirancang dan dijalankan oleh manajemen
(termasuk seluruh personel perusahaan) guna memberikan keyakinan yang
memadai bahwa semua risiko yang berpotensi menghambat tujuan dan
sasaran perusahaan telah diidentifikasi dan dikelola sedemikian rupa sesuai
dengan tingkat risiko yang bersedia diambil perusahaan.49
Menurut ISO 31000 manajemen risiko adalah suatu upaya atau
kegiatan yang terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan kegiatan
perusahaan terhadap berbagai kemungkinan risiko yang ada. Dengan kata lain,
manajemen risiko merupakan seperangkat arsitektur (yang terdiri atas prinsip,
kerangka kerja, dan proses) untuk mengelola risiko secara efektif.50
49Hery, Manajemen Risiko Bisnis (Jakarta: PT Grasindo 2015), h. 12. 50 Ibid,.h. 13.
66
Proses implementasi manajemen risiko yang telah dilakukan oleh
Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PLN yaitu: penanganan risiko (risk treatment),
pemantauan risiko (risk monitoring) dan kaji ulang risiko (risk review).
Penanganan Risiko (Risk Treatment) merupakan suatu proses untuk
mengembangkan dan memilih alternatif-alternatif untuk menangani risiko dan
pelaksanaannya.51 Penanganan risiko yang dilakukan LAZIS PLN yaitu
melaksanakan pengendalian internal berdasarkan standar syari’ah oleh auditor
eksternal yang independen dan auditor internal yaitu badan pengawas dari
LAZIS PLN terkait proses manajemen yang dilakukan oleh LAZIS PLN dan
melakukan kerjasama dengan lembaga amil lainya seperti BMH (Baitul Maal
Hidayatullah) dan DASI untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang ada.
Pemantauan dan Kaji Ulang Risiko, merupakan proses yang
berkesinambungan untuk memastikan bahwa pengelolaan risiko telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana. Kaji Ulang, merupakan peninjauan
secara berkala terhadap efektivitas sistem manajemen risiko dan pelaksanaan
penanganan risiko guna perbaikan secara terus-menerus. Tekhnik yang
dilakukan dalam pemantauan dan kaji ulang risiko adalah Risk Based Internal
Audit yang membantu perusahaan dalam mencapai tujuan dan sasaran
strateginya (visi dan misi) yaitu divisi audit internal memberikan opini secara
independen dan objektif kepada manajemen perusahaan atau dewan direksi
51 Ibid,.h. 72.
67
mengenai apakah risiko-risiko yang ada dalam risk register telah dikelola
hingga mencapai tingkat yang bisa diterima.52
Pemantauan dan kaji ulang risiko yang telah dilakukan LAZIS PLN
yaitu melakukan pemantauan risiko (risk monitoring) dan kaji ulang risiko
(risk review) yaitu melakukan pemantauan atau pengontrolan terhadap
beberapa yayasan yang akan diberikan bantuan atas pengajuan proposal yang
dilakukan sebelumnya oleh pihak yayasan tersebut yaitu panti asuhan dan
mengkaji ulang risiko (risk review) untuk mencapai visi dan misinya
melakukan audit internal yang dilakukan oleh dewan direksi kemudian badan
pengawas LAZIS PLN terhadap kinerja para karyawan PLN dan sistem
pengelolaan dana zakat yang sesuai dengan standar syari’ah yang telah
ditetapkan oleh Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PLN.
Pada penelitian yang peneliti lakukan di LAZIS PLN terdapat tiga
kategori risiko yang terjadi di lembaga amil zakat (LAZIS) PLN yaitu risiko
yang dapat diterima tetapi perlu dikelola, risiko yang sebaiknya dihindari dan
risiko yang tidak dapat ditoleransi, sehingga risiko ini harus dihilangkan atau
ditransfer.
Hasil analisis pada Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PT. PLN (Persero)
risiko pada pengumpulan dana zakat teridentifikasi pada kategori risiko yang
sebaiknya dihindari yaitu sebanyak 1 (satu) risiko.
52 Ibid,.h. 88-89.
68
Sedangkan risiko pada pengelolaan dana zakat di LAZIS PLN
teridentifikasi pada kategori risiko yang tidak dapat ditoleransi, sehingga
risiko ini harus dihilangkan atau ditransfer sebanyak 1 (satu) risiko dan
kategori risiko yang sebaiknya dihindari sebanyak 2 (dua) risiko.
Adapun risiko pada penyaluran/pendistribusian dana zakat di LAZIS
PLN, teridentifikasi pada kategori risiko yang sebaiknya dihindari yaitu
sebanyak 3 (tiga) risiko.
Dari hasil analisis pada lembaga LAZIS PLN risiko dalam
penyaluran/pendistribusian dana zakat paling banyak terjadi karena risiko
tingkat keefisienan dan tingkat keefektivitasan penyaluran yang kurang
berkaitan dengan fungsi dana yang disalurkan atau dapat dikatakan dengan
risiko pendayagunaan dana yang kurang tepat. Dana zakat tersebut harus
dikelola dulu oleh pihak amil LAZIS PLN dengan bekerja sama dengan pihak
lain agar bisa menciptakan dana produktif dari dana para muzakki atau
karyawan PLN tersebut dengan tetap menjaga esensi dari niat zakat tersebut.
Dari hasil ini maka terdapat implikasi manajerial yang perlu
diperhatikan. Hal ini sesuai dengan sasaran kerangka kerja Coso yang terdiri
dari empat kategori yaitu strategic, operating, reporting dan compliance.
1. Pada bidang strategic, yang perlu dilakukan adalah:
a. LAZ perlu menyiapkan SDM yang handal, produktif untuk
mengurangi ketergantungan pada keyperson. Selain itu diperlukan
SDM yang berakhlak mulia, jujur dan dapat dipercaya. Pada kriteria
69
ini diharapkan dapat mengurangi risiko seperti: risiko penggelapan
dana zakat dan risiko kecurangan dalam penyaluran dana zakat.
2. Pada bidang operating, yang harus dilakukan adalah :
a. Melaksanakan continuous improvement, yaitu pelaksanaan perbaikan
berkesinambungan dalam memberikan usulan terhadap identifikasi
potensi perbaikan dan peningkatan atau sumbangan saran untuk
pencapaian visi dan misi LAZ sebagai lembaga amil.
b. LAZ perlu menjaga reputasi amil, yaitu dengan menjaga kepercayaan
masyarakat dengan baik, melakukan pemantauan dalam penyaluran
zakat.
c. LAZ perlu merancang sebuah proses kerja yang bertugas memantau
jalannya operasional. Dengan demikian dapat dipantau kegiatan apa
saja yang terjadi dalam lingkungan LAZ.
3. Bidang reporting, yang perlu dilakukan adalah:
a. Perlunya melakukan penyampaian informasi kepada masyarakat oleh
LAZ terkait dengan kegiatan dan pencapaian yang telah dilakukan oleh
LAZ kepada para mustahiq melalui media cetak ataupun elektronik.
4. Bidang compliance (kepatuhan), yang perlu dilakukan LAZ adalah:
a. Melaksanakan prosedur sesuai peraturan dan undang-undang yang
berlaku serta tetap berpedoman pada syariat islam dalam
melaksanakan operasionalnya.
70
b. Melaksanakan UU No. 23 Tahun 2011 yang mengatur mengenai
perencanaan, pelaksanaan dan pengkoordinasian dalam pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan zakat.53
53Nina Triyani, “Analisis Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat”, Iqtishodia Jurnal Ekonomi
Islam Republika, (Desember 2015), h. 18
71
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dipaparkan di atas peneliti
dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengelolaan dana zakat di Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PT. PLN
(Persero) Wilayah NTB
a. Pengelolaan dana zakat di LAZIS PLN meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang merupakan salah
satu sistem pendistribusian dan pendayagunaan zakat di LAZIS PLN.
Pengelolaan dana zakat yang dilakukan di Lembaga Amil Zakat
(LAZIS) PLN adalah dengan cara penghimpunan dana dari
pemotongan gaji para karyawan PLN sebesar 2,5% setiap bulan yang
terpotong melalui pusat yaitu di Jakarta dan setelah terpotong
kemudian 30% dikelola di pusat dan 70% dikembalikan kepada LAZIS
PLN.
b. Pengelolaan zakat yang dilakukan LAZIS PLN yaitu membuat suatu
kegiatan atau program sebelum dilakukan pendistribusian zakat kepada
para mustahiq, LAZIS PLN melakukan analisis kebutuhan dan
memahami situasi, kondisi serta pembinaan karakter mustahiq yang
akan diberdayakan seperti melakakukan suatu survei terhadap
beberapa yayasan yang akan diberikan dana zakat.
71
72
c. pendayagunaan zakat pada LAZIS PLN yaitu dalam bentuk bantuan
dan pemberdayaan ekonomi umat. Pendayagunaan hasil pengumpulan
zakat untuk kebutuhan konsumtif mustahiq dilakukan berdasarkan
persyaratan kriteria mustahiq. Sedangkan untuk kebutuhan produktif
para mustahiq diberikan bantuan modal oleh LAZIS PLN untuk
memberbaiki ekonomi umat islam dengan tidak diberikan tekanan
berupa pengembalian pinjaman tanpa bunga atau bagi hasil oleh pihak
LAZIS PLN dan dalam penghimpunan dana zakat dilakukan oleh
LAZIS PLN dengan cara pemotongan gaji para karyawan PLN LAZIS
PLN bekerja sama dengan BMH (Baitul Maal Hidaytullah) dan DASI
dalam penyaluran dan zakat. LAZIS PLN melakukan pengawasan
untuk mencapai visi dan dan misinya dengan dilakukan oleh auditor
eksternal yang independen yang berada di PT. PLN (persero) pusat
yang ada di Jakarta dan setiap setahun sekali pembukuan tersebut di
audit dan juga dilakukan oleh auditor internal yang dilakukan oleh
dewan direksi dan badan pengawas LAZIS PLN.
2. Manajemen risiko lembaga zakat terhadap pengelolaan dana zakat.
a. Dalam menghadapi beberapa risiko dalam pengelolaan dana zakat
maka LAZIS PLN melakukan proses manajemen risiko yaitu:
Penanganan risiko (risk treatment) di LAZIS PLN yaitu melaksanakan
pengendalian internal berdasarkan standar syari’ah oleh auditor
eksternal yang independen dan auditor internal yaitu badan pengawas
73
dari LAZIS PLN terkait proses manajemen yang dilakukan oleh
LAZIS PLN dan melakukan kerjasama dengan lembaga amil lainnya
seperti BMH (Baitul Maal Hidayatullah) dan DASI untuk
mengidentifikasi risiko-risiko yang ada.
b. Setelah melakukan penanganan risiko LAZIS PLN kemudian
melakukan Pemantauan risiko (risk monitoring) dan kaji ulang risiko
(risk review) di LAZIS PLN yaitu dengan melakukan pemantauan atau
pengontrolan terhadap beberapa yayasan yang akan diberikan bantuan
atas pengajuan proposal yang dilakukan sebelumnya oleh pihak
yayasan tersebut yaitu panti asuhan dan mengkaji ulang risiko (risk
review) untuk mencapai visi dan misinya melakukan audit internal
yang dilakukan oleh dewan direksi kemudian badan pengawas LAZIS
PLN terhadap kinerja para karyawan PLN dan sistem pengelolaan
dana zakat yang sesuai dengan standar syari’ah yang telah ditetapkan
oleh Lembaga Amil Zakat (LAZIS) PLN.
B. Saran-saran
Setelah melakukan penelitian dan menganalisa hasil yang didapat dari
data-data, peneliti bermaksud memberikan saran bagi obyek penelitian.
Dengan adanya saran ini peneliti berharap dapat menjadi sebuah rekomendasi
untuk perbaikan dalam melakukan pengelolaan dana zakat secara lebih tepat
Adapun saran dari peneliti adalah sebagai berikut:
74
1. Bagi Lembaga Amil Zakat LAZIS PLN. Penyaluran dana zakat yang
dilakukan LAZIS PLN seharusnya lebih memahami kriteria para mustahiq
yang akan diberikan dana zakat agar pendistribusian zakatnya tepat
sasaran khususnya beberapa panti asuhan yang sering diberikan bantuan
dari LAZIS PLN dan menambah Amil zakat untuk melakukan
pengontrolan terhadap beberapa panti asuhan, karena tenaga kerjanya
LAZIS PLN masih sangat kurang, sehingga nantinya diharapkan
penyaluran dana zakat bisa menjadi lebih optimal.
2. Meningkatkan sosialisasi dan edukasinya terhadap para karyawan PLN
untuk lebih memahami mengenai profil Lembaga Amil Zakat LAZIS PT.
PLN (Persero) dalam penyaluran dan penghimpunan dana ZIS agar
nantinya bisa mengerti dan memahami kondisi para mustahiq yang benar-
benar membutuhkan bantuan dana zakat dan lebih meningkatkan proses
manajemen risiko guna memitigasi risiko-risiko yang ada.
75
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Abrahim, Abu sinn. Manajemen Syariah. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1996.
Burhan Bugin. Metodelogi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana, 2010.
Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung.Manajemen Syariah dalam Praktek. Jakarta: Gema Insani Press, 2003.
Eri Sudewo. Manajemen Zakat. Jakarta: Institut Manajemen Zakat, 2004.
Fakhruddin.Fiqih & Manajemen Zakat di Indonesia. Yogyakarta: UIN-Malang Press, 2008.
Herman Darmawi. Manajemen Risiko. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014.
Hery.Manajemen Risiko Bisnis. Jakarta: PT Grasindo, 2015.
http//www.unair.artikel/Lembaga-keuangan-islam-zakat.diambil tanggal 31 Desember 2015.
https://www.scribd.com/doc/Tahapan-Penting-Penerapan-Manajemen-Risiko-Risk-
Asessment.diambil tanggal 8 April 2014 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar.Metodelogi Penelitian Sosial. Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2009. Ikatan Bankir Indonesia.Memahami Audit Intern Bank. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2004. Lexy J. Moleong.Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosada
Karya, 1996. M. Arif Mufraini. Akuntasi dan Manajemen Zakat. Jakarta: Kencana, 2006.
Muhammad Daud Ali. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI Press, 1988.
Muhammad Teguh. Metodelogi Penelitian Ekonomi dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005.
76
Nina Triyani, “Analisis Manajemen Risiko Pengelolaan Zakat”. Iqtishodia JurnalEkonomi Islam Republika, Desember 2015
Rosady Ruslan. Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi.Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2005. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002. T. Hani Handoko. Manajemen.Yogyakarta: BPFE, 1999.
77
LAMPIRAN
78
PEDOMAN WAWANCARA
Narasumber : Staf PLN
Nama : Lalu Husnan
1. Bagaimana perencanaan pengelolaan zakat yang dilakukan lembaga amil
zakat di LAZIS PLN terhadap para mustahiq, menurut anda?
2. Apa saja perencanaan strategi program yang dilakukan lembaga amil zakat
(LAZIS) PLN terhadap para mustahiq?
3. Bagaimana pengorganisasian pendayagunaan zakat yang dilakukan lembaga
amil zakat (LAZIS) PLN terhadap para mustahiq?
4. Bagaimana pelakasanaan dalam penghimpunan zakat yang dilakukan oleh
lembaga amil zakat (LAZIS) PLN kepada para mustahiq?
5. Bagaimana sistem pengawasan dalam pengelolaan zakat yang dilakukan
lembaga amil zakat di LAZIS PT. PLN (Persero)?
6. Menurut anda risiko apa yang sering terjadi dalam proses penghimpunan dana
yang dilakukan lembaga amil zakat LAZIS PLN?
7. Apa yang menyebabkan risiko dalam proses pengelolaan zakat sering terjadi
di LAZIS PLN?
8. Apakah manajemen risiko sudah diterapakan di LAZIS PT. PLN (Persero)
ini?
79
Narasumber : Mustahiq
Nama : Nurhayati
1. Bagimana perencanaan zakat yang diberikan LAZIS PLN kepada para
mustahiq dalam bentuk bantuan modal sudah cukup optimal?
2. Bagaimana pelaksanaan zakat yang diberikan LAZIS PLN sudah memenuhi
target dalam usaha para mustahiq?
3. Bagaimana pengawasan yang dilakukan LAZIS PLN terhadap para mustahiq
untuk bantuan modal usaha?
4. Apa saja risiko yang sering terjadi kepada para mustahiq dalam proses
pengelolaan dana yang diberikan LAZIS PT. PLN (Persero)?
5. Apakah saja manfaat yang bisa anda rasakan terhadap bantuan modal yang
diberikan LAZIS PLN kepada para mustahiq?
80
81
82
83
84
85
86
87
88