PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI-DISCOVERY
LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
TERMOKIMIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
KURNIA
106016200599
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
i
ABSTRAK
Kurnia, Pengaruh Metode Inkuiri –Discovery Learning Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Materi Termokimia ” Skripsi, Program Studi Pendidikan
Kimia, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode inkuiri-discovery
learning terhadap hasil belajar siswa pada meteri termokimia. Penelitian ini
dilakukan di MAN Rengasdengklok-Karawang. tahun ajaran 2010/2011.
Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dan pengambilan
sampel menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 30
siswa kelas XI IPA A sebagai kelas eksperimen dan 30 siswa kelas XI IPA B
sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen hasil
belajar dan hasilnya diuji dengan menggunakan uji “t”. Dari hasil perhitungan uji t
diperoleh nilai thitung sebesar 6,6888 sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi α
= 0,05 sebesar 1,931 atau thitung > ttabel. Ini berarti Ho ditolak. Maka dapat
disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan terdapat pengaruh dalam penggunaan
metode belajar inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan metode inkuiri-discovery learning dapat
mneningkatkan hasil belajar siswa.
Kata kunci: Metode inkuiri-discovery learning, Hasil Belajar Kimia.
ii
ABSTRACS Kurnia, Contribution of Inquiry-discovery learning Method Toward the Result of
students of Materials Thermochemical. Skripsi, Chemistry Education Program,
Natural Science Department, Faculty of Tarbiyah Teaching Syarif Hidayatullah
Jakarta Islamic State University.
This research aims to know comparison the result of students chemistry between
using cooperative learning model type NHT and TPS. The research has conducted
in SMAN 3 Kota Tangerang Selatan, academic year 2010/2011. The research
method used is a quasi experimental and sampling using a purposive sampling
technique. Study sample amounted to 34 students a class XI IPA 6 as the first
experimental class and 34 students a class XI IPA 7 as second experimental class.
The instrument of research is instrument of learning achievement test, and result
tested using t-test. The research shows the result from the calculation of “t” test
(α = 0,05), obtained that score (5,74) > ttable (1,99). It’s means Ho refused.
Finally, It can be concluded that Ha have a difference between the results of
students chemistry is taught with cooperative learning type NHT and TPS
acceptable. This suggests that the use of cooperative learning model type NHT
can improve student learning outcomes in comparison with the chemical using a
model of cooperative learning type TPS.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, serta hidayah Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan karya ilmiah berupa skripsi dengan judul
“Pengaruh Metode Inkuiri-Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Materi Termokimia”. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar sarjana Strata I (S1) pada Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dengan segala daya dan upaya, penulis berusaha menyelesaikan
penulisan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Namun, penulis tidak menutup diri untuk
menerima kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini mungkin tidak terlaksana tanpa adanya
bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
bapak/ibu:
1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Nengsih Juanengsih, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dedi Irwandi, M.Si selaku dosen penasehat sekaligus pembimbing I yang senantiasa
membantu mahasiswanya.
5. Tonih Feronika, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah memberikan waktu,
tenaga, dan pikirannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam
menyusun skripsi ini.
6. Drs. Kusnawan, M.P.Mat, selaku kepala sekolah MAN Rengasdengklok.
7. Orang tua saya yang mendukung lahir dan batin serta tak henti mendoakan saya.
8. Suami ku yang senantiasa mendukung.
9. Anak-anak ku, semoga kalian jadi anak yang soleh dan solehah.
iv
10. Teman-teman seperjuangan yang telah mendahului saya lulus dari kampus tercinta,
semoga kesuksesan kalian mengikuti langkah saya.
11. Dan untuk semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu namun
tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih saya.
Besar harapan penulis agar penulisan laporan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca umumnya dan untuk penulis khususnya.
Jakarta, Januari 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK………………………………………………………………………………... i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… iii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………………… v
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………… vi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………… vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………. 1
B. Identifikasi Masalah…………………………………………………... 6
C. Pembatasan Masalah………………………………………………….. 7
D. Perumusan Masalah…………………………………………………… 7
E. Tujuan Masalah……………………………………………………….. 7
F. Manfaat Masalah……………………………………………………… 7
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Landasan Teori………………………………………………………... 9
1. Metode Inkuiri-Discovery Learning……………………………….. 9
2. Metode Ceramah dan Latihan (Drill) ……………………………... 16
3. Belajar dan Hasil Belajar…………………………………………... 21
B. Kerangka Berfikir……………………………………………………... 26
C. Hipotesis Penelitian…………………………………………………… 28
D. Hasil Penelitian Yang Relevan………………………………………... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………..... 31
B. Populasi, Sampel Dan Teknik Pengumpulan Sampel.............................. 31
C. Metode Penelitian……………………………………………………… 32
v
D. Variabel Penelitian…………………………………………………....... 32
E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………... 32
F. Instrumen Penelitian…………………………………………………… 34
1. Tingkat Kesukaran……………………………………………….... 35
2. Daya Beda…………………………………………………………. 35
3. Validitas Instrumen……………………………………………….... 36
4. RealibilitasInstrumen………………………………………………. 37
G. Teknik Analisis Data…………………………………………………… 38
1. Uji Normalitas Data………………………………………………... 38
2. Uji Homogen……………………………………………………….. 39
3. Pengujian Hipotesis………………………………………………... 40
H. Hipotesis Statistik ……………………………………………………... 40
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi dan Analisis Data……………………………………………. 42
1. Deskripsi Data……………………………………………………… 42
2. Analisis Data……………………………………………………….. 43
B. Pembahasan…………………………………………………………….. 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………………………….. 52
B. Saran……………………………………………………………………. 53
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………... 54
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen penelitian
Tabel 4.1 Hasil belajar kelas eksperimen
Tabel 4.2 Hasil belajar kelas kontrol
Tabel 4.3 Hasil uji normalitas data hasil belajar
kelas eksperimen
Tabel 4.4 Hasil uji normalitas data belajar
kelas kelas kontrol
Tabel 4.5 Hasil uji homogenitas data hasil belajar
kelas eksperimen dan kelas kontrol
Tabel 4.6 Hasil uji hipotesis data hasil belajar (pretest)
Tabel 4.7 Hasil uji hipotesis data hasil belajar (posttest)
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 …………………………………………………………………………... 27
Gambar 2.3 …………………………………………………………………………… 28
Gambar 2.4 …………………………………………………………………………… 30
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana pelaksanaan pembelajaran kontrol……………………………… 61
Lampiran 2 Rencana pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen…………………… 64
Lampiran 3 Kisi-kisi instrumen………………………………………………………... 78
Lampiran 4 Lembar kerja siswa………………………………………………………... 92
Lampiran 5 Nilai hasil ujian siswa……………………………………………………... 95
Lampiran 6 Distribusi frekuensi posttest ……………………………………………… 96
Lampiran 7 Perhitungan uji normalitas posttest ………………………………………. 100
Lampiran 8 Perhitungan uji homogenitas ……………………………………………... 102
Lampiran 9 Perhitungan uji hipotesis uji-t……………………………………………... 103
Lampiran 10 Tabel nilai kritis uji liliefors…………………………………………….... 104
Lampiran 11 Tabel nilai presentil distribusi F…………………………………………… 105
Lampiran 12 Tabel distribusi t…………………………………………………………… 108
Lampiran 13 Rekapitulasi instrument penelitian………………………………………... 109
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk membantu
perkembangan dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan
hidupnya sebagai individu dan sebagai warga negara.1 Pendidikan adalah
usaha manusia untuk membina keperibadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat, kebudayaan dan agama.2
Adapun tujuan pendidikan dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional menyatakan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab.”3
Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut tentunya harus di
tunjang dengan peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan
nasional dalam arti dan lingkup yang seluas-luasnya merupakan titik berat
pembangunan di bidang pendidikan. Dalam rangka upaya mewujudkan mutu
yang setinggi-tingginya, pemerintah dan masyarakat yang berasal dalam
jajaran pendayaguna sumber daya pendidikan tak henti-hentinya mengadakan
pembenahan terhadap dimensi-dimensi penentu kemajuan pendidikan.4
Upaya pendidikan diaplikasikan melalui kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran adalah upaya untuk mengubah siswa yang belum terdidik
1 Hermalina Abarua, Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar
Biologi Pada Siswa SMUN III Ambon, (Jurnal Kependidikan, Vol. 1 No. 2, November, 2004), h. 1 2 Zulfikar Ali Buto, Implikasi Teori Pembelajaran Jerome Bruner DalamNuansa
Pendidikan Modern, Millah Edisi Khusus Desember 2010 STAIN Malikussaleh Lhokseumawe
Email: [email protected] hal. 56 3 UU Republik Indonesia no. 20 tahun 2003, h. 3
4 Zulfa Amrina, Studi Tentang Hasil Belajar Matematika Siswa Yang Menggunakan
Metode Penemuan dan Metode Ekspositori Dalam Kaitannya Dengan Taraf Intelegensi Siswa,
Edukasi, h. 1
2
menjadi siswa yang terdidik, yang belum memiliki pengetahuan tentang
sesuatu menjadi siswa yang memiliki pengetahuan.5 Untuk melaksanakan
proses pembelajaran perlu adanya persiapan dari seorang guru diantaranya
persiapan terhadap situasi, persiapan terhadap peserta didik yang akan
menerima pelajaran, persiapan metode mengajar, persiapan alat bantu dan
persiapan bahan pelajaran.
Dalam pembelajaran tersebut terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi. Diantaranya yaitu faktor guru, siswa, sarana, prasarana dan
lingkungan. Guru adalah salah satu komponen yang sangat menentukan dalam
kegiatan pembelajaran. Guru disini berperan sebagai penyalur ilmu, motivator,
pembimbing dan banyak lagi peran guru dalam kegiatan pembelajaran. Guru
sebagai pendidik tidak hanya sebagai sumber informasi tetapi juga sebagai
fasilitator yang membelajarkan peserta didik. Sebagai fasilitator guru harus
menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan membimbing
peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran, sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan perubahan dalam
diri peserta didik baik dalam pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan
keterampilan (psikomotor). Selain peran guru yang sudah disebutkan di atas,
peran penting guru lainnya yaitu menguasai dan memahami serta
mengaplikasikan jenis-jenis/variasi metode pembelajaran sebagai usaha guru
untuk menjadikan siswanya merasa nyaman untuk belajar, membuat siswa
tertarik untuk mempelajari materi yang terkadang dianggap rumit, dan
menciptakan suasana belajar yang tidak membosankan.
Faktor lain yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran adalah faktor
siswa yang perannya tidak kalah penting dengan guru. Selain sebagai
penerima ilmu yang diberikan guru, siswa juga berperan dalam hal
pemahaman materi yang diterimanya dari guru. Untuk itu peran aktif siswa
haruslah diperhatikan. Jangan sampai siswa hanya duduk terdiam menerima
materi dari guru saja. Sangat dianjurkan siswa ikut serta dalam membangun
5 Dr. Aunurrahman, M. Pd, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal.
34
3
pemaham agar ilmu yang didapat tidak mudah dilupakan. Artinya materi yang
diberikan bertahan lama dalam ingatan siswa. Hal tersebut dapat terwujud jika
guru bisa mengexploitasi potensi siswa dan mengajak terjun langsung
menemukan masalah.
Faktor lain yang mempengaruhi kegiatan pembelajaran adalah faktor
sarana dan prasarana. Dan dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor
yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran yaitu faktor organisasi kelas
dan faktor iklim sosial-psikologi. Adapun faktor organisasi kelas diantaranya
persiapan, pemeliharaan disiplin dan pemberian dorongan belajar, komunikasi
pengajar, peserta didik serta bangunan tempat atau kelas.6
Kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam yang memberikan
jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana fenomena alam yang
berkaitan dengan komposisi, struktur, dinamika dan energetik zat yang
melibatkan keterampilan dan penalaran.7
Sudah menjadi rahasia umum, kimia merupakan salah satu mata pelajaran
yang sulit dimengerti karena bersifat abstrak walaupun manfaat nyatanya
banyak dan sangat berhubungan langsung dengan aplikasi kehidupan sehari-
hari. Dengan karakteristik konsep kimia yang rumit dan abstrak seperti
disebutkan di atas maka dibutuhkan metode yang dapat memudahkan
pemahaman siswa terhadap konsep-konsep tersebut.
Kualitas proses pembelajaran kimia dewasa ini dapat dilihat dari
kegiatan pembelajaran yang bersifat regular, artinya pemilihan pendekatan,
strategi, metode kurang bervariasi atau bisa dikatakan masih bersifat
konvensional. Proses belajar mengajar cenderung dimulai dengan orientasi
dan penyajian informasi yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari
siswa, pemberian contoh soal, dilanjutkan dengan memberikan tes. Proses
belajar yang demikian memungkinkan siswa tidak mengalami banyak hal yang
seharusnya menjadi pengalaman yang dapat menunjang pengetahuannya. Dan
6 Bohar Suharto, Pendekatan dan Teknik Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito,
1996), h. 55 7 Suyanto, dkk, Kimia Untuk SMA/MA Kelas X, (Jakarta: Grasindo, 2006), h. 1
4
siswa pun akan merasa bosan karena tidak ada hal yang menarik yang
disajikan guru. Apalagi materi kimia yang dianggap sulit.
Peningkatan mutu pembelajaran kimia secara khusus diperlukan
perubahan dalam kegiatan proses belajar mengajar. Sebelumnya proses belajar
mengajar untuk mata pelajaran kimia kurang fokus pada siswa. Artinya bahwa
masih banyaknya pelaksanaan pembelajaran yang di dominasi oleh guru. Dari
mulai pemberian materi, pemecahan masalah dan hal lain yang sebenarnya
bisa dilakukan oleh siswa. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas siswa diperlukan
model, strategi maupun metode belajar yang efektif, terutama untuk materi
pelajaran atau pokok bahasan yang bersifat abstrak atau materi yang sifatnya
tidak cukup hanya melalui pemberian materi secara verbal. Salah satu jalan
keluarnya untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk terjun langsung dalam menemukan masalah
dan memecahkannya baik secara mandiri maupun berkelompok.
Aunurrahman menjelaskan implikasi prinsip belajar dalam
pembelajaran, salah satunya yakni prinsip keterlibatan langsung. Dimana
siswa di dalam proses pembelajara memiliki intensitas keaktifan yang lebih
tinggi. Siswa tidak hanya mendengar, mengamati dan mengikuti melainkan
terlibat langsung dalam melaksanakan percobaan, peragaan atau
mendemonstrasikan sesuatu.8
Jika dalam pembelajaran siswa merasa belum paham dan tidak mampu
menemukan konsep utama dalam meteri yang diberikan mengenai kimia
khususnya, maka ada kemungkinan materi kurang tersampaikan dengan jelas
dan disinilah peran guru diperlukan. Dengan kata lain guru bertugas membuat
siswanya memahami materi dengan menggunakan metode maupun stratetgi
tertentu.
Ketuntasan belajar yang belum sepenuhnya tercapai, tujuan
pembelajaran yang belum benar-benar fokus secara maksimal, kurangnya
8 Dr. Aunurrahman, M. Pd, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal.
121
5
variasi metode belajar yang digunakan guru dalam pembelajaran
mengakibatkan siswa tidak bisa merasakan sensasi belajar dengan
menggunakan metode lain selain ceramah. Hal tersebut adalah faktor yang
bmenjadikan kurangnya kemampuan siswa dalam berfikir kritis dan analis
ketika melakukan suatu percobaan dengan menggunakan konsep dan prinsip
kimia yang dipelajari. Disinilah peran guru dalam menerapkan metode
maupun strategi yang tepat untuk mensiasati permasalahan tersebut.
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.9 Dengan metode yang
baik dan bersifat efisien terhadap bahan ajar maka besar kemungkinan materi
tersampaikan dengan baik dan dapat dipahami oleh siswa. Untuk itu guru
perlu memiliki keterampilan dalam memilah dan memilih metode mana yang
akan digunakan supaya mendapat ketuntasan dalam pembelajaran. Baik itu
ketuntasan pada pemahaman siswa, ketercapaian nilai yang bagus serta
kualitas kemampuan siswa menjadi lebih baik.
Terdapat banyak metode dalam dunia pembelajaran. Namun guru
harus memperhatikan metode, strategi, pendekatan ataupun model
pembelajaran mana yang sekiranya dapat menopang kemampuan siswa agar
mudah dalam memahami materi yang diberikan. Salah satu metode yang
berpusat pada siswa (student centre) yang mengajak siswa terjun langsung
dalam identifikasi masalah, mengumpulkan data secara mandiri dan
memprosesnya secara berkelompok dan membuktikan hasil identifikasi
melalui percobaan serta melatih siswa untuk membuat kesimpulan dari data
yang diperoleh adalah metode inkuiri-discovery learning.
Pengetahuan yang diperoleh melalui proses penemuan akan bertahan lama dan
mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan
9 Dra. Sutriari Astati, MM, Apa Perbedannya: Model, Metode, Strategi, Pendekatan Dan
Teknik Pembelajaran, (LMPD D.I Yogyakarta “The services for better education”, 2011), h.1,
6
penalaran dan kemmapuan berfikir secara bebasdan melatih keterampilan-
keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.10
Permasalahan dalam pembelajaran diharapkan dapat teratasi dengan
penggunaan metode inkuiri-discovery learning yang sebelumnya belum
pernah digunakan. Metode ini menekankan pada kemandirian, proses berfikir
secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan jawaban dari suatu
masalah. Jadi pada dasarnya tujuan inkuiri adalah melatih siswa belajar
menemukan sendiri pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Juga
memahami materi tersebut melalui pengalaman yang ditemukan melalui
proses inkuiri. Dan melalui metode inkuiri-discovery learning ini pula
diharapkan mampu mengasah kemampuan siswa dalam hal kognitif maupun
afektif.
Peneliti terdahulu telah banyak meneliti terkait metode pembelajaran
inkuiri. Nik Kar dan kawan-kawan dalam jurnalnya yang berjudul Kesan
Pendekatan Inkuiri Penemuan Terhadap Pencapaian Pelajar Dalam Mata
Pelakaran Kimia dan Hermalina Abarua dalam jurnalnya yang berjudul
“Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada
siswa SMUN III Ambon”, keduanya menyatakan bahwa terdapat perubahan
hasil belajar yang signifikan sesudah menggunakan metode inukiri.
Berdasarkan latar belakang tersebutlah peneliti ingin mengetahui
sejauh mana pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning
terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia.
B. Identifikasi Masalah
Dari hasil pembahsan latar belakang masalah, penulis menyimpulkan
permasalahan yang ada diantaranya:
1. Pelaksanaan proses belajar mengajar yang masih terpusat pada guru
2. Karakteristik materi kimia yang rumit dan bersifat abstrak sehingga
menghambat pemahaman siswa
10
Ato Illah, Penerapan Model Inkuiri Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa, Jurnal Tarbawi vol 1. No 2 Juni 2012, hal. 96
7
3. Aktifitas siswa dalam belajar kimia kurang menambah pengalaman siswa
mengenai suasana belajar
4. Kurangnya variasi metode belajar yang digunakan guru
C. Pembatasan Masalah
Masalah dalam penelitian yang akan penulis kaji kali ini dibatasi
dalam kajiannya yaitu:
1. Penelitain dilakukan pada siswa kelas XI MAN Rengasdengklok-
Karawang.
2. Materi pelajaran yang diteliti peneliti adalah materi termokimia.
3. Adapun hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar kimia siswa
setelah proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaraan
inkuiri-discovery learning pada kelas eksperimen kedua dilihat dari aspek
kognitifnya.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
dikemukakan di atas maka masalah yang akan dicari jawabannya dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “adakah pengaruh metode
pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada
materi termokimia?.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil
belajar kimia siswa.
F. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memiliki manfaat
sebagai berikut:
8
1. Dapat memberikan informasi kepada guru kimia tentang metode inkuiri-
discovery learning dan metode ceramah dan latihan (drill).
2. Dapat menjadi masukan bagi penulis dan calon guru kimia SMA/MA
maupun SMK mengenai hal-hal yang baik mengenai metode inkuiri-
discovery learning dan metode ceramah dan latihan (drill).
3. Sebagai upaya meningkatkan kompetensi yang ada pada diri siswa dan
meningkatkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran di kelas.
9
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR
DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Metode Inkuiri-Discovery Learning
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris yaitu inqury yang dapat
diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap
pertanyaan ilmiah yang diajukan.1
Inkuiri memiliki tujuan membantu siswa mengembangkan disiplin dan
mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk
mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa
ingin tahunya. 2
Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.3
Metode iinkuiri menekankan pada permasalahan bagaimana siswa
menggunakan sumber belajar.4 Dimana sumber belajar ini dipakai untuk
mengidentifikasi masalah dan merumuskan masalah.
Dalam jurnal penyelidikan MPSAH 2003 oleh Thangaveli a/l
Marimuthu, dkk menyebutkan bahwa pendekatan inkuiri penemuan
menekankan pembelajaran melalui pengalaman.5
1 Prof. Dr. Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Inkuiri,
http://herfis.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-inkuiri.html, h. 1 2 Dr. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 161
3Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana, 2008), h. 194 4 Aninomus, Karaktersistik Peserta Didik, Strategi dan Metode Pembelajaran, http:
//www.t125.co.cc/2010/10/karakteristik-peserta–didik-strategi-htm, hal 8 5 Thangavelo a/l Marimuthu, dkk, Masalah Pelaksanaan Strategi Inkuiri Penemuan di
Kalangan Guru Pelatih semasa Praktikum Satu Kajian Kes, 2003, hal. 36
10
Definisi lain dari inkuiri adalah suatu pembelajaran yang memberi
keleluasaan pada siswa untuk membuat perkiraan, mengadakan percobaan
dan mengajukan pendapat dalam memperoleh pengetahuan.6
Menurut Prof. Dr. Muslimin Ibrahim inkuiri memiliki siklus yang dimulai
dari observasi, mengajukan pertanyaan, mengajukan dugaan,
mengumpulkan databerkait dan merumuskan kesimpulan berdasarkan
data. Pembelajaran dengan langkah demikian menekankan pada proses
keterlibatan dan keaktifan siswa secara optimal. Hal tersebut dapat
menciptakan kegiatan pembelajaran yang mengasah kemampuan siswa.
Menurut Aunurrahman dalam bukunya Belajar dan pembelajaran,
inkuiri termasuk dalam kelompok model pengolahan informasi. Dimana
model pembelajarn ini lebih menitikberatkan pada aktivitas-aktivitas yang
terkait dengan kegiatan proses atau pengolahan informasi untuk
meningkatkan kapabilitas siswa melalui proses pembelajaran.7
Teknik inkuiri bertujuan agar siswa terangsang oleh tugas dan aktif
mencari dan meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber
sendiri dan mereka belajar bersama dalam kelompok serta dapat
mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan.8
Adapun arti dari discovery adalah proses mental dimana siswa atau
individu mengasimilasikan konsep dan prinsip-prinsip.9 Menurut
Ruseffendi dalam Widiyastuti Akhmadan menyebutkan bahwa metode
penemuan atau discovery adalah metode mengajar yang mengatur
pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan
yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan
artinya sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.10
Discovery terjadi
6 Dianne Amor Kusuma, Meningkatkan Komunikasi Matematika Dengan Menggunakan
Metode Inkuiri, (Jurusan Matematika FMIPA UNPAD), h. 2-3 7 Dr. Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 157
8 Roestiyah, N. K, Strategi belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal 76
9 Roestiyah, N.K, Strategi belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 20
10 Widyastuti Akhmadan, Metode Pembelajaran Ekspositori, latihan Praktik (Drill and
practice), Penemuan dan Inkuiri, Universitas Sriwijaya, h. 4
11
bila siswa terlibat dalam menggunakan proses mentalnya untuk
menemukan beberapa konsep atau prinsip. Dalam pembelajaran penemuan
siswa didorong untuk belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa
mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen yang memungkinkan
mereka menemukan prinsip-prinsip bagi diri sendiri.
Pada discovery learning siswa didorong untuk belajar secara
mandiri dan terlibat langsung untuk mendapatkan pengetahuan yang
ditemukan melalui kegiatan tertentu.
Dari definisi-definisi di atas mengenai inkuiri-discovery learning
maka dapat disimpulkan bahawa metode inkuiri-discovery learning adalah
metode pembelajaran yang menekankan proses berfikir kritis untuk
memecahkan masalah melalui percobaan guna mengasah keterampilan
siswa untuk menemukan sendiri jawaban dari suatu konsep.
Adapun dalam pelaksanaan metode inkuiri-discovery learning
dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:11
1) Simulation, guru memberikan masalah kepada siswa atau
menginstruksikan siswa untuk menemukan masalah dari bahan materi.
Materi dapat berupa demonstrasi atau berupa materi bacaan. Pada
tahap ini disajikan permaslahan yang dapat memacu keingintahuan
peserta didik.12
Tahap ini bisa disebut juga sebagai tahap orientasi dimana guru
menyajikan topik melalui simulasi atau ilustrasi yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari agar lebih menarik siswa dalam mempelajari
materi tersebut. Pada tahap ini pula guru melakukan langkah untuk
membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang
11
Syaiful Bahri Djamarah, Startegi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.
19 12
Ai Mahmudatussa’adah, Pendekatan Inkuiri-Kontekstual Berbasis Teknologi Informasi
Untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis Mahasiswa, Jurusan Pendidikan Kesejahteraan
Keluarga FPTK UPI (INVOTEC, Volume VII, No. 2, Agustus 2011: 115 – 130), hal. 118
12
dilakukan guru dalam tahap orientasi ini adalah:13
(a) Menjelaskan
topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh
siswa. (b) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan
oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-
langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah
merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan. (c)
Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar.
2) Problem statement, siswa mengidentifikasikan masalah yang hasilnya
akan dirumuskan menjadi hipotesis.
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki untuk memecahkan masalah.
Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa
untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya:14
(1) Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa.
(2) Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki
yang jawabannya pasti.
(3) Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah
diketahui terlebih dahulu oleh siswa.
Pada langkah ini pula siswa dilatih untuk mengembangkan potensinya
untuk berfikir dan membuat hipotesis. Potensi berpikir itu dimulai dari
kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira
(berhipotesis) dari suatu permasalahan. Guru dapat membantu melalui
memberikan pertanyaan yang mengarah pada jawaban sementara
(hipotesis).
13
I Putu Mudalara, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Terhadap Hasil Belajar
Kimia Siswa Kelas XI IPA SMAN I Gianyar Ditinjau Dari Sikap Ilmiah, Undiksha, 2012, hal. 5 14 Rensus Silalahi, Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri Dalam
Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan
kewarganegaraan, Jurnal Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011, hal 138
13
3) Data collection, siswa mengumpulkan data melalui referensi (studi
pustaka) atau melalui media lain yang mendukung.
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang
dibutukhan untuk menguji hipotesis yang diajukan.15
Pada langkah ini siswa dilatih untuk mengumpulkan data yang
merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan
intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan
motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan
ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
4) Data processing, pengolahan data yang dihasilkan dari langkah ke 3.
Pada langkah ini siswa melakukan eksperimen guna membuktikan atau
memproses data yang didapat dari langkah sebelumnya.
5) Verivication, siswa membuktikan hasil data terhadap hipotesis.
Langkah ini melatih siswa dalam hal keyakinan dalam menentukan
jawaban yang telah dibuktikan pada langkah sebelumnya. Dalam hal
ini siswa dilatih berfikir rasional. Artinya siswa harus mampu
membuktikan kebenaran jawaban dengan argumentasi dan bukti yang
dapat dipertanggungjawabkan.
6) Generalitation, membuat kesimpulan yang dihasilkan dari data yang
diperoleh.
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendiskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Agar kesimpulan
relevan dengan fokus permasalahan maka, guru hendaknya mampu
menunjukkan kepada siswa, data mana yang relevan dan mana yang
kurang relevan.16
15
I putu Mudalara, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Terhadap Hasil Belajar
Kimia Siswa Kelas XI IPA SMAN Gianyar Ditinjau Dari Sikap Ilmiah, (UNDIKSHA 2012), hal.
5 16
Rensus Silalahi, Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri Dalam
Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan
kewarganegaraan, Jurnal Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011, hal 139
14
Inkuiri memiliki tujuan atau kegunaan tertentu diantaranya adalah
(1) mengembangkan sikap, keterampilan siswa untuk mampu
memecahkan masalah serta mengambil keputusan secara objektif dan
mandiri; (2) mengembangkan kemampuan berfikir para siswa yang terdiri
atas serentetan keterampilan-keterampilan yang memerlukan latihan dan
pembiasaan; (3) melatih kemampuan berfikir melalui proses dalam situasi
yang benar-benar dihayati; dan (4) mengembangkan sikap ingin tahu,
berfikir objektif, mandiri, kritis, analitis, baik secara individual maupun
kelompok.17
Untuk mendukung agar kegiatan siswa dalam pembelajaran
inkuiri-discovery learning dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:18
1) Membimbing kegiatan laboratorium
2) Modifikasi inkuiri
3) Kebebasan inkuiri
4) Taka-teki bergambar
Berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta pengetahuan
yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna. Namun jalannya metode pembelajaran inkuiri tak lepas dari
peranan guru di dalamnya. Terdapat peranan guru dalam pelaksanaan
metode pembelajaran inkuiri ini yakni sebagai motivator, fasilitator,
penanya, administrator, pengarah, manager, dan sebagai rewarder
(pemberi penghargaan). 19
Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan
menunjukkan beberapa kebaikan, diantaranya:
17
Niken Indraswati, Jurnal Pendidikan : Peningkatan Kemampuan Siswa dalam
Menentukan Pokok Pikiran Bacaan melalui Metode Inkuiri, 2011, hal 4 18
Roestiyah, N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 77 19
Niken Indraswati, Jurnal Pendidikan : Peningkatan Kemampuan Siswa dalam
Menentukan Pokok Pikiran Bacaan melalui Metode Inkuiri, 20011, hal 3-4
15
1) Pengetahuan itu bertahan lama atau lebih mudah diingat bila
dibandingkan dengan pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara
lain.
2) Pengajaran menjadi berpusat pada pelajar20
3) Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara
bebas
4) Melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan
memcahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.
5) Membangkitkan keingintahuan siswa.
6) Memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban.
7) Mudah ditransfer 21
Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah memakan waktu
yang cukup banyak dan jika kurang terpimpin atau kurang terarah dapat
menjurus kepada kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari.22
Adapun mengenai kekurangan metode inkuiri-discovery learning
ini menurut Rensus Silalahi dalam jurnalnya adalah:23
1) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2) Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.
3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu
yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan
waktu yang telah ditentukan.
20
Sochibin, dkk, Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Untuk Peningkatan
Pemahaman Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SD, Jurnal Pendidikan Fisika, Juli 2009, hal.
97 21
Drs. A Tabrani, dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1992), h. 178 22
Syaiful Bahri Djamarah, Startegi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.
20 23
Rensus Silalahi, Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri Dalam
Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, Jurnal Edisi Khusus no 2, Agustus 2011, hal. 139-140
16
4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka akan sulit diimplementasikan oleh
setiap guru.
2. Ceramah Dan Latihan (Drill)
a. Metode Ceramah
Metode belajar yang sudah tidak asing bagi kita yaitu metode
ceramah. Metode ini sangat sering digunakan oleh para pengajar
karena dianggap siap pakai tanpa menyiapkan hal yang merepotkan
dan meyita waktu. Metode ini biasanya digunakan agar siswa
mendapat informasi tentang sustu informasi atau persoalan tertentu.
Teknik ini juga biasanya digunakan ketika jumlah siswa banyak
sehingga sulit untuk menggunakan teknik lain.
Metode ceramah menurut Tonih Feronika adalah metode
mengajar yang menyampaikan materi pelajaran dengan cara lisan.24
Pengertian lain dari ceramah adalah metode penyampaian informasi
oleh seseorang pembicara kepada sekelmpok pendengar.25
Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan.
Metode ini senatiasa bagus bila penggunaannya betul-betul disiapkan
dengan baik, didukung alat dan media serta memperhatikan batas-
batas kemungkinan penggunaannya.26
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode
ceramah adalah metode penyampaian materi secara lisan kepada
sekelompok pendengar yang senantiasa bagus selam dipersiapkan
dengan matang.
24
Tonih feronika, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, UIN Syarif Hidayatullah, h.
36 25
Mulyati Arifin, Pengembangan program pengajaran bidang studi kimia, h. 108 26
Direktorat Tenaga Kependidikan Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan Departemen Nasional, Strategi Pembelajarn Dan Pemilihannya, 2008, h. 13
17
Metode utama dalam penyampaian materi pelajaran itu adalah
berbicara, yaitu guru menerangkan, sedangkan siswa mendengarkan
penjelasan guru serta mencatat materi pelajaran yang hanya bisa
diterima siswa. Metode ini hany abersifat “transfer of knowledge” ,
yang penting proses belajar mengajar dapat berlangsung. Proses belajar
mengajar berpusat pada guru (teacher centered) belum berpusat pada
siswa (student centered), siswa hany sebagai pendengar yang siap
untuk menerima informasi yang disampaikan guru.
Metode ceramah ini baik digunakan ketikan bahan ajar yang
akan disampaikan banyak dan waktu tersedia relative singkat, bahan
ajar berupa instruksi, peserta didik yang akan diajar jumlahnya banyak
dan guru memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Tak beda
halnya dengan metode maupun strategi yang lainnya. Jika dipersiapkan
dengan baik dan matang maka kemungkinan sukses dapat diraih.
Dalam pelaksanaan metode ceramah ada hal-hal yang dapat
menunjang pelaksanaan teknik tersebut. Pertama, sekolah telah
tersedia bahan bacaan atau buku-buku yang berisi bahan atau masalah
yang akan dipelajari. Kedua, bila jumlah siswa tidak terlalu banyak
sehingga memungkinkan guru dapat menggunakan teknik-teknik
penyajian yang lain yang lebih efektif. Ketiga, jika guru bukan seorang
pembicara yang baik, tidak mampu menarik perhatian siswa.27
Adapun langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam
pelaksanaan metode ceramah menurut Rista Linawati dalam Suciani
adalah sebagaiberikut:28
1) Tahap persiapan : yang artinya tahap guru untuk menciptakan
kondisi sebelum memulai mengajar.
27
Roestiyah, N.K, Strategi \Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 137-
138 28
Rista Linawati, Metode Ceramah dan Drill (latihan) Sebagai Pemilihan Pembelajaran
Kosakata Bahasa China Di SMP Warga Surakarta, Universitas Sebelas Maret, 2009, hal 44
18
2) Tahap penyajian : yang artinya saat guru menyampaikan bahan
ceramah.
3) Tahap asosiasi : yang artinya memberikan kesempatan pada siswa
untuk menghubungkan dan membandingkan bahan ceramah yang
telah diterimanya. Untuk itu pada tahap ini diberikan kesempatan
untuk Tanya jawab dan diskusi.
4) Tahap generalisasi dan kesimpulan : yang artinya menyimpulkan
hasil ceramah, umumnya siswa mencatat dari yang telah
diceramahkan.
5) Tahap aplikasi atau evaluasi : yang artinya penilaian terhadap hasil
siswa mengenai bahan yang telah diberikan guru, evalusi biasanya
dalam bentuk lisan, tertulis, dan lain – lain.
Seperti halnya metode lain, metode ceramah dalam pelaksanaannya
disini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah:
1) Guru mudah menguasai kelas
2) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
3) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar
4) Hemat biaya
5) Organisasi kelas lebih sederhana, tidak perlu mengadakan
pengelompokan murid-murid seperti pada metode yang lain.29
6) Susana kelas berjalan dengan tenang karena murid melakukan
aktivitas yang sama, sehingga guru dapat mengawasi murid
sekaligus secara komprehensif.30
Sedangkan kekurangan dari metode ceramah adalah:
1) Guru tidak mampu mengontrol sejauh mana siswa telah memahami
uraiannya31
29
Rista Linawati, Metode Ceramah dan Drill (latihan) Sebagai Pemilihan Pembelajaran
Kosakata Bahasa China Di SMP Warga Surakarta, Universitas Sebelas Maret, 2009, hal 45 30
Dasuki, Perbandingan Penggunaan Metode Ceramah dan Diskusi Dalam Mamahami
Pelajaran Aqidah Akhlak, (UIN Syarif Hidayatullah, 2006), h. 9 31
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.138
19
2) Kurang menarik
3) Sulit dipakai untuk anak-anak
4) Membatasi daya ingat
5) Pembicara tidak terlalu menilai reaksi orang yang belajar
b. Metode Latihan (Drill)
Metode latihan atau drill adalah suatu teknik yang dapat
diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan
kegiatan-kegiatan latihan agar siswa memiliki keterampilan yang lebih
tinggi dari apa yang telah dipelajari.32
Definisi tersebut sejalan dengan
definisi menurut Direktorat Tenaga Kependidikan Peningkatan Mutu
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Nasional yang
meyebutkan bahwa metode latihan pada umumnya digunakan untuk
memperoleh ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah
dipelajari.33
Definisi lain dari metode latihan atau drill adalah suatu metode
mengajar dimana siswa langsung diajak menuju ke tempat latihan
keterampilan atau eksperimental, seperti untuk melihat bagaimana cara
membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat
dan apa manfaatnya. Dan menurut Ahmad Muradi dalam Zuhairini
metode drill atau latihan adalah suatu metode dalam pendidikan dan
pengajaran dengan jalan mealtih anak-anak terhadap bahan pelajaran
yang sudah diberikan.34
Metode drill atau latihan siap dimaksudkan
untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap
apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara praktis
32
Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 125 33
Direktorat Tenaga Kependidikan Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan Departemen Nasional, Strategi Pembelajaran Dan Pemilihannya, 2008, h. 29 34
Ahmad Muradi, Pelaksanaan Metode Drill (Latihan Siap) Dalam Pembelajaran
Bahasa Arab, Vol. 5 no. 1, januari-Juni 2006, h. 4
20
suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan dapat lebih dipahami oleh
siswa.
Dari beberapa pendapat di atas mengenai definisi metode drill
atau latihan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode drill atau
latihan adalah metode atau cara menyajikan bahan pelajaran dengan
cara melihat secara langsung suatu kejadian atau suatu kegiatan
eksperimen.
Teknik mengajar latihan ini biasanya digunakan untuk tujuan
agar siswa:35
1) Memiliki keterampilan motorik seperti, menghafal, menulis, dan
lain-lain.
2) Mengembangkan kecakapan intelek seperti, mengalikan, membagi,
menjumlahkan dan lain sebagainya.
3) Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan
dengan hal lain, seperti hubungan sebab akibat, penggunaan simbol
dan lainnya.
Agar pelaksanaan metode latihan atau drill ini ada beberapa
hal yang harus diperhatikan, diantaranya:36
1) Gunakan latihan ini hanya untuk pelajaran atau tindakan yang
dilakukan secara otomatis yakni dilakukan siswa tanpa pemikiran
dan pertimbangan yang mendalam.
2) Guru harus memilih latihan yang mempunyai arti luas yang dapat
menanamkan pengertian pemahaman akan makna dan tujuan
latihan sebelum mereka melakukan.
3) Guru memperhitungkan waktu latihan yang singkat saja agar tidak
meletihkan dan membosankan.
4) Guru dan siswa perlu memperhatikan dan mengutamakan proses
yang esensial.
35
Roestiyah, N. K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 125 36
Roestiyah, N. K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal.127-128
21
Adapun kekurangan dan kelebihan dari metode tersebut adalah
sebagai berikut. Kelebihan dari metode drill atau latihan menurut
ahmad Muradi dalam Yusuf dan Syaiful anwar:37
1) Dalam waktu yang lama siswa dapat memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan
2) Siswa memperoleh pengetahuan praktis dan siap pakai, mahir dan
lancar
3) Menumbuhkan kebiasaan belajar secara kontinu dan disiplin diri,
melatih diri serta belajar mandiri
4) Menjadi terbiasa dan menumbuhkan semangat untuk beramal
kepada Allah
5) Dapat menambah kesiapan siswa dan meningkatkan kemampuan
respon yang cepat38
Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah:39
1) Dapat membentuk kebiasaan yang kaku
2) Kurang mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berpikir40
3) Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan
4) Menimbulkan kebosanan dan kejengkelan
3. Belajar Dan Hasil Belajar
a. Belajar
Manusia dikatakan belajar ketika ia paham akan sesuatu hal
dan berdampak bagi dirinya baik positif maupun negatif. Belajar
adalah hal yang sadar ataupun tidak sadar dialalmi oleh setiap individu.
37
Ahmad Muradi, Pelaksanaan Metode Drill (Latihan Siap) Dalam Pembelajaran
Bahasa Arab, Vol. 5 no. 1, januari-Juni 2006, h. 5 38
Widyastuti Akhmadan, Metode Pembelajaran Ekspositori, LatihanPraktik (dril and
pracicel), Penemuan dan Inkuiri, Universitas Sriwijaya, h. 3 39
Widyastuti Akhmadan, Metode Pembelajaran Ekspositori, LatihanPraktik (dril and
pracicel), Penemuan dan Inkuiri, Universitas Sriwijaya, h. 3 40 Rosita, dkk, Peningkatan Aktivitas Belajar Melalui Metode Latihan Pelajaran
Matematika Kelas II SDN 42 Kubu Raya, PGSD, FKIP Universitas Tanjungpura, PontianakEmail
: [email protected], hal. 3
22
Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan,
keterampilan dan sikap.41
Belajar adalah aktivitas yang dilakukan
secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah
dipelajari sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan
sekitarnya.42
Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau
ilmu.43
Aunurrahman dalam Burton menyebutkan bahwa belajar
adalah perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya
interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan
lingkungannya sehingga mereka mampu berintreaksi dengan
lingkungannya.44
Keinginan belajar setiap individu berbeda tergantung ada
tidaknya dorongan dalam dirinya. Kemampuan belajar seseorang
adalah ciri yang membedakan jenisnya dari jenis makhluk lainnya.
Kemampuan tersebut juga dapat memberikan manfaat bagi individu
dan juga masyarakat. Belajar terjadi dalam interaksi dengan
lingkungan dalam bergaul dengan orang dalam memegang benda dan
dalam mengahadapi peristiwa.
Dikatakan belajar jika dapat menghasilkan perubahan, namun
tidak semua perubahan merupakan akibat langsung dari usaha belajar.
Belajar dalam prakteknya dapat dilakukan di sekolah atau diluar
sekolah. Belajar di sekolah senantiasa diarahkan oleh guru kepada
perubahan perilaku yang baik dan positif, sedangkan belajar di luar
sekolah yang dilakukan sendiri oleh individu dapat menghasilkan
perubahan perilaku yang positif ataupun negatif.
41
Margaret E. Bell-Gredler, Belajar dan Membelajarkan, (Jakarta: PT Raja Grafindo,
1994), h. 1 42
Nadlir dkk, Psikologi Belajar, Pendidikan guru madrasah Ibtidaiyah, 2009 43 Rista Linawati, Metode Ceramah dan Drill (latihan) Sebagai Pemilihan Pembelajaran
Kosakata Bahasa China Di SMP Warga Surakarta, Universitas Sebelas Maret, 2009, hal 33 44
Dr. Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajarn, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 35
23
Terjadinya proses belajar pada murid yang sedang berlangsung
memang sulit untuk diketahui secara kasat mata, karena proses belajar
berlangsung secara mental.45
Terdapat ciri-ciri yang menunjukkan
bahwa seseorang melakukan kegiatan belajar:46
1) Perubahan tingkah laku aktual atau potensial
2) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bagi individu
merupakan kemampuan baru dalam bidang kognitif atau afektif
atau psikomotorik
3) Adanya usaha atau aktifitas yang sengaja dilakukan oleh orang
yang belajar dari pengalaman (memperhatikan, mengamati,
memikirkan, merasakan) atau dengan latihan.
Ciri-ciri belajar lainnya yang disebutkan oleh aunurrahman
dalam bukunya yaitu, pertama belajar menunjukkan suatu aktivitas
pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Kedua, belajar
merupakan interaksi individu dengan lingkungan. Ketiga, hasil belajar
ditandai dengan perubahan tingkah laku.47
Dapat disimpulkan bahwa dalam belajar diperoleh
kemampuan-kemampuan yang bukan merupakan kemampuan yang
dibawa sejak lahir, bahkan dari bawaan. Proses belajar mengajar
merupakan suatu siklus yang digambarkan sebagai berikut:48
Gambar 2.1. Siklus belajar
45
Aninomus, Karaktersistik Peserta Didik, Strategi dan Metode Pembelajaran, http:
//www.t125.co.cc/2010/10/karakteristik-peserta –didik-strategi-html. Hal. 6 46
Tonih Feronika, S. Pd, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, 2008, h. 5-6 47
Dr. Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal 35-37 48
Tonih Feronika, S. Pd, Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia, 2008, h. 7
Planning
Observs
Reflect Experience
24
1) Planning atau perencanaan adalah kegiatan awal guru untuk dapat
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik
2) Experience (pengalaman belajar) merupakan kegiatan siswa yang
dibantu guru
3) Observs (observasi) merupakan kegiatan guru melihat proses
belajar siswa melalui catatan harian atau lembar observasi
pembelajaran
4) Reflect (refleksi), dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar yang
meliputi evaluasi proses belajar dan hasil belajar
b. Hasil Belajar
Hasil belajar perwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku
yang dilakukan oleh usaha pendidikan atau dapat diartikan perubahan
dalam kemampuan kognitif, afektif dan psikornotorik, tergantung dari
tujuan pengajarannya.49
Hasil belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku.
Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku dihasilkan dari belajar.
Perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari belajar adalah perubahan
yang dapat diamati (observable) meskipun tidak secara mutlak.
Perubahan yang dapat diamati baiasanya bersifat perubahan motorik.
Adapun perubahan lainnya yang dihasilkan dari belajar adalah
perubahan afektif dan perubahan kemampuan berfikir.50
Dari proses belajar maka akan dihasilkan pula hasil perubahan
kepandaian, kecakapan atau kemampuan.
49
Soeyono, dkk, Efektivitas Pembelajaran Melalui Metode Penemuan Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SDN I Plosorejo Randublatung Kab. Blora
Tahun Pelajaran 2011/2012, (FIP IKIP PGRI Semarang), Volume 2, Nomor 1, Juli 2012, hal. 9 50
Dr. Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 36-38
25
Gambar 2. Bagan hasil belajar
Dari bagan di atas menggambarkan bahwa belajar
diakibatkan oleh adanya kegiatan evaluasi belajar (tes) dan evaluasi
belajar dilakukan karena adanya kegiatan belajar. Baik buruknya hasil
belajar tergantung dari pengetahuan dan perubahan perilaku dari
individu yang bersangkutan terhadap apa yang dipelajari. Sementara
proses belajar dan hasilnya dipengaruhi faktor internal yang
mencangkup fisiologis dan psikologis, dan faktor eksternal berupa
lingkungan dan instrumental.
Gambar 2.3.
Faktor yang mempengaruhi belajar dan hasil belajar
pengetahuan
perilaku
belajar tes Hasil belajar
nilai
Faktor yang
mempengaruhi belajar
&hasil belajar
Internal
Eksternal
Fisiologis
Psikologis
Kondisi fisiologi umum
Pancaindra
Intelegensi
Perhatian
Minat & bakat
Kognitif & daya nalar
Motif & motivasi
Sarana & fasilitas Kurikulum
Sosial
Guru
Alam
Instrumental
Lingkungan
26
B. Kerangka Berfikir
Dari penjelasan teori di atas diketahui bahwa belajar yang efektif,
efisien dan kondusif adalah yang tepat menghasilkan perubahan yang lebih
baik dalam hal kognitif, afektif maupun psikomotor.
Selain faktor internal yang dapat mempengaruhi kualitas belajar dan
hasilnya, terdapat beberapa faktor eksternal yang juga memiliki peran penting
dalam kegiatan belajar mengajar. Diantaranya adalah lingkungan atau suasana
belajar. Ketika siswa merasakan kebosanan dalam kegiatan belajar yang
disebabakan beberapa hal diantaranya monotonnya proses belajar, tidak
menariknya penyajian materi oleh guru, komunikasi satu arah dan hal lainnya,
maka permasalahan tersebut dapat menyebabkan hasil belajar yang tidak
maksimal sehingga perlu dilakukan evaluasi dan beberapa perubahan pada
kegiatan belajar. Diantaranya yakni mencari metode, strategi ataupun
pendekatan yang sekiranya mampu membuat siswa merasa nyaman serta
mendukung keberhasilan proses dan hasil belajar.
Belajar adalah aktivitas yang bertujuan. Tujuan tersebut erat
kaitannya dengan perubahan atau pembentukkan tingkah laku tertentu. Namun
terkadang tujuan tersebut sulit untuk dicapai siswa jika suasana belajar tidak
mendukung.
Kurangnya perhatian siswa dalam proses belajar dapat disebabkan
karena beberapa hal. Pertama, siswa sudah memahami informasi atau materi
yang disampaikan guru, sehingga mereka menganggap materi tersebut tidak
penting lagi. Kedua, dalam proses belajar mengajar guru tidak berusaha
mengajak berpikir kepada siswa. Guru menganggap bahwa bagi siswa
menguasai materi pelajaran lebih penting dibandingkan dengan
mengembangkan kemampuan berfikir. Ketiga, guru menganggap bahwa ia
adalah orang yang paling mampu dan menguasai materi pelajaran
dibandingkan dengan siswa. Untuk menghindari hal–hal tersebut, sebagai guru
27
sudah seharusnya ia mencari solusi dari permasalahan tersebut. Bagaimana
membuat siswa menjadi nyaman saat belajar. Bagaimana cara penyajian
materi agar siswa ikut berpartisipasi dalam membangun pengetahuannya
sendiri. Bagaimana pula mencari metode, pendekatan ataupun strategi yang
sesuai agar dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Metode, strategi, model maupun pendekatan yang bagus dapat
membantu jalannya pemahaman materi siswa. Sehingga guru dituntut untuk
memahami metode atau model atau strategi atau pendekatan manakah yang
sekiranya bisa membantu siswa untuk mewujudkan pemahamannya tersebut.
Adapun kimia adalah mata pelajaran yang cukup rumit, khususnya di
lokasi penelitian. Hal tersebut diketahui setelah penulis berdiskusi secara non
formal dengan siswa dan guru. Masing-masing diskusi dilakukan secara
terpisah.
Berangkat dari permasalahan tersebut maka penulis mencoba
menyajikan metode inkuiri-discovery learning sebagai salah satu metode
mengajar yang diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut.
Metode ini dapat membawa siswa merasakan langsung atau memahami secara
personal dan kelompok jalannya proses pemecahan masalah melalui
penemuan yang dilakukannya sendiri. Dan kegiatan dalam proses
pembelajaran inkuiri-discovery learning ini dapat mengurangi kepasifan siswa
dalam proses pembelajaran, menggali potensi berfikir kritis dan melatih
kemandirian.
Atas dasar permasalahan tersebut maka peneliti mencoba mengangkat
metode yang sebelumnya belum dilakukan oleh guru kimia di lokasi
penelitian, agar dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar siswa
terhadap hasil belajar kimia ketika disajikan dengan cara yang berbeda dari
biasanya dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
28
Diatasi dengan menerapkan
Gambar 2.4 Bagan kerangka berfikir
C. Hipotesis Penelitian
Apakah ada pengaruh metode pembelajaran inkuiri-discovery learning
terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia, atas dasar inilah maka
penulis menyimpulkan hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho = tidak ada pengaruh dalam penggunaan metode pembelajaran inkuiri-
discovery learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia
Ha = ada pengaruh dalam penggunaan metode pembelajaran inkuiri- discovery
learning terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia
D. Hasil Penelitian Yang Relevan
1. Pelaksanaan proses belajar mengajar yang masih terpusat pada guru
2. Karakteristik materi kimia yang rumit dan bersifat abstrak sehingga menghambat
pemahaman siswa
3. Aktifitas siswa dalam belajar kimia kurang menambah pengalaman siswa mengenai
suasana belajar selain suasana belajar tradisional
4. Kurangnya variasi metode belajar yang digunakan guru
Metode inkuiri-discovery learning
Metode ceramah dan latihan (drill)
Langkah-langkah:
1. Simulation
2. Problem statment
3. Data collection
4. Data prossesing
5. Verivication
6. Generalitation
Hasil belajar
29
1. Hermalina Abarua, Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil
Belajar Biologi Pada siswa SMUN III Ambon, Jurnal kependidikan vol. 1
no. 2 november 2004
Dalam penelitiannya menyatakan terdapat perubahan hasil belajar biologi
yang lebih baik pada siswa kelas I sesudah menggunakan metode inukiri.
2. I Made Wirtha dan Ni Ketut Rapi, Pengaruh Model Pembelajaran Dan
Penalaran Formal Terhadap Penguasaan Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah
siswa SMAN 4 Singaraja, jurnal penelitian dan pengembangan pendidikan
1(2), 15-29, jurusan pendidikan fisika FMIPA Undiksha, 2008.
Hasil penelitiannya menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara
model pembelajaran inkuiri (MPI) dan model pembelajaran konvensional
(MPK) dalam meningkatkan pemahaman konsep fisika.
3. Dainne Amor Kusuma, Jurnal penelitian jurusan matematika FMIPA
UNPAD, Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Dengan
Menggunakan Metode Inkuiri.
Hasil penelitiannya menyatakan kemempuan komunikasi matematik siswa
yang memperoleh pembelajaran dengan metode inkuiri lebih baik daripada
siswa yang memperoleh pembelajaran secara konvensional.
4. Rensus Silalahi, jurnal penelitian edisi khusus No. 2, Agustus 2011,
Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstial Tipe Inkuiri Dalam
Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kontekstual
berhasil meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada pelajaran
PKn.
5. Niken Indraswati dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan
Kemampuan Siswa dalam Menentukan Pokok Pikiran Bacaan melalui
Metode Inkuiri. Penelitian ini membuktikan bahwa melalui metode inkuiri
siswa dapat meningkatkan kemampuan dan penguasaan konsep materi
menentukan pokok pikiran bacaan karena siswa dapat bertukar pikiran dan
30
terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga proses belajar mengajar
lebih menyenangkan.
6. I Putu Mudalara dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri BebasTerhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI
IPA SMAN 1 Gianyar Ditinjau Dari Sikap Ilmiah.
Pada penelitainnya dihasilkan hasil belajar kimia siswa yang belajar
melalui model pembelajaran inkuiri bebas lebih tinggi dari hasil belajar
kimia siswa yang belajar melalui model pembelajaran konvensional
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh metode inkuiri-discovery learning
terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia dilaksanakan di MAN
Rengasdengklok-Karawang, pada semester ganjil tepatnya pada tanggal 1-15
November 2010.
B. Populasi, Sampel Dan Teknik Pengumpulan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau
subyek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan.1 Populasi adalah
keseluruhan unit elementer yang parameternya akan diduga melalui statistika
hasil analisis yang dialkukan terhadap sampel penelitian.2
Sedangkan sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil
populasi yang diteliti).3
Populasi penelitian adalah seluruh siswa MAN Rengasdengklok dan sampel
yang diambil adalah siswa 30 kelas XIA, sebagai kelas kontrol dan 30 siswa
kelas XIB sebagai kelas eksperimen.
Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan melalui pemilihan
sampel bertujuan (purposive sample) karena pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan dengan tujuan atau pertimbangan tertentu.4
1 Sugiyono, Metode Penellitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D< (Bandung: Alfabeta,
2007), h. 80 2 Abdurrahmat Fathoni, M. Si, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal 103
3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 131 4 Sugiyono, Metode Penellitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D< (Bandung: Alfabeta,
2007), h. 85
32
C. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode kuasi eksperimen. Dalam desain
ini mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya
untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan
eksperimen.5
Adapun rancangan penelitian yang penulis gunakan adalah desain the
nonequivalent control group. Desain ini hamir sama dengan pretest-posttest
control group design,6 hanya dalam desain ini kelopmpok eksperimen maupun
kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian
O1 X O2
O3 X O4
Keterangan:
X = Perlakuan
O1 dan O3 = kelompok yang belum diberikan perlakuan (Pretes)
O2 dan O4 = kelompok yang sudah diberikan perlakuan (Post-test)
D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent variable) : pengaruh metode inkuiri-
discovery learning
2. Variabel terikat (dependent variable) : hasil belajar siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pada pelaksanaan pengumpulan data, peneliti terlibat langsung, baik
dalam mengambil, mengolah maupun menarik kesimpulan dari data yang
diperoleh. Pada tahap awal penelitian, peneliti melakukan persiapan untuk
5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 77 6 Sugiyono, Metode Penellitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D< (Bandung: Alfabeta,
2007), h. 79
33
proses pembelajaran. Kemudian peneliti melakukan pengajaran pada kelas
eksperimen mengenai pokok bahasan termokimia dengan mengikuti langkah-
langkah yang ada pada metode inkuiri-discovery learning sedangkan pada
kelas pembelajaran dilakukan dengan metode yang biasa dilakukan oleh guru
di lokasi yakni metode ceramah dan latihan.
Langkah pertama adalah simulation dimana peneliti sebagai pengajar
melakukan pengenalan awal mengenai materi termokimia. Langkah kedua
adalah problem statment dimana peneliti menugaskan para siswa membuat
pertanyaan berdasarkan ilustrasi yang telah dilakukan pada langkah
sebelumnya kemudian pertanyaan para siswa dijadikan sebagai dugaan awal
atau hipotesis mengenai ilustrasi dari langkah awal pemberian materi.
Selanjutnya dilakukan pengumpulan data (data collection) melalui percobaan,
studi pustaka dan tanya jawab kepada nara sumber (guru kimia). Setelah data
terkumpul kemudian diproses untuk disiapkan sebagai jawaban sementara
dari pertanyaan yang diajukan siswa pada langkah sebelumnya dilakukan
verivication sebagai langkah untuk menentukan apakah data yang dihasilkan
dari langkah data collection dapat terbukti atau dapat dipertanggungjawabkan
kebenaranannya. Langkah terakhir adalah menarik kesimpulan dari hasil
olahan data yang telah di verifikasi.
Untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas kontrol dilakukan dengan
metode ceramah dan latihan (drill).
Adapun masing-masing kelas baik kelas kontrol maupun kelas
eksperimen dilakukan proses pembelajaran sebanyak 8 kali pertemuan.
Setelah materi pokok bahasan termokimia selesai diberikan,
kemudian peneliti memberikan tes objektif kepada kelas eksperimen maupun
kelas kontrol yang berupa soal kimia mengenai pokok bahasan termokimia.
Hasil tes dijadikan sebagai hasil belajar kimia siswa kemudian dikelompokkan
menjadi dua bagian yakni hasil belajar kelas eksperimen dan hasil belajar
kelas kontrol.
Data dalam penelitian yang digunakan untuk mengukur keberhasilan
belajar siswa diperoleh dari post test mengenai materi termokimia. Post test
34
diberikan kepada masing-masing kelompok, yaitu kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen. Untuk selanjutnya dilakukan pegolahan data hasil
belajar.
F. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian kali ini berupa tes. Tes
hasil belajar adalah alat untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai materi
yang diberikan baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
Tes yang digunakan kali ini adalah berupa tes objektif sebanyak 20
soal yang terdiri dari aspek pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3)
dan analisis (C4).
Tabel 3.2. Kisi-kisi instrumen penelitian
Indikator Tingkat kognitif dan No soal
C1 C2 C3 C4
(Kompetensi dasar 2.1):
- Memahami hukum kekekalan energy
1, 4
2, 5
3
- Menjelaskan perbedaan sistem dan
lingkungan
6, 7,
8, 10 9 11,
12
- Menjelaskan perbedaan reaksi yang
melepaskan kalor (eksoterm) dengan
reaksi yang menerima kalor (endoterm)
16, 14, 15,
17,
19
18 13
- Memahami macam-macam perubahan
entalpi pada suatu reaksi
20,
21,
22,
25
23,
24,
26
(Kompetensi dasar 2.2) :
- Menghitung harga ΔH reaksi melalui
percobaan
27,
31
28, 29,
30
- Menghitung harga ΔH reaksi dengan
menggunakan Data entalpi
pembentukkan standar (ΔHfo)
32,
33,
34
35,
36,
37, 38
- Menghitung harga ΔH reaksi dengan
menggunakan hukum Hess 39 40,
41,
42,
43,
35
Sebelum menentukan valid dan reliabel tidaknya suatu butir soal,
terlebih dahulu dilakukan pengukuran tingkat kesukaran dan daya beda
dari instrumen yng diujikan.
1. Tingkat kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar tidaknya suatu soal disebut
indeks kesukaran. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah
ataupun terlalu susah. Tingkat kesukaran ini merupakan salah satu analisis
kuantitatif konvensional paling sederhana dan mudah. Dan untuk
perhitungannya dapat dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 7
Keterangan:
P = proporsi (indeks kesukaran)
B = jumlah siswa yang menjawab benar
N = jumlah total peserta tes
Dengan ketentuannya:
P = 0 – 0,25 (sukar)
P = 0,26 – 0,76 (sedang)
P = 0,76 – 1 (mudah)
2. Daya Beda
7 Ahmad Sofyan , et. al, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Jakarta, 2006), h.103
44
- Menghitung harga ΔH reaksi dengan
menggunakan energi ikatan 45 46,
47,
48,
49, 50
36
Daya beda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir soal
dalam membedakan kelompok siswa yang pandai dengan kelompok siswa
yang kurang pandai. daya beda yang baik adalah jika nilai D > 0,30
Adapun untuk perhitungannya dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
dengan:
D = daya beda
Ba = jumlah siswa pada kelompok atas yang menjawab benar
Bb = jumlah siswa pada kelompo bawah yang menjawab benar
N = jumlah peserta tes
Klasifikasi harga daya pembeda:8
0,00 – 0,20 = Jelek
0,21 – 0,40 = Cukup
0,41 – 0,70 = Baik
0,71 – 1,00 = Baik sekali
Negatif = Semuanya tidak baik (soal bernilai daya pembeda
negative sebaiknya tidak digunakan)
3. Validitas Instrumen
Validitas dapat diartikan tepat atau sahih, yakni sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya.9 Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti
secara tepat. Instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.10
Validitas dinyatakan dengan korelasi antara distribusi skor tes yang
bersangkutan (X) dengan distribusi skor suatu kriteris yang relevan (Y),
sehingga koefisien validitas diberi simbol rxy. Adapun perhitungan
8 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2009),
h. 218. 9 Ahmad Sofyan , et. al, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN
Jakarta, 2006), h. 105 10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006), h. 168
37
q
p
t
tibis
S
XXr
1
)(
2
11 st
qp
k
kr
ii
ii
validitas untuk butir soal yang bersifat dikotomi (objektif) yakni dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:11
Keterangan:
rpbis = koefisien korelasi point biserial
1X = mean skor tes yang mnejawab benar
tX = mean skor yang menjawab salah
St = mean skor total
p = populasi tes yang menjawab benar
q = populasi yang menjawab salah
Untuk mengetahui valid tidaknya butir soal, maka hasil
perhitungan rhitung dibandingkan dengan rtabel point biserial. Jika hasil
perhitungan rhitung ≥ rtabel, maka soal tersebut valid. Jika hasil perhitungan
rhitung ≤ rtabel, maka soal tersebut tidak valid.
4. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data karena instrumen tersebut sudah baik.12
Reliabilitas menunjuk pada
tingkat keterandalan suatu instrumen.
Untuk perhitungan reliabilitas pada butir soal dikotomi atau soal objektif
dapat digunakan rumus KR-20 yakni sebagai berikut:13
11
Ahmad Sofyan , et. al , Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta:
UIN Jakarta, 2006), h.109 12
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2009),
h. 178
13
Ahmad Sofyan , et. al , Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta:
UIN Jakarta, 2006), h. 113
38
Keterangan:
rii = reliabilitas tes secara keseluruhan
p = populasi tes yang menjawab benar
q = populasi tes yang menjawab salah
∑pq = jumlah hasil kali antara p dan q
n = jumlah butir soal dalam perangkat instrument
S = standar deviasi
Jika rhitung ≥ rtabel, maka instrumen hasil belajar pada pokok bahasan
termokimia, adalah reliabel.
G. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data dan rumus yang digunakan adalah uji-t. namun
untuk menggunakan rumus tersebut terlebih dahulu dilakukan analisis
persyaratan sebagai berikut:
1. Pengujian Prasyarat Analisis
a. Uji normalitas data
Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah
sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
yang digunakan adalah uji liliefors dengan taraf signifikan α = 0.05.
Pengujian normalitas dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga terbesar
Tentukan nilai
dengan:
Zi = skor baku
X = nilai rata-rata
Xi = skor rata-rata
S = simpangan baku
S
XX
iiZ
39
2) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan
table Zi dan sebut dengan F(Zi) dengan aturan:
Jika Zi > 0, maka F(Zi) = 0.05 + nilai table
Jika Zi < 0, maka F(Zi) = 1- (0.5 + nilai table)
3) Hitung proporsi Z1,Z2,…..,Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi,
maka proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka:
S(Zi) =banyaknya Z1, Z2, ….Zn yang ≤ Zi dibagi n
4) Hitung selisih F(Zi) – S(Zi), kemudian tentukan harga mutlaknya.
Ambil nilai terbesar antara harga-harga mutlak selisih tersebut,
nilai ini dinamakan Lo.
5) Memberikan interpretasi, Lo dengan membandingkan dengan Lt. Lt
adalah harga yang diambil dari table harga kritis uji liliefors.
6) Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo dan Lt, yang telah
didapat. Apabila Lo < Lt, maka sampel berasal dari distribusi
normal.
b. Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan melihat keadaan kehomogenan
populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Tentukan hipotesis
Ho = data memiliki varians homogen
H1 = data tidak memiliki varians homogenya
Bagi data menjadi 2 kelompok
2) Tentukan simpangan baku dari masing-masing kelompok.
3) Tentukan F hitung dengan
Fhitung = terkecil
terbesar
ians
ians
var
var
4) Tentukan taraf nyata yang digunakan.
5) Tentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians
terkecil).
40
6) Tentukan kriteria pengujian
Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ho diterima, yang berarti varians kedua
populasi homogen.
Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak, yang berarti varains kedua
populasi tidak homogen.
c. Pengujian Hipotesis
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui
pengaruh antara pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
discovery learning dengan strategi inkuiri terhadap hasil belajar kimia
siswa pada pokok bahasan termokimia.
Pengujian hipotesis menggunakan ujit-t pada taraf signifikansi
α =0.05 dengan rumus sebagai berikut:
21
11
21
nndsg
XXt
dengan dsg =
2
11
21
2211
nn
vnvn
Keterangan:
1X rata-rata data kelompok eksperimen
2X rata-rata data kelompok kontrol
dsg = nilai deviasi standar gabungan
n1 = banyaknya data kelompok eksperimen
n2 = banyaknya data kelompok kontrol
v1 = varians data kelompok eksperimen
v2 = varians data kelompok control
Dengan interpretasi jika to > tt maka Ho ditolak dan jika to < tt maka
Ho diterima.
H. Hipotesis Statistik
Ho : µ1 = µ2
H1 : µ1 >µ2
41
Ho : tidak ada pengaruh dari penggunaan metode belajar inkuiri-discovery
learning terhadap hasil belajar siswa
H1 : ada pengaruh dari penggunaan metode belajar inkuiri-discovery learning
terhadap hasil belajar siswa)
µ1 : rata-rata nilai hasil belajar kimia siswa menggunakan metode inkuiri-
discovery learning
µ2 : rata-rata nilai hasil belajar kimia siswa tanpa menggunakan metode
inkuiri-dsicovery learning
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi dan Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari hasil tes. Tes yang
diberikan merupakan aspek kognitif dengan menggunakan instrumen berupa tes
pilihan berganda sebanyak 20 soal yang diberikan sebelum perlakuan (pretest) dan
setelah perlakuan (posttest). Data yang diperoleh meliputi data skor hasil belajar dari
60 siswa yang terdiri dari 30 siswa kelas eksperimen dan 30 siswa kelas kontrol.
Posttest bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh metode inkuiri–
discovery learning terhadap hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan
termokimia.
1. Deskripsi Data
Data yang didapat dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian. Data
pertama didapat dari hasil belajar kelas eksperimen yaitu kelas yang diberi
perlakuan dengan metode inkuiri-discovery learning. Data yang kedua didapat
dari hasil belajar kelas kontrol yaitu kelas yang diberi perlakuan dengan metode
ceramah dan latihan (drill).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dilakukan
perhitungan statistik terhadap hasil belajar kimia siswa kelas eksperimen dan
kontrol. Data perhitungan statistik hasil belajar kelas eksperimen maupun kleas
kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 4.1 Hasil Belajar Kelas Eksperimen
No Statistik Nilai
Pretest Posttest
43
Tabel. 4.2 Hasil Belajar Kelas Kontrol
2. Analisis Data
a. Pengujian Persyaratan Analisis Data
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t
untuk melihat adanya perbedaan dari perlakuan yang diberikan, maka perlu
dilakukan uji persyaratan analisis terlebih dahulu terhadap data hasil
penelitian. Beberapa uji persyaratan yang harus dipenuhi adalah:
1) Uji Normalitas
Setelah dilakukan pengolahan data hasil belajar kelas eksperimen
dan kelas kontrol, maka dilanjutkan dengan pengujian normalitas.
Pengujian normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa sebaran
data yang masing-masing kelas tidak menyimpang dari ciri-ciri data yang
berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan
menggunakan uji Liliefors. Adapun kriteria penerimaan bahwa suatu data
berdistribusi normal atau tidak dengan rumusan sebagai berikut:
- Jika Lo (Lhitung) < Lt (Ltabel), maka data berdistribusi normal
- Jika Lo (Lhitung) > Lt (Ltabel), maka data tidak berdistribusi normal
1 Rata-rata 45,367 75,267
2 Median 46,7 75,5
3 Modus 48,3 75,5
4 SD 12,768 7,2
5 S2
163,021 51,84
No Statistik Nilai
Pretest Posttest
1 Rata-rata 44,3 72,03
2 Median 41,357 76
3 Modus 33 72,833
4 SD 15,405 6,135
5 S2
237,314 37,63
44
Data diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu.
Berikut ini adalah hasil dari perhitungan uji normalitas, yaitu:
Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen
No Statistik Pretest Posttes
1 Jumlah sampel (N) 30 30
2 Rata-rata (mean) 45,367 75,267
3 Standar deviasi 12,768 7,2
4 Lhitung 0,092 0,089
5 Ltabel 0,161 0,161
Kesimpulan
Lo (Lhitung) < Lt (Ltabel) Lo (Lhitung) < Lt (Ltabel)
Berdistribusi normal Berdistribusi normal
Dari data statistik di atas dengan jumlah sampel (N) keduanya adalah 30
didapatkan rata-rata (mean) untuk pretes 45,367 dan posttest 75,267.
Standar deviasi didapatkan 12,768 untuk kelompok pretes dan 7,2 untuk
kelompok posttest. Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α) =
0,05. Dari tabel diatas diketahui bahwa Ltabel untuk kedua kelompok
sebesar 0,16. Pada kelompok pretest didapat hasil Lhitung sebesar 0,092
sedangkan untuk kelompok posttest hasil Lhitung sebesar 0.89, karena nilai
Lhitung kedua kelompok memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel maka dapat
disimpulkan bahwa kedua kelompok berdistribusi normal.
Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelas Kontrol
No Statistik Pretest Posttes
1 Jumlah sampel (N) 30 30
2 Rata-rata (mean) 44,3 72,03
3 Standar deviasi 15,405 6,135
4 Lhitung 0,125 0,139
5 Ltabel 0.161 0,161
45
Kesimpulan
Lo (Lhitung) < Lt (Ltabel) Lo (Lhitung) < Lt (Ltabel)
Berdistribusi normal Berdistribusi normal
Dari data statistik di atas dengan jumlah sampel (N) keduanya adalah 30
didapatkan rata-rata (mean) untuk pretes 44,3 dan posttest 72,03. Standar
deviasi didapatkan 15,405 untuk kelompok pretes dan 6,135 untuk
kelompok posttest. Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α) =
0,05. Dari tabel diatas diketahui bahwa Ltabel untuk kedua kelompok
sebesar 0,16. Pada kelompok pretest didapat hasil Lhitung sebesar 0,125
sedangkan untuk kelompok posttest hasil Lhitung sebesar 00,139, karena
nilai Lhitung kedua kelompok memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel maka dapat
disimpulkan bahwa kedua kelompok berdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas
Setelah kedua sampel penelitian dinyatakan berdistribusi normal,
selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas dengan uji perbedaan
varians dengan menggunakan Uji Fisher. Pengujian homogenitas
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah sebaran data
masing-masing kelas tidak menyimpang dari ciri-ciri data yang
berdistribusi homogen. Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat
kepercayaan tertentu. Sampel akan dinyatakan homogen apabila fhitung <
ftabel. Berikut ini adalah hasil dari perhitungan uji homogenitas, yaitu:
Tabel 4.5. Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Belajar
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No Statistik Nilai
Pretes Posttest
1 S2 eksperimen 163,021 51,84
2 S2
kontrol 237,314 37,64
3 Fhitung 1,455 1,377
4 Ftabel 1,85 1,85
46
Kesimpulan Varians kedua kelas homogen
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95 %. Dari tabel diatas
didapatkan hasil fhitung sebesar 1,455 untuk kelas pretes dan 1,377 untuk
kelas posttest, sedangkan hasil ftabel kedua kelas adalah 1,85.
Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kedua kelas berasal
dari populasi yang homogen, karena fhitung< ftabel. Hasil perhitungan uji
homogenitas kelas eksperimen baik untuk pretest maupun posttest dapat
dilihat pada lampiran.
Berdasarkan hasil pengujian persyaratan analisis terhadap data dari
kedua kelas diatas, maka pengujian hipotesis dapat dilakukan. Pengujian
hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan uji-t.
b. Pengujian Hipotesis Penelitian
Setelah dilakukan uji persyaratan, maka selanjutnya dilakukan
pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t. Pengujian dilakukan untuk
mengetahui adanya perbedaan antara skor tes awal (pretest) dan tes akhir
(posttest) pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Hipotesis yang
diajukan adalah:
Ho : Tidak ada pengaruh penggunaan metode inkuiri-discovery learning
terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia
Ha : ada pengaruh penggunaan metode inkuiri-discovery learning
terhadap hasil belajar siswa pada materi termokimia
Pengujian hipotesis tersebut akan diuji dengan menggunakan rumus uji-t
dengan kriteria pengujian sebagai berikut: jika harga thitung < t-tabel pada
tingkat kepercayaan 0,05 maka Ho diterima, sedangkan jika t-hitung > t-tabel
pada tingkat kepercayaan 0,05 maka Ha diterima. Berikut ini adalah data hasil
uji hipotesis, yaitu:
47
Tabel 4.6. Hasil Uji Hipotesis Data Hasil Belajar (Pretest)
No Statistik Kelas kontrol Kelas
eksperimen
1 Jumlah sampel (N) 30 30
2 Rata-rata (mean) 44,3 45,367
3 Varians (S2) 237,314 163,021
4 t-hitung 0,303
5 t-tabel 1,931
Keputusan Ho diterima, Ha ditolak
Dari data tabel perhitungan uji t untuk pretest didapatkan kesimpulan
bahwa t tabel > t hitung, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya antara
kelas kontol dan kelas eksperimen tidak berbeda nyata.
Tabel 4.6. Hasil Uji Hipotesis Data Hasil Belajar (Posttest)
No Statistik Kelas kontrol Kelas
eksperimen
1 Jumlah sampel (N) 30 30
2 Rata-rata (mean) 72,03 75,267
3 Varians (S2) 37,63 51,84
4 t-hitung 6,688
5 t-tabel 1,931
Keputusan Ho ditolak, Ha diterima
Sedangkan pada tabel perhitungan uji t untuk posttest didapatkan hasil
sebaliknya, t tabel < t hitung, itu artinya Ho ditolak dan Ha diterima.
Berarti ada pengaruh yang signifikan yang didapatkan dari penggunaan
metode inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar siswa.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di MAN Rengasdengklok-
Karawang, diperoleh perhitungan rata-rata hasil belajar kelas XI IPA A (kelas
eksperimen) dengan penerapan metode inkuiri-discovery learning sebsesar 75,267
dan rata-rata hasil belajar kelas XI IPA B (kelas kontrol) dengan penerapan metode
ceramah dan latihan (drill) sebesar 72,03. Setelah dilakukan pengolahan data secara
48
statistik yaitu dengaan melakukan uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dan
uji homogenitas.
Perhitungan uji t untuk pretest diperoleh ttabel 1,931 dan thitung 0,30. Itu artinya Ho
diterima yang menunjukkan tidak ada perbedaan antara kelas eksperimen dengan
kelas kontrol. Kemudian dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t untuk
posttes thitung sebesar 6,688, sedangkan nilai ttabel sebesar 1,931. Berdasarkan data
tersebut dapat dinyatakan bahwa hasil thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa
Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
penggunaan metode pembelajaran inkuiri-discovery learning terhadap hasil belajar
siswa pada mata pelajaran termokimia.
Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, dapat dikatakan
bahwa penerapan pembelajaran dengan metode inkuiri-discovery learning yang
diterapkan pada kelas eksperimen pada konsep termokimia dapat memberikan hasil
yang lebih baik dibandingkan dengan penerapan pembelajaran metode ceramah dan
latihan (drill) yang diterapkan pada kelas kontrol, sehingga dapat dikatakan bahwa
perbedaan hasil belajar yang signifikan dari kedua kelas tersebut merupakan efek
dari perlakuan yang telah dilakukan.
Penerapan metode inkuiri-discovery learning memberikan hasil yang lebih
baik dibandingkan pembelajaran dengan metode ceramah dan latihan (drill). Hal ini
terjadi karena dalam metode inkuiri-discovery learning melibatkan peranan
langsung siswa dalam mendalami materi melalui terjun langsung melakukan
eksperimen dengan langkah-langkah yang terarah dan dapat menjadikan siswa lebih
mandiri dan bertanggung jawab. Hal ini sesuai dengan kelebihan metode inkuiri-
discovery learning yaitu pengajaran menjadi berpusat kepada siswa atau pelajar.
Selain itu kelebihan metode ini yang lain yakni pengetahuan akan bertahan lama
atau lebih mudah diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang diperoleh
dengan cara-cara lain.1 Hal tersebut dapat membantu siswa memperoleh hasil
1 Sochibin, dkk, Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Untuk Peningkatan
Pemahaman Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa SD, Jurnal Pendidikan Fisika, Juli 2009, hal 97
49
belajar yang baik karena ilmu atau pengetahuan yang mereka dapat bisa bertahan
lama dan mudah diingat.
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran kelas eksperimen dengan
menerapkan metode inkuiri-discovery learning siswa dikelompokkan dalam
beberapa kelompok kecil. Dengan kata lain, proses pembelajaran menggunakan
metode inkuiri-discovery learning sangat mengoptimalkan partisipasi siswa,
sehingga siswa lebih memahami materi pelajaran dan hasil belajar yang diperoleh
pun akan meningkat.
Pada tahap awal guru memberikan pengenalan awal materi dengan
memberikan gambaran yang mengilustrasikan dengan mengambil contoh dari
kehidupan nyata agar siswa lebih tertarik untuk mempelajarinya, kemudian
menugaskan siswanya untuk menyusun pertanyaan dari hasil ilustrasi tersebut. Hal
ini bisa menjadi pemacu atau pancingan agar siswa berfikir mandiri, tidak hanya
disuapi oleh guru. Sementara pada kelas kontrol yang menggunakan metode
ceramah dan latihan pada pelaksanaan pembelajarannya, hanya dilakukan
pembukaan biasa tanpa ada langkah menyusun pertanyaan dari pembukaan materi
yang diberikan guru sehingga kurang melatih siswa untuk berfikir lebih kritis. Pada
tahap ini pula siswa pada kelas kontrol hanya berperan sebagai pendengar, kegiatan
belajar didominasi oleh guru.
Langkah kedua dari pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen adalah guru
menugaskan untuk menyusun sejumlah pertanyaan dari materi yang di ilustrasikan
untuk selanjutnya dijadikan sebagai hipotesis atau dugaan awal. Langkah ini
melatih siswa untuk berfikir kritis mengenai suatu masalah. Guru bisa membantu
melalui pertanyaan atau berupa teka-teki yang mengarah kepada jawaban sementara
(hipotesis). Hal tersebut dapat mengembangkan potensi siswa dalam berfikir. Ini
sesuai pula dengan tujuan metode inkuiri yaitu mengembangkan kemampuan
berfikir para siswa yang terdiri dari serentetan keterampilan-keterampilan yang
50
memerlukan latihan dan pembiasaan. 2 Sedangkan untuk kelas kontrol dilanjutkan
pemberian materi tanpa menyusun pertanyaan ataupun hipotesis sehingga siswa
hanya menunggu atau malah kebingungan untuk melakukan tindakan apalagi yang
harus dilakukan setelah diberikan materi oleh guru. Guru hanya memberikan
pertanyaan yang selanjutnya akan dipecahkan langsung ketika pelaksanaan
eksperimen. Dan hipotesis tersusun saat eksperimen berlangsung.
Setelah tersusun hipotesis guru menugaskan mencari data yang mendukung
dari hipotesis. Untuk kelas eksperimen mencari data yang mendukung hipotesis
mereka. Adapun sumber data bisa didapatkan melalui berbagai media, baik itu cetak
maupun media masa. Misalnya siswa mencari data dari buku, internet, koran,
artikel dan media lainnya.
Sedangkan untuk kelas kontrol pencarian data dilakukan tanpa memiliki hipotesis
sebelumnya, mereka mengumpulkan data yang diperkirakan dapat membantu dan
memecahkan masalah yang nantinya akan diselesaikan dalam kegiatan eksperimen.
Sama halnya dengan siswa pada kelas eksperimen, kelas kontrol juga dapat mencari
data yang mendukung dari sumber yang sama.
Kemudian guru menugaskan siswa menyiapkan perlengkapan untuk
melakukan percobaan guna memproses data dan memecahkan masalah. Dari
langkah inilah metode inkuiri-discovery learning lebih terarah dan membimbing
secara langsung anak didik menjadi mandiri dalam menemukan masalah dan
memecahkannya. Karena telah memiliki hipotesis sebelumnya, kelas eksperimen
akan lebih fokus melaksanakan eksperimen.
Untuk kelas kontrol dilakukan hal yang sama namun tanpa memiliki hipotesis.
Hipotesis pada kelas kontrol dibuat ketika sedang melakukan percobaan sehingga
kurang efektif dan mengakibatkan kurang fokusnya siswa dalam melakukan
eksperimen yang seharusnya menjadi jalan untuk memecahkan hipotesis. Disini
kelas kontrol melakukan kegiatan ganda, bereksperimen dan berhipotesis. Hal
tersebut membebani siswa sehingga harus lebih berkerja keras dan kemungkinan
2 Niken Indraswati, Jurnal Pendidikan (Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menentukan
Pokok Pikiran Bacaan Melalui Metode Inkuiri, 2011) hal. 4
51
tidak efisiennya penggunaan waktu dapat terjadi. Akibatnya mereka tertinggal satu
langkah untuk menyelesaikan eksperimen dan mendapatkan hasilnya.
Percobaan yang dilakukan siswa di atas akan menjadi data atau bukti dan
mengenai materi yang bersangkutan yang akan di verifikasi oleh masing-masing
kelas. Sehingga data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan hasilnya dengan
argumen-argumen yang rasional. Langkah akhir dari kedua kelas adalah penarikan
kesimpulan. Melalui langkah penyampaian kesimpulan dari masing-masing
kelompok ini, siswa bisa mengungkapkan pendapat masing-masing yang sekiranya
mendukung hasil penelitian atau percobaan mereka atau bisa dikatakan disini siswa
bertukar fikiran dan berbagi informasi. Dari langkah akhir ini guru dapat menuntun
siswa agar mengetahui mana data yang relevan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar
dengan menggunakan metode inkuiri-discovery learning lebih menegedapankan
kemampuan siswa dalam menemukan masalah dan memecahkannya melalui
pengalamn sendiri serta menjadikan guru sebagai pembimbing semata, tidak
menjadikan guru sebagai pusat pemecahan masalah. Hal ini menjadikan metode
inkuiri-discovery learning lebih efektif dan menghasilkan siswa yang mandiri, kritis
dan kreatif dibandingkan metode ceramah dan latihan (drill) yang lebih menjadikan
guru sebagai pemeran utama sehingga menjadikan siswa bersikap pasif dan kurang
kreatif.
Oleh karena itu hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan metode
inkuiri-discovery learning lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang
menggunakan metode ceramah dan latihan (drill).
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian perbedaan hasil belajar kimia yang
meggunakan metode inkuiri-discovery learning dengan metode ceramah dan
latihan (drill) yang dilakukan pada siswa kelas XI MAN Rengasdengklok-
Karawang, diperoleh data dari perhitungan statistik uji hipotesis dengan
menggunakan uji-t didapatkan hasil thitung sebesar 6,674, sedangkan nilai t-
tabel sebesar 2,02. Berdasarkan data tersebut dapat dinyatakan bahwa hasil t-
hitung > t-tabel, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diteima.
Dari data yang telah disajikan, hasil belajar kelas eksperimen yang
menerapkan metode inkuiri-discovery learning lebih tinggi dibandingkan kelas
kontrol yang menerapkan metode ceramah dan latihan (drill). Hal ini
menunjukkan bahwa pengalaman langsung serta kerja kelompok yang
dilaksanakan dalam metode inkuiri-discovery learning lebih banyak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam menemukan
sendiri pemecahana masalah dari suatu bahan pelajaran melalui studi pustaka
ataupun melalui praktek langsung. Hal tersebut dapat melatih siswa berfikir
kritis dan analitis sehingga siswa memiliki pengalaman dan keahlian lebih
dari sebelumnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan signifikan pada hasil belajar kimia siswa antara yang diberikan
metode inkuiri-discovery learning dengan ceramah dan latihan (drill).
B. Saran
Pada kesempatan ini, penulis ingin memberikan sedikit saran demi
keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah, khususnya pada mata
pelajaran kimia:
53
1. Guru harus memperhatikan dan membimbing siswa dalam pelaksanaan
metode inkuiri-discovery learning agar hambatan-hambatan yang sering
muncul dalam proses pembelajaran dapat terpantau.
2. Gunakan metode belajar yang lebih inovatif agar siswa tertarik dan
termotivasi suntuk belajar, sehingga hasil belajar yang diperoleh baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abarua, Hermelina. 2004. Pengaruh Penggunaan Metode Inkuiri Terhadap Hasil
Belajar Biologi Pada Siswa SMU Negeri III Ambon. Jurnal Kependidikan
Vol. 1 No. 2 November
Ali Buto, Zulfikar. 2010. Implikasi Teori Pembelajaran Jerome Bruner
DalamNuansa Pendidikan Modern. Millah Edisi Khusus Desember 2010
STAIN Malikussaleh Lhokseumawe Email: [email protected]
Akhmadan, Widyastuti. Metode Pembelajaran Ekspositori, latihan Praktik (Drill
and practice), Penemuan dan Inkuiri. Universitas Sriwijaya
Amrina, Zulfa. Studi Tentang Hasil Belajar MTK Siswa Yang Menggunakan
Metode Penemuan dan Metode Ekspositori Dalam Kaitannya Dengan
Taraf Intelegensi Siswa. Jurnal Edukasi
Amor Kusuma, Dianne. Meningkatkan Komunikasi Matematika Dengan
Menggunakan Metode Inkuiri. Jurusan Matematika FMIPA UNPAD
Aninomus. Karaktersistik Peserta Didik, Strategi dan Metode Pembelajaran. http:
//www.t125.co.cc/2010/10/karakteristik-peserta –didik-strategi-html.
Arifin, Mulyati. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Bidang Studi Kimia.
Surabaya: Airlangga University Press
Astati, Sutriari MM. 2011. Apa Perbedannya: Model, Metode, Strategi,
Pendekatan Dan Teknik Pembelajaran. LMPD D.I Yogyakarta “The
services for better education”.
Aunurrahman, M. Pd. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Bahri Djamarah, Syaiful. 2006. Startegi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Dasuki. 2006. Perbandingan Penggunaan Metode Ceramah dan Diskusi Dalam
Mamahami Pelajaran Aqidah Akhlak. UIN Syarif Hidayatullah
Direktorat Tenaga Kependidikan Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan Departemen Nasional. 2008. Strategi Pembelajarn Dan
Pemilihannya
Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metode Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta: Rineka Cipta
Feronika, Tonih. 2008. Buku Ajar Strategi Pembelajaran Kimia. Jakarta: UIN
Jakarta
Gredler, Margaret E. Bell-. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: PT Raja
Grafindo.
Ibrahim, Muslimin. Pembelajaran Inkuiri.
http://herfis.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-inkuiri.html
Indraswati, Niken. 2011. Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menentukan
Pokok Pikiran Bacaan melalui Metode Inkuiri. Jurnal Pendidikan
Kamsinah. 2008. Metode Dalam Proses Pembelajaran:Studi tentang ragam dan
implementasiny. Lentera pendidikan, vol. 11 no. 1 Juni 2008:101-104
Linawati, Rista. 2009. Metode Ceramah dan Drill (latihan) Sebagai Pemilihan
Pembelajaran Kosakata Bahasa China Di SMP Warga Surakarta.
Universitas Sebelas Maret
Made, I Wirtha dan Ni Ketut Rapi. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Dan
Penalaran Formal Terhadap Penguasaankonsep Fisika Dan Sikap Ilmiah
Siswa Sma Negeri 4 Singaraja. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan 1(2), 15-29, Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Undiksha
Marimuthu, ThangavelO a/l, dkk. 2003. Masalah Pelaksanaan Strategi Inkuiri
Penemuan di Kalangan Guru Pelatih semasa Praktikum Satu Kajian Kes
Muradi, Ahmad. 2006. Pelaksanaan Metode Drill (Latihan Siap) Dalam
Pembelajaran Bahasa Arab, Vol. 5 no. 1, januari-Juni
Mudalara, I Putu. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri BebasTerhadap
Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Gianyar Ditinjau Dari
Sikap Ilmiah. Universitas Pendidikan Ganesha
Nadlir dkk. 2009 . Psikologi Belajar. Pendidikan guru madrasah Ibtidaiyah
Novianti, Asri dkk. Makalah penilaian dan evaluasi pendidikan IPA: Tujuan
Pembelajaran IPA Dalam Bentuk Kompetensi, Fakultas matematika Dan
IPA, Universitas Yogyakarta
Roestiyah, N.K. 2008Strategi belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta,
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sidharta, Arief. Model Pembelajaran Asam Basa Bebasis Inkuiri Laboratorium
Sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP. Jurnal Pendidikan
Silalahi, Rensus. 2011. Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri
Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Pendidikan kewarganegaraan. Jurnal Edisi Khusus No. 2,
Agustus 2011
Sochibin, dkk. Juli, 2009Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin
Untuk Peningkatan Pemahaman Dan Keterampilan Berfikir Kritis Siswa
SD. Jurnal Pendidikan Fisika
Rosita, dkk. Peningkatan Aktivitas Belajar Melalui Metode Latihan Pelajaran
Matematika Kelas II SDN 42 Kubu Raya. PGSD, FKIP Universitas
Tanjungpura, PontianakEmail : [email protected]
Slavin, Robert E. 2009. Psikologi Pendidikan Teori Praktik, Jilid 2. Jakarta:
Indeks
Sofyan, Ahmad, Tonih Feronika, Burhanudin Milama. 2006. Evaluasi
Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. UIN Syarif Hidayatullah
Suharto, Bohar. 1996. Pendekatan dan Teknik Proses Belajar Mengajar,
Bandung: Tarsito.
Sukarma, Ketut. 2005. Aplikasi Teori Bruner Tentang Discovery Learning
(Pembelajaran Kubus). Jurnal Kependidikan, Vol. 4 No. 1
Suyanto, dkk, 2006. Kimia Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Grasindo.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta:
Alfabeta
Tabrani, A. 1992. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Rosdakarya
Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003
54
LAMPIRAN 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Nama sekolah : MAN Rengasdengklok
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI
Standar Kompetensi : 2.mengukur perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara
pengukurannya
Kompetensi Dasar : 2.1 Mendeskripsikan perubahan entalpi suatu reaksi, reaksi
eksoterm dan reaksi endoterm
2.2 Menentukan ∆H reaksi berdasarkan percobaan, hokum
Hess, data perubahan entalpi pembentukan standard dan
energi ikatan
Indikator Kompetensi Dasar 2.1 :
- Menjelaskan hukum kekekalan energi
- Menjelaskan perbedaan sistem dan lingkungan
- Membedakan reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm) dengan reaksi yang
menerima kalor (endoterm)
- Menjelaskan macam-macam perubahan entalpi
Indikator Kompetensi Dasar 2.2 :
- Menghitung harga ∆H reaksi melalui percobaan
55
- Menghitung harga ∆H reaksi dengan menggunakan data entalpi pembentukan
standar
- Menghitung harga ∆H reaksi dengan menggunakan hukum Hess
- Menghitung harga ∆H dengan menggunakan energy ikatan
Tujuan pembelajaran :
Kompetensi Dasar 2.1 :
- Siswa dapat menjelaskan hukum kekekalan energi
- Siswa dapat membedakan sistem dan lingkungan
- Siswa dapat membedakan reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm) dengan
reaksi yang menerima kalor (endoterm) melalui percobaan
- Siswa dapat menjelaskan macam-macam perubahan entalpi
Kompetensi Dasar 2.2 :
- Siswa dapat menghitung harga ∆H reaksi melalui percobaan
- Siswa dapat menghitung harga ∆H reaksi dengan menggunakan data entalpi
pembentukan standar (∆Hf)
- Siswa dapat menghitung harga ∆H reaksi dengan menggunakan hukum Hess
- Siswa dapat menghitung harga ∆H reaksi dengan menggunakan energi ikatan
A. Materi ajar : Termokimia
B. Metode pembelajaran : Ceramah, metode latihan (Drill) dan metode
eksperimen
56
C. Media pembelajaran :
- Papan tulis
- Spidol
- Alat dan bahan eksperimen
D. Langkah kegiatan pembeajaran
Kegiatan 1:
Awal
Alokasi
waktu
Kegiatan
Guru Siswa
10
menit
- Guru memberikan apersepsi
mengenai termokimia dengan
menyebutkan beberapa aplikasi
dari termokimia:
1. Bila kita mempunyai kompor
gas berarti kita membakar gas
metan (komponen utama dari
gas alam) yang menghasilkan
panas untuk memasak
2. Bensin yang dibakar dalam
mesin mobil akan
menghasilkan kekuatan yang
menyebabkan mobil
- Siswa menyimak apersepsi dari
guru
- Siswa bersiap untuk belajar
57
bergerak.
- Guru mempersiapkan siswa
untuk belajar
Inti 50
menit
- Guru memulai kegiatan belajar
dengan menggunakan metode
ceramah. (materi terlampir)
- Guru memberikan waktu kepada
siswa untuk mencatat pelajaran
yang sudah dijelaskan
- Guru memberikan waktu kepada
siswa untuk mengajukan
pertanyaan
- Guru mengintruksikan salah satu
siswa untuk menyimpulkan
materi yang telah dipelajari
- Siswa memperhatikan
penjelasan guru
- Siswa mengajukan pertanyaan
berupa materi:
1. Hukum kekekalan energi
2. Sistem dan lingkungan
3. Reaksi eksoterm dan endoterm
4. Entalpi dan perhitungannya
Penutup 10
menit
- Guru mengakhiri pertemuan
dengan memberikan latihan
(Drill)
- Siswa mengerjakan latihan
58
Kegiatan 2:
Awal
Alokasi
waktu
Kegiatan
Guru Siswa
10
menit
- Guru mereview pelajaran pada
pertemuan sebelumnya
- Siswa menyimak apersepsi dari
guru
Inti 50
menit
- Guru memulai kegiatan belajar
dengan menggunakan metode
ceramah. (materi terlampir)
- Guru memberikan waktu kepada
siswa untuk mencatat pelajaran
yang sudah dijelaskan
- Guru memberikan waktu kepada
siswa untuk mengajukan
pertanyaan
- Guru mengintruksikan salah satu
siswa untuk menyimpulkan
materi yang telah dipelajari
- Siswa memperhatikan penjelasan
guru
- Siswa mengajukan pertanyaan
berupa materi mengenai :
1. Perhitungan harga ∆H reaksi
melalui percobaan
2. Perhitungan harga ∆H reaksi
dengan menggunakan data
entalpi pembentukan standar
(∆Hf)
Penutup 10
menit
- Guru mengakhiri pertemuan
dengan memberikan lembar kerja
siswa sebagai persiapan kegiatan
praktikum (eksperimen).
59
Kegiatan 3:
Awal
Alokasi
waktu
Kegiatan
Guru Siswa
10
menit
- Guru mereview pelajaran pada
pertemuan sebelumnya
- Siswa menyimak apersepsi dari
guru
Inti 50
menit
- Guru memulai kegiatan belajar
dengan menggunakan metode
ceramah. (materi terlampir)
- Guru memberikan waktu kepada
siswa untuk mencatat pelajaran
yang sudah dijelaskan
- Guru memberikan waktu kepada
siswa untuk mengajukan
pertanyaan
- Guru mengintruksikan salah satu
siswa untuk menyimpulkan
materi yang telah dipelajari
- Siswa memperhatikan penjelasan
guru
- Siswa mengajukan pertanyaan
berupa materi mengenai :
1. Perhitungan harga ∆H reaksi
dengan menggunakan hukum
Hess
2. Perhitungan harga ∆H reaksi
dengan menggunakan energi
ikatan
Penutup 10
menit
- Guru mengakhiri pertemuan
dengan menugaskan siswa untuk
bersiap melaksanakan kegiatan
praktikum
60
E. Sumber belajar :
- Buku paket kimia kelas XI
- perlengkapan praktikum/eksperimen
F. Penilaian :
1. Kognitif (tes, laporan praktikum)
2. Afektif (keaktifan, diskusi, performance) : lembar observasi
3. Psikomotor (keterampilan menyiapkan perlengkapan praktikum dan
melakukan percobaan) : lembar observasi
61
LAMPIRAN 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Nama Sekolah : MAN Rengasdengklok
Mata pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI
Standar Kompetensi :
2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan
cara pengukurannya
Kompetensi Dasar :
2.1 Mendeskripsikan perubahan entalpi suatu reaksi, reaksi
eksoterm dan reaksi endoterm.
2.2 Menentukan ΔH reaksi berdasarkan percobaan, hukum
Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar dan data
energi ikatan
Indikator Kompetensi Dasar 2.1 :
Menjelaskan hukum kekekalan energi
Menjelaskan perbedaan sistem dan lingkungan
Membedakan reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm) dengan reaksi
yang menerima kalor (endoterm)
Menjelaskan macam-macam perubahan entalpi
Indikator Kompetensi Dasar 2.2 :
Menghitung harga ΔH reaksi melalui percobaan
Menghitung harga ΔH reaksi dengan menggunakan data entalpi
pembentukkan standar (ΔHfo)
Menghitung harga ΔH reaksi dengan menggunakan hukum Hess
Menghitung harga ΔH reaksi dengan menggunakan energi ikatan
Tujuan Pembelajaran :
Kompetensi Dasar 2.1
62
Siswa dapat menjelaskan hukum kekekalan energi
Siswa dapat membedakan sistem dan lingkungan
Siswa dapat membedakan reaksi yang melepaskan kalor (eksoterm)
dengan reaksi yang menerima kalor (endoterm) melalui percobaan
Siswa dapat menjelaskan macam-macam perubahan entalpi.
Kompetensi Dasar 2.2
Siswa dapat menghitung harga ΔH reaksi melalui percobaan
Siswa dapat menghitung harga ΔH reaksi dengan menggunakan data
entalpi pembentukkan standar (ΔHf)
Siswa dapat menghitung harga ΔH reaksi dengan menggunakan hukum
Hess
Siswa dapat menghitung harga ΔH reaksi dengan menggunakan energi
ikatan
A. Materi ajar : Termokimia
B. Metode pembelajaran : Inkuiri-Discovery Learning
C. Media pembelajaran :
- Papan tulis
- Spidol
- Perlengkapan eksperimen
D. Langkah kegiatan pembelajaran
Pertemuan 1
Alokasi
waktu
Kegiatan
Guru Siswa
Awal 10 menit
- Guru memberikan apersepsi mengenai
termokimia dengan menyebutkan
beberapa aplikasi dari termokimia:
1. Bila kita mempunyai kompor gas
berarti kita membakar gas metan
(komponen utama dari gas alam)
yang menghasilkan panas untuk
memasak.
2. Bensin yang dibakar dalam mesin
mobil akan menghasilkan kekuatan
yang menyebabkan mobil berjalan.
- Siswa menanggapi apersepsi
dari guru mengenai aplikasi
termokimia yang dapat
ditemukan pada kehidupan
sehari-hari
63
- Guru mempersiapkan siswa untuk belajar
Inti 60 menit
- Guru memulai kegiatan belajar
Pelaksanaan metode inkuiri-discovery
learning :
1. Simulation. Guru memberikan
pengenalan awal dilanjutkan dengan
memberikan permasalahan kepada
mengenai:
- Hukum kekekalan energi. Misalnya:
pada pembakaran kayu atau minyak
tanah, suhu atau panas di sekitranya
akan meningkat, namun lama-
kelamaan keadaan akan kembali
normal seperti semula sebelum
pembakaran kayu atau minyak tanah.
Hal tersebut merupakan salah satu
perubahan bentuk energi.
(materi diberikan melalui power
point)
- Contoh reaksi eksoterm dan
endoterm yang dapat ditemukan di
kehidupan sehari-hari.
Misalnya: memperlihatkan secangkir
kopi panas. Lalu memberikan
permasalahan kepada siswa
mengenai penyebab menurunnya
suhu kopi yang lama-kelamaan akan
menurun.
(materi diberikan melalui kegiatan
demonstrasi)
- Perbedaan antara sistem dan
lingkungan.
Dari contoh di atas dapat di
ditentukan perbedaan antara sistem
dan lingkungan, perubahan entalpi
dan perhitungkan ∆H reaksi yang
terjadi.
(materi diberikan melalui power
point)
- Siswa memulai kegiatan belajar
- Siswa menanggapi
permasalahan dengan seksama
mengenai:
1. Hukum Kekekalan energi
2. Contoh reaksi eksoterm
dan endoterm yang dapat
ditemukan di kehidupan
sehari-hari
3. Perbedaan antara sistem
dan lingkungan.
4. Contoh perubahan entalpi
dan perhitungannya
Penutup 10 menit
- Guru memberikan kesempatan untuk
siswa mengajukan pertanyaan.
- Guru memberikan waktu kepada siswa
untuk menyimpulkan materi
- Siswa mengajukan pertanyaan
mengenai:
1. Hukum Kekekalan energi
2. Contoh reaksi eksoterm dan
endoterm yang dapat
ditemukan di kehidupan
sehari-hari
3. Perbedaan antara sistem dan
lingkungan.
4. Contoh perubahan entalpi
dan perhitungannya
- Siswa memberikan kesimpulan
dari materi Hk. Kekekalan
energi, perbedaan reaksi
eksoterm dan endoterm,
64
- Guru menyempurnakan kesimpulan.
Pada langkah problem statement guru
menugaskan untuk:
1. membuat pertanyaan mengenai
materi yang disampaikan pada
kegiatan simulation sebagai bahan
untuk penentuan permasalahan
yang akan diidentifikasi dan diuji
cobakan pada pertemuan
berikutnya.
2. mempersiapkan alat dan bahan
praktikum sesuai dengan LKS yang
diberikan untuk percobaan yang
akan dilakukan pada pertemuan
selanjutnya.
perubahan dan perhitungan ∆H.
1. Hk. Kekekalan energi:
―Energi tidak dapat
diciptakan maupun
dimusnahkan, tetapi dapat
diubah dari bentuk energi
yang satu menjadi bentuk
energi yang lain‖
2. Reaksi eksoterm dan
endoterm: reaksi Eksoterm
adalah reaksi yang
melepaskan kalor atau
menghasilkan energi dan
reaksi endoterm adalah reaksi
yang menyerap kalor atau
memerlukan energi.
3. Perubahan entalpi suatu
sistem dapat diukur jika
sistem mengalami perubahan.
H = Hakhir – Hawal
- Siswa membuat pertanyaan
secara berkelompok mengenai
materi pada kegiatan simulation
- Siswa menyiapkan alat dan
bahan praktikum mengenai:
1. Pengukuran suhu pada
larutan HCl dan NaOH.
2. Penentuan reaksi eksoterm
dan endoterm dari
pencampuran garam dan
air.
Pertemuan 2:
Alokasi
waktu
Kegiatan
Guru Siswa
Awal 10 menit
- Guru mereview pelajaran pada
pertemuan sebelumnya
- Siswa memperhatikan
penjelasan guru mengenai Hk.
Kekekalan energy,perbedaan
reaksi eksoterm dan endoterm,
perubahan dan perhitungan ∆H.
Inti 60 menit
- Guru memulai kegiatan belajar dengan
mengintruksikan kepada siswa untuk
mengumpukan pertanyaan yang
ditugaskan pada pertemuan sebelumnya.
- Guru mengarahkan siswa memilih
pertanyaan untuk ditentukan sebagai
- Masing-masing kelompok
mengumpulkan pertanyaan
mengeani materi yang diberikan
pada kegiatan simulation yang
telah disusun sebelumnya
- Siswa menentukan pertanyaan
dan merumuskan hipotesis,
65
hipotesis dan dibuktikan melalui
percobaan pada langkah selanjutnya.
- Guru melanjutkan tahapan inkuiri-
discovery learning
3. Data Collection.
Pada langkah ini, guru
mengintruksikan kepada siswa untuk
mencari data sebanyak mungkin
melalui studi pustaka dan melakukan
percobaan untuk menjawab hipotesis
mereka yang telah didapatkan.
mengenai:
1. Penyebab terjadinya
penurunan panas pada
secangkir kopi
2. Penyebab terjadinya proses
perpindahan kalor
- Siswa mengumpulkan data
untuk mendukung jawaban
hipotesis melalui:
1. Pengumpulan sumber data
(studi pustaka)
2. Melakukan percobaan.
Adapun percobaan yang
dilakukan adalah untuk
masing-masing kelompok.
- Melakukan pengukuran
terhadap perubahan suhu yang
terjadi pada reaksi antara
garam dan air. Siswa
mengukuran suhu ketika
garam dan air dicampurakan
lalu dikocok. Kemudian siswa
menentukan reaksi tersebut
merupakan reaksi eksoterm
ataukah endoterm.
- Melakukan percobaan untuk
menentukan ∆H reaski dengan
kalorimeter.
Siswa memasukkan NaOH 1
M ke dalam geals kimia dan
memasukkan HCl 1 M ke
dalam gelas lainnya.
Kemudian siswa mengukur
suhu kedua larutan tersebut.
Hasil dari pengukuran suhu ini
ditetapkan sebagai suhu awal.
Selanjutnya kedua larutan
tersebut dicampurkan dan
siswa mengukur suhu larutan
tersebut. Suhu pada
pengukuran ini disebut suhu
akhir. Untuk mengetahui
perubahan suhu dilakukan
perhitungan selisih antara suhu
awal dengan suhu akhir.
Penutup 10 menit
- Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengajukan pertanyaan.
- Guru mengintruksikan pada masing-
masing kelompok untuk mencatat hasil
percobaan
- Pada langkah data processing/pengolahan
- Siswa mengajukan pertanyaan
mengenai permasalahan yang
muncul ketika mereka
melakukan percobaan.
- Para siswa mencatat hasil
percobaan masing-masing
- Masing-masing kelompok
66
data guru menugaskan pada masing-
masing kelompok untuk mengolah data
dan mendiskusikan hasil percobaan di
luar jam pelajaran dan hasilnya akan
didiskusikan pada pertemuan selanjutnya.
mempersiapkan semua data
untuk diproses selanjutnya
Kegaiatan 3
Alokasi
waktu
Kegiatan
Guru Siswa
Awal 10 menit Guru mempersiapkan siswa-siswanya untuk
pelaksanaan praktikum.
Siswa memperhatikan penjelasan
guru
Inti 60 menit
5. Verivication/pembuktian. Berdasarkan
data hasil studi pustaka, hasil percobaan
pada tahap data collection, dan data yang
telah diproses, maka masing-masing
kelompok ditugaskan untuk mengecek
hipotesis, apakah terjawab atau tidak dan
terbukti atau tidak
6. Generalitation. Menarik kesimpulan
diakukan oleh perwakilan masing-masing
kelompok.
- Siswa mengecek hasil
pengumpulan data dan di
cocokan dengan hipotesis,
terjawab atau tidak, dan terbukti
atau tidak. Jika terjawab dan
terbukti maka hipotesis berarti
benar.
- Masing-masing perwakilan
kelompok mengutarakan hasil
percobaannya mengeani
penyebab penurunan suhu
secangkir kopi dan perpindahan
kalor, serta menyimpulkannya.
Penutup 10 menit
- Guru memberikan kesempatan untuk
siswa mengajukan pertanyaan.
- Guru menjawab pertanyaan siswa
mengenai permasalahan yang muncul
pada hasil percobaan masing-masing
kelompok
- Guru mengintruskikan masing-masing
perwakilan kelompok untuk
menyimpulkan hasil percobaannya.
- Guru menyempurnakan kesimpulan dari
kesimpulan masing-masing kelompok
pada kegiatan inti.
- Guru menugaskan untuk membuat
laporan kegaiatan praktikum/percobaan.
- Siswa mengajukan pertanyaan
mengenai hasil percobaan
masing-masing, apakah sudah
terbukti dan benar
- Siswa memperhatikan
penjelasan guru
- Siswa menyimpulkan masing-
masing hasil percobaan yang
didapatnya
- Siswa mempersiapkan
rancangan atau format penulisan
laporan praktikum.
E. Sumber belajar :
- Buku paket kimia kelas XI
- perlengkapan praktikum
- www.aidianet.co.cc
F. Penilaian :
1. Kognitif (tes, laporan praktikum)
67
2. Afektif (keaktifan, diskusi, performance) : lembar observasi
3. Psikomotor (keterampilan menyiapkan perlengkapan praktikum dan
melakukan percobaan) : lembar observasi
68
BAHAN AJAR
TERMOKIMIA
Termokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang kalor reaksi,
yaitu pengukuran kalor yang menyertai reaksi kimia. Karena dalam sebagian besar
reaksi kimia selalu disertai dengan perubahan energi yang berwujud perubahan
kalor, baik kalor yang dilepaskan maupun diserap. Kalor merupakan salah satu
bentuk dari energi. James Prescott Joule (1818-1889) merumuskan Asas
Kekekalan Energi:
“Energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, tetapi dapat diubah
dari bentuk energi yang satu menjadi bentuk energi yang lain”.
Jadi, energi yang menyertai suatu reaksi kimia, ataupun proses fisika, hanya
merupakan perpindahan atau perubahan bentuk energi. Untuk mempelajari
perubahan kalor dari suatu proses perlu dikaji beberapa hal yang berhubungan
dengan:
energi yang dimiliki oleh suatu zat
bagaimana energi tersebut berubah
bagaimana mengukur perubahan energi tersebut
bagaimana hubungan energi dengan struktur zat.
A. Entalpi Dan Perubahan Entalpi
1. Sistem dan lingkungan
Sistem adalah segala sesuatu yang menjadi pusat perhatian yang
kita pelajari perubahan energinya. Sedangkan yang disebut lingkungan
adalah segala sesuatu di luar sistem.
Berdasarkan interaksinya dengan lingkungan, sistem dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu:
a. Sistem Terbuka, suatu sistem yang memungkinkan terjadinya
pertukaran kalor dan zat (materi) antara lingkungan dan sistem.
b. Sistem Tertutup, suatu sistem yang memungkinkan terjadinya
pertukaran kalor antara sistem dan lingkungannya, tetapi tidak terjadi
pertukaran materi.
69
c. Sistem Terisolasi (tersekat), suatu sistem yang tidak memungkinkan
terjadinya pertukaran kalor dan materi antara sistem dan lingkungan
Tabel 2.1
Sifat-sifat sistem dan perbedaannya
2. Energi dan entalpi
Dalam setiap reaksi kimia selalu terjadi perubahan energi.
Satuan-satuan energi:
Entalpi sama dengan besarnya energi dalam yang disimpan dalam suatu
sistem. Entalpi (H) merupakan energi dalam bentuk kalor yang tersimpan
di dalam suatu sistem.
3. Perubahan entalpi
Perubahan entalpi suatu sistem dapat diukur jika sistem mengalami
perubahan. Perubahan entalpi ( H): Jika suatu reaksi berlangsung pada
tekanan tetap, maka perubahan entalpinya sama dengan kalor yang harus
dipindahkan dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya agar suhu sistem
kembali ke keadaan semula.
Besarnya perubahan entalpi adalah selisih besarnya entalpi sistem setelah
mengalami perubahan dengan besarnya entalpi sistem sebelum perubahan
pada tekanan tetap.
H = Hakhir – Hawal
Perubahan entalpi yang menyertai suatu reaksi dipengaruhi oleh : jumlah
zat, keadaan fisis zat, suhu (T), tekanan (P).
70
4. Reaksi eksoterm dan reaksi endoterm
Gambar 1.
Proses eksoterm dan endoterm
- Reaksi Eksoterm adalah reaksi yang melepaskan kalor atau menghasilkan
energi. Entalpi sistem berkurang (hasil reaksi memiliki entalpi yang lebih
rendah dari zat semula).
Hakhir < Hawal
Hakhir – Hawal < 0
H berharga negative
- Reaksi Endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor atau memerlukan
energi.
Entalpi sistem bertambah (hasil reaksi memiliki entalpi yang lebih tinggi
dari zat semula).
Hakhir > Hawal
Hakhir – Hawal > 0
H berharga positif
5. Perubahan Entalpi Standar (H
0)
a. ΔH Pembentukan Standar (ΔHf0)
Adalah ΔH untuk membentuk 1 mol suatu senyawa dari unsur-unsur
penyusunnya pada keadaan standar.
C(s) + O2(g) —→ CO2(g) ΔH = – 94,1 kkal
ΔH pembentukan standar CO2(g) = – 94,1 kkal/mol.
Umumnya dituliskan ΔHf0
CO2(g) = – 94,1 kkal/mol.
71
Jika suatu senyawa tersusun/terbentuk bukan dari unsur-unsur
penyusunnya, maka ΔH-nya tidak sama dengan ΔH pembentukan
standar.
b. ΔH Penguraian Standar (ΔHd0)
Adalah ΔH untuk menguraikan 1 mol suatu senyawa menjadi unsur-
unsur penyusunnya pada keadaan standar.
CO2(g) —→ C(s) + O2(g) ΔH = + 94,1 kkal
= ΔH penguraian standar CO2(g)
CO2 (g) —→ CO(g) + ½O2(g) ΔH = + 26,4 kkal
≠ ΔH penguraian standar CO2(g)
c. ΔH Pembakaran Standar (ΔHc0)
Adalah ΔH dalam pembakaran sempurna 1 mol suatu senyawa pada
keadaan standar.
CH4(g) + 2O2(g) —→ CO2(g) + 2H2O(l) ΔH = – 212,4 kkal
= ΔH pembakaran CH4(g)
CH4(g) + 3/2O2(g) —→ CO(g) + 2H2O(l) ΔH = – 135,1 kkal
≠ ΔH pembakaran CH4(g)
B. Penentuan Perubahan Entalpi
1. Kalorimeter
- Kalorimeter adalah suatu alat untuk mengukur jumlah kalor yang diserap
atau dibebaskan sistem. Data H reaksi yang terdapat pada tabel-tabel pada
umumnya ditentukan secara kalorimetri.
72
- Kalorimeter sederhana dapat dibuat dari wadah yang bersifat isolator
(tidak menyerap kalor). Sehingga wadah dianggap tidak menyerap kalor
pada saat reaksi berlangsung.
- Kalorimeter Bom merupakan suatu kalorimeter yang dirancang khusus
sehingga benar-benar terisolasi. Pada umumnya sering digunakan untuk
menentukan perubahan entalpi dari reaksi-reaksi pembakaran yang
melibatkan gas.
- Jumlah kalor yang dilepas atau diserap sebanding dengan massa, kalor
jenis zat, dan perubahan suhu. Hubungannya adalah sebagai berikut:
q = m. c . ∆T
dengan, q = perubahan kalor (J)
m = massa zat (g)
c = kalor jenis zat (J/g.K)
∆T = perubahan suhu (K)
2. Hukum Hess
Perubahan entalpi kadang sukar diukur atau ditentukan langsung dengan
percobaan. Pada tahun 1840 Henry Hess dari Jerman menyatakan,
perubahan entalpi reaksi hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir
sistem, tidak bergantung pada jalannya reaksi. Contoh: Reaksi karbon dan
oksigen untuk membentuk CO2 dapat berlangsung dalam satu tahap (cara
langsung) dan dapat juga dua tahap(cara tidak langsung).
1) Satu tahap: C(s) + O2(g) → CO2(g) ∆H = –394 kJ
2) Dua tahap: C(s) + O2(g) → CO(g) ∆H = –110 kJ
CO(g) + O2(g) → CO2(g) ∆H = –284 kJ +
C(s) + O2(g) → CO2(g) ∆H = –394 kJ
Jadi, jika suatu reaksi berlangsung menurut dua tahap atau lebih, maka kalor
reaksi totalnya sama dengan jumlah kalor tahap reaksinya. Hukum Hess kita
gunakan untuk menghitung H suatu reaksi, berdasarkan beberapa harga H
dari reaksi lain yang sudah diketahui.
Hukum Hess dapat dinyatakan dalam bentuk diagram siklus atau diagram
tingkat energi. Diagram siklus untuk reaksi pembakaran karbon pada contoh
di atas adalah
73
sebagai berikut:
Dari siklus reaksi di atas, pembakaran karbon dapat melalui dua lintasan,
yaitu lintasan-1 yang langsung membentuk CO2, sedangkan lintasan-2,
mula-mula membentuk CO, kemudian CO2. Jadi H1 = H2 + H3.
3. Menggunakan Entalpi Pembentukan
Kalor suatu reaksi dapat juga ditentukan dari data pembentukan zat pereaksi
dan produknya. Secara umum untuk reaksi:
a PQ + b RS → c PS + d QR
reaktan produk
maka,
Contoh :
Tentukan entalpi reaksi pembakaran etanol, jika diketahui :
Hf C2H5OH = –266 kJ
Hf CO2 = –394 kJ
Hf H2O = –286 kJ
Jawab:
Reaksi pembakaran etanol :
C2H5OH + O2 → 2CO2 + 3H2O
∆H reaksi = [2 x Hf CO2 + 3 x Hf H2O] – [1x Hf C2H5OH + 1x Hf O2]
= [2 (–394) + 3 (–286)] kJ – [1 (–266) + 1 (0)] kJ
74
= [–1646 + 266] kJ
= –1380 kJ
4. Energi Ikatan
Pada dasarnya reaksi kimia terdiri dari dua proses, yaitu pemutusan ikatan
antar atom-atom dari senyawa yang bereaksi (proses yang memerlukan
energi) dan penggabungan ikatan kembali dari atom-atom yang terlibat
reaksi sehingga membentuk susunan baru (proses yang membebaskan
energi).
Menghitung ∆H reaksi berdasarkan energi ikatan:
Contoh:
Diketahui energi ikatan: C – C = 348 kJ/mol, C = C = 614 kJ/mol, C – H =
413 kJ/mol, C – Cl = 328 kJ/mol, dan H – Cl = 431 kJ/mol. Tentukan
Hreaksi C2H4 + HCl → C2H5Cl!
Jawab:
Langkah 1 → Gambar struktur ikatan:
Langkah 2 → Hitung Energi Total Pemutusan Ikatan:
4 x C – H = 4 x 413 = 1.652
1 x C = C = 1 x 614 = 614
1 x H – Cl = 1 x 431 = 431 +
Energi Total Pemutusan Ikatan = 2.697
Langkah 3 → Hitung Energi Total Pembentukan Ikatan:
5 x C – H = 5 x 413 = 2.065
1 x C – C = 1 x 348 = 348
1 x C – Cl = 1 x 328 = 328 +
Energi Total Pemutusan Ikatan = 2.741
Langkah 4 → Hitung Entalpi reaksi:
Hreaksi = (energi pemutusan ikatan) – (energi pembentukan ikatan)
= 2.697 – 2.741 = -44 kJ/mol
75
LAMPIRAN 3
KisKisi Instrumen
Standar Kompetensi :
2. Memahami perubahan energi dalam reaksi kimia dan cara
pengukurannya
Kompetensi Dasar :
2.1 Mendeskripsikan perubahan entalpi suatu reaksi, reaksi eksoterm
dan reaksi endoterm.
2.2 Menentukan ΔH reaksi berdasarkan percobaan, hukum Hess, data
perubahan entalpi pembentukan standar dan data energi ikatan
Indikator Tingkat kognitif dan No soal
C1 C2 C3 C4
(Kompetensi dasar 2.1):
- Memahami hukum kekekalan energy
1, 4
2, 5
3
- Menjelaskan perbedaan sistem dan
lingkungan
6, 7, 8, 10 9 11, 12
- Menjelaskan perbedaan reaksi yang
melepaskan kalor (eksoterm) dengan reaksi
yang menerima kalor (endoterm)
16, 14, 15,
17, 19
18 13
- Memahami macam-macam perubahan
entalpi pada suatu reaksi
20, 21, 22,
25
23, 24,
26
(Kompetensi dasar 2.2) :
- Menghitung harga ΔH reaksi melalui
percobaan
27, 31
28, 29,
30
- Menghitung harga ΔH reaksi dengan
menggunakan Data entalpi pembentukkan
standar (ΔHfo)
32, 33,
34
35, 36, 37, 38
- Menghitung harga ΔH reaksi dengan
menggunakan hukum Hess 39 40, 41, 42,
43, 44
- Menghitung harga ΔH reaksi dengan
menggunakan energi ikatan 45 46, 47, 48,
49, 50
76
LAMPIRAN 4
MAN RENGASDENGKLOK
ULANGAN HARIAN
MAPEL : KIMIA
WAKTU : 70 menit
1. Keseluruhan energi yang dimiliki oleh suatu sistem dalam keadaan tertentu disebut dengan
istilah….
A. entalpi
B. kalor
C. energi dalam (U)
D. energi ikat
E. sistem
2. Setiap berkurangnya energi potensial akan digantikan oleh energi kinetik yang semakin
bertambah. Hal tersebut sejalan dengan prinsip….
A. Energi dalam
B. Energi termokimia
C. Energi kimia
D. Perubahan energi
E. Kekekalan energy
3. Mobil mengubah energi kimia menjadi energi gerak, aki merubah energi kimia menjadi energi
listrik dan lampu mengubah energi listrik menjadi energi cahaya. Hal tersebut merupakan
beberapa aplikasi dari penggunaan prinsip….
A. Perubahan kalor
B. Energi mekanik
C. Energi kinetik
D. Energi potensial
E. Kekekalan energy
4. Pada suatu reaksi terdapat sesuatu yang menjadi pusat perhatian atau pengamatan. Hal tersebut
dikenal dengan istilah…
A. lingkungan
B. sistem
C. ekosistem
D. entalpi
E. kalor
5. Yang bertindak sebagai lingkungan pada gambar di bawah adalah…
A. Kopi
B. Gelas dan kopi
C. Selain larutan kopi
D. Gelas, piring dan kopi
E. Salah semua
6. Perhatikan gambar di bawah ini. Yang terrmasuk lingkungan adalah…
77
A. Batang pengaduk
B. Termometer
C. HCl
D. Zn
E. Udara, termometer, pengaduk dan gelas kimia
7. Dari gambar di atas bagian manakah yang termasuk sistem….
A. Termometer
B. Pengaduk
C. HCl dan Zn
D. Termometer, pengaduk, HCl dan Zn
E. Zn
8. Perhatikan gamabr berikut! Jika lempeng logam Mg di masukkan ke dalam larutan HCl,
dihasilkan gelembung gas H2. Reaksi antara HCl dan logam Mg merupakan reaksi…
A. eksoterm
B. endoterm
C. kimia
D. fisika
E. peleburan
9. Reaksi antara CaO dan H2O tergolong reaksi eksoterm. CaO(s) + H2O → CaO(OH)2(aq), karena…
A. Sistem membebaskan kalor
B. Suhu air turun
C. Suhu air naik
D. Sistem menreima kalor
E. Lingkungan melepaskan kalor
10. Diantara yang berikut ini:
1) Fotosintesis 4) Respirasi
2) Pembakaran 5) dekomposisi termal
3) Pelelehan
4) Yang termasuk proses endoterm adalah…
A. 1, 2, 3
B. 1, 4, 5
C. 2, 3, 4
D. 2, 3, 5
E. 1, 3, 4, 5
11. Reaksi yang termasuk entalpi pembakaran di bawah ini adalh…
A. CO2(g) → C(S) + O2(g)
B. C(s) + O2(g) → CO2(g)
C. 2C(g) + H2(g) → C2H2(g)
D. H2O(g) → H2(g) + ½ O2(g)
E. Na(s) + ½ Cl2(g) → NaCl(s)
12. Pernyataan yang tepat tentang kalor pembentukan standar adalah ….
A. kalor yang dilepaskan atau diserap apabila 1 mol senyawa terurai menjadi unsur-unsurnya
pada kondisi standar
B. kalor yang dilepaskan atau diserap pada pembakaran 1 mol senyawa dalam kondisi standar
C. kalor yang dilepaskan atau diserap apabila 1 mol senyawa dalam bentuknya yang paling stabil
terurai menjadi unsur-unsurnya.
D. Kalor yang dilepaskan atau diserap apabila 1 mol senyawa dibentuk dari unsur-unsurnya pada
kondisi standar
78
E. Kalor yang dilepaskan apabila 1 mol senyawa terurai menjadi unsur-unsurnya.
13. Pada suatu percobaan direaksikan 50 mL larutan HCl 1 M dengan 50 mL NaOH 1 M dalam geals
plastic yang kedap panas, ternyata suhunya naik dari 290C menjadi 35,5
0C. kalor jenis larutan
dianggap sama dengan kalor jenis air yaitu 4,18 jg-1
K1- dan massa jenis larutan dianggap 1g/cm
3,
maka perubahan entalpi reaksi dari NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) adalah….
A. 54,4 kJ/mol
B. -54,4 kJ/mol
C. 44,5 kJ/mol
D. 50 kJ/mol
E. -50 kJ/mol
14. Pada pemanasan 400 gram air bersuhu 250C diperlukan
kalor 84 kJ. Jika diketahui kalor jenis air 4,2 J/goC , maka suhu air setelah pemanasan adalah…
0C
A. 70
B. 80
C. 75
D. -75
E. 50
15. Kalor pembentukan adalah perubahan kalor/entalpi yang dibutuhkan untuk membentuk 1 mol zat
tersebut dari unsur/molekul bebasnya. Di antara reaksi berikut yang dapat disebut sebagai kalor
pembentukan adalah…
A. Ag+ + Cl
- → AgCl
B. ½ H2 + ½ I2 → HI
C. 2S + 3O2 → 2SO3
D. NH4+ + Cl
- → NH4Cl
E. H+ + OH
- → H2O
16. Diketahui ΔHfo C2H4 = -52,26 kJ, ΔHf
o CO2 = -393,52
kJ, ΔHfo
H2O = -241,82 kJ. Maka harga ΔH reaksi C2H4(g) + 3O2(g) → 2CO2(g) + 2H2O(g)
adalah…
A. -687,6 kJ
B. 582,08 kJ
C. 687,6 kJ
D. 1218,42 kJ
E. -1218,42 kJ
17. Diketahui reaksi-reaksi berikut:
S(s) + O2(g) → SO2(g) ∆H = A kkal
2SO2(g) + O2(g) → 2SO3(g) ∆H = B kkal
Perubahan entalpi (∆H) untuk reaksi berikut adalah….
2S(s) + 3O2 (g) → 2SO3(g)
A. (A + B) kkal
B. (2A + B) kkal
C. (A - B) kkal
D. (2A - B) kkal
E. (A + 2B) kkal
18. Diketahui CuO(s) → Cu(s) + ½ O2(g) ∆H = +155,08 kJ
H2(g) + ½ O2(g) → H2O(g) ∆H = -241,6 kJ
Maka perubahan entalpi untuk reaksi CuO(s) + H2(g) → Cu(s) + H2O(g) adalah…
A. +396,68 kJ
B. +86,52 kJ
C. -43,26 kJ
D. -86,52 kJ
E. -396,68 kJ
Larutan HCl 1 M 50 Ml
Larutan NaOH 1 M 50 Ml
Suhu awal (T1) 290C
Suhu akhir (T2) 35,50C
Massa jenis (ρ) 1 g/cm3
Kalor jenis (c) 4,18 jg-1
K-1
79
19. Energi yang dibutuhkan untuk memutuskan 1 mol ikatan dari suatu molekul wujud gas
merupakan definisis dari…
A. Energi ikatan
B. Energi van der walls
C. Energi kinetik
D. Energi potensial
E. Kekekalan energi
20. Diketahui energi ikatan:
Cl-Cl = 243 kJ/mol C-H = 414 kJ/mol, C-Cl = 326 kJ/mol H-Cl = 431 kJ/mol.
Maka harga perubahan entalpi pada reaksi CH4(g) + Cl2(g) → CCl4(g) + 4HCl(g) adalah…
A. 112,9 kJ
B. 1129 kJ
C. 414 kJ
D. 271 kJ
E. -1129 kJ
NB. Jangan nyontek ya….!
Say NO to “NYONTEK”
80
LAMPIRAN 5
NILAI POSTEST SISWA KELAS EKSEPRIMEN
No Nama Nilai
1 A 60
2 B 75
3 C 80
4 D 75
5 E 80
6 F 60
7 G 70
8 H 75
9 I 65
10 J 85
11 K 70
12 L 65
13 M 80
14 N 85
15 O 70
16 P 80
17 Q 85
18 R 70
19 S 85
20 T 80
21 U 75
22 V 75
23 W 65
24 X 80
25 Y 80
26 Z 75
27 A1 85
28 B1 80
29 C1 75
30 D1 75
81
LAMPIRAN 6
DISTRIBUSI FREKUENSI PRETEST KELAS EKSPERIMEN
A. Banyak data
20 20 25 30 30 30 35 35 40 40
40 45 45 45 45 47 47 47 50 50
50 50 55 55 60 60 65 65 70 70
B. Nilai terbesar = 70
Nilai terkecil = 20
Rentang kelas (R) = 70 – 20 = 50
C. Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 3,3 x 1,477
= 5,874 ~ 6
D. Panjang kelas (interval/C)
R/C = 50/6 = 8
E. Table distribusi
No Interval f Xi Xi2 fXi fXi
2
1 20-27 3 23.5 552.25 70.5 1656.75
2 28-35 5 31.5 992.25 157.5 4961.25
3 36-43 3 39.5 1560.25 118.5 4680.75
4 44-51 11 47.5 2256.25 522.5 24818.8
5 52-59 2 55.5 3080.25 111 6160.5
6 60-70 6 63.5 4032.25 381 24193.5
Jumlah 30 261 12473.5 1361 66471.5
F. Mean /Rata-rata =
=
82
G. Median = L + C
= 43,5 + 8
= 43,5 + 8
= 43,5 + 8 x 0,4 = 46,7
H. Modus = L + C
= 43,5 + 8
= 43,5 + 8 x 0,6 = 48,3
I. Standar deviasi =
=
=
83
LAMPIRAN 7
DISTRIBUSI FREKUENSI PRETEST KELAS KONTROL
A. Banyak data
20 20 20 25 25 30 30 30 30 35
35 35 40 40 40 45 45 50 50 50
55 55 55 60 60 60 60 65 70 75
B. Nilai terbesar (Nt) = 75
Nilai terkecil (Nk) = 20
Rentang kelas (R) = Nt – Nk = 75 – 20 = 55
C. Banyaknya kelas (K)
K = 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 3,3 x 1,477
= 1 + 4,874 = 5,874 ~ 6
D. Panjang kelas (interval/C)
R/K = 55/6 = 9
E. Tabel distribusi frekuensi
No Interval f Xi Xi2 fXi fXi
2
1 20-28 5 24 576 120 2880
2 29-37 7 33 1089 231 7623
3 38-46 5 42 1764 210 8820
4 47-55 6 51 2601 306 15606
5 56-63 4 60 3600 240 14400
84
6 64-75 3 74 5476 222 16428
Jumlah 30 227 15106 1329 65757
F. Mean =
=
G. Median = L + C
= 28,5 + 9
= 28,5 + 9 x 1,428 = 41,357
H. Modus = L + C
= 28,5 + 9 x
= 28,5 + 9 x 0,5 = 33
I. Standar deviasi =
=
=
= 15,405
85
LAMPIRAN 8
PENGUJIAN UJI NORMALITAS PRETEST KELAS EKSPERIMEN
No Xi F Zn Zi Zt Fz Sz IFz-SzI
1 20 2 2 -1.986 0.476 0.023 0.066 0.042
2 25 1 3 -1.595 0.440 0.059 0.100 0.040
3 30 3 6 -1.203 0.384 0.115 0.200 0.084
4 35 2 8 -0.812 0.291 0.209 0.266 0.057
5 40 3 11 -0.420 0.162 0.337 0.366 0.029
6 45 4 15 -0.028 0.008 0.492 0.500 0.008
7 47 3 18 0.127 0.047 0.547 0.600 0.052
8 50 4 22 0.362 0.140 0.640 0.733 0.092
9 55 2 24 0.754 0.276 0.776 0.800 0.023
10 60 2 26 1.146 0.329 0.829 0.866 0.037
11 65 2 28 1.537 0.438 0.938 0.933 0.004
12 70 2 30 1.929 0.472 0.972 1000 0.027
Ltab = 0,161 (untuk N = 30)
Dari uji normalitas dengan uji Lielifors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab (0,092 < 0,161),
maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.
Perhitungan Zi didapatkan dari rumus Zi = , salah satu contoh
perhitungannnya yaitu:
Zi =
Nilai Fz didapat dari = 0,5 + Zt (untuk nilai Zi positif)
= 0,5 – Zt (untuk nilai Zi negatif)
86
LAMPIRAN 9
PENGUJIAN UJI NORMALITAS PRETEST KELAS KONTROL
No Xi f Zn Zi Zt Fz Sz IFz-SzI
1 20 3 3 -1.577 0.441 0.058 0.100 0.041
2 25 2 5 -1.252 0.394 0.105 0.166 0.061
3 30 4 9 -0.928 0.321 0.178 0.300 0.121
4 35 3 12 -0.603 0.225 0.274 0.400 0.125
5 40 3 15 -0.279 0.106 0.393 0.500 0.106
6 45 2 17 0.045 0.016 0.516 0.566 0.050
7 50 3 20 0.370 0.144 0.644 0.666 0.022
8 55 3 23 0.694 0.254 0.754 0.766 0.011
9 60 4 27 1.019 0.343 0.843 0.900 0.056
10 65 1 28 1.343 0.409 0.909 0.933 0.023
11 70 1 29 1.668 0.451 0.951 0.966 0.015
12 75 1 30 1.992 0.476 0.976 1.000 0.023
Ltab = 0,161 (untuk N = 30)
Dari uji normalitas dengan uji Lielifors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab (0,125 < 0,161),
maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal.
87
LAMPIRAN
PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS
1. Varians kelas kontrol
Si2 = 237,314
2. Varians kelas eksperimen
Si2 = 163,021
Fh =
\ =
Dilakukan interpolarisasi untuk mendapatkan ftab
df pembilang : 30 – 1 = 29
df penyebut : 30 – 1 = 29
F(30, 29) : 1,85
F(30,30) : 1,84
F(29,29) :
Berdasarkan perhitungan dari rumus di atas didapatkan Fhitung ≤ Ftabel dengan
taraf signifikansi α = 0,05 yaitu 1,455 ≤ 1,850 maka dapat disimpulkan bahwa data homogen.
88
LAMPIRAN
PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS
Uji-t dapat dihitung dengan cara :
t =
=
=
=
=
Ho = µ (tidak berbeda nyata)
Ha ≠ µ (berbeda nyata)
df = n1 + n2 – 2
= 30 + 30 – 2 = 58
Dilakukan interpolarisasi untuk mendapatkan ttab :
ttab(60,95%) = 2,00
Selisih antara ttab dengan df adalah 2, jadi untuk df 58 adalah:
t(58,95%) = 2,00 ─ (2,00)
= 2 – 0,034 x 2
= 2 – 0,0689
= 1,931
89
Dari uji-t pretest menunjukkan bahwa thit < ttab (0.303 < 1,931) dengan df =
(30+30) – 2 = 58 (melalui interpolarisasi) pada derajat signifikansi 95%, maka dapat
disimpulkan bahwa kedua kelas tidak berbeda nyata artinya Ho diterima dan Ha
ditolak.
Lampiran 13
REKAPITULASI INSTRUMEN PENELITIAN
No No soal Tingkat
kognitif
Indeks
Daya
Beda
Kualifikasi
Taraf
kesukaran
Status soal Kualifikasi
1 1 C1 50 sedang Valid Dipakai
2 2 C2 16.67 sedang Tidak valid Tidak dipakai
3 3 C3 58.33 sedang Tidak Valid Tidak dipakai
4 4 C1 66.67 sukar Valid Dipakai
5 5 C2 66.67 sukar Valid Dipakai
6 6 C1 83.33 sukar Valid Dipakai
7 7 C1 -33.33 sangat mudah Tidak valid Tidak dipakai
8 8 C1 0 sedang Tidak valid Tidak dipakai
9 9 C2 50 sedang Valid Dipakai
10 10 C1 0 sedang Tidak valid Tidak dipakai
11 11 C4 16.67 sangat mudah Tidak Valid Tidak dipakai
12 12 C4 33.33 sedang Valid Dipakai
13 13 C4 33.33 sedang Valid Dipakai
14 14 C2 33.33 sedang Valid Dipakai
15 15 C2 33.33 sedang Tidak valid Tidak dipakai
16 16 C1 -16.67 mudah Valid Dipakai
17 17 C2 0 sedang Tidak valid Tidak dipakai
18 18 C3 50 sedang Tidak valid Tidak dipakai
19 19 C2 16.67 sedang Valid Dipakai
20 20 C1 16.67 sedang Tidak valid Tidak dipakai
21 21 C1 50 sedang Tidak valid Tidak dipakai
22 22 C1 16.67 sedang Valid Dipakai
23 23 C2 16.67 sukar Tidak valid Tidak dipakai
24 24 C2 50 sedang Valid Dipakai
25 25 C1 -33.33 sukar Valid Dipakai
26 26 C2 66.67 sedang Tidak valid Tidak dipakai
27 27 C3 33.33 sukar Tidak valid Tidak dipakai
28 28 C4 33.33 sukar Valid Dipakai
29 29 C4 16.67 sukar Tidak valid Tidak dipakai
30 30 C4 50 sedang Valid Dipakai
31 31 C3 0 sedang Tidak valid Tidak dipakai
32 32 C2 83.33 sedang Tidak valid Tidak dipakai
33 33 C2 16.67 sedang Tidak valid Tidak dipakai
34 34 C2 16.67 sedang Valid Dipakai
35 35 C3 66.67 sedang Tidak valid Tidak dipakai
36 36 C3 0 sukar Tidak Valid Tidak dipakai
37 37 C3 66.67 sedang Valid Dipakai
38 38 C3 0 sedang Tidak valid Tidak dipakai
39 39 C1 33.33 sedang Valid Dipakai
40 40 C3 33.33 sukar Tidak valid Tidak dipakai
41 41 C3 33.33 sukar Tidak valid Tidak dipakai
42 42 C3 33.33 sedang valid Dipakai
43 43 C3 83.33 sedang Valid Dipakai
44 44 C3 50 sedang Tidak valid Tidak dipakai
45 45 C1 6.67 sedang Valid Dipakai
46 46 C3 16.67 sedang valid Dipakai
47 47 C3 33.33 sedang Tidak valid Tidak dipakai
48 48 C3 16.67 sedang Tidak valid Tidak dipakai
49 49 C3 33.33 sedang valid Dipakai
50 50 C3 16.67 mudah Tidak valid Tidak dipakai
Recommended