1
Optimalisasi Penggunaan Material Hasil Cold Milling
Untuk Daur Ulang Lapisan Perkerasan Jalan
Beton Aspal Type AC (Asphalt Concrete)
Nama Mahasiswa : Suwantoro
NRP : 3106 100 004
Jurusan : Teknik Sipil FTSP – ITS
Dosen Pembimbing I : Prof. Ir. Indrasurya B. Mochtar,
M.Sc, Ph.D
Dosen Pembimbing II : Catur Arif Prastyanto, ST, M. Eng.
Abstrak
Perbaikan perkerasan AC dilakukan Bila lapisan perkerasan AC telah mencapai indeks
perrmukaan akhir, perbaikan perkerasan ini seringkali dilakukan hanya dengan melapisi
perkerasan lama dengan perkerasan baru sehingga menambah elevasi jalan. Solusi untuk hal ini
adalah dengan mengeruk terlebih dahulu lapisan permukaan perkerasan lama dengan cara Cold
Milling. Hasil dari kerukan yang kemudian lebih dikenal dengan istilah Reclaimed Asphalt
Pavement (RAP) ini jumlahnya tidak sedikit sehingga perlu diusahakan untuk didaur ulang
sebagai bahan perkerasan jalan kembali demi kelestarian lingkungan hidup.
Permasalahan yang perlu dipecahkan adalah bagaimana caranya material hasil Cold
Milling dapat dipergunakan lagi untuk daur ulang perkerasan jalan beton aspal tipe AC dan
berapa biayanya.
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dibuat campuran Do Nothing
yaitu campuran panas dari 100% bahan garukan. Tahap kedua pembuatan campuran modifikasi
yaitu campuran panas bahan garukan ditambah dengan agregat dan bitumen baru, tahap kedua
ini dilakukan jika hasil tahap pertama tidak memenuhi persyaratan AC. Setelah itu dilakukan
estimasi biaya perkerasan daur ulang ini.
Secara rata-rata campuran Beton Aspal “Do Nothing” (Campuran dengan 100 % RAP
tanpa modifikasi) tidak memenuhi persyaratan AC dan harus dilakukan modifikasi campuran.
Gradasi Material RAP yang telah diekstraksi menunjukkan adanya ketidaksesuaian terhadap
spesifikasi yang diinginkan (Bina Marga V), ketidaksesuaian gradasi ini dapat diperbaiki
dengan blending ulang agregat. Kualitas aspal yang terkandung dalam RAP masih memenuhi
persyaratan aspal penetrasi 60/70. Campuran beton aspal termodifikasi (Modified Hot Mix)
memiliki performa yang sangat baik, campuran ini sudah memenuhi semua persyaratan beton
aspal type AC. Dengan nilai marshall > 1500 campuran ini sudah dapat dipakai untuk
perkerasan jalan heavily overloaded. Suhu pemadatan ideal laboratorium beton aspal daur
ulang ini kurang lebih berada pada suhu 138 0C - 160
0C. Pemanfaatan Kembali Material RAP
ini dilakukan dengan alat drum mixer dimana konsep daur ulang menggunakan Hot Process dan
in Plant recycling. Dari segi biaya beton aspal daur ulang sangat direkomendasikan, campuran
beton aspal recyling dapat menjadi alternatif pengganti beton aspal konvensional dengan
penghematan yang cukup signifikan. Penghematan beton aspal recycling per ton jika
dibandingkan dengan beton aspal non recycling sebesar 36,69 %.
Kata Kunci : Daur ulang perkerasan jalan, Beton Aspal, Estimasi Biaya, Bahan Garukan
Jalan.
2
Optimizing the use of Cold Milling Material
for Asphalt Concrete Road Pavement Recycling
Name of Student : Suwantoro
NRP : 3106 100 004
Department : Civil Engineering, FTSP – ITS
1st
Supervisor : Prof. Ir. Indrasurya B. Mochtar,
M.Sc, Ph.D
2nd
Supervisor : Catur Arif Prastyanto, ST, M. Eng.
Abstract
The maintenance of Asphalt Concrete pavement is done when the pavement reach the
surface final index, the method of maintenance usually does with overlaying the old pavement
with the new one so then the road elevation become increased. The solution of this problem is by
removing or milling the old pavement with Cold Milling. The milling or road removal have a big
amount of disposal known as Reclaimed Asphalt Pavement (RAP), so it’s necessary to recycle
this disposal (RAP) into a new road pavement for the sake of the nature balance.
The main problem is how to recycle the cold milling material into a road pavement
recycling and how much its cost.
This research is divided into two steps. The first step is making Do Nothing mixture or
hot mixture with 100% of RAP. next step is making modified mixture or hot mixture from RAP
with virgin aggregate and virgin bitumen addition, the second step is done when the first mixture
is not qualified with Asphalt Concrete specification. After that, the cost of this recycling asphalt
concrete can be estimated.
Do Nothing Mixture (mixture with 100% of RAP without modification) is not qualified as
asphalt concrete pavement and the modification is needed. The grading of RAP mineral
aggregate is not qualified with Bina Marga V specification, the grading damage can be repaired
with blending process. The binder quality is still qualified with Asphalt pen 60/70 specification.
Modified mixture has a great performance, this mixture has qualified Asphalt Concrete
specification. with marshall stability more than 1500, this mixture can be applied for heavily
overloaded pavement. The ideal compacting temperature in laboratory is between 138 0C and
160 0C. Recycling process of Cold Milling material can be performed by Drum Mixer machine
where the recycling concept is hot process and in-plant recycling. Considering the production
cost, Modified mixture is very recommended. Recycling mixture can be a good alternative for
conventional Asphalt Concrete with significance saving. The saving of recycling Asphalt
Concrete is up to 36,69 % compared with non-recycling Asphalt concrete.
Keywords : Pavement Recycling, Asphalt Concrete, Cost Estimation, Cold Milling of
Pavement.
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Lapisan perkerasan yang banyak dipakai
di Indonesia adalah perkerasan jalan type (AC)
Asphalt Concrete. Bila lapisan perkerasan AC
telah mencapai indeks permukaan akhir artinya
lapisan perkerasan tersebut dapat dianggap
sudah tidak memiliki nilai struktural lagi
sehingga perlu diadakan perbaikan. Perbaikan
perkerasan ini seringkali dilakukan hanya
sekedar melapisi perkerasan lama dengan
perkerasan baru. Hal ini tentunya
mengakibatkan bertambahnya elevasi jalan
akibat proses pelapisan yang berulang-ulang.
Untuk jalan luar kota hal ini tidak begitu
menimbulkan masalah, namun untuk jalan
dalam kota atau pada area padat penduduk
penambahan elevasi jalan ini pastinya akan
menuai banyak masalah.
Solusi untuk menghindari bertambahnya
elevasi jalan ini adalah dengan mengeruk
terlebih dahulu lapisan permukaan perkerasan
lama dengan cara Cold Milling sebelum
dilakukan pelapisan perkerasan baru. Hal ini
pastinya akan menambah biaya dan waktu
pelaksanaan. Metode ini pun rupanya
menyelesaikan satu masalah namun
menimbulkan masalah baru, yaitu material
hasil pengerukan yang jumlahnya tidak sedikit
selama ini tidak dapat dimanfaatkan dengan
optimal. Biasanya penggunaan material hasil
kerukan tersebut hanya sebatas sebagai
material urugan atau penambal saja, atau jika
tidak diperlukan akan menjadi gundukan
material yang tidak sedap dipandang mata.
Hasil Cold Milling tersebut perlu diusahakan
untuk didaur ulang sebagai bahan perkerasan
jalan kembali demi kelestarian lingkungan
hidup.
Sistem daur ulang perkerasan jalan mulai
populer di negara maju sejak tahun 1980-an,
seiring dengan kesadaran banyak orang tentang
pentingnya pelestarian alam. Agar sumber
daya alam tidak cepat habis, agregat dan aspal
dari perkerasan lama perlu dihemat dan dipakai
lagi dengan sistem daur ulang. Di Indonesia,
daur-ulang perkerasan jalan ini baru dimulai
satu atau dua tahun kemarin dengan adanya
trial daur-ulang ini pada jalan raya di Pantura
Jawa oleh Bina Marga (PT. Tindodi Karya
Lestari, 2009). Percobaan di Pantura dilakukan
dengan sistem CMRFB (Cold Milling
Recycling with Foam Bitumen) yaitu dengan
menambahkan bitumen baru yang ditambahkan
dengan cara mencampur bitumen dengan hot
steam (uap air panas)
Dari sistem daur ulang ini, ada 2 (dua)
cara umum yang biasa dilakakukan, yaitu In-
place recycling dan In-plant recycling.
In-place recycling adalah pendaur-
ulangan perkerasan aspal yang dilakukan
langsung di tempat. Jadi perkerasan dikerok
dengan Cold Milling Machine, kemudian
langsung ditambahi bitumen sesuai kebutuhan
dan setelah itu dihamparkan dan dipadatkan
kembali seperti pada Gambar 1. Pada cara ini
umumnya tanpa penambahan agregat baru.
Sistem CMRFB yang dilakukan oleh Bina
Marga di Pantura Jawa di atas termasuk dalam
cara ini.
Gambar 1. Diagram in-place recycling
perkerasan aspal beton
In-plant recycling biasanya dilakukan
karena diperlukan penambahan agregat baru,
selain tambahan aspal minyak (asmin) baru,
untuk memperbaiki gradasi, terutama untuk
fraksi kasarnya, sekaligus memperbaiki mutu
campuran perkerasannya. Pencampuran
dilakukan di suatu plant (semacam AMP/
Asphalt Mixing Plant). Skema daur-ulang
cara ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Diagram in-plant recycling perkerasan
aspal beton
Pertanyaan yang kemudian muncul
adalah bagaimana caranya material hasil
Cold Milling dapat dipergunakan lagi untuk
daur ulang perkerasan jalan beton aspal tipe
AC (Asphalt Concrete) dan berapa
biayanya? Sebagaimana kita tahu material
penyusun lapisan perkerasan AC adalah
Aspal dan Agregat. Pada material hasil Cold
Milling keberadaan kedua material ini sudah
tercampur, hal ini tentu saja berbeda dengan
pada saat kita mendesain campuran AC
dengan material baru yang masih terpilah
antara fraksi agregat dan aspal.
Dicampur pada suatu plant (biasanya system drum mix)
+ Dihamparkan kembali di lapangan dan dipadatkan +
Agregat lama yang telah dikerok dari
perkerasan lama
Bitumen/asmin
baru (tambahan) Tambahan gregat baru untuk memperbaiki gradasi
+ +
+ +
Agregat lama yang telah dikerok dari perkerasan lama
Bitumen/asmin
baru (tambahan)
Dicampur, langsung dihamparkan kembali
dan dipadatkan + +
4
Untuk mendesain perkerasan AC baru
degan material Cold Milling ini perlu
diselidiki sifat dan kadar aspal yang
terkandung dalam material itu sendiri, hal ini
mengingat sifat ageing pada aspal sehingga
perlu diadakan pengujian-pengujian tertentu
yang merujuk pada ketentuan material
penyusun AC. Selain itu akibat terkena
garukan akan banyak agregat yang pecah,
hal ini pastinya akan merubah susunan
gradasi agregat tersebut sehingga perlu
diadakan penyelidikan gradasi pada material
Cold Milling ini apakah masih berada dalam
spesifikasi AC atau tidak. Setelah semua
penyelidikan material dilakukan barulah
dapat diputuskan langkah perbaikan
(modifikasi) yang diperlukan serta mix
desain yang tepat untuk mendapatkan lapisan
perkerasan AC yang diinginkan, dengan
diperolehnya proporsi campuran yang
didapat dari mix desain tersebut barulah
dapat dilakukan estimasi biaya campuran
termodifikasi ini.
Penulis menganggap perlu untuk
mengangkat topik ini sebagai bahan Tugas
Akhir. Diharapkan dengan terselesaikannya
Tugas Akhir ini nantinya kelebihan biaya
untuk penggarukan/Cold Milling baik
operational cost maupun time cost dapat
diimbangi dengan penghematan dalam hal
pengadaan material. Jika seluruh perbaikan
jalan menggunakan konsep daur ulang ini
nantinya akan tercipta suatu penghematan
yang signifikan sehingga penggunaan
anggaran pada tempat yang tidak semestinya
bisa dihindari.
1.2 Perumusan masalah
Permasalahan umum yang perlu dipecahkan
adalah bagaimana caranya material hasil Cold
Milling dapat dipergunakan lagi untuk daur
ulang perkerasan jalan beton aspal tipe AC
(Asphalt Concrete) dan berapa biayanya?
Rincian Permasalahan:
1. Bagaimana hasil pencampuran dari bahan
Cold Milling tersebut kalau “Do Nothing”,
hanya dicampur, dipanaskan dan
dipadatkan saja tanpa dimodifikasi sama
sekali?
2. Bagaimana dengan gradasi yang didapat
dari material Cold Milling ini, apakah
masih memenuhi persyaratan? Bila tidak
bagaimana cara memperbaikinya?
3. Bagaimana dengan persyaratan bahan
bitumen yang tersisa dari bahan Cold
Milling tersebut? Bila tidak memenuhi
bagaimana cara memperbaikinya?
4. Bagaimana kualitas campuran material
hasil pencampuran kembali bahan dengan
adanya modifikasi?
5. Berapa suhu pemadatan yang ideal untuk
campuran Beton Aspal daur ulang ini?
6. Bagaimana seharusnya nanti cara
pelaksanaan pencampuran yang sudah
termodifikasi ini di lapangan?
7. Berapa perkiraan biaya untuk cara daur
ulang termodifikasi ini? Bagaimana bila
dibandingkan dengan Beton Aspal non
recyling?
1.3 Tujuan tugas akhir
1. Material hasil Cold Milling dapat
digunakan secara optimal untuk didaur
ulang pada lapisan perkerasan jalan baru
type Asphalt Concrete (AC).
2. Diketahui cara pelaksanaan daur ulang yang
baik dan harga satuan perkerasan beton
aspal hasil daur ulang.
1.4 Batasan masalah
Adapun batasan masalah pada
Optimalisasi Penggunaan Material Hasil Cold
Milling ini adalah:
1. Penelitian dilakukan terhadap sampel ruas
jalan nasional perbatasan Mojokerto –
Gemekan (Link-09).
2. Penelitian dilakukan dengan metode
eksperimental di laboratorium
3. Pemeriksaan agregat material Cold Milling
dibatasi hanya pemeriksaan gradasi dan
penyerapan agregat saja, hal ini didasarkan
nilai historis agregat tersebut yang sudah
lolos sebagai bahan Asphalt Concrete (AC).
4. Penentuan kadar aspal optimum
menggunakan metode Marshall Test.
5. Analisa biaya untuk campuran beton aspal
non recycling tidak membahas perhitungan
koefisien bahan, alat, maupun pekerja.
6. Analisa aliran kas untuk alat drum mixer
dilakukan dengan konsep aliran kas
sebelum pajak.
1.5 Manfaat tugas akhir
1. Dengan penerapan konsep recycling pada
material perkerasan ini pastinya akan
dihasilkan saving cost untuk pengadaan
material yang cukup signifikan.
2. Merupakan kontribusi nyata dalam menjaga
kelestarian lingkungan hidup.
3. Merupakan sumbangan ilmiah dalam
bidang konstruksi jalan raya yang nantinya
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
kalangan banyak.
5
1.6 Lokasi studi
Lokasi studi yang kami pilih pada tugas
akhir ini adalah Stockpile UPT Dinas
Pekerjaan Umum Bina Marga Propinsi Jawa
Timur, sampel yang kami ambil berasal dari
ruas jalan nasional perbatasan Mojokerto –
Gemekan (Link-09) dimana perkerasan yang
digaruk merupakan beton aspal AC-WC
(Asphalt Concrete – Wearing Coarse) dengan
tahun pembuatan 2005.
BAB II
ISI UTAMA
2.1 Metodologi
Secara general diagram alir metodologi
penelitian dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Diagram Alir Metodologi penelitian
2.1.1. Identifikasi masalah
Tahap ini mempelajari tentang
bagaimana mengidentifikasi masalah-
masalah yang timbul dan merumuskannya
menjadi suatu tujuan yang harus
diselesaikan untuk mengatasi masalah
utama. Untuk mempermudah pembahasan
dan agar tidak menyimpang terlalu jauh,
maka diberikan suatu batasan studi dimana
di dalamnya memuat hal-hal yang harus
dikerjakan dan hal-hal yang tidak perlu
dikerjakan dalam studi, serta asumsi-
asumsi yang diambil untuk mempermudah
penyelesaian studi ini.
2.1.2. Studi literatur
Untuk memahami materi yang akan
dibahas, maka dilakukan studi literatur
mengenai:
1. Teori Perkerasan Jalan
2. Metode Perencanaan Campuran AC
3. Spesifikasi Perkerasan Tipe AC
4. SNI Pengujian Bahan Agregat, Bahan
Bitumen dan Campuran Perkerasan
5. Teori Recycling Asphalt Pevement
6. Petunjuk Teknis Mixing Metode Drum
Mix
7. Analisa aliran kas
2.1.3. Pengambilan sampel
Kondisi sampel dari stockpile Dinas
Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina
Marga Jawa Timur berbentuk gunungan-
gunungan material, hal ini tidak lepas dari
cara pengangkutan dan peletakan yang
hanya didump oleh truk. Dikhawatirkan
terjadi segregasi sehingga lokasi
pengambilan sampel harus merata (bagian
atas, bagian tengah, dan bawah), setelah itu
baru dicampur untuk mendapatkan sampel
yang mewakili kondisi gradasi dari
material hasil cold milling yang
sesungguhnya. Untuk pengujian campuran
do nothing akan dibuat 5 sampel, begitu
juga dengan pemeriksaan campuran
termodifikasi akan dibuat 5 sampel namun
dengan kadar aspal yang berbeda.
2.1.4. Perancanaan campuran
1. Perencanaan Campuran Secara
Langsung (Do Nothing)
Pada tahap ini sampel material hasil
cold milling akan langsung dicampur
tanpa modifikasi, jadi sampel hanya
akan dicampur, dipanaskan, dan
dipadatkan. Diasumsikan ada
kemungkinan sampel masih memenuhi
syarat AC, kalau hal ini meleset maka
akan digeser kepada kemungkinan
kedua yaitu perencanaan dengan
modifikasi.
2. Perencanaan Campuran Dengan
Modifikasi
Pertama-tama yang perlu
dilakukan adalah mengekstraksi
material hasil cold milling sehingga
aspal terpisah dari agregat, hal ini
START
IDENTIFIKASI MASALAH
PENGAMBILAN SAMPEL
Pencampuran dengan do nothing, Sampel hanya dicampur, dipanaskan, dan dipadatkan
STUDI LITERATUR 1. TEORI PERKERASAN JALAN 4. SNI PENGUJIAN BAHAN AGREGAT DAN BITUMEN 7. ANALISA ALIRAN KAS
2. METODE PERENCANAAN PERKERASAN 5. RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT
3. SPESIFIKASI AC (ASPHALT CONCRETE) 6. CARA MIXING METODE DRUM MIX
Pemeriksaan Bahan Bitumen 1. Test Penetrasi
2. Test Daktilitas
3. Test Titik Lembek
4. Test Titik Nyala/Titik Bakar
Pemeriksaan Bahan Agregat 1. Pemeriksaan Gradasi 2. Penyerapan Agregat
Modifikasi Agregat
Modifikasi Bitumen
Ekstraksi
Pencampuran dengan Modifikasi
Uji Suhu Pemadatan
Uji Suhu
Pemadatan
Uraian Rencana Pelaksanaan
Estimasi Biaya
Perbandingan
Analisa Biaya
FINISH
Keterangan Nomor Belah Ketupat Bagan Alir : 1. Memenuhi Persyaratan AC?
2. Memenuhi Spesifikasi Agregat? (Binamarga V, Binamarga IX, Binamarga X,
The Asphalt Institut III D) 3. Memenuhi Spesifikasi Bahan Bitumen?
4. Memenuhi Persyaratan AC?
4
3
2
1
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
Tidak
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
Memenuhi
6
diperlukan selain untuk mengetahui
kadar aspal yang terkandung dalam
material tersebut juga diperlukan untuk
mengadakan pengujian lebih lanjut
untuk masing-masing bahan baik
agregat maupun aspal.
- Modifikasi Agregat
a) Pemeriksaan gradasi butiran
agregat
b) Penyelidikan penyerapan
agregat
- Modifikasi Bahan Bitumen
a) Test Penetrasi
b) Test Daktilitas
c) Test Titik Lembek
d) Test Titik Nyala / Titik Bakar.
Pada tahap selanjutnya proses
mix desain dilakukan seperti biasa
namun dengan beberapa penyesuaian
setelah bahan agregat dan bahan
bitumen sudah dimodifikasi, hasil
campuran harus memenuhi syarat AC
2.1.5. Uji suhu pemadatan
Pengujian marshall satu seri benda
uji briket dengan variasi suhu pemadatan
160 0C, 145
0C, 130
0C, dan 115
0C,
digunakan untuk mencari suhu pemadatan
optimum.
2.1.6. Uraian pelaksanaan campuran
Pendekatan literatur mengenai
uraian metode pelaksanaan dilakukan
untuk mengestimasi biaya satuan
campuran recycling AC.
2.1.7. Analisa biaya
- Beton Aspal non Recycling
Harga satuan untuk campuran AC
diambil dari beberapa produsen
campuran aspal (dalam hal ini PT yang
memiliki AMP) di sekitar Jawa Timur.
- Beton Aspal Recycling
Adapun pendekatan harga satuan
untuk beton aspal recycling dihitung
dengan analisa aliran kas yang
melibatkan depresiasi.
Hal ini tentunya dipengaruhi oleh:
1. Umur rencana investasi alat drum
mixer.
2. Harga alat drum mixer untuk hot
mixing.
3. Kapasitas produksi per satuan
waktu.
4. Konsumsi energi per satuan waktu.
5. Operasional dan biaya perawatan
alat.
6. Harga material tambahan RAP
(Agregat dan Aspal tambahan yang
didapat dari mix desain)
2.2 Pengujian Marshall campuran beton aspal
“Do Nothing”
2.2.1. Umum
Pengujian Marshall campuran beton
aspal “Do Nothing” adalah penyelidikan
tes marshall yang dilakukan kepada sampel
briket hasil campuran material RAP tanpa
ada sedikitpun modifikasi, artinya tanpa
ada perbaikan gradasi agregat maupun
perbaikan bahan aspal. Material RAP
hanya diaduk hingga homogen dan
ditimbang sesuai kebutuhan sampel lalu
dipanaskan dan dipadatkan.
Dalam pengujian marshall tentunya
sebelumnya diperlukan penyelidikan-
penyelidikan terhadap RAP diantaranya
adalah kadar aspal, penyerapan agregat
halus dan penyerapan agregat kasar. 2.2.2. Kadar Aspal (Binder Content)
Kadar aspal (binder content)
merupakan salah satu parameter penting
pada RAP yang nantinya sangat
dibutuhkan dalam melakukan mix desain.
Pada perhitungan kadar aspal tidak
semua berat yang hilang adalah berat
aspal, sebagian berat yang hilang
merupakan air yang terkandung dalam
sampel RAP, mengingat hal tersebut
penyelidikan kadar aspal pada RAP
dimulai dengan mencari kadar air pada
material tersebut. Dari pengujian
didapatkan kadar air rata-rata 2,2% atau
4,4 gram untuk tiap 200 gram sampel
(jumlah kebutuhan sampel untuk test
ekstraksi).
Dengan diketahui kadar air pada
RAP dapat diketahui kadar aspalnya
melalui proses ekstraksi, dari hasil
ekstraksi menunjukkan kadar aspal yang
diperoleh berada pada kisaran 4,04%.
2.2.3. Penyerapan Agregat
Penyelidikan penyerapan agregat
selain untuk menghitung prosentase air
yang diserap pori agregat kering juga
dipergunakan untuk menentukan berat
jenis atau specific gravity dari agregat
tersebut, Specific gravity (Gs) agregat
adalah rasio antara berat volume material
dengan berat air 20 sampai 250C pada
volume yang sama (Asphalt Institute,
1983).
7
Penyelidikan ini berlaku baik kepada
agregat kasar maupun agregat halus, yang
dimaksud agregat halus adalah agregat
yang lolos saringan no 4 dan agregat kasar
adalah agregat yang tertahan saringan no
4.
Perhitungan berat jenis dan
penyerapan agregat kasar agregat RAP
menghasilkan Bulk specific gravity 2,69,
Apparent specific gravity 2,79, dan
penyerapan 1,36.
Perhitungan berat jenis dan
penyerapan agregat halus agregat RAP
menghasilkan Bulk specific gravity 2,53,
Apparent specific gravity 2,60, dan
penyerapan 1,13%.
2.2.4. Perhitungan Gs Max teoritis
Gs max teoritis (maximum specific
gravity of mix) adalah berat isi campuran
perkerasan tanpa rongga udara (voidless
mixture) yang dihitung secara teoritis
(Asphalt Institute, 1983).
Untuk menghitung Gs max teoritis
original mix sebelumnya perlu diketahui
Gs efektif dari agregat kasar maupun
agregat halus dari agregat RAP, dengan
melihat penyelidikan penyerapan agregat
maka dapat dilakukan perhitungan Gs
efektif agregat seperti berikut:
Gs efektif Agg Kasar
=
= (2,79+2,69)/2 = 2,74
Gs efektif Agg Halus
=
= (2,60+2,53)/2 = 2,56
Dari pemeriksaan analisa saringan
didapat prosentase agregat kasar terhadap
total aregat sebesar 39,1% dan prosentase
agregat halus terhadap total aregat sebesar
60,9% sehingga didapatkan Gs effektif
agregat campuran sebagai berikut:
Gs eff. Agg campuran
Dari penyelidikan yang telah
dilakukan dapat ditentukan Gs max teoritis
RAP adalah sebagai berikut:
2.2.5. Pengujian Marshall
Dengan diketahui kadar aspal dan
Gs max teoritis maka pengujian Marshall
terhadap campuran “Do Nothing” dapat
dilakukan, pengujian dilakukan kepada 5
buah sampel dengan tujuan agar dapat
diambil nilai rata-rata yang representatif.
Adapun penyelidikan dengan marshall test
menghasilkan marshall properties seperti
pada Tabel 1. Tabel 1: Hasil pengujian marshall campuran
Do Nothing
No.
VFB
(75-82)
VIM
(3-5)
Stabilitas
(>750 kg)
Flow
(2-4)
Sampel Test Ket Test Ket Test Ket Test Ket
1 52,57 NOT
OK 8,02 NOT
OK 824,48 OK
5,3 NOT
OK
2 51,88 NOT
OK 8,22 NOT
OK 828,89 OK
4,2 NOT
OK
3 51,40 NOT
OK 8,37 NOT
OK 917,07 OK
3,85 OK
4 53,51 NOT
OK 7,74 NOT
OK 1005,3 OK
3,4 OK
5 52,02 NOT
OK 8,18 NOT
OK 917,07 OK
3,9 OK
2.2.6. Kesimpulan terhadap campuran ”Do
Nothing”
Dari hasil pengujian original mix ini
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Campuran Beton Aspal “Do Nothing”
(Campuran dengan 100 % RAP tanpa
modifikasi) tidak memenuhi
persyaratan AC dan harus dilakukan
modifikasi campuran.
2. Secara rata-rata campuran Beton Aspal
“Do Nothing” menghasilkan Marshall
Stability 898,55kg, Flow 4,13mm, Void
Filled with Bitumen (VFB) 52,28 %,
Void In Mix (VIM) 8,11% dan Density
2,28. Dari seluruh parameter tersebut
hanya marshall stability yang
memenuhi persyaratan Asphalt
Concrete (AC).
3. Kualitas agregat RAP dari segi
penyerapan dan berat jenis masih
memenuhi persyaratan.
2.3 Pengujian karakteristik RAP
2.3.1. Umum
Berangkat dari kebutuhan modifikasi campuran maka perlu
dilakukan penyelidikan terhadap material
RAP, Investigasi atau penyelidikan
terhadap material RAP adalah langkah
awal yang dilakukan untuk mengetahui
8
sifat dan kandungan material ini yang
nantinya akan sangat diperlukan dalam
melakukan mix desain empiris (to know
what you put in) untuk campuran beton
aspal daur ulang.
Jenis penyelidikan yang dilakukan
antara lain penyelidikan karakteristik aspal
yang terkandung dalam RAP (RAP binder
properties) dan analisa saringan agregat
RAP.
2.3.2. Pengujian karakteristik aspal RAP
Pengujian karakteristik sampel
bitumen dari proses ekstraksi RAP
didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Hasil tes penetrasi memberikan angka
penetrasi 64,6 mm
2. Hasil uji daktilitas memberikan
panjang penguluran briket aspal
sebelum putus sebesar 110 cm
3. Hasil uji titik lembek menunjukkan
titik lembek rata-rata untuk sampel
bitumen dari proses ekstraksi RAP
sebesar 48,50 C.
4. Hasil uji titik nyala dan titik bakar
menunjukkan titik nyala untuk sampel
bitumen dari proses ekstraksi RAP
sebesar 3100C dan titik bakar pada
suhu 3200C
2.3.3. Analisa Saringan agregat RAP
Pembagian butir agregat merupakan
parameter yang sangat erat hubungannya
dengan density dan kekuatan campuran
yang dihasilkan. Penyelidikan ini
dilakukan kepada agregat yang telah
diekstraksi, tujuannya untuk mengetahui
komposisi agregat RAP yang nantinya
akan diperlukan saat melakukan mix
desain empiris daur ulang RAP.
Hasil plot gradasi agregat ekstraksi
RAP dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4 : Grafik gradasi agregat RAP
2.3.4. Kesimpulan pengujian karakteristik
RAP
Dari hasil pengujian RAP Properties
ini dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kualitas aspal yang terkandung dalam
RAP masih memenuhi persyaratan
aspal penetrasi 60/70, sehingga masih
dapat dipergunakan untuk beton aspal
daur ulang.
2. Gradasi Material RAP yang telah
diekstraksi menunjukkan adanya
ketidaksesuaian terhadap spek yang
diinginkan (Bina Marga V), agregat
yang lolos saringan 3/8” jumlahnya
terlalu banyak jika dibandingkan
dengan spesifikasi. Hal ini bisa terjadi
karena banyak agregat dengan ukuran
lebih besar atau sama dengan 3/8”
yang pecah menjadi ukuran yang lebih
kecil akibat terkena garukan
2.4 Pengujian material tambahan
2.4.1. Umum
Penambahan material dilakukan
dikarenakan material RAP tidak memenuhi
persyaratan campuran yang diinginkan,
penambahan ini dimaksudkan untuk
memperbaiki atau memodifikasi
karakteristik campuran perkerasan beraspal
tersebut. Sejalan dengan tujuan tersebut
maka perlu dilakukan penyelidikan
material tambahan ini, penyelidikan yang
dilakukan adalah analisa saringan dan
penyelidikan penyerapan agregat.
2.4.2. Analisa saringan
Penyelidikan pembagian butiran
baik agregat kasar, sedang, maupun halus
pada agregat tambahan akan sangat
diperlukan untuk perbaikan agregat RAP
agar memenuhi spesifikasi gradasi butiran
pada saat mix desain campuran aspal
modifikasi. Hasil analisa saringan dapat
dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 : Grafik gradasi agregat tambahan
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
No
200
No
100
No
50
No
30
No
16
No
8
No
4
3/8
”
1/2
”
3/4
”
1”
1 1
/2"
0,0
74
0,1
49
0,2
97
0,5
30
1,1
90
2,3
60
4,7
50
9,2
50
12
,70
19
,10
25
,40
38
,10
% T
erta
ha
n
% L
olo
s
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
No
200
No
100
No
50
No
30
No
16
No
8
No
4
3/8
”
1/2
”
3/4
”
1”
1 1
/2"
0,0
74
0,1
49
O,2
97
0,5
30
1,1
90
2,3
60
4,7
50
9,2
50
12
,70
19
,10
25
,40
38
,10
% T
erta
ha
n
% L
olo
s
9
2.4.3. Penyerapan Agregat
Seperti halnya pada agregat RAP
Peyelidikan penyerapan agregat juga
dilakukan pada agregat tambahan untuk
pengolahan data marshall.
Perhitungan berat jenis dan
penyerapan agregat kasar agregat
tambahan menghasilkan Bulk specific
gravity 2,65, Apparent specific gravity
2,76, dan penyerapan 1,5%.
Perhitungan berat jenis dan
penyerapan agregat halus menghasilkan
Bulk specific gravity 2,53, Apparent
specific gravity 2,60, dan penyerapan
1,17%.
2.4.4. Perhitungan Gs eff. Agg. Adjustment
Seperti halnya pada agregat RAP
perhitungan Gs effektif agregat juga
dilakukan terhadap agregat tambahan yang
nantinya dipergunakan dalam mencari Gs
max teoritis pada modifikasi campuran
apabila diperlukan penambahan agregat.
Gs eff Agg Kasar
=
= (2,76+2,65)/2
= 2,70
Gs eff Agg Halus
=
= (2,60+2,53)/2
= 2,56
Gs eff Agg Sedang
=
= (2,70+2,56)/2
= 2,63
2.5 Campuran Beton Aspal Termodifikasi
2.5.1. Umum
Dalam sub bab ini akan dibahas
mengenai proses perencanaan dan
pengujian modifikasi campuran perkerasan
dengan RAP sebagai tindak lanjut
pemeriksaan bahan dan campuran.
Termasuk didalamnya blending ulang
agregat RAP dengan agregat tambahan,
perhitungan kadar aspal optimum empiris,
penentuan proporsi campuran dengan
variasi kadar aspal, dan perhitungan
specific gravity (Gs) maksimum teoritis.
2.5.2. Blending Agregat
Proses blending agregat adalah
proses mengkombinasikan dua fraksi atau
lebih yang memiliki gradasi berbeda
dengan tujuan mendapatkan komposisi
agregat yang sesuai dengan spesifikasi
(Asphalt Institute, 1983), proses ini sangat
penting dalam mix desain beton aspal
karena umumnya karakteristik perkerasan
seperti kekuatan, kepadatan, keawetan, dan
tekstur akan sangat tergantung pada
gradasi agregat yang harus dikontrol dan
dikendalikan dalam pelaksanaan.
Perlu diingat blending agregat ini
juga yang nantinya akan menentukan nilai
ekonomis dari campuran tersebut. Di
lapangan proses blending agregat ini
dibuat sedemikian rupa sehingga bahan
yang paling murah sebisa mungkin
mendapatkan prosentase terbesar dalam
campuran, hasil dari setiap blending
agregat juga akan memberikan porsi kadar
aspal yang berbeda.
Dalam kasus ini sebisa mungkin
penggunaan material RAP mendapatkan
porsi terbanyak dalam campuran atau
dengan kata lain sesedikit mungkin
memberikan material tambahan pada
campuran beton aspal daur ulang, dengan
begitu campuran beton aspal akan lebih
ekonomis. Hasil proses blending dengan
cara grafis segi empat yang kami lakukan
untuk campuran daur ulang sebagaimana
Gambar 6 di bawah ini menunjukkan
prosentase agregat RAP 93,72% dan
agregat tambahan dipakai Fraksi 2 sebesar
6,3%.
Gambar 6 : Blending cara grafis segi empat
Setelah dilakukan cek gradasi hasil
blending dengan proporsi tersebut sudah
masuk dalam envelope (kotak batas)
spesifikasi Bina Marga V sebagaimana
ditunjukkan gambar 7.
F RAP F 2
0
10
20
30
40
50
70
80
90
100
60
0
10
20
30
40
50
70
80
90
100
60
0 10 20 30 40 50 70 80 90 10060
F RAP = 93.719 %F 2 = 6.281 %
10
Gambar 7 : Grafik kombinasi gradasi
RAP dan F2
2.5.3. Kadar Aspal Optimum Empiris
Kadar aspal di dalam suatu
campuran sangat menentukan dalam
rancangan bahan perkerasan beraspal. Di
samping menentukan faktor kekuatan
perkerasan juga sangat berperan dalam
penentuan harga satuan.
Diantara beberapa metode penentuan
jumlah kebutuhan aspal dalam campuran
metode luas permukaan merupakan salah
satu metode yang sering dipakai, dimana
konsep jumlah aspal yang diperlukan
dalam suatu campuran sangat tergantung
dari gradasi agregat yang dipakai. Berikut
ini hasil perhitungan jumlah kadar aspal
optimum empiris berdasarkan rumus
pendekatan cara Asphalt Institute yang
menerapkan metoda luas permukaan:
Kadar Aspal opt
= 0,035 A + 0,045 B + 1,5
= 0,035 . 63,3 + 0,045 . 31.8 + 1,5
= 5,145 % Dimana:
A = % Agg tertahan saringan No.8
= 100 – 36,7 = 63.3
B = % Agg lolos No 8 tertahan No 200
= 36,7 – 4,9 = 31.8
2.5.4. Pembuatan proporsi campuran dengan
variasi kadar aspal
Dalam menentukan kadar aspal
optimum pertama-tama harus dilakukan
estimasi, satu seri benda uji dibuat dengan
kadar aspal yang berbeda sehingga akan
didapatkan kurva lengkung yang
memberikan gambaran nilai optimum.
Kadar aspal yang dibuat harus memiliki
interval 0,5% minimal dua interval diatas
kadar aspal optimum empiris dan dua
interval di bawah kadar aspal optimum
empiris (Asphalt Institute, 1983). Dengan
diketahui aspal optimum empiris sebesar
5,145% maka dibuat 5 sampel dengan
variasi kadar aspal (4,145), (4,645),
(5,145), (5,645), dan (6,145).
Perhitungan untuk mencari
prosentase berat agregat sedikit berbeda
jika dibandingkan dengan proses mix
desain beton aspal konvensional (Non
Recycling). Untuk lebih jelasnya mengenai
proses perhitungan dapat dilihat di bawah
ini.
Campuran I
Berat campuran = 1200 gr
Kadar aspal Campuran = 4,145 %
Berat Kebutuhan Aspal
= 4,145 % x 1200 = 49,7 gr
Berat Kebutuhan Agg.
= 1200 – 49,7 =1150,3 gr
Berat kebutuhan RAP
=
=
= 1123,4 gr
Berat agg. Tambahan
= % F 2 x 1150,3
= 6, 281 % x 1150,3
= 72,2 gr
Berat aspal tambahan
= 49,7 – (% aspal RAP x 1123,4)
= 49,7 – (4,04 % x 1123,4)
= 4,4 gr
Total campuran = 1123,4 + 72,2 + 4,4 =
1200 .....OK
Perhitungan untuk kadar aspal lainnya
dengan bantuan Microsot Excel
tercantum dalam Tabel 2.
Tabel 2: Proporsi campuran modifikasi
RAP Agg.
Tambahan
Aspal
Tambahan
Camp. II 1117,5 71,9 10,6
Camp. III 1111,7 71,5 16,8
Camp. IV 1105,8 71,1 23,1
Camp. V 1100 70,7 29,3
Catatan : dalam gram
2.5.5. Perhitungan Gs max teoritis
Perhitungan Gs max teoritis untuk
campuran daur ulang modifikasi dihitung
dengan konsep yang sama seperti pada
campuran original yaitu dengan konsep
campuran tanpa rongga (voidless mixture),
hanya saja perhitungan berubah sesuai
proporsi masing-masing bahan baik
material RAP maupun material tambahan.
Perhitungan Gs max teoritis untuk
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
No
200
No
100
No
50
No
30
No
16
No
8
No
4
3/8
”
1/2
”
3/4
”
1”
1 1
/2"
0,0
74
0,1
49
O,2
97
0,5
30
1,1
90
2,3
60
4,7
50
9,2
50
12
,70
19
,10
25
,40
38
,10
% T
erta
ha
n
% L
olo
s
11
campuran perkerasan daur ulang
modifikasi adalah sebagai berikut:
S=
=
Gs max teoritis = 100/S
Jika melihat perumusan diatas maka
hasil Gs max teoritis yang didapat akan
bervariasi sesuai dengan kadar aspal, hal
ini tentu saja berbeda dengan campuran
original yang kadar aspalnya dianggap
tetap.
2.5.6. Pengujian Marshall
Pengujian marshall ini dilakukan
kepada sampel briket hasil campuran
material RAP dengan modifikasi, yaitu
dengan perbaikan gradasi agregat maupun
perbaikan bahan aspal. Seperti pada beton
aspal konvensional pengujian ini dilakukan
terhadap lima buah sampel dengan variasi
kadar aspal, tujuan utamanya adalah untuk
mendapatkan proporsi campuran dengan
kadar aspal optimum. Adapun
penyelidikan dengan marshall test untuk
campuran modifikasi ini menghasilkan
grafik hubungan kadar aspal dengan
parameter marshall seperti yang disajikan
pada Gambar 8 s/d 11 berikut.
Gambar 8 : Grafik kadar aspal vs Stability
Gambar 9 : Grafik kadar aspal vs Flow
Gambar 10 : Grafik kadar aspal vs VIM
Gambar 11 : Grafik kadar aspal vs VFB
Gambar 12 : Rekapitulasi kadar aspal
Dari rekapitulasi kadar aspal yang
ditunjukkan Gambar 12 untuk masing-
masing parameter pada uji karakteristik
marshall didapatkan kadar aspal optimum
sebesar 4,95-5,3% dan yang dipakai
5,125%, hasil ini yang nantinya akan
dijadikan acuan pelaksanaan sebagai Job
Mix Formula (JMF) dan juga menjadi
dasar dalam melakukan estimasi biaya.
Untuk pengawasan lapangan cukup
dengan parameter kadar aspal dan berat isi,
mengacu pada grafik yang ditunjukkan
Gambar 13 campuran harus memiliki
density 2,413 – 2,421. Apabila parameter
ini memenuhi interval aspal optimum
maka keseluruhan parameter pastinya juga
akan memenuhi persyaratan.
12
Gambar 13 : Grafik kadar aspal vs Density
Dari serangkaian kegiatan riset
diatas dapat disimpulkan bahwa konsep
mix desain konvensional dapat
diterapkan secara baik untuk beton
aspal daur ulang meskipun dengan
sedikit penyesuaian. Pembuatan beton
aspal daur ulang semudah dan sesulit
pembuatan beton aspal non recycling,
engineer tidak perlu khawatir selama
proses dilakukan dengan teliti dan
benar.
2.5.7. Kesimpulan campuran modifikasi
Dari hasil pengujian campuran
modifikasi ini dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Campuran beton aspal modifikasi
dengan kadar aspal optimum 5,125%
menghasilkan Marshall Stability
1815,69kg, Flow 3,97mm, Void Filled
with Bitumen (VFB) 77,77%, Void In
Mix (VIM) 3,38%, Density 2,42.
2. Campuran beton aspal termodifikasi
memiliki performa yang sangat baik,
campuran ini sudah memenuhi semua
persyaratan beton aspal type AC.
3. Ketidaksesuaian gradasi terhadap
spesifikasi Bina Marga V yang terjadi
pada material RAP dapat diperbaiki
dengan blending ulang dengan
material tambahan.
2.6 Uji suhu pemadatan campuran optimum
Kontrol temperatur sangat ditekankan
dalam setiap fase produksi maupun
pelaksanaan di lapangan.
Mengingat pentingnya mengetahui suhu
pemadatan ideal campuran ini maka dilakukan
penyelidikan suhu pemadatan ideal di
laboratorium, Adapun penyelidikan suhu
pemadatan laboratorium terhadap parameter
karakteristik marshall menghasilkan grafik
yang dapat dilihat pada Gambar 14 s/d 17.
Gambar 14 : Grafik suhu pemadatan vs Stability
Gambar 15 : Grafik suhu pemadatan vs Flow
Gambar 16 : Grafik suhu pemadatan vs VIM
Gambar 17 : Grafik suhu pemadatan vs VFB
13
Gambar 18 : Rekapitulasi suhu pemadatan
Dari rekapitulasi suhu pemadatan yang
ditunjukkan Gambar 18 untuk masing-masing
parameter pada uji karakteristik marshall
didapatkan suhu pemadatan optimum diatas
138 oC, hasil ini yang nantinya akan dijadikan
acuan Quality engineer dalam melakukan
pengawasan. Dari berbagai trial pemadatan
yang telah dilakukan di lapangan didapatkan
suhu pemadatan awal hotmix yang ideal berada
dalam kisaran 125-145 0C (HPJI, 2008).
Dikarenakan pentingnya menjaga suhu
campuran dari produksi hingga proses
penghamparan di lapangan, seringkali dalam
pengangkutannya bak truk pengangkut
campuran beton aspal panas diberi insulasi
atau ditutup (dengan terpal misalnya)
sebagaimana ditunjukkan Gambar 19 sehingga
suhu campuran tetap terjaga pada batasan yang
dibutuhkan dalam spesifikasi.
Gambar 19 : Truk ditutup terpal
2.7 Analisa Biaya
2.7.1. Umum
Pada bab ini akan dibahas mengenai
perhitungan harga satuan pekerjaan
perkerasan AC non recycling maupun
perkerasan AC hasil recycling termasuk
asumsi dan uraian singkat pelaksanaan
yang dipakai, dilengkapi dengan daftar
upah dan harga bahan terbaru yang diambil
dari DPU Bina Marga untuk wilayah
Mojokerto
2.7.2. Daftar Upah dan Harga bahan
Dalam melakukan perkiraan biaya
perlu kita mengetahui perkembangan
terbaru akan harga upah dan bahan, harga
upah biasanya relatif tetap namun harga
bahan sering kali mengalami fluktuasi
sesuai dengan kondisi ekonomi dan
kondisi geografis suatu wilayah. Daftar
upah dan harga bahan untuk wilayah
Mojokerto dan sekitarnya dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3 : daftar upah serta harga alat dan bahan
Upah Pekerja
No Uraian Sat Harga
Satuan (Rp) Ket
1 Pekerja Jam 5,447.00
2 Tukang Jam 7,053.00
3 Mandor Jam 8,048.00
4 Operator/Sopir Jam 7,429.00
5 Mekanik Jam 6,696.00
Harga Bahan
No Uraian Sat Harga
Satuan (Rp) Ket
1 Agregat Kasar
(untuk ATB) M3 165,000.00
Diterima
di Base
Camp
2 Agregat Kasar
(untuk AC) M3 165,000.00
Diterima
di Base
Camp
3 Agregat Halus M3 130,000.00
Diterima
di Base
Camp
4 Filler Kg 550.00
Diterima
di Base
Camp
3 Aspal Cement
(curah) Kg 7,500.00
Diterima
di BC /
Site
4 Aspal Drum Kg 9,000.00 Diterima
di Site
12 Bensin Ltr 5,000.00
Diterima
di BC /
Site
13 Solar non
industri Ltr 4,800.00
Diterima
di BC /
Site
14 Solar industri Ltr 5,875.00
Diterima
di BC /
Site
15 Minyak
Pelumas/olie Ltr 30,000.00
Diterima
di BC /
Site
17 Agregat Base
Klas A M3 101,000.00
Diterima
di Base
Camp
18 Agregat Base
Klas B M3 90,000.00
Diterima
di Base
Camp
19 Agregat Base Klas C
M3 63,250.00
Diterima
di Base Camp
14
20 Sirtu M3 85,000.00 Diterima
di Site
26 Batu Pecah
1/2-1 M3 165,000.00
Diterima
di Site
27 Batu Pecah 1-
2 M3 150,000.00
Diterima
di Site
28 Batu Pecah 2-
3 M3 132,500.00
Diterima
di Site
29 Batu Pecah 5-
7 M3 125,000.00
Diterima
di Site
30 Abu batu M3 53,240.00 Diterima
di Site
Peralatan
No Uraian Sat Harga
Satuan (Rp) Ket
1 Asphalt
Mixing Plant Jam 5,484,518.00
2 Asphalt
Finisher Jam 199,718.00
3 Asphalt
Sprayer Jam 33,028.00
4 Buldozer Jam 350,834.00
5
Compressor
4000-6500
L/M
Jam 80,000.00
6 Dump Truck
3-4 m3 Jam 151,646.00
7 Dump Truck
8-10 m3 Jam 210,822.00
8 Excavator Jam 297,651.00
9 Flatbed Truck
3-4 m3 Jam 145,188.00
10 Generator Set Jam 332,303.00
11 Motor Grader Jam 341,153.00
12 Track Loader Jam 324,425.00
13 Wheel Loader Jam 342,582.00
14 Three Wheel
Roller 5-8 Ton Jam 100,484.00
15 Tandem
Roller 6-8 Ton Jam 167,376.00
16
Pneumati Tire
Roller 8-10
Ton
Jam 171,201.00
17 Vibratory
Roller 5-8 Ton Jam 239,112.00
19 Stone Crusher Jam 520,367.00
20 Water Pump
70-100 mm Jam 19,150.00
21 Water Tanker
3000 - 4500 L Jam 127,044.00
22 Pedestrian
Roller Jam 70,011.00
23 Tamper Jam 26,534.00
24 Jack Hammer Jam 18,719.00
25 Vulvi Mixer Jam 109,691.00
26 Pick Up Jam 30,000.00
29 Mesin Las Jam -
31 Spreader Jam 199,718.00
32 Cold Milling
Machine Jam 1,615,897.00
2.7.3. Beton Aspal konvensional
Dalam penentuan harga satuan
untuk beton aspal non recycling ini
koefisien bahan, tenaga dan alat
mengacu pada proyek
rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan
jembatan Balai Pemeliharaan Jalan
Mojokerto, paket pemeliharaan berkala
jalan jurusan Lamongan-Gedeg (link
045.2) namun harga bahan, tenaga dan
alat disesuaikan ulang dengan harga
terbaru sesuai sub bab 2.7.2. Hasil
perhitungan tersebut dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4 : Analisa harga satuan beton
aspal non recycling
No.
Uraian Sat Koef
Biaya Jumlah
Satuan (Rp) Harga
(Rp)
A. Upah
1. Mandor Jam -
2. Operator Jam -
3. Pekerja Jam -
Total 0
B. Alat
1.
Asphalt
Mixing
Plant
Jam 0.0167 5,484,518.00 91,591.45
2. Dump
Truck Jam -
3 Wheel
Loader Jam 0.0275 342,582.00 9,421.01
4 Asphalt
finisher Jam -
5 Tandem
roller Jam -
6 P.Tyre
Roller Jam -
7 Genset Jam 0.0167 332,303.00 5,549.46
8 Alat
bantu Ls -
Total 106,561.92
C. Bahan
1 Agregat
kasar M3 0.5500 165,000.00 90,750.00
2 Agregat
halus M3 0.2357 130,000.00 30,641.00
3 Filler Kg 44.000 550.00 24,200.00
4 Aspal
Curah Kg 63.900 7,500.00 479,250.00
Total 624,841.00
D Sub Total
731,402.92
Catatan:
- Satuan dapat berdasarkan atas jam
operasional untuk tenaga Kerja dan
Peralatan, Volume dan/atau berat
Material
- Kuantitas satuan adalah kuantitas setiap
komponen untuk menyelesaikan satu
satuan pekerjaan dari nomor mata
pembayaran
15
- Biaya satuan untuk peralatan sudah
termasuk bahan bakar, bahan habis
dipakai dan operator
- Biaya satuan sudah termasuk
pengeluaran untuk seluruh pajak yang
berkaitan, (tetapi tidak termasuk PPN
yang dibayar dari kontrak) dan biaya-
biaya lainnya.
- Harga satuan sudah termasuk Tenaga
kerja, bahan, peralatan
2.7.4. Beton Aspal daur ulang
Pada daftar upah dan harga bahan
belum terdapat item drum mixer sehingga
perlu diestimasi harga satuan untuk item
ini, estimasi harga satuan dilakukan
dengan konsep analisa aliran kas dimana
pengadaan alat diasumsikan sebagai
pinjaman penuh yang harus diimbangi
dengan pendapatan selama umur rencana
dan disertai dengan pengembalian
pinjaman. Biaya-biaya serta asumsi yang
akan dimasukkan ke dalam aliran kas akan
dijelaskan dalam poin-poin dibawah ini:
Masa Investasi : 10 th
Kinerja Alat tahunan : Ringan
(150 hr/tahun)
Jam efektif : 7 jam/hr
Investasi Alat :
Importir akan mengimpor barang dengan
data-data sebagai berikut :
- Jenis barang : Drum mixer
- Merk : Vinayak
- Type : MDM - 25
- Negara asal : India
- Jumlah : 1 unit
- Harga FOB : USD 130.000,-
- Pos tarif BTBMI : 8474.32.10.00
(mesin untuk mencampur bahan
mineral dan bahan bitumen)
a. Bea Masuk : 0 %
b. PPN : 10%
c. PPnBM : 0%
- NDPBM : USD 1,- = Rp. 9.209,-
(www. beacukai.go.id)
Jika harga FOB tersebut diterima
oleh Pejabat Bea dan Cukai sebagai nilai
pabean, maka perhitungannya adalah
sebagai berikut:
Nilai pabean :
= 130.000 x Rp. 9.209,-
= Rp. 1.197.170.000,-
Bea Masuk :
= 0 % x Rp. 1.197.170.000,-
= Rp. 0,-
PPN :
= 10 % x Rp. 1.197.170.000,-
= Rp. 119.717.000,-
PPnBM :
0 % x Rp. 1.197.170.000,-
= Rp. 0,-
Total biaya investasi alat
= Rp. 1.316.887.000,-
Asumsi MARR 9%
(A/P, 9%, 10) = 0,156
Pembayaran Pinjaman
= 0,156 x 1.316.887.000
= Rp. 205.197.500,-
Nilai sisa (Asumsi 20%)
= 0,2 x 1.316.887.000
= Rp. 263.377.000,-
O/M cost
- Operator (1 org/hr)
= 7.800.450,-
- Montir (1 org/bulan)
= 562.464,-
- Lain-lain (10% Pendapatan)
= 69.582.450,-
- Total
= Rp 77.945.364,-
Target Profit / Laba
Laba bersih pada akhir masa
investasi diinginkan sebesar harga alat
yang telah disesuaikan dengan faktor
inflasi sehingga pada akhir masa
investasi terdapat sisa uang untuk
membeli alat baru. Besarnya inflasi
berbeda pada tiap negara, nilai inflasi
untuk Indonesia (Gambar 20) kurang
lebih sebesar 5-10% (diambil 10%). Jika
direncanakan usia investasi 10 tahun
maka besarnya laba netto yang
diinginkan sebesar:
= 1.316.887.000 x (1+10%)10
= Rp. 3.415.665.727,-
Gambar 20 : Peta Rasio Inflasi Dunia
(Sumber : CIA World Facebook 2010)
Analisa aliran kas untuk alat drum
mixer seperti pada Tabel 5.
16
Tabel 5: Analisa harga satuan beton aspal
recycling
Hasil perhitungan analisa aliran
kas untuk alat drum mixer menghasilkan
harga satuan sebesar
= Pendapatan per tahun/(150x7)
= 695.824.500.000,00
= Rp. 662.690,00 per jam.
Perhitungan analisa harga satuan
beton aspal recycling diawali dengan
perhitungan koefisien bahan, alat dan
upah, hasil perhitungan koefisien bahan,
alat, dan upah menghasilkan koefisien
bahan, alat dan upah yang tertera pada
Tabel 6.
Tabel 6: Analisa harga satuan beton aspal
recycling
No.
Uraian Sat Koef
Biaya Jumlah
Satuan (Rp) Harga
(Rp)
A. Upah
1. Mandor Jam -
2. Operator Jam -
3. Pekerja Jam -
Total 0
B. Alat
1. Drum
Mixer Jam 0,0533 662.690,00 35.343,47
2. Dump
Truck Jam 0,0533 210.822,00 11.243,84
3 Wheel
Loader Jam 0,0275 342,582.00 9.432,93
4 Asphalt
finisher Jam -
5 Tandem
roller Jam -
6 P.Tyre
Roller Jam -
7 Genset Jam 0,0533 332,303.00 17.722,83
8 Cold
Milling Jam 0,1096 1.615.897,00 177.181,69
9 Alat
bantu Ls -
Total 250.924,76
C. Bahan
1 RAP m3 0,4470 0 0
2 Coarse
Agregat m3 -
3 Medium
Agregat m3 0,0468 165.000,00 7.726,71
4 Fine
agregat m3 -
3 Filler Kg -
4 Aspal
Tambah Kg 14,628 9.000,00 131.652,00
Total 139.378,71
D Sub Total
390.303,47
2.7.5. Kesimpulan dari analisa biaya
Dari hasil perhitungan estimasi biaya
ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemanfaatan Kembali Material RAP ini
dapat dilakukan dengan alat drum mixer
dimana konsep daur ulang menggunakan
Hot Process dan in Plant recycling.
2. Dari segi biaya beton aspal daur ulang
sangat direkomendasikan, campuran
beton aspal recyling dapat menjadi
alternatif pengganti beton aspal
konvensional dengan penghematan yang
cukup signifikan. Biaya Beton Aspal
non recycling (konvensional) per ton
sebesar Rp.731.402,92 sedangkan biaya
produksi beton aspal recycling per ton
sebesar Rp.390.303,47. Dari angka
17
tersebut didapatkan penghematan beton
aspal recycling jika dibandingkan
dengan beton aspal non recycling
sebesar Rp.341.099,45 atau 46,63%.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
1. Campuran Beton Aspal “Do Nothing”
(Campuran dengan 100 % RAP tanpa
modifikasi) tidak memenuhi persyaratan
AC dan harus dilakukan modifikasi
campuran. Secara rata-rata campuran
Beton Aspal “Do Nothing”
menghasilkan Marshall Stability
898,55kg, Flow 4,13mm, Void Filled
with Bitumen (VFB) 52,28 %, Void In
Mix (VIM) 8,11% dan Density 2,28.
Dari seluruh parameter tersebut hanya
marshall stability yang memenuhi
persyaratan Asphalt Concrete (AC).
2. Gradasi Material RAP yang telah
diekstraksi menunjukkan adanya
ketidaksesuaian terhadap spesifikasi
yang diinginkan (Bina Marga V),
ketidaksesuaian gradasi ini dapat
diperbaiki dengan blending ulang
agregat.
3. Kualitas aspal yang terkandung dalam
RAP masih memenuhi persyaratan aspal
penetrasi 60/70, dari hasil pengujian
didapatkan angka Penetrasi 64,6 mm,
Daktilitas 110 cm, Titik Lembek pada
suhu 48,5 0C, titik nyala pada suhu 310
0C dan Titik Bakar pada suhu 320
0C.
4. Campuran beton aspal termodifikasi
(Modified Hot Mix) memiliki performa
yang sangat baik, campuran ini sudah
memenuhi semua persyaratan beton
aspal type AC. Campuran beton aspal
modifikasi dengan kadar aspal optimum
5,125% menghasilkan Marshall Stability
1815,69kg, Flow 3,97mm, Void Filled
with Bitumen (VFB) 77,77%, Void In
Mix (VIM) 3,38%, Density 2,42.
Dengan nilai marshall > 1500 campuran
ini sudah dapat dipakai untuk
perkerasan jalan heavily overloaded.
5. Suhu pemadatan ideal beton aspal daur
ulang ini kurang lebih berada pada suhu
lebih besar dari 138 0C.
6. Pemanfaatan Kembali Material RAP ini
dilakukan dengan alat drum mixer
dimana konsep daur ulang menggunakan
Hot Process dan in Plant recycling.
7. Dari segi biaya beton aspal daur ulang
sangat direkomendasikan, campuran
beton aspal recyling dapat menjadi
alternatif pengganti beton aspal
konvensional dengan penghematan yang
cukup signifikan. Biaya Beton Aspal non
recycling (konvensional) per ton sebesar
Rp.731.402,92 sedangkan biaya
produksi beton aspal recycling per ton
sebesar Rp.390.303,47. Dari angka
tersebut didapatkan penghematan beton
aspal recycling jika dibandingkan
dengan beton aspal non recycling
sebesar Rp.341.099,45 atau 46,63%.
3.2. Saran
1. Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk
meninjau masalah tingkat keawetan
(Durability) beton aspal dari campuran
RAP mengingat sifat ageing pada aspal.
2. Dalam mix desain campuran
termodifikasi proses penyelidikan dan
modifikasi bitumen memakan waktu
paling lama. Dalam rangka menghemat
waktu saat melakukan perbaikan
bitumen perlu adanya penelitian
tersendiri untuk merumuskan proporsi
baik campuran dua bitumen maupun
campuran bitumen dan bahan lainya
seperti minyak berat, dengan
menghemat waktu mix desain campuran
tentunya juga akan memperlancar
pelaksanaan di lapangan.
3. Perlu segera disusun standar
penggunaan material RAP (Semacam
SNI untuk material RAP dalam
campuran beton aspal) untuk
memberikan rambu-rambu atau standar
baku pada saat produksi dan juga untuk
memudahkan proses pengawasan
(Quality Control).
Recommended