A. Definisi Peralatan Display
Peralatan display merupakan suatu peralatan keluaran untuk menampilkan informasi
secara visual. Ketika input informasi tersebut dihasilkan dari sinyal elektris , maka dinamakan
electronic display.
B. System Display
Layar display yang dihubungkan dengan elektronik tidak berdiri sendiri, namun sebagai
bagian dari sistem informasi. Berdasarkan konteks tersebut, maka perlu menggabungkan display
dengan sistem yang akan melayaninya, seperti televisi , penerbangan, medis, militer , game dan
lain sebagainya. Tiap-tiap kelas display tersebut dihubungkan dengan segmen aplikasi dan
memiliki persyaratan khusus berdasarkan isi dari informasinya, lingkungan dimana dia akan
beroperasi dan yang paling penting adalah antarmuka antara mesin dan manusia (user). Pada
bagian C akan dijelaskan bagaimana perkembangan beberapa kelas display yang umumnya
digunakan oleh masyarakat yaitu display pada TV, display pada komputer dan display pada
telepon seluler. Perkembangan diantara 3 macam display tersebut awal mulanya dari teknologi
display CRT untuk televisi hingga dikembangkan untuk layar PC dan telepon seluler.
C. Sekilas Sejarah Peralatan Display
Awal dari sejarah display komputer adalah dimulai dengan adanya VDT (The Video
Display Terminal) yang berupa layar yang tergabung dengan keyboard dan dihubungkan ke
komputer. Tahap perkembangan monitor komputer Fase Pertama terjadi pada tahun 1855
ditandai dengan penemuan tabung sinar katoda oleh ilmuwan dari Jerman yang bernama
Heinrich Geibler (bapak dari monitor tabung). Teknologi tabung sejak awalnya memang
dikembangkan untuk merealisasikan monitor. Namun, Kristal cairan masih menjadi fenomena
kimiawi selama 80 tahun berikutnya. Saat itu, tampilan atau frame rate pun belum terpikirkan.
Lalu 33 tahun kemudian, ahli kimia asal Austria, Friedrich Reinitzer, meletakkan dasar
pengembangan teknologi LCD dengan menemukan kristal cairan. Waktu itulah yang
merupakan Fase Kedua dari tahap pengembangan monitor komputer. Selama ini, banyak yang
menganggap bahwa Karl Ferdinand Braun sebagai penemu tabung sinar katoda. Sebenarnya, ia
merupakan pembuat aplikasi pertama untuk tabung, yaitu osiloskop pada tahun 1897. Perangkat
inilah yang menjadi basis pengembangan perangkat lain, seperti televisi. Pada tahun yang sama,
Joseph John Thomson menemukan elektron, yang mempercepat pengembangan teknik tabung.
Kemudian CRT Pertama (Cathode Ray Tube) dikembangkan untuk menerima siaran
televisi Milestone adalah tabung televisi pertama dari Wladimir Kosma Zworykin (1929), full
electronic frame rate dari Manfred Ardenne (1930), dan pengembangan sinar katoda pertama
yang dapat direproduksi oleh Allen B.Du Mont (1931). Yang cukup menjadi masalah adalah
bahwa resolusi monitor TV saat itu hanya mampu menampilkan 40 karakter secara horisontal
pada layar. Monitor khusus untuk komputer dikeluarkan oleh IBM PC, yang pada awalnya
memiliki resolusi 80 x 25 dengan kemampuan warnanya. Pada generasi berikutnya muncul mono
graphics (MGA/MDA) yang memiliki 720 x 350.
Selanjutnya di awal tahun 1980-an muncul jenis display CGA dari IBM dengan range
resolusi dari 160×200 sampai 640 x 200 dan kemampuan warna antara 2 sampai 16 warna.
Monitor yang menjadi perhatian saat itu adalah Taxan Vision, sebuah layar warna 14 inci dengan
resolusi 1000 x 1000 pixel dan sebesar 64 Hz. Monitor EGA muncul dengan resolusi yang lebih
bagus yaitu 640 x 350. Monitor jenis ini cukup stabil sampai berikutnya munculnya generasi
komputer Windows. Tahun 1990, monitor Nec Multiscan 4 D yang memiliki resolusi maksimal
1.024 x 768 dan frame rate sebesar 70 Hz telah hadir. Spesifikasi ini masih digunakan untuk
Graphical User Interface saat ini. Sekitar tahun 2000, monitor layar datar menyerbu pasaran
konsumer. Semua jenis monitor ini menggunakan video digital yang spesifik untuk mengatur
warna dan intensitas cahaya. Antara video adapter dan monitor memiliki 2, 4, 16, atau 64 warna
tergantung standard grafik yang dimiliki. Selanjutnya dengan diperkenalkannya standard monitor
VGA, tampilan grafis dari sebuah personal komputer menjadi nyata. VGA dan generasi –
generasi yang berhasil sesudahnya seperti PGA, XGA, atau SVGA merupakan standard video
analog dengan sinyal R (Red), G (Green) dan B (Blue) dengan pewarnaan. Secara prinsip analog
monitor memungkinkan penggunaan full color dengan intensitas tinggi.
Generasi display selanjutnya adalah Teknologi LCD yang tidak lagi menggunakan tabung
elektron CRT, tetapi menggunakan sejenis kristal liquid yang dapat berpendar. Teknologi ini
menghasilkan monitor yang dikenal dengan nama Flat Panel Display (FPD) dengan layar
berbentuk pipih, dan kemampuan resolusi yang tinggi.
Dari LCD inilah teknologi display terus dikembangkan untuk mencapai hasil yang paling
maximal untuk pengguna baik secara ketajaman layar, bahan, daya listrik hingga ukuran.
D. Hirarkri Electronics Information Display
Setelah secara umum mengenai perkembangan display dijelaskan pada bagian C, pada
makalah ini akan lebih membahas mengenai perkembangan piranti display pada generasi non
CRT yaitu Flat Panel (FPD) dan selanjutnya. Berikut untuk memahami keseluruhan sistem dari
electronics display dapat dilihat pada diagram di bawah ini :
Gambar Hirarkri Teknologi Display
E. Direct View
E.1 Non Emissive Display
Cahaya yang dihasilkan dibelakang layar dan gambar dibentuk dengan memfilter cahaya tersebut.
1. Liquid Cristal Display (LCD)
a. Prinsip Kerja LCD
LCD terdiri dari dua subtrat yang membentuk sebuah “flat bottle” yang berisi campuran
kristal cair. Di dalam permukaan bottle atau sel dibungkus dengan polimer yang disangga untuk
meluruskan/mensejajarkan molekul-molekul kristal cair. Molekul-molekul kristal cair
disejajarkan di atas permukaan dalam arah buffing. Untuk twisted nematic device, dua
permukaan disangga secara orthogonal satu sama lain, membentuk sudut 90 derajat dua kali lipat
dari permukaan satu terhadap yang lain. (lihat Gambar di bawah ini).
Gambar Kristal cair kembar 90 derajat
Struktur helical mempunyai kemampuan untuk mengontrol cahaya. Sebuah
pemolarisasi (polarizer) digunakan pada bagian depan dan analyzer/reflector digunakan pada
bagian belakang sel. Bila cahaya polarisasi-acak melewati pemolarisasi depan (front polarizer)
maka akan dipolarisasi secara linier. Kemudian selanjutnya melewati glass depan dan dirotasi
oleh molekul-molekul kristal cair dan melewati glass belakang. Jika analyzer berotasi 90 derajat
terhadap polarizer, maka cahaya akan melewati analyzer dan terpantul kembali melalui sel.
Pengamat akan melihat latar-belakang display, dalam hal ini adalah silver gray dari reflektor.
Bila sinyal kemudi (drive signal) yang tepat dikenakan pada elektroda sel, maka medan
listrik di set-up melintasi sel. Molekul-molekul kristal cair akan berotasi dalam arah medan
listrik. Cahaya terpolarisasi linier yang datang melalui sel tidak terpengaruh dan diserap oleh
bagian belakang analyzer. Pengamat melihat sebuah karakter hitam pada latar-belakang silver
gray (lihat Gambar di bawah ini). Bila medan listrik mati (off), maka molekul-molekul relaksasi
kembali ke struktur kembarnya 90 derajat. Hal ini disebut sebagai citra positip (positive image),
reflective viewing mode.
Gambar Kristal cair dengan medan listrik
b. Jenis LCD Passive Matrix Drive dan Active Matrix Drive
Paasive sudah jarang digunakan. Kelemahan teknologi ini, monitor harus dilihat secara
tegak lurus. Jika dipandang dari sudut agak menyamping, maka tulisan pada monitor tidak akan
terlihat. Kelemahan lain, jika ada transistor yang mati, maka akan terlihat adanya garis gelap
melintang atau tegak lurus pada layar monitor. Sedangkan untuk active matrix drive.
menggunakan teknologi Thin Film Transistor (TFT). Hasil warna yang diperoleh sebagus CRT,
namun teknologinya mahal. Active matrix memiliki transistor yang memancarkan cahaya sendiri
pada masing-masing piksel, sehingga warnanya lebih cerah, dan tak harus dilihat dengan sudut
pandang tegak lurus. Namun karena adanya banyak transistor ini, mengakibatkan pemakaian
daya jenis monitor ini lebih tinggi dan kemungkinan kerusakan pada piksel lebih besar. Active
matrix drive digunakan untuk TV dan aplikasi Gambar bergerak lainnya yang memerlukan
kualitas Gambar yang tinggi dan respon yang cepat.
E.2 Emisive Display
Gambar dihasilkan secara langsung pada layar. Bisa juga fosfor mengubah sinar elektron
atau UV menjadi cahaya yang kasat mata.
1. Vacuum Fluorescence Displays (VFD)
VFD teknologi yang dikembangkan masih menggunakan prinsip penampilan isi
informasi yang sedikit pada peralatan audio/video atau peralatan rumah tangga. FED memiliki
kemiripan yang mencolok dengan CRT dalam keduanya didasarkan pada generasi elektron
dalam ruang hampa oleh katoda, dan selanjutnya produksi cahaya dari fosfor oleh
cathodoluminescence. Akan tetapi, struktur dari VFD dan CRT berbeda dan menyerupai pada
triode klasik, yaitu Elektron menguap dari katoda logam, filamen dengan sekitar 10 m ketebalan.
Mereka dipercepat oleh tegangan grid sekitar 50 V. VFD dapat diidentifikasi dengan mudah
seperti struktur sarang madu pada grid yang yang dibuat dengan etsa foil baja sangat tipis. Begitu
elektron menembus anoda sekitar 100 V, cahaya yang dipancarkan. VFD yang kuat, dapat
diandalkan, dengan rasio kontras tinggi dan umur panjang. Salah satu kelemahan adalah dimensi
ruang yang besar dibandingkan dengan area tampilan yang aktif.
2. Light Emiting Diode (LED)
2.1 Mekanisme LED
LED itu sendiri menggunakan cahaya pancaran diode (Light Emitting Diode) sebagai
sumber cahaya. LED menggunakan diode untuk membuat banyak image yang berwarna – warni.
Warna hitam akan menjadi benar – benar hitam, bukan hitam abu-abu, dan warna LED lebih
realistic dibandingkan monitor LCD. Monitor LED memiliki refresh rate yang tinggi. Di dalam
LED terdapat sejumlah zat kimia yang akan mengeluarkan cahaya jika elektron-elektron
melewatinya. Dengan mengganti zat kimia ini, kita dapat mengganti panjang gelombang cahaya
yang dipancarkan, seperti infrared, hijau atau biru atau merah dan ultraviolet.
Sebenarnya LED adalah dioda, sehingga memiliki kutub. Arah arus konvensional hanya
dapat mengalir dari anoda ke katoda. 2 kawat pada LED memiliki panjang yang berbeda. Kawat
yang panjang adalah anoda sedangkan yang pendek adalah katoda. Arus menentukan seberapa
terang sebuah LED. Lebih besar arus maka lebih terang pula LED itu. Arus pada LED
seharusnya sekitar 10 – 20 mA. Ketika arus melewati sebuah LED, jatuh tegangan pada LED
sekitar 1,6 V, sebenarnya tergantung pada arus yang ada. Tegangan pada LED tidak hanya
sebuah fungsi dari arus, tetapi juga warna LED dan suhu yang disebabkan perbedaan zat kimia
pada LED .Datasheet LED merupakan sudut pandang yang lebar berarti cahaya tidak akan
sampai jauh, tetapi akan menyebar. Lampu flash pada kamera memiliki sudut pandang yang
lebar. Datasheet biasanya akan memberikan berupa angka tunggal, tetapi beberapa akan
menjelaskan lebih detail dalam distribusi cahaya per sudut. Dan tentunya pada grafik panjang
gelombang, terdapat nilai puncaknya. grafik ini sangat penting karena grafik inilah yang
berfungsi menghubungkan LED dengan sensor warna.
2.2 Kelebihan LED
a. Lebih hemat listrik daripada LCD
b. Monitor ini memiliki kemampuan menghasilkan detail gambar yang lebih halus dan
lebih sempurna dibandingkan dengan monitor LCD.
c. Pencahayaan yang dihasilkan oleh monitor LED lebih stabil dibandingan dengan
monitor LCD, sehingga kestabilan cahaya dan warna, serta ketajamannya bisa terjaga
selama monitor digunakan.
2.3 Kelemahan LED
a. Tergantung pencahayaan dari LED-nya yang menyebabkan kurang maksimalnya
tampilan nantinya pada monitor.
b. Besar kecilnya arus yang melintasi LED juga akan menyebabkan perubahan kecerahan
pada tampilannya.
3. Field Emission Display (FED)
3.1 Mekanisme FED
Ditemukan pada tahun 1991 oleh Candescent yang bekerja sama dengan SONY.
Elektron-elektron dari jutaan katoda yang tipis bergerak pada keadaan vakum ke layar banyak
warna untuk membuat gambar. Elektron mencapai lapisan fosfor dan memicu mereka untuk
memancarkan pada warna yang berbeda. Dan Tiga sub piksel ditambahkan menjadi satu piksel.
Gambar Prinsip dasar FED
Gambar struktur FED
3.2 Kelebihan FED
a. Lebih efisien daripada LCD karena tidak ada sistem backlighting dan ekstra active
matriks seperti TFT sehingga sangat tipis tampilannnya
b. Kualitas gambar lebih baik
c. Waktu respon cepat
3.3 Kelemahan FED
a. Masalah produksi karena harus ada proses vakum yang memiliki high reability
b. Aliran arus yang tidak cukup besar untuk cukup memicu fosfor
c.Kontaminasi dan kerusakan merupakan resiko yang tinggi pada pemrosesan.
4. Panel Display Plasma (PDP)
4.1 Mekanisme PDP
Plasma adalah sebuah layar datar emisif dimana cahaya dihasilkan oleh fosfor yang
tereksitasi oleh sebuah pelepasan muatan plasma antara dua layar datar. Tampilan plasma
diciptakan di Universitas Illionis oleh Donald L. Bitzer dan H. Gene Slottow pada 1964 untuk
system computer PLATO. Dimulai dari dissertasi PhD Larry Weber dari Universitas Illionis
pada 1975 yang berhasil membuat tampilan plasma berwarnaa, dan akhirnya berhasil mencapai
tujuan tersebut pada 1995.
Monitor plasma atau dikenal juga dengan Panel Display Plasma (PDP) memanfaatkan
tegangan eksternal untuk menyebabkan pelepasan gas di dalam panel untuk menghasilkan sinar
ultraviolet yang akan memperoses warna-warna Merah, Hijau, dan Biru. Kualitas gambar yang
dihasilkan oleh televisi plasma sangat maksimal. Monitor plasma menggunakan warna penuh
panel datar fosfor untuk menampilkan gambar-gambar. Ia dikenal karena kombinasi dan
reproduksi warnanya yang sangat baik dan interaktif.
4.2 Kelebihan PDP
a. Display plasma hamper menyerupai kemampuan monitor CRT, dengan contrast ratio
tinggi (10.000 : 1)
b. Reproduksi warna sangat baik dan level black rendah
c. Hampir tidak ada reponse time dan sudut pandang (viewing angle) sangat baik
d. Bentuk ramping, tidak seperti televise proyeksi yang memiliki punggung besar
4.3 Kelemahan PDP
a. Memiliki ukuran pixel pitch yang besar, artinya memiliki resolusi rendah atau meski
resolusi tinggi, ukuran monitor haruslah besar;
b. Memiliki bobot yang sangat besar;
c. Konsumsi daya dan operasional suhu yang tinggi;
d. Sel plasma untuk perwakilan tiap pixel gambar hanya memiliki fungsi on/off sehingga
reproduksi warna jauh lebih terbatasi dibandingkan tipe CRT ataupun LCD
Gambar Tampilan salah satu TV plasma
5. Organic LED (OLED)
5.1 Mekanisme Kerja OLED
Teknologi OLED ditemukan oleh ilmuwan Perusahaan Eastman Kodak, Dr. Ching W.
Tang pada tahun 1979. Riset di Indonesia mengenai teknologi ini dimulai pada tahun 2005.
OLED diciptakan sebagai teknologi aternatif yang mampu mengungguli generasi tampilan layar
sebelumnya, tampilan kristal cair (Liquid Crystal Display atau LCD). OLED terus
dikembangkan dan diaplikasikan ke dalam piranti teknologi tampilan.
OLED merupakan piranti penting dalam teknologi elektroluminensi. Teknologi tersebut
memiliki dasar konsep pancaran cahaya yang dihasilkan oleh piranti akibat adanya medan listrik
yang diberikan. Teknologi OLED dikembangkan untuk memperoleh tampilan yang luas,
fleksibel, murah dan dapat digunakan sebagai layar yang efisien untuk berbagai keperluan layar
tampilan. Jumlah warna dari cahaya yang dipancarkan oleh piranti OLED berkembang dari satu
warna menjadi multi-warna. Fenomena ini diperoleh dengan membuat variasi tegangan listrik
yang diberikan kepada piranti OLED sehingga piranti tersebut memiliki prospek untuk menjadi
piranti alternatif seperti teknologi tampilan layar datar berdasarkan kristal cair.
Struktur OLED terdiri atas lapisan kaca terbuat dari oksida timah-indium yang berfungsi
sebagai elektroda positif atau anoda, lapisan organik dari diamine aromatik dengan ketebalan
750 nm, lapisan pemancar cahaya yang terbuat dari senyawa metal kompleks misalnya 8-
hydroxyquinoline aluminium, dan lapisan elektroda negatif atau katoda terbuat dari campuran
logam magnesium dan perak dengan perbandingan atom 10:1. Konstruksi keseluruhan lapisan
tidak lebih dari 500 nm, artinya OLED sama tipis dengan selembar kertas.
Bagian penting dari piranti OLED adalah lapisan elektroda dan lapisan tipis yang terdiri
dari molekul-molekul organik sebagai pemancar cahaya dimana keduanya disusun bertumpuk.
Lapisan organik dapat dimendapkan dengan teknik yang relatif sederhana yaitu pelapisan
memutar (spin coating) sedangkan lapisan elektroda dimendapkan menggunakan teknik
penguapan (evaporation). Lapisan elektroda dibuat dari bahan logam transparan atau semi-
transparan seperti Indium Tin Oxide (ITO) atau aluminium (Al). Sifat transparan memungkinkan
cahaya yang terpancar dari struktur piranti keluar secara optimal.
Mekanisme kerja OLED yaitu jika pada elektroda diberikan medan listrik, fungsi kerja
katoda akan turun dan membuat elektron-elektron bergerak dari katoda menuju pita konduksi di
lapisan organik. Keadaan ini mengakibatkan munculnya lubang (hole) di pita valensi. Anoda
akan mendorong lubang untuk bergerak menuju pita valensi bahan organik. Keadaan ini
mengakibatkan terjadinya proses rekombinasi elektron dan lubang di dalam lapisan organik
dimana elektron akan turun dan bersatu dengan lubang lalu memberikan kelebihan energi dalam
bentuk foton cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Pada akhirnya akan diperoleh satu
jenis pancaran cahaya dengan panjang gelombang tertentu bergantung pada jenis bahan
pemancar cahaya yang digunakan.
5.2 Jenis-jenis OLED
a. PMOLED b.AMOLED
Gambar Jenis OLED
PMOLED (Passive–Matrix OLED) menggunakan skema kontrol yang sederhana yang
mengontrol tiap baris pada display secara sekuensial (1 pada suatu waktu). PMOLED tidak
memiliki kapasitor penyimpan maka pixel pada tiap baris sesungguhnya mati pada sebagian
besar waktu. Untuk mengompensasi ini maka perlu adanya tegangan lebih untuk membuat
menjadi cerah. PMOLED jiga dibatasi oleh resolusi dan ukuran (semakin banyak baris, semakin
tinggi tegangannya). Display PMOLED biasanya kecil dan digunakan untuk menampilkan
karakter atau ikon yang kecil. AMOLED (Active-Matrix OLED) menggunakan teknologi TFT
yang memiliki kapasitor penyimpanan yang menjaga kondisi baris pixel maka memungkinakan
untuk ukuran yang luas dan resolusinya besar.
5.3 Kelebihan OLED
1. Lebih ringan, lebih tipis dan lebih fleksibel daripada LED, LCD dan Plasma.
2. Lebih cerah daripada LED karena lapisan organik di dalamnya lebih tipis berkali-kali
lipat daripada yang berhubungan dengan emitting layer di LED
3. Lebih hemat daya dikarenakan backlighting yang efisien
4. Jangkauan pandangan utnuk melihat lebih luas
5.4 Kekurangan OLED
1. Waktu hidup (cth: biru hanya memiliki waktu hidup 14.000 jam)
2. Manufakturnya mahal
3. Sensitif terhadap bahan-bahan tertentu misalnya air,udara
E3. Flexible Display
Salah satu contoh flexible display adalah penggunaan E paper. Teknologi E-paper display
yang paling terkenal adalah yang digunakan pada electrophoretic display.
1. Elecelectrophoretic displays.
menampilkan gambar terlihat secara vertikal dibebankan partikel pigmen dalam mikrokapsul
dengan bantuan sebuah medan listrik eksternal. Seperti ditunjukkan dalam Gambar di bawah ini.
Partikel hitam bermuatan positif dan partikel putih bermuatan negatif keduanya dapat pindah ke
atas permukaan bawah bidang listrik dikendalikan untuk membentuk area hitam atau putih
(pixel) pada permukaan atas. dengan memanipulasi medan listrik dengan benar, seseorang dapat
mengontrol rasio partikel hitam dan putih pada sehingga permukaan membentuk skala abu-abu
yang diinginkan.
Gambar Mekanisme kerja EPD
Salah satu keuntungan yang jelas pada EPD adalah dapat menghasilkan di stable display. Zero
power dikonsumsi untuk menjaga isi yang akan ditampilkan dan gambar yang tertampil dapat
dijaga untuk waktu yang sangat lama setelah penghapusan external drive voltage. Daya hanya
akan dikonsumsi ketika perlu diperbaharui isi diplay dan konsumsi daya akan secara cepat naik
jika sering memperbaharui. EPD dapat juga digabungkan dengan color filter untuk membuat
color display meskipun pencahayaan seperti ini tidak ideal sebagai hasil kehilangan cahaya pada
color filter. Kekurangan EPD terletak pada kerumitan untuk secara tepat menampilkan skala abu-
abu yang diinginkan menggunakan bentuk gelombang yang sederhana dan pendek. Jika
dibandingkan dengan produk LCD, maka akses refreshing speednya masih tertinggal karena
adanya drive mechanism. Selain itu untuk kompleks animasi dan video kurang tepat
menggunakan EPD.
Gambar Aplikasi E paper
F. Projection (Proyektor)
Perkembangannya terbagi menjadi 4 macam :
1. CRT
Proyektor jenis ini sama halnya jenis CRT yang telah dijelaskan pada bagian awal.
Dengan jenis proyektor ini, tiga CRT, plus lensa pembesar, digunakan untuk melemparkan
sebuah gambar ke layar. Para CRT digunakan untuk memproyeksikan warna utama, merah, biru
dan hijau. Adanya tiga tabung yang berbeda-beda warna dalam proyektor CRT, membuat
proyektor ini lumayan besar dan berat. Sehingga dianggap kurang fleksibel untuk digunakan
pada presentasi-presentasi dalam ruang yang kecil. Proyektor semacam ini bekerja dengan baik
untuk menghasilkan kontras yang besar. Secara keseluruhan, sebuah proyektor CRT memberi
pemirsa gambar yang sangat memuaskan, kualitas gambar film. Tidak seperti DLP dan model
LCD, proyektor CRT tidak memiliki bola lampu yang memerlukan penggantian, yang akan
menghemat uang konsumen. Juga, model CRT terakhir selama 20, 000 jam – hidup yang relatif
panjang. Ada beberapa kelemahan semacam ini proyektor. Model CRT biasanya cukup mahal,
besar, seringkali membutuhkan jumlah yang sama ruangan sebagai 20-inch TV. Juga, proyektor
CRT untuk bekerja secara maksimal maka kemampuan ruangan gelap diperlukan.
Gambar Proyektor jenis CRT
2. LCD
Pada dasarnya prinsipnya sama dengan LCD yang telah dijelaskan pada E.1. Gambar
yang dihasilkan proyektor LCD memiliki kedalaman warna yang baik karena warna yang
dihasilkan olah panel LCD langsung dibiaskan lensa ke layar. Selain itu gambar pada proyektor
LCD juga lebih tajam dibandingkan dengan hasil gambar proyektor DLP. Kelebihan lain dari
LCD adalah penggunaan cahaya yang lebih efisien sehingga dapat memproduksi “ansi lumens”
yang lebih tinggi dibandingkan proyektor dengan teknologi DLP. Sedangkan kelemahan
teknologi LCD adalah besar piksel yang terlihat jelas di gambar. Ini yang menyebabkan
teknologi LCD kurang cocok untuk memutar film karena akan terasa seperti melihat film dari
balik mata yang terhalang “selaput katarak”
3. DLP dan DMD
Digital Light Processing atau yang disingkat dengan DLP pertama kali dikembangkan
oleh Texas Instrument. Pada DLP, cahaya terlebih dahulu akan mengenai sebuah Color
Filter berbentuk roda. Kemudian warna yang diperoleh akan mengenai Digital Micromirror
Devices (DMD). Dari DMD inilah kemudian cahaya akan diproyeksikan dengan cara
dipantulkan ke layar. DMD adalah sebuah optical chip yang terdiri dari tiga lapis cermin-cermin
mikro yang masing-masing lapisan dipisahkan oleh rongga udara yang memungkinkan cermin
untuk miring sejauh -10 sampai +10 derajat. Kemiringan setiap cermin DMD akan diatur oleh
sebuah chip khusus yang ada pada DMD. Cermin-cermin ini dapat bergerak membelokkan
cahaya sampai 5000 kali per detik. Keunggulan teknologi DLP terdapat pada ringkasnya ruang
cahaya yang diperlukan. Hal ini tentu mempengaruhi ukuran “bodi” proyektor. Selain itu,
kontras warna yang dihasilkan proyektor DLP sangat baik dengan kualitas warna hitam yang
lebih baik. Piksel yang terlihat pada gambar yang dihasilkan oleh proyektor LCD juga dapat
diminimalisir dengan baik oleh teknologi DLP. Sedangkan kelemahan DLP terdapat pada
lingkaran warna yang merupakan salah satu komponen pentingnya. Pada beberapa kasus,
lingkaran warna ini dapat menghasilkan “efek pelangi”. Yaitu munculnya warna asing di luar 3
warna primer yang ada akibat kesalahan perputaran lingkaran warna.
Gambar Proyektor jenis DLP
4. Liquid crystal on silicon (LCOS)
Teknologi yang terakhir ini memanfaatkan keunggulan dua teknologi yang sudah hadir
sebelumnya, yaitu LCD dan DLP. Teknologi LCOS lebih mudah diproduksi dan ringan
dibandingkan LCD. Resolusi yang dihasilkan juga lebih baik dari LCD.
Bahkan resolusi teknologi ini d iperhitungkan dapat mencapai QXGA, yaitu 2048×1536 pixel.
Sangat tinggi, bahkan yang tertinggi. Teknologi ini juga mengurangi artefak yang muncul pada
LCD.
Selain itu, LCOS memiliki kontrol analog seperti layaknya LCD dengan gradasi warna
yang lebih baik dibandingkan DLP. Contrast ratio teknologi ini juga lebih baik dibandingkan
LCD meskipun tidak terlalu lebih baik dari DLP. Namun, nilai brightness-nya sejajar dengan
LCD yang artinya lebih baik dari DLP.
Gambar Proyektor jenis LCOS
G. 3D display
1. Volumetrik Display
Menampilkan volumetrik adalah mereka yang memancarkan, mengarahkan,
menyebarkan, atau re-image light dari volume yang benar yang terintegrasi melalui proses
memperbaharui sistem. Contoh volume displays termasuk sweep-screen multi-planar display ,
proyeksi ke tumpukan panel LC, dua operasi langkah konversi pada doped solids, dan bahkan
proyeksi ke kabut.
Gambar Contoh Volumetrik Display Rotating LED
2. Holographic displays
Menggunakan laser untuk menginstruksi ulang obyek yang menghamburkan cahaya oleh
photographic plate selama perekaman. Bagian depan , samping dan belakang dari obyek dapat
direkam pada tiga, empat atau lebih photographic plates. Seperti hologram dapat memberikan
360 derajat pandangan dari obyek. Kesukaran utamanya pada display tertentu karena informasi
yang besar pada isi hologram sebanding dengan kesukaran dalam menampilkan spektrum penuh
warna.
Gambar Proses pembentukan Holographic display
3. Stereoscopic Display
Membuat pandangan mata kanan dan mata kiri yang direkonstruksi dengan menggunakan
kacamata khusus, yang dapat didasarkan pada perbedaan warna, waktu, atau urutan. Stereoscopic
display saat ini yang paling umum dan tersedia secara komersial di LCD, PDP, dan sebagai
kedua sistem proyeksi belakang dan depan.
Gambar Cara Kerja Stereoscopic Display
4. Autostereoscopic display
Membuat banyak titik pandangan supaya pengguna tidak perlu memakai kacamata tertentu. Ini
dapat terjadi dengan melakukan solusi headtracking atau mengurangi resolusi untuk
memugkinkan banyak titik pandangan.
Daftar Pustaka
1. CogInfoCom 2011.Péter Tamás Kovács, Tibor Balogh. 3D Display Technologies and
effects on the Human Vision System.
2. Syahrul . LCD, LIQUID CRYSTAL DISPLAY: Teknologi, Perkembangan dan Drive Circuit.
Jurusan Teknik Komputer Universitas Komputer Indonesia
3. http://www.vinnova.se/upload/dokument/Verksamhet/Internationell_samverkan/Sweden-
Korea/2EPD_HJ%20Kim.pdf
4. http://id.wikipedia.org/wiki/Tampilan_plasma
5. http://www.oled-info.com/pmoled-vs-amoled-whats-difference
6. https://www.fh-muenster.de/fb1/downloads/personal/juestel/juestel/Em.andnon-
em.RGBDisplays_DierkesHuebner_.pdf
.