BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan. Untuk
mencapai tujuan tersebut diperlukan peningkatan sumber daya manusia, kualitas hidup,
peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat serta mempertinggi kesadaran
masyarakat akan pentingnya hidup sehat.
Kesehatan yang baik adalah modal utama bagi setiap orang, termasuk kesehatan
gigi dan mulut. Dalam upaya membangun kesehatan gigi dan mulut perlu adanya
penjagaan terhadap oral hygiene secara mandiri dengan penggunaan pasta gigi yang
benar-benar sesuai dengan kebutuhan gigi dan mulut yang relatif bebeda bagi tiap
individu.
Untuk itu perlu adanya pengetahuan yang luas mengenai pasta gigi termasuk juga
oleh para dokter gigi, karena pasta gigi serta kandungan yang terdapat didalamnya sangat
mempengaruhi variabel kesehatan gigi pasien.
Menyikat gigi merupakan suatu kontrol plak dan langkah awal untuk mencegah
karies. Saat ini kontrol plak telah dilengkapi dengan penambahan bahan aktif yang
mengandung bahan dasar alami ataupun sintetik sebagai bahan antibakteri yang tersedia
dalam bentuk sediaan obat kumur dan pasta gigi. Namun demikian kesalahan dalam
memilih komposisi serta dosis kandungan per-bahan pada suatu pasta gigi justru dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan pelindung gigi.
Berikut akan dibahas mengenai komposisi umum dari pasta gigi serta manfaat dan
resiko bahaya dari masing-masing bahan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah kandungan atau komposisi umum yang terdapat pada pasta gigi?
2. Apakah fungsi dari masing-masing komponen yang terkandung dalam pasta gigi?
3. Bahan-bahan apakah yang mengandung potensi bahaya dalam pasta gigi?
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui kandungan atau komposisi umum yang terdapat pada pasta gigi
2. Mengetahui fungsi dari masing-masing komponen yang terkandung dalam pasta gigi
3. Mengetahui bahan-bahan apakah yang mengandung potensi bahaya dalam pasta gigi
1.4 Manfaat Penulisan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya tentang apa saja yang terkait dengan judul makalah ini yaitu
tentang pasta gigi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pasta Gigi
Pasta gigi didefinisikan sebagai bahan semi-aqueous yang digunakan bersama-
sama sikat gigi untuk membersihkan deposit dan memoles seluruh permukaan gigi. Pasta
gigi yang digunakan pada saat menyikat gigi berfungsi untuk mengurangi pembentukan
plak, memperkuat gigi terhadap karies, membersihkan dan memoles permukaan gigi,
menghilangkan atau mengurangi bau mulut, memberikan rasa segar pada mulut serta
memelihara kesehatan gingiva (Siregar, 2004).
2.1.1 Fungsi Pasta Gigi
1. Fungsi Kosmetik
Menyingkirkan materi alba, plak, sisa makanan dan pewarnaan pada
permukaan gigi serta untuk penyegaran pernafasan (Siregar, 2004).
2. Fungsi Therapeutik
Dengan pemakaian obat-oabatan dalam pasta gigi hasil nya terlihat dalam
pengurangan plak, kalkulus, karies dan penyakit gingiva. Adapun pasta gigi
therapeutik dibagi dalam dua kelompok yaitu pasta gigi therapeutik yang tidak
mengandung fluor seperti pasta gigi yang mengandung klorofil, antibiotik
ammonium dan enzim inhibitor dan pasta gigi therapeutik yang menganndung
fluor untuk mencegah terjadinya karies gigi seperti :
- Sodiun fluoride 0,22%
- Stannous fluoride 0,4%
- Monofloro phospatase 0,76% (Siregar, 2004).
3. Fungsi Kosmetik Therapeutik
Pasta gigi terdiri dari bermacam-macam bahan, dimana masing-masing
bahan mempunyai fungsi khusus (Siregar, 2004).
3
2.1.2 Syarat – syarat pasta gigi yang baik (Siregar, 2004)
1. Mempunyai daya abrasif yang minimal tetapi mempunyai daya pembersih
yang maksimal.
2. Dapat mengemulsi kotoran-kotoran yang ada dalam mulut.
3. Harus stabil dalam waktu yang lama.
4. PH hampir netral supaya dapat bereaksi dalam suasana asam basa.
5. Dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri yang ada dalam
mulut.
6. Dapat bereaksi dengan enamel gigi dan membentuk senyawa yang dapat
mempertinggi daya tahan enamel terhadap serangan asam.
7. Tidak beracun.
8. Dapat mengurangi atau menghilangkan bau mulut.
9. Enak rasanya dan memberi kesegaran dalam rongga mulut.
10. Tidak merusak mukosa dalm mulut.
11. Dapat mengurangi sensitivitas dentin.
12. Harganya terjangkau.
2.1.3 Komposisi Pasta Gigi
Hampir semua pasta gigi mengandung lebih dari satu bahan aktif dan hampir
semua dipromosikan dengan beberapa keuntungan bagi pengguna. Umumnya
pasta gigi yang beredar di pasaran saat ini adalah kombinasi dari bahan abrasif,
deterjen dan satu atau lebih bahan terapeutik (Siregar, 2004).
a. Bahan abrasif (20-50%)
Bahan abrasif yang terdapat dalam pasta gigi umumnya berbentuk bubuk
pembersih yang dapat memolish dan menghilangkan stain dan plak. Bentuk dan
jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi membantu untuk menambah kekentalan
pasta gigi. Contoh bahan abrasif ini antara lain silica atau silica hydrat, sodium
bikarbonat, aluminium oxide, dikalsium fosfat dan kalsium karbonat (Siregar,
2004)
Pengertian Bahan Abrasif
Bahan yang menyebabkan abrasi; bahan yang digunakan untuk mengikis,
mengasah, dan menggosok (Siregar, 2004).
4
Manfaat Bahan Abrasif
Restorasi gigi diselesaikan sebelum dipasang di dalam rongga mulut untuk
mendapatkan tiga manfaat dari perawatan gigi : kesehatan mulut, fungsi, dan
estetika. Restorasi dengan kontur dan pemolesan yang baik akan meningkatkan
kesehatan mulut dengan jalan mencegah akumulasi sisa makanan dan bakteri
patogen. Ini diperoleh melalui reduksi daerah permukaan total dan mengurangi
kekasaran permukaan restorasi (Siregar, 2004).
Permukaan yang lebih mulus akan lebih mudah dijaga kebersihannya dengan
tindakan pembersihan preventif yang biasa dilakukan sehari-hari karena benang
gigi dan sikat gigi akan mendapat jalan masuk yang lebih baik ke semua
permukaan dan daerah tepi. Dengan beberapa bahan gigi tertentu, aktivitas karat
dan korosi dapat dikurangi cukup besar jika seluruh restorasi dipoles dengan
baik. Fungsi rongga mulut akan meningkat jika restorasi dipoles dengan baik
karena makanan akan meluncur lebih bebas pada permukaan oklusal dan
embrasur selama mastikasi. Yang lebih penting lagi, daerah kontak restorasi
yang halus akan mengurangi tingkat keausan pada gigi tetangga maupun
antagonisnya. Ini khususnya berlaku untuk bahan restorasi seperti keramik yang
mengandung fase yang lebih keras daripada email gigi dan dentin. Permukaan
yang kasar menyebabkan terjadinya tekanan kontak yang tinggi yang dapat
menimbulkan hilangnya kontak fungsional dan stabilisasi antara gigi-gigi
(Siregar, 2004).
Akhirnya, kebutuhan estetik dapat membuat dokter gigi menangani
permukaan restorasi yang tampak jelas dengan cara berbeda daripada
permukaan yang sulit dijangkau. Walaupun pemolesan yang mirip cermin
diinginkan demi alasan di atas, jenis permukaan ini mungkin secara estetik
kurang baik karena tidak cocok dengan gigi-gigi di sebelahnya bila berada di
daerah yang mudah kelihatan seperti permukaan labial dari gigi-gigi aterior atas.
Meskipun demikian, permukaan ini tidak terkena tekanan kontak yang tinggi
dan mudah dibersihkan (Siregar, 2004).
Ciri dan corak anatomi yang samar dapat ditambahkan pada daerah ini tanpa
mempengaruhi kesehatan maupun fungsi rongga mulut (Siregar, 2004).
5
Bahan Abrasif Lain (Polishing) Di Bidang Kedokteran Gigi
Ada beberapa jenis abrasif yang tersedia tetapi hanya yang umum yang
digunakan dalam kedokteran gigi. Abrasif alamiah mencakup batu Arkansas,
kapur, korundum, intan, ampelas, akik, pumice, quartz, pasir, tripoli, dan
zirkonium silikat. Cuttle dan kieselguhr berasal dari sisa organisme hidup.
Abrasif buatan pabrik adalah bahan disintesa yang umumnya lebih disukai
karena mempunyai sifat fisik yang lebih dapat ditebak. Silikan karbid, oksida
aluminium, rouge, dan oksida timah adalah contoh dari abrasif buatan pabrik.
1. Batu Arkansas. Batu Arkansas adalah batu endapan silika yang
berwarna abu-abu muda dan semitranslusen yang ditambang di
Arkansas. Mengandung quartz mikrokristal dan mempunyai corak
yang padat, keras, serta seragam. Potongan kecil dari mineral ini
dicekatkan pada batang logam dan ditruing ke berbagai bentuk
untuk mengasah email gigi dan logam campur.
2. Kapur. Salah satu bentuk mineral dari calcite disebut kapur. Kapur
adalah abrasif putih yang terdiri atas kalsium karbonat. Digunakan
sebagai pasta abrasif ringan untuk memoles email gigi, lembaran
emas, amalgam, dan bahan plastik.
3. Korundum. Bentuk mineral dari oksida aluminium yang biasanya
berwarna putih. Sifat fisiknya lebih rendah daripada oksida alfa-
aluminium, yang sudah banyak menggantikan korundum dalam
aplikasi dental. Korundum digunakan terutama untuk mengasah
logam campur dan tersedia dalam bentuk abrasif bonding dengan
bermacam bentuk. Paling umum digunakan pada instrumen yang
disebut white stone.
4. Intan. Intan adalah mineral tidak berwarna, transparan yang terdiri
atas karbon. Ini adalah senyawa yang paling keras. Intan disebut
superabrasif karena kemampuannya untuk mengatasi substansi
apapun. Abrasif intan dipasok dalam berbagai bentuk, termasuk
instrumen abrasif yang berputar, ampelas abrasif yang mempunyai
backing logam lentur, dan pasta poles intan. Digunakan pada bahan
keramik dan resin komposit.
6
5. Amril. Abrasif ini berupa korundum berwarna hitam keabuan yang
dibuat dalam bentuk butiran halus. Amril digunakan khususnya
dalam bentuk disk abrasif dan tersedia dalam berbagai ukuran
kekasaran. Dapat digunakan untuk memoles logam campur atau
bahan plastis.
6. Akik. Istilah akik mencakup sejumlah bahan yang berbeda yang
mempunyai sifat fisik dan kristalin yang sama. Mineral ini adalah
silika dari aluminium, kobalt, besi, magnesium, dan mangan.
Abrasif akik yang digunakan dalam kedokteran gigi biasanya
berwarna merah gelap. Akik sangat keras dan jika patah selama
pengasahan, membentuk bidang berbentuk pahat yang tajam,
membuat bahan ini menjadi abrasif yang sangat efektif. Akik
tersedia dalam bentuk disk dan pita punjung. Digunakan untuk
mengasah logam campur dan bahan plastik.
7. Pumis. Aktivitas gunung berapi menghasilkan bahan silika berwarna
abu-abu muda. Digunakan terutama dalam bentuk pasir tetapi juga
dapat ditemukan pada abrasif karet. Kedua bentuk ini digunakan
pada bahan plastik. Tepung pumis adalah derivat batu volakanik
yang sangat halus dari Italia dan digunakan untuk memoles email
gigi, lempeng emas, amalgam gigi, dan resin akrilik.
8. Quartz. Bentuk quartz yang paling sering digunakan adalah yang
sangat keras, tidak berwarna, dan transparan. Ini adalah bentuk
mineral yang sangat banyak dan tersebar luas. Partikel-partikel
kristalin quatrz dilumatkan untuk membentuk partikel angular yang
tajam yang bermanfaat dalam membuat disk abrasif. Abrasif quartz
digunakan terutama untuk merapikan logam campur dan dapat
digunakan untuk mengasah email gigi.
9. Pasir. Pasir adalah campuran partikel mineral kecil yang terutama
terdiri atas silika. Partikel ini berwarna-warni, membuat abrasif pasir
mempunyai penampilan yang khas. Partikel pasir mempunyai
bentuk bulat atau angular. Diaplikasikan tekanan udara untuk
menghilangkan bahan tanam dari logam campur pengecoran. Juga
dapat dilapiskan pada disk kertas untuk mengasah logam campur
dan bahan plastik.
7
10. Tripoli. Abrasif ini berasal dari endapan batu silika yang ringan dan
rapuh. Berwarna putih, abu-abu, pink, merah, atau kuning. Jenis
yang berwarna abu-abu dan merah adalah yang paling sering
digunakan dalam kedokteran gigi. Batu ini digiling menjadi partikel
yang sangat halus dan dibentuk dengan pengikat lunak menjadi
batang-batang senyawa pemoles. Digunakan untuk memoles logam
campur dan beberapa bahan plastik.
11. Zirkonium silikat. Zirkon atau zirkonium silikat dipasok sebagai
mineral berwarna putih kekuningan. Bahan ini digiling menjadi
partikel dengan berbagai ukuran dan digunakan untuk melapisi disk
abrasif serta ampelas. Sering digunakan sebagai komponen pasta
profilaksis gigi.
12. Cuttle. Cuttlefish, cuttle bone, atau cuttle adalah nama yang umum
untuk abrasif ini. Merupakan bubuk putih calcareus yang terbuat
dari bagian dalam rumah kerang laut Mediterania dari genus Sepia.
Tersedia sebagai abrasif lapisan dan digunakan untuk prosedur
abrasi yang halus seperti memoles tepi logam dan restorasi amlgam
gigi.
13. Kieselguhr. Bahan ini terdiri atas sisa-sisa silika dari tanaman laut
kecil yang disebut diatom. Bentuk yang lebih kasar disebut tanah
diatomaceus, yang digunakan sebagai bahan pengisi pada beberapa
bahan gigi seperti bahan cetak hidrokoloid. Merupakan abrasif yang
sangat halus. Risiko silikosis pernapasan karena pemajanan kronis
terhadap partikel bahan ini yang ada di udara cukup besar karena itu
tindakan pencegahan harus selalu dilakukan.
14. Silikon Karbid. Adalah abrasif yang sangat keras dan merupakan
abrasif sintetik yang pertama kali dibuat. Baik yang berwarna hijau
atau hitam-biru mempunyai sifat fisik yang setara. Bentuk hijau
sering lebih disukai karena substrat terlihat lebih nyata di balik
warna hijau tersebut. Silikon karbid sangat keras dan rapuh. Patikel-
partikelnya tajam dan mudah pecah untuk membentuk partikel baru
yang tajam. Ini menghasilkan efisiensi pemotongan yang sangat
tinggi untuk berbagai bahan, termasuk logam campur, keramik, dan
8
bahan plastik. Silikon karbid tersedia sebagai abrasif pada disk dan
instrumen bonding vitreous serta karet.
15. Oksida Aluminium. Oksida aluminium adalah abrasif sintetik kedua
yang dikembangkan sesudah silikon karbid. Oksida aluminium
sintetik (alumina) dibuat berupa bubuk berwarna putih. Dapat lebih
keras daripada korundum (alumina alami) karena kemurniannya.
Alumina dapat diproses dengan berbagai sifat melalui sedikit
mengubah reaktan pada proses pembuatannya. Ada beberapa jenis
ukuran butiran dan alumina sudah semakin banyak menggantikan
bahan amril untuk abrasif. Oksida aluminium digunakan secara luas
dalam kedokteran gigi. Oksida ini dipakai untuk membuat abrasif
bonding, abrasif berbentuk lapisan, dan abrasif yang dijalankan
dengan motor udara. White stone dibuat dari oksida aluminium yang
disintering dan populer untuk merapikan email gigi, logam campur,
maupun bahan keramik.
Abrasif logam aluminium yang berwarna pink dan merah delima
dibuat dengan menambahkan senyawa kromium pada bahan asli.
Variasi ini dipasarkan dalam bentuk bonding viterous sebagai batu
tidak terkontaminasi untuk preparasi logam campur logam-keramik
sebelum menerima porselen. Sisa-sisa abrasif ini tidak boleh
mengganggu pengikatan porselen ke logam campur. Hasil tinjauan
ulang dari Yamamoto (1985) menunjukkan bahwa bur karbid
merupakan instrumen yang paling efektif untuk merapikan jenis
logam campur ini karena tidak mengkontaminasi permukaan logam
dengan terjebaknya partikel abrasif.
16. Abrasif Intan Sintetik. Intan buatan digunakan khusus sebagai
abrasif dan dibuat lima kali lebih besar dari tingkat abrasif intan
alami. Jenis abrasif ini digunakan pada pembuatan gergaji intan,
roda, dan bur intan. Blok yang ditanami partikel intan digunakan
untuk mengasah jenis abrasif yang lain. Pasta pemoles intan juga
dapat dibuat dari partikel yang diameternya lebih kecil dari 5 μm
dan digunakan untuk memoles bahan keramik. Abrasif intan sintetik
digunakan terutama untuk struktur gigi, bahan keramik, dan bahan
resin komposit.
9
17. Rouge. Oksida besi adalah senyawa abrasif yang halus dan berwarna
merah dalam rouge. Bahan ini dipadukan seperti tripoli, dengan
berbagai pengikat lunak menjadi bentuk bedak. Digunakan untuk
memoles logam campur mulia yang berkadar tinggi.
18. Oksida Timah. Abrasif yang sangat halus ini digunakan secara luas
sebagai bahan pemoles untuk gigi dan restorasi logam di dalam
mulut. Bahan ini dicampur dengan air, alkohal, atau gliserin untuk
membentuk pasta abrasif ringan.
b. Air (20-40%)
Air dalam pasta gigi berfungsi sebagai pelarut (Siregar, 2004).
c. Humectant atau pelembab (20-35%)
Humectant adalah bahan penyerap air dari udara dan menjaga
kelembaban. Misalnya gliserin, alpha hydroxy acids (AHA) dan asam laktat.
Bahan ini digunakan untuk menjaga pasta gigi tetap lembab (Siregar, 2004).
d. Bahan perekat (1-2%)
Bahan perekat ini dapat mengontrol kekentalan dan memberi bentuk
krim dengan cara mencegah terjadinya pemisahan bahan solid dan liquid pada
suatu pasta gigi. Contohnya glycerol, sorbitol dan polyethylene glycol (PEG)
(Siregar, 2004).
e. Surfectan atau Deterjen (1-3%)
Bahan deterjen yang banyak terdapat dalam pasta gigi di pasaran
adalah Sodium Lauryl Sulfat (SLS) yang berfungsi menurunkan tegangan
permukaan, mengemulsi (melarutkan lemak) dan memberikan busa sehingga
pembuangan plak, debris, material alba dan sisa makanan menjadi lebih
mudah. SLS ini juga memiliki efek antibakteri (Siregar, 2004).
f. Bahan penambah rasa (0-2%)
Xylitol adalah nama populer senyawa kimia alkohol gula C5H12O5.
Sehari-hari dikenal sebagai gula kayu atau gula birch yang digunakan untuk
pemanis, seperti rekan-rekannya, mannitol, sorbitol, erythritol, maltitol, dan
10
lactitol. Disebut gula birch karena pertama kali ditemukan pada abad ke-19
dari serat kayu pohon white birch yang banyak tumbuh di Finlandia dan
Amerika Utara (Darby, 2009).
Xylitol secara alami juga terkandung dalam serat buah dan sayuran,
yaitu dari keluarga beri-berian (rasberi, stroberi), plum, kulit ari jagung,
gandum oat, jamur merang, kembang kol dan bayam (Darby, 2009).
Di abad ke-19 itu, xylitol diperkenalkan di Eropa sebagai pemanis
yang aman bagi penderita diabetes dan pemilik kadar gula darah tinggi, karena
tak berpengaruh pada kadar insulin. Semanis gula sukrosa dari tebu tapi
berkandungan kalori lebih rendah 40%, lebih lambat diserap tubuh hingga
aman bagi penderita diabetes. Satu sendok teh xylitol berisi 9,6 kalori,
bandingkan dengan gula yang 15 kalori. Xylitol juga nirkarbohidrat, sementara
gula berisi 4 g per sendok teh (Darby, 2009).
Biasanya pasta gigi menggunakan pemanis buatan untuk memberikan
cita rasa yang beraneka ragam. Misalnya rasa mint, stroberi, kayu manis
bahkan rasa permen karet untuk pasta gigi anak. Tambahan rasa pada pasta
gigi akan membuat menyikat gigi menjadi menyenangkan. ADA tidak
merekomendasikan pasta gigi yang mengandung gula tetapi pasta gigi yang
mengandung pemanis buatan (misalnya saccharin). Bahan pelembab gliserin
dan sorbitol juga memberikan rasa manis pada pasta gigi (Siregar, 2004).
1. mannitol : alkohol gula 6 – karbon dibentuk dengan mereduksi
manosa atau fruktosa dan tersebar luas dalam tanaman,preparat
resmi.
2. maltitol : pati atau rasa yang di berhidrogenasi, sebagian
terhidrolisis dan yang digunakan sebagai pemanis.
3. sorbitol : alkohol gula karbon – 6 yang terbentuk melalui reduksi
gugus karbonin glukosa dan terdapat secara alamiah dalam berbagai
macam buah.
4. erythritol : gula empat karbon yang dibentuk dari eritrosa melalui
gugus karbonin dan ditemukan dalam algae , tanaman liechenes,
rumput rumputan. senyawa ini memberikan rasa manis dua kali lipat
dibandingkan sukrosa.
11
5. lactitol : disakarida yang analogllactulosa mempunyai rasa manis
yang kuat yang sebagian besar digunakan sebagai pemanis juga
mempunyai sifat laksatif dan digunakan sebagai pengobatan.
g. Bahan terapeutik (0-2%)
Bahan terapeutik yang terdapat dalam pasta gigi adalah sebagai
berikut (Siregar, 2004) :
1. Fluoride
Penambahan fluoride pada pasta gigi dapat memperkuat enamel
dengan cara membuatnya resisten terhadap asam dan menghambat bakteri
untuk memproduksi asam. Adapun macam- macam fluoride yang terdapat
dalam pasta gigi adalah sebagai berikut (Siregar, 2004):
- Stannous fluoride
Tin fluor merupakan fluor yang pertama ditambahkan dalam pasta
gigi yang digunakan secara bersamaan dengan bahan abrasif
(kalsium fosfat). Fluor ini bersifat antibakterial namun
kelemahanya dapat membuat stein abu-abu pada gigi.
- Sodium fluoride
NaF merupakan fluor yang paling sering ditambahkan dalam pasta
gigi, tapi tidak dapat digunakan bersamaan dengan bahan abrasif.
- Sodium monofluorafosfat
Di Indonesia, pasta gigi mengandung fluoride mulai muncul
sekitar tahun 70-an. Fluoride yang banyak digunakan jenis Sodium
Monofluoro Fosfat atau Sodium Fluoride, dengan kadar yang 250
hingga 800 ppm. Secara detail, fluor merupakan salah satu bahan
pasta gigi berfungsi memberikan efek deterjen sebagai satu dari
tiga bahan utamanya disamping bahan abrasi sebagai pembersih
mekanik permukaan gigi dan pemberi rasa segar pada mulut,
sementara bahan lainnya sodium bikarbonat dan baking soda
sebagai alkalin untuk mengurangi keasaman plak dan mencegah
12
pembusukan, sedangkan pemutih, pemberi rasa dan sebagainya
merupakan bahan tambahan pada racikan pasta tersebut.
Dengan efek tersebut, fluoride berfungsi melapisi struktur gigi dan
ketahanannya terhadap proses pembusukan serta pemicu proses mineralisasi.
Unsur kimia dalam zat ini mengeraskan email gigi pada persenyawaannya.
Begitupun, sejak dulu efek kerugiannya juga sudah dipublikasikan secara luas
yakni bahayanya bila tertelan dan karena itu juga kita tidak diajarkan menelan
pasta gigi (Siregar, 2004).
Pasta gigi yang beredar di pasaran umumnya mengandung fluor
dalam bentuk Natrium fluoride (NaF), Stanium Fluorida (SnF) dan Sodium
monofluorofosfat (NaMNF).12 Fluoride bekerja untuk mengontrol karies dini
dengan beberapa cara. Fluor dapat menghambat demineralisasi enamel dan
meningkatkan remineralisasi. Bakteri kariogenik metabolisme karbohidrat dan
menghasilkan asam sehingga pH rongga mulut menjadi asam dan dapat
mengubah struktur enamel. Fluor dapat menguatkan gigi dengan
meningkatkan proses remineralisasi sehingga enamel resisten terhadap asam.
Fluor dapat menghambat karies dengan cara menghambat aktivitas
metabolisme bakteri kariogenik dalam memetabolisme karbohidrat untuk
menghasilkan asam dan polisakarida adhesif yang diperlukan untuk
berkolonisasi pada permukaan gigi. Kelebihan fluor dalam jangka panjang
dapat menyebabkan fluorosis (Siregar, 2004).
Bahaya Fluoride
Dari sejumlah berita yang beredar beberapa waktu lalu fluoride
disinyalir sebagai salah satu bahan yang digunakan pada pembuatan bom
atom. Efek racun kimiawi yang dipaparkan lewat penemuan ini mendorong
para peneliti semakin kritis melakukan riset tentang bahaya flouride pada pasta
gigi, kemudian banyak berita mempublikasikan efek samping dan bahaya
fluoride dalam memicu osteoporosis dan kerusakan sistem saraf terutama pada
penggunaan yang salah (Dea, 2011).
Sekitar awal tahun 2000‚ pemerintah Belgia menjadi pihak pertama
melarang peredaran tablet dan permen mengandung fluoride yang selama ini
13
dianjurkan pemberiannya pada anak-anak untuk menguatkan gigi mereka.
Riset lain dari Swedia menyorot kecenderungan anak untuk menelan pasta gigi
secara tak sengaja melalui air ludah bekas sikat gigi yang kerap memicu kasus
overdosis fluoride dan menimbulkan gangguan seperti banyaknya pengeluaran
ludah, tumpulnya indera perasa di sekitar mulut sampai ke gangguan
pernafasan bahkan kanker (Dea, 2011).
Keadaan terhambatnya penyerapan kalsium sebagai salah satu
manifestasi efek sampingnya juga dikenal dengan istilah fluorosis yang bisa
berakibat lanjut pada penurunan IQ, gangguan sistem saraf dan kekebalan
tubuh serta kerapuhan tulang dan terhambatnya pertumbuhan (Dea, 2011).
Di beberapa negara, anjuran penggunaannya sudah dibatasi untuk usia
diatas 5 tahun. Di Indonesia telah dihimbau penggunaannya dalam tiap tube
pasta gigi tidak lebih dari 500 ppm (parts per million) dari sebelumnya sekitar
1000-1500 ppm dan mengikuti antisipasinya untuk mengurangi penambah rasa
sebagai pencegah anak-anak agar tak menelan pasta gigi tersebut (Dea, 2011).
Di luar kemungkinan pemberitaan efek fluoride ini sebagai fakta,
mungkin tak perlu buru-buru menjadi terlalu resah dan was-was menggunakan
produk pasta gigi yang mengan-dung fluoride sejauh kadarnya masih di bawah
ambang batas yang dianjurkan. Kesadaran konsumen untuk memilih produk
masih tetap bisa dilaksanakan, paling tidak untuk memilih pasta gigi dengan
kadar fluoride rendah, dan mungkin, dengan adanya pro dan kontra ini salah
satu antisipasi terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan mengawasi
penggunaannya (Dea, 2011).
Efek biologis Fluoride (dlm buku Flouride the Aging Factor-Dr. John
Yiamouyiannis):
1. Gigi Fluorosis (keropos) merupakan tanda pertama kontaminasi
fluoride.
2. Kerusakan gigi (pada stadium lanjut-gigi bergaris-garis gelap
terlihat seperti lubang) dan gigi tanggal.
3. Penelitian di Cina, pemberian fluoride dg dosis rendah pun telah
menyebabkan berkurangnya kecerdasan pada anak-anak
4. Penuaan Dini
14
5. Aborsi Spontan
6. Tulang yang rapuh
7. Kanker, Fluoride bersifat Carcinogenic (penyebab kanker)
8. Kerusakan pada sistem berpikir.
9. Kemandulan
10. Kerusakan otak
11. Penurunan IQ
2. Bahan desensitisasi
Yang dimaksud dengan bahan desensitisasi (desensitizing agents)
adalah bahan yang digunakan untuk perawatan hipersensitivitas dentin/
hipersensitivitas akar gigi (dentin/root hypersensitivity). Hipersensitivitas akar
bisa terjadi secara spontan apabila akar gigi tersingkap karena resesinya
gingiva atau karena pembentukan saku periodontal. Namun hipersensitivitas
ini bisa pula terjadi setelah dilakukannya prosedur penskeleran dan penyerutan
akar maupun prosedur bedah periodontal. Keadaan ini dimanifestasikan oleh
nyeri sakit yang timbul bila terkena rangsangan dingin atau panas (lebih sering
dingin), buah-buahan yang asam, manis, atau karena kontak dengan sikat gigi
atau alat dental (Mozartha, 2010).
Mekanisme Hipersensitivitas Dentin
Untuk dapat memahami mekanisme kerja bahan desensitisasi, perlu
dipahami lebih dulu mekanisme terjadinya hipersensitivitas akar. Dari sekian
banyak teori yang dikemukakan, untuk sementara ini mekanisme kerja bahan
desensitisasi yang diproduksi hanya dikaitkan dengan dua teori saja: (1) teori
hidrodinamik dan (2) teori neural (Armilia, 2006).
Teori Hidrodinamik
15
Menurut teori yang dikemukakan oleh Brannstrom ini, stimulus atau
perangsang dari permukaan luar dentin dihantar oleh mekanisme hidrodinamik
berupa pergerakan cairan yang cepat didalam tubulus dentin sampai ke
processus odontoblast yang menjorok ke tubulus dentin, untuk kemudian
diteruskan ke ujung saraf pada pulpa gigi. Arah gerakan cairan tubulus dentin
tergantung perangsangnya. Perangsang dingin menyebabkan cairan menyusut
sehingga cairan bergerak ke arah pulpa, sebaliknya perangsang panas
menyebabkan cairan ekspansi ke arah permukaan luar. Cairan dengan tekanan
osmotis yang lebih tinggi daripada tekanan osmotis cairan tubulus dentin
(misalnya gula) akan menarik cairan tubulus dentin ke arah cairan dengan
tekanan osmotis yang lebih tinggi (Armilia, 2006).
Teori neural
Menurut teori neural dentin mengandung saraf-saraf interdentin yang
merupakan saraf aferen yang terlibat dalam timbulnya nyeri sakit. Terjadinya
hipersensitivitas akar adalah disebabkan meningkatnya eksitabilitas saraf-saraf
interdentin (Armilia, 2006).
Mekanisme Desensitisasi
Dengan mengacu pada kedua teori yang dikemukakan diatas,
mekanisme desensitisasi yang dikenal sekarang ini ada dua, yaitu dengan: (1)
menyumbat atau memperkecil diameter tubulus dentin, dan (2) mengurangi
eksitabilitas saraf-saraf interdentin (Mozartha, 2011).
Memperkecil Diameter Tubulus Dentin
- Dengan disumbat atau diperkecilnya diameter tubulus dentin, gerakan
cairan tubulus dentin akibat perangsang akan dihambat sehingga
hipersensitivitas berkurang. Penyumbatan atau pengecilan diameter
tubulus dentin oleh bahan desensitisasi yang digunakan bisa karena salah
satu meknisme berikut:
1. Pembentukan dentin sekunder di sepanjang dinding tubulus dentin.
2. Pengendapan protein pada dinding tubulus dentin.
3. Pembentukan kristal-kristal pada dinding tubulus dentin (Mozartha,
2011).
16
Mengurangi Eksitabilitas Saraf-Saraf Interdentin
- Dengan dikuranginya eksitabilitas saraf interdentin, kepekaan saraf
tersebut terhadap perangsang akan berkurang. Bahan desensitisasi
dengan kerja yang demikian mempengaruhi saraf-saraf interdentin
secara langsung maupun tidak langsung (Mozartha, 2010).
Bahan-Bahan Desensitisasi
Berdasarkan siapa yang menggunakan, bahan desensitisasi dibedakan
atas (1) bahan yang digunakan oleh dokter gigi di klinik/praktek dan (2) bahan
yang digunakan oleh pasien di rumah. Sedangkan berdasarkan mekanisme
kerjanya bahan desensitisasi dibedakan atas: (1) bahan yang kerjanya
menyumbat atau memperkecil diameter tubulus dentin dan (2) bahan yang
menurunkan eksitabilitas saraf-saraf interdentin (Mozartha, 2010).
Bahan Desensitisasi Untuk Pemakaian Di Klinik (Mozartha, 2010)
- Untuk desensitisasi di klinik, bahan yang paling banyak digunakan
adalah fluorida yang aksi kerjanya menyumbat tubulus dentin. Pasta
yang bisa digunakan adalah campuran sama banyak natrium fluorida,
kaolin dan gliserin. Untuk pemakaiannya, permukaan gigi terlebih dulu
diisolasi dan dikeringkan. Pasta kemudian digosok-gosokkan dengan
bantuan alat dental, misalnya burnisher, selama 1 - 2 menit ke
permukaan akar gigi yang sensitif. Setelah itu, permukaan gigi dibilas
dengan air hangat.
- Ada juga cara desensitisasi dengan jalan iontoforesis untuk
mengendapkan natrium fluorida ke struktur gigi.
- Bahan lain dengan mekanisme kerja yang sama yang bisa digunakan di
klinik adalah kalium oksalat. Bahan desensitisasi siap pakai yang
mengandung preparat fluorida telah pula diproduksi. Sebagai contoh
Duraphat® yang berbentuk pernis yang mengandung 50 mg natrium
fluorida, dan Fluocal® berupa cairan yang mengandung 1 gr natrium
fluorida.
17
- Desensitisasi di klinik bisa juga dilakukan dengan kalsium hidroksida
yamg efeknya mengurangi eksitabilitas saraf. Kalsium hidroksida
diaplikasikan ke permukaan akar gigi yang hipersensitif, kemudian
ditutup dengan pembalut periodontal selama satu minggu.
Bahan Desensitisasi Untuk Dipakai Pasien Di Rumah (Mozartha,
2010).
- Bahan desensitisasi untuk dipakai oleh pasien sehari-hari di rumah
adalah berupa pasta gigi khusus, yang bisa berupa:
1. Pasta gigi dengan aksi kerja menyumbat tubulus dentin.
- Beberapa pasta gigi khusus telah dipasarkan untuk
desensitisasi oleh pasien sendiri. Bahan desensitisasi yang
terkandung dalam pasta tersebut ada berupa stronsium
klorida, natrium monofluoroposfat dan formaldehid.
2. Pasta gigi dengan aksi kerja mengurangi eksitabilitas saraf.
- Pasta gigi khusus dengan aksi kerja mengurangi
eksitabilitas saraf mengandung kalium nitrat.
3. Pasta gigi dengan aksi ganda.
- Karena seringnya desensitisasi dengan bahan yang
mempunyai aksi tunggal (menyumbat tubulus dentin saja
atau mengurangi eksitabilitas saraf saja) tidak berhasil
mengurangi hipersensitivitas, belakangan ini dipasarkan
pula pasta desensitisasi dengan aksi ganda. Salah satu pasta
dengan aksi ganda mengandung kalium nitrat dan natrium
monofluoroposfat.
3. Bahan anti-tartar
Bahan ini digunakan untuk mengurangi kalsium dan magnesium
dalam saliva sehingga keduanya tidak dapat berdeposit pada permukaan gigi.
Contohnya Tetrasodium pyrophospate (Siregar, 2004).
4. Bahan antimikroba
18
Bahan ini digunakan untuk untuk membunuh dan menghambat
pertumbuhan bakteri. Contoh bahan ini adalah Enzim Amiloglucosidase dan
Ez Glukosidase, Trikolsan (bakterisidal), Zinc citrate atau Zinc phosphate
(bakteriostatik). Selain itu ada beberapa herbal yang ditambahkan sebagai anti
mikroba dalam pasta gigi contohnya ekstrak daun sirih dan siwak. Penyakit
infeksi merupakan penyakit yang sering terjadi baik yang menginfeksi
anggota tubuh bagian luar, organ-organ dalam, maupun pada rongga mulut
(Siregar, 2004).
Di dalam rongga mulut terdapat berbagai jenis mikroorganisme yang
merupakan flora normal. Keadaan ini disebabkan karena rongga mulut
merupakan pintu gerbang penghubung antara lingkungan luar tubuh dan
lingkungan dalam tubuh, sehingga mikoorganisme dapat masuk dan
berkembang biak dalam tubuh manusia (Siregar, 2004).
Oleh sebab harus dilakukan tindakan untuk mencegah terjadinya
infeksi dalam rongga mulut. Mikroorganisme yang menetap hidup dan
berkembang biak dalam rongga mulut dapat menimbulkan penyakit, bila
mekanisme pertahanan tubuh menurun yang disebut infeksi oportunistik.
Karies gigi dan penyakit periodontal adalah penyakit yang disebabkan oleh
aktifitas kuman flora mulut yang tidak dapat diatasi oleh mekanisme
pertahanan tubuh (Siregar, 2004).
Kuman yang berperan untuk penyakit karies gigi adalah
Streptococcus mutans, dilaporkan juga Streptococcus mutans berperan pada
penyakit periodontal. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyakit
dalam rongga mulut seperti penyakit karies gigi dan penyakit periodontal
adalah dengan mengendalikan populasi mikroorganisme rongga mulut di
dalam plak gigi dan saliva, antara lain dengan cara kumur dengan obat kumur
dan menyikat gigi dengan teratur dengan menggunakan pasta gigi (Siregar,
2004).
Selama ini kita telah mengenal berbagai macam obat kumur dan pasta
gigi, yang banyak sekali beredar dipasaran dengan berbagai macam merek dan
dengan berbagai macam kegunaannya. Kumur dengan obat kumur dan
penyikatan gigi dengan menggunakan pasta gigi dapat mengurangi populasi
mikroorganisme flora rongga mulut jauh lebih besar dibandingkan tanpa
menggunakan obat kumur dan pasta gigi (Siregar, 2004).
19
Faktor daya hambat yang terkandung di dalam pasta gigi mempunyai
peranan penting terhadap pertumbuhan kuman flora mulut maupun kuman
penyebab penyakit karies gigi dan penyakit periodontal. Efek daya hambat
pasta menurunkan populasi mikroorganisme rongga mulut yaitu, didalam plak
gigi dan saliva dan akan mencegah penyakit gigi dan mulut (Siregar, 2004).
Setelah menyikat gigi sering dilupakan merawat sikat giginya
sehingga tercemar oleh kuman rongga mulut dan dari luar tubuh. Kuman yang
dapat mencemari, merupakan hasil berbagai tindakan sterilisasi dan
penyimpanan alat-alat, hal tersebut sangat penting dalam menunjang faktor
kontaminan (Siregar, 2004).
Pasta Gigi Yang Mengandung Enzim
Penelitian menyatakan bahwa sikat gigi dengan pasta gigi dalam
waktu tiga minggu terdapat muatan kuman kontaminan dari berbagai Colony
Forming Units Staphylococcus spp, Streptococcus spp, E. coli, Candida,
Lactobacillus spp, Corynebacterium spp , bakteri Black pigmented sedangkan
Streptococcus mutans tidak ditemukan pada sikat gigi (Gunawan dkk, 2010).
Penelitian tersebut menunjang hasil penelitian ini hal mana angka-
angka penelitian kami bahwa total muatan kuman kontaminan Streptococcus
mutans menunjukan angka yang tinggi dan kuman Streptococcus mutans
tersebut terdeksi (Gunawan dkk, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa penyikatan gigi
dengan menggunakan pasta gigi Ez tetap menunjukan adanya muatan kuman
kontaminan rongga muiut pada sikat gigi. Hanya didapatkan perbedaan dalam
jumlah CFU, akan tetapi penggunanan pasta Ez menunjukan adanya
penurunan populasi CFU kuman Streptococcus mutans setelah penyikatan gigi
selama tiga minggu (Gunawan dkk, 2010).
Dikatakan bahwa penyakit infeksi gigi dan mulut pada saat ini
merupakan tantangan bagi profesi kedokteran gigi . Kuman kontaminan pada
sikat gigi ini menunjang timbulnya penyakit infeksi pada rongga mulut dan
pada organ tubuh lainnya (Gunawan dkk, 2010).
Peran Ekstrak Daun Sirih dalam Pasta Gigi
20
Sirih merupakan tanaman menjalar menyerupai tanaman lada.
Daunnya berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling,
bertangkai, teksturnya agak kasar jika diraba dan mengeluarkan bau yang
sedap (aromatis) jika diremas. Panjang daun 6-17,5 dan lebar 3,5-10 cm.
Warna daun sirih bervariasi dari kuning, hijau sampai hijau tua (Dea, 2011).
Di kawasan Asia Tenggara, Piper betle L. (Sirih) merupakan salah
satu tanaman yang telah dikaitkan dalam pengendalian karies, penyakit
periodontal dan mengontrol halitosis. Ekstrak daun sirih menunjukkan
aktivitas antibakteri terhadap S. mitis, S.sanguis dan A.Viscosus, beberapa
koloni bakteri lain dari plak gigi (Dea, 2011).
Secara umum ekstrak daun sirih mengandung bahan kimia seperti
minyak atsiri, hydroxychavicol, kavibetol, allypyrokatekol karvakol, eugenol,
eugenolmethylester, pcymene, cineol, estragiol, caryophyline, cadinene, gula,
pati, terpeneme, suskuitterpenene, fenil propana dan tanindiastase (Dea,
2011).
Sirih telah diakui memiliki efek farmakologis yaitu sebagai
antimikroba, antioksidan, antimutagenik, antikarsinogenik dan antiinflamasi.
Ekstrak daun sirih mengandung asam lemak (asam stearat dan palmitat) dan
asam lemak hidroksi ester (ester hidroksi dari stearat, palmitat dan asam
miristat) dan hydroxychavicol sebagai komponen utama. Hydroxychavicol
merupakan turuan senyawa fenol yang memiliki daya antibakteri (bakterisid)
lima kali lebih kuat daripada fenol biasa dengan target struktur, fungsi dinding
dan membran sel bakteri. Adanya hydroxychavicol yang merupakan senyawa
toksik mengakibatkan struktur tiga dimensi protein terganggu dan terbuka
menjadi struktur acak tanpa adanya kerusakan pada struktur kerangka kovalen.
Hal ini mengakibatkan protein berubah sifat, sehingga aktivitas biologisnya
menjadi rusak dan protein tidak dapat melakukan fungsinya (Dea, 2011).
Asam lemak yang terdapat dalam ekstrak daun sirih dapat bekerja
sebagai permukaan anion, antibakteri dan anti jamur pada pH yang rendah
(Dea, 2011).
Sehubungan dengan hal ini penelitian Intzar Ali, Farrah G Khan,
Krishan, Naresh, Prabhu, Farhat et. all, memperlihatkan bahwa dari beberapa
jamur yang diteliti ternyata ekstrak daun sirih sangat efektif untuk
menghambat pertumbuhan Candida albicans (Dea, 2011).
21
Penelitian Nalina dan Rahim memperlihatkan bahwa ekstrak daun
sirih dapat menghambat produksi asam yang dihasilkan oleh S. mutans. Hal ini
sehubungan dengan pengurangan jumlah Streptococcus mutan sebagai bakteri
penghasil asam (acidogenic). Dengan berkurangnya asam diharapkan proses
terjadinya karies dapat dihambat (Dea, 2011).
h. Bahan pemutih (0,05-0,5%)
Ada macam-macam bahan pemutih yang digunakan antara lain
Sodium bicarbonate, Hidrogen peroksida, Citroxane, dan Sodium
hexametaphosphate (Siregar, 2004).
- sodium bikarbonat : garam monosodium dari asam karbonik NaHCO3.
digunakan sebagai pelengkap elektrolit dan pengalkali sistemik.
- nitrogen pedroksida : cairan desinfektan pembersih dan pemutih yang
kuat, digunakan dalam larutan encer dalam air terutama sebagai
semprotan dan pencuci (Siregar, 2004).
i. Bahan pengawet (0,05-0,5%)
Bahan pengawet berfungsi untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme dalam pasta gigi. Umumya bahan pengawet yang
ditambahkan dalam pasta gigi adalah Sodium benzoate, Methylparaben dan
Ethylparaben (Siregar, 2004).
22
BAB III
CONSEPTUAL MAPPING
23
BAB IVPEMBAHASAN
Pasta gigi adalah sejenis pasta yang digunakan untuk membersihkan gigi,
biasanya dengan sikat gigi di Indonesia pasta gigi sering juga disebut Odol, yaitu
salah satu merek pasta gigi. Walaupun merek ini sudah berpuluh-puluh tahun tidak
lagi dijual di Indonesia, nama Odol telah menjadi nama generik. Odol pertama kali
diproduksi di Jerman oleh Dresden chemical laboratory Lingner, yang sekarang
dikenal sebagai Lingner Werke AG pada tahun 1892 sebagai cairan pencuci
mulut/mouthwash. Odol moutwash pada tahun 1900 an adalah merk ternama dan
yang paling luas penggunaannya di hampir seluruh daratan Eropa.
Adalah Karl August Lingner yang pertama menciptakan Odol moutwash dan
dia adalah orang yang giat mengkampanyekan Hidup Higienis. Dia juga dikenal
sebagai orang pertama yang mengadakan International Hygiene Exhibition pada tahun
1911 Dia mendirikan Musium The German Hygyene Museum di Dresden.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya
kebersihan gigi membuat produsen pasta gigi
hampir setiap tahun mengeluarkan jenis
pasta gigi baru. Rasa yang tersedia, dari rasa mint segar, buah-buahan, hingga herbal
seperti daun sirih dan siwak. Selain itu kandungan tambahan seperti baking soda dan
pemutih, yang membuat rasa pasta gigi lebih dapat diterima.
Beberapa hasil penelitian yang dilakukan para ahli menemukan, pemakaian
deterjen lebih banyak memiliki efek negatif. Penelitian yang dilakukan Bente
Brokstad Herlofson dan Barkvoll dari Department of Oral Surgery and Oral Medicine,
24
Dental Faculty, University of Oslo, Norwegia, membandingkan efek penggunaan
pasta gigi dengan deterjen dan bebas deterjen.
Tujuan penelitian klinis tersebut untuk meneliti efek dari jenis pasta gigi yang
menggunakan deterjen dengan kandungan sodium lauryl sulfate (SLS) dan
cocoamidopropylbetaine (CAPB) dibandingkan dengan pasta gigi bebas deterjen pada
30 pasien yang mengalami recurrent aphthous mouth ulcers (RAU) atau luka seperti
bisul yang terus-menerus.
Penelitian tersebut selama enam minggu. Pada periode tersebut, pasien
diminta untuk menggosok gigi dua kali sehari dengan dua jenis pasta gigi berbeda.
Dari hasil penelitian tersebut dapat dinilai lokasi dan jumlah dari luka bisul yang
terlihat.
Frekuensi yang lebih tinggi secara signifikan dari penampakan luka pada
mulut ditunjukkan ketika pasien menggosok gigi dengan pasta gigi yang mengandung
sodium sulfate lauryl sulfate (SLS), dibandingkan dengan pasta gigi yang
mengandung cocoamidopropyl betaine (CAPB) atau pasta gigi bebas deterjen.
Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa efek dari SDS yang membuat
lapisan musin dalam mulut tidak berfungsi secara alami yaitu dengan membuka
lapisan dasar epitelium, ternyata memengaruhi timbulnya peningkatan RAU.
Penambahan fluorida dalam pasta gigi yang beredar di Indonesia dimulai pada
tahun 1979 oleh salah satu pioneeer produsen pasta gigi indonesia, saat ini seluruh
pasta gigi yang diproduksi oleh produsen yang tergabung dalam Asosiasi Industri
Pasta Gigi Indonesia (AIPI) seluruhnya meiliki kandungan fluorida.
Menurut Standar Nasional Indonesia kadar fluor yang dipersyaratkan dalam
pasta gigi untuk orang dewasa adalah 800-1500 ppm (SNI 12-3524-1995) sedangkan
bagi pasta gigi anak adalah 500-1000 ppm (SNI 16-4767-1998). Berdasarkan Pera-
turan Menteri Kesehatan No. 445/Menkes/Per/V/1998 Lampiran 1#34 disebutkan
bahwa batas maksimum garam fluorida dan turunannya dalam sediaan higiene mulut
adalah 0,15 % (setara dengan 1500 ppm), jumlah ini sesuai dengan aturan Asean
Cosmetic Directive 76/768/EEC Annex III Bagian 1, aturan FDA Amerika Serikat,
serta ISO 11609.
Penelitian yang dilakukan oleh Public Interest Research and Advocacy Center
Lembaga Konsumen Jakarta (KKJ PIRAC) pada 9 merek pasta gigi anak menunjukan
bahwa hanya 1 merek yang kandungan fluor-nya dibawah atau sama dengan SNI
(maksimal 1000 ppm), sisanya diatas standar. Oleh karena itu disimpulkan bahwa
25
kadar fluor dalam pasta gigi untuk anak di Indonesia membahayakan karena di atas
standar, lembaga ini menyarankan agar SNI menurunkan syarat kandungan fluor
dalam pasta gigi anak menjadi 250-500 ppm.
Kondisi ini akan lebih berbahaya bila penelitian Prof. Dirk Vanden Berghe
dari Universitas Antwerpen Swedia terbukti juga di Indonesia yaitu bahwa 30-40 %
pasta gigi ditelan oleh anak-anak pada saat menyikat gigi, ini terjadi terutama pada
pasta gigi yang diberi rasa buah.
Untuk mengatasi efek negatif fluor pada konsumen anak agaknya pengawasan
penerapan SNI pada produk pasta gigi anak perlu diawasi karena ternyata ada
perbedaan antara nilai yang dicantumkan dengan nilai yang sebenarnya terkandung
didalam pasta gigi.
Ada beragam penyebab gigi sering terasa ngilu bila terkena rangsangan suhu
atau rasa. Diantaranya karena terjadi abrasi pada leher gigi atau turunnya gusi (retaksi
gingiva) yang menyebabkan akar gigi terbuka.
Gigi sensitif bisa pula akibat terkikisnya email karena memakai pasta gigi
yang mengandung bahan bersifat terlalu abrasif. Karena email tererosi, dentin menjadi
terbuka, tidak terlindung. Akibatnya, gigi menjadi sensitif bila terkena rangsangan.
Usia tua juga bisa menyebabkan gigi sensitif, gara-gara retraksi (penurunan)
gusi yang terjadi secara fisiologis. Gigi sensitif bisa pula timbul setelah dilakukan
scaling. Pada saat itu akar gigi terekspos, sehingga peka terhadap rangsangan. Namun,
pada kasus ini biasanya rasa ngilu akan hilang dengan sendirinya begitu gusi menutup
kembali.
Biasanya, pasta gigi khusus untuk gigi sensitif mengandung sodium
monofluorofosfat atau strontium klorida. Menurut penelitian, kedua bahan itu akan
membantu menutup pori-pori dentin yang terbuka sehingga melindungi jaringan saraf
dari rangsangan suhu atau rasa. Efeknya baru terasa setelah beberapa saat pemakaian
dihentikan. Maka pemakaian teratur pasta gigi khusus untuk gigi sensitif ini sangat
dianjurkan.
Makanan yang bersifat asam, seperti minuman bersoda dan makanan masam,
sebaiknya dihindari. Kandungan asam akan turut meningkatkan suasana asam yang
akan mengikis bahan pelindung yang menutup pori-pori dentin.
Bau mulut merupakan hasil metabolisme kuman rongga mulut dan sisa-sisa
makanan, yang berupa gas yang disebut Volatile Sulfur compound (VSCs). Gas ini
terdiri atas zat hidrogen Sulfid, metil mercaptan, demetil disulfid, dan dimetil sulfid.
26
Zat-zat tersebut selalu dihasilkan dalam proses metabolisme dari bakteri atau flora
rongga mulut. Jadi VSCs dalam keadaan normal pasti ada pada rongga mulut semua
orang.
Namun, hal ini akan menjadi masalah ketika terjadi peningkatan kadar VSCs
didalam mulut, yakni ketika ada peningkatan aktivitas bakteri anaerob didalam mulut
yang menyebabkan bau dari VSCs ini akan tercium oleh indera penciuman.
Peningkatan aktivitas itu bisa karena rendahnya kadar oksigen di dalam rongga mulut
yaitu saat produksi saliva atau air liur menurun, bisa juga karena adanya karang gigi
atau gigi berlubang (karies).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
27
1. Pasta gigi memiliki tiga fungsi dasar yaitu kosmetik, terapeutik dan kosmetik-
terapeutik.
2. Ketiga fungsi ini ditentukan oleh keberadaan dan persentase komposisi bahan
yang menyusunnya, yang dapat dikelompokkan sebagai bahan abrasif, bahan
pelarut, bahan pengikat, bahan pelembab, bahan pengawet, bahan perasa,
detergent, bahan terapi serta bahan pemutih.
3. Keseluruhan bahan yang terkandung dalam pasta gigi relatif aman bila digunakan
sesuai dengan anjuran dosis atau persentase maksimum yang diperbolehkan.
4. Bahan-bahan herbal yang dianggap bermanfaat seringkali ditambahkan ke dalam
pasta gigi oleh produsen pasta gigi sebagai pengganti bahan-bahan kontroversif
yang belum benar-benar diakui keamanannya.
5.2 Saran
Pengetahuan tentang kandungan umum serta dampak positif dan negatif dari
pasta gigi sangat diperlukan oleh seorang penyedia layanan kesehatan gigi dan
mulut. Dengan mengetahui pasta gigi dengan komposisi yang paling ideal, dokter
gigi dapat merekomendasikan suatu jenis pasta gigi kepada pasiennya.
Dalam memilih atau merekomendasikan suatu produk, hendaknya dokter
gigi tidak berkesan mempromosikan suatu merk dagang atau menunjukkan sikap
apriori terhadap jenis produk yang dianggapnya kurang baik di depan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Siregar, magdalena. 2004. Pengaruh Pemakaian Baking Soda Dalam Pasta Gigi Terhadap pH Saliva. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/8402 REDIRECTING:
28
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8402/1/990600061.pdf , pada tanggal 10 Januari 2011.
2. Mozartha, martha. 2010. Mengatasi Gigi Sensitif. Diunduh dari http://www.klikdokter.com/gigimulut/read/2010/07/05/66/mengatasi-gigi-hipersensitif, pada tanggal 12 Januari 2011.
3. Darby, Sharise M. 2009. Xylitol Joining Fluoride As Cavity Fighter. Diunduh dari www.ajc.com/health/xylitol-joining-fluoride-as-97112.html pada tanggal 12 Januari 2011.
4. Gunawan, A harun. dkk. 2010. Pengaruh Pasta Gigi Yang Mengandung Enzim Amiloglucosidase Dan Glucosidase Terhadap Kuman Kontaminan P Ada Sikat Gigi. Di Unduh dari staff.ui.ac.id/internal/130366445/publikasi/PengaruhpastagigiyangmengandungenzimAmiloglucosidasedanGlucosidaseterhadapkumankontaminanpadasikatgigi.pdf, pada tanggal 13 Januari 2011.
5. Dea, hasim. 2011. Daun Sirih sebagai Antibakteri Pasta Gigi. Diunduh dari www.pdgi-online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=594&Itemid=1, pada tanggal 13 Januari 2011.
6. Armilia, milly. 2006. Upaya Mencegah Dentin Hipersensitif Akibat Asam Dengan Semen Dasar Glass Ionomer. Diunduh dari Http://www. resources.unpad.ac.id/unpad- content/uploads/publikasi_dosen/UPAYA%20MENCEGAH%20DENTIN%20HIPERSENSITIF.pdf pada tanggal 13 Januari 2011.
29