BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Bahan Ajar atau learning material, merupakan materi ajar yang dikemas sebagai
bahan untuk disajikan dalam proses pembelajaran. Bahan pembelajaran dalam
penyajiannya berupa deskripsi yakni berisi tentang fakta-fakta dan prinsip-prinsip, norma
yakni berkaitan dengan aturan, nilai dan sikap, serta seperangkat tindakan/keterampilan
motorik. Dengan demikian, bahan pembelajaran pada dasarnya berisi tentang
pengetahuan, nilai, sikap, tindakan dan keterampilan yang berisi pesan, informasi, dan
ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses yang terkait dengan pokok bahasan
tertentu yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dilihat dari aspek fungsi, bahan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara langsung dan sebagai
sumber belajar yang dimanfaatkan secara tidak langsung. Sebagai sumber belajar yang
dimanfaatkan langsung, bahan pembelajaran merupakan bahan ajar utama yang menjadi
rujukan wajib dalam pembelajaran. Contohnya adalah buku teks, modul, handout, dan
bahan-bahan panduan utama lainnya. Bahan pembelajaran dikembangkan mengacu pada
kurikulum yang berlaku, khususnya yang terkait dengan tujuan dan materi kurikulum
seperti kompetensi, standar materi dan indikator pencapaian.
2. Rumusan masalah
1. Pengertian bahan ajar ?
2. Peran dosen sebagai fasilitator ?
3. Prinsip penyusunan bahan ajar ?
4. Proses penyusunan bahan ajar ?
5. Cara penyusunan bahan ajar ?
6. Isi atau bagian – bagian dari bahan ajar ?
7. Contoh daftar isi modul ?
8. Perbedaan bahan ajar dengan buku ?
Page 1
3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian bahan ajar
2. Mengetahui peran dosen sebagai bahan ajar
3. Mengetahui prinsip penyusunan bahan ajar
4. Mengetahui proses penyusunan bahan ajar
5. Mengetahui cara penyusunan bahan ajar
6. Mengetahui isi atau bagian bagian bahan ajar
7. Mengetahui contoh daftar isi modul
8. Mengetahui perbedaan bahan ajar dengan buku
Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Bahan Ajar
Bahan Ajar atau learning material, merupakan materi ajar yang dikemas sebagai bahan
untuk disajikan dalam proses pembelajaran. Bahan pembelajaran dalam penyajiannya berupa
deskripsi yakni berisi tentang fakta-fakta dan prinsip-prinsip, norma yakni berkaitan dengan
aturan, nilai dan sikap, serta seperangkat tindakan/keterampilan motorik. Dengan demikian,
bahan pembelajaran pada dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan dan
keterampilan yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses
yang terkait dengan pokok bahasan tertentu yang diarahkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Dilihat dari aspek fungsi, bahan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara langsung dan sebagai sumber belajar
yang dimanfaatkan secara tidak langsung. Sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan langsung,
bahan pembelajaran merupakan bahan ajar utama yang menjadi rujukan wajib dalam
pembelajaran. Contohnya adalah buku teks, modul, handout, dan bahan-bahan panduan utama
lainnya. Bahan pembelajaran dikembangkan mengacu pada kurikulum yang berlaku, khususnya
yang terkait dengan tujuan dan materi kurikulum seperti kompetensi, standar materi dan
indikator pencapaian.
Sebagai sumber belajar yang dimanfaatkan secara tidak langsung, bahan pembelajaran
merupakan bahan penunjang yang berfungsi sebagai pelengkap. Contohnya adalah buku bacaan,
majalah, program video, leaflet, poster, dan komik pengajaran. Bahan pembelajaran ini pada
umumnya disusun di luar lingkup materi kurikulum, tetapi memiliki keterkaitan yang erat
dengan tujuan utamanya yaitu memberikan pendalaman dan pengayaan bagi siswa.
Page 3
1.2 Peran dosen sebagai fasilitator
a. Pengertian PBL
PBL (Problem based learning) adalah salah satu metode pembelajaran SCL yang
menggunakan masalah sebagai pemicu pembelajaran. Masalah yang diberikan bisa berupa
masalah di klinik khususnya masalah-maslah yang sering terjadi maupun masalah dilapangan
yang terkait dengan pokok bahasan yang akan didiskusikan oleh mahasiswa.
PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang
esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran.
Landasan teori PBL adalah kolaborativisme, suatu perspektif yang berpendapat bahwa mahasiswa akan
menyusun pengetahuan dengan cara membangun penalaran dari semua pengetahuan yang sudah dimilikinya
dan dari semua yang diperoleh sebagai hasil kegiatan berinteraksi dengan sesama individu. Hal tersebut juga
menyiratkan bahwa proses pembelajaran berpindah dari transfer informasi fasilitator-mahasiswa ke proses
konstruksi pengetahuan yang sifatnya sosial dan individual. Menurut pahamkonstruktivisme, manusia hanya
dapat memahami melalui segala sesuatu yang dikonstruksinya sendiri. .PBL memiliki gagasan bahwa
pembelajaran dapat dicapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada tugas-tugas atau permasalahan yang
otentik,relevan, dan dipresentasikan dalam suatu konteks. Cara tersebut bertujuan agar mahasiswa memiliki
pengalaman sebagaimana nantinya mereka menghadapi kehidupan profesionalnya. Pengalaman tersebut sangat
penting sebagaimana dinyatakan dalam model pembelajaran Kolb (1976) yang menekankan bahwa
pembelajaran akan efektif bila dimulai dengan pengalaman yang kongkret. Pertanyaan, pengalaman, formulasi,
sertapenyusunan konsep tentang permasalahan yang mereka ciptakan sendir imerupakan dasar untuk
pembelajaran. Oleh karena itu metode pembelajaran ini disebut juga sebagai metode pembelajaran orang
dewasa. Aspek penting dalam PBL adalah bahwa pembelajaran dimulai dengan permasalahan dan
permasalahan tersebut akan menetukan arah pembelajaran dalam kelompok. Dengan membuat permasalahan
sebagai tumpuan pembelajaran, para mahasiswa didorong untuk mencari informasi yang diperlukan untuk
menyelesaikan permasalahan. Salah satu keuntungan PBL adalah para mahasiswa didorong untuk
mengeksplorasi pengetahuan yang telah dimilikinya kemudian mengembangkan keterampillan pembelajaran
yang independen untuk mengisi kekososongan yang ada. Hal tersebut merupakan pembelajaran seumur hidup
karena keterampilan tersebut dapat ditransfer ke sejumlah topik pembelajaran yang lain, baik didalam maupun di
Page 4
luar universitas. Dengan PBL yang memfokuskan pada permasalahan yang mampu membangkitkan
pengalaman pembelajaran maka mahasiswa akan mendapat otonomi yang lebih luas dalam pembelajaran. Oleh
karena itu perancangan permasalahan perlu dilakukandengan sangat hati hati untuk meyakinkan bahwa sebagian
besar tujuan perkuliahan dapat tercapai.
Implementasi PBL biasanya mahasiswa dibuat dalam kelompok kecil yg terdiri dari 5-12
orang ??? kemudian pembelajaran dimulai dengan suatu masalah sebagai pemicu. Bila
pembelajaran yang dimulai dengan suatu masalah dan masalah tersebut bersifat kontekstual,
maka dapat terjadi ketidakseimbangan kognitif pada diri mahasiswa. Keadaan ini dapat
mendorong rasa ingin tahu sehingga memunculkan bermacam-macam pertanyaan di sekitar
masalah seperti “apa yang dimaksud dengan….”, “mengapa bisa terjadi…”, “bagaimana
mengetahuinya…” dan seterusnya. Bila pertanyaan-pertanyaan tersebut telah muncul dalam diri
mahasiswa maka motivasi intrinsik mahasiswa untuk belajar akan tumbuh. Pada kondisi tersebut
diperlukan peran dosen sebagai fasilitator untuk mengarahkan siswa tentang “konsep apa yang
diperlukan untuk memecahkan masalah”, “apa yang harus dilakukan” atau “bagaimana
melakukannya” dan seterusnya. Dari paparan tersebut dapat diketahui bahwa penerapan PBL
dalam pembelajaran dapat mendorong mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara
mandiri. Pengalaman ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dimana berkembangnya
pola pikir dan pola kerja seseorang bergantung pada bagaimana dia membelajarkan dirinya.
b. Pengertian pasilitator
Fasilitator adalah seseorang yang melakukan fasilitasi, yakni membantu mengelola suatu
proses pertukaran informasi dalam suatu kelompok. Kalau peranan seorang ahli (expert) adalah
menawarkan saran, khususnya tentang isi/materi suatu diskusi, maka peranan fasilitator adalah
untuk membantu ”bagaimana diskusi berlangsung”. Secara singkat, tanggung jawab fasilitator
adalah untuk lebih mengarahkan perhatian pada kelangsungan ”perjalanan” daripada terhadap
”tempat tujuan” (Bacal, 2007).
Fasilitator tidak mendefinisikan isi (misalnya menetapkan tujuan, menganalisis topik
tertentu, membuat rencana, atau melaksanakan), hanya mengatur proses (Dhamotharan, 2004).
Fasilitator hanyalah pemimpin proses saja, mereka tidak memiliki kewenangan untuk membuat
keputusan, atau memberikan kontribusi terhadap substansi diskusi. Tugas fasilitator adalah
memandu proses dalam kelompok, membantu anggota kelompok memperbaiki cara mereka
Page 5
berkomunikasi, menyelidiki dan memecahkan masalah dan membuat keputusan (Schwartz, 1994
dalam Spangler, 2003).
c. Perbedaan dosen dan fasilitator
Seiring dengan perubahan metode pembelajaran dari teacing ke learning, maka hal itupun
akan berpengaruh terhadap peran dosen menjadi pasilitator. Peran fasilitator dalam suatu
pembelajaran adalah memandu proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran, dan
bukan memberikan informasi tentang isi atau materi pembelajaran. Agar aktivitas
”perjalanan” kelompok peserta untuk mencapai tujuan pembelajaran berlangsung dengan baik
maka lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial haruslah menyenangkan.
Dalam mengatur lingkungan fisik ruang belajar fasilitator dapat meminta bantuan dan
berkerjasama dengan penyelenggara pelatihan, namun lingkungan sosial sangat ditentukan
oleh kemampuan individu fasilitator.
Suasana dalam ruang belajar menunjukkan arena belajar yang dipengaruhi emosi. Sebagai
contoh, apabila makan di restoran favorit, Anda barangkali tidak hanya menikmati kelezatan
makanannya, tetapi juga suasananya yang tenang atau menggairahkan, hangat, dingin,
tradisional atau kontemporer. Suasana menjadikan acara makan sebagai suatu pengalaman,
tidak hanya sekedar makan. Penelitian menunjukkan bahwa lingkungan sosial atau suasana
dalam ruang belajar adalah penentu psikologis utama yang mempengaruhi belajar akademis
(DePorter et al, 2000).
Berikut ini adalah perbedaan yang mendasar antara dosen dengan pasilitator yang dapat
dilihat dari peran dan fungsinya yaitu :
a. Dosen sebagai pengajar, pasilitator sebagai coaching
b. Dosen cenderung otoriter, sedangkan pasilitator bersahabat
c. Dosen bekerja sebagai individu, fasilitator bekerja sebagai tim
d. Dosen cakap dalam subjek area, pasilitator cakap dalam mempasilitasi kelompok
Perbedaan mendasar lain dapat juga dilihat dari implementasi metode pembelajaran. Dulu
dengan metode konvensional dosen biasanya memberikan materi kuliah di kelas dengan jumlah
mahasiswa yang banyak, sekarang dengan metode PBL mahasiswa biasanya dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil dengan suasana dan pengaturan ruangan yang lebih interaktif. Begitu
juga ketika melakukan pratikum, alat –alat laboratorium seperti mikroskop sudah tersedia dalam
jumlah yang cukup, sehingga semua mahasiswa akan mendapat kesempatan yang sama tanpa
Page 6
harus menunggu lama atau bahkan saling berebutan untuk melakukan pratikum dibawah
bimbingan seorang tutor. Demikian juga ketika mahasiswa tersebut akan melakukan praktek lab
yang terkait dengan keterampilan khusus seperti pemeriksaan fisik, kalau dulu dengan metode
konvensional mahasiswa biasanya langsung mempraktekkan keterampilan tersebut dengan teman
sesama mahasiswa, hal ini memang memberikan keuntungan karena bisa mempraktekkan
langsung dengan aslinya, tapi kekurangannya adalah untuk eksplorasi lebih dalam tentang suatu
pengetahuan tidak bisa dilakukan karena terkait dengan pelanggaran kode etik. Hal ini sangat
berbeda ketika praktek tersebut dilakukan dengan metode Pembelajaran moderen. Ketika praktek
itu dilakukan pada alat praga seperti boneka, eksplorasi terhadap keterampilan yang harus
diketahui tentunya lebih tinggi.
Hal lain yang membedakan antara metode konvensional dengan metode PBL adalah
kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar mandiri. Dengan metode PBL kesempatan untuk
belajar mandiri lebih tinggi karena ditunjang oleh pasilitas yang telah disediakan seperti
perpustakaan yang lengkap, laboratorium computer dan pasilitas internet yang bisa diakses
dimana dan kapan saja oleh mahasiswa.
d. Peran pasilitator dalam PBL
1. Diagnotician: mediagnose kemampuan mahasiswa
Pada fase ini seorang tutor harus mampu mengidentifikasi atau mengkaji kemampuan
mahasiswa.
Pada setiap fase analisa: tutor harus mampu mengidentifikasi:
Pengetahuan dasar yg dimiliki mahasiswa
Kekurangan yang ada
Miskonsepsi yg didapat dari pengetahuan terdahulu
Manusia pada saat mengerjakan sesuatu, baik berpikir maupun bekerja secara fisik, selalu
menggunakan berbagai macam daya ingat yang tersimpan di dalam otaknya (residuals) dalam
bentuk pengetahuan (knowledge), keahlian (expertise), dan pengalaman (experience). Elemen-
elemen tadi sangat berpengaruh terhadap jenis interaksi yang berlangsung secara alamaiah.
Sementara itu, saling tukar gagasan, fakta dan perasaan merupakan inti aktivitas kesadaran kita.
Hilangnya kemampuan untuk mengingat dan/atau memahami sesuatu yang berkaitan dengan
komunikasi antarpersonal akan mengganggu proses belajar. Banyak jenis komunikasi yang
melibatkan riwayat/cerita, percakapan maupun perbincangan/diskusi terjadi di masa lampau.
Page 7
Pengetahuan yang telah dimiliki seseorang (prior knowledge atau PK) dan cara “memanggil
kembali” PK tadi sangat berperan dalam konteks komunikasi dan belajar. PK yang dimiliki
mahasiswa (peserta didik) banyak yang bersifat fragmentaris dan lokal, dan sering berisi tentang
miskonsepsi yang dapat mengganggu kecermatan belajar.
2. Challenger: membuat tantangan
Mahasiswa tidak selalu mampu mendorong dirinya untuk belajar dan berfikir aktif. Tutor
harus mampu membuat tantangan agar mahasiswanya mau mencoba strategi berfikir yg baru.
Di dalam problem-based learning (PBL) para peserta didik mencari dan menggali
pengetahuan baru melalui diskusi kelompok kecil di bawah bimbingan tutor/fasilitator (tutorial).
Tutorial merupakan jantung PBL; apabila jantung ini berhenti berdenyut (tutorial terhenti atau
macet) maka PBL tidak akan mencapai tujuannya. Kunci utama tutorial adalah Prior Knowledge
(PK) yang dimiliki oleh para peserta didik. Dan PK ini akan keluar dari simpanan para peserta
didik apabila ada trigger atau pemicu. Oleh karena itu Pemicu sebaiknya jangan terlalu gampang
atau terbuka. Buatlah pemicu yang senantiasa menantang peserta didik untuk dapat
mengeksplorasi kemampuanya.
3. Model: contoh buat mahasiswa
Peran tutor yang juga sangat penting yang perlu diperhatikan oleh seorang tutor adalah
harus mampu menjadi contoh atau role model bagi mahasiswa misalnya dalam Bertanya atau
menjawab pertanyaan, Strategi-strategi pembelajaran dan pemi-kiran, Coaching pada alih
keterampilan pada skill lab, Cara berpakaian, bertingkah laku, disiplin, dan etika profesi.
4. Activator: mengaktifkan mahasiswa
Terkadadang mahasiswa sdh memiliki pengetahuan, strategi pembelajaran dan cara alur
pikir, tapi tidak mampu menggunakannya secara optimal. Misalnya penjelasan yang
disampaikan oleh mahasiswa tidak jelas atau dangkal, maka tugas seorang tutor adalah
mengaktifkan mahasiswa untuk menggunakan hal-hal tersebut secara efektif dengan
menggunakan metode seperti brain-storming atau curah pendapat.
5. Monitoring: memonitor perkembangan mahasiswa
Setiap mahasiswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menerimah dan
mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu seorang tutor harus bisa melihat progres dari
tutorial secara keseluruhan, dan individu-individu mahasiswa untuk dapat menentukan tindakan.
Page 8
6. Evaluator: mengevaluasi hasil pembelajaran
Tutor harus bisa melakukan penilaian setiap saat, menggunakan check-list penilaian
dengan baik, obyektif & adil dalam menilai.
Evaluasi terhadap proses meliputi Assessment of Student Participation in PBL by
Facilitator, Self Assessment dan Peer Assessment. Assessment of Student Participation in PBL by
Facilitator akan menjadi dasar pemberian nilai untuk komponen proses, sedangkan evaluasi
yang lain (Self Assessment dan Peer Assessment) akan menjadi bahan evaluasi perkembangan
mahasiswa yang dilaporkan kepada Pembimbing Akademik masing-masing
Berikut ini adalah salah satu metode evaluasi berdasarkan strategi pembelajaran dan
kompetensi yang ingin dicapai
1. Strategi pembelajan kuliah dengan kompetensi yang ingin dicapai adalah keilmuan, maka
metode evaluasinya adalah MCQ
2. Strategi pembelajan tutorial dan role play dengan kompetensi yang ingin dicapai adalah
keilmuan, keterampilan, komunikasi dan attitude, maka metode evaluasinya adalah MCQ
(untuk keilmuan) daftar tilik pada setiap tahap.
3. Strategi pembelajan alih keterampilan (CSL) dengan kompetensi yang ingin dicapai adalah
keilmuan, keterampilan klinik dan attitude, maka metode evaluasi yang dipakai adalah kuis,
MCQ dan daftar tilik.
4. Strategi pembelajan praktikum dengan kompetensi yang ingin dicapai adalah keilmuan, dan
attitude maka metode evaluasinya adalah kuis, MCQ, tiap hari (untuk penilaian attitude)
1.3 Prinsip Penyusunan Bahan Ajar
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi
pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi,
konsistensi, dan kecukupan.
Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada
kaitan atau ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Sebagai misal, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka
materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau ghbahan hafalan.
Page 9
Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa
empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.
Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah pengoperasian bilangan yang
meliputi penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, maka materi yang diajarkan juga
harus meliputi teknik penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam
membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit,
dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu
dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
1.4 Proses Penyusunan Bahan Ajar
1. ANALISIS
Pada tahap ini dicoba untuk mengenali siapa peserta diklat, dengan perilaku awal dan
karakteristik yang dimiliki. Perilaku awal berkenaan dengan penguasaan dan kemampuan bidang
ilmu atau mata tataran yang sudah dimiliki peserta. Seberapa jauh peserta sudah menguasai mata
tataran itu? Sementara itu karakteristik awal memberikan informasi tentang ciri-ciri peserta.
Jika informasi tentang peserta sudah diketahui, maka inplikasi terhadap rancangan bahan
ajar dapat ditentukan, dan bahan ajar dapat segera dikembangkan. Pengenalan yang baik
terhadap perilaku awal dan karakteristik awal peserta sangat diperlukan untuk menentukan
kebutuhan peserta dan kemudian merancang bahan ajar yang bermanfaat bagi peserta.
2. PERANCANGAN
Dalam tahap perancangan, ada beberapa hal yang harus dilakukan atau diperhatikan yaitu:
1. Perumusan tujuan pembelajaran berdasarkan analisis,
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, akan diperoleh peta atau diagram tentang
kompetensi yang akan dicapai peserta baik kompetensi umum maupun kompetensi
khusus. Kompetensi umum dan kompetensi khusus, jika dirumuskan kembali dengan
Page 10
kaidah-kaidah yang berlaku, akan menjadi tujuan pembelajaran umum dan tujuan
pembelajaran khusus. Adapun kaidah yang berlaku, antara lain dengan melengkapi
komponen tujuan pembelajaran yaitu Audience, Behavior, Condition, Degree
2. Pemilihan topik mata tataran
Jika tujuan pembelajaran sudah ditetapkan dan analisis sudah dilakukan, maka peserta
sudah mempunyai gambaran tentang kompetensi yang harus dicapai oleh peserta melalui
proses belajar. Dengan demikian petatar juga dapat segera menetapkan topik mata tataran
dan isinya. Apa saja topik, tema isu yang tepat untuk disajikan dalam bahan ajar, sehingga
peserta dapat belajar dan mencapai kompetensi yang telah ditetapkan? Apa saja teori,
prinsip atau prosedur yang perlu didiskusikan dalan bahan ajar?
Acuan utama pemilihan topik mata tataran adalah silabus dan analisis instruksional
yang telah penatar miliki. Selanjutnya penatar juga dapat menggunakan berbagai buku dan
sumber belajar serta melakukan penelusuran pustaka, yaitu mengkaji buku-buku tentang
mata tataran termasuk encyclopedia atau majalah yang ada di perpustakaan atau buku.
3. Pemilihan media dan sumber
Pemilihan media dan sumber belajar harus dilakukan setelah penatar memiliki analisis
instruksional dan mengetahui tujuan pembelajaran. Penatar diharapkan tidak memilih
media hanya karena media tersebut tersedia bagi penatar, disamping itu penetar
diharapkan juga tidak langsung terbujuk oleh kesediaan beragam media canggih yang
sudah semakin pesat berkembang saat ini seperti komputer. Yang perlu diingat, media
yang dipilih adalah untuk digunakan oleh peserta dalah proses belajar. Jadi pilihlah media
yang dibutuhkan untuk menyampaikan topik mata tataran, yang memudahkan peserta
belajar, serta yang menarik dan disukai peserta. Kata kuncinya adalah: Media yang dapat
membelajarkan peserta. Media itulah yang perlu dipertimbangkan untuk dipilih
4. Pemilihan strategi pembelajaran
Tahap pemilihan strategi pembelajaran merupakan tahap ketika merancang aktivitas
belajar. Dalam merancang urutan penyajian harus berhubungan dengan penentuan
tema/isu/konsep/teori/prinsip/prosedur utama yang harus disajikan dalam topik mata
tataran. Hal ini tidaklah terlalu sulit jika sudah memiliki peta konsep dari apa yang ingin
Page 11
dibelajarkan. Jika sudah mengetahuinya maka bagaimana materi itu disajikan, secara
umum dapat dikatakan bagaimana struktuk bahan ajarnya.
Berbagai urutan penyajian dapat dipilih berdasarkan urutan kejadian atau kronologis,
berdasarkan lokasi, berdasarkan sebab akibat dan lain sebagainya.
3. PENGEMBANGAN
Persiapan dan perancangan yang matang sangat diperlukan untuk mengembangkan bahan
ajar dengan baik. Beberapa saran yang dapat membantu untuk memulai pengenbangan bahan
ajar:
1. Tulislah apa dapat ditulis, mungkin berbentuk LKS, bagian dari penyususnan buku atau
panduan praktik
2. Jangan merasa bahwa bahan ajar harus ditulis secara berurutan
3. Tulis atau kembangkan bahan ajar untuk peserta yang telah dikenal
4. Ingat bahan ajar yang dikembangkan harus dapat memeberikan pengalaman belajar
kepada peserta
5. Ragam media, sumber belajar, aktivitas dan umpan balik merupakan komponen penting
dalam memperoleh bahan ajar yang menarik, bermanfaat dan efektif bagi peserta
6. Ragam contoh, alat bantu belajar, ilustrasi serta pengemasan bahan ajar juga berperan
dalam membuat bahan ajar
7. Gaya penulisan untuk bagian tekstual, naratif, explanatory, deskriptif, argumentatif dan
perintah sangat penting agar peserta dapat memahami maksud penatar.
4. EVALUASI DAN REVISI
Evaluasi merupakan proses untuk memperoleh beragam reaksi dari berbagai pihak
terhadap bahan ajar yang dikembangkan. Reaksi ini hendaknya dipandang sebagai masukan
untuk memperbaiki bahan ajar dan menjadikan bahan ajar lebih berkualitas. Evaluasi sangat
diperlukan untuk melihat efektifitas bahan ajar yang dikembangkan. Apakah bahan ajar yang
dikembangkan memang dapat digunakan untuk belajar-dimengerti, dapat dibaca dengan baik dan
dapat membelajarkan peserta. Di samping itu evaluasi diperlukan untuk memperbaiki bahan ajar
sehingga nmenjadi bahan ajar yang baik.
Page 12
Secara umum ada 4 cara untuk mengevaluasi bahan ajar yaitu
1. Telaan oleh ahli materi (lebih ditekankan pada validitas keilmuan serta ketepatan
cakupan)
2. Uji coba satu-satu (Salah seorang peserta mengkaji bahan ajar, kemudian diminta untuk
memberikan komentar tentang keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwjahan dan tingkat
kesukaran)
3. Uji coba kelompok kecil (Satu kelompok kecil mengkaji bahan ajar, kemudian diminta
untuk memberikan komentar tentang keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwjahan dan
tingkat kesukaran)
4. Uji coba lapangan ( Untuk memperoleh informasi apakah bahan ajar dapat mencapai
tujuan?. Apakah bahan ajar dianggap memadai dan seterusnya.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan maka perbaikan bahan ajar yang mungkin dilakukan
antara lain:
1. menghilangkan bagian-bagian yang dianggap tidak perlu
2. Memperluas penkelasan dan uraian atas suatu konsep atau topik yang dianggap masih
kurang
3. Menambah latihan dan contoh-contoh yang dianggap perlu
4. Memilah bahan ajar menjadi bagian-bagian yang lebih mudah dicerna peserta
5. Memeperbaiki kalimat, istilah, serta bahasa yang digunakan untuk meningkatkan
keterbacaan
6. Menambah analogi, ilustrasi dan contoh kasus yang dianggap lebih efektif
7. Menambah penggunaan media lain yang dianggap dapat memperjelas dan membantu
peserta belajar
Page 13
1.5. Cara – cara Penyusunan Bahan Ajar
Bahan ajar disusun berdasarkan tujuan atau sasaran instruksional yang hendak dicapai
sesuai Rencana Pembelajaran dan Program Pembelajaran. Proses menyusun bahan ajar, meliputi
langkah-langkah sbb:
1) Perumusan tujuan instruksional atau standar kompetensi
2) Melakukan analisis instruksional/kurikulum
3) Menentukan perilaku awal siswa atau indikator kompetensi
4) Merumuskan kompetensi dasar
5) Menyusun rencana kegiatan
6) Menyusun silabus
7) Menulis/ menyusun bahan ajar
8) Evaluasi bahan ajar dan perbaikan
1.6 Isi atau Bagian – bagian Bahan Ajar
Halaman Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Senarai Kata Penting (Glosarium)
BAB 1 Pendahuluan
Berisi gambaran profil lulusan Program Studi; kompetensi lulusan, analisis kebutuhan
pembelajaran; dan GBRP.
BAB 2 Bahan Pembelajaran 1 ,
Pendahuluan : Berisi sasaran pembelajaran dan hal-hal penting dalam proses
pembelajaran pada pencapaian sasaran.
Uraian bahan pembelajaran: berisi definisi, penjelasan, teori, contoh soal/kasus dll. Yang
relevan dnegan sasaran pembelajaran
Penutup: berisi penugasan, soal perlatihan, dll sebagai bahan evaluasi; dan daftar bacaan.
BAB 3 Bahan Pembelajaran 2,
Pendahuluan : Berisi sasaran pembelajaran dan hal-hal penting dalam proses
pembelajaran pada pencapaian sasaran.
Page 14
Uraian bahan pembelajaran: berisi definisi, penjelasan, teori, contoh soal/kasus dll. Yang
relevan dnegan sasaran pembelajaran.
Penutup: berisi penugasan, soal perlatihan, dll sebagai bahan evaluasi dan daftar bacaan.
BAB 4 Bahan Pembelajaran 4
Evaluasi
Penutup
Daftar Pustaka
1.7 Contoh Daftar Isi Modul:
1. Bagian sampul: Judul, Modul ke ...., Penulis, dan nama sekolah
2. Kata Pengantar
3. Daftar Isi
4. Tinjauan Mata Pelajaran:
a. Deskripsi Mata pelajaran
b. Manfaat Mata Pelajaran
c. Tujuan/Standar Kompetensi
d. Susunan Bahan Ajar: berisi bab atau sub bab yang akan dipelajari
5. Petunjuk Belajar: berisi cara mempelajari bahan ajar
6. Bab (Modul) I, Bab II, Bab III, dan seterusnya. Setiap Sub Bab (Kegiatan) diakhiri
dengan Latihan dan Rangkuman. Setiap Bab (Modul) diakhiri dengan Penutup, berisi:
Tes Formatif, Umpan Balik, Tindak Lanjut, Kunci Jawaban, Daftar Pustaka, dan Senarai
(istilah atau kata-kata sukar)
7. Daftar Pustaka/Rujukan: berisi buku atau sumber rujukan
8. Senarai: berisi penjelasan istilah atau kata-kata, sukar kalau ada
1.8 .Perbedaan Bahan Ajar dan Buku
BahanAjar
1. Berusaha menimbulkan minat baca
2. Dirancang & ditulis untuk mahasiswa
3. Menjelaskan tujuan instruksional
Page 15
4. Dipergunakan oleh dosen dan mahasiswa dalam proses perkuliahan.
5. Disusun berdasar pola belajar yg fleksibel, sistematis dan terstruktur berdasarkan
kebutuhan mahasiswa dan kompetensi akhir yang ingin dicapai
6. Fokus pada pemberian kesempatan bagi mahasiswa untuk berlatih
7. Memberi ran
8. Gaya penulisan komunikatif
9. Ada umpan balik
10. Mengakomodasi kesulitan belajar mahasiswa
11. Menjelaskan cara mempelajari bahan ajar
Buku
1. Buku teks mengasumsikan minat dari pembaca
2. Untuk pembaca (guru, dosen, mahasiswa, peneliti, umum)
3. Belum tentu menjelaskan tujuan instruksional
4. Dirancang untuk dipasarkan secara luas
5. Disusun secara linear dan strukturnya berdasar logika bidang ilmu
6. Belum tentu memberikan latihan
7. Belum tentu memberi rangkuman
8. Gaya penulisan naratif, tidak komunikatif dan padat
9. Tidak ada mekanisme mengumpulkan umpan balik
10. Tidak mengakomodasi kesulitan belajar
11. Tidak menjelaskan ccara mempelajari buku teks
Jadi perbedaan dari bahan ajar dengan buku adalah buku merupakan sumber dari bahan
ajar, dan bahan ajar merupakan bagian dari buku. Bahan ajar adalah materi yang akan
dipresentasikan oleh dosen, dan merupakan bagian dari buku.
Page 16
BAB III
PENUTUP
1 kesimpulan
bahan pembelajaran pada dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap,
tindakan dan keterampilan yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta,
konsep, prinsip, dan proses yang terkait dengan pokok bahasan tertentu yang diarahkan
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Page 17
Recommended