i
PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN
KEPRIBADIAN MUSLIM ANAK YATIM PIATU
DI YAYASAN BAITUL MA’MUR
DESA WARINGIN JAYA KEC. BOJONG GEDE
KAB. BOGOR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai
Gelar Sarjana Sosial Islam
Oleh :
MAHMUD DALAJI
NIM : 101052022643
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1426 H / 2005
ii
PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM PEMBENTUKAN
KEPRIBADIAN MUSLIM ANAK YATIM PIATU
DI YAYASAN BAITUL MA’MUR
DESA WARINGIN JAYA KEC. BOJONG GEDE
KAB. BOGOR
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai
Gelar Sarjana Sosial Islam
Oleh :
MAHMUD DALAJI
NIM : 101052022643
Dibawah Bimbingan
Dra. Hj. Zorina Yuniar
NIP: 150 198 858
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1426 H / 2005
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM
PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN MUSLIM ANAK YATIM DAN PIATU”
telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16 Maret 2006. skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1)
Pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, 16 Maret 2006
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota
Dr.Muradi, MA Dra.Musyfiroh Nurlaily
M.ag
NIP:150254102 NIP:150299324
Anggota:
Penguji I Penguji II
Drs.M.Lutfi, MA Nasichah,
MA
NIP.150268782 NIP.
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan keharibaan
baginda Rosulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir
zaman.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Sosial Islam (S1) pada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Universitas Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi yang sederhana ini, tidak akan
terselesaikan tanpa bantuan semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dra.Hj. Zorina Yuniar, Selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
4. Dra.Hj. Nurana, selaku pengasuh Yayasan Baitul Ma’mur, yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
5. Ust. Lukman Hakim, selaku setaf pengajar (Sie. Pendidikan) yang telah
memberikan masukan dan data dalam penulisan skripsi ini.
v
6. Bapak dan ibu dosen serta Civitas Akademika Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Orang tua tercinta yang telah memberikan dorongan moril dan materil
sehingga penulis dapat menyelesaikan study di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Rekan-rekan seperjuangan yang telah membantu menyelesaikan skripsi
ini.
Akhirnya mudah-mudahan skripsi sederhana ini, dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri khususnya dan umumnya para pembaca, dalam rangka
mengembangkan proses pendidikan dan pengajaran agama dimasyarakat.
Bogor, 10 Januari 2006
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................. 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 4
D. Metode Penelitian .......................................................................... 5
E. Sistematika Penulisan .................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Bimbingan Agama ......................................................................... 10
1. Pengertian Bimbingan Agama .................................................. 10
2. Tujuan Bimbingan Agama ........................................................ 15
3. Fungsi Bimbingan Agama ........................................................ 15
4. Metode Bimbingan Agama ...................................................... 17
B. Kepribadian Muslim ...................................................................... 19
1. Pengertian Kepribadian ............................................................ 19
2. Pengertian Muslim .................................................................. 21
3. Pengertian Kepribadian Muslim ............................................... 21
vii
4. Faktor Kepribadian Muslim ..................................................... 22
5. Ciri-ciri Kepribadian Muslim ................................................... 26
6. Proses Pembantukan Kepribadian Muslim ............................... 28
C. Yatim Piatu .................................................................................... 31
1. Pengertian yatim dan Piatu ....................................................... 31
2. Pandangan Islam Terhadap Yatim dan Piatu ............................ 32
3. Pembinaan Yatim dan Piatu Menurut Ajaran Islam .................. 36
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN BAITUL MA’MUR
A. Latar Belakang Berdirinya Yayasan Baitul Ma’mur ...................... 38
B. Visi, Misi dan Tujuannya Yayasan Baitul Ma’mur ......................... 43
C. Kondisi Fisik Yayasan Baitul Ma’mur ........................................... 43
D. Letak Geografis ............................................................................. 45
BAB IV PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA
A. Kegiatan Bimbingan Agama di Yayasan Baitul Ma’mur ................ 46
B. Beberapa Metode Bimbingan Agama ............................................. 47
1...............................................................................................M
etode Bimbingan Agama .......................................................... 47
2...............................................................................................M
etode Pelaksanaan Pembentukan Kepribadian Muslim ............ 48
C. Faktor Pendukung dan Penghambat di Yayasan Baitul Ma’mur ..... 49
1...............................................................................................F
aktor Pendukung ...................................................................... 49
viii
2...............................................................................................F
aktor Penghambat .................................................................... 49
D. Analisis Penelitian ......................................................................... 50
1...............................................................................................U
paya yang di lakukan Yayasan baitul Ma’mur .......................... 50
2...............................................................................................A
nalisis Keberhasilan Yayasan Baitul Ma’mur dalam Upaya
Pembentukan Kepribadian Muslim Anak Yatim Piatu ............. 52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 60
B. Saran ............................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap anak perlu mendapatkan kasih sayang, pendidikan dan
bimbingan dari kedua orang tua, karena hal itu, merupakan kewajiban yang
paling urgen dan harus dimiliki oleh kedua orang tua terhadap anaknya.
Seberapa pedulinya kedua orang tua terhadap anaknya, akan menjadi
tolak ukur bagi perkembangannya, baik itu perkembangan jasmani atau
rohani.
Keluarga merupakan himpunan terkecil yang menentukan anggota
keluarga menjadi manusia berkepribadian, akan tetapi hal itu semua perlu
dijaga dan mendapatkan pendidikan dan bimbingan dari orang tua.
Syamsu Yusuf LN dalam bukunya Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja, berpendapat bahwa:
Menurut Al. Ghozali, setiap anak dilahirkan dengan membawa fitrah yang seimbang dan sehat, kedua orang tualah yang memberikan agama kepada
mereka. Demikian pula anak dapat terpengaruhi oleh sifat-sifat yang buruk dari
lingkungannya, dari corak hidup yang memberikan peranan kepadanya dan dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan ketika dilahirkan, keadaan tubuh
anak belum sempurna, kekurangan ini diatasinya dengan latihan dan pendidikan yang ditunjang dengan makanan.
Demikian pula dengan tabi’at yang difitrahkan kepada anak, yang merupakan
kebajikan yang diberikan Allah SWT kepadanya.
Tabi’at ini dalam keadaan berkekurangan, (dalam keadaan belum berkembang
dengan sempurna), dan mungkin dapat disempurnakan serta diperindahkan
dengan pendidikan yang baik.
Kelurga mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan dan kasih sayang, yang
secara serempak berusaha mengembangkan amal shaleh dan anak yang shaleh.
x
Kebesaran suatu agama perlu didukung oleh besarnya jumlah keluarga yang
menjalankan syari’at agamanya, bukan jumlah penganutnya saja.1
Secara sosiologis, keluarga muslim merupakan bagian dari masyarakat
sekitarnya dan anggota keluarga yang satu dapat berinteraksi dengan anggota
keluarga yang lain, hubungan antar keluarga memungkinkan terjadi karena
kekerabatan atau keturunan, persekutuan wilayah seperti rukun tetangga,
rukun wilayah, desa, daerah dan sebagainya.2
Rasa prihatin timbul bila menyaksikan lewat media masa dan media
elektronik kejadian-kejadian yang menimpa bangsa ini. Dari kejadian gunung
meletus, banjir, tanah longsor di berbagai daerah, busung lapar yang sungguh
sangat memalukan dan memilukan sangat ironis sekali suatu bangsa yang kaya
akan rempah-rempah dan minyak bumi masih ada masyarakat yang kelaparan.
Dan kejadian yang masih melekat di hati , gempa bumi dan tsunami
yang menimpa warga Aceh. Dari kejadian itu semua berapa ribu anak yang
ditinggalkan oleh orang tuanya.
Rasa tanggung jawab bersama yang akan menentukan nasib mereka
baik berupa kasih sayang, santunan dan sebagainya sehingga mereka tegar dan
ceria dalam menatap masa depan.
Faktor lingkungan sekitar menjadi pengaruh besar bagi mereka dalam
menjalani roda-roda kehidupan, bila lingkungan pergaulan rusak, maka rusak
pula generasi penerus harapan bangsa, dan bila hal ini terjadi merupakan
kerugian yang cukup besar.
1 Syamsu Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja ( Bandung: P.T. remaja
Rosdakarya, 2000), Cet. ke-1, h.93 2 Jalaludin Rahmat, Muhtar Bada’at Maja, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), Cet. ke-1, h.13
xi
Dengan demikian perlu disyukuri ada beberapa lembaga, yayasan atau
badan yang memberikan sumbangsi yang cukup besar manfaatnya,
diantaranya Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu Baitul Ma’mur yang berlokasi
di Desa Waringin Jaya Kec. Bojong Gede Kab. Bogor, yang sampai saat ini,
menampung para anak-anak Yatim Piatu, dengan memberikan pembinaan
berupa pendidikan dan bimbingan agama, agar menjadi manusia yang
berkpribadian dan berguna bagi dirinya sendiri serta orang lain.
Kegiatan bimbingan agama dalam pembentukan kepribadian muslim
di maksudkan untuk menciptakan atau melahirkan generasi-generasi
berkualitas, baik kualitas intelektual, emosi, maupun kualitas spiritual
(keagamaan), sehingga ia menjadi generasi yang sukses dalam hidupnya.
Pertanyaan yang timbul dari seorang penulis sejauh mana Yayasan
Baitul Ma’mur sudah memberikan hal terbaik bagi para anak asuh yatim piatu
dalam pembentukan kepribadian muslim.
Dan bagaimana kegiatan pelaksanaan bimbingan dan metode yang
sudah diberikan terhadap anak asuh yatim piatu di Yayasan tersebut.
Pertanyaan dan peristiwa inilah yang melatar belakangi penulis untuk
mengadakan penelitian dengan judul:
“ Pelaksanaan Bimbingan Agama Dalam Pembentukan
Kepribadian Muslim Anak Yatim Piatu Di Yayasan Baitul Ma’mur Desa
Waringin Jaya Kec. Bojong Gede Kab. Bogor”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
xii
Fokus masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, hanyalah pada
analisis tentang Pelaksanaan Bimbingan Agama dalam dalam Pembentukan
Kepribadian Muslim Anak Yatim Piatu di Yayasan Baitul Ma’mur.
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka masalah yang akan diteliti
dan dirumuskan dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana Pelaksanaan Bimbingan Agama Dalam Pembentukan
Kepribadian Muslim Anak Yatim Piatu di Yayasan tersebut.
2. Metode Apakah Bimbingan Agama di berikan Kepada Anak Yatim Piatu
di Yayasan tersebut.
3. Hambatan-hambatan apa saja, yang dialami di Yayasan tersebut.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut :
a) Untuk mengetahui kondisi real bentuk pelaksanaan bimbingan agama
di “Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu Baitul Ma’mur”.
b) Untuk mengetahui metode bimbingan yang diterapkan di “Yayasan
Panti Asuhan Yatim Piatu Baitul Ma’mur”.
c) Untuk mengetahui Faktor penghambat dalam pelaksanaan bimbingan
agama di“Yayasan Panti Asuhan Yatim Piatu Baitul Ma’mur”.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Akademis, sebagai :
xiii
1) Syarat untuk meraih gelar Sarjana Strata 1 (S1)
2) Sebagai bahan referensi dalam peningkatan wawasan dakwahnya,
lebih khusus bimbingan agama serta sebagai pijakan dalam
melakukan penelitian selanjutnya.
b. Secara Praktis, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi acuan
mendasar khususnya bagi pihak Yayasan Baitul Ma’mur atau elemen
lainnya terutama dalam menumbuh kembangkan nilai-nilai keagamaan
terhadap anak asuh agar memiliki kepribadian muslim.
D. Metodelogi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah :
a. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang
dilaksanakan dengan terjun langsung ke lokasi penelitian, dengan
pendekatan kualitatif.Dalam hal ini berlokasi di Yayasan Baitul
Ma’mur Bojong gede Bogor.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa instrumen
pengumpulan data, yaitu :
a. Observasi
Yaitu mengadakan kunjungan dan pengamatan secara langsung
terhadap objek yang akan diteliti serta pencatatan yang sistematis.
Guna memperoleh gambaran yang jelas tentang Pelaksanaan
xiv
Bimbingan dan kegiatan-kegiatan yang lainnya yang dilaksanakan di
Yayasan tersebut.
b. Wawancara
Adalah suatu bentuk komunikasi, untuk memperoleh informasi
dari responden, yang dalam hal ini adalah pengasuh yayasan, ustadz
yang dapat memberikan informasi tentang masalah yang akan dibahas.
c. Angket
Yaitu merupakan cara pengumpulan data dalam bentuk
pertanyaan tersruktur yang diberikan oleh peneliti dan diisi oleh
responden.Dalam hal ini yakni para anak asuh yatim piatu, dimana
responden memilih jawaban-jawaban yang sudah disediakan.
d. Studi Dokumentasi
Yaitu suatu cara yang digunakan untuk mengambil data dari
berbagai dokumen, baik yang merupakan pembukuan ataupun yang
lainnya.
Adapun untuk penulisan skripsi ini penulis menggunakan desain
penelitian deskriftif, yaitu melukiskan dan menafsirkan keadaan yang ada
sekarang. Penelitian ini berkenaan dengan kondisi/ hubungan yang ada
praktek-praktek yang sedang berlaku, keyakinan, sudut pandang, atau
sikap yang dimiliki , proses-proses yang sedang berlangsung, pengaruh-
xv
pengaruh yang sedang dirasakan, atau kecenderungan-kecenderungan
yang sedang berkembang.3
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak asuh Yatim
Piatu Yayasan Baitul Ma’mur Periode 2005-2006 yang berjumlah 33.
b. Sampel
Adalah bagian atau wakil populasi yang diteliti dan dianggap dapat
menggambarkan populasinya. Dalam pengambilan sampel penulis
mengambil pendapat dari Suharsimi Arikunto, beliau mengatakan
bahwa apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya,
jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%
atau lebih, tergantung pada kemampuan peneliti.4 Dalam pengambilan
sample penulis mengambil seluruhnya sebanyak 100% (33 orang),
merupakan jumlah keseluruhan populasi.
4. Teknik Pengolahan Data
Data-data yang telah diperoleh melalui angket, kemudian diproses
melalui beberapa tahap, yaitu :
3 Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,
1982), h.50 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), Cet. ke-12, h.112
xvi
a. Editing, yaitu memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti,
ditelaah dan dirumuskan pengelompokannya untuk memperoleh data
yang benar-benar sempurna.
b. Tabulating, yaitu mentabulasikan atau memindahkan jawaban-jawaban
responden dalam table, kemudian dicari prosentase untuk dianalisa.
Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :
N
100%)Fx(P = P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Responden5
5. Teknik Penulisan
Untuk teknik penulisan skripsi ini disesuaikan dengan teknik
penulisan yang didasarkan pada buku pedoman penulisan skripsi, tesis dan
disertasi yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press 2002.
E. Sistematika penulisan
Bab I, Pendahuluan, meliputi tentang Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode
Penelitian, serta Sistematika Penulisan.
Bab II. Landasan Teoritis tentang Pengertian Bimbingan Agama,
Kepribadian, Muslim, Anak Yatim Piatu, yang terdiri atas Pengertian, Faktor-
faktor, Prinsif -prinsif dan Pandangan Dasar.
5 Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1999), h.40
xvii
Bab III. Gambaran Umum Tentang “Yayasan Panti Asuhan Yatim
Piatu Baitul Ma’mur”, meliputi, Sejarah singkat Berdirinya, Visi, dan Misi
serta Tujuan, Kondisi Fisik, dan Letak Geografis Yayasan Baitul Ma’mur.
Bab IV. Temuan Lapangan dan Analisis Data, meliputi Pelaksanaan
Bimbingan Agama dalam Pembentukan Kepribadian Muslim Anak Yatim
Piatu,
Metode Bimbingan Agama dalam pembentukan Kepribadian Muslim pada
Anak Yatim Piatu, Metode Pelaksanaan Bimbingan Agama Untuk membentuk
kepribadian Muslim Bagi Anak Yatim piatu.
Bab V. Penutup, berisi Kesimpulan dan Saran-saran.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
Bimbingan Agama
1. Pengertian Bimbingan Agama
a. Pengertian Bimbingan
xviii
Dalam kehidupan sehari-hari seringkali mendengar kata-kata
bimbingan, yang dalam pratiknya di masyarakat di identikkan dengan
pendidikan ataupun mendidik. Kata bimbingan berasal dari kata kerja
bimbing, yang berarti pimpin, asuh, atau tuntun.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bimbingan berarti
petunjuk ataupun penjelasan tentang cara mengerjakan sesuatu.1
Secara harfiah, bimbingan adalah menunjukkan, memberi jalan, atau
menuntun orang lain kearah tujuan yang bermanfaat bagi
kehidupannya dimasa kini dan masa yang akan datang.2
Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata “Guidance”.
Bimbingan dalam arti “guidance” menunjukan kepada dua hal, yang masing-
masing berdiri sendiri, yaitu sebagaimana dikatakan oleh W.S Wingkel adalah
:
a) Memberi informasi, yakni memberikan petunjuk, bahkan memberikan nasihat kepada seorang atau kelompok. Maka atas
dasar pengetahuan tersebut orang dapat menentukan pilihan dan
mengambil keputusan.
b) Menuntun atau mengarahkan kepada sesuatu tujuan yang akan
dituju, yang mungkin tempat tersebut hanya diketahui orang yang
menuntun saja.3
Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan
kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam
menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam hidupnya.4
1 Tim Penyusun Kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Edisi. Ke-2, h. 133 2 H.M Arifin., Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Agama, (Jakarta: Golden Terayon
Press), h.1 3 W.S. Winkel, FKIP, IKIP, Senata Darma, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,
(Jakarta: P.T Gramedia, 1999), h. 18 4 Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset,
1993), h. 4
xix
Dalam pengertian lain disebutkan, bimbingan adalah bantuan
yang diberikan seseorang kepada orang lain dalam menetapkan pilihan
dan penyelesaian diri, serta dalam menyelesaikan masalah-
masalahnya. Bimbingan bertujuan membantu penerimanya untuk dapat
tumbuh dan berkembang secara bebas dan mampu bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri.5
Jadi secara singkat bimbingan adalah suatu proses bantuan
kepada seseorang maupun kepada kelompok agar dapat memahami
dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya sesuai dengan
lingkungannya dan dapat memperbaiki tingkah lakunya pada masa
yang akan datang.
Bimbingan yang dilaksanakan dalam rangka menuntun
seseorang kearah kehidupan yang bermanfaat, merupakan suatu
kebutuhan yang tak dapat ditinggalkan karena dalam kehidupan ini
tidak ada manusia yang hidup dengan sempurna.
b. Pengertian Agama
H.M.Arifin menjelaskan pengertian agama sebagai istilah yang
sering dipakai sehari-hari dapat dilihat dari dua aspek, yaitu:
1. Aspek subjektif. Agama mengandung pengertian tentang tingkah
laku manusia, yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan, berupa
gerakan batin, yang mengatur, dan mengarahkan tingkah laku
5 Dewa Ketut Sukardi, Sartono, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: P.T. Bina Aksara,
1988), Cet. Ke-1, h. 8
xx
tersebut, kepada pola hubungan dengan masyarakat serta alam
sekitarnya.6
2. Aspek objektif. Agama dalam hal ini mengandung nilai-nilai ajaran
Tuhan yang bersifat menuntun manusia kearah tujuan yang sesuai
dengan kehendak ajaran tersebut. Agama dalam hal ini belum
masuk kedalam batin manusia, atau belum membudaya dalam
tingkah laku manusia. Oleh karena itu secara formal agama dilihat
dari aspek objektif dapat diartikan sebagai peraturan yang bersifat
Ilahi, yang menuntun orang berakal budi, ke arah ikhtiar untuk
mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.
Agama sebagai sebuah keyakinan diyakini sebagai sebuah
sarana bagi manusia dalam berhubungan dengan Tuhan (Allah).
Seperti yang dikatakan oleh William James, sebagai mana dikutip oleh
Zakiah Daradjat: “Agama adalah perasaan dan pengalaman Bani Insan
secara individual, yang menganggap bahwa mereka berhubungan
dengan apa yang dipandangnya sebagai Tuhan”.7 Dikatakan pula
bahwa agama adalah kebutuhan jiwa (psikis) manusia, yang akan
mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan hidup, kelakuan, cara
menghadapi tiap-tiap masalah.8
Jadi pengertian agama dapat dirumuskan sebagai berikut:
agama merupakan sebuah keyakinan manusia kepada tuhan, yang
6 H.M.Arifin., Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Agama, (Jakarta: Golden Terayon
Press), h.1
7 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. Ke-5, h.18
8 Zakiah Darajadjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1982), Cet. Ke-3, h.52
xxi
dapat membantu kita dalam mengatur sikap dan pandangan hidup.
Agama sebagai suatu kebutuhan manusia dalam memberikan suatu
aturan atau norma-norma yang dapat memberikan ketenangan dalam
jiwanya, selain itu juga agama dapat menjadikan seseorang dalam
melakukan sesuatu akan terikat kepada ketentuan antara yang
dibolehkan dan yang tidak dibolehkan, menurut agama yang dianut.
Hal ini tak lepas dari kenyataan bahwa manusia adalah
makhluk sosial yang selalu berinteraksi dan senantiasa mengikuti
perkembangan zamannya. Jika manusia tidak dapat mengontrol segala
keinginannya maka dikhawatirkan akan dapat menimbulkan ketidak
puasan dalam dirinya. Jika hal ini terjadi, akan timbullah tekanan batin
yang dapat mengganggu dalam kehidupannya. Disinilah, agama yang
telah diyakini oleh seseorang dirasakan sebagai sebuah pondasi yang
kokoh dalam mengantisipasi segala macam tantangan-tantangan hidup
yang ada, namun tak dapat dipungkiri pula jika banyak manusia yang
kurang begitu memperhatikan akan nilai-nilai ajaran agama disaat
mereka menerima berbagai macam cobaan dan masalah yang
dihadapinya.
c. Pengertian Bimbingan Agama
Pengertian bimbingan agama adalah “Proses pemberian
bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan
dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat”.9 Bimbingan agama dilaksanakan dalam upaya
9 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII
Press, 2001), Cet. ke-2, h.4
xxii
memberikan kecerahan batin kepada seseorang dalam menghadapi
segala macam persoalan. Dan bimbingan agama yang dilakukan sesuai
dengan ajaran agama individu.10
Dengan demikian, bimbingan agama merupakan suatu upaya
untuk memberikan pertolongan kepada seseorang dalam memecahkan
segala persoalannya, dengan dilandasi nilai-nilai agama untuk
memberikan ketenangan batin, agar seseorang dapat hidup sesuai
dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
2. Tujuan Bimbingan Agama
Secara umum, tujuan bimbingan agama adalah membantu individu
mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan diakhirat.11
Dalam menjalankan kehidupannya manusia pasti mengalami
hambatan-hambatan dalam mewujudkan keinginannya sehingga
diperlukan bimbingan agama. Untuk itulah bimbingan agama berusaha
untuk membantu individu agar mampu menghadapi masalah dalam
hidupnya.
Secara khusus bimbingan agama memiliki tujuan-tujuan, antara lain :
1) Membantu Individu agar tidak menghadapi masalah.
2) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.
3) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya
dan orang lain.12
10
H.M.Arifin, Pokok-pokok tentang Bimbingan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1976), h.25 11
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, op.cit, .h.35 12 Ibid., h.36
xxiii
Dengan memperhatikan tujuan-tujuan tersebut, diharapkan
bimbingan agama yang dilaksanakan akan membantu individu agar dapat
menjadi hidup mandiri, dengan mengenal dan menerima diri sendiri dan
lingkungannya, mengarahkan, mengambil keputusan serta mewujudkan
diri sendiri.
3. Fungsi Bimbingan Agama
Dengan memperhatikan tujuan umum dan khusus bimbingan agama diatas, dapatlah dirumuskan fungsi dari bimbingan agama, yakni sebagai berikut:
a. Fungsi Preventif, yakni membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.
b. Fungsi Kuratif/Korektif, yakni membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialami.
c. Fungsi Preservatif, yakni membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik
(terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama. d. Fungsi Developmental, yakni membantu individu memelihara dan
mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab
munculnya masalah baginya.13
Untuk mencapai tujuan yang sejalan dengan fungsi-fungsi
bimbingan agama, maka bimbingan agama melakukan kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
a) Membantu individu dalam mengingatkan kembali akan fitrahnya
sebagai makhluk Allah, agar memahami dirinya yang memiliki
berbagai potensi dan kelemahan memahami dirinya sebagai makhluk
Tuhan, Riligius, Sosial dan juga sebagai makhluk pengelola alam
semesta atau makhluk berbudaya. Dengan demikian individu akan
lebih mudah mencegah timbulnya masalah, memecahkan masalah dan
menjaga berbagai kemungkinan timbulnya kembali masalah.
13
Ibid, . h.37
xxiv
b) Membantu individu tawakkal atau berserah diri kepada Allah, berarti
meyakini bahwa nasib baik buruk dirinya itu semua, merupakan
cobaan dari Allah, kesemuanya itu ada hikmahnya dan dapat diambil
hikmahnya itu.
c) Membantu individu memahami keadaan situasi dan kondisi yang
dihadapinya. Seringkali seseorang menghadapi masalah yang tidak
dapat dipahami atau tidak menyadari bahwa dirinya sedang
menghadapi masalah.
d) Membantu individu menemukan alternatif pemecahan masalah.
Dalam hal ini, bimbingan agama yang diberikan kepada individu
bukanlah untuk memecahkan atau menentukan pemecahan masalah,
melainkan sekedar memberikan alternatif pemecahan masalah yang
sedang dihadapi oleh individu. Selanjutnya individu itu sendiri yang
dapat memilih dan menentukan alternatif pemecahan masalah yang
sesuai dengan keinginan dan keadaan dirinya.14
4. Metode Bimbingan Agama
Metode berasal dari kata “Meta” yang berarti melalui dan “Hodos”
berarti jalan. Dengan demikian metode secara harfiyah adalah adalah jalan
yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan secara istilah
metode adalah sarana yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan, baik sarana tersebut bersifat fisik maupun non fisik.15
Ada beberapa metode yang lazim dipakai dalam bimbingan agama,
diantaranya yaitu:
14
Ibid., h.41 15 H.M. Arifin, Pokok-pokok tentang Bimbingan Penyuluhan Agama, op. cit,. h.43
xxv
1) Wawancara adalah salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan
yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya
hidup kejiwaan klien pada saat tertentu yang memerlukan bantuan.
2) Metode kelompok (group Guidance), yaitu cara pengungkapan jiwa
atau batin serta pembinaannya melalui kegiatan kelompok. Seperti
ceramah, diskusi, seminar dan sebagainya.
3) Metode non direktif. Pada metode ini pembimbing memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada klien untuk bercerita
mengungkapkan rahasia pribadinya. Pada akhirnya, pembimbing
memberikan petunjuk-petunjuk tentang usaha apa sajakah yang
sebaiknya dilakukan oleh klien.
4) Metode Psikoanalisis. Pembimbing menganalisa gejala tingkah laku
klien untuk mengetahui masalah sebenarnya yang menimpa pribadi
klien. Setelah terungkap, selanjutnya disadarkan kembali (dicerahkan)
agar masalah tersebut dianggap telah selesai dan tidak perlu dianggap
suatu hal yang memberatkan. Disinilah perlunya nilai-nilai iman dan
taqwa dibangkitkan dalam pribadi klien, sehingga terbentuklah dalam
pribadinya sikap tawakal dan optimisme dalam menempuh kehidupan
baru yang lebih cerah lagi.
5) Metode direktif, metode ini mengarahkan klien untuk berusaha
mengatasi problema yang dihadapi, yaitu dengan memberikan secara
langsung jawaban-jawaban terhadap permasalahan-permasalahan yang
menjadi sebab kesulitan yang dihadapi atau dialami klien.
xxvi
6) Metode sosiometri, yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk
mengetahui kedudukan anak bimbing dalam hubungan keluarga.16
Metode ini digunakan tergantung dari masalah yang sedang
dihadapinya. Metode bimbingan agama ini digunakan untuk mendekati
masalah sehingga dapat diperoleh hasil yang memuaskan.
Kepribadian Muslim
1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian berasal dari kata “personality” yang diambil dari kata
persona (bahasa latin) yang berarti “kedok” atau “topeng”.17
Dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kepribadian adalah
keadaan manusia sebagai perseorangan, keseluruhan sifat-sifat yang
merupakan watak.18 Pengertian ini mengandung arti bahwa kepribadian itu
adalah “keseluruhan hidup manusia lahir dan batin, yang menampakkan
corak wataknya dalam amal perbuatan atau tingkah laku sehari-hari”.19
Sementara itu Drs. Ahmad D. Marimba memberikan pendapat
sebagai berikut: kepribadian adalah lebih luas artinya, “meliputi kualitet
keseluruhan dari seseorang. Kualitet akan tampak dalam cara-caranya
berbuat, cara-caranya mengeluarkan pendapat, sikapnya, filsafat hidupnya
serta kepercayaannya”.20
16 Ibid., h.45 17
Agus Sujanto. et. al., Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), Cet. ke-
8, h.10 18
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1989), Cet. ke-11, h.768 19
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. Ke-4, h.9 20
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif,
1986), Cet. Ke-6, h.67
xxvii
Menurut Dr. Singgih D. Gunarsa, bahwa kepribadian adalah “suatu
kesatuan aspek-aspek jiwa dan badan yang menyebabkan adanya kesatuan
dalam tingkah laku serta tindakan seseorang”.21
Kedua pengertian diatas yang dikatakan oleh Drs. Ahmad D.
Marimba dan Drs. Singgih D. Gunarsa, lebih menekankan pengertian
kepribadian tersebut kepada prilaku atau perbuatan seseorang.
Menurut Alport sebagaimana dikutip oleh Agus Sujanto
“kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai system
psychophysis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan
diri terhadap sekitar”.22
Dari keempat definisi diatas, terlihat jelas bahwa kepribadian itu
adalah hasil dari suatu proses kehidupan yang dijalani seseorang,
mempunyai sifat yang stabil di dalam nilai kebaikan pada diri seseorang
yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi karena hidup ini mempunyai tujuan tertentu dan
kepribadian itu sendiri ternyata dapat dibentuk, maka dengan usaha-usaha
yang sistematis dan berencana dapat diusahakan terbentuknya kepribadian
yang diharapkan, yaitu kepribadian muslim yang utuh dan menyeluruh,
melalui pembinaan dan pengajaran.
Setelah diketahui apa arti kepribadian secara umum, penulis mencoba untuk
menerangkan pengertian kepribadian muslim menurut konsep Islam, agar
dapat kejelasan tentang kepribadian muslim yang di maksud.
2. Pengertian Muslim
21
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: Gunung Mulia, 1988),
Cet. Ke-4, h.71 22 Agus Sujanto. et.al., Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h.94
xxviii
Muslim ialah “orang yang berserah diri kepada tuhan dari kata, “aslama”
menyerah, mencari kedamaian”. Kata ini mengisyaratkan makna penuh
ketundukan terhadap kehendak tuhan, idealnya seorang muslim adalah orang
yang tunduk. Menjadi muslim bukanlah merupakan perbuatan muslim sendiri
melainkan hal itu suatu petunjuk tuhan. Dan perbuatan seorang muslim
senantiasa patuh dan tunduk akan ketetapan takdir tuhan YME.
3. Pengertian Kepribadian Muslim
Menurut Dr. Fadhil Al-Djamaly, sebagaimana dikutip oleh H.M.
Arifin, “ kepribadian muslim adalah sosok seseorang muslim yang
berbudaya, yang hidup bersama Allah dalam tiap-tiap langkah hidupnya,
dia hidup dalam lingkungan yang luas tanpa batas kedalamannya dan
tanpa akhir ketinggiannya”.23
Dari pengertian kepribadian muslim diatas tersirat suatu maksud
yang menekankan pada diri seseorang muslim untuk berkreativitas di
muka bumi ini, sehingga dapat mewarnai hidup. Keimanan yang tinggi
kepada Allah harus dijadikan pengawasan diri atau dasar berpijak di dalam
setiap prilaku hidup seorang muslim, sehingga dapat membentuk dirinya
menjadi seorang muttaqin.
Dengan kata lain kepribadian muslim akan nampak dalam cara-
cara berbuat, berfikir, mengeluarkan gagasan, sikapnya, minat, filsafat
hidupnya serta kepribadiannya, yang semua itu akan nampak pada tingkah
laku yang diarahkan semata-mata untuk mengabdi kepada Allah SWT.
Dari berbagai teori yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas,
penulis merumuskan pengertian kepribadian muslim yaitu kepribadian
muslim adalah memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan
23 H.M.Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), Cet. Ke-1, h.170
xxix
memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam dan
bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Dengan nilai-nilai yang utuh, manusia mempertahankan prinsip
hidupnya, sebagai penganut Islam tentu prinsip hidup yang dimaksud
adalah prinsip hidup yang berdasarkan aqidah Islamiyah.
4. Faktor-faktor Kepribadian Muslim
Kepribadian manusia bukan terjadi dengan sendirinya, akan tetapi
terbentuknya melalui proses kehidupan yang panjang. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi kepribadian manusia itu adalah faktor internal
atau kekuatan dari dalam dan faktor eksternal atau faktor dari luar berupa
lingkungan, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan
masyarakat, ekonomi dan budaya.
“kekuatan dari dalam yang sudah dibawa sejak lahir, berwujud benih, bibit
atau sering juga disebut kemampuan-kemampuan dasar. Ki Hajar
Dewantara menyebutnya faktor dasar dan faktor dari luar, atau yang oleh
beliau disebut faktor ajar”.24
Untuk melatar belakangi bagaimana usaha membentuk pribadi seseorang,
ada baiknya menengok sejenak ke sejarah psikologi yang membahas
masalah ini.
Sejak dahulu ada dua aliran yang saling bertentangan, aliran
“nativisme” berpendapat bahwa faktor pembawaan lebih kuat dari pada
faktor yang datang dari luar. Dilain pihak, aliran “empirisme” berpendapat
anak sejak lahir, masih bersih seperti tabula rasa dan baru akan dapat
24 Agus Sujanto. et. al., Psikologi Kepribadian, Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h.3
xxx
berisi bila ia menerima sesuatu dari luar, lewat alat inderanya. Karena itu
pengaruh dari luarlah yang lebih kuat dari pada pembawaan manusia.25
Melihat pertentangan kedua aliran ini, W. Stern mengajukan
teorinya yang terkenal dengan teori perpaduan atau teori konvergensi,
yang berpendapat bahwa kekuatan itu sebenarnya berpadu menjadi satu.
Keduanya saling memberi pengaruh bakat yang ada pada anak, ada
kemungkinan tidak akan berkembang kalau tidak dipengaruhi oleh segala
sesuatu yang ada dilingkungannya. Demikian pula pengaruh dari
lingkungan juga tidak akan dapat berfaedah apabila tidak ada yang
menanggapi di dalam jiwa manusia.26
Demikian uraian tentang sejarah psikologi yang membahas tentang
masalah ini. Menurut H.M.Arifin, dalam pandangan Islam, kemampuan
dasar atau pembawaan itu disebut dengan “fitrah” yang dalam pengertian
etimiologisnya mengandung arti “kejadian”, oleh karena kata fitrah itu
berasal dari kata kerja “fathara” yang artinya menjadikan.27
Kata fitrah ini disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Ar Rum ayat 30 :
Artinya :
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah),fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahuinya”. (Q.S. Ar-Rum: 30)
25
Ibid.,h.4 26
Ibid., h.5
27
H.M.Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), Cet. Ke-1,
h.88
xxxi
Sabda Nabi SAW yang diriwayatkan Abu Hurairah :
Artinya:
“Setiap orang dilahirkan oleh ibunya atas dasar fitrah (potensi dasar untuk
beragama), maka setelah itu, orang tuanya mendidik menjadi beragama Yahudi, dan Nasrani atau majusi; jika orang tua keduanya beragama Islam,
maka anaknya menjadi muslim (pula).” (H.R. Muslim).
Dari uraian diatas, jelaslah bahwa terbentuknya kepribadian
seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal atau faktor
dasar yang dibawa sejak lahir dan faktor eksternal yang keduanya saling
mempengaruhi.
Walaupun sebagai individu masing-masing kepribadian itu
berbeda-beda, tapi dalam pembentukan kepribadian muslim sebagai
ummah, perbedaan-perbedaan itu dipadukan. Hal itu memungkinkan
karena baik pembentukan kepribadian secara individu atau kelompok
(ummah) diwujudkan atas dasar yang sama yaitu ajaran Islam (Al-Qur’an
dan As-Sunnah) dengan tujuan yang sama pula yaitu ingin menjadi
pengabdi Allah yang setia sebagai Tuhan yang wajib disembah.
Dalam pembentukan kepribadian muslim, upaya yang diperlukan
adalah dengan mengarahkan kepada peningkatan dan pengembangan
faktor dasar (pembawaan) dan faktor ajar (lingkungan, baik lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat) pada nilai-nilai keIslaman. Faktor
dasar dikembangkan dan ditingkatkan kemampuannya melalui bimbingan
dan pembinaan berfikir, bersikap dan bertingkah laku menurut norma-
xxxii
norma Islam. Sedangkan faktor lingkungan dilakukan dengan cara
mempengaruhi individu melalui usaha membentuk kondisi yang
mencerminkan pola kehidupan yang sejalan dengan norma Islam seperti
keteladanan dan lingkungan serasi.
5. Ciri-ciri Kepribadian Muslim
Pada umumnya manusia sebagai makhluk hudup mengalami
perubahan dan perkembangan, baik dari segi jasmani maupun dari segi
rohani. Pada perubahan dan perkembangan melalui proses akan nampak
ciri-ciri yang membedakan antara satu manusia dengan yang lainnya,
melalui pengalaman yang diperolehnya.
Islam menganjurkan kepada setiap muslim supaya
berusahamemiliki kepribadian yang sempurna, baik lahir maupun batin,
sehingga segala sesuatu yang dilakukannya sesuai dengantuntunan Islam.
Ketika mengalami kesulitan diluar dugaannya ia selalu sabar dan
menenangkan hatinya, karena di balik itu mungkin mengandung hikmah.
Sebagaimana di jelaskan dalam Al-Qur’an surat An-Nisaa’ ayat 19,
sebagai berikut:
Artinya:
xxxiii
“….Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah),
karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan
padanya kebaikan yang banyak”. (Q.S. An-Nisaa:19).
Menurut A. Sadali bahwa:
Kehidupan muslim adalah kehidupan yang mengidentifikasi diri
pada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, dengan
memanisfestasikan di dalam keyakinan yang terdapat dalam rukun iman
dan dilaksanakan dalm rukun Islam, sehingga sampai ketingkat muttaqin
dan muhsiniin.28
Iman tidaklah berarti percaya atau tidak membantah, akan tetapi
iman itu mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati dan
dilakukan dengan perbuatan, sedangkan ibadah merupakan bukti
keimanan kepada Allah dengan menjalankan segala ketentuan perbuatan
yang harus dilakukan oleh manusia dalam rangka berhubungan dengan
Allah (syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji bagi yang mampu). Jadi
kepribadian muslim merupakan hasil dari pada mempraktekkan dari
segala rukun iman, rukunIslam dan tuntutan ihsan.
Lebih lanjut bagi Barmawy Umary mengatakan bahwa ciri-ciri
pribadi muslim itu adalah:
a) Mudah menghadapi segala problema hidup.
b) Gemar menunaikan yang haq dan benar.
c) Menjauhi segala yang bathil dan salah.
d) Suka mengakui kekhilafan diri dan tidak segan minta maaf.
e) Selektif dalam segala tindakan
28
A. Sadali, et.al., Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Bulan Bintang.
1987), Cet. Ke-1, h.89
xxxiv
f) Memiliki perangai dan sifat-sifat keutamaan.29
Itulah sebagian dari ciri-ciri pribadi muslim atau hal-hal yang
harus dimiliki oleh seorang muslim. Disamping itu masih banyak ciri-
cirinya yang pada dasarnya melakukan hal-hal yang terpuji dimata
masyarakat terutama disisi Allah SWT dan menjauhi segala perbuatan
tercela yang membawa kepada kerusakan dunia dan akhirat.
6. Proses Pembentukan Kepribadian Muslim
Pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya diarahkan
kepada pembentukan pandangan hidup yang mantap yang didasarkan
pada nilai-nilai keIslaman. Dengan demikian setiap pribadi manusia akan
memiliki pandangan yang sama, walaupun masing-masing mempunyai
faktor bawaan yang berbeda, yaitu kebenaran yang mengandung nilai-
nilai keIslaman.
Islam sebagai agama yang lurus mengajarkan pemeluknya untuk
senantiasa melakukan perintah dan larangan-Nya yang didasarkan pada
Al-Qur’an dan hadits. Hal itu dapat dilihat dari bagaimana seseorang
yang mengaku sebagai muslim yang baik akan berusaha melakukan
perbuatan yang didasarkan pada nilai-nilai Islam menjadi pilihan dalam
bagaimana seseorang muslim bercermin.
Pembentukan kepribadian seseorang dimulai sejak dini, tentunya
bukan hal yang mudah, akantetapi memerlukan ketekunan dan kesabaran
dalam jangka waktu yang cukup lama serta pendidikan moralpun harus
29 Barmawy Umary, Materi Akhlak, (Solo:1 Ramadhani, 1991), Cet. Ke-10, h.6
xxxv
diberikan secara intensif. Berakumulasi dan konsisten baik di rumah,
sekolah maupun masyarakat.
a) Pendidikan Moral dalam Rumah Tangga
Keluarga merupakan lapangan pendidikan yang pertama, dan
pendidiknya adalah kedua orang tua. Dalam hal ini diharapkan orang
tua mengetahui cara mendidik dan harus mengerti ciri-ciri khas dari
setiap umur yang dilalui anak-anaknya, agar dalam usaha
pembentukan kepribadian si anak dapat berhasil serta diterima
penamaan nilai-nilai keagamaan oleh sianak sesuai dengan kadar
kemampuannya.
Pendidikan moral yang paling baik sebenarnya terdapat dalam
agama, karena beragamalah yang dapat dipatuhi dengan kesadaran
sendiri tanpa ada pelaksanaan dari luar. Keyakinan itu ditanamkan
sejak si anak lahir, sehingga menjadi bagian dari kepribadian si anak.
Pendidikan dan perlakuan orang tua terhadap anak-anaknya
hendaknya juga menjamin segala kebutuhan-kebutuhan baik fisik, jiwa
dan sosialnya perlu di perhatikan pula agar si anak merasa aman dan
tentram serta hidup tenang tanpa adanya kekecewaan.30
b) Pendidikan Moral di Sekolah
Sekolah dapat diusahakan supaya menjadi lapangan yang baik
bagi pertumbuhan dan perkembangan mental, moral anak-anak didik,
disamping tempat pemberian pengetahuan, pengembangan bakat dan
30
Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Gunung
Agung, 1996), Cet. Ke-15, h.70
xxxvi
kecerdasan. dengan kata lain, sekolah seharusnya menjadi lapangan
sosial bagi anak-anak, dimana pertumbuhan mental, moral dan segala
aspek kepribadian dapat berjalan dengan baik.
Pendidika agama haruslah dilakukan secara intensif supaya
ilmu dan amal dapat dirasakan oleh anak didik di sekolah, maka
pendidikan agama yang telah diterimanya dirumah akan dapat
berkembang.
Pergaulan anak didik hendaklah mendapat perhatian dan
bimbingan dari guru-guru, supaya pendidik itu betul-betul merupakan
pembinaan yang sehat bagi anak-anak. Sekolah harus dapat dapat
memberikan bimbingan dalam pengisian waktu luang, dengan
pendidikan atau kegiatan yang menyenangkan, tetapi tidak merusak
dan tidak berlawanan dengan ajaran agama.31
c) Pendidikan Moral di Masyarakat
Sejalan dengan pendidikan anak-anak, maka masyarakat yang
telah rusak moralnya perlu segera di perbaiki, karena kerusakan
masyarakat itu akan besar pengaruhnya terhadap usaha pembentukan
kepribadian muslim ini.
Bimbingan agama adalah unsur terpenting dalam pendidikan moral
dan pembentukan kepribadian muslim, karana itu bimbingan agama
31 Ibid., h.71
xxxvii
harus dilaksanakan secara intensif di rumah tangga, sekolah dan
masyarakat.32
Yatim Piatu
1. Pengerian Yatim Piatu
Kata yatim berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata:
Dimana artinya: Telah menyendiri, menyendiri.33 �ي���- ����- ����
Sedangkan pada kamus Al-Munjid yatim adalah :
Artinya:
“Anak yang kehilangan ayahnya sedangkan ia belum sampai pada batas
orang dewasa”.34
Adapun pengertian yatim menurut istilah adalah tidak berbapak
atau tidak beribu, atau tidak beribu bapak, tetapi sebagian orang memakai kata yatim untuk anak yang bapaknya meninggal dunia.35
Kemudian dipertegaskan lagi oleh Hasan Shadaly bahwa yatim adalah anak yang belum dewasa dan yang tidak berbapak lagi.36
Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia, makna yatim adalah anak yang beribu dan tidak berbapak; setengah orang memakai kata yatim
untuk anak yang bapaknya meninggal, sedangkan piatu adalah anak yang
tidak yatim saja, juga tidak ada yang mmeliharanya.37
Dengan demikian, anak yatim adalah anak yang ditinggal wafat
ayahnya sedangkan ia masih belum berada dalam usia balig dan belum
dapat mengurus dirinya dengan baik. Dalam ajaran Islam, balig adalah
batas usia dari masa kanak-kanak kepada masa dewasa. Untuk dapat
mengetahui tanda-tanda balig dan batas umur seorang anak yang disebut
yatim adalah sebagai berikut :
a) Telah berumur 15 tahun.
b) Telah keluar mani.
32
Ibid., h.72 33 Muhammad bin Abi Bakar bin Abd. Qodir Ar-Razi, Muhtarus Shihab, h.741 34
Luis Al-Ma’luf, Al-Munjid Fill Lughat Wal-A’lam, (Beirut. Libanon: Dar El.
Masyrek, 1986), Cet ke-28, h.923 35
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus B. Indonesia Kontemporer, ( Jakarta: Modern
English, 1991), h. 1727 36
Hasan Shadaly, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ikhtisar Baru Van Hoeve, 1984,),
Jilid 7, h.3977 37
W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : PN. Balai
Pustaka, 1985), h.1152
xxxviii
c) Telah haid bagi anak perempuan.38
2. Pandangan Islam Terhadap Yatim dan Piatu
Anak yatim adalah anak yang patut diperhatikan dan dikasihihani
serta disayangi, terutama mereka yang keluarganya kurang mampu, sebab
mereka telah kehilangan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya
yang telah meninggal dunia. Selain itu mereka membutuhkan bimbingan
dan pengawasan untuk kemajuan bagi masa depannya. Karena kedudukan
anak yatim mendapatkan tempat yang sangat istimewa di ajaran Islam,
ayat-ayat al-Qur’an maupun hadits-hadits Nabi Muhammad Saw banyak menyinggung dan mencontohkan tentang bagaimana tata cara
memperlakukan dan menyantuninya anak yatim. Memperlakukan dan menyantuninya akan mendapatkan pahala yang sangat besar.
Menurut Prof. Dr. Mutawalli As-Sya’rawi dalam bukunya yang berjudul “Dosa-dosa Besar” mengemukakan bahwa anak yatim adalah
individu yang kehilangan keluarganya dan oleh karena itu dikatakan sebagai Durratun Yatiimah”, yang artinya seseorang yang sendirian.
Dengan demikian, anak yatim merupakan simbol dari kelemahan dalam
kehidupan manusia yang perlu mendapatkan pertolongan. Maka dari itu,
harus menyayangi mereka, sebagaimana dalam firman Allah Swt dalam
surat Al-Maun, ayat 1-4 yang berbunyi :
Artinya :
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan Agama ? itulah orang-orang
yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan
orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi bagi orang-orang yang shalat,
yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya”, (Q.S. Al-Ma’un; 1-4).39
38
Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Batu Al-gensindo, 1994), Cet. Ke-
27, h.316 39 Al-Qur’an dan Terjemahannya, Ayat 1-7, h.1108
xxxix
Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap muslim harus memperhatikan dan menyayangi anak-anak yatim karena mereka merupakan titipan kepada umat yang harus diberikan santunan, diurus, dan didik dengan baik, sehingga mereka dapat merasakan yang sama sewaktu masih ada orang tuanya.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw :
, �� أ�ن ا� ���م او ����� ( �ا� ا��� �� ا�� ) ������ ��� آنت أ�� وه��� ا
Artinya :
“Orang yang paling baik kepada anak yatim laki-laki atau perempuan,
maka saya dengan orang itu di kemudian hari didalam surga seperti jari
telunjuk dan jari tengah”, (H.R. Hakim dari Anas).40
Dari hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa agama islam
begitu besar perhatiannya terhadap anak-anak yatim, sehingga Nabi
Muhammad dengan sendirinya menegaskan bahwa orang yang
menyantuni dan melindungi anak-anak yatim maka mereka akan masuk
surga bersama beliau, dan kedekatannya bagaikan jari telunjuk dan jari
tengah. Artinya tidak akan terpisahkan.
Jadi, demikian sangat besar penghargaan Nabi terhadap mereka
(umat) yang menyantuninya.
Akan tetapi sebaliknya, jika ada yang memperlakukan sewenang-
wenang, melantarkan, dan memakan harta anak yatim, maka Allah Swt
akan memasukan mereka kedalam api neraka.
40
As-Sayyid Ahad Al-Hasyimiy, Terjemah Muhktarul Ahadits, Hikamil
Muhammadiyah, (Bandung: Alma’arif, 1996), Cet. ke-6, h.734
xl
Sebagaimana Firman Allah Swt dalam surat An-Nisaa, ayat 10
yang berbunyi:
Artinya :
“Sesugguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara
zalim, sebenarnya mereka menelan api sepenuh perutnya dan mereka
akan masuk ke dalam api neraka yang menyala-nyala”.41
Kutipan-kutipan ayat suci al-Qur’an diatas menunjukan betapa
besarnya perhatian Allah Swt kepada anak yatim dan tentunya merupakan
tuntunan yang harus dipatuhi oleh manusia. Betapapun beratnya
menyantuni atau menyayangi anak yatim, tetapi lebih berat lagi bahaya
yang ditimbulkan akibat membiarkannya hidup terlantar tanpa ada seorang
pun yang memperdulikannya.
Karena menyantuni anak yatim identik dengan membangun masa
depan bangsa secara nyata, yaitu dengan menanamkan harapan para anak
yatim di masa kini agar dapat menuai masa depan mereka yang lebih
cerah. Selain itu, pemerintah harus bertanggung jawab terhadap nasib-
nasib mereka karena bagaimanapun pemerintah adalah bagian yang tak
dapat dipisahkan dari anggota masyarakat di suatu negara.
Sebagaimana yang tertera dalam UUD 1945 yang berbunyi : “Fakir
miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”.42
3. Pembinaan Yatim Dan Piatu Menurut Ajaran Islam
41
Al-Qur’an dan Terjemahannya, Ayat 10, h.116 42 UUD, 1945, Pasal 34 ayat 2
xli
Adapun beberapa hal yang pokok dalam pembinaan anak yatim
piatu, penulis dapat kemukannya sebagai berikut :
a) Menjamin Makan dan Minumnya.
Makan dan minum merupakan kebutuhan pokok bagi
kehidupan manusia, tanpa makan dan minum manusia akan lemah baik
fisik maupun daya fikirnya, oleh karena itu pahala yang cukup besar
bagi orang yang memberi makan dan minum bagi anak yatim.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw yang berbunyi : � أ ن ���ن "��� �د �ك ��� ; ا ��� ا���م وأ ��� �أ ��, �أ ��م� �� ����� ; ���ن ����, � ر� �
( ��ا) ا�'��ا &$ %� أ �$ ا�د ر دا ) أ�#Artinya: “Apakah engkau menyukai supaya lunak hatimu dan engkau akan
memperoleh keinginanmu kalau begitu, kasihilah anak yatim dan
usaplah kepalanya dan berikan makanlah dia dari pada
makananmu, nanti hatimu akan lunak (lembut) dan akan engkau
capai kehendakmu”, (H.R. Thabrani dari abid Darda). 43
b) Memelihara Hartanya.
Adakalanya anak yatim yang di tinggal (wafat) bapaknya,
meninggalkan warisan untuk anak tersebut baik harta itu banyak
ataupun sedikit haruslah dijaga dan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
c) Memberikan Kasih Sayang.
Sebagaimana kita ketahui anak yatim piatu adalah anak yang
kehilangan kasih sayang dari orang tuanya, karena meninggal dunia.
Oleh karena itu patutlah kita sayangi mereka seperti anak kandung
sendiri, sekaligus sebagai pengganti orang tuanya yang telah tiada. Hal itu diperlukan agar mereka tidak putus asa dalam menjalani
hidupnya, sebagai realisasi atau bukti nyata dalam pemberian kasih sayang, misalnya dengan memberikan santunan baik berupa uang,
pakaian, atau makanan pada hari raya besar umat Islam, atau mengajaknya ke tempat rekreasi atau tempat bersejarah untuk
menambah wawasan dan pengalamannya. d) Memberikan Pendidikan.
Selain memberikan kasih sayang dan memberikan nafkah
terhadap anak yatim, kita juga wajib memberikan pendidikan yang
berorientasi kepada akhlak dan ilmu pengetahuan baik berupa
pendidikan formal dan informal, diantaranya mengajarkan tata cara
shalat, membaca Al-Qur’an (mengaji) dan sebagainya. Sehingga
didalam jiwa mereka tumbuh pribadi-pribadi muslim yang
berlandaskan agama Islam.
43
As. Sayyid Al-hasyimiy, Terjemah Mukhtarul Hadits, Hikamil Muhammadiyah,
(Bandung: Al-Ma’arif, 1996) Cet-6,.h.734
xlii
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN BAITUL MA’MUR
Latar Belakang Berdirinya Yayasan Baitul Ma’mur
Yayasan Baitul Ma’mur berdiri dari cetusan hati seorang manusia
muslim, setelah mengalami cobaan Allah SWT dalam melaksanakan
usahanya. Orang ini adalah bapak Drs.H. Rusmam Ma’mur yang dalam
usahanya sehari-hari sebagai pimpinan swalayan Titop Jakarta.
Usaha ini dirintis dengan mendirikan satu toko swalayan sederhana
dengan luas 200 meter, bertempat di Jalan Balai Pustaka. Perjalanan usahanya
pada awalnya berkembang dengan baik, namun sesudah 2 tahun berjalan,
usaha beliau ini mendapat musibah dengan terbakarnya toko swalayan oleh si
jago merah. Pada saat menghadapi bencana yang datang tiba-tiba tersebut,
beliau bukan menghadapi kekecewaan dan putus asa dengan berlarut-larut,
tanpa di sadari langkah beliau ditujukan ke sebuah masjid dan melakukan
mujahadah dengan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dengan
melaksanakan shalat dan berdo’a sehingga beliau menyadari bahwa semua itu
merupakan peringatan atau ujian, karena pada pada waktu beliau menjalankan
usahanya mungkin beliau lupa akan hak-hak fakir miskin dan anak-anak yatim
piatu.
Setelah beliau menyadari musibah tersebut, tidak ada henti-hentinya
beliau memanjatkan do’a mungkin di balik ini semua ada hikmah yang begitu
besar.
xliii
Niat yang tulus dari hati beliau untuk memberikan sebagian rizki
dalam usahanya kepada fakir miskin dan anak-anak yatim piatu tercapai pula,
sehingga dalam jangka waktu singkat do’a beliau di izabah dengan datangnya
sodoran bantuan dari berbagai instansi-instansi diantaranya Bank dan Pemda
DKI.
Setelah dana mencukupi dicarilah lahan tempat untuk mendirikan
yayasan yang di dapat didaerah Bojong Gede Bogor dengan seluas 3 hektar.
Pada awal bulan ramadhan tahun 1995 mulailah kehidupan panti
dengan jumlah 5 anak asuh dan 2 orang pengajar dan pada bulan berikutnya
dapatlah tambahan anak asuh yang berjumlah 21 dari daerah depok sehingga
keseluruhanya berjumlah 26 anak asuh.
Kehidupan panti yang pada awalnya dilindungi perorangan oleh Bapak
Drs.H.Rusman Ma’mur pada akhirnya beliau berkeinginan untuk dibentuk
suatu badan resmi yang bernama Yayasan Baitul Ma’mur Akte Notaris
No.08/03/10/1995 oleh Notaris Ny. Djunawati Soetarmono SH.1. Dengan
pendirinya Bapak Drs.H. Rusman Ma’mur.
Adapun Susunan Pengurus Yayasan Baitul Ma’mur periode 2005-2006
adalah sebagai berikut :
1. Penasehat : H. Abdul Karim
2. Pimpinan : Drs. H. Rusman Ma’mur
3. Pengasuh : Dra. Hj. Nurana
4. Sekretaris : Hj. Hamdah Hamidah
5. Bendahara : Drs. Mustofa
1 Hasil Wawancara dengan Pengasuh Yayasan Baitul Ma’mur Ibu Dra. Hj. Nurana :
pada tanggal 14 September 2005, pukul 09.00-selesai di sekretariat Yayasan Baitul Ma’mur
xliv
6. Sie Usaha Dana : Taisyir
7. Sie. Pendidikan : Ust. Lukman
8. Sie. Humas : Kamrizal
9. Olah raga : Jezen Zaelani
10. Ketua DKM : H. Syaifuddin
11. Koor. Majlis Taklim : Hj. Cholilah2
Mereka yang berada dalam susunan pengurus Yayasan tersebut adalah
sukarelawan, tanpa mengharapkan suatu imbalan atau santunan semacamnya.
TABEL I
REKAPITULASI DATA TINGKAT PENDIDIKAN
ANAK YATIM PIATU YAYASAN BAITUL MA’MUR
TH 2005-2006
TINGKAT
PENDIDIKAN L P JUMLAH
SD/MI 9 5 14
SLTP/MTS 4 7 11
SLTA/MA 3 5 8
JUMLAH 16 17 33
Adapun sumber dana yayasan berasal dari masyarakat luas sebagai
donatur tetap atau tidak tetap, dimana donatur tetap adalah mereka yang
memberikan santunan secara rutin dalam satu bulan sekali, baik itu diantar
langsung ke yayasan atau dijemput oleh pihak yayasan kepada donatur yang
bersangkutan. Sedangkan donatur tidak tetap adalah mereka yang kapan saja
mereka berniat atau mempunyai rizki yang lebih dan ingin memberikannya ke
yayasan, maka pada waktu itu pula sumbangan tersebut menjadi masukan
dana yayasan, baik diantarkan sendiri atau dijemput oleh pihak yayasan.
2 Sumber dari Pengurus Yayasan Baitul Ma’mur
xlv
Untuk kegiatan sehari-hari di yayasan dari mulai mereka bangun pagi
dan melaksanakan shalat subuh berjamaah yang diteruskan dengan pengajian
rutin pagi, setelah itu setiap anak melakukan aktivitasnya setiap hari dari pagi
sampai malam hari.
Kegiatan sehari-hari yatim piatu Yayasan Baitul Ma’mur diantaranya
sebagai berikut :
TABEL II
NO JAM KEGIATAN
1 04.00-05.30 1. Bangun Tidur
2. Sholat Shubuh berjamaah
3. Mengulang Pelajaran Sekolah ( saat ke masjid
buku pelajarannya di bawa)
2 05.30-06.30 1. Membersihkan Kamar
2. Persiapan pergi ke Sekolah
3. Makan pagi (Sarapan)
4. Berangkat ke Sekolah
3 06.30-13.30 1. Di sekolah masing-masing
4 13.30-15.00 1. Makan siang
2. Istirahat
5 15.00-17.30 1. Sholat Ashar berjamaah
2. Olah Raga
3. Kegiatan masing-masing
6 17.30-20.00 1. Persiapan Shalat Magrib
2. Shalat Magrib berjamaah
3. Pengajian, baca Al-Qur’an, Hafalan Surath
4. Sholat Isya berjamaah
7 20.00-21.30 1. Makan malam
2. Belajar bersama
8 21.30-04.00 1. Istirahat (tidur)
xlvi
2. Shalat Tahajud (bagi yang mau)
Yayasan Baitul Ma’mur mewajibkan sholat wajib secara berjama’ah
dan dilakukan di masjid kecuali shalat dzuhur.
Satu waktu shalat wajib ini tidak diwajibkan sholat secara berjama’ah
karena waktu pulang sekolah anak asuh tidak bersamaan. Apabila anak asuh
tidak melaksanakan sholat berjamaah kecuali sholat dzuhur, anak asuh akan
mendapatkan sanksi. 3X tidak melaksanakan sholat berjamaah mendapatkan
sanksi berupa menghafal al-Qur’an dan membersihkan masjid.3
Kegiatan tersebut harus mereka laksanakan dengan sungguh-sungguh.
Apabila ada anak asuh yang melanggar dari program-program tersebut,
maka mereka akan mendapatkan sanksi sesuai dengan jenis pelanggaran yang
mereka langgar. Pemberian sanksi tersebut dimaksudkan agar para anak asuh
dapat menyadari pentingnya menjalankan peraturan yang telah dibuat oleh
pihak pengelola dan pembina Yayasan Baitul Ma’mur dan agar mereka selalu
disiplin.
Visi, Misi dan Tujuan Yayasan Baitul Ma’mur
1. Visi
♦ Terwujudnya anak asuh yatim piatu yang kreatif, bermotivasi,
berakhlak, disiplin, terampil, serta dapat melanjutkan jenjang yang
lebih tinggi.
2. Misi
♦ Menanamkan nilai-nilai keimanan.
3 Ust. Lukman, Staf Pengajar / Pembimbing Yayasan Baitul Ma’mur, Wawancara
Pribadi, Bojong gede, 15 September 2005
xlvii
♦ Membangun semangat disiplin, terampil serta mandiri.
♦ Menyiapkan anak asuh yatim piatu agar dapat menciptakan lapangan
kerja sendiri.
3. Tujuan
♦ Membantu pemerintah dalam mengembangkan dan meningkatkan
mutu pendidikan serta memperluas kesempatan kepada anak usia
sekolah untuk dapat sekolah.
Kondisi Fisik Yayasan
Luas tanah lingkungan Yayasan Baitul Ma’mur Luas 3 hektar, dengan
perincian gedung bangunan sebagai berikut :
♦ Gedung Asrama Yatim piatu Putra Yayasan Baitul Ma’mur
Luas : 7 X 21 M2.
♦ Gedung Asrama Yatim piatu Putri Yayasan Baitul Ma’mur
Luas : 16 X 18 M2.
Kapasitas 30 sampai 50 orang anak asuh yang mukim putra dan putri
♦ Gedung Masjid Jami Baitul Ma’mur (sarana umum)
Luas : 15 X 24 M2.4
Selanjutnya sisa dari luas tanah di gunakan sebagian lapangan sepak
bola, bulu tangkis, dan lahan pertanian.
Secara garis besarnya kondisi fisik Yayasan baitul Ma’mur masih
layak, baik dari sekretariatnya maupun gedung asrama dan masjid. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dari Tabel berikut :
4 Sumber dari Pengurus Yayasan Baitul Ma’mur
xlviii
TABEL III
KONDISI FISIK YAYASAN BAITUL MA’MUR
KONDISI
NO FASILITAS BAIK
KURANG
BAIK BURUK
1 Sekretariat
X
2 Asrama Putra dan Putri X
3
Masjid X
4 Musholla
X
5 Lapangan Sepak Bola X
6 Lapangan Badminton X
7 Ruang Belajar X
8 Tempat Wudhu X
9 Gudang Konsumsi
X
10 Dapur Umum X
Letak Geografis
Yayasan Panti Asuhan Baitul Ma’mur terletak di Jl. Raya Bojong gede –
Bogor, dekat antara Stasiun Kereta Api Bojong Gede dengan Stasiun Kereta
Api Cilebut. Tepatnya di Kp. Gelonggong RT.02/05 No.07 Desa Waringin
Jaya Kec. Bojong gede Kab. Bogor.
xlix
BAB IV
TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA
DI YAYASAN BAITUL MA’MUR
A. Pelaksanaan Bimbingan Agama Dalam
Pembentukan Kepribadian Muslim Pada Anak Yatim
Piatu
Secara umum pelaksanaan bimbingan agama di yayasan Baitul
Ma’mur ini sudah diprogramkan, yaitu setiap anak di panti harus mengikuti
pelajaran tambahan, di samping sistem pembelajaran yang wajib yaitu di
sekolahnya masing-masing. Termasuk pelajaran agama, yang secara inklusif.
Para pembimbing yang aktif dalam memberikan pembelajaran
terhadap anak yatim piatu terdiri dari dua pembimbing yaitu; Dra.Hj.Nurana
(pengasuh yayasan) yang merupakan lulusan dari STAI al-Ridwan, dan
Ust.Lukman, lulusan dari ponpes Ulumudin Padang.
Tujuan bimbingan agama yang dilaksanakan di yayasan baitul Ma’mur
agar membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya
untuk mencapai kehidupan di dunia dan di akhirat. Dan menjadi individu yang
memiliki kepribadian muslim sejati.
Materi yang diberikan dalam seminggu 6 kali pertemuan yang
dilaksanakan setelah ba’dha magrib.
l
Selanjutnya pengjian khusus, dilaksanakan pada malam jum’at yang
didalamnya dibahas mengenai Akidah dan Akhlak.
Adapun buku pedoman yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan
agama yang berhubungan dengan pembentukan kepribadian muslim adalah :
“akhlaqul Lil baniin, Riyadus Sholihin, dan buku kisah-kisah para
Nabi dan sahabat”.
B. Metode Bimbingan Agama Dalam Pembentukan kepribadian
Muslim Bagi Anak Yatim Piatu
Dalam melaksanakan bimbingan agama di Yayasan baitul Ma’mur
memnggunakan metode sebagai berikut :
1. Metode Direktif ( cara mengarahkan )
a. Individual, yaitu jika ada anak asuh yang menghadapi
masalah anak asuh datang datang kepada ustadz atau
pengasuh yayasan hanya memeberikan alternatif-
alternatif pemecahan masalah tersebut dan anak asuhlah
yang dapat mengambil keputsan dari alternatif-alternatif
yang telah diberikan oleh ustadz atau pengasuh
yayasan.
b. Kelompok, para anak asuh mendapatkan bimbingan
agama melalui ceramah, diskusi, tanya jawab.
2. Metode Non direktif (cara tidak mengarahkan), pada metode ini
pembimbing memeberikan seluas-luasnya kepada anak asuh untuk bercerita
li
mengungkapkan rahasia pribadinya. Pada akhirnya pembimbing memberikan
petunjuk-petunjuk tentang usaha yang akan dilakukan oleh anak asuh.
C. Metode Pelaksanaan Bimbingan Agama Dalam Membentuk
Kepribadian Muslim Bagi Anak Yatim Piatu
Pelaksanaan bimbingan agama dalam pembentukan kepribadian muslim
anak yatim piatu adalah sebagai berikut :
1. Pembentukan kepribadian muslim yang dilakukan dengan adanya pembiasaan,
anak asuh harus menerapkan apa yang telah didapatkan dibangku formal dengan
cara mengikuti program-program yang dijadwalkan oleh lembaga sekolahnya
masing-masing dan mengikuti pelajaran tambahan “Plus” yang dijadwalkan oleh
pengelola dan pembina yayasan. Tujuan dari metode ini untuk mencetak anak
asuh yatim yang berkepribadian muslim (Akhlakul karimah).
2.Pembentukan kepribadian muslim diberikan secara formal, yaitu dengan cara
memberikan pelajaran kepada anak asuh tentang penanaman nilai-nilai keislaman
diantaranya yaitu mengkaji kitab-kitab yang berhubungan dengan keagamaan,
selain mengkaji kitab-kitab keagamaan para anak asuh mendapatkan pelajaran
umum yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan di sekolahnya, hal ini
dimaksudkan agar dapat meningkatkan kreativitas anak asuh dalam pendidikan
agama maupun umum, agar lebih percaya diri dalam mengamalkan ilmu
pengetahuan duniawi dan ukhrawi.5
5 Ust. Lukman H, Staf Pengajar/ Pembimbing Yayasan Baitul Ma’mur, Wawancara Pribadi,
Bojong Gede, 15 Agustus 2005
lii
C. Analisis Penelitian
1. Upaya Yayasan Baitul Ma’mur Dalam Pembentukan Kepribadian Muslim pada
Anak Yatim Piatu
Kegiatan Bimbingan Agama dalam Pembentukan Kepribadian
Muslim pada Anak Yatim Piatu di Yayasan Baitul Ma’mur sangat
bervarian bentuknya, masalah-masalah ibadah sampai penerapan akhlak
dalam kehidupan sehari-hari, serta peningkatan sosialisasi kepada
lingkungan luar panti/asrama, hal tersebut yang penulis jadikan penelitian
utama dan dituangkan dalam sebuah tabel sesuai dengan angket yang telah
dibagikan kepada responden, yaitu :
a. Bimbingan Ibadah :
TABEL V
Pelatihan Ibadah
NO KATEGORI JAWABAN F P
1 Selalu 21 64%
2 Kadang-kadang 12 36%
3 Tidak pernah diadakan - -
Jumlah 33 100%
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa 64% dari responden
menyatakan bahwa pihak yayasan selalu mengadakan pelatihan ibadah,
36% menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak
pernah diadakan. Hal ini menjelaskan bahwa yayasan ini sering
mengadakan pelatihan ibadah yang juga akan berimplikasi pada
pembentukan kepribadian muslim anak yatim piatu tersebut.
TABEL VI
Mengadakan shalat berjamaah
liii
NO KATEGORI JAWABAN F P
1 Selalu 19 58%
2 Kadang-kadang 14 42%
3 Tidak pernah - -
Jumlah 33 100%
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa 58% dari responden
menyatakan bahwa pihak yayasan selalu mengadakan sholat berjamaah,
42% menyatakan kadang-kadang dan tidak ada yang menyatakan tidak
pernah. Hal ini menjelaskan bahwa yayasan ini selalu mengadakan sholat
berjamaah yang juga akan berimplikasi pada pembentukan kepribadian
muslim anak yatim piatu tersebut.
TABEL X
Keinginan untuk meninggalkan shalat
NO KATEGORI JAWABAN F P
1 Selalu ada 1 3%
2 Kadang-kadang 7 21%
3 Tidak pernah ada 25 76%
Jumlah 33 100%
Dari tabel diatas bahwa 3% anak panti menyatakan keinginan
untuk meninggalkan sholat wajib, yang menyatakan kadang-kadang
sebanyak 21% sisanya mereka yang tidak pernah mempunyai keinginan
untuk meninggalkan sholat wajib sebanyak 76% hal ini menunjukkan
bahwa dampak dari pelatihan ibadah yang dilakukan oleh pengurus/pihak
yayasan dapat berpengaruh pada anak-anak panti.
b. Akhlak (sikap)
TABEL XI
Memberikan salam kepada setiap orang yang dikenal
NO KATEGORI JAWABAN F P
liv
1 Selalu 11 33%
2 Kadang-kadang 19 58%
3 Tidang pernah 3 9%
Jumlah 33 100%
Tabel di atas menunjukkan 33% anak panti selalu memberikan
salam kepada orang yang di kenal, yang menyatakan kadang-kadang
adalah 58% hal ini menjelaskan bahwa mereka kadang-kadang
memberikan salam kepada orang yang di kenal dan kadang-kadang tidak
melakukannya, oleh karena itu mereka harus membiasakan diri untuk
memberikan salam kepada orang yang dikenal terlebih dahulu. Dan
sisanya 9% mereka tidak pernah memberikan salam kepada setiap orang
yang dikenalnya.
TABEL XII
Menjawab salam dari orang lain
NO KATEGORI JAWABAN F P
1 Selalu 27 82%
2 Kadang-kadang 6 18%
3 Tidak pernah - -
Jumlah 33 100%
Tabel di atas menjelaskan bahwa sebesar 82% selalu menjawab
salam dari orang lain, menunjukkan sikap sopan santun anak panti kepada
orang yang memeberikan salam kepada mereka dengan menjawab salam
tersebut, tetapi masih ada 18% mereka kadang-kadang menjawab atau
tidak menjawab salam dari orang lain. Dan tidak ada yang menyatakan
tidak pernah menjawab salam dari orang lain.
TABEL XIII
Berbicara dengan kata-kata yang baik
lv
NO KATEGORI JAWABAN F P
1 Selalu 13 39%
2 Kadang-kadang 20 61%
3 Tidak pernah - -
Jumlah 33 100%
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa sebesar 39% menyatakan
selalu berbicara dengan kata-kata yang baik, dan 61% menyatakan
kadang-kadang berbicara dengan kata-kata yang baik, hal ini menunjukkan
bahwa mereka perlu membiasakan diri untuk selalu berbicara dengan kata-
kata yang baik dan sopan kepada siapa saja, karena itu dapat
mencerminkan kepribadian seseorang. Dan tidak ada yang menyatakan
tidak pernah berbicara dengan menggunakan kata-kata yang baik.
TABEL XIV
Sikap terhadap nasehat atau bimbingan
NO KATEGORI JAWABAN F P
1 Selalu menolak 3 9%
2 Kadang-kadang menolak 12 36%
3 Tidak pernah menolak 18 55%
Jumlah 33 100%
Tabel di atas dapat dilihat bahwa 9% menyatakan sikap selalu
menolak nasehat atau bimbingan yang diberikan oleh pengurus/pihak
yayasan, yang kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengawasan
terhadap mereka (anak panti), dan 36% menyatakan kadang menerima dan
kadang menolak terhadap nasehat atau bimbingan tersebut, sisanya 55%
mereka tidak pernah menolak terhadap semua nasehat yang diberikan,
karena hal tersebut untuk kebaikan mereka sendiri.
lvi
TABEL XV
Sikap terhadap Peraturan Yayasan
NO KATEGORI JAWABAN F P
1 Selalu mematuhi 28 85%
2 Kadang-kadang mematuhi 5 15%
3 Tidak pernah mematuhi - -
Jumlah 33 100%
Tabel di atas menyatakan bahwa 85% anak panti selalu mematuhi
peraturan yang ada di yayasan, hal ini menunjukan kepatuhan mereka
terhadap tata tertib yang berlaku di yayasan, dan sisanya 15% mereka
menyatakan kadang-kadang mematuhi peraturan yang ada di yayasan. Dan
tidak ada yang menyatakan tidak pernah mematuhi peraturan yang ada di
yayasan.
TABEL XVI
Melaksanakan sholat lima waktu setiap hari berjama’ah
NO KATEGORI JAWABAN F P
1 Selalu 8 24%
2 Kadang-kadang 24 73%
3 Tidak pernah 1 3%
Jumlah 33 100%
Tabel di atas menjelaskan bahwa dalam sholat lima waktu setiap
hari berjamaah sebanyak 24% anak panti selalu melaksanakannya, 73%
menyatakan kadang-kadang melaksanakannya, yang kemungkinan
dikarenakan aktifitas setiap anak yang berbeda-beda, yang menyebabkan
kegiatan sholat berjamaah di panti dilakukan pada sholat wajib tertentu
saja. Dan 3% menyatakan tidak pernah melaksanakan sholat lima waktu
setiap hari berjamaah dan lebih cenderung melaksanakan sholat sendiri.
lvii
TABEL XVII
Membaca Al-Qur’an
NO KATEGORI JAWABAN F P
1 Selalu 26 79%
2 Kadang-kadang 7 21%
3 Tidak pernah - -
Jumlah 33 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebesar 79% anak panti
selalu membaca al-Qur’an setiap hari, 21% menyatakan kadang-kadang
melakukannya dan sisanya tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian kecil anak panti ada yang tidak membaca al-Qur’an setiap
harinya, dan yang mereka lakukan hanya pada waktu tertentu saja.
TABEL XVIII
Sikap terhadap kesalahan orang lain
NO KATEGORI JAWABAN F P
1 Selalu memaafkan 27 82%
2 Kadang-kadang memaafkan 5 15%
3 Tidak pernah memaafkan 1 3%
Jumlah 33 100%
Tabel di atas menjelaskan bahwa 82% anak panti menyatakan
selalu memaafkan kesalahan orang lain, karena hal tersebut menunjukan
kepribadian yang baik seseorang, dan 15% menyatakan kadang-kadang
memafkan kesalahan orang lain, sisanya 3% tidak pernah memaafkan
kesalahan orang lain.
TABEL XIX
Cara bergaul dengan orang lain
NO KATEGORI JAWABAN F P
1 Selalu memilih-milih 2 6%
2 Kadang-kadang memilih 2 6%
3 Tidak pernah memilih-milih 29 88%
lviii
Jumlah 33 100%
Tabel di atas menjelaskan bahwa 6% anak
panti selalu memilih-milih teman bergaul,
prosentase yang sama anak panti kadang-
kadang memilih-milih teman dalam bergaul,
sisanya 88% tidak pernah memilih-milih teman
dalam bergaul. Hal ini menunjukkan bahwa
mereka bergaul dengan siapa saja tetapi harus
tetap menjaga sikap dan tingkah laku yang
baik dan terpuji.
lix
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil penulis dan juga sebagai
jawaban dari perumusan masalah skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Adapun pelaksanaan kegiatan bimbingan agama dalam pembentukan
kepribadian muslim pada anak yatim piatu di Yayasan Baitul Ma’mur
diantaranya adalah sering diadakannya pelatihan ibadah, selalu
melaksanakan sholat berjamaah, dan pihak yayasan juga selalu
memberikan bimbingan untuk selalu bertingkah laku baik. Dimana
semuanya itu adalah kegiatan yayasan mudah-mudahan akan tercipta
pembentukan kepribadian muslim anak yatim piatu.
Bahwasanya bimbingan agama dalam pembentukan kepribadian
muslim anak yatim piatu di yayasan Baitul ma’mur sangat berperan,
dilihat dari pembimbing atau ustadz yang berada di yayasan, yang telah
memberikan bimbingan terhadap anak-anak panti yang disampaikan
dengan metode ceramah yang berkenaan dengan bertingkah laku baik atau
terpuji yang sesuai dengan kepribadian muslim.
2. Metode yang digunakan pada Yayasan Baitul Ma’mur terhadap anak yatim
dan piatu, seperti ceramah, tanya jawab dan diskusi. Melalui mengkaji kitab-kitab
kuning dan buku-buku cerita para sahabat Nabi serta hapalan surath atau ayat
pendek, latihan praktik ibadah ahalat.
3. Hambatan atau kendala yang dihadapi yayasan Baitul Ma’mur pada
pelaksanaan bimbingan agama dalam pembentukan kepribadian muslim anak
lx
yatim piatu ini diantaranya adalah kurangnya seorang pembimbing yang
memantau terus kegiatan dan prilaku anak-anak sehari-hari, selain itu juga
tidak adanya sarana lembaga sekolah yang mandiri (milik Yayasan), sehingga
anak-anak panti tidak usah mengikuti pendidikan formal di luar.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas, ada beberapa hal yang penulis
sarankan yaitu:
1. Untuk Yayasan Baitul Ma’mur, harus meningkatkan kwalitasnya, baik dari
segi pembangunnya, pelayanan terhadap masyarakat ataupun SDM
(Sumber Daya Manusia) baik anak-anak panti ataupun lapisan
pengurusnya. Misalnya tidak hanya mengadakan pengajian di dalam panti
saja, akan tetapi mulai di rencanakan kunjungan ke yayasan atau panti
asuhan lain, yang di jadikan sebagai ajang untuk studi banding dalam
rangka meningkatkan kwalitas yayasan masing-masing, sekaligus menjalin
tali silaturahim yang lebih luas lagi. Kemudian lebih merealisasikan
program kerja yang telah di sepakati bersama antar pengurus dan tidak
hanya tertulis diatas kertas saja, akan tetapi dapat dilaksanakan demi
peningkatkan kesejahteraan bersama.
2. Kepada seluruh pengurus Yayasan Baitul Ma’mur, harus lebih
memeberikan perhatian, mencurahkan kasih sayangnya dan lebih
mendekatkan diri kepada anak-anak panti, agar anak-anak yang tinggal di
panti lebih merasakan keberadaan pengurus dilingkungannya, yang dalam
kenyataannya pengurus ini sangat berperan sebagai pengganti orang tua
lxi
bagi mereka (anak-anak panti) karena sebagian dari pengurus lebih
cenderung sibuk dan memusatkan perhatiannya kepada pekerjaannya
terhadap aktifitasnya masing-masing, walaupun seluruh pengurus tidak
mendapatkan tunjangan dari yayasan.
3. Hendaknya Yayasan baitul ma’mur lebih melibatkan para pemuda-pemuda
di sekitar lingkungan panti dalam mengurusi dan menjaga yayasan ini.
4. Hendaknya Yayasan baitul ma’mur sekiranya dapat membangun sebuah
perpustakaan untuk anak-anak panti agar dapat menambah wawasan dan
memancing minat membaca kepada anak asuh.
5. Untuk anak-anak panti (yatim piatu), senantiasa harus lebih meningkatkan
prestasi belajar di sekolahnya masing-masing, karena dengan begitu nama
baik dan citra Yayasan Baitul ma’mur akan harum dimata mereka
(masyarakat), dan lebih memupuk kepercayaan masyarakat terhadap
yayasan. Selain itu juga setiap anak harus selalu menjaga sikap, tingkah
laku dan tutur kata dalam bergaul di mana saja berada baik dilingkungan
yayasan ataupun dilingkungan masyarakat, sehingga akan tercipta
pandangan masyarakat terhadap anak-anak panti khususnya dan yayasan
Baitul Ma’mur pada umumnya akan tetap baik dan terjaga.
lxii
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Dan Terjemah
Arifin H. M, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Bina Aksara, 1987), Cet. ke-1
__________, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoristis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996),
Cet. ke-4
__________, Pokok-Pokok tentang Bimbingan Penyuluh Agama, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1976), h. 25
__________, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Agama, (Jakart : Golden Terayon Press), h. 1
Marimba, ahmad D, Drs., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-
Ma’arif, 1986), Cet. ke-6
Walgito, Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogjakarta: Andi Offset,
1993), h.4
Umary, Barmawy, Materi Akhlak, (Solo: 1 Ramadhan, 1991), Cet. ke-10
Gunarsa, Singgih D., Dr., Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: Gunung Mulia,
1998), Cet. ke-4
Sadali, A, et, al., Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Bulan Bintang,
1987), Cet. ke-1
Daradjat, Zakiah, Prof., Dr., Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, (Jakarta:
PT. Gunung Agung, 1996), Cet. ke-15
_____________________, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. ke-15
_____________________, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1982), Cet. ke-3
Faqih, Aunur Rahim, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogjakarta: UII
Press, 2001), Cet. ke-2
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
pustaka, 1989), Cet. ke-11
Sujanto, Agus, et, al., Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), Cet.
ke-8
lxiii
Winkel, W.S, FKIP, IKIP, Senata Darma, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,
(Jakarta: P.T Gramedia, 1998), h.18
Jumhur, Bimbingan di Sekolah Menengah, (Jakarta: 1987), h.25
Shadaly, Hasan, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ikhtisar Baru Van Hoeve, 1984),
Jilid 7
Al-Ma’luf, Luis, Al-Munjid Fill Lughat Wal-a’lam, (Beirut. Libanon :Dar El.
Masyrek, 1986), Cet. ke-28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan
Disertasi, (Jakarta, 2002), Cet. ke-2
Arikunto, Suharsimi, Prof., Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. ke-12
Sudjono, Anas, Drs., Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: P.T Raja Grafindo
Persada, 1999), h.40
Jalaluddin, Dr., Keluarga Muslim Dalam masyarakat Modern, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1993), Cet. ke1
Yusuf LN, Syamsu, H., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. ke1
Yenny Salim, Peter, Kamus Bahasa Indonesia kontemporer, (Jakarta: Modern
English,1991), h,1727.