1
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN KINERJA, DAN KEPATUHAN ATAS
ENTITAS KOMERSIAL, NIRLABA DAN ETAP
OLEH
YUDIANTO (NIM: 2014240922)
ENDANG TRI PRATIWI (NIM: 2014240925)
SRI APRIYANTI HUSAIN (NIM: 2014240926)
MAKALAH KELOMPOK
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pelaporan Korporat
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
2
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN KINERJA, DAN KEPATUHAN ATAS
ENTITAS KOMERSIAL, NIRLABA DAN ETAP
“How to detect Accounting Gimmicks and Fraud in Financial Reporting?”
Apakah Shenanigans Keuangan?
Shenanigans keuangan adalah tindakan yang dirancang untuk
menyembunyikan atau mendistorsi kinerja keuangan atau kondisi keuangan
perusahaan yang dilakukan oleh manajemen dengan tujuan menyesatkan investor
tentang kinerja keuangan perusahaan atau kesehatan ekonomi. Akibatnya, investor
sering tertipu untuk percaya bahwa pendapatan perusahaan yang besar, arus kas
yang lebih kuat, dan kondisi neraca yang lebih aman dari yang sebenarnya terjadi.
Beberapa shenanigans dapat dideteksi melalui jumlah yang disajikan pada laporan
keuangan perusahaan seperti Neraca, Laporan Laba Rugi, dan Laporan Arus Kas.
Bukti shenanigans lain mungkin tidak secara eksplisit diatur dalam angka dan
karena itu diperlukan ketelitian narasi yang terkandung dalam catatan kaki,
pelaporan laba kuartalan, dan representasi lain yang bertujuan umum oleh
manajemen. Adapun pengklasifikasian kejahatan keuangan (Shenanigans)
menjadi tiga kelompok besar antara lain: Shenanigans Manipulasi Laba,
Shenanigans Arus Kas, dan Key Metrik Shenanigans.
Shenanigans dipandang perlu disebabkan oleh berbagai hal, antara lain
sebagai berikut:
a. Shenanigans merupakan ganjaran (faktor keserakahan).
b. Dapat meningkatkan kinerja yang berhubungan dengan bonus.
c. Dapat mencegah outcome negatif (fear factor).
d. Dapat membantu perusahaan mendapatkan pembiayaan.
e. Dapat menghilangkan persepsi pasar negatif.
f. Dapat membantu perjanjian pembiayaan perusahaan
g. Shenanigans sangat mudah untuk dilakukan.
h. Terkadang berfungsi sebagai jebakan.
Adapun jenis-jenis perusahaan yang paling memungkinkan melakukan
Shenanigans antara lain sebagai berikut:
a. Perusahaan dengan lingkungan pengendalian yang lemah, dengan ciri:
3
1) Tidak ada anggota independen
2) Kurangnya auditor independen/kompeten
3) Fungsi audit internal yang tidak memadai
b. Manajemen menghadapi tekanan kompetitif yang ekstrim atau
diketahui atau diduga memiliki karakter yang dipertanyakan.
c. Perusahaan dengan pertumbuhan cepat tetapi kecil.
d. Perusahaan publik yang baru.
e. Perusahaan swasta.
Shenanigans Manipulasi Laba
Investor menilai tegas perusahaan eksekutif ketika perusahaan tersebut gagal
untuk memenuhi ekspektasi pendapatan pada saat pelaporan kuartalan. Harga
saham sering menderita penurunan dramatis ketika pendapatan dilaporkan tak
sesuai harapan. Tidak mengherankan, jika kemudian untuk mengarahkan harga
saham (dan paket kompensasi eksekutif) yang lebih tinggi, beberapa perusahaan
terlibat dalam berbagai kejahatan untuk memanipulasi laba. Ada 7 Shenanigans
manipulasi laba (EM) menurut Scilit’s yang mengakibatkan kekeliruan
pendapatan perusahaan berkelanjutan.
1. Mengakui pendapatan terlalu dini.
Pendapatan harus dicatat setelah proses laba telah selesai dan pertukaran telah
terjadi.
Proses laba harus substansial telah selesai.
Adanya syarat dalam pertukaran.
Ada tiga tipe skenario dalam aturan ini, antara lain sebagai berikut:
a) Pengiriman barang sebelum penjualan selesai.
Barang harus ditukar dengan uang tunai atau janji yang dapat diandalkan
untuk membayar sebelum pendapatan diakui. Perlu diperhatikan pada
pengiriman awal sebelum penjualan terjadi (terutama pada akhir kuartal)
adalah sebagai berikut:
Pengiriman sebelum tanggal pengiriman.
Pengiriman barang dagangan hanya berisi bagian dari pesanan
pelanggan.
4
Pengiriman barang dagangan kepada pelanggan yang telah
membatalkan pesanan mereka.
Kontrak jangka panjang dapat menjadi pengecualian (sering menggunakan
persentase penyelesaian) tetapi hal ini dapat menjadi masalah, antara lain:
Ketidakpastian, yaitu perkiraan biaya masa depan.
Tindakan interim pada tingkat penyelesaian menjadi sulit.
Perubahan terhadap biaya dan penyelesaian dapat ditaksir untuk
memanipulasi laba.
Ketidakpastian poitik dapat mempengaruhi kontrak (misalnya, pesanan
dibatalkan).
Perusahaan baru dengan produk yang tidak pasti terhadap pasar.
b) Mengakui pendapatan pada saat adanya ketidakpastian penting
Harus ada probabilitas tinggi bahwa barang akan dibayar dan tidak
dikembalikan, dengan harus menentukan apakah:
Risiko dan manfaat kepemilikan telah ditransfer kepada pembeli.
Pembeli mungkin mengembalikan barang, dengan maksud apakah ada
hak atas pengembalian.
Pembeli tidak membayar barang, dengan maksud apakah pembeli
memiliki pembiayaan untuk membayar barang.
c) Mengakui pendapatan pada saat tindakan lebih lanjut terkait layanan yang
akan datang.
Seharusnya hanya mengakui pendapatan yang diperoleh sampai saat ini,
sedangkan penerimaan sisa adalah kewajiban. Sering terjadi pada
waralaba dengan kondisi:
Mengakui pendapatan pada saat masih mempromosikan layanan yang
akan datang.
Hak mengembangkan wilayah untuk memiliki hak eksklusif dengan
tujuan membuka waralaba daerah, maka perusahaan tidak boleh
menganggap sebagai penghasilan saat ini (menunda sampai franchise
terbuka).
5
2. Mengakui pendapatan fiktif.
Pendapatan harus dicatat setelah proses laba telah selesai dan pertukaran telah
terjadi. Ada tiga tipe skenario dalam aturan ini, antara lain sebagai berikut:
a) Mengakui pendapatan pada pertukaran asset yang sama. Tidak adanya
pengakuan atas pendapatan pada pertukaran property yang sama.
b) Mengakui pengembalian dana dari pemasok sebagai pendapatan. Retailer
sering menerima pengembalian uang dari pemasok. Hal ini bukan
merupakan pendapatan.
c) Menggunakan estimasi fiktif pada laporan keuangan interim. Pada kondisi
ini harus mengestimasi adanya retur penjualan, biaya jaminan yang akan
datang. Pada laporan kuartalan, memperkirakan tingkat persediaan dan
harga pokok penjualan, sering dilakukan dengan menggunakan persentase
laba kotor.
3. Mendongkrak pendapatan dengan one time gains
Pendapatan harus dicatat setelah proses laba telah selesai dan pertukaran telah
terjadi. Begitu pula dengan keuntungan hanya dilaporkan setelah pertukaran
telah terjadi. Ada empat teknik dalam aturan ini, antara lain sebagai berikut:
a) Meningkatkan profit dengan menjual asset yang mengabaikan nilai.
Ini adalah bukan keuntungan. Contoh khas meliputi: menjual aset yang
diperoleh dari suatu transaksi pooling, perusahaan yang menggunakan
LIFO (terutama dengan persediaan yang banyak memungkinkan
manajemen untuk mengelola harga pokok penjualan), dan real estate atau
asset lainnya yang diperoleh dalam waktu yang lama.
b) Meningkatkan profit dengan utang yang kadaluarsa. Ini sangat menarik
ketika utang baru dikeluarkan pada tingkat yang lebih tinggi, profit
tersebut tidak terulang.
c) Gagal untuk memisahkan keuntungan atau kerugian yang tidak biasa dan
tidak berulang dari pendapatan yang berulang. Misalnya keuntungan dari
aktivitas non operasi seperti penjualan asset, aktivitas yang tidak terus-
menerus seperti penghentian bisnis.
6
d) Membenamkan kerugian pada operasi yang tidak berkelanjutan.
Operasi yang tidak berkelanjutan mencakup operasi yang dihentikan,
keuntungan/kerugian yang luar biasa, dan efek kumulatif pendapatan dari
prinsip akuntansi yang berubah.
4. Mengalihkan beban ke periode sebelumnya atau ke periode yang akan
datang.
Perusahaan harus memanfaatkan biaya yang dikeluarkan dengan
menghasilkan manfaat di masa depan dan biaya tersebut yang tidak
menghasilkan manfaat tersebut. jika aset tersebut tidak material atau manfaat
yang akan diterima selama periode waktu yang singkat, item tersebut sebagai
beban.
Beban harus dibebankan terhadap pendapatan pada periode dimana manfaat
diterima. sebagai perusahaan menyadari manfaat dari menggunakan aset, aset
atau sebagian ada dari harus ditulis sebagai beban periode. ketika ada
penurunan tiba-tiba dan subtantial dari nilai suatu aset aset harus segera
dihapuskan dan secara keseluruhan, bukan secara bertahap. Ada tiga tipe
skenario dalam aturan ini, antara lain sebagai berikut:
a) Ketidaktepatan mengkapitalisasi biaya, dengan maksud mengalihkan
beban ke periode selanjutnya. Kapitalisasi yang tidak tepat sering
mencakup biaya start-up, biaya penelitian dan pengembangan, periklanan
dan biaya administrasi. Hal itu dilakukan dengan menciptakan aset (aset
ditangguhkan), juga dapat dilakukan dengan memasukkan beberapa biaya
tersebut ke dalam persediaan (menunda biaya sampai barang tersebut
dijual).
b) Penyusutan atau amortisasi biaya terlalu lambat. Depresiasi yang lambat
dapat mengakibatkan kekayaan bersih dan profit yang lebih tinggi.
c) Gagal untuk melaporkan asset yang berharga.
5. Tidak diungkapkannya semua liabilities.
Sebagai perusahaan harus bertanggungjawab terhadap semua kewajiban jika
kewajiban tersebut akan dilaporkan pada masa yang akan datang. Ada empat
teknik dalam aturan ini, antara lain sebagai berikut:
a) Melaporkan pendapatan daripada kewajiban pada saat kas diterima.
7
b) Gagal untuk menambah kewajiban kontigen.
c) Gagal untuk mengungkapkan komitmen dan kontinjensi.
d) Melakukan transaksi untuk menjaga Debt off the books.
6. Mengalihkan pendapatan yang sekarang ke periode yang akan datang.
Pendapatan harus dicatat pada periode di mana pendapatan itu diterima.
Teknik dalam aturan ini adalah menciptakan cadangan untuk menggeser
pendapatan penjualan pada periode selanjutnya. Pada kondisi ini terjadi
karena:
a) Dilakukan dengan menunda penjualan.
b) Dilakukan untuk memperlancar pendapatan.
c) Adanya Smoothing income yang biasanya membawa kejutan tidak
menyenangkan di masa yang akan datang.
d) Bersikap kritis terhadap perusahaan sukses yang memiliki cadangan besar.
7. Mengalihkan beban di masa yang akan datang ke periode sekarang.
Beban harus dibebankan terhadap pendapatan pada periode dimana manfaat
tersebut diterima. Ada dua teknik dasar dalam aturan ini, antara lain sebagai
berikut:
a) Percepatan beban diskresionari pada periode sekarang.
b) Melaporkan depresiasi atau amortisasi yang terjadi pada masa yang akan
datang.
Shenanigans Arus Kas
Banyaknya skandal pelaporan keuangan dan penyajian kembali laba dalam
beberapa tahun terakhir telah menimbulkan banyak pertanyaan pada investor,
apakah laba yang dilaporkan bisa bebas dari manipulasi manajemen. Investor
telah memperluas fokus mereka untuk menyertakan Laporan Arus Kas khususnya
bagian yang menyoroti arus kas dari operasi (CFFO).
Investor mulai memendam kecurigaan tentang pelaporan keuangan
perusahaan: bahwa manajemen sekarang memainkan trik untuk mencemari arus
kas dari operasi. Sayangnya, kecurigaan ini dijalankan dengan baik. Investor tidak
bisa lagi percaya bahwa manajemen akan melaporkan arus kas jujur dan tanpa
kebijaksanaan. Untuk membantu investor menavigasi penipuan arus kas, Scilit’s
8
telah mengidentifikasi empat Shenanigans Arus Kas (CF) berikut yang dapat
mengakibatkan kekeliruan dari kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus
kas dari operasinya:
1. Cash Flows Shenanigans No 1: Mengalihkan Pembiayaan Arus Kas masuk
pada Bagian Operasi.
2. Cash Flows Shenanigans No 2: Mengalihkan Arus Kas keluar operasi normal
untuk Bagian Investasi.
3. Cash Flows Shenanigans No 3: Menggembungkan Operasi Arus Kas dengan
menggunakan Akuisisi atau Pelepasan.
4. Cash Flows Shenanigans No. 4: Meningkatkan Arus Kas Operasi dengan
menggunakan aktivitas yang tidak berkelanjutan.
Key Metrik Shenanigans
Sejauh ini kita telah membahas kejahatan yang investor umumnya dapat
mengidentifikasi dengan hati-hati membaca angka-angka dalam laporan
keuangan. Secara umum manajemen menghadapi beberapa pembatasan di bawah
aturan akuntansi (disebut GAAP, atau prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum) tentang bagaimana menyajikan laporan keuangan kepada investor. Untuk
memotong banyak pembatasan tersebut dan memakai spin positif, manajemen
telah menjadi lebih aktif dan menipu dalam menciptakan dan memanipulasi kunci
metrik non-GAAP untuk memberi kesan kepada investor. Kekeliruan pelaporan
keuangan tersebut cenderung tidak benar menyoroti pertumbuhan yang kuat dan
konsisten serta sehat tidaknya perusahaan.
KM Shenanigan No. 1: Showcasing Misleading Metrics That Overstate Performance
KM Shenanigan No. 2: Distorting Balance Sheet Metrics to Avoid Showing Deterioration
Profit akuntansi adalah hasil dari akuntansi akrual (dan subjek dari manipulasi).
Oleh karena itu, harus melihat laporan arus kas dan laporan laba rugi bersama-
sama.
1. Arus kas operasi, dapat ditinjau dengan:
a) Pengukuran kinerja operasi pada basis kas (laba bersih dilakukan pada
basis akrual). Hal ini dengan mengabaikan penjualan yang disebabkan
9
oleh tindak lanjut keberadaan uang. Selain itu juga dengan mengabaikan
beban atas kepemilikan asset.
b) Pengukuran quality of earnings, dengan membandingkan CFFO dengan
Net income. Jika Net Income positif, sedangkan CFFO negatif (tahun demi
tahun) maka bisa disimpulkan terdapat masalah. Begitu pula jika CFFO
lebih kecil dari Net income. Bagian ini merupakan perbandingan yang
penting dalam pembentukan perusahaan yang penjualan, piutang dan
persediaan umumnya tidak berfluktuasi dengan cepat.
c) Analisis arus kas dapat membantu dalam hal memprediksi kebangkrutan.
Mungkin melihat CFFO negatif selama bertahun-tahun sedangkan
pendapatan yang positif, mungkin hasil dari membludaknya piutang.
Langkah-langkah tambahan dalam pengukuran Quality of Earnings
Quality Income = CFFO / Operating Income
Interest Coverage = CFFO before interest and taxes / Interest
Return on Assets = CFFO before interest and taxes / Assets
Menggunakan Pendekatan Holistik untuk Mendeteksi Shenanigans
Pentingnya "Checks and Balances"
Jelas, tidak semua perusahaan menggunakan trik pelaporan kepada investor.
Memang, kami percaya bahwa sebagian besar perusahaan melaporkan kondisi
perusahaannya dengan jujur. Namun demikian, investor harus selalu waspada dan
aktif mencari tanda-tanda peringatan dari masalah, karena shenanigans terjadi
dengan frekuensi yang cukup signifikan jika dibiarkan tidak terdeteksi.
Perusahaan dengan kelemahan struktural atau pengawasan yang tidak
memadai memberikan lahan subur bagi shenanigans. Investor harus menyelidiki
tata kelola perusahaan dan pengawasan dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan dasar:
1. Apakah checks and balances yang tepat ada di antara eksekutif senior daapat
memadamkan kejahatan korporat?
2. Apakah anggota luar dewan memainkan peran yang berarti dalam melindungi
investor dari sifat serakah, sesat, atau manajemen yang tidak kompeten?
10
3. Apakah auditor memiliki kemandirian, pengetahuan, dan tekad untuk
melindungi investor saat manajemen bertindak tidak tepat?
4. Apakah perusahaan benar mengambil langkah memutar untuk menghindari
pengawasan peraturan?
Menjaga Segala Seuatu dalam Keseimbangan: Persediaan, Penjualan dan
Piutang
Tanda-tanda laporan keuangan yang menyesatkan yang mungkin muncul pada
neraca, antara lain sebagai berikut:
1. Melebih-lebihkan aset atau menunjukkan saldo pada jumlah nilai realisasi
bersih.
2. Pengecilan aset saat perusahaan mencoba untuk melancarkan penghasilan
dengan mengalihkan beban masa depan dalam tahun fiskal saat ini.
3. Pengecilan kewajiban, baik dengan tidak termasuk kewajiban sepenuhnya dari
neraca atau dengan mengakui perkiraan kewajiban yang konservatif di masa
depan.
4. Pembesaran kewajiban, menggunakan cadangan untuk melancarkan
penghasilan dengan mengalihkan pendapatan tahun berjalan ke tahun yang
akan datang.
5. Penghilangan ekuitas pemilik.
Tanda-tanda peringatan atas tidak tertagihnya piutang, antara lain sebagai
berikut:
1. Besarnya jumlah piutang jatuh tempo.
2. Peningkatan dalam jumlah besar pada piutang dengan penjualan yang statis.
3. Ketergantungan berlebihan pada satu atau dua pelanggan.
4. Adanya piutang pihak terkait.
5. Perputaran piutang yang lambat.
6. Piutang sebagian besar terdiri dari barang pengembalian pelanggan.
Tanda-tanda peringatan atas ketidakmemadainya persediaan antara lain
sebagai berikut:
1. Perputaran persediaan yang lambat.
2. Peningkatan dalam jumlah besar pada saat penjualan yang statis.
3. Pemalsuan persediaan.
11
4. Adanya penjaminan atas persediaan.
5. Asuransi yang tidak mencukupi.
6. Perubahan metode penilaian persediaan perusahaan.
Profitability Ratio
Gross Profit Margin = Gross Profit / Sales
Operating Margin = Operating Profit / Sales
(Untuk melihat Profitabilitas dari aktivitas operasi)
Net Profit Margin = Net Income / Sales
(Untuk menentukan laba dari setiap rupiah penjualan)
ROA = Net Income / Asset
(Untuk melihat pengembalian atas investasi antara pemegang saham dan
pemberi kredit)
ROE = Net Income / Equity
(Untuk melihat pengembalian investasi pada pemegang saham)
Earning Per Shares = Net Income / Number of Shares
(Untuk melihat profitabilitas pemegang saham berdasarkan jumlah per lembar
saham)
Liquidity Ratio
Current Ratio = Current Assets / Current Liabilities
Working Capital = Current Assets – Current Liabilities
Quick Ratio = (Current Assets – Inventory) / Current Liabilities
Inventory to Net Working Capital = Inventory / (Current Assets – Current
Liabilities)
Solvency Ratio
Debt to Assets = Total Debt / Total Assets
Debt to Equity = Total debt / Total Equity
Long Term Debt to Equity = Long Term Debt / Total Equity
Interest Coverage Ratio = Operating Income / Interest Expense
12
Activity Ratio
Inventory Turnover = Cost of Sales / Average Inventory
Account Receivable Turnover = Sales / Average Account
Fraud (Kecurangan)
Fraud dapat dilakukan oleh siapa saja, meskipun pelaku fraud adalah orang
yang dapat dipercaya. Kemungkinan besar suatu fraud terjadi ketika lingkungan
pekerjaan integritasnya lemah, pengendaliannya tidak kuat, kehilangan
akuntabilitas, atau mendapat tekanan yang besar, maka tidak dapat dipungkiri
seseorang akan melakukan ketidakjujuran.
Pelaku kecurangan dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu
manajemen dan karyawan/pegawai. Pihak manajemen melakukan kecurangan
biasanya untuk kepentingan perusahaan, contoh kecurangan yang dilakukan oleh
manajemen yaitu salah saji yang timbul karena kecurangan pelaporan keuangan
(misstatements arising from fraudulent financial reporting). Sedangkan
karyawan/pegawai melakukan kecurangan bertujuan untuk keuntungan individu,
misalnya salah saji yang berupa penyalahgunaan aktiva (misstatements arising
from misappropriation of assets).
Kecurangan pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena dorongan dan
ekspektasi terhadap prestasi kerja manajemen. Salah saji yang timbul karena
kecurangan terhadap pelaporan keuangan lebih dikenal dengan istilah
irregularities (ketidakberesan). Bentuk kecurangan seperti ini seringkali
dinamakan kecurangan manajemen (management fraud), misalnya berupa:
manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan terhadap catatan akuntansi atau
dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian laporan keuangan.
Kesengajaan dalam salah menyajikan atau sengaja menghilangkan (intentional
omissions) suatu transaksi, kejadian, atau informasi penting dari laporan
keuangan.
Kecurangan penyalahgunaan aktiva biasanya disebut kecurangan karyawan
(employee fraud). Salah saji yang berasal dari penyalahgunaan aktiva meliputi
penggelapan aktiva perusahaan yang mengakibatkan laporan keuangan tidak
disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
13
Penggelapan aktiva umumnya dilakukan oleh karyawan yang menghadapi
masalah keuangan dan dilakukan karena melihat adanya peluang kelemahan pada
pengendalian internal perusahaan serta pembenaran terhadap tindakan tersebut.
Contoh dari kecurangan karyawan (employee fraud) mengacuh pada Sawyers
dalam “The Practice of Modern Internal Audit” yang telah dialih bahasakan oleh
Amin Widjaja, ada 40 bentuk kecurangan karyawan, antara lain :
a) Pemalsuan cap stempel
b) Mencuri barang dagangan, peralatan, persediaan, dan barang-barang
perlengkapan lainnya
c) Mengambil sejumlah kecil uang kas dari mesin kasir
d) Tidak mencatat penjualan barang dan mengantongi uangnya
e) Menciptakan kelebihan dana kas dan register dengan melakukan kurang
pencatatan
f) Pembebanan berlebihan pada akun-akun pengeluaran atau menggunakan uang
muka untuk kepentingan pribadi
g) Memutar penagihan atas rekening pelanggan
h) Membiayakan rekening pelanggan dan mencuri uangnya
i) Mengeluarkan kredit untuk klaim dan pengembalian oleh pelanggan palsu
j) Tidak memberikan setoran harian ke bank, atau menyetorkan sebagian dari
uang saja
Mengacu pada Albrecht, dan Zimbelman (2009:10), berdasarkan pihak yang
menjadi korban, fraud dikelompokkan menjadi:
1. Fraud yang mengakibatkan perusahaan atau organisasi menjadi korban.
Dalam kategori ini, fraud dibagi kembali menjadi kelompok – kelompok yang
lebih spesifik;
a. Penggelapan oleh karyawan – pelaku fraud merupakan anggota atau
karyawan dari perusahaan atau organisasi. Dalam fraud jenis ini, pelaku
mengambil aset perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengambilan aset secara langsung dilakukan dengan cara mengambil uang
tunai, perlengkapan, peralatan serta aset – aset lain perusahaan, sedangkan
kecurangan secara tidak langsung dilakukan dengan menerima sogokan
atau komisi dari pihak ketiga.
14
b. Fraud yang melibatkan pemasok – pelaku fraud adalah pemasok dari
suatu perusahaan atau organisasi. Fraud ini dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu yang dilakukan sendiri dan fraud yang melibatkan pihak lain.
Pada fraud yang melibatkan pihak lain, biasanya pelaku bekerja sama
dengan bagian pembelian suatu perusahaan.
c. Fraud yang melibatkan pelanggan – pelaku fraud adalah pelanggan dari
suatu perusahaan atau organisasi. Pelanggan yang melakukan kecurangan
biasanya tidak membayar untuk barang yang dibeli, atau menipu
perusahaan atau organisasi untuk memberikan mereka (pelaku) barang
yang tidak seharusnya mereka miliki.
2. Fraud yang dilakukan oleh manajemen – korban dari fraud jenis ini adalah
pemegang saham dan pemberi pinjaman dari suatu organisasi atau perusahaan.
Fraud yang dilakukan oleh manajemen juga sering disebut sebagai
kecurangan pelaporan keuangan. Manajemen melakukan fraud ini dengan
memanipulasi laporan keuangan perusahaan.
3. Penipuan investasi dan penipuan pelanggan lainnya – korban dalam fraud
jenis ini adalah pihak – pihak yang kurang berhati – hati atau kurang
pengetahuan. Para pelaku fraud jenis ini umumnya menjual investasi palsu ke
korban.
4. Kecurangan lain–korban dari fraud jenis ini tidak memiliki batasan golongan.
Secara umum fraud dapat terjadi apabila ada kesempatan (opportunity),
tekanan (pressure) atau insentif (incentive), dan rasionalisasi (rationalization).
Tiga hal ini lebih dikenal dengan segitiga fraud atau fraud triangle. Pressure
(menunjukkan motivasi dan sebagai “unshareable need”), rationalization
(personal ethics) dan opportunity.
15
Tekanan (Pressure)
Tekanan merujuk pada sesuatu hal yang terjadi pada kehidupan pribadi pelaku
yang memotivasinya untuk mencuri. Biasanya motivasi tersebut timbul karena
masalah keuangan, tetapi ini dapat menjadi gejala dari faktor-faktor tekanan
lainnya, sehingga tekanan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: tekanan dari
faktor keuangan (financial), dan tekanan dari faktor sosial (non financial)
1. Financial Pressures
Masalah keuangan yang dialami pelaku dapat dipecahkan dengan mencuri
uang atau aset lainnya. Berikut faktor-faktor dari tekanan keuangan :
a. Greed. Keserakahan seseorang akan kekayaan dapat memicu orang
tersebut bertindak curang karena merasa tidak puas dengan apa yang
dimiliki.
b. Gaya hidup mewah
c. High personal debts. Hutang yang menumpuk dapat membuat seseorang
tertekan. Ketertekanan akan semakin tinggi ketika hutang tersebut tidak
dapat dilunasi, sehingga akan menghalalkan segala cara untuk dapat
melunasinya.
d. High medical bills. Ketika calon pelaku kecurangan mengalami masalah
kesehatan dan membutuhkan biaya pengobatan yang tinggi, sedangkan si
calon pelaku tidak mempunyai cukup dana, maka dari tekanan biaya
tersebut akan mendorong tindakan kriminal/ curang sebagai cara
memenuhi biaya tersebut.
e. Kerugian keuangan yang tak terduga.
2. Social Pressure
Tekanan yang berasal dari faktor non-keuangan diantaranya :
a. Vice Pressure
b. Kebiasaan berjudi (gambling), drugs dan alcoholic (peminum berat)dapat
menciptakan keinginan keuangan yang besar agar supaya mendukung
kebiasaan-kebiasaan tersebut. Hal ini menciptakan hubungan tekanan
dengan aspek ini sebagai fraud triangle.
c. Work related
1) Seseorang akan merasa tertekan ketika performa pekerjaan kurang
16
diakui dan dinilai secara adil oleh manajemen
2) Kepuasan atas pekerjaannya
3) Takut akan kehilangan pekerjaannya
4) Tertekan karena ingin mendapatkan promosi
5) Merasa digaji rendah oleh perusahaan
3. Other Pressure
a. Perubahan perilaku secara signifikan, seperti: easy going, tidak seperti
biasanya.
b. Sedang mengalami trauma emosional di rumah atau tempat kerja
c. Tertantang untuk merusak atau membobol sistem
d. Krisis keuangan yang tak terduga
Rationalization (Justifikasi melakukan kecurangan)
Rationalisasi adalah komponen kecurangan yang paling krusial. Rasionalisasi
menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku mencari
pembenaran atas tindakannya, misalnya:
1. Tidak akan ada orang lain yang terluka.
2. Saya berhak mendapatkan sesuatu yang lebih.
3. Tindakan kecurangan yang ia lakukan bertujuan baik.
4. Sesuatu yang menjadi kepuasaannya jika ia bertindak curang.
5. Semua orang melakukan itu, jadi saya melakukannya juga .
6. Orang-orang tidak mampu dan tidak peduli tentang konsekuensi atas
tindakan atau atas pelakunya yang tidak jujur.
7. Pelaku percaya bahwa jika mereka bertindak curang, mereka tidak akan
kehilangan keluarga, uang dan kekayaannya.
8. Ketidakpuasan pekerjaan akan sesuatu hal yang berhubungan dengan
gaji,lingkungan pekerjaan, perhatian yang diberikan oleh manajer, membuat
pelaku berpikiran bahwa perusahaan berhutang kepada dia.
9. Saya hanya meminjam uang perusahaan saja, nanti akan saya kembalikan.
10. Perusahaan telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan tidak
mengapa jika pelaku mengambil bagian sedikit dari keuntungan tersebut.
17
Untuk menjelaskan kenapa rasionalisasi memberikan kontribusi terhadap
terjadinya kecurangan, karena rasionalisasi akan memberikan suatu
pembenaran tentang apa saja yang kita lakukan dengan tujuan untuk memuaskan
diri sendiri, meskipun tidak memiliki alasan yang kuat dan pembenaran tersebut
juga tidak dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi moral maupun etika.
Kesempatan (Opportunity)
Pelaku kecurangan selalu memiliki pengetahuan dan kesempatan untuk
melakukan tindakan tersebut agar tindakan itu tidak dapat terdeteksi. Cressey
berpendapat ada dua komponen dari peluang, yaitu ;
1) General information, yang merupakan pengetahuan bahwa kedudukan yang
mengandung trust (kepercayaan), dapat dilanggar tanpa konsekuensi.
Pengetahuan ini diperoleh pelaku dari apa yang ia dengar atau lihat, misalnya
dari pengalaman orang lain yang melakukan fraud dan tidak ketahuan atau
tidak dihukum atau terkena sanksi.
2) Technical skill atau keahlian/keterampilan
3) Keahlian/keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kejahatan
tersebut. Ini biasanya keahlian atau keterampilan yang dipunyai orang itu dan
yang menyebabkan ia mendapat kedudukan tersebut.
Selain itu, faktor yang menciptakan kesempatan adalah lemahnya
pengendalian internal (internal controls) yang telah ada pada perusahaan.
Committee of Sponsoring Organizations (COSO) dan mengidentifikasikan lima
komponen pengendalian intern yang saling berhubungan, yaitu :
1. Lingkungan Pengendalian (control environment)
Faktor pembentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas dapat berupa
integritas dan nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, dewan direksi dan
komite audit, filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi,
penetapan wewenang dan tanggung jawab, serta kebijakan dan praktik sumber
daya manusia.
2. Penilaian Resiko (risk assessment)
Penilaian resiko oleh manajemen harus mencakup pertimbangan khusus atau
resiko yang dapat muncul dari perubahan kondisi lingkungan operasi, personel
18
baru, sistem informasi yang baru atau dimodifikasi, pertumbuhan yang cepat,
teknologi baru, restrukturisasi perusahaan, operasi di luar negri, pernyataan
akuntansi, dan lini, produk, atau aktivitas baru.
3. Informasi dan Komunikasi (information and communication system)
Sistem akuntansi yang efektif harus mencatat transaksi yang valid dan benar-
benar terjadi, otorisasi yang tepat, penyajian secara tepat dalam laporan
keuangan.
4. Aktivitas pengendalian (control activities)
Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit laporan keuangan dapat
dikategorikan dalam berbagai cara, yaitu pemisahan tugas, pengendalian
pemrosesan informasi, pengendalian fisik, review kerja.
5. Pemantauan (monitoring)
Pemantauan dapat dilaksanakan melalui aktivitas yang berkelanjutan (on
going activities) dan melalui pengevaluasian periodik secara terpisah.
Kecurangan Laporan Keuangan (Financial statement fraud)
Kecurangan dalam laporan keuangan antara lain berupa mempublikasikan secara
sengaja terhadap informasi yang palsu dari bagian suatu laporan keuangan.
Kecurangan ini biasanya terjadi ketika sebuah perusahaan melaporkan lebih tinggi
dari yang sebenarnya (overstates) terhadap asset atau pendapatan, atau ketika
perusahaan melaporkan lebih rendah dari yang sebenarnya (understates)
terhadap kewajiban dan beban. Sering kali para pemegang saham, karyawan dan
investor tidak mengetahui sepenuhnya dari ketidakjelasan terhadap nilai asset
perusahaan dan adanya kewajiban jika terjadi suatu kecurangan.
Sebagian besar dari skandal kecurangan yang terjadi pada tahun 2002 di USA
yang menyebabkan lahirnya Sarbanes-Oxley Act termasuk kecurangan yang
terjadi di perusahaan raksasa, Enron dan WorIdCom adalah berupa kecurangan
terhadap laporan keuangan. Skema kecurangan yang mereka lakukan tergolong
rumit, namun pada akhirnya motifnya relatif serupa, yaitu: menyebabkan
kerugian besar terhadap pemegang saham dan timbulnya utang kepada
kreditur, belum lagi menyebabkan trauma kepada karyawan dimana mereka
kehilangan pekerjaan dan dana pensiun.
19
Pada 2008 Laporan yang disampaikan kepada lembaga Pencegahan
terhadap Kecurangan dan Penyalahgunaan Wewenang yang diterbitkan oleh
Associat ion of Certified Fraud Examiners, perusahaan-perusahaan USA
menderita kerugian rata-rata sebesar $2 juta yang disebabkan terjadinya skema
kecurangan tersebut. Dalam Laporan tersebut menyatakan bahwa bentuk
kecurangan sangat berbeda dari jenis kecurangan yang lazim karena tipe tujuan
dari kecurangan yang terjadi tidak secara langsung memperkaya si pelaku, tetapi
untuk menyesatkan kepada pihak ketiga (investor, pemilik, regulator, dan lain-
lain) seperti kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau
menyangkut kelangsungan hidup dari suatu organisasi.
Dengan kata lain, biasanya pelakunya adalah oleh manajer perusahaan
yang memanipulasi kemampuan yang bersifat ekonomi suatu perusahaan dengan
menutupi hutang yang jumlahnya yang sangat besar atau hilangnya aktiva yang
lain. Para pihak manajemen memperoleh keuntungan seacara langsung dari
terjadinya kecurangan dengan menjual saham, menerima bonus atas kinerja
yang dipalsukan, atau dengan menggunakan laporan palsu untuk
menyembunyikan tindakan curang lainnya. Manfaat secara tidak langsung yang
diperoleh pihak manajemen dari adanya kecurangan terhadap laporan keuangan
tersebut dimana cara ini digunakan untuk memperoleh sumber dana atas nama
perusahaan, atau untuk melakukan penggelembungan harga jual perusahaan.
Setiap usaha untuk mencegah kecurangan atas laporan keuangan harus fokus
pada tiga faktor sebagai berikut :
1. Mengurangi tekanan situational yang mendorong terjadinya kecurangan
a. Hindari penetapan tujuan keuangan yang tidak mungkin dicapai.
b. Hilangkan tekanan yang berasal eksternal yang mungkin dapat
menggoda staf akuntansi untuk menyiapkan kejahatan terhadap laporan
keuangan.
c. Pengendalian modal kerja, kelebihan volume produksi, atau pengendaiian
terhadap inventaris.
d. Menetapkan dengan jelas dan prosedur akuntansi yang seragam tanpa
adanya klausul pengecualian.
2. Mengurangi peluang untuk melakukan kecurangan
20
a. Menjaga keakuratan dan kelengkapan catatan akuntansi internal.
b. Hati-hati dalam memonitor transaksi bisnis dan hubungan yang bersifat
pribadi dari pemasok, pembeli, agen pembelian, perwakilan penjualan, dan
pihak lain-lain yang berhubungan dalam bertransaksi diantara unit-unit
keuangan.
c. Menetapkan sebuah sistem keamanan yang bersifat fisik untuk
memastikan aset perusahaan, termasuk barang jadi, uang tunai, peralatan
modal, peralatan, dan barang-barang lainnya yang berharga.
d. Pembagian fungsi penting diantara karyawan, memisahkan adanya
pengendalian penuh yang berada pada satu orang.
e. Menjaga keakuratan catatan pegawai termasuk memeriksa latar
belakang pada karyawan baru.
f. Mendorong pengawasan yang kuat dan hubungan kepemimpinan yang
kuat dalam kelompok untuk menjamin penegakan prosedur akuntansi.
3. Mengurangi rasionalisasi dari adanya kecurangan untuk memperkuat
integritas karyawan
a. Para manajer harus mempromosikan kejujuran dengan memberikan
contoh. Tindakan tidak Jujur oleh manajemen, bahkan ~jika mereka akan
diarahkan pada sasaran di luar organisasi, menciptakan lingkungan yang tidak
jujur dapat digunakan untuk merasionalisasikan kegiatan bisnis yang tidak sah
lainnya oleh karyawan atau pihak eksternal.
b. Perilaku jujur dan tidak jujur harus didefinisikan dalam kebijakan
perusahaan. Kebijakan akuntansi oleh Organisasi harus berkaitan dengan
prosedur akuntansi yang dapat dipertanyakan atau bersifat controversial.
c. Konsekuensi terhadap pelanggaran aturan dan ketentuan untuk hukuman dari
pelaku kecurangan harus tertulis dengan jelas dan dikomunikasikan
21
CONTOH KASUS: ENRON CORPORATION
Enron didirikan pada 1930 sebagai Northern Natural Gas Company, sebuah
konsorsium dari Northern American Power and Light Company, Lone Star Gas
Company, dan United Lights and Railways Corporation. Kepemilikan konsorsium
ini secara bertahap dan pasti dibubarkan antara 1941 dan 1947 melalui penawaran
saham kepada publik. Pada 1979, Northern Natural Gas mengorganisir dirinya
sebagai sebuah holding company, InterNorth, yang menggantikan Northern
Natural Gas di Pasar Saham Nwe York (New York Stock Exchange).
Enron Corporation adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang berbasis
di Houston, Texas, Amerika Serikat. Sebelum bangkrutnya pada akhir 2001,
Enron mempekerjakan sekitar 21.000 orang pegawai dan merupakan salah satu
perusahaan terkemuka di dunia dalam bidang listrik, gas alam, bubur kertas dan
kertas, dan komunikasi. Enron mengakui penghasilannya pada tahun 2000
berjumlah $101 miliar. Fortune menamakan Enron "Perusahaan Amerika yang
Paling Inovatif" selama enam tahun berturut-turut. Enron menjadi sorotan
masyarakat luas pada akhir 2001, ketika terungkapkan bahwa kondisi keuangan
yang dilaporkannya didukung terutama oleh penipuan akuntansi yang sistematis,
terlembaga, dan direncanakan secara kreatif. Operasinya di Eropa melaporkan
kebangkrutannya pada 30 November 2001, dan dua hari kemudian, pada 2
Desember, di AS Enron mengajukan permohonan perlindungan Chapter 11. Saat
itu, kasus itu merupakan kebangkrutan terbesar dalam sejarah AS dan
menyebabkan 4.000 pegawai kehilangan pekerjaan mereka. Tuntutan hukum
terhadap para direktur Enron, setelah skandal tersebut, sangat menonjol karena
para direkturnya menyelesaikan tuntutan tersebut dengan membayar sejumlah
uang yang sangat besar secara pribadi. Selain itu, skandal tersebut menyebabkan
dibubarkannya perusahaan akuntansi Arthur Andersen, yang akibatnya dirasakan
di kalangan dunia bisnis yang lebih luas, seperti yang digambarkan secara lebih
terinci di bawah.
Enron masih ada sekarang dan mengoperasikan segelintir aset penting dan
membuat persiapan-persiapan untuk penjualan atau spin-off sisa-sisa bisnisnya.
Enron muncul dari kebangkrutan pada November 2004 setelah salah satu kasus
kebangkrutan terbesar dan paling rumit dalam sejarah AS. Sejak itu, Enron
22
menjadi lambang populer dari penipuan dan korupsi korporasi yang dilakukan
secara sengaja.
Jeffrey Skilling menjelaskan kebangkrutan Enron disebabkan terganggunya
proses bisnis akibat credit rating perusahaan menurun pada November 2001. Hal
ini dikarenakan sebagai perusahaan trading, membutuhkan rating nilai investasi
untuk melakukan perdagangan dengan perusahaan lain. Tidak ada nilai yang baik,
maka tidak akan ada perdagangan. Terjadinya penurunan nilai rating investasi
perusahaan disebabkan hutangnya yang terlalu besar, yang sebelumnya tidak
tercatat dalam neraca (off balance sheet) kemudian diklasifikasikan ulang
sehingga tercatat dalam neraca (on balance sheet). Hutangnya tidak hanya sebesar
$13 juta tetapi bertambah hingga sebesar $38 juta. Klasifikasi ulang dilakukan
karena terdapat banyak Special Purpose Entities (SPEs) dan kerjasama yang tidak
tercatat dalam neraca yang memiliki banyak hutang. Sehingga terjadi
ketidakcocokan saat dilakukan konsolidasi ulang yang kemudian menyebabkan
nilai ekuitas perusahaan jatuh.
Dalam rangka memperbesar keuntungan yang selama ini telah diperoleh,
dibukalah partnership-partneship yang diberi nama “Special Purpose
Partnership”. Partner dagang yang dimiliki oleh Enron hanya satu untuk setiap
partnership dan partner tersebut hanya menyumbang modal yang sangat sedikit
(hanya sekitar 3% dari jumlah modal keseluruhan). Orang awam pasti bertanya
mengapa Enron berminat untuk berpartisipasi dalam partnership dimana Enron
menyumbang 97% dari modal.
Muncul pertanyaan dari mana Enron membiayai partnership-partnership
tersebut? Pembiayaan tersebut ternyata diperoleh Enron dengan “meminjamkan”
saham Enron (induk perusahaan) kepada Enron (anak perusahaan) sebagai modal
dasar partnership-partnership tersebut. Secara singkat, Enron sesungguhnya
mengadakan transaksi dengan dirinya sendiri. Enron tidak pernah
mengungkapkan operasi dari partnership-partnership tersebut dalam laporan
keuangan yang ditujukan kepada pemegang saham dan Security Exchange
Commission (SEC).
Lebih jauh lagi, Enron bahkan memindahkan utang-utang sebesar $US 690
juta yang ditimbulkan induk perusahaan ke partnership partnership tersebut. Total
23
hutang yang berhasil disembunyikan adalah $US 1,2 miliar. Akibatnya, laporan
keuangan dari induk perusahaan terlihat sangat atraktif, menyebabkan harga
saham Enron melonjak menjadi $US90 pada bulan Februari 2001. Perhitungan
menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tersebut, Enron telah melebih-lebihkan
laba mereka sebanyak $US650miliar.
Pada kasus Enron ini, lembaga-lembaga eksternal juga ikut bertanggung jawab
terjadinya kasus tersebut. Diantaranya;
1. Auditor. Arthur Andersen (satu dari lima perusahaan akuntansi terbesar)
adalah kantor akuntan Enron. Tugas dari Andersen adalah melakukan
pemeriksaan dan memberikan kesaksian apakah laporan keuangan Enron
memenuhi GAAP (Generally Accepted Accounting Principals). Andersen,
disewa dan dibayar oleh Enron. Andersen juga menyediakan konsultasi untuk
Enron, dimana hal ini melebihi wewenang dari akuntan publik umumnya.
Selain itu Andersen mengalami konflik kepentingan akibat pembayaran yang
begitu besar dari Enron, $5 juta untuk biaya audit dan $50 juta untuk biaya
konsultasi.
2. Konsultan hukum. Konsultan hukum Enron, khususnya Vinson & Elkins
juga disewa oleh Enron. Konsultan hukum ini bertanggungjawab untuk
menyediakan opini hukum atas strategi, struktur, dan legalitas umum atas
semua yang dilakukan oleh Enron. Sama dengan Andersen, saat ditanyakan
mengapa tidak ikut menghalangi ide dan aktivitas ilegal Enron, konsultan
hukum ini menjelaskan bahwa Enron tidak memberikan informasi yang
lengkap, khususnya tentang kepemilikan di SPEs.
3. Regulator. Enron sebagai perusahaan yang melakukan perdagangan di pasar
energi diawasi oleh Federal Energy Regulatory Commission (FERC), akan
tetapi FERC tidak melakukan pengawasan secara mendalam. Hal ini
dikarenakan Enron melakukan aktivitasnya dalam perdagangan listrik tidak di
satu negara, yaitu antar negara.
4. Pasar ekuitas. Sebagai perusahaan publik, Enron diharuskan mengikuti
peraturan dari SEC. Akan tetapi dalam pengawasannya SEC, tidak melakukan
investigasi secara mendalam atau melakukan konfirmasi ulang terhadap
Enron. SEC hanya mengandalkan pada testimoni yang dibuat oleh lembaga
24
lain seperti auditor perusahaan (Arthur Andersen). Sedangkan NYSE
mengharuskan Enron memenuhi peraturan perdagangan di NYSE. Berbeda
dengan SEC, NYSE tidak hanya melakukan verifikasi firsthand.
5. Pasar hutang. Enron, seperti perusahaan lainnya menginginkan dan
membutuhkan sebuah nilai rating. Sehingga Enron membayar Standard &
Poors serta Moody’s untuk memberikan nilai rating. Rating ini dibutuhkan
untuk sekuritas hutang perusahaan yang diterbitkan dan diperdagangkan di
pasar. Yang menjadi masalah, perusahaan rating tersebut hanya melakukan
analisis sebatas pada data yang diberikan kepada mereka oleh Enron,
operasional dan aktivitas keuangan Enron. Terjadi perdebatan apakah
perusahaan rating harus memeriksa total hutang perusahaan atau tidak.
Khususnya yang berkaitan dengan SPEs.
Kelompok kami berpendapat bahwa Enron melakukan kecurangan dengan
metode penyembunyian dalam buku (on-book frauds) dan kecurangan diluar buku
(off-book frauds). Kecurangan dalam buku dilakukan dengan menyembunyikan
hutang dan membatasi pengungkapan kepada lembaga-lembaga terkait di atas.
Sedangkan kecurangan diluar buku yang menyebabkan kebangkrutan dan
keterpurukan pada perusahaan Enron adalah Auditor, Arthur Andersen (satu dari
lima perusahaan akuntansi terbesar) yang merupakan kantor akuntan Enron.
Keduanya telah bekerja sama dalam memanipulasi laporan keuangan sehingga
merugikan berbagai pihak baik pihak eksternal seperti para pemegang saham dan
pihak internal yang berasal dari dalam perusahaan Enron. Arthur Andersen telah
melakukan “kerjasama” dalam memanipulasi laporan keuangan Enron. Hal ini
jelas Arthur Andersen tidak bersikap independent sebagaimana yang seharusnya
sebagai seorang akuntan.
25
Daftar Pustaka
Albrecht, W. Steve and Chad 0. Albrecht, 2003, Fraud Examination, New York:
Thomson South-Western.
Bologna dan Lindquist, Fraud Auditing and Forensic Accounting, 1995, New
York: John Wiley & Sons, 1995)
M. Romney, W.S. Albrecht, and D.J. Cherrington, 1980, "Auditors and the
Detection of Fraud", New York: Pearson-Prentice Hall.
Schilit, Howard. M., Perler, Jeremy (2010). Financial Shenanigans: How to
Detect Accounting Gimmicks and Frauds in Financial Reporting, 3rd ed.
McGraw-Hill.