PEMANFAATAN MODAL SOSIAL SEBAGAI
STRATEGI PEDAGANG SEKITAR KALIJODO PASCA
PENGGUSURAN
(Studi kasus: Pedagang Pasar Jembatan Dua, Tambora Jakarta Barat)
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Atikah Marwa Nasution
1113111000034
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul :
PEMANFAATAN MODAL SOSIAL SEBAGAI STRATEGI PEDAGANG
SEKITAR KALIJODO PASCA PENGGUSURAN (Studi kasus: Pedagang Pasar
Jembatan Dua, Tambora Jakarta Barat)
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 April 2018
Atikah Marwa Nasution
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Atikah Marwa Nasution
NIM : 1113111000034
Program Studi : Sosiologi
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
PEMANFAATAN MODAL SOSIAL SEBAGAI STRATEGI PEDAGANG
SEKITAR KALIJODO PASCA PENGGUSURAN (Studi kasus: Pedagang Pasar
Jembatan Dua, Tambora Jakarta Barat)
dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 2 April 2018
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing
Dr. Cucu Nurhayati, M.Si Dr. Muhammad Adlin Sila, MA.,
Ph.D
NIP. 197609182003122003 NIP. 197009161992031002
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
PEMANFAATAN MODAL SOSIAL SEBAGAI STRATEGI PEDAGANG
SEKITAR KALIJODO PASCA PENGGUSURAN
(Studi kasus: Pedagang Pasar Jembatan Dua, Tambora Jakarta Barat)
oleh
Atikah Marwa Nasution
1113111000034
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 03 April
2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Sosial (S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.
Ketua, Sekretaris,
Dr. Cucu Nurhayati, M.Si Dr. Joharatul Jamilah, M.Si
NIP.19760918 200312 2 003 NIP.196808161997032002
Penguji I, Penguji II,
Ahmad Abrori M.Si Husnul Khitam, M.Si
NIP. 197602252005011005 NIP. 198308072015031003
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 03 April 2018
Ketua Program Studi Sosiologi
FISIP UIN Jakarta
Dr. Cucu Nurhayati, M.Si
NIP.19760918 200312 2 003
ABSTRAKSI
Skripsi ini menganalisa Pemanfaatan Modal Sosial Sebagai Strategi Pedagang
Sekitar Kalijodo Pasca Penggusuran (Studi Kasus Pedagang Pasar Jembatan Dua,
Tambora Jakarta Barat). Penelitian ini menjelaskan bentuk jaringan sosial Pasar
Jembatan Dua dengan warga Kalijodo sebelum dan setelah penggusuran di Kalijodo,
serta menjelaskan penggunaan norma, kepercayan, dan jaringan sosial digunakan
pedagang pasar dalam meningkatkan omset. Dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif, penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka dan wawancara serta
observasi. Kerangka teori yang digunakan dalam skripsi ini adalah teori modal sosial
Robert D. Putnam. Penulis menemukan, bahwa pedagang Pasar Jembatan Dua
dengan warga Kalijodo memiliki hubungan yang dekat selama bertahun-tahun antara
penjual dengan pelanggan. Dengan adanya penggusuran Kalijodo, hal tersebut
merusak jaringan sosial yang terjalin bertahun-tahun. Hubungan keduanya-pun
terputus, hal ini membuat kerugian besar bagi pedagang Pasar Jembatan Dua. Dengan
sepinya pembeli pasca penggusuran, pedagang Pasar Jembatan Dua berupaya
memanfaatkan modal sosial yang mereka miliki. Caranya adalah dengan menjunjung
tinggi nilai dan norma, menciptakan rasa percaya pelanggan mereka dan memperluas
jaringan sosial. Hasil penelitian ini adalah pedagang berhasil mengembalikan
keseimbangan pasar dengan memanfaatkan modal sosial yang mereka ciptakanKata
kunci: adaptasi, non-tunai, pedagang kuliner Lenggang Jakarta – Monas.
Kata Kunci: Modal Sosial, Pedagang Pasar, Penggusuran
vi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul
Pemanfaatan Kembali Modal Sosial Sebagai Strategi Pedagang sekitar Kalijodo
Pasca Penggusuran (Studi kasus : Pedagang Pasar Jembatan Dua, Tambora Jakarta
Barat). Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi untuk mendapat gelar Sarjana
Sosial Strata Satu pada Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penghargaan dan terima kasih setulus-tulusnya dari hati yang terdalam untuk
kedua orang tua yaitu ayahanda Balyan Nasution yang telah mencurahkan segenap
cinta dan kasih sayang serta perhatian moril maupun materil, dan Ibunda Sri Haryanti
(Almh) sebagai seseorang yang sangat special yang memotivasi penulis untuk cepat
menyandang gelar sarjana. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat,
kesehatan, keberkahan dan Karunia di dunia dan akhirat atas jasa-jasanya yang tak
terhitung diberikan kepada penulis.
Penghargaan dan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada bapak Dr.
Muhammad Adlin Sila, MA.,Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
membantu dan meluangkan banyak waktunya, serta mendengarkan berbagai keluh
kesah penulis dalam penulisan skripsi ini. Serta ucapan terima kasih kepada:
vii
1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik.
2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si selaku Ketua Program Studi Sosiologi
3. Ibu Dr. Joharatul Jamilah M,Si selaku sekertaris Program Studi
Sosiologi
4. Prof. Dr. H. Yusron Razak, M.A. selaku dosen Pembimbing
Akademik (PA)
5. Terimakasih kepada Kepala Pengelola Pasar Jembatan Dua yang telah
memberikan izin serta dukungan kepada penulis dalam melakukan
penelitian, dan kepada para pedagang Pasar Jembatan Dua yang telah
menjadi informan penelitian penulis.
6. Keluarga kedua penulis Yuliani Nanda Sari, Shofie Muthia Syar‟ie,
Ovi Fauzia Tihamayati, Dewi Sri Azizah Utami, Shinta Pratandari,
Ridha Illahi Putri, Raudhatul Jannah. Terima kasih Mariana Tengker
Family karena telah menjadi teman seperjuangan sejak semester 3
sampai sekarang. Terima kasih telah menjadi teman curhat, teman
belajar dan banyak pelajaran yang aku dapatkan dari kalian.
7. Irfansyah Naufal Nasution dan Oka Bayu Kusuma adik dan abang
yang sangat penulis sayangi yang selalu memberikan dukungan dan
semangat kepada penulis dikala penulis lelah.
viii
8. Amar Syahidinseseorang yang begitu spesial, orang yang tak penah
lelah menemaniku dan banyak menyemangatiku saat berjuang menulis
skripsi, yang tak pernah bosan mendengarkan keluhanku tentang
sulitnya ini dan itu.
9. Pak Kasyfi, selaku dosen Sosiologi yang banyak memberikan
masukan kepada penulis.
10. Seluruh teman-teman Jurusan Sosiologi Angkatan 2013 khususnya
teman-teman dari kelas Sosiologi 13 A.
Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena begitu banyak kekurangan. Karena itu, penulis memohon kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaanya dan semoga bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin.
Jakarta, 11 April 2018
Atikah Marwa Nasution
ix
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .............................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................................................................ iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .......................................................................... iv
ABSTRAKSI ............................................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Pernyataan Masalah ...................................................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian .................................................................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
D. Tinjauan Pustaka ........................................................................................................... 7
E. Penjelasan Konseptual dan Kerangka Teoritis ............................................................ 16
1. Pasar ........................................................................................................................ 16
2. Teori Modal Sosial .................................................................................................. 16
3. Unsur-Unsur Modal Sosial (Norma, Kepercayaan, dan Jaringan Sosial) ............... 19
F. Metodelogi Penelitian ................................................................................................. 24
1. Pendekatan Penelitian ............................................................................................. 24
2. Subjek penelitian ..................................................................................................... 24
3. Tehnik Pengumpulan Data ...................................................................................... 25
4. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................................. 27
5. Proses Penelitian ..................................................................................................... 27
6. Analisa Data ............................................................................................................ 29
G. Sistematika Penulisan ................................................................................................. 30
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI DAN WILAYAH PENELITIAN. ........................ 32
A. LETAK GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFIS............................................................ 32
1. Pasar Jembatan Dua ................................................................................................ 32
2. Wilayah Kalijodo .................................................................................................... 34
x
B. KEHIDUPAN PEDAGANG PASAR JEMBATAN DUA ......................................... 36
1. Sarana dan Prasarana .............................................................................................. 36
2. Karakteristik Pedagang ........................................................................................... 37
C. Profil Informan ............................................................................................................ 38
1. Kepala Pasar Jembatan Dua .................................................................................... 38
2. Pedagang Pasar Jembatan Dua ................................................................................ 38
3. Pelanggang Pasar Jembatan Dua ............................................................................. 41
4. Eks Warga Kalijodo ................................................................................................ 41
BAB III HASIL DAN ANALISA PENELITIAN .................................................................. 43
A. Jaringan Sosial Pedagang Pasar Jembatan Dua Dengan Warga Kalijodo Sebelum dan
Setelah Penggusuran ................................................................................................... 43
1. Jaringan Sebelum Penggusuran Kalijodo ............................................................... 44
2. Jaringan Setelah Penggusuran Kalijodo .................................................................. 48
B. Pemanfaatan Modal Sosial Sebagai Strategi Pedagang Pasar dalam Meningkatkan
Omset .......................................................................................................................... 52
1. Nilai dan Norma ...................................................................................................... 52
2. Kepercayaan (trust) ................................................................................................. 57
3. Jaringan ................................................................................................................... 62
C. Analisa Penelitian: Refleksi Teori .............................................................................. 69
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 76
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 76
B. Saran – Saran .............................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN ............................................................................. Error! Bookmark not defined.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Beberapa tahun terakhir Pemerintah provinsi DKI Jakarta tengah gencar-
gencarnya melakukan penggusuran pada wilayah kumuh dan padat penduduk,
salah satunya adalah penggusuran wilayah pemukiman padat dan lokalisasi
prostitusi Kalijodo tahun 2016. Dimana yang diharapkan oleh Pemda DKI
mengenai penggusuran Kalijodo adalah terciptanya lingkungan yang tertata rapih
dan bermanfaat bagi seluruh warga DKI dengan pengadaan kembali Ruang
Terbuka Hijau di Jakarta (www.megapolitan.kompas.com). Namun, penulis
menemukan hal lain dari kesuksesan pemerintah merevitalisasi pemukiman
kumuh tersebut yaitu terputusnya jaringan sosial antara warga Kalijodo dengan
pedagang sekitarnya.
Didekat Kalijodo ± 500 meter terdapat sebuah pasar yang bernama Pasar
Jembatan Dua. Pasar Jembatan Dua sendiri berdiri sejak tahun 1970-an sebagai
pasar tradisional yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari. Pasar ini, di
revitalisasipada tahun 2014 lalu (www.tekno.kompas.com). Pasar Jembatan Dua
kini menjadi pasar semi modern dengan jumlah pedagang sebanyak 260 orang
dan alokasi usaha pakaian, jasa, emas, hasil bumi dan pangan seperti sayuran,
daging, sembako dan rempah-rempah (www.Pasarjaya.co.id).
2
Menurut kepala pasar H. Khaerudin Pasar Jembatan Dua merupakan pasar di
bawah naungan PD Pasar Jaya yang memiliki 2 lantai. Lantai basement
diperuntukkan bagi pedagang sembako, daging, sayur dan ikan. Lantai satu untuk
pedagang tekstil, perabot rumah tangga, perhiasan dan jasa. Sedangkan lantai dua
terdapat musholla dan juga kantor pengelola dan kepala pasar. Pasar Jembatan
Dua merupakan pasar semi-modern semenjak direvitalisasi pada tahun 2014 lalu.
Saat ini sudah tersedia lahan parkir bagi pengunjung dan toilet di dalam bangunan
pasar. Pasar Jembatan Dua ini letaknya persis di pinggir jalan raya Tubagus
Angke, Tambora, Jakarta Barat. Terdapat jembatan penyeberangan persis di
depan pasar untuk memudahkan warga yang berjalan kaki sampai ke pasar
tersebut (Observasi 17 April 2017).
Dengan letak Pasar Jembatan Dua yang strategis tersebut, tak dipungkiri
warga sekitar termasuk warga Kalijodo sering berbelanja di pasar tersebut karena
jika dibandingkan dengan pasar lainnya, Pasar Jembatan Dua merupakan pasar
yang terdekat dengan Kalijodo. Kalijodo sendiri terletak di antara dua kota
Administrasi yaitu Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Kalijodo yang terletak di
Jakarta Utara terletak di RW 05 Kelurahan Pejagalan Kecamatan Penjaringan.
Sedangkan wilayah Kalijodo yang masuk Jakarta Barat terletak di Kelurahan
Angke Kecamatan Tambora tepatnya di RT. 007 dan 008 di RW.010
(www.detik.com).
3
Melihat Kalijodo adalah wilayah padat penduduk sekaligus lokalisasi. Dimana
wilayah lokalisasi sendiri merupakan wilayah yang bukan saja tempat para
mucikari, dan Pekerja Seks Komersial (PSK) menggantungkan hidup mereka.
Namun terdapat beberapa masyarakat yang juga ikut menggantungkan lokalisasi
sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. Hal
ini dibuktikan dengan adanya café dan prostitusi di Kalijodo membuat untung
warga setempat. Keberadaan bar dan PSK membantu mengurangi jumlah
pengangguran di Jakarta, karena mereka berpeluang menjadi tukang ojek dari
depan gang menuju ke café-café, menjadi pedagang, dan menjadi
karyawan/pekerja di cafe tersebut (www.metrotvnews.com).
Hal tersebut membuat sebagian masyarakat menggantungkan hidupnya pada
tempat lokalisasi tersebut. Ketika tempat lokalisasi dan pemukiman padat tersebut
telah digusur maka kondisi sosial ekonomi masyarakat tersebut ikut mendapat
imbasnya. Menurut pengakuan kepala Pasar H. Khaerudin, dengan digusurnya
Kalijodo para pelaku usaha/pedagang di Pasar Jembatan Dua tentunya terkena
dampak dilihat dari aspek sosial dan ekonomi. Dengan berubahnya infrastruktur
di Kalijodo, berpengaruh pada omset harian mereka, hubungan sosial mereka
dengan pelanggan-pelanggannya dari Kalijodo-pun ikut terputus. Terputusnya
jaringan sosial antara pedagang Pasar Jembatan Dua dengan warga Kalijodo,
menyebabkan kerugian besar bagi pedagang pasar, terbukti dengan merosotnya
omset hingga hampir 50% (Wawancara 17 April 2017).
4
Memang banyak kawasan padat penduduk di wilayah Tambora, namun tidak
seramai Kalijodo kala itu dengan wisata malamnya yang menjadikan Kalijodo
banyak terdapat warung makan dan café. Warung-warung makan dan café-café
itulah yang menjadi pelanggan tetap pedagang pasar Jembatan Dua (Wawancara
06 Juli 2017). Keberadaan pasar Jembatan Dua sendiri merupakan hal yang
penting bagi masyarakat sekitar. Selain sebagai pusat ekonomi masyarakat sekitar
fungsi lain pasar ternyata juga sebagai pusat kebudayaan.
Peranan pasar sebagai pusat ekonomi maupun sebagai pusat kebudayaan akan
mendatangkan dampak sosial bagi masyarakat sekitarnya. Pasar tradisional bukan
hanya sekedar ruang, akan tetapi sebagai lembaga sosial yang terbentuk karena
proses interaksi sosial dan kebutuhan masyarakatnya. Pasar tradisional merupakan
tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi
penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar - menawar,
bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan sasaran terbuka yang
dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar (Noor, 2017: 3).
Di dalam pasar seperti Pasar Jembatan Dua tentunya terjadi proses jual-beli,
tawar menawar harga dan juga terjadi proses pertukaran informasi antara
pedagang dengan pembeli, pedagang dengan pedagang dan pembeli dengan
pembeli. Komunikasi yang terjalin diantara mereka melahirkan sebuah hubungan
sosial antar aktor yang didasari oleh rasa percaya dan norma yang mengikat
hubungan sosial tersebut sehingga akhirnya membentuk sebuah jaringan sosial.
5
Setelah penggusuran, simpul antara pedagang pasar dan juga warga kalijodo
terputus. Jaringan sosial tidak dapat berfungsi apabila salah satu simpulnya
mengalami kerusakan. Jaringan sosial antara pedagang pasar Jembatan Dua
dengan pelanggannya mengalami kerusakan karena adanya penggusuran di
Kalijodo. Hal ini lah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian
skripsi ini. Dengan terputusnya jaringan antara pedagang Pasar Jembatan Dua
dengan warga Kalijodo, para pedagang di Pasar Jembatan Dua mulai berupaya
dalam mengembalikan keseimbangan pasar seperti semula dengan memanfaatkan
modal sosial yang mereka miliki sehingga omset mereka kembali seperti semula.
Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk modal sosial yang
digunakan oleh pedagang pasar sebagai sarana untuk menghadapi masalah
bersama. Sarana yang dimaksud melainkan ketiga unsur modal sosial yang berupa
nilai/ norma, kepercayaan, dan jaringan sosial digunakan dalam berhubungan satu
sama lain. Dimana definisi modal sosial (capital social) sebagai “jaringan-
jaringan, nilai-nilai, dan kepercayaan yang timbul di antara para anggota
perkumpulan, yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama untuk manfaat
bersama” (Damsar dan Indrayani, 2011: 210). Namun, sebelumnya penulis akan
menjelaskan terlebih dahulu jaringan sosial antara pedagang Pasar Jembatan Dua
dengan warga Kalijodo pra dan pasca penggusuran.
Berdasarkan dengan uraian pernyataan masalah, maka fokus penelitian ini
adalah deskripsi bentuk refleksi dari teori modal sosial Putnam dimana nantinya
6
penulis menggunakan ketiga unsur dari teori modal sosial dalam membahas
hubungan sosial antar aktor yang ada di pasar Jembatan Dua, Tambora Jakarta
Barat. Dengan permasalahan ini maka penulis mengambil judul penelitian
‘PEMANFAATAN MODAL SOSIAL SEBAGAI STRATEGI PEDAGANG
SEKITAR KALIJODO PASCA PENGGUSURAN (Studi Kasus: Pedagang
Pasar Jembatan Dua, Tambora Jakarta Barat)’
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pernyataan masalah tersebut, maka pertanyaan penelitiannya adalah:
1. Bagaimana bentuk jaringan sosial Pasar Jembatan Dua dengan warga
Kalijodo sebelum dan setelah Penggusuran di Kalijodo?
2. Bagaimana unsur norma, kepercayan, dan jaringan sosial digunakan
pedagang pasar dalam meningkatkan omset?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yaitu: pertama, Untuk
mengetahui seperti apa bentuk jaringan sosial antara pedagang Pasar Jembatan
Dua dengan warga Kalijodo sebelum dan setelah penggusuran. Kedua,
mengetahui penggunaan norma, kepercayan, dan jaringan sosial digunakan
pedagang pasar dalam meningkatkan omset dagang.
2. Manfaat Penelitian
7
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
a. Secara akademis, hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat
memberikan inspirasi kepada peneliti lain untuk memperdalam kajian ini.
Secara teoritis, penelitian ini berusaha untuk memberikan kontribusi pada
kajian sosiologi yang terkait pada teori modal sosial
b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan
pemikiran baru terhadap pemecahan masalah yang berkaitan dengan
masalah modal sosial dan kaitannya dengan pemanfaatan modal sosial di
dalam pasar.
D. Tinjauan Pustaka
Adapapun dengan dicantumkannya penelitian terdahulu ini diharapkan
skripsi ini dapat melengkapi kekurangan dari penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya serta untuk memberikan gambaran perbedaan antara penelitian
yang sudah dilakukan dengan penelitian yang hendak dilakukan. Terdapat
satu penelitian terdahulu mengenai penutupan lokalisasi dan empat penelitian
yang berkaitan dengan modal sosial pedagang.
Pertama, penelitian mengenai “Dampak Penutupan Lokalisasi
Bangunsari Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Bangunsari
Krembangan, Surabaya” yang dilakukan oleh Indra Pratama tahun 2016.
8
Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penutupan lokalisasi membuat kondisi sosial masyarakat mengalami
perubahan dalam hal mata pencaharian. Kondisi ekonomi berdampak pada
turunnya tingkat pendapatan yang dulunya tergabung dalam kegiatan
lokalisasi. Pendidikan yang rendah juga membuat masyarakat sulit untuk
mencapai pekerjaan diluar bidang lokalisasi. Banyak dari mantan pelaku yang
beralih menjadi wirausahawan.
Penelitian diatas menggunakan pandangan dari disiplin ilmu
pendidikan geografi. Sementara penulis penggunakan pandangan dari disiplin
ilmu sosiologi. Dengan demikian, terdapat perbedaan dalam menggunakan
teori sebagai pisau analisis penelitian. Metode yang digunakanpun berbeda,
penelitian tersebut menggunakan metode kuantitatif sedangkan penulis
menggunakan kualitatif.
Kedua, artikel ilmiah Universitas Andalas Padang yang berjudul
“Pemanfaatan Modal Sosial Sebagai Strategi Masyarakat dalam Mengatasi
Dampak dan Upaya Menurunkan Tingkat Risiko Bencana (Studi Kasus:
Nagari Batu Kalang Kecamatan Padang Sago Kabupaten Padang Pariaman
Provinsi Sumatera Barat)” oleh Lany Verayanti tahun 2016. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan paradigma teori kritis dan pendekatan
studi kasus. Penelitian ini menggunakan teori modal sosial Putnam dan teori
masyarakat aktif Etzioni yang dipakai sebagai sentral analisis yang akan
9
dirujuk pada pembahasan beberapa kasus yang ditemui pasca kejadian
bencana gempa bumi 30 September 2009 di Sumatera Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal sosial tidak saja
berdampak positif dalam memperkuat diri (self reinforcing) namun juga dapat
berdampak negatif jika elemen jaringan, norma, dan kepercayaan yang
menjadi prasyarat agar dapat saling memperkuat diri tidak terpenuhi. Berbagai
aksi kolektif yang dilakukan warga dalam mengatasi dampak bencana gempa
bumi dimana mereka menjadi korban terbukti dapat menjadi kekuatan
bersama dan pembangkit dari keterpurukan. Aksi kolektif yang dipandu oleh
pemimpin dengan pengetahuan yang dilandasi dengan kesadaran akan kondisi
lingkungannya dan ditunjang oleh kemampuan dalam membentuk konsensus
untuk mencapai kesepakatan - kesepakatan di antara anggota kelompok
menjadi faktor penting bagi munculnya masyarakat aktif.
Selain faktor kepemimpinan, faktor kesadaran dan pengetahuan akan
diri dan lingkungannya, peran individu dalam institusi sosial seperti kesehatan
dan agama juga berperan dalam mendorong warga korban bencana menjadi
masyarakat aktif yang dapat menentukan sendiri nasib mereka dan mengubah
hukum sosial jika diperlukan. Namun begitu ketika modal sosial warga yang
berfungsi untuk saling memperkuat diri bersentuhan dengan kepentingan lain
atau pihak luar (eksternal), ternyata justru berakibat pada melemahnya modal
sosial. Tanggapan terhadap penelitian yang dilakukan Lany Verayanti (2016)
yaitu penelitian tersebut menggunakan dua teori yaitu modal sosial Putnam
10
dan dan teori masyarakat aktif Etzioni sebagai pisau analisa sedangkan
penulis menggunakan satu teori yaitu modal sosial Putnam. Perbedaan lainnya
yaitu mengenai studi kasus yang diambil, dimana Verayanti membahas
hubungan sosial antara masyarakat korban bencana di Padang. Sedangkan
penulis menjelaskan hubungan sosial pedagang pasar.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Nirfadhilah pada tahun 2016
dengan judul “Jaringan Sosial Dalam Penjualan Pedagang Makanan di Pasar
Inpres Kelurahan Baqa Kecamatan Samarinda Seberang”. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Dimana hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa jaringan sosial mempengaruhi sukses dan tidak
suksesnya para pedagang. Jaringan sosial bagi para pedagang sangat
berpengaruh dalam meningkatkan jumlah pelanggan, mempermudah
pedagang memperoleh bahan - bahan mentah serta perilaku saling membantu
di antara pedagang untuk memperoleh dukungan dalam menjalankan
usahanya. Tanggapan terhadap penelitian teesebut, bahwa dalam penelitian
tersebut menggunakan metode penelitian kuantitatif-kualitatif atau campuran,
sedangkan penulis menggunakan metode kualitatif saja meskipun sama-sama
membahas jaringan sosial pedagang. Namun studi kasus yang diambil berbeda
dengan penulis, dimana Nirfadhilah (2016) melakukan penelitian di Pasar
Inpres Kelurahan Baqa Kecamatan Samarinda Seberang. Sedangkan penulis
melakukan penelitian di Pasar Jembatan Dua, Tambora Jakarta Barat.
11
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Ayu Kusumastuti (2015)
berjudul “Modal Sosial dan Mekanisme Adaptasi Masyarakat Pedesaan dalam
Pengelolaan dan Pembangunan Insfrastruktur”. Penelitian ini memiliki fokus
yaitu melihat modal sosial terikat (bonding) dapat menjadi sebuah kekuatan
dalam menghasilkan kapasitas adaptasi masyarakat pedesaan dalam
pengelolaan dan pembangunan infrastruktur. Dalam menjawab fokus
penelitian tersebut Ayu Kusumastuti (2015) menggunakan teori modal sosial
Putnam dengan pendekatan kualitatif berupa studi kasus dengan teknik
pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan observasi. Hasil
penelitian ini menujukkan bahwa kapasitas adaptasi yang dikembangkan oleh
masyarakat melalui modal sosial terikat dapat mewujudkan daya lenting
(Resilience), fleksibilitas, dan stabilitas dalam pembangunan dan pengelolaan
infrastruktur desa.Tanggapan pada penelitian ini adalah pada fokus penelitian
dimana penelitian tersebut membahas modal sosial bermanfaat untuk
pengembangan infrastruktur sedangkan penulis berfokus pada modal sosial
dalam meningkatkan omset pedagang.
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Dwisara Ajeng Rahmawati
dan Drajat Tri Kartono (2017) yang berjudul “Modal Sosial dan Pasar
Tradisional (Studi Kasus di Pasar Legi Kotagede Yogyakarta)”. Penelitian ini
memiliki fokus pada pola modal sosial pedagang di pasar tersebut. Penelitian
tersebut menggunakan teori modal sosial Putnam dalam menganalisa hasil
temuan di lapangan dengan metode penelitian kualitatif deskriptif. Hasil
12
penelitian ini adalah modal sosial yang ada pada para pedagang di Pasar Legi
Kotagede Yogyakarta memiliki peran yang cukup besar dalam
mempertahankan keberlangsungan hidup ekonomi mereka. Dengan modal
sosial yang mereka miliki keberadaan mereka sebagai pedagang di Pasar Legi
Kotagede, Yogyakarta dapat tetap berlangsung. Sikap saling percaya di antara
sesama pedagang, menciptakan jaringan untuk keperluan dagang mereka,
serta adanya norma yang mengatur mereka dalam melakukan interaksi baik
sesama pedagang maupun pembeli dapat menciptakan suasana yang kondusif,
damai, serta melanggengkan usaha mereka sebagai pedagang di pasar
tradisional.
Tanggapan untuk penelitian ini yaitu studi kasus yang digunakan
berbeda dengan penulis. Apabila Dwisara Ajeng Rahmawati dan Drajat Tri
Kartono (2017) membahas modal sosial pedagang pasar tradisional.
Sedangkan penulis lebih berfokus pada pemanfaatan modal sosial sebagai
strategi dalam menghadapi masalah bersama (penurunan omset dagang) pasca
penggusuran Kalijodo. Dari tinjauan yang telah disampaikan diatas, satu dari
lima penelitian membahas dampak penutupan lokalisasi terhadap kondisi
sosial ekonomi masyarakat, yaitu “Dampak Penutupan Lokalisasi Bangunsari
Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Bangunsari Krembangan,
Surabaya” oleh Indra Pratama (2016). Persamaan dari penelitian ini adalah
sama-sama membahas mengenai dampak sosial ekonomi masyarakat sekitar
setelah terjadi penutupan lokalisasi.
13
Kemudian terdapat empat penelitian yang menggunakan teori modal
sosial Putnam, dimana dua dari empat penelitian membahas modal sosial
pedagang. Sedangkan dua lainnya membahas pemanfaatan modal sosial di
dalam suatu masyarakat. Dari keempat penelitian tersebut memiliki kesamaan
disiplin ilmu dengan penulis yaitu berasal dari disiplin ilmu sosiologi.
Skripsi ini akan melengkapi kekurangan yang terdapat pada studi-studi
sebelumnya. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian mengenai
“PEMANFAATAN MODAL SOSIAL SEBAGAI STRATEGI PEDAGANG
SEKITAR KALIJODO PASCA PENGGUSURAN (Studi kasus: Pedagang
Pasar Jembatan Dua, Tambora Jakarta Barat)’.
14
No. Nama Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian
Isi Skripsi
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Indra Pratama
(2016)
Dampak Penutupan
Lokalisasi Bangunsari
Terhadap Kondisi
Sosial Ekonomi
Masyarakat Bangunsari
Krembangan,Surabaya”
Membahas
mengenai dampak
sosial ekonomi
masyarakat
sekitar setelah
terjadi penutupan
lokalisasi
Menggunakan
metode berbeda dan
memiliki disiplin
ilmu yang berbeda
Terdapat dampak sosial dan
ekonomi yang di alami
masyarakat Bangunsari,
Krembangan pasca lokalisasi
Bangunsari di tutup.
2. Lany Verayanti
(2016)
Pemanfaatan Modal
Sosial Sebagai Strategi
Masyarakat dalam
Mengatasi Dampak dan
Upaya Menurunkan
Tingkat Risiko
Bencana:Studi Kasus:
Nagari Batu Kalang
Kecamatan
PadangSago Kabupaten
Padang Pariaman
Provinsi Sumatera
Barat”
Membahas
pemanfaatan
modal sosial
sebagai strategi
masyarakat dalam
mengatasi suatu
masalah bersama.
1. Menggunakan dua
teori yaitu modal
sosial dan teori
masyarakat aktif
etzioni
2. Berbeda studi
kasus
Hasil penelitia menunjukkan
bahwa modal sosial tidak saja
berdampak positif dalam
pengertian memperkuat diri
(self reinforcing) namun juga
dapat berdampak negative jika
elemen jaringan, norma dan
kepercayaan yang menjadi
prasyarat agar dapat saling
memperkuat diri tidak
terpenuhi.
15
Matriks Tinjauan Pustaka
3. Nirfadhilah
(2016)
Jaringan Sosial Dalam
Penjualan Pedagang
Makanan Di Pasar
Inpres Kelurahan Baqa
Kecamatan Samarinda
Seberang
Menggunakan
teori
Modal sosial
Putnam.
Kuantitatif -
Kualitatif
Hasil penelitian ini melihat
jaringan sosial dapat
mempengaruhi sukses dan tidak
suksesnya para pedangang
dalam melangsungkan usaha.
4. Ayu
Kusumastuti
(2015)
Modal Sosial dan
Mekanisme Adaptasi
Masyarakat Pedesaan
dalam Pengelolaan dan
Pembangunan
Insfrastruktur
Berada pada
disiplin
ilmu yang sama
yaitu sosiologi
Memiliki fokus
penelitian dan
studi kasus yang
berbeda
Hasil penelitian ini
menujukkan bahwa kapasitas
adaptasi yang dikembangkan
oleh masyarakat melalui
modal sosial terikat dapat
mewujudkan daya lenting,
fleksibilitas dan stabilitas dalam
pembangunan dan pengelolaan
infrastruktur desa.
5. Dwisara Ajeng
Rahmawati dan
Drajat Tri
Kartono
(2017)
Modal Sosial dan
Pasar Tradisional
(Studi Kasus di Pasar
Legi Kotagede
Yogyakarta
1. Berada pada
isiplin ilmu
yang sama yaitu
sosiologi
2. Membahas
modal sosial
pedagang pasar
Memiliki studi
kasus yang
berbeda dengan
penulis
Modal sosial yang hidup antara
para pedagang memiliki peran
yang cukup besar dalam
mempertahankan perekonomian
mereka. Keberadaan pedagang
di pasar legi Kotagede
Yogyakarta dapat tetap
berlangsung.
16
E. Penjelasan Konseptual dan Kerangka Teoritis
1. Pasar
Adapun yang dimaksud dengan pasar adalah suatu institusi yang pada
umumnya tidak berwujud secara fisik yang mempertemukan penjual dan pembeli
suatu komoditas barang atau jasa. (Sugiarto dkk, 2007: 36) Namun, saat ini fungsi
pasar tidak semerta-merta hanya tempat mempertemukan antara pedagang dengan
pembeli. “Seiring berjalannya waktu, saat ini pasar sudah merupakan entitas
bisnis yang lengkap dan kompleks dimana kenyamanan dan kepuasan pelanggan
yang menjadi tujuan utama”. Hal tersebut tertuang dalam sejarah singkat
perusahaan PD. Pasar Jaya. (www.pasarjaya.co.id)
Pasar begitu akrab dengan kehidupan masyarakat. Baik di kota maupun di
desa. Di pasar kita dapat membeli kebutuhan sehari-hari. Di Indonesia sendiri ada
lebih kurang 13.450 pasar tradisional yang mampu menampung 13 juta pedagang
kios dan lebih dari 9 juta Pedagang Kaki Lima (PKL). (Malano, 2011: 1)
2. Teori Modal Sosial
Dalam menganalisa skripsi ini penulis menggunakan teori Modal Sosial.
Menurut Scott, inti dari teori tersebut adalah ide bahwa masyarakat dapat
menggunakan koneksi mereka dengan orang lain sebagai sumber daya yang
penting. Mereka dapat menggunakannya untuk berbagai tujuan. Orang dapat
datang kepada kawan atau keluarga mereka ketika menghadapi masalah atau saat
17
membuat perubahan dalam hidup(Scott, 2011:240). Lebih lanjut John Field
menjelaskan bahwa keanggotaan jaringan dan seperangkat nilai bersama, menjadi
inti dari konsep modal sosial(Field, 2010: 5).
Robert Putnam memberi definisi modal sosial (capital social) sebagai
“jaringan-jaringan, nilai-nilai, dan kepercayaan yang timbul diantara para anggota
perkumpulan, yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama untuk manfaat
bersama” (Damsar dan Indrayani, 2011: 210). Putnam Menjelaskan mengenai ide
dasar teori modal sosial adalah bahwa jaringan sosial memiliki nilai, dimana
kontak sosial mempengaruhi produktivitas individu dan kelompok (Scott,
2011:240).
Menurut Putnam, terdapat dua bentuk modal sosial: bonding social capital
(modal sosial mengikat) dan bridging social capital (modal sosial menjembatani).
Modal sosial yang mengikat (bonding social capital) didasarkan pada keluarga
atau ikatan yang kuat lainnya, dan modal sosial yang menjembatani (bridging
social capital) yang mengantarkan orang dari berbagai latar belakang berbeda
untuk bersama; juga ada perhatian terhadap ide mengenai modal sosial yang
menghubungkan (linking social capital), yang menunjuk pada ikatan antara orang
dengan tipe jaringan yang berbeda yang memberikan akses bagi tipe sumber daya
yang sangat berbeda (Scott, 2011: 243).
Senada dengan Putnam, definisi Fukuyama mengenai modal sosial adalah
sebagai seperangkat nilai atau norma informal yang dimiliki bersama oleh
18
anggota suatu kelompok yang memungkinkan kerja sama di antara mereka (
Fukuyama, 2015 :20). Pierre Bourdieu tertarik dengan peran modal sosial dalam
menjelaskan reproduksi ketimpangan sosio-ekonomi. Modal sosial menurut
Bourdieu adalah sumberdaya aktual dan potensial yang dimiliki oleh seseorang
berasal dari jaringan sosial yang terlembaga serta berlangsung terus-menerus
dalam bentuk pengakuan dan perkenalan timbal balik. Dengan kata lain,
keanggotaan dalam kelompok sosial yang memberikan kepada anggotanya
berbagai bentuk dukungan kolektif ( Damsar dan Indrayani, 2009: 209).
Bordieu membagi 3 modal yaitu modal ekonomi, modal budaya, dan modal
sosial. Ketiga modal ini tidak selalu dapat saling menggantikan, namun ketika
dikombinasikan pada gilirannya, mereka dapat menumbuhkan modal
baru. Menurutnya, modal ekonomi lah akar dari semua jenis modal lain (Field,
2010: 22-24). Penjelasan Bordieu mengenai modal sosial: Modal sosial
menjelaskan mengapa beberapa kelompok dapat mewariskan keistimewaan posisi
sosial-ekonomi mereka melalui orang yang diberi kuasa, mereka memobilisasi
modal seluruh kelompok, seperti anggota keluarga yang kuat, murid senior di
sekolah elit, anggota kelompok terpilih, atau kaum bangsawan. Sebagai bentuk
modal, sumber daya jaringan membutuhkan investasi tenaga kerja dan sosiabilitas
yang konstan guna menjaga nilai-nilai ini. (Scott, 2011: 241)
Seperti halnya Bordieu, minat James Coleman pada modal sosial lahir dari
upayanya untuk menjelaskan hubungan antara ketimpangan sosial dengan prestasi
19
akademik di sekolah (Field, 2010 : 35). Ia menjelaskan bahwa modal sosial terdiri
atas “seperangkat sumber daya yang menjadi sifat dalam hubungan keluarga dan
organisasi sosial komunitas yang berguna bagi perkembangan kognitif atau sosial
seorang anak atau remaja” (Scott 2011: 242). Lebih lanjut, Analisa Coleman
mengenai modal sosial memasukkan hubungan-hubungan horisontal dan vertikal
sekaligus, serta juga perilaku di dalam dan antara seluruh pihak dalam masyarakat
(Sila, 2009: 26).
Coleman dengan Bordieu memiliki kesamaan mengenai pandangannya dalam
melihat modal sosial. Keduanya sama-sama memiliki perhatian bahwa modal
sosial sebagai sumber prestasi pendidikan. Kesamaan lain, mereka melihat
interaksi sosial pada dasarnya sebagai bentuk pertukaran, meskipun bagi Coleman
hal ini mengarah kepada pilihan rasional, sementara bagi Bordieu ini merupakan
basis bagi materialisme budaya (Field, 2010: 45). Dari beberapa definisi modal
social menurut beberapa tokoh diatas, penulis merasa bahwa modal sosial Putnam
lah yang paling cocok untuk menganalisa masalah dalam skripsi ini.
3. Unsur-Unsur Modal Sosial (Norma, Kepercayaan, dan Jaringan Sosial)
3.1. Nilai dan Norma
Nilai dan norma yang ada di dalam pasar Jembatan Dua adalah
kesopanan, kebersamaan, kejujuran. Fukuyama menjelaskan bahwa hasil
sampingan yang penting dari norma-norma kerja sama sosial adalah
20
kepercayaan. Kepercayaan meningkat apabila sama-sama menerapkan norma
kejujuran dan norma timbal balik dan karena itu dapat bekerja sama satu sama
lain (Fukuyama, 2005:179).
Akan tetapi, tidak semua norma dapat menciptakan modal sosial.
Norma-norma yang dapat menciptakan modal sosial adalah norma yang
mengandung nilai-nilai seperti berkata jujur, menunaikan kewajiban, dan taat
pada asas timbal balik (Fukuyama, 2005: 21). Pedagang di Pasar Jembatan
Dua sendiri menerapkan nilai saling menghormati, jujur dengan harga dan
kualitas barang. Mereka mentaati asas timbal balik dengan saling tolong
menolong apabila ada yang kesusahan dan begitupun sebaliknya. Lebih lanjut
Fukuyama menjelaskan:
Sebuah komunitas tidaklah dengan sendirinya terbentuk setiap kali
sekelompok orang berinteraksi satu sama lain. Komunitas sejati
diikat oleh nilai-nilai, norma-norma, dan pengalaman-pengalaman
bersama para anggotanya. Semakin dalam dan semakin kuat nilai-
nilai bersama itu tertanam, semakin kuat rasa kebersamaan dalam
komunitas. (Fukuyama, 2005: 18)
Fukuyama membagi 4 macam norma dengan 4 sifat yang berbeda-
beda. yaitu Spontan-Arasional (bersifat alami dan teratur sendiri) misalnya
tradisi-tradisi sejarah, Spontan-Rasional (bersifat tertata sukarela) contohnya
pasar, Hierarkies-Arasional (bersifat keagamaan) dan terakhir Hierarkis-
Rasional (hukum formal) (Fukuyama,2005:180).
3.2. Jaringan
21
Kepercayaan (trust) merupakan salah satu unsur dari modal sosial.
Dimana kepercayaan sendiri merupakan “keyakinan akan reabilitas seseorang
atau sistem, terkait dengan berbagai hasil atau peristiwa dimana keyakinan itu
mengekspresikan suatu iman (faith)” (Damsar dan Indrayani, 2011: 214).
Seperti yang dijelaskan Fukuyama (2005) sebelumnya, bahwa
kepercayaan adalah hasil sampingan yang penting dari norma-norma kerja
sama sosial yang membentuk modal sosial. Unsur kepercayaan ini juga
mempengaruhi pada bertambahnya pelanggan di Pasar Jembatan Dua. Karena
usaha para pedagang untuk mendapatkan trust dari pelanggan adalah dengan
menerapkan sikap yang sopan santun kepada pembeli, dan jujur dengan harga
barang. Menciptakan trust kepada pembeli/pelanggan merupakan salah satu
strategi mereka untuk memperbanyak pelanggan.
Menurut Fukuyama, “kepercayaan adalah harapan yang tumbuh
didalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur,
teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama”
(Kimbal, 2015 : 30). Kepercayaan akan bangkit ketika setiap individu berbagi
dan menemukan titik temu norma-norma bersama yang dicapai ketika
masyarakat mampu berhubungan satu sama lain (Field, 2010: 102). Dalam
Pasar Jembatan Dua hubungan antara pedagang berlandaskan atas
kepercayaan.
22
Dimana mereka menjunjung tinggi nilai kejujuran dan kerjasama
sehingga menimbulkan kepercayaan diantara mereka, dan kepercayaan itu
sendiri dapat menolong mereka ketika mengalami musibah bersama seperti
merosotnya omset akibat penggusuran wilayah Kalijodo, dengan tolong-
menolong dan berbagi ide / strategi dalam menaikkan omset dagang.
3.3. Kepercayaan
Menurut Lawang (2005:62) jaringan dan fungsinya terhadap
pencapaian suatu tujuan tidak terlepas dari kepercayaan. Definisi jaringan
dalam teori modal sosial ialah sebagai berikut:
Ada ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan
dengan media (hubungan sosial). Hubungan sosial ini diikat dengan
kepercayaan, boleh dalam bentuk strategi, boleh pula dalam bentuk
moralistik. Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang
mengikat kedua belah pihak.
Ada kerja antar simpul (orang atau kelompok) yang melalui media
hubungan sosial menjadi suatu kerja sama, bukan kerja bersama-
sama.
Seperti halnya sebuah jaring yang tidak putus, kerja yang terjalin
antar simpul itu pasti kuat menahan beban bersama, dan malah dapat
“menangkap ikan” lebih banyak.
Dalam kerja jaring itu ada ikatan (simpul) yang tidak dapat berdiri
sendiri. Malah kalau satu simpul saja putus, maka keseluruhan jaring
itu tidak bisa berfungsi lagi, sampai simpul itu diperbaiki lagi. Semua
simpul menjadi satu kesatuan dan ikatan yang kuat. Dalam hal ini,
Dalam hal ini, analogi tidak seluruhnya tepat terutama kalau orang
yang membentuk jejaring itu hanya dua saja.
Media (benang atau kawat) dan simpul tidak dapat dipisahkan, atau
antara orang-orang dan hubungannya tidak dapat dipisahkan.
Ikatan atau pengikat (simpul) dalam kapital sosial adalah norma yang
mengatur dan menjaga bagaimana ikatan dan medianya itu dipelihara
dan dipertahankan.
23
Lawang mengatakan bahwa jaringan masuk kedalam kategori
kepercayaan strategic. Dimana melalui jaringanlah seseorang saling
mengetahui satu sama lain, saling bertukar informasi, saling memngingatkan,
dan saling membantu dalam melaksanakan atau menghadapi suatu masalah
(Lawang, 2005: 62).
Pendapat tersebut seperti halnya dengan yang terjadi pada pedagang di
Pasar Jembatan Dua, mereka saling bertukar informasi satu sama lain dan
membantu dalam mengatasi masalah penurunan omset saat penggusuran
Kalijodo.
Sedangkan menurut Putnam gagasan sentral modal sosial adalah
bahwa “jaringan memberikan dasar bagi kohesi sosial karena mendorong
orang yang
bekerja sama satu sama lain. Menurut Putnam, paling tidak hal ini ditemukan
enam kali selama abad ke-20, dan setiap kali ditemukan menyatakan bahwa
menggunakan hubungan untuk bekerja sama untuk membantu orang
memperbaiki kehidupan mereka” (Field, 2010: 18). Hal ini dilakukan
pedagang Pasar Jembatan Dua untuk mengembalikan omset di pasar pasca
penggusuran Kalijodo.
Fukuyama menjelaskan, dimana yang melatarbelakangi terbentuknya
jaringan adalah norma bersama, adanya ikatan persaudaraan/ pertalian darah,
24
adanya asas timbal balik (Fukuyama, 2005). Menurut Fukuyama snediri,
jaringan adalah hubungan saling percaya berdasarkan moral (Fukuyama,
2005: 245). Di Pasar Jembatan Dua sendiri jaringan terbentuk berdasarkan
nilai dan norma bersama antara sesama pedagang, dan juga pedagang dengan
pembeli. Sedangkan jaringan sosial yang terbentuk atas ikatan persaudaraan
juga terdapat di Pasar Jembatan Dua yaitu antara pedagang asal Kuningan dan
pedagang asal daerah Banten. Jaringan sosial berperan dalam memperluas
kerjasama dengan orang lain (Fukuyama, 2005).
F. Metodelogi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami
suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan
proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena
yang diteliti (Herdiansyah, 2010 : 9).
2. Subjek penelitian
Penulis memilih informan sesuai dengan kriteria yang telah penulis
tentukan dan dirasa dapat memenuhi tujuan penelitian. Kriteria-kriteria
tersebut melainkan adalah kepala pasar Jembatan Dua, pedagang pasar
25
Jembatan Dua, pelanggan dan pembeli di pasar Jembatan Dua dan ex-warga
Kalijodo sebagai informan pelengkap.
Tabel 1.1
Daftar Informan dan Kebutuhan Informasi
No Informan Kebutuhan Informasi
1. Kepala Pasar Mengetahui tugas dan fungi
pengelola pasar, mencari informasi
tentang pedagang pasar
2. Pedagang Pasar 1. Mengetahui pola modal social
Pedagang
2. Analisa masalah
3. Pembeli dan Pedagang di Pasar
Jembatan Dua
1. Mengetahui alasan
berlangganan
2. Analisa Masalah
4. Ex- Warga Kalijodo Mengetahui alasan warga relokasi
tidak berbelanja di Pasar Jembatan
Dua
Berdasarkan strategi pemilihan informan dan pertimbangan terhadap
kebutuhan informasi, penulis memilih informan sebanyak 13 orang. 7
diantaranya merupakan pedagang Pasar Jembatan Dua, 1 kepala pasar, 2
pelanggan dan 3 ex warga Kalijodo.
3. Tehnik Pengumpulan Data
26
Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh
dengan terjun ke lapangan lalu melakukan wawancara mendalam dan observasi.
a) Observasi langsung
Penulis melakukan observasi langsung di Pasar Jembatan Dua. Teknik
pengumpulan data dengan observasi secara langsung dilakukan supaya
penulis mengetahui bagaimana keadaan atau kondisi yang terjadi di Pasar
Jembatan Dua, Tambora Jakarta Barat yang berkaitan dengan tema dan
masalah penelitian yang dilakukan penulis. Observasi yang telah penulis
lakukan di dokumentasikan dengan beberapa photo yang penulis ambil
sendiri menggunakan handphone
b) Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat di konstruksikan makna dalam suatu
topik tertentu ( Sugiyono,2007:70). Penulis melakukan wawancara langsung
di Pasar Jembatan Dua dengan pedagang pasar, kepala pasar,
pelanggan/pembeli di pasar. Dengan eks warga Kalijodo penulis melakukan
wawancara di kediaman informan yang telah direlokasi di Rusun Pulo
Gebang.
Dalam melakukan penelitian ini, penulis berusaha membangun kedekatan
dan keakraban dengan informan. Hal ini dilakukan penulis agar memudahkan
27
informan dalam menjawab pertanyaan dengan santai dan dapat menjawab
pertanyaan dengan sebenar-benarnya yang mereka ketahui.
c) Studi Dokumen
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan studi dokumen dalam teknik
pengumpulan data yang penulis lakukan. Studi dokumen ini dilakukan guna
memperkuat hasil penelitian yang penulis teliti. Adapun studi dokumen yang
menjadi data penulis diantaranya, dokumen tentang Pasar Jembatan Dua yang
di dalamnya terdapat jumlah keseluruhan pedagang dan jenis barang dagang
yang penulis dapatkan di situs resmi PD Pasar Jaya www.pasarjaya.co.id dan
dari data tertulis milik pengelola pasar, serta dokumen mengenai penggusuran
Kalijodo yang tertuang dalam laporan hasil penertiban Kalijodo, 2016 milik
kelurahan Pejagalan. Gambar letak pasar Jembatan Dua dengan wilayah
Kalijodo didapat dari www.streetdirectory.co.id, dan beberapa tesis, skripsi,
jurnal ilmiah yang membahas modal sosial pedagang dan teori modal sosial
Putnam.
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi pada penelitian ini ialah pada pasar Jembatan Dua, Tambora Jakarta
Barat. Adapun keseluruhan waktu yang dilakukan penulis mulai dari observasi
hingga wawancara penelitian adalah dari bulan April– Juli 2017.
5. Proses Penelitian
28
Dalam sub-bab ini penulis menjelaskan beberapa tahapan penelitian termasuk
kesulitan-kesulitan yang penulis alami selama melakukan pengumpulan data,
yang akan dideskripsikan secara singkat sebagai berikut:
a) Tahap Pertama
b) Tahap Kedua
c) Tahap Ketiga
d) Tahap Ke-empat
e) Kesulitan yang dialami
Dalam melakukan penelitian ini awalnya penulis sering dikira wartawan
sehingga para pedagang enggan melakukan wawancara. Setiap kali penulis
mengobrol dan meminta ijin untuk mewawancarai pedagang, mereka takut
akan masuk berita. Hal tersebut sempat menyulitkan penulis, namun
keesokan harinya saat ingin wawancara, penulis selalu membawa proposal
skripsi penulis dan kartu mahasiswa agar para pedagang percaya bahwa
penulis adalah seorang mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. Namun,
hal tersebut tidak lagi terjadi ketika penulis sering mengunjungi lokasi
penelitian dan sudah akrab dengan pedagang-pedagang di Pasar jembatan
Dua. Kesulitan lainnya adalah jarak antara rumah penulis di Bintaro,
Tangerang Selatan dengan lokasi penelitian di Tambora, Jakarta Barat sangat
terasa pada saat penulis melakukan observasi pada pagi hari jam 8 pagi harus
29
sudah sampai lokasi karena sebelum jam 9 pagi pasar masih ramai pembeli
danpedagang daging belum menutup dagangannya.
Selain mewawancarai pedagang, kesulitan yang dialami penulis adalah
ketika ingin mewawancarai warga relokasi Kalijodo di Rusun Pulo Gebang.
Saat sampai di rusun penulis menemui pengelola rusun dan hanya diberikan
informasi mengenai blok rusun tempat relokasi warga Kalijodo. Penulis tidak
didampingi pengelola untuk meminta ijin melakukan wawancara kepada ex-
warga Kalijodo dan sulit menemukan informan yang mau diajak wawancara,
sampai pada akhirnya penulis tidak sengaja bertemu seorang informan
Suharti yang sedang belajar membatik di perkumpulan batik ibu-ibu rusun
Pulo Gebang.
6. Analisa Data
Menurut Creswell terdapat beberapa prosedur yang umum dan langkah-
langkah khusus dalam analisis data. Cara yang ideal adalah dengan
mencampurkan yang umum dengan langkah-langkah khusus. Langkah-langkah
tersebut yaitu (Creswell, 2016: 264-268):
Langkah pertama, mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis.
langkah ini melibatkan transkip wawancara,men-scanning materi, mengetik
data lapangan, atau memilah-milah dan menyusun data tersebut ke dalam
jenis-jenis yang berbeda tergantung pada sumber informasi. Langkah kedua,
membaca keseluruhan data. Langkah Ketiga, memulai coding semua data.
Coding merupakan proses mengorganisasikan data dengan mengumpulkan
potingan (atau bagian teks atau bagian gambar) dan menuliskan kategori
dalam batas-batas. Langkah ke-empat, terapkan proses coding untuk
mendeskripsikan setting(ranah), orang (partisipan), kategori, dan tema yang
30
akan dianalisis. Deskripsi ini melibatkan usaha penyampaian informasi
secara detail mengenai orang, lokasi, atau peristiwa dalam setting (ranah)
tertentu. Langkah kelima, Tunjukkan bagaimana deskripsi dan tema-tema ini
akan disajikan kembali dalam narasi/laporan kalitatif. Langkah ke-enam,
adalah langkah terakhir yaitu pembuatan interpretasi dalam penelitian
kualitatif atau memaknai data.
G. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini penulis menyusun penelitian dalam 4 (empat) bab, setiap
bab berisi dari dari sub-sub bab pembahan yang memiliki keterkaitan antara bab
dengan sub-sub bab yang satu dengan yang lainnya, yaitu sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Bab ini terdiri dari pernyataan masalah atau latar
belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori,
metode penelitian dan sistematika penulisan
BAB II : Gambaran Umum
Bab ini terdiri dari penjelasan mengenai gambaran
umum lokasi penelitian, yang pertama meliputi
pemaparan data tentang Latar Belakang Lenggang
Jakarta yang berisikan data lokasi Lenggang Jakarta,
Profil Lenggang Jakarta, Tata Tertib Lenggang Jakarta
(sanksi-sanksi), Status Kepemilikan Kios, dan
Retribusi. Yang kedua, meliputi data Latar
31
Belakang Informan berisikan Manager
Pengelola Lenggang Jakarta dan Pedagang
Kuliner Lenggang Jakarta
BAB III : Temuan dan Analisa Data
Pada Bab ini penulis memaparkan analisis hasil
penelitian yang meliputi: Struktur yang berlaku di Pasar
Kuliner Lenggang Jakarta, Bagaimana Pola Adaptasi
yang dilakukan Pedagang Kuliner selaku agen dalam
menyikapi struktur (transaksi non-tunai), dan Refleksi
Masalah kepada Teori yang digunakan.
BAB IV : Penutup
Penutup sebagai bab terakhir memuat kesimpulan dan
saran dari seluruh hasil pembahasan yang telak
dijelaskan pada bab-bab sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA : Lembaran Daftar Pustaka
Halaman daftar pustaka berisi rujukan pustaka yang
diacu dalam penulisan skripsi ini. Pustaka diacu
dipastikan berasal dari sumber yang terpercaya seperti
buku teks, buku elektronik (e-book), jurnal ilmiah, dan
berita elektronik
32
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI DAN WILAYAH PENELITIAN.
A. LETAK GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFIS
1. Pasar Jembatan Dua
GAMBAR 2 1 PASAR JEMBATAN DUA
Secara geografis Pasar Jaya Jembatan Dua terletak di Jl. Tubagus
Angke,Rt.005/RW.009 Kel.Angke Kec.Tambora Jakarta Barat. Luas lahan Pasar
Jembatan Dua yaitu 2,693 m2, dibangun oleh PT. Karya Graha Andara. Pasar ini
33
menampung 414 tempat usaha yang terdiri dari 168 Kios dan 246 Los serta sarana
umum musholla, MCK, lahan parkir menampung ± 150 motor. Jumlah pedagang 260
dan alokasi usaha: Pakaian, Jasa, Emas, HBP I dan HBP II (www.Pasarjaya.co.id).
Pasar tersebut berada dibawah naungan Pasar Jaya yang diresmikan pada tahun 2014.
Sebelumnya, Pasar Jembatan Dua merupakan sebuah pasar tradisional biasa yang
telah berdiri sejak tahun 1970‟an (Hasil wawancara 17 April 2017).
Menurut pengakuan kepala Pasar Jembatan Dua bapak H. Khaerudin
mengatakan setiap pengusaha ada yang memiliki dua, bahkan sampai lima ruko.
Pasar Jembatan Dua memiliki 3 lantai, dimana lantai basement ditempati para
pedagang sayur, daging, ikan, bumbu masakan dan sembako, sedangkan lantai dasar
di tempati para pedagang tekstil, sepatu, jasa, perabotan rumah tangga, dan daging
babi. Lantai dua di khususkan untuk kantor pengelola pasar dan musholla. Para
pedagang di Pasar Jembatan Dua 40% adalah etnis Tionghoa yang bertempat tinggal
tidak jauh dari Pasar Jembatan Dua dan mereka rata-rata berdagang tekstil, emas,
perabotan, dan daging babi. Sedangkan untuk para pedagang sayuran rata-rata berasal
dari berbagai daerah. Pedagang sayur didominasi orang Kuningan, pedagang daging
sapi di dominasi oleh orang banten, sedangkan pedagang lain datang dari Tangerang
dan Jakarta (Wawancara 17 April 2017). Pasar Jaya Jembatan Dua adalah pasar yang
paling dekat dengan Kalijodo. Jaraknya sekitar 500 meter dari Kalijodo. Peta dibawah
ini menunjukkan jarak antara pasar Jembatan Dua dengan wilayah Kalijodo.
34
GAMBAR 2 2 PETA LETAK PASAR JEMBATAN DUA DARI KALIJODO (Sumber : http://.streetdirectory.co.id)
Keterangan gambar
: Kalijodo
: Pasar Jembatan Dua
2. Wilayah Kalijodo
Secara geografis wilayah Kalijodo terletak diantara dua kota Administrasi yaitu
Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Kalijodo yang masuk kedalam kota Administrasi
Jakarta Utara terdapat di Jl. Kepanduan II RW.05 kelurahan Pejagalan, kecamatan
1
1
2
2
35
Penjaringan Jakarta Utara. Dalam buku laporan hasil kegiatan penutupan dan
penertiban kawasan Kalijodo RW 05 yang terdiri dari RT.001, 003, 004, 005 dan 006
pada kawasan tersebut terdapat 324 bangunan dengan rincian 178 rumah, 66 café, 2
salon, 56 warung, 19 kontrakan, dan masjid, musholla, gereja masing-masing satu.
Sedangkan warga yang direlokasi sebanyak 199 KK dari 715 jiwa (Laporan hasil
penertiban Kalijodo, 2016).
Kalijodo yang masuk kedalam kota Administrasi Jakarta Barat tidak seluas seperti
wilayah yang masuk kelurahan Pejagalan, Kalijodo yang masuk di Kelurahan
Angke,Tambora Jakarta Barat terdiri dari RT 007 dan 008 di RW.010 dan hanya
terdapat 1 bangunan masjid dan 1 kafe. (www.detik.com)
Wilayah Kalijodo yang merupakan 80% lokalisasi adalah wilayah yang masuk ke
dalam Kota Administrasi Jakarta Utara, dikarenakan lebih banyak terdapat café-café
disana. Sedangkan di wilayah Jakarta Barat mayoritas adalah penduduk biasa (
Laporan hasil penertiban Kalijodo, 2016).
Awalnya disebut Kalijodo karena bantaran kali disana pada 1950-an menjadi
tempat nongkrong muda-mudi Jakarta hingga banyak yang berjodoh. Selama
20 tahun ketika pendatang kian banyak, kali menjadi kotor dan Kalijodo
menjadi tempat selingkuh, hingga akhirnya menjadi lokasi prostitusi pada
1970an (www.tempo.com)
36
B. KEHIDUPAN PEDAGANG PASAR JEMBATAN DUA
1. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di Pasar Jembatan Dua menurut data dari pengelola pasar
terdapat kios dan los yang di sediakan PD.Pasar Jaya diantaranya yaitu:
Tabel 2.1Kondisi Sarana Prasarana
Jumlah
No Sarana dan Prasarana
Kios Los Lain-lain
1 Tekstil 36 - -
2 Hasil Bumi Pangan 1 39 8 - (sembako,makanan&minuman
kemas,bumbu dapur)
3 Hasil Bumi Pangan 2 4 238 - (sayuran,daging,tahu-
tempe,kelapa)
4 Emas/ Logam mulia 34 - -
5 Klontong 54 - - (sepatu/sandal,peralatan
kecantikan,perabot/peralatan
dapur)
6 Warung - - 8 (counter)
7 Jasa Produksi (jasa vermak 1 - - pakaian)
8 Toilet - - 2
9 Musholla - - 1
10 Lahan Parkir 1
Sumber: data pengelola Pasar Jembatan Dua
Dari total jumlah tempat usaha yang di jelaskan di tabel 2.1 menunjukkan
keseluruhan 414 tempat usaha namun terdapat beberapa pedagang yang
membatalkan sewa tempat usaha. Total jumlah tempat ushanya yang aktif hingga
37
oktober 2017 yaitu sebanyak 335 tempat usaha (Data Sensus Tempat Usaha Pasar
Jembatan Dua, 2017).
2. Karakteristik Pedagang
Pedagang yang berjualan di Pasar Jembatan Dua ini berasal dari berbagai daerah.
Untuk pedagang daging sapi berasal dari daerah Jakarta Barat namun orang tua
mereka yang lebih dahulu berdagang di Pasar Jembatan Dua berasal dari
Pandeglang, Banten. Untuk pedagang sayur didominasi oleh pedagang dari daerah
Kuningan. Dan untuk pedagang Tekstil, Perabotan Rumah Tangga dan Jasa ada yang
mayoritas adalah penduduk sekitar dan sebagian adalah etnis Tionghoa (pedagang
emas, perabotan rumah tangga dan mainan anak dan daging babi) (Observasi 17
April 2017).
Pedagang di Pasar Jembatan Dua ini rata-rata mereka sudah berdagang di pasar
ini lebih dari sepuluh tahun. Kebanyakan dari para pedagang ini meneruskan usaha
orang tuanya yang bedagang telah lebih dari 20 tahun. Sebagian pedagang adalah
pendatang baru yang mulai berdagang semenjak Pasar Jembatan Dua di revitalisasi
tahun 2014 silam. Pedagang lama mendapatkan hak pakai tempat usaha apabila
mereka mendaftar ulang usahanya, dan mencicil uang membeli los/kios tiap
bulannya secara kredit tergantung dengan kemampuan masing-masing. Menurut
pengakuan informan Abdul Malik harga satu los di Pasar Jembatan Dua dikenakan
biaya 35 juta rupiah. Menurutnya, Kalau saya kan dapat hak pakai 2 los, saya DP 10
38
juta dengan ansuran Rp.904.000/bulan setiap los. kalau beli cash atau tidak kredit
dikenakan 35 juta per losnya (Hasil wawancara 8 Juli 2017).
C. Profil Informan
1. Kepala Pasar Jembatan Dua
H.Khaerudin saat ini menjabat sebagai kepala Pasar Jembatan Dua dibawah
naungan PD Pasar Jaya. Menurut pengakuan beliau, kondisi Pasar Jembatan Dua
mulai sepi pembeli setelah digusurnya Kalijodo 2016 silam. Beliau mengaku
mendapat banyak keluhan dari pedagang pasar dan berimbas pada telatnya pedagang
pasar untuk membayar uang cicilan los dan kios. Sebagai kepala pasar beliau
memaklumi hal tersebut dan memberikan kelonggaran waktu untuk membayar
cicilan. (Wawancara 17 April 2017)
2. Pedagang Pasar Jembatan Dua
Dalam penelitian lapangan yang penulis lakukan, penulis mengambil tujuh
informan di kalangan pedagang Pasar Jembatan Dua. Ke-tujuh informan yang
penulis pilih ini mendapat arahan dari kepala pasar yang dinilai mampu
berkomunikasi dengan baik dan telah lama berdagang dipasar Jembatan Dua. Setelah
melakukan wawancara dengan para informan, penulis mengambil kesimpulan bahwa
ke-tujuh informan ini sudah dapat merepresentasikan seluruh pedagang Pasar
Jembatan Dua, Tambora Jakarta Barat.
39
Pertama, informan yang bernama Agus adalah seorang pedagang kelapa yang
berasal dari Pandeglang, Banten. Di Pasar Jembatan Dua beliau berdagang sudah 8
tahun. Beliau mengaku tidak memiliki kos-kosan atau kontrakan di Jakarta. Beliau
sehari-hari menginap di Pasar Jembatan Dua bersama teman-teman pedagang
lainnya.
Kedua, Informan Herman berusia 45 tahun. Beliau adalah seorang pedagang
bumbu masak dan sembako di Pasar Jembatan Dua. Beliau merupakan pedagang asal
Kuningan, Jawa Barat yang mengontrak rumah bersama istrinya di Cengkareng,
Jakarta Barat. Sedangkan anak-anaknya berada di kampung halaman. Beliau
mengaku, telah berdagang di Pasar Jembatan Dua sejak 25 tahun yang lalu.
Ketiga, informan yang bernama Taufik Hidayat (33 tahun). Beliau berdagang di
pasar Jembatan Dua awalnya meneruskan usaha Ayahnya yang dirintis dari tahun
1984. Pak Taufik adalah seorang pedagang sayuran yang berasal dri Kuningan,Jawa
Barat. Semenjak lulus SMA pada tahun 2000 ia meneruskan usaha ayahnya tersebut
dan saat ini telah memiliki karyawan. Di Jakarta, ia mengontrak sebuah rumah
bersama karyawan dan teman pedagang asal Kuningan lainnya di daerah Petak
Kodok, Tambora Jakarta Barat. (Wawancara 03 Juli 2017)
Keempat, informan bernama Zulfikar (Fikar) berusia 33 tahun. Beliau adalah
seorang pedagang daging sapi yang telah merintis usaha sejak tahun 2007.
Sebelumnya, ia adalah seorang karyawan Sriwijaya Air sebagai checker. Alasan
beliau memilih berdagang adalah karna ingin mencoba hal yang baru dan merasa
40
pendapatannnya dari berdagang lebih besar dibanding menjadi seorang karyawan.
Pak Fikar berdomisili di Jakarta Barat namun ia berasal dari pandeglang, Banten.
Beliau mengaku semua pedagang daging di Pasar Jembatan Dua adalah saudara satu
kakek dengannya.
Kelima, informan Hasan adalah seorang pedagang daging yang merupakan kakak
dari narasumber Abdul Malik. Beliau adalah pedagang daging yang paling tua
berusia 66 Tahun. Beliau mengaku sangat tahu seluk beluk Kalijodo karena beliau
pernah bergabung dalam komunitas judi Kalijodo. Beliau merantau ke Jakarta
bersama orang tuanya yang saat ini telah pensiun berdagang dan usahanya
dilanjutkan oleh beliau dan sang adik.
Keenam, informan yang bernama Pak Datuk seorang pedagang tekstil (pakaian
jadi) yang berusia 70 tahun. Beliau sudah berdagang di Pasar Jembatan Dua sejak 37
tahun yang lalu atau sekitar tahun 1980-an. Beliau mengaku sudah mengalami tiga
sampai empat kali perubahan di Pasar Jembatan Dua. Dahulu selain berdagang ia
juga membuka jasa jahit pakaian namun dikarenakan usia yang sudah tua, saat ini ia
hanya berdagang saja. Pak Datuk berdagang bersama istri dan 2 orang karyawannya
(Wawancara 08 Juli 2017).
Ketujuh, informan Abdul Malik yang berdomisili di Cengkareng, Jakarta Barat
adalah seorang pedagang daging sapi Putra HNN sejak tahun 1990. Beliau adalah
paman dari narasumber Fikar, ia mulai merintis usaha bersama dengan kakaknya.
41
Dibanding pedagang daging lainnya, beliau adalah pemilik uasaha daging yang
memiliki banyak karyawan yaitu 3 orang.
3. Pelanggang Pasar Jembatan Dua
Penulis mewawancarai dua pelanggan dari pedagang-pedagang yang telah
penulis wawancarai. Penulis mengetahui pelanggan-pelanggan ini berkat informasi
dari informan Pak Datuk dan Pak taufik.
Pertama, informan Ayu (30 tahun) adalah seorang Ibu rumah tangga dan
pedagang kredit baju yang memiliki 2 orang anak. Beliau berdomisili di sekitar Pasar
Jembatan Dua. Beliau mengaku berlangganan dengan Pak Datuk seorang pedagang
tekstil. Kedua, informan Kardi seorang Ibu yang berusia 47 tahun. Beliau adalah
seorang pengusaha catering yang berlangganan dengan pedagang sayur Pak Taufik
di Pasar Jembatan Dua.
4. Eks Warga Kalijodo
Pertama, Informan Suharti (50 tahun) adalah seorang warga Kalijodo yang
direlokasi ke rusun Pulo Gebang. Beliau dulunya seorang pedagang nasi namun
setelah direlokasi beliau berhenti berdagang dengan alasan kesulitan ekonomi.
Beliau mengaku saat di Kalijodo sering berbelanja di Pasar Jembatan Dua dan
berlangganan dengan beberapa pedagang disana.
42
Kedua, Informan Sukmo (47 tahun) adalah seorang wiraswasta yang dahulu
berdagang di Kalijodo. Beliau merupakan tetangga informan Suharti baik saat di
Kalijodo maupun di Rusun Pulo Gebang.
Ketiga, informan bernama Neneng (25 tahun) dimana beliau adalah seorang eks
warga Kalijodo yang berprofesi sebagai ibu rumah tanga. Beliau mengaku
berlangganan dengan pedagang di Pasar Jemabatan Dua saat tinggal di Kalijodo.
Seluruh Pedagang Lenggang Jakarta – Monas, wajib memiliki buku tabungan
bank DKI dengan tujuan setiap bulan menyetorkan biaya Rp. 250.000 sebagai biaya
retribusi. Biaya ini meliputi pembayaran kebersihan dan listrik setiap bulannya.
43
BAB III
HASIL DAN ANALISA PENELITIAN
Ada tiga topik untuk mendeskripsikan penciptaan kembali modal sosial
sebagai strategi pedagang pasar dalam meningkatkan omset pasca penggusuran.
Pertama, penjelasan mengenai jaringan sosial pedagang pasar jembatan dua dengan
warga Kalijodo sebelum dan sesudah penggusuran. Kedua, penggunaan ketiga unsur
modal sosial kepercayaan, norma dan jaringan sosial dalam meningkatkan omset
dagang. Dan Ketiga, Analisa Penelitian: Refleksi Teori.
A. Jaringan Sosial Pedagang Pasar Jembatan Dua Dengan Warga Kalijodo
Sebelum dan Setelah Penggusuran
Masyarakat sekitar merupakan komponen penting bagi pedagang pasar. Karena
hubungan sosial antar keduanya merupakan hubungan yang saling menguntungkan.
Terlebih lagi, adanya wilayah padat penduduk di sekitar pasar merupakan hal yang
sangat menguntungkan bagi pedagang karena peluang para pedagang untuk
mendapatkan pembeli akan semakin terbuka lebar. Dalam sub-bab ini penulis
menjelaskan bagaimana hubungan sosial pedagang pasar Jembatan Dua dengan
warga Kalijodo baik sebelum penggusuran Kalijodo dan setelah penggusuran
Kalijodo untuk mengetahui seberapa besar kerugian pedagang pasar Jembatan Dua
terhadap penggusuran dan relokasi warga Kalijodo.
44
1. Jaringan Sebelum Penggusuran Kalijodo
Para pedagang pasar Jembatan Dua mengaku bahwa pembeli mereka mayoritas
berasal dari penduduk sekitar Tambora, Jakarta Barat. Beberapa pembeli merupakan
orang yang sedang lewat di depan Pasar Jembatan Dua dan sekalian mampir di pasar
tersebut untuk berbelanja. Hal ini dikarenakan letak pasar yang berada di pinggir
jalan raya. Para pembeli yang datang biasanya berasal dari daerah Peta Kodok,
Grogol, Kalijodo,Teluk Gong, dan Pluit. (Wawancara tanggal 06 Juli 2017)
Pedagang Pasar Jembatan Dua menjalin hubungan baik dengan para
pelanggannya, khususnya masyarakat sekitar pasar, seperti warga Kalijodo. Sebelum
penggusuran, warga Kalijodo sering berbelanja di Pasar Jembatan Dua. Hal ini di
buktikan dengan pernyataan informan eks warga Kalijodo Pak Sukmo:
Dulu belanja di Pasar Jembatan Dua. Dulu hampir setiap hari karena isri saya
dagang nasi goreng, mie goreng/rebus, dan makanan lainnya. Sedangkan
sayur, bumbu alus itu tidak bias di stock lama-lama makannya hampir setiap
hari belanja (Wawancara 6 April 2018).
Lebih lanjut informan Pak Sukmo menuturkan bahwa beliau tak pernah berbelanja di
pasar lain selain di Pasar Jembatan Dua saat dulu tinggal di Kalijodo,
“Gak pernah belanja di pasar lain sih. Selama saya di Kalijodo di situ doang (baca:
Pasar Jembatan Dua)” (Wawancara 6 April 2018).
Pernyataan lainnya yang membuktikan bahwa warga Kalijodo kerap berbelanja
di Pasar Jembatan Dua ialah dari seorang informan Neneng eks warga Kalijodo. Ia
mengatakan: “Iya belanjanya di Pasar Jembatan Dua Karna dekat. Kalau pasar-
45
pasar lain kan agak jauh ya mbak jadi saya milih yang terdeket aja.” (Wawancara 6
April 2018). Lebih lanjut penulis menanyakan apakah beliau memiliki langganan di
Pasar Jembatan Dua dan bagaimana dengan tetangganya dahulu berbelanja di pasar
yang sama dengannya atau tidak, beliau menjawab:
Ada langganan lah. Ya seperti tukang ayam, tukang daging, toko emas gitu
saya langganan sama satu orang dulu. Kalau tetangga dulu ke Jembatan Dua
juga setau saya. Orang yang paling deket disitu mau kemana lagi emang
(Wawancara 6 April 2018).
Tak jarang, para pedagang pasar memiliki hubungan pertemanan yang cukup
dekat dengan warga Kalijodo. Kedekatan tersebut terjalin selama bertahun-tahun
bahkan salah seorang informan mengatakan bahwa pelanggannya dari Kalijodo sudah
dianggap seperti anaknya sendiri. Seperti yang dikatakan Pak Datuk:
Dari langganan itu kan jadi teman, ya saya anggap aja sebagai saudara atau
anak sendiri. Kalau hubungan sih baik-baik saja, karena saya selalu
menganggap semua pelanggan saya itu seperti anak-anak bapak sendiri lah.
Makanya kalau mereka datang belanja kita kasih bangku buat duduk, kasih
minum ya walaupun belum tentu mereka jadi beli dagangan kita, lalu kita
ajak ngobrol (Wawancara 08 Juli 2017)
Pernyataan lain berasal dari informan Agus yang mengatakan hubungannya
dengan warga Kalijodo yang berawal dari langganan hingga ke pertemanan.
Beliau mengatakan:
Ya paling hubunganya yang dekat dengan pelanggan-pelanggan aja, kan dulu
sering kerumahnya pelanggan buat mengantar pesanan. Kan dari sini deket.
Sehari minimal dua kali sampai empat kali lah nganterin kelapa ke Kalijodo.
Kadang kalau waktu senggang saya nongkrong gitu sama pelanggan saya itu.
Saya kenalnya ya sama pelanggan saya aja pertamanya, karna dia juga enak
orangnya ya sering ngobrol, nongkrong bareng kalo sama yang seumuran.
Kadang juga nobar, kadang dia yang ikut nobar di pasar (Wawancara 04 Mei
2017)
46
Pengakuan lainnya datang dari informan Pak Hasan, beliau mengaku dekat
dengan warga Kalijodo dikarenakan pertemanannya dengan para bapak-bapak dan
preman di Kalijodo. Beliau mengaku dulu sering bergabung dengan kelompok judi
warga Kalijodo.
Dari perjudian tersebut, beliau yang merupakan pemilik usaha daging sapi
merasa mendapat keuntungan karena dari dia sering berkumpul dalam kelompok
perjudi-an maka teman-temannya semakin banyak hal tersebut berpengaruh dengan
usahanya untuk mendapatkan pelanggan. Beliau mengatakan:
Ya kalau mereka yang tinggal di Kalijodo mah iya. Dulu kan ada warung
nasi, café gitu ya kalo beli daging ke saya. Kan ramai itu Neng, saban hari
banyak pelanggan di café-café itu. Di rumah makan juga, kadang warung
nasi juga ikut untung itu, kan banyak anak kos cewe-cewe yang kerja di café
gitu yang pada ngekos, makanya di warung nasi, warung beli dagingnya ke
saya. Terus pas ada judi mah saya juga kenal orang banyak, dari sana sini
nguntungin juga kan jadi makin banyak teman kenalan. Kalo mau langganan
daging nanti saya kasih murah karna temen (Wawancara 07 Juli 2017)
Keberadaan warga Kalijodo memiliki arti penting bagi kelangsungan usaha
mereka. Tidak dipungkiri, ada atau tidaknya warga Kalijodo berpengaruh besar
dengan omset mereka perharinya. Hal ini di dukung oleh pernyataan bapak Fikar
salah seorang pedagang daging sapi, beliau mengatakan:
...Itu dulu pelanggan saya banyak banget dari sana. Pedagang warung nasi,
warung Padang, bakso. Ibu-ibu rumah tangga juga ada. Ya awalnya saya ini
sempet shock ya ketika omset kita stabil terus tiba-tiba ada penggusuran di
Kalijodo, pasar ini terkena dampaknya. Enggak hanya saya, semua pedagang
kok. Tapi, saya lihat lagi karena mungkin karena hanya awalnya semua kaget
lah. Itu karna Kalijodo yang digusur, itu berapa kepala keluarga kan disitu
banyak banget. Dan berapa warung juga kan disitu (Wawancara 06 Juli
2017)
47
Mayoritas pedagang mengaku mereka memiliki hubungan yang dekat dengan
para pelanggannya, namun hubungan dengan masyarakat Kalijodo bukan saja
hubungan antara pedagang dengan pelanggan, tetapi hubungan yang sudah terjalin
selama bertahun - tahun itu sudah seperti saudara sendiri. Hal ini di dukung oleh
penyataan seorang pedagang bernama Pak Datuk:
Orang Kalijodo itu sama saya kan sudah kenal puluhan tahun, tentu saya
dekat dengan mereka. Merekaanggap saya pun sudah seperti bapak mereka
aja gitu. Kalau belanja ya saya kasih harga murah, karna sudah lama
langganan (Wawancara 08 Juli 2017)
Dengan terjalinya hubungan baik antara pedagang Pasar Jembatan Dua denga
warga Kalijodo, hal tersebut bermanfaat bagi kelangsungan usaha mereka untuk
mempromosikan dagangan mereka kepada para teman-temanya tersebut. seperti yang
dilakukan informan Pak Hasan dan juga informan Pak Datuk, mereka memberikan
harga murah kepada masyarakat Kalijodo karena sudah dianggap sebagai keluarga
atau teman dekatnya. Dengan demikian warga Kalijodo memberikan informasi
kepada rekan-rekannya mengenai dagangan mereka.
Ritzer dan Goodman menjelaskan bahwa disatusisi jaringan-jaringan bersifat
transitif, jika ada suatu ikatan antara A dan B dan antara B dan C, mungkin
ada suatu ikatan antara A dan C. Hasilnya adalah bahwa lebih besar
kemungkinan suatu ikatan antara A dan C. Hasilnya ialah bahwa lebih besar
kemungkinan adanya suatu jaringan yang melibatkan A,B, dan C. (Damsar &
Indrayani, 2013 : 159)
Pernyataan diatas sesuai dengan Data temuan yang menunjukkan bahwa
Pedagang Pasar Jembatan Dua (si A) adalah langganan dari seorang warga Kalijodo(
si B1) lalu, B1 memberikan informasi kepada warga Kalijodo lainnya(si B2) dan si
48
B2 tersebut memberikan informasi kepada rekan/saudaranya (si C). Secara tidak
langsung, antara A dan C memiliki hubungan dikarenakan informasi dari B1 dan B2.
Lebih jauh penulis akan memberikan penjelasan berdasarkan hasil wawancara
dengan informan penelitian saat ditanya mengenai dari mana informasi yang dia
dapat sehingga bisa berlangganan dengan pedagang di Pasar Jembatan Dua. Di mana
menurut ex-warga Kalijodo yang saat ini direlokasi di Rusun Pulo Gebang, Bu
Suharti:
….kata temen saya tuh yang warteg di Kalijodo kalau beli bumbu-bumbu
lebih murah di “dia” aja. Jadi saya akhirnya langganan sama satu orang aja.
Itu sepuluh tahunan ada saya langganan sama dia. pernah, saya mah biasanya
ngomong ke pembeli dagangan saya, kalau mau masak buat lebaran atau
pesta gitu saya kasih tau aja di pak “ini” murah, lapaknya sebelah mana gitu
saya kasih tau. Tapi kalo dia berlangganan atau enggaknya mah saya kurang
tau. Saya Cuma sekedar ngasih tau aja gitu pas dia cerita mau pesta yaudah
saya saranin belanja di pedagang itu yang di pasar Jembatan Dua.
(Wawancara 15 mei 2017)
Dalam hal ini Pedagang warteg ( si B1) memberikan informasi mengenai
pedagang bumbu Pasar Jembatan Dua (si A) yang murah kepada Bu Suharti (si B2)
lalu bu Suharti memberikan informasi kepada pembeli di warung nasinya (si C).
dengan kata lain, hubungan sosial antara A dan C dikarenakan informasi dari B1 dan
B2. Relasi antara pedagang Pasar Jembatan Dua dengan warga Kalijodo terjadi
karena interaksi yang berulang-ulang selama bertahun-tahun. Akhirnya, mereka
memiliki hubungan yang dekat tidak sekedar pedagang dengan pembeli/ pelanggan.
2. Jaringan Setelah Penggusuran Kalijodo
49
Warga Kalijodo yang dahulu berlangganan dengan pedagang Pasar Jembatan
Dua kini tidak lagi berbelanja di pasar tersebut semenjak mereka direlokasi.
Menggusur pemukiman dan lokalisasi Kalijodo lalu merelokasi warga nya jauh dari
Pasar Jembatan Dua membuat ex-warga Kalijodo enggan berbelanja di pasar tersebut.
Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti faktor jarak yang jauh, faktor ekonomi,
dan adanya pasar yang jauh lebih dekat dengan tempat tinggalnya saat ini. “Menurut
Lawang dalam kerja jaring itu ada ikatan (simpul) yang tidak dapat berdiri sendiri.
Malah kalau satu simpul saja putus, maka keseluruhan jaring itu tidak bisa berfungsi
lagi sampai simpul itu diperbaiki” (Damsar & Indrayani,2013: 158).
Dengan adanya penggusuran, simpul yang terbentuk antara warga Kalijodo
dengan pedagang Pasar Jembatan Dua tersebut saat ini telah rusak. Terputusnya
jaringan antara pedagang pasar dengan warga Kalijodo ini menimbulkan berbagai
dampak sosial ekonomi terhadap pedagang pasar. Hal ini sesuai dengan data
penelitian yang penulis temukan, berikut pernyataan salah seorang informan yang
bernama Agus:
Oh udah enggak ada lah, udah pada belanja di pasar yang laen gitu. Kalo
kesini mah kejauhan dia. Yah, sepinya ini karna Kalijodo dibongkar itu.
Semua pedagang- pedagang juga pada ngeluh. (Wawancara 04 Mei 2017)
Penyataan lain datang dari seorang pedagang daging sapi bernama Abdul Malik:
Mereka sejak di gusur, lalu dipindahkan ada yang ke rusun ada juga yang
pulang kampung tidak pernah lagi datang ke lapak saya, jangankan membeli
sekedar datang buat silaturahmi juga udah enggak pernah lagi (Wawancara
08 Juli2017)
Hal serupa dialami juga oleh pedagang Daging Fikar seperti berikut:
50
Pelanggan yang hilang itu mereka yang tinggalnya di Kalijodo. Mereka udah
pada entah kemana cuman kalo ke pedagang lain, silaturahmi gitu sih gatau
(Wawancara 06 Juli 2017)
Lebih lanjut Pak Fikar menjelaskan kerugian yang ia alami akibat penggusuran
Kalijodo. Ia menyatakan kerugian yang ia alami hampir setengah dari omset awal:
“Yah kalo untuk kerugian karna Kalijodo itu hampir setengahnya sih. Omset saya
dulu perharinya sekitar 7 juta” (Wawancara 06 Juli 2017).
Apabila melihat hubungan sosial yang terjalin antara pedagang Pasar Jembatan
Dua dengan warga Kalijodo sudah terbilang belasan hingga puluhan tahun, hal
tersebut tentu memberikan duka tersendiri bagi pedagang sekitarnya. Terlebih yang
digusur adalah wilayah padat penduduk sekaligus lokalisasi yang setiap harinya ramai
akan pengunjung wisata malam. Jaringan sosial antara pedagang pasar Jembatan Dua
dengan warga Kalijodo benar-benar terputus, diperkuat dengan pernyataan seorang
warga Kalijodo yang di relokasi ke rusun bernama Bu Suharti. Beliau menjelaskan
bahwa sudah tidak berbelanja / berlangganan di Pasar Jembatan Dua lagi. Dalam
wawancaranya beliau mengatakan:
Enggak tentu sih, selama saya disini (baca: Rusun Pulo Gebang)baru sekali
kesono itu juga silaturahmi aja. Kalau kesana kan butuh duit, butuh makan
juga sampai sana lapar. Kalau enggak butuh-butuh amat mah ngapain
(Wawancara 15 Mei 2017)
Informan diatas menyatakan ke enggananya untuk kembali berbelanja dan
berlangganan di Pasar Jembatan Dua karena jarak dan juga kesulitan ekonomi yang ia
51
rasakan semenjak di relokasi ke Rusun Pulo Gebang. Semenjak dirinya dan
keluarganya di relokasi sekitar satu tahun yang lalu, ia baru sekali mengunjungi Pasar
Jembatan Dua untuk bersilaturahmi dengan pedagang langganannya tersebut. Dan ia
mendapat keluhan dari para pedagang kenalannya karena penggusuran Kalijodo
tersebut. (Wawancara 15 Mei 2017)
Setelah penggusuran Kalijodo, pelanggan yang hilang bukan saja dari warga
Kalijodo itu sendiri tetapi teman/kerabat warga Kalijodo yang dahulu ikut berbelanja
di pasar Jembatah Dua juga tak lagi belanja di pasar tersebut. Informan bernama Pak
Herman yang merupakan pedagang pasar menyatakan:
Iya, sepi. Sekarang mah pelangganya paling Cuma dari jelambar sama
tanggul yang sering mah.ya engga sih, mereka juga otomatis ikutan pulang,
jadi gapernah main kesini lagi ya ga blanja disini juga deh. (Wawancara 03
Juli 2017)
Dalam kutipan wawancara tersebut, Pak Herman menjelaskan bahwa semenjak
penggusuran Kalijodo ia sepi pembeli. Dan Pelanggannya banyak yang hilang. Dari
pernyataan beberapa informan diatas membuktikan bahwa hubungan sosial diantara
pelanggan-pembeli telah terputus. Padahal, warga Kalijodo dengan pedagang Pasar
Jembatan Dua telah memiliki hubungan yang sangat lama yang melebihi hubungan
antara pedagang dan pembelinya. Lebih lanjut Pak Datuk mengatakan:
Oh kalau itu sih udah enggak ya, karna kebanyakan mereka itu ke sini karena
ajakan dari pelanggan saya yang orang Kalijodo itu. Misal mereka dari
kampung halaman, lalu diajak jalan-jalan ke pasar sini liat-liat pakaian terus
beli ke saya karna kan si orang Kalijodo ini udah kenal baik dengan saya.
Terus kalau dia pindah karna digusur otomatis temen-temanya udah ga main
ke sini lagi dong, mainya ke tempat dia di relokasi dan disana ada mall atau
pasar yang lebih dekat. (Wawancara 08 Juli 2017)
52
Terputusnya jaringan sosial bukan saja antara pedagang Pasar Jembatan Dua (si
A) dengan warga Kalijodo (si B) saja. Tetapi simpul antara A dan C juga ikut rusak.
Dikarenakan warga Kalijodo (si B) merupakan jembatan antara A dan C. Hilangnmya
warga Kalijodo berkemungkinan besar menghilangkan informasi penting yang
menguntukan pedagang Pasar Jembatan Dua juga untuk memperoleh pelanggan baru.
B. Pemanfaatan Modal Sosial Sebagai Strategi Pedagang Pasar dalam
Meningkatkan Omset
Dalam sub-bab ini penulis menjelaskan cara kerja modal sosial dalam
berhubungan satu sama lain hingga melahirkan strategi-strategi untuk mengembalikan
pendapatan di pasar dengan memanfaatkan modal sosial mereka. Penulis akan
menjelaskan bagaimana modal sosial dalam pasar Jembatan Dua.
1. Nilai dan Norma
1.1. Nilai dan Norma Pedagang dengan Pembeli
Setiap pedagang pasti memiliki nilai dan norma yang mereka terapkan kepada
pelanggan mereka agar merasa nyaman dan timbul raya percaya antara mereka.
Nilai yang dianut berupa nilai kesopanan, kejujuran, dan keramahan. Sebagaimana
Fukuyama mengatakan bahwa kepercayaan adalah hasil sampingan yang penting
dari norma-norma kerja sama sosial yang membentuk modal sosial. Kepercayaan
meningkat apabila sama-sama menerapkan norma kejujuran dan norma timbal balik
dan karena itu dapat bekerja sama satu sama lain (Fukuyama, 2005: 179).
53
Salah seorang informan bernama Pak Datuk mengaku bahwa cara beliau
menarik dan mempertahankan pelanggan adalah dengan cara menerapkan nilai
kesopanan, kejujuran dalam harga dan kualitas barang, dan keramahan kepada
pembeli. Menurutnya, dengan bersikap baik, ramah dan menjalin hubungan baik
dengan pelanggan akan bermanfaat bagi kelangsungan usahanya. Beliau
mengatakan:
Kalau saya sendiri, ya meningkatkan pelayanan, lebih ramah kecalon
pembeli. Kalau ada orang datang mau cari barang itu meski dia ga sopan atau
judes jangan kita marahin. Harus kita sabarin. Kalau dia nawar barang kita,
nawarnya enggak wajar jangan kita usir kita judesin. Celakanya, kalau kita
kasar, dikasarin satu, lima yang ngikut. Pasti pembeli itu ngadu ke temennya
apa ke saudaranya, nanti nama kita juga yang jelek. Begitupun sebaliknya,
kalau kita layanin dengan ramah, sabar, nanti juga dia ngomong ke temen-
temenya belanja di pak Datuk enak, ramah terus harganya bisa ditawar
murah. Kalau gitu kan nanti temennya dia juga ngomong lagi ke orang lain.
Jadi gitu caranya untuk menggait pelanggan, kasih pelayanan sebaik
mungkin lah (Wawancara 08 Juli 2017)
Informan Pak Datuk selalu mengganggap semua pelangganya seperti anaknya
sendiri. Kedekatan dengan pelanggan-pelangganya tersebut membuatnya dikenal
sebagai pedagang yang ramah dan selalu memberikan harga yang murah kepada
pelanggan-pelangganya, beliau mengaku tidak pernah mengambil untung banyak
untuk para pelanggan-pelanggan dekatnya, namun harga yang ia tawarkan tetap
didalam harga jual yang telah disepakati sesama pedagang lain. Dengan pelayanan
Pak Datuk itu yang membuat para pelangganya cenderung bertahan berlangganan
dengan Pak Datuk. Selanjutnya beliau mengatakan:
Terus ditambah kita kasih harga murah, kalau mereka nawar gak pada
tempatnya ya kita jujur saja modal kita sekian, kita ambil untung sekian, buat
mereka mengerti jangan langsung di tolak mentah mentah. Jadi, pembeli gak
54
sakit hati,kita juga gak sakit hati. Tapi kebanyakan yang tadi nawar terus gak
jadi beli itu, kebesokanya atau beberapa saat kemudian dia balik lagi. Karna
dia ingat pelayanan kita makanya dia balik lagi ke kita,seperti itu
(Wawancara 08 Juli 2017).
Dengan pernyataan informan diatas, dapat disimpulkan bahwa memberi
pelayanan yang baik dengan menganut nilai kejujuran, kesopanan dan keramahan
maka akan menguntungkan para pedagang karna pembeli akan merasa nyaman. Hal
tersebut juga sesuai dengan pernyataan salah seorang informan bernama Ibu Ayu
yang merupakan langganan dari toko Pak Datuk. Informan tersebut mengaku alasan
berlangganan dengan Pak Datuk karna sikap dari Pak Datuk dan harga yang murah.
Informan Ayu mengatakan:
Alasan saya berlangganan ya karna beliau ramah dan jual dengan harga
miring. Saya sering beli sarung, jilbab, mukena dengan harga yang murah.
Karna kan saya mau dagangin lagi, jadi harus dapet penjual yang murah dan
kualitas nggak murahan. Nah, Pak Datuk ini yang jadi langganan saya kalau
ke Jembatan Dua. Alasan lain kenapa langganan Pak Datuk ya selain
barangnya bagus dan murah itu karna saya sudah nyaman melakukan tawar
menawar harga dengan beliau yang gapernah marah kalau saya nawarnya
kebangetan. (Wawancara 08 Juli 2017)
Dari pernyataan informan diatas, dapat dikatakan bahwa hubungan sosial yang
dibangun antara pedagang dengan pembeli/pelanggan merupakan salah satu hal
yang menjadi penentu keberhasilan usaha seorang pedagang. Hubungan yang baik
dengan pelanggan menimbulkan kepercayaan si pembeli kepada pedagang.
1.2. Nilai dan Norma Pedagang dengan Pedagang
Dalam Pasar Jembatan Dua terdapat nilai-nilai yang dianut bersama antar
sesama pedagang. Diantaranya adalah sikap saling tolong menolong antar sesama
55
pedagang apabila salah satu diantara mereka sedang mengalami kesusahan, maka
para pedagang pasar saling membantu satu sama lainnya. Contohnya, dengan
membantu teman sesama pedagang apabila salah satu diantara mereka tidak bisa
berbelanja barang dagang dikarenakan alasan tertentu. Seperti yang diungkapkan
salah satu informan yang merupakan pedagang kelapa bernama Agus. Ia
mengatakan:
Saya sama beberapa teman saya kan tinggal di pasar ini. Salah satunya yang
dari Kuningan, berhubung dagangan kita sama, makanya kalau belanja suka
gantian. Hari ini misalkan saya, besoknya dia. Atau misalkan dia lagi pulang
ke Kuningan nanti saya yang belanja buat dagangan dia, begitupun
sebaliknya. Saling ngebantu ajasih (Wawancara 04 Mei 2017)
Dikarenakan mereka sama-sama berdagang kelapa di pasar, mereka saling
bantu dalam hal berbelanja kebutuhan dagang. Ia mengaku saling bergantian dengan
temannya tersebut yang sama-sama pedagang kelapa untuk berbelanja di pasar lain.
Nilai tolong menolong dalam berbelanja kebutuhan pasar juga di terapkan pada
pedagang tekstil, pedagang tekstil juga kerap meminta tolong kepada salah satu
penjual sejenis apabila ingin berbelaja kebutuhan dagang. Dalam wawancara,
informan Pak Datuk mengaku sering mendapat titipan belanjaan dengan teman
sesama pedagang teksil. Beliau mengatakan:
…..kadang pedagang sini juga suka ada yang nitip jadi ya sekalian saja
belanjanya. Boleh nitip asal yang belanjaanya sama atau sejenis, biar gak
susah kan nyariinnya. (Wawancara 08 Juli 2017)
Nilai saling tolong menolong dalam berbelanja kebutuhan dagang akhirnya
melahirkan norma-norma yang dianut bersama yaitu menentukan harga barang
56
dagang. Bagi penjual hasil bumi dan pangan mereka cenderung menyesuaian harga
barang dengan musim panen. Berbeda halnya dengan pedagang tekstil, dimana harga
baju jarang sekali mengalami naik-turun, maka mereka memiliki kesepakatan
bersama dalam menentukan harga barang dagang mereka. Pernyataan tersebut
diungkapkan oleh informan bernama pak Datuk, beliau mengatakan:
Kita selalu berunding dalam menentukan harga barang. Misal, modal untuk
satu kerudung itu 15 ribu. Kami jual dengan penawaran 30 ribu atau ada
yang 35 ribu. Namun, kami memiliki kesepakatan bersama harga tawar
paling minim adalah 20 ribu, enggak boleh sampai dibawah itu. Hal seperti
itu selalu kami infokan juga apabila ada pedagang baru. (Wawancara 08 Juli
2017).
Fukuyama menjelaskan akan terbentuk 4 macam norma dengan 4 sifat yang
berbeda; diantaranya 1) Spontan-Arasional (bersifat alami dan teratur sendiri), 2)
Spontan- rasional (bersifat tertata sukarela), 3) Hierarkis-Arasional (bersifat
keagamaan), 4) Hierarkis-Rasional (bersifat politis) (Fukuyama, 2005: 180).
Sistem aturan atau norma antar pedagang pasar ini termasuk kedalam Spontan-
Rasional (tertata sukarela) karena aturan-aturan tersebut terbentuk karena adanya
perundingan yang sifatnya spontan tanpa direncanakan terlebih dulu dan tanpa
memberatkan satu pihak. Nilai dan aturan yang telah mereka sepakati bersama
tersebut dan dipatuhi hingga saat ini, dengan mentaati norma yang berlaku tersebut
maka seiring berjalannya waktu akan melahirkan kepercayaan diantara mereka.
Dengan adanya nilai tolong menolong diantara pedagang, dan norma yang mereka
pegang teguh, maka pada saat mereka mengalami masalah bersama seperti pada saat
57
omset menurun, mereka saling bekerjasama dalam mengembalikan omset mereka
bersama-sama.
Salah satu caranya, seperti yang di lakukan informan berikut bahwa ia mengaku
kerap membantu teman sesama pedagang untuk berkolaborasi dalam memasok
sayuran ke pelanggan mereka. Informan Pak Taufik mengaku ia kerap bekerja sama
dengan pedagang sayur lainnya apabila mendapat pesanan banyak dari langganannya,
maka Pak Taufik mengambil dagangan dari pedagang sayur lainnya guna memenuhi
pesanan dari si pelanggan. Beliau mengatakan:
Kalau lagi dapat banyak pesanan dari restauran, kadang sayuran saya kurang.
Makanya saya ambil dari lapak pedagang lain, itung-itung membantu sesama
saudara, apalagi mereka yang baru berdagang kan kasihan belum punya
langganan. (Wawancara 03 Juli 2017)
Hal ini merupakan bentuk kolaborasi antara Pak Taufik dengan pedagang sayur
lainnya yang didasari atas dasar kekeluargaan. Dengan adanya rasa saling tolong
menolong tersebut memudahkan mereka untuk bangkit dari keterpurukan akibat
kehilangan pelanggan mereka dari Kalijodo.
2. Kepercayaan (trust)
2.1. Kepercayaan Antara Pedagang dengan Pedagang
Kepercayaan (Trust) menurut Fukuyama, adalah:
Harapan yang tumbuh didalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh
adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang
dianut bersama (Kimbal, 2015: 30). Kepercayaan akan bangkit ketika setiap
individu berbagi dan menemukan titik temu norma-norma bersama yang
58
dicapai ketika masyarakat mampu berhubungan satu sama lain (Field, 2010:
102).
Kepercayaan yang lahir antar sesama pedagang di pasar Jembatan Dua
dikarenakan beberapa dari mereka berasal dari kampung yang sama. Untuk
pedagang sayur mereka memiliki kesamaan tempat asal yaitu Kuningan, sedangkan
untuk pedagang daging sapi mereka berasal dari satu keluarga dimana sudah turun
temurun berdagang di pasar Jembatan Dua tersebut. Trust yang ada diantara mereka
berasal dari nilai yang mereka anut yaitu dari nilai kerja sama dan saling tolong-
menolong. Kepercayaan antar sesama pedagang terlihat ketika mereka saling
percaya satu sama lain dalam hal menjaga barang daganganya ketika salah satu
diantara mereka sedang pergi berbelanja di pasar. Menurut pengakuan seorang
informan Herman mengatakan:
Belanjanya mah ganti-gantian ada yang siang, sore atau malam. Nanti kalo
saya lagi belanja yang jagain dagangan saya sodara saya yang tukang
sayuran minta layanin kalo ada yang beli. (Wawancara 03 Juli 2017)
Informan diatas merasa percaya dengan saudaranya untuk menjaga
dagangannya dan melayani pembeli ketika ia sedang berbelanja. Kepercayaan itu
ada karena ia merasa pedagang sayur tersebut bukanlah orang asing melainkan
adalah keluarganya sendiri. Selain itu, rasa percaya lahir diantara para pedagang
dilatarbelakangi para pedagang di Pasar Jembatan Dua mayoritas mereka telah
mengenal satu sama lain selama bertahun-tahun, hingga ada yang puluhan tahun.
Memang, bentuk Pasar Jembatan Dua telah beberapa kali berubah yang tadinya
pasar tradisional hingga saat ini berubah menjadi pasar semi-modern namun
59
hubungan yang terjalin antara mereka tidak berubah. Dengan adanya hubungan
sosial selama bertahun-tahun yang di dasari oleh norma dan nilai yang berlaku
diantara mereka maka timbulah trust antar pedagang. Disisi lain, kepercayaan lahir
karena adanya perilaku kerjasama dan tolong-menolong antar sesama pedagang
termasuk saat mengalami masalah bersama.
2.2. Kepercayaan Antara Pedagang dengan Pelanggang
Kepercayaan antara pedagang pasar dengan pelanggan dibuktikan dengan sikap
informan pedagang daging Pak Abdul Malik kepada pelanggan tetapnya seorang
pemilik kios bakso. Pak Abdul Malik mempercayakan si pelanggan tersebut untuk
cash bon atau membayar setiap seminggu sekali. Hal tersebut ia lakukan khusus
kepada pelanggan tetap yang telah ia percayai. Dalam wawancara beliau
mengatakan:
Saya punya langganan tukang bakso, dia kiosnya punya cabang 2. Setiap hari
dia ngambil daging sapi di saya untuk dua kios baksonya itu Dan bayarnya
tiap minggu sekali (Wawancara 08 Juli 2017).
Salah satu strategi yang dilakukan pedagang Pasar Jembatan Dua untuk
mengembalikan keseimbangan di pasar ialah dengan membangun kepercayaan
dengan para pelanggan mereka. Secara tidak langsung adanya penggusuran
merubah perilaku berdagang mereka. Khususnya cara memperlakukan pelanggan
mereka. Dengan hilangnya sebagian pelanggan mereka, pedagang Pasar Jembatan
Dua kini mulai memutar otak untuk lebih memanjakan para pembeli/pelanggan
mereka. Seperti yang informan diatas lakukan, ia memperilakukan pelanggan
60
tetapnya dengan istimewa dengan membolehkan cash bon (membayar setiap
minggu) yang tidak ia berikan kepada pembeli lainnnya.
Belajar dari pengalaman saat penggusuran Kalijodo, dimana mereka merasa
lemahnya trust antara pelanggan yang berasal dari Kalijodo dengan pedagang Pasar
Jembatan Dua meski telah berlangganan lama, dan akhirnya saat terjadi
penggusuran hubungan antara mereka terputus. Hal seperti itu membuka pikiran
para pedagang pasar Jembatan Dua untuk lebih memperkuat trust dengan
meyakinkan pembeli / pelanggan mereka untuk tetap berlangganan meski memiliki
lokasi yang agak jauh dari Pasar Jembatan Dua. Salah satu inovasi yang mereka
lakukan ialah dengan melakukan pesan antar wilayah Jakarta untuk pelanggan lama
dan pelanggan baru.
Hal ini, mereka lakukan supaya para pembeli dagangan mereka merasa nyaman
dan para pedagang meyakinkan pelanggan bahwa barang yang diantar akan aman
dan tetap terjaga kualitasnya. Apabila trust terbangun antara mereka, maka apabila
pelanggannya pindah rumah, mereka akan tetap berbelanja dan berlangganan
dengan pedagang Pasar Jembatan Dua. Strategi yang mereka lakukan yaitu mereka
mempertahankan kualitas barang dagangnya dan mulai membuat inovasi-inovasi
baru seperti informan bernama Pak Taufik, beliau mengatakan:
Setelah penggusuran itu dagangan kan mulai sepi, saya mikir mau
menawarkan jasa antar pesanan ke pelanggan, lalu saya buat kartu nama gitu,
jadi setiap pembeli saya sebarin kartu nama itu kalau dia mau pesan antar.
Kategorinya ya pembeli yang mau pesan setengah kilo ke atas. Dan setiap
pengiriman sayur kita selalu jamin kualitas sayuran masih tetap fresh dan
terjaga kualitasnya (Wawancara 03 Juli 2017).
61
Informan diatas menjelaskan bahwa dengan adanya penggusuran Kalijodo dia
mulai mencari strategi baru untuk mendapatkan pelanggan. Dia memulai dari awal
usahanya seperti dahulu dengan berusaha memembuat kartu nama dan menawarkan
service pesan antar. Kartu nama ia berikan kepada setiap pembeli dan pelanggannya
agar bisa berhubungan via whatsapp ataupun telepon. Hal itu dilatarbelakangi
karena ia tidak ingin kehilangan kontak dengan para pelanggannya seperti ia
kehilangan kontak dengan pelanggan warga Kalijodo. Dengan adanya kartu nama,
ia merasa pelanggannya akan lebih mudah berkomunikasi dengannya.
Banyak pembeli yang mulai menyukai service yang diberikannya dan akhirnya
berlangganan dengan Pak Taufik. Dia merasa kalau bukan karena penggusuran
Kalijodo mungkin sampai saat ini dia tidak akan berpikir untuk melakukan service
pesan antar tersebut yang justru saat ini sangat menguntungkan dirinya dan
pelanggannya. Pak Taufik mengatakan:
Mungkin kalau tidak ada penggusuran, ya saya masih biasa-biasa aja gitu.
Karna ada penggusuran kan jadi mikir cara baru untuk membuat pelanggan
merasa lebih nyaman dan tidak kabur. (Wawancara 03 Juli 2017)
Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan salah seorang pelanggan Pak
Taufik yaitu Ibu Kardi, dimana ia adalah seorang pengusaha catering yang
berlangganan sayuran dengan Pak Taufik. Mengenai Service Pak Taufik beliau
mengatakan:
Semenjak adanya service pesan antar yang ditawarkan menurut saya itu
menguntungkan juga untuk pelanggan yang kebetulan tidak bisa kepasar atau
membeli sayur dengan jumlah yang cukup banyak. Kalau saya sih suka
karena kan ngirit biaya bajaj buat bawa-bawa sayuran, saya biasanya kalau lg
banyak pesanan datang ke pasar buat milih sayuran lalu sayurannya di kirim
62
ke alamat rumah saya. Atau kalau ga sempat saya tinggal whatsapp masnya
untuk minta dikirim misalnya kentang apa cabe berapa kilo gitu (Wawancara
15 Juli 2017).
Pernyataan dari informan membuktikan bahwa inovasi yang dilakukan Pak
Taufik dalam berdagang cukup berhasil karena dilatarbelakangi oleh kepercayaan
pelanggannya terhadap pelayanan Pak Taufik yang membuat pelanggan merasa
lebih nyaman dan diuntungkan.
3. Jaringan
3.1. Jaringan Pedagang dengan Pedagang
Terbentuknya jaringan sosial dipengaruhi oleh unsur modal sosial yang lain
yaitu nilai/norma dan kepercayaan (trust), dua hal itulah yang akhirnya turut
membentuk dan menguatkan jaringan. Hubungan yang terjalin antara pedagang
dengan pedagang di pasar Jembatan Dua menunjukkam bahwa kepercayaan (trust)
berpengaruh terhadap hubungan kerjasama yang terjalin antara mereka. Dengan
terjalinnya hubungan baik antar keduanya, maka mereka kerap bekerjasama satu
sama lain. Hubungan-hubungan yang baik dengan seorang teman dapat membantu
mempermudah seorang pedagang mendapatkan pembeli. Seperti pernyataan seorang
informan Pak Fikar berikut:
Saya punya teman di pasar ini dia sebagai supplier sayuran, jadi saya
ditawarkan sama beliau, mau masukin daging gak? ke restoran milik
langganannya. Yaudah, melalui perantara dia saya mendapatkan langganan
restoran (Wawancara 06 Juli 2017).
63
Hubungan sosial yang yang terjalin antara pak Fikar selaku pedagang daging
dengan pedagang lainnya dilatarbelakangi karena Pak Fikar selalu membina
hubungan baik dengan sesama pedagang. Dengan menerapkan nilai saling
menghargai dan tolong-menolong antar sesama pedagang, akhirnya ia dapat
kenaikan omset padahal sebelumnya omsetnya sangat menurun pasca penggusuran
Kalijodo.
Pernyataan serupa juga di tuturkan oleh informan Pak Herman dimana ia
merasakan manfaat dari membangun hubungan baik dengan sesama pedagang
khususnya dengan pedagang yang memiliki kesaman tempat asal yang sama
dengannya. Beliau mengatakan:
Enaknya kalau dekat sama pedagang dari Kuningan itu kita saling bahu
membahu, ada masalah dipasar di bantu carikan jalan keluarnya, sepi
pelanggan misalnya, mereka memberikan informasi ke pelanggannya untuk
beli di saya. Karena mayoritas saudara saya yang asal Kuningan disini kan
dagang sayur, sedangkan saya dagangnya berbeda dari mereka jadi ketika
pelangganya butuh bumbu masak apa sembako murah di infokan biar belinya
ke saya. (Wawancara 03 Juli 2017)
Kedekatan dengan sesama pedagang dan terciptanya rasa saling tolong
menolong diantara sesama pedagang, ketika terjadi penggusuran di Kalijodo yang
akhirnya merugikan mereka, mereka mampu menghadapi dan mencari solusi
bersama untuk menstabilkan lagi kondisi pasar yang sempat sepi pengunjung. “
Ikatan jaringan sosial ikut pula membantu penyebaran ide dan kebijaksanaan”
(Damsar dan Indriyani, 2013: 174). Salah satu solusi yang mereka buat yaitu dengan
mengadakan sistem Tunjangan Hari Raya (THR) bagi para pelanggan. Sebelumnya,
para pedagang dipasar hanya sedikit yang menerapkan THR sebagai alat untuk
64
menarik pelanggan dan membangun kepercayan si pelanggan, dengan adanya
sharing antar sesama pedagang yang dilakukan saat mereka ngobrol di kantin pasar,
beberapa pedagang mengusulkan bahwa agar diadakannya THR untuk para
pelanggan di Pasar Jembatan Dua. Saat ini, hampir setiap pedagang mengadakan
THR setiap tahunnya untuk para pelanggan mereka masing-masing sesuai dengan
kemampuan pedagang itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan Pak
Taufik berikut:
Awalnya ide saya sendiri, lalu saya usulin ke teman-teman lainnya agar
pelanggan mereka bertahan gitu. Saat ini pedagang-pedagang lain juga
mengadakan THR buat pelanggan-pelanggan mereka sesuai sama
kemampuan mereka, misalnya yang pedagang baru bisanya cuma ngasih
THR handuk atau sembako karena omset perharinya enggak sebanyak
pedagang yang udah lama berjualan dan punya suply ke restoran yang bisa
ngasih THR kulkas (Wawancara 03 Juli 2017).
Tindakan saling bertukar informasi antar keduanya merupakan hubungan
timbal balik yang dapat menguntungkan dua belah pihak. Hal tersebut dilatar
belakangi karena mereka saling menjaga hubungan baik. Dengan menjaga nilai
yang mereka junjung tinggi dalam berhubungan satu sama lain. Keyakinan meraka
ialah dengan membina hubungan baik maka mempermudah mereka untuk
mendapatkan kenalan, mendapat pembeli dan pelanggan baru hingga terbentuk
jaringan baru.
3.2. Jaringan Pedagang dengan Pembeli/Pelangang
Sebagai seorang pedagang tentu adanya pelanggan merupakan komponen yang
penting dalam keberlangsungan usaha mereka. Membangun hubungan baik dengan
65
pelanggan dapat membantu kesuksesan seorang pedagang itu sendiri. Pernyataan
tersebut sesuai dengan hasil temuan data di lapangan, penulis menemukan bahwa
pedagang Pasar Jembatan Dua memanfaatkan hubungannya dengan para
pelanggannya sebagai jembatan mendapatkan pelanggan baru. Sebelum terjadi
penggusuran di Kalijodo, pedagang Pasar Jembatan Dua cenderung cuek dalam
memperlakukan para pelanggan mereka. Alhasil, para pelanggannya yang berasal
dari Kalijodo hilang begitu saja ketika mereka di relokasi ke tempat lain. Belajar
dari pengalaman tersebut, pedagang Pasar Jembatan Dua melakukan beberapa
strategi dan inovasi guna memperkuat kepercayaan para pelangganya seperti yang
telah di jelaskan dalam sub-bab sebelumnya. Hasilnya, sudah mulai dirasakan para
pedagang Pasar Jembatan Dua saat ini. Para pelanggannya kerap memberikan
informasi kepada teman mereka untuk berbelanja di pedagang Pasar Jembatan Dua.
Informan Pak Abdul Malik mengatakan:
Sebagian pelanggan saya saat ini mendapat informasi daging murah dan
segar dari pelanggan saya yang lain. Pelanggan saya yang tukang bakso
sering bawa temennya ikut belanja kesini, sebagai imbalannya saya kasih dia
bonus THR tiap tahun berupa uang atau barang dengan nominal yang
lumayan. Itung-itung bonus buat dia karna mempermudah jalan saya
mendapat pelanggan.(Wawancara 08 Juli 2017)
Lebih lanjut Pak Abdul Malik menjelaskan sejak kapan sistem THR diberlakukan
dan apa tujuan utama adanya THR untuk pelanggan-pelanggannya dan beliau
mengatakan:
Saya bikin THR buat pelanggan itu dari sekitar setahun yang lalu
(pertengahan 2016) saat yang lain juga pada ngadain THR. Sebenarnya THR
udah ada lama, tapi gak sering. Kadang saya ngasih, kadang enggak. Kalau
66
sekarang Alhamdulillah setiap tahunnya saya membagikam THR ke
pelanggan. Tujuan utama saya untuk membuat pelanggan-pelanggan saya
gak pergi atau kabur ketempat lain meskipun lokasinya jauh. Cara
menyiasatinya ya dengan dikasih THR yang bikin dia nyaman langganan
sama saya. Eh alhamdulillahnya, mereka ngasih tau ke temenya juga
akhirnya temenya pada ikut langganan sama saya. (Wawancara 08 Juli 2017)
Hubungan yang terjalin antara pedagang dengan pelanggannya merupakan
hubungan timbal balik yang saling menguntungkan keduanya, dimana hubungan
timbal balik tersebut dibangun atas dasar kepercayaan antara pedagang dengan
langganannya. Disisi lain, Ritzer dalam Damsar & Indrayani menjelaskan bahwa:
Terstrukturnya ikatan sosial menimbulkan berbagai jenis jaringan nonacak.
Di satu pihak, jaringam adalah transtitif: bila ada ikatan antara A, B dan C,
ada kemungkinan terdapat ikatan antara A dan C. Hasilnya ialah bahwa lebih
besar kemungkinan adanya suatu jaringan yang melibatkan A,B, dan C.
(Damsar dan Indrayani, 2009: 158)
Pernyataan tersebut juga sesuai dengan data yang penulis temukan dari
informan lainnya. Bahwasanya pedagang pasar mendapatkan pelanggan/pembeli
salah satunya ialah berasal dari informasi yang didapat dari pelanggan lama mereka.
Saat ditanya bagaimana omsetnya saat ini dan apa strategi dalam meningkatkan
omset pasca penggusuran informan bernama Pak Taufik mengatakan:
Alhamdulillah omsetnya nambah sekitar 20 % lah. Jadi maksudnya, kan saat
penggusuran itu omset saya turun 40 % dari omset awal, lalu setelah
merubah strategi, omset saya naik 20% dari omset awal. Misal omset awal 8
juta, turun 40% menjadi 5 juta karna penggusuran itu. Lalu, saat menerapkan
strategi yang saat ini, omset saya naik jadi 10 juta gitu. Karna semenjak saya
buat service pesan antar ke restoran itu, restoran lain juga pada ngikut make
service dari saya ada sekitar 8 restoran. Salah satu restoran langganan saya
itu udah punya cabang. (Wawancara 03 Juli 2017)
Kemudian Pak Taufik menjelaskan hal yang melatarbelakangi restoran lainnya
ikut berlangganan dengannya:
67
Awalnya karena omongan dari salah satu restoran yang berlangganan sama
saya, awalnya restoran GT ini langganan sama saya lalu kenalanya itu buka
restoran baru juga dan membutuhkan supplier sayuran, saat saya mengantar
sayuran ke restoran GT itu dikasih tau kalau restoran „ini‟ butuh penyuplai
sayur tuh, terus dikasih tau alamatnya dimana dan menurut saya masih
lumayan dekat ya lalu saya minta nomer kontaknya dan saya hubungin,
akhirnya karena dia juga mungkin dikasih informasi mengenai kualitas
sayuran saya dari si pemilik restoran GT ini, maka akhirnya dia pun ikut
langganan sama saya (Wawancara 03 Juli 2017)
Dengan adanya jembatan antara pihak satu dengan pihak lainnya menimbulkan
jaringan yang non-acak. Dikarenakan hubungan yang terjalin antara Pak Taufik (A)
dengan retoran GT (B) menjadi menyebab antara adanya hubungan Pak Taufik (A)
dengan restoran lainnya (C).
3.3. Jaringan Pedagang dengan Teman/Kerabat Dekat
Hubungan dengan teman, tetangga, atau kerabat dapat menjadi jembatan bagi
seorang untuk berhubungan dengan pihak lain. Dalam hal ini, masyarakat dapat
menggunakan koneksi mereka dengan orang lain sebagai sumber daya yang penting.
Mereka dapat menggunakannya untuk berbagai tujuan. Orang dapat datang kepada
kawan atau keluarga mereka ketika menghadapi masalah atau saat membuat
perubahan dalam hidup (Scott, 2011: 240). Pernyataan tersebut sesuai dengan data
temuan dilapangan, seorang informan mengaku mendapatkan pelanggan baru
dikarenakan informasi dari teman rumahnya, berikut pernyataan dari informan
bernama Pak Abdul Malik:
……temen-temen saya yang orang Cengkareng ngasih info kalau mau
hajatan ya beli daging di saya karna murah lah, dagingnya bagus lah gitu.
Saya juga suply daging ke bandara. Cuma dengan pembayaran setiap bulan.
68
Dari temen juga, di telpon saya, ditawarin mau suply daging gak ke bandara
Soekarno Hatta? Gitu. lalu saya terima.(Wawancara 08 Juli 2017)
Perilaku berdagang Pak Abdul malik yang saat ini dengan menyuplai barang
dagangan mereka ke pelanggan yang umumnya adalah restoran, baru ia lakukan
setelah mengalami penurunan omset dan sepinya pembeli akibat dari penggusuran
Kalijodo tersebut. Dalam wawancara ia mengatakan:
…..lalu pas Kalijodo digusur mulai goyah omsetnya. Mulai saya mencari-
cari jalan biar omset saya kembali lagi, kalau bisa malah lebih baik. Jadi ya
saya minta tolong lah sama teman, saudara,istri anak saya biar promosiin aja
kalau mau beli daging ke saya. Hasilnya ya tadi saya dapat langganan
restaurant di bandara Soetta (Wawancara 08 Juli 2017)
Serupa dengan informan diatas, Informan bernama Pak Fikar mendapatkan
pelanggan baru melalui hubungan dengan istrinya. Dalam wawancara Pak Fikar
menyatakan bahwa istrinya ikut membantunya dalam memperbaiki omsetnya.
Beliau mengatakan:
…..cuma kan istri saya juga kerja, nah dia sering nawarin ke temen-temenya
kalau mau hajatan atau catering pesen dagingnya ke istri saya. Istri juga ikut
bantu sih naikin omset dagang karna ngelihat belakangan ini penghasilan
menurun karna itu tadi penggusuran Kalijodo pembeli sama pelanggan pada
ilang. Jadi dia ngerasa kasihan juga sama saya. Gitu aja sih saling bantu buat
nyari pembeli atau pelanggan baru sama istri (Wawancara 06 Juli 2017)
Pernyataan informan diatas menandakan bahwa hubungan sosial pedagang
pasar Jembatan Dua dengan pelanggan lamanya, dan dengan teman-temannya dapat
memudahkannya dalam berhubungan dengan pihak lain. Hal tersebut sesuai dengan
fungsi jaringan sebagai jembatan untuk membentuk hubungan sosial dengan pihak
lain.
Jaringan sosial pada tingkat mikro dapat memudahkan hubungan antara satu
pihak dengan pihak lainnya. Ikatan pelanggan yang terajut antara keduanya
69
dapat memudahkan pembentukan hubungan baru dengan pihak lain. Ikatan
pelanggan antara kedua belah pihak dimungkinkan diperluas dengan
mengikutkan beberapa orang lain yang memiliki hubungan dengan pihak
pembeli. (Damsar & Indrayani, 2009: 161)
Terlepas dari itu, jaringan yang mereka bentuk tersebut terjalin karena adanya nilai-
nilai kebersamaan, tolong menolong dan kepercayaan diantara mereka yang
menjalin hubungan.
C. Analisa Penelitian: Refleksi Teori
Analisa penelitian ini, menggunakan teori Modal Sosial Robert Putnam. Inti dari
teori modal sosial Putnam ialah jaringan sosial. Dimana stok modal sosial itu
mengikat, menyatukan, orang-orang yang memiliki kesamaan dalam hal-hal penting
untuk menghadapi masalah dan mencari jalan keluar bersama (Verayanti, 2016).
Seperti yang dialami oleh para pedagang di Pasar Jembatan Dua, dimana mereka
mengalami suatu masalah yaitu sepinya pembeli dan penurunan omset pasca
penggusuran di wilayah Kalijodo lalu mereka mampu menghadapi masalah bersama
dan mencari jalan keluar bersama.
Untuk lebih lanjut, penulis menjelaskan ketiga unsur dari modal sosial yang
berpengaruh terhadap strategi para pedagang di pasar untuk memanfaatkan modal
sosialnya dalam menghadapi masalah bersama. Pertama, unsur nilai atau norma yang
dianut para pedagang Pasar Jembataan Dua, nilai yang berupa nilai kebersamaan,
kesopanan, kejujuran dan norma dalam menentukan harga barang. Kedua,
kepercayaan yang lahir antara pedagang pasar dengan teman sesama pedagang dan
70
pedagang dengan pelanggan mereka dan Ketiga, jaringan sosial dimana jaringan sosial
ini nantinya akan berfungsi sebagai cara untuk bertahan dari keterpurukan pasca
penggusuran.
Analisa pertama yaitu unsur nilai dan norma. Nilai yang dianut berupa nilai
kesopanan, kejujuran, keramahan, kebersamaan dan tolong-menolong. Nilai-nilai yang
dianut para pedagang pasar tersebut menurut Putnam, terkandung di dalam hubungan
sesama sebagai kekuatan yang mendorong timbulnya kepercayaan. Elemen ini yang
meliputi nilai-nilai yang dimiliki bersama (share value), norma dan aturan-aturan
(Rais, 2009: 116).
Nilai-nilai tersebut dianut oleh para pedagang dengan pedagang dan pedagang
dengan pembeli. Sebagaimana yang dikatakan Putnam bahwa nilai yang dipegang
teguh bersama dalam hubungan timbal balik akan menumbuhkan kepercayaan. Hal ini
dibuktikan dengan perilaku pedagang Pasar Jembatan Dua dengan pelanggannya.
Hubungan timbal balik antar keduannya didasarkan adanya nilai yang mereka junjung
tinggi. Nilai tersebut yaitu nilai kesopanan, keramahan dan kejujuran yang nantinya
dapat menimbulkan trust diantara mereka dan berujung pada menguatnya jaringan
sosial. Sedangkan diantara pedagang terdapat nilai saling tolong
menolong/kebersamaan salah satunya dalam hal belanja kebutuhan dagang.
Selanjutnya norma yang dianut antar sesama pedagang ialah norma yang bersifat
spontan-rasional dimana terdapat kesepakatan mengenai penentuan harga barang
dagang yang sampai saat ini masih mereka pegang teguh. Norma tersebutlah yang
nantinya akan menimbulkan rasa percaya diantara mereka.
71
Adapun nilai kebersamaan diantara sesama pedagang yaitu dengan membantu
sesama pedagang dalam menghadapi masalah bersama seperti berbagi rezeki dengan
pedagang lain berupa memasok sayur ke pelanggannya. Hal tersebut merupakan
bentuk kerjasama antar pedagang melihat adanya ikatan kekerabatan di antara para
pedagang mempermudah mereka untuk mendapat bantuan dari kerabat sesama
pedagangnnya untuk keluar dari kesulitan. Pedagang umumnya merasa kasihan karna
sanak saudaranya belum juga bangkit dari kesulitan pasca penggusuran Kalijodo.
Analisa kedua, yaitu unsur Kepercayaan (trust). Dimana Kepercayaan menurut
Fukuyama adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan
oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang
dianut bersama (Kimbal, 2015: 30). Kepercayaan terdapat di dalam hubungan
pedagang dengan pelanggan mereka. Selain menerapkan nilai kejujuran dan
kesopanan, pedagang Pasar Jembatan Dua berupaya untuk menumbuhkan rasa percaya
para pelanggannya dengan mempertahankan kualitas barang dagangannya. Selain
mempertahankan kualitas barang, pedagang juga memiliki strategi supaya
pelanggannya lebih nyaman dengan meningkatkan kualitas pelayanannya salah
satunnya dengan melakukan delivery dengan menjamin kualitas barang dagang tetap
baik sampai tempat tujuan.
Apabila di dalam suatu hubungan terdapat rasa percaya maka akan memudahkan
pedagang pasar untuk mendapatkan pelanggan. Apabila pelanggan bertambah maka
besar kemungkinan pedagang tersebut memiliki jaringan baru dengan pihak lainnya
melalui informasi dari si pelanggannya itu. Selain itu, rasa percaya antara pedagang
72
dan pembeli di buktikan dengan di bolehkan kasbon bagi pelanggan tetap, dengan
syarat dibayar perminggu.
Menurut Fukuyama, kepercayaan merupakan norma-norma kooperatif seperti
kejujuran dan kesediaan untuk menolong yang bisa dibagi-bagi antara kelompok-
kelompok terbatas masyarakat atau dengan lainnya dalam masyarakat yang sama.
“Jika para anggota kelompok itu mengharapkan bahwa anggota-anggotanya yang lain
akan berprilaku jujur dan terpercaya, maka mereka akan saling mempercayai”
(Fukuyama, 2002: 75).
Kepercayaan yang tumbuh di antara para pedagang di pasar merupakan
kepercayaan yang timbul karena mereka rata-rata memiliki kesamaan tempat asal/
kampung yang sama. Selain itu kepercayaan yang timbul antar sesama pedagang
dilatar belakangi oleh nilai dan norma yang mereka anut bersama selalu mereka
junjung tinggi. Rasa saling percaya sesama pedagang diwujudkan dengan saling
bekerjasama dalam menjaga barang dagangan teman sesama pedagangnya.
Analisa ketiga, mengenai unsur jaringan sosial, dimana menurut Putnam inti dari
teori modal sosial adalah jaringan sosial yang memiliki nilai (Field, 2010: 51). Dimana
jaringan sosial ada dan bertahan lama dikarenakan nilai dan norma yang selalu
dipegang teguh. Putnam berpendapat bahwa jaringan sosial merupakan aset yang
sangat bernilai. Jaringan memberikan dasar bagi kohesi sosial karena mendorong
orang orang yang bekerja satu sama lain. Menurut Putnam, paling tidak hal ini
ditemukan enam kali selama abad ke-20, dan setiap kali ditemukan menyatakan bahwa
hubungan bekerja sama untuk membantu orang memperbaiki kehidupan mereka
73
(Field, 2010: 18). Oleh karena itu, penting adanya peranan teman, kerabat, tetangga,
dan pelanggan mereka guna mengembangkan dan memelihara pola jaringan sosial
yang dilakukan oleh pedagang pasar Jembatan Dua, sebab dengan merekalah
umumnya pedagang menjalin hubungan. Selaras dengan pikiran Putnam, Fukuyama
menjelaskan bahwa jaringan sosial berperan dalam memperluas kerjasama dengan
orang lain (Fukuyama, 2005).
Lawang mengatakan bahwa jaringan masuk kedalam kategori kepercayaan
strategic. Dimana melalui jaringanlah seseorang saling mengetahui satu sama lain,
saling bertukar informasi, saling mengingatkan, dan saling membantu dalam
melaksanakan atau menghadapi suatu masalah (Lawang, 2005: 62). Para pedagang di
Pasar Jembatan Dua bekerja sama membantu satu sama lain untuk memperbaiki
kehidupan mereka pasca penggusuran di Kalijodo beberapa waktu silam.
Dari pernyataan diatas, sesuai dengan temuan dilapangan bahwa terdapat
hubungan timbal balik yang dapat menguntungkan dua belah pihak berupa saling
bekerjasama dan membantu satu sama lain untuk menghadapi masalah. Hal tersebut
dilatarbelakangi karena mereka saling menjaga hubungan baik antar sesama pedagang
dengan mentaati nilai dan norma yang mereka junjung tinggi dalam berhubungan satu
sama lain. Keyakinan mereka ialah dengan membina hubungan baik maka
mempermudah mereka untuk mendapatkan kenalan, mendapat pembeli dan pelanggan
baru hingga terbentuk jaringan baru. Hubungan baik yang dibangun dengan pelanggan
mereka bermanfaat guna mengembangkan pola jaringan pedagang pasar Jembatan
Dua. Dimana ketika para pedagang menjalin hubungan baik dengan pelanggannya,
74
pelanggannya tersebut akan merasa nyaman berhubungan dengan pedagang pasar
maka pelanggannya tersebut kerap merekomendasikan temannya untuk berbelanja
pada pedagang yang menjadi langgannya terebut. Penyebaran informasi kepada teman
atau saudara sangat menguntungkan pedagang. Hal serupa juga ditemukan pada
hubungan antara pedagang dengan kerabat atau tetangganya.
Menurut Putnam, terdapat dua bentuk modal sosial: bonding social capital (modal
sosial mengikat) dan bridging social capital (modal sosial menjembatani). Modal
sosial yang mengikat (bonding social capital) didasarkan pada keluarga atau ikatan
yang kuat lainnya, dan modal sosial yang menjembatani (bridging social capital) yang
mengantarkan orang dari berbagai latar belakang berbeda untuk bersama (Scott, 2011:
243). Sesuai dengan penjelasan diatas, jenis modal sosial yang ada di Pasar Jembatan
Dua adalah modal sosial bonding dan bridging. Modal sosial bonding adalah modal
sosial yang didasarkan pada keluarga atau ikatan kuat lainnya. Di Pasar Jembatan Dua
sendiri hubungan antar sesama pedagangnya sendiri sudah seperti keluarga sendiri.
Di sisi lain, terdapat beberapa pedagang yang memang berasal dari satu keluarga
sepeti pedagang daging dan sayuran, rasa kekeluargaan terhadap pedagang lain pun
dilatarbelakangi oleh kebersamaan yang sudah bertahun-tahun didalam pasar tersebut
seperti merasakan jatuh-bangun bersama mempererat rasa kekeluargaan mereka. Rasa
kekeluargaan tersebut mendorong mereka untuk saling tolong-menolong,
bekerjasama, bertukar ide dan informasi untuk kelangsungan usaha mereka. Selain
hubungan dengan pedagang, rasa kekeluargaan dibangun dengan pelanggan mereka,
dengan menganggap pelanggan mereka seperti anak atau kerabat sendiri. Dengan
75
kedekatannya dengan pelanggan, mereka cenderung melakukan tukar menukar
kebaikan seperti pelanggan lama dibolehkan cash bon dan mendapatkan THR apabila
menjadi pelanggan tetap.
Selanjutnya, terdapat modal sosial bridging. Dimana pedagang Pasar Jembatan
Dua mendapatkan pembeli dan di promosikan dagangannya oleh tetangga, teman, dan
istri mereka. Dimana tetangga, teman dan istri mereka adalah orang luar yang dengan
cuma-cuma membantu mereka dalam mendapatkan pelanggan. Hal tersebut
didasarkan karena hubungan baik antara pedagang Pasar Jembatan Dua dengan orang
disekelilingnya, yang ternyata membantunya dalam keberlangsungan usaha
76
BAB IV
PENUTUP
Pada bab penutup ini penulis akan membahas dua poin penting, yaitu (1)
kesimpulan yang merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian; dan (2) saran-saran,
yang bersifat ajuran untuk memberikan konstribusi pada penelitian ini.
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah untuk menjawab dua pertanyaan penelitian.
Pertama, Bagaimana jaringan sosial pedagang pasar Jembatan Dua dengan warga
Kalijodo sebelum dan setelah Penggusuran di Kalijodo?
Telah terjalin hubungan sosial antar warga Kalijodo dengan pedagang di Pasar
Jembatan Dua, hubungan sosial itu akhirnya membentuk sebuah jaringan sosial
karena hubungan diantara terbilang sudah sangat lama melihat penduduk Kalijodo
sering berbelanja dan berinteraksi dengan pedagang di Pasar Jembatan Dua. Warga
Kalijodo kerap menjadi jembatan untuk pihak lain berhubungan dengan pedagang
pasar Jembatan Dua. Dengan adanya penggusuran di Kalijodo, jaringan sosial
diantara mereka terputus. Putusnya jaringan sosial tersebut mengakibatkan dampak
merosotnya omset pedagang pasar.
Kedua, Bagaimana penggunaan unsur modal sosial kepercayaan, norma dan
jaringan sosial dalam meningkatkan omset?
Dengan terjadinya penggusuran Kalijodo dan penurunan omset drastis, maka
pedagang pasar menciptakan kembali dan memanfaatkan modal sosial yang mereka
77
miliki untuk menghadapi masalah yang sedang mereka alami. Upaya membangun
dan memperkuat rasa percaya dengan sikap tolong menolong kepada sesama
pedagang, bersikap jujur dengan harga barang dagang, membangun rasa percaya
pelanggan dengan selalu memberikan pelayanan baik dan kualitas barang yang
membuat pembeli percaya untuk berlangganan. Serta selalu menjaga nilai dan norma
kesopanan, kejujuran, kebersamaan terbukti mampu memperluas jaringan sosial
mereka. Dengan meluasnya jaringan sosial maka berdampak positif bagi
kelangsungan usaha pedagang pasar, hal tersebut dibuktikan dengan bertambahnya
pembeli dan pelanggan mereka. Alhasil, merosotnya omset pasca penggusuran
Kalijodo mulai pulih kembali. Hal ini membuktikan bahwa modal sosial sangat
penting untuk mempertahankan kelangsungan usaha pedagang di Pasar Jembatan
Dua, Tambora Jakarta Barat.
Jenis modal sosial yang terdapat di pasar Jembatan Dua adalah modal sosial
bonding dan bridging. Dimana hubungan dengan sesama pedagang dan
pelanggannya termasuk kedalam hubungan kekeluargaan dan rasa kekeluargaan itu
mendorong mereka untuk saling tolong-menolong satu sama lain dan tukar menukar
kebaikan. Dan modal sosial bridging dibuktikan dengan adanya pihak luar yang ikut
membantu keberlangsungan usaha mereka melalui penyebaran informasi yang sangat
berharga bagi pedagang Pasar Jembatan Dua guna memperluas jaringan sosial
dengan pelanggan baru.
B. Saran – Saran
78
Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya guna
menyempurnakan penelitian yang sudah ada. Perlu adanya kajian sosiologi ekonomi
yang lebih mendalam didalam era yang modern ini kususnya pada modal sosial.
Melihat pentingnya modal sosial bagi masyarakat guna keberlangsungan hidup
mereka, yang terkadang mereka lupa bahwa menjalin hubungan baik dengan orang
lain dapat menguntungkan dirinya.
Dalam melakukan penelitian sosial, penulis menyarankan agar untuk
memperhatikan konsep epic dan emic, dimana etic merujuk kepada pandangan orang
luar yang digunakan untuk generalisasi dan emic menunjukkan kerangka berpikir
dari subjek peneliti. Dengan memahami kedua konsep tersebut, diharapkan dapat
menambah wawasan ilmu pengetahuan guna mempermudah menganalisa
permasalahan dalam merelasikannya dengan teori-teori sosiologi.
78
DAFTAR PUSTAKA
BUKU DAN ARTIKEL
Creswell, John W. 2016. Reserch Design: Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran. Terj Achmad Fawaid dan Riayanati.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Damsar dan Indriyani. 2012. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Field, John. 2010. Modal Sosial. Terj Nurhadi. Bantul: Kreasi Wacana.
Fukuyama, Fracis. 2005. Guncangan Besar: Kodrat Manusia dan Tata Sosial
Baru. Terj Masri Maris. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif (untuk ilmu-ilmu sosial).Jakarta: Salemba Humanika
Kimbal, Rahel Widiawati. 2015. Modal Sosial dan Ekonomi Industri Kecil: Sebuah Studi Kualitatif. Yogyakarta: Deepublish
Lawang, Robert M.Z. 2005. Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologi. Jakarta: Fisip UI Press
Malano, Herman. 2011. Selamatkan Pasar Tradisional: Protret Ekonomi Rakyat
Kecil. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Putnam, Robert 2000. “Bowling Alone: The Collapse and Revival Of American
Community. New York: Simon and Schurster
Rais, Rahmat. 2009. Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah.
Litbang dan Diklat Departemen Agama RI.
Scott, John. 2011. Sosiologi The Key Concepts.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Semiawan, Conny R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grasindo
Sugiarto, dkk. 2007. Ekonomi Mikro (sebuah kajian komprehensif). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta
79
DOKUMEN DAN SURAT KABAR
Noor, Triana Rosalina. Fungsi Sosia l- Ekonomi Pasar: Studi Tentang Pasar
Karah, Kec Jambangan Kota Surabaya. Jurnal online. Diakses pada 15
Oktober 2017 pukul 17.00 WIB
(http://ejournal.kopertais4.or.id/mataraman/index.php/tahdzib/article/down
load/2727/2006/ )
Detik.com. “Kalijodo dalam Data dan Peta”. Diakses pada 24 Juli 2017 pukul
12.00 WIB (https://m.detik.com/news/berita/3145370/kalijodo-dalam-
data-dan-peta)
Kusumastuti, Ayu. 2015. “Modal Sosial dan Mekanisme Adaptasi Masyarakat
Pedesaan dalam Pengelolaan dan Pembangunan Insfrastruktur”. Jurnal
Vol. 20 No 1. Diunduh pada 25 Desember 2017 pukul 20.00 WIB (http://journal.ui.ac.id)
Megapolitankompas.com. “Alasan Penertiban Kalijodo Dipertanyakan” diakses Pada 24 Juli 2017 pukul 12.00 WIB
(http://megapolitan.kompas.com/read/2016/02/19/06030081/Alasan.Penerti
ban.Kalijodo.Dipertanyakan)
Nirfadhilah.2016. “Jaringan Sosial Dalam Penjualan Pedagang Makanan di
Pasar Inpres Kelurahan Baqa Kecamatan Samarinda Seberang.” eJournal
Sosiatri-Sosiologi, 4,(1):115-15. Diunduh pada 13 maret 2017 pukul 20.00
WIB (http://ejournal.sos.fisip-unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2016/03/dhila%20jurnal%20ganjil%20new%20(03-03-
16-01-47-39).pdf )
Pratama, Indra. 2016. “Dampak Penutupan Lokalisasi Bangunsari Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Bangunsari Krembangan, Surabaya”. Jurnal Unesa vol 1 no. Diunduh pada Rabu, 2 November 2016 pukul 18.00 WIB (http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/swara-bhumi/article/view/15204/19210 )
Rahmawati, Dwisara Ajeng dan Drajat Tri Kartono. 2017. “Modal Sosial dan Pasar Tradisional (Studi Kasus di Pasar Legi Kotagede Yogyakarta)”. JurnalSosiologi DILEMA, Vol. 32, No. 2 Tahun 2017 ISSN: 0215/9635
80
Sila, Muhammad Adlin. 2009. Institusionalisasi Syariah pada Lembaga
Keuangan Mikro (LKM): Studi Sosiologis BMT di Cipulir dam BQ di Banda Aceh. Disertasi Universitas Indonesia
Situs resmi PD Pasar Jaya www.Pasarjaya.co.id
Tekno.kompas.com. “Pusat Belanja Kini Tampil Beda”. Diakses pada 24 Desember 2016 pukul 18.00 WIB (http://tekno.kompas.com/read/2015/06/25/18440751/Pusat.Belanja.kini.tampil.B eda)
Tempo.co. “Sejarah kalijodo: Dari Tempat Nongkrong kePelacuran”. Diakses pada 24 Desember 2016 pada pukul 12.00 WIB
(https://m.tempo.co/read/news/2016/02/12/064744448/sejarah-kalijodo-dari-tempat-nongkrong-ke-pelacuran )
Verayanti, Lany.2016. “Pemanfaatan Modal Sosial Sebagai Strategi Masyarakat
dalam Mengatasi Dampak dan Upaya menurunkan Tingkat Risiko
Bencana”. Artikel Pascasarjana Sosiologi Universitas Andalas Padang.
Diunduh pada 20 September 2017 pukul 10.00WIB
(https://www.academia.edu/11858583/Pemanfaatan_Modal_Sosial_Sebagai_S
trategi_Masyarakat_dalam_Mengatasi_Dampak_dan_Upaya_Menurunkan_Ti
ngkat_Risiko_Bencana)
www.streetdirectory.co.id
Buku Laporan Hasil Penertiban Kalijodo, 2016. [dokumen]
Data Sensus Tempat Usaha Pasar Jembatan Dua tahun 2017. [dokumen]
81
LAMPIRAN
Transkrip Observasi 1
Tanggal 17 april 2017
Jam 12.30-17.00 WIB
Penulis sampai di Pasar Jembatan Dua Tambora Jakarta Barat pada pukul
12.30 WIB. Penulis langsung melakukan pengamatan. Pasar Jembatan Dua
rupanya sebuah bangunan semi-modern yang diresmikan pada tahun 2014 yang
sebelumnya merupakan pasar tradisional biasa. Saat ini sudah tersedia lahan
parkir bagi pengunjung dan toilet di dalam bangunan pasar. Pasar Jembatan Dua
ini letaknya persis di pinggir jalan raya Tubagus Angke,Tambora Jakarta Barat.
Terdapat jembatan penyeberangan persis di depan pasar untuk memudahkan
warga yang berjalan kaki sampai ke pasar tersebut. Saat tiba disanan penulis
masuk lantai 1 pasar yang didominasi oleh pedagang tekstil dan peralatan rumah
tangga. Saat penulis melakukan pengamatan, penulis menghampiri seorang
Security dan bertanya dimana letak kantor kepala pengelola pasar untuk
menyerahkan surat izin penelitian.
“Permisi pak, saya mau Tanya kalau kantor kepala pengelola pasar
disebelah mana ya pak?” ujar Penulis.
“Oh ada perlu apa ya dek kok nanya kantor kepala pengelola?” jawab Security
tersebut.
Lalu penulis menjelaskan maksud dan tujuanya kepada Security tersebut. “Saya
mau memberikan surat izin penelitian pak, kebetulan saya mahasiswi yang akan
melakukan penelitian di pasar ini”
“ Oh ruanganya ada di lantai 2 dek, nanti ada tulisanya kantor kepala ketuk aja,
Bapak ada didalam”
Lalu penulis pun langsung bergegas menuju kantor kepala pengelola. Saat penulis
datang, tampak seorang bapak-bapak yang sedang mengotak-atik Komputer. Lalu
penulis bertanya “Assalamu‟alaikum Pak, apakah benar bapak ini kepala
Pengelola Pasar Jembatan Dua?”
“Waalaikumsallam. Oh iya, ada keperluan apa ya? Mau sewa ruko?”
Penulis lalu menjawab “Tidak pak, saya Atikah mahasiswi UIN Jakarta mau izin
melakukan penelitian di Pasar Jembatan Dua, sekaligus mau meminta waktu
82
bapak sebentar untuk saya wawancara kalau bapak berkenan. Mungkin kalau
bapak sibuk, bisa lain waktu pak?” sambil menyodorkan surat izin penelitian.
“ Oh mana coba saya lihat dulu surat izinya ya” jawab Pak Kepala Pengelola
dengan ramah. Lalu, beliau menambahkan “ kalau mau wawancara sekarang aja
ya, mumpung lagi engggak banyak kerjaan.”
Mendengar hal tersebut penulis langsung memulai wawancaranya dengan Pak
Kherudin. (Hasil wawancara tersebut terdapat dalam transkip wawancara no 1)
Usai memberikan surat izin penelitian, penulis melanjutkan pengamatanya. Kali
ini, penulis menuju Basement yang merupakan blok para pedagang sayur, bumbu
masak,sembako,ikan dan daging. Saat melintasi blok para pedagang kelapa parut,
penulis dipanggil oleh seorang pemuda yang merupakan pedagang kelapa yang
sedang duduk di tangga pasar.
“Neng, mau cari apa? Mau beli kelapa?” Tanya pemuda tersebut.
“ Oh enggak mas, saya mahasiswi lagi penelitian disini.” ujar penulis.
“Oh neliti apaan emang Neng kok dipasar?”
Penulis pun menjelaskan seputar penelitianya sambil memberikan proposal
penelitian kepada pemuda tersebut.setelah menjelaskan seputar penelitiannya.
Penulis langsung memulai berbincang dengan beberapa pedagang yang sedang
duduk ditangga pasar. Dalam perbincangan tersebut penulis menanyakan seputar
tanggapan mereka mengenai penggusuran yang terjadi di Kalijodo. Menurut
beberapa pedagang tersebut, beberapa saat setelah kawasan Kalijodo diratakan,
pasar Jembatan Dua menjadi sepi pembeli, bahkan beberapa teman mereka
menutup rukonya karna tak mampu membayar cicilan ruko/los perbulannya. Salah
satu pedagang tersebut mengatakan
“ Wah gara-gara penggusuran itu pelangganya pada ilang. Omsetnya
turun drastis lah kalo diitung-itung mungkin sekitar 50%. Malah teman saya ada
yang sampe nutup toko terus pindah kepasar laen”
Mendengar hal tersebut, penulis langsung menanyakan kepada penulis
tersebut apakah bersedia untuk diwawancarai, namun pedagang kelapa tersebut
menyarankan bahwa temannya saja untuk diwawancarai yang bernama Agus
karna dirasa dapat menjawab pertanyaan penulis dengan baik dan jelas. Namun
sayangnya pada saat itu Agus sedang pergi, lalu akhirnya penulis hanya meminta
nomor handphone Agus kepada pedagang tersebut.
83
Setelah berbincang dengan para pedagang di tangga pasar, penulis menuju
kantin Pasar Jembatan Dua untuk makan, di kantin Pasar hanya ada dua pedagang
yang menjual makanan. Yang satu adalah warkop dan yang lainnya warung nasi
namun pada saat penulis kesana, hanya warkop saja yang buka. Penulis makan
sambil mengamati sekitar kantin yang merupakan blok pedagang perabotan rumah
tangga. Masih sama, sepi pembeli. Hanya ada beberapa orang yang lalu lalang dan
mereka merupakan pedagang Pasar Jembatan Dua juga. Akhirnya penulis
memutuskan untuk mengakhiri observasinya pada hari itu.
84
Transkip Observasi 2
3 Juni 2017
Pukul 07.00 – 13.00 WIB
Penulis tiba di Pasa Jembatan Dua pada pukul 07.00 WIB. Setibanya di pasar,
penulis langsung menuju blok tekstil dan jasa. terlihat dua toko sudah buka.
Penulis berjalan menuju toko yang sudah buka tersebut, lalu penulis menyapa
seorang bapak yang merupakan pedagang pakaian “Pagi Pak, udah buka aja nih”
“Iya Neng, udah buka dari jam 6 pagi” Jawab pedagang dengan ramah.
“Udah ada pembeli belom pak? hehe” tanya penulis
“ Belum Neng, belom pada bangun abis sahur kali orang-orang ngantuk” sahut
pedagang tersebut.
“ Semangat Pak, semoga hari ini laris kan mau lebaran” jawab penulis sambil
melanjutkan berjalan.
Penulis berjalan mengelilingi lantai satu pasar tersebut, namun sepi karena
pedagang masih belum membuka toko dan terlihat beberapa pedagang baru
datang dan sedang mempersiapkan membuka toko. Lalu, penulis menuruni tangga
pasar menuju basementyang merupakan blok sayur, daging, sembako dan hasil
bumi lainnya.
Sesampainya di basementpenulis duduk di tangga pasar sambil mengobrol dengan
beberapa pedagang yang sedang main catur di tangga pasar tersebut. Diketahui
pedagang tersebut adalah penjual daging sapid an penjual daging ayam yang
sedang bersantai.
Obrolan pun dimulai dengan sapaan penulis “ Wah.. lagi nyantai ya Mas?
“ Iya Mbak, nyari apa Mbak?” jawab pedagang daging.
85
“Gak nyari apa-apa cuma mau jalan-jalan saja” jelas penulis.
Lalu pedagang tersebut menjawab “ Jalan-jalan kok di pasar, ke Mall dong”
“Mall kan pagi belum buka Mas,hehe” Jawab penulis. lalu penulis kembali
mennayakan kepada kedua pedagang tersebut
“Emang lagi gak ada pembeli mas? kok main catur”
“ Udah jam segini mah Neng, udah mulai sepi pasar , lagian bentar lagi saya
pulang” tegas pedagang daging tersebut.
Penulis pun menanyakan “ emang dagang apa mas?”
“Saya daging, kalo dia dagang ayam” Jawab pedagang daging sapi tersebut.”
Usai mengobrol dengan kedua pedagang tersebut, penulis mengamati keadaan
pasar di blok sayuran. terlihat pedagang sayur masih sibuk melayani pembeli,
begitu juga dengan pedagang bumbu jadi, tempe dan tahu. hal ini terlihat dalam
gambar dibawah ini
( suasana di blok tahu dan tempe) ( suasana di blok sayuran)
Selesai mengamati blok tersebut, penulis melihat jam dan ternyata sudah
pukul 10.30 WIB. Penulis melihat blok daging, ikan dan ayam. Para pedagang
daging dan yang lainnya sudah bergegas pulang ke rumah yang tersisa hanya satu
86
pedagang ayam yang masih membuka los nya. Kemudian penulis kembali ke
lantai 1, ternyata para pedagang kelontong, tekstil, emas dan jasa sudah membuka
tokonya dan sudah mulai di datangi pembeli. Dari kesekian banyak pedagang,
terlihat toko pakaian muslim yang ramai didatangi pembeli hal tersebut
dikarenakan bertepatan pada momen menjelang hari raya Idul Fitri. Kemudian,
penulis keluar pasar dan duduk di depan pasar. Lalu beberapa saat penulis duduk,
di hampiri security pasar yang menyapa penulis
“ Dek, udah mulai penelitiannya ya” tanya Security tersebut.
“ Iya pak, saya lagi observasi” Jawab penulis.
Kemudian security tersebut memberikan informasi kepada penulis tentang
kegiatan pedagang pasar. “ Nanti bentar lagi nih mobil belanjaan datang, sekitar
setengah jam atau satu jam lagi lah”
“ Oh ya Pak? makasih pak infonya, barangnya di drop dimana pak?“ Tanya
penulis dengan semangat
“ Di samping ntar, yang dateng ini mobil pedagang sayuran” jelas security
tersebut.
Penulis pun menunggu monil tersebut datang sambil mengamati sekitaran pasar.
sekitar satu jam penulis menunggu sekitar pukul 13.00 WIB mobil itupun sampai
di pasar. lalu penulis berjalan mendekati mobil tersebut, dan melihat seorang
pedagang mengangkut belanjaan. untuk lebih jelasnya terlihat di gambar berikut
ini
87
(Pedagang menurunkan barang belanjaan)
Usai mengamati mobil belanjaan yang datang, penulis memutuskan untuk
mengakhiri observasinya yang dirasa sudah cukup untuk hari ini. Penulis langsung
menuju musholla untuk shalat zuhur kemudian kembali ke rumah.
88
Transkip observasi 3
Tanggal 6 Juli 2017
Waktu 08.00-15.20 WIB
Lokasi Pasar Jembatan Dua
Pada pukul 08.00 peneliti sampai di Pasar Jembatan Dua dengan membawa tas
ransel, peneliti masuk ke Pasar Jembatan Dua langsung menuju blok pakaian.
Ketika peneliti masuk ke pasar melihat ruko-ruko yang beberapa masih tutup
karena libur lebaran. Peneliti melanjutkan pengamatanya dengan berjalan menuju
blok sayur yang berada di basement.
Pasar jembatan Dua dari depan Blok Pakaian dan Jasa
Berbeda dengan blok pakaian dan jasa yang beberapa ruko masih tutup, basement
yang di dominasi pedagang sayur, dan daging mereka sudah memulai kegiatan
berdagangnya mulai dari tanggal 3 juli 2017 atau seminggu setelah lebaran. Ketika
menuruni tangga, peneliti bertemu dengan dua orang bapak-bapak sedang duduk
di tangga dan mengobrol. Kemudian bapak tersebut bertanya kepada penulis
“Nyari apa dek?” sapanya dengan ramah.
89
Lalu peneliti mengungkapkan maksudnya datang ke pasar tersebut “saya lagi
penelitian pak, saya mahasiswa dari UIN yang mau mewawancarai pedagang
pasar jembatan dua”.
Lalu kedua orang bapak itu menunjuk kearah pedagang daging sambil berbicara
kepada penulis “Noh kalo mau wawancara sama dia noh, diamah sesepuh disini”
Lalu penulis mendatangi blok daging tersebut. Saat memasuki blok daging
tersebut, penulis disambut dengan aroma khas daging sapi mentah dengan aroma
amis ikan yang mereka jual. Saat penulis melihat-lihat aktifitas mereka yang
dibilang tidak terlalu sibuk, karena penulis datang ke blok daging sekitar jam
08.30 WIB yang merupkan jam dimana para pedagang daging sudah mau
menutup daganganya, karena mereka tutup pada pukul 09.00 WIB. Saat penulis
berdiri dan melihat-lihat, penulis di sapa ramah dengan seorang pemuda yang
berjualan daging sapi yang lapaknya pas di samping saya berdiri.
“Ada apa neng? Mau beli daging?” sapanya sambil berdiri dan tersenyum.
Lalu, penulis menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke Pasar Jembatan Dua
“Enggak Mas, saya mahasiswa yang sedang penelitian disini kebetulan pagi ini
saya sedang observasi”
Kemudian pemuda itu yang telah diketahui penulis bernama Fikar setelah
melakukan wawancara, dengan ramahnya langsung bertanya
“Oh mau wawancara-wawancara gitu ya? Saya mau dong di Tanya-tanya tapi
dapet hadiah gak? Hehe” candanya sambil tertawa renyah.
“Boleh ya Mas, saya wawancara sebentar?” Ujar Penulis.
Lalu Mas Fikar pun mempersilahkan peneliti duduk di lapaknya dengan
menyodorkan bangku plastik “Sini Neng, duduk.”
90
Lalu peneliti pun memulai wawancaranya dengan Mas Fikar. Wawancara tersebut
ada di dalam transkip wawancara no. 5 dengan pedagang Fikar. Usai melakukan
beberapa wawancara dengan pedagang daging, penulis pun melanjutkan
pengamatannya. Penulis berkeliling di blok sayuran, namun karena saat selesai
wawancara sudah jam 10.00 WIB blok sayur mulai sepi pembeli, tidak seramai
waktu awal penulis datang pukul 08.00 pagi. Tidak berlama-lama di blok sayur,
penulis akhirnya memutuskan untuk keluar pasar dan menuju area parkir yang
kebetulan berada di depan bangunan pasar. Penelitipun mengamati keadaan
sekitar, dengan duduk di bangku samping pos satpam yang kala itu di dalam pos
satpam ada dua orang security pasar yang wajahnya sudah tidak asing lagi. Lalu,
salah seorang securityitu menghampiri penulis dan menyapa
“Halo dek, kalau enggak salah ini yang dulu sering kesini juga ya?” Tanya bapak
security tersebut.
“Iya pak, saya masih penelitian di sini, satu bulan ini memang saya akan sering
kesini pak” jelas penulis.
“ Ya kalau adek datangnya jam seginian emang sepi, tapi kalau sampai malam itu
nanti ramai, apalagi jam-jam dua atau tiga pagi itu baru datang barang sama
pembeli lagi rame kalo sayuran mah, terus kalosore sekitar magriban ini depan
banyak tukang-tukang pedagang kaki lima,
“ Oh gitu ya pak, iyasih pas kemarin saya kesini itu jam setengah 6 sore udah
banyak yang dagang di pinggir jalanan kirain sampe rada siangan pantesan
besoknya saya kemari udah enggak ada, kalo gitu makasih ya pak” jawab penulis.
91
“Iya sama-sama dek” ujar Pak Security.
Penulis pun kembali memperhatikan kegiatan di pasar tersebut, hingga pukul
12.30 penulis melihat hanya toko penjual perlengkapan sekolah dan jasa menjahit
saja yang ramai pembeli karena sudah mendekati tahun ajaran baru. Sedangkan
toko-toko lain seperti perabotan dan emas penulis belum melihat pembeli satupun.
Terlihat dalam gambar dibawah ini
(Blok pedagang seragam sekolah ramai) (blok pedagang peralatan rumah tangga sepi)
Keadaan tersebut penulis lihat hingga pukul 14.00 WIB. Pada jam tersebut
akhirnya penulis memutuskan untuk mengakhiri observasinya.
92
Transkip Observasi 4
Tanggal 9 Juli 2017
Waktu 08.00-15.20 WIB
Hari ini, penulis sampai di pasar sekitar jam 8 pagi. Penulis melihat pedagang
emas sudah membuka tokonya. kemudian penulis masuk ke lantai 1 pasar. terlihat
beberapa pedagang telah kembali berdagang usai libur lebaran. Jumlah ruko yang
buka lebih banyak disbanding beberapa hari yang lalu saat penulis observasi.
Sekitar pukul 09.30 WIB pedagang seragam sekolah di banjiri pembeli, hal ini
seperti yang dilihat penulis pada observasi 06 Juli lalu. Hal lain yang penulis lihat
adalah penyedia jasa menjahit/ vermak juga ramai, karena beberapa ibu-ibu
datang untuk menjahit baju sekolah anak-anak mereka. Selain itu, pedagang
perlengkapan sekolah lainnya seperti buku tulis, sepatu, dan tas tak kalah
ramainya.begitu pula dengan pedagang perhiasan emas Seperti yang terdapat
dalam gambar dibawah ini
(Pedagang perlengkapan sekolah ) (Pedagang perhiasan emas)
Setelah mengamati pedagang di lantai satu, penulis menuju basement pasar.
Terlihat Pak taufik salah satu informan sedang tidak ada di lapaknya,, kemudian
penulis menanyakan kepada karyawan beliau “Mas, Pak Taufiknya kemana?”
“Lagi anter pesanan ke pelanggan” jawab karyawan tersebut.
“ Naik apa mas nganternya? dan kemana?” tanya penulis dengan penasaran
93
“ Ke Pluit, pake mobil tadi. katanya mau sekalian belanja sih” Jawab karyawan
tersebut.
Akhirnya penulis menuju ke blok daging sapi, terlihat lapak Abdul Malik
kedatangaan pelanggannya yang memiliki kios bakso. pelanggannya tersebut
hendak mengambil daging yang baru sempat ia ambil jam 10 pagi karena baru
pulang dari mudik lebaran. Terlihat pelanggan tersebut sangat terburu-buru
meskipun masih menyempatkan diri untuk mengobrol sebentar dengan Pak Abdul
Malik dan Pak Hasan. Sesaat setelah pelanggan tersebut pergi, giliran penulis
yang mengobrol dengan pak Abdul Malik menanyakan bagaimana penjualanya
hari ini. Pak Abdul Malik menjawab
“ Sisa sedikit nih hari ini, mendingan sih dari pada kemaren-kemaren,orang
masih enek sama rendang kayaknya” ujar Pak Abdul malik
“Lalu sisanya di taro freezer Pak?” tanya penulis
“Iya, kalo gak nanti saya jualin ke pabrik sosis aja” jelas pak Abdul Malik.
Setelah sedikit mengobrol dengan Pak Abdul Malik, penulis menuju ke kantin
pasar untuk makan siang. Di kantin hanya tersedia indomie dan gorengan saja.
akhirnya penulis memutuskan untuk membeli mie rebus untuk makan siangnya.
Sambill menunggu pesanan datang, penulis mengpbrol dengan beberapa pedagang
yang sedang makan dan ngopi di kantin.
Usai makan siang dan sholat zuhur, penulis bergegas untuk kembali
mengamati situasi di pasar. Penulis kembali ke blok sayuran dan ternyata Pak
Taufik telah kembali dari mengantar pesanan dan berbelanja. Rupanya beliau
hanya berbelanja sedikit, sehingga tidak memakan waktu yang lama. Saat di lapak
Pak taufik, penulis mengamati pak Taufik menata barang belanjaannya dan
ternyata dia juga membeli beberapa belanjaan milik teman pedagangnya yang
sama-sama pedagang sayuran. Teman pedgangnya itu berbelanja bawang dan
beberapa sayuran yang jumlahnya tidak terlalu banyak.
94
Lalu Pak Taufik pun memberi tahu penulis, bahwa pelanggannya yang tempo
hari penulis tanyakan untuk wawancara akan datang berbelanja ke pasar pada
tanggal 15 Juli karena pelanggannya tersebut menerima pesanan katering nikahan.
Mendengar hal tersebut, penulis meminta pak taufik untuk memberitahukan
pelanggannya untuk bersedia diwawancara. memalui telepon, pak taufik bertanya
kepada pelanggannya memastikan tanggal 15 jadi datang ke Pasar untuk
berbelanja keperluan catering. Setelah diberitahu Pak taufik, akhirnya
pelanggannya tersebut bersedia untuk diwawancarai penulis. Usai mengobrol
dengan Pak taufik, penulis melihat jam ternyata sudah pukul 15.30 akhirnya
penulis pamitan dengan Pak taufik dan memutuskan untuk mengakhiri observasi
hari ini.
“Pak, Sudah sore nih saya pulang dulu ya pak. InsyaAllah saya tanggal 15
kesini buat wawancara, enaknya jam berapa ya pak? tanya penulis
“ Nanti saya wa aja ya, dia (pelangganya) datengnya jam berapa. tapi biasanya
mah pagi atau agak sore sih” Jawab Pak Taufik.
Lalu penulis pun menjawab “Baik pak saya whatsapp saja nanti, terimakasih
banyak ya pak saya pamit pulang dulu”
“Iya Hati-hati neng” Jawab Pak taufik.
95
Transkip Wawancara
Informan 1
Wawancara tanggal 17 April 2017
IDENTITAS INFORMAN
Nama : H.Khaerudin
Usia : 55 Tahun
Status : Menikah
Pekerjaan : Kepala Pasar Jembatan Dua
Penulis : Nama Panjang siapa pak? dan usia bapak?
Informan : Pak Haji Khaerudin. Umur 55 tahun
Penulis : Sudah berapa lama bapak menjabat sebagai kepalasa pasar
Jembatan Dua?
Informan : Sejak 2014
Penulis : Kalau Pasar ini sendiri berdiri pada tahun berapa ya Pak?
Informan : Sudah dari dulu, dari tahun 1970-an lah. Dulu bentukannya gak
begini, masih pasar tradisional biasa.
Penulis : Ada berapa banyak pedagang di PasarJembatan Dua ?
Informan : Kalo pedagang kan gak sama dengan jumlah usaha, itukan ada yang
punya usaha dua, ada lima, gitukan. Ya mungkin sekitar 300-an lah
kalau jumlah pedagang, kalau jumlah ruko 414 ruko.
Penulis : Itu mereka berdagang apa saja ya Pak? Saya kan kesini kesorean
banyak yang sudah tutup sepertinya
Informan : Itu kebanyakan kalau pagi kan dagang sayur, sama sembako. Itu di
lantai paling bawah. Kalo di atasnya kan cuma tekstil sama sepatu-
sepatu itu.
Penulis : Biasanya pembeli di pasar ini tuh dari daerah mana aja ya pak?
96
Informan : Petak Kodok,Grogol,Pluit ya macem-macem inikan pingggir jalan ya
bisa dari mana saja pembeli mah.
Penulis : Nanya sedikit seputar Kalijodo ya Pak, Bapak pernah mendapat
keluhan ga pak dari para pedagang sini
semenjakadanyapenggusuranKalijodo?
Informan : Oh iya imbasnya banyak, itukan banyak pembeli kita disitu, itu dulu
kan banyak rumah-rumah kumuh gitukan, yah Cuma kan ya
rumah-rumah masyarakat itu kan mereka banyak yang dagang-
dagang kayak warteg gitu dan sekarang udah kaga ada. Ya
sekarang mah kebanyakan yang beli ya rumah tangga biasa aja.
Penulis : Terus Pak ada gak sih pedagang sini yang rumahnya dulu di
Kalijodo juga?
Informan : Tidak ada sih sepertinya
Penulis : Pedagang pasar sini mayoritas tinggal dimana ya Pak?
Informan : Kebanyakan si ada yang dari daerah Tangerang, dan sekitar sini.
Penulis : Kalo etnisnya pak?
Informan : Etnisnya kebanyakan tionghoa ada sekitar 40% disini. Nih yang
dagang daging babi dan sebagian perabotan mainan anak Tionghoa
semua. Kalo sayuran, bumbu, ayam , ikan ada yang dari Kuningan,
Banten, dan tangerang.
Penulis : Berarti memang ada kaitanya ya sama penggusuran Kalijodo itu
ya?
Informan : Ada, ya memangsih penggusuran ada bagusnya, yaada. Cuman kalo
buat orang kaya situ bukan pedagang, dan kaya saya meski bukan
orang yang punya usaha tapi saya pengelola, buat imbasnya kalau
saya sih ada! Karena kalau udah sepi itukan mereka bayar ruko
terlambat, karna ya kata mereka “yagimana Pak, sepi” masa kita
mau maksa? Kan kaga. Disini mah hampir 50% turunnya. Tapi
kan ga mungkin penggusuran enggak ada korban, pasti ada korban.
Kalau orang yang gatau mah bilangnya wah bangus-bagus, yaa
emang bagus digusur, tapi kan mematikan juga itu loh masyarakat.
Penulis : Kalau yang depanpasarsinidaerahmanaya Pak?
Informan : Itu masuk Jakarta Utara tuh keknya
97
Penulis : Itu mereka belanjanya kemari juga ga?
Informan : Ya sebagian sih kemari. Tapi mayoritas dulu dari Kalijodo .
Penulis : Karna penggusuran itu sampe ada yang tutupgak sih pak rukonya?
Informan : Ya banyak, itu kata dia “ah udah deh saya nyerah deh ga mampu
bayar” tapi ya gimana kata saya yaudahlah. Itu pedagang ilang lagi
satu, ilang lagi.
Penulis : Apa peran pengelola pasar dalam menghadapi sepinya pembeli
karna penggusuran kalijodo itu?
Informan : Yah kalo dari saya paling dilonggarin aja masalah bayar cicilan ruko
atau los. Kalau telat ya maklumin aja karna dagangannya sepi.
Penulis : Lalu apakah saat ini masih terdapat banyak pedagang yang nunggak
bayar pak?
informan : Yah sekarang sih udah gak terlalu banyak ya.. mungkin karna
mereka sudah bisa mengembalikan omset dagang kali ya. Paling
beberapa aja nih masih suka harus ditagih-tagih jawabnya ntar-ntar
dulu. Ah yaudah lah kata saya mah.
Penulis : Oh seperti itu ya Pak. oke Pak cukup wawancaranya terimakasih ya
Pak atas waktunya. Insyaallah beberapa bulan saya akan sering
kesini untuk penelitian Kalau boleh tau, apakah pedagang disini
ada yang bersaudara ?
Informan : Ya itu pedagang daging saudaraan semua. Tukang sayuran juga
yang asalnya kuningan rata-rata kerabat dekat.
Penulis : Boleh saya minta saran ke bapak kira-kira pedagang yang mana
yang sudah sangat mengerti tentang seluk-beluk pasar Jembatan
Dua?
Informan : Ya kebanyakan disini dagang udah pada lama. Kamu tanya-tanya
saja ke pedagang kira-kira yang paham sama kondisi sini dari dulu
sampai sekarang siapa, kalau saya baru kan menjabat jadi tidak
terlalu paham lah.
98
Transkip Wawancara
Informan 2
Wawancara tanggal 04 Mei 2017
IDENTITAS INFORMAN
Nama : Agus
Usia : 28 Tahun
Status : Lajang
Pekerjaan : Pedagang kelapa parut
Penulis : Assalamualaikum Mas, Saya Atikah yang kemarin waktu itu SMS mau
wawancara.
Informan : Iya neng, mulai sekarang aja wawancaranya. Mumpung senggang
Penulis
: Baik Mas. Nama mas siapa?
Informan : nama saya Agus.
Penulis
: Asalnya dari mana Mas?
Informan : Saya dari Pandeglang, Banten.
Penulis
: Sudah berapa lama Mas dagang di pasar Jembatan Dua?
Informan: Sudah 5 tahun waktu pasar sebelum dipindah, 3 tahun setelah dipindah
kan ini dibangun 2014. Yaa sekitar 8 tahunan lah.
Penulis : Ini dagangan punya sendiri?
Informan : Iya, tapi join sama punya orang. Temen.
Penulis : Mas kan udah lama dagang disini, dari dulu sebelum pasar di pindahin
kesini itu ada perkumpulan pedagang / asosiasi pedagang gitu ga sih
Mas?
Informan : Engga ada. Cuma paling suka ngumpul aja nongkrong sesama
pedagang asal daerah yang sama.
99
Penulis : Tapi rata-rata disini orang pandeglang semua?
Informan : Engga Neng, mencar-mencar disini mah. Disinimah campur si ada
orang Serang juga, Kuningan, Tangerang.
Penulis
: Memang, buka jam berapa ini pasarnya?
Informan : Yah sekitar jam setengah 3 pagi.
Penulis
Lama yak?
: Ohh, kirain 3 sore, ternyata malam. Berarti kayak pasar Kebayoran
Informan : Iya betul sekali Neng. Hehe.. Jam 3 sore mah sepi, dulumah ada yang
belanja jam segitu. Inimah boro-boro enggak ada yang belanja
sekarang. Jam 6 sore udah beres sekarang.
Penulis
: Oh jadi sekarang tutupnya magrib?
Informan : iya atuh dulu mah jam 10 geh masih ada yang belanja. Sekarang mah
iiihh parah.
Penulis
: Biasanya yang beli orang daerah mana?
Informan
: Ya sekitar sini lah. Kalau dulu kebanyakan orang Kalijodo tuh.
Penulis
: Emang Mas, engga ada pelanggan tetap gitu? Misal kan tadi Mas
bilang, yang beli kebanyakan orang Kalijodo. Apa ada warga
Kalijodo yang sekarang masih jadi pelanggan tetap mas?
Informan : Ohh udah enggak ada lah, udah pada belanja di pasar yang laen gitu.
Kalo kesini mah kejauhan dia.Yah, sepinya ini karna Kalijodo
dibongkar itu. Semua pedagang- pedagang juga pada ngeluh.
Penulis
: Apa ada yang sampe tutup toko?
Informan : Ada, pada gulung tikar, banyak. Kenapa pada ngeluh? Sewanya mahal,
pembeli enggak ada. Lokasi buat dagangnya juga engga strategis.
Buat yang dagang sayur di tempatin di paling bawah, dari jalanan
enggak kelihatan. Jadi orang lewat mah engga ada yang tau, kalo
disini ada pasar. Apalagi sekarang yang dagang kelapa di tempatin di
paling belakang. Omset saya makin berkurang.
Penulis : Penempatan pedagang memang udah diatur?
100
Informan : Iyah, udah diatur sama kepala pasar. Dari pusatnya emang udah
disuruhnya begini. Disinimah enggak ada yang belanja, sekedar lewat
juga enggak ada.
Penulis : Memangnya masyarakat sekitar, seperti yang di blakang pasar jembatan
dua ini, sama seberang pasar, tidak belanja kesini?
Informan : Belanja sih yang blakang sini, orang Petak Kodok, depan juga ada.
Cuman, kalo dulumah pelanggan utama ya orang Kalijodo Neng.
Penulis : Emang dulu warga Kalijodo, yang beli dagangan mas, itu rumah tangga
biasa, atau pedagang juga mas?
Informan : Iya disono kan kebanyakan warteg, ya yang beli orang-orang yg
dagang warteg, tukang jualan. Yang jualan sayuran gerobak gitu.
Banyak dulumah, yang beli satuan geh banyak juga. Sekarang mah
udah abis, udah enggga ada lagi warung nasi kan.
Penulis : Apakah Mas dekat dengan orang-orang Kalijodo?
Informan : Ya paling hubungannya yang dekat dengan pelanggan-pelanggan aja.
Kan dulu sering kerumahnya pelanggan buat mengantar pesanan. Kan
dari sini deket. Sehari minimal dua kali sampai empat kali lah
nganterin kelapa ke Kalijodo. Kadang ,Kalau waktu senggang saya
nongkrong gitu sama pelanggan saya itu.
Penulis : Berapa banyak kenalan dari orang Kalijodo?
Informan : Saya Kenalnya ya sama pelanggan saya aja pertamanya, karena dia
juga enak orangnya, ya sering ngobrol, nongkrong bareng kalo sama
yang seumuran. Kadang juga nobar, kadang dia yang ikutan nobar di
pasar.
Penulis : Terus dulu mas, perhari penghasilnnya bisa dapet berapa? Sebelum
Kalijodo digusur?
Informan : Yah sampe dapet 300 kelapa / hari. Satu kelapa hargamya pas pasar
lama, dari sananya 3000 rupiah. Kalo ngeteng (satuan) , satunya 6
ribu atau 7 ribu. Sekarang mah 5.200 rupiah perbiji.
Penulis ; Kalau setelah pengusuran, berapa mas laku kelapa seharinya?
Informan : Awal-awal mah parah, 100 biji juga enggak habis. Omsetnya nurun
parah dua kali lipat. Paling 60 laku, 70 laku. Paling tinggi ya 100.
101
Penulis
dong?
: Berarti secara enggak langsung penghasilan Mas juga ikut berkurang
Informan : Berkurang, jauh. Sehari-harimah buat makan mah ada aja gitu.
Penulis : Terus, mas berangkat jam berapa dari rumah?
Informan : Tidur disini aja di pasar.
Penulis : Enggak pulang ke Pandeglang?
Informan : Pulang kadang seminggu sekali ke kampung.
Penulis : Tapi bulan puasa mah lebih ramai, atau sama aja mas?
Informan : Ada aja si yang belimah. Awal puasa seminggu-dua minggu ya rame.
Kalo udah 2 minggu mau lebaran ya sepi karna pada pulang kampung
kan orang.
Penulis
: Pedagang yang asalnya dari Pandeglang, abang aja, atau banyak?
Informan : Banyak lah lumayan.
Penulis
: Berarti berangkat-pulang bareng?
Informan : Enggak, ya pada tidur di pasar semua.
Penulis : Disini, tidurnya di mana bang?
Informan : Kadang di Musholla, kadang diatas.
Penulis : Kalau kegiatan sehari-hari setelah pasar tutup Mas dan yang lainnya
ngapain?
Informan : Nyantai-nyantai, udah gitu nongkrong, ya ngobrol-ngobrol biasa aja
gitu.
Penulis : Mas, hubungan dengan pedagang lain gimana?
Informan : Ya deket. Sama dari Kuningan juga deket.
Penulis : Apakah Mas dengan pedagang lainnya suka tolong menolong dalam
hal sesuatu?
Informan : Saya sama beberapa teman saya kan tinggal di pasar ini. Salah satunya
yang dari Kuningan, berhubung dagangan kita sama, makanya kalau
belanja suka gentian. Hari ini misalkan saya, besoknya dia. Atau
102
misalkan dia lagi pulang ke Kuningan nanti saya yang belanja buat
dagangan dia, begitupun sebaliknya. Saling ngebantu ajasih.
Penulis : Oh gitu, Apa Mas kalau pulang kampung suka bareng sama pedagang
yang dari Pandeglang sampai harus gentian brlanja dengan pedagang
Kuningan?
Informan : Iya kadang naik mobil bareng-bareng, kadang sendiri.
Penulis : Mereka yang pedagang asal Kuningan tidur di pasar juga atau pulang ke
kuningan?
Informan : Pada ngontrak. Ada yang tidur sini.
Penulis : Berarti kalau malam rame?
Informan : Ya rame. Tapi disini mah ramenya jam setengah 3 pagi- jam 6 pagi.
Lewat jam 6 mah udah, sepi.
Penulis : Emang kalau jam 2 pagi, jam 3 pagi itu yang beli siapa bang?
Informan : Ya langganan masing-masing.
Penulis : Kalau Mas sendiri langganannya dari mana aja?
Informan : Saya? Ya dari mana aja, ada yang dari Muara Karang.
Penulis
: Lalu semenjak Kalijodo di bongkar mas cari pelanggan baru lagi?
Informan: iya
Penulis
: Strateginya apa Mas?
Informan : Apa ya.. Ya ngasih harga murah aja dan kelapa yang masih bagus.
Kualitasnya di bagusin lah dari sebelumnya.
Penulis : Terus sampai sore begini sepi? Sore baru tutup?
Informan : Sampai sore, kir-kira sore jam 4. ngirim itu, ke pelanggan masing-
masing.
Penulis : Mas ngirimnya sendiri? pakai apa?
Informan : Saya mah kadang nyuruh temen, kadang saya sandiri nanti dagangan
saya temen yang jagain. Pakai motor Neng kalo dikit mah. Kalau
banyak minjem mobil temen atau nitip.
103
Penulis
: Itu sejak kapan mas nganter-nganter ke pelanggan? dan paling jauh
kemana?
Informan : Dari dulu, Cuma dulu kan nganter wilayah-wilayah sini aja dan
mayoritas daerah Kalijodo dan sekitarnya karna disitu banyak
pelanggan. Tapi karna sekarang masyarakat disini udah berkurang,
yang beli ibu-ibu biasa ya mereka kan dateng ke pasar, jadi saya
mulai nerima nganterin ke pelanggan yang agak jauh kaya Muara
Karang.
Penulis : Mas, kan pelangganya dari Muara karang. Alasanya kenapa mereka bisa
belanja kelapadisini mas?
Informan : Banyak yang bilang di daerah sono mah kelapa mahal. Makanya
kesini.
Penulis : Yang membeli kelapa juga para pedagang makanan/ sayur?
Informan : Iya, ada yang dagang kue – kue gitu. Yang warung makan juga ada.
Penulis
: Tapi dulumah pelanggan utamanya tetap Kalijodo?
Informan : Iya Neng.
Penulis
: Oke mas segitu aja, Terimakasih atas waktunya
Informan : Oh iya Neng
104
Transkip Wawancara
Informan 3
Wawancara tanggal 03 Juli 2017
IDENTITAS INFORMAN
Nama : Herman
Usia : 45 Tahun
Status : Menikah
Pekerjaan : Pedagang bumbu masakan dan sembako
Penulis : Assalamu‟alaikum pak, saya mahasiswi dari UIN Jakarta, bolehkah saya
mewawancarai bapak untuk skripsi saya yang berkaitan dengan
pedagang pasar?
Informan: Waalaikumsallam, boleh dek silahkan saja.
Penulis : Bapak dagang apa pak?
Informan: Dagang bumbu masakan dek, bumbu jadi sama sembako.
Penulis : Sudah berapa lama pak berdagang di pasar Jembatan Dua?
Informan: Disini hampir 25 tahun.
Penulis : Bapak saat ini tinggal dimana ?
Informan: Saya ngontrak di Priok. Aslinya orang Kuningan, jawa barat. Kalau
istri orang padang.
Penulis : Bapak berdagang mulai dari jam berapa?
Informan: Dari jam 1 malem.
Penulis : Boleh tau, bapak disini sewa lapaknya berapa ?
Informan: Disini mah sistemnya kredit , sebulan 500 ribu lebih. DPnya 10 juta.
Penulis : Pelanggan bapak disini berasal dari mana daerah mana pak?
105
Informan:,Ada dari Jembatan Tiga, Jelambar, Tanggul kalo dulu samaKalijodo
Penulis : Teman bapak ada yang warga Kalijodo Pak?
Informan: Teman mah banyak dari sono.
Penulis : Apakah profesi teman-teman bapak tersebut?
Informan: Ada yang rumah tangga, ada yang pedagang, ada yang pengangguran.
Penulis : Kalau yang dagang itu mereka dagang apa pak?
Informan: Dagang nasi, dagang pecel lele, nasi goreng.
Penulis
: Lalu mereka belanjanya di toko bapak?
Informan: Iya disini.
Penulis
: Lalu sampai sekarang masih belanja disini?
Informan: Enggak, kalau teman saya mah pada pulang kampung karna digusur.
Penulis : Apakah pelanggan yang orang Kalijodo suka bawa temen untuk belanja
di tempat bapak gak?
Informan : Ada kalo temennya lagi main ke Kalijodo sekalian ke saya belanja
berdua sama langganan saya itu.
Penulis : Saat ini warga Kalijodo telah di relokasi, lalu bagaimana keadaan
dagangan bapak? Apakah terjadi perubahan?
Informan: Iya, sepi. Sekarang mah pelangganya paling Cuma dari Jelambar sama
Tanggul yang sering mah.
Penulis
: Apakah temennya langganan bapak masih suka belanja di bapak
sampai sekarang?
Informan : Ya engga sih, mereka juga otormatis ikutan pulang, jadi gapernag main
kesini lagi ya ga belanja disini juga deh.
Penulis : Apakah dari warga Kalijodo tersebut salah satunya ada yang saudara
bapak atau kerabat dekat bapak?
Informan: Enggak ada, saudara mah disini semua dagang di pasar ini.
Penulis : Oh, yang mana saja saudara bapak?
106
Informan: Ini tukang-tukang ini semua (menunjuk pedagang sayuran) dari
kuningan semua rata-rata saudara saya.
Penulis : Apakah ada teman bapak yang juga berdagang disini, namun
daganganya harus gulung tikar karena bangkrut yang disebabkan
karena sepinya pelanggan pasca penggusuran?
Informan: Ya banyaklah. Kalau yang baru-baru itu, Kalau pedagang yang lama
mah enggak.
Penulis : Maksudnya bagaimana pak?
Informan: Iya ini kan pasar baru, bangunan baru kan. Adalah pedagang baru, trus
yang enggak kuat misah.
Penulis
: Apakah hal tersebut disebabkan sepinya pelanggan pasca pengusuran?
Informan: Iya.
Penulis
: Apakah bapak dahulu memiliki banyak pelanggan dari Kalijodo?
Informan: Banyak, kan deket dari sana (Kalijodo) ke sini.
Penulis : Mereka berasal dari rumah tangga biasa, atau para pedagang juga? Yang
menjadi pelanggan bapak itu.
Informan : Yang rumah tangga ada, yang dagang juga ada. Kan kalijodo itu
banyak yang jualan nasi, warteg.
Penulis : Kalau pelanggan yang berjualan, biasanya beli berapa banyak pak?
Informan : Yang jualan mah ada yang beli beras karungan, ada yang literan.
Penulis : Kalau para pedagang tersebut saat ini di relokasi, apakah berpengaruh
dengan omset bapak?
Informan : Iya otomatis turun omset saya.
Penulis
: Lalu, seperti apa strategi bapak untuk bertahan dan memenuhi
kebutuhan sehari-hari dengan menurunya omset penjualan bapak?
Informan: Strategi mah masih coba-coba ya. Cuma disinikan saya gak sendiri ada
saudara banyak jadi ya kadang dibantu di cariin pembeli.
Penulis : Lalu, apakah ada pelanggan baru yang membeli dagangan bapak?
Informan : Kalau pelanggan baru mah ada pasti..
107
Penulis : Kalau pedagang pasar jembatan dua ini, rata-rata mereka santainya jam
berapa ya pak?
Informan: Santainya ya jam segini ini, siang. Kalau habis isya sibuk baru datang
barang. Cuman, belanjanya mah ganti-gantian ada yang siang, sore
atau malam. Sift-siftan gitu jaganya. Nanti kalo saya lagi belanja yang
jagain dagangan saya sodara saya yang tukang sayuran minta layanin
kalo ada yang beli.
Penulis : Apa bapak gak takut kalo dagangannya di jagain orang lain?
Informan : Gak lah, ngapain takut. Kan dia saudara, tau orangnya gimana. Terus
dagang disini juga, dia juga suka saya yang jaga dagangannya kalo
lagi pergi.
Penulis
: kalau untuk para pedagang apakah ada perkumpulan / asosiasi atau
ikatan pedagang pasar jembatan dua ga?
Informan: Enggak sih, engga pernah ada.
Penulis
: Bagaimana hubungan bapak dengan pedagang lain khususnya
pedagang yang asalnya dari Kuningan ?
Informan
: Hubungannya ya baik, saling tolong-menolong kalau ada yang
kesusahan. Kalau ada yang hajatan ya kondangan bareng-bareng.
Penulis
: Apa ada manfaat yang bapak rasakan karena terjalinnya hubungan baik
dengan pedagang asal Kuningan tersebut?
Informan
: Enakanya kalau deket sama pedagang dari Kuningan itu kita saling
bahu-membahu, ada masalah di pasar dibantu carikan jalan keluarnya,
sepi pelanggan misalnya, mereka memberikan informasi ke
pelanggannya untuk beli di saya. Karena mayoritas saudara saya yang
asal Kuningan disini kan dagang sayur, sedangkan saya dagangnya
berbeda dari mereka, jadi ketika pelanggannya butuh bumbu masak
apa sembako murah di infokan biar beli-nya ke saya.
Penulis
: Oh begitu, lalu, harga bumbu yang bapak jual apakah mengalami
kenaikan di bulan ramadhan?
Informan
: Naik banget lah.
Penulis
: Lalu hal itu mengurangi pelanggan bapak ga?
108
Informan : Enggak lah, namanya juga kebutuhan. Naiknya kan serentak.
Dimana-mana sama.
Penulis : Lalu, apakah bapak pernah berniat untuk merubah harga barang
dagang bapak lantaran omset menurun dan dagangan sepi? Jadi biar
banyak gitu yang beli karna turun harga.
Informan : Ya enggak sih, kan harga mah ngikutin. Kalau pasaranya segitu
yaudah dijual segitu. Kalau pasaranya naik, ya harga dagangan saya
ikut naik.
Penulis : Apakah penghasilan saat ini cukup menutup kebutuhan sehari-hari
bapak?
Informan: yah kalau dicukup-cukupin mah cukup. Paling bayar sewanya lambat.
Penulis
: batas paling telat bayar berapa hari pak sama pengelola?
Informan
: Ya paling lambat 10 hari.
Penulis
: Kalau sampai 10 hari masih belum bisa bayar gimana pak?
Informan
: Ya ditegor lagi.
Penulis
: Gak pernah sampai disuruh tutup toko??
Informan
: Ya enggak sih, lama-lama abis yang dagang.
Penulis
: Lalu bagaimana perbandingan harga pasar Jembatan Dua khususnya
dagangan bapak, dengan harga para pedagang dipasar lain?
Informan
: Kalau perbandingan harga mah paling selisih dikit.
Penulis
: Lalu berapa bulan sekali bapak pulang ke Kuningan?
Informan
juga.
: Saya 2 bulan sekali. Kadang barengan sama orang-orang pasar
Penulis
: Oh gitu,baik pak trimakasih sudah mau meluangkan waktunya.
Oiya Pak menurut bapak siapa lagi yah pedagang sayur yang bisa
diwawancara?
Informan: Sama-sama dek. Itu aja noh yang lapaknya paling depan, bapaknya dia
yang paling lama disini, cuman lagi anaknya yang jaga.
(menunjuk lapak Pak taufik)
109
Penulis : Makasih Pak Assamualaikum.
Informan : Waalaikumsallam.
110
Transkip Wawancara
Informan 4
Wawancara tanggal 03 Juli 2017
IDENTITAS INFORMAN
Nama : Taufik Hidayat
Usia : 33 Tahun
Status : Menikah
Pekerjaan : Pedagang Sayuran
Penulis : Assalamualaikum pak, saya Atikah ingin mewawancarai bapak untuk
skripsi saya. Apakah bapak bersedia?
Informan: Waalaikumsallam. Baik dengan senang hati, maaf nih tempatnya
begini.
Penulis
usianya?
: Iya santai aja Pak, Hehe. Boleh tau nama lengkap bapak siapa dan
Informan: Nama saya Taufik Hidayat. Usia 33 tahun.
Penulis : Sudah berapa lama berdagang di Pasar Jembatan Dua ?
Informan : Sudah lama, inikan dari orang tua. Kalau orang tua mulai dari tahun
1983.
Penulis : Bisa di ceritakan bagaimana awal mula bisa berdagang di sini?
Informan : Pertama mah dagang di pinggir jalan dulu, lalu di benahi sama
pemerintah di bikin pasar baru kita pindah.
Penulis : Kenapa Bapak memilih untuk mengikuti orang tua berjualan di Pasar
Jembatan Dua?
Informan : Ya tujuanya untuk melanjutkan usaha Bapak saya. Terus ya kalau
keuntungan ya menjanjikan gitu.
Penulis : Apakah bapak sudah berkeluarga?
111
Informan : Sudah, sudah punya anak 1 umur tiga tahun.
Penulis : Bapak disini tinggal sama istri dan anak bapak atau sendiri?
Informan : Istri saya sama anak saya dikampung. Saya disini ngontrak rumah
sama bapak dan pedagang lain yg sekampung pada ngontrak juga.
Penulis : Pada saat hari raya kemarin, satu kontrakan pada pulang kampung
semua atau hanya bapak saja?
Informan : Iya satu rumah pada pulang semua, kan rame-rame pakai mobil.
Penulis
: Di lapak dagang bapak ini, memiliki berapa karyawan?
Informan : Karyawan ada dua.
Penulis
: Apakah mereka berasal dari kampung yang sama dengan bapak?
Informan: iya, sama. Mereka tetangga di kampung.
Penulis : Karyawan bapak sudah berapa lama kerja dengan bapak?
Informan: Kalau namanya karyawan ya istilahnya ada yang mau mandiri terus
misah, makanya tiap tahun kadang gonta-ganti.
Penulis : Kalau karyawan yang sekarang bekerja sudah berapa lama?
Informan : Ada sekitar dua tahunan atau tiga tahunan-lah.
Penulis : Siapakah nama karyawan bapak?
Informan : Namanya Bambang dan Ayi.
Penulis : Apakah mereka yang meminta untuk ikut bekerja dengan bapak disini,
atau bapak sendiri yang menawarkan pekerjaan ke mereka?
Informan : Ya sayakan melihat pemuda dikampung yang pada nganggur, ya
kasihan saya ajak-ajak aja ke sini.
Penulis : Lalu, berapakah omset bapak perharinya dari dulu mulai berdagang
hingga sekarang?
Informan : Ya namanya dulu sama sekarang kan rupiah beda ya. Kalau dulu ya
sekitar 1 juta itu tahun „99an yang saya ingat. Kan saya baru ke sini
tahun 2000, kalau orang tua saya itu dari dulu tahun „83an.
112
Penulis : Pada awal bapak dating ke sini, itu bapak baru lulus sekolah atau sudah
pernah memiliki pekerjaan lain sebelumnya?
Informan : Lulus SMA. Ya saya sempat mencari-cari kerjaan, Cuma engga dapat-
dapat ya istilahnya mau bagaimana lagi? Kalau sama bapak kan
menjadi penerus.
Penulis : Lalu berapakah upah karyawan bapak saat ini?
Informan: Sekarang perhari itu 80ribu diluar makan. Makan sudah saya tanggung.
Penulis : Lalu karyawanya itu dibayarnya perhari, atau setiap bulan?
Informan : Setiap bulan, jadi 80 ribu dikali sebulan aja gitu.
Penulis : Kalau soal sewa lapak ini berapa perbulanya pak?
Informan : Kalau Pasar Jaya ini sistemnya hak pakai. Kita di kasih jangka waktu
berapa tahun.
Penulis
: Itu gratis atau beli?
Informan : Belilah, hak pakainya beli.
Penulis
: Kalau bapak sendiri, dari dulu pelangganya dari mana saja?
Informan : Dulu dari sekitar sini aja.
Peneliti : Apakah ada pelanggan bapak yang dari Kalijodo dulu?
Informan: Ada, banyak. Hampir 40 % dari pelanggan saya orang Kalijodo dulu.
Peneliti : Kalau warga Kalijodo yang menjadi pelanggan bapak apakah ada yang
asih membeli dagangan bapak setelah mereka di gusur?
Informan : Udah engga ada, soalnya kan mereka pindah. Pindahnya ke Marunda
sama Pulo Gebang kalo enggak salah. Ya kalau Cuma silaturahmi-
silaturahmi mah suka ada. Satu dua orang dah.
Penulis
: Mereka belanja atau Cuma ngobrol aja?
Informan: Ngobrol aja.
Penulis
: Itu teman bapak atau pelanggan biasa?
Informan : Pelanggan. Temen saya orang situ mah enggak ada.
113
Penulis : Seberapa besar kerugian bapak dengan adanya penggusuran Kalijodo
itu?
Informan : Ya sekitar 40 % mah ada.
Penulis : Omset bapak dari sebelum kalijodo digusur dan saat ini berapa?
Informan : Kalau omset mah biasa aja yah, namanya jualanmah kalau ada yang
pindah pasti ada ganti pelanggan yang baru. Kalau menurut saya sih
normal-normal aja. Cuma ada sedikit kemajuan lah setelah adanya
penggusuran.
Penulis : Jadi, menurut bapak dengan adanya penggusuran malah omset bapak
naik?
Informan : Iya namanyua orang berjualan, ketika mengalami kemunduran kita
merubah strategi lagi. bikin strategi baru, agar mendapat keuntungan.
Penulis : Itu bagaimana strateginya?
Informan: Strateginya ya kita menawarkan service pesan antar. Kita mulai
mengadakan pesan antar baru satu tahun terakhir aja, karna penjualan
udah mulai goyang waktu Kalijodo warganya digusur, nah dari situ
mulai kita bergerak merubah strategi.
Penulis : Strategi ini baru bapak pikirkan setelah terjadi penggusuran di Kalijodo
atau sebelumnya sudah pernah bapak pikirkan tetapi belum
dilaksanakan?
Informan: Jadi, setelah penggusuran itu dagangan kan mulai sepi, saya mikir mau
menawarkan jasa antar pesanan ke pelanggan, lalu saya buat kartu
nama gitu, jadi setiap pembeli saya sebarin kartu nama itu kalau dia
mau pesan antar.
Penulis : Apakah ada kategori pembeli yang bisa melakukan pesan antar ga?
Informan : Ya kategorinya ya pembeli yang mau pesan setengah kilo ke atas. Dan
setiap pengiriman sayur kita selalu jamin kualitas sayuran masih
tetap fresh dan terjaga kualitasnya.
Penulis
: Setelah menerapkan strategi baru sudah berapa persen omset bapak
bertambah?
Informan: Alhamdulillah omsetnya nambah sekitar 20 % lah. Jadi maksudnya,
kan saat penggusuran itu omset saya turun 40 % dari omset awal, lalu
114
setelah merubah strategi, omset saya naik 20% dari omset awal.
Missal omset awal 8 juta, turun 40% menjadi 5 juta karna
penggusuran itu. Lalu, saat menerapkan strategi yang saat ini, omset
saya naik jadi 10 juta gitu. Karna semenjak saya buat service pesan
antar ke restoran itu, restoran lain juga pada ngikut make service dari
saya ada sekitar 8 restoran. Salah satu restoran langganan saya itu
udah punya cabang. Restoran GT( inisial) daerah Pantai Indah Kapuk.
Jadi, cabangnya ada 2 itu juga ikut langganan sayur sama saya.
Penulis
: Apakah yang melatar belakangi restoran lainnya ikut berlangganan
dengan bapak?
Informan : Ya awalnya karena omongan dari salah satu restoran yang
berlangganan sama saya, awalnya restoran GT ini langganan sama
saya lalu kenalannya itu buka restoran baru juga, dan membutuhkan
supplier sayuran. Saat saya mengantar sayuran di restoran GT itu
dikasih tahu kalau restoran „ini‟ butuh penyuplai sayur tuh, terus
dikasih tau alamatnya dimana dan menurut saya masih lumayan dekat
ya lalu saya minta nomer kontaknya dan saya hubungin, akhirnya
karena dia juga mungkin dikasih informasi mengenai kualitas sayuran
saya dari si pemilik restoran GT ini, maka akhirnya dia pun ikut
langganan sama saya.
Penulis : Saat ini pelanggann tetapnya kira-kira berapa orang pak?
Informan: Keseluruhan ya, kemarin aja saya kasih THR itu belum ke semua
pelanggan
Penulis : Oh bapak ngasih THR ke pelanggan ?
Informan : Iyalah, kalau enggak begitu saya gapunya pelanggan tetap.
Penulis : Apa saja kategori pelanggan yang mendapat THR ?
Informan: Ya.. yang sekiranya pelanggan tiap hari, ya dapet.
Penulis: THR-nya bentuknya apa ? Apakah uang, makanan, atau barang?
Informan: Tergantung, kalau yang belanjanya besar ya kita tanyain pengennya
apa gitu, kalau pengennya duit ya kita kasih.
Penulis : Tahun ini, bapak memberikan THR ke berapa pelanggan?
Informan: Kemarin itu, ke 100 pelanggan mah kayaknya ada.
115
Penulis : Itu semua pelanggan dikasih THR?
Informan : Ya kalau belanja-belanja dikit tapi tiap hari mah saya kasih. Tapikan
THRnya beda-beda gitu sama yang belanjanya besar dengan yang
dikit.
Penulis : Kalau yang belanjanya dikit dikasih THR apa?
Informan : Dikasih THR paling Handuk.
Penulis : Kalau yang belanjanya besar THR-nya apa?
Informan : Kebayakan mintanya uang.
Penulis : Itu pelanggan-pelangganya orang mana aja?
Informan : Dari sekitar siniaja, ada yang dari Jembatan Tiga, Jembatan Besi,
Grogol, ada yang di Pesing, Jelambar, yang jauh juga ada, yang dari
Priok ada itu biasanya pelanggan yang kita pesan antar.
Penulis : Itu mereka Ibu rumah tangga, restoran apa penjual sayur juga?
Informan: Kebanyakan warteg,usaha katering sama restoran.
Penulis : Sudah berapa lama mereka menjadi pelanggan bapak agar bisa dikasih
THR ?
Informan: Kalau yang dikasih THR ya minimal udah jadi pelangan selama 1
tahunlah.
Penulis : Biasanya mereka belanja itu rutin seminggu sekali, atau tiap hari?
Informan : Ada yang tiap hari, ada yang seminggu sekali, yang beberapa hari
sekali juga ada. Ada yang sebulan sekali, tapi banyak belanjanya.
Penulis
: Kalau yang bapak antar itu kemana?
Informan : Kebanyakan mah restoran,
Penulis
: Restoran daerah mana pak?
Informan : Daerah Grogol juga ada, Pluit ada, terus di Jembatan Tiga juga ada.
Banyak sih lumayan lah.
Penulis : Bapak dapat ide ngasih THR itu dari mana pak?
116
Informan : Awalnya ide saya sendiri, lalu saya usulin ke teman-teman lainnya
agar pelanggan mereka bertahan gitu. saat ini pedagang-pedagang lain
juga mengadakan THR buat pelanggan-pelanggan mereka sesuai sama
kemampuan mereka, misalnya yang pedagang baru bisanya Cuma
ngasih THR handuk atau sembako karena omset perharinya ga
sebanyak pedagang yang udah suply ke restoran yang bisa ngasih THR
Kulkas.
Penulis : Pelanggan-pelanggan itu paling lama sudah berapa tahun beli di
dagangan bapak?
Informan : Pelanggan paling lama ya hampir 20 tahun ada.
Penulis
: Itu dia restoran atau apa pak? Si pelanggan itu
Informan : Kalau dia warteg.
Penulis
kesini?
: Itu bapak yang mengantar pesanan sayur atau mereka yang datang
Informan: Mereka datang kesini. Soalnya kan dia namanya warteg mah jarang
dianter, soalnya kalau warteg mah belanjanya kadang ga sayur aja,
kadang dia beli ikan, beli daging segala macam. Sedangkan kan kita
mah jualanya sayur aja.
Penulis : Kalau bapak sendiri kulakan di daerah mana?
Informan: kalau saya blanjanya di Kramat Jati. Tapi tergantung, kalau kita lagi
kekurangan ya yang deket aja, ke jembatan lima. Kalau jembatan lima
kan semi grosir. Ga beda jauh dari kramat jati. Kalo engga yak e
tangerang, pasar tanah tinggi.
Penulis : Kalau belanja biasanya jam berapa pak?
Informan: Biasanya itu jam 9 pagi, biasanya itu rombongan bareng-bareng sama
pedagang lain. semobil 4 orang atau 5 orang..
Penulis
: Kalau dari lapaknya bapak, siapa yang biasanya berbelanja?
Informan: Saya kadang bapak saya.
Penulis
: Lalu berapakah omset perharinya saat ini?
Informan: Ya namanya jualan kan kadang sepi kadang rame sekitar 6 juta.
Penulis : Itu omset setelah penggusuran atau bagaimana?
117
Informan: Kalau sebelum penggusuran omsetnya dulu sekitar 4 juta sampai 5
jutaan lah.
Penulis : Tetapi, sebenarnya apakah penggusuran Kalijodo itu merugikan untuk
bapak atau tidak si pak? Kalau melihat dari omset bapak yang malahan
naik pasca penggusuran ini?
Informan: Ya kalau untuk saya pribadi, buktinya ya ada aja rejeki. Mungkin kalau
tidak ada penggusuran, ya saya masih biasa-biasa aja gitu. Karna ada
penggusuran kan jadi mikir cara baru untuk mencari pelanggan lagi.
Penulis : Lalu balik lagi tadi soal karyawan bapak, kenapa bapak lebih memilih
orang sekampung daripada pemuda-pemuda di sini kan banyak juga yang
menganggur dan bisa diajak menjadi karyawanbapak?
Informan: Ya saya ingin mengurangi pengangguran di kampung saya, bagi-bagi
rejeki. terlebih lagi, karna karyawan saya itu kan tetangga saya, jadi
asal-usulnya sudah jelas lah sama orang tuanya juga kenal. Kalau
masih ada saudara ya lebih milih saudara. Kalo orang luar atau orang
kenal disini istilahnya, kan kita belum tau asal-usulnya gimana,
sifatnya juga belum tau jadi gamau ambil banyak resiko. Yang udah
jelas aja, tetangga lah minimalnya.
Penulis : Apakah para pedagang di pasar jaya jembatan dua memiliki grub di
media sosial atau perkumpulan2 gitu ? atau minimal dengan karyawan-
karyawan bapak?
Informan : Enggak ada sih, kalau dagang kan sifatnya pribadi paling kalau mau
komunikasi ke karyawan tinggal datang ke pasar kalo ga telpon.
Penulis : Kira-kira sudah berapa pelanggan baru yang bapak dapat setelah
penggusuran Kalijodo?
Informan : Kalau berapa orangnya sih lupa,tapi kalau dilihat dari jumlah
pendapatan, saya naik 20%.
Penulis : Kalau hari ini ada antar pesanan ga ke pelanggan?
Informan: Kalau hari ini engga ada, karna belum pada buka semua karna masih
pada libur lebaran.
Penulis : Biasanya setiap hari antar pesanan atau enggak pak?
Informan: Enggak tiap hari sih.
118
Penulis : Biasanya mereka yang pesan antar itu, belanjanya berapa banyak pak?
Informan : Biasanya 200 ribu, 300 ribu. Yang sejuta juga ada kalo yang belanja
besar mah.
Penulis : Kalau saudara bapak, misal omnya, sepupu itu ada yang dagang di
Jembatan Dua juga?
Informan : Ada, dagang sayur juga. Kalo yang di belakang itu kebanyakan masih
saudara. Sekitar 7 orang masih saudara bapak saya. Adeknya bapak,
ada kakanya bapak juga ada.
Penulis : Dengan adanya keluarga berdagang sayur juga, apakah bapak merasa
ada kemudahan dalam mencari informasi soal harga sayur atau soal
pelanggan?
Informan : Kalau soal harga sayur mah enggak ya, karna itukan udah standarnya
segitu. Paling kalau saudara yang dagang di Pasar Pagi itu suka telpon
kalau ada nih restoran langganan dia buka cabang baru, nah
cabangnya deket sini dia nginfo ke pelangganya supaya belanja
sayurmya ke saya aja. Karna kalau ke dia kan kejauhan daripada
pelangganya lari ke orang mending cabangnya itu langganan sama
saudara dia kan.
Penulis : Lalu, diantara keluarga bapak dan juga orang-orang kuningan itu yang
pertama kali berdagang di pasar jembatan dua ini siapa?
Informan : Yang pertama ini bapak saya. Yang adik-adiknya ngikut kesini.
Mungkin ketika ada modal lalu kesini.
Penulis
: Pernah ga sih pak, kerja sama dengan pedagang lain yang berasal dari
Kuningan atau daerah lain untuk masalah dagangan?
Informan
: Pernah, Kalau lagi dapat banyak pesanan dari restaurant, kadang
sayuran saya kurang. Makanya saya ambil dari lapak pedagang lain,
itung-itung membantu sesama saudara, apalagi mereka yang baru
berdagang kan kasihan belum punya pelanggan.
Penulis
: Oh iya pak, boleh minta kontak salah satu pelanggan bapak gak? saya
mau wawancara kira-kira boleh gak pak?
Informan
: Boleh, adasih nih kontaknya (sambil menunnjukan kontak di
whatsapp)dia pengusaha catering gitu orangnya baik nanti kamu
whatsapp atau telpon aja atau saya yang bilangin deh.
119
Penulis : Baik Pak terimakasih.
Informan : Ya
120
Transkip Wawancara
Informan 5
Wawancara tanggal 06 Juli 2017
IDENTITAS INFORMAN
Nama : Zulfikar (Fikar)
Usia : 33 Tahun
Status : Menikah
Pekerjaan : Pedagang Daging Sapi
Penulis : Selamat pagi pak, apakah saya boleh mewawancarai bapak untuk
skripsi saya?
Informan : Oh boleh dek, sini sini duduk tapi begini ya keadaanya rada kotor.
Penulis : Iya pak tidak masalah.
Informan : Oiya adek dari mana nih? Kampus mana?
Penulis : Saya dari UIN Jakarta pak, oh iya boleh tahu nama lengkap bapak
siapa?
Informan : Nama saya Zulfikar, panggilanya Fikar.
Penulis : Usianya pak?
Informan : Usianya 33 tahun.
Penulis : ini bapak asalnya dari mana?
Informan : Asalnya, saya orang pandeglang tapi lahir di Jakarta. Orang tua di
Kalideres.
121
Penulis : Apakah bapak tinggal di rumah sendiri? Atau masih mengontrak/
ngekost?
Informanr : Alhamdulillah sudah rumah sendiri. Cuman belum lunas. hehe
Penulis : Apakah bapak sudah berkeluarga?
Informan : Iya sudah. Alhamdulillah saat ini istri saya sedang hamil anak pertama.
Penulis : Dari tahun berapakah bapak berdagang di Pasar Jembatan Dua ini?
Informan : Berdagang disini sejak tahun 2007.
Penulis : Sebelum berdagang apa kegiatan bapak?
Informan : Saya kuliah di Universitas Pancasila jurusan teknik mesin.
Penulis : Lalu apa alasan bapak memilih berdagang daging? Dibanding kerja
menjadi teknisi atau karyawan perusahaan?
Informan : Ya, dulu saya pernah kerja, dulu itu saya kerja di Sriwijaya Air enggak
lama Cuma satu setengah tahun. Posisi waktu itu sebagai Checker,
manifest kargo pesawat. Namun sambil kerja disitu, saya sudah ikut
bantu-bantu dagang. Setelah tahu ilmunya buat usaha, ya saya lebih
memilih untuk ber-usaha dibanding kerja disana.
Penulis : Lalu, bagaimana awal mula bapak bisa berdagang daging?
Informan : Awal mulanya saya ikut kakaknya bapak saya, saya juga ikut jadi
buruh kasar. Suatu ketika, saya berfikir, kalau saya terus-terusan
mikirnya hanya kerja, kerja dan kerja jadi karyawan, tidak akan
pernah ada kesempatan untuk buka usaha sendiri, jadi dipikir-pikir
takutnya kita hanya mengandalkan gaji yang segitu-gitu aja, tapi kalau
usaha kan namanya orang usaha itu kadang rame, kadang sepi. Jadi
masih ada harapan untuk dapat hasil yang lebih dari biasanya.
Penulis : Jadi usaha jual daging sapi ini memang dari awal milik bapak?
122
Informan : Alhamdulillahnya 7 tahun terakhir saya sudah punya lapak sendiri.
Penulis : Tadinya punya siapa?
Informan : Saya ikut saudara.
Penulis : Apakah dari pertama kali bapak berdagang di pasar ini? Atau tadinya di
pasar lain?
Informan : Dari awal saya ber-usaha di mulai di pasar ini. Karna keluarga banyak
dagang disini, sama-sama masih jualan daging.
Penulis
: Pak, Pasar Jembatan Dua ini kan bangunanya baru ya tahun 2014,
sebelum di bawah naungan Pasar Jaya kan bentuknya pasar
tradisional di pinggir jalan, apakah pada saat dulu pasar ini masih
tradisional di pinggir jalan bapak sudah berdagang disini?
Informan: Iya sudah sejak pasar lama Alhamdulillah saya sudah disini cuma dulu
itu saya masih ikut-ikut orang. Namanya dulu kan saya masih bekerja
juga di Sriwijaya itu. Kalau kerja kan ga setiap waktu bisa di pasar,
kadang kalau waktu senggang saya bantu-bantu saudara di pasar.
Lama-lama saya tau usaha daging itu saya suka lihat ada pesenan-
pesenan. Nah mulai dari situ saya nabung buat buka usaha sendiri.
Penulis : Bapak disini berdagang sendiri atau memiliki karyawan?
Informan: Saya punya karyawan satu, masih saudara sih. Cuma sekarang dia
masih libur lebaran.
Penulis :Itu karyawanya dibayarnya per minggu atau per bulan?
Informan: Perhari, sehari saya kasih 80 ribu belum sama uang makan.
Penulis
: Kalau karyawanya itu orang mana pak?
Informan : Masih saudara sih.
Penulis
: Apa alasan bapak lebih memilih saudara dibanding orang lain?
123
Informan : Yaaa saya ngajak itu karna dari pada dia kegiatanya cuma makan,
tidur, nongkrong doang.
Penulis
: Sudah berapa lama dia bekerja sama bapak?
Informan : Sudah 8 bulanan.
Penulis
: Bapak buka lapak dari jam berapa?
Informan : Saya dari jam 3 pagi sampai jam 9 atau jam 10 pagi.
Penulis : Apakah ada pelanggan dari warga sekitar sini ?
Informan: Pelanggan, pembeli biasanya dari Peta Kodok,Grogol, Kalijodo dulu
mah sama Teluk Gong terus Pluit juga.
Penulis : Bapak memiliki berapa pelanggan tetap dari masyarakat sekitar sini?
Informan : Kalau dari warga sekitar mungkin bisa kehitung ya. Pelanggan saya itu
kebanyakan pedagang bakso, restoran Cina
Penulis : Para pedagang bakso itu domisilinya bapak tau ga dari mana aja?
Informan : Ya sekitar daerah sini juga. Inikan Pasar Jembatan Dua ya mereka ada
yang dari Teluk gong juga ada.
Penulis : Ada ga pelanggan dari Kalijodo dulu?
Informan : Oh ada. Itu balik lagi ke cerita dulu ya. Itu dulu pelanggan saya banyak
banget dari sana. Pedagang warung nasi, warung padang, bakso. Ibu-ibu
rumah tangga juga ada. Ya awalnya saya ini sempet shock ya ketika
omset kita stabil terus tiba-tiba ada penggusuran di Kalijodo, pasar ini
terkena dampaknya. Enggak hanya saya, semua pedagang kok. Tapi,
saya lihat lagi karena mungkin karena hanya awalnya semua kaget lah.
Itu karna Kalijodo yang digusur, itu berapa kepala keluarga kan disitu
banyak banget. Dan berapa warung juga kan disitu. Nah, setelah
kesininya setelah warga kalijodo enggak ada, ya semua pada terbiasa.
124
Penulis : Berapakah kerugian bapak setelah wilayah Kalijodo itu di gusur dan
warganya pada pindah?
Informan : Yah kalo untuk kerugian karna Kalijodo itu hampir setengahnya sih.
Omset saya dulu perharinya sekitar 7 juta.
Penulis : Apakah pelanggan yang dari Kalijodo masih berlangganan dengan
bapak ?
Informan : Udah ilang gatau kemana dia.
Penulis : Oh jadi yang para pembeli dan pelanggan bapak yang dari Kalijodo saat
ini menghilang? Apakah ada dari mereka yang masih sering ke sini
hanya sekedar silaturahmi?
Informan : Oh kalo itu saya enggak tahu ya. Kalo ke saya sih enggak ada. Mereka
udah pada entah kemana cuman kalo ke pedagang lain, silaturahmi
gitu sih gatau. Sekarang mah saya pelangganya paling dari Teluk
Gong.
Penulis
: Lalu, apakah ada strategi bapak untuk menaikan omset atau
mengembalikan omset bapak yang saat ini menurun jadi seperti dulu
sebelum Kalijodo di gusur?
Informan : Kalau saya sih lebih ke order keluar aja. Kaya ke restoran-restoran,
browsing-browsing internet mana kali ada restoran yang baru buka
butuh suply daging.
Penulis : Jadi setelah omset menurun bapak mencari pelanggan yang restoran-
restoran gitu?
Informan : Sejauh ini pelanggan saya yang restoran ada, Cuma mereka belanja
kesini langsung dan pakai uang cash aja. Datang sendiri si karyawan
restoranya.
Penulis : Itu berapa hari sekali mereka berbelanja?
125
Informan : Setiap hari.
Penulis : Itu restoran dari mana aja pak?
Informan : Daerah Glodok, daerah Taman Sari, daerah Pluit,daerah Grogol.
Penulis
: Itu awal mula para pelanggan yang dari restoran itu bapak yang
mencari atau mereka yang datang sendiri ke bapak?
Informan : Saya inget itu dulu, saya saking ingin punya pelanggan, saya keliling
dari utara,barat,timur, ke selatan. Tetapi, dunia ini sempit, saya punya
temen di pasar ini dia sebagai supplier sayuran. Jadi saya ditawarkan
sama beliau, mau masukin daging gak? Ke restoran tempat dia.
Yaudah, melalui perantara dia saya mendapatkan langganan restoran.
Penulis : Lalu yang Bapak tadi sebut pelanggan yang datang dengan sendirinya
ke sini itu awalnya gimana pak?
Informan : Iya ada yang direkomendasiin sama orang, namanya pedagang Bakso
itu kan ketemu setiap hari di penggilingan daging. Nah, jadi ada
pelanggan saya setiap hari beli daging di saya, terus temenya dia kan
ada pedagang bakso juga. Lalu dia rekomendasiin buat beli daging di
saya, ya engga tahu juga ya menurut mereka sih daging saya bagus,
harga lebih murah. Dari rekomendasian gitu aja sih.
Penulis : Biasanya mereka belanja pukul berapa pak?
Informan :kira-kira mereka datang itu dimulai dari jam 4 pagi.
Penulis : Kalau para tukang bakso itu biasanya belanja berapa kilo pak?
Informan: Pelanggan bakso saya itu ada penjual bakso keliling, ada bakso
mangkal. Yang pada punya kios sendiri itu satu owner itu punya
pangkalan 2-3. Nah, biasanya kalau dia belanja itu suka 10 kg. nah,
kalau yang bakso keliling belanjanya 2/4Kg.
126
Penulis : Nah kalau yang sering merekomendasiin ke temenya buat beli daging di
bapak itu pelanggan yang mana?
Informan : Penjual bakso yang keliling.
Penulis : Apakah bapak memiliki hadiah untuk para pelanggan bapak? Kaya THR
di hari lebaran gitu?
Informan : Oh kalo THR ada, setiap tahun saya mengeluarkan THR untuk para
pelanggan.saya pikir, setiap harinya mereka membantu omset saya,
yasudah sepatutnya saya setahun sekali memberikan THR ke mereka.
Penulis : Tahun ini bapak mengeluarkan THR untuk berapa pelanggan pak?
Informan : Kurang lebih ke 12 orang aja.
Penulis : Itu yang dikasih THR semua pelanggan atau kriteria tertentu?
Informan : Yang dikasih ya kaya tukang-tukang bakso yang belanjanya lumayan
terus rutin tiap hari. Kalo pelanggan kaya warga sekitar, yang belinya
buat masak sehari-hari sih enggak.
Penulis : apakah bapak memiliki teman orang Kalijodo?
Informan : Enggak sih.kebanyakan para pedagang sini juga bukan orang
kalijodo.paling hanya pembelinya aja.
Penulis : Lalu saat ini bapak punya strategi ga biar omsetnya naik?
Informan : Kalau buat mencari untung lebih saya ada strategi, namun kalau untuk
menaikan omset atau membesarkan omset tidak ada. Saya saat ini
sedang mencari-cari RPH (rumah potong hewan) yang lebih murah.
Karna tiap RPH itu harganya beda-beda, kualitas sapi juga beda-beda.
Penulis : Oh gitu.. lalu pak kan kata bapak tadi disini yang berdagang daging
semuanya keluarga bapak ya, lalu yang pertama kali berdagang daging
di sini siapa pak?
127
Informan : Kakek saya, itu tahun berapa ya jaman-jaman PKI lah.
Penulis : Kalau bapaknya?
Informan: Kalau bapak saya dirumah. Di Kalideres udah 6 tahun dia pensiun
dagang daging.
Penulis : Kalau dulu bapaknya dagangnya dimana?
Informan: Dulu di pasar Jembatan Dua juga cuma pasar yang lama, ketika
pasarnya di renovasi di ubah menjadi pasar jaya, bapak saya enggak
daftar ulang kesini.
Penulis :Apakah bapak memiliki komunitas sesama pedagang daging di pasar
jembatan dua? Atau komunitas para pedagang pasar jembatan dua?
Informan : untuk grub-grub di media sosial enggak ada, Cuma untuk grup
Asosiasi Pedagang Daging Indonesia ada.
Penulis : Dari asosiasi tersebut bapak biasanya dapat informasi apa aja? Atau
missal pelanggan atau apa
Informan : Sebenernya buat fungsi asosiasi ini adalah sebagai sarana para
pedagang daging bertukar informasi, nyari tau harga daging di pasaran
berapa, untuk menyampaikan aspirasi pedagang pasar. kalau bertukar
informasi biasanya by whatsapp, paling share-share info RPH murah
dan kualitas bagus dimana, gitu sh.
Penulis : Jadi Asosiasi Pedagang daging ini ada mulai kapan?
Informan : Setau saya semenjak para pedagang daging demo.
Penulis
: Lalu pak, dalam setahun belakangan ini semenjak penggusuran
Kalijodo apakah ada kenaikan omset?
Informan : Ada ya sejak saya punya langganan dari restoran-restoran naik
omsetnya.
128
Penulis : lalu pelanggan yang tukang bakso itu, yang baru-baru ini ya pak.
Mereka sudah berapa bulan langganan sama bapak?
Informan : Beberapa bulan setelah penggusuran Kalijodo itu. Nah ada juga satu
pelanggan saya, yang temenya pedagang bakso di Kalijodo. Dulu mah
mereka belanjanya ke saya, namun ketika si orang Kalijodo ini pindah,
karna penggusuran itu, jadi cuma temenya itu yang masih
berlangganan sama saya karna dia kan enggak kena gusur.
Penulis : Oh gitu ya pak, tukang bakso itu sekarang jualanya dimana?
Informan : Ya keliling di sekitar sini aja kayaknya. Kalau enggak salah orang
Petak Kodok
Penulis : Jadi saat ini pelanggan bapak kebanyakan tukang bakso saja sama
beberapa restoran?
Informan : Iya, cuma kan istri saya juga kerja, nah dia sering nawarin ke temen-
temenya kalau mau hajatan atau catering pesen dagingnya ke istri
saya. Istri juga ikut bantu sih naikin omset dagang karna ngelihat
belakangan ini penghasilan menurun karna itu tadi penggusuran
Kalijodo pembeli sama pelanggan pada ilang. Jadi dia ngerasa kasihan
juga sama saya. Gitu aja sih saling bantu buat nyari pembeli atau
pelanggan baru sama istri.
Penulis
: Oh gitu, oke sudah cukup pak wawancaranya terimakasih banyak
atas waktunya.
Informan
:Iya
sama-sama
dek
dengan
senang
hati.
129
Transkip Wawancara
Informan 6
Wawancara tanggal 07 Juli 2017
IDENTITAS INFORMAN
Nama : Hasan
Usia : 66 Tahun
Status : Menikah
Pekerjaan : Pedagang daging sapi
Penulis : Assalamualaikum Pak, tadi saya dapat info dari Pak Fikar katanya
bapak saudaranya ya?
Informan : Iya ada apa nih ya?
Penulis : Boleh minta waktunya sebentar untuk wawancara? ngobrol-ngobrol
aja sebentar
Informan : Waduh wawancara apanih saya ga ngerti apa-apa.
Penulis : Wawancara soal dagangan bapak aja hehe
Informan : Boleh dah.
Penulis : Nama lengkapnya siapa Pak?
Informan : Hasan
Penulis : Bapak usianya berapa?
Informan : Saya udah tua, 66 tahun
Penulis : Tinggalnya saat ini dimana pak?
Informan : Saya di Cengkareng neng.
Penulis : Bapak disini ngontrak atau rumah sendiri?
Informan : Saya rumah sendiri
Penulis : Tinggal sama istri dan anak-anak pak?
130
Informan
: Istri saya di kampung. di Banten. Saya dari kecil merantau ke
Jakarta.
Penulis
: Kalau orang tua bapak asal dari mana?
Informan
: Dari Banten.
Penulis
: Kalau boleh tau, berapa lama pak dagang di pasar Jembatan Dua ini?
Informan
: Saya dari taun 1984
Penulis
: Bisa di ceritakan bagaimana awal mula bapak berdagang disini?
Informan
: Awalnya saya ikut orang tua. Karena di kampung saya badung main
melulu makanya disuruh bantuin bapak dipasar ini.
Penulis
: Jadi orang tua bapak dulu dagang disini, mereka dagang apa pak?
Informan : Dagang daging juga neng.
Penulis
: Berarti orang tua bapak ini yang paling pertama dagang daging di pasar
ini, atau beliau juga ikut orang?
Informan
: Awalnya mah beliau ikut orang, di Tanjung Priok. Berhenti dari
Tanjuk Priok beliau buka usaha daging di Pasar Jembatan Dua ini.
Penulis
: Kalau bapak sendiri berapa bersaudara?
Informan
: Saya 6 bersaudara. Ada adek dagang disini 4 orang.
Penulis
: Bapak anak ke berapa?
Informan
: Saya anak pertama. adek disini 4 dagang daging. yang satu di
Palembang.
Penulis
: Oh jadi pedagang daging dipasar ini semua adek-adek nya bapak?
Informan
: Iya seperti itu. Tapi udah
pada
dilanjutin
sama
anak-anaknya,
keponakan-keponakan saya.
Penulis
: Kalau bapak sendiri apakah datang kesini meneruskan usaha orang tua
atau sudah buka lapak sendiri?
Informan
: Saya mah pertamanya bantu-bantu orang tua, saat orang tua mundur
saya yang lanjutkan.
Penulis
: Kalau saat ini bapak memiliki berapa karyawan?
131
Informan : Ada 2 orang. ada yang udah kerja 4 tahun ada yang 6 tahun.
Penulis : Ada ga karyawan bapak yang saat ini sudah punya usaha sendiri atau
buka lapak sendiri?
Informan : Ada banyak, dari dulu , ada orang ikut saya dagang, bantu-bantu
kalau udah punya modal buka usaha sendiri, dia misah. sekarang
mantan karyawan saya ada yang dagang di Pasar Bengkok
Tangerang.
Penulis : Itu mereka dagang daging juga pak?
Informan : Iya dagang daging sapi.
Penulis : Apakah masih berkomunikasi?
Informan : Masih kan merka saudara. saya mah karyawan kebanyakan orang
sekampung kalau gak ya saudara.
Penulis : Kenapa yang bapak pilih harus saudara untuk jadi karyawan?
Informan : Ga harus juga sih, cuman saat itu kasihan aja mereka sekolah gak
pinter, lulus nganggur saya ajak aja kesini bantu-bantu. yang bukan
saudara pun ada karyawan saya, bocah sini, orang Tambora.
Penulis : Itu bapak kenal karyawan yang dari Tambora dari mana pak?
Informan : Ya kenal aja dari nongkrong bareng, ketemu terus deket. saya liat
anaknya baik, serius mau kerja keras saya ajak bantu-bantu disini.
Penulis : Kalau dari awal bapak berdagang disini, pelanggan bapak datangnya
dari mana aja biasanya?
Informan : kalau dulu mah ya, kan supermartket mah belom banyak. masyarakat
sekitar Tambora, Grogol, Pluit segala macem itu babnyak yang beli
disini. sekarang mah udah banyak supermarket ya rada berkurang.
paling ya dari peta kodok, grogol masih ada, Kalijodo sebelum
digusur mah, eh sekarang segala banyak penggusuran makin dikit
aja deh.
Penulis : Ada gak teman atau saudara yang kena gusur di Kalijodo itu?
Informan : Kalau temen mah banyak, kalau sodara mah ga ada. Saya kan dulu
Kalijodo ada perjudian itu saya suka ikut nongkrong, makanya
132
banyak temen-temen saya itu. sekarang mah pada mencar gatau
kemana.
Penulis : Kalau teman bapak dari Kalijodo itu suka belanja daging ga di tempat
bapak?
Informan : Ya kalau mereka yang tinggal di Kalijodo mah iya. dulu kan ada
warung nasi, café gitu ya kalo beli daging ke saya. kan ramai itu
Neng, saban hari banyak pelanggan di café-café itu. Di rumah makan
juga, kadang warung nasi jyga ikut untung itu, kan banyak anak kos
cewe-cewe yang kerja di café gitu pada ngekos, makannya di warung
nasi, warung nasi beli dagingnya ke saya. Terus pas ada judi mah
saya juga kenal orang banyak, dari sana sini nguntungin juga kan
jadi makin banyak teman kenalan.Kalo mau langganan daging nanti
saya kasih murah karna temen.
Penulis : Apakah teman-teman bapak yang dulu kenal dari judi di Kalijodo
masih suka belanja di Bapak?
Informan :Kalau mereka belanja kalau ada acara doang. Belanja besar buat
hajatan atau pesta.artinya, mereka enggak selalu belanja di pasar ini
karena mereka pun dekat rumahnya ada pasar atau supermarket.
Cuman saat itu saya menawarkan kalau lg pesta beli daging ke saya
aja, saya kasih murah.
Penulis : Lalu apakah pelanggan dari daerah lain, selain Kalijodo suka
memberikan informasi ke temanmya untuk membeli daging di
bapak?
Informan : Kalau itu suka ada juga, cuman seberapa banyaknya pembeli yang
tahu dari langganan saya, saya ga tahu pasti karena setiap orang beli
ga saya tanya asalnya dari mana. Kecuali dia udah jadi langganan
disini kan udah sering ngobrol pasti tau dari mana dari mananya.
Penulis : Lalu, seberapa pentingkah warga Kalijodo bagi bapak?
Informan : Kalo penting mah sangat penting. Gak Kalijodo ajasih setiap daerah
di sekitar sini bakalan penting buat pedagang pasar. Tapi Kalijodo
ini istimewa karena ramai. Ramai banyak orang luar datang karna
mau judi misalkan, atau mau senang-senang. Apalagi orang kaya
saya yang seneng bergaul, gabung sama mereka kan jadi lumayan
untuk promosi-promosi kalau lagi kumpul bareng.
133
Penulis : Kalau sama warga masyarakat sekitar lainnya misal Petak Kodok,
bapak suka nongkrong gak?
Informan : Paling dulu ketemunya ditempat judi kalo sekarang karna udah begitu
Kalijodo saya udah gapernah nongkrong, faktor usia juga sih.
Penulis : Kalau di pasar ini, sesama pedagang ada perkumpulan atau komunitas
gitu?
Informan : Paling pemuda pasar ngumpul kalo nobar aja. Tapi saya jarang ikut
udah tua, biasanya ponakan-ponakan saya nih yg pada ikut.
Penulis : Kalau komunitas lainnya pak? kaya persatuan pedagang pasar
jembatan dua misal atau sesama pedagang daging?
Informan : Kan kalo pedagang daging di pasar Jembatan Dua mah saudaraan,
enggak ada komunitasnya. Kalau sesama pedagang pasar Jembatan
Dua mah saya kurang tahu, tapi saya sih engga ikut kalaupun ada
juga.
Penulis : Omset sekarang berapa pak?
Informan : Kalau mau nanya masalah omset ke adek saya aja nih, dia yang lebih
tau saya mah kesini ngontrol doang. Kalau cerita-cerita masa
sekarang sama dia aja. Kalau sama saya nanya yang dulu-dulu aja.
Penulis : Adek bapak yang mana?
Informan : yang itu (sambil nunjuk) Abdul Malik namanya.
Penulis : Baik Pak, terimakasih atas infiormasinya
Informan : iya sama-sama.
134
Transkip Wawancara
Informan 7
Wawancara tanggal 8 Juli 2017
IDENTITAS INFORMAN
Nama : Yusrian (Datuk)
Usia : 70 Tahun
Status : Menikah
Pekerjaan : Berdagang Tekstil
Penulis
: Assalamualaikum pak, maaf mengganggu. Saya Atikah mahasiswi
UIN sedang melakukan penelitian skripsi, apakah boleh saya
mewawancarai bapak ?
Informan
: Oh boleh nak silahkan dengan senang hati.
Penulis
: Pertama-tama saya boleh tau siapa nama bapak?
Informan
: Pak Datuk. Kalau nama aslinya Yusrian. Cuma saya kerap di panggil
Pak Datuk.
Penulis
: Usia berapa tahun pak?
Informan
: Saya 70 tahun.
Penulis
: Bapak memiliki berapa anak pak?
Informan
: Satu.
Penulis
: Sudah berapa lama pak dagang di Pasar Jembatan Dua?
Informan
: Kalau saya udah tiga kali pasar. Kalau disini saya sudah 37 tahunan
lah. Dari tahun 70 atau 80‟an lah sampai sekarang.
Penulis
: Selama itu hanya di pasar ini aja pak?
135
Informan
: Iya, dipasar ini juga. Pertama, pasar jaman dahulu, lalu ganti jadi
pasar Impress, sekarang ganti jadi Pasar Jaya.
Penulis
: Lalu apakah bapak memiliki karyawan atau hanya berdua saja dengan
istri dagang disini?
Informan
: Punya karyawan.
Penulis
: Berapa karyawan bapak?
Informan : Karyawan ada 2. Cuma yang satu belum datang masih libur
dikampung. Dia dari Jogja.
Penulis : Boleh tahu pak, dari mulai bapak berdagang tahun 80‟an itu hingga
sekarang berapakah omset bapak?
Informan : Omset itu kan enggak menentu ya, kadang 1 juta. Kadang 2 juta.
Penulis : Itu saat ini?
Informan : Iya, kalau pas lebaran itu lain lagi pasaranya kan. Bisa 10 juta omset
saya. Pernah 15 juta juga perhari kalau lebaran. Cuma, kalau hari-hari
biasa itu ya 1-3 jutaan lah perhari.
Penulis
: Kalau bapak sendiri tinggal dimana?
Informan
: Kalau saya mah dekat sini.
Penulis
: Bapak asli orang sini atau rantau pak?
Informan
: Enggak, saya mah orang Padang asalnya terus merantau lah ke
Jakarta.
Penulis
: Mulai hijrah ke Jakarta itu tahun berapa Pak? Dan apa langsung
berdagang pakaian?
Informan
: Dulu saya awalnya itu buka jasa menjahit pakaian laki-laki. Lalu awal
80‟an saya coba-coba dagang eh keterusan.
Penullis
: Berapa harga kios bapak ini?
Informan : Saya kan beli 4 kios jadi sekitar 70-80 juta. Kalau saya tidak kredit
tetapi bayar kontan.
Penulis
: Bapak buka toko mulai dari jam berapa sampai jam berapa pak?
136
Pak Datuk : Kalau saya jam 6 pagi sudah buka. Sampai magrib atau jam 6 sore.
Kalau waktu pasar lama saya buka sampai jam 10 malam. Cuma
sekarang kan enggak bisa ditambah keadaan fisik yang tidak
memungkinkan.
Penulis
: Dari mana sajakah pelanggan bapak?
Informan
: Kalau pelanggan ya penduduk sekitar. Kalau dulu mah penduduknya
masih ramai ya tidak kaya sekarang. Dulu yang dari Jelambar kesini,
dari Pasar Pagi kesini,dari Grogol kesini, Kalijodo kesini, sekarang
mah enggak.
Penulis
: Kalau pedagang-pedagang di pasar ini memang sudah sejak lama juga
atau banyak yang baru berdagang semenjak pasar ini di bangun jadi
Pasar Jaya pak?
Informan : Kalau disini banyak yang baru nih.
Penulis
: Yang mana aja pak yang baru?
Informan : Disini baru semua tuh yang belakang (menunjuk pedagang tekstil lain)
tuh tukang perabotan juga baru dua tahunan.
Penulis
: Berapakah jumlah pelanggan bapak saat ini?
Informan
: Ya itu enggak tentu ya, kadang-kadang satu hari ada sepuluh, bisa
lebih.
Penulis
: Apakah ada pelanggan bapak orang Kalijodo?
Informan : Kalau dulu banyak.
Penulis
:Terus setelah adanya penggusuran di Kalijodo itu bagaimana? Apakah
sampai saat mereka masih jadi pelanggan bapak?
Informan : Ya namanya rejeki ada aja tuhan yang atur ya. Ada aja gantinya sama
tuhan langganan itu ya. Diakan udah mencar kemana-mana sampai ke
Baturaden, Purwokerto. Saya juga sering kesitu jalan-jalan ke tempat
anak saya, nengok cucu.eh ketemu sama langganan saya itu orang
Kalijodo.
Penulis
: Tapi warga Kalijodo yang lain masih berlangganan atau membeli
dagangan bapak gak sampai saat ini?
137
Informan : Oh enggak sih dek kalau itu. Mungkin mereka sudah mencari pasar
atau mall yang lebih dekat sama tempat tinggalnya sekarang.
Penulis : Apakah ada di antara mereka itu kerabat, atau teman bapak? dan
bagaimana hubungan bapak dengan warga Kalijodo yang menjadi
pelanggan bapak?
Pak Datuk : Banyaknya sih langganan aja ya, kalau saudara mah enggak ada. Dari
langganan itu kan jadi teman, ya saya anggap aja sebagai saudara atau
anak sendiri. kalau hubungan sih baik-baik saja, karena saya selalu
menganggap semua pelanggan saya itu seperti anak-anak bapak
sendiri lah. makanya kalau mereka belanja kita kasih bangku buat
duduk, kasih minum ya walaupun belum tentu mereka jadi beli
dagangan kita,lalu kita ajak ngobrol. Orang Kalijodo itu sama saya
kan sudah kenal puluhan tahun, tentu saya dekat dengan mereka.
Mereka anggap saya pun sudah seperti bapak mereka aja gitu. Kalau
belanja ya saya kasih harga murah, karna sudah lama langganan.
Penulis
: Selama ssetahun terakhir, semenjak Kalijodo ini di gusur apakah
berpengaruh dengan omset bapak? Misal mengalami penurunan
Informan: Kalau penurunan sih iya, ada 40% lah saya mengalami penurunan. Sepi
banget waktu itu.
Penulis
: Apakah ada strategi bapak untuk mengembalikan omset bapak yang
sempat turun?
Informan : Ya kalau pedagang memang inisiatifnya mah ada aja. Kalau saya
sendiri, ya meningkatkan pelayanan, lebih ramah ke calon
pembeli.kalau ada orang datang mau cari barang itu meski dia ga
sopan atau judes jangan kita marahin. Harus kita sabarin.Kalau dia
nawar barang kita, nawarnya enggak wajar jangan kita usir kita
judesin. Celakanya, kalau kita kasar, dikasarin satu lima yang ngikut.
Pastikan pembeli itu ngadu ke temenya, apa ke saudaranya nanti
nama kita juga yang jelek. Begitupun sebaliknya, kalau kita layanin
dengan ramah,sabar, nanti juga dia ngomong ke temen-temenya
belanja di pak Datuk enak, ramah terus harganya bisa ditawar murah.
Kalau gitu kan nanti temenya dia juga ngomong lagi ke orang lain.
Jadi gitu caranya untuk menggait pelanggan, kasih pelayanan sebaik
mungkin lah.
138
Penulis : Jadi menurut bapak, dengan meningkatkan pelayanan dengan beramah
tamah dengan pembeli, itu menurut Bapak dapat menambah pelanggan
bapak?
Informan : Iya seperti itu. Terus ditambah kita kasih harga murah, kalau mereka
nawar gak pada tempatnya ya kita jujur saja modal kita sekian, kita
ambil untung sekian, buat mereka mengerti jangan langsung di tolak
mentah-mentah. Jadi, pembeli gak sakit hati,kita juga gak sakit hati.
Tapi kebanyakan yang tadi nawar terus gak jadi beli itu, kebesokanya
atau beberapa saat kemudian dia balik lagi. Karna dia bandingin harga
dengan toko-toko lain. Nah, mungkin di toko lain dia di mentahin
nawar harga segitu, lalu dia ingat pelayanan kita makanya dia balik
lagi ke kita,seperti itu.
Penulis : Lalu, apakah saat ini bapak masih mengalami penurunan omset akibat
penggusuran Kalijodo, atau sudah balik seperti dulu lagi pak?
Informan :Kalau balik kaya dulu lagi sih enggak ya, masih dibawah lah dari
sebelum penggusuran itu. Cuma tidak seburuk saat dulu baru-baru
pelanggan saya pada hilang akibat penggusuran. Agak naik dikit lah.
Penulis : Pak, apakah dulu pelanggan bapak yang berasal dari Kalijodo pernah
membawa teman atau saudaranya untuk berbelanja di toko bapak?
Informan : Sering dek dulu.pelanggan saya yang orang Kalijodo ini kan lumayan
banyak, setiap mereka beli saya layanin dengan sebaik dan seramah
mungkin. Makanya kan tadi saya bilang, kalau kita buat baik sama
satu pembeli atau calon pembeli, lama kelamaan dia pasti ngomong
sama teman-temanya nah ikutlah temanya belanja di kita. Ada aja
yang merentet balanja ke kita gitu.
Penulis
: Apakah setelah penggusuran, kan pelanggan bapak yang dari kalijodo
itu hilang kan, tapi apakah temenya mereka masih belanja di bapak?
Informan : Oh kalau itu sih udah enggak ya, karna kebanyakan mereka itu ke
sini karena ajakan dari pelanggan saya yang orang Kalijodo itu. Misal
mereka dari kampung halaman, lalu diajak jalan-jalan ke pasar sini
liat-liat pakaian terus beli ke saya karna kan si orang Kalijodo ini
udah kenal baik dengan saya. Terus kalau dia pindah karna digusur
otomatis temen-temanya udah ga main ke sini lagi dong, mainya ke
tempat dia di relokasi dan disana ada mall atau pasar yang lebih dekat.
139
Penulis : Bapak belanja barang dagangan bapak ini dimana pak?
Informan : Di Teluk Gong, Jatinegara, sama Pasar Pagi. Gak nentu sih kadang
saya cari juga di tanah Abang.
Penulis
: Setiap bapak belanja apakah pernah pedagang disini ada yang nitip
belanjan gitu ke bapak?
Informan
: Kalau belanja ke pasar (kulakan) kadang pedagang sini juga suka ada
yang nitip jadi ya sekalian aja belanjanya. Nah, tapi kita lihat dulu dia
mau nitip apaan. Boleh nitip asal yang belanjaanya sama atau sejenis,
biar gak susah kan nyarinya.
Penulis
: Kalau dipasar ini ada perjanjian masalah harga barang ga sih? atau
masing-masing aja? misal sesama pedagang tekstil jual mukena atau
kerudung harganya harus sama gaboleh lebih murah dari harga yg di
setujui gitu gak sih pak?
Informan
: Kita selalu berunding dalam menentukan harga barang. Misal, modal
untuk satu kerudung itu 15 ribu, kami jual dengan penawaran 30 ribu
atau ada yang 35 ribu. Namun, kami memiliki kesepakatan bersama
harga tawar paling minim adalah 20 ribu, enggak boleh sampai
dibawah itu. Hal seperti itu selalu kami infokan juga apabila ada
pedagang baru
Penulis
: Oh gitu ya pak. Terus ada sangsi gak buat yang melanggar?
Informan
: Belum pernah ada yang ngelanggar sih Alhamdulillah. Paling kalau
ada ya ditegur aja dikasih tahu paling misalnya ada ya pedagang baru
sih.
Penulis
: Sudah berapakah pelanggan baru bapak pasca penggusuran Kalijodo?
Pak Datuk : Ya engga nentu sih dek, kadang itu orang balik lagi kadang engga
kalau di bilang pelanggan kan yang selalu beli di kita. Kalau
pelanggan sih dikit si kalau pembeli ada aja dari mana aja.
140
Transkip Wawancara
Informan 8
Wawancara tanggal 08 2017
IDENTITAS INFORMAN
Nama : Abdul Malik
Usia : 45 Tahun
Status : Menikah
Pekerjaan : Pedagang daging sapi
Penulis: Assalamu‟alaikum Pak, saya Atikah yang Whatsapp bapak kemarin buat
janjian wawancara. Apakah bapak sudah tidak sibuk?
Informan : Waalaikumsallam, oh iya sini duduk.
Penulis : Boleh tau nama lengkap dan alamat rumahnya dimana pak?
Informan : Nama saya Abdul Malik, alamat rumahnya di Cengkareng, Jakarta
Barat.
Penulis : Sejak kapan bapak berdagang daging?
Informan : Saya berdagang disini sejak tahun 1990. Itu pun nerusin usaha orang
tua.
Penulis : Lalu apakah bapak masih kerabat dengan pak Fikar pedagang
daging disini juga?
Informan : Iya, masih kerabat kita. Dia itu ponakan saya, Dulu lapak orang
tuanya juga disini cuma enggak perpanjang lagi, dulu juga lapak
orang tua saya banyak disini. Ada 4 lapak daging punya orang tua
saya dulu, Dan semua pada kumpul disini keluarga. Lalu, ketika
revitalisasi pasar enggak daftar ulang, diterusin saya sama abang
saya, diperbesar lapaknya dengan nama yang sama Putra HNN (Putra
Haji Ne‟an).
Penulis : Boleh tau harga sewa los ini berapa pak?
141
Informan
: tempat usaha/los yang saya pakai berhubung bangunan baru atau
peremajaan pasar dikenakan biaya hak milik, dengan cara diangsur.
Per los/kios beda-beda harganya. Yang saya, uang mukanya 10 juta,
angsurannya Rp.904.000/ bulan selama tiga tahun. Salaran perhari
dengan biaya 8 ribu dengan perincian 5 ribu kebersihan, 3 ribu biaya
lampu/listrik.
Penulis
: Bapak dapat hak milik / hak pakai berapa los?
Informan
: Saya ambil 2 los. Satu los angsurannya Rp.904.000/bulan kalau
secara cass satu los sekitar 35 juta-an.
Penulis : Bapak mulai buka lapak jam berapa sampai jam berapa Pak? Kan lapak
bapak ini termasuk agen untuk para pedagang daging sapi lain
belanja. Apakah sama dengan pedagang-pedagang lainya?
Informan : Saya mulai buka lapak itu setelah saya pulang dari Rumah Potong
Hewan (RPH) di Tangerang. Jadi setiap malam hari itu jam 11-an
saya berangkat dari rumah berdua sama pak Andi. Saya yang ambil
antrian, Pak Andi yang milih sapi. Proses milih sapi hingga
pemotongan itu 2 jam lah. Jadi saya sampai pasar itu jam 2 pagi.
Lalu saya potong-potong kecil kan kalo di RPH mah cuma dipotong
jadi 4 paha. Biar jadi seperti ini, kecil-kecil itu para pedagang sendiri
yang ngerjain. Jadi ya buka lapaknya sekitar jam 3 atau setengah 4
pagi.
Penulis : Oh gitu, lalu para pelanggan bapak itu biasanya belanjanya jam
berapa?
Informan : Kalau buat pelanggan kaya tukang Bakso itu jam 4 pagi, kalau
pedagang daging yang langganan sama saya si jam 3 juga udah
pada datang karna mereka kan buka lapaknya sama jam set 4 pagi.
Penulis : Lalu selain para pedagang daging yang membeli daging sapi ke bapak,
dan para tukang bakso siapa lagi pak pelanggan bapak?
Informan : Selain tukang bakso keliling, ada juga tukang bakso pangkalan, yang
punya kios bakso juga ada, terus kita juga ada pelanggan dari
warung padang, pabrik sosis, katering-katering atau Wedding
Organizer. Cuma mereka-mereka ini enggak setiap hari
belanjanya, Restoran juga ga setiap hari. Saya juga pernah
langganan katering ke SCTV. Jadi pelanggan saya yang tukang
142
catering itu beli dagingnya di saya. Kadang yang SCTV kalo beli
daging seminggu sekali sekitar 80 Kg.
Penulis
: Bapak kenal sama tukang katering itu dari mana ?
Informan
: Dia yang datang kesini, kaya pembeli lain aja si tiba-tiba dateng.
Terus lama-lama dia jadi langganan saya. Awalnya katanya dia
survey-survey ke pasar lain bandingin harga terus dapet di sini
dengan harga yang lebih murah.
Penulis
: Itu ibu katering tinggalnya dimana?
Informan
: Kalau beliau orang Meruya.
Penulis
: Pak saat Kalijodo di gusur, apakah terdapat dampak terhadap omset
bapak?
Informan : Iya omset saya ya jadi turun karna pembeli saya kan banyak orang
sana, rumah tangga buat konsumsi sehari-hari, para tukang nasi
padang, warung nasi.
Penulis : Apakah para pelanggan bapak yang warga Kalijodo sampai saat ini
masih membeli daging di bapak? Atau minimal hanya komunikasi saja?
Informan : Mereka sejak di gusur, lalu dipindahkan ada yang ke rusun ada juga
yang pulang kampung tidak pernah lagi datang ke lapak saya,
jangankan membeli sekedar datang buat silaturahmi juga udah enggak
pernah lagi.
Penulis : Jadi sudah benar-benar putus jaringanya?
Informan : Iya udah enggak langganan lagi disini, gatau dia sekarang masih jualan
atau enggak, tapi intinya udah ga langganan aja sama saya.
Penulis
: Lalu berapa besarkah kerugian bapak saat penggusuran Kalijodo itu
terjadi?
Informan : Kalo rugi si ya sekitar 3 kilo sampai 6 kilo daging lah ya. Karna kan
ada langganan saya itu yang warung nasi kalau setiap belanja daging
2 kilo. Rumah tangga kalau beli di totalin bisa 3 kiloan perhari, kalau
tukang-tukang bakso 2 kilo atau 4 kiloan. Terus juga kalo langganan
saya warga Kalijodo itu suka bawa temenya, apa ada sodara atau
temenya yang mau hajatan ngasih tau beli daging di saya. Kalau
143
orang pesta gitu paling dikit 50 kilo kan. Itu lumayan banget tuh
informasi-informasi begitu buat pedagang kaya saya.
Penulis
: Pak pelanggan baru bapak yang katering itu sudah berjalan berapa tahun?
Informan : Sekitar 1 tahunan lah.
Penulis
: Lalu pelanggan bapak itu bapak dapetnya gimana pak?
Informan : Dari kenalan temen kalau katering. Kecuali yang ibu haji itu ya.
Temen-temen saya yang orang Cengkareng ngasih info kalau mau
hajatan ya beli daging di saya karna murah lah, dagingnya bagus lah
gitu.
Penulis : Lalu saat ini restoran mana saja yang menjadi langganan bapak?
Informan
:: Saya suply daging ke bandara. Cuma dengan pembayaran setiap
bulan.
Penulis
: Itu dapet infonya dari mana sampai bisa suply daging ke bandara
Soeta?
Informan : Dari temen juga, di telpon saya, ditawarin mau suply daging gak ke
bandara Soeta? Gitu. Lalu saya terima.
Penulis : Lalu bapak saat ini perharinya bisa menjual berapa kilo daging?
Informan : Kalo saya sih dagangnya nyantai, setiap hari saya bawa 2 kwintal.
Kalau sisa saya taruh freezer. Tapi penjualan daging yang udah
masuk freezer sama daging baru dateng beda. Nah, Kalo kurang
paling saya nambah 2 paha. Gapernah nambah banyak si kalau lagi
ramai.
Penulis : Oh iya pak, bapak mulai nyuplai daging ke restororan-restoran itu
dari kapan pak?
Informan : Kalau dulu ya, jaman bapak saya yang dagang, pelangganya cuma
sesama pedagang daging aja. Sampai jaman saya, ya paling
pelanggan lain itu ya katering aja. Itu omset saya stabil, lalu pas
Kalijodo digusur mulai goyah omsetnya. mulai saya mencari-cari
jalan biar omset saya kembali lagi, kalau bisa malah lebih baik. Jadi
ya saya minta tolong lah sama teman, saudara,istri anak saya biar
promosiin aja kalau mau beli daging ke saya. Ya kaya sekarang aja,
saya kenal sama si Eneng terus komunikasi silaturahmi jalan terus,
144
suatu saat kalau temen atau saudara Eneng butuh suplydaging kasih
tau ke saya gitu.
Penulis : Apakah pelanggan bapak yang lain juga ada yang suka memberikan
info biar membeli daging ke bapak?
Informan : Sebagian pelanggan saya saat ini mendapat informasi daging murah
dan segar dari pelanggan saya yang lain. Pelanggan saya yang
tukang bakso sering membawa temannya ikut belanja kesini,
sebagai imbalannya saya kasih dia bonus THR tiap tahun berupa
uang atau barang dengan nominal yang lumayan. Itung-itung bonus
buat dia karna mempermudah jalan saya mendapat pelanggan.
Penulis : Sejak kapan bapak mengadakan THR buat para pelanggan bapak?
dan tujuannya apa sih pak mengadakan THR untuk pelanggan itu?
Informan : Saya bikin THR buat pelanggan itu dari sekitar setahun yang lalu,
saat yang lain juga pada ngadain THR. Sebenernya mah THR saya
udah lama ya, tapi gak sering. kadang saya ngasih, kadang
enggak.Kalau sekarang Alhamdulillah setiap tahunnya saya
membagikam THR ke pelanggan. Tujuan utama saya untuk
membuat pelanggan-pelanggan saya gak pergi atau kabur ketempt
laen meskipun lokasinya jauh. Cara menyiasatinya ya dengan
dikasih THR yang bikin dia nyaman langganan sama saya. Eh
Alhamdulillahnya, mereka ngaish tahu ke temennya juga akhirnya
temenya pada ikut langganan sama saya.
Penulis : Baik segitu aja pak terimakasih informasi dan waktu luangnya.
Informan : Ya sama-sama.
145
Transkip Wawancara
Informan 9
Wawancara tanggal 08 Juli 2017
IDENTITAS INFORMAN
Nama : Ayu
Usia : 30 Tahun
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga dan Penjual Baju Kredit
Penulis :Assalamualaikum bu, maaf mengganggu waktunya saya mahasiswi yang
sedang penelitian, apa boleh saya mewawancarai Ibu sebentar?
Informan: Silahkan
Penulis : Nama Ibu siapa? dan usianya berapa bu?
Informan : Ayu, usia saya 30 tahun.
Penulis : Pekerjaan Ibu apa?
Informan : Ibu rumah tangga yang berbisnis dagang kredit baju, hehe
Penulis : Yang dibawa anaknya ya buk? (sambil menunjuk seorang anak kecil
digendongan Ibu Ayu)
Informan : Iya anak saya.
Penulis : Kalau boleh tahu rumah ibu di daerah mana bu?
Informan : Saya dari Petak Kodok.
Penulis : Petak Kodok itu di belakang pasar ini ya bu?
146
Informan : yaa, nama jalannya Petak Kodok daerah Padamulya.
Penulis : Apakah Ibu sering berbelanja di pasar ini ?
Informan : Lumayan sering kalau lg gak males
Penulis : Biasanya berapa hari sekali bu kalau kesini? dan biasanya belanja apa
aja?
Informan : Tergantung biasanya blanja barang dagangan nih kaya sekarang,
kadang kalau mau masak ya belanja sayur, beli daging ya kebutuhan
sehari-hari lah.
Penulis : Kenapa belanja di pasar ini bu ?
Informan :Ya karna deket,murah, terus gak becek gak kaya pasar-pasar laen.
Penulis : Lalu, apakah ibu sering berbelanja di ruko Pak Datuk?
Informan : Lumayan sering udah langganan
Penulis : Sudah berapa lama berlangganan sama pak Datuk?
Informan : Sudah dua tahunan lah kalo gak salah
Penulis : Bagaimanakah awalnya Ibu bisa berlangganan sama Pak Datuk? dan
kenapa memilih berlangganan dengan beliau ?
Informan : Alasan saya berlangganan ya karna beliau ramah, sangat ramah. Saya
sering beli sarung, jilbab, mukena dengan harga yang murah. Karna
kan saya mau dagangin lagi, jadi harus dapet penjual yang murah.
Nah, Pak Datuk ini yang jadi langganan saya kalau ke Jembatan Dua.
Alasan lain kenapa harus Pak Datuk ya selain barangnya bagus,
murah itu karna saya sudah nyaman melakukan tawar menawar harga
dengan beliau yang gapernah marah kalau saya nawarnya kebangetan.
147
Penulis
: Oh jadi dengan sikap pak datuk yang ramah dan harga murah ibu jadi
berlangganan. Lalu apakah ibu juga sering belanja dengan pedagang
pakaian lainnya buk?
Informan
ada.
: Kadang saya suka nyari barang lain juga kalo di pak Datuk lagi gak
Penulis
: Berapa hari / minggu sekali buk belanja di pak Datuk?
Informan : Kalau belanja kesini ga tentu, kalau dagangan saya abis baru kesini
dan kalau ada orang yang mesen barang baru saya ke sini.
Penulis
Datuk ?
: Apakah ibu pernah membawa saudara/ teman untuk belanja di pak
Informan : Temen sih pernahnya, dulu udah agak lama.
Penulis
: Lalu apakah temen ibu itu berlangganan juga dengan pak Datuk ?
Informan : Gatau saya kan cuma bawa aja kesini saya ajak
Penulis
: oh baik buk, terimakasih wawancaranya.
Ibu Ayu
: Iya sama-sama
148
Transkip Wawancara
Informan 10
Wawancara tanggal 15 Juli 2017
IDENTITAS INFORMAN
Nama : Kardi
Usia : 47 Tahun
Status : -
Pekerjaan : Pengusaha katering
Penulis : Assalamualaikum bu, saya Atikah mahasiswi yang sedang penelitian
skripsi, saya tau ibu dari Pak Taufik pedagang sayur. Saya ingin
mewawancarai ibu sebentar boleh?
Informan : Waalaikumsallam, yaa silahkan tapi gak sampai satu jam ya karna mau
ada acara.
Penulis : Baik buk. Kalau boleh tahu nama panjang ibu siapa? dan usianya
berapa?
Informan
Penulis
Informan
Penulis
Informan
Penulis
Informan
Penulis
Informan
Penulis
Informan
: Panggil aja buk Kardi. Usia tahun ini 47 tahun.
: Ibu tinggal di daerah mana?
: Daerah Grogol.
: Apa pekerjaan Ibu saat ini ?
: Saya usaha katering.
: Sejak kapan usaha kateringnya buk?
: Sudah 10 tahunan lah.
: Kalau berlangganan dengan Pak Taufik sejak kapan buk?
: Sejak tahun 2015
: Bagaimana awal mulanya berlangganan dengan beliau?
: Saya selalu nyari-nyari pedagang yang kualitas sayurnya fresh, sering
survey pindah-pindah pasar. Kalau beli di supermarket kan mahal ya,
149
jadi diusahakan meskipun beli di pasar tapi kualitas ga kalah sama
supermarket. Awalnya saya ke Jembatan Dua beli ke siapa aja, lalu
beberapa waktu terakhir ini hanya di Pak Taufik karena murah dan
rempah-rempah cabe,bawang, tomat, semua bagus-bagus.
Penulis : Saat ini kan beliau menawarkan service pesan-antar buat
pelanggannya. Itu gimana menurut ibu?
Informan : Semenjak adanya service pesan antar yang ditawarkan menurut saya
itu menguntungkan juga untuk pelanggan yang kebetulan tidak bisa
datang kepasar atau membeli sayur dengan jumlah yang cukup
banyak. Kalau saya sih suka karena kan ngirit biaya bajaj buat bawa-
bawa sayuran, saya biasanya kalau lg banyak pesanan datang ke
pasar buat milih sayuran lalu sayurannya di kirim ke alamat rumah
saya. Atau kalau ga sempat, saya tinggal whatsapp masnya untuk
minta dikirim misalnya kentang apa cabe berapa kilo gitu.
Penulis : Apakah selama ini barang yang diantar sampai dengan kondisi yang
baik?
Informan : Sejauh ini sih masih bagus-bagus aja.
Penulis : Oke buk, segini aja wawancaranya terimakasih buk, maaf
mengganggu waktunya.
Informan : Oh udah toh? ya sama-sama.
150
Transkip Wawancara
Informan 11
Wawancara tanggal 15 Mei 2017
IDENTITAS INFORMAN
Nama : Suharti
Usia : 50 Tahun
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Penulis
Informan
Penulis
Informan
Penulis
Informan
Penulis
Informan
Penulis
Informan
Penulis
Informan
Penulis
: Assalamualaikum Buk, saya mahasiswi UIN sedang penelitian. Saya mendapat informasi dari pengelola rusun kalau Ibu pindahan dari Kalijodo ya?
: Waalaikumsallam, iya betul. Kenapa neng?
: Boleh wawancara sebentar buk? untuk skripsi saya
: Oh ya, tapi jangan yang susah-susah ya hehe
: Tenang Buk santai saja hehe.Nama Ibu siapa?
: Suharti
: Usia Ibu berapa?
: Usia saya 50 tahun
: Pekerjaan saat ini apa buk?
: Kalau saat ini ga kerja, ngurus rumah tangga aja.
: Ibu dirusun Pulo Gebang dari kapan?
: Setahun yang lalu
: Betah engga bu?
151
Informan : Ya betah engga betah lah, kalau dari segi fasilitas mah bagus tapi
nyari makannya susah. Nyari uang susah, disana mah tadinya
kita Alhamdulillah tidak pernah kekurangan, makan lancar, disini
makan terkadang nasi doang sama garam, kadang punya beras
tapi tidak ada lauk, giliran ada uang buat beli sayur engga punya
beras, jadi uangnya buat beli beras. Yang penting ketemu nasi.
Penulis : Sebelumnya ibu profesinya apa?
Informan : Sayamah berdagang.
Penelitii : Berdagang apa bu?
Informan : Berdagang nasi uduk saya.
Penulis : Ibu dulu rumahnya dekat dengan kafe-kafe tempat hiburan
malam?
Informan : Sebetulnya yang Kalijodo hiburan malam itu di sebelah Utara. Kalau
perbatasan Barat dan Utara Kalijodo dibatasi dengan kali kecil. Kalo
saya tinggalnya di sebelah Barat. Kalau di Barat bukan lokalisasi
Kalijodo, cuman kan perbatasanya kecil. Yang di Barat cuma ada 1
masjid dan 1 kafé, kafenya juga tidak ikut-ikutan dengan lokalisasi,
lokalisasi tertutup untuk kawasan mereka aja. Kita warga engga tahu
menahu dan tidak ikut campur, aman tidak ada masalah apa-apa.
Yang ada masalah itu yang di Utara makanya kita tidak tahu menahu
soal gembar-gembor masalah Kalijodo. Memang jaraknya keliatan si
cuma yang lokalisasi atau gimana tetap adanya di Utara. Jadi kita
hanya sebagai Imbas.
Penulis
: Itu yang di Barat hanya 1 RT ya bu?
Informan
: Satu RT. Waktu itu, waktu bongkaran juga polisi atau ABRI
memang dianggapnya kawasan Barat itu sama, setelah mereka
masuk, loh ini mah warga. Ini tidak ada apa-apanya. Yaudah
selanjutnya, mereka langsung ke Utara, kitamah di lewatin aja.
Penulis
: Lalu, mengapa ibu bisa di relokasi disini?
Informan
: Ya itu karena imbas. Kan kita masih satu deretan dan satu bantaran
sama Kalijodo ya mau tidak mau ya ikut kena.
Penulis
: Kalau disini biasanya ibu belanja sayuran dimana ?
152
Informan : Ada disini kalau pagi yang keliling tukang sayur. Dari rusun sini
ada yang jualan, Kadang juga ada yang dari luar masuk ke rusun.
Disini mah sudah enak posisinya mau daging, mau ayam, mau
ikan basah sudah komplit semua disini. Tapi uang buat belinya
tidak ada. Disinimalah dirusun banyakan hutang.
Penulis : Dulu saat di Kalijodo ibu belanja di mana bu? Untuk dagangan
ibu.
Informan : Saya dipasar. Ih dulumah deket kemana-mana. Belanja ada deket di
Jembatan Dua, makanya tadinya mah digusur gamau saya jauh dari
mana-mana. Saya dagang udah puluhan tahun. Sekarang mau dagang
ya dagang apa.
Penulis : Sekarang ibu sudah tidak berdagang lagi?
Informan : Tidak, disini mau dagang apa? Susah buat usaha. Disini kalau dirusun
mah serba mahal.
Penulis : Apakah ibu mempunyai langganan sendiri di Pasar Jembatan Dua?
Informan : Ada, kan banyak orang disana. Udah punya langganan tetap enak.
Penulis
: Bagaimana hubungan ibu dengan para pedagang yang menjadi
langganan Ibu sejak lama saat ini?
Informan
: Hubungannya ya baik lah.
Penulis
: Apakah ibu masih sering berbelanja disna?
Informan
: Enggak tentu sih, selama saya disini (baca: Rusun Pulo Gebang)
baru sekali kesono itu juga silaturahmi aja. Kalau kesana kan butuh duit, butuh makan juga sampai sana lapar. Kalau enggak butuh-
butuh amat mah ngapain
Penulis : Kalau mau beli baju dimana bu?
Informan : Di Tanah Abang. Disini (baca: Rusun Pulo Gebang) juga ada yang
jual baju tapi mahal-mahal. Kalau disini mah adanya Pasar Permai,
yang beli orang-orang elit. Kitamah enggak masuk, engga kuat
maksudnya.
Penulis
: Ibu.. tetangga ibu yang dari Kalijodo semua pindah ke rusun ini?
Informan
: Ada juga yang tidak. Yang tidak mungkin ikut sodara atau siapa.
Disana sudah dibikin taman sekarang.
153
Penulis : Sebelum di relokasi, ibu berbelanja hanya di pasar Jembatan Dua atau
sering berbelanjadi pasar lain juga? Dan pasar apa saja yang di
dekat sana?
Informan : Jembatan Dua yang paling deket. Pasar lain ada, pasar Angke.
Cuman seringnya ke Jembatan Dua orang deket banget.
Penulis : Kalau masyarakat yang tinggal di Kalijodo bagian Utara kemana bu
belanjanya?
Informan : Mereka juga ke Jembatan Dua. Karna deket kan Jembatan Dua.
Kalau Kalijodo posisinya strategis. Bisa kemana-mana, bisa ke
Teluk Gong bisa ke Jembatan Dua.
Penulis : Mengapa warga Kalijodo, termasuk Ibu lebih memilih berbelanja di
Pasar Jembatan Dua?
Informan : Karna disana lebih strategis, lebih murah , cuma jalan dari rumah 5
menit udah sampai ke pasar.
Penulis : Kalau tetangga-tetangga Ibu sendiri kalau belanja di pasar yang
sama dengan Ibu?
Informan : iyalah semuanya, orang deket banget.
Penulis : Waktu Ibu ke Pasar Jembatan Dua lagi, para pedagang langganan ibu
pada mengeluh tidak? Atau curhat ke Ibu gitu?
Informan : Yah ngeluh lah sekarang, katanya sekarang tidak ada
penduduknya, kitanya sepi. Dagangan juga ikutan sepi, ya saya
jawab aja mau gimana, masa saya jauh-jauh mesti beli kesini.
Penulis : Apakah ada niatan saat menjelang lebaran nanti berbelanja
kebutuhan pokok dan baju di sana?
Informan : Enggak ada, yang deket-deket aja. Tanah abang paling kalau baju
yang murah meriah.
Penulis : Di Jembatan Dua biasanya ibu langgananya sama satu pedagang atau
beberapa pedagang?
Informan : Tadinya sama beberapa pedagang, Cuma kata temen saya tuh yang
warteg di Kalijodo kalau beli bumbu-bumbu lebih murah di
langganan dia aja. Jadi saya akhirnya langganan sama satu orang
154
aja. Itu sepuluh tahunan ada saya langganan sama pedagang bumbu
itu.
Penulis : Selama berlangganan sama pedagang di Jembatan Dua itu, apakah
Ibu pernah memberikan informasi ke teman atau saudara ibu
bahwa dagangan dia murah lalu akhirnya orang tersebut ikut
berlangganan sama pedagang bumbu tersebut?
Informan : Pernah, saya mah biasanya ngomong ke pembeli dagangan saya,
kalau mau masak buat lebaran atau pesta gitu saya kasih tau aja di
pak “ini” murah, lapaknya sebelah mana gitu saya kasih tau. Tapi
kalo dia berlangganan atau enggaknya mah saya kurang tau. Saya
Cuma sekedar ngasih tau aja gitu pas dia cerita mau pesta yaudah
saya saranin belanja di pedagang itu yang di pasar Jembatan Dua.
Penulis : Oh begitu ya buk. baik buk segitu saja terimakasih banyak atas
waktunya bu.
Informan : Yaaa sama-sama
155
Transip Wawancara
Informan 12
Wawancara tanggal 06 April 2018
IDENTITAS INFORMAN
Nama : Sukmo
Usia : 47 Tahun
Status : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Penulis : Assalamu’alaikum Pak, saya Atikah mahasiswi UIN dapat kontak
bapak dari Ibu Suharti tetangga bapak. Kebetulan, ada yang perlu saya
tanyakan ke bapak. Apakah berkenan?
Informan : Waalaikumsallam. Mengenai apa ya?
Penulis : Kehidupan bapak saat di Kalijodo.
Informan : Oh.. saya warga biasa, tidak tahu menahu soal prostitusi itu.
Penulis : Oh enggak pak, saya tidak menanyakan soal prostitusi kok pak, saya
hanya ingin mewawancarai bapak soal dimana bapak biasanya
berbelanja dulu.
Informan : Oh ya, silahkan nanya apa?
Penulis : Pertama, apa pekerjaan bapak saat ini?
Informan : Saat ini saya seorang wirausaha.
Penulis : Kata bu Suharti bapak dulu berdagang di Kalijodo?
Informan : Iya. Cuma dulu istri yang dagang. Saya hanya membantu kalau lagi
senggang.
Penulis : Istri bapak dulu jualan apa pak?
Informan : Dulu itu dagang makanan. Jualan nasi goreng, mie goreng/ mie rebus,
makanan lain nasi rames, ayam goreng, dll.
Penulis : Saat ini masih berdagang istrinya?
Informan : Udah enggak. Semenjak relokasi ke rusun, udah enggak dagang lagi.
Penulis : Dulu belanja untuk dagangan dimana Pak?
Informan : Dulu belanja di Pasar Jembatan Dua.
Penulis : Kalau berbelanja di Pasar Jembatan Dua berapa hari sekali?
156
Informan : Dulu itu hamper setiap hari, karena istri saya dagang nasi goreng, mie
goreng/ rebus dan makanan lainnya. Sedangkan sayur, bumbu alus itu
tidak bisa di stock lama-lama makanya hampir setiap hari belanja.
Penulis : Apakah pernah berbelanja di pasar lain selain Pasar Jembatan Dua ?
Informan : Gak pernah belanja di pasar lain sih. Selama saya di Kalijodo di situ
doang.
Penulis : Dulu udah berapa lama tinggal di Kalijodo?
Informan : Sudah lama. Daya disitu dari baru nikah. 25 tahunan disana.
Penulis : Apa alasan bapak dan istri bapak belanjanya di Pasar Jembatan Dua?
Informan : Deket, udah kenal deke tama yang jualan.
Penulis : Apakah bapak dan istri punya langganan sendiri di Pasar Jembatan Dua?
Informan : Ya pasti ada lah. Kan kita hampir tiap hari belanja.
Penulis : Lalu, saat ini gimana hubungan bapak/istri dengan langganan tersebut?
Informan : Ya udah gak pernah kesana ya gak ketemu lagi.
Penulis : Emang gak punya kontak no tlp mereka atau whatsapp?
Informan : Ya kalau ada juga mau ngapain. Saya udah ga belanja disitu, udah
kejauhan dan sekarang juga say amah belanjanya gak sebanyak dulu,
keseringan beli mateng dan istri kan udah gak jualan lagi.
Penulis : Oh begitu ya pak. Baik terimakasih informsinya.
Informan : iya sama-sama.
157
Transkip Wawancara
Informan 13
Wawancara tanggal 06 April 2018
IDENTITAS INFORMAN
Nama : Neneng
Usia : 25 Tahun
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Penulis : Assalamualaikum mbak. Saya Atikah Mahasiswi Uin Jakarta dapet
nomer kontak mbak dari buk Suharti tetanga ibu di Kalijodo. Saya ingin
mewawancarai mbak, apakah mbak berkenan?
Informan : Waalaikumsallam. Wawancara buat skripsi ya?
Penulis : Iya betul. Boleh kah?
Informan : Iya silahkan aja dek.
Penulis : Pertama, apa pekerjaan mbak saat ini?
Informan : Ibu rumah tangga ajah, hehe.
Penulis : Usia berapa mbak?
Informan : 25 tahun.
Penulis : Mbak di relokasi ke rusun juga ya?
Informan : Iya, saya sama suami saya.
Penulis : Boleh tahu, saat dulu di Kalijodo mbak belanjanya ke mana ya? Kaya
sayur, daging, dll?
Informan : Kadang ke tukang sayur keliling, kalo weekend ke Pasar Jembatan Dua.
Penulis : Apa alasannya mbak belanjanya dulu di Pasar Jembatan Dua?
Informan : Iya belanjanya di Pasar Jembata Dua karena deket. Kalau pasar-pasar
lain kan agak jauh ya mbak, jadi saya milih yang terdeket aja.
158
Penulis : Apa mbak udah punya langganan sendiri di Pasar Jembatan Dua?
Informan : Ada langganan lah, ya seperti tukang ayam, tukang daging, toko emas,
dulu saya langganan sama satu orang dulu.
Penulis : Apakah tetangga dan temen mbak suka belanja di pasar Jembatan Dua
juga? Atau mereka di pasar lain?
Informan : Kalau tetangga dulu ke Jembatan Dua juga setahu saya. Orang yang
paling deket disitu mau kemana lagi emang.
Penulis : oh begitu ya mbak. Jadi, saat ini masih berbelanja disitu gak?
Informan : Ya enggak kalo saya, disini juga ada tukang sayur. Ngapain jauh-jauh
Penulis : Lalu, apakah mbak masih berhubungan dengan pedagang di Pasar
Jembaan Dua?
Informan : udah enggak semenjak direlokasi.
Penulis : oh begitu ya mbak. Makasih mbak informasinya.
Informan : iyaah