1
PEMETAAN KLOROFIL-A DI PERAIRAN LAUT CINA SELATAN
MENGGUNAKAN CITRA SATELIT AQUA
Ratnasari(1)
, Risandi Dwirama Putra(2)
, Fadhliyah Idris(3)
Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Kepulauan Riau, 29125 Email : [email protected]
ABSTRAK
Pemetaan klorofil-a merupakan salah satu data penting yang diperlukan dalam pengelolaan
perikanan. Penelitian yang berjudul Pemetaan Klorofil-a di Perairan Laut Cina Selatan Menggunakan
Citra Satelit Aqua Modis ini dilakukan pada bulan Januari hingga Juni 2016. Data yang digunakan adalah
citra satelit aqua modis level 3 bulan januari-oktober 2015. Penelitian bertujuan untuk Memetakan dan mengetahui konsentrasi klorofil-a diperairan laut cina selatan serta mempelajari fluktuasi konsentrasi
klorofil-a selama bulan januari hingga oktober. Hasil penelitian menunjukan Konsentrasi klorofil-a
maksimum terjadi pada bulan januari dan Konsentrasi Minimum Terjadi Pada bulan April. Sebaran
konsentrasi klorofil-a memiliki pola yang hampir sama setiap bulannya yaitu konsentrasi klorofil-a selalu
lebih tinggi di perairan dekat daratan dan semakin rendah kearah perairan laut lepas. Secara umum daerah
yang selalu memiliki konsentrasi klorofil-a tinggi yaitu disekitar daratan Kalimantan, Sumatra dan
Malaysia.
Kata Kunci : klorofil-a, Aqua Modis, Pemetaan
MAPPING OF CHLOROPHYLL-A IN SOUTH CINA SEA USING AQUA MODIS
SATELLIT IMAGERY
ABSTRACT
Mapping of chlorophyll-a is one of the important data needed in fisheries management. The research title
mapping of chlorophyll-a in South Cina Sea using Aqua Modis satellite imagery was conducted in
January until june 2016. The data used is Aqua Modis Satellit imagery level 3 from January-oct 2015.
The purpose Of this Research is to find and determine the concentration of chlorophyll-a in South Cina
Sea and studied fluctuations of chlorophyll-a concentration. The result showed concentrations of
chlorophyll-a maximum occurred in January and Concentration minimum occurred in april. The distribution of the concentration chlorophyll-a have a similar pattern every month that always higher in
the waters near the mainland and the lower the water towards the open sea. In general, areas that have
always had high chlorophyll-a concentration that is around the mainland of Kalimantan, Sumatra and
Malaysia.
Keywords : chlorophyll-a, Aqua Modis, Mapping
2
I. PENDAHULUAN
Laut Cina Selatan merupakan perairan
terluas di asia tenggara, memanjang dari selatan
baski (selat antara taiwan dan philipina) hingga
Indonesia. DiIndonesia, perairan tersebut
memisahkan antara daratan Kalimantan dan
Sumatera (Suyarso, 1997). Dari segi geografis
Laut Cina Selatan khususnya disekitar
Kepulauan Natuna termasuk perairan dangkal
merupakan bagian dari paparan sunda. Dasar
lautnya ditutupi lumpur dengan pasir dan
melandai dari selatan (sekitar pulau Belitung)
hingga ke Utara sekitar Kepulauan Natuna
(Wyrtki, 1961). Laut Cina Selatan sekitar
Kepulauan Natuna termasuk salah satu perairan
penting yang berada dibawah pengaruh angin
muson Australia-Asia (Monsoon Current,
Berlage ,Illahude, 1997 in syafi’i, 2006).
Berdasarkan informasi yang didapat dari
situs resmi Kabupaten Natuna
(www.Natuna.go.id), Wilayah Perairan Natuna
memiliki potensi lestari perikanan tangkap yang
cukup besar, yaitu mencapai 504.212,85 ton.
Sumberdaya ikan yang mendominasi terdiri dari
kelompok ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil,
ikan demersal, cumi, udang, kepiting, lobster,
dan juga ikan karang yang memiliki nilai
ekonomis tinggi. Total nilai produksi perikanan
tangkap Natuna diperkirakan mencapai 833,267
Milyar Rupiah.
Sumberdaya yang melimpah ini tentunya
akan sangat menguntungkan jika dilakukan
pengelolaan yang baik. Salah satu cara agar
dapat dilakukan pengelolaan dengan baik adalah
dengan mempelajari pola kesuburan perairan laut
tersebut yang dapat dianalisis melalui pemetaan
sebaran konsentrasi klorofil-a.
Klorofil-a adalah pigmen pemberi warna
pada tumbuhan, alga, dan bakteri fotosintetik.
Senyawa ini berperan dalam proses fotosintesis
dengan menyerap dan mengubah tenaga cahaya
matahari menjadi tenaga kimia.
Klorofil-a merupakan salah satu
parameter yang sangat menentukan produktivitas
primer dilaut. Sebaran dan tinggi rendahnya
konsentrasi klorofil-a sangat terkait dengan
kondisi oseanografi suatu perairan. Pengukuran
klorofil sangat penting dilakukan karna kadar
klorofil dalam suatu kolom air laut tertentu
merupakan suatu ukuran bagi biomassa
tumbuhan yang terdapat didalam perairan laut
tersebut. Klorofil dapat diukur dengan
memanfaatkan sifatnya yang dapat berpijar bila
dirangsang dengan panjang gelombang cahaya
tertentu atau mengekstraksi klorofil dari
tumbuhan dengan menggunakan aseton untuk
menghitung produktivitas primer nya
(Sihombing dkk, 2012). Menurut Susilo (2000)
pigmen-pigmen fitoplankton (khusus nya
klorofil-a) merupakan komponen utama yang
mempengaruhi sifat optik/bioptik air laut. Oleh
karna itu metode pengindraan jauh dapat
digunakan dalam pendugaan konsentrasi klorofil-
a diperairan.
Pengindraan jauh merupakan suatu ilmu
dan seni untuk memperoleh data dan informasi
dari suatu objek dipermukaan bumi dengan
menggunakan alat yang tidak berhubungan
langsung dengan objek yang dikajinya (Lillesan
dan Kiefer, 1979). Alat tersebut berupa perekam
yang berada diangkasa menggunakan wahana
3
yang biasanya disebut satelit. Sistem ini dapat
mencakup suatu areal yang luas dalam waktu
bersamaan, Selain itu sistem ini relatif lebih
murah dibandingkan dengan penelitian secara
langsung. Penginderaan jauh dapat digunakan
untuk mendeteksi sebaran konsentrasi klorofil
diperairan laut secara cepat untuk wilayah yang
luas seperti wilayah perairan Laut Cina Selatan.
Salah satu sensor yang bisa digunakan
untuk meneliti klorofil-a diperairan laut adalah
sensor modis pada satelit aqua dan terra, namun
pada penelitian ini lebih cenderung
menggunakan citra satelit aqua modis
berdasarkan petimbangan hasil penelitian
Wardani (2012) yang mengatakan bahwa citra
satelit aqua modis memiliki hasil yang lebih baik
untuk mengetahui nilai klorofil-a dibanding citra
satelit terra modis berdasarkan perbedaan nilai
koefisien determinasi aqua modis sebesar 77,57
% sedangkan koefisien determinasi citra satelit
terra modis hanya sekitar 72,34 % jika
dibandingkan dengan data lapangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Mahrozi (2009) mengatakan bahwa
klorofil adalah kelompok pigmen fotosintesis
yang terdapat dalam tumbuhan, menyerap cahaya
merah, biru dan ungu, serta merefleksikan
cahaya hijau yang menyebabkan tumbuhan
memperoleh ciri warnanya.
Jumlah fitoplankton yang ada di laut
umumnya dapat dilihat dari jumlah klorofil-a
yang ada dalam perairan tersebut. Klorofil-a
tidak larut dalam air dan absorbsi cahaya yang
maksimum terjadi pada panjang gelombang 430
nm dan 663 nm. Salah satu fungsi dari klorofil-a
adalah menyerap energi elektromagnetik
(cahaya) yang datang untuk digunakan dalam
proses fotosintesis (Nababan, 2008).
Dari beberapa jenis klorofil, klorofil-a
merupakan pigmen yang paling dominan
terdapat pada fitoplankton dan berperan dalam
proses fotosintesis. Tingkat kesuburan perairan
juga dapat ditunjukkan dengan konsentrasi
klorofil-a yang terdapat diperairan tersebut,
sehingga dapat menjadi daya tarik bagi ikan-ikan
pelagis yang bersifat plankton feeder.
Konsentrasi klorofil-a diperairan sangat
tergantung pada ketersediaan nutrien dan
intensitas cahaya matahari. Bila nutrien dan
intensitas cahaya matahari cukup tersedia, maka
konsentrasi klorofil-a akan tinggi dan sebaliknya
(Nahib dkk, 2010).
III. METODE PENELITIAN
Daerah yang dijadikan lokasi penelitian
yaitu Perairan Laut Cina Selatan khususnya
Kabupaten Natuna dengan koordinat 1,16O LU –
7,19O LU dan 105 o BT – 110O BT
menggunakan data citra satelit aqua modis hasil
perekaman bulan januari-oktober 2015.
Sedangkan analisis data dilakukan
dilaboraturium komputasi dan sistem informasi
fakultas ilmu kelautan dan perikanan Universitas
Maritim Raja Ali Haji pada bulan desember
2015.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
4
Alat yang digunakan sebagai berikut :
Peralatan yang dibutuhkan dalam
penelitian ini berupa perangkat keras (hardware)
dan perangkat lunak (software). Perangkat keras
yang dibutuhkan antara lain sebagai berikut :
1. Personal Komputer (PC) untuk mengolah
data
2. Modem/Wifi untuk mendownload data
citra
3. Flashdisk untuk penyimpanan/back up
data
4. Printer untuk mencetak hasil
Perangkat lunak (software) yang dibutuhkan
adalah :
1. ArcGis 10.1 Untuk Mengolah Data Citra
2. Seadas 7.1 Untuk mengekstrak data
3. Microsoft excel 2007 Untuk Menghitung
Nilai Rata-Rata dan Membuat Grafik
Fluktuasi Klorofil-a
4. Microsoft word 2007 Untuk Membuat
Laporan Hasil
Bahan yang digunakan sebagai berikut :
a. Data citra satelit aqua modis level 3
komposit bulanan periode januari-
oktober 2015 yang diperoleh dari website
nasa dengan alamat
www.oceancolor.gsfc.nasa.gov.
b. Peta arah arus Kepulauan riau periode
januari-oktober 2015 yang diperoleh dari
buletin BMKG hangnadim batam, melalui
alamat hangnadim.kepri.bmkg.go.id
Jenis penelitian yang digunakan adalah
metode desk analisis yaitu menganalisa data
yang diperoleh tanpa melakukan validasi dan
verifikasi dilapangan. Data yang diperoleh
dideskripsikan berdasar teori-teori yang ada
(Azani et al, 2012). Analisis penelitian
menggunakan variabel konsentrasi klorofil-a
yang bersumber dari citra satelit aqua modis dan
peta arus laut yang didapat dari website BMKG
batam. Penelitian ini menggunakan data citra
satelit aqua modis dengan waktu perekaman pada
bulan januari-oktober 2015.
Diagram alir penelitian Secara Umum dapat
dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
Pengolahan Data Untuk Pemetaan
Klorofil-a :
a. Download data citra aqua Modis Level 3
dengan resolusi spasial 4 km. data yang
didownload yaitu data komposit bulanan
periode januari-oktober 2015
b. import dan display data citra
menggunakan software arcgis. Proses ini
dilakukan pada menu arctoolbar,
multidimention tools, make NetCDF
raster Layer, pilih data citra yang ingin
ditampilkan.
c. Potong citra sesuai daerah lokasi
penelitian. Hal ini bertujuan agar
penelitian lebih fokus dan juga dapat
memperkecil ukuran data sehingga lebih
cepat dalam Pengolahannya. Proses
5
pemotongan dilakukan pada arctoolbox,
data management tools, raster, raster
processing, clip.
d. Konversi data citra yang masih berbentuk
raster kedalam bentuk point dengan
format *shp. File ini nanti digunakan
untuk proses interpolasi. Cara
mengkonversinya yaitu menggunakan
convertion tools, from raster, raster to
point.
e. Interpolasi Data citra. Ini dilakukan untuk
mengisi kekosongan data pada citra
sehingga tampilan data citra menjadi
terlihat penuh dan lebih mudah untuk
dianalisis. Interpolasi citra dilakukan pada
menu arctoolbox, 3D analyst tools, raster
interpolation, spline with barriers.
f. Citra hasil interpolasi akan tampil dilayar
kedalam bentuk raster. Lakukan
klasifikasi konsentrasi klorofil-a
berdasarkan klasifikasi nontji (1984) yaitu
konsentrasi klorofil-a rendah (<0.3
mg/m3), sedang (0.3-1 mg/m3), tinggi (>1
mg/m3). Beri warna sesuai tingkatan
kelas, warna hijau tua untuk konsentrasi
klorofil-a rendah, hijau muda untuk
konsentrasi klorofil-a sedang, dan warna
merah untuk konsentrasi klorofil-a tinggi.
g. Atur tampilan citra agar terlihat lebih
halus dengan mengatur display setting
menjadi cubik
h. Lakukan pemisahan laut dan darat dengan
cara memasukkan file data pulau kedalam
layer.
i. Buat layout peta dengan menambahkan
grid, judul peta, arah mata angin, skala,
inset, dan sumber data.
Pengolahan Data Untuk Grafik Fluktuasi
Klorofil-a :
a. Input dan display data citra satelit aqua
modis level 3 bulanan kedalam software
seadas menggunakan menu file, open dan
pilih data citra yang ingin ditampilkan
b. Masukkan data polygon AOI (area of
interest) yang digunakan sebagai acuan
untuk penentuan wilayah penelitian
c. Eksport file raster kedalam bentuk ASCII
file untuk mendapatkan data konsentrasi
klorofil-a dalam bentuk *txt. Data yang di
eksport hanyalah data yang berada
diwilayah lokasi penelitian saja.
d. Input data *txt kedalam software
Microsoft excel dan hapus data
konsentrasi klorofil-a yang bertulisan
NaN (tidak memiliki data).
e. Hitung nilai rata-rata konsentrasi klorofil-
a pada masing-masing data citra dan
lakukan pembatasan nilai sesuai titik
koordinat antara 1,16O LU – 7,19O LU dan
105 o BT – 110O BT.
f. Buat grafik fluktuasi konsentrasi klorofil-
a periode januari-oktober 2015.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sebaran Spasial Konsentrasi Klorofil-a
1. Bulan Januari
Gambar 3. Peta klorofil-a bulan Januari
Dari hasil ekstraksi data citra satelit aqua
modis level 3 didapat Konsentrasi klorofil-a pada
6
bulan januari berkisar antara 0,08-4,6 mg/m3
dengan nilai rata-rata 0,28 mg/m3 (lihat tabel
pada lampiran). peta hasil interpolasi data citra
bulan januari memperlihatkan warna hijau muda
yang dominan diperairan Natuna dan sekitarnya,
warna merah terlihat dominan disekitar Sumatra,
Kalimantan dan Malaysia sedangkan warna hijau
tua semakin meluas kearah perairan yang jauh
dari daratan. Warna-warna pada peta tersebut
memberikan informasi bahwa konsentrasi
klorofil-a tinggi (>1 mg/m3) berada disekitar
daratan Kalimantan, Sumatra dan Malaysia,
konsentrasi klorofil-a tingkat sedang (0.3-1
mg/m3) menyebar disekitar perairan Natuna dan
konsentrasi klorofil-a terlihat semakin rendah
(<0.3 mg/m3) diperairan lepas pantai. Terjadinya
stratifikasi konsentrasi klorofil-a di beberapa
wilayah tersebut diduga karna perbedaan jumlah
nutrient yang masuk dari daratan.
2. Bulan Februari
Gambar 4. Peta klorofil-a bulan Februari
Memasuki bulan februari, konsentrasi
klorofil-a berkisar antara 0,07-4,96 mg/m3
dengan nilai rata-rata 0,25 mg/m3. pola sebaran
konsentrasi klorofil-a terlihat hampir sama
dengan bulan januari, hanya saja warna hijau tua
terlihat lebih luas dari bulan sebelumnya,
sedangkan warna hijau muda dan merah terlihat
semakin menyempit. Peta hasil interpolasi citra
satelit aqua modis bulan februari menunjukkan
bahwa sebaran konsentrasi klorofil-a masih
tinggi (>1 mg/m3) disekitar perairan Kalimantan
namun diperairan Sumatra dan malaysia terlihat
luasan konsentrasi klorofil-a >1 mg/m3 semakin
berkurang. Berkurangnya luasan wilayah dengan
konsentrasi klorofil-a tingkat tinggi (>1 mg/m3)
ini berpengaruh terhadap sebaran konsentrasi
klorofil-a disekitar perairan Natuna, terlihat
bahwa sebaran warna hijau muda lebih sedikit
dibanding dengan luasan sebaran warna hijau
tua. ini berarti bahwa pada bulan februari sebaran
konsentrasi klorofil-a di dominasi oleh
konsentrasi klorofil-a tingkat rendah (<0.3
mg/m3). Hal ini diduga karna bulan februari
sudah mulai mendekati musim pancaroba,
sehingga curah hujan mulai berkurang yang
mengakibatkan masukan nutrient dari daratan
keperairan mulai berkurang.
3. Bulan Maret
Gambar 5. Peta klorofil-a bulan Maret
Konsentrasi klorofil-a pada bulan Maret
berkisar antara 0,05-4,96 mg/m3 dengan nilai
konsentrasi rata-rata 0,19 mg/m3. Pada peta
terlihat warna hijau tua semakin dominan
sedangkan warna hijau muda dan merah semakin
berkurang. Warna merah masih terlihat luas
disekitar Kalimantan dan sumatra, namun terlihat
sangat sedikit disekitar daratan Malaysia.
Sedangkan diperairan Natuna dan sekitarnya
terlihat didominasi oleh warna hijau tua. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa pada bulan maret,
7
konsentrasi klorofil-a rendah (<0.3 mg/m3) di
perairan Natuna,
4. Bulan April
Pada bulan april konsentrasi klorofil-a
berkisar antara 0,03-4,34 mg/m3 dengan
konsentrasi rata-rata 0,15 mg/m3. Warna merah
masih dominan disekitar daratan Kalimantan,
dan Sumatra namun hanya sedikit disekitar
daratan Malaysia. Sedangkan disekitar perairan
Natuna terlihat didominasi oleh warna hijau tua.
Ini berarti bahwa pada bulan april konsentrasi
klorofil-a tingkat tinggi (>1 mg/m3) paling luas
disekitar Kalimantan dan Sumatra, namun hanya
sedikit disekitar daratan Malaysia. Sedangkan
diwilayah perairan Natuna dan sekitarnya terlihat
konsentrasi klorofil-a rendah (<0,3 mg/m3).
Gambar 6. Peta klorofil-a bulan April
5. Bulan Mei
Gambar 7. Peta klorofil-a Bulan Mei
Konsentrasi klorofil-a bulan Mei berkisar
antara 0,03-4,86 mg/m3 dengan konsentrasi rata-
rata 0,16 mg/m3. Berdasarkan peta terlihat warna
hijau muda hingga merah dominan disekitar
perairan Sumatra dan Kalimantan, namun mulai
sedikit disekitar daratan Malaysia. Sedangkan
diperairan Natuna dan sekitarnya terlihat
didominasi oleh warna hijau tua, hanya beberapa
wilayah saja yang ditutupi warna hijau muda. Ini
menandakan bahwa konsentrasi klorofil tingkat
sedang (0,3 mg/m3) hingga tinggi (>1.0 mg/m3)
terdapat diperairan Kalimantan, Sumatra,
malysia dan sekitarnya. Sedangkan diwilayah
perairan Natuna konsentrasi klorofil-a terlihat
rendah (<0.3 mg/m3).
6. Bulan Juni
Gambar 8. Peta Klorofil-a bulan Juni
Konsentrasi klorofil-a pada bulan juni
berkisar antara 0,02- 4,87 mg/m3 dengan nilai
rata-rata 0,20 mg/m3. Warna merah (konsentrasi
klorofil-a >1 mg/m3) menyebar luas disekitar
Kalimantan, Sumatra dan Malaysia, selain itu
juga terlihat dibeberapa titik sekitar perairan
Natuna. Pada bulan ini terlihat warna hijau muda
(konsentrasi klorofil-a 0.3-1 mg/m3) kembali
meluas namun masih didominasi warna hijau tua
(knsentrasi klorofil-a < 0.3 mg/m3) disekitar
perairan Natuna. Hal ini menjelaskan bahwa
konsentrasi klorofil-a kembali meningkat pada
bulan juni, diduga terjadi karna mendapat
masukan nutrient dari perairan Sekitarnya.
Seperti yang dikatakan wyrtki (1961) bahwa
pada musim timur berkembang arus dari wilayah
timur, dimana suplay masssa air dari daerah
8
upwelling dilaut arafuru dan laut banda akan
mengalir menuju perairan barat Indonesia dan
pada akhirnya menuju keLaut Cina Selatan.
7. Bulan Juli
Gambar 9. Peta Klorofil-a Bulan Juli
Konsentrasi klorofil-a bulan juli berkisar
antara 0,05-4,70 mg/m3 dengan nilai rata-rata
0,23 mg/m3. Masih sama seperti bulan
sebelumnya, warna merah masih terlihat
dominan disekitar perairan Kalimantan, Sumatra
dan malysia. Hanya saja sebaran warna hijau
muda pada bulan juli terlihat lebih luas dari
bulan sebelumnya sehingga sebaran luas warna
hijau tua sedikit berkurang dari bulan
sebelumnya. Hal ini berarti pola sebaran
konsentrasi klorofil-a pada bulan juni masih
tinggi (>1 mg/m3) disekitar perairan Kalimantan,
Sumatra dan Malaysia, sedangkan konsentrasi
klorofil-a tingkat sedang (03-1 mg/m3) menyebar
luas diwilayah perairan Kepulauan riau dan
sekitarnya kecuali perairan Natuna besar dan
anambas terlihat konsentrasi masih didominasi
oleh klorofil-a tingkat rendah (<0.3 mg/m3).
Meluasnya sebaran konsentrasi klorofil-a tingkat
sedang pada bulan juli diduga masih karna
pengaruh masukan nutrient yang terbawa arus
dari perairan laut banda dan arafuru seperti yang
dijelaskan oleh wyrtki (1961).
8. Bulan Agustus
Konsentrasi klorofil-a bulan agustus
berkisar antara 0,06-4,46 mg/m3 dengan nilai
rata-rata 0,21 mg/m3. Berdasarkan peta terlihat
warna merah menyebar disekitar perairan
Kalimantan dan Sumatra, sedangkan diperairan
Malaysia terlihat di dominasi oleh warna hijau
muda dan warna hijau tua diperairan lepas
pantai, khususnya perairan Natuna terlihat warna
hijau tua hingga merah. Ini berarti bahwa
terdapat konsentrasi rendah (<0.3 mg/m3),
sedang (0,3-1.0 mg/m3) hingga tinggi (>1,0
mg/m3) disekitar perairan Natuna. Sedangkan
konsentrasi tertinggi terdapat diwilayah
Kalimantan dan sekitaran Sumatra. dan
konsentrasi rendah masih mendominasi
diperairan lepas pantai.
Gambar 10. Peta Klorofil-a Bulan Agustus
9. Bulan September
Konsentrasi klorofil-a bulan September
berkisar antara 0,06-2,13 mg/m3 dengan nilai
rata-rata 0,18 mg/m3. Dari peta terlihat warna
merah lebih sedikit dari bulan-bulan sebelumnya,
warna hijau muda lebih dominan disekitar
Kalimantan dan sekitarnya, sedangkan disekitar
pulau Natuna dan anambas terlihat sebaran
warna hijau tua yang luas. Ini berarti disekitar
Kalimantan konsentrasi klorofil-a dikalimantan
dan sekitarnya didominasi oleh konsentrasi
tingkat sedang (0,3-1 mg/m3) dan sedikit
konsentrasi tingkat tinggi (>1,0 mg/m3).
Diperairan dekat pulau Natuna dan sekitarnya
9
terlihat didominasi oleh konsentrasi klorofil-a
tingkat rendah (<0,3 mg/m3).
Gambar 11. Peta Klorofil-a Bulan September
10. Bulan Oktober
Gambar 12. Peta Klorofil-a Bulan Oktober
Konsentrasi klorofil-a bulan oktober
berkisar antara 0,02-1,4 mg/m3 dengan nilai rata-
rata 0,16 mg/m3. Dari peta terlihat hanya sedikit
sekali warna merah yang hanya terdapat disekitar
daratan Malaysia dan Kalimantan, sedangkan
warna hijau muda mendominasi disekitar
Sumatra dan sekitaran perairan Kalimantan.
Diperairan Natuna dan sekitarnya terlihat
didominasi oleh warna hijau tua. Ini berarti
konsentrasi klorofil-a pada bulan oktober sangat
rendah sekali, perairan sekitar Kalimantan yang
biasanya ditutupi oleh konsentrasi klorofil-a
tingkat tinggi (>1,0 mg/m3) pada bulan ini justru
hanya ditutupi oleh konsentrasi klorofil-a tingkat
sedang (0,3-1,0 mg/m3), sedangkan perairan
disekitar Natuna masih sama seperti bulan
sebelumnya yaitu didominasi oleh konsentrasi
klorofil-a tingkat rendah (<0,3 mg/m3).
B. Fluktuasi Rata-rata Konsentrasi Klorofil-a
Grafik fluktuasi konsentrasi klorofil-a dibuat
berdasarkan hasil perhitungan nilai rata-rata
konsentrasi klorofil-a hasil ekstraksi citra satelit
aqua modis level 3 bulan januari-oktober 2015.
dari grafik dapat dilihat bahwa konsentrasi
tertinggi terjadi pada musim barat yaitu bulan
januari dengan nilai rata-rata 0,28 mg/m3 dan
februari dengan nilai rata-rata 0.26 mg/m3.
tingginya konsentrasi klorofil-a pada kedua
bulan ini diduga karna banyaknya masukan
nutrient dari daratan akibat tingginya curah hujan
pada musim barat (desember-februari). seperti
yang dijelaskan oleh wyrtki (1961) bahwa sekitar
bulan desember hingga februari terjadi musim
barat dimana umumnya angin bertiup kencang,
curah hujan tinggi, dan konsentrasi awan tebal.
Nababan (2009) juga mengatakan bahwa
konsentrasi klorofil-a yang tinggi pada musim
barat diduga berkaitan erat dengan curah hujan
yang tinggi, serta kemungkinan terjadinya
percampuran massa air vertikal (upwelling)
diwilayah pesisir perairan.
Memasuki musim peralihan I (Maret-Mei)
terlihat konsentrasi klorofil-a semakin menurun.
Pada bulan maret konsentrasi rata-rata 0,20
mg/m3 dan mencapai titik minimum pada bulan
april dengan nilai konsentrasi rata-rata 0,15
mg/m3. Hal ini diduga terjadi karna pada musim
peralihan curah hujan mulai berkurang sehingga
suplay nutrient dari daratan mulai berkurang.
Namun grafik kembali naik pada bulan Mei
dengan konsentrasi rata-rata 0,16 mg/m3.
Memasuki musim timur (Juni-Agustus) terlihat
konsentrasi klorofil-a kembali meningkat yaitu
10
bulan juni dengan konsentrasi rata-rata 0,21
mg/m3 dan mencapai puncak tertinggi musim
timur pada bulan juli dengan konsentrasi rata-
rata 0,23 mg/m2 lalu kembali menurun pada
bulan agustus dengan konsentrasi rata-rata 0,22
mg/m2. Meningkatnya grafik pada musim timur
diduga karna mendapat masukan nutrient dari
perairan laut jawa seperti yang dikatakan oleh
arinardi (1997) bahwa pada musim timur arus
laut jawa memberikan sumbangan terhadap
kesuburan fitoplankton. Selain itu wyrtki (1961)
juga mengatakan bahwa pada musim timur
berkembang arus dari wilayah timur, dimana
suplay masssa air dari daerah upwelling dilaut
arafuru dan laut banda akan mengalir menuju
perairan barat Indonesia dan pada akhirnya
menuju keLaut Cina Selatan.
Memasuki musim peralihan II (September-
November) terlihat konsentrasi klorofil-a
kembali menurun. pada bulan September
konsentrasi rata-rata sekitar 0,18 mg/m2 dan
kembali mencapai titik minimum pada bulan
oktober dengan konsentrasi rata-rata 0,16 mg/m3.
Gambar 13. Grafik Fluktuasi Rata-rata
Konsentrasi Klorofil-a
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Sebaran konsentrasi klorofil-a diperairan
Laut Cina Selatan khususnya Natuna hampir
sama pada setiap bulannya, konsentrasi
klorofil-a diperairan dekat daratan selalu
lebih tinggi daripada diperairan lepas pantai.
Secara umum daerah yang selalu memiliki
konsentrasi klorofil-a tinggi yaitu disekitar
daratan Kalimantan, Sumatra dan Malaysia.
Sedangkan diperairan Natuna dan sekitarnya
terlihat konsentrasi klorofil-a rendah hingga
sedang sepanjang tahun.
2. Berdasarkan grafik fluktuasi, didapat
kesimpulan bahwa Konsentrasi klorofil-a
maksimum terjadit pada bulan januari
(musim barat) sedangkan konsentrasi
klorofil-a minimum terjadi pada bulan april
(musim peralihan I).
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan
menambahkan beberapa data pendukung seperti
curah hujan, suhu permukaan laut , dan rentang
waktu penelitian yang lebih lama serta ditambah
dengan data penelitian lapangan untuk
mengetahui seberapa besar akurasi citra satelit
aqua modis diperairan Laut Cina Selatan.
DAFTAR PUSTAKA
Arinardi, O. H., A. B. Sutomo, S. A. Yusuf, Trimaningsih, E. Asnaryanti, dan
S.H. Rotono. 1997. Kisaran
Kelimpahan dan Komposisi
fitoplankto Predominan di Perairan Kawasan Timur Indonesia. Pusat
Penelitian dan Pengembangan
oseanografi. Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia. Jakarta.
Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. Bumi Aksara. Jakarta.
Azani, R., Sari, T.E.Y., Usman, 2012, Variabilitas Spasial Dan Temporal
Suhu Permukaan Laut Dan Klorofil-
A Diperairan Selat Malaka Melalui
Citra Satelit Aqua Modis, Jurnal Universitas Riau, Pekanbaru.
11
Haq, F.N., 2014, Pengindraan Jauh Untuk Laut, http://lapan.go.id/index.php/subblog/
2014/902/pendindraan-jauh-untuk-
laut/947, diakses tanggal 4 april
2014.
Hendiarti, N., sadly, M., frederik, M.C.G., Andiastuti, R., Sulaiman, A., 2006,
Riset Dan Teknologi Pemantauan
Dinamika Laut Indonesia, badan
riset kelautan dan perikanan
departemen kelautan dan perikanan, Jakarta.
Irawati, N, 2011, Hubungan Produktiivitas Primer Fitoplankton dengan
Ketersediaan Unsur Hara pada
Berbagai Tingkat Kecerahan di
Perairan Teluk Kendari Sulawesi
Tenggara, Tesis, IPB, Bogor.
Irawati, N., 2014 Pendugaan Kesuburan perairan
berdasarkan sebaran nutrient dan
klorofil-a diteluk kendari Sulawesi
tenggara, jurnal ilmu perikanan dan sumberdaya perairan, Fakultas
perikanan dan ilmu kelautan
universitas halu oleo, Kendari.
Kemili, P., Putri, M.R., 2012, Pengaruh Durasi dan Intensitas Upwelling
berdasarkan Anomali Suhu
Permukaan Laut Terhadap
Variabilitas Produkifitas Primer di
Perairan Indonesia, Jurnal Ilmu Dan
Teknologi Kelautan Tropis, ITB,
Bandung.
Lillesand, T. M. dan R. W. Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi
Citra. Diterjemahkan oleh Dulbahri,
Prapto Suharsono, Hartono,
Suharyadi : Sutanto (penyunting).
Gajah Mada University Press.
Yogyakarta. vi + 709
Mahrozi, M., 2009, Penentuan Kandungan Klorofil Dipermukaan Laut
Menggunakan Data Modis, Skripsi,
Universitas Indonesia, Depok.
Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Jakarta : PT. Pradnya Paramita
Nababan, B., 2008, Analisis Sebaran Konsentrasi Klorofil-A Dalam Kaitannya
Dengan Jumlah Hasil Tangkapan
Ikan Cakalang Diperairan
Binueangeun Banten, Skripsi, IPB,
Bogor.
Nahib, I., Sutrisni, D., Suriadi, A.B., Njendyawati, Rahadiati, A., 2010,
Predisksi Sebaran Fishing Ground
Menggunakan Data Modis
Multitemporal Oseanografi Dan
Kearifan Local Divalidasi Dengan
Hasil Tangkapan Real Yang Terplot
Spasial, BAKOSURTANAL.
NASA, 2015. About MODIS. http://modis.gsfc.nasa.gov/about [14
Oktober 2015]
Nontji, A. 1984. Biomassa dan Produktivitas Fitoplankton Di Perairan Teluk
Jakarta Serta Kaitannya Dengan
Faktor-Faktor Lingkungan.
Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan.
Jakarta. 368 h.
Nontji, A., 2008, Plankton Laut, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Press,
Jakarta.
Odum, E.P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. 4rd ed. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Paulus, C. A., 2007, Teknologi Pengindraan Jauh Kelautan Produktifitas Perikanan,
IPB, Bandung.
Prahasta, E., 2009, Sistem Informasi Geografis
Konsep-Konsep Dasar (Perspektif
Geodesi dan Geomatika), Informatika, Bandung.
Prianto., Alqodri, T.Z., Aryawati, R., 2013, Pola sebaran konsentrasi klorofil-a diselat
Bangka dengan menggunakan citra
aqua-modis,
www.ejournal.unsri.ac.id diakses
tanggal 13 januari 2015.
Putra, E.H., 2011, Pengindraan Jauh dengan ERMapper, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Ramansyah, F., 2009, Penentuan Pola Sebaran
Konsentrasi Klorofil-A Diselat Sunda Dan Perairan Sekitarnya
12
Dengan Menggunakan Data Inderan
Aqua Modis, Skripsi, IPB, Bogor.
Ridho, M.R., Kaswadji, R.F., Jaya, I., Nurhakim, S., 2004, Distribusi Sumberdaya
Ikan Demersal Diperairan Laut Cina
Selatan, Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan
Dan Perikanan Indonesia, jilid 11,
Nomor : 2 : 123-128
Romimohtarto, K dan S. Juana. 2001. Biologi
Laut (Ilmu Pengetahuan Tentang
Biota Laut). Djambatan. Jakarta.
Satrya, S.A., 2010, Prakiraan Kesuburan Perairan Bali Dari Citra Satelit Dibalai Riset
Dan Observasi Kelautan Kabupaten
Jembrana Bali, Laporan Praktek
Kerja Lapang, Fakultas Kelautan
Perikanan UNAIR, Surabaya.
Sihombing, R.F., Aryawati, R., Hartoni., 2012. Kandungan klorofil-a Fitoplankton
di Sekitar Perairan Desa Sungsang
Kabupaten Banyu Asin Provinsi
Sumatera Selatan. UNSRI. Inderalaya
Soenarmo, S.H., 2009, Pengindraan Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi
Geografis Untuk Bidang Ilmu
Kebumian, ITB, Bandung.
Somantri, L., 2009, Teknologi Pengindraan Jauh (Remote Sensing). UPI. Bandung.
Susilo, S. B. 2000. Penginderaan Jauh Kelautan Terapan. Penerbit Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Suyarso. 1997. Lingkungan Fisik Kawasan Laut Cina Selatan. Hal 1, Atlas
Oseanologi Laut Cina Selatan.P3O-
LIPI. Jakarta.
Syafi’I, M, 2006, Sebaran Konsentrasi Klorofil-a dan suhu permukaan laut
menggunakan citra satelit terra
modis diperairan Natuna, Skripsi,
IPB, Bogor.
Tambaru, R., M.A. Enam., Ismudi dan D. Ario.
2004. Dinamika kelimpahan
fitoplankton dalam hubungannya
dengan variabilitas intensitas cahaya dan nutrient diperairan pesisir
maros. http://www.openpdf.com
diakses tanggal 8 desember 2015.
Triyatmo, B., Rustandi, Djumanto,S.B., Priyono, Krismono, N sehenda, dan
kartamihardja, E.S., 1997. Studi
perikanan diwaduk sermo: studi
biolimnologi. Lembaga penelitian
UGM bekerjasama dengan
Agricultural Research Management
Project. BPPP.
Wardani, R.T., 2012. Analisis Perbandingan Konsentrasi Klorofil antara Citra
Sateliit Terra dan Aqua Modis
ditinjau dari Suhu Permukaan Laut
dan Muatan Padatan Tersuspensi
(Studi Kasus Perairan Selat Madura
dan Sekitarnya). ITS. Surabaya.
Website Resmi Kabupaten Natuna. 2013. Profil Kabupaten Natuna.
www.natuna.go.id [10 Oktober
2015].
Wetzel, R.G. 1983. Limnology. WB Sounders Company. Philadelphia.
Winarso, G., Khomarudin, M.R., Budhiman, S., Hartuti, M., 2014, Aplikasi
Pengindraan Jauh Untuk
Mendukung Program Kemaritiman,
Pusat Pemanfaatan Pengindraan
Jauh-LAPAN.
Wyrtki, K.1961. Physical Oceanography Of Southeast Asian Waters. The
University of California La jolla.
California.