Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)
Pelatihan PPGD adalah pelatihan penanggulangan penderita gawat darurat yang berorientasi pada pertolongan penderita prehospital maupun intrahospital. Fokus penanganan ini adalah tindakan life saving, ditujukan untuk perawat yang bekerja di Ambulance services, Unit Gawat Darurat serta di ruang perawatan yang berhubungan dengan potensi kedaruratan. Selain itu pelatihan PPGD ini juga ditujukan bagi para dokter khususnya di bidang kegawatdaduratan medis yang bernama pelatihan General Life Support (GELS) dengan pelatihan penanganan kasus gawat darurat untuk kasus trauma maupun non-trauma. Serta pelatihan penanggulangan penderita gawat dadurat bagi orang awam.
Tujuan dari pelatihan ini adalah meningkatkan ketrampilan tenaga kesehatan yakni dokter dan perawat, serta orang awam yang telah terlatih yang mempunyai kognitif, efektif maupun psikomotor skill sehingga dapat menangani kasus kasus dengan kegawatdaduratan medis. Dan mampu mempercepat respone time kegawatdaruratan untuk menghindari kematian dan kecatatan yang seharusnya tidak perlu terjadi.
Metode yang diterapkan dalam pelatihan PPGD bagi para dokter adalah metode circle of learning (lingkaran belajar), bahwa sebelum melakukan tindakan pada pasien, hendaknya langkah-langkah dalam pembelajaran perlu dilakukan sehingga diharapkan saat menangani pasien sesungguhnya dokter telah siap dan mampu melakukan dengan baik sehingga diharapkan tidak terjadi kesalahan atau ketidaktahuan yang mungkin akan memperberat kondisi pasien. Pelatihan ini dilaksanakan selama 6 hari, sedangkan PPGD perawat selama 5 hari dan pada awam hanya 2 hari.
http://chsm.fk.ugm.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=124:ppgd-penanggulangan-penderita-gawat-darurat&catid=113:divisi-manajemen-bencanapelatihan&Itemid=156&lang=id
mki.idionline.org/index.php?uPage=mki.mki_dl&smod...
Teknik ABC Bisa Selamatkan Pasien Gawat Darurat
Vera Farah Bararah - detikHealth
Browser anda tidak mendukung iFrame
(Foto:thinkstock)Tengerang, Penanganan gawat darurat merupakan hal yang sangat penting karena menentukan keselamatan pasien itu sendiri. Karenanya dalam penanganan gawat darurat diterapkan prinsip ABC.
"Semua penyebab kematian berujung pada masalah ABC, karenanya bisa ditolong pula dengan tindakan ABC. Jika cepat dikerjakan dengan tepat, besar kemungkinan korban dapat terhindar dari kematian," ujar dr Yudi Cahyono, SpBS dalam acara seminar Up Date Emergency Respon di Eka Hospital BSD, Tangerang, Sabtu (15/1/2011).
dr Yudi menuturkan prinsip penanganan gawat darurat dengan ABC ini adalah: A untuk airway (jalur napas)Sangan penting untuk melihat apakah pasien mengalami gangguan dengan jalur napasnya atau tidak (misalnya napas terengah-engah), jika ada gangguan maka harus segera dibebaskan. Hal yang harus diperhatikan adalah tulang leher harus tetap lurus agar tidak mengganggu jalur napas. Jika pasien datang dengan luka parah di wajahnya maka harus segera ditangani karena biasanya gumpalan darah atau muntah bisa menghalangi jalur napas.
B untuk breath (pernapasan)Periksa pernapasannya apakah mengalami gangguan atau tidak, jika pasien sulit bernapas segera berikan napas bantuan. Karena pernapasan yang terganggu akan membuat oksigen tidak bisa masuk ke dalam darah.
C untuk circulation (sirkulasi)Jika seseorang mengalami luka perdarahan yang parah harus segera dihentikan agar tidak mengganggu sirkulasi darah di tubuh. Kalau darah banyak yang keluar akan membuat transportasi oksigen terhambat yang bisa membuat kerja jantung semakin berat atau capek.
Sel saraf otak membutuhkan sirkulasi darah yang baik untuk membawa oksigen. Jika sirkulasi darah terganggu atau berhenti selama 3-4 menit maka sel saraf otak akan mengalami kerusakan meskipun bisa diperbaiki. Namun jika kekurangan oksigen (tidak dilakukan tindakan apapun) selama 6-9 menit bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen atau irreversible.
"Hal ini karena orang tidak bisa bertahan kalau tidak napas selama 3 menit dan prinsip ABC ini paling banyak dilakukan untuk pasien trauma," ujar dr Budi M Silitonga, SpBS dari Eka Hospital.
dr Yudi menuturkan jika ada pasien datang dengan perdarahan di otak dan satu lagi perdarahan parah di wajah, maka yang harus menjadi prioritas terlebih dahulu adalah pasien dengan luka parah di wajah karena biasanya mengalami gangguan pada jalur napasnya. Kecuali jika tenaga medisnya mencukupi untuk menangani semuanya sekaligus.
"Selain ABC, pasien gawat darurat juga diperiksa disability-nya apakah terlihat adanya tanda-tanda defisit yang menurun atau tidak lalu dilanjutkan dengan memeriksa kondisi pasien secara menyeluruh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dan setiap lubang yang ada," ungkapnya.
Karenanya untuk pertolongan pertama jangan dilihat dari seberapa parah luka yang dialami, tapi lihatlah apakah ada gangguan pada jalur napas, pernapasan dan juga sirkulasinya. Jika ada gangguan pada salah satu bagian tersebut segeralah berikan pertolongan untuk menghindari
http://health.detik.com/read/2011/01/15/152900/1547225/763/teknik-abc-bisa-selamatkan-pasien-gawat-darurat
Mengenal Gawat Darurat di Rumah SakitOleh : dr.H.M.Idris Pane. Produksi di Rumah Sakit berbeda dengan pabrik. Di pabrik yang diolah adalah lahan untuk menghasilkan satu jenis barang yang akan dipergunakan oleh manusia. Di Rumah Sakit produksinya adalah berupa jasa pelayanan kesehatan dimana pelayanan yang diberikan adalah terhadap manusia yang sakit, pasien tadi tidak dapat menentukan sendiri pelayanan yang di butuhkan.Pelayanan gawat darurat bersifat dua puluh empat jam dan mempunyai ciri-ciri tersendiri yang mempunyai konsekuen kepada pihak manajemen Rumah Sakit. Ciri-ciri tersebut antara lain:
1. Pelayanan bagian gawat darurat secara tradisional bersifat "limb dan life saving". Dengan demikian pelayanan dan tindakan medis harus tepat dan secepatnya diberikan. Dilain pihak pasien harus melalui seperangkat prosedur sebelum sampai kepada dokter yang akan melakukan pemeriksaan dan tindakan medis. Demikian pula para tim dokter, terutama pada Rumah Sakit pendidikan harus melalui berbagai prosedur sebelum keputusan untuk tindakan medis yang dilakukan.
2. Pelayanan bersifat canggih, sehingga memerlukan peralatan yang lebih canggih dan tenaga terampil, serta obat-obatan dan peralatan medis harus dipakai lebih khusus menyebabkan ini pelayanan lebih mahal.
Ada Rumah Sakit di Medan terdapat gawat darurat (tempat pemeriksaannya gawat dengan arti sempit dan kotor), tetapi biaya digawat darurat aduhaai, bahkan pasien yang belum dikatakan dalam kondisi gawat darurat, sudah dimasukkan ke zona gawat darurat.
Lokasi dan bagian gawat darurat harus mudah dicapai oleh kendaraan dan di usahakan agar tidak
timbul hambatan pada jalur keluar masuk penderita. Sebaliknya letak berhubungan dengan poliklinik dan pemeriksaan penunjang medis lainnya tapi mempunyai pintu masuk yang terpisah, baik dengan poliklinik maupun pintu atau gerbang utama Rumah Sakit. Besar dan macam unit gawat darurat sebetulnya tidak secara hubungan langsung kepada jumlah tempat tidur Rumah Sakit, tetapi berkaitan dengan ketentuan masyarakat atau pelayanan gawat darurat. Kebutuhan masyarakat tersebut tercermin pada meledaknya jumlah penduduk, jumlah kecelakaan lalu lintas, bertambahnya industri, kesadaran penduduk yang meningkat untuk mencari pelayanan dan lain-lain sebagainya.
Jaringan pelayanan darurat gawat dalam satu daerah sangat penting, artinya kerangka berhasilnya pelayanan gawat darurat pada satu daerah yang bersangkutan terutama pada saat-saat terjadinya bencana. Ada beberapa klasifikasi penderita gawat darurat:
1. Pasien dengan keadaan gawat atau menjadi gawat apabila tidak segera diberi pertolongan medic yang kadang-kadang disebut Death On Arrival (DOA), pada penderita ini perlu resorsitas melalui penderita dapat operasi atas perawatan di Ruangan Darurat Intensive (ICU/ICCU).
2. Tidak gawat ialah pasien dalam keadaan darurat tapi tidak gawat atau tidak menjadi gawat dalam jangka waktu tertentu. Bagi pasien ruangan ini tidak perlu ruangan resusitas tapi dapat diberikan pertolongan medis agar tidak menjadi gawat, dilakukan pemeriksaan medis serta dipersiapkan untuk operasi di ruangan biasa.
3. "Moderately Severe" ialah pasien yang tidak perlu perawatan Rumah Sakit hanya berobat jalan.
4. "False Emergency" ialah pasien yang tidak gawat dan tidak darurat sehingga sebetulnya tidak perlu berobat ke unit gawat darurat cukup di poliklinik saja (tapi kita di Indonesia yang ada unit gawat daruratnya apabila datang pasien pada sore/malam hari dimasukkan saja pada unit gawat darurat. Akibatnya biaya setinggi langit, contoh: pasien yang luka disebutkan kena 10 jahitan yang seharusnya hanya 5 jahitan).
Dalam sistem pelayanan gawat darurat, faktor sebelum tiba di Rumah Sakit (free hospital care) memperhatikan aspek yang penting. Aspek free hospital care ada 2 yaitu: a), tindakan sebelum sampai ke Rumah Sakit (masih dalam perjalanan) ini tergantung kecepatan tindakan akan mempengaruhi tindakan selanjutnya. Dalam freehospital cara yang penting adalah sarana transportasi atau ambulan. Pada negara-negara yang maju kesadaran penanganan pasien sudah dimulai pada tahap kecepatan/rumah penderita unit gawat darurat dengan bahan sarana kombinasi yang canggih kepada petugas-petugas khusus. Jadi ambulan tadi dilengkapi dengan peralatan yang cukup canggih.
Ada 3 jenis Ambulan :
1. Ambulan angkutan ialah ambulan yang hanya berfungsi sebagai pengangkat serta memonitor penderita sampai kepada tindakan sesuatu.
2. Ambulan lapangan ialah sama dengan ambulan gawat darurat tetapi disamping itu dapat
berfungsi sebagai ambulan lapangan.
3. Ambulan yang dilengkapi dengan alat medis (ingat film indovision AMBULAN).
Aspek lain yang perlu diperhatikan dalam sistem penanganan gawat darurat adalah kerjasama dan komunikasi yang baik di Rumah sakit untuk penanganan penderita post emergency seperti di ICU/ICCU ruangan gawat darurat dan lain-lain. Dan yang terakhir dengan unit di luar Rumah Sakit yang disebut post hospital care, misalnya upaya rehabilitasi.
Mengingat pentingnya penanggulangan pasien gawat darurat atau upaya sesuai dengan salah satu dari unsur panca karya husada maka telah dibentuk unit gawat darurat di Rumah-rumah Sakit Umum Pemerintah baik di Provinsi maupun di Kabupaten. Tentang bunyi serine dalam ambulan ini harus hati-hati. Kenapa? Maksud dan tujuannya adalah untuk menolong pasien segera di Rumah Sakit. Tapi kenyataannya disalah gunakan.***http://www.analisadaily.com/news/read/2011/08/14/8529/mengenal_gawat_darurat_di_rumah_sakit/#.T7KdLoFK61s
Keperawatan Gawat Darurat
Merupakan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada individu, keluarga,ataupun
masyarakat yang diperkirakan sedang mengalami keadaan yang mengancam kehidupan dan terjadi
secara mendadak dalam suatu lingkunagn yang tidak dapa dikendalikan.
1) Prinsip Keperawatan Gawat Darurat
Prinsip pada penanganan penderita gawat darurat harus cepat dan tepat serta harus dilakukan
segera oleh setiap orang yang pertama menemukan/mengetahui (orang awam, perawat, para medis,
dokter), baik didalam maupun diluar rumah sakit karena kejadian ini dapat terjadi setiap saat dan
menimpa siapa saja.
Kondisi gawat darurat dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Kumpulan materi mata kuliah
Gadar:2005):
a. Gawat darurat
Suatu kondisi dimana dapat mengancam nyawa apabila tidak mendapatkan pertolongan
secepatnya. Contoh : gawat nafas, gawat jantung, kejang, koma, trauma kepala dengan penurunan
kesadaran
b. Gawat tidak darurat
Suatu keadaan dimana pasien berada dalam kondisi gawat tetapi tidak memerlukan tindakan
yang darurat contohnya : kanker stadium lanjut
c. Darurat tidak gawat
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba tetapi tidak mengancam nyawa atau anggota
badannya contohnya : fraktur tulang tertutup.
d. Tidak gawat tidak darurat
Pasien poliklinik yang datang ke UGD
2) Triage Dalam Gawat Darurat
Triage adalah suatusistem seleksi pasien yang menjamin supaya tidak ada pasien yang tidak
mendapatkan perawatan medis. Tujuan triage ini adalah agar pasien mendapatkan prioritas pelayanan
sesuai dengan tingkat kegawatannya.
Pemberian label dalam triage meliputi :
a. Merah Untuk kasus-kasus gawat darurat
b. Kuning Untuk kasus gawat tidak darurat atau darurat tidak gawat
c. Hijau Untuk kasus-kasus tidak gawat tidak darurat/ringan
d. Hitam Untuk kasus DOA (datang dalam keadaan sudah meninggal).
3) Tindakan Keperawatan Gawat Darurat Sesuai Aspek Legal
Perawat yang membantu korban dalam situasi emergensi harus menyadari konsekuensi hukum
yang dapat terjadi sebagai akibat dari tindakan yang mereka berikan. Banyak negara-negara yang telah
memberlakukan undang-undang untuk melindungi personal kesehatan yang menolong korban-korban
kecelakaan. Undang-undang ini bervariasi diberbagai negara, salah satu diantaranya memberlakukan
undang-undang “ Good Samaritan” yang berfungsi untuk mengidentifikasikan bahasa/ istilah hukum
orang-orang atau situasi yang memberikan kekebalan tanggung jawab tertentu, banyak diantaranya
ditimbulkan oleh adanya undang-undang yang umum.
Perawatan yang dapat dipertanggungjawabkan diberikan oleh perawat pada tempat kecelakaan
biasanya dinilai sebagai perawatan yang diberikan oleh perawatan serupa lainnya dalam kondisi-kondisi
umum yang berlaku. Maka perawatan yang diberikan tidaklah dianggap sama dengan perawatan yang
diberikan diruangan emergensi.
Perawat-perawat yang bekerja di emergensi suatu rumah sakit harus menyadari implikasi
hukum dari perawatan yang diberikan seperti memberikan persetujuan dan tindakan-tindakan yang
mungkin dilakukan dalam membantu kondisi mencari bukti-bukti.
4) Fungsi Perawat Dalam Pelayanan Gawat Darurat
a. Melaksanakan asuhan keperawatan gawat darurat
b. Kolaborasi dalam pertolongan gawat darurat
c. Pengelolaan pelayanan perawatan di daerah bencana dan ruang gawat darurat
5) Tindakan – tindakan yang Berhubungan dengan bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut.
Pengetahuan medis teknis yang harus diketahui adalah mengenal ancaman kematian yang
disebabkan oleh adanya gangguan jalan nafas, gangguan fungsi pernafasan/ventilasi dan gangguan
sirkulais darah dalam tubuh kita.
Dalam usaha untuk mengatasi ketiga gangguan tersebut harus dilakukan upaya pertolongan
pertama yang termasuk dalambantuan hidup dasar yang meliputi :
A. Pengelolaan jalan nafas (airway)
B. Pengelolaan fungsi pernafasan/ventilasi (breathing management)
C. Pengelolaan gangguan fungsi sirkulasi (circulation management)
Setelah bantuan hidup dasar terpenuhi dilanjutkan pertolongan lanjutan ataubantuan hidup
lanjut yang meliputi :
D. Penggunaan obat-obatan (drugs)
E. Dilakukan pemeriksaan irama/gelombang jantung (EKG)
F. Penanganan dalam kasus fibrilasi jantung (fibrilasi)
Khusus untuk kasus-kasus kelainan jantung pengetahuan tentang ACLS (Advanced Cardiac Life
Sipport) setelah tindakan ABC dilakukan tindakan D (differential diagnosis), untuk kasus-kasus ATLS
(Advanced Trauma Life Support) setelah ABC dilanjutkan dengan D (disability) serta E (exposure)
Ruang lingkup KGD
1. Di ICU ( Intensive Care Unit )
Ruangan perawatan intensif dengan peralatan - peralatan khusus untuk menanggulangi pasien
gawat karena penyakit, trauma atau kompikasi lain.
Misalnya :
“Terdapat sebuah kasus dalam sistem persyarafan dengan klien A cedera medula spinalis, cedera tulang
belakang, klien mengeluh nyeri, serta terbatasnya pergerakan klien dan punggung habis jatuh dari
tangga. Dengan klien B epilepsi mengalami fase kejang tonik dan klonik pada saat serangan epilepsi
dirumahnya”.
Dua kasus diatas memiliki sebuah perbedaan yang jelas dengan melihat kasus tersebut, yang
meski dilakukan oleh seorang perawat adalah melihat kondisi si klien B maka lebih diutamakan
dibandingkan dengan klien A karena pada klien B kondisi gawat daruratnya disebabkan oleh adanya
penyakit epilepsi. Sedangkan untuk klien A dalam kondisi gawat darurat juga akan tetapi ia masuk
kedalam unit / bagian gawat darurat ( UGD ) bukan berarti tidak diperdulikan.
2. Di UGD
Unit / bagian yang memberikan pelayanan gawat darurat kepada masyarakat yang menderita
penyakit akut / mengalami kecelakaan. Seperti pada kasus diatas pada klien A, ia mengalami suatu
kecelakaan yang mengakibatkan cedera tulang belakang dengan demikian yang meski dibawa ke UGD
adalah yang klien A yang mengalami kecelakaan tersebut.
Trauma kritikal care
Dalam menangani permasalahan ini seorang perawat harus memiliki sebuah pemikiran yang
kritis didalam menangani pasien / klien. Berfikir kritis merupakan proses kognitif yang aktif dan
terorganisasi yang digunakan untuk mengetahui pikiran seseorang dan pemikiran terhadap orang lain.
( Chaffee, 2002 ). Trauma kritikal care ditekankan pada penanganan kasus seperti penanganan dalam
klien gawat darurat yang dalam keadaan kritis dan menyangkut kematian. Seperti contoh kasus pada
sistem persyarafan dibawah ini.
Misalkan :
“Seorang Tn A mengalami cedera kepala karena kecelakaan dalam berkendaraan yang mengakibatkan
cedera otak. Ia mengalami pendarahan yang hebat di kepalanya, ia juga sesak nafas dalam keadaan
kritis. Serta klien tidak dapat mempertahankan posisi kepala dan lehernya. Untuk itu diperlukan
penanganan secara cepat dan tepat pada klien tersebut”.
Jadi, dalam menanggapi permasalahan tersebut yang diperlukan oleh seorang perawat dalam
menangani pasien tersebut meski berfikir kritis dan sigap. Serta peduli terhadap kasus yang dialami oleh
Tn A. Sehingga klien dapat diatasi dengan secara cepat dan tepat dalam penanganannya. Demikianlah
yang dimaksud dengan penanganan dalam klien dalam situasi trauma kritikal care yaitu yang dilihat
adalah kepedulian terhadap klien dalam situasi yang kritis dimana ia dapat mengancam nyawa pasien
tersebut.
Issue, Etik dan legal
Dalam keperawatan dalam hal issue, etika, dan legal dibahas secara bersamaan. Hal ini
disebabkan oleh saling keterkaitannya mengenai issue, etika, dan legal. Sebagai contoh mengenai issue
legal yaitu penggunaan Telenursing dalam sistem persyarafan. Telenursing akan berkaitan dengan isu
aspek legal, peraturan etik dan kerahasiaan pasien sama seperti “Telehealth” secara keseluruhan. Di
banyak negara, dan di beberapa negara bagian di Amerika Serikat khususnya praktek “Telenursing”
dilarang ( perawat yang online sebagai koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara
bagian dan pasien yang menerima telecare harus bersifat local ) guna menghindari malpraktek perawat
antar negara bagian. Isu legal aspek seperti akontabilitas dan malprakatek, dan sebagainya dalam kaitan
telenursing masih dalam perdebatan dan sulit pemecahannya.
Menurut Martono, Telenursing ( pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya
penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan
kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa
perawat. Tetapi sistem ini justru akan mengurangi intensitas interaksi antara perawat dan klien dalam
menjalin hubungan terapieutik sehingga konsep perawatan secara holistik akan sedikit tersentuh oleh
ners. Sistem ini baru diterapkan dibeberapa rumah sakit di Indonesia, seperti di Rumah Sakit
Internasional. Hal ini disebabkan karena kurang meratanya penguasaan teknik informasi oleh tenaga
keperawatan serta sarana prasarana yang masih belum memadai. Meskipun demikian terdapat pula
keuntungan dari Telenursing ini.
Menurut Britton, Keehner, Still & Walden 1999 ada beberapa keuntungan Telenursing adalah
yaitu :
1. Efektif dan efisiensi dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi kunjungan ke
pelayanan kesehatan ( dokter praktek, ruang gawat darurat, RS dan nursing home ).
2. Dengan sumber daya minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan keperawatan
tanpa batas geografis.
3. Telenursing dapat mengurangi jumlah kunjungan dan masa hari rawat di RS
4. Dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis, tanpa memerlukan biaya dan meningkatkan
pemanfaatan tehnologi.
5. Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan ( model distance learning) dan
perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan. Telenursing dapat pula digunakan
dalam pembelajaran di kampus, video conference, pembelajaran online dan multimedia distance
learning. Ketrampilan klinik keperawatan dapat dipelajari dan dipraktekkan melalui model simulasi lewat
secara interaktif.
http://adypurwoko.blogspot.com/2012/04/keperawatan-gawat-darurat.html
K G D (Keperawatan Gawat Darurat) | 19.10.10 |
Label: KGD(Keperawatan Gawat Darurat)
Keperawatan Gawat Darurat (emergency and critical care nursing)
Pelayanan keperawatan yang diberikan kepada individu dan keluarga/orang terdekat yang diperkirakan atau sedang mengalami keadaan yang mengancam kehidupan, dan terjadi secara mendadak dalam suatu lingkungan yang tidak dapat dikendalikan
Cakupan KGD
Meliputi menetapkan diagnosis keperawatan dan manajemen respons klien/keluarga terhadap kondisi kesehatan yang terjadi mendadak
Pelayanan keperawatan gawat darurat tidak terjadwal dan biasanya dilakukan di ruangan gawat darurat (emergency),
Kondisi Kedaruratan
Suatu kondisi dimana terjadi gangguan integritas fisiologis atau psikologis secara mendadak Rentang area pelayanan gawat darurat
Proses Keperawatan Gawat Darurat, dipengaruhi oleh
Waktu yang terbatas
Kondisi klien yang memerlukan bantuan segera Kebutuhan pelayanan yang definitif di unit lain (OK, ICU) Informasi yang terbatas Peran dan sumber daya
Sasaran Pelayanan Gawat Darurat
Ketepatan resusitasi efektif dan stabilisasi klien gawat dan yang mengalami perlukaan
Aspek Psikologis Pada Situasi Gawat Darurat
Cemas Histeris Mudah marah Dsb Pengkajian terhadap prioritas pelayanan
Perubahan tanda vital yang signifikan (hipo/hipertensi, hipo/hipertermia, disritmia, distres pernafasan)
Perubahan/gangguan tingkat kesdaran (LOC) Nyeri dada terutama pada pasien berusia > 35 tahun Nyeri yang hebat Perdarahan yang tidak dapat dikendalikan dengan penekanan langsung Kondisi yangd apat memperburuk jika pengobatan ditangguhkan Hilang penglihatans ecara tiba-tiba Perilaku membahayakan, menyerang Kondisi psikologis yang terganggu/perkosaan
Triage
Tujuan triage adalah untuk menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :
Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan lanjutan Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses penanggulangan/pengobatan
gawat darurat
Sistem Triage dipengaruhi
Jumlah tenaga profesional dan pola ketenagaan Jumlah kunjungan pasien dan pola kunjungan pasien Denah bangunan fisik unit gawat darurat Terdapatnya klinik rawat jalan dan pelayanan medis
Prinsip umum manajemen kedaruratan (kecelakaan)
Bersikap tenang tapi cekatan dan berfikir sebelum bertindak (jangan panik) Sadari peran perawt dalam menghadapi korban dan wali/saksi Lakukan pengkajian yang cepat dan cermat terhadap masalah yang mengancam jiwa (henti
napas, nadi, perdarahan hebat dan keracunan) Lakukan tindakan penyelamatan jiwa/kehidupan Lakukan pengkajian sistematik sebelum melakukan tindakan menyeluruh Pertahankan korban pada posisi datar atau sesuai posis yang cocok (kecuali jika ada orthopnea)
lindungi korban dari kedinginan Jika korban sadar, jelaskan apa yang terjadi berikan bantuan untuk menenangkan dan yakinkan
akan ditolong Hindari mengangkat/memindahkan yang tidak perlu, memindahkan hanya jila ada kondisi yang
membahayakan Jangan diberi minum jika terdapat trauma abdomen atau diprakirakan kemungkinan tindakan
anestesi umum dalam waktu dekat Jangan dipindahkan (ditanfortasi) sebelum pertolongan pertama selesai dilakukan dan terdapat
alat tranportasi yang memadai
Disaster
Bencana Alam Perbuatan manusia Kejadian tiba-tiba, mengagetkan, merusak, membahayakan kehidupan (nywa dan harta benda) Efeksamping sangat tergantung dari luas dan beratnya bencana serta kesiapan komunitas/
masyarakat menghadapi bencana
Perencanaan penanggulangan bencana di komunitas
Pembentukan komite atau tim penanggulangan bencana Mengidentifikasi kemungkinan bahaya bencana pada daerah tersebut Mengadakan latihan/simulasi penanggulangan bencana (termasuk cara meminta bantuan,
jaringan komunikasi
Penanggulangan saat kejadian
Pengelolaan jaringan komunikasi yang efektif Blok daerah bencana Mengupayakan jaringan tranportasi yang terbuka tapi terorganisir Pelaksanaan triage Triage komunitas pada disaster
Kategori
1. Yang memerlukan tindakan segera (akan memburuk jika tidak segera ditanggulangi)2. Serius yang memerlukan tranportasi segera setelah diatasi pertolongan pertama
3. Masalah minimal yang dapat ditanggulangi masyarakat 4. Kategori yang dapat ditangguhkan
Disaster Mekanisme Alami Buatan Manusia Jumlah Cidera yang disebabkan
Geografi
Durasi
Selesai
Sedang berlangsung
Tingkat respon
Level I : Lokal Level II: Regional Level III: Nasional
Perencanaan yang efektif
Asumsi yang valid tentang bentuk cidera, ancaman, perilaku manusia dan kebutuhan Pengalaman dari bencana sebelumnya Prisip evidance base dari respon bencana Sistem kolaborasi yang terintegrasi dalam mencapai tujuan umum Keterllibatan dalam perencanaan bagi orang yang terlibat dalam penanggunalangan Pengetahuan dan persetujuan dari partisipan Pelatihan dan pendidikan Latihan di Rumah Sakit dan Komunitas
Triage komunitas memerlukan
Pos komando Persiapan RS RS Lapangan
http://askepthedi.blogspot.com/2010/10/k-g-d-keperawatan-gawat-darurat.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28926/4/Chapter%20II.pdf
Recommended