IV. PEMBAHASAN
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan
oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat
disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau perfusi. Indikator gagal nafas adalah frekuensi
pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari
20 x/mnt tindakan yang dilakukan memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan”
menjadi tinggi sehingga timbul kelelahan. Kapasitas vital adalah ukuran ventilasi (normal 10-
20 ml/kg). Gagal nafas yang terjadi pada kasus Ny.S merupakan komplikasi dari penyakit
CHF dan DM tipe 2 yang diderita oleh Ny. S.
Jalan napas pasien yang menggunakan ventilator dipatenkan dengan cara memasang
endo trakeal tube (ETT). Trakeal tube adalah sebuah kateter yang dimasukkan kedalam
trakea dengan tujuan utama mematenkan jalan nafas untuk memastikan pertukaran oksigen
dan karbondioksida yang adekuat. Terdapat beberapa tipe trakeal tube disesuaikan dengan
aplikasi yang spesisifik. Endotrakeal tube adalah tipe trakeal tube spesifik yang dimasukkan
melalui mulut (orotrakheal) atau hidung (nosotrakheal) (Wikipedia, 2010).
ETT yang dipasang melalui orotrakeal maupun nosotrakheal, akan memancing tubuh
untuk merespon adanya benda asing pada saluran pernapasan. Tubuh merespon benda asing
tersebut dengan adanya secret di sekitar ETT. Seperti pada kasus Ny. S, ditemukan diagnose
ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan adanya jalan napas buatan (ETT).
Secret menumpuk di sekitar ETT dan mengganggu bersihan jalan napas klien setelah
dipasang ETT selama kurang lebih 2 hari.
Produksi secret yang terus bertambah dan tidak mendapapatkan penanganan dapat
menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Pneumonia nosokomial merupakan komplikasi
yang biasa terjadi pada pasien gawat darurat. Sebuah penelitian dilakukan di ICU Negara-
negara Eropa, melibatkan lebih dari 10.000 pasien terjangkit pneumonia nosokomial.
Ventilasi mekanik merupakan faktor resiko terbesar dalam perkembangan pneumonia
nosokomial. Terhitung 80-90% pneumonia nosokomilal terjadi pada pasien ICU. (Steven,
2010)
Produksi secret yang terus bertambah dan tidak mendapapatkan penanganan dapat
menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Pneumonia nosokomial merupakan komplikasi
yang biasa terjadi pada pasien gawat darurat.. Pneumonia nosokomial dapat terjadi sebagai
akibat dari aspirasi secret orofaringeal selama proses intubasi, trauma pada dinding trachea
yang menurunkan integritas mukosa, mikroaspirasi sekresi disekitar balon ETT yang
terpompadan pembutukkan koloni bakteri di dalam lumen ETT. (Steven, 2010)
Untuk mencegah terjadinya komplikasi pneumonia nosokomial pada Ny. S, salah satu
intervensi yang dilakukan adalah dengan melakukan suction. Steven (2010) mengatakan
suction dilakukan secara kontinu untuk membuang sekresi subglotic, pembuangan secret
dapat eminimalkan terjadinya mikroaspirasi, koloni bakteri pada trakea dan tentunya
pneumonia yang berhubungan denan ventilator. Hasil yang didapatkan dari hasil suction pada
Ny.S berupa secret berwarna putih kekunimgan, encer dan berbusa. Nafas klien menjadi tidak
terlalu sesak setelah dilakukan suction.
Selain diagnose gangguan bersihan jalan nafas, Ny. S juga mengalami gangguan
integritas kulit yang diakibatkan karena Ny. S imobilisasi. Untuk mengatasi masalah
tersebut, perawat memodifikasi handscoon menjadi bantal antidekubitus dengan mengisi
handscoon tersebut dengan air, kemudian diletakkan pada bagia tulang yang menonjol dan
mengalami penekanan.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang menyerang system metabolic
tubuh, yang nantinya akan mendatangkan komplikasi mulai dari mikrovaskular dan
makrovaskular. Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan
terhadap oksigen dan nutrisi. Gagal nafas merupakan komplikasi yang ditimbulkan
oleh kedua penyakit kronis tersebut.
Terjadi perubahan asam basa dalam tubuh Ny. S, sehingga klien mengalami gagal
nafas dan berakibat pada penurnan kesadaran. Hal ini menmbulkan beberpa masalah
keperawatan seperti gangguan bersihan jalan nafas, penurunan curah jantung,
gangguan integritas kulit dan deficit perawatan diri.
B. Saran
Diabetes mellitus dan Congestive Heart Failure merupakan penyakit kronis
yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Gagal nafas merupakan salah satu
komplikasi yang diakibatkan oleh dua penyakit kronis tersebut. Gagal nafas adalah
ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal
(PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh
masalah ventilasi difusi atau perfusi yang dapat berujung pada kematian. Oleh karena
itu perlu adanya penanganan yang serius terhadap kasus seperti ini. Diagnosa
keperawatan dan implementasi yang sesuai diharapkan mampu mengurangi
komplikasi lain yang mungkin terjadi pada pasien dengan kasus serupa.
Steven Deem, Miriam M Treggiari. 2010. New Endotracheal Tubes Designed to Prevent Ventilator-Associated Pneumonia. Respiratory Care August 2010 Vol 55 No 8. Retrieved Oktober 18, 2012 from h ttp:// w ww. r cjournal. c om/ c ontents/08.10/08.10.1046. p df
Recommended