ISSN:2655-1586
31 JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN VOLUME 5, No.1, Februari 2021, hal 31-35
Pendekatan Tradisional Kontemporer
pada Perancangan Arena Pacuan Kuda di Aceh Tengah
Krisdayanti¹, Nizarli², Sofyan2 1Mahasiswa Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala
2Dosen Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
Email: [email protected]
Abstract Tradition in the community is one thing that is very important to be taken and preserved. In Indonesia, many
community traditions from various regions attract tourists, both local and foreign tourists. One such tradition,
specifically in Aceh is “Pacuan Kuda”. Pacuan Kuda is one of the traditional hereditary traditions that is carried out
every year, especially in the areas of Central Aceh, Bener Meriah and Gayo Lues. With this increasingly modern era, it
is necessary to preserve it so that the tradition of Pacuan Kuda does not disappear from society. One effort to build a
racetrack that is friendly to the traditions of the local community. Traditional Contemporary applied can be used to
maintain and preserving traditions that have been carried out with this hereditary. Related to contemporary traditional
that is applied to the main building carrying the traditional concept but still looks modern keep abreast of the times.
Keywords: Tradition, Pacuan Kuda, Traditional Contemporary, Preserve
Abstraks Tradisi di dalam masyarakat adalah salah satu hal yang sangat penting untuk dipertahankan dan
dilestarikan. Di Indonesia, banyak tradisi masyarakat dari berbagai daerah yang menarik perhatian wisatawan, baik
wisatawan lokal maupun wisatawan yang berasal dari luar daerah. Salah satu tradisi tersebut, khususnya di Aceh
adalah “Pacuan Kuda”. Pacuan kuda merupakan salah satu tradisi turun temurun masyarakat yang rutin dilakukan
setiap tahunnya, khususnya di daerah Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues. Dengan era yang semakin modern
ini, perlu dilakukan upaya pelestarian agar tradisi pacuan kuda tidak hilang dari masyarakat. Salah satu upaya adalah
dengan membangun arena pacuan kuda yang ramah terhadap tradisi masyarakat setempat. Pendekatan Tradisional
Kontemporer yang diterapkan dapat digunakan sebagai wadah untuk mempertahankan dan melestraikan tradisi yang
sudah dilakukan secara turun temurun ini. Pendekatan tradisional kontemporer diterapkan pada bangunan utama yang
mengusung konsep tradisional namun tetap terlihat modern mengikuti perkembangan zaman.
Kata kunci : Tradisi, Pacuan Kuda, Tradisional Kontemporer, Melestarikan
1. Pendahuluan Aceh Tengah merupakan salah satu kabupaten
yang berada di Provinsi Aceh, berada di ketinggian
1800 mdpl. Tekengon sebagai ibukota aceh Tengah
menyimpan berbagai ragam budaya, salah satu di
antaranya adalah atraksi budaya, yaitu pacuan kuda
tradisional Gayo yang sudah menjadi tradisi secara
turun-temurun di kalangan masyarakat Gayo. [1]
Tradisi pacuan kuda ini sudah dilakukan sejak zaman
pendudukan Belanda yang digelar sebagai bentuk rasa
syukur masyarakat atas hasil panen. [2] Selain sebagai
ajang kejuaraan, pacuan kuda juga menjadi sarana
hiburan bagi masyarakat yang juga menarik banyak
perhatian wisatawan, baik wisatawal local maupun
wisatawan asing.
Pacuan kuda tradisional Gayo digelar sebanyak 2
kali dalam setiap tahunnya, yaitu pada bulan Februari
untuk memperingati hari Ulang Tahun Kota Takengon
dan pada bulan Agustus untuk memperingati hari
kemerdekaan RI. Peserta pacuan kuda di Aceh Tengah
setiap tahunnya mencapai ratusan peserta dan terdapat
pula peserta-peserta yang berasal dari luar daerah. [3]
Selain itu jumlah kunjungan wisatawan ke lapangan
pacuan kuda meningkat drastis setiap digelarnya even
pacuan kuda yaitu pada bulan Februari dan Agustus. [4]
Hal ini membuktikan bahwa kegiatan pacuan kuda di
aceh Tengah semakin dilirik oleh daerah-daerah luar dan
semakin menarik perhatian para peminat olahraga
berkuda.Namun, fasilitas arena pacuan kuda di Aceh
Tengah yang sudah ada saat ini masih belum memenuhi
standar yang telah ditetapkan. Mengingat jumlah peserta
yang samakin banyak setiap tahunnya, maka diperlukan
pembangunan arena pacuan kuda yang berstandar
nasional dengan mempertahankan budaya lokal. Maka
dari itu, beberapa hal tersebut menjadi latar belakang
perlunya perancangan arena pacuan kuda di Aceh
Tengah yang sesuai dengan standar yang telah
ditentukan tanpa menghilangkan sisi tradisional yang
telah dipertahankan turun-temurun.
Kadispora Aceh Tengah, Jumadil Enka,
mengatakan bahwa meskipun ada kemajuan pada system
pelaksanaan pacuan kuda, tapi mereka tetap
mempertahankan sisi tradisional dari pelaksanaan
tersebut, seperti pelepasan kuda lokal dengan system
tradisional (tanpa menggunakan box start) dan para joki
mengenakan kerrawang yang merupakan pakaian
tradisional Gayo. [5] Selain pelaksanaannya, fasilitas
arena pacuan kuda di Aceh Tengah ini juga perlu
menerapkan konsep tradisional dengan tetap tampil
modern mengikuti perkembangan zaman. Pendekatan
ISSN:2655-1586
32 JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN VOLUME 5, No.1, Februari 2021, hal 31-35
tradisional kontemporer dapat mewadahi kegiatan
pacuan kuda ini dengan tetap mempertahankan dan
melestarikan tradisi budaya setempat. Pendekatan
Tradisional Kontemporer sendiri merupakan perpaduan
antara konsep yang sedang tren saat ini dengan konsep
tradisional yang sudah ada sejak lama. Oleh karena itu,
penerapan pendekatan tradisional kontemporer adalah
salah satu wadah yang dapat dijadikan sebagai salah satu
cara untuk mempertahankan dan melestarikan tradisi
pacuan kuda saat ini.
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Pendekatan tradisional kontemporer Arsitektur tradisional merupakan suatu desain
arsitektur yang sudah ada secara turun-temurun dari satu
generasi ke generasi berikutnya. [6] Sedangkan
kontemporer dapat diartikan sebagai masa kini, jadi
arsitektur kontemporer adalah arsitektur yang sedang
berkembang pada saat ini. [6]
Pendekatan arsitektur tradisional kontemporer
dapat berupa penggabungan antara tradisional dengan
aksen kontemporer, kontemporer dengan aksen
tradisional juga memiliki keseimbangan yang sama antar
keduanya. [7] Mengkombinasikan arsitektur tradisional
dengan arsitektur kontempor merupakan salah satu
upaya untuk menyeimbangkan antara arsitektur yang
sedang tren pada saat ini dengan arsitektur yang sudah
ada sejak dulu, sehingga hal ini dapat menjadi wadah
untuk mempertahankan dan melestarikan budaya serta
tradisi suatau daerah di dalam era yang sudah semakin
berkembang. Pada perancangan arena pacuan kuda ini
akan diterapkan pendekatan yang berfokus pada desain
kontemporer namun masih memiliki nilai tradisional
yang tinggi.
Menurut Schirmbeck, terdapat beberapa
karakteristik arsitektur kontemporer, diantaranya : [8]
a. Arsitektur kontemporer memiliki fasad dalam
bentuk nyang transparan/ tembus pandang.
b. Menggunakan material dan system teknologi yang
baru.
c. Menggunakan konsep ruang yang terkesan terbuka
d. Menampilkan bentuk-bentuk dan gubahan massa
yang ekspresif.
e. Memiliki ruang luar dan ruang dalam yang serasi
f. Menerapkan konsep kenyamanan
g. Memaksimalkan penggunaan elemen landskap.
Banyak desain kontemporer yang telah
memusatkan perhatian pada teknologi. Namun teknologi
bukanlah pelancong yang baik kecuali jika
dikolaborasikan dengan budaya. [9] Dalam sebuah
penelitian di China, dihasilkan beberapa pendapat
peserta tentang hal-hal yang digunakan untuk
menerapkan elemen desai n kontemporer dengan
mengekspresikan budaya Tionghoa kepada masyarakat
Tiongkok, yaitu : [9]
a. Bentuk : Simetris, statis, realistis
b. Material : kayu, batu giok, perunggu, keramik
c. Motif
d. Konteks
e. Kegunaan
Untuk lebih memperkenalkan budaya lokal ke
daerah luar, maka perlu adanya penekanan pada sejarah
dari tradisi atau budaya suatu daerah kepada orang-orang
yang berasal dari luar daerah. Seperti elemen-elemen
kuno, diantaranya bentuk tradisional, warna, dan
material-material alami. Elemen-elemen tradisional ini
dikombinasikan dengan desain kontemporer sebagai
ekspresi fitur kuno untuk mengekspresikan sejarah
budaya dan tradisi setempat. Penggabungan antara
material tradisional yang menciptakan rasa kagum
dengan material kontemporer yang sudah menggunakan
teknologi membuat desain menjadi lebih menarik.
Adapun ciri-ciri arsitektur tradisional kontemporer
antara lain sebagai berikut : [5]
a. Lebih menekankan aspek estetika, sejarah serta
menggunakan teknologi yang sederhana.
b. Menggunakan struktur modern
c. Meggunakan material yang sesuai dengan bentuk.
d. Menampilkan fungsi ruang-ruang yang modern.
e. Hasil perancangan memiliki kesan dan nuansa
tradisional meskipun menggunakan teknologi yang
sedang tren saat ini.
3. Studi Banding Tema Tradisional
Kontemporer
3.1 Casablanka residence
Studi banding yang terkait dengan tema pendekatan
tradisional kontemporer adalah Casablanka Residence
yang dirancang oleh arsitek Budi Pradono, dengan luas
bangunan 809 m².
Gambar 1 Bangunan Casablanka Residence
Sumber : Archdaily
Casablanka Residence berlokasi di Kabupaten Tabanan,
Bali, Indonesia. Rancangan ini menerapkan metode ‘Tri
Mandala”.
Gambar 2 Diagram Programming Casablanka Residence
Sumber : Archdaily
Denahnya dibagi menjadi empat massa bangunan, pada
bagian ruang utama terdiri atas dua tingkat, pada lantai
atas terdiri atas tiga kamar tidur, dua kamar mandi dan
ISSN:2655-1586
33 JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN VOLUME 5, No.1, Februari 2021, hal 31-35
ruang keluarga, sedangkan pada lantai dasar memiliki
ruang makan dan dapur.
Gambar 3 Denah Lantai Dasar Casablanka Residence
Sumber : Archdaily
Gambar 4 Denah Lantai Dasar Casablanka Residence
Sumber : Archdaily
Atap dan kolom penyangga pada bangunan ini
menggunakan batang bambu, material bambu ini dipilih
oleh sang arsitek karena struktur rangkanya semakin
kuat seiring bertambahnya usia. Selain itu penggunaan
material bambu juga sebagi salah satu konsep
kenyamanan estetika agar konteks bangunanya menyatu
dengan alam.
Gambar 5 Atap dan Penyangga Bangunan dari bambu
Sumber : Archdaily
Selain menggunakan konseo tradisional yang
ramah lingkungan, pada Casablanka Residence juga
menerapkan aksen modern yang diimplementasikan
material bata terakota dan kusen besi baja yang
diaplikasikan pada bagian dinding.
Gambar 6 Aksen modern pada dinding material baja
Sumber : Archdaily
3.2 Residence Omah Kawung Studi banding kedua yang terkait dengan tema
adalah Residence Omah Kawung yang dirancang oleh
arsitek Imron Yusuf. Dibangun di lahan seluas 1000 m²
di Jagakarsa, Jakarta Selatan dengan luas bangunan 650
m².
Gambar 7 Eksterior Omah Kawung
Konsep arsitektur tradisional kontemporer pada
bangunan ini terlihat pada bagian interior dan
eksterior bangunan, terutama pada bagian fasad
bangunan yang didominasi oleh material kayu dan
batu alam. Sisi modern pada bangunan ini juga
terlihat melalui kombinasi unsur alam dengan
material logam seperti baja dan tembaga , sehingga
membuat tampilan fasadnya lebih eksotik. Selain
pemilihan material, aksen tradisional juga diterapkan
pada bangunan ini melalui motif batik kawung
dengan pola seperti buah kawung, kolang-kaling. Ada
juga sebagian masyakat daerah setempat tersebut
mengartikan motif kawung menyerupai motif bunga
teratai dengan empat helai daun bunga yang mekar
dan disusun berjajar, melambangkan umur panjang
dan kesucian.
Gambar 8 Motif kawung pada dinding dan plafon
Aksen tradisional utama yang diterapkan pada
bangunan ini adalah penggunaan motif kawung terdapat
hamper seluruh sisi bangunan diantaranya, dinding,
fasad, plafon, dinding pembatas tangga, dan juga kamar
mandi.
ISSN:2655-1586
34 JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN VOLUME 5, No.1, Februari 2021, hal 31-35
Gambar 9 Pantulan Cahaya Motif kawung pada dinding
pembatas tangga dan koridor
Pada dinding pembatas tangga dan koridor sengaja
dibuat motif kawung yang terukir tembus di kedua sisi,
sehingga memantulkan cahaya yang memberikan efek
bayangan sebagai salah satu konsep estetika pada
interior.
4. Implementasi Tradisional Kontemporer
pada Arena Pacuan Kuda di Aceh Tengah Selain tradisi budaya atraksi pacuan kuda, Aceh
Tengah juga dikenal memiliki motif hias yang sangat
beragam, salah satu diantaranya adalah motif kerawang.
Kerawang tersebut juga memiliki ragam motif dan
makna tersendiri. Motif-motif tersebut diantaranya
adalah motif emun beriring, emun metumpuk, emun
berkune, emun berangkat, emun mupesir, puter tali,
pucuk rebung, cucuk penggong, sarak opat, dan
sebagainya. Motif-motif tersebut mengceritakan tentang
pesan budaya dan sistem pola pikir masyarakat di Aceh
Tengah.
Salah satu aksen tradisional yang diterapkan pada
rancangan arena pacuan kuda di Aceh Tengah adalah
karawangan dengan motif emun beriring. Motif ini
memiliki makna ‘kebersamaan, persatuan, dan kesatuan”
(paribahasa : beluh sara loloten mewen sara tamunen).
Gambar 10 Karawangan motif emun beriring
Dimana kegiatan pacuan kuda disini merupakan salah
satu kegiatan yang diadakan sejak zaman dahulu yang
menggambarkan kekeluargaan, kebersamaan dan
kerukunan masyarakat Gayo dengan tujuan untuk
mempersatukan rakyat. Dengan adanya kegiatan pacuan
kuda, semua masyarakat dimulai dari anak-anak hingga
orang dewasa berkumpul dalam satu tempat membentuk
kesatuan dari masyarakat itu sendiri. Motif emun
beriring ini dibuat dengan pola pengulangan garis
lengkung stilisasi. Dalam pengaplikasiannya terhadap
desain, motif ini dapat dibuat dengan bentuk pola
geometris, yaitu garis bergelombang yang kemudian
disambung dan disusun secara interval.
Gambar 11 Penerapan motif emun beriring pada
bagian depan tribun
Pada bangunan tribun, motif emun beriring ini
diaplikasikan pada atap dan bagian fasad bangunan.
Dimana pada bagian atapnya, motif ini diaplikasikan
pada bagian belakang. Akses masuk menuju tribun
adalah dari bagian belakang tribun, sehingga pada saat
pengunjung memasuki area pacuan kuda, mereka
langsung disuguhi dengan nuansa tradisional yang
tercipta dari penerapan motif pada bagian belakang atap
tribun.
Gambar12 Implementasi motif emun beriring pada bagian
belakang tribun
Sedangkan untuk penerapan gaya kontemporer pada
rancangan ini adalah dengan menggunakan struktur yang
lebih modern dan lebih menekankan bentuk estetika
pada bentuk atapnya (bentuk yang lebih modern).
Struktur yang lebih modern pada rancangan ini
adalah penggunaan struktur bentang lebar dengan
material baja pada rangka atap tribunnya.
ISSN:2655-1586
35 JURNAL ILMIAH MAHASISWA ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN VOLUME 5, No.1, Februari 2021, hal 31-35
Gambar13 Atap menggunakan struktur yang lebih modern
dan memiliki estetika bentuk
Material baja yang digunakan pada struktur rangka
tribun memiliki elastisitas yang bagus sehingga dapat
dengan mudah dibentuk mengikuti bentuk atap bangunan
secara arsitektural. Dengan bentuk arsitektural yang
lebih modern, nuansa kontemporernya akan lebih terasa.
5. Kesimpulan Penekanan dalm peracangan arena pacuan kuda di
Aceh Tengah ini adalah pendekatan arsitektur tradisional
kontemporer, yaitu penggabungan antara tradisional
dengan aksen kontemporer, kontemporer dengan aksen
tradisional juga memiliki keseimbangan yang sama antar
keduanya. Mengkombinasikan arsitektur tradisional
dengan arsitektur kontempor merupakan salah satu
upaya untuk menyeimbangkan antara arsitektur yang
sedang tren pada saat ini dengan arsitektur yang sudah
ada sejak dulu, sehingga hal ini dapat menjadi wadah
untuk mempertahankan dan melestarikan budaya serta
tradisi suatau daerah di dalam era yang sudah semakin
berkembang. Aksen tradisional yang diterapkan pada
rancangan arena pacuan kuda di Aceh Tengah adalah
karawangan dengan motif emun beriring yang memiliki
makna kebersamaan, persatuan, dan kesatuan.
Motif tersebut diterapkan pada bagian fasad depan
tribun, bagian atap, dan bagian fasad belakang tribun
Dengan adanya kegiatan pacuan kuda, semua
masyarakat dimulai dari anak-anak hingga orang dewasa
berkumpul dalam satu tempat membentuk kesatuan dari
masyarakat itu sendiri.
Daftar Pustaka [1] Purnama, W. H. (2017). Sambut HUT RI 72,
Dataran Tinggi Gayo Suguhkan Lomba Pacuan
Kuda. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh.
Web Akses. 28 November 2019. Retrieved from
http://disbudpar.acehprov.go.id
[2] Putra, Y. M. P. (2017). Pacuan Kuda Tradisional
Digelar Untuk Promosikan Gayo. Republika. Web
akses. 28 November 2019. https://republika.co.id
[3] Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Aceh Tengah. (2019). Jumlah Peserta Pacuan
Kuda Tahun 2015-2019.
[4] Dinas Pariwisata dan Olahraga Kabupaten Aceh
Tengah. (2019). Data Kunjungan Wisatawan
Tahun 2019.
[5] Rachman, D., Ashadi, Hakim, L. (2018).
Pencampuran Arsitektur Tradisional dan Modern
Pada Perencanaan Taman Walisongo di Cirebon.
Jurnal Arsitektur PURWARUPA, 2.1.
[5] Mahyadi. (2019). Pacuan Kuda Tradisional Aceh
Tengah, Peserta Bertambah Dari Tiga Daerah.
Tribunnews. Web akses. 29 November 2019.
Retrieved from https://aceh.tribunnews.com
[6] Gunawan, D. E. K., Prijadi, R. (2011). Reaktualisasi
Ragam Art Deco dalam Arsitektur Kontemporer.
Media Matrasain, 8.1.
[7] Urdesign. (2018). How to Blend Traditional and
Contemporary Design in Your Home. Web akses.
29 November 2019. https://www.urdesignmag.com
[8] Febrianti, I. N., Yuliarso, H., & Pramesti, L. (2018).
Penerapan Arsitektur Kontemporer Dalam
Perancangan Pusat Jasa Perikahan Di Bekasi.
senThong, 1.1.
[9] Ren, L. (2013). Traditional Chinese Visual Design
Elements: Their Applicability in Contemporary
Chinese Design. Arizona State University