PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI 12 LUBUKLINGGAU
ARTIKEL ILMIAH
oleh:
HERI SUSANTO NPM. 4009143
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUKLINGGAU 2016
APPLYING OF MODEL COOPERATIF TYPEINSIDE OUTSIDECIRCLE IN TEACHING MATHEMATICS TO THE EIGHT GRADE
STUDENTS OF SMP NEGERI 12 LUBUKLINGGAU
By Heri Susanto1, Fadli2, Idul Adha3
ABSTRACT
The title of this study was applying of theModel Cooperatif Type Inside Outside Circle In Teaching Mathematics To The Seven Grade Students Of SMP Negeri 12 Lubuklinggau. The problem of this study was is it the result in learning mathematics to the eight students of SMP Negeri 12 Lubuklinggau after the applied of the Model Cooperatif Type Inside Outside Circle is signifikan complete? The purpose of this study was to find out the result in learning mathematic to the seven grade students of SMP Negeri 12 Lubuklinggau after the applied of the Model Cooperatif Type Inside Outside Circle. In this study, the writer used the quasi experimental method because did’nt compare the groups. The population of this study was all of the sevengrade students of SMP Negeri 12, consisten 156 students and the sample was taken through simple random sampling consisting of 29 students of class VIII1. The data was done by using the test. Based on the result of the test, the average scores of pre-test was 45,06 and the post-test was 78,06. After the data was collected, based on the result of tobtaine ( 2,11 ) > ttable ( 1,70 ), While was higher than ttable with significance level 훼 = 0,05. Therefore, itf could be concluded that is is the result of learning mathematics to the eight grade students of SMP Negeri 12 Lubuklinggau after applying of the Model Cooperatif Type Inside Outside Circleis signifikan complete. With the average scores of students was 82,75%. Keywords: Inside Outside Circle.
A. Pendahuluan
Pendidikan pada dasarnya mengubah sikap individu seseorang yang
memberikan perubahan positif pada individu yang bersangkutan dan akan menjadi
bekal seseorang untuk dapat mendayagunakan keunggulan diri serta mampu
mengembangkan kemampuan, perasaan dan sikap. Pendidikan hendaknya melihat
jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik di masa yang
akan datang (Trianto, 2007:1).
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 12
Lubuklinggau, bahwa kelas VIII yang berjumlah 156 siswa diperoleh nilai ulangan
harian matematika siswa dengan rata-rata nilai sebesar 62,6,dengan siswa yang
tuntas sebanyak 77 siswa (49,35%) dan yang belum tuntas sebanyak 79 siswa
(50,65%) dan KKM yang ditetapkan di sekolah tersebut yaitu 75.
Rendahnya hasil belajar matematika siswa tersebut mendorong peneliti
untuk mengadakan perbaikan terhadap proses pembelajaran. Salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah mengubah alur proses pembelajaran, dimana alur belajar
tidak harus selalu berasal dari guru menuju siswa. Siswa juga dapat saling
berdiskusi atau bertukar pikiran dengan siswa yang lain. Salah satu alur
pembelajaran untuk mengatasi masalah tersebut, misalnya dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif.
Ada beberapa macam tipe pembelajaran yang bersifat kooperatif salah
satunya tipe Inside Outside Circle. Salah satu keunggulan model pembelajaran
kooperatif tipe Inside Outside Circle menurut Lie (2010:65) adalah siswa berkerja
dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak
kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan
berkomunukasi.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model pembelajaran Kooperatif
Tipe Inside Outside Circle Pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 12 Lubuklinggau”.
B. Landasan Teori
1. Model Inside Outside Circle
Menurut Suyatno (2009:69) menyatakan bahwa Inside Outside Circle
adalah model pembelajaran dengan sistem lingkaran kecil dan lingkaran besar
dimana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan
pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Inside Outside Circle
dikembangkan Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan kepada siswa
agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan (Isjoni, 2007:79).
Kemudian Suprijono (2009:97) menyatakan pembelajaran dengan model
Inside Outside Circle diawali dengan pembentukan kelompok. Jika kelas terdiri
dari 40 orang bagilah menjadi 2 kelompok besar. Tiap-tiap kelompok besar
terdiri dari dua kelompok lingkaran dalam dengan jumlah anggota 10 dan
kelompok lingkaran luar terdiri dari 10 orang. Pendekatan ini bisa digunakan
dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan sosial, agama,
matematika dan bahasa (Lie, 2010:65).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model
kooperatif tipe Inside Outside Circle adalah suatu model pembelajaran
kooperatif dengan pembentukan kelompok besar yang membentuk sistem
lingkaran kecil dan lingkaran besar dimana siswa saling membagi informasi
dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Inside Outside
Circle yang akan digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Membentuk dua kelompok besar dalam kelas (misalkan kelompok A dan
Kelompok B).
2. Untuk kelompok A dan B membentuk kelompok kecil yang berada di
dalam kelompok besar A begitupun kelompok B.
3. Setelah itu, untuk kelompok besar A dan B masing-masing membentuk
lingkaran sehingga pada lingkaran tersebut saling berhadapan membentuk
pasangan.
4. Berikan tugas dan waktu pada tiap-tiap pasangan yang berhadapan
untukbertukar informasi, dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang
bersamaan.
5. Setelah siswa berdiskusi, peserta didik berada di lingkaran kecil diam di
tempat, sementara peserta didik yang berada di lingkaran besar bergeser
satu langkah searah jarum jam. Setiap pergerakan itu akan terbentuk
pasangan-pasangan baru yang wajib memberikan informasi berdasarkan
hasil diskusi dengan pasangan pertama, demikian seterusnya.
6. Pergerakan diberhentikan jika anggota kelompok lingkaran dalam dan luar
sebagai pasangan pertama bertemu kembali.
7. Hasil diskusi tiap-tiap kelompok besar tersebut, kemudian dipaparkan
sehingga terjadilah diskusi antar kelompok besar.
8. Guru dapat memberikan ulasan maupun mengevaluasi hal-hal yang telah
didiskusikan dan menyimpulkannya.
2. Kelebihan dan Kekurangan Model Kooperatif Tipe Inside Outside
Circle
Adapun Kelebihan dan Kekurangan model kooperatif tipe Inside
Outside Circleadalah1):
a. Kelebihan Inside Outside Circle menurut Lie (2010:65) adalah:
1) Adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi
dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
2) Siswa berkerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk mengelola informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
3) Lingkaran kecil lingkaran besar bisa digunakan untuk semua tingkat
usia anak didik dan sangat disukai, terutama oleh anak-anak.
b. Kelemahan model Inside Outside Circle adalah:
1) Membutuhkan ruang kelas yang besar.
2) Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalah gunakan untuk
bergurau juga rumit untuk dilakukan.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakanpada tanggal pada tanggal 8 Maret sampai
dengan 8 April 2016 di SMP Negeri 12 Lubuklinggau, dengan judul “Penerapan
Model pembelajaran Kooperatif Tipe Inside Outside Circle Pada Pembelajaran
Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Lubuklinggau”. Adapun jumlah
seluruh siswa kelas VIII yaitu sebanyak 156 siswa dari 5 kelas yang ada.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara undian. Masing-masing kelas
diberi nomor yang berbeda, kemudian memilih salah satu nomor secara acak.
Setelah dilakukan pengundian maka kelas VIII.1 dengan jumlah siswa sebanyak
29 orang terpilih sebagai kelas sampel dimana kelas tersebut diberi perlakuan
menggunakan model kooperatif tipe Inside Outside Circle.
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan sebanyak lima kali pertemuan
dengan rincian satu kali pre-test pada awal penelitian dengan tujuan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran dengan menggunakan
model kooperatif tipe Inside Outside Circle. Kemudian setelah kemampuan awal
diketahui, dilakukan penerapan pembelajaran dengan menggunakan model
kooperatif tipe Inside Outside Circle, yang dilaksanakan sebanyak 3 kali
pertemuan.
Pada akhir penelitian dilakukan post-test untuk mengetahui hasil belajar
siswa. Analisis data kuantitatif berupa: uji normalitas data, pengujian hipotesis
dengan menggunakan uji t.Karena datanya normal maka rumuspengujianhipotesis
menggunakan stastistik parametris yaitu:
t= ̅
√
Dimana:
t= nilai t yang dihitung
x = Rata-rata xi
0 = Nilai yang dihipotesiskan
s = Simpangan baku
n= Jumlah anggota sampel
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil penelitian
a) Data kemampuan awal siswa (pre-test)
Kemampuan awal siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kemampuan awal (pre-test) yang dimiliki siswa sebelum diberi perlakuan.
Pelaksanaan pre-test dilakukan pada pertemuan pertama yang diikuti oleh
seluruh siswa kelas VIII.1 dengan jumlah 29 siswa. Soal yang diberikan dalam
bentuk uraian sebanyak 7 soal, dimana soal tersebut sudah diketahui validitas,
reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.Rakapitulasi rata-rata dan
simpangan baku dari pre-test dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Tes Awal (pre-test)
Data Pre-test Nilai Rata-rata
(풙) SimpanganBaku
(s) Nilai
Tertinggi Nilai
Terendah 45,06 13,12 70 23
Berdasarkan pengolahan data hasil belajar pre-test siswa diperoleh nilai
rata-rata (푥̅) sebesar 45,06. Nilai tertinggi 70 dan nilai terendah adalah 23. Tidak
ada siswa yang mendapat nilai lebih dari 75 (KKM), sedangkan siswa yang
mendapat nilai kurang dari 75 adalah 29 siswa.
b) Data kemampuan akhir siswa (post-test)
Pelaksanaan post-test dilakukan diakhir pembelajaran diikuti oleh
siswa kelas VIII.1 dengan jumlah 29 siswa. Pemberian post-test berfungsi untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan
model kooperatif tipe Inside Outside Circle. Jumlah soal yang akan diberikan
sebagai soal post-test sebanyak 7 soal uraian.Rakapitulasi rata-rata dan
simpangan baku dari pre-test dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Tes Akhir(post-test)
Data Post-test
Nilai Rata-rata (풙)
SimpanganBaku (s)
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
78,06 7,85 91 59
Berdasarkan rekapitulasi hasil tes akhir siswa dapat diketahui bahwa nilai
yang tertinggi adalah 91 dan yang terendah 59. Rata-rata nilai secara keseluruhan
sebesar 78,06 dengan simpangan baku 7,85. Jadi secara deskriptif dapat
dikatakan bahwa hasil post-test siswa setelah penerapan model kooperatif tipe
Inside Outside Circle termasuk kategori tuntas.
0
20
40
60
80
100
Rata-rata Nilai Ketuntasan Belajar
Peningkatan Rata-rata Nilai dan Ketuntasan Belajar
Pre test
Post test
Hal ini menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti
pembelajaran matematika menggunakan model kooperatif Inside Outside Circle.
Peningkatan rata-rata nilai dan ketuntasan belajar dapat dilihat pada grafik 4.1.
Grafik 4.1. Peningkatan Rata-rata Nilai dan Persentase Ketuntasan Belajar
Berdasarkan grafik 4.1 di atas terlihat bahwa selisih nilai rata-rata pre-test
dengan post-test adalah 33. Pada pre-test semua siswa tidak ada yang tuntas hal
ini disebabkan siswa belum pernah mempelajari materi yang diberikan dan pada
hasil post-test siswa mengalami peningkatan hasil belajar hal ini terlihat bahwa
siswa yang tuntas setelah penerapan model kooperatif Inside Outside Circle
sebanyak 24 siswa dan 5 orang diantaranya tidak tuntas.
c) Analisis data
1) Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan data.
Rumus yang digunakan adalah uji kecocokan chi-kuadrat. Rekapitulasi uji
normalitas dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Post-test
Data 흌ퟐ풉풊풕풖풏품 Dk 흌ퟐ풕풂풃풆풍 Kesimpulan
Post-test 5,0792 6 11,07 Normal
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa nilai 휒 hitung kurang
dari 휒 tabel. Hal ini berarti kelompok tes akhir berdistribusi normal.
2) Uji hipotesis
Karena simpangan baku populasi belum diketahui maka dalam penelitian
ini pengujian hipotesis menggunakan uji-t. selanjutnya thitung dibandingkan
dengan ttabel dengan dk = n – 1 dan taraf kepercayaan yang digunakan adalah α =
0,05 dengan ketentuan, jika thitung ≥ ttabel maka terima Ha dan tolak Ho.
Rekapitulasi hasil uji hipotesis post-test dapat dilihat pada tabel 4.4
(selanjutnya dapat dilihat pada lampiran C).
Tabel 4.4 Hasil Uji Hipotesis Post-Test
Data 풕풉풊풕풖풏품 Dk 풕풕풂풃풆풍 Kesimpulan
Post-test 2,11 28 1,70 푡 > 푡 maka 퐻 diterima
Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis data tes akhir didapatkan nilai
푡 =2,11 . Dimana kriteria pengujiannya adalah jika 푡 ≥ 푡 maka
퐻 diterima dan 퐻 ditolak dan dengan taraf signifikan yaitu 훼 = 0,05 dan dk =
(n–1). Pada daftar distribusi t dengan dk = 29– 1 = 28 dan 훼 = 0,05
diperoleh 푡 = 1,70, ternyata 푡 > 푡 yaitu 2,11> 1,70 sehingga
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima kebenarannya. Hal
ini berarti “Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 Setelah Penerapan Model Kooperatif
Tipe Inside Outside Circle secara signifikan Tuntas”.
2. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, bahwa penggunaan model
kooperatif Tipe Inside Outside Circle dapat dijadikan alternatif dalam proses
belajar-mengajar yaitu untuk untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan berkomunukasi, membangkitkan keberanian siswa dalam
mengemukakan pertanyaan, dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya
karena pertanyaan diselesaikan dengan antar teman berdasarkan pasangan –
pasanganya disaat proses pembelajaran.
Pada kemampuan awal siswa menunjukkan bahwa persentase siswa
yang tuntas adalah 0% dan tidak ada nilai siswa yang mencapai KKM, dan rata-
rata (푥̅) nilai siswa secara keseluruhan adalah 45,06. Jadi dapat disimpulkan
kemampuan awal siswa setelah diterapkan Model Kooperatif Tipe Inside
Outside Circle siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2015/2016 secara signifikan belum tuntas.
Pada pertemuan pertama pada hari Kamis 17 Maret 2016 dalam
penggunaan model kooperatif tipe Inside Outside Circle guru mensosialisasikan
kepada siswa tentang pelaksanaan pembelajaran dengan model kooperatif tipe
Inside Outside Circle. Guru membagi siswa menjadi dua kelompok yaitu
kelompok lingkaran besar A dan kelompok lingkaran besar B. Kemudian
anggota kelompok lingkaran besar A dan lingkaran besar B masing –masing
membentuk kelompok kecil dan setelah itu masing-masing lingkaran besar
membentuk lingkaran dalam dan lingkaran luar sehingga mereka saling
berpasangan.
Guru memberikan tugas pada tiap pasangan-pasangan yang berhadapan
dan memberikan waktu secukupnya untuk berdiskusi. Setelah berdiskusi,
anggota kelompok lingkaran dalam bergerak berlawanan arah dengan anggota
kelompok lingkaran luar, sehingga terbentuk pasangan-pasangan baru. Guru
memberikan waktu 3 menit kepada tiap-tiap pasangan baru untuk berdiskusi.
Demikian seterusnya, pergerakan diberhentikan jika anggota kelompok
lingkaran dalam dan luar sebagai pasangan asal bertemu kembali. Hasil diskusi
di tiap-tiap kelompok besar dipaparkan sehingga terjadilah diskusi antar
kelompok besar. Guru memberikan ulasan maupun mengevaluasi hal-hal yang
telah didiskusikan.
Penggunaan model kooperatif tipe Inside Outside Circle pada
pertemuan pertama peneliti mengalami kesulitan dan menemukan beberapa
hambatan-hambatan. Adanya perubahan cara mengajar guru dirasakan siswa
sebagai hal yang baru karena penggunaan model kooperatif tipe Inside Outside
Circle yang belum pernah diterapkan pada pembelajaran sebelumnya, sehingga
siswa belum terbiasa dan perlu penyesuaian penggunaan model kooperatif tipe
Inside Outside Circle.
Pada pertemuan pertama peneliti membuat tugas sebanyak 7 soal untuk
diselesaikan pada masing-masing kelompok. Dari 7 soal tersebut masing-
masing kelompok mengerjakan seluruhnya, tetapi yang mampu dikerjakan
dengan baik hanya 4 soal dan 3 soal lainya dikerjakan tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
Pada pertemuan kedua pada hari selasa 22 Maret 2016 pelaksanaan
pembelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe Inside
Outside Circle dilakukan dengan cara yang sama dengan pertemuan pertama.
Pada pertemuan ini ada sedikit perbedaan, keadaan siswa disaat pelaksanaan
pembelajaran dengan model Inside Outside Circle sudah cukup baik. Hal ini
terlihat dari awal pembelajaran ketika pembagian kelompok yang biasanya pada
pertemuan sebelumnya memakan waktu cukup lama, tetapi pada pertemuan ini
ketika peneliti menyebutkan kelompok siswa secara spontan bergabung dengan
kelompoknya dan semua siswa cukup aktif sudah membentuk lingkaran dan
berpasangan sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
Pada pertemuan ketiga pada hari selasa 29 Maret 2016 pelaksanaan
pembelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe Inside
Outside Circle peneliti sudah tidak mengalami kesulitan menerapkan model
tersebut. Hal ini terlihat bahwa antusias keaktifan siswa ketika pembelajaran
dilaksanakan, lingkaran dan pasangan mereka sudah terbentuk.
Pada saat guru memberikan pertanyaan-pertanyaan mereka lebih cepat
menjawab pertanyaan dari waktu yang ditetapkan, ini berarti kesiapan dan
kemauan siswa dalam mengikuti pembelajaran lebih tinggi dibandingkan pada
pertemuan sebelumnya. Setelah penerapan model kooperatif Inside Outside
Circle terjadi peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa sebesar 33,00
dengan siswa yang tuntas sebanyak 24 siswa.
Pada saat pelaksanaan penelitian dengan menggunakan Model
Kooperatif Tipe Inside Outside Circle (IOC), peneliti juga menemukan
hambatan. Hambatan yang ditemui pada pertemuan pertama yaitu:
1. Pembentukan kelompok besar baik A maupun B dan pengaturan pasangan
tiap kelompok membuat kondisi kelas menjadi gaduh sehingga menyita
waktu lama.
2. Keterbatasan waktu yang tersedia membuat pertanyaan yang diajukan
oleh tiap-tiap kelompok ada yang belum selesai dibahas.
Untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut peneliti melakukan usaha
sebagai berikut:
1. Pembentukan kelompok lingkaran besar A dan B pada pertemuan
pertamadibuat secara permanen atau tetap, sehingga pada pertemuan
selanjutnya pada saat pembelajaran dimulai, siswa sudah siap
berada dikelompoknyamembentuk lingkaran masing-masing.
2. Pertanyaan-pertanyaan yang belum dibahas tersebut dijadikan sebagai
tugas rumah yang kemudian dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya.
Selain hambatan yang ditemui peneliti juga menemukan kemudahan
dalam menerapkan model kooperatif tipe Inside Outside Circle yaitu adanya
struktur yang jelas dan memungkinkan peserta didik untuk berbagi dengan
pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur, siswa bekerja dengan sesama
siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk
mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi, serta siswa
dapat melatih kedisiplinan dan belajar mandiri.
Sebelum pembelajaran matematika menggunakan model kooperatif tipe
Inside Outside Circle, banyak siswa yang tidak dapat mengerjakan tes awal.
siswa yang mengikuti pre-test mendapatkan nilai tertinggi masih banyak tidak
dapat menjawab soal dengan benar, sehingga tidak diperoleh skor maksimal. Hal
ini berbanding terbalik dengan jawaban siswa setelah diberikan pembelajaran
matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe Inside Outside Circle.
Hampir semua siswa mengerjakan soal berdasarkan langkah-langkah yang sesuai
dengan konsep yang diberikan oleh guru.
Dengan diterapkannya model kooperatif tipe Inside Outside Circle, siswa
mulai merasa senang dan gembira dengan berdiskusi membentuk lingkaran dan
berpasang-pasangan dalam menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. Siswa
juga merasa bersemangat saat belajar, lebih berani dalam mengemukakan
pendapat mereka. Mereka saling berdiskusi, saling menjelaskan dan saling
membantu dalam memecahkan soal yang disajikan guru. Sehingga suasana
belajar terlihat aktif danmenyenangkan.Sehingga dapat disimpulkan “Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2015/2016 Setelah Penerapan Model Kooperatif Tipe Inside Outside
Circle secara signifikan Tuntas”.
E. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2015/2016 Setelah Penerapan Model Kooperatif Tipe Inside Outside
Circle secara signifikan Tuntas. Rata-rata nilai akhir siswa setelah diberi
pembelajaran dengan Model Kooperatif Tipe Inside Outside Circle sebesar
78,06dengan persentase jumlah siswa yang tuntas sebesar 82,75%.
DAFTAR PUSTAKA
Isjoni, 2007. Cooperatif Learning. Bandung: Alfabeta.
Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning Mempraktekkan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta:Grasindo.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: PT. Prestasi Pustaka.