PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR
TIK SISWA KELAS IX SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer
Peneliti :
Maretha Sabatini Parere (702010092)
Dr. Dharmaputra T.Palekahelu .M.pd.
Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Mei 2015
ii
iii
iv
v
vi
vii
1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT
TEAMSACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS
BELAJAR TIK SISWA KELAS IX SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2014/2015 1)
Maretha Sabatini Parere, 2)
Dr. Dharmaputra T. Palekahelu, M.Pd
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email :1)
Abstract
The purpose of this study was to determine the effect of cooperative learning
Student Teams Achievement Division in the learning of technology information
subject learning activities. This research is done by using the experimental method.
IXA and IXC class population. Iinstrumen this study is a test that pretest and posttest
and observation sheet activity of students. the observation of activity of students in
class experiments 93.95% and 69.99%, while the control class acquisition average
pretest score in the experimental class which was originally 67.8% to 80.7%, whereas
in the control class average value of the initial 62.9% to 70 %.
Keywords: Model Student Teams Achievement Division, learning activities,
experimental research method
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
kooperatif Student Teams Achievement Division dalam pembelajaran TIK terhadap
aktivitas belajar siswa. penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
eksperimen. populasi kelas IXA dan IXC. Iinstrumen penelitian ini adalah tes yaitu
pretest dan posttest dan lembar observasi keaktivan siswa. hasil observasi keaktivan
siswa dikelas eksperimen 93.95% dan kelas kontrol 69.99% sedangkan perolehan
nilai rata-rata pretest di kelas eksperimen yang awalnya 67,8% menjadi 80,7%,
sedangkan di kelas kontrol nilai rata-rata awal 62,9% menjadi 70%.
Kata kunci : Model Student Teams Achievement Division , Aktivitas belajar, Metode
penelitian eksperimen
1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan TIK, Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga.
2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2
1. Pendahuluan
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, khususnya Teknologi
Informasi saat ini sudah berkembang dengan pesat dan merambah ke segala bidang,
termaksud di dunia pendidikan. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
bagi kepentingan pembelajaran sudah diterapkan dalam berbagai bentuk. Penerapan
yang paling umum dilakukan adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
untuk membuat materi pengajaran, penyampaian bahan ajar maupun komunikasi
dengan siswa. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi pada tahap awal
lebih terkonsentrasi pada penggunaan teknologi informasi sebagai media pendukung
pembelajaran di kelas. Guru sebagai pengelola pembelajaran harus mengemas
pembelajaran yang efektif dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran akan memiliki
makna, jika pembelajaran yang dikemas guru dapat dinikmati oleh siswa dan dapat
memotivasi siswa untuk meningkatkan aktivitas belajarnya. Belajar memiliki dua
pengertian, pertama belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua,
belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relative langgeng sebagai hasil
latihan yang diperkuat[1].
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru bidang studi TIK di
SMP Negeri 7 Salatiga terdapat permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar.
Adapun masalah yang terjadi dalam aktivitas belajar, seorang guru tidaklah mudah
menciptakan kondisi yang kondusif bagi semua siswa. ada siswa yang proaktif, ada
siswa yang tidak banyak bicara (pendiam) tetapi memiliki kemampuan akademik
yang di atas temannya, dan terdapat pula siswa yang banyak bicara tetapi memiliki
kemampuan rendah. Bahkan, ada siswa dengan akademik menengah ke bawah merasa
tertekan dengan materi TIK yang sulit mereka pahami.
Permasalahan – permasalahan tersebut yang menjadi masalah dalam nilai dan
Kriteria Ketuntasan Minimum siswa (KKM). Mengatasi permasalahan tersebut para
guru hanya menggunakan metode pembelajaran melalui metode ceramah atau
konvensional. Namun dalam kenyataannya dari 100 %, 30 % metode ceramah
tersebut hanya untuk pengetahuan dasar dan kemampuan siswa hanya bisa
mengetahui pelajaran dengan tingkat 30 %, oleh sebab itu banyak siswa yang nilainya
cenderung belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM). Rendahnya
aktivitas belajar siswa dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal adalah pembelajaran yang dilakukan
guru di dalam kelas. Pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas sering kali
membuat siswa bosan sehingga aktivitas belajar siswa rendah. Banyak hal-hal yang
dapat di dilakukan guru agar proses pembelajaran menjadi aktif salah satunya dengan
menerapkan model-model pembelajaran.
Berdasarkan paparan diatas saya tertarik untuk menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achevement division (STAD). Tujuannya
untuk mendorong proses belajar yang lebih aktif dan diharapkan akan memperbaiki
aktivitas belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka akan dilakukan uji coba
pembelajaran dengan melakukan penelitian eksperimen untuk penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement division untuk meningkatkan
aktivitas belajar TIK siswa kelas IX semester II.
3
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang menggunakan model STAD (Student Teams Achievement
Division) yang berjudul "Pengaruh model STAD(Student Team Achievement
Devisions) dengan memanfaatkan alat peraga dua dimensi dan tiga dimensi
terhadap hasil belajar Matematika”. Berdasarkan analisis data yang telah disajikan
dan sudah dianalisis, Rata-rata hasil tes akhir (Post-test) pada kelas eksperimen
adalah 76,5, sedangkan kelas kontrol sebesar 58,6, dengan demikian nilai rata-rata tes
akhir (Post-test) kelas eksperimen yang diberi perlakuan menggunakan model
pembelajaran STAD (Student Team Achievement Deviasions) dengan memanfaatkan
alat peraga tiga dimensi lebih baik dari pada kelas kontrol yang mendapatkan
perlakuan dengan metode ceramah dengan memanfaatkan alat peraga dua dimensi.
Nilai tes akhir (Post-test) kelas eksperimen dapat dikatakan lebih baik dari pada kelas
kontrol, karena adanya perbedaan rata-rata nilai kelas eksperimnen yaitu sebesar 76, 5
dan kelas kontrol 58,6 Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh alat peraga
terhadap hasil belajar siswa kelas V MI. Dengan demikian, pemanfaatan alat peraga
tiga dimensi memiliki pengaruh terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas IV SD
[2].
Penelitian lain berjudul ”Pengaruh Pembelajaran Model Student Teams
Achievement Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD
Negeri Kauman Kidul Salatiga”. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa hasil
penelitian yang dilakukan melalui penelitian eksperimen dengan model pembelajaran
Student Team Achievement Division (STAD), dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas V SD Negeri Kauman Kidul Salatiga, data hasil belajar siswa
pada kelas kontrol adalah 77,68 dan pada kela eksperimen 82,31 peningkatan skor
pada kelas kontrol adalah 7,26 dan pada kelas eksperimen adalah 10,74 hal ini dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) hasilnya tidak sama
dengan kelas ceramah. Hasil ini dapat menunjukan bahwa penggunaan model
pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Kauman Kidul Salatiga (kelas eksperimen)
pada mata pelajaran Matematika pokok bahasan sifat-sifat bangun datar[3].
Berdasarkan analisis penelitian yang dilakukan Mega dan Iis, dapat dilihat
perbedaan dengan penelitian yang dilakukan saat ini yaitu penelitian menggunakan
model STAD dengan berbantuan internet. Penelitian sebelumnya telah menunjukan
keberhasilannya dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Penulis memilih dua penelitian tersebut karena sangat relevan untuk penelitian
berikutnya dilingkungan yang berbeda. Oleh karena itu, penulis yakin bahwa pada
penelitian ini juga akan berhasil meningkatkan hasil belajar TIK siswa.
Pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan
positif dalam kelompok. Ini membolehkan pertukaran ide dan pemeriksaan ide
sendiri dalam suasana yang tidak terancam, sesuai dengan falsafah
konstruktivisme[4]. Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang
melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi[5].
Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam
kegiatan belajar mengajar adalah model pembelajaran kooperatif[6] dan memberikan
penjelasan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembelajaran yang banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang
4
berpusat pasa peserta didik (student oriented), terutama untuk mengatasi
permasalahan dalam proses pembelajaran[7].
Model STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan variasi
pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti”. Model ini juga sangat mudah
diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa Inggris, teknik dan
banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi[8].
STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain
untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Jika siswa menginginkan
kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok mereka
dalam mempelajari pelajaran. Mereka harus mendorong teman teman sekelompok
untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma-norma bahwa belajar itu
penting, berharga dan menyenangkan. Para siswa diberi waktu untuk bekerja sama
setelah pelajaran diberikan oleh guru, tetapi tidak saling membantu ketika menjalani
kuis, sehingga setiap siswa harus menguasai materi itu (tanggung jawab
perserangan).
Dalam proses pembelajaran, keaktifan peserta didik merupakan hal yang
sangat penting dan perlu diperhatikan oleh guru sehingga proses pembelajaran yang
ditempuh benar-benar memperoleh hasil yang optimal[9].
Teknologi informasi dan komunikasi merupakan alat yang digunakan untuk
mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan,
memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang
berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu[10]. Sedangkan
pengertian lain disebutkan, teknologi informasi dan komunikasi adalah sarana
prasarana (hardware, software, userware), system dan metode untuk peroleh,
pengiriman, penerimaan, pengelolahan, penafsiran, penyimpanan, pengorganisasian,
dan penggunaan data yang bermakna[11]. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
khususnya komputer dan perangkatnya merupakan salah satu medium atau alat (tool)
yang dapat digunakan oleh guru untuk menciptakan suatu proses pembelajaran yang
sesuai dengan standar. Beberapa manfaat TIK dalam pembelajaran , sebagai berikut:
1) Meningkatkan motivasi siswa; 2) Digital portofolio efektif dan efisien; 3)
Menambah wawasan dan cakrawala berpikir; 4) Menumbuhkan jiwa kebersamaan,
dan; 5) Menjadi alat ukur konsep pembelajaran yang dilakukan di sekolah[12]
5
3. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen (ekxperimental research).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya pengaruh aktivitas belajar TIK
menggunakan model pembelajaran Student Team Achievement Division pada mata
pelajaran TIK terhadap aktivitas belajar siswa kelas IX SMP Negeri 7 Salatiga
semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.
Metode eksperimen adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan
suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil
percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi
oleh guru. Hal ini berate siswa melakukan sendiri suatu percobaan tentang materi
yang di ajarkan, mengamati dan akhirnmya hasil pengamatan disampaikan dikelas
dan dievaluasi[13].
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas IX SMP N 7 Salatiga beralamat di
Jalan Setiaki no. 15 kecamatan Sidomukti Salatiga. Waktu penelitian ini dilaksanakan
pada semester II tahun pelajaran 2014/2015 dimulai pada bulan Desember-Januari
2014/2015.
Variabel-variabel yang terlihat dalam penelitian ini meliputi: 1) Variabel bebas
proses belajar mengajar dengan pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Student Team Achievement Division; 2) variabel terikat adalah Aktivitas Belajar.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas IX , SMP
Negeri 7 Salatiga mata pelajaran TIK. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas IXA
dan IXC, SMP Negeri 7 Salatiga
Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest_Posttest
Control Group Design yaitu desain ini memiliki dua kelompok yang dipilih secara
acak, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengaruh perlakuan adalah (O2-
O1)-(O4-O3).
Desain eksperimen
Pretest_Posttest Control Group Design
R O1 X O2
R O3 O4
Sugiyono (2011)
Keterangan :
R : Kelompok eksperimen dan kelompok control dipilih secara random
O1 : Pretest untuk kelompok eksperimen
O2 : posttest untuk kelompok eksperimen
O3 : Pretest untuk kelompok kontrol
O4 : Posttest untuk kelompok kontrol
X : perlakuan (treatment) uktuk kelompok eksperimen yaitu pada kelas IXB
SMP Negeri 7 Salatiga yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Student Team Achievement Division [14].
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif model STAD: 1) penyampaian
tujuan dan motivasi, Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
6
pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar; 2) pembagian kelompok,
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, di mana setiap kelompoknya terdiri dari
4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi
akademik, gender/jenis kelamin, rasa atau etnik; 3) prestasi dari guru, Guru
menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasa tersebut
dipelajari. Guru member motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif.
Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau
masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang
keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan
yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya; 4) kegiatan belajar dalam
tim(kerja tim), Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan
lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota
menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru
melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila
diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD; 5) kuis (evaluasi),
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang
dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-
masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan
bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung
jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan
skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60,85,84 dan seterusnya sesuai
dengan tingkat kesulitan siswa; 6) penghargaan prestasi tim, Setelah pelaksanaan kuis,
guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100,
selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh
guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) menghitung skor
individu, Untuk menghitung perkembangan skor individu dihitung sebagaimana dapat
dilihat pada tabel 1 sebagai berikut:[15]
Tabel 1 perhitungan perkembangan skor individu
No Nilai tes Skor perkembangan
1 Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 poin
2 10 sampai 1 poin dibawah skor dasar 10 poin
3 Skor 0 sampai 10 poin di atas skor dasar 20 poin
4 Lebih dari 10 poin di atas skor dasar 30 poin
5 Pekerjaan sempurna ( tanpa memerlukan
skor dasar)
30 poin
2) menghitung skor kelompok, Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata
skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor
perkembangan individu anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok
tersebut. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh skor
kelompok sebagaimana dalam tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2 perhitungan perkembangan skor kelompok
No Rata-rata skor Kualifikasi
1 0 ≤ N ≤ 5 -
2 6 ≤ N ≤ 15 Tim yang baik (Good Team)
3 16 ≤ N ≤ 20 Tim yang baik sekali (Great Team)
4 21 ≤ N ≤ 30 Tim yang istimewa (Super Team)
3) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok, Setelah masing-masing
kelompok atau tim memperoleh predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan
7
kepada masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya (kriteria tertentu yang
ditetapkan guru)
Langkah-langkah kegiatan penelitian sebagai berikut:
Tahap Kontrol Eksperimen
1. Menyampaikan salam
2. Absen
3. Menyampaikan tujuan
pembelajaran dan
mengkondisikan kelas
agar siswa termotivasi
dalam proses
pembelajaran dengan
menanyakan materi
tentang e-mail
1. Menyampaikan salam
2. Absen
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran
yaitu tentang e-mail dengan
mengkondisikan kelas agar siswa
termotivasi dalam pembelajaran dan
menginformasikan tentang prinsip
pembelajaran STAD
Pertemua
n pertama Eksplorasi
1. Guru menyampaikan
materi pengenalan e-mail
dengan metode ceramah
Elaborasi
1. Guru melibatkan siswa
dalam proses
pembelajaran dengan
mendengarkan dan
menyimak penjelasan dari
guru
2. Guru memberikan tugas
untuk dikerjakan siswa di
dalam kelas
3. Siswa bertanya jawab
dengan guru
Konfirmasi
1. Siswa mengumpulkan
tugas
2. Guru bertanya dengan
siswa tentang materi yang
belum diketahui
3. Guru memberikan
kesimpulan
Penutup
Guru mengakhiri pelajaran
Eksplorasi 1. Guru menyampaikan materi
pengenalan e-maildengan model
pembelajaran STAD
Elaborasi
1. Guru membagi siswa ke dalam
kelompok berjumlah 4-5 orang
berdasarkan nilai pretest.
2. Siswa belajar dalam kelompok
3. Guru memberikan tugas
4. Guru mengawasi, membimbing dan
mengarahkan saat proses
pembelajaran kelompok
5. Guru menunjuk salah satu perwakilan
kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusi
6. Guru mengevaluasi hasil diskusi
apakah jawaban benar atau salah dan
memberikan kesempatan kepada
kelompok lain untuk menjawab
dengan benar
Konfirmasi 1. Guru memberikan penghargaan
kepada kelompok terbaik
2. Guru memberikan kuis kepada siswa
secara individu
3. Guru menarik kesimpulan tentang
materi pengenalan e-mail dan cara
membuat email
Penutup
Guru mengakhiri pelajaran dan
mengingatkan siswa untuk mempelajari
materi yang akan diajarkan pada
pertemuan selanjutnya
8
Pertemua
n kedua Eksplorasi
1. Guru menyampaikan
materi cara mengirim e-
mail dengan metode
ceramah
Elaborasi
1. Guru melibatkan siswa
dalam proses
pembelajaran dengan
mendengarkan dan
menyimak penjelasan dari
guru
2. Siswa diberikan tugas
oleh guru
Konfirmasi
1. Siswa mengumpulkan
tugas
2. Guru bertanya dengan
siswa tentang materi yang
belum diketahui
3. Guru memberikan
kesimpulan
Eksplorasi 1. Guru menyampaikan materi cara
mengirim e-mail
Elaborasi
1. Guru memberikan tugas kepada siswa
tentang mengirim email
2. Siswa belajar dalam kelompok
3. Guru mengawasi, membimbing dan
mengarahkan saat proses
pembelajaran kelompok
4. Guru menunjuk salah satu perwakilan
kelompok untuk mempresentasikan
hasil diskusi
5. Guru mengevaluasi hasil diskusi
apakah jawaban benar atau salah dan
memberikan kesempatan kepada
kelompok lain untuk menjawab
dengan benar
Konfirmasi 1. Guru memberikan penghargaan
kepada kelompok terbaik
2. Guru memberikan kuis kepada siswa
secara individu
3. Guru menarik kesimpulan tentang
materi cara mengirim e-mail
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) wawancara,
Wawancara dilakukan semi terstruktur yaitu pewawancara bertanya sesuai dengan
topik yang hendak ditanyakan, kemudian pertanyaan-pertanyaan lain dapat
dikembangkan secara bebas agar sesuai dengan subjek dan suasana pada saat
wawancara dilakukan. Wawancara tersebut dilakukan dengan tujuan untuk
mengungkap data yang sulit ditemukan ketika menggunakan observasi, seperti
tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran TIK menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) serta
melakukan cross check atas hasil observasi; 2) Dokumen, Dokumentasi digunakan
untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi. Dokumen yang digunakan
berupa daftar nilai tes siswa tiap akhir siklus dan dokumentasi foto dapat memberikan
gambaran secara konkret mengenai kegiatan pembelajaran; 3) observasi, Observasi
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan pengamatan secara langsung
selama pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. indikator
pada tahap ini sebagai berikut :
9
No
INDIKATOR
Skor
1 2 3 4
1 Persiapan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran
2 Memperhatikan dengan sungguh-sungguh
sesuatu yang disampaikan oleh guru
3 Siswa dianjurkan untuk bersikap kritis
dalam menyimak pertanyaan-pertanyaan
atau menjawab pertanyaan pertanyaan yang
diajukan guru.
4 Guru mengarahkan siswa untuk membentuk
kelompok
5 Siswa berinteraksi dengan temannya
6 Siswa berdiskusi dan kerja kelompok
menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD sesuai instruksi yang
diberikan oleh guru
7 Siswa mengerjakan soal yang telah
disiapkan
Modifikasi Purwanto,1992 :102
Penilaian observasi keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Skor Keterangan
1 Tidak Baik
2 Cukup Baik
3 Baik
4 Sangat Baik
Dengan kriteria sebagai berikut :
Nilai 1 (tidak baik) : minat peserta didik tidak aktif/kurang aktif dalam belajar
Nilai 2 (cukup baik) : minat peserta didik cukup baik dan cukup aktif dalam belajar
Nilai 3 (baik) : minat peserta didik baik dan aktif dalam belajar
Nilai 4 (sangat baik) : minat peserta didik sangat baik dan aktif dalam belajar
Untuk menganalisa data yang diperoleh dari lembar observasi peserta didik,
menggunakan rumus penilaian sebagai berikut :
Rumus nilai NP = R/SM ×100%
Keterangan :
NP : nilai persen yang dicari atau yang diharapkan
R : skor mentah yang diperoleh
SM : skor maksimum
100 : bilangan tetap
10
Persentase penskoran untuk kala penilaian yang digunakan untuk lembar
observasi aktivitas siswa secara individu adalah sebagai berikut :
25 % ≤ nilai ≤ 45 % : aktivitas siswa kurang
45 % ≤ nilai ≤ 65 % : aktivitas siswa cukup baik
65 % ≤ nilai ≤ 85 % : aktivitas siswa baik
85 % ≤ nilai ≤ 100 % : aktivitas siswa sangat baik
4. Hasil Dan Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol menggunakan
model konvensional (ceramah). Materi pembelajarannya adalah mengenal E-mail.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sebagai acuan kegiatan belajar mengajar, dalam penelitian ini
peneliti menggunakan instrumen tertulis berupa tes pilihan ganda dan lembar
observasi untuk mendapatkan data mengenai aktifitas belajar siswa pada mata pelajar
TIK.
Sebelum saya melakukan penelitian di SMP N 7 Salatiga, saya melakukan
observasi terlebih dahulu untuk melihat aktivitas siswa sebelum penerapan model
STAD dilakukan. Observasi yang saya lakukan adalah melihat aktivitas siswa saat
mengikuti proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran konvensional
di kelas IXA dan di kelas IXC. Pada saat saya melakukan observasi di kelas IXA
saya melihat siswa terlihat bosan dikelas ada beberapa siswa yang berbicara dengan
teman sebangkunya ada juga siswa yang mengantuk pada saat guru menerangkan
materi. Siswa lebih banyak diam ketika guru mengajukan pertanyaan dan memberi
kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan. Hal ini yang menyebabkan
proses belajar mengajar menjadi membosankan di dalam kelas karena tidak adanya
perubahan proses belajar mengajar di kelas tersebut. Pada saat saya melakukan
observasi di kelas IXC saya melihat sebagian siswa terlihat aktif pada saat proses
belajar mengajar berlangsung. Ketika guru memberikan pertanyaan kepada siswa
hamper sebagian siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru walaupun
tidak semua jawaban siswa benar, tetapi dikelas ini siswa bersaing untuk
mengutarakan pendapat mereka dikelas.
Dari hasil observasi yang saya lakukan di kelas IXA dan IXC saya
memutuskan untuk memilih kelas IXA sebagai kelas eksperimen karena saya ingin
melihat apakah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division siswa bisa aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar di
dalam kelas. Dan saya memilih kelas IXC sebagai kelas kontrol karena kelas IXC
sudah termaksud kelas yang aktif saya ingin melihat apakah ada perbedaan ketika
saya menggunakan model konvensional di kelas IXC dan ketika saya menggunakan
model STAD di kelas IXA.
Proses pembelajaran pada kelas eksperimen dilaksanakan pada tanggal 24
januari 2015 yaitu di kelas IXA yang di diawali dengan doa yang dipimpin oleh ketua
kelas IXA. Sebelum memulai proses pembelajaran guru memberikan soal pretest
kepada siswa untuk melihat kemampuan siswa terhadap mata pelajaran TIK. Setelah
siswa selesai mengerjakan pretest, guru memulai pembelajaran TIK dengan
menginformasikan kepada siswa bahwa pelaksanaan pembelajaran akan dilaksanakan
dengan diskusi kelompok, presentasi kelompok, dan akan diberikan kuis pada akhir
pembelajaran. Selain itu guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu siswa
dapat mengenal e-mail, cara membuat e-mail dan menggunakan e-mail. Guru
menginformasikan kepada siswa bahwa akan diberikan penghargaan kepada
11
kelompok-kelompok yang berprestasi. Guru mengecek kesiapan siswa dengan melihat
kondisi siswa serta situasi dalam kelas. Guru mengingatkan kembali kepada siswa
bahwa kerja sama dalam kelompok akan dinilai. Guru mengumumkan pembagian
kelompok dan membagi siswa kedalam kelompok-kelompok. Banyaknya siswa di
kelas IXA adalah 26 siswa dan terbagi menjadi 6 kelompok yang masing-masing
terdiri dari 4-5 anggota dalam tiap kelompok dan masing-masing kelompok di bagi
menurut jenis kelamin dan sukunya. Guru memulai pembelajaran dengan memberikan
apersepsi mengenai E-mail, guru menjelaskan pengertian e-mail. Guru juga
menjelaskan cara membuat e-mail pada Gmail, guru memberikan satu contoh cara
membuat e-mail pada Gmail siswa diminta untuk fokus memperhatikan guru
membuat contoh pembuatan email. Pada saat guru menjelaskan materi tentang email,
siswa masih terlihat pasif di kelas ada juga beberapa siswa yang sibuk berbicara
dengan teman sebangkunya. Setelah guru memberikan penjelasan materi guru
memberikan tugas kepada masing-masing kelompok. Setiap kelompok diminta untuk
membuat email menggunakan Gmail. Guru meminta siswa untuk bisa memahami
yang sudah diperagakan oleh guru didepan kelas, guru juga meminta setiap anggota
kelompok yang sudah bisa membuat email untuk mengajarkan teman satu
kelompoknya membuat email. Sementara itu guru berkeliling mengamati pekerjaan
tiap kelompok. Saat mengerjakan tugas siswa sering bertanya kepada guru. Mereka
masih terlihat bingung dengan pekerjaannya. Pada saat bekerja kelompok, suasana
kelas ramai. Guru menyerukan agar siswa tetap tenang dan melanjutkan mengerjakan
tugas.
Beberapa kelompok terlihat mulai saling bekerja sama dan berdiskusi dengan
teman kelompoknya. kadang-kadang siswa saling berdebat untuk mempertahankan
pendapatnya ketika terjadi perbedaan pendapat dalam kelompoknya. namun ada juga
siswa yang terlihat tenang ketika mengerjakan tugas, tidak berdiskusi bersama
kelompoknya, terlihat lebih berkonsentrasi ketika bekerja secara individu meskipun
pada awal pembelajaran guru telah menginstruksikan bahwa pembelajaran hari ini
adalah belajar kelompok. Setelah semua kelmpok menyelesaikan hasil kerjanya, guru
meminta salah satu siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. pada
saat siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, guru mendampingi kemudian
membahas bersama seluruh siswa ketika ada pekerjaan yang kurang tepat. sebagian
besar siswa masih belum mengerti cara membuat email bahkan masih ada siswa yang
belum bisa menggunakan internet. Guru kembali menjelaskan kepada siswa cara
membuat email dan memperagakan kembali kepda siswa yang masih belum mengerti
cara membuat email. Pada saat proses pemembelajaran, peneliti dibantu observer
untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran menggunakan lembar observasi.
setelah kerja keleompok selesai guru memberikan kuis kepada siswa secara individu.
Soal berbentuk esai yang terdiri dari 5 soal. Setelah siswa selesai mengerjakan soal
kuis guru mengumumkan kepada siswa hasil dari kerja kelompok mereka, guru
memberikan penghargaan kepada kelompok yang sudah menyelesaikan tugas dengan
baik yaitu kelompok 5. Setelah pembelajaran selesai guru menutup pelajaran, guru
mengingatkan siswa untuk mempelajari terlebih dahulu materi yang akan diajarkan
pada pertemuan berikutnya, yaitu mengenai penggunaan email
Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 29 januari 2015. Pada pertemuan
kedua, Guru mengecek kesiapan siswa dengan melihat kondisi siswa serta situasi
dalam kelas. selain itu juga mengecek kesiapan alat pembelajaran seperti LCD,
laptop, dan modem. Guru memulai pembelajaran dengan menginformasikan kepada
siswa bahwa pelaksanaan pembelajaran akan dilaksanakan dengan diskusi kelompok,
presentasi kelas, dan akan diberikan kuis pada akhir pembelajaran. Selain itu guru
12
juga menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu siswa dapat mengirim email dengan
email yang sudah di buat pada pertemuan sebelumnya. Guru juga menginformasikan
bahwa akan diberikan penghargaan kepada kelompok-kelompok yang berprestasi.
Guru memulai pelajaran dengan memberikan apersepsi kepada siswa mengenai cara
mengirim email menggunakan email yang telah mereka buat pada pertemuan
sebelumnya. Setelah itu guru memberikan tugas kepada setiap kelompok yang sudah
dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan kedua masing masing
kelompok diminta untuk mengirimkan dan membalas email kepada kelompok yang
lain dengan email yang sudah mereka buat minggu lalu, setiap kelompok juga bisa
mengedit email mereka dan membuat profil pada email kelompok mereka. Siswa
Nampak lebih tenang dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya. Setelah semua
kelompok menyelesaikan tugasnya sesuai waktu yang diberikan, guru
mempersilahkan salah satu siswa untuk mempresentasikan dan memberikan contoh
cara mengirim email dan membalas email, salah satu kelompk yang dipersilahkan
maju adalah kelompok 5. Dari hasil kerja kelompok 5 yang sudah dipresentasikan,
dapat diketahui bahwa siswa mulai dapat memahami masalah-masalah yang diberikan
dan dapat mengerjakan tugas dengan baik.
Setelah presentasi kelas selesai maka akan diberikan kuis yang berbentuk soal
esai yang berjumlah 5 soal. Para siswa tidak diperkenankan bekerja sama dan saling
membantu dalam menyelesaikan kuis ini. Guru mengingatkan siswa bahwa jika siswa
ada yang berbuat curang dalam mengerjakan kuis ini maka siswa tersebut tidak
memperoleh nilai. Semua siswa tenang tidak ada satupun siswa yang bertanya kepada
guru dan berdiskusi dengan teman. Guru mengawasi siswa dalam mengerjakan kuis.
Setelah siswa selesai mengerjakan kuis, guru menyampaikan hasil kerja siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Guru mengumumkan dan memberikan
penghargaan kepada kelompok 5 yaitu kelompok yang sudah bekerja sama dengan
baik selama mengerjakan tugas kelompok dan memperoleh nilai dengan rata-rata
16,6. Sedangkan hasil kerja kelompok siswa dapat dilihat pada tabel 3. Adapun
peningkatan skor kelompok siswa sebagai berikut:
Tabel 3. Perkembangan skor kelompok
No
Nama
kelompok
Jumlah siswa yang mendapatkan
skor peningkatan
Rata-
rata
Kriteria
5 10 20 30
1 Kelompok
1
2 1 1 6,6 Cukup
2 Kelompok
2
1 1 3 12,5 Baik
3 Kelompok
3
2 2 1 15 Sangat baik
4 Kelompok
4
1 1 2 14,16 Sangat baik
5 Kelompok
5
1 3 16,6 Sempurna
6 Kelompok
6
1 1 2 9,16 Cukup
Hasil perkembangan skor kelompok pada kelompok satu ada dua orang siswa
yang mendapatgkan skor peningkatan 5, dua orang siswa ini tidak aktif dalam
kelompok mereka pada saat mengerjakan tugas kelompok, satu orang yang
mendapatkan skor peningkatan 10 siswa ini bisa mengerjakan tugas kelompok tapi
13
tidak mau bekerja sama, dan satu orang yang mendapatkan skor peningkatan 20 siswa
ini cukup aktif dalam mengerjakan tugas kelompok dan mau mau membantu teman
kelompoknya walaupun siswa ini tidak begitu mengerti cara membuat email.
Kelompok dua ada dua orang siswa yang saya beri skor peningkatan 5 siswa tersebut
tidak mengerti dengan tugas yang diberkan dan tidak membantu kelompok mereka
mengerjakan tugas mereka, satu orang yang mendapatkan skor peningkatan 10 adalah
siswa yang aktif namun tidak terlalu bisa mengerjakan tugas kelompok mereka, tiga
orang siswa yang mendapatkan skor peningkatan 20 adalah siswa yang aktif dan yang
bisa membantu teman kelompok mereka mengerjakan tugas kelompok mereka. Pada
kelompok tiga dua orang siswa yang mendapatkan skor peningkatan 10 adalah siswa
yang tidak terlalu aktif dalam kelompok mereka hanya sibuk berbicara tapi tidak
membantu mengerjakan tugas mereka, dua orang yang mendapatkan skor peningkatan
20 adalah siswa yang bisa mengerjakan tugas kelompok tapi tidak mau bekerja sama
dengan kelompok, dan satu orang siswa yang mendapatkan skor peningkatan 30 siswa
ini bisa saling bekerja sama dengan kelompoknya siswa ini juga mau membantu
teman kelompoknya yang tidak bisa mengerjakan tugas kelompok mereka. Kelompok
empat satu orang siswa yang mendapatkan skor peningkatan 5 siswa ini tidak bisa
bekerja sama dengan kelompoknya siswa ini selalu diam, satu orang siswa yang
mendapatkan skor peningkatan 20 adalah siswa yang mau bekerja sama dengan
kelompok walaupun dia tidak begitu bisa mengerjakan tugas kelompok mereka, dan
dua orang siswa yang mendapatkan skor peningkatan 30 adalah siswa yang aktif dan
mau bekerja sama dengan kelompoknya dan bisa mengerjakan tugas mereka.
Kelompok lima satu orang yang mendapatkan skor peningkatan 10 adalah siswa yang
tidak terlalu aktif pada saat mengerjakan tugas dan tiga orang yang mendapatkan skor
peningkatan 30 adalah siswa yang aktif dan bisa mengerjakan tugas kelompok mereka
kelompok lima ini adalah kelompok yang sempurna karena kelompok ini bisa saling
bekerja sama dengan baik dan kompak dalam mengerjakan tugas kelompok mereka.
Pada kelompok enam ada satu orang siswa yang mendapatkan skor peningkatan 5
yaitu siswa tidak bisaa bekerja sama dengan kelompoknya, satu orang siswa yang
mendapatkan skor peningkatan 10 adalah siswa yang aktif dalam kelompok namun
tidak bisa bekerja sama dengan baik, dan dua orang siswa yang mendapatkan skor
peningkatan 20 adalah siswa yang bisa bekerja sama dengan baik walaupun mereka
tidak begitu bisa mengerjakan tugas mereka.
Sebelum guru menutup pelajaran, guru memberikan soal postest kepada siswa
untuk melihat perkembangan siswa selama proses pelajaran TIK berjalan. Setelah soal
selesai dikerjakan, kelas di akhiri dengan memberikan salam kepada guru yang
dipimpin ketua kelas.
Gambar 1.Penyampaian materi
14
Gambar 2. Siswa diskusi kelompok dan memperesentasikan hasilnya
Pertemuan pertama kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 24 januari 2015.
Proses pembelajaran pada kelas kontrol pada pertemuan pertama yaitu di kelas IXC,
pembelajaran diawali dengan doa yang dipimpin oleh ketua kelas. Sebelum memulai
proses pembelajaran guru memberikan soal pretest kepada siswa untuk melihat
kemampuan siswa terhadap mata pelajaran TIK. Setelah pretest selesai guru
menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu siswa dapat mengenal e-mail, cara
membuat e-mail dan menggunakan e-mail. Guru mengarahkan siswa untuk tetap
tenang, santai dan fokus selama proses belajar. Guru memulai pelajaran dengan
memberikan apersepsi mengenai Email. Selama guru menjelaskan materi guru
meminta siswa untuk fokus selama proses belajar berlangsung dan mencatat materi
yang guru sampaikan di papan tulis. Setelah guru memberikan materi, guru
memberikan kuis kepada siswa soal berbentuk esai yang terdiri dari 5 soal. Sebagian
besar siswa masih terlihat kebingungan dengan soal yang diberikan siswa masih
saling bekerja sama dalam mengerjakan soal, guru mengingatkan siswa untuk tidak
saling bekerja sama. Setelah siswa mengerjakan soal, guru bertanya kepada siswa
mengenai materi yang belum siswa mengerti, masih banayak siswa yang belum
mengerti cara membuat email dikarenakan mereka sulit menerima penjelasan hanya
dengan menjelaskan dipapan tulis saja. Sebelum guru mengakhiri pelajaran guru
memberikan kesimpulan mengenai materi pengenalan email, guru jug mengingatkan
siswa untuk mempelajari matei selanjutnya yaitu mengenai penggunaan email.
Pada pertemuan kedua dikelas kontrol yaitu pada tanggal 29 januari 2015,
proses pembelajaran diawali dengan doa yang dipimpin ketua kelas. setelah itu guru
menyampikan tujuan pembelajaran. Guru mengarahkan siswa untuk tatap tenang.
Guru memulai pembelajaran dengan memberikan aperesepsi mengenai cara mengirim
dan menggunakan email. Guru juga mengilustrasikan cara mengirim e-mail pada
email teman dan penggunaan email dengan mencatat di papan tulis dan menggunakan
laptop sebagai alat bantu guru untuk menjelaskan dan mengilustrasikan materi. Guru
meminta siswa untuk fokus selama guru menerangkan cara menggunakan email.
Setelah guru memberikan materi guru memberikan kuis terhadap siswa. Guru
mengingatkan siswa untuk tidak saling bekerja sama pada saat mengerjakan soal.
Siswa terlihat serius dalam mengerjakan soal dan sebagian besar siswa tidak ada yang
saling berdiskusi dengan teman sebangkunya pada saat mengerjakan soal. Setelah
siswa mengumpulkan tugas guru bertanya kepada siswa mengenai materi yang belum
dimengerti. Sebelum guru mengakhiri kegiatan pembelajaran guru memberikan
kesimpulan tentang materi penggunaan email, Sebelum siswa mengakhiri pelajaran
guru memberikan soal postest kepada siswa untuk melihat perkembangan siswa
selama proses pembelajaran menggunakan model konvensional.
Data aktivitas siswa diamati dengan lembar observasi pada saat proses belajar
mengajar berlangsung. Hasil observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 4
sebagai berikut:
15
Tabel 4. Hasil observasi aktivitas siswa
Indikator Kelas
Eksperimen kontrol Eksperimen Kontrol
Pertemuan pertama Pertemuan kedua
1 65.38% 42.30% 88,46% 61.53%
2 69.23% 61.53% 92,30% 69.23%
3 69.23% 50% 96,15% 65.38%
4 65.00% - 92,30% -
5 69.23% 69.23% 96,15% 76.92%
6 61.53% - 92,30% -
7 65% 50% 100% 76.92%
Total
Presentase
60.65% 54,61% 93,95% 69,99%
Keterangan Indikator :1) Persiapan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran. Pada pertemuan pertama di kelas eksperimen persiapan siswa dalam
mengikuti proses belajar adalah 65,38% pada indikator ini siswa sudah terlihat siap
dalam mengikuti pembelajaran yang akan dilakukan walaupun ada sebagian siswa
yang masih berkeluyuran di luar kelas pada saat bel pergantian jam berbunyi artinya
aktivitas siswa baik, sedangkan pada kelas kontrol 42,30% aktivitas siswa masih
kurang pada pertemuan pertama siswa di kelas kontrol pada saat bel berbunyi siswa
basih berkeluaran di luar kelas dan siswa masih belum mempersiapkan diri untuk
mengikuti pembelajaran. Pada pertemuan kedua aktivitas siswa pada kelas
eksperimen meningkat menjadi 88,46% artinya siswa sudah sangat aktif dalam
mempersiapkan diri untuk mengikuti proses belajar TIK, dan pada kelas kontrol
aktivitas siswa meningkat menjadi 61,53% aktivitas siswa cukup baik tidak seperti
sebelumnya pada pertemuan kedua siswa sudah terlihat di dalam kelas; 2)
Memperhatikan dengan sungguh-sungguh sesuatu yang disampaikan oleh guru.
Pertemuan pertama di kelas eksperimen aktivitas siswa 69,23% artinya aktivitas siswa
baik dalama memperhatikan sesuatu yang disampaikan oleh guru, sedangkan pada
kelas kontrol aktivitas siswa 61,53% aktivitas siswa cukup baik artinya pada kelas
kontrol masih ada siswa yang tidak memperhatikan guru menyampaikan materi. Pada
pertemuan kedua di kelas ekperimen peningkatan aktivitas siswa menjadi 92,30%
aktivitas siswa sangat baik pada pertemuan kedua siswa terlihat sangat baik dikelas
tidak ada siswa yang berbicara semua siswa terlihat serius ketika guru menyampaikan
materi dan siswa mencatat setiap materi yang diberikan, dan pada kelas kontrol
69,23% aktivitas siswa baik pada pertemuan kedua siswa sudah terlihat serius dalam
mengikuti pelajaran siswa; 3) Siswa dianjurkan untuk bersikap kritis dalam menyimak
pertanyaan-pertanyaan atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru.
Pada pertemuan pertama dikelas eksperimen aktivitas siswa berjumlah 69,23% pada
pertemuan pertama di kelas ini masih belum banyak siswa yang mau bertanya ataupun
menjawab pertanyaan ketika berdiskusi dengan kelompok walaupun ada beberapa
siswa yang sudah terlihat aktif dan mau bertanya jawab artinya aktivitas siswa baik,
dan dikelas kontrol 50% artinya aktivitas siswa baik pada kelas kontrol pada saat guru
memberikan pertanyaan kepada siswa ada beberapa siswa yang bisa menjawab
pertanyaan yang guru berikan. Pada pertemuan kedua dikelas eksperimen meningkat
menjadi 96,15% artinya aktivitas siswa sangat baik karena pada pertemuan kedua ini
setiap kelompok sudah saling bertanya jawab pada saat mereka berdiskusi tugas
kelompok mereka dan pada kelas control aktivitas siswa meningkat menjadi 65,38%
artinya aktivitas siswa baik pada pertemuan kedua di kelas kontrol pada saat guru
memberikan waktu untuk bertanya jawab ada peningkatan siswa yang mau bertanya
16
jawab kepada guru pada saat guru memberikan pertanyaan ataupun guru memberikan
waktu untuk mereka memberikan pertanyaan kepada guru tentang materi yang belum
mereka pahami; 4) Guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok. Pada
pertemuan pertama di kelas eksperimen aktivitas siswa adalah 65% pada saat guru
mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok masih ada beberapa siswa yang
ingin membentuk kelompok sendiri ada pula siswa yang tidak mau bergabung dengan
kelompok yang sudah di tentukan oleh guru, aktivitas siswa cukup baik dan
pertemuan kedua meningkat menjadi 92,30% aktivitas siswa sangat aktif pada
pertemuan kedua siswa sudah terlihat teratur pada saat guru mengarahkan pembagian
kelompok karena pada pertemuan kedua siswa masih tetap dengan kelompok yang
sudah di bagikan oleh guru, sedangkan pada kelas control tidak ada penilaian pada
indikator ini karena pada kelas kontrol siswa hanya menerapkan metode ceramah,
siswa hanya mendengarkan guru menjelaskan materi, dan mencatat jadi pada kelas
kontrol tidak ada pembagian keompok siswa hanya focus pada materi yang
disampaikan oleh guru didepan kelas; 5) Siswa berinteraksi dengan temannya. Pada
pertemuan pertama dikelas eksperimen aktivitas siswa 69,23% artinya aktivitas siswa
baik pada pertemuan pertama di kelas eksperimen sudah terlihat ada beberapa siswa
yang mau berinteraksi dengan teman satu kelompok mereka ada beberapa kelompok
yang sudah bisa berdiskusi dengan baik, pada kelas kontrol 69,23% aktivitas siswa
baik pada kelas kontrol pada saat guru memberikan pertanyaan siswa berdiskusi
dengan teman sebangku mereka. Sedangkan pada pertemuan kedua pada kelas
eksperimen aktivitas siswa meningkat menjadi 95,15% pada pertemuan kedua ini
masing-masing kelmpok terlihat sangat baik dalam mendiskusikan tugas kelompok
mereka siswa saling membantu jika ada teman mereka yang masih belum bisa
memahami tugas kelompok mereka, artinya aktivitas siswa sangat baik, dan kelas
kontrol meningkat menjadi 76,92% artinya aktivitas siswa baik pada kelas kontrol
ketika guru memberikan pertanyaan-pertanyaan mereka saling membantu untuk
menjawab pertanyaan yang diberikan; 6) Siswa berdiskusi dan kerja kelompok
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sesuai instruksi yang
deberikan oleh guru. Pada pertemuan pertama di kelas eksperimen aktivitas siswa
61,53% siswa bekerja sama dengan baik dan mengikuti arahan yang disampaikan oleh
guru dengan baik artinya aktivitas siswa baik, pada pertemuan kedua aktivitas siswa
meningkat menjadi 92,30% artinya aktivitas siswa sangat aktif pada pertemuan kedua
siswa sudah sangat baik dalam mengikuti arahan yang disampaikan oleh guru. pada
kelas kontrol tidak ada penilaian pada indikator ini karena pada kelas kontrol siswa
hanya menerapkan metode ceramah, siswa hanya mendengarkan guru menjelaskan
materi, dan mencatat; 7) Siswa mengerjakan soal yang telah disiapkan. Pada
pertemuan pertama dikelas eksperimen aktivitas siswa 65% pada pertemuan pertama
ketika mengerjakan soal individu masih ada beberapa siswa yang bekerja sama
artinya aktivitas siswa cukup baik, sedangkan pada kelas control 50% aktivitas siswa
cukup baik pada kelas kontrol masih ada beberapa siswa juga yang bekerja sama saat
mengerjakan soal individu. Pada pertemuan kedua di kelas eksperimen aktivitas siswa
meningkat menjadi 100% artinya aktivitas siswa sangat baik dalam mengerjakan soal
pada pertemuan kedua ini tidak ada satu orang siswa pun yang bekerja sama dalam
mengerjakan soal individu, dan pada kelas control 76,99% aktivitas siswa baik dalam
mengerjakan soal walaupun ada satu sampai dua orang siswa yang masih bekerja
sama dalam mengerjakan soal individu.
Setelah melakukan penelitian guru mewawancarai beberapa siswa dikelas
eksperimen dan kelas kontrol. Menurut beberapa siswa di kelas eksperimen yaitu
kelas IXA model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini membuat siswa lebih aktif
17
dan memotivasi semangat didalam kelas, mereka menjadi lebih kompak dengan
teman yang sebelumnya tidak terlalu akrab, dan pembelajaran didalam kelas menjadi
menyenangkan. Sedangkan di kelas kontrol dari hasil wawancara setelah proses
belajar mengajar selesai siswa berpendapat bahwa tidak ada perbedaan ketika
mengikut proses belajar mengajar dikelas karena setiap pertemuan hanya berceramah
bertanya jawab dan mencatat, kegiatan belajar mengajar seperti ini yang membuat
siswa menjadi bosan dan malas untuk mengikuti proses belajar mengajar didalam
kelas.
Hasil pretest dan postest dari kelas ekperimen dan kontrol membuktikan
adanya perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan yang hanya menggunakan model konvensional. Di kelas
eksperimen nilai rata-rata yang awalnya 67,8% menjadi 80,7%, sedangkan di kelas
kontrol nilai rata-rata awal 62,9% menjadi 70%.
5. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division, terdapat
perubahan siswa dalam proses belajar. Hal tersebut dapat dilihat dari data observasi
keaktivan siswa selama proses pembelajaran berlangsung aktivitas siswa yang didapat
pada kelas kontrol pada pertemuan pertama memiliki rata-rata 54,61% dan pada
pertemuan kedua 69.99%, sedangkan aktivitas yang didapat pada kelas eksperimen
pada pertemuan pertama memiliki rata-rata 60,65% dn pada pertemuan kedua
93.95%. Siswa dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik terhadap teman
kelompok, siswa lebih sering bertanya, menjawab pertanyaan, memberikan pendapat,
dan menerima pendapat dengan baik. Hal ini berarti selama proses pembelajaran
berlangsung penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams
Achievement Division (STAD) berpengaruh positif terhadap aktivitas belajar siswa
kelas IX dalam pembelajaran TIK di SMP Negeri 7 Salatiga.
18
6. Daftar Pustaka
[1] Sugihartono dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY
[2] Mega, 2014. Pengaruh model STAD(Student Team Achievement Devisions)
dengan memanfaatkan alat peraga dua dimensi dan tiga dimensi terhadap
hasil belajar Matematika.skripsi
[3] Iis, 2014. Pengaruh Pembelajaran Model Student Teams Achievement
Division (STAD) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD
Negeri Kauman Kidul Salatiga. Skripsi
[4] Slavin E. Robert. 2007. Cooverative Learning: Riset dan Praktik. Bandung.
Nusa media.
[5] Nurulhadayati, siti. 2002. Pembelajaran kooperatif yang menggairahkan.
Wahana Informasi dan komunikasi pendidikan TK dan SD, Edisi 3.
[6] Sadan Hasan. (2011). Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas
VIII1 SMP Negeri 1 Batuatas pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear
Dua Peubah Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT. Diakses dari
http://goesbas.blogspot.com/2011/05/meningkatkan-prestasi-belajar.html pada
tanggal 4 Februari 2012 pukul 13:36 WIB.
[7] Mushlihin al-Hafizh. (2011). Model Pembelajaran Cooperative Learning.
Diakses dari http://www.surgamakalah.com/2011/07/model-pembelajaran-
cooperatif-learning.html pada tanggal 8 Februari 2012 pukul 23:09 WIB.
[8] Slavin E. Robert. 2007. Cooverative Learning: Riset dan Praktik. Bandung.
Nusa media
[9] Hamalik, Oemar (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
[10] Wardiana, Wawan. (2002). Perkembanganteknologi informasi di indonesia,”
(makalah Seminar dan PameranTeknologi Informasi FT UniversitasKomputer
Indonesia (UNIKOM)
[11] Miarso, Yusufhadi.
(2004). Menyemai benih teknologi pendidikan. Jakarta: Prenada Media
19
[12] Noor Cahyanto, Jalu. Pemanfaatan ICT dalammembangung jaringan
pembelajaraninternasional. Paper dalam KonferensiGuru Indonesia 2007,
Jakarta, 27 – 28November 2007.Peraturan PemerinhRepublik Indonesia No.
19 Tahun 2005tentang Standar nasional pendidikan
[13] Roestiyah, 2008, Strategi belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta
[14] Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: AFABETA, cv.
[15] Slavin E. Robert. 2007. Cooverative Learning: Riset dan Praktik. Bandung.
Nusa media