perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH INFUSA DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava, Linn)
TERHADAP KEMATIAN Ascaris suum, Goeze IN VITRO
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
RISANG GALIH S
G 0006146
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Pengaruh Infusa Daun Jambu Biji (Psidium guajava, Linn) terhadap Kematian Ascaris suum, Goeze In vitro
Risang Galih S, G.0006146, Tahun 2010
Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Kamis, 4 November 2010
Pembimbing Utama
Nama : Sri Haryati, Dra., MKes. NIP : 19610120 198601 2 001 ( )
Pembimbing Pendamping
Nama : Sutartinah Sri Handayani, Dra. NIP : 19600709 198601 2 001 ( )
Penguji Utama
Nama : Murkati, dr., MKes., Sp.ParK NIP : 19501224 197603 2 001 ( )
Anggotan Penguji
Nama : Moch.Arief Tq., dr., MS., PHK NIP : 19500913 198003 1 002 ( )
Surakarta,................................. Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS
Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. AA Subijanto, dr., MS. NIP : 19660702 199802 2 001 NIP : 19481107 197310 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain. Kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah dan disebutkan adalah daftar pustaka.
Surakarta, November 2010
RISANG GALIH S NIM. G 0006146
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Risang Galih S., G0006146, 2010. Pengaruh Infusa Daun Jambu Biji terhadap Kematian Ascaris suum, Goeze In vitro. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui pengaruh infusa Daun Jambu Biji (Psidium guajava, Linn) terhadap kematian Ascaris suum, Goeze In vitro. Metode Penelitian : Eksperimental laboratorik dengan post test only controlled group design, menggunakan cacing Ascaris suum dewasa, dibagi dalam 5 kelompok (kelompok kontrol negatif, infusa 60%, infusa 80%, infusa 100%, kelompok obat pembanding, yaitu pyrantel pamoate dengan konsentrasi 5mg/ml). Teknik pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Cacing direndam dalam larutan uji sebanyak 25 ml, diinkubasi pada suhu 370C. Pengamatan dilakukan tiap 1 jam selama 7 jam dan dihitung jumlah cacing yang mati tiap jam. Data dinalisis dengan uji one way ANOVA dilanjutkan uji Post Hoc Least Significance Difference (LSD) dengan tingkat kemaknaan p<0,05. Hasil Penelitian : Terdapat peningkatan jumlah kematian cacing yang sebanding dengan peningkatan konsentrasi infusa daun jambu biji pada konsentrasi 60% hingga 100%. Pada uji One Way ANOVA yang kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoc LSD dapat disimpulkan bahwa infusa daun jambu biji dengan konsentrasi 100% mempunyai efektivitas yang sebanding atau hampir sama dengan pyrantel pamoate yang merupakan drug of choice untuk askariasis. Simpulan Penelitian : Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa infusa daun jambu biji mempunyai pengaruh terhadap kematian Ascaris suum, Goeze In vitro.
Kata kunci : Infusa Daun Jambu Biji, Ascaris suum, In vitro
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Risang Galih S, G0006146, 2010. Effect of Guava Leaf Infusa (Psidium guajava, Linn) Toward Ascaris suum, Goeze In vitro. Medical Faculty University of Sebelas Maret Surakarta Objective: To understand the effect of guava leaf infusa (Psidium guajava, linn) toward Ascaris suum, goeze In vitro. Methods : Experimental laboratoric, with post-test only control group design using adult Ascaris suum, Goeze divided into five groups. NaCl 0,9% for negative control, intervention using 60%, 80%, and 100% concentration of guava leaf infusa, and pyrantel pamoate 5mg/ml solution for positive control. Observation is done in every hour until 7 hours and the death worm is counted. Data is analyzed with One Way ANOVA test continued with Post Hoc Least Significance Difference (LSD) significant (p<0,05). Result : The number of death worm is increase in proportion to the increase of guava leaf infusa consentration, start at 60% to 100%. From statistical analysis, this can be concluded that 100% guava leaf infusa has an equivalent effectiveness to pyrantel pamoate that is drug of choice for askariasis. Conclusion : From the research result, it can be concluded that guava leaf infusa has effect toward Ascaris suum, Goeze In vitro. Keywords: Guava Leaf Infusa, Ascaris suum, In vitro
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena limpahan
nikmat, rahmat, hidayah, serta ridhonya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Infusa Daun Jambu Biji terhadap Kematian Ascaris suum, Goeze In vitro”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis bahyak mendapatkan pengarahan, bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu perkenankanlah dengan setulus hati penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. A.A. Subijanto, dr., MS, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Muthmainah, dr., M.Kes. selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Sri Haryati, Dra., M.Kes. selaku pembimbing utama yang telah memberikan nasehat, koreksi, kritik dan saran untuk menyempurnakan penyusunan skripsi.
4. Murkati, dr., M.Kes., SpPark sebagai penguji utama yang telah berkenan memberikan waktu bimbingan, saran dan motivasi bagi penulis.
5. Sutartinah Sri Handayani, Dra. sebagai pembimbing pendamping yang telah berkenan memberikan waktu bimbingan, saran dan motivasi bagi penulis.
6. Moch Arief Tq., dr., MS., PHK. Selaku anggota penguji yang telah memberikan nasihat, koreksi, kritik dan saran untuk menyempurnakan penyusunan skripsi.
7. Bapak dan ibu yang selalu memberikan dukungan, doa, semangat, dan selalu mengorbankan segalanya demi kebahagiaan putra-putranya.
8. Reza, Udin, Irfan, Rani, Indi, Teguh, Sahid, atas bantuan yang diberikan untuk penyusunan skripsi ini.
9. Semua pihak yang telah memberi bantuan secara langsung maupun tidak langsung sehingga membantu selesainya skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak
lepas dari kekurangan karena kerterbatasan waktu, tenaga dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, dibutuhkan saran dan masukkan untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu kedokteran pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Surakarta, 25 Oktober 2010
Risang Galih S
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA…………………………………………………................ vi
DAFTAR ISI ………………………………………………………….. vii
DAFTAR TABEL …………………………………………………..... ix
DAFTAR GAMBAR………………………………………………….. x
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………… xi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………. 1
B. Perumusan Masalah………………………………………… 3
C. Tujuan Penelitian…………………………………………… 4
D. Manfaat Penelitian………………………………………….. 4
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka……………………………………………… 5
B. Kerangka Pemikiran…………………………………………. 13
C. Hipotesis……………………………………………………… 14
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian…………………………………………….. 15
B. Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………. 15
C. Subyek Penelitian……………………………………………. 15
D. Teknik Sampling……………………………………………. 15
E. Identifikasi Variabel Penelitian…………………………….. 16
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian…………………… 16
G. Rancangan Penelitian………………………………………. 19
H. Alat dan Bahan……………………………………………… 21
I. Cara Kerja…………………………………………………... 21
J. Teknik Analisis Data………………………………………… 24
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Data Hasil Penelitian…………………….…………………. 25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
B. Analisis Data………………………………………………… 27
BAB V. PEMBAHASAN……………………………………………….. 32
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan…………………………………………………… 35
B. Saran……………………………………………………….. 35
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 36
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik Morfologi 3 Tipe Tanaman Jambu Biji ...................... 10
Tabel 2. Hasil Pengamatan Kematian Ascaris suum pada Penelitian
Pendahuluan...................................................................................... 26
Tabel 3. Hasil pengamatan Kematian Ascaris suum, Goeze dalam Berbagai
Konsentrasi pada Penelitian Akhir..................................................... 27
Tabel 4 Nilai Probabilitas (p) Uji Normalitas................................................. 29
Tabel 5 Nilai Probabilitas (p) Uji Homogenitas.............................................. 29
Tabel 6 Hasil Uji One Way ANOVA.............................................................. 30
Tabel 7 Hasil Uji Post Hoc LSD .................................................................. 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Berbagai Jenis Jambu Biji....................................................... 11
Gambar 2 Skema Kerangka Pemikiran.................................................... 13
Gambar 3 Skema Rancangan Penelitian Pendahuluan ............................ 19
Gambar 4 Skema Rancangan Penelitian Akhir........................................ 20
Gambar 5 Grafik Jumlah Rata-rata Kematian Cacing dalam Berbagai
Konsentrasi pada Penelitian Akhir............................................ 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Uji One Way ANOVA
Lampiran 2. Uji Post Hoc LSD
Lampiran 3. Analisis Probit
Lampiran 4. Foto-foto Alat, Bahan, dan Proses Penelitian
Lampiran 5. Surat Keterangan Permintaan Bahan Tanaman
Lampiran 6. Surat Keterangan Determinasi Tanaman
Lampiran 7. Surat Keterangan Pengambilan Sampel dari Dinas Pertanian
Kota Surakarta
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian dari Laboratorium Pusat MIPA-Biologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Askariasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing gelang
Ascaris lumbricoides, Linn (Rasmaliah, 2001). Penyakit ini merupakan salah
satu manifestasi penyakit cacing yang paling sering ditemukan dan merupakan
penyakit kedua terbesar yang disebabkan oleh parasit (Wikipedia, 2009;
David, 2008). Prevalensinya di dunia diperkirakan berkisar 25% atau sekitar
0,8 – 1,22 Milyar orang (David, 2008; Kazura JW, 2007). Penularan askariasis
bersifat Soil Transmited Helminth (memerlukan tanah) karena tanah
merupakan media perkembangan telur menjadi bentuk infektif (Sudoyo dkk,
2006).
Askariasis terutama ditemukan di daerah-daerah tropis dengan suhu
panas dan sanitasi lingkungan yang kurang baik. Oleh karena daerah seperti
ini banyak terdapat di negara-negara berkembang, maka angka kejadian
penyakit ini di negara berkembang relatif sangat tinggi (Pohan, 2006).
Populasi dengan risiko tinggi adalah di Asia, Afrika, Amerika Latin dan
USSR (Jamsheer, 2001). Sedangkan di daerah-daerah yang mempunyai
sanitasi yang bagus dan tidak beriklim tropis, angka kejadian askariasis relatif
rendah. Misalnya di Eropa Barat, angka kejadiannya hanya sekitar 10%. Di
Indonesia sendiri, askariasis terjadi pada hampir semua anak berusia 1-10
tahun, sedangkan pada orang dewasa angka kejadiannya mencapai 60%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
(Rampengan, 2007). Untuk mengatasi masalah ini, sering kali pemerintah
mengadakan pengobatan massal dan berulang (Gandahusada dkk, 2000).
Obat-obat antihelmintik (anticacing) digunakan untuk memberantas
atau mengurangi parasit-parasit cacing dari saluran pencernaan. Mebendazole,
albendazole dan pyrantel pamoate merupakan obat-obat cacing pilihan
pertama terhadap askariasis. Sedangkan obat alternatifnya adalah piperazine
ataupun levamisole (Tjay dan Rahardja, 2002; Katzung, 2004). Akan tetapi,
pengobatan massal yang berbasis obat-obat modern tersebut memerlukan
biaya yang cukup besar serta efek samping yang cukup merugikan. Oleh
karena itu, diperlukan adanya alternatif untuk mengatasi masalah askariasis
ini. Salah satu alternatif pilihan adalah dengan menggunakan bahan-bahan
alami yang biasanya tersedia banyak di alam dan diharapkan mempunyai efek
samping yang lebih kecil dibandingkan dengan obat-obat modern yang ada
saat ini.
Bermacam-macam bahan tradisional telah banyak digunakan di
Indonesia untuk mengatasi berbagai kasus penyakit. Di samping murah dan
mudah didapat karena ada di mana-mana, juga dapat mengikutsertakan
masyarakat serta mengurangi subsidi pemerintah (Herawati, 2000). Salah satu
tanaman yang diperkirakan dapat digunakan untuk mengatasi penyakit
askariasis ini adalah jambu biji. Selama ini, daun jambu biji telah dikenal
sebagai obat tradisional untuk mengatasi diare (Soedjito, 2008). Daun jambu
biji mempunyai senyawa tanin sebesar 90.000 – 150.000 ppm (Duke, 2009).
Telah diketahui bahwa senyawa tanin ini merupakan senyawa yang bersifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
vermifuga, yakni secara langsung berefek pada cacing melalui perusakan
protein tubuh cacing (Harvey dan John, 2005; Duke, 2009). Efek antihelmintik
tanin dapat dilihat secara In vitro pada percobaan laboratoium, maupun secara
In vivo di dalam tubuh kambing dan domba (Brunet dan Hoste, 2006; Iqbal
dkk 2007; Cenci dkk, 2007; Anthanasiadou dkk, 2001). Tanin juga memiliki
aktivitas penghambatan terhadap migrasi larva cacing pada kambing (Alonso
dkk, 2008). Akan tetapi, belum banyak yang menggunakan daun jambu biji ini
sebagai obat cacing. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti efek
antihelmintik ekstrak daun jambu biji.
Cacing gelang yang digunakan pada penelitian ini adalah Ascaris
suum, Goeze yang terdapat dalam usus babi. Peneliti menggunakan cacing
Ascaris suum, Goeze karena sulitnya mendapatkan cacing Ascaris
lumbricoides, Linn dalam keadaan hidup dengan jumlah yang banyak untuk
diberi perlakuan. Selain itu, Ascaris suum, Goeze hampir sama dengan Ascaris
lumbricoides, Linn, bahkan cacing ini disebut juga Ascaris lumbricoides suum
(Miyazaki, 1991; Laskey, 2007).
B. Perumusan Masalah
1. Apakah infusa Daun Jambu Biji (Psidium guajava, Linn) dapat
membunuh Ascaris suum, Goeze In vitro?
2. Berapakah konsentrasi infusa daun jambu biji (Psidium guajava, Linn)
yang dapat menyebabkan jumlah kematian optimal Ascaris suum, Goeze
In vitro?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh infusa Daun Jambu Biji (Psidium guajava,
Linn) terhadap kematian Ascaris suum, Goeze In vitro.
2. Untuk mengetahui konsentrasi infusa daun jambu biji yang dapat
menyebabkan jumlah kematian optimal Ascaris suum, Goeze In vitro
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a. Diketahuinya konsentrasi infusa Daun Jambu Biji (Psidium guajava,
Linn) yang dapat menyebabkan kematian optimal Ascaris suum,
Goeze In vitro.
b. Sebagai sumber informasi ilmiah kepada masyarakat ilmiah pada
khususnya dan masyarakat luas pada umumnya tentang manfaat
infusa Daun Jambu Biji (Psidium guajava, Linn) yang dapat
digunakan sebagai antihelmintik.
2. Manfaat aplikatif
a. Membuka peluang kemungkinan pembuatan preparat obat
antihelmintik dari Daun Jambu Biji (Psidium guajava, Linn).
b. Menambah referensi informasi fungsi infusa daun jambu biji
(Psidium guajava, Linn.) selain digunakan untuk mengobati diare
namun juga dapat digunakan sebagai antihelmintik.
c. Dapat menjadi referensi untuk melakukan penelitian In vivo tentang
manfaat infusa daun jambu biji (Psidium guajava, Linn) sebagai
antihelmintik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Ascaris suum, Goeze
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Subkelas : Scernentea
Bangsa : Ascaridia
Famili : Ascarididea
Marga : Ascaris
Jenis : Ascaris suum, Goeze (Loreille, 2003)
Cacing Ascaris suum, Goeze disebut juga Ascaris suilla yang
secara morfologi hampir sama dengan Ascaris lumbricoides, Linn. Cacing
ini mirip dengan Ascaris Lumbricoides, Linn dalam hal menginfeksi babi
percobaan tetapi gejala akibat infeksi Ascaris lumbricoides, Linn berbeda
dengan yang diakibatkan oleh Ascaris suum, Goeze. Selain itu, perbedaan
lainnya terdapat pada deretan gigi dan bentuk bibirnya (Miyazaki, 1991).
Siklus hidup dan cara infeksi cacing Ascaris suum, Goeze sama
dengan cacing Ascaris lumbricoides, Linn (Miyazaki, 1991; Robert et al.,
2005). Hospes yang penting untuk cacing ini adalah babi. Akan tetapi,
cacing ini juga dapat menjadi parasit pada kambing, domba, dan anjing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
(Soedarto, 1992). Yoshihara (2008) menemukan bahwa pada ayam yang
terinfeksi Ascaris suum, Goeze terjadi lesi hepatik karena migrasi dari
larva cacing ini. Siklus hidup dan cara infeksinya sama dengan Ascaris
lumbricoides, Linn. Ascaris suum, Goeze juga dapat menginfeksi manusia
namun tidak menimbulkan manifestasi klinis yang berarti (Miyazaki,
1991).
2. Ascaris lumbricoides, Linn
a. Taksonomi
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Subkelas : Scernentea
Bangsa : Ascaridia
Famili : Ascarididea
Marga : Ascaris
Jenis : Ascaris lumbricoides, Linn ( Utari, 2002)
b. Morfologi
Cacing jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan yang
betina sekitar 22-35 cm. Cacing dewasa tubuhnya berwarna kuning
kecoklatan serta mempunyai kutikulum yang rata dan bergaris halus.
Kedua ujung badan cacing membulat. Mulut cacing mempunyai 3
buah bibir, satu di bagian dorsal dan yang lain di bagian subventral.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Pada cacing jantan, bagian ekornya melengkung ke arah ventral, serta
ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di bagian
ekornya (posterior), dimana masing-masing spikula berukuran sekitar
2 mm. Cacing betina mempunyai bentuk tubuh posterior yang
membulat (conical) dan lurus. Cacing betina pada sepertiga depan
terdapat bagian yang disebut cincin atau gelang kopulasi (Zaman,
1997). Cacing dewasa hidup pada usus manusia. Seekor cacing betina
dapat bertelur hingga sekitar 200.000 telur per harinya. Telur yang
tidak dibuahi berukuran 90x40 mikron, sedang telur yang telah
dibuahi berukuran lebih kecil yaitu sekitar 60x45 mikron. Telur yang
telah dibuahi inilah yang dapat menginfeksi manusia (Gandahusada
dkk, 2000).
c. Habitat, Siklus Hidup, dan Cara Infeksi
Dalam lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi dapat
berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3
minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan oleh manusia akan menetas
dalam usus halus. Larvanya menembus dinding usus halus menuju
pembuluh darah atau saluran limfe lalu dialirkan ke jantung kemudian
mengikuti aliran darah ke paru. Di paru, larva menembus dinding
pembuluh darah lalu dinding alveolus, masuk ke rongga alveolus
kemudian naik ke trakea melalui bronkiolus dan bronkus. Dari trakea,
larva ini menuju ke faring sehingga menimbulkan rangsangan pada
faring. Penderita batuk karena rangsangan ini dan larva akan tertelan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
ke esofagus, lalu menuju ke usus halus. Di usus halus larva berubah
menjadi cacing dewasa. Sejak telur matang tertelan hingga cacing
dewasa bertelur diperlukan waktu sekitar 2 bulan (Gandahusada dkk,
2000). Cacing dewasa terdapat di dalam usus halus tetapi kadang-
kadang dijumpai di bagian usus lainnya. Cacing dewasa dapat hidup
pada saluran pencernaan selama 6 – 24 bulan (Rasmaliah, 2001).
Selain di dalam usus manusia, cacing ini juga dapat hidup di dalam
usus babi (Soedarto, 1992).
d. Patologi dan Gambaran Klinis
Sebagian besar kasus tidak menujukkan gejala, akan tetapi
karena tingginya angka infeksi, morbiditasnya perlu diperhatikan
(Widoyono, 2008). Jumlah cacing yang cukup besar (hyperinfeksi)
terutama pada anak-anak akan menimbulkan kekurangan gizi. 20 ekor
cacing Ascaris lumbricoides, Linn dewasa di dalam usus manusia
mampu mengkonsumsi 2,8 gram karbohidrat dan 0,7 gram protein
setiap hari. Selain itu cacing tersebut juga dapat mengeluarkan cairan
tubuh yang menimbulkan reaksi toksik sehingga terjadi gejala seperti
demam typhoid yang disertai dengan tanda alergi seperti urtikaria,
odema di wajah, konjungtivitis, dan iritasi pernapasan bagian atas
(Rasmaliah, 2001). Di dalam paru, larva cacing ini akan merusak
kapiler paru sehingga dapat menyebabkan kelainan yang disebut
Syndrom Loeffler, yaitu gejala-gejala demam, sesak nafas, eosinofilia,
dan pada foto Roentgen thoraks terlihat infiltrat yang hilang setelah 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
minggu (Laskey, 2007). Pada stadium dewasa, di usus cacing akan
menyebabkan gejala khas saluran cerna seperti tidak nafsu makan,
muntah-muntah, diare, konstipasi, dan mual, serta dapat menyebabkan
obstruksi ileus. Bila cacing masuk ke saluran empedu makan dapat
menyebabkan kolik atau ikterus. Diagnosis askariasis dilakukan
dengan menemukan telur pada tinja pasien atau ditemukan cacing
dewasa yang keluar lewat anus, hidung, atau mulut (Gandahusada
dkk, 2000; Laskey, 2007).
3. Jambu Biji (Psidium guajava, Linn)
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Suku : Myrtaceae
Marga : Psidium
Spesies : Psidium guajava, Linn (Soedjito, 2008)
b. Morfologi Tanaman
Jambu biji merupakan tanaman yang berasal dari daerah
Amerika Tropik antara Mexico sampai dengan Peru, menyebar ke
daerah Asia oleh pedagang Spanyol dan Portugis (Verheij and
Coronel, 1999). Tinggi tanaman dapat mencapai 10 meter (Heyne,
2001), mulai berbuah antara umur 2 sampai dengan 4 tahun dan umur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
tanaman produktif 30-40 tahun (Verheij dan Coronel, 1999). Jambu
biji banyak ditanam sebagai pohon buah-buahan, sering tumbuh liar
dan terdapat dari dataran rendah sampai 1200 meter di atas permukaan
laut. Tumbuhan ini tumbuh pada tanah yang gembur maupun liat, di
tempat terbuka dan banyak air.
Jenis jambu biji di seluruh dunia ada sekitar 150. Di Indonesia
yang banyak ditanam adalah jenis jambu sukun, jambu susu putih,
jambu apel, jambu australia, jambu palembang, jambu kamboja,
jambu pasar minggu, jambu merah getas, jambu harum manis, jambu
sari, dan jambu tukan. Berdasarkan pada karakteristik beberapa jenis
jambu biji yang ada di masyarakat saat ini, tanaman ini dapat
digolongkan dalam 3 tipe (Yuliani dkk, 2003). Perbedaan karakteristik
dari ketiga tipe jambu biji tersebut dapat diamati pada tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Morfologi 3 Tipe Tanaman Jambu Biji
Karakteristik Tipe Tanaman I II III
Batang Bulat, warna kemerahan
Persegi, warna hijau muda
Persegi, warna kecoklatan
Daun Kemerahan Hijau muda Hijau muda, ujung lancip
Rata-rata panjang daun 13,03 cm 12,94 cm 11,95 cm
Rata-rata lebar daun 6,54 cm 5,94 cm 4,15 cm Rata-rata jumlah tulang daun 16,14 cm 30,53 cm 38,8 cm
Rata-rata panjang tangkai 1,12 cm 0,69 cm 0,73 cm
Jumlah bunga Banyak Satu Satu Warna kulit buah Kekuningan Kuning Hijau Warna daging buah Putih/Merah Kuning Putih/Merah Rasa buah Asam berpasir Manis renyah Manis halus
Sumber: Yuliani dkk (2003)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Gambar 1. Berbagai Jenis Jambu Biji (Sumber: Soedjito, 2008)
c. Kandungan Kimia
Daun jambu biji mengandung tanin, minyak atsiri (eugenol,
minyak lemak, damar, zat samak, triterpinoid, asam apfel) dan
buahnya mengandung asam amino (triptofan, lisin), kalsium, fosfor,
besi, belerang, vitamin A, B1 dan C (Wijayakusuma et al., 1994).
Kandungan vitamin C buah jambu biji sekitar 87 mg/100 g buah, dua
kali lipat dari jeruk manis (49 mg/100 g), serta delapan kali lipat dari
lemon (10,5 mg/100 g). Daun jambu biji mempunyai khasiat sebagai
antidiare, astringen, mengobati sariawan dan menghentikan
perdarahan. Sebagai obat anti diare, jambu biji telah dipasarkan dalam
bentuk jamu modern, bahkan industri farmasi telah memformulasikan
daun jambu biji menjadi obat fitofarmaka yang sudah banyak beredar
di pasaran (Soedjito, 2008). Selain itu, daun jambu biji mempunyai
kandungan senyawa tanin yang besar, yaitu sekitar 90.000-150.000
ppm (Duke, 2009). Akan tetapi, kandungan senyawa tanin yang besar
ini belum banyak dimanfaatkan sebagai antihelmintik.
d. Tanin
Alkaloid tanin merupakan poliphenol tanaman yang larut dalam
air dan dapat menggumpalkan protein (Westerdarp, 2006). Alkaloid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
tanin memiliki efek vermifuga dengan cara merusak protein tubuh
cacing. Hal ini dapat menyebabkan gangguan metabolisme
homeostasis pada cacing sehingga cacing akan mati. (Harvey & John,
2005). Hal ini dimungkinkan karena tanin mempunyai gugus karbonil
yang menyebabkannya mudah terprotonisasi (menjadi ion bermuatan
positif). Ion-ion positif ini kemudian akan menarik ion-ion negatif
pada struktur protein, baik mikroorganisme penyebab diare, maupun
pada organisme lain pada saluran pencernaan manusia (Sutrasno dkk,
2008). Oleh sebab itulah tanin pada jambu biji ini dapat bersifat
sebagai antihelmintik. Efek antihelmintik tanin dapat dilihat secara In
vitro maupun In vivo di dalam tubuh kambing dan domba (Brunet dan
Hoste, 2006; Iqbal dkk 2007; Cenci dkk, 2007; Anthanasiadou dkk,
2001). Tanin juga memiliki aktivitas penghambatan terhadap migrasi
larva cacing pada kambing (Alonso dkk, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
Infusa Daun Jambu biji
(Psidium guajava, Linn)
Tannin
Mendenaturasi Protein
Cacing Gelang Babi
Ascaris suum, Goeze
Gangguan Metabolisme dan
Homeostasis
Variabel luar terkendali Variabel luar tidak terkendali
Umur cacingBesar Cacing
Umur daun jambu biji
Kepekaan cacing Konsentrasi Larutan
Jenis Cacing
Suhu Percobaan
Kematian Cacing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
C. Hipotesis
1. Infusa daun jambu biji (Psidium guajava, Linn) dapat membunuh Ascaris
suum, Goeze In vitro.
2. Peningkatan konsentrasi infusa daun jambu biji (Psidium guajava, Linn)
dapat meningkatkan kematian Ascaris suum, Goeze In vitro.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik yang menggunakan
rancangan penelitian the post test only controlled group design.
B. Lokasi Penelitian
Laboratorium Pusat Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahun Alam
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
C. Subjek Penelitian
Subyek penelitian/hewan uji adalah Ascaris suum, Goeze yang masih
aktif bergerak diperoleh dari usus babi dari tempat penyembelihan Dinas
Pertanian Kota Surakarta.
D. Teknik Sampling
Penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive sampling
dengan cara menyamakan panjang cacing serta tidak membedakan jenis
kelamin cacing. Penentuan besar sampel dihitung dengan rumus Federer:
Keterangan : n = besar sampel t = jumlah kelompok perlakuan (Federer, 1955)
Karena penelitian ini menggunakan 5 kelompok perlakuan, maka:
(n-1)(5-1) ≥ 15
4n ≥ 19
n ≥ 4,75
Masing-masing kelompok akan memiliki sampel sebanyak 5 sampel.
(n ‐1) ( t ‐1) ≥ 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
E. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Konsentrasi infusa daun jambu biji
2. Variabel Tergantung
Jumlah kematian cacing dalam tiap rendaman tiap jam selama 7 jam.
3. Variabel Perancu
a. Variabel perancu yang terkendali
i. Jenis cacing
ii. Ukuran cacing
iii. Suhu percobaan
b. Variabel perancu yang tidak terkendali
1) Umur cacing
2) Variasi kepekaan cacing terhadap larutan uji
3) Umur tanaman jambu biji
F. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Serbuk Daun Jambu Biji
Serbuk daun jambu biji adalah serbuk yang dihasilkan dari daun
jambu biji yang telah dikeringkan dalam oven pada suhu 400C kemudian
dihaluskan dan diayak dengan pengayak nomor 40.
2. Infusa Daun Jambu Biji
Infusa daun jambu biji adalah infusa yang dihasilkan setelah serbuk
daun jambu biji yang kemudian diekstraksi dengan metode infudasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
3. Konsentrasi Infusa Daun Jambu Biji
Konsentrasi infusa daun jambu biji yang digunakan adalah 20%, 40%,
60%, 80% dan 100%.
4. Jumlah Kematian Cacing
Jumlah kematian cacing adalah jumlah cacing yang mati dalam tiap
rendaman pada waktu yang telah ditentukan. Pengamatan dilakukan tiap 1
jam. Cacing dianggap mati apabila disentuh dengan pinset anatomis tidak
ada respon gerakan.
5. Variabel Perancu Terkendali
a. Jenis cacing
Jenis cacing yang digunakan adalah cacing pada usus halus babi
(Ascaris suum, Goeze).
b. Ukuran cacing
Ukuran cacing dikendalikan dengan memilih cacing yang memiliki
panjang antara 30 cm sampai 35 cm
c. Suhu percobaan
Suhu percobaan dikendalikan dengan inkubator bersuhu 370C.
6. Variabel Perancu Tidak Terkendali
a. Umur cacing
Umur cacing merupakan variabel luar yang tidak dapat dikendalikan
karena cacing yang didapat adalah cacing yang berasal dari usus babi
yang tidak dapat dipastikan kapan babi tersebut terinfeksi cacing dan
kapan telur cacing menetas menjadi cacing dewasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
b. Variasi kepekaan cacing terhadap larutan obat yang diujikan
Variasi kepekaan cacing terhadap obat larutan yang diujikan
merupakan variabel luar yang tidak dapat dikendalikan karena
pertumbuhan dipengaruhi oleh banyak faktor.
c. Umur daun jambu biji
Umur daun jambu biji merupakan variabel yang tidak dapat
dikendalikan karena daun merupakan bagian dari tanaman jambu biji
yang selalu beregenerasi. Daun yang telah kering akan rontok dan
digantikan dengan daun baru yang lebih produktif. Oleh karena itu,
sangat sulit untuk mengetahui kapan daun-daun tersebut mulai tumbuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
G. Rancangan Penelitian
1. Penelitian Pendahuluan
Gambar 3. Skema Rancangan Penelitian Pendahuluan
5 ekor cacing Ascaris suum
direndam dalam
25ml NaCl 0,9%
Kelompok kontrol
5 ekor cacing Ascaris suum direndam
dalam 25 ml larutan infusa daun jambu biji
konsentrasi 20, 40, 60, 80, dan 100%
Inkubasi pada suhu 370C Inkubasi pada suhu 370C
Waktu yang didapat digunakan sebagai dasar pada tahap penelitian akhir
Pengamatan dilakukan tiap jam dan dihentikan jika salah satu konsentrasi telah dapat membunuh semua cacing
Kelompok perlakuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2. Tahap Penelitian Akhir
Gambar 4. Skema Rancangan Penelitian Akhir
Direndam dalam larutan garam Fisologis
(NaCl 0,9%)
Mebendazol
Ascaris suum, Goeze
Direndam dalam larutan infusa daun
jambu biji konsentrasi 60%, 80% dan 100%
Direndam dalam larutan pyrantel
pamoate 5 mg / ml
Inkubasi 370 C Inkubasi 370 C Inkubasi 370 C
Pengamatan tiap 1 jam hingga waktu yang
didapat pada penelitian pendahuluan
Semua cacing mati Semua cacing mati Pengamatan tiap 1 jam
hingga waktu yang didapat pada penelitian
pendahuluan
Pengamatan tiap 1 jam hingga waktu yang
didapat pada penelitian pendahuluan
Replikasi 4 kali Replikasi 4 kali Replikasi 4 kali
uji one way ANOVA
uji Post Hoc LSD
Analisis Probit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
H. Alat dan Bahan
1. Cawan petri diameter 10 cm
2. Batang kaca sebagai pengaduk
3. Gelas ukur
4. Pinset anatomis
5. Labu takar
6. Toples untuk menyimpan cacing
7. Inkubator
8. Larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%)
9. Larutan uji dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%
I. Cara Kerja
1. Pembuatan Infusa Daun Jambu Biji
a. Pengambilan Bahan
Daun jambu biji yang akan diinfus didapat langsung dari
B2P2TOT Tawangmangu.
b. Pembuatan Serbuk Daun Jambu Biji
Serbuk daun jambu biji adalah serbuk yang dihasilkan dari
daun jambu biji yang telah dikeringkan dalam oven pada suhu 400C
kemudian dihaluskan dan diayak dengan pengayak nomor 40.
c. Pembuatan Infusa Daun Jambu Biji
Ekstraksi daun jambu biji dilakukan dengan metode infudasi
dan hasil ekstraksi disebut infusa. Infudasi adalah proses penyarian
yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
larut air dan bahan-bahan nabati. Cara ini sangat sederhana dan
sering digunakan oleh perusahaan obat tradisional. Dengan beberapa
modifikasi, cara ini sering digunakan untuk membuat ekstrak.
Infusa dibuat dengan cara :
1) Membasahi 100 gram serbuk daun jambu biji dengan air sebanyak
100 ml.
2) Dipanaskan selama 15 menit pada suhu 900C – 980C dengan
menggunakan panci infudasi.
3) Penyaringan dilakukan pada saat cairan masih panas.
2. Penentuan Konsentrasi Larutan Uji yang Digunakan
Penelitian ini menggunakan larutan infusa daun jambu biji
dengan berbagai macam konsentrasi, yaitu:
Konsentrasi I : 20 ml infusa daun jambu biji + 80 ml NaCl 0,9% →
Larutan infusa daun jambu biji 20%
Konsentrasi II : 40 ml infusa daun jambu biji + 60 ml NaCl 0,9% →
Larutan infusa daun jambu biji 40%
Konsentrasi III : 60 ml infusa daun jambu biji + 40 ml NaCl 0,9% →
Larutan infusa daun jambu biji 60%
Konsentrasi IV : 80 ml infusa daun jambu biji + 20 ml NaCl 0,9% →
Larutan infusa daun jambu biji 80%
Konsentrasi V : 100 ml infusa daun jambu biji → Larutan infusa daun
jambu biji 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3. Langkah Penelitian
a. Tahap Penelitian Pendahuluan
1) 7 buah cawan petri disiapkan, diisi larutan garam fisiologis (NaCl
0,9%) sebanyak 25 ml dan larutan uji dalam 5 konsentrasi (20%,
40%, 60%, 80% dan 100%), dihangatkan dalam inkubator hingga
suhu larutan mencapai 370C.
2) Ke dalam masing-masing cawan petri dimasukkan Ascaris suum,
Goeze sebanyak 5 ekor dan diinkubasi pada suhu 370C.
3) Untuk menentukan cacing tersebut mati atau hidup cacing-cacing
tersebut disentuh dengan pinset. Jika sudah tidak bergerak, maka
cacing dinyatakan mati. Pengamatan dilakukan tiap 1 jam.
4) Waktu kematian dan serial konsentrasi yang dapat menyebabkan
kematian cacing pada uji ini menjadi dasar tahap penelitian.
a. Tahap Penelitian Akhir
1) 5 cawan petri disiapkan, masing-masing diisi larutan NaCl 0,9%
(kontrol negatif), larutan pyrantel pamoate (kontrol positif), dan
larutan uji dalam konsentrasi 60%, 80%, dan 100% sebanyak 25 ml
dan dihangatkan terlebih dahulu pada inkubator hingga suhu
larutan mencapai 370C.
2) Ke dalam masing-masing cawan petri dimasukkan Ascaris suum,
Goeze sebanyak 5 ekor dan diinkubasi pada suhu 370C.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
3) Untuk menentukan cacing tersebut mati atau hidup cacing-cacing
tersebut disentuh dengan pinset. Jika sudah tidak bergerak, maka
cacing dinyatakan mati. Pengamatan dilakukan tiap 1 jam.
4) Hasil pengamatan yang diperoleh tiap 1 jam dicatat.
5) Penelitian direplikasi 4 kali
J. Teknik Analisis Data
Untuk menentukan apakah hasil penelitian ini bermakna atau tidak, data
yang diperoleh akan dianalisis secara statistik dengan Analisis Varian satu
jalan (Anova) dan uji Post Hoc. Uji Anova satu jalan adalah untuk
membandingkan perbedaan mean pada lebih dari 2 kelompok. Setelah itu
untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai perbedaan yang
signifikan digunakan uji Post Hoc. Kemudian untuk mengetahui konsentrasi
optimum yang dapat membunuh cacing digunakan analisis probit (Dahlan,
2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Data Hasil Penelitian
1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan ini dilakukan dengan mengamati jumlah
kematian cacing Ascaris suum serta waktu kematiannya pada perendaman
dalam infusa daun jambu biji dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%,
dan 100%. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan didapatkan hasil
pada tabel berikut ini :
Tabel 2. Hasil Pengamatan Kematian Ascaris suum pada Tiap Konsentrasi dalam Penelitian Pendahuluan
Hasil pengamatan pada penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa
infusa daun jambu biji dengan konsentrasi 100% dapat membunuh semua
cacing dalam waktu 7 jam. Waktu ini menjadi dasar lamanya penelitian
pada tahap penelitian akhir. Selain itu, didapatkan pula bahwa pada
konsentrasi 20% dan 40% tidak didapatkan cacing yang mati. Oleh karena
itu, tahap penelitian akhir hanya digunakan serial konsentrasi 60%, 80%
dan 100%.
Waktu Kematian
(Jam)
Jumlah Kematian Cacing
NaCl 20% 40% 60% 80% 100%
1 0 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 1 2 3 0 0 0 0 1 2 4 0 0 0 0 2 3 5 0 0 0 1 3 4 6 0 0 0 2 3 4 7 0 0 0 2 4 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
2. Penelitian Akhir
Hasil pengamatan penelitian pengaruh infusa daun jambu biji
terhadap kematian Ascaris suum, Goeze in vitro adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Pengamatan Kematian Ascaris suum, Goeze dalam Berbagai Konsentrasi selama 7 Jam pada Penelitian Akhir
Waktu (Jam) Replikasi Jumlah Kematian Cacing
NaCl 60% 80% 100% PP
1
1 0 0 0 3 4 2 0 0 0 2 3 3 0 0 0 2 3 4 0 0 0 3 3
Mean 0 0 0 2,5 3,25
2
1 0 0 1 3 4 2 0 0 0 3 3 3 0 0 1 2 4 4 0 0 0 3 4
Mean 0 0 0,5 2,75 3,75
3
1 0 0 2 4 4 2 0 0 1 3 4 3 0 0 1 3 4 4 0 0 1 3 4
Mean 0 0 1,25 3,25 4
4
1 0 0 3 4 5 2 0 1 2 3 5 3 0 0 3 4 4 4 0 0 3 3 4
Mean 0 0,25 2,75 3,5 4,5
5
1 0 1 3 5 5 2 0 1 3 4 5 3 0 1 4 4 5 4 0 1 3 4 5
Mean 0 1 3,25 4,25 5
6
1 0 1 3 5 5 2 0 2 4 4 5 3 0 1 4 5 5 4 0 2 3 5 5
Mean 0 1,5 3,5 4,75 5
7
1 0 2 4 5 5 2 0 2 4 5 5 3 0 2 5 5 5 4 0 2 3 5 5
Mean 0 2 4 5 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Hasil pengamatan pada penelitian akhir ini didapatkan bahwa pada
konsentrasi 100%, semua cacing mati pada jam ke 7. Sedangkan pada
konsentrasi 60% dan 80% masih didapatkan cacing yang hidup pada jam ke
7. Selain itu, didapatkan pula bahwa pada kelompok kontrol positif semua
cacing telah mati pada jam ke 5. Tabel 3 di atas dapat dibuat dalam bentuk
grafik sebagai berikut:
0
1
2
3
4
5
1 2 3 4 5 6 7
jumlah kematian cacing
(ekor)
waktu (jam)
NaCl
60%
80%
100%
Pyr Pam
Gambar 5. Grafik Jumlah Rata-rata Kematian Cacing dalam Berbagai Konsentrasi pada Penelitian Akhir
Grafik rata-rata jumlah kematian cacing di atas dapat dilihat bahwa
pada setiap jam pengamatan, terdapat peningkatan jumlah kematian cacing
yang sebanding dengan peningkatan konsentrsi infusa daun jambu biji pada
konsentrasi 60% hingga 100%.
B. Analisis Data
Data hasil pengamatan penelitian akhir pada tabel 3 yang berupa
jumlah rata-rata kematian cacing dianalisis dengan menggunakan uji one way
ANOVA apabila memenuhi syarat uji.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
1. Uji one way ANOVA
Sebelum melakukan uji one way ANOVA ada syarat-syarat
yang harus dipenuhi, yaitu distribusi data harus normal dan varians data
harus sama (Dahlan, 2008). Pada uji normalitas dan uji homogenitas
didapat nilai probabilitas (p) seperti pada tabel berikut :
Tabel 4. Nilai Probabilitas (p) Uji Normalitas
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. b. mati is constant when konsentrasi = nacl. It has been omitted.
Tabel 5. Nilai Probabilitas (p) Uji Homogenitas
a. mati is constant when konsentrasi = nacl. It has been omitted. Tabel Uji Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro Wilk di atas
menujukkan nilai probabilitas (p) pada semua kelompok perlakuan
>0,05. Hal ini berarti bahwa data berdistribusi normal. Kemudian pada
tes homogenitas varians, didapatkan nilai probabilitas 0,208 (> 0,05),
sehingga varians data dinyatakan homogen. Oleh karena itu syarat-syarat
untuk penggunaan uji one way ANOVA telah terpenuhi.
Uji one way ANOVA dilakukan untuk menguji apakah
kelompok perlakuan memiliki rerata jumlah kematian cacing yang
Konsentrasi Kolgomorov-Smirnov Shapiro-Wilk 60% 0,134 0,079 80% 0,200 0,374 100% 0,200 0,599
PP 0,200 0,184
Levene Statistic Df1 Df2 Probabilitas 1,632 3 24 0,208
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
berbeda signifikan atau tidak berbeda signifikan secara statistik. Hasil
uji one way ANOVA adalah sebagai berikut :
Tabel 6. Hasil Uji One Way ANOVA ANOVA
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 98.704 4 24.676 26.711 .000
Within Groups 27.714 30 .924
Total 126.418 34 Hipotesis untuk uji one way ANOVA adalah sebagai berikut :
a. H0 : Infusa daun jambu biji tidak mempunyai pengaruh terhadap
kematian Ascaris suum, Goeze.
b. H1 : Infusa daun jambu biji mempunyai pengaruh terhadap
kematian Ascaris suum, Goeze.
Pengambilan keputusan :
1). Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak
2). Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima
Nilai probabilitas pada uji ANOVA tersebut adalah 0,000 atau p
<0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Karena H1 diterima maka
terdapat perbedaan yang signifikan antara kelima rerata kelompok atau
paling tidak terdapat perbedaan jumlah kematian cacing yang signifikan
pada dua kelompok. Untuk mengetahui kelompok yang mempunyai
perbedaan yang signifikan digunakan uji post hoc (Dahlan, 2008).
2. Uji Post Hoc LSD
Hasil Uji Post Hoc LSD adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Tabel 7. Hasil Uji Post Hoc LSD
Kelompok yang dibandingkan
Nilai probabilitas (p)
Signifikan/tidak signifikan H0
NaCl 60% .197 Tidak Signifikan Diterima 80% .000
Signifikan Ditolak 100% .000PP .000
60% NaCl .197 Tidak Signifikan Diterima 80% .007
Signifikan Ditolak 100% .000PP .000
80% NaCl .000
Signifikan Ditolak 60% .007100% .006PP .000
100% NaCl .000Signifikan Ditolak 60% .000
80% .006PP .220 Tidak Signifikan Diterima
PP NaCl .000Signifikan Ditolak 60% .000
80% .000100% .220 Tidak Signifikan Diterima
Hipotesis untuk uji Post Hoc LSD di atas adalah sebagai berikut :
a. H0 : Rerata jumlah kematian cacing antara kelompok yang
dibandingkan memiliki perbedaan yang tidak signifikan
b. H1 : Rerata jumlah kematian cacing antara kelompok yang
dibandingkan memiliki perbedaan yang signifikan.
Pengambilan keputusan uji Post Hoc LSD:
a. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak
b. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0 diterima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Dari tabel uji Post Hoc LSD di atas dapat dilihat bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok NaCl (kontrol
negatif), dengan perlakuan 60%, serta pada kelompok perlakuan 100%
dengan PP (pyrantel pamoate/kontrol positif). Sedangkan konsentrasi
80% dan 100% serta kelompok kontrol positif (larutan pyrantel
pamoate) terdapat perbedaan yang signifikan dengan kelompok kontrol
negatif dan kelompok perlakuan 60%. Hasil selengkapnya uji Post Hoc
LSD di atas dapat dilihat pada lampiran 3.
3. Analisis Probit
Analisis probit digunakan untuk mengetahui konsentrasi infusa
daun jambu biji yang dapat membunuh 50% cacing yang dinyatakan
dengan LC50 serta konsentrasi infusa daun jambu biji yang dapat
membunuh 90% cacing yang dinyatakan sebagai LC90.
Hasil analisis probit didapatkan bahwa LC50 infusa daun jambu
biji adalah 64,764% dan LC90nya adalah 84,782%. Hasil lengkap dari
analisis probit dapat dilihat pada lampiran 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
BAB V
PEMBAHASAN
Untuk mengetahui pengaruh infusa daun jambu biji terhadap kematian
Ascaris suum, Goeze, penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap penelitian
pendahuluan dan tahap penelitian akhir. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk
mengetahui serial konsentrasi infusa daun jambu biji yang dapat membunuh
cacing serta waktu minimal yang diperlukan infusa daun jambu biji untuk
membunuh semua cacing. Waktu tersebut akan digunakan sebagai dasar untuk
tahap penelitian akhir. Selain itu, pada penelitian ini digunakan larutan NaCl 0,9%
sebagai kontrol negatif untuk membuktikan bahwa cacing mati karena infusa daun
jambu biji, serta digunakan pula larutan pyrantel pamoate sebagai pembanding
efektivitas infusa daun jambu biji dalam membunuh cacing Ascaris suum, Goeze
karena pyrantel pamoate merupakan drug of choice untuk askariasis. Pada tahap
penelitian pendahuluan ini didapatkan waktu minimal yang diperlukan infusa
daun jambu biji untuk membunuh semua cacing pada konsentrasi 100% selama 7
jam. Oleh karena itu, pada tahap penelitian akhir digunakan waktu penelitian
selama 7 jam.
Pada tahap penelitian pendahuluan digunakan lima kosentrasi yaitu 20%,
40%, 60%, 80% dan 100%. Ternyata yang dapat membunuh cacing hanya 3
konsentrasi yaitu 60%, 80%, dan 100%. Maka pada penelitian akhir cacing
Ascaris suum, Goeze direndam pada infusa daun jambu biji dengan 3 konsentrasi,
yaitu 60%, 80% dan 100%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Pada data jumlah kematian cacing (tabel 3) dapat dilihat bahwa pada tiap
jam pengamatan, terdapat peningkatan jumlah kematian cacing yang sebanding
dengan peningkatan konsentrasi infusa daun jambu biji pada konsentrasi 60%
hingga 100% yang terlihat pada grafik jumlah kematian cacing (gambar 5). Selain
itu, tampak bahwa jumlah kematian cacing pada larutan pyrantel pamoate lebih
tinggi jika dibandingkan dengan infusa daun jambu biji. Perbedaan ini
menunjukkan bahwa pyrantel pamoate mempunyai kemampuan yang lebih tinggi
untuk membunuh cacing dibandingkan dengan infusa daun jambu biji. Akan
tetapi, untuk perbandingan efektivitas infusa daun jambu biji dengan pyrantel
pamoate secara statistik akan dibahas lebih lanjut pada bagian akhir bab ini.
Hasil penelitian diuji dengan One Way Anova untuk menguji adanya
perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.
Sebaran data menunjukkan sebaran yang normal dan varians data menunjukkan
data yang homogen, sehingga syarat untuk uji anova telah terpenuhi. Pada uji
anova didapatkan nilai probabilitas (p) 0,000 atau < 0,05 yang berati bahwa
terdapat pengaruh infusa daun jambu biji terhadap kematian Ascaris suum, Goeze.
Setelah diketahui adanya perbedaan yang signifikan pada kelompok perlakuan
dengan kelompok kontrol, dilanjutkan dengan uji post hoc untuk mengetahui
kelompok mana yang mempunyai perbedaan yang bermakna.
Hasil analisis post hoc didapatkan perbedaan yang signifikan antara
kelompok perlakuan 80%, 100% dan kontrol positif (pyrantel pamoate) terhadap
kontrol negatif. Hal ini menunjukkan bahwa infusa daun jambu biji dengan
konsentrasi 80% dan 100% serta pyrantel pamoate mempunyai daya bunuh yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
berarti terhadap ascaris suum. Sedangkan pada kelompok perlakuan 60% tidak
didapatkan perbedaan yang bermakna dengan kontrol negatif. Hal ini
menunjukkan bahwa infusa daun jambu biji dengan konsentrasi 60% tidak
mempunyai kemampuan yang berarti untuk membunuh cacing Ascaris suum.
Hasil analisis post hoc menunjukkan pula bahwa kelompok 60% dan 80%
mempunyai perbedaan yang signifikan dengan kelompok kontrol positif, yang
berarti bahwa infusa daun jambu biji dengan konsentrasi 60% dan 80%
mempunyai daya bunuh yang lebih rendah dari pyrantel pamoate. Sedangkan nilai
probabilitas antara infusa daun jambu biji pada konsentrasi 100% dengan larutan
pyrantel pamoate menunjukkan 0,220 (> 0,05). Hal ini berarti bahwa infusa daun
jambu biji dengan konsentrasi 100% tidak mempunyai perbedaan yang bermakna
dengan larutan pyrantel pamoate secara statistik, yang berarti bahwa infusa daun
jambu biji dengan konsentrasi 100% mempunyai efektivitas yang identik dengan
larutan pyrantel pamoate.
Hasil analisis probit didapatkan bahwa toksisitas akut (LC50) infusa daun
jambu biji adalah pada konsentrasi 64,764%, dimana pada konsentrasi tersebut
50% cacing mati dalam waktu yang ditentukan (7 jam). Didapatkan pula bahwa
konsentrasi yang dapat membunuh 90% cacing (LC90) infusa daun jambu biji
adalah 84,782%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Infusa daun jambu biji (Psidium guajava, Linn) dapat membunuh Ascaris
suum, Goeze In vitro
2. Peningkatan konsentrasi infusa daun jambu biji dapat meningkatkan
jumlah kematian Ascaris suum, Goeze In vitro
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh infusa daun
jambu biji (Psidium guajava, Linn) terhadap kematian cacing Ascaris
suum, Goeze In vivo.
2. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut tentang infusa daun jambu biji
(Psidium guajava, Linn) sehingga diharapkan dapat menjadi bahan obat
untuk askariasis.