PENGARUH KARARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH
TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
SELURUH PROVINSI DI INDONESIA
Skripsi
Oleh
FRISKA SHAFIRA
NPM:1441031010
UNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
2018
ABSTRACT
THE EFFECT OF REGIONAL GOVERNMENTCHARACTERISTICS ON THE FINANCIAL PERFORMANCE
OF REGIONAL GOVERNMENT IN ALL PROVINCES OFINDONESIA
by
FRISKA SHAFIRA
This research was intended to know the effect of regional governmentcharacteristics which were proxied on regional scale, regional expense, regionalprosperity and dependence level of central government on the financialperformance of provincial government measured through efficiency ratio. Thesamples of this research were obtained through purposive sampling method andthe selected samples through specified criteria were 21 Provinces in Indonesia in2015-2016 period. The used secondary data were the report of budget realizationand balance sheet which were obtained from Direktorat Jenderal PerimbanganKeuangan or Directorate General of Fiscal Balance. Based on the analysis result,regional scale had positive effect, regional expense had negative effect andregional prosperity as well as dependence level of central government did notaffect the financial performance of all provinces in Indonesia.
Keywords: regional expense,efficiency, regional prosperity, dependence level,financial performance, regional scale
ABSTRAK
PENGARUH KARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAHTERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH
DAERAH SELURUH PROVINSI DI INDONESIA
Oleh
FRISKA SHAFIRA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik pemerintahdaerah yang diproksikan ukuran daerah, belanja daerah, kemakmuran daerah dantingkat ketergantungan pada pemerintah pusat terhadap efisiensi pemerintahdaerah Provinsi di Indonesia. Dalam penelitian ini menggunakan sampel yangdiperoleh dengan menggunakan metode purposive sampling dan dari kriteria yangditentukan diperoleh sampel sebanyak 21 Provinsi di Indonesia periode 2015-2016. Data sekunder yang digunakan adalah laporan realisasi anggaran danlaporan neraca yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.Berdasarkan hasil analisis ukuran daerah berpengaruh positif , belanja daerahberpengaruh negatif dan kemakmuran daerah serta tingkat ketergantungan padapemerintah pusat tidak berpengaruh terhadap efisiensi pemerintah daerah seluruhprovinsi di Indonesia.
Kata kunci: belanja daerah, efisiensi, kemakmuran daerah, kinerja keuangan,tingkat ketergantungan, ukuran daerah
PENGARUH KARARAKTERISTIK PEMERINTAH DAERAH
TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
SELURUH PROVINSI DI INDONESIA
Oleh
FRISKA SHAFIRA
NPM:1441031010
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi
Pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
UNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis memiliki nama lengkap FRISKA SHAFIRA dilahirkan di Jakarta pada
tanggal 03 Mei 1996 yang merupakan anak Pertama dari dua bersaudara pasangan
Bapak Jalal Masrokhin dan Ibu Ratna Hendra Sari.
Pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri
3 Way Urang Kalianda yang diselesaikan pada tahun 2007, Sekolah Menengah
Pertama Negeri (SMPN) 1 Kalianda yang diselesaikan pada tahun 2010, Sekolah
Menengah Atas Negeri (SMAN)1 Kalianda, yang diselesaikan pada tahun 2014.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung pada tahun 2014
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan.” ( QS. Asy Syarh ayat 5-6)
“Jadilah seperti orang asing atau perantauan di dunia ini.” (H.R. Bukhari)
PERSEMBAHAN
Ahamdulillahirobbilalamin
Puji syukur kepada ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya sehingga dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini. Shalawat beriring
salam selalu disanjungagungkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Dengan ketulusan hati kupersembahkan karya sederhana ini
kepada :
Kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda Jalal Masrokhin dan Ibunda
Ratna Hendra Sari yang telah memberikan dukungan moril maupun materil
serta senantiasa mendoakanku dalam setiap zikir dan sujudnya menanti
keberhasilanku.
Adikku tersayang Rahman Azzuri yang selalu memberikan semangat,
menghibur, dan yang selalu mendukung kegiatan-kegiatan yang kujalani.
Seluruh keluarga, sahabat dan teman-temanku yang selalu memberikan
semangat, doa dan dukungan tiada henti.
Almamater Universitas Lampung.
SANWACANA
Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini..
Skripsi dengan judul ”Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah terhadap
Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Seluruh Provinsi di Indonesia” adalah salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
2. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si.,Akt selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E.,M.Si.Akt selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
4. Ibu Dr. Fajar Gustiawaty Dewi, S.E.,M.Si., Akt. selaku Dosen Pembimbing
Utama yang telah memberikan dukungan, saran, dan waktunya selama
penyusunan skripsi;
5. Ibu Yenni Agustina, S.E.,M.Sc., Akt. selaku Dosen Pembimbing Pendamping
yang telah memberikan dukungan, saran, dan waktunya selama penyusunan
skripsi;
6. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E.,M.Si. selaku Dosen Penguji Utama
sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan,
saran, arahan dan waktunya selama penyusunan skripsi;
7. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan bimbingan dan ilmu yang
sangat bermanfaat selama penulis berada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung;
8. Seluruh Karyawan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Terimakasih telah memberikan bantuan dan pelayanan terbaik selama penulis
menempuh pendidikan di Universitas Lampung;
9. Kedua Orangtuaku tercinta Ayahanda Jalal Masrokhin dan Ibunda Ratna
Hendra Sari yang telah memberikan dukungan moril maupun materil serta
senantiasa mendoakanku yang tiada henti dalam setiap zikir dan sujudnya.
10. Adikku tersayang Rahman Azzuri yang selalu memberikan semangat,
menghibur, dan memotivasi penulis untuk menimba ilmu sebanyak dan
setinggi mungkin namun harus tetap dengan kerendahan hati serta semoga
kita bisa menjadi anak yang selalu membahagiakan, membanggakan, dan
mengangkat derajat kedua orangtua kita. Amin.
11. Seluruh keluarga besarku, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Terimakasih atas doa, dukungan, motivasi, dan nasihat yang telah diberikan.
12. Sahabat-sahabat terbaikku seperjuangan sepermainan Santika, revi, yesi,
yulia, dara, hana, tias dan gusti terimakasih telah menjadi teman, sahabat,
keluarga yang selalu ada disaat suka maupun duka.
13. Teman-teman seperjuangan Akuntansi Paralel angkatan 2014. Terima kasih
atas dukungan kebersamaan dan kekompakan sampai saat ini.
14. Keluarga KKN Desa Tanjung Pandan, Siska, kak lila, elok, zarkoni, pipit dan
darma. Terimakasih untuk kerja sama dan pengalaman hidupnya selama 40
hari. Semoga kesuksesan telah menanti kalian di kemudian hari.
15. Terimakasih untuk orang yang sudah terlibat dalam penelitian ini yang
terlewat disebutkan tetapi memiliki arti yang sama pentingnya bagi kehidupan
saya.
Semoga karya ini bermanfaat bagi seluruh pihak dan semoga Allah memberikan
rahmat, hidayah dan ridho-Nya kepada kita semua.
Bandar Lampung, oktober 2018
Penulis,
Friska Shafira
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN…………………………………………………….
1.1. Latar Belakang Masalah..................................................................1.2. Rumusan masalah............................................................................1.3. Batasan Penelitian ..........................................................................1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................1.5. Manfaat Penelitian .........................................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................2.1. Landasan Teori ...............................................................................
2.1.1. Teori Agensi.......................................................................2.2. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah ...........................................2.3. Karakteristik Pemerintah Daerah ...................................................
2.3.1 Ukuran Pemerintah Daerah ...................................................2.3.2 Belanja Daerah .......................................................................2.3.3 Kemakmuran ..........................................................................2.3.4 Tingkat ketergantungan pada pemerintah ..............................
2.4. Penelitian Terdahulu.......................................................................2.5. Pengembangan Hipotesis ................................................................2.6. Kerangka Pemikiran.......................................................................
1
16778
999
111314151616171923
COVER LUARABSTRACTABSTRAKHALAMAN JUDULHALAMAN PERSETUJUANHALAMAN PENGESAHANLEMBAR PERNYATAANRIWAYAT HIDUPPERSEMBAHANMOTTOSANWACANADAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR GAMBAR
3.3.1 variabel dependen...................................................................3.3.2 variabel independen ...............................................................
3.4. Metode pengumpulan data ..............................................................3.5. Metode analisis data......……………….……….....................…….
3.5.1 Uji Asumsi Klasik …………………………………………..3.5.1.1 Uji Normalitas ……………………………………….3.5.1.2 Uji Multikolinieritas …………………………………3.5.1.3 Uji Heterokedastisitas ……………………………….3.5.1.4 Uji Autokorelasi ……………………………………..
3.5.2 Uji Hipotesis ………………………………………………3.5.2.1 Analisis Regresi berganda …………………………..3.5.2.2 Pengujian Koefisien Determinasi ………………….3.5.2.3 Pengujian Koefosien Regresi Parsial ……………….3.5.2.4 Uji Signifikansi Simultan …………………………..
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………..4.1 Seleksi sampel dan Data Penelitian…………………………………4.2 Deskriftif Statistika …………………………………………………4.3 Pengujian Asumsi Klasik …………………………………………..
4.3.1 Uji Normalitas Data …………………………………………..4.3.2 Uji Heterokedastisitas ………………………………………...4.3.3 Uji multikolinearitas ………………………………………….4.3.4 Uji Autokorelasi ………………………………………………
4.4 Pengujian Hipotesis …………………………………………………4.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda …………………………….4.4.2 Uji Hipotesis (Uji t) …………………………….…………….4.4.3 Uji Koefisien Regresi secara bersama-sama ( Uji F) ….……..
4.5 Pembahasan …………………………………………………………
V. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………...5.1 Simpulan dan Saran Penelitian …...………………………………...5.2 Keterbatasan Penelitian …………………………………………….
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN
242424252525282829293030313131323233
34343537383940414242454748
535355
III. METODE PENELITIAN .....................................................................3.1. Jenis Penelitian.................................................................................3.2. Populasi dan sampel ........................................................................3.3. Definisi dan Oprasional Variabel .............................................…...
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ……………….............................................
Tabel 4.1. Sampel Penelitian .......................................................................
Tabel 4.2. Statistik Deskriptif .......................................................................
Tabel 4.3. Hasil Uji Norma;itas Kormogorov Smirnov .................................
Tabel 4.4. Hasil Uji Multikolinearitas ...........................................................
Tabel 4.5. Hasil Uji Autokorelasi ..................................................................
Tabel 4.6. Koefisien Regresi ..........................................................................
Tabel 4.7. Hasil Uji Koefisien Determinasi....................................................
Tabel 4.8. Hasil Uji t ......................................................................................
17
35
36
39
41
42
43
44
45
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran penelitian …………..………...…............
Gambar 4.1 PP Plot standardized residual …………………………………
Gambar 4.2. Hasil uji heterokedastisitas dengan Scatterplot ……………….
23
38
40
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam peningkatan otonomi daerah di Indonesia fenomena yang ada pada saat ini
memperlihatkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi pada tuntutan tata kelola
pemerintahan yang baik ( good governance) pemerintah didorong oleh
masyarakat agar memiliki kinerja yang lebih efektif dan efisien dari tahun tahun
sebelumnya, dengan ini membuktikan adanya tuntutan masyarakat pada
transparansi pengelolaan keuangan pemerintah. Undang undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang pemerintah daerah bahwa otonomi daerah telah memberikan hak,
wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Dari otonomi daerah masyarakat berharap dapat terciptanya
efesiensi dan efektifitas pengelolaan sumberdaya daerah, kualitas pelayanan
umum dan kesejahteraan rakyat meningkat, serta membudayakan dan
menciptakan ruang bagi rakyat untuk ikut membantu dalam proses pembangunan.
2
Sampai saat ini telah lebih dari satu dekade pelaksanaan otonomi daerah,
penerapan kebijakan otonomi daerah dari pemerintah pusat ternyata belum dapat
berjalan dengan baik, karena masih banyak terjadi kesenjangan antar daerah di
Indonesia. Pengukuran kinerja merupakan salah satu cara untuk dapat terciptanya
tata pemerintahan yang baik (Halacmi, 2005). Pada dasarnya perkiraan kinerja
keuangan pemerintah daerah tidak hanya sebagai bentuk pengendalian, tetapi juga
membantu semua pengguna laporan keuangan pemerintah daerah termasuk
masyarakat untuk dapat mengevaluasi kinerja pemerintah daerah (Kusuma, 2017).
Pada era otonomi daerah yang belum baik kinerja keuangan pemerintah daerah
menjadi permasalahan yang harus segera diselesaikan. Kinerja bahkan lebih
menurun dibanding sebelum otonomi (Sunardi 2016). Permasalahan tata kelola
pemerintahan yang baik pada pemerintah daerah di Indonesia belum
memperlihatkan ke arah yang lebih baik. Hal tersebut terbukti dengan masih
banyak kasus korupsi dan upaya-upaya untuk mereformasi birokrasi. Menarik
untuk diteliti lebih lanjut apakah dalam pemerintahan ada permasalahan
governance dalam pencapaian kinerja keuangan. Transparansi dan akuntabilitas
kinerja keuangan pemerintah daerah yang dituntut menjadi sorotan masyarakat
(Aziz, 2014). Penelitian ini menguji secara empiris pengaruh karakteristik
pemerintah daerah terhadap kinerja keuangan di Indonesia.
Sebagai usaha dalam peningkatan efisiensi dan efektivitas penyelengaraan
otonomi daerah, maka menitikberatkan pada provinsi, karena provinsi
berhubungan dengan seluruh kabupaten di tiap daerah yang berhubungan
langsung dengan masyarakat. Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola
keuangannya dapat dilihat pada anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD)
3
yang memperlihatkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai semua
kegiatan pembangunan.
Dalam penelitian ini karakteristik pemerintah daerah yang digunakan yaitu ukuran
pemerintah daerah, kemakmuran pemerintah daerah, tingkat ketergantungan pada
pemerintah pusat dan belanja daerah. Peneliti menggunakan faktor tersebut karena
dari penelitian sebelumnya terdapat pengaruh yang berbeda-beda.
Kusuma (2017) melakukan penelitian tentang pengukuran kinerja keuangan
pemerintah daerah menggunakan faktor belanja daerah dan kemakmuran
menunjukkan bahwa bepengaruh positif dalam pengukuran kinerja keuangan
pemerintah daerah. Sedangkan menurut Kusumawardani (2012), faktor yang
dapat mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah yaitu ukuran (size)
pemerintah daerah dan ukuran legislatif yang menunjukan bahwa terdapat
pengaruh dalam pengukuran kinerja keuangan. Dalam beberapa penelitian
terdapat empat karakteristik pemerintah daerah yang sering muncul dalam
mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah yaitu ukuran (size)
pemerintah daerah, kemakmuran (wealth), tingkat ketergantungan pada
pemerintah pusat dan belanja daerah. Masih adanya ketidakkonsistenan dari hasil
penelitian terdahulu dalam suatu penelitian terdapat faktor yang terbukti
berpengaruh , tetapi tidak terbukti berpengaruh dalam penelitian lain.
Berdasarkan efisiensi ukuran (size) suatu daerah apabila memiliki ukuran yang
lebih besar maka kinerja nya semakin tidak efisien karna besar nya ukuran daerah
yang diproksikan dengan total aset akan membuat pengeluaran daerah semakin
besar. Penelitian yang dilakukan oleh Aziz (2014), dan Kusumawardani (2012)
4
menunjukan bahwa ukuran (size) pemerintah daerah berpengaruh positif terhadap
kinerja keuangan pemerintah daerah sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Kusuma (2017) serta Noviyanti dan Kiswanto (2016) menunjukan bahwa ukuran
(size) pemerintah daerah tidak berpengaruh terhadap kineja keuangan pemerintah
daerah.
Berdasarkan efisiensi semakin besar total belanja daerah yang yang dimiliki oleh
suatu daerah dapat membuat kinerjanya semakin tidak efisien karna pengeluaran
belanja daerah yang digunakan akan semakin banyak. Namun menurut Noviyanti
dan Kiswanto (2016) banyaknya belanja daerah yang dikeluarkan oleh pemerintah
daerah dapat mempermudah pemerintah daerah tersebut untuk menjalankan
pogram pembangunan yang telah dirancang didaerahnya. Penelitian yang
dilakukan oleh Aziz(2014) Noviyanti dan Kiswanto (2016), serta Kusuma (2017)
menunjukan bahwa belanja daerah berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Meilina dkk. (2016)
serta Suryaningsih dan Sisdyani (2016) menunjukan bahwa belanja daerah tidak
berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.
Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan dana transfer dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan daerahnya.
Sehingga menunjukan bahwa DAU yang diterima pemerintah daerah bergantung
pada pemerintah pusat akan memperlihatkan semakin kuat pemerintah daerah
bergantung pada pemerintah pusat untuk memenuhi kebutuhan daerahnya.
Menurut Noviyanti dan Kiswanto tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat
yang dilihat dari dana alokasi umum berpengaruh terhadap kinerja keuangan
5
pemerintah daerah sedangkan menurut Suryaningsih dan Sisdyani (2016), Meilina
dkk (2016), serta Kusuma (2017) menyatakan bahwa tingkat ketergantungan
pada pemerintah pusat tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah
daerah.
Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (2017) menunjukan bahwa kemakmuran
berpengaruh terhadap kinerja keuangan sedangkan menurut Suryaningsih dan
Sisdyani (2016) serta Kusumawardani (2012) kemakmuran tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu pada penggunaan
variabel dan sampel yang digunakan. Penelitian ini menggunakan sampel seluruh
provinsi di Indonesia sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Aziz (2016) dan
Kusuma (2017) dilakukan di Provinsi Jawa Timur sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Kusumawardani (2012) serta Noviyanti dan Kiswanto (2016)
menggunakan sampel seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
Penelitian ini hanya terbatas menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap
efisiensi pemerintah daerah. Menilai efisiensi atas pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat dapat menjadi tolak ukur dalam pengukuran kinerja
pemerintah daerah. Pengertian efisiensi berhubungan erat dengan konsep
produktivitas. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan
antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of output).
Pross kegiatan operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil
kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang
serendah rendahnya ( spending well) Mardiasmo (2009:131). Perhatian yang
6
tinggi pada pengukuran kinerja disebabkan oleh opini bahwa pengukuran kinerja
dapat meningkatkan efisiensi, produktifitas, penghematan dan keefektifan pada
organisasi sektor publik (Halacmi, 2005). Pengukuran kinerja dapat memberikan
umpan balik yang akan menjadi perbaikan yang berkelanjutan agar mencapai
tujuan di masa mendatang (Bastian, 2006). Karakteristik pemerintah daerah
merupakan ciri-ciri khusus yang melekat pada daerah, menandai sebuah daerah,
dan membedakan dengan daerah lain. Dengan demikian, perbedaan karakteristik
antar daerah satu dengan daerah lainnya dapat mempengaruhi kinerja keuangan
pemerintah daerah. Menurut Sumarjo, 2010 ( dalam Kusuma, 2017), dalam
mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah karakteristik daerah dapat menjadi
prediktor yang baik. Dari uraian latar belakang tersebut penulis tertarik melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap
Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Seluruh Provinsi di Indonesia”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah ukuran (Size) pemerintah daerah berpengaruh terhadap efisiensi
pemerintah daerah?
2. Apakah Belanja Daerah berpengaruh terhadap efisiensi pemerintah daerah ?
3. ApakahTingkat Ketergantungan Pada Pemerintah Pusat berpengaruh terhadap
efisiensi pemerintah daerah ?
7
4. Apakah Kemakmuran pemerintah daerah berpengaruh terhadap efisiensi
pemerintah daerah?
1.3 Batasan Masalah
Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya penyimpangan
maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut lebih terarah dan
memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian akan tercapai.
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang diukur hanya
berdasarkan efisiensi.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh
karakteristik pemerintah daerah terhadap kinerja keuangan diindonesia dan untuk
menganalisis:
1. Apakah Ukuran (Size) pemerintah daerah berpengaruh terhadap efisiensi
Pemerintah Daerah seluruh provinsi di Indonesia
2. Apakah Belanja Daerah berpengaruh terhadap efisiensi pemerintah daerah
seluruh provinsi di Indonesia
3. ApakahTingkat Ketergantungan Pada Pemerintah Pusat berpengaruh terhadap
efisiensi pemerintah daerah seluruh provinsi di Indonesia
8
4. Apakah Wealth pemerintah daerah berpengaruh terhadap efisiensi pemerintah
daerah seluruh provinsi di Indonesia
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan
kepada pemerintah daerah dalam hal mengenai karakteristik pemerintah daerah
agar dapat meningkatkan efisiensi daerahnya.
2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi para masyarakat maupun
para stakeholder untuk mengetahui tingkat efisiensi pemerintah daerah serta
dapat digunakan sebagai alat pengawasan dan evaluasi kinerja pemerintah
daerah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)
Teori utama yang menjadi dasar mengenai pengaruh karakteristik pemerintah
daerah terhadap efisiensi pemerintah daerah dijelaskan pada teori agensi. Jensen,
1976 (dalam Kusuma, 2017) menyatakan bahwa hubungan agensi sebagai sebuah
kontrak dimana satu atau lebih (prinsipal) menyewa orang lain untuk melakukan
beberapa jasa untuk kepentingan mereka dengan mendelegasikan beberapa
wewenang pembuatan keputusan kepada agen. Prinsip utama teori ini menyatakan
terdapat dua pihak yang melakukan kesepakatan atau kontrak, yakni pihak yang
memberikan wewenang atau kekuasaan (disebut prinsipal) dan yang menerima
wewenang (disebut agen).
Yang menjadi acuan utama dalam penelitian ini adalah teori keagenan yang dapat
menjelaskan konflik yang terjadi antara pemerintah daerah dan masyarakat yang
diwakili oleh DPRD, berkaitan dengan kebijakan keuangan daerah. Terjadinya
10
konflik karena adanya perbedaan kepentingan dari kedua belah pihak yang
berkaitan pada suatu kontrak. Dalam kontrak tersebut pemerintah selain
memaksimalkan keuntungan prinsipal juga bertujuan untuk memenuhi
kepentingannya.
Dalam penelitian ini kaitan teori agensi dapat dilihat melalui hubungan antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah dan juga hubungan masyarakat
dengan pemerintah daerah. Hubungan antara masyarakat dengan pemerintah
adalah seperti hubungan antara principal dan agen. DPRD yang mewakili
masyarakat adalah principal dan pemerintah adalah agen. Agen diharapkan dalam
memilih kebijakan keuangan yang dapat menguntungkan prinsipal. Prinsipal
memiliki wewenang mengatur agen, dan memberikan sumberdaya kepada agen
berupa pajak, retribusi, dana perimbangan, hasil pengelolaan kekayaan daerah
dan lain lain pendapatan yang sah (Suryaningsih dan Sidyani, 2016).
Sebagai pihak yang menerima wewenang pemerintah daerah harus menjalankan
roda pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat, wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk dinilai
apakah pemerintah daerah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik atau tidak.
Masalah keagenan akan muncul apabila keputusan agen merugikan bagi prinsipal.
Pemerintah juga harus menetapkan strategi tertentu agar dapat memberikan
pelayanan terbaik untuk publik sebagai pihak prinsipal (Kusuma,2017). Pihak
prinsipal tentu mengiginkan hasil kinerja yang baik dari agen dan kinerja tersebut
salah satunya dapat dilihat dari laporan keuangan dan pelayanan yang baik,
sedangkan bagaimana laporan keuangan dan pelayanan yang baik tergantung dari
strategi yang diterapkan oleh pihak pemerintah. Apabila kinerja pemerintahan
11
baik, maka masyarakat akan mempercayai pemerintah. Jadi pemilihan strategi
akan berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat sebagai pihak prinsipal
terhadap pemerintahan sebagai agen (Aziz, 2014).
2.2 Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Bastian (2006) mendefinisikan kinerja sebagai gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam
perumusan skema strategis (stategic planning) suatu organisasi. Adapun arti dari
penilaian kinerja menurut Mardiasmo (2009) ‘’yaitu penentuan secara priodik
efektifvitas oprasional suatu organisasi, bagian organisasi, karyawan berdasarkan
sasaran, standar, dan kreteria yang telah ditetapkan sebelumnya”. Suatu organisasi
sektor publik dikatakan mempunyai kinerja (performance) yang baik jika segala
aktivitasnya berada dalam kerangka anggaran dan tujuan yang ditetapkan serta
dalam jangka panjang mampu mewujudkan strategi yang dipunyai( Nordiawan,
2006) dan menurut keputusan menteri dalam negeri nomor 29 tahun 2002 yang
sekarang berubah manjadi permendagri nomor 13 tahun 2006 tentang pedoman
pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah serta tata cara
penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah, pelaksanaan tata usaha
keuangan daerah dan penyusunan perhitungan Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah (APBD), bahwa tolak ukur kinerja merupakan komponen lainya yang
harus dikembangkan untuk dasar pengukuran kinerja keuangan dalam sistem
anggaran kinerja.
12
Penelitian yang dilakukan Aziz (2016) mengungkapkan bahwa kinerja diartikan
sebagai kegiatan terukur dari suatu entitas dalam waktu tertentu sebagai bagian
dari tingkat keberhasilan pekerjaan. Pengukuran kinerja (performance
measurement) adalah proses pengawasan secara berkala dan pelaporan capaian
kegiatan, khususnya kemajuan atas tujuan yang direncanakan (Westin, 1998
dalam Aziz). Ketertarikan terhadap pengukuran kinerja disebabkan oleh pendapat
bahwa pada organisasi sektor publik pengukuran kinerja dapat meningkatkan
efisiensi, produktifitas, penghematan dan keefektifan (Halacmi, 2005).
Pengukuran kinerja dapat memberikan umpan balik yang akan menjadi perbaikan
yang berkelanjutan agar mencapai tujuan di masa mendatang (Bastian, 2006).
Mardiasmo (2009:131) menyatakan bahwa value for money merupakan inti
pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah. Kinerja pemerintah tidak dapat
dinilai dari sisi output yang dihasilkan saja, akan tetapi harus mempertimbangkan
input, output, dan outcome secara bersama sama. Value for money atau yang
dikenal dengan 3E (ekonomi, efisiensi, efektivitas). Ekonomi adalah hubungan
antara pasar dan masukan (cost of input). Dengan kata lain, ekonomi adalah
praktik pembelian barang dan jasa input dengan tingkat kualitas tertentu pada
harga terbaik yang memungkinkan (spending less). Pengertian efisiensi
berhubungan erat dengan konsep produktivitas. Pengukuran efisiensi dilakukan
dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input
yang digunakan (cost of output). Proses kegiatan operasional dapat dikatakan
efisien apabila suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan
penggunaan sumber daya dan dana yang serendah rendahnya (spending well).
Pengertian efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau
13
target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran
dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan
efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan
(spending wisely).
2.3 Karakteristik Pemerintah Daerah
Karakteristik adalah ciri-ciri tersendiri yang dimiliki dan berbeda dari yang lain .
Pada sektor swasta, karakteristik perusahaan didefinisikan sebagai ciri-ciri
tersendiri yang berada pada perusahaan, menandai perusahaan, dan
membedakannya dengan perusahaan yang lain. Sumarjo, 2010 dalam Kusuma
(2017) menyatakan bahwa terdapat pengaruh karakteristik perusahaan terhadap
kinerja keuangan perusahaan, yang diikuti dalam sektor publik karakteristik bisa
menjadi tolak ukur yang baik dalam mengukur kinerja pemerintah daerah.
Sehingga antara daerah satu dengan daerah lainnya terdapat perbedaan
karakteristiknya diasumsikan memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah.
Karakteristik pemerintah daerah adalah ciri tersendiri yang ada pada suatu daerah
yang bisa membedakannya dengan daerah lain. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa antara daerah satu dengan daerah lainnya yang memiliki perbedaan
karakteristik terdapat pengaruh pada kinerja keuangan pemerintah daerah
(Sumarjo, 2010 dalam Suryaningsih dan sisdyani, 2016).
14
2.3.1 Ukuran (Size) Pemerintah Daerah
Ukuran adalah suatu indikator untuk mengetahui seberapa besar, sedang atau kecil
suatu objek tertentu. Jika objek tertentu dikaitkan dengan instansi atau organisasi,
ukuran dapat dilihat secara langsung (fisik) maupun tidak langsung. Kusuma
(2017) menyatakan bahwa besar (ukuran) perusahaan dapat dinyatakan dalam
total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva,
penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan.
Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat
mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka akan
semakin banyak modal yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin
banyak perputaran uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar
pula ia dikenal dalam masyarakat. Ukuran yang besar dalam pemerintah akan
memberikan kemudahan kegiatan operasional dan mempermudah dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu kemudahan dibidang
operasional juga akan memberi kelancaran dalam memperoleh Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang akan meningkatkan kinerja, semakin besar ukuran (size)
pemerintah daerah maka semakin baik kinerja keuangan pemerintah daerah
tersebut. Pemerintah daerah yang memiliki ukuran besar memiliki tekanan yang
besar untuk melakukan pengungkapan kinerja keuangan (Kusumawardani, 2012).
15
2.3.2 Belanja Daerah
Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, belanja modal merupakan belanja Pemerintah
Daerah yang manfaatnya melebihi 1 tahun anggaran dan akan menambah aset atau
kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin
seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum. Belanja
modal digunakan untuk memperoleh aset tetap pemerintah daerah seperti
peralatan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya.
Belanja daerah dimaksudkan untuk mendapatkan aset tetap pemerintah daerah,
seperti peralatan, bangunan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Secara teoritis
ada tiga cara untuk memperoleh aset tetap tersebut, yakni dengan membangun
sendiri, menukarkan dengan aset tetap lain, dan membeli. Namun, untuk kasus di
pemerintahan, biasanya cara yang dilakukan adalah dengan cara membeli. Proses
pembelian yang dilakukan umumnya dilakukan melalui sebuah proses lelang atau
tender yang cukup rumit (Abdulah, 2006).
Aset tetap yang dimiliki sebagai akibat adanya belanja modal merupakan
prasayarat utama dalam memberikan pelayanan publik oleh pemerintah daerah.
Untuk menambah aset tetap, pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam
bentuk anggaran belanja modal dalam APBD. Alokasi belanja modal ini
didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk
kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik.
Biasanya setiap tahun diadakan pengadaan aset tetap oleh pemerintahan daerah,
sesuai dengan prioritas anggaran dan pelayanan publik yang memberikan dampak
jangka panjang secara finansial (Abdulah, 2006).
16
2.3.3 Kemakmuran ( Wealth)
Kemakmuran adalah kesanggupan dalam mencukupi kebutuhan. Kemakmuran
suatu negara dapat diukur dengan berbagai macam ukuran yang berbeda beda
karena setiap orang memiliki pandangan hidup yang tidak sama sehingga ukuran
dari kesejahteraan juga akan berbeda (Kusumawardani, 2012). Kemakmuran
pemerintah daerah dapat dilihat dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), peningkatan
PAD merupakan faktor pendukung dari kinerja ekonomi makro. Pertumbuhan
yang positif mendorong adanya investasi sehingga secara bersamaan investasi
akan mendorong adanya perbaikan infratruktur daerah. Infrastruktur daerah yang
baik serta investasi yang tinggi akan meningkatkan PAD pemerintah daerah
tersebut. Pendapatan asli daerah (PAD) merupakan semua penerimaan yang
berasal dari sumber ekonomi asli daerah.
2.3.4 Tingkat Ketergantungan Pada Pemerintah Pusat
Tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat berbeda-
beda yang dilihat dari penerimaan dana alokasi umum (Noviyanti dan Kiswanto,
2016). Dana Alokasi Umum merupakan salah satu dari dana perimbangan.
Undang-Undang Nomor. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menyebutkan bahwa dana alokasi
umum adalah dana yang bersumber dari pendapatan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi. Tujuan pemberian Dana Alokasi Umum(DAU)
17
tersebut adalah untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah dengan
daerah dan antar daerah, serta meningkatkan kapasitas daerah dalam menggali
potensi ekonomi daerah.
2.4 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Penulis Judul Variabel Kesimpulan
1 Kusuma (2017) Pengaruh karakteristik
pemerintah daerah terhadap
efisiensi kinerja keuangan
pemerintah daerah (Jawa
Timur)
Ukuran (size),
Kemakmuran (Wealth),
Tingkat ketergantungan
pada pemerintah pusat,
Leverage, Belanja
Daerah
Ukuran pemerintah daerah tidak
memiliki pengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah
berdasarkan rasio efisiensi pada
kabupaten/kota di Provinsi Jawa
Timur, Kemakmuran yang
diproksikan dengan PAD memiliki
pengaruh positif terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah
berdasarkan rasio efisiensi kinerja
pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa
Timur, Tingkat ketergantungan pada
pemerintah pusat tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah berdasarkan rasio
efisiensi kinerja pada kabupaten/kota
di Provinsi Jawa Timur, Leverage
tidak memiliki pengaruh terhadap
kinerja keuangan pemerintah daerah
18
daerah berdasarkan rasio efisiensi
kinerja pada kabupaten/kota di
Provinsi Jawa Timur, Belanja daerah
memiliki pengaruh positif terhadap
kinerja keuangan pemerintah daerah
berdasarkan rasio efisiensi kinerja
pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa
Timur.
2 Aziz (2014) Pengaruh Karakteristik
pemerintah daerah terhadap
kinerja keuangan
pemerintah daerah se jawa
Timur
Ukuran
(size),intergovermental
revenue, belanja daerah
Terdapatnya pengaruh ukuran (size)
pemerintah daerah terhadap kinerja
pemerintah daerah,
Intergovermentalrevenue
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah, adanya
pengaruh belanja daerah terhadap
kinerja keuangan pemerintah daerah
3 Suryaningsih
dan Sisdyanti
(2016)
Karakteristik Pemerintah
Daerah dan Opini Audit
Pada Kinerja Kuangan
Pemerintah Daerah
(seindonesia)
kemakmuran
pemerintah daerah,
tingkat ketergantungan
pada pemerintah pusat,
belanja modal daerah,
dan status daerah dan
opini audit
kemakmuran pemerintah daerah tidak
berpengaruh pada kinerja pemerintah
daerah, Status daerah tidak
berpengaruh pada kinerja pemerintah
daerah, Belanja modal daerah tidak
berpengaruh pada kinerja pemerintah
daerah, Opini audit BPK RI
berpengaruh pada kinerja pemerintah
daerah
4 Meilina,
Hapsari, dan
Dillak (2016)
Pengaruh karakteristik
pemerintah daerah dan hasil
pemeriksaan BPK Terhadap
kinerja Keuangan
pemerintah daerah
Tingkat kekayaan
daerah , Belanja daerah,
tingkat ketergatungan
pada pemerintah pusat,
dan opini audit
PAD berpengaruh positif signifikan
terhadap Kinerja Pemerintah Daerah.
Belanja Daerah tidak berpengaruh
terhadap Kinerja Pemerintah Daerah.
DAU tidak berpengaruh terhadap
Kinerja Pemerintah Daerah. Opini
Audit tidak berpengaruh terhadap
19
2.5 Pengembangan hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menjawab rumusan masalah, yaitu menguji
apakah karakteristik pemerintah daerah berpengaruh efisiensi pemerintah daerah
di Indonesia. Karakteristik Pemerintah daerah terdiri dari ukuran (size) pemerintah
Kinerja Pemerintah Daerah.
5 Nur ade
Noviyanti,
Kiswanto (2016)
Pengaruh Karakteistik
Pemeintah Daerah dan
Temuan Audit BPK
Terhadap Kinerja
Keuangan Pemerintah
Daerah
Ukuran (Size), Tingkat
Kekayaan Daerah,
Ukuran Legislatif,
Tingkat ketergantungan
pada pemerintah pusat,
Belanja daerah dan
Temuan Audit
Tingkat ketergantungan pada
pemerintah pusat, belanja daerah,
berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah
berdasarkan rasio efisiensi,
kemakmuran (wealth) dan Ukuran
legislatif, Tingkat kekayaan daerah,
Temuan audit dan Ukuran
Pemerintah daerah tidak terpengaruh
terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah berdasarkan rasio
efisiensi, ukuran legislatif
berpengaruh negatif terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah
berdasarkan rasio efisiensi.
6 Media
Kusumawardani
(2012)
Pengaruh size,
kemakmuran, ukuran
legislatif, leverage terhadap
kinerja keuangan
pemerintah daerah di
Indonesia
Size, kemakmuran,
ukuran legislatif dan
legerage
Size, ukuran legislatif berpengaruh
terhadap kinerja keuangan daerah
berdasarkan rasio kemandirian,
Kemakmuran dan leverage tidak
berpengaruh terhadap kinerja
keuangan daerah berdasarkan rasio
kemandirian.
20
daerah, Belanja daerah, Kemakmuran (Wealth) dan Tingkat Ketergantungan Pada
Pemerintah Pusat.
Berikut ini merupakan pengembangan hipotesis yang dilakukan:
1. Pengaruh Ukuran (Size) Pemerintah Daerah Terhadap Efisiensi
Pemerintah Daerah
Ukuran pemerintah daerah merupakan suatu tolak ukur dalam mengetahui
seberapa besar, sedang atau kecilnya suatu daerah ( Kusuma, 2017).
Menurut Marfiana dan Kurniasih dalam Nugroho dan Prasetyo (2018)
daerah yang mempunyai total aset atau ukuran yang lebih besar tidak
mempermudah peran pemerintah untuk mengalokasikan aset-aset tersebut
secara langsung. Sehingga pemerintah daerah dengan aset dan kekayaan
yang jumlahnya lebih tinggi pasti memiliki tekanan yang tinggi pula dari
masyarakat untuk lebih baik dalam mengalokasikan dan menggunakan
segala sumber daya yang dimilikinya dalam memperbaiki kinerja.
Sehingga penulis, menyimpulkan ukuran pemerintah daerah dapat dilihat
dari total aset pemerintah daerah, berdasarkan efisiensi ukuran (size) suatu
daerah apabila memiliki ukuran yang lebih besar maka kinerjanya semakin
tidak efisien karna besarnya ukuran daerah yang diproksikan dengan total
aset akan membuat pengeluaran daerah semakin besar
Dari uraian di atas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:
H1 : Ukuran (size) pemerintah daerah berpengaruh negatif terhadap
efisiensi pemerintah daerah
21
2. Pengaruh Belanja Daerah terhadap Efisiensi Pemerintah Daerah
Belanja daerah merupakan kewajiban daerah yang menjadi pengurang
kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Nugroho dan
Prasetyo,(2018) menyatakan bahwa belanja pemerintah daerah yang
mengalami peningkatan yang lebih besar belum tentu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Belanja pemerintah daerah dirasa masih sangat
kurang dalam meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Yang berakibat dari jumlah belanja daerah yang dikeluarkan oleh
pemerintah daerah lebih dipergunakan untuk pengeluaran pengeluaran
seperti belanja pegawai bukan belanja modal dan infrastruktur yang dapat
meningkatkan kinerja (Arowana dalam Nurgroho dan Prasetyo, 2018).
Sehingga sehingga penulis menyimpulkan semakin tinggi pengeluaran
daerah akan membuat kinerja keuangan semakin tidak efisien.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis pada penelitian ini adalah :
H2 : Belanja daerah berpengaruh negatif terhadap efisiensi pemerintah
daerah.
3. Pengaruh Kemakmuran ( Wealth) terhadap Efisiensi pemerintah
daerah
Kemakmuran daerah dapat dinyatakan dengan jumlah pendapatan asli
daerah (PAD). PAD adalah semua penerimaan daerah yang berasal dari
sumber ekonomi asli daerah yang digunakan untuk membiayai
pembanguan infrastruktur daerah sebagai bentuk pelayanan publik
(Kusuma, 2017). Armaja, Ibrahim dan Aliamin menyatakan bahwa
22
kekayaan daerah berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan daerah.
Semakin besar kontribusi PAD pada suatu daerah maka semakin tinggi
tingkat kemakmuran daerah dan akan mengalami peningkatan kualitas
pelayanan publik (Kusuma, 2017) . Sehingga penulis menyimpulkan
semakin besar kontribusi PAD dalam suatu daerah maka kebutuhan daerah
untuk dipenuhi akan meningkat dan membuat anggaran semakin tidak
efisien. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis pada penelitian ini
adalah:
H3:Kemakmuran (Wealth) berpengaruh negatif terhadap efisiensi
pemerintah daerah.
4. Pengaruh Tingkat Ketergantungan Pada Pemerintah Pusat terhadap
Efisiensi Pemerintah Daerah
Tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat dapat dilihat dari Dana
Alokasi Umum (DAU). Armaja, Ibrahim dan Aliamin menyatakan bahwa
dana perimbangan berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah. Suryaningsih dan Sisdyani (2016) menyatakan bahwa
DAU merupakan dana transfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan daerahnya. Hal tersebut
menunjukkan dalam memenuhi kebutuhan daerahnya pemerintah daerah
bergantung pada pemerintah pusat terlihat semakin kuat karena DAU yang
diterima dari pemerintah pusat. Berdasarkan uraian tersebut, maka
hipotesis pada penelitian ini adalah :
23
H4 : Tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat berpengaruh negatif
terhadap efisiensi pemerintah daerah
2.6 Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini, variabel independen yang digunakan yaitu karakteristik
pemerintah daerah yang terdiri dari ukuran (size) pemerintah daerah, Belanja
Daerah , Kemakmuran (Wealth), Tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat
dan Latar belakang Pendidikan Kepala daerah . Sedangkan variabel dependen
yang akan diukur dalam penelitian ini yaitu Efisiensi pemerintah daerah. Secara
ringkas, kerangka pemikiran di atas akan digambarkan melalui model penelitian
sebagai berikut.
Variabel Independen(X) Variabel Dependen(Y)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Karakteristik PemerintahDaerah
Ukuran PemerintahDaerah (X1)
Belanja Daerah(X2)
Kemakmuran(wealth )(X3)
TingkatKetergantunganPada Pemerintah
Pusat (X4)
Kinerja KeuanganPemerintah Daerah
(Efisiensi)
(Y)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yang digunakan oleh peneliti berupa laporan keuangan pemerintah
daerah seluruh provinsi di Indonesia tahun 2015-2016.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah pemerintah daerah seluruh provinsi di
Indonesia tahun 2015-2016. Pemilihan sampel menggunakan cara purposive
sampling, yaitu sampel diambil berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan tujuan
penelitian. Kriteria tersebut yaitu menyajikan data laporan keuangan pemerintah
daerah (LKPD) yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca tahun
2015-2016 dan memiliki data yang lengkap untuk pengukuran seluruh variabel.
25
3.3 Definisi dan Operasional Variabel
3.3.1 Variabel Dependen
Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan daerah. Kinerja
merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mencapai
tujuan, visi dan misi suatu organisasi (Bastian, 2006). Pengukuran kinerja
keuangan dalam penelitian ini menggunakan efisiensi.
Efisiensi mengukur tingkat input dari organisasi sektor publik terhadap outputnya.
Semakin kecil efisiensi berarti kinerja pemerintahan semakin baik. Menurut Sari
(2016) efisiensi dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
Efisiensi =
3.3.2 Variabel Independen
Variabel Independen dalam penelitian ini terdiri dari Ukuran ( Size) Pemerintah
Daerah, Belanja Daerah, Kemakmuran (Wealth) dan Tingkat Ketergantungan
Pada Pemerintah Pusat.
3.3.2.1 Ukuran (Size) Pemerintah Daerah
Ukuran pemerintah daerah yaitu seberapa besar suatu Pemerintah daerah. Setiap
pemerintah daerah tentunya memiliki ukuran yang berbeda beda, yang menjadi
karakteristik pemerintah daerah tersebut. Untuk mengukur Size dari suatu
organisasi dapat diukur dengan cara, seperti jumlah karyawan, total aset, total
pendapatan dan tingkat produktivitas (Patrick, 2007). Sedangkan Kusuma (2017)
26
mengatakan untuk mengukur Size dapat menggunakan jumlah total aset yang
dimiliki pemerintah . Karena aset menunjukan sumber daya ekonomi yang
dikuasai dan atau dimiliki pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan
manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan dapat diperoleh. Peneliti
menggunakan total aset sebagai proksi dari Size. Pertimbangan ini karena nilai
aset dinilai dapat mewakili ukuran suatu pemerintah daerah . Menurut Aziz(2014)
ukuran daerah dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
Ukuran Daerah = Ln Total Aset
3.3.2.2 Belanja Daerah
Menurut UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, belanja daerah,
merupakan semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih dalam satu periode anggaran yang digunakan untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pada penelitian belanja daerah dengan
logaritma natural (Ln) total realisasi belanja daerah agar tidak terjadi perbedaan
data yang terlalu ekstrem, karena besarnya total realisasi belanja masing masing
permerintah daerah berbeda-beda. Menurut Noviyanti dan Kiswanto (2016)
belanja daerah dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
Belanja Daerah = Ln (Total Realisasi Belanja Daerah)
3.3.2.3 Kemakmuran (Wealth)
27
Kemakmuran (Wealth), dapat diukur dengan jumlah Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Pertimbangan pengukuran dengan PAD ini karena meskipun kontribusi
PAD kecil terhadap pemerintah daerah di Indonesia (sekitar 1%-16%),
PAD merupakan satu-satunya sumber keuangan yang berasal dari wilayah
tersebut (Suhardjanto et al., 2010). Kemakmuran dalam penelitian ini diukur
dengan logaritma natural (Ln) agar tidak terjadi perbedaan data yang terlalu
ekstrem, karena besarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) masing-masing
permerintah daerah berbeda-beda. Menurut Kusumawardani (2012) kemakmuran
dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
Kemakmuran (Wealth) = Ln (PAD)
3.3.2.4 Tingkat Ketergantungan pada Pemerintah Pusat
Tingkat Ketergantungan pada pemerintah pusat, dapat diukur dengan
menggunakan Dana Alokasi Umum (DAU). DAU merupakan sarana untuk
mengatasi ketimpangan fiskal antar daerah dan di sisi lain juga memberikan
sumber pembiayaan daerah. Pada penelitian ini, tingkat ketergantungan pada
pemerintah pusat diukur dengan besarnya Dana Alokasi Umum (DAU)
dibandingkan dengan total pendapatan. Menurut Suryaningsih dan Sisdyanti
(2016) tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat dapat dinyatakan dengan
rumus sebagai berikut:
Tingkat Ketergantungan pada Pemerintah Pusat=
28
Koefisien regresi variabel independen yang bernilai positif (+) menunjukkan
adanya hubungan berbanding lurus dengan variabel dependen. Sebaliknya,
koefisien regresi variabel independen yang bernilai negatif (-) menunjukkan
adanya hubungan yang berbanding terbalik dengan variabel dependen.
3.4 Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah metode dokumentasi dari
sumber data sekunder dengan mengumpulkan, mencatat, dan mengolah data yang
berkaitan dengan penelitian. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder dari Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca tahun 2015-
2016 yang diperoleh dari website Direktorat jenderal perimbangan keuangan
(DJPK).
3.5 Metode Analisis Data
Metode Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Asumsi
Klasik dan Uji Hipotesis dengan menggunakan model regresi linier berganda, uji
signifikansi simultan (uji statistik f), dan uji signifikansi parameter individual (uji
statistik t).
29
3.5.1 Uji Asumsi Klasik
Dalam Sudrajat (2017) dijelaskan bahwa tujuan pengujian asumsi klasik ini
adalah untuk memberikan kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan
memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias, dan konsisten. Pada pengujian
penelitian ini, pengujian asumsi klasik yang digunakan adalah sebagai berikut :
3.5.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk menguji apakah model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Data penelitian yang baik
adalah yang berdistribusi secara normal. Uji normalitas dapat diukur
menggunakan dua cara (Ghozali, 2013) yaitu:
1. Analisis grafik
Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan normal probability plot
dari residual. Apabila normal probability plot menunjukan titik titik yang
menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis
diagonal, dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
2. Uji statistik
Pengujian ini dilakukan dengan menggunkan uji Kolmogorov-Smirnov. Uji ini
lebih akurat karena tidak akan menimbulkan persepsi diantara pengamat satu
dengan pengamat lain seperti pengujian normalitas dengan analisis grafik.
Data dikatakan berdistribusi normal jika pada kolom unstandardized residual
memiliki nilai signifikansi lebih dari 5%.
30
3.5.1.2 Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah gejala adanya hubungan linier yang signifikan antar
variabel independen yang ada didalam model regresi (Ghozali,2013).Tujuan uji
multikolinieritas adalah menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel independen (ghozali, 2013). Cara untuk mengetahui apakah
terjadi multikolonieritas atau tidak yaitu dengan melihat nilai Tolerance dan
Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel
undependen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Jadi nilai Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF =
1/Torelance). Nilai cutoff yang dipakai untuk menunjukan adanya
multikolinearitas adalah nilai Torelance ≤ 0,1 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10
(Ghozali, 2013).
3.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
tetap, maka disebut homoskedastisitas, jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model yang baik adalah yang homoskedastisitas atau yang tidak terjadi
heteroskedastisitas ( Ghozali, 2013).
31
3.5.1.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunak an untuk menguji apakah dalam model regresi linear
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
ada masalah autokorelasi. Autokorelasi ini muncul karena observasi yang saling
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Hal ini sering terjadi pada
data time series karena gangguan pada individu atau kelompok yang sama pada
periode berikutnya. Pada data cross section (silang waktu), Masalah autokorelasi
relatif jarang terjadi karena gangguan pada observasi yang berbeda berasal dari
individu atau kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi
yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2013)
3.5.2 Uji Hipotesis
3.5.2.1 Analisis Regresi Berganda
Dalam model penelitian ini terdapat satu variabel terikat yang berhubungan
dengan empat variabel bebas sehingga analisis yang digunakan adalah analisis
regresi berganda. Hal ini digunakan karena pada penelitian ini, teknik analisis
regresi berganda dapat menyimpulkan secara langsung mengenai pengaruh
masing-masing variabel bebas yang digunakan secara parsial ataupun secara
simultan (bersama-sama).
Model persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
32
Y=α+β1X1+β2X2+β3X3+β4X4 + e
Ket :
Y: kinerja pemerintah daerah
α: konstanta
β1,β2,β3,β4: koefisien variabel independen
X1: Ukuran daerah
X2: Belanja daerah
X3: Kemakmuran
X4: Tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat
e : error term
3.5.2.2 Pengujian Koefisien Determinasi (Adjusted R²)
Koefisien determinasi intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara
0 sampai 1. Nilai adj R² yang mendekati 0 berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen(Ghozali, 2013).
3.5.2.3 Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t)
Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013). Cara untuk
mengetahuinya apakah berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel
dependen maka digunakan significance level sebesar 0,05. Jika nilai signifikansi
33
(p value) >0,05 maka secara individu variabel independen tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Akan tetapi, bila nilai
signifikansi (p value) <0,05 maka secara individu variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
3.5.2.4 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statisik F)
Uji statistik f pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen (Ghozali, 2013). Uji statistik f dilakukan dengan melihat nilai
prob (f-statistik), jika nilai prob (f-statistik) lebih kecil dari 5% maka seluruh
variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan dan saran penelitian
Simpulan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh ukuran
daerah, belanja daerah, kemakmuran daerah, dan tingkat ketergantungan pada
pemerintah pusat terhadap efisiensi pemerintah daerah periode 2015-2016.
Dari hasil pengujian statistika atas empat hipotesis yang dibangun pada penelitian
ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hipotesis pertama yang menyatakan ukuran (size) pemerintah daerah
berpengaruh negatif terhadap efisiensi pemerintah daerah seluruh provinsi di
Indonesia terdukung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan ukuran
daerah atau total aset membuat kinerjanya semakin efisien. Dilihat dari
penggunaan aset yang tepat dan efisien dalam melakukan kegiatan
operasional.
2. Hipotesis kedua yang menyatakan Belanja daerah berpengaruh negatif
terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah seluruh provinsi di Indonesia
tidak terdukung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan efisiensi
yang dilihat dari output dibandingkan dengan input semakin tinggi tingkat
belanja daerah membuat kinerjanya semakin efisien, karena proporsi belanja
daerah yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah lebih digunakan untuk
54
membiayai pengeluaran seperti pengeluaran pengeluaran yang produktif
seperti belanja modal.
3. Hipotesis ketiga kemakmuran berpengaruh negatif terhadap efisiensi
pemerintah daerah seluruh provinsi di Indonesia tidak terdukung.
Peningkatan maupun penurunan kontribusi PAD pada suatu daerah tidak
mempengaruhi efisiensi pemerintah daerah tersebut.
4. Hipotesis keempat Tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat
berpengaruh negatif terhadap efisiensi pemerintah daerah seluruh provinsi di
Indonesia tidak terdukung. Semakin besar atau kecilnya transfer dana dari
pemerintah pusat yang memperlihatkan seberapa besar pemerintah daerah
bergantung pada pusat tidak mempengaruhi efisiensi pemerintah daerah
tersebut.
Saran
Dari kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah daerah pada provinsi di Indonesia diharapkan dapat
memperbaiki dan meningkatkan kinerja keuangannya secara maksimal agar
memperoleh kinerja yang optimal dan juga diharapkan dapat menggunakan
anggaran sebaik baiknya.
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menambah variabel penelitian,
pengukuran kinerja dan menambah sampel yang lebih luas untuk diteliti.
55
5.2 Keterbatasan penelitian
1. Sampel pengamatan yang digunakan hanya dua tahun dari tahun 2015-2016.
2. Sampel penelitian terbatas pada pemerintah daerah seluruh provinsi di
Indonesia. Hal ini menyebabkan hasil peneliti hanya berlaku untuk provinsi
yang menjadi sampel penelitian sehingga hasil kurang dapat digeneralisasi.
3. Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah dalam penelitian ini hanya
menggunakan efisiensi. Sehingga pada penelitian selanjutnya diharapkan
dapat menggunakan ke tiga pengukuran dari value for money.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Syukriy. 2006. Studi atas belanja modal pada AnggaranPemerintah Daerah dalam Hubungannya dengan belanja Pemerintahandan Sumber Pendapatan. Jurnal Akuntansi Pemerintahan vol 2, No 2.
Armaja,Ridwan Ibrahim dan Aliamin.2015. Pengaruh Kekayaan Daerah,Dana Perimbangan dan Belanja Daerah Terhadap Kinerja Keuangan .Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam. Vol 3.
Aziz, Asmaul. 2014. Pengaruh Karakteristik Pemerintah daerah TerhadapKinerja Keuangan Pemerintah Daerah ( Studi Pada Pemerintah DaerahKabupaten / Kota Di Jawa Timur ). Jurnal Akuntansi, Vol XI No 1.
Bastian, I. 2006.Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar Erlangga,Jakarta.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IMBSPSS 21.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Halachmi,A. (2005). Performance Measurements only one Way ofManaging Performance. International Journal of Productivity andPerformance Management. 54,502-516.
Harteti,Yuni, Darwanis dan Syukriy Abdullah.2014.Pengaruh DesentralisasiFiskal dan Belanja Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Daerah PadaKabupaten/Kota di Provinsi Aceh. Jurnal Magister AkuntansiPascasarjana Universitas Syiah Kuala, Vol 3 No 3.
Julitawati, E., Darwanis, dan Jalaluddin. 2012. Pengaruh Pendapatan AsliDaerah (PAD) dan Dana Perimbangan Terhadap Kinerja KuanganPemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. Jurnal AkuntansiPascasarjana Universitas Syiah Kuala 1(1).
Kusumawardani, M. Pengaruh Size, Kemakmuran, Ukuran Legislatif,Leverage Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah diIndonesia.2012 Accounting Analysis Journal 1.
Kusuma, Aulia Rizka. Pengaruh Karakteristik pemerintah daerah terhadapefisiensi kinerja keuangan pemerintah daerah Se Jawa Tmur 2013-2015). 2017, Volume 6,Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Nomor 1.
Mahsun, M., F. Sulistyowati, dan H. A. Purwanugraha. 2006. AkuntansiSektor Publik. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Andi. Yogyakarta.
Marfiana, N Dan Kurniasih, L. 2013. Pengaruh Karakteristik PemerintahDaerah dan Hasil pemeriksaan audit BPK Terhadap Kinerja KeuanganPemerintah Daerah Kabupaten/ kota. Jurnal Sustainable Competitiveadvantage (SCA), 3(1).
Meilina, Zulia Dwi., Hapsari, Dini Wahjoe dan Dilak, vaya Juliana.2016.Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah dan Hasil PemeriksaanBPK Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah.e-proceeding ofmanagement. Vol.3, No.3
Nordiawan, D. dan A. Hertianti. 2010. Akuntansi Sektor Publik. EdisiKedua. Salemba Empat.Jakarta.
Noviyanti, N. A. dan Kiswanto. 2016. Pengaruh Karakteristik PemrintahDaerah TemuanAudit BPK Terhadap Kinerja Keuangan PemerintahDaerah. Accounting Analysis Journal 5.
Nugroho, T.R. dan Prasetyo, N.E. 2018. Pengaruh karakteristik pemerintahdaerah terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota diJawa Timur. Jurnal akuntansi dan pendidikan. Vol 7 No.1.
Patrick, P.A.2007. The Determinants of organizational innovativeness: Theadoption of GASB 34 in Pennsylvania local government. Ph.D.Dissertation, The Pennsylvania State University, From Accounting&Tax Periodicals.
Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010 Tentang Laporan KeuanganPemerintah Daerah. Jakarta. Presiden RI.
Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang pedomanpengelolaan keuangan daerah. Jakarta.Presiden RI.
Peraturan Mentri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang pedomanpengurusan. Jakarta. Presiden RI.
Peraturan Mentri Dalam Negeri nomor 29 tahun 2002 tentang pedomanpengurusan. Jakarta. Presiden RI.
Prayitno, Duwi. 2010.Cara kilat belajar Analisis data dengan SPSS.Yogyakarta: Andi Offset.
Ramasamy, bala, Darryl Ong dan Matthew C. H. Yeung. Firm Size,Ownership and Performance in The Malaysian Palm Oil Industry.2005. Asian Academy of Management Journal of Accounting andFinance. Vol 1, 81-104
Sari, Indah Puspa. 2016. Pengaruh ukuran pemerintah daerah, PAD,leverage, dana perimbangan dan ukuran legislative terhadap kinerjakeuangan pemerintah daerah. JOM Fekon Vol 3 No 1.
Setyaningrum, dyah dan Syafitri, Febriyani. Analisis pengaruh karakteristikpemerintah daerah terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan.2012. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol 9 No 2.
Siregar, Oktarini Khamilah. Measurement of Regional FinancialPerformance and Economic Growth: A Lesson from North SumatraProvince, Indonesia. 2017. International Journal of Accounting andFinancial Reporting.Vol.7 No. 1.
Sudrajat. 2017. Dasar-dasar penelitian ilmiah revisi, Bandung: PustakaSetia.
Suhardjanto, D. dan R. R. Yulianingtyas. Pengaruh KarakteristikPemerintah Daerah Terhadap Kepatuhan Pengungkapan Wajib dalamLaporan Keuangan Pemerintah Daerah. 2011. Jurnal Akuntansi &Auditing 8(1).
Sunardi. 2016. Analisis Pengukuran Kinerja Keuangan.
Suranta, Sri dan Siregar, Oktavian. Pengaruh Karakteristik PemerintahDaerah Terhadap Kepatuhan Pengungkapan Investasi pemerintahdaerah (Studi pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Pulau Jawa danSumatera).2015. Jurnal Akuntansi, Vol 3 No 1.
Suryaningsih, Ni Made dan Sisdyani, Eka Ardhani. Pengaruh KarakteristikPemerintah daerah dan Opini Audit BPK terhadap kinerja keuanganpemerintah daerah (Kabupaten/ kota indonesia tahun 2013). 2016.Jurnal Akuntansi, Vol 15, No 2.
Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah
Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuanganantara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah