PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK DAN PENGETAHUAN
PERPAJAKAN TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN
DAN PERKOTAAN (PBB-P2) DI NAGARI SABU KECAMATAN
BATIPUH KABUPATEN TANAH DATAR
SKRIPSI
D i a j u k a n K e p a d a J u r u s a n E k o n o m i
S y a r i a h k o n s e n t r a s i A k u n t a n s i S y a r i a h
F a k u l t a s E k o n o m i d a n B i s n i s I s l a m
S e b a g a i S a l a h S a t u S y a r a t U n t u k
M e m p e r o l e h G e l a r S a r j a n a E k o n o m i
ANNA BUSTMI
NIM.13 231 008
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
KONSENTRASI AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BATUSANGKAR
2017/1438 H
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Di dunia tidak ada sesuatu hal yang tidak mungkin dapat di capai. Semua
tergantung pada niat, usaha dan motivasi yang dimiliki”
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Q.S Al-
Baqarah:153”
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan)
yang lain. Dan hanya kepada tuhanmulah hendaknya kamu berharap. Q. S Al-
Insyirah: 6-8
Skripsi ini ku persembahkan untuk Ama dan Apa tercinta:
Bustami dan Ernalida
Kedua kakak tersayang:
Riki Satria Supardenny., A.md dan Vivitri Bustami., S.Pd
Serta seluruh keluarga dan sahabat-sahabat terbaikku
Terimakasih atas segala doa, dukungan dan bantuannya.
1. DATA DIRI Nama : Anna Bustami
Tempat / Tgl Lahir : Sabu / 03 Juni 1995
Alamat : Kampung XI Nagari Sabu, Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar
Jurusan : Ekonomi Syariah/Akuntansi Syariah Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam Tahun Masuk : 2013 Tanggal Lulus : 25 Agustus 2017 Nama Dosen PA : Dr. Rizal. M.Ag Nama Dosen Pembbng : I. Nasfizar Guspendri. SE., M.S.i.
II. Sri Amelia Rizki. SE., M.S.i. Nama dosen penguji : I. Dr. H. Syukri Iska. M.Ag.
II. Khairul Marlin. SE., M.Kom.,MM Judul Skripsi :Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Pengetahuan
Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) Di Nagari Sabu Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar.
2. PENDIDIKAN YANG DITEMPUH a. SD N 35 Batipuh Kec. Batipuh Tahun 2007 b. SMPN 5 Batipuh Tahun 2010 c. MAN 3 Padang Panjang Tahun 2013 d. IAIN Batusangkar Tahun 2017
3. DATA KELUARGA a. Nama Ortu Ayah : Bustami Ibu : Ernalida b. Pekerjaan Ayah : Tani Ibu : Rumah Tangga c. Jumlah Bersaudara : 3 (Tiga) d. Anak yang ke : 3 (Tiga) e. Alamat Ortu : Kampung XI Nagari Sabu, Kecamatan Batipuh,
Kabupaten Tanah Datar. Batusangkar, September 2017
Anna Bustami NIM. 13 231 008
i
ABSTRAK
ANNA BUSTAMI, NIM 13 231 008, dengan judul skripsi:“Pengaruh
Kesadaran Wajib Pajak Dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan
Perdesaan Dan Perkotaan (PBB-P2) Di Nagari Sabu Kecamatan Batipuh
Kabupaten Tanah Datar”. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan
Akuntansi Syariah Institut Agama Islam Negeri Batusangkar.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh
kesadaran wajib pajak dan pengetahuan perpajakan terhadap tingkat kepatuhan
wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
(PBB-P2) di Nagari Sabu Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar.
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif, dengan populasi adalah wajib pajak yang ada di Nagari
Sabu. Sampel dalam penelitian ini diperoleh sebanyak 44 responden. Metode yang
digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner. Sedangkan analisis yang
digunakan adalah uji koefisien determinasi (R2), analisis regresi linear berganda,
uji t dan uji f dengan bantuan SPSS versi 22
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, penelitian ini menunjukan
bahwa kesadaran wajib pajak tidak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib
pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
(PBB-P2) sedangkan pengetahuan perpajakan berpengaruh signifikan terhadap
tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Nagari Sabu Kecamatan Batipuh
Kabupaten Tanah Datar
Kata kunci : Kesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Perpajakan dan Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak
ii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis kirimkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi dengan judul ““Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Dan Pengetahuan
Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar
Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan (PBB-P2) Di Nagari
Sabu Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar”
Adapun penyusunan Skripsi ini digunakan untuk mendapatkan gelar
Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Syariah Konsentrasi Akuntansi Syariah pada
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Batusangkar.
Penyusunan skripsi ini ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada terhingga
kepada:
1. Ayahanda Bustami dan Ibunda Erna Lida atas curahan cinta kasih, doa
& ridho kedua orang tua yang insyaAllah merupakan ridho Allah,
nasihat, dukungan material yang kesemuanya tak penat selalu diberikan
kepada penulis.
2. Bapak Dr. H. Kasmuri, MA. Selaku Rektor Institut Agama Islma Negeri
(IAIN) Batusangkar.
3. Bapak Nasfizar Guspendri, SE,.M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar dan
juga sebagai pembimbing I yang telah memimbing penulis dalam
penulisan skripsi ini
4. Bapak Gampito, SE.,M.Si. Selaku ketua jurusan Program studi Ekonomi
Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar
5. Ibuk Sri Amelia Rizki,SE,Msi. Selaku Pembimbing II yang telah
membimbing penulis dalam pembuatan skripsi ini
6. Riki satria dan Vivitri bustami,terimakasih atas suport dan motivasinya
iii
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGESAHAN TIM PENGUJI
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ...............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 5
C. Batasan Masalah ..................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
F. Manfaat penelitian .................................................................................. 7
G. Defenisi Operasional .............................................................................. 7
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ................................................................................ 9
1. Pajak .......................................................................................... 9
a. Pengertian Pajak .................................................................. 9
b. Subjek Pajak ........................................................................ 10
c. Objek Pajak ......................................................................... 10
d. Fungsi Pajak ........................................................................ 11
e. Jenis Pajak ............................................................................ 12
f. Tarif Pajak ............................................................................ 14
g. Syarat Pemungutan Pajak .................................................... 15
v
h. Teori yang mendukung pemungutan pajak .......................... 16
i. Stelsel Pemungutan Pajak ................................................... 17
j. Sistem Pemungutan Pajak ................................................... 18
k. Timbulnya Utang Pajak ....................................................... 19
l. Hapusnya Utang Pajak ......................................................... 20
2. Pajak Menurut Syariah .............................................................. 21
a. Pengertian pajak menurut syariah ....................................... 21
b. Unsur pokok pajak menurut syariah .................................... 21
c. Sistem penerimaan negara menurut ekonomi islam ........... 21
d. Karakteristik Pajak menurut syariah .................................... 22
3. Pajak Daerah .............................................................................. 22
4. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotan................. 23
a. Latar Belakang Pengalihan Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Menjadi
Pajak Daerah ....................................................................... 23
b. Pengertian PBB-P2 .............................................................. 27
c. Objek pajak PBB-P2 ........................................................... 27
d. Subjek PBB-P2 .................................................................... 28
e. Cara Menghitung PBB-P2 ................................................... 29
f. Tarif pajak bumi dan bangunan .......................................... 31
g. Nilai Jual Objek Pajak ........................................................ 31
h. NJOPTTKP ......................................................................... 32
i. mekanisme PBB-P2 ............................................................. 33
j. Tujuan ditetapkan PBB ....................................................... 34
k. Tempat pembayaran PBB-P2 ............................................... 35
5. Kepatuhan Wajib Pajak ............................................................ 35
6. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak .................. 38
a. Kesadaran wajib pajak ......................................................... 38
b. Pengetahuan perpajakan ...................................................... 37
B. Penelitian yang Relevan .................................................................. 38
C. Kerangka Teoritis ............................................................................ 42
vi
D. Hipotesis ......................................................................................... 42
BAB III : Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian ............................................................................... 48
B. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 48
C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 48
D. Instrumen Penelitian ...................................................................... 49
E. Sumber Data ..................................................................................... 51
F. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 51
G.Teknik Analisis Data ....................................................................... 52
1. Bukti Validitas dan Estimasi Reliabilitas ................................ 52
a. Bukti Validitas .................................................................... 52
b. Estimasi Reliabilitas ............................................................ 53
2. Hasil Analisis Data dan Uji Hipotesis ..................................... 53
a. Koefisian Determinasi (R2) ............................................. 53
b. Metode Analisis Regresi Linear berganda. ...................... 54
c. Pengujian Hipotesis ........................................................... 54
d. Uji F .................................................................................. 55
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Gambaran Umum Nagari Sabu ......................................................... 56
1. Sejarah Nagari Sabu ................................................................... 56
2. Demografis ................................................................................. 58
3. Deskripsi Lembaga Nagari ........................................................ 58
4. Visi dan Misi Wali Nagari ......................................................... 60
5. Struktur Organisasi .................................................................... 60
B. Gambaran Umum Responden ........................................................... 62
C. Bukti Validitas dan Estimasi Reliabilitas
1. Bukti Validitas ........................................................................... 64
2. Estimasi Reliabilitas .................................................................. 66
D. Hasil Analisis dan Uji Hipotesis
vii
1. Uji Determinasi .......................................................................... 67
2. Analisis Regresi Linear berganda .............................................. 68
3. Uji Hipotesis (Uji t) .................................................................. 70
4. Uji Simultan (Uji F) .................................................................. 71
E. Pembahasan Penelitian...................................................................... 71
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 75
B. Saran ................................................................................................ 76
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 77
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
(PBB-P2) di Nagari Sabu Kecamatan Batipuh Kabupaten
Tanah Datar Tahun 2014-2016. .............................................................. 5
Tabel 2.1 Tarif Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri. .................................. 14
Tabel 2.2Perbandingan PBB pada Undang-undang PBB dengan
Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ............................. 26
Tabel 3.1 Kisi- Kisi Kuesioner Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB-P2 .............................. 46
Tabel 3.1 Skor Penilaian . ..................................................................................... 48
Tabel 4.1 Kondisi Demografis .............................................................................. 54
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .......................... 62
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia .......................................... 63
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Status ....................................... 63
Tabel 4.5 Bukti validitas Kesdaran wajib pajak ................................................... 64
Tabel 4.6 Bukti validitas Pengetahuan Perpajakan .............................................. 65
Tabel 4.7 Bukti validitas Kepatuhan wajib pajak ................................................. 65
Tabel 4.8 Hasil Estimasi Reliabilitas Kesadaran wajib Pajak .............................. 66
Tabel 4.9 Hasil Estimasi Reliabilitas Pengetahuan ............................................. 66
Tabel 4.9 Hasil Estimasi Reliabilitas Kepatuhan wajib Pajak ............................ 67
Tabel 4.10 Koefisien Determinasi......................................................................... 67
Tabel 4.11 Model Regresi Berganda ..................................................................... 68
Tabel 4.12 Uji T .................................................................................................... 70
Tabel 4.13 Uji T .................................................................................................... 71
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Teori .................................................................................. 32
Gambar 4.1 Struktur Organsiasi Nagari ............................................................... 57
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tugas negara pada prinsipnya berusaha dan bertujuan untuk menciptakan
kesejahteraan bagi rakyatnya. Itulah sebabnya negara harus tampil kedepan
dan turut campur tangan, bergerak aktif dalam bidang kehidupan masyarakat,
terutama dibidang perekonomian guna terciptanya kesejahteraan umat
manusia. Untuk mencapai dan menciptakan masyarakat yang sejahtera
dibutuhkan biaya-biaya yang cukup besar. Demi berhasilnya usaha ini negara
mencari pembiayaannya dengan cara menarik pajak (Bohari, 2010, p. 35).
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata
cara perpajakan terkait tentang pengertian pajak, wajib pajak. Pajak adalah
kontsribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatakan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Wajib pajak adalah orang
pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotongan pajak dan
pemungutan pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pajak menurut syariah, secara etimologi pajak berasal dari bahasa arab
disebut dengan istilah dharibah, artinya mewajibkan, menetapkan,
menentukan memukul, menerangkan atau membebankan. Secara bahasa
maupun tradisi, dharibah dalam pengunaannya memang mempunyai banyak
arti, namun para ulama memakai dharibah untuk menyebut harta yang
dipungut sebagai kewajiban. Hal ini tampak jelas dalam ungkapan bahwa
jizyah dan kharaj dipungut secara dharibah. yakni secara wajib. Bahkan
sebagian ulama menyebut kharaj merupakan dharibah (Gusfahmi, 2007, p.
31). Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 29:
1
2
“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak
(pula) kepada hari Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang
diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama
yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab
kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang
mereka dalam keadaan tunduk (QS At-Taubah [9]:29) (Departemen Agama
RI, 2005, p. 152).
Dalam Surat At-Taubah ayat 29 penulis dapat memahami bahwa dalam
islam pemerintah boleh mengambil pajak dari masyarakat tanpa memandang
status agama karena pemerintah telah memberikan pelayanan kepada
masyarakat untuk sarana prasarana yang dibutuhkan masyarakat.
Salah satu pajak yang harus dibayarkan oleh masyarakat adalah Pajak
Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2). Menurut Peraturan
Bupati Tanah Datar No 3 tahun 2013 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
yang selanjutnya disingkat dengan PBB-P2 adalah pajak atas bumi dan
bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh orang pribadi
atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha
perkebunan, perhutanan dan pertambangan.
Pajak Daerah dan Restribusi Daerah dalam Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 2009. Tentang pajak daerah dan restribusi daerah
membuat pajak bumi dan bangunan yang sebelumnya pengelolaan dikelola
oleh pemerintah pusat diserahkan pemerintah daerah. sebelum undang-undang
3
ini muncul, pajak bumi dan bangunan merupakan pajak pusat namun dana
penerimaan dikembalikan kembali kedaerah kabupaten/kota sehingga
pemerintah daerah tinggal menerima dana bagi hasil dari pemerintah pusat.
Dengan terbitnya Undang-undang nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Restribusi Daerah, pemerintah daerah sekarang mempunyai tambahan
sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) salah satunya adalah Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) (penjelasan UU No.28 tahun
2009).
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)
mengalami transisi pengalihan menjadi pajak daerah sejak tanggal 1 Januari
2010 Sampai dengan 31 Desember 2013. Tujuan pengalihan pengelolaan
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) adalah untuk
memberikan kewenangan untuk memperluas basis pajak. Terhitung tanggal 1
Januari 2014 semua Kabupaten/Kota wajib mengelola Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan Perkotaan (PBB-P2) (Penjelasan UU No.28 tahun 2009).
Masalah kepatuhan wajib pajak adalah masalah penting di seluruh dunia,
baik bagi Negara maju maupun Negara berkembang, karena jika wajib pajak
tidak patuh maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan
penghindaran, pengelapan, penyeludupan dan pelalaian pajak yang pada
akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak negara akan
berkurang.
Kepatuhan wajib pajak menurut Novel (dalam Rahayu, 2010:138) adalah
suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan,
tercermin dalam situasi dimana, wajib pajak paham atau berusaha untuk
memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas, menghitung jumlah pajak
yang terutang dengan benar, membayar pajak yang terutang tepat pada
waktunya. Kepatuhan dapat meningkat apabila wajib pajak memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai sistem perpajakan sesuai dengan undang-
undang pajak yang berlaku serta kesadaran akan pentingnya pajak bagi
pembangunan Negara.
4
Kepatuhan wajib pajak dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal
dari diri pajak sendiri dan berhubungan dengan karakteristik individu yang
menjadi pemicu dan menjalankan kewajiban perpajakannya. Faktor internal
yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak adalah faktor pendidikan, faktor
kesadaran beragama, kesadaran wajib pajak, faktor rasional, faktor
pemahaman terhadap undang-undang. Sedangkan faktor eksternal adalah
faktor yang berasal dari luar diri wajib pajak (Cindy dan Yenni:2013)
Pemerintah daerah dalam pelaksanaan penarikan Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) masih banyak menghadapi
kendala terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi
dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2). Seperti yang terjadi pada
wajib pajak di Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar khususnya di
Nagari Sabu, masih banyaknya kendala dalam pembayaran PBB-P2.
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan pegawai yang
bertugas sebagai pemungutan PBB-P2 dengan Bapak Usriadi pada tanggal 24
Maret 2017 jam 10.30 di kantor Wali Nagari Sabu bahwa masih kurangnya
kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB-P2 dikarenakan kurangnya
kesadaran wajib pajak dalam membayar PBB-P2. Sebenarnya jika wajib pajak
memiliki pengetahuan perpajakan, mengetahui pemamfaatan uang pajak dan
sadar bahwa pajak itu dibayarkan dengan sendirinya tanpa adanya paksaan
dari orang lain, pembangunan-pembangunan desa tidak terlantar (Usriadi,
Wawancara pra-riset, 24 Maret 2017).
Berdasarkan wawancara tersebut data yang diperoleh dari kantor Wali
Nagari Sabu bahwa pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan (PBB-P2) tiap tahun tidak sesuai dengan target yang ditentukan.
Sebagaimana yang terihat pada tabel 1.1 mengenai data penerimaan PBB di
Nagari Sabu Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar tiga tahun terakhir
(tahun 2014-2016)
5
Tabel 1.1
Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
(PBB-P2) di Nagari Sabu Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar
Tahun 2014-2016
No Tahun Wajib Pajak PBB-P2 Tidak
terealisasi
(Rp)
Target Realisasi Target
(Rp)
Realisasi
(Rp)
1. 2014 1663 1161 8.716.218 5.809.577 2.906.641
2. 2015 1663 1436 10.427.132 7.181.614 3.245.518
3. 2016 1663 1380 10.287.593 6.903.851 3.383.742
Total 29.430.943 19. 895.042 9.535.901
Sumber : Laporan PBB-P2 Tahunan Nagari Sabu
Berdasarkan pada tabel 1.1 dapat dilihat pada tahun 2014 pemungutan
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-PP2) target yang
diinginkan sebesar Rp.8.716.218,- dan realisasinya sebesar Rp. 5.809.577. Pada
tahun 2015 target yang diharapkan sebesar Rp.10.427.132.,- dan sudah terealisasi
sebesar Rp. 7.181.614,- begitu juga pada tahun 2016 target yang diharapkan
adalah Rp. 10.287.593 dan realisasinya sebesar Rp.6.903.851 sehingga tidak
mencapai target yang diinginkan. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa,
masih ada wajib pajak yang tidak patuh dalam membayar PBB-P2. Untuk itu
perlu diperhatikan kembali kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB-P2
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Pengetahuan
Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) Di Nagari
Sabu Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
6
1. Pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak
dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
(PBB-P2) di Nagari Sabu Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar.
2. Pengaruh pengetahuan perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak
dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
(PBB-P2) di Nagari Sabu Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar.
3. Pengaruh pendidikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)
di Nagari Sabu Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka dapat diambil batasan
masalah sebagai berikut:
1. Kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib
pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan (PBB-P2) di Nagari Sabu Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah
Datar.
2. Pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib
pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan (PBB-P2) di Nagari Sabu Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah
Datar.
D. Perumusan Masalah
Dari batasan masalah diatas, rumusan masalah yang akan diteliti yaitu “
Seberapa besar Pengaruh kesadaran wajib pajak dan pengetahuan
perpajakan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-
P2) di Nagari Sabu Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar”?
7
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi
pengaruh kesadaran wajib pajak dan pengetahuan perpajakan terhadap tingkat
kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan (PBB-P2) di Nagari Sabu Kecamatan Batipuh Kabupaten
Tanah Datar.
F. Manfaat penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, penelitian ini menjadi jawaban atas permasalahan yang ingin
diketahui dan menjadi tambahan pengetahuan.
2. Bagi Wajib Pajak, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan baru , kesadaran wajib pajak dan pengetahuan perpajakan
lebih meningkat untuk melaksanakan kewajibannya dalam membayar
pajak sehingga akan meningkat penerimaan pajak di Nagari Sabu
Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar.
3. Bagi Pemerintah Nagari, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
imformasi tambahan dalam mengambil kebijakan dalam mengambil
kebijakan menyangkut keuangan Nagari, serta kinerja ekonomi dalam
rangka meningkatkan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan
dan Perkotaan (PBB-P2)
G. Defenisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam memahami judul proposal
ini, maka penulis akan menjelaskan beberapa istilah dibawah ini:
1. Variabel indenpenden
Variabel indenpen ini sering disebut dengan variabel bebas. Variabel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbul variabel dependen (Sugiyono, 2014, p. 96).
a. Kesadaran wajib pajak adalah adanya niat yang tumbuh dalam diri
wajib pajak dan mau dengan sendirinya melakukan kewajiban
8
perpajakannya seperti mendaftarkan diri, menghitung, membayar dan
melaporkan jumlah pajak terutangnya, serta memiliki kesungguhan
dan keinginan untuk memahami kewajiban sebagai wajib pajak.
Kesadaran wajib pajak disimbolkan dengan (X1)
b. Pengetahuan Perpajakan adalah kemampuan seorang wajib pajak
dalam mengetahui peraturan perpajakan baik itu soal tarif maupun
manfaat pajak yang akan berguna bagi kehidupan wajib pajak .
Sehinga pengetahuan perpajakan dapat disimbolkan (X2)
2. Variabel dependen.
Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, konsekuen.
Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel
terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014, p. 98). Yang tergolong
pada variabel dependen di sini adalah Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak.
Kepatuhan wajib pajak adalah suatu keadaan dimana wajib pajak
memenuhi kewajibanya dan melaksanakan hak perpajakannya sesuai
dengan ketentuan yang ada. Variabel tingkat kepatuhan wajib pajak dapat
disimbolkan (Y).
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pajak
a. Pengertian Pajak.
Pajak menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah sebagai berikut:
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Menurut Sumitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas negaera
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapatkan jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat
ditunjukandan yang digunakan untuk pengeluaran umum (Wirawan,
2007, p. 5). Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-
ciri yang melekat pada definisi pajak adalah:
1) Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang
serta aturan pelaksanaaannya
2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah
3) Pajak dipugut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
4) Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang
bila dari pemasukannya masih terdapat surplus , digunakan untuk
membiayai public investment (Resmi, 2014, p. 2)
Pajak juga didefinisikan sebagai iuran tidak mendapat jasa
timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan
untuk membayar pengeluaran-pengeluaran umum. Dari definisi
tersebut dapat diuraikan beberapa unsur pajak adalah:
9
10
a) Pajak merupakan iuran dari rakyak kepada Negara
b) Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang
c) Tidak ada kontraprestasi secara langsung oleh pemerintah dalam
pembayaran pajak.
d) Digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara
b. Subjek Pajak
Subjek pajak adalah orang pribadi dari badan yang menurut undang-
undang perpajakan dinyatakan sebagai subjek hukum yang dapat
dikenakan pajak (Bohari, 2010, p.49)
Subjek pajak terdiri dari:
1) Subjek pajak dalam negeri
a.) Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia.
b.) Badan yang didirikan dan berkedudukan di Indonesia
c.) Warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan yang
mengantikan yang berhak.
2) Subjek pajak luar negeri adalah
a.) Orang yang bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan tiga) hari dalam
jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang
menjalankan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
b.) Orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas bulan) dan badan yang tidak berkedudukan di Indonesia
yang menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia.
c. Objek Pajak.
Objek pajak dapat diartikan sebagai sasaran pengenaan pajak dan
dasar untuk menghitung pajak Terhutang dan yang menjadi objek
pajak PPh adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia
11
maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan
nama dan bentuk apapun.
d. Fungsi pajak
Terdapat dua fungsi pajak yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan
negara) dan fungsi regularend (pengatur)
1) Fungsi budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah
satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran
baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan
negara, pemerintah berupaya memasukan uang sebanyak-
banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuhkan dengan
cara pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan
berbagai jenis pajak. Seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM), Pajak Bumi Dan bangunan dan lain lain.
2) Fungsi Regularend (Pengatur)
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang
sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar
bidang keuangan. Beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi
pengatur adalah:
a.) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah.
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dikenakan pada
saat terjadnya transaksi jual beli barang mewah. Makin mewah
suatu barang maka tarif pajaknya makin tinggi sehingga barang
tersebut semakin mahal harganya. Pengenaan pajak ini
dimaksud agar rakyat tidak berlomba-lomba untuk
mengonsumsi barang mewah (mengurangi barang mewah)
12
b.) Tarif pajak progresif dikenakan atas penghasilan dimaksudkan
agar pihak yang memperoleh penghasilan dimaksudkan agar
pihak yang memperoleh penghasilan tinggi memberi kan
konstribusi (membayar pajak) yang tinggi pula sehingga terjadi
pemerataan pendapatan.
c.) Tarif pajak ekspor sebesar 0% dimaksudkan agar para
pengusaha terdorong mengekspor hasil produksinya dipasar
dunia sehingga dapat memperbesar devisa negara.
d.) Pajak penghasilan dikenakan atas penyerahan barang hasil
industri tertentu seperti industri semen, industri rokok, industri
baja dan lain-lai, dimaksud agar terdapat penekanan produksi
terhadap industri tersebut karena dapat menanggung
lingkungan atau populasi.
e.) Pembebasan pajak penghasilan atas sisa hasil usaha koperasi
dimaksud untuk mendorong perkembangan koperasi di
indonesia.
f.) Pemberlakuan tax holiday dimaksudkan untuk menarik investor
asing agar menanamkan modalnya di Indonesia (Resmi, 2014,
p. 3).
e. Jenis Pajak
1) Menurut golongannya
Menurut golongannya pajak dibagi menjadi dua yaitu pajak
langsung dan pajak tidak langsung. Berikut adalah pengertian
masing-masing (Tjahjono & Husein, 2005, p. 6).
a) Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus dipikul oleh
sendiri oleh wajib pajak yang besangkutan, tidak boleh
dilimpahkan kepada orang lain.
13
b) Pajak Tidak Langsung
Pajak tidak langsung adalah pajak yang dipungut setiap terjadi
peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak.
2) Menurut sifatnya.
Menurut sifatnya pajak dibagi menjadi dua yaitu pajak subjektif
dan pajak objektif:
a) Pajak subjektif adalah pajak yang memperhatikan pertama-
tama keadaan wajib pajak untuk menetapkan pajaknya harus
ditemukan alasan-alasan yang objektif, yang berhubungan erat
denga keadaan materialnya.
b) Pajak Objektif
Pajak Objektif adalah pajak yang berpangkal pada objeknya
tanpa memperlihatkandiri wajib pajak. Contohnya PPn dan
Pajak atas penjualan barang mewah
3) Pajak menurut lembaga pemungutannya.
a.) Pajak Negara ( Pajak Pusat)
Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
Contohnya: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak
penjualan Barang Mewah dan Bea Materai ( Mardiasmo, 2016,
p. 6).
b.) Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
daerah dan digunakan untuk pembiaayan rumah tangga daerah.
Pajak daerah dibagi dua yaitu
1.) Pajak Provinsi contohnya : pajak kendaraan bermotor dan
pajak bahan bakar kendaraan bermotor
2.) Pajak Kabupaten contohnya Pajak Hotel, Pajak restoran,
dan pajak hiburan PBB-P2, BPHTB (dety lafera, 2013, p.
4)
14
f. Tarif Pajak
1) Tarif Tetap
Tarif tetap adalah tarif yang tetap (sama) terhadap berapapun
jumlah yang dikenai pajak sehinggabesar pajaknya yang terutang
tetap. Contohnya besarnya tarif Bea materai untuk cek dan bilyet
giro dengan nilai nominal berapapun adalah Rp. 1000,00 (Abut,
2010, p. 4).
2) Tarif sebanding/ proporsional
Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapunjumlah pajak
yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang
proposional terhadap besarnya pajak yang terutang. Contoh, untuk
penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean akan
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai 10%
3) Tarif Progresif
Tarif Pajak (UU Nomor 36 Tahun 2008 pasal 17) yang diterapkan
atas penghasilan kena pajak wajib pajak orang pribadi dalam negeri
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Tarif Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
Lapisan Penghasilan ke Tarif
Sampai dengan Rp. 50.000.000,00 5%
Diatas Rp. 50.000.000,00 s/d Rp.
250.000.000,00
15%
Diatas Rp. 250.000.000,00 s/d Rp.
500.000.000,00
25%
Diatas Rp. 500.000.000,00 30%
Sumber: Mardiasmo. 2016
4) Tarif Degresif
Tarif degresif adalah persentase tarif yang digunakan semakin kecil
bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar (Mardiasmo, 2016,
p. 10).
15
g. Syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau
perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
1) Pemungutan pajak harus adil
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-
undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam
perundang-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum
dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing,
sedang adil dalam pelaksanaanya yakni dengan memberikan hak
bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam
pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis
Pertimbangan Pajak.
2) Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat
Yuridis)
Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal
ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik
bagi negara maupun masyarakat.
3) Tidak menganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)
Pemungutan tidak boleh menganggu kelancaran kegiatan produsi
maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan
perekonomian masyarakat.
4) Pemungutan pajak harus efesien (Syarat Finansil).
5) Sesuai fungsi budgetair biaya pemungutan pajak harus dapat
ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
6) Sistem pemungutanya harus sederhana.
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan
mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh undang-undan
perpajakan (Mardiasmo, 2016, p. 2).
16
h. Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak
Beberapa teori yang mendukung hak negara untuk memnungut pajak
dari rakyat antara lain ( Resmi, 2014, p. 6) :
1) Teori Asuransi
Teori ini menyatakan bahwa negara bertugas untuk melindungi
orang dan segala kepentingannya, meliputi keselamatan dan
keamanan jiwa juga harta benda. Seperti halnya dalam perjanjian
asuransi (pertangungan) untuk melindungi orang dan kepentingan
tersebut diperlukan pembayaran premi.
2) Teori Kepentingan
Teori ini awalnya hanya memperhatikan pembagian beban pajak
yang harus dipungut dari seluruh penduduk. Pembagian beban ini
harus didasarkan atas kepentingan masing-masing orang dalam
tugas-tugas pemerintah, termasuk perlindungan atas jiwa orang-
orang itu beserta harta bendanya.oleh karena itu, sudah
sewajarnyya jika biaya-biaya yang dikeluarkan oleh negara
dibebankan kepada mereka.
3) Teori Gaya Pikul
Teori ini menyatakan bahwa dasar keadilan pemungutan pajak
terletak pada jasa-jasa yang diberikan oleh negara kepada
warganya, yaitu perlindungan atas jiwa dan harta bendanya. Teori
iini menekankan pada asas keadilan bahwasanya pajak haruslah
sma beratnya untuk setiap orang. Gaya pikul sesorang dapat diukur
berdasarkan besarnya penghasilan penghasilan dengan
memperhitungkan atau pembelanjaan sesorang.
4) Teori Kewajiban Pajak Mutlak (teori bakti)
Berlawanan dengan ketiga teori sebelumnya yang tidak
mengutamakan kepentingan negara atas diatas kepentingan
warganya. Teori ini mendasarkan pada paham Organische
Staatsleer. paham ini mengajarkan bahwa karena sifat suatu
negara, tibullah hak mutlak untuk pemungutan pajak.
17
5) Teori Asas Gaya Beli
Teori ini tidak mempersoalkan asal mula negara memungut pajak,
melainkan hanya melihat paa efeknya dan memandang efek yang
baik itu sebagai dasar keadilan. Teori ini mengajarkan bahwa
penyelengaraan kepentingan masyarakat inilah yang dapat diangap
sebagai dasar keadilan pemungutan pajak
i. Stelsel Pemungutan Pajak
Dalam hukum pajak di kenal tiga cara untuk memungut pajak atas
suatu penghasilan atau kekayaan yaitu sebagai berikut (Rosdiana,
rasin, 2005, p. 111):
1) Sistem Nyata
Sitem nyata mendasarkan pengenaan pajak pada penghasilan yang
sunguh-sunguh diperoleh dalam setiap tahun pajak. Berapa
besarnya penghasilan sesungguhnya ini dapat diketahui pada akhir
tahunitu. Oleh karenanya, pengenaan pajak dengan memakai cara
ini merupakan suatu pungutan kemudian yaitu baru dikenakan
setelah lampau tahun yang bersangkutan.
2) Sistem fiktif (Anggapan)
Sistem fiktif bekerja dengan suatu anggapan. Angapan ini
bermacam-macam jalan pikirannya, tergantung dari bunyi kata
yang bersangkutan. Adakalanya penghasilan si wajib pajak diangap
sama bearnya dengan penghasilan sesungguhnya dalam tahun yang
baru berlalu dengan sama sekali tidak terpengaruh oleh besarnya
penghasilan sesungguhnya diperoleh dalam tahun yang sedang
berjalan.
3) Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel
anggapan, pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan
suatu anggapan kemudian pada akhir tahun besarnya pajak
disesuaikan dengan keadaan yang sebesarnya. Bila besarnya pajak
18
menurut kenyataan lebih besar dari pajak menurut angapan, maka
wajib pajak harus menambah sebalikinya, jka lebih kecil
kelebihannya dapat dimintakembali.
j. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam pemungutan pajak dikenal beberapa sistem pemungutan,
yaitu:
1) Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur
perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang
setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini inisiatif serta kegiatan
menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada ditangan
aparatur perpajakan. Dengan demikian berhasil atau tidaknya
pelaksanaan pemungutan pajak sepenuhnya berada ditagan para
aparatur perpajakan. Dengan demikian, berhasil atau tidaknya
pelaksaan pemungutan pajak banyak tergantung pada aparatur
perpajakan (peranan domnan ada pada aparatur perpajakan).
2) Self Assesment System
Sitem pemungutan pajak yang memberi kewenangan wajib pajak
dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap
tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan
yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung
dan memungut pajak sepenuhnya berada ditangan wajib pajak.
Wajib pajak diangap mampu menghitung pajak,mampu memahami
undang-undang perpajakan yang seang berlaku, dan mempunyai
kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya
membayar pajak. Oleh karena itu wajib pajak diberi kewenangan
untuk:
a) Menghitung sendiri pajak yang terhutang
b) Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang
19
c) Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang
d) Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang
e) Mempertangung jawabkan pajak yang terutang
Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan
pajak tergantung pada wajib pajak sendiri (peran dominan ada pada
wajib pajak)
3) With holding system
Sisyem pemungutan pajak yang memberi kewenangan kepada
pihak ketiga yang di tunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh waib pajak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan perpajakan, keputusan presiden, dan peraturan lainnya
ntuk memotong serta memungut pajak, menyetor dan
mempertangung jawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia.
Berhasil atau tidaknya pemungutan pajak banyak tergantung pada
pihak ketiga yang di tunjuk (Rosdiana, Rasidin, p. 109).
k. Timbulnya Utang Pajak
Saat timbulnya utang pajak mempunyai peranan yang sangat
penting karena berkaitan dengan:
1) Pembayaran pajak
2) Memasukan surat keberatan
3) Menentukan saat dimulai dan berakhirnya jangka waktu kadaluarsa
4) Menerbitkan surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
5) Menentukan besarnya denda maupun sangsi administrasi lainya
Dua ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak yaitu ajaran materil
dan ajaran
Ajaran materil menyatakan bahwa utang pajak timbul karena
diberlakukannya formil.
20
a.) Ajaran materil
undang-undang perpajakan. Dalam ajaran ini, sesorang akan secara
aktif menentukan apakah dirinya dikenakan pajak atau tidak,sesuai
dengan peraturan perpajakan yang berlaku ajaran ini konsisten
dengan penerapan Self assesment system.
b.) Ajaran formil
Ajaran formil menyatakan bahwa utang pajak timbul karena
dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus (pemerintah).
Untuk menentukan apakah seseorang dikenakan pajak atau
tidak,berapa jumlah pajak yang harus dibayar, dan kapan jangka
waktu pembayaranya dapat diketahui dalam surat ketetapan pajak
tersebut. Ajaran ini konsisten dengan penerapan official assesment
system.
l. Hapusnya Hutang Pajak.
Dalam membahas hapusnya hutang pajak, dari ketentuan
mengenai hapusnya perikatan dalam KUHP, ternyata hanya beberapa
cara yang diterapkan bagi hapusnya utang pajak, antaralain (Abut,
2010, p. 22):
1) Pembayaran
2) Kompensasi
3) Daluwarsa atau lewat waktu
4) Pembebasan
5) Karena pembebasan hutang pajak
2. Pajak Menurut Syariah
a. Pengertian pajak menurut syariah
Yusuf Qhardawi berpendapat dalam gusfahmi, Pajak menurut syariah
adalah kewajiban yang ditetapkan terhadap wajib pajak, yang harus
disetorkankepada negara sesuai dengan ketentuan, tanpa mendapat
prestasi kembali dari negara dan hasilnya untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum di satu pihak dan untuk
21
merealisasikan sebagian tujuan ekonomi,sosial, olitik dan tujuan tujuan
lain yang ingin dicapai oleh negara.
b. Unsur Pokok Pajak Menurut Syariah
Unsur-unsur pokok yang merupakan unsur penting yang harus terdapat
dalam ketentuan pajak menurut syariah yaitu:
1) Diwajibkan oleh Allah SWT.
2) Objeknya adalah harta (al-Mal)
3) Subjeknya kaum muslim yang kaya (ghaniyun) tidak termasuk non
muslim
4) Tujuannya untuk membiayai kebutuhan mereka (kaum muslim)
saja
5) Diberlakukan karena adanya kondisi darurat (khusus) yang harus
segera diatasi oleh ulil amri
c. Prinsip-Prinsip Penerimaan Negara Menurut Sistem Ekonomi Islam.
Prinsip-prinsi penerimaan negara tersebut adalah:
1) Harus adanya nash (Al-Quran dan Hadist) yang memerintahkan
setiap sumber pendapatan dan pemungutannya.
2) Adanya pemisahan sumber penerimaan dari kaum muslim dan non
muslim.
3) Sistem pemungutan zakat dan pajak harus menjamin bahwa hanya
golongan makmur yang mempunyai kelebihan saja yang memikul
beban utama.
4) Adanya tuntutan kemaslahatan umum (Gusfahmi,2011,p.32)
d. Karakteristik Pajak Menurut Syariah
Ada beberapa ketentuantentang pajak (dharibah) menurut syariat
islam, yang sekaligusmembedakannya dengan pajak dalam sistem
kapitalis (non- islam) yaitu:
1) Pajak (dharibah) bersifat temporer, tidak bersifat kontiniu hanya
boleh dipungut ketika di baitul mal tidak ada harta atau kurang.
Sedangkan pajak menurut non islam adalah abadi (selamanya)
22
2) Pajak (dharibah) hanya boleh dipungut untuk pembiayaan yang
merupakan kewajiban bagi kaum muslim dan sebatas jumlah yang
diperlukan untuk pembiayaan wajib tersebut, tidak boleh lebih.
Sedangkan pajak menurut non islam ditujukan untuk seluruh warga
tanpa membedakan agama
3) Pajak (dharibah) hanya diambil dari kaum muslim dan tidak
dipungut dari non muslim. Sedangkan teori pajak non islam tidak
membedakan muslim dan non muslim dengan alasan tidak boleh
diskriminasi
4) Pajak (dharibah) hanya dipungut dari kaum muslim yang kaya,
tidak dipungut dari selainnya. Dalam pajak non islam kadangkala
juga dipungut atas orang miskin ,seperti PBB atau PPN
5) Pajak (dharibah) hanya dipungut sesuai dengan jumlah pembiaayan
yang diperlukan. Tidak boleh lebih
6) Pajak (dharibah) dapat dihapus bila tidak diperlukan. Menurut
teori pajak non-islam, tidak ada (Gusfahmi, 2011, p. 32)
3. Pajak Daerah
Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009, “pajak daerah
adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Menurut Mardiasmo (2016) pajak daerah dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Pajak Provinsi, terdiri dari:
1) Pajak Kendaraan Bermotor
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4) Pajak Air Permukaan, dan
5) Pajak Rokok
23
b. Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari:
a) Pajak Hotel
b) Pajak Restoran
c) Pajak Hiburan
d) Pajak Reklame
e) Pajak Penerangan Jalan
f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
g) Pajak Parkir
h) Pajak Air Tanah
i) Pajak Sarang Burung Walet 17
j) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bagunan
4. Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
a. Latar Belakang Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan Menjadi Pajak Daerah
Pada tanggal 15 September 2009, telah disahkan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 18
Tahun 1997 dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah dan berlaku secara efektif pada tanggal 1
Januari 2010. Latar belakang pembentukan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 (UU 28/2009) antara lain untuk memberikan kewenangan
yang lebih besar kepada daerah dalam mengatur pajak daerah dan
retribusi daerah, meningkatkan akuntabilitas dalam penyediaan
layanan dan pemerintahan, memperkuat otonomi daerah, serta
memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dan dunia usaha. Hal
yang paling fundamental dalam UU 28/2009 adalah dialihkannya Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Bumi
dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) menjadi pajak
daerah. Pada awalnya PBB-P2 merupakan pajak yang proses
administrasinya dilakukan oleh pemerintah pusat sedangkan seluruh
24
penerimaannya dibagikan ke daerah dengan proporsi tertentu. Namun,
guna meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah,
khususnya dari penerimaan PBB, maka paling lambat tanggal 1 Januari
2014 seluruh proses pengelolaan PBB-P2 akan dilakukan oleh pemda.
Sedangkan, PBB sektor perkebunan, perhutanan, dan pertambangan
masih tetap menjadi pajak pusat (KemenKeu 2014, p. 1).
Adapun dasar pemikiran dan alasan pokok dari pengalihan PBB-
P2 menjadi pajak daerah, antara lain:
1) Berdasarkan teori, PBB-P2 lebih bersifat lokal (local origin),
visibilitas, objek pajak tidak berpindah-pindah (immobile), dan
terdapat hubungan erat antara pembayar pajak dan yang menikmati
hasil pajak tersebut (the benefit tax-link principle).
2) Pengalihan PBB-P2 diharapkan dapat meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dan sekaligus memperbaiki struktur Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
3) Untuk meningkatkan pelayanan masyarakat (public services),
akuntabilitas, dan transparansi dalam pengelolaan PBB-P2.
Berdasarkan Pasal 180 angka 5 UU 28/2009, masa transisi
pengalihan PBB-P2 menjadi pajak daerah adalah sejak tanggal 1
Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2 Pedoman Umum
Pengelolaan PBB-P2 2013. Selama masa transisi tersebut, daerah yang
telah siap dapat segera melakukan pemungutan PBB-P2 dengan
terlebih dahulu menetapkan Peraturan daerah (Perda) tentang PBB-P2
sebagai dasar hukum pemungutan. Sebaliknya, apabila sampai dengan
tanggal 31 Desember 2013 daerah belum juga menetapkan Perda
tentang PBB-P2, maka daerah tersebut tidak diperkenankan untuk
melakukan pemungutan PBB-P2, dan bagi seluruh masyarakat di
daerah yang bersangkutan tidak dibebani kewajiban untuk membayar
PBB-P2 (KemenKeu, 2014, p. 2).
Batas waktu penyerahan kompilasi data, batas waktu penyelesaian
persiapan pengalihan kewenangan pemungutan PBB-P2 oleh pemda,
25
serta pemantauan dan pembinaan. Namun demikian, setelah
implementasi pengalihan PBB-P2 tersebut masih menghadapi berbagai
permasalahan antara lain data piutang, pelayanan PBB-P2 yang belum
terselesaikan, dan mekanisme restitusi PBB-P2 yang pajaknya dibayar
ketika dikelola Pemerintah Pusat namun putusan pengadilan terjadi
setelah PBB-P2 dikelola oleh daerah. Kondisi demikian
mengakibatkan Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri
Dalam Negeri Nomor 213/PMK.07/2010 dan Nomor 58 Tahun 2010
dicabut dan diganti dengan Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan
Menteri Dalam Negeri Nomor 15/PMK.07/2014 dan Nomor 10 Tahun
2014 tentang Tahapan Persiapan Pengalihan PBB-P2 menjadi Pajak
Daerah. Dengan adanya peraturan bersama yang baru ini diharapkan
semua permasalahan yang berkaitan dengan pengalihan PBB-P2
menjadi pajak daerah dapat segera diselesaikan (KemenKeu, 2014, p.
2)
Tujuan Pengalihan pengelolaan PBB-P2 menjadi pajak daerah
sesuai dengan Undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
adalah:
1. meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi daerah
2. memberikan peluang baru kepada daerah untuk mengenakan
pungutan baru (menambah jenis pajak daerah dan retribusi daerah),
3. memberikan kewenangan yang lebih besar dalam perpajakan dan
retribusi dengan memperluas basis pajak daerah,
4. memberikan kewenangan kepada daerah dalam penetapan tarif
pajak daerah, dan
5. menyerahkan fungsi pajak sebagai instrumen penganggaran dan
pengaturan pada daerah.
26
Tabel 2.2.
Perbandingan PBB pada Undang-undang PBB dengan Undang-undang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
UU PBB UU PDRD
Subjek Orang atau Badan yang secara
nyata mempunyai suatu hak
atas bumi, dan/ atau
memperoleh manfaat atas bumi
dan/atau memiliki, menguasa
dan atau memanfaatkan atas
bangunan
(Pasal 4 ayat 1)
Sama
(Pasal 78 ayat 1 &2)
Objek Bumi dan Bangunan
(Pasal 2)
Bumi dan bangunan
kecuali kawasan yang
digunakan untuk
kegiatan usaha
perkebunan, perhutanan
dan pertambangan (Pasal
77 ayat 1)
Tarif Sebesar 0,5%
(Pasal 5)
Paling Tinggi 0,3 %
(Pasal 80)
NJKP 20% s/d 100% (PP 25 Tahun
2002 ditetapkan sebesar 20%
atau 40%)
(Pasal 6)
Tidak Dipergunakan
NJOPTKP Setinggi-tingginya Rp. 12 Juta
(Pasal 3 ayat 3)
Paling Rendah 10 Juta
(Pasal 80)
PBB
Terutang
Tarif x NJKP x (NJOP-
NJOPTKP)
0,5% x 20% x (NJOP-
NJOPTKP)
Atau
0,5% x 40% x (NJOP-
NJOPTKP)
(Pasal 7)
Max: 0,3% x (NJOP-
NJOPTKP)
(Pasal 81)
Keterangan :
DJP masih bertanggung jawab melaksanakan PBB-P2 sampai 31
Desember 2013 sepanjang tidak dilaksanakan oleh Kab/Kota
berdasarkan Perda. Namum melalui tahun 2014 pengelolaan PBB
menjadi tanggung jawab Kota/ Kabupaten
27
Sumber: Direktorat Jenderal Pajak Agustus 2014.
b. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-
P2).
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas
bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan
oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk
kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Sedangkan
untuk sektor usaha perkebunan, perhutanan, pertambangan, dan usaha
tertentu lainnya masih dipungut oleh pemerintah pusat (Mardiasmo,
2016, p. 406).
c. Objek PBB-P2
Objek PBB Perdesaan dan Perkotaan adalah bumi dan bangunan yang
dimiliki, dikuasai atau dimanfatkan oleh orang pribadi atau Badan,
kecuali kawasan yang digunakan usaha perkebunan perhutanan dan
pertambangan.
Termasuk dalam pengertian bangunan adalah:
1) Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan
seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, yang merupakan suatu
kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut.
2) Jalan tol.
3) Kolam renang.
4) Pagar mewah.
5) Tempat olahraga.
6) Galangan kapal / dermaga.
7) Taman mewah.
8) Tempat penampungan/ kilang minyak, air dan gas, pipa minyak
dan
9) Menara.
28
Sedangkan yang tidak dkenakan Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan adalah objek pajak yang (Mardiasmo,
2016, p. 407).
a.) Digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelengaraan
pemerintahan.
b.) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum
dibidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan
nasional yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan.
c.) Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang
sejenisnya.
d.) Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata,
taman nasional, tanah negara yang belum dibebani suatu hak.
e.) Digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat
berdasarkan asas perlakuan timbal balik.
f.) Digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional
yang ditetapkan dengan peraturan menteri keuangan.
d. Subjek PBB-P2 dan Wajib Pajak
Subjek PBB Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau badan
yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi dan atau
memperoleh manfaat atasbumi atau memiliki, menguasai atau
memperoleh manfaat atas bangunan. Wajib Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang secara
nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan bangunan dan memperoleh
manfaat atas bangunan ( Mardiasmo, 2016, p. 407).
e. Persamaan dan perbedaan pengenaan PBB-P2 berdasarkan UU PDRD
dengan UU PBB
1) Persamaan
29
Beberapa persamaan mengenai ketentuan pemungutan PBB
sebagai pajak pusat dan PBB-Perdesaan dan Perkotaan sebagai
Pajak Daerah, sebagai berikut (Dety, 2013, p. 75) :
a) Pendaftaran objek dan subjek PBB dan penerbitan SPPT
PBB.
b) Pengertian tentang bumi dan bangunan sebagai objek PBB.
c) Objek yang dikecualikan dari pengenaan PBB
Secara umum tidak ada perbedaan, tetapi dalam UU PDRD
ada penegasan tentang objek yang dikenakan PBB-P2 yaitu
obejek pajak yang digunakan pemerintah dan daerah untuk
penyelengaraan pemerintahan.
d) Dasar Pengenaan Pajak.
e) Pengertian tentang NJOP.
f) saat, tahun, dan tempat terutangnya pajak,.
2) Perbedaan
Beberapa perbedaan mengenai ketentuan pemungutan PBB
sebagai pajak pusat dan PBB-P2 sebagai pajak daerah, sebagai
berikut (Dety, 2013, p. 76):
a) Sektor yang dikenakan PBB
Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan perkotaan
adalah Bumi atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan
yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan ,
perhutanan dan pertambangan.
b) Kewenangan menetapkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
PBB-P2
Nilai jual objek pajak sebagai dasar pengenaan PBB
Perdesaan dan Perkotaan yang besarnya ditetapkan oleh
Kepala Daerah setiap tiga tahun, dan satu tahun untuk objek
pajak tertentu sesuai dengan perkembangan wilayahnya.
30
c) Tarif Pajak PBB-P2
Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
ditetapkan paling tinggi 0,3 % (nol koma tiga persen) yang
ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Penerapan tarif pajajak
tersebut diatas dimana terdapat klausual yang “paling tinggi”
apa bila kita cermati mempunyai beberapa makna yang
memungkinkan timbul permasalahan dimasyarakat, yaitu:
(1) Penerapan tarif tersebut lebih bersifat fleksibel, yang
dapat berubah setiap periode lima tahunan, seiring dengan
pergantian pemerintah daerah dan masing-masing daerah
kabupaten/kota memungkinkan penerapan tarif yang tidak
sama.
(2) fleksibilitas dala penerapan tarif akan memunculkan
ketidakseimbangan antara daerah kabupaten/kota lain
menimbulkan permasalahan rasa keadilan dikalangan
masyarakat terutama daerah berbatasan, karena bisa saja
terjadi suatu daerah menetapkan tarif sebesar 0,1% dan
daerah lainnya menetapkan 0,2%
(3) Pemerintah daerah kota/kabupaten dapat menerapkan tarif
0% (nol persen) jika diperlukan, karena undang-undang
tidak memberi batasan minimal dalam penetapan tarif
PBB Perdesaan dan Perkotaan, sebaliknya daerah kota/
kabupaten tertentu apabila sektor pajak ini menjadi
primadona sumber pendapatan daerah, maka dapat
menerapkan tarif maksimal sebesar 0,3% (nol koma tiga
persen).
d) Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak PBB-P2
(1) Untuk memberikan rasa keadilan di masyarakat,
ditetapkan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak
(NJOPTKP) yang besarnya paling rendah Rp. 10.000.000
(sepuluh juta rupiah) untuk setiap wajib pajak. Ketentuan
31
tentang NJOPTKP tersebut ditetapkan dengan peraturan
daerah. Berbeda dengan ketentuan umum dalam undang-
undang PBB NJOPTKP tersebut ditetapkan dan
disesuaikan oleh Menteri Keuangan tanpa melalui
persetujuan DPR
(2) NJOPTKP untuk Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan sebagaimana yang dimaksud UU PDRD
digunakan untuk pengurangan dari nilai jual objek pajak
bangunan, bukan sebagai pengurangan NJOP total (tanah
dan bangunan).
(3) NJOPTKOP diberikan kepada setiap wajib pajak bukan
setiap objek pajak. Apabila wajib pajak orang pribadi atau
badan, mempunyai hak , memiliki , menguasai atau
memperoleh manfaaat dari tanah atau bangunan lebih dari
satu obejek, maka hanya diberikan pengurangan satu kali
saja. Pemerintah Daerah melalui Praturan Daerah dapat
menetapkan NJOPTKP setinggi-tingginya, karena UU
PDRD hanya memberikan batasan minimal tetapi tidak
memberikan batasan maksimal.
e) Rumusan perhitunggan PBB-P2
Rumus perhitungan Pajak Bumi dan Banguna Perdesaan dan
Perkotaan berdasarkan Undang-undang nomor 28 tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah sebagai berikut:
PBB Terhutang =((NJOP Tanah)/m2 x LT) + (NJOP
Bangunan/m2 x LB) –(NJOPTKP Bangunan)) x tarif
Pajak
keterangan:
PBB Terhutang :Besarnya pajak terhutang
NJOP Tanah : Nilai jual objek pajak tanah/m2
NJOP Bangunan : Nilai jual objek pajak bangunan/m2
LT : Luas tanah (m2)
32
LB : Luas bangunan (m2)
NJOPTKP : Nilai jual Objek PajakTidak Kena Pajak
dari NJOP Bangunan
f) Hasil penerimaan PBB-P2
Hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan (PBB-P2) 100% menjadi milik pemerintah daerah
kabupaten/kota sebagai salah satu sumber pendapatan
daearah yang dapat digunakan untuk kegiatan
pembangunandidaerah masing-masing dengan penuh tangung
jawab.
g) Hak-hak wajib Pajak PBB-P2
Hak wajib pajak merupakan fasilitas yang diberikan kepada
wajib pajak, dimana hak tersebut dapat digunakan atau tidak
digunakan oleh wajib pajak diantaranya:
(1) Keberatan dan banding
Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa indonesia
dengan disertai alasan-alasan yang jelas, dalam jangka
waktu paling lama tiga bulan sejak tanggal diterimanya
SPPT dan SKPD tersebut oleh wajib pajak, dan keberatan
dapat diajukan apabila wajib pajak telah membayar paling
sedikit sejumlah yang telah disetujui oleh wajib pajak.
Wajib pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya
kepada pengadilan pajak terhadap keputusan mengenai
keberatannya yang ditetapkan oleh kepala daerah.
(2) Pengurangan, penghapusan, sanksi administrasi dan
pembatalan SPPT dan SKPD
Segala sesutu yang berkaitan dengan permohonan
pengurangan dan penghapusan sanksi administrasi,
pengurangan atau pembatalan SPPT dan SKPD diatur
dalam kepala daerah.
33
f. Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli
yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual
beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek
lainnya yang sejenis atau nilai perolehan baru, atau NJOP penganti.
Penetapan NJOP dapat dilakukan dengan:
1) Perbandingan harga denanobjek lain yang sejenis adalah suatu
pendekatan/metode penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan
cara membandingkan dengan objek pajak lain yang sejenis yang
letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui
harga jualnya
2) Nilai perolehan baru adalah suatu pendekatan atau metode
penentuan nilai jual suatu objek pajak dengan cara menghitung
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh objek tersebut
pada saat penilaian dilakukan yang dikurangi dengan penyusutan
berdasarkan kondisi pisik objek tersebut.
3) Nilai jual penganti adalah suatu pendekatan/atau penentuan nilai
jual suatu objek pajak yang berdasarkan pada hasil produksi
objek pajak tersebut.
Berdasarkan sebagaimana dimaksud pada dasarnya ditetapkan
setiap 3 tahun sekali. Untuk daerah tertentu yang perkembangan
pembangunannya mengakibatkan kenaikan NJOP yang cukup
besar, NJOP dapat ditetapkan setahun sekali. Penetapan besarnya
NJOP dilakukan oleh Kepala Daerah.
g. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)
Bearnya NJOPTKP ditetapkan paling rendah sebesar Rp.
10.000.000,00 (Sepuluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.
NJOPTKP ditentukan oleh masing masing pemerintah kabupaten/kota
dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
34
h. Mekanisme PBB Perdesaan dan Perkotaan
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaaan dikenakan setiap
tahun. Pajak Bumi dan Bangunan terutrang dihitung menurut keadaan
objek pajak pada tanggal 1 januari. Tempat Pajak Bumi dan Bangunan
terutang adalah diwilayah daerah yang meliputi letak objek pajak.
Pendataan terhadap objek PBB dilakukan dengan mengunakanSurat
Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP). SPOP harus diisi dengan jelas,
benar, dan lengkap serta ditanda tanggani dan disampaikan kepada
Kepala Daerah yang wilayah kerjanya meliputi letak objek pajak
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal
diterimanya SPOP oleh Subjek Pajak.
Berdasarkan SPOP, Kepala Daerah menerbitkan Surat Pemberitahuan
Pajak Terutang (SPPT). Kepala Daerah menentukan tanggal jatuh
tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang paling lama 6
(enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh Wajib Pajak.
Kepala daerah dapat mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKPD) dalam hal-hal sebagai berikut:
1. SPOP tidak disampaikan dan setelah Wajib Pajak ditegur secara
tertulis oleh kepala Daerah sebagaimana ditentukan dalam Surat
Teguran.
2. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keteranganlain ternyata jumlah
pajak yang terutang lebih besar dai jumlah pajk yang dihitung
berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh Wajib Pajak
(Mardiasmo, 2016, p. 409).
i. Tujuan ditetapkannya PBB-P2 adalah:
1) menyederhanakan peraturan perundang-undangan pajak sehingga
mudah dimengerti oleh rakyat;
2) memberi kuasa hukum yang kuat pada pemungutan pajak atas harta
tak bergerak di semua daerah dan menghilangkan simpang siur;
35
3) memberikan kepastian hukum kepada masyarakat sehingga rakyat
tau sejauh mana hak dan kewajibannya;
4) memberikan penghasilan kepada daerah yang sangat diperlukan
untuk menegakkan otonomi daerah dan untuk pembangunan
daerah;
5) menambah penghasilan daerah, membiayai setiap pengeluaran
dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah.
j. Tempat Pembayaran PBB-P2
a) Tempat pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan yang selanjutnya disingkat TP-PBB-P2 adalah Bank
Pemerintah/ Bank Swasta Nasional yang ditunjukan oleh Bupati
untuk menerima pembayaran PBB sektor Perdesaan dan Perkotaan
dan memindah bukukan hasil penerimaan OBB ke bank persepsi
PBB sebagaimana tercantum dalam SPPT/SKPD/STPD-PBB
b) Tempat pembayaran PBB Elektronik yang selanjutnya disingkat
TP-PBB Elektonik adalah Bank Pemerintah/ Bank Swasta
Nasional yang ditunjukan oleh Bupati untuk menerima
pembayaran PBB sektor Perdesaan dan Perkotaan secara elekronik
dan memindahbukukan hasil penerimaan PBB ke Bank/ Kantor
Pos Persepsi PBB elektronik
c) Tempat pembayaran PBB On-Line yang selanjutnya disingkat TP-
PBB On-Line adalah Bank Pemerintah/ Bank Swasta Nasional
uang ditunjukan Bupati untuk menerima pembayaran PBB sektor
Perdesaan dan Perkotaan secara On-line dan memindah bukukan
ke Bank Persepsi PBB (Peraturan Bupati Tanah Datar No. 3 Tahun
2013)
5. Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan wajib pajak merupakan salah satu ukuran kinerja wajib pajak
dibawah pengawasan Direktorat Jenderal Pajak. Artinya, tinggi rendahnya
36
kepatuhan wajib pajak akan menjadi dasar pertimbangan Direktorat
jenderal pajak dalam melakukan pembinaan, pengawasan, pengelolaan dan
tindak lanjut terhadap waji pajak (Pandiangan, 2014, p. 245).
Kepatuhan wajib pajak dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan
hak perpajakannya. Kepatuhan wajib pajak dapat diukur dari pemahaman
terhadap semua ketentuan perundang-undangan perpajakan, mengisi
formulir dengan lengkap dan jelas, membayardan melaporkan pajak yang
terutanng tepat pada waktunya.
Kepatuhan wajib pajak dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
Internal dan faktor Eksternal. Faktor Internal merupakan faktor yang
berasal dari diri pajak sendiri dan berhubungan dengan karakteristik
individu yang menjadi pemicu dan menjalankan kewajiban perpajakannya.
Faktor Internal yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak adalah faktor
pendidikan, faktor kesadaran beragama, kesadaran wajib pajak, faktor
rasional, faktor pemahaman terhadap undang-undang. Sedangkan faktor
eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri wajib pajak (Cindi &
Yenni, 2013).
Terdapat dua macam kepatuhan yakni :
a. Kepatuhan Formal
Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak
memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan
ketentuan dalam undang-undang perpajakan
. Dalam hal ini kepatuhan formal meliputi:
1) Wajib pajak membayar dengan tepat waktu
2) Wajib pajak membayar dengan tepat jumlah
3) Wajib pajak tidak memiliki tanggungan pajak bumi dan bangunan
b. Kepatuhan Material
Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara
substantif/hakekat memenuhi semua ketentuan material perpajakan,
37
yakni sesuai isi dan jiwa undang-undangn perpajakan. Dalam hal ini
kepatuhan material adalah:
a) Wajib pajak bersedia melaporkan informasi tentang pajak apabila
petugas pajak membutuhkan informasi
b) Wajib pajak bersikap kooperatif (tidak menyusahkan) petugas
pajak dalam pelaksanaan proses administrasi perpajakan.
c) Wajib pajak berkeyakinan bahwa melaksanakan kewajiban
perpajakan merupakan tindakan sebagai warga Negara yang baik.
Kriteria wajib pajak patuh sebagaimana ditetapkan dalam pasal 17C ayat
(2) UU KUP dan peraturan menteri keuangan nomor 192/PMK.03/2007
harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), meliputi:
a. Penyampaian SPT Tahunan tepat waktu dalam 3 tahun terakhir.
b. Penyampaian SPT Masa yang terlambat dalam tahun terakhir untuk
masa pajak januari sampai november tidak lebih dari 3 masa pajak
untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut.
c. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak dengan
keadaan tanggal 31 desember tahun sebelum penetapan sebagai wajib
pajak patuh dan tidak termasuk utang pajak yang belum melewati batas
akhir pelunasan, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin
mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
d. Laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau lembaga
pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian selama 3 tahun berturut-turut. Laporan keuangan harus
disususn dalam bentuk panjang dan menyajikan rekonsiliasi laba rugi
komersial serta fiskal bagi wajib pajak yang wajib menyampaikan SPT
tahunan
e. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindakan pidana dibidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu lima tahun terakhir.
38
Indikator dari kepatuhan wajib pajak PBB-P2 ini merupakan modifikasi
dari penelitian (Intan. 2016) adalah :
1) Wajib pajak selalu melakukan pembayaran pajak dengan tepat waktu
2) wajib pajak selalu melakukan pembayaran pajak dengan jumlah yang
tepat
3) wajib pajak tidak memiliki tunggakan
4) wajib pajak selalu memberikan informasi terkait pajak ketika informasi
tersebut dibutuhkan petugas
5) wajib pajak yaitu sebagai warga negara yang baik maka perlu tindakan
melaksanakan kewajiban perpajakan.
6. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
a) Kesadaran Wajib Pajak.
Kesadaran menurut Novel dalam (Rahayu: 141) adalah keadaan
mengetahui sedangkan perpajakan adalah perihal pajak. Sehingga
kesadaran wajib pajak adalah keadaan dimana seseorang mengetahui
atau mengerti perihal.Kesadaran wajib pajak berkonsekuensi logis
untuk wajib pajak, yaitu kerelaan wajib pajak memberikan konstribusi
dana untuk pelaksanaan fungsi perpajakan dengan cara membayar
pajak tepatpada waktunya.
Kesadaran wajib pajak berkaitan dengan Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan diantaranya adalah (Jhon, Sunarti,
Arik, 2015) sebagai berikut:
1) Sebagai orang yang memperoleh mamfaat atas bumi dan
bangunan wajib pajak memiliki kewajiban dalam membayar pajak
atas objek yang mereka miliki/mamfaatkan
2) Wajib pajak sadar bahwa pajak merupakan sumber pendapatan
daerah jadi sebagai warga negara yang merupakan bagian bagian
dari sebuah daerah kesadaran membayar pajak juga dapat
diartikan untuk turut serta dalam pembangunan daerah .
39
Menurut Rusli (2014) rmenguraikan beberapa bentuk kesadaran
membayar pajak yang mendorong WP untuk membayar pajak.
Pertama, kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi dalam
menunjang pembangunan negara. Dengan menyadari hal ini, WP mau
membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan
pajak yang dilakukan. Kedua, kesadaran bahwa penundaan
pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak sangat merugikan
negara. WP mau membayar pajak karena memahami bahwa
penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak
berdampak pada kurangnya sumber daya finansial yang dapat
mengakibatkan terhambatnya pembangunan negara. Ketiga, kesadaran
bahwa pajak ditetapkan dengan Undang-Undang dan dapat
dipaksakan. WP akan membayar karena pembayaran pajak disadari
memiliki landasan hukum yang kuat dan merupakan kewajiban
mutlak.
Masyarakat harus sadar akan keberadaannya sebagai warga
negara di mana sebagai seorang wajib pajak mempunyai kewajiban
untuk melaporkan dan membayar pajak dalam keadaaan sadar tanpa
ada paksaan. Rendahnya kesadaran wajib pajak akan menimbulkan
perlawanan terhadap pajak yaitu melakukan penghindaran pajak baik
secara legal yang tidak melanggar undang-undang (tax avoidance)
maupun secara ilegal yang melanggar undang-undang seperti
menggelapkan pajak (taxevasion). Kesadaran Wajib Pajak akan
meningkat apabila di dalam masyarakat muncul persepsi positif
terhadap pajak. Misalnya dengan pelayanan yang diberikan oleh
petugas pajak diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran wajib
pajak dalam membayar pajak. Pengetahuan yang tinggi tentang
perpajakan pun turut memiliki andil dalam hal ini (Khasanah. 2014)
Indikator dari kesadaran wajib pajak (Nurfauzi. 2016) adalah:
a. Fasilitas dan pelayanan umum berasal dari pajak / manfaat pajak
b. Penundaan pembayaran pajak sangat merugikan negara
40
c. Kesadaran wajib pajak mengenai pengenaan PBB-P2, yaitu bukan
merupakan beban bagi wajib pajak.
d. Kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajak
e. Pajak merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang
pembangunan negara
Kesadaran memenuhi kewajiban perpajakan tidak hanya tergantung
kepada masalah-masalah teknis saja yang menyangkut metode
pemungutan, tarif pajak, teknis pemeriksaan penidikan dan penerapan
sanksi sebagai perwujudan pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan pajak dan pelayanan kepada wajib pajak selaku
pihak memberi dana bagi negara disamping itu tergantung pada wajib
pajak sejauh mana wajib pajak tersebut akan mematuhi akan ketentuan
perundang-undangan (Novel. 2014).
b) Pengetahuan Perpajakan
Pengetahuan perpajakan adalah imformasi pajak yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk bertindak, mengambil keputusan dan
untuk menempuh arah atau strategi tertentu sehubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajibanya dalam bidang perpajakan.
Imformasi yang diberikan tidak sekedar hal-hal yang menyangkut
kewajiban membayar pajak dan cara pengisian SPT, tetapi juga
memberikan penerangan kepada masyarakat tentang pentingnya pajak
bagi pemerintah dan wajib pajak. Tanpa adanya pengetahuan tentang
pajak manfaatnya tidak mungkin orang akan tulus ikhlas membayar
pajak (Ancok, 2004, p. 217).
Pengetahuan Perpajakan (Budhiartama:2016) adalah
kemampuan seseorang wajib pajak dalam mengetahui peraturan
perpajakan baik itu soal tarif pajak yag akan mereka bayar, maupun
manfaat pajak yang akan berguna bagi kehidupan wajib pajak.
Pengetahuan peraturan perpajakan dalam sistem perpajakan
yang baru, wajib pajak diberikan kepercayaan untuk melaksanakan
41
kegotong royongan nasional melalui sistem menghitung,
memperhitungkan, membayar, melaporkan sendiri pajak yang
terutang. Dengan adanya sistem ini diharapkan para wajib pajak tau
akan fungsi pembayaran pajak. Dan diharapkan sistem ini dapat
terwujud keadilan. Yang dimaksud adil disini wajib pajak menghitung
dengan sesuai ketentuan perpajakan dan pemerintah tau menggunakan
semua ini sesuai kebutuhan guna untuk membangun negara e-journal
(Nila. 2011).
Dengan adanya pengetahuan perpajakan tersebut akan
membantu kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. sehingga
tingkat kepatuhan wajib tingkat kepatuhan akan meningkat. pada
umumnya seseorang yang memiliki pendidikan akan sadar dan patuh
terhadap hak dan kewajibanya, tanpa harus dipaksakan dan diancam
oleh beberapa sanksi dan hukum. wajib pajak yang berpengetahuan
secara sadar diri akan patuh membayar pajak. mereka telah
mengetahui bagaimana alur penerimaan pajak tersebut akan berjalan,
hingga akhirnya manfaat membayar pajak tersebut dapat dipaksaan
(Banyu. 2011).
Indikator dari pengetahuan perpajakan ini merupakan modifikasi
dari penelitian adalah :
1) Pengetahuan wajib pajak mengenai tatacara dan ketentuan umum
perpajakan (Kahasanah.2014)
2) Pengetahuan wajib pajak pada pendaftaran sebagai wajib pajak
(Budhiartama 2016)
3) Pengetahuan tentang peraturan pajak( Banyu. 2011).
4) Pengetahuan wajib pajak pada tata cara pembayaran pajak
(Budhiartama 2016).
5) Pengetahuan pajak pada tarif pajak (Budhiartama 2016)
B. Penelitian Yang Relevan
42
Adapun mengenai penelitian yang penulis bahas ini, dari hasil
peninjauan terhadap beberapa penelitian dan karya ilmiah lainnya, penulis
menemukan beberapa pembahan yang ada kaitannya dan searah dengan
masalah yang penulis bahas adalah:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Siti (2009) Jurusan Akuntansi fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang dengan judul “Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi
Dan Bangunan”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan. Penelitian yang dilakukan penulis
adalah dengan mengunakan kuesioner. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 363 sampel wajib pajak yang berada di Kecamatan
Dukuhturi Kabupaten Tegal tepatnya wajib pajak di pagangan dan sampel
diambil dengan teknik cluster proportional random sampling. Hasil
penelitian menunjukan bahwa: (1) Faktor pendapatan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Besarnya sumbangan
variabel pendapatan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Dukuhturi Kabupaten
tegal. (2) Pelayanan perpajakan memberikan pengaruh positif ddan
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. (3) Hasi perhitungan uji parsial
menunjukan bahwa variabel pengetahuan perpajakan memberikan
pengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. (4)
Hukum pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak. Bedanya dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian
ini mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan
wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan banguan dengan variabel
pendapatan, pelayanan pajak, pengetahuan pajak, dan hukum pajak.
Sementara peneliti hanya mengambil variabel yang akan di uji
pengaruhnya yaitu variabel pengetahuan perpajakan dan kesadaran wajib
pajak.
43
2. Penelitian yang dilakukan oleh Banyu (2011) Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Syari Hidayatullah
dengan judul “ Pengaruh Sikap,Kesadaran Wajib Pajak, dan Pengetahuan
Perpajakan Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kecamatan
Pamulanh Kota Tangerang Selatan”. Penelitian ini mengkaji tentang
pengaruh sikap,kesaran wajib pajak,dan pengetahuan perpajakan terhadap
tingkat kepatuhan. Penelitian ini mengunakan kuesioner dengan
pengambilan sampel sebanyak 78 sampel dengan teknik comvenance
smpling. Hasil penelitian ini menunjukan (1) sikap wajib pajak tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dakam
membayar pajak bumi dan bangunan Di Kecamatan Pamulang Kota
Tangerang Selatan. (2) kesadaran wajib pajak berpengaruh secara
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi
dan bangunan di Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan. (3)
pengetahuan perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan di Kecamatan Pamulang
Kota Tangerang Selatan. Bedanya dengan penelitaian yang penulis
lakukan adalah tempat penelitiannya penulis melakukan penelitian di
Nagari Sabu Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar. Dengan
mengambil 2 variabel yaitu pengetahuan wajib pajak dan kesadaran wajib
pajak.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Budhiartama (2016) di dalam E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana Tentang “Pengaruh Sikap, Kesadaran
Wajib Pajak Dan Pengetahuan Perpajakn Pada Kepatuhan Wajib Pajak
Bumi Dan Banguan”. Hasil penelitian dapat diperoleh sebagai berikut: 1)
Sikap wajib pajak berpengaruhpositif dan signifikan pada kepatuhanwajib
pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Artinya semakin baik
sikap wajib pajak maka kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak
Bumi dan Bangunan semakin tinggi; 2) Pengetahuan perpajakan
berpengaruhpositif dan signifikan pada kepatuhanwajib pajak dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Artinya semakin mengerti dan
44
paham wajib pajak dalam pentingnya membayar pajak maka kepatuhan
wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan semakin tinggi;
3) Kesadaran wajib Pajak berpengaruhpositif dan signifikan pada
kepatuhanwajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan.
Artinya semakin tinggi tingkat kesadarankwajib pajak maka
kepatuhankwajib pajak dalamkmembayar Pajak Bumikdan Bangunan
semakink tinggi. Bedanya dengan penelitian yang penulis lakukan adalah
penulis meneliti dua variabel yaitu kesadaran wajib pajak dan pengetahuan
perpajakan dan peneliti tidak meneliti sikap wajib pajak.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Cristian dan Devi dalam E-Journal Tahun
2014 tentang “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib
Pajak Dalam Melakukan Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan
Perdesaan Dan Perkotaan”. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara
parsial variabel SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang), pengetahuan
Pajak, pelayanan Pajak dan kesadaran Wajib Pajak berpengaruh signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB-P2. Hasil analisis
menunjukkan bahwa variabel SPPT, pengetahuan Pajak, pelayanan Pajak
dan kesadaran Wajib Pajak berkorelasi positif dengan kepatuhan wajib
pajak dalam membayar PBB-P2. Sehingga apabila salah satu variabel
tersebut meningkat, maka kepatuhan kepatuhan wajib pajak dalam
membayar PBB-P2 juga akan meningkat, dan berlaku sebaliknya apabila
salah satu faktor menurun, maka kepatuhan wajib pajak dalam membayar
PBB-P2 juga akan mengalami penurunan.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Intan dalam E-jornal (2016) dengan judul
“Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Melakukan Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan Pedesaan Dan
Perkotaan” penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan wajib. Penelitian ini mengunakan kuesioner
dengan sampel 100 wajib pajak dengan teknik pengambilan sampel adalah
Random Sampling. Hasil penelitian ini menunjukan (1) Keakuratan SPPT
berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam melakukan
45
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan di
Provinsi DIY. (2) Kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap
kepatuhan wajib pajak dalam melakukan pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan Pedesaan dan Perkotaan di Provinsi DIY.(3) Kesadaran wajib
pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam melakukan
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan di
Provinsi DIY. (4) Sanksi pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak dalam melakukan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan
Pedesaan dan Perkotaan di Provinsi DIY. (5) Sosialisasi pemerintah tidak
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam melakukan
pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan di
Provinsi DIY. Perbedaan dari penelitian yang penulis lakukan adalah,
penulis hanya melakukan penelitian tentang pengetahuan perpajakan dan
kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan
C. Kerangka Teoritis
Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang akan di identifikasi teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang akan diidentifikasikan sebagai
masalah yang penting. Dalam penelitian ini adalah tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi
dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2). Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini sebanyak tiga variabel yaitu dua variabel independen dan
satu variabel dependen. Variabel independen yang digunakan yaitu, kesadaran
wajib pajak (X1), Pengetahuan Perpajakan (X2), Sedangkan variabel
dependen yang digunakan yaitu Tingkat kepatuhan wajib pajak (Y).
46
Gambar 1.1
kerangka teori
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian
yang diperoleh melalui kajian teoritik berupa analisis deduktif yang bersifat
kesimpulan sementara. Kebenaran harus dibuktikan memlalui data yang
terkumpul (Sugiyono, 2013, p. 159). Berikut hipotesis yang diajukan adalah:
1. Pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak
dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Wajib Pajak PBB-P2 dikatakan memiliki kesadaran yaitu ketika niat yang
berasal dari dalam diri untuk membayar PBB-P2 karena merasa memiliki
kewajiban yang harus dipenuhi sebagai wujud kepatuhannya terhadap
undang-undang semakin tinggi kesadaran wajib pajak untuk melakukan
pembayaran wajib pajak maka semakin meningkat kepatuhan wajib pajak
tersebut karena telah memenuhi dan melaksanakan kewajiban tanpa ada
pengaruh dari siapapun (Intan, 2016, p. 6).
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan, maka:
H01: Kesadaran wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)
Ha1: Kesadaran wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan (PBB-P2)
Kesadaran wajib
pajak
(X1)
Tingkat
Kepatuhan Wajib
Pajak
(Y)
Pengetahuan
Perpajakan
(X2)
47
2. Pengaruh pengetahuan perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak
dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
(PBB-P2).
Pengetahuan Pajak adalah kemampuan seorang wajib pajak dalam
mengetahi peraturan-peraturan perpajakan baik itu soal tarif pajak yang
akan mereka bayar maupun manfaat pajak yang berguna bagi kehidupan
mereka. Dengan pengetahuan pajak yang dimiliki wajib pajak maka wajib
pajak mengerti bagaimana pentingnya membayar pajak bumi an bangunan
(Banyu. 2011). Berdasarkan teori yang dipaparkan maka:
H02: Pengetahuan perpajakan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)
Ha2: Pengetahuan Perpajakan berpengaruh signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah field
research dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian dengan
pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang menekankan pada pengujian
teori-teori atau hipotesis-hipotesis melalui pengukuran variabel-variabel
penelitian dalam angka-angka dan melakukan analisis data dengan prosedur
statistik atau permodelan matematis (Sujoko, Stevanus, tan, 2008, p. 47)
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei sampai bulan Agustus 2017.
Bertempat di Nagari Sabu Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2014, p. 80). Populasi dari penelitian ini adalah wajib pajak yang ada di
Nagari Sabu Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar sebanyak 1663
orang wajib pajak.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Untuk penentuan sampel dalam penelitian ini
ditetapkan bahwa nilai e atau persentase kelongaran ketidakpastian karena
kesalahan pengambilan sample yang masih dapat diukur adalah 15% atau
0,15 dengan mengunakan rumus slovin. Rumus perhitungan besaran
sampel menurut pendapat slovin (Umar, 2009, p. 77):
48
49
Dimana :
N= ukuran populasi
n= ukuran sampel
e= batasan penelitian yang di inginkan
Dengan jumlah populasi 1663 orang maka batas minimal pengambilan sampel
dengan berdasarkan rumus diatas adalah
Maka sampel yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah 44 orang wajib
pajak Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini mengunakan kuesioner yang dibagikan
langsung kepada responden. Kuesioner atau daftar pertanyaan sudah dibuat
sebelumnya oleh penelitian terdahulu kemudian peneliti mengembangkan
kembali instrumen yang telah ada sebagai pedoman bagi peneliti untuk
melakukan penelitian. Berikut ini adalah kisi-kisi dalam intrumen penelitian
yang digunakan:
50
Tabel 3.1
Kisi- Kisi Kuesioner Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan
Perdesaan Dan Perkotaan (PBB-P2)
No Variabel Indikator Jumlah
Pernyataan
1. Kesadaran
Wajib Pajak
(X1)
(Nurfaizi. 2016)
a. Fasilitas dan pelayanan umum
berasal dari pajak/ manfaat pajak
b. Penundaan pembayaran pajak
sangat merugikan negara
c. Kesadaran wajib pajak mengenai
pengenaan PBB yaitu bukan
merupakan beban bagi wajib pajak
d. Kesadaran wajiib pajak untuk
memenuhi kewajiban pajak
e. Pajak merupakan bentuk paartisipasi
dalam menunjang pembangunan
Negara
1
1
1
1
1
2. Pengetahuan
Perpajakan
(X2)
(Khasanah.
2014)
(Budhiartama.
2016)
(Banyu. 2011 )
a. Pengetahuan mengenai Ketentuan
Umum dan Tata cara Perpajakan
b. Pengetahuan wajib pajak terhadap
pendaftaran sebagai wajib pajak
c. Pengetahuan wajib pajak terhadap
tata cara pembayaran pajak
d. Pengetahuan wajib pajak terhadap
peraturan pajak
e. Pengetahuan pajak terhadap tarif
pajak
1
1
1
1
1
3. Kepatuhan
Wajib Pajak
(Y)
(Intan. 2016)
a. Wajib pajak selalu melakukan
pembayaran pajak dengan tepat
waktu.
b. Wajib pajak selalu melakukan
pembayaran pajak dengan jumlah
yang tepat.
c. Wajib pajak tidak memiliki
tunggakan
d. Wajib pajak selalu memberikan
informasi terkait pajak ketika
imformasi tersebut dibutuhkan
e. Wajib pajak yakin bahwa sebagai
warga negara yang baik maka perlu
melaksanakan kewajiban
perpajakan.
1
1
1
1
1
51
E. Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data dari penelitian ini adalah:
1. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti dari sumber utamanya. Sumber data primer yang penulis maksud
adalah wajib pajak di Nagari Sabu Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah
Datar.
2. Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumen-dokumen yang diperoleh dari Kantor Wali Nagari. Data
sekunder yang diperoleh dari sumber data sekunder yaitu berupa data
wajib pajak, data realisasi penerimaan pajak, profil lembaga, dan struktur
organisasi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Teknik wawancara
Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data dimana pewawancara
(peneliti atau yang diberi tugas melakukan pengumpulan data) dalam
mengumpulkan data mengajukan suatu pertanyaan yang diwawancarai
(Sugiyono, 2014, p. 224). Wawancara dilakukan dengan Bapak Usriadi
sebagai Petugas Pemungutan pajak PBB-P2.
2. Teknik Kuesioner
Teknik angket (kuesioner) merupakan suatu pengumpulan data dengan
memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan dengan memberikan atau
menyebarkan daftar pertanyaan-pertanyaan kepada responden dengan
harapan memberikan responden atas daftar pertanyaan (Umar, 2009, p.
49). Kuesioner disebarkan kepada sampel wajib pajak yang ada di Nagari
Sabu.
Lembar angket digunakan untuk mengetahui pengaruh kesadaran wajib
pajak dan pengetahuan perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak
dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
(PBB-P2). Dalam penelitian ini angket yang digunakan dengan
52
mengunakan skala likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seorang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2014,
p. 93). Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus
mengambarkan, mendukung pernyataan untuk digunakan jawaban yang
dipilih dengan skala likert. Rancangan dengan masalah dan tiap-tiap
pertanyaan akan diberi bobot yang sudah ditentukan. Untuk pembobotan
penilaian sebagai berikut:
Tabel 3.2
Skor Penilaian Berdasarkan Skala Likert
Skala Likert Bobot Pertanyaan
Sangat Setuju 5
Setuju 4
Ragu-Ragu 3
Tidak setuju 2
Sangat tidak setuju 1
(Sumber: Sugiyono, 2014, p. 94)
G. Teknik Analisis Data.
Analisis data penelitian merupakan bagian dari proses pengujian data setelah
tahap pemilihan dan pengumpulan data dalam penelitian. Analisis data dalam
penelitian ini mengunakan analisis regresi linear berganda dengan bantuan
program IBM SPSS statistic 22 (Statistical Package For Social Science)
(Priyatno, 2014, p.1). Metode-metode yang digunakan untuk menganalisis
data dan mrnguji hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bukti Validitas dan Estimasi Reliabilitas
a. Bukti Validitas
Bukti validitas menurut Suherdianto dalam (Ghozali, 2011) Bukti
validitas digunakan untuk mengukur sah atau validnya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas item dengan teknik
Coreeted item total corelation, yaitu dengan mengkolerasikan skor
item dengan skor totalnya dan melakukan koreksi terhadap nilai
53
koefisien kolerasi. Pembuktian signifikan dilakukan dengan kriteria
mengunakan r tabel pada tingkat signifikan 0,05 dengan uji dua sisi.
Jika nilai positif dan nilai r hitung > r tabel, maka item dinyatakan
valid, jika r hitung < r tabel maka item dinyatakan tidak valid .
b. Estimasi Reliabilitas
Estimasi reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi jawaban
responden. Maksudnya apakah alat ukur tersebut akan mendapatkan
pengukuran yang tetap konsisten jika pengukuran diulang kembali.
Metode yang sering digunakan dalam penelitian untuk mengukur skala
rentangan (seperti skala likert 1-5) adalah cronbach alpha. Untuk
menentukan apakah instrumen realibel atau tidaknya mengunakan
batasan 0,6. Reliabelitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik,
sedangkan 0,7 dapat diterima dan 0,8 adalah baik (Priyatno, 2014,
p.64)
2. Hasil Analisis Data dan Uji Hipotesis
a. Koefisian Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui tingkat
ketepatan yang paling baik dalam analisis regresi, hal ini ditunjukan
oleh koefisien determinasi (R2). Nilai koefisien determinasi adalah 0
sampai 1, semakin R2
mendekati 0 maka semakin kecil kemampuan
semua variabel independen dalam menjelaskan perubahan nilai
variabel independen terhadap variabel dependen. Secara umum
koefisien untuk data crossection relatif rendah karena adanya variasi
yang besar antara masing-masing pengamatan. sedangkan data time
series biasanya mempunyai koefisien determinasi tinggi
(ghozhali,2012)
b. Metode Analisis Regresi Linear berganda.
Metode analisis regresi linear berganda adalah data pengamatan
biasanya tidak hanya satu variabel melainkan memiiki beberapa atau
54
bahkan banyak variabel (Umar, 2009, p. 49). Metode regresi berganda
bertujuan untuk memprediksi besar variabel dependen dengan
mengunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya.
Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
linear berganda untuk mengetahui pengaruh kesadaran (X1),
pengetahuan perpajakan (X2) terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak
(Y). Rumus regresi linear berganda yang digunakan adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Dalam hal ini adalah
a = Konstanta
b1, b2, = koefisien regresi masing-masing variabel
X1 = Kesadaran wajib pajak
X2 = Pengetahuan perpajakan
Y = tingkat kepatuhan wajib pajak
e =eror term
c. Pengujian Hipotesis (Uji statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel
dependen. Pengujian dilakukan dengan mengunakan tingkat signifikan
0,05 (α=5%). Penerimaan atau penolakan hpotesis dilakukan dengan
kriteria sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis nol diterima ( koefisien
regresi tidak signifikan) hal ini berarti bahwa secara parsial
variabel independen tersebut tidak mempunya pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen,
2) Jika nilai signifikan < 0,05 maka hipotesis nol ditolak (koefisien
regresi signifikan) hal ini berarti secara parsial variabel
independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen.
55
d. Pengujian Statistik F
Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua
variabel independen yang dimaksukan kedalam model regresi secara
bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005:84). kriteria
ini dipakai untuk membuat keputusan terhadap hasil uji hipoteis adalah
berdasarkan tingkat signifikan sebesar 0,05 yang merupakan
probabilitas kasalahan sebesar 5%.
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM NAGARI SABU
1. Sejarah Nagari Sabu
Menurut cerita orang tua-tua, nama Nagari Sabu berasal darikata
“SABULAN”. Pada zaman dahulu kala, waktu Sultan MahaRajo dirajo
yang menurut tambo adalah keturunan Sultan Iskandar Zulkaiman bertolak
dari tanah basa (India Daratan) memimpin suatu rombongan besar
diantaranya: Suri Dirajo, Indo Jati, Cati Bilang Pandai, Harimau (Campo),
Kuciang (siam), kambiang (hutan), Anjiang (mualim) dan para anggotanya
menyusuri pulau laka dewa melalui seindit atau Langga Puri ( Pulau
Ceylon/Sailan/ Srilanka) terus ke laut lepas (Lautan India). di dalam
berlayar di lautan, tampak lah api takijok-kijok , gunuang sawaktu maso
itu di ateh puncak langga puri, banamo gunuang marapi. Maka di dekatilah
gunuang tersebut, takdir tuhan waktu itu kandas lah kapalnya di batu
karang di kaki gunuang marapi, daerah tempat kapal Sultan MahaRajo
Dirajo kandas tersebut berada di sebelah utara jorong kampung sebelas
sekarang.
“SABULAN” (Satu bulan) lama kapanya kandas,,, katiko aia
basentak turun, bumilah basenta naiak, turun lah Sultan keatas karang
tersebut sambil melihat dan meninjau ke bawah, dinamailah daerah
tersebut “TINJAU KARANG” seperti bunyi pantun/gurindam orang tua-
tua.
Dimano asa titiak palito
Dibaliak telong nan batali
Dari mano asa niniak kito
Turun dipuncak gunuang marapi
Gunonyo cindai urang kariang
Tajamua ateh pamatang
Sabalun turun ka Pariangan
SABU LAN di Tanjuang Karang
56
57
Maka berjalanlah Sultam Maharajo Dirajo bersama rombongan,
diturut/dituju arah matahari terbit, bassentak turun kabawah, lah tibo di
Guguak Ampan di lagundi nan baselo, yaitu daerah Guguak-sikaladi
sekarang terus turun dan menetap di pariangan.
Pada mulanya Nagari ini akan di huni,Taratak atau Dusun, korong
dari kampung akan dibuat adalah di “NAGARI” yang terletak di Jorong
Kampung XI sekarang. Di daerah ini mereka yang datang dari pariangan
memulai kehidupan dan berusaha membuka pemukiman baru
melangsungkan kehidupan seperti: berladang, bercocock tanam, berburu
dan sebagainya. setelah penduduk berkembang biak, dikembangkanlah
daerah baru yang berada disekitarnya seperti Sungai Ungkang, Subarang,
Kampung XI, Pakan akad, kesemua daerah tersebut telah dijadikan jorong
dalam kenagarian Sabu. Nagari Sabu dari empat jorong antara lain:
1. Jorong Sungai Ungkang
2. Jorong Subarang
3. Jorong Kampung XI
4. Jorong Pakan Akad
Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa Nenek Moyang Masyarakat
Nagari Sabu beasal dari pariangan, maaka melalui proses yang panjang
mereka telah berkembang baik hidup berpencar-pencar di masing-masing
jorong seperti yang kita temukan sekarang.
maka menurut adat, di nagari Sabu dipakai kelarasan adat koto piliang
kenagarian Sabu ini ditemukan 4 suku atau pasukuan, yaitu:
1. Sikumbang
2. Pisang
3. Koto
4. Guci
58
2. Demografis
Tabel 4.1
Kondisi Geografis
No. Uraian
1 Luas wilayah : 1270
2. Jumlah Jorong : 4 (Jorong)
1) Jorong Subarang Sabu
2) Jorong Kampung XI sabu
3) Jorong Pakan akad
4) Jorong Sungai Ungkang
3. Batas wilayah nagari sabu:
a. Utara : Gunuang Marapi
b. Selatan : Nagari Batipuh Ateh
c. Barat : Nagari Batipuh ateh, Nagari andaleh
d. timur : Nagari Pariangan
4 Topografi
a. luas kemiringan lahan (rata-rata) 1270 Ha
b. ketinggian atas permukaan laut (rata-rata) 700-1200 m
5. Hidrologi:
Irigasi berpengairan non teknis
6. KlimatologI
1) Suhu 15-30oC
2) Curah Hujan 1200-1500 mm
3) Kelembaban udara 75%
4) kecepatan angin 0-25 KM/Jam
3. Deskripsi Lembaga Dalam Nagari
1) Pemerintah Nagari
Pemerintah Nagari adalah badan yang mengurus kepenting
masyarakat di bidang sosial dan pembangunan pemerintah Nagari
terdiri dari Pemerintahan Nagari BPRN dan KAN. Pemerintah
Nagari adalah Badan Eksekutif dalam Nagari yang terdiri dari:
a) Wali Nagari
b) Sekretaris Nagari
c) Bendahara Nagari
d) Kepala Urusan
59
Wali Nagari bekerja sama dengan BPRN dalam membuat
Rancangan Pendapatan dan Belanja Nagari (RAPBN) dan
menetapkannya BPRN
2) Tugas Pokok Pemerintahan Nagari
a. Wali Nagari
Tugas Wali Nagari menyelengarakan pemerintah desa
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD,
menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai
APB Desa, Membuna kehidupan masyarakat desa,
mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif,
membina ekonomi desa, mewakili desanya didalam dan diluar
pengadilan dan dapat menunjukan keadilan untuk mewakili
linya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Sekretaris Nagari
Tugas sekretais nagari adalah membantu kepala desa dalam
mempersiapkan dan mempersiapkan pengelolaan administrasi
desa, mempersiapkan bahan penyusunan laporan
penyelengaraan pemerintah desa.
c. Bendahara Nagari
Tugas Bendahara adalah membantu sekretaris desa dalam
melaksanakan pengelolaan sumber pendapatan desa,
pengelolaan administrasi keuangan, dan mempersiapkan bahan
penyusunan APBD Desa.
d. Kepala Urusan (KAUR) Umum
Tugas Kepala Urusan Umum adalah membantu sekretaris
dalam melaksanakan administrasi umum, tata usaha dan
kearsipan, pengelolaan investaris kekayaan desa, serta
mempersiapkan bahan rapat dan laporan.
e. KAUR Pemerintahan
Tugas KAUR Pemerintahan adalah membantu kepala desa
dalam melaksanakan administrasi kependudukan, administrasi
60
pertanahan, ketentraman dan ketertiban masyarakat desa dan
kebijakan dalam kegiatan penyusunan produk hukum desa.
f. KAUR Pembangunan
tugas KAUR pembangunan adalah Membantu kepala desa
dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan
teknis pengembangan potensi ekonomi masyarakat,
pengelolaan pelayanan masyarakat.
g. KAUR KESRA (Kesejahteraan rakyat)
Tugas KAUR KESRA adalah membantu kepala desa dalam
melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan
keagamaan serta melaksanakan program pemberdayaan
masyarakat dan sosial kemasyarakatan.
4. Visi dan Misi Wali Nagari Sabu
a. Visi Wali Nagari
“Terwujudnya Nagari Sabu Sebagai Nagari yang Mandiri, dan
bersatu dalam Mensejahterakan Masyarakat”
b. Misi Wali Nagari
1) Mewujudkan penyelengaraan pemerintah yang baik bersih dan
transparan
2) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia serta pemahaman dan
pengalaman norma-norma agama dan istiadat
3) Peningkatan peran masyarakat untuk pembangunan Nagari
5. Struktur Organisasi Aparat Pemerintahan Nagari Sabu
Suatu organisasi aparat pemerintahan sangat diperlukan pengorganisasian
yyang merupakan salah satu menajemen yang sangat penting bagi setiap
aparat pemerintahansehingga pendelegasian wewenang dari sertiap orang
dalam aparat pemerintah jelas dan tidak tumpang tindih yang bisa
mengacaukan jalan kinerja aparat pemerintahan.
Adapun bentuk struktur organisasi Aparat Pemerintahan Nagari Sabu
adalah sebagai berikut:
61
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Aparat Pemerintahan Nagari Sabu
.
Wali
Nagari
(Bactiar Sidi
mulie)
Sekretaris
(DT.Mangku
to)
Kaur kesra
(Maisa)
BPRN
(DT.Sudano)
kepala Jorong
Subarang
(Amsiwarnadi
)
Kaur
Pembangunan
(Armi)
Kaur
Pemerintaha
n
(Usriadi)
Sekretaris
(Kasmaniar)
( Bendahara
(Hekriani)
Kaur
Umum
(Yurma
yelda)
Kepala Jorong
kampung XI
(Kasmi)
Kepala
Jorong
Sungai
Ungkang
(Umardanis)
Kepala Jorong
Pakan Akad
(Arman)
62
B. Gambaran Umum Responden
Didalam Penelitian ini dikumpulkan data primer melalui angket untuk
mengetahui tanggapan wajib pajak terhadap kesadaran wajib pajak,
pengetahuan perpajakan dan pengaruhnya terhadap kepatuhan wajib pajak
dalam membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan (PBB-
P2). Untuk menentukan angket yang akan disebarkan kepada responden dalam
penelitian ini adalah dengan mengunakan rumus slovin, yaitu sebagai berikut:
Dari hasil perhitungan diatas dengan mengunakan eror sebesar 0,15
maka didapatkan minimal angket yang harus disebarkan sebanyak 44 angket
kepada responden.
Setelah seluruh data dan imformasi berhasil dikumpulkan proses
klasifikasi hasil penyebaran angket dilakukan dengan bantuan program Excel
untuk membentuk tabulasi data. setelah tahapan tersebut selesai tahapan
pengolahan segera dilaksanakan. Berdasarkan hasil penyebaran angket maka
karateristik responden didasarkan pada:
a. Profil responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1. Laki-laki 23 52%
2. Perempuan 21 48%
Jumlah 44 100%
Sumber: Data Primer yang diolah (2017)
Dari hasil angket yang telah disebarkan, terlihat dalam tabel 4.2 di
atas yaitu didapat bahwa responden laki-laki sebanyak 23 orang atau
sebeasr 52%, sedangkan responden perempuan sebanyak 21 orang atau
63
sebesar 48%. dapat disimpulkan bahwa responden pria lebih banyak
dari pada responden perempuan.
b. Profil responden berdasarkan usia responden
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan usia
No. Usia Jumlah Persentase (%)
1. 26-35 13 30%
2. 36-45 15 34%
3. 46-55 16 36%
Total 44 100%
Sumber: Data Primer yang diolah (2017)
Dari hasil angket yang telah disebar, terlihat dalam tabel 4.3 diatas
yaitu di dapat responden yang rentang usianya 26-35 sebanyak 13
orang atau sebesar 30%, responden yang usianya 36-45 sebanyak 15
orang atau sebesar 34%, responden yang berusia 46-55 sebanyak 16
orang atau sebesar 36%.
c. Profil responden berdasarkan status
Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Status
No. Status Jumlah Persentase
(%)
1. Menikah 37 84%
2. Belum menikah 7 16%
Jumlah 44 100%
Sumber: Data Primer yang diolah (2017)
Berdasarkan hasil angket yang disebarkan terlihat pada tabel 4.4
diatas yaitu didapat responden yang memiliki status menikah sebanyak
37 orang atau sebesar 84% dan responden yang memiliki status belum
menikah sebanyak 7 orang atau sebesar 16%. Jadi dapat disimpulkan
bahwa lebih banyak responden yang menikah dibandingakan dengan
responden yang belum menikah dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2).
64
C. Bukti Validitas dan Estimasi Reliabilitas
1. Bukti Validitas
Bukti validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu
kuesioner. Apakah ada pernyataan pada angket yang harus dibuang atau
diganti karena diangap tidak relevan. Dalam penelitian ini angket yang
digunakan valid sehingga tidak ada yang harus diganti, dikurangi,
maupun di ubah.
Pada bukti validitas digunakan 44 kuesioner dengan 15 butir
pertanyaan yang telah diisi oleh responden dan r tabel df=n-k (df=58-
2=56) pada 5%= 0,259 untuk mengetahui apakah pertanyaan pada
kuesioner tersebut valid.
a. Kesadaran Wajib Pajak
Hasil bukti validitas untuk kesadaran wajib pajak adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.5
Bukti Validitas Kesadaran Wajib Pajak
No. Kode Item r tabel r hitung keterangan
1 Kesadaran1 0,259 0,650 VALID
2 Kesadaran2 0,259 0,640 VALID
3 Kesadaran3 0,259 0,716 VALID
4 Kesadaran4 0,259 0,786 VALID
5 Kesadaran5 0,259 0,702 VALID
Sumber: data primer yang diolah 2017
Berdasarkan tabel 4.5 diatas setelah dilakukan perhitungan dengan
SPSS version 22 dapat diketahui dari 5 item pernyataan bahwa masing-
masing r hitung ≥ r tabel dan bernilai positif, karena masing- masing item
pernyataan tersebut telah memiliki corrected items total Corelation ≥
0,259. Dengan demikian pernyataan tersebut dinyatakan valid dan dapat
terus digunakan dan dipertahankan dalam tahapan pengolahan data lebih
lanjut.
65
b. Pengetahuan Perpajakan
Tabel 4.6
Bukti Validitas Pengetahuan Perpajakan
No. Kode Item r tabel r hitung keterangan
1 Pengetahuan1 0,259 0,727 VALID
2 Pengetahuan2 0,259 0,763 VALID
3 Pengetahuan3 0,259 0,639 VALID
4 Pengetahuan4 0,259 0,688 VALID
5 Pengetahaun5 0,259 0,810 VALID
Sumber: data primer yang diolah 2017
Berdasarkan tabel 4.6 diatas setelah dilakukan perhitungan
dengan SPSS version 22 dapat diketahui dari 5 item pernyataan
bahwa masing-masing r hitung ≥ r tabel dan bernilai positif, karena
masing- masing item pernyataan tersebut telah memiliki corrected
items total Corelation ≥ 0,259. Dengan demikian dapat diketahui
butir pernyataan tersebut dinyatakan valid dan dapat terus digunakan
dan dipertahankan dalam tahapan pengolahan data lebih lanjut.
c. Kepatuhan Wajib Pajak
Tabel 4.7
Bukti Validitas Kepatuhan Wajib Pajak
No. Kode Item r tabel r hitung keterangan
1 Kepatuhan01 0,259 0,825 VALID
2 Kepatuhan02 0,259 0,747 VALID
3 Kepatuhan03 0,259 0,737 VALID
4 Kepatuhan04 0,259 0,562 VALID
5 Kepatuhan05 0,259 0,761 VALID
Sumber: data primer yang diolah 2017
Berdasarkan tabel 4.7 diatas setelah dilakukan perhitungan
dengan SPSS version 22 dapat diketahui dari 5 item pernyataan
bahwa masing-masing r hitung ≥ r tabel dan bernilai positif, karena
66
masing- masing item pernyataan tersebut telah memiliki corrected
items total Corelation ≥ 0,259. Dengan demikian dapat diketahui
butir pernyataan tersebut dinyatakan valid dan dapat terus
digunakan dan dipertahankan dalam tahapan pengolahan data lebih
lanjut.
2. Estimasi Reliabilitas
Estimasi reliabilitas adalah alat untuk menetapkan apakah instrumen
dalam angket dapat digunakan lebih dari satu kali. Suatu angket dikatakan
reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah
konsisten dari waktu ke waktu. Estimasi reliabilitas terhadap seluruh item
atau pertanyaan maupun pernyataan pada penelitian ini mengunakan
rumus koefisien Cronbach Alpha. Untuk menentukan apakah instrumen
reliable atau tidaknya mengunakan batasan 0,6 adalah kurang
baik,sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah baik.
a. Kesadaran Wajib Pajak
Tabel 4.8
Hasil Estimasi Reliabilitas Kesadaran Wajib Pajak
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
,692 5
Sumber: Data Olahan SPSS 22
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Koefisien
cronbach’s alpha adalah 0,692, sehingga semua item kesadaran
wajib pajak dinyatakan reliabel, karena melebihi cronbach’s alpha
dari 0,60.
b. Pengetahuan Perpajakan
Tabel 4.9
Hasil Estimasi Reliabilitas Pengetahuan Perpajakan
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
,756 5
Sumber: Data Olahan SPSS 22
67
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Koefisien
cronbach’s alpha adalah 0,756, sehingga semua item pengetahuan
perpajakan dinyatakan reliabel, karena melebihi cronbach’s alpha
dari 0,70.
c. Kepatuhan Wajib Pajak
Tabel 4.10
Hasil Estimasi Reliabilitas Kepatuhan Wajib Pajak
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
,773 5
Sumber: Data Olahan SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa Koefisien
cronbach’s alpha adalah 0,773, sehingga semua item kepatuhan wajib
pajak dinyatakan reliabel, karena melebihi cronbach’s alpha dari 0,70.
D. Hasil Analisis Data dan Uji Hipotesis
1. Uji Determinasi (R2)
Uji R2
digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan
pengaruh variabel independen (variabel bebas) terhadap (variabel terikat).
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.11
Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,402a ,161 ,121 2,087 1,874
a. Predictors: (Constant), Pengetahuan Perpajakan, Kesadaran WP
b. Dependent Variable: Kepatuhan WP
Sumber: Data Olahan SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.11 diperoleh nilai Adjusted R Square untuk
variabel kesadaran wajib pajak dan pengetahuan perpajakan adalah sebesar
12,1%. Hal ini menunjukan bahwa kepatuhan wajib pajak dapat dijelaskan
68
oleh variabel independen sebesar 12,1%, sedangkan sisanya 87,9%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti .
2. Analisis Regresi Linear berganda
Untuk mengetahui arah pengaruh yang berbentuk antara variabel
independen terhadap variabel dependen maka dibuat sebuah model
regresi linear berganda. Didalam penelitian ini model yang digunakan
adalah regresi linear berganda karena variabel independen yang
digunakan lebih dari satu. Rumus regresi linear berganda yang
digunakan adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Dalam hal ini adalah
a = Konstanta
b1, b2, = koefisien regresi masing-masing variabel
X1 = Kesadaran wajib pajak
X2 = Pengetahuan perpajakan
Y = tingkat kepatuhan wajib pajak
e =eror term
Dari pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh hasil pengujian
seperti yang terlihat pada tabel 4.11 dibawah ini :
Tabel 4.12
Model Regresi Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 18,626 2,952 6,309 ,000
Kesadaran WP -,261 ,130 -,316 -2,002 ,052
Pengetahuan Perpajakan
,388 ,148 ,416 2,633 ,012
a. Dependent Variable: Kepatuhan WP
Sumber: Data Olahan SPSS 22
69
Dari tabel 4.12 terlihat bahwa setiap variabel penelitian yang
digunakan memiliki Koefisien regresi dan konstanta yang dapat dibuat
kedalam sebuah persamaan regresi sederhana yaitu:
Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Y= 18,626–0,261X1 + 0,388X2+ e
a. Nilai konstanta (a) adalah sebesar 18,626, ini dapat diartikan jika
kesadaran wajib pajak dan pengetahuan perpajakan nilainya adalah 0,
maka kepatuhan wajib pajak nilainya 18,626.
b. Nilai koefisien regresi variabel kesadaran wajib pajak (b1) bernilai
negatif, yaitu -0,261, menunjukan besarnya koefisien yang terjadi
pada kesadaran wajib pajak yang menyebabkan perubahan pada
tingkat kepatuhan wajib pajak. Jadi setiap kenaikan sebesar satu satuan
varaibel kesadaran wajib pajak, maka tingkat kepatuhan wajib pajak
akan mengalami naik sebesar -0,261 satuan dengan asumsi variabel
independen lainya tetap.
c. Koefisien regresi variabel pengetahuan perpajakan (b2) bernilai positif,
yaitu 0,388. Ini dapat diartikan bahwa setiap peningkatan pengetahuan
perpajakan sebesar 1 satuan, maka akan meningkatkan kepatuhan
wajib pajak sebesar 0,388 satuan dengan asumsi variabel independen
lain nilainya tetap.
d. eror term
70
3. Uji T
Hasil uji T dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.13
Hasil Uji Hipotesis
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 18,626 2,952 6,309 ,000
Kesadaran WP -,261 ,130 -,316 -2,002 ,052
Pengetahuan
Perpajakan ,388 ,148 ,416 2,633 ,012
a. Dependent Variable: Kepatuhan WP
Sumber: Data Olahan SPSS 22
Dari tabel 4.13. didapatkan nilai signifikan dari masing-masing
variabel bebas, selanjutnya membandingkan nilai signifikan pada tabel
dengan tingkat signifikan α (5%). berikut adalah penjelasan dari masing-
masing variabel berikut.
1) Untuk variabel Kesadaran wajib pajak (X1) berdasarkan hasil
perhitungan dengan bantuan software SPSS 22, kesadaran wajib pajak
memiliki nilai signifikan 0,052 yaitu lebih besar dari tingkat
signifikansi 0,05. Pengujian ini menunjukan bahwa H01 diterima dan
Ha1 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa kesadaran wajib pajak
(X1) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tingkat
kepatuhan wajib pajak (Y) dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)
2) Untuk variabel pengetahuan perpajakan (X2) berdasarkan hasil
perhitungan dengan bantuan software SPSS 22, pengetahuan per
pajakan memiliki nilai signifikansi 0,012. yaitu Signifikan lebih kecil
dari pada 0,05. Pengujian ini menunjukan bahwa H02 ditolak dan Ha2
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan perpajakan
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
71
membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-
P2)
4. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji Statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel
bebas (independen) yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel independen.
Tabel 4.15
Uji Simultan F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 34,392 2 17,196 3,948 ,027b
Residual 178,586 41 4,356
Total 212,977 43
a. Dependent Variable: Kepatuhan WP
b. Predictors: (Constant), Pengetahuan Perpajakan, Kesadaran WP
Sumber: Data Olahan SPSS 22
Berdasarkan tabel 4.15 diatas dapat dilihat bahwa nilai F hitung diperoleh
sebesar 3,948 dengan tingkat signifikansi 0,027. Karena Tingkat signifikansi
lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa kesadaran wajib pajak dan
pengetahuan perpajakan berpengaruh secara simultan signifikansi terhadap
tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan di Nagari Sabu Kecamatan Batipuh Kabupaten
Tanah Datar.
E. Pembahasan Penelitian.
Berdasarkan hasil analisis mengenai kesadaran wajib pajak dan
pengetahuan perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dapat
diketahui sebagai beikut:
72
1. Pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap tingkat kepatuhan wajib
pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan (PBB-P2).
Kesadaran wajib pajak menurut Novel dalam (Rahayu: 141)
adalah adanya niat yang tumbuh dalam diri wajib pajak dan mau dengan
sendirinya melakukan kewajiban perpajakannya seperti mendaftarkan diri,
menghitung, membayar dan melaporkan jumlah pajak terutangnya, serta
memiliki kesungguhan dan keinginan untuk memahami kewajiban sebagai
wajib pajak.
Berdasarkan hasil pengujian koefisien determinasi besar R2 adalah
sebesar 12,1%. Hal ini menunjukan bahwa kepatuhan wajib pajak dapat
dijelaskan oleh variabel independen sebesar 12,1%, sedangkan sisanya
87,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti .
Kemudian dilihat dari analisis regresi linear berganda dengan
menunjukan nilai konstanta (a) sebesar 18,626, ini dapat diartikan jika
kesadaran wajib pajak dan pengetahuan perpajakan nilainya adalah 0,
maka kepatuhan wajib pajak nilainya 18,626. Nilai koefisien regresi
variabel kesadaran wajib pajak (b1) bernilai negatif, yaitu -0,261,
menunjukan besarnya koefisien yang terjadi pada kesadaran wajib pajak
yang menyebabkan perubahan pada tingkat kepatuhan wajib pajak. Jadi
setiap kenaikan sebesar satu satuan varaibel kesadaran wajib pajak, maka
tingkat kepatuhan wajib pajak akan mengalami naik sebesar -0,261
satuan dengan asumsi variabel independen lainya tetap.
Selanjutnya berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukan
bahwa nilai signifikan dari variabel kesadaran wajib pajak yaitu sebesar
0,052. Hasil dari signifikansi tersebut lebih besar dari alpha 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa secara parsial kesadaran wajib pajak tidak
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2).
Jadi dapat disimpulkan H01 diterima dan (Ha2) ditolak.
73
Kemudian jika dilihat dari pengujian secara simultan terdapat
bahwa nilai F hitung diperoleh sebesar 3,948 dengan tingkat signifikansi
0,027. Karena Tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapat
dikatakan bahwa kesadaran wajib pajak dan pengetahuan perpajakan
berpengaruh secara simultan signifikansi terhadap tingkat kepatuhan wajib
pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan di Nagari Sabu Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar.
2. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan wajib pajak
dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan (PBB-P2)
Pengetahuan Perpajakan (Budhiartama:2016) adalah kemampuan
seseorang wajib pajak dalam mengetahui peraturan perpajakan baik itu
soal tarif pajak yag akan mereka bayar, maupun manfaat pajak yang akan
berguna bagi kehidupan wajib pajak.
Berdasarkan hasil pengujian koefisien determinasi besar R2
adalah
sebesar 12,1%. Hal ini menunjukan bahwa kepatuhan wajib pajak dapat
dijelaskan oleh variabel independen sebesar 12,1%, sedangkan sisanya
87,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti .
Kemudian dilihat dari analisis regresi linear berganda dengan
menunjukan nilai konstanta (a) sebesar 18,626, ini dapat diartikan jika
kesadaran wajib pajak dan pengetahuan perpajakan nilainya adalah 0,
maka kepatuhan wajib pajak nilainya 18,626. Koefisien regresi variabel
pengetahuan perpajakan (b2) bernilai positif, yaitu 0,388. Ini dapat
diartikan bahwa setiap peningkatan pengetahuan perpajakan sebesar 1
satuan, maka akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak sebesar 0,388
satuan dengan asumsi variabel independen lain nilainya tetap.
Selanjutnya berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukan
bahwa nilai signifikan dari pengetahuan per pajakan memiliki nilai
signifikansi 0,012, yaitu Signifikan lebih kecil dari pada 0,05. Pengujian
ini menunjukan bahwa H02 ditolak dan Ha2 diterima, sehingga dapat
74
disimpulkan bahwa pengetahuan perpajakan berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)
Kemudian jika dilihat dari pengujian secara simultan terdapat
bahwa nilai F hitung diperoleh sebesar 3,948 dengan tingkat signifikansi
0,027. Karena Tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapat
dikatakan bahwa kesadaran wajib pajak dan pengetahuan perpajakan
berpengaruh secara simultan signifikansi terhadap tingkat kepatuhan wajib
pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan di Nagari Sabu Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian dan analisis data yang telah dilakukan mengenai
pengaruh kesadaran wajib pajak dan pengetahuan perpajakan terhadap tingkat
kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan (PBB-P2) di Nagari Sabu, maka diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Kesadaran wajib pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Nagari Sabu Kecamatan
Batipuh Kabupaten Tanah Datar
2. Pengetahuan perpajakan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat
kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) artinya semakin tinggi tingkat
pengetahuan perpajakn maka tingkat kepatuhan wajib pajak akan
meningkat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan (PBB-P2)
B. Saran
Penelitian ini telah dirancang dengan baik, namun hasil penelitian ini
masih memiliki keterbatasan, oleh karena itu terdapat beberapa saran yang
perlu dikemukakan untuk memperbaiki penelitian selanjutnya, antara lain:
1. Penelitian Ini hanya mengunakan sampel sebanyak 58 wajib pajak yang
ada di Nagari Sabu Kecamatan Batipuh, agar mendapatkan data dan hasil
yang lebih akurat disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk menambah
jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian selanjutnya
2. Penelitian ini hanya mengunakan 2 variabel independen yaitu kesadaran
wajib pajak dan pengetahuan perpajakn, sehingga diharapkan penelitian
yang selanjutnya untuk menambah variabel-variabel lain yang tidak
75
76
digunakan dalam penelitian ini, sehingga diharapkan penelitian
selanjutnya akan didapatkan hasil yang lebih baik.
3. Untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak, Pemerintah Nagari harus
lebih meningkatkan pelayanan yang lebih mudah diaplikasikan pada
masyarakat, agar memberi kepuasan kecendrungan untuk melakukan
pembayaran pajak tepat pada waktunya.
4. Pentingnya pengetahuan perpajakan, disarankan pada pihak otoritas pajak
dapat memberikan sosialisasi yang insentif untuk setiap aturan yang
diterbitkan agar wajib pajak dapat dengan segera mengetahui dan
menjalankan aturan yang telah ditetapkan
DAFTAR PUSTAKA
Abut, H. (2010). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Diadit Media.
Ancok, D. (2004). Mengapa Orang Antusias Membayar Pajak. Yogyakarta:
Darussam
Banyu, A, W, U. (2011). Pengaruh Sikap, Kesadaran Wajib Pajak, dan
Pengetahuan Perpajakan Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan
Di Kecamatan Pamulanh Kota Tangerang Selatan. Skripsi. Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah.
Budhiartama, I, G, P. (2016). Pengaruh Sikap, Kesadaran Wajib Pajak Dan
Pengetahuan Perpajakn Pada Kepatuhan Wajib Pajak Bumi Dan
Banguan. E-Journal Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 15.2. Mei.
2016. 1510-1535.
Bungin, Burhan. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media
Group.
Bupati Tanah Datar. (2013). Peraturan Bupati Tanah Datar tentang Pajak Bumi
dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2).
Cindy, J., Yenni, M. (2013). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas
Pelayanan Fiskus, Sanksi Perpajakan Lingkungan Wajib Pajak Berada
Terrhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Di Surabaya. E-
Journal. Universitas Kristen Petra. Vol. 1. No. 1.
Cristian, D, P., Devi, P. (2014) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Wajib Pajak Dalam Melakukan Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan
Perdesaan Dan Perkotaan. E-Journal.
Departemen Agama RI (2005). Al-Quran da terjemahanya. Bandung. Cv
Jumanatul ali-Art
Direktorat Jenderal Pajak. 2011. Materi Presentasi “Pengalihan PBB-P2 dan
BPHTB sebagai Pajak Daerah”
Faizah, Siti. (2009). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan. Skripsi. Jurusan
Akuntansi fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Ghozali, Imam, 2012. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
20. Edisi 6. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Gusfahmi. (2011). Pajak Menurut Syariah. Jakarta: Rajawali Pres.
H. Bohari. (2010). Pengantar Hukum Pajak. Jakarta: Rajawali Press.
Intan, W, H. (2016). Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam Melakukan Pembayaran Pajak Bumi Dan Bangunan Pedesaan
Dan Perkotaan. E- Journal Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Jhon, Y. Sunarti. Arik P. (2015). Pengaruh Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Melakukan Pembayaran Pajak Bumi
Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan. E-Journal. Vol. 1
Kementrian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan. 2014. Pedoman Umum Pengelolaan Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Khasanah Septiyani Nur, 2014. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Modernisasi Sistem
Administrasi Perpajakan, Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Daerah
Istimewa Yogyakartatahun 2013. Skripsi. Program Studi Akuntansi Jurusan
Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta
Lafera, Dety. (2013). Modul Perpajakan. Batusangkar: STAIN Batusangkar
Mardiasmo. (2016). Perpajakan. Yogyakarta: Andi Offeset.
Nila, Y. ( 2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi kemauan membayar pajak. E-
journal. Vol. 3. No. 1.
Novel, Dewantara. (2014). Pengaruh Pengetahuan Perpajakan dan Tingkat
Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Skripsi.
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer
Indonesia
Nurfauzi Agus. 2016. faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan
dikecamatan wanasari kabupaten brebes. skripsi. jurusan pendidikan
ekonomi. fakultas ekonomi. universitas negeri semarang.
Pandiangan, Liberti. (2014). Administrasi Perpajakan. Jakarta: Erlangga
Priyatno, Dwi. (2014). SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis. Yogyakarta: Andi
Offiset
Resmi, S. (2014). Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.
Rosdiana, H., Rasin T. (2005). Perpajakan Teori dan aplikasi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Rusli Rahayu Hana Puspita. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak. Skripsi. Fakultas
Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.
Sugiyono (2014). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Suherdianto Romi (2014). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kepatuhan wajib pajak. Skripsi. Universitas Diponegoro
Sujoko, E., Stevanus, H. D., & Yuliawati Tan (2008). Metode Penelitian
akuntansi Mengungkap Fenomena dengan Pendekatan Kuantitatif dan
Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tjahjono, A., Husein, M, F. (2005). Perpajakan. Yogyakarta: Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN.
Umar, Husein. (2009). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) Pasal
17C ayat (2)
Undang-undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan tata cara
perpajakan
Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah.
Waluyo. (2005). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Wirawan, B., Burton, R. (2007) Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
LAMPIRAN
KISI- KISI KUESIONER PENELITIAN TENTANG “FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN
DAN PERKOTAAN (PBB-P2)”
No. Variabel Indikator Jumlah
Pernyataan
1. Kesadaran Wajib Pajak
(X1)
(Nurfaizi. 2016)
f. Fasilitas dan pelayanan umum
berasal dari pajak/ manfaat
pajak
g. Penundaan pembayaran pajak
sangat merugikan negara
h. Kesadaran wajib pajak
mengenai pengenaan PBB
yaitu bukan merupakan beban
bagi wajib pajak
i. Kesadaran wajiib pajak untuk
memenuhi kewajiban pajak
j. Pajak merupakan bentuk
paartisipasi dalam menunjang
pembangunan negara
1
1
1
1
1
2. Pengetahuan
Perpajakan
(X2)
(Khasanah. 2014)
(Budhiartama. 2016)
(Banyu. 2011 )
f. Pengetahuan mengenai
Ketentuan Umum dan Tata
cara Perpajakan
g. Pengetahuan wajib pajak
terhadap pendaftaran sebagai
wajib pajak
h. Pengetahuan wajib pajak
terhadap tata cara pembayaran
pajak
1
1
1
1
1
i. Pengetahuan wajib pajak
terhadap peraturan pajak
j. Pengetahuan pajak terhadap
tarif pajak
3. Kepatuhan Wajib Pajak
(Y)
(Intan. 2016)
f. Wajib pajak selalu melakukan
pembayaran pajak dengan
tepat waktu.
g. Wajib pajak selalu melakukan
pembayaran pajak dengan
jumlah yang tepat.
h. Wajib pajak tidak memiliki
tunggakan
i. Wajib pajak selalu
memberikan informasi terkait
pajak ketika imformasi
tersebut dibutuhkan
j. Wajib pajak yakin bahwa
sebagai warga negara yang
baik maka perlu melaksanakan
kewajiban perpajakan.
1
1
1
1
1
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR
Jln. Sudirman No. 137 Kuburajo Lima KaumBatusangkar 27213 Telp. (0752)
71150, 574221
http://www.stainbatusangkar.ac.id e-mail: [email protected]
PENGANTAR
Perihal : Permohonan Pengisian Kuesioner
Lampiran : Satu Berkas
Kepada Yth,
Bapak/Ibuk Wajib Pajak Nagari Sabu
Di tempat
Dengan Hormat
Dalam rangka penulisan penyusunan tugas akhir berupa skripsi pada
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar Program Studi Konsentrasi
Akuntansi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Dengan Judul “Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan (PBB-P2)
Di Nagari Sabu Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar. Maka saya
memohon kiranya Bapak/Ibuk untuk mengisikuesioner yang telah disediakan
Kuesioner ini bukan tes psikotes dari atasan atau dari manapun maka dari
itu Bapak/ibuk tidak perlu takut dalam memberikan jawaban yang sejujurnya.
Artinya semua jawaban yang diberikan oleh Bapak/ibuk adalah benar dan
jawaban diminta adalah sesuai dengan kondisi yang dirasakan oleh Bapak/ibuk
selama ini
Setiap jawaban yang diberikan merupakan bantuan yang tidak ternilai
harganya bagi peneliti, atas perhatian dan bantuannya saya ucapkan terima kasih
Batusangkar, juli 2017
Anna Bustami
13231008
KUESIONER PENELITIAN
IDENTITAS RESPONDEN
Data Responden
Nama :
Alamat :
Umur :
Jenis Kelamin : Laki-Laki/ Perempuan*
Status : Menikah/ Belum Menikah*
*) Coret yang tidak perlu
Petunjuk Pengisian
Saya mohon dengan rendah hati, Bapak/Ibu/sdr/i untuk berkenan menjawab
dengan sejujurnya pada setiap pernyataan dari no 1 sampai dengan seterusnya,
dengan ketentuan jika:
a. Sangat Tidak Setuju beri tanda checklist ( ) pada kolom STS
b. Tidak Setuju beri tanda checklist ( ) pada kolom TS
c. Ragu-ragu beri tanda checklist ( ) pada kolom RR
d. Setuju beri tanda checklist ( ) pada kolom S
e. Sangat Setuju beri tanda checklist ( ) pada kolom SS
Kesadaran wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)
No. Pertanyaan STS TS RR S SS
1. Saya menyadari pemungutan Pajak Bumi
Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan
akan kembali ke masyarakat (manfaat
pajak) untuk membangun fasilitas umum
dan lainnya.
2. Penundaan membayar pajak sangat
merugikan Negara, karena pajak sumber
utama pendapatan negara untuk membiayai
pengeluaran negara seperti dana kesehatan,
pendidikan, subsidi, listrik, dan lainnya
mengarah kepada peningkatan masyarakat.
3. Saya membayar pajak bumi dan bangunan
dengan tulus ikhlas dan senang hati tanpa
ada beban
4. Saya membayar pajak karena sadar
merupakan kewajiban sebagai warga
negara yang baik.
5. Dengan membayar pajak, merupakan
bentuk partisipasi dalam menunjang
pembangunan negara
Sumber: (Nurfauzi. 2016)
Pengetahuan Perpajakan dalam membayar Pajak Bumi Dan Bagunan
Perdesaan dan Perkotaan
No. Pertanyaan STS TS RR S SS
1. Saya telah mengetahui seluruh pengetahuan
mengenai batas waktu pelaporan SPT
(Surat Pemberitahuan Tahunan).(khasanah.
2014)
2. Saya memahami cara mendaftarkan diri
sebagai wajib pajak
3. Saya mengetahui tata cara pembayaran
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
4. Pajak bersifat memaksa sehingga apabila
terjadi pelangaran maka akan dikenakan
sanksi.
5. Saya paham dan mengerti tarif pajak yang
saya bayarkan
Sumber: (Budhiartama. 2016) dan (Banyu. 2011) (khasanah. 2014)
Kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Bumi Dan Bagunan
Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2)
No. Pertanyaan STS TS RR S SS
1. Saya membayar Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan tepat waktu
2. Saya membayar Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Pekotaan dengan jumlah
yang tepat
3. Dalam pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan saya
tidak memiliki tunggakan.
4. Saya bersedia melaporkan informasi
tentang pajak jika fiskus membutuhkan
informasi tersebut.
5. Saya telah melaksanakan kewajiban saya
dengan benar
Sumber: (Intan.2016)
Tabulasi Angket Kesadaran Wajib Pajak
no Ksd01 Ksd02 Ksd03 Ksd04 Ksd05 Total Ksd
1 4 3 4 4 4 19
2 5 3 5 4 4 21
3 5 4 3 4 4 20
4 4 2 3 4 4 17
5 5 3 5 5 5 23
6 5 2 5 4 4 20
7 4 3 4 4 4 19
8 3 4 3 4 4 18
9 3 3 5 4 5 20
10 2 2 3 4 4 15
11 2 4 5 4 4 19
12 2 4 4 4 4 18
13 5 4 5 5 4 23
14 2 4 5 4 4 19
15 4 4 5 5 5 23
16 3 4 5 4 4 20
17 5 4 5 5 4 23
18 4 4 4 4 4 20
19 3 4 3 4 4 18
20 5 4 5 4 4 22
21 5 4 5 5 4 23
22 5 5 5 5 5 25
23 4 4 4 4 4 20
24 4 3 4 4 4 19
25 4 4 5 5 4 22
26 2 4 4 4 4 18
27 5 4 5 5 4 23
28 4 5 5 5 5 24
29 5 3 5 4 4 21
30 5 5 5 5 5 25
31 5 4 5 5 4 23
32 4 2 5 5 5 21
33 4 4 4 4 4 20
34 5 5 5 5 5 25
35 5 4 3 5 4 21
36 5 4 5 4 4 22
37 4 3 2 4 3 16
38 3 5 5 5 5 23
39 3 4 3 4 3 17
40 3 4 5 4 5 21
41 5 5 5 5 5 25
42 5 5 5 4 4 23
43 3 2 4 3 2 14
44 3 5 4 5 4 21
Tabualasi Pengetahuan Perpajakan
Png 1
Png 2
Png 3
Png 4
Png 5
Total Png
3 3 4 3 4 17
3 4 4 4 5 20
3 4 4 3 4 18
3 4 4 2 3 16
4 4 4 4 4 20
2 3 4 3 3 15
3 4 4 3 4 18
3 4 4 2 4 17
3 4 4 4 4 19
3 3 4 2 3 15
3 4 4 4 3 18
3 4 4 4 4 19
3 4 3 4 3 17
2 3 4 3 3 15
3 3 4 4 4 18
3 3 3 2 3 14
4 5 4 4 5 22
4 4 4 4 4 20
2 3 4 4 3 16
3 3 4 4 4 18
4 4 4 4 4 20
3 4 5 5 5 22
3 4 3 4 4 18
2 3 4 2 3 14
4 4 4 4 4 20
3 4 4 4 4 19
3 4 5 4 5 21
4 4 4 4 4 20
3 4 5 5 5 22
4 4 4 4 5 21
4 4 4 4 4 20
5 5 5 3 5 23
4 4 5 4 4 21
4 4 4 1 4 17
4 4 4 4 4 20
3 4 4 4 4 19
3 4 4 4 3 18
3 4 5 4 4 20
2 3 4 3 4 16
2 3 4 4 4 17
4 4 4 4 4 20
4 4 5 5 5 23
4 5 5 4 4 22
4 4 5 4 4 21
Tabulasi kepatuhan Wajib Pajak
Kpth01 Kpth02 Kpth03 Kpth04 Kpth05 total Kpth
3 5 3 3 5 19
4 4 4 4 5 21
3 4 3 4 3 17
4 4 3 4 4 19
4 4 4 4 4 20
5 5 4 4 5 23
3 4 4 3 4 18
3 4 4 4 4 19
4 4 4 4 5 21
4 4 3 4 3 18
4 4 4 4 4 20
4 5 4 4 5 22
3 4 4 4 4 19
4 4 4 4 5 21
3 4 4 4 3 18
4 4 4 4 4 20
5 4 5 4 5 23
4 5 4 4 5 22
3 4 4 4 3 18
5 5 4 4 5 23
3 4 3 4 3 17
4 4 3 4 3 18
3 4 5 4 4 20
3 4 5 4 5 21
5 5 5 4 4 23
5 5 5 5 5 25
4 5 4 4 5 22
5 4 4 4 4 21
5 4 4 4 5 22
4 4 4 4 4 20
4 5 4 4 5 22
5 5 5 5 5 25
4 4 4 4 4 20
4 4 4 4 4 20
5 5 5 4 4 23
5 4 4 4 4 21
4 4 4 4 4 20
2 3 3 4 3 15
4 4 4 4 5 21
4 4 3 4 4 19
4 4 4 4 4 20
3 4 4 4 4 19
5 5 5 5 5 25
5 5 4 5 4 23
BUKTI VALIDITAS KESADARAN WAJIB PAJAK
Correlations
ksd01 ksd02 ksd03 ksd04 ksd05 skortotal1
ksd01
Pearson
Correlation 1 ,120 ,301
* ,433
** ,189 ,650
**
Sig. (2-tailed) ,438 ,047 ,003 ,220 ,000
N 44 44 44 44 44 44
ksd02
Pearson
Correlation ,120 1 ,277 ,475
** ,371
* ,640
**
Sig. (2-tailed) ,438 ,069 ,001 ,013 ,000
N 44 44 44 44 44 44
ksd03
Pearson
Correlation ,301
* ,277 1 ,406
** ,514
** ,716
**
Sig. (2-tailed) ,047 ,069 ,006 ,000 ,000
N 44 44 44 44 44 44
ksd04
Pearson
Correlation ,433
** ,475
** ,406
** 1 ,608
** ,786
**
Sig. (2-tailed) ,003 ,001 ,006 ,000 ,000
N 44 44 44 44 44 44
ksd05
Pearson
Correlation ,189 ,371
* ,514
** ,608
** 1 ,702
**
Sig. (2-tailed) ,220 ,013 ,000 ,000 ,000
N 44 44 44 44 44 44
skortotal
1
Pearson
Correlation ,650
** ,640
** ,716
** ,786
** ,702
** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 44 44 44 44 44 44
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
BUKTI VALIDITAS PENGETAHUAN PERPAJAKAN
Correlations
png1 png2 png3 png4 png5 skortotal
png1
Pearson
Correlation 1 ,718
** ,285 ,195 ,476
** ,727
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,060 ,204 ,001 ,000
N 44 44 44 44 44 44
png2
Pearson
Correlation ,718
** 1 ,345
* ,293 ,509
** ,763
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,022 ,054 ,000 ,000
N 44 44 44 44 44 44
png3
Pearson
Correlation ,285 ,345
* 1 ,332
* ,514
** ,639
**
Sig. (2-tailed) ,060 ,022 ,028 ,000 ,000
N 44 44 44 44 44 44
png4
Pearson
Correlation ,195 ,293 ,332
* 1 ,466
** ,688
**
Sig. (2-tailed) ,204 ,054 ,028 ,001 ,000
N 44 44 44 44 44 44
png5
Pearson
Correlation ,476
** ,509
** ,514
** ,466
** 1 ,810
**
Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,000 ,001 ,000
N 44 44 44 44 44 44
skortotal
Pearson
Correlation ,727
** ,763
** ,639
** ,688
** ,810
** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 44 44 44 44 44 44
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
BUKTI VALIDITAS KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Correlations
kpth1 kpth2 kpth3 kpth4 kpth5 skortotal
kpth1
Pearson
Correlation 1 ,545
** ,433
** ,479
** ,464
** ,825
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,003 ,001 ,002 ,000
N 44 44 44 44 44 44
kpth2
Pearson
Correlation ,545
** 1 ,382
* ,308
* ,542
** ,747
**
Sig. (2-tailed) ,000 ,011 ,042 ,000 ,000
N 44 44 44 44 44 44
kpth3
Pearson
Correlation ,433
** ,382
* 1 ,411
** ,483
** ,737
**
Sig. (2-tailed) ,003 ,011 ,006 ,001 ,000
N 44 44 44 44 44 44
kpth4
Pearson
Correlation ,479
** ,308
* ,411
** 1 ,136 ,562
**
Sig. (2-tailed) ,001 ,042 ,006 ,377 ,000
N 44 44 44 44 44 44
kpth5
Pearson
Correlation ,464
** ,542
** ,483
** ,136 1 ,761
**
Sig. (2-tailed) ,002 ,000 ,001 ,377 ,000
N 44 44 44 44 44 44
skortotal
Pearson
Correlation ,825
** ,747
** ,737
** ,562
** ,761
** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 44 44 44 44 44 44
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
ESTIMASI KESADARAN WAJIB PAJAK
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,692 5
ESTIMASI PENGETAHUAN PERPAJAKAN
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,756 5
ESTIMASI KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,773 5
UJI KOEFISIEN DITERMINASI (R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,402a ,161 ,121 2,087 1,874
a. Predictors: (Constant), Pengetahuan Perpajakan, Kesadaran WP
b. Dependent Variable: Kepatuhan WP
Uji Regresi Lenear Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 18,626 2,952 6,309 ,000
Kesadaran WP -,261 ,130 -,316 -2,002 ,052
Pengetahuan
Perpajakan ,388 ,148 ,416 2,633 ,012
a. Dependent Variable: Kepatuhan WP
Uji t Hipotesis
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 18,626 2,952 6,309 ,000
Kesadaran WP -,261 ,130 -,316 -2,002 ,052
Pengetahuan
Perpajakan ,388 ,148 ,416 2,633 ,012
a. Dependent Variable: Kepatuhan WP
UJI SIMULTAN (UJI F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 34,392 2 17,196 3,948 ,027b
Residual 178,586 41 4,356
Total 212,977 43
a. Dependent Variable: Kepatuhan WP
b. Predictors: (Constant), Pengetahuan Perpajakan, Kesadaran WP