PENGARUH LATIHAN AEROBIK TERHADAP KADAR VO2 MAKS
PADA MAHASISWA KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA ANGKATAN 2017
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
MUHAMMAD ILMUL YAQIN AMHA
NIM: 11151030000107
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018 M
LEMBAR PER}I-YATAAN I(EASLIAN KARYA
Dengan inipenyusun menyatakan bahwa :
L Penelitian ini merupakan hasil karya asli peryusun yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I di Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hiday'atullah Jakarta.
2. Semua sumber yang penyusun gunakan dalam penulisan ini telah
dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di LJniversitas Islam
Negeri Syarif Hidayatul lah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
penyusun atau merupakan jiplakan dari karya orang lain. peny'usun
bersedia menerima sanksi yang berlakr.r di Llniversitas lslam Negeri S1,'arif
Hidayatullah Jakarta.
Ciputat. 25 Oktober 201 8
Yaqin Amha
LEMBAR PERSETU J UAN PEMB I MBIbJG
PENGARTIH LATIHAN AEROBTK TERIIADAP KADAR VO2 MAKSPADA MAHASISWA KEDOKTERAN UTN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA ANGKATAN 2017
Laporatr Penelltian
Diajukan kepada Program StudiKedokteran, Fakultas Kedokteran untuk
Mernenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S"Ked)
OIeh
Muhammad Ilmul Yaqin AmhaNIM: 11151030000107
Pembimbing 2
PROGRAM STUDI I(EDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 tr / 2018 M
Pembimbing I
WDr. dr. Syarief Hasan Lutlhe, Sp. KFR dr. Mustika Anggiane hrtri. M. Biomecl
NIP. 19620720 199003 1 002
lll
LEMBAR PEI\GESAHAN
Laporan Penelitian ber judul PENCARUH LATIHAN AERoBIKTERIIADAP KADAR VO2 N,IAKS PADA NIAHASISWA KEDOKTER{NUIN SYARIF HIDAYATULLAH JAI(ARTA ANGKA'IAN 2017 yan_qdiajukan oleh Muhamuad Ihnul Yaqin Amha (NIM: 11151030000107). telahcliujikan dalam sidaug di FakLrltas l(edokteran pada 25 Oktober'2018. LaporanPenelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat mernperoleh gelar SarjanaKedokteran (S.Ked) pacla Prograrn Stucli Kedokteran.
Ciputat, 25 oktober 201 8
DEWAN PENCUJI
Ketua Siclang
Dr. dr. Syarief Hasan Lr-rtfie. Sp. KFRNIP. 19620720 199003 I ()02
Pernbirnbing 2
dr. Syarief Ifasan Lutfie. Sp. KFRNIP. 19620',t20199003 i 002
dr. Mustika Anggiane?utri, M. Biomed
Penguji 1 Penguji 2
\gdr. Dede Moeswir, Sp.PD; KKV, FINASIM. Fi\pSC, FSCAI dr. Nurmila Sari, M. Kes
NIP. 19850315 20ti01 2 010
PIN4PN{AN FAKULTAS
Dekan FKUIN Kaprodi PSKed FK UIN
Dr.
Pernbirnbing
v
Sp.PD-KEMD
qdr. Achmad Zak|M. Epid, Sp.OT
NIP. 19780501 200s01 1 00s5tt23 200312 I 003
v
ABSTRAK
M. Ilmul Yaqin Amha. Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Kadar VO2
Maks pada Mahasiswa Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Angkatan 2017, 2018
Latar Belakang: Kebugaran Fisik didefinisikan sebagai suatu keadaan
yang ditandai dengan kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari hari dengan
kuat. Kebugaran ditandai dengan kemampuan melakukan aktifitas tanpa kelelahan
yang berarti. Kebugaran ini bisa dipengaruhi oleh Latihan Aerobik. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh latihan aerobik terhadap
VO2 Maks yang merupakan salah satu indikator kebugaran fisik. Penelitian ini
dilakukan pada mahasiswa Kedokteran UIN Syarif HIdayatullah Jakarta angkatan
2017. Metode: Penelitian ini adalah analitik eksperimental dengan One Group
Pre test and Post Test. Sampel didapatkan dengan simple random sampling
dengan 25 orang subyek penelitian. Data diperoleh dari pengukuran VO2 Maks
dengan uji latih 6 minute walking test sebelum dan setelah perlakuan. Perlakuan
yang diberikan adalah latihan aerobik berupa jalan selama 30 menit yang
dilakukan 3 sampai 5 kali seminggu hingga 16 kali latihan. Analisis data
menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji T-berpasangan.
Hasil: Kadar VO2 Maks subyek penelitian rata-rata sebelum perlakuan ialah 18,8
ml/kgbb/menit dan setelah perlakuan ialah 20,1 ml/kgbb/menit. Analisis bivariat
pengaruh latihan aerobik terhadap kadar VO2 Maks pada Mahasisawa kedokteran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menunjukkan Pvalue 0,005. Kesimpulan:
Latihan aerobik mempengaruhi kadar VO2 Maks subyek penelitian secara
signifikan. Tingkat kebugaran subyek penelitian masih tergolong rendah namun
ada peningkatan setelah melakukan latihan aerobik.
Kata Kunci: VO2 Maks, Latihan Aerobik, 6 minute walking test.
vi
ABSTRACT
M. Ilmul Yaqin Amha. The Effect Of Aerobic Exercise to VO2 Max Levels
on Medical Students UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Class 2017, 2018
Background: Physical fitness is defined characterized by the ability to perform
daily activities with strong. Fitness is characterized by the ability of conducting
activities without fatigue. This fitness can be influenced by aerobic exercise. The
purpose of this research was to find out how the effect of aerobic exercise on the
VO2 Max which is one of the indicators of physical fitness. This research is
conducted at the medical students UIN Syarif Hidayatullah Jakarta class 2017.
Methods: The study use analytic experimental with One Group Pre test and Post
Test, Sample obtained by simple random sampling with 25 people sample
research. Data obtained from the measurement of VO2 Max with 6 minute
walking test before and after treatment. The treatment is aerobic exercise in the
form of walking for 30 minutes, the frequency is 3 to 5 times a week up to 16
times. The analysis of the data using analysis of univariate analysis and bivariate
analysis with Paired t-test. Result: Mean levels of VO2 Max subjects before
treatment is 18.8 ml.kg-1
.min-1
and after treatment is 20.1 ml.kg-1
.min-1
. Analysis
bivariate of the effect of arobik exercise to levels of VO2 Max on Medical
Students UIN Syarif Hidayatullah Jakarta shows Pvalue 0.005. Conclusion:
aerobic exercise affect levels of VO2 Max was significantly on subjects, their
fitness level is still classified as low but there is an increasment after doing
aerobic exercise.
Keywords: VO2 Max, aerobic exercise, 6 minute walking test.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam
yang atas ridho, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan penelitian yang berjudul “PENGARUH LATIHAN AEROBIK
TERHADAP KADAR VO2 MAKS PADA MAHASISWA KEDOKTERAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA ANGKATAN 2017” sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan jenjang program sarjana kedokteran di
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat serta salam tak
lupa pula kita haturkan keharibaan Nabi besar Muhammad SAW, suri tauladan
dan rahmat bagi seluruh alam.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat terwujud karena adanya
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin
menyampaikan penghargaan, rasa hormat, dan terima kasih kepada:
1. dr. Hari Hendarto, Ph.D, Sp.PD-KEMD, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT, selaku Ketua Program Studi
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR, selaku dosen pembimbing 1 dan dr.
Mustika Anggiane Putri, M.Biomed, selaku dosen pembimbing 2 yang
telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan
dan membimbing peneliti kami dari awal hingga akhir terselesaikannya
penelitian ini.
4. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggung jawab riset
program studi kedokteran angkatan 2015.
5. Kedua orang tua saya, Drs. Amirullah Amri, MA dan Hj. Halima
Amirullah Amri, yang senantiasa mendoakan, memberi semangat dan
motivasi, serta memberikan dukungan baik moral maupun material.
seluruh keluarga Saya yang telah menjadi motivasi Saya selama ini.
viii
6. Para dosen dan staf Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Angkatan 2017
khususnya yang telah berpartisipasi dan meluangkan waktu dan tenaganya
dalam penelitian ini.
8. Teman-teman seperjuangan riset, Viska Yuzella, Safira Fatimah Anjani,
dan Shafira Putri Widjaja yang sejak awal hingga selesai selalu membantu
dalam melewati berbagai hal dalam penelitian ini. Rekan kesmas Saya
Thoriq yang bersedia diajak berdiskusi mengenai SPSS dan metodologi
penelitian saya.
9. Teman-teman sejawat Program Studi Kedokteran Amigdala 2015,
keluarga Costavera (CSSMORa 2015), rekan BPH USMR yang ikut
memberi dukungan dalam penelitian ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat ketidaksempurnaan dalam laporan
penelitian ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun bagi penelitian ini. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga
penelitian ini dapat memberi banyak manfaat bagi kita semua.
Ciputat, Oktober 2018
M. Ilmul Yaqin Amha
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
ABSTRACT ...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Hipotesis ............................................................................................ 2
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................... 2
1.4.1 Tujuan Umum .............................................................................. 2
1.4.2 Tujuan Khusus .............................................................................. 2
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................. 3
1.5.1 Manfaat Penelitian bagi Peneliti ................................................... 3
1.5.2 Manfaat Penelitian bagi Perguruan Tinggi ................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4
2.1 Latihan fisik ....................................................................................... 4
2.2 Jenis latihan fisik ............................................................................... 4
2.2.1 Aerobik .......................................................................................... 4
2.2.2 Latihan anaerobik .......................................................................... 5
2.3 Fisiologi olahraga .............................................................................. 6
2.3.1 Struktur otot rangka....................................................................... 6
2.3.2 Tipe serat otot rangka .................................................................... 6
2.4 Kinesiologi dan Biomekanika berjalan .............................................. 9
2.5 Kebugaran fisik ................................................................................ 12
2.6 Konsumsi O2 Maksimal (VO2 Maks) ............................................. 14
2.6.1 Pengukuran VO2 Maks ............................................................... 15
2.6.2 Metabolic equivalent of task (METs) .......................................... 16
x
2.7 Kerangka Teori ................................................................................ 18
2.8 Kerangka Konsep ............................................................................. 18
2.9 Definisi operasional ......................................................................... 19
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 21
3.1 Desain Penelitian ............................................................................. 21
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 21
3.3 Populasi dan Subyek penelitian ....................................................... 21
3.3.1 Populasi Target............................................................................ 21
3.3.2 Populasi Terjangkau .................................................................... 21
3.3.3 Sampel ......................................................................................... 21
3.3.4 Besar Sampel ............................................................................... 21
3.3.5 Cara Pengambilan Sampel .......................................................... 23
3.3.6 Kriteria Sampel ........................................................................... 23
3.4 Cara Kerja Penelitian ....................................................................... 23
3.5 Prosedur intervensi .......................................................................... 23
3.6 Alur Penelitian ................................................................................. 25
3.7 Menegemen Data ............................................................................. 26
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 27
4.1 Deskripsi hasil penelitian ................................................................. 27
4.1.1 Karakteristik sampel.................................................................... 27
4.1.2 Sajian Data Penelitian ................................................................. 28
4.2 Pembahasan ..................................................................................... 31
4.2.1 Karakteristik subyek penelitian penelitian .................................. 31
4.2.2 Gambaran rata-rata kadar VO2 Maks subyek penelitian sebelum
dan setelah melakukan latihan aerobik ............................................ 32
4.2.3 Perbedaan rata-rata kadar VO2 Maks subyek penelitian sebelum
dan seteah melakukan latihan aerobik ............................................. 33
4.3 Keterbatasan penelitian .................................................................... 34
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 35
5.1 Simpulan ........................................................................................... 35
5.2 Saran ................................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 36
LAMPIRAN ..................................................................................................... 38
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Karatkteristik Serat Otot Rangka ............................................................ 9
Tabel 2.2 Fungsi Otot selama berjalan .................................................................. 10
Tabel 2.3 Kategori VO2 Maks .............................................................................. 15
Tabel 2.4 Klasifikasi Intensitas Latihan Fisik Berdasarkan Mets dan Tingkat
Kebugaran ............................................................................................................. 17
Tabel 2.5 Nilai MET Pada Aktifitas Fisik dan Olahraga ...................................... 17
Tabel 4.1 Distribusi Subyek penelitian Berdasarkan Usia .................................... 27
Tabel 4.2 Distribusi Subyek penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin .................... 27
Tabel 4.3 Distribusi Subyek penelitian Berdasarkan IMT .................................... 28
Tabel 4.4 Gambaran Hasil Uji 6MWT .................................................................. 29
Tabel 4.5 Gambaran Kadar VO2 Maks Subyek penelitian ................................... 29
Tabel 4.6 Gambaran METs Subyek Penelitian ..................................................... 29
Tabel 4.7 Uji Normalitas ....................................................................................... 30
Tabel 4.8 Distribusi Perbedaan Rata-Rata kadar VO2 Maks Subyek penelitian
sebelum dan setelah dilakukan intervensi latihan aerobik .................................... 31
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2.1. Adaptasi sistem kardiovaskular dengan latihan aerobik terhadap
peningkatan suplai oksigen ke otot ............................................... 5
Gambar 2.3.1. Struktur otot rangka ......................................................................... 7
Gambar 2.3.2. Eksitasi-kontraksi dan relaksasi otot ............................................... 8
Gambar 2.4.1. Siklus berjalan ............................................................................... 10
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Persetujuan .......................................................................... 38
Lampiran 2 Rekapitulasi statistik penelitian ........................................................ 40
Lampiran 3 Dokumentasi penelitian .................................................................... 44
Lampiran 4 Daftar riwayat Hidup ........................................................................ 45
1
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebugaran fisik adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan organ-
organ tubuh dalam batas fisiologis terhadap keadaan lingkungan. Seseorang
dengan jasmani yang bugar dapat melakukan kerja fisik dengan cara yang cukup
efisien tanpa lelah secara berlebihan. Orang yang bugar dapat melakukan
kegiatan-kegiatan lain yang bersifat rekreatif dan telah mengalami pemulihan
yang sempurna sebelum datangnya tugas yang sama esok harinya.1
Kebugaran fisik dapat diukur dari berbagai aspek, salah satunya ialah
ketahanan atau endurance. Untuk menilai ketahanan seseorang, indikator yang
baik digunakan ialah konsumsi oksigen maksimal (VO2 Maks). VO2 Maks
menandakan seberapa mampu orang tersebut menggunakan oksigen untuk
menghasilkan energi dalam proses aerob sehingga tidak menimbulkan kelelahan.2
Kebugaran fisik dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu faktor penting
yang mempengaruhi adalah latihan fisik atau olahraga. Pola hidup termasuk pola
makan dan istirahat juga merupakan faktor yang berperan.3 Seorang mahasiswa
kedokteran hendaknya memiliki fisik yang bugar agar dapat melakukan segala
aktifitasnya dengan baik.
Untuk meningkatkan kebugaran fisik maka diperlukan latihan fisik yang
baik. Latihan fisik ditinjau dari penggunaan oksigen terbagi dua, latihan fisik
aerobik dan bukan aerobik (anaerob). Latihan aerobik merupakan aktifitas
olahraga dengan intensitas rendah hingga sedang yang dilakukan secara terus
menerus, seperti : Jalan kaki, Lari, Bersepeda, dan Jogging. Sedangkan latihan
bukan aerobik merupakan latihan dengan intensitas tinggi dalam waktu singkat,
seperti lari sprint dan angkat beban.4
Latihan fisik aerobik menggunakan oksigen untuk membantu proses
pembakaran sumber energi, sehingga menghasilkan jumlah energi yang lebih
banyak serta tidak menghasilkan asam laktat sebagai hasil sampingan yang dapat
menimbulkan kelelahan.4
Dalam penelitian Purwanto (2011) didapatkan bahwa untuk mencapai
peningkatan kebugaran fisik maka dibutuhkan latihan aerobik 3 sampai 5 kali
2
perminggu dengan durasi 25-30 menit setiap latihannya. untuk memberikan hasil,
latihan fisik dilakukan minimal selama 6-8 minggu dan pengaruhnya akan hilang
setelah 4-6 minggu setelah latihan dihentikan.5
Sophie Yolanda (2010) pada penelitiannya yang dilakukan pada mahasiswa
kedokteran menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kadar VO2 Maks rata-rata
dari 31,63 ml/kgbb/menit menjadi 35,27 ml/kgbb/menit atau sebanyak 3,64 poin
setelah melakukan latihan aerobik rutin 1 jam sehari dengan frekuensi 2 kali
seminggu selama 8 minggu.6
Oleh karena itu, peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh latihan aerobik
tehadap peningkatan VO2 Maks jika dilakukan pada mahasiswa kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah latihan Aerobik dapat meningkatkan kadar VO2 Maks mahasiswa
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2017 ?
1.3 Hipotesis
Terdapat peningkatan VO2 Maks pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
(FK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2017 setelah melakukan latihan
aerobik.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana Pengaruh latihan Aerobik terhadap VO2
Maks mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
angkatan 2017.
1.4.2 Tujuan Khusus
- Mengetahui tingkat kebugaran mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2017 yang diukur dengan penilaian
VO2 Maks.
- Mengetahui gambaran VO2 Maks mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2017 baik sebelum maupun
setelah melakukan latihan aerobik.
3
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Penelitian bagi Peneliti
1. Menerapkan ilmu dan mengasah kemampuan analisis diri dalam bidang
penelitian.
2. Menjadi salah satu bentuk perwujudan penelitian dalam melaksanakan
kewajiban mahasiswa Tri Dharma Perguruan Tinggi.
3. Menambah khazanah ilmu pengetahuan.
1.5.2 Manfaat Penelitian bagi Perguruan Tinggi
1. Menambah referensi penelitian di FK UIN syarif Hidayatullah Jakarta di
bidang Kedokteran.
2. Memberikan gambaran terhadap tingkat kebugaran mahasiswa Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2017.
3. Dapat dijadikan landasan menganai pentingnya latihan fisik terhadap
kebugaran mahasiswa UIN syarif Hidayatullah Jakarta.
4
2 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Latihan fisik
Latihan fisik adalah proses mengembangkan kemampuan aktifitas gerak
jasmani yang dilakukan secara sistematis dan ditingkatkan secara progresif untuk
mempertahankan atau meningkatkan derajat kebugaran fisik agar tercapai
kemampuan kerja fisik yang optimal.7
2.2 Jenis latihan fisik
2.2.1 Aerobik
Latihan aerobik merupakan suatu sistem latihan fisik yang bertujuan untuk
meningkatkan pemasukan dan efisiensi pemasukan oksigen kedalam jaringan
tubuh. Latihan aerobik bergantung pada ketersediaan oksigen untuk melakukan
metabolisme pembentukan energi.4
Manfaat dan kegunaan
Latihan aerobik menjadi salah satu aktifitas fisik yang lumayan mudah
dilakukan dan memiliki pengaruh dalam menjaga kebugaran fisik. Latihan aerobik
menggunakan oksigen sebagai sumber utama energinya sehingga latihan aerobik
termasuk dalam latihan yang memiliki intensitas rendah namun berlangsung
secara kontinu. Yang termasuk latihan aerobik adalah senam aerobik, bersepeda,
jalan cepat, lari maraton.
Latihan aerobik berpengaruh dalam meningkatkan kinerja dari sistem kardio
vaskuler, respirasi, dan muskuloskeletal. Ketiga sistem tersebut sangat menunjang
kebuguran fisik seseorang.
Sebagai gambaran bagaimana pengaruh latihan aerobik terhadap adaptasi
sistem kardiovaskular dalam meningkatkan suplai oksigen ke otot rangka lihat
padaGambar 2.2.1.8
Metabolisme aerob
Sistem metabolisme energi pada latihan aerobik menggunakan oksigen
sebagai bahan untuk menguraikan glikogen/glukosa menjadi CO2 dan H2O
melalui siklus kreb dan sistem transport elektron. Glikogen ataupun glukosa
diuraikan menjadi asam piruvat dan dengan adanya O2 maka asam laktat tidak
menumpuk sehingga tidak menyebabkan kelelahan seperti metabolisme anaerob.4
5
Reaksi aerobik terjadi dalam sel otot tepatnya pada organel mitokondria.
ATP yang dihasilkan dari metabolisme aerob lebih lambat dari sistem anaerob,
tapi produksi ATP jauh lebih besar. Pemecahan 1 molekul glukosa pada keadaan
oksigen cukup dapat menghasilkan 32 ATP, sedangkan pada metabolisme anaerob
hanya menghasilkan 2 ATP.
Gambar 2.2.1. Adaptasi sistem kardiovaskular dengan latihan aerobik
terhadap peningkatan suplai oksigen ke otot
2.2.2 Latihan anaerobik
Latihan anaerobik adalah serangkaian aktivitas fisik yang tidak
membutuhkan oksigen dalam melakukan kerjanya. Latihan anaerobik biasanya
digunakan dalam meningkatkan ketahanan utamanya dalam peningkatan kekuatan
dan massa otot.9
Metabolisme anaerob
Aktivitas latihan anaerob menghasilkan adenosin trifosfat (ATP)
dari dua sistem, yaitu sistem ATP kreatinin fosfat (ATP CP) dan sistem
asam laktat. Sistem ATP-CP digunakan dalam menggerakkan otot selama
6-8 detik, seperti pada sprint 100 meter, angkat besi dan tolak peluru.
Energi yang dihasilkan bersumber dari pemecahan ATP dan kreatinnin
fosfat yang terdapat pada otot rangka.
6
Sistem asam laktat biasa juga dikenal dengan glikolisis anaerob
dimana terjadi pemecahan glikogen menjadi asam piruvat dan asam laktat
serta energi. Energi yang dihasilkan hanya dapat bertahan selama 2-3
menit saja, hal ini disebabkan karena asam laktat yang tertimbun akan
menyebabkan kelelahan dan juga cadangan glikogen akan cepat
berkurang. Glikolisis anaerob digunakan dalam olahraga intensitas tinggi
seperti lari sprint 200-800 meter dan renang gaya bebas 100 meter.10
2.3 Fisiologi olahraga
2.3.1 Struktur otot rangka
Otot rangka terdiri dari sejumlah serat otot yang disatukan oleh jaringan
ikat. Sel otot rangka memiliki banyak nukleus dan organel mitokondria,
mitokondria pada otot rangka sangat berfungsi dalam pembentukan energi dimana
otot rangka membutuhkan energi yang banyak dalam bekerja.
Pada Gambar 2.3.1 dijelaskan mengenai serat otot rangka yang terdiri dari
miofibril yang merupakan elemen kontraktil pada otot, myofibril tersusun atas
Sitoskeleton-filamen tipis tebal yang tertata rapi. Struktur ini terbentuk dari
protein aktin dan miosin.11
ketika otot berkontraksi maka filamen tipis di kedua sisi sarkomer bergeser
ke arah dalam terhadap filamen tebal menuju ke pusat pita A. Hal ini disebabkan
oleh mengikatnya protein aktin terhadap kepala myosin yang menghasilkan
gerakan kayuhan bertenaga.
Untuk melakukan kontraksi otot membutuhkan kalsium agar protein aktin-
miosin dapat bertemu dan membentuk jembatan silang, sedangkan untuk
melakukan kayuhan bertenaga maka dibutuhkan adenosin trifosfat (ATP) yang
kemudian diubah menjadi adenosin difosfat (ADP) dan fosfat inorganik (Pi).
Secara rinci dapat dilihat pada Gambar 2.3.2.4
2.3.2 Tipe serat otot rangka
Tipe serat otot dapat diklasifikasikan berdasarkan kapasitas biokimia yang
dimilikinya. Terdapat 3 jenis serat otot :
Serat slow-oxidative (tipe I)
Serat fast-oxydatif (tipe IIa)
Serat fast-glycolytic (tipe IIx)
8
Gambar 2.3.2. Eksitasi-kontraksi dan relaksasi otot
Dari pembagian ini ada 2 perbedaan besar, yaitu mengenai kecepatan
kontraksinya (cepat atau lambat) dan proses enzimatik yang dominan pada serat
tersebut dalam menghasilkan energi (oksidatif atau glikolitik). Untuk perbedaanya
secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2.1.4
9
Tabel 2.1 Karatkteristik Serat Otot Rangka
Karakteristik Lambat-oksidatif
(Tipe I)
Cepat-oksidatif
(tipe IIa)
Cepat-glikolitik
(tipe IIx)
Aktivitas Myosin-
ATPase
Rendah Tinggi Tinggi
Kecepatan kontraksi Lambat Cepat Cepat
Ketahanan terhadap
kelelahan
Tinggi Sedang Rendah
Kapasitas posfolirasi
oksidatif
Tinggi Tinggi Rendah
Enzim glikolisis
anaerob
Rendah Sedang Tinggi
Mitokondria Banyak Banyak Sedikit
Kapiler Banyak Banyak Sedikit
Kandungan
myoglobin
Tinggi Tinggi Rendah
Warna serat Merah Merah Putih
Kandungan glikogen Rendah Sedang Tinggi
2.4 Kinesiologi dan Biomekanika berjalan
Berjalan merupakan suatu fungsi yang dilakukan oleh ekstremitas bawah.
Pada saat berjalan, ekstremitas bawah melakukan gerakan-gerakan yang
kompleks, terdiri dari sikap berdiri (stance) dan fase mengayun (swing). Siklus
berjalan terdiri dari satu siklus mengayun dan berdiri dengan satu ekstremitas.
Fase berdiri dimulai dengan tumit menyentuh lantai (heel strike), ketika tumit
membentur lantai dan mulai menanggung berat penuh tubuh (respon beban), dan
berakhir dengan dorongan dari kaki depan (plantarfleksi). Fase mengayun dimulai
setelah dorongan ketika jari kaki meninggalkan lantai dan berakhir ketika tumit
menyentuh lantai. Saat berjalan, fase berdiri mencakup 60% dan fase mengayun
40%, hal ini disebabkan oleh adanya periode topang ganda (double support). Pada
saat berlari tidak ada periode topang ganda sehingga persentasi dari fase berdiri
10
lebih singkat daripada ketika berjalan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada
Gambar 2.4.1.12,13
Gambar 2.4.1. Siklus berjalan
berjalan merupakan aktivitas yang sangat efisien yang mengambil manfaat
dari gravitasi dan momentum sehingga meminimalisir gerak fisik yang
diperlukan. Secara garis besar keadaan yang terjadi saat berjalan ialah rotasi
pelvis, pemiringan pelvis, fleksi dari lutut, pergerakan pada ankle dan knee, serta
pergerakan pelvis ke lateral. Untuk penjelasan mengenai mekanisme dari setiap
fase dan periode pada siklus berjalan beserta kelompok atot yang berperan dapat
dilihat pada tabel 2.2 berikut.12,13
11
Tabel 2.2 Fungsi Otot selama berjalan
FA
SE
BE
RD
IRI
Fase
Berjalan
Tujuan Mekanis Kelompok Otot Aktiv Contoh
Benturan
tumit
(kontak
awal)
Kaki depan bawah
kelantai
Dorsofleksor(kontraksi
eksentrik)
M. Tibialis
anterior
Terus deselerasi Ekstensor panggul M. Gluteus
Maksimus
Mempertahankan
arcus
longitudinalis
pedis
Otot instrinsik kaki M. Flexor
digitorum brevis
Tendon panjang kaki M. Tibialis
anterior
Respon
loading
(menapak)
Menerima berat Ekstensor lutut M. Quadriceps
Deselerasi massa
(dorsofleksi
lambat)
Plantarfleksor
pergelangan kaki
M. Triceps surae
Menstabilkan
pelvis
Abduktor panggul M. Gluteus
medius dan
minimus, tensor
fascia lata
Mempertahankan
arcus
longitudinalis
pedis
Otot instrinsik kaki M. Flexor
digitorum brevis
Tendon panjang kaki M. Tibialis
posterior; fleksor
panjang kaki
Pertengahan
siklus
berjalan
Menstabilkan lutut Ekstensor lutut M. Quadriceps
Mengontrol
dorsifleksi
(mempertahankan
momentum)
Plantarfleksor
pergelangan kaki
Kontraksi soleus
Menstabilkan
pelvis
Abduktor panggul M. Gluteus
medius dan
minimus, tensor
fascia lata
Mempertahankan
arcus
longitudinalis
pedis
Otot instrinsik kaki M. Flexor
digitorum brevis
Tendon panjang kaki M. Tibialis
posterior; fleksor
digitorum longus
Akhir sikap
berjalan
(tumit lepas
landas)
Mempercepat
massa
Plantarfleksor
pergelangan kaki
M. Triceps surae
Menstabilkan
pelvis
Abduktor panggul M. Gluteus
medius dan
minimus, tensor
fascia lata
Mempertahankan
arcus pedis; fiksasi
kaki depan
Otot instrinsik kaki M. Adductor
hallucis
Tendon panjang kaki M. Tibialis
12
posterior; m.
Flexor digitorum
longus
FA
SE
ME
NG
AY
UN
Jari diangkat Mempercepat
massa;
mempertahankan
arcus pedis;
memfiksasi kaki
depan
Fleksor panjang jari;
otot 12ontrol12c kaki
M. Flexor
hallucis longus;
m. Flexor
digitorum
longus; m.
Adductor
hallucis
Tendon panjang kaki M. Tibialis
posterior; m.
Flexor digitorum
longus
Mendeselerasi
paha; bersiap
untuk mengayun
Flexor panggul
(kontraksi eksentrik)
M. Illiopsoas; m.
Rectus femuris
Ayunan awal Mempercepat
paha; irama
bervariasi
Flexor panggul
(kontraksi eksentrik)
M. Illiopsoas; m.
Rectus femuris
Kaki bebas Dorsofleksi
pergelangan kaki
M. Tibialis
anterior
Pertengahan
ayunan
Kaki bebas Dorsofleksi
pergelangan kaki
M. Tibialis
anterior
Akhir
ayunan
Deselerasi paha Ekstensor panggul
(kontraksi eksentrik)
M. Gluteus
Maksimus;
hamstring
Deselerai tungkai Flexor lutut (kontraksi
eksentrik)
Hamstring
Posisi kaki Dorsofleksi
pergelangan kaki
M. Tibialis
posterior
Ekstensikan lutut
untuk
menempatkan kaki
(12ontrol
langkah);
persiapan untuk
kontak
Ekstensor lutut M. Quadriceps
2.5 Kebugaran fisik
Kebugaran fisik adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan alat-alat
tubuh dalam batas-batas fisiologis terhadap keadaan lingkungan serta kerja fisik
dengan cara yang cukup efisien tanpa lelah secara berlebihan. Kebugaran fisik
yang berhubungan dengan kesehatan secara khas didefinisikan mencakup
ketahanan kardiorespiratorik, komposisi tubuh, ketahanan dan kekuatan otot, serta
13
kelenturan. Meskipun demikian, seseorang belum tentu memiliki semua elemen
kebugaran yang baik, misalnya seseorang memiliki kekuatan dan ketahan otot
namun kurang dalam kelenturan.
Kondisi kebugaran fisik seseorang dipengaruhi juga oleh berbagai faktor,
yaitu umur, jenis kelamin, kegiatan fisik, genetik, serta faktor lainnya (kebiasaan
merokok, nutrisi, istirahat, lingkungan dan latihan/olahraga). Untuk mendapatkan
kondisi kebugaran fisik yang baik maka semua komponen kebugaran harus
ditingkatkan ataupun dipertahankan. Adapun komponen tersebut. 2
Strenght (kekuatan otot)
Komponen kompetensi fisik tentang kemampuan menggunakan otot-otot
dalam menerima beban saat melakukan kerja. Latihan yang sesuai untuk
meningkatkan komponen ini adalah latihan tahanan (resistance exercise).
Terdapat 3 jenis latihan tahanan: 7
- Kontraksi isometrik atau kontraksi statik, dimana terdapat kontraksi
sekelompok otot dalam mengangkat atau mendorong beban yang tidak
bergerak dengan tanpa menggerakkan tubuh dan panjang otot tidak berubah.
- Kontraksi isotonik atau kontraksi dinamik, yaitu kontraksi sekelompok otot
dengan cara memanjang atau memendek saat tensi diberikan. Contohnya
ialah latihan angkat barbel, yang paling populer ialah dengan program
weight training.
- Kontraksi isokinetik, yaitu otot mendapat tahanan yang sama melalui
seluruh ruang geraknya sehingga otot bekerja secara maksimal pada setiap
sudut ruang gerak sendinya.
Daya tahan (endurance)
Daya tahan merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan ototnya
secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu. Daya
tahan terbagi atas : 2
7
- Daya tahan otot (muscle endurance), sangat ditentukan dan berhubungan
dengan kekuatan otot. Dalam melatihnya, teknik isotonik dan isometrik
harus dilatih dengan beban yang lebih rendah dan pengulangan lebih sering
dari pada latihan penguatan otot.
14
- Daya tahan jantung-pernapasan-pembuluh darah (respiratory-
cardiovascular endurance), daya tahan ini didapatkan dengan peningkatan
VO2 Maks dan ambang anaerob. Bentuk latihannya dapat berupa latihan
aerobik ataupun latihan anaerob dengan interval istirahat.
Kelenturan (flexibility).
Kelenturan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerak dengan
ruang gerak seluas-luasnya dalam persendiannya. Dipengaruhi oleh elastisitas
tendon, otot dan ligamen. Kelenturan dapat dikembangkan melalui latihan
peregangan (streaching) baik yang dinamik maupun peregangan statik.
Massa tubuh
Massa tubuh yang sehat mengarah kepada kadar lemak dan massa bebas
lainnya (otot, tulang, cairan) yang proporsional. Orang yang sehat memiliki
proporsi lemak dan massa lain dalam tubuhnya yang baik dan cenderung massa
lemak lebih sedikit, sesuai dengan jenis kelamin dan usianya. Orang yang
memiliki berat badan berlebih rentan mengalami gangguan kesehatan, diantaranya
ialah penyakit jantung, diabetes, hiperlipidemi, hiperkolesterolemia, gangguan
muskuloskeletal dan lainnya.14
2.6 Konsumsi O2 Maksimal (VO2 Maks)
Konsumsi O2 Maksimal (VO2 Maks) yaitu volume maksimal O2 yang
dapat digunakan seseorang per menit untuk mengoksidasi molekul nutrien untuk
menghasilkan energi. VO2 Maks merupakan prediktor terbaik dalam menentukan
kapasitas kerja seseorang.2
Pada saat melakukan kerja ataupun latihan maka tubuh membutuhkan
oksigen dan kebutuhan ini meningkat seiring dengan peningkatan intensitas
latihan, semakin tinggi intensitas latihan yang dilakukan maka semakin besar pula
jumlah oksigen yang dibutuhkan. Kemampuan memenuhi suplai oksigen ke
jaringan berbeda tiap individu sesuai dengan usia, jenis kelamin, kebiasaan
aktivitas, dan genetik seseorang. VO2 Maks merupakan salah satu pengukuran
untuk mengetahui kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas, seberapa
intens dan seberapa lama ia dapat melakukan kerja.14
Latihan Aerobik yang rutin dapat meningkatkan VO2 Maks seseorang yang
menggambarkan adanya peningkatan ketahanan respiratori setelah latihan.
15
Seseorang dengan VO2 Maks yang tinggi akan memiliki kemampuan melakukan
aktifitas fisik yang lebih tahan lama hingga mencapai kelelahan.
VO2 Maks diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan, mulai dari Sangat
Kurang (SK), Kurang (K), Sedang (S), Baik (B), dan Sangat Baik (SB). Untuk
penilaiannya dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut :
Tabel 2.3 Kategori VO2 Maks
No Kategori Tingkat Konsumsi
1 Kategori I Sangat kurang
(SK)
Konsumsi Oksigen
Kurang dari 28
ml/kgBB/menit
2 Kategori II Kurang (K) Konsumsi Oksigen antara
28,1 s/d 34
ml/kgBB/menit
3 Kategori III Sedang (S) Konsumsi Oksigen antara
34,1 s/d 42
ml/kgBB/menit
4 Kategori IV Baik (B) Konsumsi Oksigen antara
42,1 s/d 52
ml/kgBB/menit
5 Kategori V Sangat Baik (SB) Konsumsi Oksigen lebih
dari 52 ml/kgBB/menit
2.6.1 Pengukuran VO2 Maks
Uji latih six minute walking test (6MWT)
Perhitungan VO2 Maks dapat dilakukan dengan Uji latih 6MWT. Cara
pengukurannya cukup sederhana hanya dengan berjalan kaki selama 6 menit dan
mengukur jarak yang dapat ditempuh dalam waktu tersebut. Untuk mengukur
jarak tempuh dapat menggunakan treadmill ataupun lintasan yang sudah diukur
jaraknya dan diberi tanda. Setelah mendapatkan jarak tempuh maka dapat diukur
nilai taksiran VO2 Maks dengan persamaan: 0,053 (jarak) + 0,022 (usia) + 0,032
(tinggi badan) – 0,164 (berat badan) – 2,287 – 2,228 (jika perempuan), setelah itu
16
hasilnya dimasukkan dalam tabel klasifikasi kategori tingkat kebugaran (VO2
Maks). 15,16
Uji latih 6MWT dapat dilakukan di dalam gedung, seperti pada koridor
yang sepi orang berlalu lalang, jika cuaca baik dapat pula dilakukan di luar
ruangan. Lintasan yang digunakan sepanjang 20-50 meter (biasanya 30 meter),
pada kedua ujung lintasan diberi tanda (bisa dengan traffic cone) dan pada
sepanjang lintasan diberi tanda setiap 3 meter. Saat uji latih dimulai maka subyek
latih akan mulai berjalan hingga akhir lintasan dan berputar melewati tanda yang
telah diberikan tanpa berhenti berjalan dan melanjutkan ke putaran selanjutnya
hingga waktu habis (6 menit). Setelah waktu habis maka subyek latih akan
berhenti ditempat dan penguji menghitung jumlah putaran yang dijalani serta
jarak yang ditempuh pada putaran terakhir. Sebagai contoh : pada lintasan 30
meter seseorang subyek latih dapat menempuh 9 putaran lengkap dan pada
putaran ke-10 hanya sampai 15 meter maka akan ditulis 9 lap + 15 meter (555
m).17,18
Sebelum melakukan uji latih, subyek latih telah diberi pengarahan
bagaimana cara berjalan pada lintasan dan cara yang benar untuk berputar diujung
lintasan, subyek latih juga diberitahu untuk jalan sejauh mungkin yang dia mampu
selama 6 menit dan dapat beristirahat ditengah uji latih jika memang dibutuhkan.
2.6.2 Metabolic equivalent of task (METs)
Metabolik ekuivalen merupakan suatu bentuk pengukuran intensitas suatu
latihan. MET menggambarkan jumlah kalori ataupun penggunaan oksigen saat
istirahat. Nilai MET pada orang dewasa ialah 3,5 ml/O2/kgbb/menit atau 1
kkal/kgbb/jam. Suatu intensitas latihan yang diukur menggunakan MET
menggambarkan kelipatan pengeluaran energi pada latihan tersebut jika
dibandingkan dengan keadaan istirahat (1 MET). Sebagai gambaran, latihan
dengan 5 MET berarti membutuhkan 5 x 3.5 ml/kgbb/menit. 8,19
Untuk perhitungan intensitas latihan yang diukur dari konsumsi oksigen
(ml/kgbb/menit) dapat dibuah dalam satuan MET dengan membaginya dengan 3.5
ml/kgbb/menit. Sebagai contoh : seseorang yang melakukan aktifitas/latihan
dengan konsumsi oksigen 29 ml/kgbb/menit maka nilai MET pada latihan tersebut
ialah 29 ml/kgbb/menit : 3.5 ml/kgBB/menit = 8,3 METs.
17
Dalam menentukan penggolongan intensitas latihan dengan MET nilainya
dapat berbeda sesuai dengan VO2 Maks yang dimiliki oleh seseorang. Nilai
rujukannya dapat dilihat pada Tabel 2.4.19
Tabel 2.4 Klasifikasi Intensitas Latihan Fisik Berdasarkan Mets dan
Tingkat Kebugaran
Intensitas 12 MET VO2
Maks
10 MET VO2
Maks
8 MET VO2
Maks
6 MET VO2
Maks
Sangat ringan <3,2 < 2,8 < 2,4 < 2.0
Ringan 3,2 – 5,3 2,8 – 4,5 2,4 – 3,7 2,0 – 3,0
Sedang 5,4-7,5 4,6 – 6,3 3,8 – 5,1 3,1 – 4,0
Berat 7,6-10,2 6,4 – 8,6 5,2-6,9 4,1-5,2
Sangat berat >10,2 >8,7 >7,0 >5.3
Maksimal 12 10 8 6
Dari tabel diatas kita dapat mengetahui bagaimana intensitas latihan yang
butuhkan seseorang sesuai dengan tingkat VO2 Maks yang dimilikinya. Misalnya
seseorang dengan VO2 Maks 28 ml/kgbb/menit (8 MET) maka untuk latihan
dengan intensitas sedang maka ia latihan dengan nilai 3,8-5,1 MET. Untuk
rujukan nilai MET berjalan dan berlari dapat dilihat pada Tabel 2.5.19
Tabel 2.5 Nilai MET Pada Aktifitas Fisik dan Olahraga
Aktivitas Nilai MET
Berjalan (3,2 km/jam) 2,5
Berjalan (4,0 km/jam) 3,0
Berjalan (4,8 km/jam) 3,3
Berjalan (5,6 km/jam) 3,8
Berjalan (6,4 km/jam) 5,0
Berlari (8,1 km/jam) 8,0
Berlari (9,7 km/jam) 10,0
Berlari (10,8 km/jam) 11,0
Berlari (12,1 km/jam) 12,0
Berlari (13,8 km/jam) 14,0
Berlari (16,1 km/jam) 16,0
18
2.7 Kerangka Teori
Latihan Fisik
Aerobik Non - Aerobik
Intensitas tinggi
Dalam waktu singkat Intensitas cukup rendah
Waktu cukup lama
Bergantung pada
glikolisis anerob
& energi
cadangan otot
Glikosa
Asam piruvat
Asam laktat
Tanpa O2
Kelelahan otot
Adaptasi fisiologi tubuh
respirasi kardiovaskular
↑ volume
Diastolik
akhir
↑ isi
sekuncup
↑ kardiak output
maksimal
Aliran darah perifer
Lebih optimal
↑ ventilasi
alveolar
↑ ambilan
oksigen
↑ suplai oksigen
Pada otot
otot ↑ jumlah dan ukuran
mitokondria
Serat otot
Slow twitch > fast twitch
↑ ketahanan
melakukan
Kerja (endurance)
Pembentukan
energi
Secara aerobik ↑
↑ kapasitas aerobik
↑ VO2 maks
↑ eliminasi
karbondioksi
da
19
2.8 Kerangka Konsep
Mahasiswa Fakultas Kedokteran
UIN angkatan 2017
Latihan aerobik berupa jalan
selama 30 menit, 3 sampai 5 kali
seminggu sebanyak 16 kali latihan
Adaptasi fisiologis tubuh
Peningkatan kebugaran fisik
Konsumsi O2 Maksimal
(VO2 Maks) ↑
↑ Daya Tahan (endurance)
20
2.9 Definisi operasional
No Variabel Definisi
Operasional Alat Ukur Cara Pengukuran
Skala
pengukuran
1 Konsumsi O2
Maksimal
(VO2 Maks)
Jumlah maksimal
oksigen yang
dapat dikonsumsi
saat melakukan
kegiatan/latihan
fisik Yang dinilai
dengan uji latih
6MWT (nilai
prediksi).
Jarak
(meter),
waktu
(Stopwatch)
Subyek penelitian
penelitian berjalan
kaki dan diukur jarak
yang dapat tempuh
dalam waktu 6 menit
(Uji Latih 6MWT).
Lalu di masukkan
dalam persamaan
0,053 (jarak) + 0,022
(usia) + 0,032 (tinggi
badan) – 0,164 (berat
badan) – 2,287 –
2,228 (jika
perempuan).
Interval
2 Latihan Fisik
Aerobik
Latihan fisik
dengan intensitas
rendah hingga
sedang dengan
menggunakan
oksigen dalam
proses
pembentukan
energi.
Visual Subyek penelitian
melakukan jalan kaki
selama 30 menit, 3
sampai 5 kali
seminggu sebanyak
16 kali latihan
Nominal
3. Six minute
walking test
Uji latih berjalan
pada lintasan
yang terukur
selama 6 menit.
Jarak (meter)
Waktu (
menit)
Subjek uji berjalan
pada lintasan yang
dapat diukur jaraknya
selama 6 menit.
Rasio
4. Berjalan kaki Melangkahkan
kaki bergerak
maju pada
lintasan datar
sedikit menuruni
tangga dengan
kecepatan ± 4,2
km/jam.
Visual Subyek penelitian
berjalan mengelilingi
lintasan yang telah
ditentukan peneliti
Nominal
21
3 BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik experimental dengan
menggunakan model one group pretest posttest design. Peneliti memberikan
intervensi berupa latihan aerobik kepada satu kelompok dengan mengukur kadar
VO2 Maks subyek penelitian sebelum dan setelah perlakuan.
Penelitian dalam bentuk gambar adalah sebagai berikut:
Keterangan:
T1 : Tes awal
T2 : Tes akhir
L : Latihan/Perlakuan
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kampus FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
pada bulan Maret hingga Mei 2018.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Target
Mahasiswa Fakultas Kedokteran seluruh Indonesia.
3.3.2 Populasi Terjangkau
Mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan
2017.
3.3.3 Sampel
Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi lalu dipilih secara acak menggunakan aplikasi Microsof Excel sesuai
jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian.
3.3.4 Besar Sampel
Perhitungan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus besar
sampel untuk diagnostik (komparatif numerik berpasangan pengukuran dua kali
pengukuran). Rumusnya sebagai berikut :
([ ]
)
T1 L T2
22
([ ]
)
n = 16,10
keterangan:
n = jumlah sampel
Alpha (α) = kesalahan tipe I
= Nilai standar dari α
(β) = kesalahan tipe II
= Nilai standar dari β
= Simpang selisih
X1-X2 = selisih rata-rata minimal
Nilai S (simpang selisih) diambil berdasarkan kepustakaan dari penelitian
sebelumnya, yaitu penelitian Sophie Yolanda:2010 nilai S adalah 4,81. Untuk
nilai X1-X2, Alpha, dan Beta ditentukan oleh peneliti. Nilai X1-X2 yang
digunakan peneliti adalah 3,5, untuk nilai Alpha 5% dan Beta 10%. Nilai Zα dan
Zβ diambil dari nilai Z kurva normal. Untuk α = 5% maka nilai Zα adalah 1,64
dan untuk β = 10% maka nilai Zβ = 1,28. Setelah dimasukkan pada rumus diatas
didapatkan jumlah sampel minimal yang harus didapatkan pada penelitian ini
adalah sebanyak 16 orang. 6,20
Untuk mengatasi adanya sampel yang drop out selama penelitian maka
diadakan penambahan jumlah sampel dengan rumus :
Keterangan:
n: besar sampel yang dihitung
f: perkiraan proporsi drop out
Dengan mempertimbangkan perkiraan subjek yang drop out sebesar 20%
maka nilai f=0,2 dan didapatkan jumlah sampel sebagai berikut:
Berdasarkan hasil tersebut maka jumlah sampel minimal yang mengikuti
penelitian ini sebanyak 20 orang mahasiswa.
23
3.3.5 Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pada peneilitian ini dilakukan dengan cara
simple random sampling dengan menggunakan Microsoft Excel.
3.3.6 Kriteria Sampel
A. Kriteria inklusi
1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta angkatan 2017.
B. Kriteria eksklusi
1. Tidak dapat mengikuti perlakuan ditandai dengan kelelahan yang
berat.
2. mahasiswa dengan aktifitas fisik/olahraga rutin.
3. mahasiswa yang memiliki penyakit Asma
4. mahasiswa dengan riwayat Vertigo
5. mahasiswa dengan riwayat kelainan/penyakit jantung
6. responden yang tidak mengikuti prosedur latihan sebanyak 3 kali
berturut turut.
3.4 Cara Kerja Penelitian
1. Peneliti menggunakan kuesioner untuk skrining menentukan populasi
yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
2. Melakukan random sampling pada populasi yang memenuhi kriteria
eksklusi dan inklusi sesuai jumlah sample yang dibutuhkan
3. Memberikan lembar formulir persetujuan terhadap subyek penelitian.
4. Melakukan penilaian awal sebelum perlakuan dengan penilaian VO2
Maks subyek penelitian menggunakan uji latih 6MWT.
5. Subyek penelitian menjalani perlakuan berupa latihan aerobik berjalan
kaki dengan durasi 30 menit perhari, frekuensi 3 sampai 5 kali seminggu
sebanyak 16 kali latihan
6. Melakukan penilaian VO2 Maks subyek penelitian dengan uji latih
6MWT setelah seluruh latihan telah selesai.
7. Peneliti melakukan olah data dan analisis data.
3.5 Prosedur intervensi
Menentukan sampel penelitian
24
Peneliti melakukan screening pada mahasiswa FK UIN Syarif
Hidayatullah angkatan 2017.
Setelah mendapatkan hasil yang memenuhi kriteria inklusi dan
ekslusi dilakukan random sampling dengan aplikasi Ms. Excel
untuk mengambil sampel sesuai kebutuhan.
Calon sampel diberikan informasi mengenai prosedur
penelitian dan intervensi lalu diminta mengisi formulir
informconsent.
Melakukan pretest
Peneliti melakukan uji latih 6MWT pada semua sampel.
Pretest dilakukan di gedung FK UIN Syarif Hidayatullah lantai
3. Sebelumnya peneliti telah mengukur lintasan dan
memberikan tanda pada kedua ujung lintasan dan tanda jarak
setiap 3 meter pada lintasan.
Subyek penelitian diberikan pengarahan mengenai prosedur uji
latih.
Peneliti mengawasi dan mencatat hasil jarak yang dapat
ditempuh oleh subyek penelitian.
Melakukan intervensi
Intervensi pada penelitian ini berupa latihan arobik berjalan
kaki selama 30 menit.
Intervensi dilakukan pada pelataran gedung FK UIN Syarif
Hidayatullah.
Latihan aerobik ini dilakukan pada sore hari, 3 sampai 5 kali
dalam seminggu sebanyak 16 kali latihan.
Melakukan posttest
Postest dilakukan setelah subyek penelitian telah menjalani
latihan arobik sebanyak 16 kali.
Postest dilakukan dengan uji latih 6MWT pada lintasan yang
sama saat dilakukan pretest.
Peneliti mengawasi dan mencatat hasil jarak yang dapat
ditempuh oleh subyek penelitian.
25
3.6 Alur Penelitian
Analisis dan pengolahan data
Posttest : pengukuran VO2
Maks dengan uji latih
6WMT
Subjek diberi
perlakuan berupa jalan 30
menit perhari, 3 sampai 5
kali seminggu sebanyak 16
kali latihan
Menentukan sampel
penelitian yang sesuai
kriteria inklusi dan ekslusi
Membagikan informed
consent pada subjek
penelitian
Pretest : pengukuran
VO2 Maks dengan uji latih
6MWT
Membuat proposal
penelitian
26
3.7 Manajemen Data
Input dan editing
melakukan penyusunan data pada Ms Excel dan SPSS 22 serta melengkapi
data pribadi dari subyek penelitian penelitian.
Analisis data :
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan analisis univariat dan
analisis bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi,
frekuensi, mean, standar deviasi, nilai terendah dan tertinggi dari
karakteristik subyek penelitian dan masing-masing variabel. Analisis
bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antar variabel atau menguji
hipotesis. Analisis bivariat dilakukan dengan uji-t berpasangan
menggunakan aplikasi SPSS 22 untuk menilai adanya hubungan latihan
fisik aerobik terhadap tingkat VO2 Maks subyek penelitian.
27
4 BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi hasil penelitian
4.1.1 Karakteristik subyek penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dengan subjek penelitian adalah mahasiswa strata satu. Populasi subyek
penelitian pada penelitian ini merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran
angkatan 2017 dan setelah melakukan pendataan dengan menyebarkan kuesioner
maka didapatkan bahwa mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 81
orang dan yang mengikuti penelitian ini sebanyak 25 orang (jumlah subyek
penelitian minimal 20 orang). Karakteristik subyek penelitian dapat dilihat pada
tabel dan diagram berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Subyek penelitian Berdasarkan Usia
Usia
(Tahun)
Jumlah
(Orang) Persentase
17 1 4%
18 12 48%
19 10 40%
20 1 4%
21 1 4%
Total 25 100%
Tabel 4.2 Distribusi Subyek penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin Jumlah
(Orang) Perentase
Laki – laki 2 8%
Perempuan 23 92%
Total 25 100%
Dari data distribusi subyek penelitian diatas, berdasarkan usia subyek
penelitian penelitian ditemukan bahwa usia sampel berada pada rentang 17-21
tahun, dengan frekuensi terbanyak 18 tahun (48%) dan 19 tahun (40%) sedangkan
28
untuk usia 17,20, dan 21 tahun berjumlah masing-masing 1 orang (4%). Untuk
jenis kelamin terbanyak ialah perempuan (92%) dan sangat sedikit laki-laki (8%).
Tabel 4.3 Distribusi Subyek penelitian Berdasarkan IMT
IMT Jumlah
(Orang) persentase
>18,5 (BB
Kurang) 4 16%
18,5-22,9 (BB
Normal) 13 52%
23-24,9 (BB
berlebih) 5 20%
25-29,9 (Obesitas
1) 3 12%
>30 (Obesitas 2) 0 0%
Total 25 100%
Dari data distribusi subyek penelitian diatas, berdasarkan IMT subyek
penelitian penelitian ditemukan bahwa populasi terbanyak ialah yang memiliki
IMT normal (52%), selanjutnya yang berat badan berlebih (20%), berat badan
kurang (16%), obesitas 1 (12%),dan2 tidak ada subyek penelitian yang Obesitas 2.
Proporsi tubuh berpengaruh dalam kemampuan latihan seseorang.
4.1.2 Sajian Data Penelitian
4.1.2.1 Hasil Uji Latih 6MWT dan Nilai VO2 Maks
Data nilai VO2 Maks pada penelitian ini didapatkan dengan Uji Latih six
minute walking test (6MWT). Setelah mengetahui jarak yang dapat ditempuh oleh
subyek penelitian penelitian kemudian jarak tersebut dimasukkan dalam
persamaan : 0,053 (jarak) + 0,022 (usia) + 0,032 (tinggi badan) – 0,164 (berat
badan) – 2,287 – 2,228 (jika perempuan), sehingga didapatkan nilai perkiraan
VO2 Maks dari subyek penelitian. Data berikut disajikan dengan menampilkan
hasil jarak tempuh dari Uji latih 6MWT dan nilai VO2 Maks sebelum dan setelah
menjalani latihan aerobik.
29
Tabel 4.4 Gambaran Hasil Uji 6MWT
Jarak 6MWT
(Meter) Mean
Standar deviasi
(SD) Min Maks N
Sebelum intervensi 497.8 42.449 442,6 651,0 25
Setelah intervensi 520,9 34.542 479,9 608,0
Dari data diatas manunjukkan jarak tempuh pada uji latih 6MWT sebelum
intervensi rata-rata ialah 497,8 meter (SD : 42,449) dengan nilai minimal 442,6
meter dan maksimal 651 meter sedangkan setelah intervensi terdapat peningkatan
jarak tempuh rata-rata dari subyek penelitian menjadi rata-rata 520,9 meter (SD :
34,542) dengan nilai minimal 479,9 meter dan maksimal 608 meter.
Tabel 4.5 Gambaran Kadar VO2 Maks Subyek penelitian
kadar VO2
Maks
(ml/kgbb/menit)
Mean
Standar
deviasi
(SD)
95%
Confidance
Interval Min Maks N
Lower Upper
Sebelum
intervensi 18.91 2,449 17,90 19,92 14,30 26,70
25 Setelah
intervensi 20,12 2,407 19,13 21,12 15,30 24,50
Peningkatan jarak pada uji latih 6MWT menggambarkan peningkatan pada
VO2 Maks yang sebelumnya rata-rata 18,9 ml/kgbb/menit menjadi 20,1
ml/kgbb/menit. Pada data diatas nilai minimum menunjukkan paningkatan baik
pada jarak maupun pada VO2 Maks namun data nilai maksimal menunjukkan
penurunan setelah latihan dari jarak 651 meter menjadi 608 meter.
Nilai VO2 Maks pada tabel di atas dapat juga ditampilkan dalam nilai MET
yang terdapat pada tabel berikut :
Tabel 4.6 Gambaran METs Subyek Penelitian
Nilai MET Mean Standar deviasi (SD) Min Max N
Sebelum intervensi 5.400 .6886 4.1 7.6 25
Setelah intervensi 5.760 .6886 4.4 7.0
30
Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai METs subyek penelitian sebelum
intervensi rata-rata 5,4 (sd : 0,6886) dengan nilai minimal 4,1 dan maksimal 7,6
sedangkan setelah intervensi rata-rata 5,8 (sd : 0,6886) dengan nilai minimal 4,4
dan maksimal 7,0.
4.1.2.2 Analisis Bivariat
Analisi bivariat digunakan untuk menguji hipotesis dan melihat hubungan
antara latihan aerobik dan kadar VO2 Maks pada mahasiswa FK UIN Syarif
Hidayatullah. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji kadar VO2 Maks
subyek penelitian sebelum dan setelah latihan aerobik. Untuk perhitungan statistik
digunakan uji t berpasangan dengan tingkat kemaknaan 95% (alpha 5%).
Uji Normalitas
Untuk mengetahui gambaran distribusi dari data seluruh sempel perlu
dilakukan uji Normalitas. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan
Saphiro-wilk pada aplikasi SPSS 22, hasilnya sebagai berikut :
Tabel 4.7 Uji Normalitas
Variabel N Saphiro-Wilk
df. Sig.
VO2 Maks sebelum 25 25 0.056
VO2 Maks setelah 25 25 0.590
Dari hasil uji normalitas Saphiro-wilk didapatkan nilai signifikansi VO2
Maks sebelum latihan 0,056 dan VO2 Maks setelah latihan 0,590 sehingga dapat
disimpulkan bahwa data VO2 Maks sebelum dan setelah latihan terdistribusi
dengan normal (p>0,05) sehingga penggunaan uji hipotesis dapat menggunakan
uji t dependen.
Uji hipotesis T dependen
Uji hipotesis t dependen dilakukan dengan memasangkan data kadar VO2
Maks subyek penelitian sebelum dan setelah latihan, perhitingan statistik
dilakukan dengan aplikasi SPSS 22. Hasilnya sebagai berikut :
31
Tabel 4.8 Distribusi Perbedaan Rata-Rata kadar VO2 Maks Subyek
penelitian sebelum dan setelah dilakukan intervensi latihan aerobik
Kadar
VO2
Maks
N Mean
Standar
deviasi
(SD)
95%
Convidence
interval
Paired
Diffrence Sig.(2
Tailed)
Lower Upper Mean Sd.
Sebelum
Latihan 25
18.9 2,24
-2,025 -0,400 -1,21 1,97 0.005 Setelah
Latihan 20,1 2,41
Dari tabel diatas diketahui bahwa rata-rata kadar VO2 Maks subyek
penelitian sebelum latihan ialah 18,9 ml/kgbb/menit dengan standar deviasi (SD)
2,24 sedangkan setelah melakukan latihan aerobik rata-rata kadar VO2 Maks
subyek penelitian ialah 20,1 ml/kgbb/menit dengan standar deviasi 2,41. Rata-rata
perbedaan kadar VO2 Maks subyek penelitian sebelum dan setelah latihan aerobik
ialah -1,21. Hasil uji statistik didapatkan sig.(2-tailed) Pvalue = 0,005, artinya
pada nilai alpha 5% Pvalue lebih kecil dari 0,05, ada perbedaan yang signifikan
antara kadar VO2 Maks subyek penelitian sebelum dan setelah menjalani latihan
aerobik.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Karakteristik subyek penelitian penelitian
Pada penelitian ini jumlah subyek penelitian ada 25 orang dan semuanya
merupakan Mahasiswa kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti
mengambil subyek penelitian mahasiswa kedokteran yang tidak melakukan
latihan fisik rutin dalam kesehariannya karena dapat menjadi bias dengan
intervensi yang diberikan.
Subyek penelitian dalam penelitian ini memiliki rentan usia 17-21 tahun
dengan jenis kelamin perempuan 23 orang (92%) dan laki-laki 2 orang (8%),
proporsi ini didapatkan dari hasil random sampling dari populasi yang memenuhi
kriteria inklusi dan esklusi. Peneliti juga melakukan penilaian terhadap Indeks
Massa Tubuh (IMT) dari subyek penelitian, pada Tabel 2.4 menunjukkan subyek
32
penelitian yang memiliki IMT normal (52%), selanjutnya yang berat badan
berlebih (20%), berat badan kurang (16%), obesitas 1 (12%),dan tidak ada subyek
penelitian yang Obesitas 2. Menurut Watulingas (2013) komposisi tubuh
seseorang berpengaruh terhadap kadar VO2 Maks yang dimilikinya, orang dengan
kadar lemak tubuh yang banyak relatif memiliki kadar VO2 Maks yang rendah.21
4.2.2 Gambaran rata-rata kadar VO2 Maks subyek penelitian sebelum dan
setelah melakukan latihan aerobik
Pengukuran kadar VO2 Maks pada penelitian ini menggunakan 6 minute
walking test (6MWT). 6MWT dilakukan dengan mengukur jarak yang dapat
ditempuh oleh subyek penelitian saat berjalan selama 6 menit. Uji ini (6MWT)
dipilih oleh peneliti karena dapat digunakan dan diaplikasikan oleh semua orang,
hanya membutuhkan lintasan yang terukur serta stopwatch.
Gambaran kadar VO2 Maks subyek penelitian sebelum dilakukan intervensi
rata-rata 18,9 ml/kgbb/menit dengan standar deviasi (SD) 2,45, nilai minimal 14,3
ml/kgbb/menit dan nilai maksimal 26,7 ml/kgbb/menit. Menurut kategori
penggolongan VO2 Maks Syarief HL (2011) kadar VO2 Maks subyek penelitian
ini berada dalam kategori sangat kurang, hal ini menggambarkan bahwa tingkat
kebugaran subyek penelitian dari kondisi ketahanan fisik tergolong rendah.
Rendahnya kadar VO2 Maks pada subyek penelitian dapat disebabkan oleh gaya
hidup subyek penelitian yang tidak melakukan latihan fisik rutin dalam
kesehariannya sebagaimana yang dijelaskan pada karakteristik subyek penelitian.
Hal ini selaras dengan yang dipaparkan oleh Yudiana (2007) bahwa, Kurangnya
latihan fisik akan berdampak pada kebugaran seseorang sehingga mempengaruhi
kemampuannya dalam melakukan aktivitas harian.7
Penelitian Vike Poraddwita (2014) yang berjudul hubungan kapasitas vital
paru terhadap VO2 maksimal dengan uji latih 6MWT juga mendukung penelitian
ini. Penelitian tersebut dilakukan pada mahasiswa 19-21 tahun FK Unisula
Semarang. Hasilnya menunjukkan bahwa kadar VO2 Maks rata-rata dari subyek
penelitiannya ialah 24,5 ml/kgbb/menit. Rendahnya kadar VO2 Maks yang diukur
dengan uji latih 6MWT dapat dipengaruhi oleh kecepatan berjalan seseorang,
kecepatan berjalan tersebut juga dipengaruhi oleh panjang tungkai yang
dimilikinya (Nury 2011). pada penelitian ini kebanyakan subyek penelitian adalah
33
perempuan dan peneliti tidak melakukan pengukuran terhadap panjang tungkai
subyek penelitian.16,22
Intervensi yang dilakukan ialah latihan aerobik berupa jalan kaki. Menurut
Chrisly(2015) latihan aerobik rutin dapat memperlancar aliran darah, dan
mempercepat pembuangan zat sisa metabolisme sehingga pemulihan berlangsung
cepat dan seseorang tidak mengalami kelelahan setalah melakukan aktivitas.23
Latihan aerobik ada berbagai jenis, seperti berjalan, berenang, bersepeda, jogging,
dan lainnya, pada penelitian ini latihan aerobik yang digunakan ialah jalan kaki
selama 30 menit dengan frekuensi 3 sampai 5 kali dalam seminggu. Menurut
American Collage of Sports Medicine (ACSM) dan Centre for Disease Control
(CDC), untuk meningkatkan kebugaran kardio-respirasi maka diperlukan latihan
aerobik minimal 20 menit 3 kali dalam seminggu dengan latihan intensitas sedang
termasuk berjalan kaki dan menaiki tangga.24
Setelah dilakukan intervensi / latihan pada subyek penelitian, Gambaran
kadar VO2 Maks rata-rata ialah 20,12 ml/kgbb/menit dengan standar deviasi (SD)
2,40, nilai minimum 15,3 ml/kgbb/menit dan maksimum 24,50 ml/kgbb/menit.
Kadar ini masih tergolong dalam kategori sangat rendah sekalipun sudah ada
peningkatan dari sebelum melakukan latihan.
4.2.3 Perbedaan rata-rata kadar VO2 Maks subyek penelitian sebelum dan
seteah melakukan latihan aerobik
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh latihan aerobik terhadap
kadar VO2 Maks pada mahasiswa kedokteran UIN Jakarta. hasil penelitian
menunjukkan bahwa kadar VO2 Maks subyek penelitian rata-rata sebelum
dilakukan intervensi ialah 18,9 dengan nilai minimum 14,3 dan nilai maksimum
26,7, sedangkan setelah melakukan latihan aerobik, kadar VO2 Maks subyek
penelitian rata-rata naik menjadi 20,1 dengan nilai minimum 15,3 dan nilai
maksimum 24,5. Artinya setelah melakukan latihan aerobik sebanyak 16 kali
latihan, kadar VO2 Maks mahasiswa kedokteran UIN Jakarta mengalami
peningkatan dari sebelumnya.
Pada penelitian Sophie Yolanda (2010) yang meneliti tentang kebugaran
fisik pada mahasiswa kedokteran menunjukkan adanya peningkatan kadar VO2
Maks dari 31,63 ml/kgbb/menit menjadi 35,27 ml/kgbb/menit atau sebanyak 3,64
34
poin setelah melakukan latihan aerobik rutin 1 jam sehari dengan frekuensi 2 kali
seminggu selama 8 minggu (Pvalue : 0,000).6 Pada penelitian ini latihan aerobik
dilakukan dengan durasi waktu lebih singkat yaitu 30 menit setiap latihan dangan
frekuensi 3 sampai 5 kali seminggu sebanyak 16 kali latihan, latihan aerobik
selesai dalam waktu kurang dari 1 bulan, hasil menunujukkan adanya peningkatan
kadar VO2 Maks subyek penelitian sebanyak 1,21 poin dari sebelum latihan
dengan Pvalue : 0,005.
4.3 Keterbatasan penelitian
Pada penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan penelitian sebagai
berikut :
a. Pada penelitian Nury (2011) diketahui bahwa denyut nadi maksimal
saat uji, Forced vital capacity (FVC) dan Forced Expired Volume in
one second (FEV1) juga berpengaruh dalam penentuan kadar VO2
Maks dengan Uji latih 6MWT namun pada penelitian ini tidak
dilakukan pengukuran.
b. Peneliti tidak memisahkan kelompok jenis kelamin serta proporsi
tubuh dalam melakukan penelitian ini.
35
5 BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya
maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut :
a. Latihan aerobik berpengaruh dalam meningkatkan kadar VO2 Maks
mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Angkatan 2017 dengan nilai pvalue 0,005.
b. Tingkat kebugaran mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Angkatan 2017 yang diukur dengan penelaian VO2
Maks masih tergolong rendah.
c. Terjadi peningkatan kadar VO2 Maks pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2017 setelah
dilakukan latihan aerobik dengan nilai rata-rata sebelum latihan ialah 18,9
ml/kgbb/menit menjadi 20,1 ml/kgbb/menit setelah latihan.
5.2 Saran
a. Untuk mahasiswa kedokteran agar melakukan latihan aerobik rutin untuk
meningkatkan kebugaran fisik.
b. Untuk peneliti selanjutnya
memperhatikan aspek yang berpengaruh dan dapat
mengelompokkan karakteristik subyek penelitian penelitian laki-
laki dan perempuan untuk melihat perbedaan dan pengaruh dari
jenis kelamin.
Membuat regimen latihan aerobik yang lain untuk melihat dan
membandingkan efektivitas regimen latihan aerobik terhadap kadar
VO2 Maks.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Thibri M, Restuastuti T, Azrin M. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan
Kebugaran Jasmani pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
2014;1(2):1–13.
2. Febrianti R. Buku Ajar Tes dan Pengukuran. Surakarta: Pendidikan Jasmani
Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Tunas Pembangunan; 2016.
3. Suharjana F, Purwanto H. Kebugaran jasmani mahasiswa dii pgsd penjas fik
uny. 2008;5(November).
4. Lauralee Sherwood. human physiology from cells to systems. 9th ed. Boston
USA: Cengage Learning; 2016.
5. Purwanto. Dampak Senam Aerobik terhadap Daya Tahan Tubuh dan Penyakit.
J Media Ilmu Keolahragaan Indones. 2011;1(7):1–9.
6. Yolanda, Sophie, trinovita Andraini, Imelda Rosalyn Sianipar, Minarma siagian
EI. The Benefit of Sports for Health Module for First year Medical Students
Faculty of Medicine Universitas Indonesia. Dep Physiol. 2010;
7. Yudiana Y, Subardjah H, Juliantine T. Latihan Fisik. Fpok-Upi. 2007;(1):2.
8. Katch, Victor L, William D. McArdle FIK. Essentials of Exercise Physiology.
Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer business; 2011.
9. Tanudjaja LM, Polii H, Wungouw HIS. Gambaran Menstruasi Atlit Basket di
SMAN 9 Manado. e-Biomedik (eBM). 2016;4(1):2–5.
10. Wahyu A. Pengaruh Intervensi Olahraga di Sekolah Terhadap Indeks Masa
Tubuh dan Tingkat Kesegaran Kardiorespirasi pada Remaja Obesitas. Progr
Pascasarj Magister Ilmu Biomedik dan Progr Pendidik Dr Spes Ilmu Kesehat
Anak Fak Kedokt Univ Diponegoro. 2008;2(1):1–108.
11. Silverthorn Dee U. Human Physiology an integrated approach. Vol. 53,
Journal of Chemical Information and Modeling. 2013. 1689–1699 p.
12. Moore, Keith L AFD. Anatomi Berorientasi Klinis. edisi lima. Jakarta:
Penerbit Erlangga; 2013.
13. Naumann D. Kinesiology of the Musculoskeletal System Foundation for
Rehabilitation. dua. London: Elsevier; 2010.
37
14. Fahey, thomas D, paul M. insel walton T roth. fit & well core concepts and
labs in physical ditness and wellnell. 8th ed. new york: The McGraw-Hill
Companies; 2009.
15. Lutfie, Syarief. Rahasia Bugar Sehat saat berHaji. Solo: Tinta Medina; 2011.
16. Nusdwinuringtyas N, Widjajalaksmi W, Bachtiar A. Healthy adults maximum
oxygen uptake prediction from a six minute walking test. Med J Indones
[Internet]. 2011;20(3):195. Available from:
http://mji.ui.ac.id/journal/index.php/mji/article/view/452
17. Crapo RO, Casaburi R, Coates AL, Enright PL, MacIntyre NR, McKay RT, et
al. ATS statement: Guidelines for the six-minute walk test. Am J Respir Crit
Care Med. 2002;166(1):111–7.
18. Enright PL. The Six-Minute Walk Test. Respi Care. 2003;48(8):783–5.
19. PLowman, Sharon A DLS. Exercise Physiology for Health, fitness and
performance. ed 3. Lippincott Williams & Wilkins; 2011.
20. Dahlan S. Besar Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 4.
Epidemiologi Indonesia; 2017.
21. Watulingas I, Rampengan JJ V., Polii H. Pengaruh Latihan Fisik Aerobic
terhadap VO2 Max pada Mahasiswa Pria dengan Berat Badan Lebih
(Overweight). e-Biomedik (eBM). 2013;1(2):1064–8.
22. Poraddwita V. Hubungan Kapasitas Paru Terhadap Volume Oksigen
Maksimal dengan Uji Jalan 6 Menit. 2014;(November 2013).
23. Palar Djon; Ticoalu, Shane H. R. CM. W. Manfaat Latihan Olahraga Aerobik
Terhadap Kebugaran Fisik Manusia. J e-Biomedik [Internet]. 2015;3(Vol 3,
No 1 (2015): Jurnal e-Biomedik (eBM)). Available from:
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/7127
24. MacAuley D. Oxford Handbook of Sport and Exercise Medicine. Oxford
University Press; 2013.
40
Lampiran 2
Rekapitulasi Statistik Penelitian
1. Analisis Univariat
Deskripsi karakteristik subyek penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maksimum Mean Std. Deviation
usia 25 17 21 18.56 .821
BB 25 38.20 70.70 52.2220 9.01172
TB 25 146.30 179.00 156.8000 6.61243
Valid N
(listwise) 25
Deskripsi hasil uji latih 6MWT
Descriptive Statistics
N Minimum Maksimum Mean Std. Deviation
jarak_awal 25 442.60 651.00 497.8360 42.44913
jarak_akhir 25 479.90 608.00 520.9200 34.54174
Deskripsi kadar VO2 Maks subyek penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maksimum Mean Std. Deviation
VO2Maks1seb 25 14.30 26.70 18.9120 2.44869
VO2Maks1sud 25 15.30 24.50 20.1240 2.40716
Valid N
(listwise) 25
41
Descriptives
Statistic Std. Error
VO2Maks1
Sebelum
intervensi
Mean 18.9120 .48974
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 17.9012
Upper Bound 19.9228
5% Trimmed Mean 18.7722
Median 18.6000
Variance 5.996
Std. Deviation 2.44869
Minimum 14.30
Maksimum 26.70
Range 12.40
Interquartile Range 2.85
Skewness 1.182 .464
Kurtosis 3.316 .902
VO2Maks1
Setelah
intervensi
Mean 20.1240 .48143
95% Confidence Interval
for Mean
Lower Bound 19.1304
Upper Bound 21.1176
5% Trimmed Mean 20.1322
Median 20.3000
Variance 5.794
Std. Deviation 2.40716
Minimum 15.30
Maksimum 24.50
Range 9.20
Interquartile Range 3.15
Skewness .166 .464
Kurtosis -.313 .902
42
Deskripsi nilai METs Subyek Penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
METs_before 25 4.1 7.6 5.400 .6886
METs_after 25 4.4 7.0 5.760 .6886
Valid N
(listwise) 25
2. Analisis Bivariat
Uji normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov
a Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
VO2Maks1seb .133 25 .200* .922 25 .056
VO2Maks1sud .108 25 .200* .968 25 .590
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Uji T berpasangan
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean
Pair 1 VO2Maks1seb 18.9120 25 2.44869 .48974
VO2Maks1sud 20.1240 25 2.40716 .48143
43
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
VO2Maks1seb
-
VO2Maks1sud
-1.212 1.967 .393 -2.024 -.399 -3.080 24 .005
45
Lampiran 4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Muhammmad Ilmul Yaqin Amha
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir : Makassar, 16 Mei 1996
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Alamat : Jalan Teuku Umar 10 no. 46, Kecamatan Ujung
Tanah, Makassar, Sulawesi Selatan
Nomor Telepon/HP : 089663996377
Email : [email protected],
RIWAYAT PENDIDIKAN
1) Tahun 2001 – 2002 : TK Aisyiah Bustanul Athfal, Tabaringan
2) Tahun 2002 – 2008 : MI Attanmiyatul Ilmiah Makassar
3) Tahun 2008 – 2011 : MTs PA DDI AD Mangkoso Sulawesi
Selatan
4) Tahun 2012 – 2015 : MA Pon.pes An-Nahdlah Makassar
5) Tahun 2015 – sekarang : Program Studi Kedokteran, Fakultas
Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.