PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN PLANK TRAINING
TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT
PERUT PADA PEMAIN SEPAK BOLA PEMULA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Sarjana Sains Terapan
Fisioterapi
Diajukan Oleh:
Nama : AJI CANDRA WINATA
NIM : J 110 070 048
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ABSTRAK
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SKRIPSI, 2014
AJI CANDRA WINATA
“PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN PLANK TRAINING
TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DAN KEKUATAN OTOT
PERUT PADA PEMAIN SEPAK BOLA PEMULA”.
Latar belakang: olahraga sepak bola meliputi menendang, menghentikan bola,
menyundul, menangkap bola (penjaga gawang), melempar bola (penjaga gawang dan lemparan
ke dalam) dan mengoper bola. Menyundul bola yang dilakukan dengan cara berdiri diperlukan
aspek kekuatan otot perut yang dikoordinasikan dengan power otot tungkai sebagai upaya
persiapan pelaksanaan sundulan, dimana power otot tungkai akan memberikan manfaat dalam
melakukan sundulan. Dalam penelitian ini diberikan latihan pliometrik depth jump untuk
mengetahui sejauh mana peningkatkan power otot tungkai kemudian hasilnya diukur
menggunakan back and leg dynamometer sedangkan latihan plank training untuk mengetahui
sejauh mana peningkatkan kekuatan otot perut kemudian hasilnya diukur menggunakan
banyaknya sit up dalam 1 menit.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan pliometrik depth
jump dan latihan plank training terhadap peningkatan power otot tungkai dan kekuatan otot perut
pada pemain sepak bola pemula.
Metode penelitian: Penelitian ini adalah Quasi Eksperimen yang sering disebut juga
sebagai eksperimental semu oleh karena tidak semua variabel dikontrol oleh peneliti. Desain
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre and post test control group design dengan
membandingkan antara perlakuan kelompok pertama tanpa diberikan latihan dan kelompok
kedua (depth jump dan plank training) yang dilakukan di SSB Tunas Tirta Surakarta. Sampel
dalam penilitian ini berjumlah 28 orang yang berumur 8 – 16 tahun diambil melalui Metode total
sampling yang dipilih dari populasi berdasarkan pertimbangan kriteria.
Hasil: Hasil analisis awal untuk normalitas data pre-test depth jump dan plank training
dengan uji Mann-Whitney mendapatkan hasil p < 0,05 pada kelompok eksperimen dan p > 0,05
pada kelompok kontrol yang berarti menunjukan adanya pengaruh latihan pliometrik depth jump
dan plank training terhadap peningkatan power otot tungkai dan kekuatan otot perut pada
pemain sepak bola pemula.
Kesimpulan: ada pengaruh latihan pliometrik depth jump dan plank training terhadap
power otot tungkai dan kekuatan otot perut pada pemain sepak bola pemula
Kata kunci : Depth Jump, Plank Training, Back And Leg Dynamometer, Sit Up
PENDAHULUAN
Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat populer di dunia. Dalam
pertandingan, olahraga ini dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang masing-masing
berjuang untuk memasukkan bola ke gawang kelompok lawan. Masing-masing kelompok
beranggotakan sebelas pemain, dan karenanya kelompok tersebut juga dinamakan
kesebelasan (Kemenegpora, 2007).
Teknik dasar olahraga sepak bola meliputi menendang, menghentikan bola,
menyundul, menangkap bola (penjaga gawang), melempar bola (penjaga gawang dan
lemparan ke dalam) dan mengoper bola.
Kondisi fisik pemain yang harus ditingkatkan adalah kekuatan power otot tungkai
dan kekuatan otot perut. Bentuk latihan yang dapat diberikan oleh fisioterapi untuk kekuatan
power otot tungkai adalah pliometrik. Pliometrik adalah macam latihan yang bertujuan
menghubungkan gerakan kecepatan dan kekuatan untuk menghasilkan gerakan-gerakan
eksplosif (Radcliffe et al, 2002). Latihan pliometrik dapat membantu mengembangkan
seluruh sistem neuromusculer untuk gerakan-gerakan power, tidak hanya untuk jaringan
yang berkonstraksi (Godfrey, 2006). Radcliffe et.al (2002) mengatakan bahwa terdapat
beberapa jenis latihan pliometrik, antara lain depth jump, knee tuck jump, squat jump, drop
jump dan lain - lain. Depth jump adalah bentuk latihan dari pliometrik yang bertujuan untuk
meningkatkan power tungkai dengan cara melompat dari bangku kemudian mendarat, disusul
dengan melompat setinggi-tingginya,dalam latihan depth jump fokus latihan dengan 60%
kekuatan dan 40% kecepatan. Sedangkan bentuk latihan yang dapat diberikan oleh fisioterapi
untuk kekuatan otot perut adalah menggunakan latihan plank training, merupakan salah satu
tipe bodyweigth workout atau penggunaan beban tubuh sebagai beban utama latihan.
TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan pliometrik depth jump
dan plank training terhadap power otot tungkai dan kekuatan otot perut pada pemain sepak
bola pemula.
METODE
Penelitian ini akan dilakukan di pusat pelatihan SSB Tunas Tirta Surakarta.
Sedangkan waktu penelitian akan dilaksanakan pada tanggal juni sampai tanggal juli 2014 (1
bulan) dengan jumlah responden 32 orang sesuai dengan kriteria penelitian. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimen yang sering disebut juga sebagai
eksperimental semu oleh karena tidak semua variabel dikontrol oleh peneliti. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pre and post test control group design dengan
membandingkan hasil antara perlakuan kelompok pertama tanpa diberikan latihan dan
kelompok kedua (depth jump dan plank training) dengan pengukuran back and leg
dynamometer untuk mengukur power otot tungkai dan gerakan sit up selama 1 menit untuk
kekuatan otot perut. Kemudian hasil pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan dicatat
sebagai data yang akan diuji dengan uji statistik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini akan dilakukan di pusat pelatihan SSB Tunas Tirta Surakarta. Dengan
jumlah responden yang mengikuti penelitian berjumlah 32 orang. Dalam penelitian ini
mengambil sampel dengan usia 8-16 tahun dan memenuhi semua kriteria yang telah
ditentukan oleh peneliti.
1. Deskriptif Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Dari hasil perhitungan analisis deskriptif dengan bantuan program SPSS diperoleh
hasil frekuensi data umur responden akan diuraikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1
Deskriptif Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur Kelompok Kontrol Umur Kelompok Eksperimen
f % f %
8 tahun 6 42,9 10 – 12 thn 8 57,1
9 tahun 6 42,9 13 – 14 thn 3 21,4
10 tahun 2 14,3 15 – 16 thn 3 21,4
Total 14 100 Total 14 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Berdasarkan hasil distribusi responden berdasarkan umur pada tabel di atas
diketahui bahwa mayoritas responden pada kelompok kontrol sebanyak 12 pemain dan
berumur 8 sampai 9 tahun atau sebesar 42,9%; sedangkan yang pada kelompok
eksperimen diketahui sebanyak 8 pemain dan berumur 10 – 12 tahun atau sebesar 57,1%.
2. Deskriptif Karakteristik Responden Berdasarkan Berat Badan
Hasil perhitungan analisis deskriptif dengan bantuan program SPSS diperoleh
hasil frekuensi data berat badan responden akan diuraikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2
Deskriptif Karakteristik Responden Berdasarkan Berat Badan
BB Kelompok Kontrol BB Kelompok Eksperimen
f % f %
22 – 32 kg 9 64,9 28 – 39 kg 7 50,0
33 – 42 kg 4 28,6 40 – 50 kg 3 21,4
43 – 54 kg 1 7,1 51 – 52 kg 4 28,6
Total 14 100 Total 14 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Berdasarkan hasil distribusi responden berdasarkan berat badan pada tabel di atas
diketahui bahwa mayoritas responden pada kelompok kontrol sebanyak 9 pemain
memiliki berat badan antara 22 – 32 kg atau sebesar 64,3%; sedangkan yang pada
kelompok eksperimen diketahui sebanyak 7 pemain memiliki berat badan 28 – 39 kg atau
sebesar 50,0%.
3. Deskriptif Karakteristik Responden Berdasarkan Tinggi Badan
Berdasarkan perhitungan analisis deskriptif dengan bantuan program SPSS
diperoleh hasil frekuensi data tinggi badan responden akan diuraikan pada tabel dibawah
ini:
Tabel 4.3
Deskriptif Karakteristik Responden Berdasarkan Tinggi Badan
TB Kelompok Kontrol TB Kelompok Eksperimen
f % f %
122 – 132 cm 10 71,4 126 – 139 cm 5 35,7
133 – 142 cm 3 21,4 140 – 152 cm 4 28,6
143 – 154 cm 1 7,1 153 – 167 cm 5 35,7
Total 14 100 Total 14 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Hasil distribusi responden berdasarkan tinggi badan diketahui bahwa mayoritas
responden pada kelompok kontrol sebanyak 10 pemain (71,4%) memiliki tinggi badan
antara 122 – 132 cm; kemudian mayoritas responden pada kelompok eksperimen
sebanyak 5 pemain (35,7%) memiliki tinggi badan antara 126 – 139 cm dan 153 – 167
cm.
Deskriptif Karakteristik Data
Deskriptif karakteristik data responden terhadap hasil pengamatan atau tes yang
diberikan peneliti nampak pada hasil pengukuran otot tungkai menggunakan leg
dynamometer dan pengukuran otot perut menggunakan sit up dari responden dalam
penelitian ini. Data untuk mengungkap variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan peneliti.
1. Deskriptif Karakteristik Data Kelompok Kontrol sebelum dan sesudah diberikan
Perlakuan
Untuk dapat memberikan gambaran objek pengamatan secara umum dalam
penelitian ini digunakan statistik deskriptif. Pada penelitian ini, statistik deskriptif yang
digunakan adalah nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean) dan simpangan baku
(standar deviasi). Deskripsi statistik semua variabel yang digunakan dalam model
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.4
Deskriptif Statistik Kelompok Kontrol
Variabel Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Plank Training
sebelum 6 22 15,50 4,587
Dept Jump
sebelum 24 54 38,96 10,436
Plank Training
sesudah 6 22 15,86 4,802
Dept Jump
sesudah 28 56 44,25 8,631
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa nilai minimum plank training
sebelum perlakuan pada kelompok kontrol sebesar 6; Nilai maksimum sebesar 22; Nilai
Rata-rata sebesar 15,50 dengan standar deviasi sebesar 4,587.
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diketahui bahwa nilai minimum dept jump sebelum
perlakuan pada kelompok kontrol sebesar 24; Nilai maksimum sebesar 54; Nilai Rata-
rata sebesar 38,96 dengan standar deviasi sebesar 10.436.
Berdasarkan tabel 4.4 di atas,diketahui bahwa nilai minimum plank training
sesudah perlakuan pada kelompok kontrol sebesar 6; Nilai maksimum sebesar 22; Nilai
Rata-rata sebesar 15,86 dengan standar deviasi sebesar 4,802.
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diketahui nilai minimum variabel dept jump
sesudah perlakuan pada kelompok kontrol sebesar 28; Nilai maksimum sebesar 56; Nilai
Rata-rata sebesar 44,25 dengan standar deviasi sebesar 8,631.
2. Deskriptif Karakteristik Data Kelompok Eksprimen sebelum dan sesudah
diberikan Perlakuan
Tabel 4.5
Deskriptif Statistik Kelompok Eksperimen
Variabel Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Plank training
sebelum 14 28 23,14 3,978
Dept jump
sebelum 29 118 60,82 26,470
Plank training
sesudah 22 40 30,14 4,928
Dept jump
sesudah 40 164 84,46 38,792
Sumber: Data Primer Diolah, 2014
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa nilai minimum plank training
sebelum perlakuan pada kelompok eksperimen sebesar 14; Nilai maksimum sebesar 28;
Nilai Rata-rata sebesar 23,14 dengan standar deviasi sebesar 3,978.
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa nilai minimum dept jump sebelum
perlakuan pada kelompok eksperimen sebesar 29; Nilai maksimum sebesar 118; Nilai
Rata-rata sebesar 60,82 dengan standar deviasi sebesar 26,470.
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa nilai minimum plank training
sesudah perlakuan pada kelompok eksperimen sebesar 22; Nilai maksimum sebesar 40;
Nilai Rata-rata sebesar 30,14 dengan standar deviasi sebesar 4,928.
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, diketahui nilai minimum variabel dept jump
sesudah perlakuan pada kelompok eksperimen sebesar 40; Nilai maksimum sebesar 164;
Nilai Rata-rata sebesar 84,46 dengan standar deviasi sebesar 38,792.
Uji Hipotesis
1. Uji Non-Parametrik Wilcoxon Signed Rank Test
Wilcoxon Signed Rank Test merupakan pengujian statistik non parametrik yang
digunakan untuk; membedakan rata-rata (mean) untuk dua sampel berpasangan.
a. Plank Training Kelompok Kontrol
Dari hasil perhitungan plank training menggunakan pengujian Wilcoxon Signed Rank
Test di dapat hasil sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Wilcoxon Plank Training Kelompok Kontrol
Wilcoxon Signed Rank
Test
Plank training post kontrol-plank
training pre kontrol
Zhitung -1,069
Asymp. Sig (2-tailed) 0,285
Sumber: data primer diolah 2014
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai p > 0,05 yang berarti tidak ada
perbedaan yang signifikan antara plank training baik sebelum maupun sesudah
diberikan perlakuan pada kelompok kontrol.
b. Depth Jump Kelompok Kontrol
Dari hasil perhitungan dept jump menggunakan pengujian Wilcoxon Signed Rank
Test didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji Wilcoxon Dept Jump Kelompok Kontrol
Wilcoxon Signed Rank
Test
Dept Jump post kelompok kontrol-
dept jump pre kelompok kontrol
Zhitung -2,588
Asymp. Sig (2-tailed) 0,010
Sumber: data primer diolah 2014
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 yang berarti terdapat
perbedaan yang signifikan dept jump baik sebelum maupun sesudah diberikan
perlakuan pada kelompok kontrol.
c. Plank Training Kelompok Eksperimen
Dari hasil perhitungan plank training menggunakan pengujian Wilcoxon Signed
Rank Test didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji Wilcoxon Plank Training Kelompok Eksperimen
Wilcoxon Signed Rank
Test
Plank training post - Plank training
pre
Zhitung -3,310
Asymp. Sig (2-tailed) 0,001
Sumber: data primer diolah 2014
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 yang berarti terdapat
perbedaan yang signifikan plank training baik sebelum maupun sesudah diberikan
perlakuan pada kelompok eksperimen.
d. Dept Jump Kelompok Eksperimen
Dari hasil perhitungan dept jump menggunakan pengujian Wilcoxon Signed
Rank Test didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Wilcoxon Dept Jump Kelompok Eksperimen
Wilcoxon Signed Rank
Test
Dept jump post kelompok eksperimen –
dept jump pre kelompok eksperimen
Zhitung -3,296
Asymp. Sig (2-tailed) 0,001
Sumber: data primer diolah 2014
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 yang berarti terdapat
perbedaan yang signifikan dept jump baik sebelum maupun sesudah diberikan
perlakuan pada kelompok eksperimen.
2. Uji Non Parametrik Mann Whitney Test
Analisis ini digunakan untuk mengetahui perbedaan antara depth jump dan plank
training terhadap peningkatan power otot tungkai dan kekuatan otot perut pada pemain
sepak bola pemula SSB Tunas Tirta Surakarta secara lengkap. Berdasarkan hasil uji non
parametrik Mann-Whitney Test dengan menggunakan bantuan progam komputer SPSS
15.0 for windows, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Pengaruh Plank Training terhadap Kekuatan Otot Perut Sebelum Perlakuan
Dari hasil perhitungan pengaruh plank training terhadap kekuatan otot perut
pada dua kelompok independen atau bebas (kelompok kontrol dengan kelompok
eksperimen) sebelum diberi perlakuan menggunakan pengujian Mann-Whitney Test
didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Uji Mann-Whitney Test Plank Training Sebelum Perlakuan
Mann-Whitney Test Plank Training Kelompok Kontrol-
Plank Training Kelompok Eksperimen
Zhitung -3,698
Asymp. Sig (2-tailed) 0,000
Sumber: data primer diolah 2014
Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney test pada tabel di atas untuk mengetahui
perbedaan nilai plank training sebelum perlakuan pada kelompok kontrol dengan
kelompok eksperimen diperoleh nilai Zhitung sebesar -3,698 dengan nilai Asymp. Sig
(2-tailed) sebesar 0,000 < dari 0,05 maka H0 ditolak yang berarti ada perbedaan yang
signifikan plank training antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen
sebelum diberikan perlakuan (treatment). Hasil analisis menunjukkan nilai plank
training kelompok eksperimen lebih tinggi (nilai mean rank sebesar 20,21)
dibandingkan nilai plank training kelompok kontrol (nilai mean rank sebesar 8,79).
b. Pengaruh Plank Training terhadap Kekuatan Otot Perut Sesudah Perlakuan
Dari hasil perhitungan pengaruh plank training terhadap kekuatan otot perut
pada dua kelompok independen atau bebas (kelompok kontrol dengan kelompok
eksperimen) sesudah diberi perlakuan menggunakan pengujian Mann-Whitney Test
didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 4.11
Hasil Uji Mann-Whitney Test Plank Training Sesudah Perlakuan
Mann-Whitney Test Plank Training Kelompok Kontrol-
Plank Training Kelompok Eksperimen
Zhitung -4,478
Asymp. Sig (2-tailed) 0,000
Sumber: data primer diolah 2014
Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney test pada tabel di atas untuk mengetahui
perbedaan nilai plank training sebelum treatment atau sit up pada kelompok kontrol
dengan kelompok eksperimen diperoleh nilai Zhitung sebesar -4,478 dengan nilai
Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,000 < dari 0,05 maka H0 ditolak yang berarti ada
perbedaan yang signifikan plank training antara kelompok kontrol dengan kelompok
eksperimen sesedah diberikan fisioterapi. Hasil analisis menunjukkan nilai plank
training kelompok eksperimen lebih tinggi (nilai mean rank sebesar 21,43)
dibandingkan nilai plank training kelompok kontrol (nilai mean rank sebesar 7,57)
c. Pengaruh Dept Jump terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai Sebelum
Fisioterapi
Dari hasil perhitungan pengaruh dept jump terhadap peningkatan power otot
tungkai pada dua kelompok independen atau bebas (kelompok kontrol dengan
kelompok eksperimen) sesudah diberi fisioterapi menggunakan pengujian Mann-
Whitney Test didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 4.12
Hasil Uji Mann-Whitney Test Dept Jump Sebelum perlakuan
Mann-Whitney Test Dept Jump Kelompok Kontrol-
Dept Jump Kelompok Eksperimen
Zhitung -2,527
Asymp. Sig (2-tailed) 0,011
Sumber: data primer diolah 2014
Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney test pada tabel di atas untuk mengetahui
perbedaan nilai dept jump sebelum fisioterapi pada kelompok kontrol dengan
kelompok eksperimen diperoleh nilai Zhitung sebesar -2,527 dengan nilai Asymp. Sig
(2-tailed) sebesar 0,011 < dari 0,05 maka H0 ditolak yang berarti ada perbedaan yang
signifikan dept jump antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen sebelum
diberikan fisioterapi. Hasil analisis menunjukkan nilai dept jump kelompok
eksperimen lebih tinggi (nilai mean rank sebesar 18,43) dibandingkan nilai dept jump
kelompok kontrol (nilai mean rank sebesar 10,57).
d. Pengaruh Dept Jump terhadap Peningkatan Power Otot Tungkai Sesudah
Fisioterapi
Dari hasil perhitungan pengaruh dept jump terhadap peningkatan power otot
tungkai pada dua kelompok independen atau bebas (kelompok kontrol dengan
kelompok eksperimen) sesudah diberi perlakuan fisioterapi menggunakan pengujian
Mann-Whitney Test didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 4.13
Hasil Uji Mann-Whitney Test Dept Jump Sesudah Perlakuan
Mann-Whitney Test Dept Jump Kelompok Kontrol- Dept
Jump Kelompok Eksperimen
Zhitung -3,355
Asymp. Sig (2-tailed) 0,000
Sumber: data primer diolah 2014
Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney test pada tabel di atas untuk mengetahui
perbedaan nilai dept jump sebelum treatment atau latihan pliometrik pada kelompok
kontrol dengan kelompok eksperimen diperoleh nilai Z-hitung sebesar -3,355 dengan
nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,000 < dari 0,05 maka H0 ditolak yang berarti ada
perbedaan yang signifikan dept jump antara kelompok kontrol dengan kelompok
eksperimen sesedah diberikan perlakuan (treatment). Hasil analisis menunjukkan
nilai dept jump kelompok eksperimen lebih tinggi (nilai mean rank sebesar 19,71)
dibandingkan nilai dept jump kelompok kontrol (nilai mean rank sebesar 9,29).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tidak ada pengaruh plank training baik sebelum maupun sesudah diberikan perlakuan
pada kelompok kontrol, hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi (0,285 > 0,05).
2. Ada pengaruh dept jump baik sebelum maupun sesudah diberikan perlakuan pada
kelompok kontrol, hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi (0,010 < 0,05).
3. Ada pengaruh yang signifikan plank training baik sebelum maupun sesudah diberikan
perlakuan pada kelompok eksperimen, hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi
(0,001 < 0,05).
4. Ada pengaruh yang signifikan dept jump baik sebelum maupun sesudah diberikan
perlakuan pada kelompok eksperimen, hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi
(0,001 < 0,05).
5. Ada perbedaan plank training antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen
sebelum diberikan perlakuan, hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi (0,000 <
0,05).
6. Ada perbedaan plank training antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen
sesudah diberikan perlakuan, hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi (0,000 <
0,05).
7. Ada perbedaan dept jump antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen
sebelum diberikan perlakuan, hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi (0,011 <
0,05).
8. Ada perbedaan dept jump antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen sesudah
diberikan perlakuan, hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi (0,000 < 0,05)
Saran
Berdasarkan keterbatasan dan hasil penelitian, maka terdapat beberapa hal yang sebaiknya
dilakukan oleh pihak SSB dalam upaya meningkatkan fisioterapi, diantaranya adalah:
1. Sebagaimana diketahui bahwa dept jump dan plank training mempunyai pengaruh
terhadap peningkatan power otot tungkai dan kekuatan otot perut pada pemain sepak bola
pemula SSB Tunas Tirta Surakarta, maka seyogyanya pimpinan hal ini pelatih SSB
Tunas Tirta Surakarta memperhatikan faktor-faktor tersebut untuk semakin meningkatkan
peningkatan power otot tungkai dan kekuatan otot perut pada pemain sepak bola pemula.
2. Pemain pemula diharapkan semakin meningkatkan power otot tungkai dan kekuatan otot
perut, diantaranya melalui metode latihan pliometrik.
3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan lebih memperluas jangkauan penelitian, dengan
meneliti faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap meningkatkan power otot tungkai
dan kekuatan otot perut, serta memperluas sampel penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Adams K, O’Shea JP, O’Shea KL, et al. 2000 . The effect of six weeks of squat. plyometric
training on muscle function and athletic performance. J Strength Cond Res
Alimul, A. Azis, 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Jakarta: Salemba
Medika.
Brandon, R. 2006. “Power Training: How contrast power training maximises Performance”
(http://www.pponline.co.uk/encyc/0603.htm.).
Chimera NJ, Swanik KA, Swanik CB, et al. 2004. Effects of plyometric training on muscle-
activation strategies and performance in female athletes. J Athl Train
Chu, Donald. A. 1992. Jumping into Plyometrics. Champaign, Illinois: Human Kinetics Pub.
Malatesta D, Cattaneo F, Dugnani S, et al. 2003. Effects of electromyostimulation training and
volleyball practice on jumping ability. J Strength Cond Res
Chusid, 1993, Corelative Neoanatomy and functional Neurology, Bagian satu, 647. 54. 09. 93,
Yayasan Essentia, Yogyakarta.
Doewes,Moechsin. 2004. Latihan Plyometrics. Program Pasca Sarjana, Surakarta.
Fatouros IG, Jamurtas AZ, Leontsini D, et al. 2000. Evaluation of plyometric exercise training,
weight training, and their combination on vertical jumping performance and leg strength. J
Strength Cond Res.
Gambetta. 2004 Exercise training program for fitness and sport.
http://www.thestretchinghanbook.com/newsletter.htm.
Godfrey, Richard. 2006 “Detraining-Why a change really is better than a rest”
http://www.pponline.co.uk/encyc.htm.
Ginther, Mark. 2006. “Strength Training for the NMA Fighter”
http://www.veloforce.com/newsletter.htm.
Hewett TE, Stroupe AL, Nance TA, et al. 1996. Plyometric training in female athletes.
Decreased impact forces and increased hamstring torques. Am J Sports Med
Hewett, T.E., Stroupe, A.L., Nance, T.A., & Noyes, F.R. 2002. Plyometric training in female
athletes Decreased impact forces and increased hamstring torques. American Journal of
Sports Medicine.
Holcomb WR, Lander JE, Rutland RM, et al. 2003. The effectiveness of a modified plyometric
program on power and the vertical jump. J Strength Cond Res. http://acefitness.org and
access the complete list of ACE Fit Facs. Diakses tanggal 22 April 2009.
Husaini, M.A. 2002. Peranan Gizi Dalam Meningkatkan Prestasi Olahraga. Makalah
disampaikan pada Pertemuan Penyusunan Gizi Atlet tanggal 25-28 Nopember di Bogor.
Kisner, Colby, 1996, Therapeuthics Exercise foundation and Thecniques, FA Dafis company,
Philadelphia.
Kotzamanidis C. 2006 Effect of plyometric training on running performance and vertical
jumping in prepubertal boys. J Strength Cond Res.
Komi, P.W., & Gollhofer, A. 1997. Stretch reflex can have an important role in force
enhancement during. SSC exercise. Journal of Applied Biomechanics.
Kraemer WJ, Mazzetti SA, Nindl BC, et al. 2001. Effect of resistance training on women’s
strength/power and occupational performances. Med Sci Sports Exercise.
Lori, A.1999. Plyometrics for volleyball. In: Best of Coaching Volleyball, Book III: The Related
Elements.
Luebbers PE, Potteiger JA, Hulver MW, et al. 2003. Effects of plyometric training and recovery
on vertical jump performance and anaerobic power. J Strength Cond Res.
Markovic G, Jaric S. 2007. Is vertical jump height a body size independent measure of muscle
power? J Sports Sci. In press.
Markovic G, Jukic I, Milanovic D, et al. 2007. Effects of sprint and plyometric training on
muscle function and athletic performance. J Strength Cond Res
Matavulj D, Kukolj M, Ugarkovic D, et al. 2001. Effects of plyometric training on jumping
performance in junior Volley ball players. J Sports Med Phys Fitness.
Miller MG, Berry DC, Bullard S, et al. 2002. Comparisons of land-based and aquatic based
plyometric programs during an 6-week training period. J Sport Rehabil.
Paul, E.L., Jeffrey, A.P., Mathew, W.H., John, P.T., Michael, J.C., & Robert, H.L. 2003. Effect
of Plyometric Training and Recovery on Vertical Jump Performance and Anaerobic Power.
Journal of Strength and Conditioning Research.
Potteiger JA, Lockwood RH, Haub MD, et al. 1999. Muscle power and fiber. Plyometric and
squat-plyometric training on power production. J Appl Sport Science Reserach.
Primana, D.A. 2002. Kebutuhan Gizi Pemain Sepakbola. Makalh disampaikan pada Pertemuan
Penyusunan Gizi Atlet. tanggal 25-28 Nopember di Bogor.
Radiclife.J.C & Farentinous.R.C.,2002. Power Training for Sport, Plyometrics for Maximum
Power Development. Canada: Coaching Association of Canada.
Robinson LE, Devor ST, Merrick MA, et al. 2004. The effects of land vs. aquatic plyometrics
on power, torque, velocity, and muscle soreness in women. J Strength Cond Res.
Rogers, Roberts, 1997, Exercise Physiology, 96 – 17003, Mosby, Boston.
Russian. Belgrade: "Partizan".
Sajoto. 2002. Peningkatan dan pembinaan kekuatan kondisi fisik dalam olahraga. Ilmu
kepelatihan olahraga. Semarang.
Sorensen, H., Zacho, M., Simonsen. 1996. Dynamics of martial arts high front kick. Journal of
Sports Sciences.
Turner AM, Owings M, Schwane JA. 2003. Improvement in running economy after 6 weeks of
plyometric training. J Strength Cond Res.
Wilson GJ, Murphy AJ, Giorgi A. 1996. Weight and plyometric training: effects on eccentric and
concentric force production. Can J Appl Physiol.
Wilmore, Costill, 1994, Physiology of Sport and Exercise, second edition, 98 – 30309, Human
Kinetics.
Young WB, Wilson GJ, Byrne C. 1999. A comparison of drop jump training methods.effects on
leg extensor strength qualities and jumping performance. Int J Sports Med.