Upload
vuongque
View
236
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pliometrik
1. Pengertian Pliometrik
Kata plyometric berasal dari kata Yunani plythyeln yang berarti untuk
meningkatkan atau membangkitkan, atau dapat pula diartikan dari kata “plio”
dan “metric” yang artinya more & measure, respectively yang artinya
penguluran (Radcliffe and Farentinos, 1985: 1). Istilah plyometric yang
diterapkan untuk latihan berasal dari Eropa yang dikenal pertama kali sebagai
latihan loncat (Donald A Chu, 1992: 1).
Pliometrik adalah salah satu metode untuk mengembangkan eksplosif
power, yang merupakan komponen penting dalam pencapaian prestasi
sebagian besar atlet (Radcliffe and Farentinos, 1985: 1). Prinsip metode
latihan pliometrik adalah otot selalu berkontraksi baik pada saat memanjang
(eccentric) maupun memendek (concentric). latihan pliometrik bermanfaat
untuk meningkatkan reaksi syaraf otot, eksplosif, kecepatan dan kemampuan
untuk membangkitkan gaya (tenaga) ke arah tertentu.
Latihan pliometrik menunjukkan karakteristik kekuatan penuh dari
kontraksi otot dengan respon yang sangat cepat, beban dinamis (dynamic
loading) atau penguluran otot yang sangat rumit (Radcliffe and Farentinos,
1985: 111). Menurut Chu (2000: 6) pliometrik mempunyai keuntungan,
memanfaatkan gaya dan kecepatan yang dicapai dengan percepatan berat
badan melawan gravitasi, hal ini menyebabkan gaya kecepatan dalam latihan
8
pliometrik merangsang berbagai aktivitas olahraga seperti meloncat, berlari
dan melempar lebih sering dibandingkan dengan latihan beban atau dapat
dikatakan lebih dinamis atau eksplosive.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latihan
pliometrik adalah bentuk latihan explosive power dengan karakteristik
menggunakan kontraksi otot yang sangat kuat dan cepat, yaitu otot selalu
berkontraksi baik saat memanjang (eccentric) maupun saat memendek
(concentric) dalam waktu cepat, sehingga selama bekerja otot tidak ada waktu
relaksasi.
Latihan pliometrik akan mendapatkan hasil yang baik jika dilakukan
dengan sempurna dan intensitas tinggi. Latihan yang intensif yaitu proses
latihan harus semakin berat dengan cara menambah beban kerja, jumlah
repetisi gerakan dan intensitas gerak. Proses latihan demikian disebut outer
load. Outer load diatur dengan program latihan yang dikontrol oleh para
pelatih dan atletnya sendiri. Dalam menyusun program latihan yang
menggunakan outer load maka harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut
(Nossek, 1995: 17):
1. Jenis-jenis latihan yang bervariasi
2. Volume beban
3. Densitas beban
4. Durasi beban
Dalam melakukan latihan tidak hanya memperhatikan otot load saja
tetapi juga harus memperhatikan masalah inner load. Inner load tampak pada
9
bentuk perubahan-perubahan atau yang diekspresikan sebagai adaptasi dari
suatu organisme terhadap outer load (Nossek, 1995: 16). Adapun perubahan
adaptasi tersebut diantaranya adalah:
1) Morfologis (structural): seperti otot-otot lebih besar dan volume jantung
lebih besar.
2) Fisiologis dan biokimia (fungsional): seperti sirkulasi darah lebih baik,
kapasitas vital paru-paru lebih tinggi dan proses metabolisme lebih efektif.
3) Psikologis: seperti adaptasi terhadap situasi-situasi ketegangan dalam
latihan dan pertandingan, konsentrasi pada tugas-tugas olahraga yang
berbeda dan penanggulangan frustasi.
Spesialisasi merupakan bagian pokok yang diminta untuk mencapai
keberhasilan dalam olahraga. Untuk dapat berprestasi seseorang harus
memilih satu cabang olahraga yang akan ditekuni. Spesialisasi yang
dimaksud adalah latihan yang khusus dalam satu cabang olahraga, yang
mengarah pada perubahan-perubahan morfologi dan fungsional yang
dikaitkan dengan spesifikasi satu cabang olahraga. Dalam latihan pliometrik
spesialisasi yang harus diterapkan yaitu:
a. Kekhususan Kelompok Otot yang Dilatih
Dalam latihan pliometrik pengelompokannya berdasarkan fungsi
anatomi dan hubungannya dengan gerakan yang akan dilakukan, sehingga
pada saat latihan berdasarkan otot yang terlibat dan bagaimana
hubungannya dengan gerakan yang akan dilakukan dalam olahraga.
Berdasarkan kelompok otot yang dilatih dapat dibedakan menjadi tiga
10
yaitu: kelompok otot anggota gerak bagian bawah, kelompok otot anggota
gerak bagian tengah dan kelompok otot anggota gerak bagian atas. Tiga
kategori tersebut secara fungsional saling berhubungan dan merupakan
bagian dari power chain (rangkaian power) manusia.
b. Kekhususan Energi Utama yang Digunakan
Pliometrik merupakan gerakan yang sangat cepat dan kuat, yaitu
gerakan yang sangat eksplosif. Dengan demikian perlu energi ATP-PC
yang bisa memenuhi, walaupun tidak lepas dari sistem energi yang
lainnya.
c. Kekhususan Pada Pola Gerak Latihan
Pola gerak dalam latihan pliometrik sangat khusus, tetapi mempunyai
spectrum yang luas dalam kegiatan olahraga. Gerakan pliometrik sebagian
besar mengikuti konsep power chain dan sebagian besar latihan khusus
melibatkan otot bawah, karena gerakan pada kelompok otot ini benar-
benar mempunyai keterlibatan yang sangat besar dalam semua gerakan
olahraga.
Pengorganisasian latihan pliometrik mengikuti konsep rangkaian
power. Sebagian besar latihan adalah khusus gerakan tungkai dan pinggul,
karena kelompok otot ini merupakan pusat power gerakan olahraga.
2. Bentuk-Bentuk Latihan Pliometrik
Terdapat bermacam-macam bentuk latihan pliometrik. Menurut
Radcliffe dan Farentinos (1985: 109) bentuk latihan pliometrik dapat
meningkatkan explosive power dengan pembagian latihan untuk
11
meningkatkan leg dan hip (Bound, Hop, Jump, Leap, Skips dan Ricochets),
trunk (kips, swings, twists, flexion, dan extention) dan upper body (presses,
swings, dan throws).
Menurut Bompa (1994: 112) bentuk latihan pliometrik dikelompokkan
menjadi dua yaitu:
a. Latihan dengan intensitas rendah (low impact).
b. Latihan dengan intensitas tinggi (High impact)
Latihan dengan intensitas rendah meliputi:
1) Skipping
2) Rope jump
3) Lompat (jump) rendah dan langkah pendek
4) Loncat-loncat (hops) dan lompat-lompat
5) Melompat di atas bangku atau tali setinggi 25-35 cm
6) Melempar ball medicine 2-4 kg
7) Melempar bola tenis/baseball (bola yang ringan)
Sedangkan latihan dengan intensitas tinggi (high impact) meliputi:
a. Lompat jauh tanpa awalan (standing broad/long jump)
b. Triple jump (lompat tiga kali)
c. Lompat (jump) tinggi dan langkah panjang
d. Loncat-loncat dan lompat-lompat
e. Melompat di atas bangku atau tali setinggi 35 cm
f. Melempar bola medicine 5-6 kg
g. Drop jump dan reaktif jump
h. Melempar benda yang relatif berat
Gerakan pliometrik lebih banyak menggunakan kontraksi esentrik dan
konsentrik dibanding dengan isometrik. Kontraksi esentrik adalah tindakan
melepas dimana otot mengembang dan dicirikan dengan jenis negatif.
Kontraksi konsentrik adalah tindakan yang berganti-ganti dimana oto-otot
memendek dengan cara yang positif. Konsentrik isometrik adalah gerakan
meregang dengan meniadakan panjang otot.
12
Latihan pliometrik akan efektif apabila pelatih dapat menyusun
periodisasi latihan yang tepat. Di sini pelatih perlu memandu antara frekuensi,
volume, intensitas beserta pengembangannya. Perpaduan tepat dengan
program latihan akan menghasilkan penampilan maksimal. Dengan porsi
yang tepat, pliometrik efektif sebagai physical maintenance dalam kompetisi.
Bentuk latihan pliometrik yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah tumpuan satu kaki dan dua kaki. Keduanya mempunyai kelebihan
penekanan pada daya ledak otot tungkai yang diperlukan oleh pemain
sepakbola untuk meningkatkan kemampuannya dalam melakukan loncatan
vertical.
Ada beberapa syarat untuk melakukan latihan pliometrik agar mendapat
hasil yang maksimal dan dapat menghindari terjadinya cidera yaitu:
a) Ada pelatih yang mengontrol latihan
b) Harus sudah latihan kekuatan minimal 3 bulan
c) Memiliki kekuatan otot yang baik
d) Melakukan pemanasan sebelum latihan
e) Memulai latihan dari yang rendah meningkat ke tinggi
f) Mendarat dengan halus tanpa adanya hentakan keras
g) Memanfaatkan istirahat antar set
h) Menggunakan sepatu yang ber sol tebal dan empuk
i) Mencari landasan yang tidak keras
j) Menghentikan latihan jika terjadi pusing atau cidera
13
2. Pliometrik Tumpuan Dua Kaki
Radcliffe dan Farentinos (1985: 34) latihan ini mengembangkan
kecepatan dan power untuk otot-otot tungkai dan pinggul, khususnya kerja
otot-otot gluteal, hamstrings, quadriceps dan gastrocnemius dengan
kecepatan yang tinggi dan penuh tenaga, latihan ini bermanfaat untuk
mengembangkan kecepatan dan daya ledak yang diperlakukan pada saat lari.
Metode latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki adalah suatu
gerakan lompat tegak ke depan dengan kedua lutut dilipat. Pastikan kedua
lutut mendekati dada. Tolakan dengan kedua kaki dan mendarat juga dengan
kedua kaki, begitu kaki menyentuh tanah secepatnya meloncat lagi. Pelatihan
double leg speed hop ini melibatkan otot-otot gluteals, hamstrings,
quadriceps dan gastrocnemius (Furqon dan Doewes, 2002).
Gambar 1. Double Leg Bound
3. Pliometrik Tumpuan Satu Kaki
Radcliffe dan Farentinos (1985: 35) latihan ini hampir sama dengan
latihan tumpuan dua kaki, tetapi hanya dilakukan dengan satu kaki. Latihan
memerlukan beban lebih untuk pinggul, tungkai, dan punggung bagian
bawah, dan juga melibatkan otot-otot yang menyeimbangkan lutut dan ankle.
14
Metode latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki Saat melakukan
salah satu kaki membentuk sudut 90 derajat, kemudian lompat setinggi
mungkin dan mendarat dengan kaki yang sama. Usahakan agar kaki
penyeimbang tidak menyentuh tanah. Mendaratlah dengan salah satu kaki
sebagai penyangga badan dan kemudian lompat lagi dengan posisi semula.
Sedangkan anatomi gerakan pliometrik tumpuan satu kaki menurut
Radcliffe & Farentinos (1985: 13) yaitu:
a. Fleksi paha, melibatkan otot-otot sartorius, illacus dan gracilis.
b. Ekstensi lutut, melibatkan otot-otot tensor fasciae latae, vastus lateralis,
medialis, intermedius dan rectus femoris.
c. Ekstensi paha dan fleksi tungkai, melibatkan otot-otot biceps femoris,
semitendinosus dan semimembranosus serta juga melibatkan otot-otot
gluteus maximus dan minimus.
d. Fleksi lutut dan kaki, melibatkan otot gastrocnemius, peroneus dan soleus.
e. Aduksi dan abduksi paha, melibatkan otot-otot gluteus maximus dan
minimus dan adductor longus, brevis, magnus, minimus dan hallucis.
Pelaksanaan latihan pliometrik tumpuan satu kaki menurut M. Furqon
H. & Muchsin Doewes (2002: 35) sebagai berikut:
1) Posisi awal: Ambillah posisi sikap berdiri seperti pada latihan pliometrik
tumpuan dua kaki, tetapi hanya menggunakan satu tungkai dalam posisi
selama berlatih dan jagalah keseimbangan.
2) Pelaksanaan: mulailah latihan seperti pada latihan pliometrik tumpuan dua
kaki, tetapi dengan satu tungkai. Pada saat di atas atau di udara kedua lutut
15
dilipat. Jika tumpuan atau tolakan menggunakan kaki kanan, maka pada
saat mendarat juga menggunakan kaki kanan. Lakukan 2-4 set, jumlah
ulangan 8-12 kali untuk tiap kaki, dan waktu istirahat kira-kira 2 menit di
antara set.
Gambar 2. Single Leg Bound
Latihan pliometrik merupakan bentuk-bentuk latihan yang menekankan
pada pola gerak tubuh bagian bawah, artinya latihan pliometrik merupakan
salah satu bentuk latihan yang berguna untuk meningkatkan atau
mengoptimalkan kinerja power tungkai
B. Hakikat Latihan
1. Pengertian Latihan
Menurut Sukadiyanto (2005: 5) istilah latihan berasal dari bahasa
Inggris yang dapat mengandung beberapa makna seperti: practice,
exercises, dan training. Latihan berasal dari kata practice adalah aktivitas
untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan
menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan
cabang olahraga. Latihan berasal dari kata exercises adalah perangkat utama
dalam proses latihan harian untuk meningkatkan kualitas fungsi sistem
16
organ tubuh manusia, sehingga mempermudah olahragawan dalam
penyempurnaan geraknya. Latihan berasal dari kata training adalah
penerapan dari suatu peencanaan untuk meningkatkan kemampuan
berolahraga yang berisikan materi teori, praktek, metode dan aturan
pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Menurut
Bompa (1994: 3) pengertian latihan yaitu:
Latihan adalah suatu proses yang dinyatakan dengan kata lain
periode waktu yang berlangsung selama beberapa tahun sampai atlet
tersebut mencapai standar penampilan yang tinggi. Selain itu,latihan
merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk mempersiapkan
diri dalam upaya untuk mencapai tujuan tertentu.
Perlombaan adalah puncak dari proses berlatih melatih dalam
olahraga, dengan harapan agar atlet dapat berprestasi optimal. Untuk dapat
meraih prestasi atau hasil yang optimal memerlukan proses berlatih melatih
yang panjang dengan pembinaan yang baik. Menurut M. Furkon (1995: 3)
mengatakan bahwa:
Latihan adalah suatu proses atau dinyatakan dengan kata lain,
periode waktu yang berlangsung selama beberapa tahun, sampai atlet
tesebut mencapai standar penampilan tertinggi. Oleh karena itu
proses pembinaan dilakukan sejak dini mungkin agar sasaran yang
diharapkan pada kejuaraan tertentu dapat tercapai dan atlet dapat
menampilkan puncak prestasi yang dimilikinya.
Menurut Harsono (1988: 98) mengatakan bahwa:
Agar prestasi dapat meningkat, latihan haruslah berpedoman pada
teori serta prinsip latihan yang benar dan sudah dapat diterima secara
universal. Tanpa berpedoman pada prinsip latihan serta teori yang
benar, latihan sering kali menjurus ke praktek mala-latihan (mal-
pratice) dan latihan yang tidak sistematis dan metodis sehingga
peningkatan prestasi sukar dicapai.
17
Metode latihan merupakan prosedur dan cara yang direncanakan
mengenai jenis-jenis latihan dan penyesuaiannya berdasarkan kadar
kesulitan, kompleksitas, dan beratnya beban (M. Furqon, 1995: 5). Dari
beberapa definisi di atas maka metode latihan adalah suatu cara atau
prosedur yang merencanakan mengenai jenis-jenis latihan dan
penyesuaiannya berdasarkan tingkat kesulitan dan kompleksitas dari latihan
yang berpedoman pada teori serta prinsip latihan yang benar dan yang sudah
diterima secara universal agar prestasi atlet dapat meningkat.
Tujuan dari latihan secara umum adalah untuk membantu para
pembina, pelatih, dan guru olahraga agar dapat menerapkan dan memiliki
kemampuan konseptual serta keterampilan dalam membantu mengungkap
potensi olahragawan dalam mencapai puncak prestasi. Sedangkan sasaran
latihan secara umum adalah untuk meningkatkan kemampuan dan kesiapan
olahragawan dalam mencapai puncak prestasi. Rumusan tujuan dan sasaran
latihan dapat bersifat untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk
yang jangka panjang merupakan sasaran dan tujuan yang akan datang dalam
satu tahun ke depan atau lebih. Tujuan utamanya adalah untuk pengayaan
keterampilan berbagai gerak dasar dan dasar gerak serta dasar-dasar teknik
yang benar. Tujuan dan sasaran jangka pendek adalah waktu persiapan yang
dilakukan kurang dari satu tahun. Sasaran dan tujuan utamanya langsung
diarahkan pada peningkatan unsur-unsur yang mendukung kinerja fisik, di
antaranya kekuatan, kecepatan, ketahanan, power, kelincahan, kelentukan,
dan keterampilan teknik cabang olahraga. Biasanya setiap interval tiga
18
sampai empat minggu latihan telah berjalan, selalu dilakukan pemantauan
pencapaian hasil latihan. Dengan demikian setiap sesi latihan harus
mempunyai sasaran dan tujuan yang nyata dan terukur. Hal ini dimaksudkan
bagi olahragawan agar selalu termotivasi untuk giat berlatih. Sedangkan
bagi pelatih proses pemantauan sebagai sarana umpan balik (feed-back) dari
proses latihan, apakah program latihan yang disusun dan dilaksanakan
berjalan efektif atau tidak, sehingga bila terjadi penyimpangan tujuan dan
sasaran dapat segera dibenahi (Sukadiyanto, 2005: 8). Menurut Fox (1993:
288), sedangkan suatu mekanisme latihan dengan prosedur yang baik adalah
dimulai latihan peregangan (stretching), kemudian latihan inti, dan diakhiri
dengan latihan peregangan (cooling-down).
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa latihan merupakan
suatu cara untuk membantu atlet agar mendapatkan prestasi dengan
memperhatikan sasaran dan tujuan yang akan dicapai. Di dalam suatu
latihan terdapat mekanisme latihan dan prosedur yang baik, yaitu dimulai
dengan latihan stretching, latihan inti, dan cooling-down.
2. Prinsip-Prinsip Latihan
Pada dasarnya latihan yang dilakukan pada setiap cabang olahraga
harus mengacu dan berpedoman pada prinsip-prinsip latihan. Proses latihan
yang menyimpang sering kali mengakibatkan kerugian bagi atlet maupun
pelatih. Prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting terhadap aspek
fisiologis dan psikologis olahragawan, dengan memahami prinsip-prinsip
latihan akan mendukung upaya untuk meningkatkan kualitas latihan.
19
Prinsip-prinsip latihan menurut Bompa (1994: 29-48) adalah sebagai
berikut: (1) prinsip partisipasi aktif mengikuti latihan, (2) prinsip
pengembangan menyeluruh, (3) prinsip spesialisasi, (4) prinsip individual,
(5) prinsip bervariasi, (6) model dalam proses latihan, dan (7) prinsip
peningkatan beban.
Selanjutnya Sukadiyanto (2005: 12) menjelaskan prinsip-prinsip
latihan yang menjadi pedoman agar tujuan latihan dapat tercapai, antara
lain: (1) prinsip kesiapan, (2) individual, (3) adaptasi, (4) beban lebih, (5)
progresif, (6) spesifik, (7) variasi, (8) pemanasan dan pendinginan, (9)
latihan jangka panjang, (10) prinsip berkebalikan, (11) tidak berlebihan, dan
(12) sistematik.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
prinsip latihan pada dasarnya mencakup prinsip spesifikasi, sistem energi,
dan prinsip overload. Prinsip spesifikasi berarti memiliki kekhususan sistem
energi meliputi penggunaan energi, dan prinsip overload yang berkaitan
dengan intensitas, frekuensi, dan durasi.
3. Tujuan dan Sasaran Latihan
Menurut Bompa (1994: 5) bahwa tujuan latihan adalah untuk
memperbaiki prestasi tingkat terampil maupun kinerja atlet, dan diarahkan
oleh pelatihnya untuk mencapai tujuan umum dalam latihan. Rumusan,
tujuan dan sasaran latihan dapat bersifat untuk jangka panjang maupun
jangka pendek. Untuk tujuan jangka panjang merupakan sasaran dan tujuan
yang akan datang dalam satu tahun kedepan atau lebih. Sedangkan tujuan
20
dan sasaran latihan jangka pendek adalah waktu untuk persiapan kurang dari
satu tahun.
Sukadiyanto (2005: 9) lebih lanjut menjelaskan bahwa sasaran dan
tujuan latihan secara garis besar antara lain: (a) meningkatkan kualitas fisik
dasar secara umum dan menyeluruh, (b) mengembangkan dan
meningkatkan potensi fisik yang khusus, (c) menambah dan
menyempurnakan tehnik, (d) mengembangkan dan menyempurnakan
strategi, tehnik dan pola bermain, (e) meningkatkan kualitas dan
kemampuan psikis olahragawan dalam bertanding.
Berdasarkan beberapa pendapat pada penjelasan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa tujuan dan sasaran latihan dibagi menjadi dua, yaitu
tujuan dan sasaran jangka panjang dan jangka pendek. Untuk mewujudkan
sasaran dan tujuan memerlukan latihan tehnik, taktik, fisik dan mental.
Prinsip-prinsip latihan yang dikemukakan disini adalah prinsip yang
paling mendasar, akan tetapi penting dan yang dapat diterapkan pada setiap
cabang olahraga serta harus dimengerti dan diketahui oleh pelatih maupun
atlet.
Menurut Harsono (1988: 102-122) untuk memperoleh hasil yang
dapat meningkatkan kemampuan atlet dalam perencanaan program
pembelajaran harus berdasarkan pada prinsip-prinsip dasar latihan, yaitu: (1)
prinsip beban lebih (over load principle), (2) prinsip perkembangan
menyeluruh (multilateral development), (3) prinsip kekhususan
21
(spesialisasi), (4) prinsip individual, (5) intensitas latihan, (6) kualitas
latihan, (7) variasi latihan, (8) lama latihan, (9) prinsip pulih asal.
Prinsip beban lebih (over load principle) adalah bahwa beban latihan
yang diberikan kepada atlet harus diberikan berulang kali dengan intensitas
yang cukup. Jika latihan dilakukan secara sistematis maka diharapkan tubuh
atlet dapat menyesuaikan diri semaksimal mungkin kepada latihan yang
diberikan, serta dapat bertahan terhadap hal yang ditimbulkan oleh latihan
tersebut baik stress fisik maupun stress mental. Jadi beban kerja dan
tantangan-tantangan yang diterima masih berada dalam batas-batas
kemampuan manusia untuk mengatasinya, dan tidak terlalu menekan
sehingga menimbulkan ketegangan yang berlebihan selama itu pula proses
perkembangan fisik maupun mental manusia masih mungkin tanpa
merugikan mereka (Harsono, 1988: 104).
Prinsip kekhususan (spesialisasi) mempunyai pengertian apapun
cabang olahraga yang diikutinya, tujuan serta motif atlet biasanya adalah
untuk melakukan spesialisasi dalam cabang olahraga tersebut, oleh karena
itu spesialisasi memperoleh kesuksesan dan menonjol dalam cabang
olahraga tersebut.
Spesialisasi juga berarti mencurahkan segala kemampuan, baik fisik
maupun mental pada satu cabang olahraga tersebut (Harsono, 1988: 109).
Prinsip individual mengharuskan seluruh konsep latihan disusun sesuai
dengan kekhasan setiap individu agar tujuan latihan dapat tercapai. Faktor-
faktor seperti umur, jenis kelamin, bentuk tubuh, kedewasaan, latar
22
belakang pendidikan, tingkat kesegaran jasmaninya dan cirri-ciri
psikologinya semua harus ikut dipertimbangkan dalam mendisain latihan
bagi atletnya. Jadi kesimpulannya adalah bahwa latihan memangharus
direncanakan dan disesuaikan bagi setiap individu agar latihan tersebut
dapat menghasilkan hasil yang terbaik (Harsono, 1988: 113).
Intensitas latihan adalah suatu jatah latihan yang harus dilakukan
seseorang atlet menurut program yang ditentukan (Sajoto, 1988: 113).
Intensitas latihan dapat diukur dengan cara menghitung denyut nadi dengan
rumus Denyut Nadi Maksimal (DNM) = 220-umur (dalam tahun).
Kualitas laihan adalah apabila latihan atau drill-drill yang dilakukan
memang benar-benar sesuai dengan kebutuhan atlet, apabila koreksi-koreksi
yang konstruktif sering diberikan dan pengawasan diberikan oleh pelatih
sampai ke detail-detail gerakan dan apabila prinsip-prinsip over load
diterapkan baik segi fisik maupun mental (Harsono, 1988: 119).
Variasi dalam latihan diberikan untuk mencegah kemungkinan
timbulnya kebosanan berlatih sehingga pelatih harus kreatif dan pandai-
pandai mencari dan menerapkan variasi dalam latihan. Variasi latihan yang
di kreasi dan diterapkan secara cerdik akan dapat menjaga terpeliharanya
fisik maupun mental atlet sehingga timbulnya kebosanan berlatih sejauh
mungkin dapat terjadi dalam penelitian ini variasi latihan yang dilakukan
(Harsono, 1988: 121).
23
4. Durasi Latihan
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan lama latihan selama 16
kali pertemuan. Pertemuan pertama untuk melaksanakan pretest dan
pertemuan yang terakhir (ke-16) untuk melaksanakan posttest. Frekuensi
adalah berapa kali seseorang melakukan latihan yang cukup intensif dalam
satu minggunya (Sajoto, 1993: 137). Dalam menentukan frekuensi latihan
harus benar-benar menentukan batas-batas kemampuan seseorang, karena
bagaimanapun juga tubuh seseorang tidak dapat beradaptasi lebih cepat dari
batas kemampuannya. Apabila frekuensi latihan yang diberikan berlebihan
akibatnya bukan percepatan hasil yang diperoleh tetapi dapat menyebabkan
sakit yang berkepanjangan.
Menurut Fox dan Metheus dalam Sajoto (1988: 138) dikemukakan
bahwa frekuensi latihan 3-5 kali per minggu adalah cukup efektif.
Sedangkan menurut Brooks dan Fahey dalam Sajoto (1993: 138)
mengemukakan bahwa latihan hendaknya dengan frekuensi antara 3-5 kali
per minggu dengan waktu latihan antara 20-60 menit dalam intensitas tidak
terlalu tinggi.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli diatas peneliti dalam
memberikan latihan menggunakan frekuensi 3 kali dalm seminggu dengan
waktu setiap latihan 90 menit.
C. Power
Power adalah kemampuan sebuah otot atau sekelompok otot untuk
mengatasi tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan tinggi dalam suatu
24
gerakan yang utuh (Suharno, 1981: 23-24). Power merupakan hasil kali dari
kekuatan dan kecepatan, sehingga semua bentuk latihan pada komponen
biomotor kekuatan dapat dijadikan sebagai bentuk latihan power.
Perbedaannya adalah beban untuk latihan power harus lebih ringan dan
dilakukan dengan irama yang cepat, oleh karena wujud gerak dari power
adalah eksplosif.
Power adalah hasil kali dari kekuatan dan kecepatan, atau merupakan
bentuk kekuatan eksplosif (Sukadiyanto, 1997: 65). Senada dengan pendapat
tersebut, Harsono, (1988: 200) menyatakan bahwa power adalah kemampuan
otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dengan waktu yang sangat cepat.
Pendapat lain mengatakan bahwa power adalah gabungan antara kekuatan dan
kecepatan yang artinya diproduksi gerakan dengan tenaga sebesar mungkin
dengan waktu yang secepat mungkin.
Menurut Gardner (1995: 265) bahwa:
Anggota bagian tubuh bagian bawah dihubungkan dengan badan oleh
sebuah gelang sendi yang terdiri dari tiga bagian yaitu tungkai atas,
tungkai bawah, serta kaki. Otot dipaha meliputi belakang, sisi medial
paha, bagian depan. Paha belakang terdiri dari biceps femoris,
semitendinosus dan semimembranosus, sisi medial paha meliputi
pektineus, adductor longus, adductor brevis, adductor magnus, grasilis
dan ebturator eksternus, sedangkan otot bagian depan paha meliputi
iliopsoas, quadriceps femoris dan Sartorius.
Sedangkan menurut Gardner (1995: 330-335),
Otot tungkai bagian bawah dibagi menjadi tiga bagian yaitu tungkai
bawah bagian depan, tungkai bagian bawah lateral dan betis. Otot bagian
depan tungkai bawah adalah tibialis anterior, ekstensorslusing longus,
proneis tensus. Bagian lateral tungkai bawah meliputi proneus,ongus,
proneus brevis. Sedangkan betis terdiri dari gastroknemius dan soleus.
25
Berdasarkan beberapa definisi dan pengertian di atas, dapat dikatakan
bahwa power otot tungkai adalah kemampuan dari otot-otot tungkai untuk
mengatasi tahan beban dengan kecepatan tinggi. Power ditentukan oleh banyak
sedikitnya myofibril otot putih, kecepatan kontraksi otot, banyak sedikitnya
ATP dalam otot dan koordinasi gerakan. Selanjutnya power otot tungkai yang
merupakan perpaduan atau kombinasi antara kecepatan dan kekuatan untuk
mengatasi beban atau tahanan dengan kecepatan kontraksi otot yang tinggi,
daya ledak atau power otot tungkai dapat diukur dengan menggunakan vertical
jump test.
Berikut adalah contoh susunan menu program latihan untuk
meningkatkan power oleh Sukadiyanto (2002: 96):
Intensitas : 30%-60% dari kekuatan maksimal RM
Volume : 3 set/sesi
Repetisi : 15-20 repetisi
Recovery : 1: 4
Interval : 1: 6
Irama : secepat mungkin (eksplosif)
Frekuensi : 3x/minggu
D. Pengukuran Power Otot Tungkai
Power merupakan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan, merupakan
dasar dalam setiap melakukan bentuk aktifitas. Power juga sering diartikan
sebagai daya ledak yang mempunyai makna kemampuan untuk mengeluarkan
kekuatan maksimal dalam waktu relatif singkat. Pengukuran power cukup
26
banyak, salah satunya dengan menggunakan vertical jump test dengan satuan
Cm, pengukuran dilakukan sebanyak 2 kali dan diambil yang terbaik. Dalam
penelitian ini untuk mengukur power tungkai menggunakan tes lompat
tegak/vertical jump (Harsuki, 2003: 339).
1. Alat dan Fasilitas
a. Papan vertical jump
b. Serbuk kapur atau bedak
c. Pembersih atau penghapus
d. Dinding yang rata
e. Alat tulis
2. Pelaksanaan
a. Langkah 1: testi berdiri tegak menyamping di depan papan vertival jump
dengan menjulurkan salah satu tangan ke atas setinggi mungkin dengan
telapak tangan menghadap ke dinding, sedangkan kedua telapak kaki
tetap melekat di lantai (tumit tidak terangkat). Bagi yang tidak kidal,
lengan kanan yang dijulurkan tetapi bagi yang kidal maka lengan kiri
yang dijulurkan, tinggi raihan dicatat.
b. Langkah 2: testi mengambil awalan meloncat dengan menekuk kedua
lutut, lengan tetap dijulurkan ke atas lalu secara eksplosif meloncat
setinggi-tingginya ke atas dan kemudian lengan yang menyamping
tembok berusaha meraih papan vertical jump pada titik tertinggi
loncatan. Ketelitian pengukuran sampai cm terdekat.
27
c. Langkah 3: testi masing-masing melakukan sebanyak 2 kali loncatan dan
hasilnya dicatat.
d. Langkah 4: skor loncatan adalah selisih antara tinggi raihan pada waktu
meloncat dengan tinggi raihan pada waktu berdiri.
3. Testor
Jumlah testor sebanyak tiga orang yaitu: pengawas dua orang bertugas
mengamati dan mengawasi. Pencatat hasil satu orang yang bertugas
mencatat hasil yang dicapai oleh atlet.
Selain dapat menggunakan bentuk latihan pada komponen biomotor
kekuatan dan kecepatan, latihan untuk meningkatkan power dapat dilakukan
dengan menggunakan plyometrics dan weight training. Prinsip metode
latihan plyometrics dan weight training adalah otot selalu kontraksi baik
pada saat memanjang (eccentric) maupun pada saat memendek (concentric).
E. Sepakbola
1. Pengertian Sepakbola
Permainan sepakbola adalah suatu permainan yang dimainkan oleh
sebelas orang di atas lapangan yang berbentuk persegi panjang. Sepakbola
merupakan permainan tim, Sepakbola merupakan olahraga Tim, dibutuhkan
kerjasama yang baik, kemampuan individu yang baik supaya menjadi Tim
yang handal. Dua tim yang masing-masing terdiri dari 11 orang bertarung
untuk memasukkan sebuah bola bundar ke gawang lawan (mencetak gol).
Tim yang mencetak lebih banyak gol adalah sang pemenang (biasanya
dalam jangka waktu 90 menit, tetapi ada cara lainnya untuk menentukan
28
pemenang jika hasilnya seri). Peraturan terpenting dalam mencapai tujuan
ini adalah para pemain (kecuali penjaga gawang) tidak boleh menyentuh
bola dengan tangan mereka selama masih dalam permainan.
Menurut Agus Salim (2008: 10), bahwa
Pada dasarnya permainan sepakbola adalah olahraga yang memainkan
bola dengan menggunakan kaki. Tujuan utamanya dalam permainan
ini adalah untuk mencetak gol atau skor sebanyak-banyaknya yang
tentunya harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Untuk bisa membuat gol kalian harus tangkas, sigap, cepat
dan baik dalam mengontrol bola.
Sedangkan menurut Abdul Rokhim (2008: 1 2), bahwa
Sepakbola adalah permainan yang menantang secara fisik dan mental,
pemain diharuskan melakukan gerakan yang terampil dibawah kondisi
pemain yang waktunya terbatas, fisik dan mental sambil menghadapi
lawan, pemain harus berlari beberapa mil dalam satu pertandingan,
setiap pemain harus memahami teknik permainan individu, kelompok
dan beregu.
Sepakbola adalah salah satu olahraga yang sangat popular di dunia.
Sepakbola adalah olahraga yang dimainkan oleh dua kelompok berlawanan
yang masing-masing berjuang untuk memasukan bola ke gawang kelompok
lawan. Masing-masing kelompok beranggotakan sebelas pemain, karenanya
kelompok tersebut juga dinamakan kesebelasan (Mimin US: 2).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sepakbola
merupakan olahraga permainan yang sangat digemari oleh masyarakat
umum di seluruh dunia sehingga sepakbola merupakan olahraga yang sangat
popular. Sepakbola adalah olahraga yang dilakukan dengan kaki untuk
menendang bola, bola diperebutkan oleh dua kelompok yang masing-
masing terdiri sebelas orang, sepakbola diperlukan teknik yang baik karena
29
sepakbola merupakan permainan yang menantang fisik dan mental. Tujuan
permainan ini adalah memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke gawang
lawan untuk menentukan pemenang dan merebut bola dari lawan dan
menjaga gawang dari serangan lawan. Olahraga ini membutuhkan alat
seperti sepatu bola sebagai alat untuk menendang dan bola tending sebagai
obyek tendangan. Permainan sepakbola dilakukan di lapangan terbuka dan
diberi gawang sebagai tempat untuk memasukkan bola dan menentukan
pemenang.
2. Peraturan Sepakbola
Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga atau permainan
yang paling digemari di seluruh penjuru dunia. Sepak bola merupakan
permainan di mana terdapat dua tim dari 11 pemain (salah satunya adalah
penjaga gawang) mencoba untuk memasukkan bola ke gawang lawan.
Pemain dikatakan mencetak gol ketika mereka berhasil memasukkan bola
ke dalam gawang lawan (telah melewati garis gawang). Permainan sepak
bola ini dikendalikan oleh satu Wasit di lapangan dan empat asisten wasit, 2
ditempatkan pada touchlines berlawanan, dan 2 lagi ditempatkan di dekat
tiap gawang. Terdapat beberapa dasar-dasar peraturan sepak bola,
diantaranya sebagai berikut:
a. Ukuran Lapangan
Secara umum lapangan yang digunakan dalam permainan
sepakbola memiliki ukuran panjang 90-120 meter, lebar 45-90 meter,
30
tinggi gawang 2,4 meter, lebar gawang 7,3 meter, titik tengah pinalti 11
meter.
b. Bola
Dalam aturan sepak bola menyatakan bahwa untuk ukuran bola
harus memiliki diameter 68-70 sentimeter dan berat antara 410-450
gram.
c. Jumlah Pemain
Jumlah pemain yang berhak berada di lapangan maksimal hanya 11
orang, 3 orang pergantian pemain, serta hanya 5 atau 7 atau 9 pemain
yang berhak berada di bench.
d. Perengkapan pemain
Pada dasarnya aturan sepak bola mengatakan bahwa seorang
pemain harus memakai baju atau seragam (jersey), sepatu, bantalan
tulang kering, celana pendek dan kaus kaki serta kedua tim harus
memiliki peralatan yang berbeda sehingga mereka dapat dibedakan di
lapangan.
e. Offside
Secara garis besar offside terjadi ketika seorang pemain yang
menerima umpan berada di belakang pemain terakhir lawan tepat saat
umpan dilepaskan oleh rekannya tepat ke pemain tersebut atau tidak ke
arah pemain tersebut dan pemain tersebut mengejar bola hasil umpan dari
rekannya tersebut.
f. Pelanggaran
31
Dalam peraturan sepak bola, pelanggaran dapat terjadi ketika
seorang pemain mencoba untuk mendapatkan bola dari lawannya dengan
menendang atau mendorong lawannya baik itu karena kesengajaan
ataupun tidak disengaja. Pelanggaran pun banyak tingkatannya, seorang
pemain yang melakukan pelanggaran keras dapat dikenakan kertu kuning
bahkan kartu merah oleh wasit.
g. Tendangan Bebas
Ketika sebuah tendangan bebas dilakukan pemain dari tim lawan
harus minimal 9,15 meter dari posisi dimana tendangan bebas akan
terjadi. Begitu juga pemain yang menendang bola tidak boleh menyentuh
bola hasil tendangannya sebelum bola tersebut menyentuh rekannya atau
pemain lawan terlebih dahulu.
h. Tendangan Penalti
Penalti dapat diberikan jika pemain lawan melakukan pelanggaran
atau handball di dalam kotak 18 meter (biasa disebut dengan kotak
penalti). Namun, tidak semua kesalahan di dalam kotak penalti dihukum
dengan tendangan penalti, sebagai contohnya, jika salah satu pemain dari
tim yang menerima serangan memberikan operan bola langsung kepada
penjaga gawang dengan menggunakan kaki dan penjaga gawang
menangkapnya langsung dengan tangan di dalam kotak penalti, maka
wasit akan memberikan tendangan bebas tidak langsung tepat di tempat
kesalahan tersebut terjadi kepada tim lawan. Selain itu, sebelum
32
penendang penalti melepaskan tendangan, pemain lainnya dilarang
memasuki kotak penalti terlebih dahulu.
i. Lemparan Ke Dalam (Throw In)
Dalam peraturan sepak bola metode melemparkan harus mengikuti
beberapa aturan yang ketat, jika tidak wasit akan memberikan
kesempatan lemparan ke dalam untuk tim lain. Pemain yang mengambil
lemparan harus tetap berdiri di luar garis samping, dengan telapak kaki
tetap menjejak di tanah dan lemparan harus dilakukan dengan bola di atas
kepala pelempar itu.
j. Goal Kick
Goal kick merupakan salah satu peraturan sepak bola yang lebih
kita kenal dengan tendangan gawang harus dilakukan sesuai dengan
aturan yang ada, aturan mengenai tendangan gawang menyatakan bahwa
tendangan harus cukup kuat untuk melewati area penalti. Jadi setiap
pemain yang mengambil tendangan gawang (umumnya penjaga gawang),
harus menendang bola kepada rekannya yang berada di luar dari kotak
penalti.
Gambar 3. Lapangan Sepakbola
33
Peraturan sepakbola di atas merupakan sebagian kecil dari sekian
banyak peraturan-peraturan dalam sepakbola.
F. PS PADMA
PS PADMA berdiri pada tanggal 20 Juni 1982 yang beralamat di
Jl.Pandega wreksa 10 Jalan Kaliurang 5,6 Yogyakarta, latihan bertempat di
Lapangan Klebengan Sleman, Yogyakarta. PS PADMA masuk dalam anggota
PSS pada tanggal 16 Oktober 1982 dengan mengikuti kompetisi awal di divisi
II Sleman, hanya dalam 2 tahun PS PADMA dapat naik tahta sampai ke divisi
utama Sleman dengan prestasi yang membanggakan. Pada tahun 1983 PS
Padma masuk ke divisi I dan pada tahun 1984-1985 PS Padma masuk dalam 4
besar pada divisi I sehingga otomatis dapat naik ke level tertinggi di Sleman
yaitu divisi utama. Prestasi yang diraih oleh PS PADMA yaitu pada tahun 1985
dengan menjuarai Dagaran Cup dan pada 1986-1990 selalu mendapat tempat di
4 besar divisi utama, tetapi setelah berjalannya waktu dan bergantinya para
pemain PS PADMA prestasi turun sehingga pada tahun 1995-2000 turun level
ke divisi I Sleman dan pada tahun 2000-sekarang PS PADMA turun ke divisi II
Sleman, tahun ini PS PADMA berteket dapat menaikkan level di divisi I dan
divisi utama Sleman. Kepengurusan PS PADMA:
Ketua umum : Nurwoto
Ketua harian : Beny Sugito
Sekretaris : Sudianto
Bendahara : Beny Sugito
Humas : Maput dan Sayono
34
Pelatih : Hartono
G. Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Dhanik Fahrizal (2002) berjudul: “Pengaruh
Latihan Pliometrik dengan Tumpuan Dua Kaki Secara Bersamaan Dan
Bergantian Terhadap Peningkatan Power Tungkai”. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan tehnik tes. Sampel
yang digunakan adalah para atlet tae kwon do di Dojang Gapensi Bantul
sebanyak 20 orang. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang
signifikan antara pre-test dan post-test kelompok latihan pliometrik baik
dengan dua kaki bersamaan maupun dengan dua kaki yang bergantian.
Kelompok latihan pliometrik baik dengan dua kaki bersamaan memiliki
nilai p = 0,002 dan kelompok latihan pliometrik dengan dua kaki bergantian
memiliki nilai p = 0,001.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ad Pamungkas (2010) berjudul: “Pengaruh
Latihan Plyometric Jumps In Place Dan Long Jumps Terhadap Tinggi
Loncatan Pada Atlet Remaja Putra Klub Bola Voli Sleman Utara”. Dengan
hasil penelitian sebagai berikut: bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara latihan plyometric jump in place dan long jump terhadap tinggi
loncatan atlet bolavoli remaja dengan t hitung= -3,067 lebih kecil dari t
tabel= 1,761 atau p= 0,018>ɑ=0,05. Sedangkan latihan plyometric longs
jump lebih baik dibanding latihan plyometric jumps in place dengan rerata
hasil posttest 46,3125 lebih baik dalam meningkatkan kemampuan tinggi
35
loncatan atlet bolavoli remaja dari pada patihan plyometric jumps in place
dengan rerata hasil posttest 45,2500.
3. Penelitian yang dilakukan Jendra Giri Prasetyo (2010) berjudul: “Pengaruh
Latihan Pliometrik Double Leg Bound Terhadap Hasil Jauh Tendangan Bola
Pada Siswa SD N 3 Garung yang Mengikuti Ekstrakulikuler Sepakbola”.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dengan analisis data dan
pengujian hipotesis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
“terdapat pengaruh latihan pliometrik double leg bound terhadap hasil
jauhnya tendangan bola pada siswa SD N 3 Garung yang mengikuti
ekstrakulikuler sepakbola sebesar 6.2%”.
H. Kerangka Berfikir
Latihan merupakan proses yang sistematis untuk meningkatkan kualitas
fisik dan bertujuan untuk meningkatkan penampilan olahraga. Untuk itu
metode latihan menjadi sangatlah penting bagi seorang pelatih. Latihan
menjadi sangat efektif jika dilakukan dengan program yang baik dan
disesuaikan dengan sumber energi dominan yang terdapat dalam cabang
olahraga tertentu. Dari kedua metode mempunyai kesamaan, yaitu melatih otot
tungkai, akan tetapi pada latihan pliometrik beberapa yang berlawanan terlatih
bersamaan.
Power merupakan hasil perpaduan dari komponen dasar biomotor yang
sangat penting dalam olahraga sepakbola untuk melakukan gerakan lari
maupun loncat baik dalam berlatih maupun berlomba. Power merupakan hasil
dari kekuatan dan kecepatan yang dilakukan dalam satu gerakan yang utuh
36
dengan melibatkan kemampuan otot untuk mengatasi tahanan atau beban.
Hubungan sepakbola dengan serangkaian gerak lari maupun lompat terdapat
satu atau beberapa bagian yang sangat memerlukan power atau daya ledak dari
tubuh saat melakukan tumpuan atau dorongan,
Kemampuan meloncat tidak dapat dipisahkan dengan daya ledak otot
tungkai. Banyak metode latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
daya ledak (power) otot tungkai. Diantaranya adalah latihan pliometrik.
Pliometrik merupakan suatu metode untuk mengembangkan explosive power.
Latihan ini tepat untuk meningkatkan loncatan, kecepatan, dan kekuatan
maksimal.
37
Gambar 4. Komponen Latihan Sepakbola
Sepak Bola
FISIK TEKNIK TAKTIK MENTAL
KELENTUKAN
KELINCAHAN
DAYA TAHAN
POWER
KEKUATAN
KECEPATAN
KOORDINASI
KESEIMBANGAN
REAKSI
KETEPATAN
PLIOMETRIK
LATIHAN BEBAN
TUMPUAN SATU
KAKI
TUMPUAN DUA
KAKI
38
I. Hipotesis
Menurut Suharsimi Arikunto (1991: 62) hipotesis penelitian dapat
diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian sampai terbuktidan terkumpul berdasarkan pada kajian teori dan
kerangka berfikir. Dari kerangka berfikir di atas dapat ditarik hipotesis
penelitian sebagai berikut:
1. Ada pengaruh latihan pliometrik dengan tumpuan satu kaki terhadap
peningkatan power tungkai atlet sepakbola.
2. Ada pengaruh latihan pliometrik dengan tumpuan dua kaki terhadap
peningkatan power tungkai atlet sepakbola.
3. Metode latihan pliometrik tumpuan satu kaki lebih efektif dalam
meningkatkan power otot tungkai atlet sepakbola dari pada metode latihan
pliometrik dengan tumpuan dua kaki.