PENGARUH NILAI PERUSAHAAN, UKURAN PERUSAHAAN, UMUR
PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN TERHADAP
PENGUNGKAPAN MODAL INTELEKTUAL PADA PERUSAHAAN
PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
RIFKI SULVIAR
NIM: 109082000111
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H/2016
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Rifki Sulviar
Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 3 November 1991
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Ayah : Abu Nasir
Nama Ibu : Suciyati
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kp. Gunung Indah IV No. 41 RT/RW
004/011, Cirendeu, Ciputat Timur,
Tangerang Selatan, Banten
Telepon : 082221159636
Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1996-1997: TK Darul Mu’minah, Tangerang Selatan
1997-2003: SDN Situ Gintung 1, Tangerang Selatan
2003-2006: SMPN 3 Ciputat, Tangerang Selatan
2006-2009: SMAN 1 Ciputat, Tangerang Selatan
2009-2013: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi
vii
IV. SEMINAR DAN TRAINING
1. Talkshow Pemberantasan Korupsi KPK oleh BMJ Akuntansi Syarif
Hidayatullah Jakarta, 9 September 2009.
2. Workshop “Accounting Fair 2011´ bersama BEMJ Akuntansi Syarif
Hidayatullah Jakarta, 20-22 Desember 2010.
3. Peserta Seminar Nasional dengan Tema: “Peran Asuransi Dalam Era
Globalisasi” yang diselenggarakan tanggal 20 Mei 2010 oleh ACA
Asuransi dan CAR Life Insurance bekerja sama dengan Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010.
4. Peserta Visit Company PT. Amerta Indah Otsuka Tahun 2010.
viii
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the effect of value, size, age,
and profitability of firm to intellectual capital disclosure. The research was
conducted by selecting 24 banking firm who listed on the Indonesia Stock
Exchange in the period 2011 until 2014. This research using purposive sampling
and multiple regression analyzing method.
The result of research showed that value and size of firm have influenced
intellectual capital disclosure. While whereas age and profitability of firm have
not influenced intellectual capital disclosure. Simultaneous testing showed four
variables influence the intellectual capital disclosure.
Keywords: value of firm, size of firm, age of firm, profitability of firm,
intellectual capital disclosure.
ix
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh nilai
perusahaan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan profitabilitas perusahaan
terhadap pengungkapan modal intelektual. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan sampel 24 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada periode 2011 hingga 2014, yang ditentukan dengan
menggunakan metode purposive sampling. Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai perusahaan dan ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual. sedangkan
umur perusahaan dan profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan modal intelektual. Pengujian secara simultan menunjukkan
keempat variabel mempengaruhi pengungkapan modal intelektual.
Kata kunci: nilai perusahaan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, profitabilitas
perusahaan, pengungkapan modal intelektual.
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Sumber Ilmu Pengetahuan,
Sumber Cahaya yang mampu menerangi jalan menuju kepada kebenaran sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Nilai Perusahaan,
Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, dan Profitabilitas Perusahaan
Terhadap Pengungkapan Modal Intelektual Pada Perusahaan Perbankan di
Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Shalawat serta salam selalu dipanjatkan pada
Nabi Muhammad S.A.W, Sang Suri Tauladan sepanjang zaman. Penyusunan
skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Peneliti menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah tulus memberikan doa, saran, dan
kritik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dalam kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati peneliti ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ayahanda Rasiman dan Ibunda Sri Winarni yang selalu memberikan
perhatian, kasih sayang dan dukungan serta doa yang terus menerus kepada
Yang Kuasa teruntuk penulis.
2. Adik-adikku, Robi Zulkarnain dan Riandika Rifauzi, yang selalu memberikan
inspirasi, doa, dan semangat untuk terus berusaha memberikan yang terbaik.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
xi
4. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si Ketua Jurusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Dr. Rini, M.Si., AK., CA selaku dosen pembimbing I, yang sabar dan
senantiasa meluangkan waktu untuk berdiskusi, membimbing dan memberi
nasihat, serta segala kebaikan dan ketulusan yang telah diberikan kepada
penulis.
6. Ibu Zuwesty Eka Putri, SE, M.Ak, selaku dosen pembimbing II, yang sabar
dan senantiasa meluangkan waktu untuk berdiskusi, membimbing dan
memberi nasihat, serta segala kebaikan dan ketulusan yang telah diberikan
kepada penulis.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama masa perkuliahan.
8. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya bagian
akademik yang telah membantu dalam kegiatan administrasi penulis.
9. Teman-teman terdekat membuat penulis bersemangat menyelesaikan skripsi
(Laila Badriah, Fahmi Setiawan, Muhammad Umar, dan Agus Sukoco).
10. Rekan-rekan ACID yang telah membagi tawa dan duka serta menjadi teman
terbaik dalam menempuh petualangan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu terimakasih atas segala
motivasi dan doa yang diberikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
xii
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya
bidang penelitian di Indonesia.
Jakarta, Juni 2016
(Rifki Sulviar)
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ......................................................................................... i
Lembar Pengesahan Skripsi .................................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ............................................. iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .......................................................... iv
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ......................................... v
Daftar Riwayat Hidup ............................................................................. vi
Abstract ...................................................................................................... viii
Abstrak ...................................................................................................... ix
Kata Pengantar ........................................................................................ x
Daftar Isi ................................................................................................... xiii
Daftar Tabel .............................................................................................. xvi
Daftar Gambar ......................................................................................... xvii
Daftar Lampiran ...................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori .......................................................................... 12
1. Teori Agensi ......................................................................... 12
2. Stakeholder Theory .............................................................. 15
3. Definisi Modal Intelektual ................................................... 17
4. Pengungkapan Modal Intelektual .......................................... 24
xiv
5. Nilai Perusahaan.................................................................... 28
6. Ukuran Perusahaan................................................................ 29
7. Umur Perusahaan .................................................................. 30
6. Profitabilitas .......................................................................... 31
B. Keterkaitan Antar Variabel ........................................................ 31
C. Penelitian Terdahulu .................................................................. 36
D. Kerangka Pemikiran .................................................................. 41
E. Hipotesis .................................................................................... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 47
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................ 48
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 49
D. Metode Analisis Data ................................................................ 49
1. Uji Statistik Deskriptif ......................................................... 50
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................ 50
a. Uji Normalitas .................................................................. 50
b. Uji Multikolinieritas ........................................................ 51
c. Uji Autokorelasi ............................................................... 51
d. Uji Heteroskedastisitas .................................................... 53
3. Uji Hipotesis ........................................................................ 54
a. Koefisien Determinasi ..................................................... 54
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji statistik F) ........................ 55
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) .... 56
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ......................................... 57
1. Variabel Independen ............................................................ 57
xv
2. Variabel Dependen ............................................................... 60
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .......................................... 63
B. Hasil Analisis dan Pembahasan ................................................. 64
1. Statistik Deskriptif ............................................................... 64
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ...................................................... 67
a. Uji Normalitas .................................................................. 67
b. Uji Multikolinearitas ........................................................ 68
c. Uji Heterokedastisitas ...................................................... 69
d. Uji Autokorelasi .............................................................. 70
3. Hasil Uji Hipotesis ............................................................... 71
a. Hasil Uji R2 ...................................................................... 71
b. Hasil Uji F ....................................................................... 72
c. Hasil Uji t ......................................................................... 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 78
B. Saran .......................................................................................... 79
Daftar Pustaka .......................................................................................... 81
Daftar Lampiran ...................................................................................... 85
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu 38
3.1 Kriteria Auto Korelasi Durbin-Watson 51
3.2 Komponen Pengungkapan Modal Intelektual 62
3.3 Operasional Variabel Penelitian 62
4.1 Rincian Sampel Penelitian 64
4.2 Hasil Statistik Deskriptif 65
4.3 Hasil Uji Normalitas 68
4.4 Hasil Uji Multikolinieritas 68
4.5 Hasil Uji Heterokedastisitas 69
4.6 Hasil Uji Auto Korelasi 70
4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi 71
4.8 Hasil Uji Simultan F 72
4.9 Hasil Uji Parsial (Uji t) 73
xvii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Bagan Kerangka pemikiran 41
3.1 Kriteria Auto Korelasi Durbin-Watson 52
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Daftar Komponen Pengungkapan Modal Intelektual 86
2 Daftar Sampel Perusahaan Perbankan 87
3 Data Diolah 88
5 Statistik Deskriptif 90
6 Hasil Uji Normalitas 90
8 Hasil Uji Multikolinearitas 91
9 Hasil Uji Autokorelasi 92
10 Hasil Uji Heterokedastisitas 92
11 Hasil Uji Adj R2 92
12 Hasil Uji F 92
13 Hasil Uji t 93
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sejak tahun 1990-an, perhatian terhadap praktik pengelolaan aset
tak berwujud (intangible assets) telah meningkat secara dramatis. Salah
satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran
intangible assets tersebut adalah intellectual capital (IC) atau modal
intelektual yang telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang,
baik manajemen, teknologi informasi, sosiologi, maupun akuntansi
(Ulum, et. al 2008).
Selain itu, adanya fenomena perdagangan bebas yang
menciptakan struktur ekonomi global menyebabkan arus lalu lintas
barang, jasa, modal, dan tenaga kerja dapat berpindah dari satu negara
ke negara lain tanpa adanya batasan dan rintangan. Hal ini
mengakibatkan terjadinya pergeseran paradigma dari penekanan
paradigma physical capital ke paradigma baru yang memfokuskan pada
modal intellectual capital (Suhendah, 2012).
Pada mulanya paradigma akuntansi menganggap laporan
keuangan memiliki fungsi pertanggungjawaban pengelola kepada
pemilik. Namun saat ini paradigma akuntansi baru menunjukkan bahwa
laporan keuangan memiliki fungsi decision making bagi para
stakeholders untuk pengambilan keputusan ekonomi. Perubahan
2
paradigma tersebut menyebabkan timbulnya perubahan paradigma
pelaporan akuntansi (Suniarsih, 2012).
Perubahan paradigma akuntansi tersebut menimbulkan tuntutan
untuk melakukan perubahan pada pengukuran akuntansi tradisional ke
pengukuran intellectual capital. Akuntansi tradisional belum mampu
mengidentifikasi dan mengukur intangible assets untuk organisasi yang
berbasis pengetahuan. Keterbatasan pelaporan keuangan pada
akuntansi tradisional dalam menjelaskan nilai perusahaan menunjukkan
bahwa sumber ekonomi tidak berupa aset fisik melainkan penciptaan
intellectual capital. (Guthrie et al, 1999)
Intellectual capital merupakan topik yang baru berkembang
beberapa tahun belakangan ini. Definisi intellectual capital pun masih
bermacam-macam, The Society of Management Accountants of Canada
(SMAC) mendefinisikan intellectual capital sebagai berikut: Dalam
neraca, intellectual capital adalah pengetahuan berbasis waktu, yang
dimiliki perusahaan yang akan menghasilkan sebuah keuntungan masa
depan bagi perusahaan (IFAC, 1998).
Sementara itu Leif Advinson seperti yang dikutip oleh
Sawarjuwono dan Kadir (2003) menyamakan intellectual capital
sebagai jumlah dari human capital dan structural capital (misalnya,
hubungan dengan konsumen, jaringan teknologi informasi, dan
manajemen).
3
Di Indonesia, secara tidak langsung intellectual capital
didefinisikan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No. 19 (revisi 2000) sebagai aktiva tidak berwujud. Menurut PSAK No.
19, aktiva tidak berwujud adalah aktiva nonmoneter yang dapat
diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk
digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa,
disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (Ikatan
Akuntan Indonesia, 2007).
Berdasarkan sejarah, perbedaan antara aset tak berwujud dan
intellectual capital tidak jelas karena intellectual capital dihubungkan
sebagai goodwill padahal keduanya berbeda. Fakta tersebut dapat
ditelusuri kembali pada awal tahun 1980-an ketika gagasan umum nilai
aktiva tak berwujud selalu dinamai sebagai goodwill sejak praktik
bisnis dan akuntansi diterapkan (Efandiana, 2011).
Sebenarnya masih banyak definisi dari intellectual capital
menurut pakar dan kalangan bisnis, namun secara umum menurut
Sawarjuwono dan Kadir (2003) jika diambil suatu benang merah dari
berbagai definisi intellectual capital yang ada, maka intellectual capital
dapat didefinisikan sebagai jumlah dari apa yang dihasilkan oleh tiga
elemen utama organisasi (human capital, structural capital, costumer
capital) yang berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi yang dapat
memberikan nilai lebih tinggi bagi perusahaan berupa keunggulan
bersaing organisasi.
4
Penelitian mengenai modal intelektual dalam konteks Indonesia
menjadi sangat menarik karena ternyata isu-isu mengenai
pengungkapan modal intelektual merupakan salah satu dari sepuluh
jenis informasi yang dibutuhkan pemakai. Selain itu, Abidin (2013)
menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia akan dapat
bersaing apabila menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh
melalui inovasi-inovasi kreatif yang dihasilkan oleh modal intelektual
perusahaan. Penelitian mengenai modal intelektual menjadi penting
karena modal intelektual merupakan salah satu aset vital perusahaan
yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan
mencapai keunggulan kompetitif (Ni wayan, et.al 2010).
Sebagai pendukung penelitian ini, terdapat faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual yang dijadikan
variable independen, yaitu nilai perusahaan. Dalam Wahyu (2011)
modal intelektual adalah sekelompok aset pengetahuan yang merupakan
atribut organisasi dan berkontribusi signifikan untuk meningkatkan
posisi persaingan dengan menambahkan nilai bagi pihak-pihak yang
berkepentingan (Solikhah et al., 2010).
Modal intelektual oleh Williams (2001) didefinisikan sebagai
informasi dan pengetahuan yang diaplikasikan dalam pekerjaan untuk
menciptakan nilai. Chen et al., (2005) menyatakan bahwa investor akan
memberikan nilai yang lebih tinggi pada perusahaan yang memiliki
sumber daya intelektual yang lebih tinggi dibandingkan dengan
5
perusahaan yang memiliki sumber daya intelektual yang rendah. Nilai
yang diberikan oleh investor kepada perusahaan tersebut akan tercermin
dalam harga saham perusahaan.
Variabel lain yang berpengaruh terhadap pengungkapan modal
intelektual adalah ukuran perusahaan. Menurut Purnomosidhi (2005)
dalam Efandiana (2011) menyatakan ukuran perusahaan digunakan
sebagai variabel independen dengan asumsi bahwa perusahaan yang
lebih besar melakukan aktivitas yang lebih banyak dan biasanya
memiliki banyak unit usaha dan memiliki potensi penciptaan nilai
jangka panjang. Perusahaan lebih besar lebih sering diawasi oleh
stakeholder yang berkepentingan dengan bagaimana manajemen
mengelola intellectual capital yang dimiliki seperti pekerja, pelanggan,
dan organisasi pekerja.
Sebagai variabel ketiga dalam penelitian ini adalah umur
perusahaan, penelitian Bukh et al (2005) dan White et al (2007)
menjadi acuan untuk menjadikan umur perusahaan sebagai variabel
independen. Pada penelitiannya Bukh et al (2005) menemukan bahwa
umur perusahaan tidak mempengaruhi pengungkapan modal intelektual.
Sedangkan white et al (2007) menyatakan bahwa umur perusahaan
mempunyai hubungan dengan pengungkapan modal intelektual.
Perbedaan ini menjadi motivasi untuk melakukan penelitian kembali
variabel umur perusahaan sebagai determinan pengungkapan modal
intelektual.
6
Selain umur perusahaan, sebagai faktor terakhir yang dijadikan
variabel independen adalah profitabilitas. Perusahaan yang memiliki
kinerja dalam menghasilkan profitabilitasnya masih rendah
kemungkinan karena kegagalan model akuntansi tradisional dalam
memanfaatkan biaya yang berkaitan dengan pengembangan sumber
daya modal intelektual perusahaan. Biaya terhadap pengembangan
sumber daya modal intelektual tersebut diakui sebagai beban dalam
laporan laba rugi perusahaan sehingga mengakibatkan rendahnya
kinerja perusahaan dalam menghasilkan pendapatan di masa sekarang,
tetapi diharapkan akan memberikan prospek yang bagus untuk
perusahaan di masa yang akan datang. Dengan melakukan
pengungkapan yang lebih tentang intellectual capital yang dimiliki oleh
perusahaan diharapkan akan memberikan sinyal kepada investor akan
prospek bagus yang akan diperoleh perusahaan di masa yang akan
datang yang dilakukan perusahaan dengan berinvestasi dalam bentuk
modal intelektual sehingga pada akhirnya diharapkan akan cenderung
tertarik untuk tetap berinvestasi pada perusahaan ataupun untuk
menarik calon investor baru bagi perusahaan (Marisanti, 2012).
Goh (2005) berpendapat bahwa aktivitas perusahaan sangat
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu physical capital dan human capital,
dan begitu juga sebaliknya. Pada sektor pertanian dan perindustrian,
physical capital (seperti tenaga kerja) lebih penting daripada
intellectual capital dalam proses penciptaan nilai. Namun pada sektor
7
perbankan, intellectual capital (seperti ilmu pengetahuan) lebih penting
daripada physical capital dalam proses penciptaan nilai (El-Bannany,
2008).
Pendapat El-Bannany tersebut juga diperkuat oleh pendapat
Sajedeh dan Saeed (2013) yang menyatakan bahwa sektor perbankan
adalah area yang menarik dan ideal untuk penelitian intellectual capital
kerena sektor ini merupakan salah satu sektor yang paling intensif IC-
nya dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan bisnisnya, dari aspek
intellectual capital, secara keseluruhan karyawan di sektor perbankan
lebih homogen dibandingkan sektor ekonomi lainnya.
Dalam penelitiannya, Putra (2012) berpendapat bahwa salah satu
jenis industri yang paling intensif penggunaan modal intelektual adalah
industri jasa perbankan. Sektor perbankan memiliki peranan yang
sangat vital terutama dalam mendukung pergerakan serta pertumbuhan
ekonomi di suatu negara. Hal ini mengakibatkan sengitnya persaingan
dalam industri perbankan itu sendiri dalam menyediakan layanan yang
terdepan bagi konsumen. Dalam persaingan yang begitu ketat, tidaklah
jarang memancing tenaga-tenaga intelek suatu perusahaan untuk
berpindah pada perusahaan saingan dalam mempertahankan keunggulan
bersaing atas perusahaan sejenis lainnya.
Penelitian tentang IC telah banyak di lakukan di beberapa negara,
salah satunya adalah Magdi El-Bannany pada tahun 2008, menyatakan
bahwa standard variables, seperti profitabilitas bank, resiko bank,
8
investasi pada sistem teknologi informasi, efisiensi bank, hambatan
untuk memasuki pasar, dan efisiensi investasi pada intellectual capital
mempengaruhi kinerja IC di sektor perbankan Inggris.
Sedangkan di Indonesia penelitian tentang kinerja IC di sektor
perbankan dilakukan oleh Ulum (2008) dan data yang digunakan adalah
laporan keuangan periode 2004-2006 dari 130 bank. Dengan
menggunakan metode Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM)
Ulum juga mengelompokkan kinerja bank menjadi empat kategori.
Selain itu dalam penelitiannya tersebut Ulum juga menemukan bahwa
bank-bank asing yang beroperasi di Indonesia tidak mendominasi di
urutan teratas.
Pada saat ini sudah banyak penelitian tentang kinerja IC, namun
masih sedikit penelitian yang menghubungkan antara kinerja
intellectual capital dengan mempertimbangkan determinan apa saja
yang akan memepengaruhi kinerja IC. Oleh sebab itu, penelitian ini
berusaha untuk menguji kembali jurnal 2008 seperti yang dilakukan El-
Bannany pada sektor perbankan di United Kingdom (UK) dengan objek
penelitian yang berbeda dan juga periode waktu yang berbeda pula.
Penelitian ini dilakukan di sektor perbankan Indonesia pada
periode waktu tahun 2011-2014 untuk perusahaan perbankan yang
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan alasan bahwa
perusahaan yang sudah terdaftar di BEI diharapkan memiliki prospek
kinerja yang lebih bagus daripada perusahaan lain yang belum listing di
9
BEI. Hal ini akan memberikan keunggulan kompetitif tersendiri bagi
perusahaan tersebut.
Namun pada kenyataannya, sekitar tahun 2008-2009 terdapat
perusahaan yang mengalami kerugian dan delisting dari BEI. Ini
mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan tersebut mengalami
penurunan, khususnya dilihat dari kinerja human capital. Hal ini sangat
bertolak belakang dengan pendapat Kuryanto (2007) yang menyatakan
bahwa kinerja IC berpengaruh pada kinerja perusahaan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dalam bentuk tulisan yang berjudul “Pengaruh
Nilai Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, dan
Profitabilitas Perusahaan Terhadap Pengungkapan Modal
Intelektual Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI”
B. Perumusan Masalah
1. Apakah nilai perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan
modal intelektual?
2. Apakah kepemilikan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
pengungkapan modal intelektual?
3. Apakah umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan
modal intelektual?
4. Apakah profitabilitas perusahaan berpengaruh terhadap
pengungkapan modal intelektual?
10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Menganalisis pengaruh struktur kepemilikan dan jenis industri
terhadap pengungkapan manajemen risiko dalam laporan
tahunan.
b. Menganalisis seberapa besar pengaruh struktur kepemilikan
dan jenis industri terhadap pengungkapan manajemen risiko
dalam laporan tahunan.
2. Manfaat Penelitian
a. Kontribusi Teoritis, sebagai sarana informasi tentang
bagaimana pengaruh sruktur kepemilikan dan jenis industri
terhadap pengungkapan manajeman risiko.
b. Kontribusi Praktis
1) Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
kinerja perusahaan dan membuat proses manajeman
manjadi lebih baik sehingga membuka informasi yang
lebih jelas baik dalam komponen non keuangan seperti
manajeman risiko.
2) Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi lain tentang manajeman risiko kepada investor
maupun kreditor untuk menganalisis laporan keuangan
11
dalam membuat keputusan investasi dan kredit. Sehingga
keputusan dapat diambil secara tepat.
3) Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi
dalam melakukan penelitian tentang praktik
pengungkapan menajeman risiko dan juga dapat
menambah wawasan terutama tentang pengungkapan
menajeman risiko.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Agensi
Teori Agensi merupakan teori yang menjelaskan hubungan
antara pemilik modal (principal) yaitu investor dengan manajer
(agent). Investor memberikan wewenang kepada manajer untuk
mengelola perusahaan. Teori agensi mendasarkan hubungan
kontrak antara principal dan agent yang sulit tercipta karena
adanya kepentingan yang saling bertentangan (conflict of interest).
Govindarajan (2008) menyatakan satu elemen kunci dari
teori keagenan adalah bahwa pricipal dan agent mempunyai
perbedaan preferensi dan tujuan. Teori agensi mengasumsikan
bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka. Para
agent diasumsikan menerima kepuasan bukan saja dari kompensasi
keuangan tetapi juga dari syarat-syarat yang terlibat dalam
hubungan agensi, seperti kemurahan jumlah waktu luang, kondisi
kerja yang menarik dan jam kerja yang fleksibel. Principal
diasumsikan tertarik hanya pada hasil keuangan yang bertambah
dari investasi mereka dalam perusahaan.
Perbedaan kepentingan antara principal dengan agent dapat
menimbulkan permasalahan yang dikenal dengan asimetri
13
informasi. Keadaan asimetri informasi terjadi ketika adanya
distribusi informasi yang tidak sama antara principal dan agent.
Akibat adanya informasi yang tidak seimbang (asimetri informasi)
ini, dapat menimbulkan dua permasalahan yang disebabkan karena
adanya kesulitan principal memonitor dan melakukan kontrol
terhadap tindakan-tindakan agent.
Pada teori agensi, asimetri informasi dapat terjadi karena
pihak agent setiap hari berinteraksi langsung dengan kegiatan
perusahaan, sehingga bisa mengetahui kondisi perusahaan dengan
sangat lengkap. Sedangkan principal hanya mengandalkan laporan
yang diberikan oleh pihak manajemen karena tidak berinteraksi
langsung pada kegiatan perusahaan. Sehingga pemilik modal hanya
memiliki sebagian atau lebih sedikit informasi dibanding manajer
perusahaan.
Peran pengungkapan modal intelektual menjadi hal yang
penting dimana dapat dijadikan tambahan informasi mengenai
perusahaan yang dilaporkan oleh agent kepada principal. Pelaporan
mengenai modal intelektual dapat mengurangi keadaan asimetri
informasi karena memberikan laporan yang tidak hanya
menyangkut masalah keuangan semata, tetapi juga mengenai
masalah non-keuangan seperti human capital, structural capital,
dan relational capital yang merupakan bagian dari pengungkapan
modal intelektual.
14
Permasalahan asimetri informasi yang telah dapat diatasi
dengan pengungkapan modal intelektual dapat mencegah
kemungkinan terjadinya permasalahan lain dalam teori agensi
seperti yang dinyatakan dalam penelitian Jensen dan Meckling
(1976). Dalam penelitiannya menyatakan permasalahan tersebut
adalah:
a. Moral Hazard, yaitu permasalah yang muncul jika agent tidak
melaksanakan hal-hal yang disepakati bersama dalam kontrak
kerja.
b. Adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana principal tidak
dapat mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh
agent didasarkan pada informasi yang telah diperolehnya, atau
terjadi sebagai kelalaian dalam tugas.
Selain itu Jesen dan Meckling (1976) serta Subramaniam, et
al., (2009) mengungkapkan bahwa selain menggunakan laporan
mengenai modal intelektual, untuk meredam tindakan para agent
yang tidak sesuai dengan kepentingannya, pricipal memiliki dua
cara yaitu:
a. Mengawasi perilaku agent dengan mengadopsi fungsi audit
dan mekanisme corporate governance lain yang dapat
meluruskan kepentingan agent dengan kepentingan principal.
b. Menyediakan insentif kepegawaian yang menarik kepada
agent dan mengadakan struktur reward yang dapat membujuk
15
para agent untuk bertindak sesuai dengan kepentingan terbaik
principal.
2. Stakeholder Theory
Berdasarkan teori stakeholder, menyatakan bahwa semua
stakeholder mempunyai hak untuk memperoleh infomrasi
mengenai aktifitas perusahaan yang mempengaruhi mereka. Teori
stakeholder menekankan akuntabilitas organisasi jauh melebihi
kinerja keuangan atau ekonomi sederhana. Teori ini juga
menjelaskan bahwa organisasi akan memilih secara sukarela
(voluntary) mengungkapkan informasi tentang kinerja lingkungan,
sosial, dan intelektual mereka melebihi permintaan wajibnya untuk
memenuhi ekspektasi sesungguhnya yang diakui oleh stakeholder.
Salah satu cara memuaskan stakeholder dapat berupa
pengungkapan informasi-informasi sukarela (voluntry disclosure)
yang dibutuhkan stakeholder (Deegan dalam Widarjo, 2011).
Menurut Ulum et al., 2008 teori stakeholder lebih
mempertimbangkan posisi para stakeholder yang dianggap
powerfull. Kelompok stakeholder inilah yang menjadi
pertimbangan utama bagi perusahaan dalam mengungkapakan atau
tidak mengungkapkan suatu informasi di dalam suatu laporan
keuangan. Teori stakeholder ini membantu manajer korporasi
mengerti lingkungan stakeholder dan melakukan pengelolaan
16
dengan lebih efektif diantara keberadaan hubungan-hubungan di
lingkungan suatu perusahaan. Tujan dari teori ini adalah untuk
mendorong manajer korporasi dalam meningkatkan nilai dari
dampak aktivitas-aktivitas perusaannya dan meminimalisir
kerugian bagi stakeholder menjalankan hubungan dalam
perusahaan.
Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, atau
komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara
parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap
perusahaan. Individu, kelompok, maupun komunitas dan
masyarakat dapat dikatakan sebagai stakeholder jika memiliki
birokrasi yang mengatur jalannya perusahaan dalam sebuah negara
yang harus ditaati oleh perusahaan melalui kepatuhan terhadap
peraturan pemerintah menjadikannya terciptanya sebuah hubungan
antara perusahaan dengan pemerintah (Istansi, 2009).
Berdasarkan teori stakeholder, manajemen perusahaan
diharapkan untuk melakukan aktivitas sesuai dengan yang
diharapkan stakeholder dan melaporkannya kepada stakeholder
(Guthrie, et al., 2000). Teori ini memandang perusahaan bukan
sebagai suatu mekanisme untuk meningkatkan keuntungan
financial stakeholder dan sebagai buah wahana untuk
mengkoordinasikan kepentingan stakeholder serta melihat
manajemen yang mempunyai hubungan fiduciacy (gadai) tidak
17
hanya dengan sebagai stakeholder tetapi dengan seluruh
stakeholder (Boedi, 2008). Sedangkan menurut Nugroho, 2011,
teori stakeholder menganggap akuntabilitas organisasi disebabkan
oleh organisasi yang memperluas di luar kinerja ekonomi aau
keuangan mereka, ini menyarankan bahwa mereka akan memilih
untuk mengungkapkan informasi secara sukarela tentang kinerja
intelektual, sosial dan lingkungan mereka, melebihi dan di atas
persyaratan wajib.
Teori stakeholder sangat mendasari dalam praktek
pengungkapan modal intelektual, karena adanya hubungan antara
manajemen perusahaan dengan stakeholder. Hubungan tersebut
diwujudkan di dalam dua cara pelaporan yaitu pelaporan secara
mandatory disclosure dan voluntary disclosure. Secara mandatory
disclosure yaitu manajemen melakukan pengungkapan laporan
keuangan terkait aktivitas perusahaan yang dianggap penting dalam
meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan voluntary disclosure
manajemen melakukan pengungkapan sukarela yang dibutuhkan
pada stakeholder berupa pengungkapan modal intelektual.
3. Definisi Modal Intelektual
Hingga saat ini definisi modal intelektual seringkali dimaknai
secara berbeda. Sebagai sebuah konsep, modal intelektual merujuk
pada modal-modal non fisik atau modal tidak berwujud (intangible
18
assets) atau tidak kasat mata (invisible) yang terkait dengan
pengetahuan dan pengalaman manusia serta teknologi yang
digunakan (Istanti, 2009). Di samping itu, modal intelektual
seringkali dianggap sebagai nilai misterius (mysterious value) yang
terletak di antara nilai buku (book value) dan nilai pasar
perusahaan. (Purnomosidhi, 2006).
Modal intelektual dapat didefinisikan sebagai aktiva tidak
berwujud, termasuk di dalamnya adalah pengetahuan, pengalaman,
dan informasi yang potensial digunakan oleh karyawan untuk
meningkatkan keunggulan kompetitif melalui strategi-strategi yang
dapat menciptakan nilai ekonomi bagi perusahaan. Salah satu
definisi modal intelektual yang komprehensif adalah yang
dipaparkan oleh CIMA (2001), diungkapkan bahwa modal
intelektual merupakan pengetahuan dan pengalaman, kemampuan
profesional, hubungan dan kerjasama yang baik, serta kapasitas
kemampuan teknologi. Penerapan modal intelektual akan
memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan.
Banyak praktisi yang menyatakan bahwa Intellectual Capital
terdiri dari tiga elemen utama (Stewart, 1998; Sveiby, 1997; Saint-
Onge, 1996; Bontis, 2000 dalam Sawarjuwono 2003) yaitu:
a. Human Capital (Modal Manusia)
Human Capital merupakan lifeblood dalam modal
intelektual. Disinilah sumber innovation dan improvement,
19
tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur. Human
capital juga merupakan tempat bersumbernya pengetahuan
yang sangat berguna, keterampilan, dan kompetensi dalam
suatu organisasi atau perusahaan. Human capital
mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk
menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut.
Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu
menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya.
b. Structural Capital atau Organizational Capital (Modal
Organisasi)
Structural Capital merupakan kemampuan organisasi
atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan
dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan untuk
menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja
bisnis secara keseluruhan, misalnya: sistem operasional
perusahaan, proses manufacturing, budaya organisasi, filosofi
manajemen dan semua bentuk intellectual property yang
dimiliki perusahaan. Seorang individu dapat memiliki tingkat
intelektualitas yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki
sistem dan prosedur yang buruk maka intellectual capital tidak
20
dapat mencapai kinerja secara optimal dan potensi yang ada
tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.
c. Relational Capital
Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang
memberikan nilai secara nyata. Relational Capital merupakan
hubungan yang harmonis/association network yang dimiliki
oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal dari
para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari
pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan
perusahaan yang bersangkutan, berasal dari hubungan
perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat
sekitar.
Relational Capital dapat muncul dari berbagai bagian
diluar lingkungan perusahaan yang dapat menambah nilai bagi
perusahaan tersebut. Edvinsson seperti yang dikutip oleh
Brinker (2000) dalam Sawarjuwono (2003) menyarankan
pengukuran beberapa hal berikut ini yang terdapat dalam
modal pelanggan, yaitu:
1) Customer Profile
Siapa pelanggan-pelanggan kita, dan bagaimana mereka
berbeda dari pelanggan yang dimilki oleh pesaing. Hal
potensial apa yang kita miliki untuk meningkatkan
21
loyalitas, mendapatkan pelanggan baru, dan mengambil
pelanggan dan pesaing.
2) Costumer Duration
Seberapa sering pelanggan kita berbalik kepada kita? Apa
yang kita ketahui tentang bagaimana dan kapan pelanggan
akan menjadi pelanggan yang loyal? Serta seberapa sering
frekuensi komunikasi kita dengan pelanggan.
3) Costumer Role
Bagaimana kita mengikutsertakan pelanggan ke dalam
desain produk, produksi, dan pelayanan.
4) Costumer Support
Program apa yang digunakan untuk mengetahui kepuasan
pelanggan
5) Customer Success
Berapa besar rata-rata setahun pembelian yang dilakukan
oleh pelanggan.
Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa modal
intelektual merupakan suatu konsep yang dapat memberikan
sumberdaya berbasis pengetahuan baru dan mendeskripsikan aktiva
tak berwujud yang jika digunakan secara optimal memungkinkan
perusahaan untuk menjalankasn strateginya dengan efektif dan
efisien. Dengan demikian modal intelektual merupakan
pengetahuan yang memberikan informasi tentang nilai tak
22
berwujud perusahaan yang dapat mempengaruhi daya tahan dan
keunggulan bersaing.
Organization for Economic Co-operation and Development
((OECD), 1999) mendefinisikan modal intelektual sebagai nilai
ekonomik dari dua kategori intangibles assets perusahaan: (1)
organizational (structural) capital; dan (2) human capital.
Structural capital meliputi proprietary software system,
distribution networks, dan supply chains, sedangkan human capital
mencakup human resources baik dalam perusahaan maupun di luar
perusahaan, seperti customers dan suppliers. Berdasarkan definisi
OECD tersebut, modal intelektual merupakan bagian (subset) dari
intangible assets secara keseluruhan karena ada unsur yang bersifat
intangible secara logis bukan merupakan bagian dari modal
intelektual, misalnya reputasi, yang merupakan hasil dari
penggunaan modal intelektual.
Guthrie et al., (2004) mengemukakan teori-teori riset
(research theories) yang dapat digunakan untuk menjelaskan
kecenderungan pengungkapan modal intelektual, yaitu stakeholder
theory dan legitimacy theory yang menggunakan content analysis
sebagai suatu pendekatan dalam pengumpulan dan analisis data.
Stakeholder theory mengemukakan bahwa manajemen perusahaan
diharapkan melakukan aktivitas-aktivitas yang diharapkan para
stakeholders dan melaporkan aktivitas-aktivitas tersebut kepada
23
mereka. Stakeholders memiliki hak untuk diberi informasi
bagaimana dampak aktivitas perusahaan bagi mereka meskipun
mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut, atau
tidak dapat memainkan peran kontruktif dalam kelangsungan hidup
perusahaan. Selain itu, teori ini menganggap bahwa akuntabilitas
organisasional tidak hanya terbatas pada kinerja ekonomi atau
keuangan saja sehingga perusahaan perlu melakukan
pengungkapan tentang modal intelektual dan informasi lainnya
melebihi dari yang diharuskan (mandatory) oleh badan yang
berwenang.
Legitimacy theory mengemukakan bahwa perusahaan
berusaha memastikan bahwa kegiatan operasinya masih dalam
batas-batas ikatan dan norma masyarakat tempat perusahaan
bekerja. Dengan demikian, perusahaan akan melaporkan dengan
suka rela aktivitas tertentu yang dilakukan jika manajemen
mengang-gap aktivitas tersebut menjadi perhatian masyarakat di
sekitarnya. Legitimacy theory didasarkan pada suatu gagasan
bahwa terdapat suatu kontrak sosial antara perusahaan dengan
masyarakat di sekitarnya. Kontrak sosial tersebut menggambarkan
setumpuk harapan masyarakat tentang bagaimana seharusnya
perusahaan beroperasi. Harapan-harapan tersebut tidak bersifat
tetap dan selalu berubah setiap saat sehingga menuntut perusahaan
untuk selalu tanggap terhadap lingkungan tempat perusahaan
24
beroperasi. Oleh karena itu, perusahaan harus selalu beroperasi
dengan cara-cara yang konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku di
lingkungannya. Untuk itu, perusahaan perlu melakukan komunikasi
secara tertulis melalui laporan-laporan telah yang disiapkan.
Legitimacy theory sangat erat hubungannya dengan pelaporan
modal intelektual dan penggunaan metode content analysis untuk
mengukur keluasan pelaporan modal intelektual.
Perusahaan akan melaporkan modal intelektual jika
manajemen merasa perlu melakukannya karena tidak dapat
meligitimasi statusnya melalui aktiva berwujud (hard assets) yang
dikenal sebagai suatu simbol keberhasilan perusahaan. Keluasan
pelaporan modal intelektual paling baik diukur dengan
menggunakan content analysis. Dengan demikian, antara
legitimacy theory, modal intelektual, dan content analysis saling
berkaitan (intertwined). (Purnomosidhi, 2006).
4. Pengungkapan Modal Intelektual
Perubahan lingkungan bisnis yang semakin pesat
memberikan banyak pengaruh dalam pelaporan keuangan
perusahaan, terutama dalam hal penyajian dan penilaian aset tidak
berwujud. Agency theory, mungkin merupakan pusat teori bagi
semua teori akuntansi, yang menjelaskan bahwa separasi
kepemilikan dan pengendalian perusahaan menciptakan suatu
25
moral hazard, dimana manager sebagai agen untuk pemilik
pemegang saham, bertindak atas nama kepentingan diri ekonomi
mereka sendiri (Jensen dan Meckling, 1976).
Pernyataan AICPA 1994 yang dikutip oleh Purnomosidhi
(2006), mengajukan suatu framework untuk kepentingan
pengungkapan sukarela berdasarkan informasi yang dibutuhkan
informasi dan kreditur, yaitu:
a. Data keuangan dan non keuangan.
b. Analisis data keuangandan data non keuangan.
c. Informasi yang berorientasi pada masa depan
d. Informasi tentang manajer dan pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan.
e. Latar belakang perusahaan
Sawarjuwono (2003) menyatakan Badan akuntansi
internasional seperti International Federation of Accountants
(IFAC), International Accounting Standards Committee
(IASC), Society of Management Accountants of Canada
(SMAC) juga sedang melakukan pengujian terhadap kerangka
kerja pengelolaan dan pelaporan modal intelektual perusahaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan porsi pengungkapan setiap
elemen modal intelektual, dimana 30% indikator digunakan
untuk mengungkapkan human capital, 30% organizational
capital (internal structure) dan 40% customer capital (external
26
structure). Disamping hal-hal diatas, riset Guthrie et al. (2000)
menunjukkan bahwa:
1) Pengungkapan modal intelektual lebih banyak (95%)
disajikan secara terpisah dan tidak ada yang disajikan
dalam angka atau kuantitatif. Hal ini mendukung
pandangan yang selama ini kuat yaitu aktiva tidak
terwujud atau modal intelektual sulit untuk
dikuantifikasikan.
2) Pengungkapan mengenai modal eksternal lebih banyak
dilakukan oleh perusahaan. Tidak terdapat pola tertentu
dalam laporan-laporan tersebut. Hal-hal yang banyak
diungkapkan menyebar diantara ketiga elemen modal
intelektual.
3) Pelaporan dan pengungkapan modal intelektual dilakukan
masih secara sebagian dan belum menyeluruh.
4) Secara keseluruhan perusahaan menekankan bahwa modal
intelektual merupakan hal penting untuk menuju sukses
dalam menghadapi persaingan masa depan. Namun hal itu
belum dapat diterjemahkan dalam suatu pesan yang solid
dan koheren dalam laporan tahunan.
Pada penelitian ini pengungkapan modal intelektual
digunakan sebagai variabel dependen yang menjadi pusat perhatian
penelitian. Sedangkan karakteristik perusahaan yang
27
mempengaruhi pengungkapan modal intelektual yang digunakan
sebagai variabel independen adalah nilai perusahaan, ukuran
perusahaan, umur perusahaan, dan profitabilitas perusahaan. Index
Pengungkapan modal intelektual menyimpulkan pengungkapan
perusahaan pada 6 area, yaitu karyawan, pelanggan, teknologi
informasi, pemrosesan, pengembangan riset dan statemen strategis.
Dengan adanya perubahan global pada laporan lingkungan, para
manajer diharapkan lebih memahami dan dapat menunjukkan
konsekuensi ekonomi yang penting untuk membuat pengungkapan
modal intelektual perusahaan. Jensen dan Meckling (1976)
menyatakan bahwa biaya keagenan ditimbulkan oleh para manajer,
sehingga mereka termotivasi untuk menyediakan informasi secara
sukarela untuk mengurangi biaya keagenan tersebut.
Sawarjuwono (2003) menyatakan bahwa dalam hal
pengukuran, ada banyak konsep pengukuran modal intelektual
yang dikembangkan oleh para peneliti saat ini. Namun secara
umum metode yang dikembangkan tersebut dapat dikelompokkan
kedalam dua kelompok, yaitu: pengukuran non monetary (non
financial) dan pengukuran monetary (financial). Model-model
pengukuran yang dikembangkan masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan.
28
5. Nilai Perusahaan
Menurut Hasan (2000) yang dimaksud dengan nilai
perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon
pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Apabila, perusahaan
menawarkan saham ke publik maka nilai perusahaan akan
tercermin pada harga sahamnya. Jadi, dengan meningkatnya harga
saham atau sudah barang tentu seorang pemegang saham akan
menjadi lebih kaya atau lebih makmur. Cahyadi (2012).
Nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya
(Fama, 1978). Dalam penelitiannya, Jensen (2001), menjelaskan
bahwa untuk memaksimumkan nilai perusahaan tidak hanya nilai
ekuitas saja yang harus diperhatikan, tetapi juga semua klaim
kuangan seperti hutang, warran, maupun saham preferen.
Optimalisasi nilai perusahaan yang merupakan tujuan perusahaan
dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan,
dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi
keputusan keuangan lainnnya dan berdampak pada nilai perusahaan
(Fama dan French, 1998 dalam Wahyuni Untung, 2006). Nilai
perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham,
sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Pengeluaran
investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan
perusahaan di masa yang akan datang, sehiingga meningkatkan
harga saham sebagai indikator nilai perusahaan (signaling theory).
29
6. Ukuran Perusahaan
Purnomosidhi (2006) menyatakan ukuran perusahaan
digunakan sebagai variabel independen dengan asumsi bahwa
perusahaan yang lebih besar melakukan aktivitas yang lebih besar
melakukan aktivitas yang lebih banyak dan biasanya memiliki
banyak unit usaha dan memiliki potensi penciptaan nilai jangka
panjang. Perusahaan besar lebih sering diawasi oleh kelompok
stakeholder yang berkepentingan dengan bagaimana manajemen
mengelola modal intelektual yang dimiliki, seperti pekerja,
pelanggan dan organisasi pekerja.
Menurut Miswanto et al. (1999), ukuran perusahaan
dapat diukur menggunakan total assets, penjualan atau ekuitas.
Jika jumlah aset, penjualan atau ekuitas tersebut besar, maka
logaritma terhadap jumlah tersebut digunakan untuk tujuan
penelitian. Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat
diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara,
antara lain: total aktiva, jumlah tenaga kerja, log size, nilai
pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan
hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large
firm), perusahaan menengah (medium-size) dan perusahaan kecil
(small firm).
30
Menurut definisi diatas bahwa ukuran perusahaan merupakan
gambaran besar kecilnya perusahaan yang ditunjukan berdasarkan
total aset yang dimiliki perusahaan.
7. Umur Perusahaan
Yularto et al (2003) dalam Istianti (2009) menyatakan bahwa
umur perusahaan menunjukkan perusahaan tetap eksis, mampu
bersaing dan memanfaatkan peluang bisnis dalam suatu
perekonomian. Dengan mengetahui umur perusahaan, maka akan
diketahui pula sejauh mana perusahaan tersebutdapat survive.
Semakin panjang umur perusahaan akan memberikan
pengungkapan informasi keuangan yang lebih luas dibanding
perusahaan lain yang umurnya lebih pendek dengan alasan
perusahaan tersebut memiliki pengalaman lebih dalam
pengungkapan laporan tahunan.
Menurut definisi diatas bahwa umur perusahaan
menunjukkan kemampuan perusahaan dapat bertahan hidup dan
menjalankan operasionalnya. Dalam kondisi normal, perusahaan
yang telah lama berdiri akan mempunyai publikasi perusahaan
yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang masih
baru.
31
8. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal
saham tertentu (Hanafi dan Halim, 2003). Sedangkan menurut
Michelle dan Megawati (2005) profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit) yang akan
menjadi dasar pembagian dividen perusahaan.
Tingkat profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan
Return on Equity (ROE). ROE merupakan rasio yang baisa
digunakan untuk mengukur dan membandingkan kinerja
profitabilitas menilai kinerja perusahaan. ROE menunjukkan
kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola modal yang
tersedia untuk mendapatkan net income (Mudrajad dan Suharjono,
2001).
Menurut Brigham (1993) profitabilitas adalah hasil bersih
dari sejumlah besar kebijakan dan keputusan, rasio yang diperiksa
sejauh ini mengungkapkan hal menarik tentang kecondongan
operasi perusahaan, namun rasio profitabilitas menunjukkan objek
gabungan dari likuiditas, manajemen aset, dan manajemen hutang
dalam banyak operasi.
B. Keterkaitan Antar Variabel
1. Nilai Perusahaan dan Pengungkapan Modal Intelektual
32
Modal intelektual menjadi aset yang sangat bernilai dalam
dunia bisnis modern. Hal ini menimbulkan tantangan bagi para
akuntan untuk mengidentifikasi, mengukur, dan
mengungkapkannya dalam laporan keuangan. Seperti yang
diungkapkan oleh Pulic (1998; 1999; 2000) tidak mengukur secara
langsung IC perusahaan, tetapi mengajukan suatu ukuran untuk
menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan
intelektual perusahaan (Value Added Intellectual Coefficient –
VAIC).
Menurut Pulic (1998), tujuan utama dari ekonomi yang
berbasis pengetahuan adalah untuk menciptakan Value Added.
Sedangkan untuk dapat menciptakan Value Added dibutuhkan
ukuran yang tepat tentang Physical Capital (yaitu dana-dana
keuangan) dan Intellectual Capital. Lebih lanjut Pulic (1998)
menyatakan bahwa Intellectual Ability (VAIC) menunjukkan
sejauh mana kedua sumber daya tersebut (Physical Capital dan
Intellectual Capital) telah dimanfaatkan secara efisien oleh
perusahaan.
2. Ukuran Perusahaan dan Pengungkapan Modal Intelektual
Freedman et al. (2005) dalam Suhardjanto et al (2010)
menemukan bahwa semakin besar perusahaan akan semakin
banyak aktivitas dan semakin tinggi tingkat pelaporan termasuk
33
pengungkapan modal intelektual. Semakin besar perusahaan
semakin besar pula perhatian atau sorotan stakeholder, oleh karena
itu perusahaan akan semakin banyak melaporkan informasi
pengungkapan modal intelektual.
Purnomosidhi (2006) menyatakan bahwa asumsi utama yang
melandasi digunakannya variabel ini dalam model adalah bahwa
perusahaan-perusahaan yang lebih besar melakukan aktivitas yang
lebih banyak, dan biasanya memiliki berbagai macam unit usaha
yang masing-masing memiliki critical success factors dan potensi
penciptaan nilai jangka panjang yang berbeda. Artinya, semakin
banyak informasi yang perlu diungkapkan untuk memberi
gambaran yang lengkap suatu perusahaan kepada para
stakeholders-nya. Di samping itu, size juga merupakan variabel
penting dalam menjelaskan variasi pengungkapan informasi karena
adanya kebutuhan untuk memperoleh dana dengan biaya yang
paling rendah, tekanan dari shareholders dan para analis investasi
untuk melakukan pengungkapan yang lebih banyak, pemantauan
yang lebih ketat dari pihak penguasa (regulatory authorities),
kerumitan struktur bisnis, dan permintaan yang lebih besar untuk
menyediakan informasi kepada berbagai kelompok pemakai
(Haniffa et al, 2002).
Penelitian yang dilakukan White et al (2007) menunjukan
adanya hubungan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan
34
modal intelektual. Hasil yang sama juga terdapat pada penelitian
Singh et al dalam White et al (2007). Penelitian Istanti (2009) juga
menyebutkan adanya hubungan antara ukuran perusahaan dengan
pengungkapan modal intelektual. Hal sebaliknya dikemukakan oleh
Purnomosidhi (2006) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh
antara ukuran perusahaan terhadap pengungkapan modal
intelektual.
3. Umur Perusahaan dan Pengungkapan Modal Intelektual
Penelitian White et al. (2007) menjelaskan bahwa terdapat
hubungan antara umur perusahaan dengan pengungkapan modal
intelektual. Namun Suhardjanto et al (2010) menyatakan hal
sebaliknya, bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan modal intelektual. Hasil yang sama juga terdapat
pada penelitian Istanti (2009) yang menyatakan bahwa umur
perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan modal
intelektual.
Suhardjanto (2010) menyatakan bahwa Perusahaan yang
umur listingnya muda berupaya untuk mendapatkan tambahan
modal dengan semakin banyak mengungkapkan informasi
perusahaan termasuk pengungkapan modal intelektual
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih lama listing di bursa
efek. Dengan semakin banyak informasi yang diungkapkan,
35
diharapkan akan semakin tinggi tingkat kepercayaan investor.
Perusahaan muda memiliki keinginan yang lebih besar untuk
mengurangi skeptisme dan meningkatkan kepercayaan investor
(Haniffa et al, 2002).
4. Profitabilitas dan Pengungkapan Modal Intelektual
Perusahaan yang memiliki kemampuan kinerja kuangan yang
baik dan profitabilitas yang positif, akan semakin terbuka dalam
memberikan informasi laporan keuanan maupun IC dalam laporan
keuangan tahunannya, seperti yang ditunjukkan dalam penelitian
Ulum (2011) membuktikan bahwa keberadaan profit center
berpengaruh terhadap pengungkapan IC pada official website.
Penelitian Ulum (2011) didukung penelitian Suhardjanto, dkk.,
(2010) yang menyatakan profitabilitas berpengaruh terhadap
pengungkapan intellectual capital. Namun penelitian Yau, et al.,
(2009) dalam Rezki (2012) menemukan bahwa profitabilitas tidak
berpengaruh terhadap luas pengungkapan modal intelektual.
Selain itu dalam Purnomoshidi (2004) menyebutkan bahwa
penelitian-penelitian yang menggunakan variabel profitabilitas
sebagai determinan terhadap praktik prngungkapan belum mampu
menghasilkan suatu simpulan yang konslusif. Hannifa dan Cooke
(2002) dan Khanna et al., (2004) menemukan pengaruh dan
hubungan antara profitabilitas dengan praktik pengungkapan.
36
5. Nilai Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan,
Profitabilitas, dan Pengungkapan Modal Intelektual
White et al., (2007) menemukan bahwa ukuran perusahaan
dan umur perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap
pengugkapan modal intelektual. Penemuan White (2007) tersebut
didukung oleh hasil penelitan Istanti (2009) yang dalam
penelitiannya menemukan bahwa ukuran perusahaan, umur
perusahaan, serta nilai perusahaan berpengaruh secara simultan
terhadap pengungkapan modal intelektual. Kemudian dalam
penelitian lain, seperti yang dilakukan oleh Li et al., (2008) dan
Artinawati (2009) ditemukan bahwa profitabilitas berpengaruh
terhahap pengungkapan modal intelektual, dimana semakin tinggi
profitabilitas perusahaan maka perusahaan akan mengungkapkan
lebih banyak informasi tentang modal intelektual.
Bedasarkan penelitian yang dilakukan oleh White et al
(2007), Istanti (2009), Li et al (2008), dan Artinawati (2009), dapat
disimpulkan bahwa secara simultan nilai perusahaan, ukuran
perusahaan, umur perusahaan, dan profitabilitas berpengaruh
terhadap pengungkapan modal intelektual.
C. Penelitian terdahulu
Berikut ini akan dipaparkan mengenai penelitian yang dilakukan
terkait dengan Pengaruh Nilai Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Umur
37
Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Pengungkapan modal
intelektual. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.1 di halaman
selanjutnya.
38
Tabel 2.1.
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Pengaruh Nilai Perusahaan (X1), Ukuran Perusahaan (X2), Umur Perusahaan (X3), dan Profitabilitas Perusahaan (X4)
terhadap Pengungkapan Modal Intelektual (Y)
No Peneliti, Judul,
Tahun Metode Penelitian Hasil
Variabel
X1 X2 X3 X4 Y
1 Adi Putra Setianto dan
Agus Purwanto,
Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi
Pengungkapan Modal
Intelektual (studi
Empiris pada
Perusahaan yang
terdaftar di “Index
Kompas 100”, 2014
Sampel: 48 Perusahaan
periode 2010-2012
Metode Analisis: Regresi
Berganda
Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa
ukuran perusahaan terbukti secara
signifikan berpengaruh terhadap
pengungkapan modal intelektual.
Sedangkan 38variable profitabilitas tidak
terbukti berpengaruh terhadap
pengungkapan modal intelektual.
√ √ √ √
2 I Gede Cahyadi Putra,
Pengaruh Modal
Intelektual Pada Nilai
Perusahaan Perbankan
Yang Go Public di
Bursa Efek Indonesia,
2012
Sampel: 25 perusahaan
perbankan periode 2008-
2010.
Metode Analisis: Regresis
Berganda
Hasil analisis menunjukkan bahwa modal
intelektual berpegaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
√ √ √
39
3 Setyarini Santoso,
Pengaruh Modal
Intelektual dan
Pengungkapannya
Terhadap Kinerja
Perusahaan, 2012
Sampel: 31 perusahaan
periode 2006-2008
Metode Analisis: Regresi
Berganda
Modal Intelektual tidak berpengaruh
terhadap kinerja perusahaan di Indonesia.
Perusahaan di Indonesia masih
mengandalkan peningkatan value added-nya
melalui efisiensi modal fisik dan bukan
modal intelektual.
√
4 Ahmadi Nugroho,
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Intellectual Capital
Disclosur, 2012
Sampel: 68 Perusahaan
pada periode 2010
Metode Analisis: Regresi
Berganda
Hasil penelitian ini menunjukkan secara
parsial variabel ukuran perusahaan tidak
mempengaruhi pengungkapan modal
intelektual. Umur perusahaan tidak
mempengaruhi pengungkapan modal
intelektual. Pengujian simultan juga tidak
menunjukkan variabel yang digunakan
dalam penelitian tidak mempengaruhi
modal intelektual.
√ √ √
5 Yuniasih Ni Wayan,
et al, Eksplorasi
Kinerja Pasar
Perusahaan: Kajian
Berdasarkan Modal
Intelektual, 2010
Sampel: 205 Perusahaan
pperiode 2004-2008
Metode Analisis: Regresi
Berganda
Hasilnya mungkin merupakan indikasi
bahwa pasar tidak mampu untuk menilai
nilai modal intelektual perusahaan karena
tidak memiliki ukuran standar dan
pengungkapan kuantitatif terbatas mengenai
modal intelektual.
√ √ √
40
6 Wahyu Widarjo,
Pengaruh Modal
Intelektual dan
Pengungkapan Modal
Intelektual, 2011
Sampel: 31 Perusahaan
pada pada periode 1997-
2000
Metode Analisis: Regresi
Berganda
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yg
mempengaruhi pengungkapan modal
intelektual positif terhadap nilai perusahaan.
Hal ini merupakan indikasi bajwa
pengungkapan modal intelektual akan
mengurangi asimetri informasi sehingga
membantu investor dalam penilaian kinerja
perusahaan dan dapat melakukan analisis
yang benar mengenai prospek perusahaan di
masa depan.
√ √ √
7 White et al, Drivers of
Voluntary Intellectual
Capital Disclousure in
Listed Bio Technology
Companies, 2007
Sampel: 96 perusahaan
pada periode 2005
Metode Analisis: Regresi
Berganda
Leverage, komisaris independen, umur
perusahaan, ukuran perusahaan berpengaruh
secara signifikan terhadap pengungkapan
modal intelektual. Sedangkan konsentrasi
kepemilikan tidak berpengaruh secara
signifikan.
√ √ √
Sumber: Diolah dari beberapa penelitian sebelumnya
41
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, gambar berikut merupakan
kerangka pemikiran penelitian ini. Kerangka pemikiran mengenai
hubungan antara Nilai Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Umur
Perusahaan, dan Profitabilitas yang merupakan variabel independen (X)
serta Pengungkapan Modal Intelektual sebagai variabel dependen (Y).
Gambar 2.1 Bagan Kerangka pemikiran
“Pengaruh Nilai Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, dan
Profitabilitas Perusahaan Terhadap Pengungkapan Modal Intelektual Pada
Industri Keuangan Sub Sektor Perbankan yang Terdaftar Di BEI”
Laporan Keuangan Perusahan Perbankan
Nilai Perusahaan (X1)
Ukuran Perusahaan (X2)
Profitabilitas (X4)
Umur perusahaan (X3)
Pengungkapan Modal
Intelektual (Y)
Uji Model regresi
Uji Asumsi Klasik
1. Normalitas
2. Multikolorieritas
3. Autokorelasi
4. Heterokedastisitas
1. Uji R2
2. Uji F
3. Uji T
Kesimpulan dan Saran
42
E. Hipotesis
Dari beberapa penelitian sebelumnya dan berdasarkan teori yang
digunakan maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Pengaruh Nilai Perusahaan terhadap Pengungkapan Modal
Intelektual
Pada penelitiannya, Chen et al., (2005), menyebutkan
terdapat hubungan antara nilai perusahaan dengan modal
intelektual. Chen (2005) menyatakan bahwa investor cenderung
akan membayar lebih tinggi atas saham perusahaan yang memiliki
sumber daya intelektual yang lebih dibandingkan perusahaan
dengan daya intelektual lebih rendah. Harga yang dibayar oleh
investor tersebut mencerminkan nilai perusahaan. Hasil penelitian
Chen (2005) didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh
Firer dan Williams (2003) dan Tan et al., (2007) yang telah
membuktikan secara empiris bahwa modal intelektual memiliki
hubungan terhadap kinerja keuangan perusahaan dan nilai pasar.
Dengan demikian dapat ditarik hipotesis:
Ha1: Nilai perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan modal
intelektual.
2. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan Modal
Intelektual
43
Penelitian White et al., (2007) menunjukkan adanya
hubungan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan modal
intelektual. Hasil yang sama juga terdapat pada penelitian Signh et
al (dalam White et al, 2007) yang meneliti adanya pengaruh ukuran
perusahaan pada pengungkapan modal intelektual di perusahaan
gas dan minyak Australia. Penelitian Joia (2000) juga menyebutkan
adanya hubungan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan
modal intelektual. Ukuran perusahaan dalam berbagai penelitian
terbukti merupakan faktor berpengaruh dalam menjelaskan tingkat
pengungkapan informasi di sejumlah negara. Berdasarkan hasil-
hasil penelitian di atas dapat ditarik hipotesis penelitian ini adalah:
Ha2: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan
modal intelektual.
3. Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Pengungkapan Modal
Intelektual
Umur perusahaan diperkirakan memiliki hubungan terhadap
kualitas pengungkapan informasi perusahaan. Alasan yang
mendasarinya adalah perusahaan yang berumur lebih tua memiliki
pengalaman yang lebih banyak dala mempublikasikan laporan
keuangannya. Perusahaan yang memiliki pengalaman lebih banyak
akan lebih mengetahui kebutuhan akan informasi perusahaan.
Penelitian White et al., (2007) menjelaskan bahwa terdapat
44
hubungan antara umur perusahaan dengan pengungkapan modal
intelektual. Hipotesis yang dapat disimpulkan adalah:
Ha3: Umur perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan modal
intelektual
4. Pengaruh Profitabilitas terhadap Pengungkapan Modal Intelektual
Profitabilitas diduga dapat mempengaruhi pengungkapan
modal intelektual suatu perusahaan. seperti yang ditunjukkan dalam
penelitian Ulum (2011) disebutkan bahwa perusahaan yang
memiliki kemampuan kinerja keuangan yang baik dan profitabilitas
yang positif, akan semakin terbuka dalam memberikan informasi
laporan keuangan maupun modal intelektual dalam laporan
tahunannya. Dalam penelitiannya Ulum (2011) membuktikan
bahwa keberadaan profit center berpengaruh terhadap
pengungkapan modal intelektual pada official website. Dalam
penelitian Suharjanto, dkk (2010) juga menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan modal
intelektual. Hipotesis yang dapat disumpulkan adalah:
Ha4: Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan modal
intelektual.
5. Pengaruh Nilai Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan,
dan Profitabilitas terhadap Pengungkapan Modal Intelektual
45
Menurut Istanti (2009) dalam penelitiannya yang berjudul
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Modal
Intelektual” menemukan bahwa nilai perusahaan, ukuran
perusahaan, dan umur perusahaan berpengaruh secara simultan
terhadap pengungkapan modal intelektual. Hal yang serupa juga
ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh White et al.,
(2007) dengan judul “Drivers of Voluntary Intellectual Capital
Disclosure” yang menyebutkan bahwa ukuran perusahaan dan
umur perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap
pengungkapan modal intelektual.
Li et al, (2008) dalam penelitiannya mengungkapkan
berdasarkan teori sinyal, perusahaan yang memiliki profitabilitas
yang tinggi dapat menggunakan pengungkapan modal intelektual
untuk membedakan dengan perusahaan lain yang kurang
menguntungkan. Dengan demikian, semakin tinggi profitabilitas
perusahaan maka perusahaan akan mengungkapkan lebih banyak
informasi tentang modal intelektual. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Artinawati (2009) yang menemukan
bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan modal
intelektual.
Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
46
Ha5: Nilai perusahaan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan
profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan modal
intelektual.
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas
yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu
nilai perusahaan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan
profitabilitas perusahaan terhadap variabel dependen, yaitu
pengungkapan modal intelektual. Populasi penelitian ini adalah industri
keuangan sub-sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tahun 2011-2014.
Peneliti menggunakan populasi perusahaan perbankan karena
masih terbatasnya penelitian dengan populasi perusahaan perbankan,
kebanyakan penelitian sebelumnya mengenai intellectual capital masih
terkonsentrasi pada perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur
dan perusahaan nonkeuangan. Alasan lainnya sektor perbankan adalah
area yang menarik dan ideal untuk penelitian modal intelektual karena
sektor perbankan merupakan sektor yang paling intensif modal
intelektualnya dalam pelaksanaan bisnisnya. Secara keseluruhan
karyawan di sektor perbankan lebih homogen dibanding sektor ekonomi
lainnya. (Mavridis, 2004)
48
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala
sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Jadi populasi bukan
hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga
bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karakteristik yang dimiliki oleh subjek atau
objek itu (Djatmiko, 2010).
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut atau sebagian dari elemen-elemen
populasi. Sampel pada penelitian ini adalah perusahan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011-
2013. Metode yang digunakan peneliti dalam pemilihan sampel
penelitian adalah pemilihan sampel bertujuan (purposive
sampling), dengan kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2011-2014.
b. Perusahaan tersebut sudah terdaftar di BEI sebelum 1 Januari
2011
c. Perusahaan yang tidak delisting atau keluar dari BEI selama
periode pengamatan.
49
d. Menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor
independen dari tahun 2011-2014.
e. Memiliki data perusahaan yang lengkap berupa annual report
sesuai dengan variabel yang akan diteliti.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti
menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian
lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti menggunakan data yang berkaitan dengan masalah
yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan
perangkat lain yang berkaitan dengan judul penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data pada penelitian ini diperoleh melalui data sekunder.
Data sekunder merupakan yaitu dari pihak kedua (BEI). Dengan
subjek penelitian adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di
BEI selama periode 2011-2014.
D. Metode Analisis Data
Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis data dan
menguji hipotesis yaitu dengan menggunakan statistik deskriptif, uji
asumsi klasik dan uji hipotesis dengan menggunakan bantuan perangkat
50
lunak Microsoft Excel 2007 dan SPSS (Statistical Package for Social
Sciences) versi 20.0.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness
(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2011).
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini,
maka peneliti melakukan uji multikoloniearitas, uji autokorelasi, uji
heteroskedastisitas dan uji normalitas. Keempat asumsi klasik yang
dianalisa dilakukan dengan menggunakan program SPSS
(Statistical Package for Social Sciences) versi 20.0.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di
dalam model regresi variabel pengganggu atau residual
mempunyai distribusi normal. Uji t dan F mengasumsikan
bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal (Ghozali,
2011).
Untuk mendeteksi uji normalitas yaitu dengan analisis
grafik. Analisis grafik dilakukan dengan melihat grafik
histogram yang membandingkan antara data observasi dengan
51
distribusi yang mendekati distribusi normal. Metode yang lebih
handal adalah dengan melihat Normal Probability Plot (P-P
Plot) yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi
normal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya (Ghozali, 2011).
b. Uji Multikoloniearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah
pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali, 2011).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di
dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan VIF
(Variance Inflation Factor). Kedua ukuran ini menunjukkan
setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Jika nilai tolerance ≤ 0.10 atau
sama dengan VIF ≥ 10, nilai tersebut menunjukkan adanya
multikolonieritas (Ghozali, 2011).
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
52
t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
(Ghozali, 2011).
Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat
menggunakan uji Durbin Watson (DW test), dimana hasil
pengujian ditentukan berdasarkan nilai Durbin-Watsos (DW).
Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi
dengan menggunakan Durbin-Watson adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson (DW)
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi, positif
atau negatif
Tolak
No decision
Tolak
No decision
Tdk ditolak
0 < DW < dL
dL ≤ DW ≤ dU
4 – dL< DW < 4
4 – dU≤ DW ≤ 4 – dL
dU< DW < 4 - dU
Sumber :Ghozali, 2011
Untuk lebih menjelaskan tabel diatas dapat dijelaskan
dengan gambar sebagai berikut:
Gambar 3.1
Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson (DW)
53
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2013)
Uji heteroskedastisitas bisa dilakukan melalui analisis
dengan grafik dan juga uji statistik. Namun analisis dengan
grafik plot memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh
karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Oleh
sebab itu uji statistik lebih dapat menjamin keakuratan hasil.
(Ghozali, 2013). Uji statistik yang digunakan adalah uji
Glejser.
Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut
residual terhadap variabel independen (Gujarati, 2003 dalam
Ghozali, 2013). Jika variabel independen signifikan secara
statistik mempengaruhi varibel dependen, maka ada indikasi
terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2013). Jika probabilitas
signifikansinya di bawah tingkat kepercayaan 0.05 atau 5%
maka terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan jika probabilitas
54
signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 0.05 atau 5% maka
tidak terjadi heteroskedastisitas.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi
berganda. Pada kasus regresi berganda terdapat satu variabel
dependen dan lebih dari satu variabel independen. (Santoso, 2009)
Persamaan regresi berganda dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Keterangan:
Y = Pengungkapan modal intelektual
α = Intercept atau konstanta
β = Koefisien regresi,
X1 = Nilai Perusahaan
X2 = Ukuran Perusaahaan
X3 = Umur Perusahaan
X4 = Profitabilitas Perusahaan
e = Error
Dalam pengujian hipotesis peneliti menggunakan alat analisis
berupa koefisien determinasi, uji statistik F dan uji statistik t.
a. Koefisien determinasi (R2)
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
55
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara
nol dan 1 atau (0 < x < 1). Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variabel-variabel dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Secara umum, koefisien determinasi untuk data silang
(crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar
antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data
runtun waktu (time series) biasanya memiliki nilai koefisien
determinasi yang tinggi. (Ghozali, 2011)
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen atau terikat (Ghozali, 2011).
Menurut Ghozali (2011) kriteria pengambilan keputusan
adalah sebagai berikut:
56
1) Jika nilai F lebih besar daripada 4 pada derajat
Kepercayaan 5%, maka Ho ditolak atau Ha diterima. Hal
ini menyatakan bahwa semua variabel independen secara
serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.
2) Jika nilai F hitung lebih besar daripada F tabel, maka Ho
ditolak atau Ha diterima.
c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik tmenunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas atau independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen. (Ghozali, 2011).
Menurut Ghozali (2011) uji t dapat dilakukan sebagai
berikut:
1) Jika jumlah degree of freedom (df) adalah ≥ 20 pada
derajat kepercayaan sebesar 5% dan nilai t lebih besar
dari 2 (dalam nilai absolut), maka Ho ditolak atau Ha
diterima. Hal ini menyatakan bahwa suatu variabel
independen secara individual mempengaruhi variabel
dependen.
2) Jika nilai statistik t hitung lebih tinggi dibandingkan t
tabel, maka Ho ditolak atau Ha diterima.
57
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Objek penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data-data yang digunakan meliputi
laporan keuangan periode 2011-2013, gambaran umum perusahaan dan
data lain yang dibutuhkan dalam penelitian. Variabel independen terdiri
dari nilai perusahaan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan
profitabilitas perusahaan terhadap variabel dependen, yaitu
pengungkapan modal intelektual. Definisi operasional variabel-variabel
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Independen
a. Nilai Perusahaan (X1)
Menurut Husnan (2000), nilai perusahaan merupakan
harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila
perusahaan tersebut dijual. Apabila, perusahaan menawarkan
saham ke publik maka nilai perusahaan akan tercermin pada
harga sahamnya. Jadi, dengan meningkatnya harga saham atau
sudah barang tentu seorang pemegang saham akan menjadi
lebih kaya atau lebih makmur.
Nilai perusahaan dapat dilihat dari segi analisis laporan
keuangan berupa rasio keuangan dan dari segi perubahan harga
saham. Pada penelitian ini, nilai perusahaan diukur dari segi
harga pasar saham menggunakan Tobin’s Q. Tobin’s Q
dihitung dengan formula sebagai berikut (Permanasari, 2010):
58
Dimana:
Q = Rasio Tobins Q
EMV = Nilai pasar ekuitas
TA = Nilai buku dari total aktiva perusahaan
D = Nilai buku dari total hutang
b. Ukuran Perusahaan (X2)
Purnomosidhi (2006) menyatakan bahwa asumsi utama
yang melandasi digunakannya variabel ini dalam model adalah
bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar melakukan
aktivitas yang lebih banyak, dan biasanya memiliki berbagai
macam unit usaha yang masing-masing memiliki critical
success factors dan potensi penciptaan nilai jangka panjang
yang berbeda. Artinya, semakin banyak informasi yang perlu
diungkapkan untuk memberi gambaran yang lengkap suatu
perusahaan kepada para stakeholders-nya.
Di samping itu, size juga merupakan variabel penting
dalam menjelaskan variasi pengungkapan informasi karena
adanya kebutuhan untuk memperoleh dana dengan biaya yang
paling rendah, tekanan dari shareholders dan para analis
investasi untuk melakukan pengungkapan yang lebih banyak,
Q =(EMV) + (𝐷)
TA
59
pemantauan yang lebih ketat dari pihak penguasa (regulatory
authorities), kerumitan struktur bisnis, dan permintaan yang
lebih besar untuk menyediakan informasi kepada berbagai
kelompok pemakai (Haniffa dan Cooke, 2002).
c. Umur Perusahaan (X3)
Suhardjanto (2010) menyatakan bahwa Perusahaan yang
umur listing-nya muda berupaya untuk mendapatkan tambahan
modal dengan semakin banyak mengungkapkan informasi
perusahaan termasuk pengungkapan modal intelektual
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih lama listing di
bursa efek. Dengan semakin banyak informasi yang
diungkapkan, diharapkan akan semakin tinggi tingkat
kepercayaan investor. Perusahaan muda memiliki keinginan
yang lebih besar untuk mengurangi skeptisme dan
meningkatkan kepercayaan investor (Haniffa dan Cooke,
2002). Umur listing perusahaan dihitung dari tanggal
perusahaan tercatat di BEI sampai tanggal 31 Desember 2012,
dalam hitungan tahun. Perusahaan harus fully listed dan secara
konsisten, minimal 2 tahun berturut-turut terdaftar di BEI.
60
d. Profitabilitas (X4)
Berdasarkan teori sinyal, perusahaan yang memiliki
profitabilitas yang tinggi dapat menggunakan pengungkapan
modal intelektual untuk membedakan dengan perusahaan lain
yang kurang menguntungkan. Selain itu, melalui sinyal
tersebut perusahaan dapat menunjukkan bahwa profitabilitas
mungkin hasil dari investasi dalam modal intelektual dan
perusahaan akan menggunakan pengungkapan modal
intelektual untuk memberikan sinyal penggunaan yang
signifikan dalam bentuk investasi tersebut (Li et al., 2008).
Dengan demikian, semakin tinggi profitabilitas perusahaan
maka perusahaan akan mengungkapkan lebih banyak informasi
tentang modal intelektual.
Variabel profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan rasio laba bersih sebelum pajak terhadap total
aset (ROA) (Ferreira et al., 2012). Kemudian, nilai ROA yang
diperoleh dikonversikan ke dalam bentuk logaritma natural.
2. Variabel Dependen
a. Pengungkapan Modal Intelektual (Y)
Pengungkapan modal intelektual dapat didefinisikan
sebagai jumlah dari apa yang dihasilkan oleh tiga elemen
utama organisasi (human capital, structural capital, costumer
61
capital) yang berkaitan dengan pengetahuan dan teknologi
yang dapat memberikan nilai lebih bagi perusahaan berupa
keunggulan bersaing organisasi, yang mencakup pengetahuan,
pengalaman, keterampilan, hubungan baik, dan kemampuan
teknologi.
Pengukuran pengungkapan modal intelektual dapat
dilakukan dengan mengadopsi skema yang digunakan oleh
Guthrie dan Petty (2000). Dalam skema ini PMI dikategorikan
dalam 3 kelompok: internal structure (organisational capital:
9 item); external structure (customer/relational capital: 9
item); dan employee competence (human capital: 10 item)
dengan 𝑟𝑢𝑚𝑢𝑠 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 = 𝑛/𝑘, dimana 𝑛 menunjukkan jumlah
item pengungkapan yang dipenuhi perusahaan dan 𝑘
menunjukkan jumlah semua item yang mungkin dipenuhi.
Dapat dirumuskan sebagai berikut:
Komponen pengungkapan modal intelektual dapat
dilihat dihalaman selanjutnya:
𝑟𝑢𝑚𝑢𝑠 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 =𝑛
𝑘
62
Tabel 3.2
Komponen PMI (skema Guthrie dan Petty, 2000)
Internal (structural)
capital
External
(customer/relational)
capital
Employee
competence
(human capital)
Intellectual property
1. Patents
2. Copyrights
3. Trademarks
Infrastructure assets
4. Management
philosophy
5. Corporate culture
6. Management
processes
7. Information
systems
8. Networking
systems
9. Financial
relations
10. Brands
11. Customers
12. Customer loyalty
13. Company names
14. Distribution
channels
15. Business
collaborations
16. Licensing
agreements
17. Favorable
contracts
18. Franchising
agreements
19. Know-how
20. Education
21. Vocational
qualification
22. Work-related
knowledge
23. Work-related
competencies
24. Entrepreneurial
spirit
25. Innovativeness
26. Proactive
27. Reactive ability
28. Changeability
Sumber: Jurnal Ulum (2007)
Selengkapnya untuk pengukuran operasional variabel penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini.
Tabel 3.3
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Indikator Skala
Nilai perusahaan (X1) Q =
(EMV) + (𝐷)
TA Rasio
Ukuran Perusahaan
(X2)
Ukuran perusahaan = Ln
Total aset Rasio
Umur Perusahaan (X3) Diukur dari mulai
perusahaan berdiri Nominal
Profitabilitas (X4) ROA = Ln ROA Rasio
Pengungkapan Modal
Intelektual (Y) 𝑟𝑢𝑚𝑢𝑠 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 =
𝑛
𝑘 Rasio
Sumber : Data diolah
63
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian
Analisis dan pembahasan yang tersaji pada bab ini akan menunjukan
hasil dari analisis data berdasarkan pengamatan variabel dependen
maupun variabel independen, untuk mengetahui pengaruh nilai
perusahaan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan profitabilitas
perusahaan terhadap pengungkapan modal intelektual, dengan
menggunakan model analisis regresi berganda.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
keuangan sektor perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih secara
purposive sampling, sehingga sampel dalam penelitian ini merupakan
representasi dari populasi sampel yang ada, serta sesuai dengan tujuan
penelitian. Berdasarkan kriteria sampel diperoleh sampel penelitian
sebanyak 24 perusahaan selama tahun 2011-2014. Selengkapnya
mengenai rincian sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
64
Tabel 4.1
Rincian sampel penelitian
No. Kriteria Pelanggaran
Kriteria
Juml
ah
1. Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI
selama 2011-2014.
41
2. Terdaftar sesudah 1 Januari 2011. (10) 31
3. Perusahaan mengalami kerugian selama
periode pengamatan.
(4) 27
4. Kelengkapan Data (Annual report) (3) 24
Jumlah Sampel 24
Periode Penelitian 4
Total Jumlah Sampel Selama Periode Penelitian 96
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
1. Hasil Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
maksimum, dan minimum dari masing masing variabel (Ghozali,
2013). Mean digunakan untuk mengetahui rata-rata data yang
bersangkutan. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui seberapa
besar data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata. Nilai
maksimum digunakan untuk mengetahui jumlah terbesar data yang
bersangkutan. Nilai minimum digunakan untuk mengetahui jumlah
terkecil data yang bersangkutan. Variabel yang digunakan meliputi
variabel independen yaitu nilai perusahaan, ukuran perusahaan,
umur perusahaan, dan profitabilitas perusahaan serta variabel
dependen yaitu pengungkapan modal intelektual. Dari hasil
65
pengujian statistik deskriptif atas keempat variabel independen, satu
variabledependen melalui data asli maka diperoleh hasil sesuai
dengan table 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Hasil statistik deskriptif
Keterangan Jumlah Minimum Maksimum Rata-
rata
Std.
Deviasi
PMI
Value
Size
Age
Profitability
96
96
96
96
96
0,43
0,19
28,36
19
-7,26
0,71
8,90
33,95
80
-0,12
0,61
0,98
31,22
43,17
-4,13
0,07
0,83
1,50
16,50
0,76
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
Tabel 4.2 merupakan hasil statistik deskriptif dari data-data
yang dikumpulkan yang menunjukkan bahwa variabel dependen
pengungkapan modal intelektual (PMI) memiliki nilai minimum
sebesar 0,43 yang diperoleh dari Bank Nusantara Parahyangan
Tbk.pada tahun 2011 dan nilai maksimum sebesar 0,71 diperoleh
dari Bank Agro Niaga Tbk. pada tahun 2014.
Nilai minimum 0,43 menunjukkan bahwa paling sedikit
perusahaan mengungkapkan 12 item dalam pengungkapan modal
intelektualnya. Nilai maksimum 0,71 menunjukkan bahwa
perusahaan mengungkapkan 20 item dalam mengungkapkan modal
inteltualnya. Nilai rata-rata menunjukkan 0,61 yang artinya rata-rata
perusahaan mengungkapkan 17 item dalam pengungkapan modal
intelektualnya dan nilai standar deviasinya sebesar 0,07.
66
Variabel nilai perusahaan (value) memiliki nilai minimum
sebesar 0,19 yang diperoleh dari Bank Himpunan Saudara 1906 pada
tahun 2014 dan nilai maksimum sebesar 8,90 yang diperoleh dari
Bank Nusantara Parahyangan Tbk. pada tahun 2011. Nilai rata-rata
menujukkan nilai 0,98 dan nilai deviasi sebesar 0,83.
Variabel ukuran perusahaan (size) memiliki nilai 28,36 atau
Rp 2.080.428.000.000 diperoleh dari Bank Swadesi Tbk. pada tahun
2011. Nilai maksimum sebesar 33,95 atau Rp 552.424.000.000
diperoleh dari Bank Central Asia Tbk. pada tahun 2014. Nilai rata-
rata menunjukkan nilai 31,22 dan standar deviasi sebesar 1,50.
Variabel umur perusahaan (age) memiliki nilai minimum
sebesar 19 yang diperoleh dari Bank Victoria International Tbk dan
nilai maksimum sebesar 80 yang diperoleh dari Bank Tabungan
Negara Tbk., yang berarti sampel dengan umur perusahaan terendah
19 tahun dan umur tertinggi 80 tahun. Nilai rata-rata sebesar 43,17
yang berarti sampel perusahan rata-rata memiliki umur 43 tahun
dengan standa deviasi sebesar 16,50.
Variabel profitabilitas (profitability) memiliki nilai minimum
sebesar -7,36 yang diperoleh dari perusahaan Bank Swadesi Tbk.
pada tahun 2013. Nilai maksimum menunjukkan nilai -0,12
diperoleh dari perusahaan Bank NISP OCBC Tbk. Nilai rata-rata
menunjukkan -4,13 dengan standar deviasi sebesar 0,76.
67
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan interpretasi terhadap hasil regresi,
terlebih dahulu melakukan pengujuan terhadap asumsi-asumsi klasik
sehingga hasil tersebut layak digunakan. Pengujian ini diperlukan
agar model regresi menjadi suatu model yang lebih representatif.
Analisis data uji asumsi klasik dalam penelitian ini antara lain
melalui uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi, dan uji
heterokedastisitas.
a) Uji Normalitas
Suatu model regresi yang baik adalah memiliki distribusi
data yang normal atau mendekati normal. Dalam menguji
normalitas suatu nilai residual dideteksi menggunakan uji
statistik.
Pengujian ini menggunakan analisis statistik untuk
menguatkan data residual secara normal. Penelitian ini
menggunakan uji statistik yaitu dengan uji Kolmogorov-smirnov.
Hasil uji normalitas dengan menggunakan uji statistik non
parametic Kolmogorov Smirnov (K-S) menunjukan nilai K-S
sebesar 1,009 dengan signifikansi 0,261 Hal ini menunjukan
bahwa nilai signifikansi di atas 0,05 (α> 0.05)maka tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara data yang akan diuji
dengan data normal baku, artinya data yang diuji adalah normal
karena tidak berbeda dengan normal baku H0 diterima. Hal ini
68
menunjukan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas
karena tingkat signifikansinya melebih 0,05 (α> 0.05).
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Nilai Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parametersa Mean
Std. Deviation
96
0,000
0,070
Most Extream Differences Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-SmirnovZ
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,103
0,081
-0,103
1,009
0,261
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
b) Hasil Uji Multikolonieritas
Suatu model regresi dikatakan tidak memiliki
kecendrungan adanya gejala multikolonieritas adalah apabila
memiliki VIF yang lebih kecil dari 10 dan tolerancelebih dari
0.10 (Ghozali, 2013). Hasil pengujian model regresi dapat dilihat
dari tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefisientsa
Variabel Tolerance VIP
Kesimpulan
Value
Size
Age
Profitability
0,992
0,684
0,660
0,946
1,008
1,461
1,516
1,057
Tidak terjadi multikolonieritas
Tidak terjadi multikolonieritas
Tidak terjadi multikolonieritas
Tidak terjadi multikolonieritas
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
69
Dari tabel 4.4 di atas menunjukan bahwa semua variabel
independen memiliki VIF kurang 10. Hasil perhitungan nilai
tolerance juga menunjukan tidak ada variabel independen yang
memiliki nilai tolerance kurangdari 0.10 yang berarti tidak ada
korelasi antar variabel independen. Maka dapat disimpulkan
bahwa model regresi dalam penelitian ini telah terbebas dari
masalah multikolonieritas. Hal ini menunjukan bahwa semua
variabel bebas tersebut layak digunakan sebagai prediktator.
c) Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Untuk
menentukan heteroskedastisitas maka yang digunakan adalah
dengan menggunakan Uji Glejser. Berikut hasil Uji Glejser:
Tabel 4.5
Hasil Uji Heterokedastisitas
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
coefficients
T
Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant)
Value
Size
Age
Profitability
0,076
-0,005
-1,001
0,000
-0,042
0,012
0,005
0,000
0,000
0,000
-0,114
-0,210
-0,191
-0,096
6,389
-1,179
-1,801
-1,608
-0,962
0,000
0,242
0,075
0,111
0,339
a. Dependent variabel: AbsUt
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
70
Hasil tampilan output SPSS pada tabel 4.6
memperlihatkan bahwa tidak ada satupun variabel independen
yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen
nilai Absolute UT (Abs UT). Hal ini terlihat dari probabilitas
signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat
disimpulkan model regresi yang ini tidak mengandung adanya
heterokedastisitas.
d) Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji
Durbin Watson (D-W). Model regresi yang baik adalah model
regresi yang bebas dari masalah autokorelasi. Selengkapnya
mengenai hasil uji autokorelasi penelitian dapat dilihat pada
tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi-Uji Durbin Watson
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted
R Square
Std.
Error of
the
Estimate
Durbin-
Watson
1 0.436a 0.190 0.155 0.06035 1.924
a. Predictors: (Constat), Value, Size, Age, Profitability
b. Dependent Variable: PMI
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
Dari tabel 4.5 di atas menunjukan bahwa nilai D-W
sebesar 1.924, dengan total predictator sebanyak 4 buah (k=4)
71
dan sampel sebanyak 96 (n=96), berdasarkan D-W dengan
tingkat signifikansi 5% dapat ditentukan atas (du) sebesar 1,755.
Dengan demikian, berdasarkan nilai du ≤ dw ≤ 4 – du
menunjukan bahwa nilai DW 1.924 lebih besar dari 1.817 dan
kurang dari 2,245 (4 – 1,755), maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat autokorelasi positif maupun negatif.
3. Uji Hipotesis
a. Hasil Uji Adj R2
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Hasil koefisien determinasi dapat dilihat
pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted
R
Square
Std.
Error of
the
Estimate
1 0.436a 0.190 0.155 0.06035
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
Dari tampilan tabel 4.7 Adjusted R2 diperoleh sebesar
0,155. Hal ini menunjukan bahwa 15,5% dari variabel dependen
yaitu pengungkapan modal intelektual dapat dijelaskan oleh
variasi variabel independen yaitu nilai perusahaan, ukuran
perusahaan, umur perusahaan, dan profitabilitas perusahaan.
72
Sedangkan sisanya 84,5% dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak termasuk dalam model regresi.Adapun variabel lain yang
mungkin mempengaruhi pengungkapan modal intelektual yaitu,
kepemilikan perusahaan (Yuniasih et al (2012)), komisaris
independen (Istanti (2009)), leverage (Rudyawan et al (2009)),
modal struktural dan kinerja keuangan (Ciptaningsih (2013)),
dan lain-lain.
b. Hasil Pengujian Secara Simultan (Uji F)
Uji simultan dapat diketahui dengan melakukan uji
statistik F. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah
variabel independen secara bersama-sama atau simultan dapat
mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2013). Hasil uji
simultan (Uji F) dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8
Hasil Uji Simultan F
ANOVAB
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regresion
Residual
Total
0,078
0,331
0,409
4
91
95
0,019
0,004
5,352 0,001a
a. Predictors: Profitability, value, size, age
b. Dependent Variable: IC
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
73
Dari tabel 4.8 diketahui bahwa nilai F hitung sebesar
5.352 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.001. Hasil ini
menunjukan bahwa tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0.05
maka hipotesis diterima, dan dapat disimpulkan bahwa semua
variabel independen, nilai perusahaan, ukuran perusahaan, umur
perusahaan, dan profitabilitas perusahaan bepengaruh secara
simultan dan terhadap variabel dependen, yaitu pengungkapan
modal intelektual.
c. Hasil pengujian secara parsial (Uji t)
Uji parsial (Uji t) dilakukan untuk menunjukan seberapa
jauh pengaruh satu variabel independen secara individu (parsial)
dalam menerangkan variasi variabel independen. Hasil uji parsial
(Uji t) dapat dilihat pada Tabel 4.9:
Tabel 4.9
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Sig.
B
1 (Constant)
Value
Size
Age
Profitability
0,643
-0,021
1,002
-0,001
0,034
0,000
0,007
0,001
0,074
0,631
a. Dependent variabel: PMI
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
74
Hasil pengujian signifikansi variabel bebas secara parsial
sebagaimana pada pembahasan berikut ini:
Hasil pengujian regresi pada tabel 4.9 menunjukkan
bahwa variabel nilai perusahaan memiliki nilai significant level
0,007 < 0,05. Dengan demikian nilai perusahaan memiliki
pengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual. Hasil
tersebut didukung oleh penelitian oleh Chen (2005), dengan
menggunakan sampel perusahaan publik di Taiwan tahun 1992-
2002 menunjukkan bahwa adanya hubungan antara nilai
perusahaan dan pengungkapan modal intelektual.
Modal intelektual memainkan peran utama dalam
efesiensi biaya. Semakin baik perusahaan dalam mengelola
modal intelektualnya maka semakin baik perusahaan dalam
mengelola aset. Perusahaan telah mampu mengelola aset dengan
baik dan dapat menekan biaya operasional sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin tinggi kebutuhan
akan modal intelektual yang baik (Fransiskus, 2012).
Hasil pengujian regresi pada tabel 4.9 menunjukkan
bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki nilai significant
level 0,001 < 0,05. Dengan demikian ukuran perusahaan
memiliki pengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual.
Hasil tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
75
Punomosidhi (2006) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap modal intelektual. Semakin besar ukuran
perusahaan, semakin tinggi pula tuntutan terhadap keterbukaan
informasi dibandingkan perusahaan yang lebih kecil.
Hal tersebut sesuai dengan teori agensi (agency theory)
yang menyatakan bahwa biaya keagenan (agency cost) yang
harus ditanggung perusahaan besar jauh lebih besar dibanding
dengan perusahaan yang lebih kecil sehingga untuk menurunkan
biaya tersebut, perusahaan perlu mengungkapkan informasi yang
lebih banyak, perusahaan besar mencoba untuk mengisyaratkan
bahwa perusahaan telah menerapkan prinsip-prinsip Tata Kelola
Perusahaan yang Baik (good corporate governance), yaitu
akuntabilitas dan transparansi.
Begitu juga dengan penelitian Istanti (2009) yang
menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara
signifikan terhadap pengungkapan sukarela modal intelektual.
Semakin besar tingkat kapitalisasi pasar, maka akan semakin
besar pengungkapan sukarela modal intelektual.
Bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nugroho (2012) yang menemukan bahwa ukuran perusahaan
tidak berpengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual
dengan alasan perusahaan tidak menyadari, bahwa aset terbesar
76
untuk menunjukkan perusahaan mereka adalah dengan
mengungkap modal intelektual.
Hasil pengujian regresi pada tabel 4.9 menunjukkan
bahwa variabel umur perusahaan memiliki nilai significant level
0,074 > 0,05. Dengan demikian umur perusahaan tidak memiliki
pengaruh terhadap pengungkapan modal intelektual. Hasil
tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nugroho
(2012) yang menemukan alasan bahwa umur bukanlah cermin
pegalaman dan pemahaman dalam pengungkapan modal
intelektual, sehingga semakin lama umur perusahaan belum
berarti semakin baik tingkat pemahaman dan pengalamannya
terkait modal intelektual yang dimilikinya. Umur juga tidak bisa
dijadikan tolak ukur atas luasnya pengungkapan modal
intelektual karena fungsi dan peran governance yang kurang
optimal, umumnya hal tersebut terjadi di negara berkembang
seperti Indonesia.
Hasil pengujian regresi pada tabel 4.9 menunjukkan
bahwa variabel profitabilitas perusahaan memiliki nilai
significant level 0,631 > 0,05. Dengan demikian profitabilitas
perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan
modal intelektual. Hasil tersebut didukung oleh penelitian Firrer
dan William (2003) dalam Kartika (2013), ditemukan bahwa
77
perusahaan perbankan cenderung menggunakan physical capital
daripada menggunakan intangible capital-nya.
Irna (2013) mengungkapkan hasil yang berbeda
mengenai hubungan antara profitabilitas dan pengungkapan
modal intelektual dimana profitabilitas memiliki pengaruh
terhadap pengungkapan modal intelektual. Semakin tinggi
profitabilitas perusahaan maka tingkat pengungkapan modal
intelektualnya akan semakin luas, hal tersebut dilakukan guna
mendapatkan nilai tambah di mata investor.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh nilai
perusahaan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan profitabilitas
perusahaan terhadap pengungkapan modal intelektual.Berdasarkan
pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah
dilakukan dengan menggunakan model regresi berganda, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Nilai perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan modal
intelektual. Hasil ini konsisten dengan penelitian Chen (2005)
dan Fransiskus (2012)
2. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan modal
intelektual. Hasil ini konsisten dengan penelitian Purnomosidhi
(2006) dan Istanti (2010). Namun penelitian ini bertentangan
dengan penelitian Nugroho (2012)
3. Umur Perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan
modal intelektual. Hasil ini konsisten dengan penelitian
Nugroho (2012).
4. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan modal
intelektual. Hasil ini konsisten dengan penelitian Kartika dan
79
Saarce (2013). Namun penelitian ini bertentangan dengan
penelitian Irna (2013)
5. Secara simultan variabel nilai perusahaan, ukuran perusahaan,
umur perusahaan, dan profitabilitas perusahaan berpengaruh
terhadap pengungkapan modal intelektual.
B. Saran
Peneliti menyadari adanya beberapa keterbatasan dan
kekurangan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa
saran yang dapat digunakan untuk semua pihak, terutama yang akan
melakukan penelitian yang serupa, saran tersebut yaitu:
1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menyajikan variabel
independen yang lebih bervariasi untuk mengetahui
pengungkapan modal intelektual seperti leverage, komisaris
independen, jenis perusahaan, kepemilikan independen, kinerja
keuangan, dan lain sebagainya.
2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mengkaji objek lebih
luas seperti seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) sehingga hasil penelitian dapat lebih
menjelaskan hasil yang lebih luas.
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah interval
tahun penelitian agar data yang didapatkan lebih banyak
sehingga dapat memberikan hasil yang lebih akurat.
80
4. Pada penelitian ini indeks pengungkapan modal intelektual yang
digunakan adalah indeks yang digunakan oleh Gutty dan Petty
(2000) yang berjumlah 28 item. Untuk penelitian selanjutnya
disarankan untuk menggunakan indeks pengungkapan modal
intelektual yang lain seperti yang digunakan oleh White et al
(2007) yang berjumlah 51 item, sehingga diharapkan akan
memberikan hasil yang lebih baik.
81
DAFTAR PUSTAKA
Junaidi, dan Jogiyanto Hartono. 2010. “Non-Financial Factors in The Going
Concern Opinion”, Journal of Indonesian Economy and Business,
Volume 25, Number 3, 369-378.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2002. “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
No.19”. Salemba Empat. Jakarta
Anthony, Robert N, Govindarajan, Vijay. 2003. “Management Control System”.
Jakarta: Salemba Empat.
Ujiyantho, Muh. Arief, dan B. A. Pramuka. 2007. “Mekanisme Corporate
Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan: Studi Pada
Perusahaan Go Publik Sektor Manufaktur. SNA X Makassar, 26-27 Juli,
Hal. 1-26.
White, G., A. Lee, G. Tower. 2007, “Drivers of voluntary intellectual capital
disclosure in listed biotechnology companies”. Journal of Intellectual
Capital 8. Â3 : 517-537.
Yuniasih, N., Wirama D., dan Badera. I,. 2010. “Eksplorasi Kinerja Pasar
Perusahaan: Kajian Berdasarkan Modal Intelektual. SNA XIII Purwokerto.
Nugroho, Ahmadi. 2012. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intellectual Capital
Dislosure”. Accounting Analysis Journal. Universitas Negeri Semarang.
Astuti, P.D. dan A. Sabeni. 2005. “Hubungan Intellectual Capital dan Business
Performance”. SNA VII. Solo.pp. 694-707
Bukh, P.N., Nielsen, ., Gormsen P. and Mouritsen, J. 2005. “Disclosure of
Information on Intellectual Capital in Danish IPO Prospectus.”
Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 18 No.6, pp. 713-
32.
Freedman, M., Jaggi, B. 2005. “Global Warming, Commitmen to The Kyoto
Protocol, and Accounting Disclosure by The Largest Global Public
Firms from Polluting Industries”. The International Journal of
Accounting, 40, 215-232.
Ghozali, Imam, 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate dan Program IBM SPSS 19
edisi 5”, badan penerbit Universitas Diponegoro, Semarang
82
Purnomosidhi, Bambang. 2006. “Praktik Pengungkapan Modal Intelektual Pada
Perusahaan Publik di BEJ”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 9
No. 1 Hal 1-20
Guthrie, J dan Petty. 2000. “Intellectual Capital: Australian annual reporting
practise.” Journal of Intellectual Capital, Vol.1, No.3, pp.241-251.
Guthrie, J., Petty, R., and Yongvanich, K. 2004. “Using content analysis as a
research method to inquire into intellectual capital reporting”, Journal
of Intellectual Capital, Vol. 5. No. 2, pp. 282-293.
AICPA (1994), Improving Business Reporting – A Customer Focus: Meeting the
Information Needs of Investors and Creditors, Compre-hensive Report of
the Special Committee on Financial Reporting, American Institute of
Certified Public Accountants, New York, NY.
Indriantoro, N dan Supomo, B. 2002. “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi Dan Manajemen”. Edisi pertama, BPFE, Yogyakarta.
Istanti, Sri Layla Wahyuni, 2009. “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Modal Intelektual”. Tesis. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Jensen dan Meckling. 1976. “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency
Cost and Ownership Structure,” Journal Of Finance Economics. Vol. 3,
October, pp. 30-60
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117/M-MBU/2002.
diakses dari www.google.com pada tanggal 20 April 2012.
Kuryanto, Benny, Muchamad Syafruddin. 2007. “Pengaruh Modal Intelektual
Terhadap Kinerja Perusahaan”. SNA 11 Pontianak. Universitas
Diponogoro. Semarang.
Lakhal, F. 2005, “Voluntary Earnings Disclosures and Corporate Governance:
Evidencce from France. Review of Accounting and Finance, 4 (3), 64-
85.
Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan Perusahaan Property dan Real Estate
Tahun 2009-2012. www.idx.co.id. Diakses Juli 2014.
Singh, I. and J-L.W.M. Zahn. 2008. Determinants of Intellectual Capital
Disclosure in prospectuses of Initial public Offerings. Accounting and
Business Research, 38 (5), 409-431.
83
Li, Yuanshun, Shujun Ding, Zhenyu Wu, Chunxin Jia. 2010. “Executive
compensation, supervisory board, and China’s governance reform: a
legal approach perspective”. Rev Quant Finan Acc 35:445–471.
Miswanto dan Suad Husnan. 1999. “The Effect of Operating Leverage,
Cyclicality, and Firm Size on Business Risk”. Gadjah Mada International
Journal of Business. Vol 1. No. 1. Mei : 29-43.
Mohammad J Abdolmohammadi. 2005. “Intellectual Capital and Market
Capitalization.” Journal of Intellectual Capital. Vol. 6 No. 3, pp. 397-
416.
Ongkorahardjo, Martina Dwi, Antonius Susanto, Dyna Rachmawati. 2008.
“Analisis Pengaruh Human Capital Terhadap Kinerja Perusahaan”.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 1, Mei 2008: 11-21.
Fakultas Ekonomi, Universitas Widya Mandala. Surabaya.
Organisation for Ecomonic Co-operation and Development .1999. Guidelines and
instructions for OECD symposium”, International Symposium
Measuring and Reporting Intellectual Capita: Experience, Issues, and
Prospect, June OECD, Amsterdam, Paris. Available at
http://www.oecd.org.
Pujiati, Diyah dan Erman widanar, “Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap
Nilai Perusahaan: Keputusan Kauangan Sebagai Variabel Moderating”.
Ventura, Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi, vol 12, No. 1, April,
2009.
Peraturan Bapepam No. Kep. 29/PM/2004 tanggal 24 September 2004. diakses
dari www.google.com pada tanggal 20 April 2015.
Rachmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. 2007. “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”, SNA 10 Makassar
.
Sawarjuwono Tjiptohadi, dan Agustin Prihatin. 2003. “Intellectual Capital:
Perlakuan, Pengukuran dan Pelaporan (Sebuah Library Research)”.
Jurnal Akuntans dan Keuangan. Vol. 5 No. 1.
Setiarso, Bambang. 2006. “Pengelolaan Pengetahuan (Knowledge Management)
dan Modal Intelektual (Intellectual Capital) untuk Pemberdayaan
UKM”. PDII LIPI.
Singh, I. and J-L.W.M. Zahn. 2008. Determinants of Intellectual Capital
Disclosure in prospectuses of Initial public Offerings. Accounting and
Business Research, 38 (5), 409-431.
84
Solikhah, B., A. Rohman dan W. Meiranto. 2010. Implikasi Intellectual Capital
Terhadap Financial Performance, Growth, dan Market Value: Studi
Empiris Dengan Pendekatan Simplistic Specification. Paper
dipresentasikan pada acara Simposium Nasional Akuntansi XIII,
Purwokerto.
Suhardjanto, Joko, dan Mari Wardhani. 2010. “Praktik Intellectual Capital
Disclosure Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal
Akuntansi. Vol. 14 No. 1. Tahun 2010. Juni. Hal 71-85.
Tarjo. 2008. “Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan Leverage
terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham serta Cost of Equity
Capital. Universitas Trunojoyo Bangkalan. Madura .
Ulum, Ihyaul. Imam Ghazali dan Anis Chariri, 2007. “ Intellectual Capital dan
Kinerja Keuangan Perusahaan; Suatu Analisis dengan Pendekatan
Partial Least Squere”. SNA XI: Pontianak.
Wahyudi, Untung dan Hartini Prasetyaning Pawestri, 2006. “Implikasi Struktur
Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan Keuangan
Sebagai Variabel Intervening”, SNA 9 Padang.
Widyaningrum, A. 2004. “Modal Intelektual. Departemen Akuntansi FEUI. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 1, 16-25.
85
LAMPIRAN-LAMPIRAN
86
Lampiran 1
DAFTAR KOMPONEN PENGUNGKAPAN MODAL INTELEKTUAL
Internal (Structural ) Capital
1. Intellectual Property
2. Patents
3. Copyrights
4. Trademarks
5. Infrastructure assets
6. Management philosophy
7. Corporate culture
8. Management processes
9. Information system
10. Networking systems
11. Financial realations
External (Customer/relational) Capital
12. Brands
13. Customer
14. Customer loyalty
15. Company names
16. Distribution channels
17. Business collaborations
18. Licensing agreements
19. Favorable contracts
20. Franchising agreements
Employee Competance (Human Capital)
21. Know-how
22. Education
23. Vocational qualification
24. Work-related knowledge
25. Work-related compentencies
26. Enterpreneurial spirit
27. Reactive ability
28. Changeability
87
Lampiran 2
DAFTAR SAMPEL PERUSAHAAN PERBANKAN
No Perusahaan IPO Tahun 2012
Tanggal IPO Kode Nama
1 AGRO Bank Agro Niaga Tbk 08 Agustus 2003
2 BACA Bank Capital Indonesia 08 Oktober 2007
3 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk 08 Januari 2008
4 BBCA Bank Central Asia Tbk 31 Mei 2000
5 BBKP Bank Bukopin Tbk 10 Juli 2006
6 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 25 Nopember 1996
7 BBNP Bank Nusantara Parahyangan (Persero) Tbk 10 Januari 2001
8 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 17 Desember 2009
9 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 06 Desember 1989
10 BNBA Bank Bumi Arta Tbk 31 Desember 1999
11 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk 29 Nopember 1989
12 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk 21 Nopember 1989
13 BNLI Bank Permata Tbk 15 Januari 1990
14 BSIM Bank Sinar Mas Tbk 13 Desember 2010
15 BSWD Bank Swadesi Tbk 01 Mei 2002
16 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 12 Maret 2008
17 BVIC Bank Victoria International Tbk 30 Juni 1999
18 INPC Bank Artha Graha International Tbk 29 Agustus 1990
19 MAYA Bank Mayapada International Tbk 29 Agustus 1997
20 MCOR Bank Windu Kentjana International Tbk 03 Juli 2007
21 MEGA Bank Mega Tbk 17 April 2000
22 NISP Bank NISP OCBC Tbk 20 Oktober 1994
23 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 29 Desember 1982
24 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 15 Desember 2006
Lampiran 3 – Data Diolah
DATA DIOLAH
Keterangan:
Y = Pengungkapan Modal Intelektual
X1 = Nilai Perusahaan
X2 = Ukuran Perusahan
X3 = Umur Perusahaan
X4 = Profitabilitas Perusahaan
88
Tahun No Kode
Perusahaan
Y
PMI
X1
Nilai
X2
Ukuran
X3
Umur
X4
Profitabilitas
20
11
1 AGRO 0,7143 0,7975 28,88 22 0,0129
2 BACA 0,7143 0,8704 29,18 22 0,0073
3 BAEK 0,7143 0,8889 30,74 22 0,0117
4 BBCA 0,7143 0,1870 33,58 56 0,0357
5 BBKP 0,6429 1,0068 31,68 41 0,0164
6 BBNI 0,6429 0,8800 33,33 65 0,0249
7 BBNP 0,6429 8,9752 29,51 39 0,0140
8 BBTN 0,6429 0,9731 32,12 77 0,0171
9 BDMN 0,6071 0,8217 32,59 55 0,0325
10 BNBA 0,6071 0,8424 28,72 44 0,0192
11 BNGA 0,6071 0,8993 32,85 56 0,0268
12 BNII 0,6071 0,9187 32,18 22 0,0104
13 BNLI 0,6786 0,9132 32,25 57 0,0154
14 BSIM 0,6786 0,9322 30,44 22 0,0093
15 BSWD 0,6786 0,8335 28,36 43 0,0313
16 BTPN 0,6786 0,8982 31,47 52 0,0380
17 BVIC 0,7143 0,9157 30,10 19 0,0203
18 INPC 0,7143 0,9435 30,59 38 0,0007
19 MAYA 0,7143 0,8716 30,19 22 0,0178
20 MCOR 0,7143 0,9222 29,50 37 0,0075
21 MEGA 0,6429 0,9213 31,76 42 0,0192
22 NISP 0,6429 0,9123 31,72 70 0,8899
23 PNBN 0,6429 0,8806 32,46 40 0,0219
24 SDRA 0,6429 1,0100 29,26 37 0,0240
20
12
1 AGRO 0,4286 0,9130 29,03 23 0,0127
2 BACA 0,4286 0,8853 29,37 23 0,0110
3 BAEK 0,4286 0,8942 30,86 23 0,0097
4 BBCA 0,4286 0,9581 33,72 57 0,0332
5 BBKP 0,5714 0,9610 31,82 42 0,0162
6 BBNI 0,5357 0,9478 33,44 66 0,0267
7 BBNP 0,5357 0,9195 29,74 40 0,0140
8 BBTN 0,5357 0,9593 32,35 78 0,0167
9 BDMN 0,6071 0,8406 32,68 56 0,0352
10 BNBA 0,6071 0,8582 28,88 45 0,0222
11 BNGA 0,6071 0,8861 32,92 57 0,0293
12 BNII 0,6071 0,9171 32,38 23 0,0146
13 BNLI 0,6071 0,9075 32,51 58 0,0143
14 BSIM 0,6071 0,8834 30,35 23 0,0188
15 BSWD 0,6071 0,8530 28,56 44 0,0291
16 BTPN 0,6071 0,8791 31,71 53 0,0421
17 BVIC 0,6786 0,9023 30,29 20 0,0176
18 INPC 0,6786 0,9217 30,65 39 0,0110
19 MAYA 0,6786 0,9167 30,47 23 0,0205
20 MCOR 0,6786 0,8881 29,50 38 0,0197
21 MEGA 0,5714 0,9031 31,81 43 0,0240
22 NISP 0,5357 0,8877 32,00 71 0,0154
89
Tahun No Kode
Perusahaan
Y
PMI
X1
Nilai
X2
Ukuran
X3
Umur
X4
Profitabilitas
23 PNBN 0,5357 0,8891 32,63 41 0,0204
24 SDRA 0,5357 1,2393 29,66 38 0,0210 2
01
3
1 AGRO 0,6429 0,8367 29,26 24 0,0140
2 BACA 0,6429 0,8849 29,60 24 0,0131
3 BAEK 0,6429 0,8969 30,99 24 0,0113
4 BBCA 0,6429 0,9479 33,84 58 0,0359
5 BBKP 0,5357 1,0180 31,87 43 0,0172
6 BBNI 0,5000 0,9522 33,59 67 0,0292
7 BBNP 0,5000 0,9017 29,93 41 0,0142
8 BBTN 0,5000 0,9439 32,51 79 0,0163
9 BDMN 0,5357 0,8566 32,85 57 0,0300
10 BNBA 0,5357 0,8622 29,03 46 0,0195
11 BNGA 0,5357 0,8825 33,02 58 0,0266
12 BNII 0,5357 0,9360 32,58 24 0,0155
13 BNLI 0,6071 0,9163 32,74 59 0,0139
14 BSIM 0,6071 0,8456 30,49 24 0,0164
15 BSWD 0,6071 0,8738 28,91 45 0,0029
16 BTPN 0,6071 0,9607 31,87 54 0,0412
17 BVIC 0,6429 0,9177 30,58 21 0,0172
18 INPC 0,6429 0,8788 30,68 40 0,0063
19 MAYA 0,6429 0,9561 30,81 24 0,0211
20 MCOR 0,6429 0,8728 29,70 39 0,0150
21 MEGA 0,6071 0,9081 31,83 44 0,0095
22 NISP 0,6071 0,8619 32,21 72 0,0157
23 PNBN 0,6071 0,8932 32,73 42 0,0198
24 SDRA 0,6071 1,0810 29,74 39 0,0204
20
14
1 AGRO 0,6429 0,8548 29,49 25 0,0134
2 BACA 0,6429 0,8952 29,86 25 0,0107
3 BAEK 0,6429 0,8983 31,02 25 0,0030
4 BBCA 0,6429 0,9383 33,95 59 0,0375
5 BBKP 0,6429 0,9308 32,00 44 0,0123
6 BBNI 0,6429 1,0920 33,66 68 0,0325
7 BBNP 0,6429 0,8798 29,88 42 0,0138
8 BBTN 0,6429 1,2679 32,60 80 0,0077
9 BDMN 0,5714 0,8518 32,91 58 0,0182
10 BNBA 0,5714 0,8838 29,27 47 0,0137
11 BNGA 0,5714 0,8785 33,08 59 0,0137
12 BNII 0,5714 0,8979 32,60 25 0,0067
13 BNLI 0,6071 0,9081 32,85 60 0,0110
14 BSIM 0,6071 0,8533 30,69 25 0,0094
15 BSWD 0,6071 0,8922 29,28 46 0,0027
16 BTPN 0,6071 0,8122 31,95 55 0,0336
17 BVIC 0,6071 0,9182 30,69 22 0,0057
18 INPC 0,6071 0,8847 30,79 41 0,0076
19 MAYA 0,6071 0,9232 31,22 25 0,0160
20 MCOR 0,6071 0,8767 29,91 40 0,0073
90
Tahun No Kode
Perusahaan
Y
PMI
X1
Nilai
X2
Ukuran
X3
Umur
X4
Profitabilitas
21 MEGA 0,5357 0,8958 31,83 45 0,0105
22 NISP 0,5357 0,8561 32,27 73 0,0172
23 PNBN 0,5357 0,8729 32,78 43 0,0201
24 SDRA 0,5357 0,7642 30,43 40 0,0115
Lampiran 4 – Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
PMI 96 ,43 ,71 4563,69 ,61 ,07
Value 96 ,19 8,90 42,00 ,98 ,83
Size 96 28,36 33,95 44,25 31,22 1,50
Age 96 19 80 2489,00 43,17 16,50
Sprofitability 96 -7,26 -0,12 1372,07 -4,13 ,76
Valid N (listwise) 96
Lampiran 5 – Hasil Uji Normalitas (Nonparametic – One Samploe Test)
Hypothesis Test Summary
Null Hypothesis Test Sig. Decision
1 The distribution of Unstandardized Residual is normal with mean -0,000 and standard deviation 0,06.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
,261 Retain the null hypothesis.
Asymptotic significances are displayed. The significance level is ,05.
91
Lampiran 6 – Hasil Uji Multikoleniaritas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) ,643 ,020 32,946 ,000
Value -,021 ,007 -,264 -2,785 ,007 ,992 1,008
Size 1,002E-013 ,000 ,391 3,428 ,001 ,684 1,461
Age -,001 ,000 -,210 -1,809 ,074 ,660 1,516
Profitability ,034 ,071 ,047 ,482 ,631 ,946 1,057
a. Dependent Variable: IC
92
Lampiran 7 – Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,436a ,190 ,155 ,0603517 1,924
a. Predictors: (Constant), Profitability, Value, Size, Age b. Dependent Variable: IC
Lampiran 8 – Hasil Uji Heterokedastisitas (Glejser)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,076 ,012 6,389 ,000
Value -,005 ,005 -,114 -1,179 ,242
Size -1,001E-013 ,000 -,210 -1,801 ,075
Age ,000 ,000 -,191 -1,608 ,111
Profitability -,042 ,044 -,096 -,962 ,339
a. Dependent Variable: Abs_Ut
Lampiran 9 – Hasil Uji Adj R2
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 ,436a ,190 ,155 ,0603517
Lampiran 10 – Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression ,078 4 ,019 5,352 ,001b
Residual ,331 91 ,004
Total ,409 95
a. Dependent Variable: IC
b. Predictors: (Constant), Profitability, Value, Size, Age
93
Lampiran 11 – Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,643 ,020 32,946 ,000
Value -,021 ,007 -,264 -2,785 ,007
Size 1,002E-013 ,000 ,391 3,428 ,001
Age -,001 ,000 -,210 -1,809 ,074
Profitability ,034 ,071 ,047 ,482 ,631
a. Dependent Variable: IC