PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN
BAI’ BITSAMAN AJIL (BBA) TERHADAP PROFITABILITAS
BMT BINA INSANI PRINGAPUS UNGARAN JAWA TENGAH
TUGAS AKHIR
Oleh :
Siti Khapsoh
NIM 201 08 041
JURSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2011
PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN
BAI’ BITSAMAN AJIL (BBA) TERHADAP PROFITABILITAS
BMT BINA INSANI PRINGAPUS UNGARAN JAWA TENGAH
TUGAS AKHIR
Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat
guna memperoleh gelar Ahli Madya pada
progam D3 Perbankan Syariah
Oleh :
Siti Khapsoh
NIM 201 08 041
JURSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2011
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 3 (tiga) eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Tugas Akhir
Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga
di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan
seperlunya, maka Tugas Akhir saudari :
Nama : Siti Khapsoh
NIM : 20108041
Judul : PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN BAI’
BITSAMAN AJIL (BBA) TERHADAP PROFITABILITAS BMT
BINA INSANI PRINGAPUS UNGARAN JAWA TENGAH
Demikian diajukan ke sidang munaqasyah.
Demikian untuk menjadi periksa.
Wassamu’alaikum. Wr. Wb.
Salatiga, 11 September 2011
Pembimbing
Mochlasin, M.Ag
NIP: 197109232006041002
PENGESAHAN NASKAH TUGAS AKHIR
TUGAS AKHIR
PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN BAI’ BITSAMAN AJIL
(BBA) TERHADAP PROFITABILITAS BMT BINA INSANI PRINGAPUS
UNGARAN JAWA TENGAH
DISUSUN OLEH
SITI KHAPSOH
NIM : 20108041
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Tugas Akhir Jurusan
Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 22 Agustus 2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar
A. Md. E.Sy (Ahli Madya Ekonomi Syariah)
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Drs. Miftahuddin, M. Ag.
Sekertaris Penguji : Ari Setiawan, MM.
Penguji I : Desi Trisnawati, SE., MM.
Penguji II : Moh. Khusen M. Ag., MA.
Penguji III : Mochlasin M. Ag.
Salatiga, September 2011
Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M. Ag
NIP. 19580827 198303 1 002
MOTTO
sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali dia
merubahnya sendiri.
dibalik kesuksesan seseorang pasti ada rahasia besar yang tersimpan
sesungguhnya kemudahan itu akan datang setelah adanya kesulitan
Doa tanpa usaha itu bohong, usaha tanpa doa itu sombong.
Jadikan sabar dan syukur sebagai penolongmu.
Yakin bahwa Allah selalu ada bersama kita.
ABSTRAK
Profitabilitas merupakan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut yang dinyatakan dalam prosentase. Banyak aspek yang dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan atau dalam hal ini adalah BMT, antara lain dari pendapatan administrasi realisasi akad, margin pembiayaan murabahah dan BBA,bagi hasil pembiayaan mudharabah dan musyarakah, fee dari akad ijarah, dsb.
Margin yang didapat dari pembiayaan murabahah dan BBA tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi profitabilitas BMT. akan tetapi faktor penentu dari besar kecilnya pengaruh kedua pembiayaan tersebut terhadap profitabilitas adalah dilihat dari cicilan pokoknya. Jika pada pembiayaan murabahah angsuran pokok baru masuk pada saat jatuh tempo, maka pada pembiayaan BBA pokok dapat kembali setiap bulan dengan sistem cicilan.
Keuntungan yang diperoleh dari pembiayaan BBA, ketika pokok pinjaman sebagian telah kembali ke BMT, maka dapat diputar kembali dan akan menghasilkan profit dari pembiayaan melalui dana pokok yang telah dikembalikan tersebut, sedangkan pada pembiayaan murabahah pokok tidak dapat diputar sebelum pembiayaan tersebut jatuh tempo. Kata kunci : Pembiayaan, Murabahah, Bai’ Bitsaman Ajil (BBA), Profitabilitas.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Karena limpahan rahmad,
taufik serta hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tanpa
halangan apapun. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada sang
revolusioner dunia Rasulullah Muhammad SAW.
Laporan ini disusun guna memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya
bidang Perbankan Syariah.
Dalam penyelesaian penulisan Tugas Akhir ini, penulis tidak terlepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M. Ag, selaku Ketua STAIN Salatiga
2. Bapak Drs. Mubasirun M. Ag, selaku Ketua Jurusan STAIN Salatiga
3. Bapak Abdul Aziz NP., MM, selaku Ketua Program Studi DIII Perbankan
Syari’ah
4. Bapak Mochlasin, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
membimbing dan mengarakan penulis samapai tahap penyelesaian
penulisan Tugas Akhir.
5. Bapak Drs. Nur Budiarso, Heri Natoil, S. Ag, ibu Rike Candia Puska,
A.Md beserta seluruh karyawan BMT Bina Insani Pringapus Ungaran,
yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis
melaksanakan magang.
6. Bapak, Ibu dan kakak-kakak penulis tercinta, yang selalu memberikan
motivasi dan dukungan bagi penulis hingga selesai.
7. Kholifatul Asfiyah dan Musyafa’ah sahabat sekaligus kakak yang selalu
memberikan support.
8. Teman-teman mahasiswa D3 Perbankan Syariah angkatan 2008,
Khususnya empat sekawan yang selalu mewarnai hari-hari kuliah
bersama.
9. Sahabat, kerabat dan semua pihak yang telah memberikan bantuannya
dalam penulisan Tugas Akhir.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan. Harapan penulis
semoga Tugas Akhir ini bisa bermanfaat bukan hanya bagi penulis tetapi juga
bagi pembaca.
Salatiga, 10 Agustus 2011
Penulis
Siti Khapsoh
NIM: 20108041
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………………………………………...... i
Halaman Pengajuan Tugas Akhir ………………………………………………. ii
Halaman Persetujuan Tugas Akhir……………………………………………… iii
Halaman Pengesahan……………………………………………………………. iv
Motto……………………………………………………………………………. v
Persembahan …………………………………………………………………… vi
Kata Pengantar …………………………………………………………………. vii
Abstrak………………………………………………………………………….. ix
Daftar Isi………………………………………………………………………… x
Daftar Gambar…………………………………………………………………... xi
Daftar Tabel …………………………………………………………………… xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………..... 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………… 5
C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan……………………………………. 5
D. Metode Penelitian…………………………………………………… 7
E. Sistematika Penulisan……………………………………………….. 8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka……………………………………………………… 10
B. Tinjauan Pustaka .…………………………………………………... 24
BAB III LAPORAN OBYEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum…………………………………………………… 29
B. Data-Data Diskriptif………………………………………………… 47
BAB IV ANALISA
A. Tekhnik Penentuan Margin Pembiayaan Murabahah dan BBA …... 48
B. Faktor yang mempengaruhi perkembangan pembiayaan murabahah
dan BBA ........................................................................................ 51
C. pengaruh pembiayaan murabahah dan BBA terhadap profitabilitas
BMT Bina Insani Pringapus Ungaran ........ ……………………….. 54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………….
B. Saran…………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 alur pencairan kredit …………........................................ 44
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Realisasi Pembiayaan juni 2011 .................................................. 48
Tabel 3.2 Realisasi Pembiayaan juli 2011 .......................……...……….... 48
Tabel 4.1 Angsuran Pembiayaan Murabahah ............................................. 57
Tabel 4.2 Angsuran Pembiayaan BBA ..................................................…. 58
Tabel 4.3 Pendapatan Pembiayaan Murabahah januari 2011 ..................... 59
Tabel 4.4 Pendapatan Pembiayaan BBA januari 2011 ............................... 60
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbankan Syariah mempunyai prinsip bagi hasil yang berbeda
dengan perbankan konvensional, yang ternyata lebih tangguh dan terbukti
mampu bertahan pada saat krisis ekonomi global. Bahkan sistem
perbankan syariah saat ini lebih berkembang dan menjadi alternatif
menarik bagi kalangan pengusaha sebagai pelaku bisnis, akademisi
sebagai penyedia sumber daya manusia dan masyarakat sebagai pengguna
jasa perbankan.
Bank berdasarkan prinsip syariah atau bank syariah atau bank
Islam, seperti halnya konvensional, juga berfungsi sebagai suatu lembaga
intermediasi (intermediary institution), yaitu menyerap dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada
masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan.
Bedanya hanyalah bahwa bank syariah melakukan kegiatan usahanya tidak
berdasarkan bunga tetapi berdasarkan prinsip syariah, yaitu prinsip
pembagian keuntungan (profit lost sharing principle).
Di Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, telah muncul
pula kebutuhan akan adanya bank yang melakukan kegiatan berdasarkan
prinsip syariah. Keinginan ini kemudian ditampung dengan
dikeluarkannya Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sekalipun belum dengan istilah yang tegas, tetapi baru dimunculkan
dengan memakai istilah “bagi hasil”. Baru setelah Undang-undang
tersebut diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan undang-undang No 7 tahun 1992 tentang perbankan, istilah
yang dipakai lebih terbuka. Dalam Undang-undang No. 10 Tahun 1998
disebut dengan tegas istilah “prinsip syariah” bank berdasarkan prinsip
syariah. Karena operasinya berpedoman ketentuan-ketentuan Syariah
Islam, karenanya bank Islam disebut pula “Bank Syariah”.
Berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1998, bank dalam
melakukan kegiatannya tidak hanya memperhatikan prinsip syariah saja
tetapi juga harus memperhatikan ketentuan Bank Indonesia (BI) atas
terjadinya usaha yang dilakukan oleh bank. Penetapan ketentuan dari BI
bertujuan agar bank sebagai financial intermediary institution yang
melakukan kegiatan usaha pembiayaannya harus selalu dalam keadaan
baik.
Munculnya Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan
undang undang No 7 tahun 1992 tentang perbankan tersebut, ternyata
dirasa masih belum begitu memberikan stimulasi yang besar bagi
perkembangan perbankan syariah. akhirnya pada tahun 2008 disusunlah
Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, yang
spesifik membahas tentang perbankan syariah. Undang-undang tersebut
ternyata memberikan pengaruh yang sangat besar bagi dunia ekonomi
syariah, terbukti setelah adanya Undang-undang tersebut banyak lembaga-
lembaga keuangan yang berprinsip syariah berdiri. Mulai dari bank umum
syariah, unit usaha syariah, BPR Syariah, koperasi syariah, Baitul Maal
Wattamwil (BMT), pegadaian syariah, asuransi syariah dan lembaga lain
yang beroperasi dengan menggunakan prinsip syariah.
BMT merupakan lembaga keuangan syariah yang secara
kelembagaan sama dengan koperasi. Oleh karena itu, BMT operasionalnya
tidak diawasi oleh Bank Indonesia. fungsi BMT sama dengan bank, yaitu
sebagai lembaga intermediasi bagi masyarakat yang kelebihan dana
dengan masyarakat yang kekurangan dana. Perbedaan antara BMT dengan
bank ada pada fasilitas yang diberikan, jika bank sebagai lembaga besar
dapat memberikan fasilitas berupa transfer, kliring, inkaso dan lain
sebagainya, sedangkan BMT tidak dapat melakukan hal demikian.
Seperti Bank Syariah, BMT juga memberikan jasa-jasa
pembiayaan. Jasa-jasa yang terkait dengan jasa pembiayaan yang
ditawarkan oleh BMT dikemas dalam produk-produk sama dengan yang
ada dalam Bank Syariah, produk tersebut diantaranya adalah pembiayaan
Murabahah dan bai’ bitsaman ajil (BBA). Meskipun hampir sama antara
kedua pembiayaan tersebut, tetapi ada perbedaan pada pola
pembayarannya. Pembiayaan murabahah pembayarannya dilakukan
dengan termin waktu yang telah disepakati, sedangkan pembiayaan BBA
pembayarannya dilakukan dengan angsuran rutin tiap bulan atau dengan
system cicilan sesuai waktu yang telah disepakati.
Pada pembiayaan baik murabahah maupun BBA ada perjanjian
keuntungan atau mark-up, BMT membiayai pembelian barang atau asset
yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli barang itu dari
pemasok barang dan kemudian menjualnya kepada nasabah tersebut
dengan menambah suatu mark-up atau keuntungan. Dengan kata lain,
penjualan barang oleh bank kepada nasabah dilakukan atas dasar harga
pokok ditambah keuntungan. Murabahah menurut M. Syafi’i Antonio
(2001:101) “Dalam bai’ al-murabahah penjual harus memberitahukan
harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan
sebagai tambahannya”
Dari uraian mengenai pembiayaan Murabahah dan BBA di atas,
pembiayaan Murabahah dan BBA merupakan jenis pembiayaan BMT
yang nantinya akan berpengaruh penting dalam profitabilitas. Profitabilitas
merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam menentukan
kesuksesan suatu lembaga serta dapat dijadikan dasar kebijakan serta
strategi lembaga tersebut pada periode yang akan datang, maka BMT
dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah,
BMT harus menempuh suatu cara agar tidak merugikan kepentingan
kedua belah pihak, maka BMT dalam memberikan pembiayaan harus
mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas i’tikad
dan kemampuan serta kesanggupan nasabah untuk mengembalikan baik
pembiayaan Murabahah maupun pembiayaan bai’ bitsaman ajil sesuai
perjanjian antara BMT dan nasabah.
Berdasarkan latar belakang permasalahan seperti diuraikan diatas,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :
PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN BAI’ BITSAMAN
AJIL TERHADAP PROFITABILITAS BMT BINA INSANI
PRINGAPUS UNGARAN JAWA TENGAH.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan
beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana tekhnik penentuan margin pada pembiayaan murabahah dan
pembiayaan BBA di BMT Bina Insani Pringapus Ungaran?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pembiayaan
murabahah dan BBA di BMT Bina Insani Pringapus Ungaran ?
3. Bagaimana pengaruh pembiayaan Murabahah dan pembiayaan BBA
terhadap profitabilitas BMT Bina Insani Pringapus Ungaran?
C. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan merupakan harapan atau hal-hal yang ingin dicapai penulis
sebagai upaya pemecahan masalah, adapun tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui tekhnik penentuan margin pada pembiayaan murabahah
dan pembiayaan BBA di BMT Bina Insani Pringapus Ungaran.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
pembiayaan murabahah dan BBA di BMT Bina Insani Pringapus Ungaran.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pembiayaan murabahah dan
BBA terhadap profitabilitas BMT Bina Insani Pringapus Ungaran.
Adapun manfaat atau kegunaan dari tugas akhir ini antara lain:
1. Bagi BMT
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif solusi
atas persoalan yang selama ini dihadapi oleh BMT, serta dapat dijadikan
sebagai masukan untuk keputusan-keputusan mendatang khususnya yang
berkaitan dengan profitabilitas pembiayaan murabahah dan pembiayaan
bai’ bitsaman ajil.
2. Bagi penulis
Tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang
mendalam serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan kepada
penulis mengenai produk pembiayaan murabahah dan bai’ bitsaman ajil
dalam kaitannya dengan profitabilitas BMT.
3. Bagi STAIN Salatiga
Bagi STAIN Salatiga, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi akademik dalam bidang menejemen Lembaga Keuangan
Syariah serta dapat dijadikan sebagai referensi khususnya yang berkaitan
dengan pembiayaan murabahah dan bai’ bitsaman ajil serta hal-hal yang
berkaitan dengan profitabilitas BMT.
D. Metodologi Penelitian
Metode penelitian dilakukan secara terperinci dan efektif sehingga
diketahui bahwa seseorang melakukan penelitian ilmiah adalah untuk
mendapatkan suatu interpelasi yang sistematik dan menunjang.
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek
penelitian atau sumber data akurat. Data ini didapatkan dari BMT,
sedangkan data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain
data angsuran pembiayaan murabahah, data angsuran pembiayaan
BBA, data perkembangan nasabah, data tekhnik perhitungan
margin dan rekap pendapatan BMT.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
dikumpulkan oleh pihak lain. Misalnya dalam bentuk tabel atau
grafik. (Syaifudin, 1997:72). Data ini antara lain meliputi: latar
belakang dan sejarah, tujuan, visi, misi dan struktur organisasi dari
BMT Bina Insani Pringapus Ungaran Jawa Tengah.
2. Tekhnik Pengumpulan Data
Tekhnik pengumpulan data melalui cara sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dan Tanya jawab yang diarahkan
untuk mencapai tujuan tertentu. Wawancara ini dilakukan guna
memperoleh informasi dan keterangan langsung dari informan.
Dalam hal ini penulis melakukan wawancara terhadap 5 orang,
yaitu:
1) Drs. Nur Budiarso (Manager BMT)
2) Rhike Candia Puska (Accounting)
3) Heri Natoil (Manager pembiyaan)
4) Novita handayani (Teller)
5) Heru Afriyanto (Nasabah)
Penulis mewawancarai orang-orang tersebut, karena mereka adalah
orang-orang yang tepat dan berhubungan langsung dengan hal-hal
yang penulis teliti.
b. Observasi
Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara memprhatikan
secara akurat, mencatat hal yang muncul dan mempertimbangkan
hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi ini
dilakukan untuk mengamati dan mencatat kondisi obyek dengan
melihat pelaksanaan kegiatan secara langsung.
Dalam hal ini penulis mengikuti beberapa kegiatan secara langsung
dalam proses realisasi pembiayaan dan penagihan terhadap
nasabah yang kurang lancar.
c. Penelitian kepustakaan
Berupa pengumpulan data dan informasi dari sumber tertulis yang
memiliki hubungan dengan masalah yang sedang diteliti berupa
buku, Koran, majalah, internet dan sebagainya.
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode
penelitian dan sistematika penulisan Tugas Akhir.
BAB II LANDASAN TEORI
Mendeskripsikan tentang produk pembiayaan murabahah
dan BBA yang ditinjau dari teori-teori yang ada, dan
menitikberatkan pada teori-teori kepustakaan serta
menjelaskan letak atau posisi penelitian ini yang
dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
BAB III LAPORAN OBYEK
Menguraikan gambaran umum tentang BMT Bina Insani
Pringapus Ungaran Jawa Tengah, mulai dari latar belakang
dan sejarah, struktur organisasi, produk-produk, visi dan
misi dan program-program BMT tersebut.
BAB IV ANALISIS
Berisi tentang teknik penentuan margin pembiayaan
murabahah dan BBA, faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan kedua pembiayaan tersebut serta pengaruh
pembiayaan murabahah dan BBA terhadap profitabilitas
BMT Bina Insani Pringapus Ungaran Jawa Tengah.
BAB V PENUTUP
Memberikan kesimpulan dan saran yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi lembaga keuangan syariah pada umumnya
dan BMT Bina Insani Pringapus Ungaran Jawa Tengah
pada khususnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
1. Pembiayaan
a. Definisi pembiayaan
Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan
pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank
syariah kepada nasabah. Pembiayaan secara luas berarti financing atau
pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun
yang dikerjakan oleh orang lain.
Menurut M. Syafi’i Antonio (2001:260) menjelaskan bahwa
pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian
fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan defisit unit.
Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan
undang-undang No 7 tahun 1992 tentang Perbankan menyatakan
“Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
b. Tujuan Pembiayaan
Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk
meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai
dengan nilai-nilai Islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati
oleh sebanyak-banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industri,
pertanian, dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan
menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dalam
rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.
c. Fungsi Pembiayaan
Keberadaan bank syariah yang menjalankan pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah bukan hanya untuk mencari keuntungan
dan meramaikan bisnis perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk
menciptakan lingkungan bisnis yang aman, diantaranya:
1) Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang menerapkan
sistem bagi hasil yang tidak memberatkan debitur.
2) Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank
konvensional karena tidak mampu memenuhi persyaratn yang
ditetapkan oleh bank konvensional
3) Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan
oleh rentenir dengan membantu melalui pendanaan untuk usaha
yang dilakukan
d. Prinsip Pembiayaan
Menurut Mohammad (2001:104), dalam melakukan penilaian
permohonan pembiayaan bank syariah bagian marketing harus
memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi
secara keseluruhan calon nasabah. Di dunia perbankan syariah prinsip
penilaian dikenal dengan 5 C + 1 S, yaitu:
1) Character
Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon
penerima pembiayaan dengan tujuan untuk memperkirakan
kemungkinan bahwa penerima pembiayaan dapat memenuhi
kewajibannya.
2) Capacity
Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan
penerima pembiayaan untuk melakukan pembayaran.
Kemampuan diukur dengan catatan prestasi penerima pembiayaan
di masa lalu yang didukung dengan pengamatan di lapangan atas
sarana usahanya seperti toko, karyawan, alat-alat, pabrik serta
metode kegiatan.
3) Capital
Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki
oleh calon penerima pembiayaan yang diukur dengan posisi
perusahaan secara keseluruhan yang ditujukan oleh rasio finansial
dan penekanan pada komposisi modalnya.
4) Collateral
Yaitu jaminan yang dimiliki calon penerima pembiayaan.
Penilaian ini bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu
resiko kegagalan pembayaran tercapai terjadi , maka jaminan
dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajiban.
5) Condition
Bank syariah harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi
di masyarakat secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan
jenis usaha yang dilakukan oleh calon penerima pembiayaan. Hal
tersebut karena kondisi eksternal berperan besar dalam proses
berjalannya usaha calon penerima pembiayaan.
6) Syariah
Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha
yang akan dibiayai benar-benar usaha yang tidak melanggar
syariah sesuai dengan fatwa DSN “Pengelola tidak boleh
menyalahi hukum syariah Islam dalam tindakannya yang
berhubungan dengan mudharabah.”
2. Murabahah
a. Definisi Murabahah
Kata al-Murabahah diambil dari bahasa Arab dari kata ar-ribhu
"الرِبْحُ" (Attabik, 2003:1014) yang berarti kelebihan dan tambahan
keuntungan. Dalam definisi Bai’al Murabahah adalah jual beli
barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati (Antonio, 2001:101).
Sedangkan menurut para ulama terdahulu adalah jual beli
dengan modal ditambah keuntungan yang diketahui. Hakekatnya
adalah menjual barang dengan harga (modal) nya yang diketahui
kedua belah transaktor (penjual dan pembeli) dengan keuntungan
yang diketahui keduanya. Pembiayaan Murabahah adalah istilah
untuk (Online), (http://www.perbankan syariah.com, diakses
tanggal 16 Mei 2011) :
1) Akad atau perjanjian jual beli antara bank dengan supplier
untuk barang yang dipesan oleh nasabah.
2) Akad atau perjanjian antara bank dengan nasabah dengan
untuk menjual barang yang telah dimiliki bank kepada
nasabah.
Murabahah didefinisikan oleh para fuqaha sebagai penjualan
barang seharga biaya atau harga pokok ( cost) barang tersebut
ditambah mark-up atau margin keuntungan yang disepakati.
Penjual harus memberitahukan harga pembelian produk dan
menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya (
cost) tersebut.
b. Prinsip dan Ketentuan Umum Murabahah
Adapun yang menjadi prinsip dan ketentuan umum dalam
pembiyaan murabahah yaitu :
1) Akad murabahah bebas riba
2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan
3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang
4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank
sendiri, dari pembelian ini harus dan bebas riba
5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian
6) Bank menjual barang kepada nasabah dengan harga jual senilai
harga beli plus keuntungannya
7) Bank harus memberi tahu secara jujur harga pokok barang kepada
nasabah berikut biaya yang diperlukan
8) Nasabah membayar harga barang yang disepakati pada jangka
waktu tertentu
9) Untuk mencegah penyalahgunaan atau kerusakan akad, bank dapat
mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah
10) Jika bank mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari
pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah
barang, secara prinsip menjadi milik bank.
c. Tujuan dan Manfaat Murabahah
Sebagaimana kita ketahui, dalam skim Murabahah fungsi Bank
adalah sebagai Penjual barang untuk kepentingan Nasabah, dengan
cara membeli barang yang diperlukan Nasabah dan kemudian
menjualnya kembali kepada Nasabah dengan harga jual yang setara
dengan harga beli ditambah keuntungan Bank dan Bank harus
memberitahukan secara jujur harga pokok Barang berikut biaya yang
diperlukan dan menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian Barang kepada Nasabah. Namun demikian, sebagai
Penyedia Barang dalam prakteknya Bank Syariah kerap kali tidak mau
dipusingkan dengan langkah-langkah pembelian Barang. Karenanya
Bank Syariah menggunakan media ”akad Wakalah” dengan
memberikan kuasa kepada Nasabah untuk membeli barang tersebut.
Dalam pembiyaan murabahah,terdapat manfaat yang tidak saja
semata diperoleh oleh bank tetapi juga dapat dirasakan oleh nasabah
seperti yang disebutkan berikut ini :
1) Bagi Bank
a) Adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli, dari
penjual dengan harga jual kepada nasabah
b) Sumber pendanaan bagi bank baik dalam bentuk rupiah atau
valuta asing
2) Bagi Nasabah
a) Membiayai kebutuhan nasabah dalam hal pengadaan barang
konsumsi seperti rumah, kendaraan atau barang produktif
seperti mesin produksi, pabrik dan lain-lain.
b) Dapat diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian
barang-barang investasi baik domestik maupun luar negeri.
d. Landasan Hukum Pembiayaan Murabahah
1) QS. Al-Baqarah : 275
مَ الرِّبىَ اللَھُ الْبَیْعَ وَحَرَّ وَاَحَلَّ
”Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”
2) HR. Ibnu Majah
“Dari Suhaib ArRumi r.a bahwa Rasulullah bersabda, “tiga hal
yang didalamnya terdapat keberkahan: jual beli secara tangguh,
muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan
tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.”
e. Rukun dan Syarat Murabahah
Murabahah dalam teknis perbankan adalah akad jual beli antara
bank selaku penyedia bank dengan nasabah yang memesan untuk
membeli barang. Adapun rukun dan syaratnya (Antonio, 2001:102)
adalah sebagai berikut:
1) Rukun Murabahah :
a) Penjual
b) Pembeli
c) Barang yang diperjual-belikan
d) Harga dan
e) Ijab-qabul
2) Syarat-syarat:
a) Bank Islam memberitahu biaya modal kepada nasabah.
b) Kontrak pertama harus sah.
c) Kontrak harus bebas dari riba.
d) Bank Islam harus menjelaskan setiap cacat yang terjadi
sesudah pembelian dan harus membuka semua hal yang
berhubungan dengan cacat.
e) Bank Islam harus membuka semua ukuran yang berlaku bagi
harga pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara
hutang.
f) Jika syarat dalam 1, 4 atau 5 tidak dipenuhi, pembeli
memiliki pilihan:
i) Melanjutkan pembelian seperti apa adanya.
ii) kembali kepada penjual dan menyatakan
ketidaksetujuan.
iii) membatalkan kontrak.
Dalam murabahah dibutuhkan beberapa syarat, antara lain
(Wiroso, 2005:17), yaitu mengetahui harga pertama (harga
pembelian) antara kedua belah pihak, mengetahui besarnya
keuntungan, mengetahui jumlah keuntungan, modal hendaknya
berupa komoditas yang memiliki kesamaan dan sejenis seperti
benda-benda yang ditakar,ditimbang dan dihitung, system
murabahah dalam harta riba hendaknya tidak menisbatkan riba
tersebut terhadap harga pertama, transaksi pertama haruslah sah
secara syara’.
f. Hukum Bai’ Murabahah
Hukum Bai’ Murabahah dengan pelaksanaan janji tidak
mengikat ada dua :
1) Pelaksanaan janji tidak mengikat tanpa ada penentuan nilai
keuntungan dimuka. Hal ini yang diperbolehkan dalam pendapat
madzhab Hanafiyah, Malikiyah dan Syafi’iyah. Hal itu karena tidak
ada dalam bentuk ini ikatan kewajiban menyempurnakan janji
untuk bertransaksi atau penggantian ganti kerugian. Seandainya
barang tersebut hilang atau rusak maka nasabah tidak
menanggungnya. Sehingga lembaga keuangan tersebut
bersepekulasi dalam pembelian barang dan tidak yakin nasabah
akan membelinya dengan memberikan keuntungan kepadanya.
Seandainya salah satu dari keduanya berpaling dari keinginannya
maka tidak ada ikatan kewajiban dan tidak ada satupun akibat yang
ditanggungnya.
2) Pelaksanaan janji tidak mengikat dengan adanya penentuan nilai
keuntungan yang akan diberikannya, maka ini dilarang karena
masuk dalam kategori al ‘Inah.
3. Bai Bitsaman Ajil (BBA)
Bai’ Bithaman Ajil atau dalam bahasa Indonesianya “jual beli
dengan harga tangguh” adalah jual beli dengan harga yang lebih tinggi
dari jual beli tunai. Harga yang lebih tinggi biasanya dikarenakan
pembayaran beberapa kali atau dengan jangka waktu, alias tidak tunai.
Para ulama berbeda pendapat dengan boleh tidaknya jual beli seperti ini.
Pendapat Mazhab Syafii merupakan pendapat yang paling banyak
diterima, yaitu sepanjang disepakati, maka harga dalam setiap jual beli
tidak boleh berubah. Karena itu jika penjual dan pembeli sepakat untuk
melakukan jual beli tangguh dengan harga lebih tinggi dari jual beli tunai,
maka apabila sudah dilakukan ijab qabul, harga tidak boleh berubah
sampai jatuh tempo.
Pembiayaan BBA adalah pembiayaan untuk membeli barang
dengan cicilan. Syarat-syarat dasar dari produk ini hampir sama dengan
pembiayaan murabahah. Perbedaan diantara keduanya terletak pada sistem
pembayaran, dimana pada pembiayaan murabahah pembayaran ditunaikan
setelah berlangsungnya akad kredit atau sering disebut dengan pembayaran
jatuh tempo, sedangkan pada pembiayaan BBA adalah dengan system
cicilan yang dilakukan setelah nasabah menerima barang.
Menurut Mohammad (2002: 30), Ada beberapa kaidah khusus
yang berkaitan dengan BBA, antara lain:
a. Harga barang dengan transaksi BBA dapat ditentukan lebih tinggi
daripada transaksi tunai. Namun, ketika harga telah disepakati,
tidak dapat dirubah lagi.
b. Jangka waktu pengembalian dan jumlah cicilan ditentukan
berdasarkan musyawarah dan kesepakatan kedua belah pihak.
c. Manakala nasabah tidak dapat membayar tepat pada waktu yang
telah disepakati maka bank akan mencarikan jalan yang paling
bijaksana. Jalan apapun yang ditempuh bank tidak akan
mengenakan sanksi atau melakukan repricing dari akad yang
sama.
Jika dilihat dari sisi accounting kedua produk ini ini hanya
berbeda dari sisi cicilan. Dalam BBA, cicilan pembayaran dari
nasabah berisi pokok dan margin keuntungan, sedangkan cicilan
Murabahah berisi margin keuntungan saja. Perbedaan diantara
keduanya sering terjadi ketika nasabah BBA menginginkan agar
mereka membayar cicilan margin saja, sedangkan nasabah
Murabahah menginginkan agar modal yang biasanya dibayar di
akhir, dapat dicicil bersama margin.
4. Pengertian Profitabilitas
Profitabilitas merupakan perbandingan antara laba dengan
aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut yang
dinyatakan dalam prosentase. Lebih lanjut karena pengertian
profitabilitas sering dipergunakan untuk mengukur efisiensi
penggunaan modal didalam perusahaan, maka rentabilitas
ekonomis sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan
perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk
menghasilkan laba (Dendawijaya, 2005:134).
Laba yang diraih dari kegiatan yang dilakukan merupakan
cerminan sebuah kinerja perusahaan dalam menjalankan usahanya.
Menjaga tingkat profitabilitas merupakan hal yang penting bagi
bank karena profitabilitas yang tinggi merupakan tujuan setiap
bank. Jika dilihat dari perkembangan rasio profitabilitas
menunjukkan suatu peningkatan hal tersebut menunjukkan kinerja
bank yang efisien (Astohar, 2009:18).
5. Definisi BMT
Menurut Sudarsono (2003: 121) Baitul maal wattamwil (BMT)
adalah salah satu bentuk lembaga keuangan bukan bank yang
diperuntukkan bagi masyarakat luas yang berpenghasilan menengah ke
bawah yang membutuhkan dana dalam waktu segera.
Terdiri dari dua istilah, yaitu baitul dan baitul tamwil. Baitul lebih
mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang
non profit, seperti zakat infaq, shadaqah. Sedangkan baitul tamwi
lsebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-
usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT
sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarkat kecil dengan
berlandaskan syariah.
Secara kelembagaan BMT didampingi atau didukung Pusat
Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). Keberadaan BMT merupakan
representasi dari kehidupan masyarakat dimana BMT itu berada,
dengan jalan ini BMT mampu mengakomodir kepentingan ekonomi
masyarakat. Peran umum BMT yang dilakukan adalah melakukan
pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan sistem syariah. Peran ini
menegaskan arti penting prinsip-prinsip syariah dalam kehidupan
ekonomi masyarakat. Sebagai lembaga keuangan syariah yang
bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil yang serba
cukup, ilmu pengetahuan ataupun materi maka BMT mempunyai tugas
penting dalam mengemban misi keislaman dalam segala aspek
kehidupan masyarakat.
B. Tinjauan Pustaka
Pembiayaan merupakan bentuk penyaluran dana yang diberikan oleh
bank syariah kepada masyarakat. pembiayaan ini ada banyak jenisnya,
diantaranya yaitu pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah,
pembiayaan murabahah, pembiayaan BBA, dan lain sebagainya. Pembiayaan
tersebut yang pada nantinya akan menghasilkan laba pada bank.
Profitabilitas merupakan unsur yang penting dalam perusahaan
(perbankan) melalui profitabilitas perbankan dapat mengukur kemampuannya
dalam menghasilkan laba melalui asset yang dimiliki atau dengan modal
sendiri yang dimiliki. Melalui profitabilitas perbankan dapat menjaga
kelangsungan hidup perbankan serta dapat mengembangkan kemampuan
usaha kedepan. Perbaikan efisiensi kinerja yang lebih tinggi yang dalam
kaitan pengembangan dari sektor keuangan mendukung efisiensi keuntungan
bank. (www.republika.com, 1 juni 2011).
Penelitian terdahulu didapat dari berbagai argumentasi dan hasil
penelitian yang sejenis yang disusun sebagai panduan untuk memecahkan
masalah dan merumuskan hipotesis.
Menurut Budi Kurniasari (2007) dalam penelitiannya yang berjudul
“pengaruh pembiayaan Mudharabah, pembiayaan Musyarakah terhadap
Laba Rugi BMT Bina Insani Pringapus”, diperoleh bahwa besar kecilnya
laba rugi dipengaruhi oleh besar kecilnya pembiayaan mudharabah dan
pembiayaan musyarakah. Akan tetapi ada perbedaan pengaruh pendapatan
pada kedua pembiayaan tersebut, yakni peningkatan laba akan terjadi ketika
dana disalurkan pada pembiayaan musyarakah. Sedangkan ketika dana
disalurkan pada pembiayaan mudharabah kemungkinan BMT akan
mengalami kerugian.
Persamaan antara penelitian Budi Kurniasari dengan Tugas akhir ini
sama-sama membahas tentang pengaruh pembiayaan yang dilakukan BMT
terhadap laba perusahaan. Tetapi penelitian Budi membahas laba BMT Bina
Insani yang dihubungkan dengan pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah,
sedangkan Tugas Akhir ini membahas tentang laba BMT Bina Insani yang
dihubungkan dengan pembiayaan Murabahah dan Bai’ bitsaman Ajil.
Dalam Tugas Akhir yang berjudul “Pengaruh Pembiayaan Bai
Bitsaman Ajil terhadap Tingkat Pendapatan BMT Al-Fattah Susukan”,
Istiqomah Mufidah menjelaskan bahwa pembiayaan BBA sangat
mempengaruhi peningkatan pendapatan BMT, karena banyaknya jumlah
nasabah pembiayaan BBA. Menurut Istiqomah, prosentase pendapatan dan
jumlah dana yang mengalami peningkatan yang cukup signifikan
membuktikan bahwa pendapatan yang diperoleh dalam kondisi konstan atau
seimbang berdasarkan seberapa besar penggunaan dana atau modal.
Tugas Akhir ini lebih fokus pada peningkatan pendapatan yang
dihubungkan dengan pembiayaan BBA dengan melihat prosentase
pendapatan dan jumlah dana yang mengalami peningkatan cukup signifikan.
Disamping itu, Istiqomah dalam Tugas Akhirnya juga menjelaskan bahwa
peningkatan pendapatan juga dipengaruhi oleh peningkatan jumlah nasabah.
Dalam Tugas Akhirnya Istiqomah tersebut, dia hanya membahas
pengaruh pembiayaan BBA terhadap peningkatan pendapatan BMT Al-fattah
Susukan saja tanpa membandingkan pengaruh pembiayaan yang lain.
Sedangkan Tugas Akhir ini membandingkan pengaruh pembiayaan BBA dan
Murabahah terhadap profitabilitas BMT Bina Insani pringapus.
Dalam Tugas Akhir yang berjudul “Tinjauan Pembiayaan
Mudharabah dalam kaitannya Dengan Pendapatan Pada BMT Insan
Sejahtera Demak”, Agus Sugiarto menjelaskan bahwa relavansi pembiayaan
Mudharabah terhadap pendapatan adalah apabila penerapan dan pelaksanaan
pembiayaan mudharabah pada BMT Insan Sejahtera Demak sudah sesuai
dengan syariah dan dapat dimaksimalkan maka pendapatan pada BMT Insan
sejahtera Demak dapat meningkat.
Bila dilihat pada peningkatan prosentase dari total pendapatan yang
dihasilkan terjadi penurunan yang cukup signifikan. Hal ini karena kurang
maksimalnya penggunaan modal. Sedangkan peningkatan prosentase dari
jumlah dana yang digunakan, perubahan tidak terlalu signifikan. Hal ini
membuktikan bahwa tingkat resiko penggunaan modal pada produk
pembiayaan mudharabah tidak terlalu buruk. Jadi bisa dibilang produk ini
bisa menjadi produk unggulan dan memberikan pendapatan yang cukup besar
bila pihak BMT dapat memaksimalkan produk ini.
Tugas akhirnya Agus Sugiarto ini sama-sama membahas tentang
pengaruh pembiayaan terhadap pendapatan, akan tetapi dalam Tugas Akhir
Agus lebih fokus pada pembiayaan mudharabah dalam hubungannya dengan
pendapatan pada BMT Insan Sejahtera Demak, sedangkan Tugas Akhir ini
fokus pada pengaruh pembiayaan murabahah dan BBA terhadap profitabilitas
BMT Bina Insani Pringapus.
Dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan
yang dilakukan BMT sangat berpengaruh terhadap profitabilitas BMT. Tetapi
pada penelitian-penelitian diatas hanya membahas dari satu segi pembiayaan
saja, tanpa menggunakan komparasi sebagai bahan pembanding. Jadi masih
sulit untuk mengetahui sebenarnya pembiayaan yang mana yang lebih
menguntungkan. Sedangkan Tugas Akhir ini lebih detil membahas tentang
pembiayaan Murabahah dan BBA serta peengaruhnya terhadap profitabilitas
BMT Bina Insani Pringapus. Sehingga akan lebih mudah terlihat bahwa salah
satu dari pembiayaan tersebut lebih menguntungkan. Jadi diharapkan akan
membantu BMT dalam mengambil keputusan pembiayaan.
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dilakukan. Terbukti bahwa
penelitian ini belum pernah dilakukan oleh seseorang dan berbeda dengan
Tugas Akhir-Tugas Akhir diatas.
BAB III
LAPORAN OBYEK
A. Gambaran umum
1. Sejarah Berdirinya BMT Bina Insani Pringapus
BMT Bina Insani Pringapus merupakan sebuah lembaga keuangan
syari'ah berbentuk koperasi yang dirintis sejak Juli 1998 sebagai
pengaruh dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Masalah usaha
ekonomi pengusaha kecil di wilayah Pringapus adalah keterbatasan
dana dan kemampuan manajerial yang kurang. Hal ini sebenarnya
dapat diatasi dengan menjamurnya lembaga keuangan yang sudah
merambah di Pringapus yaitu adanya BRI unit desa, BKK dengan unit
kelilingnya maupun lembaga keuangan yang lain, namun
kenyataannya fasilitas yang diberikan kurang bisa menembus dan
menyentuh golongan pengusaha kecil ke bawah. Hal tersebut
disebabkan sistem dan mekanisme operasional perbankkan harus
melalui persyaratan administrasi yang rumit atau sulit dipenuhi oleh
pengusaha kecil bawah sehingga kalaupun ada yang mendapatkan
kucuran dana tidak disertai dengan bimbingan dan pengawasan bisa
berakibat usaha yang dilakukan tidak berhasil tetapi sebaliknya.
Disisi lain masih banyak umat islam yang enggan berhubungan
dengan perbankan karena adanya persepsi yang kuat bahwa bunga
bank tersebut sama dengan riba yang diharamkan oleh syariat islam.
Berangkat dari pemikiran di atas, sekelompok masyarakat yang
mencoba peduli membentuk sebuh kelompok swadaya masyarakat
dalam bentuk Koperasi yang menampung dan merangkul semua
kelompok dan golongan yang ada di Pringapus dengan nama Koperasi
Bina Insani yang diharapkan dengan usaha ini pengusaha kecil yang
tidak mampu berhubungan dengan dunia bank dan lembaga keuangan
lain merasa terpanggil untuk berkoneksi dengan Bina Insani untuk
memajukan kualitas kehidupannya.
Seiring dengan permasalahan dan krisis ekonomi yang
memberikan dampak yang buruk bagi kondisi tenaga kerja sehingga
meningkatnya jumlah pengangguran, Depnaker Kab. Semarang
membuka proyek Penanggulangan Pengangguran Pekerja Terampil
(Proyek P3T), sehingga dirintislah sebuah lembaga keuangan syariah
BMT Bina Insani dengan memanfaatkan program pemerintah tersebut.
Kemudian pada tanggal 15 Maret 1999 keluarlah badan hukum
koperasi yang menjadi tanggal resmi berdirinya koperasi dengan
nomor : 055/BH/KDK.II.I/III/1999.
a. Keanggotaan
Berdasarkan undang-undang, koperasi hanya boleh
menghimpun dan menyalurkan dana kepada anggota. Maka BMT
Bina Insani mengeluarkan produk simpanan dan mencantumkan
para penyimpan sebagai calon anggota, selama belum memenuhi
kewajiban sebagai anggota koperasi.
Dengan demikian secara legal para calon anggota sudah berhak
menyimpan dananya dan berhak pula mendapatkan fasilitas
pembiayaan. Pengguna jasa kopersi baik sebagai penyimpan
maupun peminjam yang belum membayar simpanan pokok dan
simpanan wajib inilah yang dikatakan sebagai calon anggota.
Untuk bisa menjadi anggota koperasi BMT Bina Insani, maka
calon anggota harus memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai
berikut:
1) Membayar Simpanan Pokok, yaitu sejumlah uang yang wajib
dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk
menjadi anggota. Jumlah simpanan pokok sudah ditetapkan
oleh koperasi dan tidak dapat diambil selama masih menjadi
anngota koperasi.
2) Membayar Simpanan Wajib, yaitu jumlah simpanan tertentu
yang harus dibayarkan anggota kepada operasi dalam waktu
dan kesempatan tertentu, yaitu tiap bulan dengan jumlah
simpanan yang sama dan tidak dapat diambil selama masih
menjadi anngota koperasi.
3) Simpanan sukarela oleh anggota yang jumlahnya bersifat bebas
dan dapat diambil sewaktu-waktu.
Adapun hak yang diperoleh anggota adalah sebagai berikut:
1) Memegang kekuasaan tertinggi dalam Rapat Anggota.
2) Memperoleh SHU (Sisa Hasil Usaha), yaitu pembagian
keuntungan koperasi yang dihitung dari andil anggota terhadap
koperasi meliputi jumlah simpanan dalam modal penyertaan.
3) Memberikan/mengajukan pertanyaan, usul, kritikan, menolak
maupun menerima laporan pertanggungjawaban dalam rapat
anggota yang diadakan koperasi.
4) Mempunyai satu suara dalam pengambilan keputusan.
5) Menetapkan, mengangkat, dan memberhentikan pengurus dan
pengawas koperasi.
b. Aspek Hukum
Nama Koperasi : BMT Bina Insani
Kantor Pusat : Jln. Raya Pringapus-Jatirunggo No.20
Pringapus
Kantor Kas : Jln Raya Ngempon-Karangjati, Ngempon
Kec. Bergas telp/fax. (0298) 522139
Badan Hukum : 055/BH/KDK/11.1.IV/1999 15 Maret 1999
Ijin Operasional : 02/SISPK/KD/KD.UMK/XII/09
SIUP : 503/003/PB/II/2005
HO : 503/02/2005
NPWP : 02.253.299.8.505.00
TDP : 111726500226
Hasil Audit 2010 : Wajar Tanpa Catatan
Sertifikasi : 2 orang
c. Struktur Lembaga Koperasi BMT Bina Insani, per Januari
2011
Pelindung : Bapak Camat Pringapus
Penasehat : KH. Nur hasan Ibrahim
H. Mardi Hadi Utomo
H. Budi Utomo
Pengurus
Ketua : H. Syaeri Idris, BA
Sekretaris : bayu Sapta Adi Nugroho, SE
Bendahara : Sumeri
Badan Pengawas
Ketua : H. Mahmudi
Anggota : Rohmijati
Dahwan Soleh, BA
Badan Pengelola
Manajer : Drs. Nur Budiarso
Kabag Operasional
Pringapus : Khoeruddin
Bergas : heri natoil, S.Ag
Pembukuan : Rhike Candia Puska, Amd
Kasir
Pringapus : Ali Mansur
Bergas : Novita Handayani
Pembiayaan
Pringapus : Khoeruddin
Bergas : Heri Natoil, S.Ag
Pemasaran
Pringapus : Riyan Adi Pradana
Mundirin
Bergas : Suwaspodo
Nur Annas
Penjaga
Pringapus : Mu’arifin
Bergas : Suwaspodo
2. Vii dan misi BMT Bina Insani
a. Visi
Menjadi mitra kerja yang handal dalam permodalan usaha anggota
dan masyarakat melalui sistem syari'ah islam.
b. Misi
1) Menyelenggarakan pelayanan prima kepada anggota sesuai jati
diri koperasi.
2) Menjalankan kegiatan usaha jasa keuangan syari'ah dengan
efektif, efisien, dan transparan.
3) Menjalin kerja sama usaha dengan berbagai pihak.
4) Melakukan pendampingan dan konsultasi usaha.
5) Melakukan sosialisasi kegiatan ekonomi islam.
3. Produk-produk BMT Bina Insani
a. Produk pendanaan SIRELA
SIRELA (Simpanan Sukarela Lancar) adalah bentuk
simpanan dari anggota atau calon anggota dimana penyimpan
dapat menitipkan dan mengambil simpanannya sewaktu-waktu
sesuai ketentuan. Sebagai balas jasa pihak BMT akan memberikan
bagi hasil kepada penyimpan setiap bulan sesuai dengan jumlah
saldonya.
1) Ketentuan
a) Saldo awal pembukaan rekening sejumlah minimal Rp
20.000,00
b) Saldo kas yang harus dipelihara minimal Rp 10.000,00
c) Biaya penutupan rekening sebesar Rp 10.000,00 dikenakan
pada pihak penabung
d) Nisbah Bagi Hasil tabungan langsung ditambahkan pada
rekening penabung tiap bulannya dengan ketentuan Bagi
Hasil 65 : 45 , yaitu 65% untuk BMT Bina Insani dan 45%
untuk penabung
e) Apabila buku tabungan hilang/rusak/cacat agar segera
memberitahukan BMT Bina Insani
f) Biaya administrasi penggantian Buku Tabungan baru
karena hilang/rusak dibebankan pada penabung
g) Penarikan tunai lewat teller harus menyertakan identitas
diri
h) Penarikan tunai dengan surat kuasa hanya dapat diakukan
dikantor BMT Bina Insani dengan menunjukkan identitas
diri
i) Penyalahgunaan buku tabungan oleh pihak ketiga yang
bukan kesalahan BMT Bina Insani menjadi resiko dan
tanggung jawab penabung sepenuhnya.
j) Apabila saldo tabungan sebesar biaya penutupan dan
pemeliharaan rekening secara otomatis tabungan diitutup
oleh system.
2) Syarat Pembukaan Rekening
a) Mengisi Formulir Aplikasi Permohonan Pembukaan
Rekening
b) Menyertakan fotokopi KTP/Tanda Pengenal lainnya.
b. Produk Pendanaan SISUKA
SISUKA (Simpanan Sukarela Berjangka) adalah bentuk
simpanan berjangka (semacam deposito) dimana penyimpan
menitipkan uangnya dan hanya bisa diambil pada saat jatuh tempo.
1) Ketentuan
a) Dana yang disimpan minimal Rp 1.000.000,00
b) Jangka waktu penyimpanan 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12
bulan.
2) Nisbah/Bagi Hasil
a) Jangka waktu 12 bulan : 50:50, 50% untuk BMT Bina
Insani, 50% untuk penabung
b) Jangka waktu 6 bulan : 55:45, 55% untuk BMT Bina
Insani, 45% untuk penabung
c) Jangka waktu 1 dan 3 bulan : 65:35, 65% untuk BMT Bina
Insani, 35% untuk penabung
d) Mempunyai simpanan Sirela. Nisbah akan ditambahkan
langsung ke rekening penabung.
e) Pengambilan simpanan berjangka hanya bisa diakukan pada
tanggal jatuh tempo, di kantor pelayanan BMT Bina Insani
sebelum pukul 12.00 WIB.
f) Apabila pada tanggal jatuh tempo, penabung tidak
mengambil simpanan, maka simpanan akan secara
otomatis diperpanjang sesuai dengan jatuh tempo pada
akad sebelumnya.
g) Apabila tabungan diambil tidak pada waktu jatuh tempo,
maka dikenakan pinalti 2.5% dari jumlah tabungan. Pinalti
merupakan biaya yang ditanggung penabung sebagai
kompensasi pelanggaran akad.
3) Syarat Pembukaan Rekening
a) Mengisi Formulir Aplikasi Permohonan Pembukaan
Rekening
b) Menyertakan fotokopi KTP/Tanda Pengenal lainnya.
c. Produk Pendanaan SISUQUR
SISUQUR adalah bentuk simpanan untuk persiapan qurban.
1) Ketentuan
a) Saldo awal pembukaan rekening sejumlah minimal Rp
20.000,00
b) Saldo kas yang harus dipelihara minimal Rp 10.000,00
c) Pengambilan simpanan hanya dapat dilakukan menjelang
Hari Raya Idul Adha.
2) Syarat Pembukaan Rekening
a) Mengisi Formulir Aplikasi Permohonan Pembukaan
Rekening
b) Menyertakan fotokopi KTP/Tanda Pengenal lainnya.
d. Produk Pendanaan SIAMAN
SIAMAN merupakan akronim dari Simpanan Amanah.
SIAMAN adalah simpanan yang bersumber dari zakat, infak,
sodaqoh, wakaf, dan hadiah yang diserahkan kepada BMT untuk
dikelola agar memberi manfaat yang optimal kepada yang berhak
menerima.
1) Syarat Pembukaan Rekening
a) Mengisi Formulir Aplikasi Permohonan Pembukaan
Rekening
b) Menyertakan fotokopi KTP/Tanda Pengenal lainnya.
e. Produk Pembiayaan MUDHARABAH
Mudharabah adalah pembiayaan modal kerja yang diberikan
oleh BMT kepada anggotanya, dimana pengelolaan usaha
sepenuhnya diserahkan kepada anggota sebagai nasabah debitur.
Hasil keuntungan akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan.
f. Produk Pembiayaan MUSYARAKAH
Musyarakah adalah pembiayaan yang berupa sebagian
modal yang diberikan kepada anggota dari modal usaha secara
keseluruhan. Pembagian keuntungan yang proporsional dilakukan
sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak.
g. Produk Pembiayaan BA'I BITHAMAN AJIL
Ba’i Bithaman Ajil adalah pembiayaan yang diberikan
kepada anggota untuk pembelian barang. Keuntungan diperoleh
dari harga yang dinaikkan(mark up).
h. Produk Pembiayaan MURABAHAH
Murabahah adalah pembiayaan kepada peminjam yang
pembayarannya dilakukan sekaligus pada waktu jatuh tempo yang
telah ditetapkan, nasabah membayar harga jual barang yang telah
disepakati tersebut kepada BMT.
i. Produk Pembiayaan QURDHUL HASAN
Qurdhul Hasan adalah pembiayaan yang diberikan anggota
yang memenuhi persyaratan. Anggota cukup mengembalikan
pinjamannya tanpa imbalan.
4. Syarat dan Ketentuan Pengajuan Pembiayaan
Syarat mengajukan pembiayaan pada BMT Bina Insani adalah
sebagai berikut :
a. Penduduk Kecamatan Pringapus (Ditunjukkan dengan Identitas
yang masih berlaku, KTP/SIM)
b. Menjadi Anggota, Simpanan Pokok minimal Rp 10.000,00
c. Mengisi formulir Aplikasi Permohonan Pembiayaan
d. Fotkopi identitas (KTP/SIM) Suami/Istri
e. Fotokopi Kartu Keluarga
f. Agunan BPKB Kendaraan diatas tahun 2000
g. Surat kuasa jika agunan milik orang lain
h. Slip Gaji (bila ada)
i. Bersedia disurvey
j. Berkas yang tidak lengkap tidak akan diproses
k. Semua berkas dimasukkan kedalam stopmap
l. BMT berhak menolak tanpa harus Menyebutkan alasannya
5. Program BMT Bina Insani
Program BMT merupakan program khusus yang dikelola oleh
pihak Koperasi BMT Bina Insani bekerja sama dengan lembaga lain
dalam upaya menjalankan visi dan misi BMT dalam membangun
ekonomi umat.
a. Program Talangan Haji
Simpanan arafah merupakan program kerjasama antara
BMT Bina Insani dengan Bank Syariah Mandiri untuk
mewujudkan keinginan nasabah yang ingin naik haji, tetapi belum
cukup biaya.
1) Ketentuan
a) Pada awal pembukaan rekening, penabung membayarkan
sejumlah uang sesuai ketentuan (Tabungan mabrur, ujroh,
dan biaya pendaftaran haji)
b) Pada jangka waktu yang telah ditetapkan, dana talangan
tersebut harus dikembalikan kepada pihak BMT Bina
Insani. Apabila dalam jangka waktu tersebut penabung
tidak bisa memenuhi kewajibannya, maka ujroh yang telah
dibayarkan tidak dapat ditarik kembali.
c) Talangan boleh dicicil maupun dibayar sekali lunas selama
masih dalam jangka waktu yang ditetapkan.
d) Simpanan ini tidak dapat dialihtangankan.
e) Apabila penabung/calon haji meninggal dunia, sakit keras,
dll. yang dapat menyebabkan penabung tidak dapat
berangkat haji, maka ujroh menjadi hak BMT Bina Insani.
2) Persyaratan
a) Fotokpi KTP Suami Istri
b) Fotokopi Kartu Keluarga
c) Fotokopi Surat Nikah
b. Program Ibadah Umroh
Program ini merupakan bentuk kerjasama antara BMT Bina
Insani dengan PT. Permodalan BMT Ventura, produk ini
diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin beribadah umroh.
1) Manfaat dan Keunggulan Program Umroh PBMT
Travel
a) Program umroh diselenggarakan oleh PBMT Travel,
sebuah lembaga bentukan jaringan BMT yang
terpercaya dan selema ini keberadaannya telah
dirasakan manfaatnya bagi masyarakat.
b) Penyelenggaraan Program Umroh lebih terpercaya dan
profesional.
c) Kurikulum Program Umroh PBMT Travel lebih
menekankan pada pelakasanaan ibadah dan siraman
rohani yang akan menambah kualitas iman dan taqwa
Jamaah.
d) Jamaah akan didampingi oleh pendamping dan
muthawwif yang kompeten dan memeilki ilmu agama
yang baik sehingga bisa melakukan bimbingan secara
optimal.
e) Jamaah berkesempatan bertemu, bertaaruf dan
berislaturahim dengan saudara sesama muslim dari kota
atau daerah lain karena Program ini akan
disosialisasikan oleh Jarinagn BMT se-Indonesia.
f) Biaya pelaksanaan umroh yang terjangkau oleh oleh
jamaah.
g) Jamaah berkesempatan memberikan bantuan sosial atau
beramal sesuai dengan teme-tema yang ditentukan oleh
PBMT Travel.
2) Persyaratan-persyaratan
a) Mengisi formulir pendaftaran.
b) Membayar uang muka minimal 50% dari baiaya
Program.
c) Menyerahkan semua berkas 1 bulan sebelum
keberangkatan.
d) Paspor asli yang masih berlaku minimal 6 bulan dan
masih ada halaman kosong
e) Nama di paspor terdiri 3 suku kata.
f) Pasfoto berwarna dengan dasar putih, close up 80% 3x4
= 3 lembar, 4x6 = 4 lembar(wanita berjilbab)
g) Fotokopi KTP(KTP asli bagi perempuan diatas 35
tahun).
h) Surat Nikah Asli(Bagi suami istri).
i) Kartu keluarga(KK) asli(suami/istri), akte kelahiran
asli(anak), Ijazah Terakhir.
j) Buku sertifikat vaksin Meningitis dari Depkes.
k) Biaya terhitung dari Jakarta.
l) Pelunasan 4 Minggu sebelum keberangkatan.
BAB IV
ANALISIS
A. Tekhnik Penentuan Margin Pembiayaan Murabahah Dan BBA
Dalam menentukan margin keuntungan pada pembiayaan
murabahah dan BBA antara nasabah dan BMT saling sepakat. Dalam hal
ini pembayaran pembiayaan murabahah menggunakan sistem jatuh tempo,
sedangkan pembayaran pembiayaan BBA dengan menggunakan sistem
angsuran sesuai keinginan nasabah yang akan mengangsur dan
disampaikan pada awal perjanjian serta adanya kesepakatan mengenai
margin atau tambahan keuntungan yang dipungut oleh BMT.
Tekhnik penentuan margin keuntungan pada pembiayaan
murabahah dan BBA di BMT Bina Insani dengan memperhatikan
beberapa hal yang menjadi tolok ukur penentuan margin tersebut, antara
lain sebagai berikut:
1. Karakter nasabah
Karakter nasabah merupakan salah satu aspek yang paling
diperhatikan dalam menentukan kebijakan dalam pembiayaan. Hal ini
tentu juga akan berpengaruh pada penentuan margin pembiayaan yang
akan dipungut dari nasabah pembiayaan murabahah dan BBA. Karena
dengan penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon penerima
pembiayaan tersebut, BMT dapat memperkirakan kemungkinan bahwa
penerima pembiayaan dapat memenuhi kewajibannya yaitu membayar
angsuran atau tidak.
2. Obyek pembiayaan
Obyek pembiayaan menjadi penentu besar kecilnya margin
atau mark up, karena menyangkut dengan jenis barang yang akan
dibeli oleh calon nasabah. Harga dari jenis barang yang satu dengan
jenis barang yang lain tentu berbeda. Semakin tinggi harga barang
yang akan dibeli oleh calon nasabah, maka akan semakin tinggi pula
margin yang akan dipungut oleh pihak BMT. Jenis barang yang biasa
diperjualbelikan melalui akad murabahah dan BBA oleh BMT
biasanya berupa jual beli sepeda motor, jual beli mobil, jual beli
ataupun pembangunan rumah, jual beli kebutuhan barang dagangan,
dan lain sebagainya.
3. Lama waktu pembiayaan
Lamanya waktu pembiayaan juga sangat mempengaruhi besar
kecilnya margin. Karena semakin lama jangka waktu pembiayaan,
semakin tinggi pula margin yang akan ditetapkan oleh BMT. Hal ini
terjadi karena semakin lama jangka waktu pembiayaan oleh satu
nasabah, resiko bagi BMT bahwa kemungkinan dana kembali
sepenuhnya semakin rendah, maka BMT dalam hal ini akan
mengambil kebijakan untuk memungut margin keuntungan yang lebih
tinggi.
4. Nilai agunan
Agunan merupakan barang yang digunakan sebagai jaminan
atas pembiayaan yang dilakukan oleh nasabah. Pengambilan agunan
ini pada dasarnya diperbolehkan oleh syariah. Di dalam fatwa DSN
No. 04/DSN-MUI/IV/2000, juga telah dijelaskan bahwa jaminan
dalam murabahah itu diperbolehkan, agar nasabah serius dengan
pesanannya atau dalam hal ini dengan pembiayaannnya.
Nilai agunan akan menentukan berapa besar margin yang akan
diambil oleh BMT. Hal ini didapatkan dari teori tentang salah satu
aspek pembiayaan yaitu barang jaminan (collateral). Penilaian ini
bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu resiko kegagalan
pembayaran tercapai terjadi , maka jaminan dapat dipakai sebagai
pengganti dari kewajiban. BMT dalam merealisasikan pembiayaan
berdasarkan taksiran agunan maksimal 70% dari nilai agunan. Proses
taksasi jaminan di BMT Bina Insani dilakukan oleh Kepala Bagian
Pembiayaan sesuai data yuridis jaminan berdasarkan harga yang
berlaku saat itu dan didukung informasi yang dihimpun dari
Rekomendator pengajuan (bila lewat Rekomendator) .
Penentuan margin keuntungan pada pembiayaan merupakan hal
yang sangat penting, karena hal ini akan menjadi salah satu sumber
pendapatan bagi lembaga. Secara umum, tekhnik penentuan margin
keuntungan pada lembaga-lembaga keuangan baik BMT maupun lembaga
keuangan yang lain, dapat dirumuskan sebagai berikut:
Total Margin = modal x persentase keuntungan x jangka waktu
Contoh kasus:
Tuan ahmad mengajukan pembiayaan kepada BMT Bina Insani sebesar
Rp. 12.000.000,- untuk pembelian satu unit sepeda motor Honda Beat
yang akan digunakan sebagai kendaraan pribadi. Jangka waktu
pembiayaan satu tahun.
Angsuran pokok = Rp. 12.000.000 = Rp. 1.000.000,-
Total Margin = Rp. 12.000.000 x 1,1% x jangka waktu = Rp. 1.584.000,- margin perbulan = Rp. 12.000.000,- x 1,1% = Rp. 132.000,-
Total angsuran = Rp. 1.000.000,- + Rp. 132.000,- = Rp. 1.132.000,-
Keterangan :
1,1% = persentase margin untuk jangka waktu pembiayaan satu tahun.
B. Faktor yang mempengaruhi perkembangan pembiayaan murabahah
dan BBA
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan
pembiayaan murabahah dan BBA di BMT Bina Insani Pringapus, antara
lain sebagai berikut:
1. Kebutuhan nasabah akan barang-barang
Faktor yang paling menentukan suatu lembaga keuangan dapat
berkembang atau tidak adalah banyaknya nasabah yang percaya dan
menggunakan jasa lembaga tersebut. Maka dari itu nasabah menjadi
obyek yang paling penting dalam perkembangan sebuah lembaga
keuangan.
Dalam hal pembiayaan baik murabahah maupun BBA, faktor
kebutuhan terhadap barang-barang menjadi faktor yang penting.
Karena murabahah dan BBA merupakan produk akad jual beli,
sehingga jika kebutuhan masyarakat akan barang meningkat, maka
kemungkinan besar pembiayaan murabahah dan BBA juga akan
meningkat.
2. Margin ringan
Margin merupakan keuntungan yang diambil BMT dari
pembiayaan murabahah dan pembiayaan BBA. Margin pada BMT
lebih ringan daripada margin yang diambil pada lembaga keuangan
konvensional. Oleh karena itu faktor ini menjadi salah penyebab
berkembangnya pembiayaan murabahah dan BBA tersebut.
3. Syarat mudah
Syarat pengajuan pembiayaan yang ditentukan oleh BMT Bina
Insani mudah. Oleh karena itu hal ini yang juga menjadi salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan pembiayaan
murabahah dan BBA ini. Syarat pengajuan pembiayaan di BMT Bina
Insani sebagai berikut:
m. Penduduk Kecamatan Pringapus (Ditunjukkan dengan Identitas
yang masih berlaku, KTP/SIM)
n. Menjadi Anggota, Simpanan Pokok minimal Rp 10.000,00
o. Mengisi formulir Aplikasi Permohonan Pembiayaan
p. Fotkopi identitas (KTP/SIM) Suami/Istri
q. Fotokopi Kartu Keluarga
r. Agunan BPKB Kendaraan diatas tahun 2000
s. Surat kuasa jika agunan milik orang lain
t. Slip Gaji (bila ada)
u. Bersedia disurvey
v. Semua berkas dimasukkan kedalam stopmap
4. Proses cepat
Proses pembiayaan di BMT Bina Insani tidak membutuhkan
waktu yang lama. Dari mulai pengajuan sampai pada pencairan dana,
nasabah bisa langsung membawa dana atau barang yang diinginkan
setelah seluruh persyaratan dan administrasi telah lengkap. Tetapi di
BMT Bina Insani pelayanan pencairan hanya dilakukan dua kali dalam
seminggu, yaitu hari selasa dan hari kamis. Dengan proses yang cepat
tersebut, masyarakat banyak yang berminat terhadap pembiayaan BMT
Bina Insani. Oleh karena itu, Proses tersebut menjadi salah satu faktor
yang mendorong perkembangan pembiayaan murabahah dan BBA di
BMT Bina Insani.
C. Pengaruh Pembiayaan Murabahah Dan Pembiayaan BBA Terhadap
Profitabilitas BMT Bina Insani Pringapus Ungaran
Pembiayaan merupakan hal yang paling banyak memberikan
sumbangan pendapatan bagi lembaga-lembaga keuangan, baik syariah
maupun konvensional. pembiayaan tersebut yang akan mempengaruhi
pendapatan bagi BMT, Tetapi sebelum BMT memutuskan mengenai
persetujuan pembiayaan, BMT perlu melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Melakukan analisa untuk memperoleh keyakinan bahwa pembiayaan
yang diberikan kepada Anggota pada saatnya akan dapat dikembalikan
2. Aspek yang dinilai meliputi pendekatan pada analisa terhadap
Kemauan dan Kemampuan Bayar
3. Analisa Kemauan Bayar merupakan Analisa Kualitatif, dan mencakup
analisa atas karakter/ watak dan komitmen Anggota
Contoh analisa :
a) Mengutamakan pada kelayakan usaha dan kemampuan membayar
b) Melakukan penilaian terhadap hal-hal sebagai berikut :
a. Kemampuan memperoleh keuntungan
b. Sisa Pembiayaan (jika ada) dari fihak lain
c. Beban rutin diluar kegiatatan usaha
c) Pendekatan yang dilakukan dalam analisa kuantitatif, yakni
menentukan kemampuan bayar dan perhitungan kebutuhan modal
kerja dengan pendekatan pendapatan bersih. Hal-hal yang perlu
dilakukan dalam analisa kuantitatif adalah:
a. Lakukan analisa Perhitungan Laba-Rugi sebelum memperoleh
pembiayaan (sebelumnya) dengan cara wawancara dan Tanya
jawab kepada Anggota, peroleh berapa pendapatan (Laba) bersih.
b. Hitung pula kemungkinan adanya pendapatan lain diluar kegiatan
atau hasil usahanya dan Kemungkinan adanya pengeluaran lain
diluar kegiatan usahanya.
c. Hitung pendapatan bersih.
d. Tentukan dan hitung Ratio Angsuran, yakni perbandingan
Besarnya Angsuran dengan Jumlah Pendapatan Bersih
e. Besarnya angsuran maksimal antara jumlah 40% s/d 50% dari
Jumlah Pendapatan Bersih
f. Besarnya Pembiayaan yang dapat diberikan adalah Rasio Angsuran
x Jumlah Pendapatan Bersih x Jangka Waktu Pembiayaan
Contoh perhitungan secara sederhana
Perhitungan Laba Usaha (dalam 1 bulan)
· Penjualan Usaha = Rp. 1.000.000,00
· Harga pokok Jual = Rp. 600.000,00
· Biaya Usaha = Rp. 100.000,00
· Laba Usaha = Rp. 300.000,00
Perhitungan Kemampuan Bayar
· Laba Usaha = Rp. 300.000,00
· Pendapatan dari Istri = Rp. 100.000,00
· Pendapatan lainnya = Rp. 50.000,00
· Jumlah pendapatan = Rp. 450.000,00
Biaya dan Pengeluaran diluar Usaha
· Kebutuhan Rmh Tangga= Rp. 200.000,00
· Biaya Pendidikan = Rp. 50.000,00
· Biaya lainnya = Rp. 50.000,00
· Jumlah Pengeluaran = Rp. 300.000,00
Jumlah Pendapatan Bersih
· Jumlah Pendapatan = Rp. 450.000,00
· Jumlah Pengeluaran = Rp. 300.000,00
· Pendapatan Bersih = Rp. 150.000,00
Rasio Angsuran, misalkan 40%
Jumlah Pembiayan Yang Dapat Diberikan
· Rasio Angsuran = 40%
· Jumlah Pendapatan = Rp. 150.000,00
· Jangka Waktu = 4 Bulan
· Jumlah Pembiayaan = Rp. 240.000,00
jumlah pembiayaan yang dapat direalisasikan
· agunan = BPKB Mega Pro th 2009
· rasio agunan = 70%
· jumlah pembiayaan = Rp. 240.000,00
· pembiayaan direalisasikan = Rp. 9.340.000,00
· jadi jumlah pembiayaan yang dapat direalisasikan sekitar
Rp. 9.000.000,00 – 10.000.000,00.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pembiayaan
murabahah terhadap profitabilitas BMT Bina Insani, dapat kita
lihat melalui contoh tabel penghitungan angsuran pembiayaan
murabahah dan BBA sebagai berikut :
Tabel 4.1 Angsuran Pembiayaan Murabahah
ke Tgl Jatuh Tempo
Angsuran Mark up Jumlah
1 05-09-2010 100.000,00 110.000,00 210.000,00
2 05-10-2010 100.000,00 110.000,00 210.000,00
3 05-11-2010 100.000,00 110.000,00 210.000,00
4 05-12-2010 100.000,00 110.000,00 210.000,00
5 05-01-2011 100.000,00 110.000,00 210.000,00
6 05-02-2011 100.000,00 110.000,00 210.000,00
7 05-03-2011 100.000,00 110.000,00 210.000,00
8 05-04-2011 100.000,00 110.000,00 210.000,00
9 05-05-2011 100.000,00 110.000,00 210.000,00
10 05-06-2011 9.100.000,00 110.000,00 9.210.000,00
Total 10.000.000,00 1.100.000,00 11.100.000,00
Sedangkan jika pembiayaan tersebut dihitung dengan akad
BBA, maka hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Angsuran pembiayaan BBA
ke Tgl angsuran Angsuran Mark up Jumlah
1 05-09-2010 1.000.000,00 110.000,00 1.110.000,00
2 05-10-2010 1.000.000,00 110.000,00 1.110.000,00
3 05-11-2010 1.000.000,00 110.000,00 1.110.000,00
4 05-12-2010 1.000.000,00 110.000,00 1.110.000,00
5 05-01-2011 1.000.000,00 110.000,00 1.110.000,00
6 05-02-2011 1.000.000,00 110.000,00 1.110.000,00
7 05-03-2011 1.000.000,00 110.000,00 1.110.000,00
8 05-04-2011 1.000.000,00 110.000,00 1.110.000,00
9 05-05-2011 1.000.000,00 110.000,00 1.110.000,00
10 05-06-2011 1.000.000,00 110.000,00 1.110.000,00
Total 10.000.000,00 1.100.000,00 11.100.000,00
Dapat kita lihat bahwa jika banyaknya jumlah nasanah
pembiayaan murabahah dan BBA ada 400 orang, maka pendapatan
pembiayaan murabahah dan BBA pada angsuran bulan januari
2011 dapat kita hitung sebagai berikut:
Pokok angsuran pembiayaan BBA bulan januari =
Rp. 1.000.000,00 x 100 = Rp. 100.000.000,00. Sedangkan pada
pembiayaan murabahah pokok angsuran untuk bulan januari 2011
baru masuk 100.000 x 100 = Rp. 10.000.000,00. Padahal jika dana
tersebut diputar lagi akan menghasilkan keuntungan lagi bagi
BMT. Dapat kita bandingkan akan lebih menguntungkan mana
antara kedua pembiayaan tersebut.
BBA : murabahah
100.000.000,00 : 10.000.000,00
10 : 1
Jika dana tersebut diputar kembali dalam bentuk
pembiayaan, misalkan setiap nasabah mengajukan pembiayaan
rata-rata Rp. 10.000.000,00, jika menggunakan akad murabahah
BMT hanya mampu membiayai 1 orang sedangkan jika
menggunakan akad BBA, BMT mampu membiayai sekitar 10
orang. Hal ini tentu juga akan mempengaruhi pada tingkat
profitabilitas BMT.
Tabel 4.3 Pendapatan pembiayaan murabahah januari 2011
No Besar pembiayaan
Jangka waktu
margin Pendapatan mark up
1 10.000.000,00 10 bulan 1% 1.000.000,00
Total 10.000.000,00 Total 1.000.000,00
Tabel 4.4 Pendapatan pembiayaan BBA bulan januari 2011
No Besar pembiayaan
Jangka waktu
margin Pendapatan mark up
1 10.000.000,00 10 bulan 1% 1.000.000,00
2 10.000.000,00 10 bulan 1% 1.000.000,00
3 10.000.000,00 10 bulan 1% 1.000.000,00
4 10.000.000,00 10 bulan 1% 1.000.000,00
5 10.000.000,00 10 bulan 1% 1.000.000,00
6 10.000.000,00 10 bulan 1% 1.000.000,00
7 10.000.000,00 10 bulan 1% 1.000.000,00
8 10.000.000,00 10 bulan 1% 1.000.000,00
9 10.000.000,00 10 bulan 1% 1.000.000,00
10 10.000.000,00 10 bulan 1% 1.000.000,00
Total 100.000.000,00 Total 10.000.000,00
Dari contoh diatas dapat kita lihat bahwa pada bulan januari
2011 pembiayaan murabahah hanya mampu menghasilkan
pendapatan mark up sebesar Rp. 1.000.000,00. Sedangkan pada
pembiayaan BBA BMT dapat menghasilkan pendapatan mark up
sekitar Rp. 10.000.000,00. Tetapi perlu diingat pendapatan tersebut
akan diperoleh secara maksimal jika dana yang ada direalisasikan
secara maksimal pula pada kedua pembiayaan tersebut.Khususnya
pada pembiayaan BBA.
Dapat kita lihat juga dari tabel 3.3 dan 3.4 pendapatan
pembiayaan BMT Bina Insani pada bulan juni dan juli 2011. Pada
bulan juni 2011 jumlah nasabah murabahah ada 4 orang dengan
jumlah dana yang digunakan yaitu Rp. 15.000.000,- dan dapat
menghasilkan keuntungan Rp. 2.400.000,00. Jadi pembiayaan
murabahah dapat menghasilkan 12,67 %, diambil dari perhitungan:
bagi hasil juni 2011 x 100%
total bagi hasil juni 2011
2.400.000,00 x 100% = 12,67%
18.945.400,00
Sedangkan untuk pembiayaan BBA ada 91 nasabah dengan
dana yang digunakan Rp. 40.426.808,- dan dapat menghasilkan
Rp. 10.696.000,00. Jadi pembiayaan BBA dapat menghasilkan
56,46 %. diambil dari perhitungan sebagai berikut:
10.696.000,00 x 100% = 56,46 %
18.945.400,00
Dari jumlah prosentase yang diperoleh pembiaayaan BBA,
produk ini menghasilkan pendapatan yang paling besar
dibandingkan dengan pembiayaan murabahah. Hal ini sedikit
banyak dipengaruhi oleh banyaknya nasabah yang memilih produk
pembiayaan BBA ini.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta hasil analisis yang telah
dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Tekhnik penentuan margin pada pembiayaan murabahah dan BBA di
BMT Bina Insani Pringapus Ungaran dilakukan dengan
memperhatikan beberapa aspek sebagai berikut:
a. Karakter nasabah
b. Lama waktu pembiayaan / jangka waktu angsuran
c. Obyek pembiayaan / jenis barang yang dibeli
d. Nilai barang agunan
2. Faktor-faktor yang berpengaruh pada pekembangan pembiayaan
murabahah dan BBA berdasarkan analisis yang telah dilakukan ada
beberapa faktor yang berperan dalam perkembangan kedua
pembiayaan tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan nasabah akan barang-barang
b. Margin yang dipungut BMT Bina Insani lebih ringan dari lembaga-
lembaga keuangan konvensional disekitar yang lain
c. Syarat yang harus dipenuhi lebih mudah
d. Proses cepat
3. Setelah dilakukan penelitian tentang pengaruh pembiayaan murabahah
dan BBA terhadap profitabilitas BMT Bina Insani Pringapus, maka
dapat disimpulkan bahwa pembiayaan BBA lebih menguntungkan
daripada pembiayaan murabahah baik bagi BMT maupun bagi nasabah
pembiayaan itu sendiri. Hal ini dapat kita buktikan melalui penjelasan
berikut:
- Pembiayaan BBA :
a) Angsuran dilakukan rutin setiap bulan
b) Angsuran yang dibayarkan merupakan pokok pembiayaan dan
mark up, sehingga pokok pembiayaan yang masuk tersebut
dapat diputar kembali untuk pembiayaan berikutnya dan akan
menghasilkan pendapatan bagi BMT.
- Pembiayaan Murabahah
a) Pembayaran Angsuran bulan pertama dan seterusnya hanya
berisi mark up saja.
b) Pokok pembiayaan baru masuk pada bulan terakhir
pembiayaan atau pada saat jatuh tempo, sehingga pokok
pembiayaan baru dapat diputar ketika pembiayaan telah
berakhir. Hal ini tentu akan berpengaruh pada pendapatan
BMT. Dana yang seharusnya sudah menghasilkan laba, tetapi
karena masih di tangan nasabah pembiayaan murabahah
tersebut, akhirnya tidak menghasilkan keuntungan bagi BMT.
Keuntungan bagi nasabah Pada pembiayaan BBA, nasabah
merasa lebih ringan dalam pembayaran karena dicicil tiap
bulan, sedangkan pada pembiayaan Murabahah nasabah akan
merasa lebih berat karena pembayaran pokok pembiayaan
dibayarkan satu kali pada saat jatuh tempo, maka akan lebih
memberatkan nasabah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa antara pembiayaan murabahah
dan pembiayaan BBA, pengaruhnya terhadap profitabilitas
akan lebih besar dan lebih menguntungkan pembiayaan BBA.
B. Saran
Setelah mengamati, meneliti dan menganalisis seluruh rangkaian kegiatan
di BMT Bina Insani Pringapus Ungaran, penyusun melihat ada beberapa
hal yang perlu diperbaiki, diantaranya sebagai berikut:
1. Pembiayaan murabahah dan pembiayaan BBA merupakan akad jual
beli. Tetapi pada praktiknya pembiayaan murabahah dan BBA di BMT
Bina Insani belum 100% sempurna dalam menerapkan kaidah-kaidah
yang berlaku dalam kedua akad tersebut. Misalnya dalam pembelian
barang yang seharusnya dilakukan antara pihak BMT dengan nasabah,
dalam hal ini BMT mewakilkan nasabah untuk membeli sendiri barang
yang dibutuhkan. Oleh karena itu, seharusnya dalam menjalankan
pembiayaan tersebut disesuaikan dengan akad, tidak menggunakan
akad wakalah lagi, tetapi murni dengan akad murabahah ataupun BBA.
2. Dapat kita lihat dalam bab sebelumnya, bahwa antara pembiayaan
murabahah dengan pembiayaan BBA, lebih menguntungkan
pembiayaan BBA. Oleh karena itu, hendaknya BMT lebih banyak
merealisasikan pembiayaan BBA daripada akad murabahah agar
pendapatan yang akan diterima juga meningkat.
3. Peningkatan kualitas SDM sehingga sangat penyuluhan dan
pembinaan kepada karyawan lama. Dan diperlukan training / pelatihan
dan pembinaan khususnya bagi karyawan baru.
4. Sangat diperlukan adanya kemampuan bagian pembiayaan untuk lebih
selektif dalam menialai debitur antara lain bagian survey dan bagian
realisasi pembiayaan.
5. Lebih banyak mensosialisasikan kepada masyarakat calon debitur
mengenai pembiayaan BBA agar produknya lebih meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Attabik. 2003. Kamus Inggris Indonesia Arab. Yogyakarta: Multi Karya
Grafika.
Antonio, Mohamad Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Gema Insani.
Astohar. 2009. Tesis (“Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Profitabilitas Perbankan Di Indonesia”. Fakultas ekonomi. Universitas
Diponegoro).
Ariyanto. 2010. Akad Pembiayaan Murabahah, (Online),
(http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/pengertian-
pembiayaan.diakses
tanggal 27 juli 2011).
http:www.perbankansyariah.com diakses tanggal 16 mei 2011.
http:www.republika.com diakses pada tanggal 1 juni 2011.
Mohammad. 2002. Sistem Dan Prosedur Operasional Bank Syariah. Yogyakarta:
UII Press.
Syaifudin. 1997. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Simorangkir, O.P. 2000. Pengantar Laporan Keuangan Bank dan Non Bank.
Jakarta: Ghalia.
Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta:
Ekonisia.
Wiroso. 2005. Jual Beli Murabahah. Yogyakarta : UII Press.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Siti Khapsoh
Tempat, Tanggal Lahir : Wonosobo,16 Juli 1990
Agama : Islam
Alamat : Bakalan, Rt 02/06, Bowongso, Kec. Kalikajar,
Kab. Wonosobo
Pendidikan : 1. SD Negeri 01 Bowongso : Tahun 1997-2001
2. MTs Ma’arif Bakalan : Tahun 2001-2004
3. MA Negeri Kalibeber : Tahun 2005-2008
4. STAIN Salatiga : Tahun2008-2011
Pengalaman Organisasi :
- Pengurus KSEI Tahun 2008-2010
- Pengurus Pondok Pesantern BUQ 2008-2010