perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN POSYANDU LANSIA
TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DALAM
PEMBERIAN PELAYANAN DI POSYANDU LANSIA
PUSKESMAS KARANGRAYUNG I
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat
Magister Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Disusun oleh :
RAHMAWATI
S. 541102068
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN POSYANDU LANSIA
TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DALAM
PEMBERIAN PELAYANAN DI POSYANDU LANSIA
PUSKESMAS KARANGRAYUNG I
Disusun oleh :
RAHMAWATI
S. 541102068
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Prof. dr. Bhisma Murti, MPH, M.Sc, Ph.DNIP.19551021 199412 1 001
Pembimbing II dr. Jarot Subandono, M.KesNIP. 19680704 199903 1 002
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Dr. Hari Wujoso,dr, Sp.F, MMNIP. 19621022 199503 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN POSYANDU LANSIA
TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DALAM
PEMBERIAN PELAYANAN DI POSYANDU LANSIA
PUSKESMAS KARANGRAYUNG I
TESIS
RAHMAWATI
S. 541102068
Telah dipertahankan di depan pengujiDinyatakan telah memenuhi syarat
Pada tanggal 16 Juli 2012
Direktur Program Pascasarjana UNS
Prof. Dr. Ahmad Yunus, Ir., M.S NIP:196107171986011001
Ketua Program StudiMagister Kedokteran Keluarga
Dr. Hari Wujoso, dr, Sp.F, MMNIP: 19620221995031001
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Dr. Hari Wujoso, dr., Sp.F., MMNIP: 19621022 199503 1 001
( ) 2012
Sekretaris Dr. Nunuk Suryani, M.PdNIP: 196611081990032001
( ) 2012
Anggota Penguji
Prof. dr. Bhisma Murti, MPH, M.Sc, Ph.DNIP. 19551021 199412 1 001
( ) 2012
dr. Jarot Subandono, M.KesNIP: 19680704 199903 1 002
( ) 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAN ORISINILITAS DAN HAK PUBLIKASI
Saya menyatakan dengan sebenarnya :
1. Tesis yang berjudul : PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN
POSYANDU LANSIA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP
KADER DALAM PEMBERIAN PELAYANAN DI POSYANDU
LANSIA PUSKESMAS KARANGRAYUNG I ini adalah karya penelitian
saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang
pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam
naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya tulis ini,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan perundang-
undangan (Permendiknas No. 17, tahun 2010).
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau dorum ilmiah
lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs
UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu
semester (enam bulan sejak pengesahan tesis) saya tidak melakukan
publikasi dari sebagian atau keseluruhan tesis ini, maka Prodi MKK
(Magister Kedokteran Keluarga) PPs UNS berhak mempublikasikannya
pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh MKK PPs-UNS. Apabila saya
melakukan pelanggaran dari ketentutan publikasi ini, maka saya bersedia
mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta,…………………Mahasiswa,
Rahmawati S541102068
.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Rahmawati, S541102068, 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Posyandu Lansia Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Kader Dalam Pemberian Pelayanan Di Posyandu Lansia Puskesmas Karangrayung I. TESIS. Pembimbing I : Prof. Bhisma Murti, dr., MPH., M.Sc, Ph.D. Pembimbing II : Jarot Subandono, dr., M.Kes Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap kader dalam pemberian pelayanan di posyandu lansia di puskesmas Karangrayung I.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian experimental (randomized controlled trial) dengan melakukan perbandingan antara kelompok perlakukan dan kelompok yang tidak diberi perlakukan, yang dipilih secara randomisasi. Besar sampel yang digunakan adalah 60 kader posyandu lansia. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner pretes dan postest. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney dengan program komputer “Statistical Program For Sosial Science (SPSS) for widows” versi 20.0 pada taraf signifikasi p=0,05.
Hasil : Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan posyandu lansia yang ditunjukkan adanya perbedaan yang secara statistik signifikan antara pengetahuan kader yang mendapat dan tidak mendapat pendidikan kesehatan dengan ceramah dan leaflet tentang posyandu lansia (p<0,001). Terdapat perbedaan yang secara statistik signifikan antara sikap kader yang mendapat dan tidak mendapat pendidikan kesehatan dengan ceramah dan leaflet (p=0,026).
Simpulan : Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan posyandu lansia terhadap pengetahuan dan sikap kader posyandu lansia.
Kata kunci : Pendidikan kesehatan, pengetahuan, sikap, posyandu lansia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Rahmawati, S541102068, 2012. The Effect of Health Education AboutPosyandu Lansia To Knowledge And Cadre Attitude In Services In Posyandu Lansia Puskesmas Karangrayung I. Thesis. First Consultant : Prof. Bhisma Murti, dr., MPH., M.Sc, Ph.D. Second Consultant : Jarot Subandono, dr., M.KesFamily Medical Magister Study Program of Professional Education Main Interest of Postgraduate Program of Surakarta Sebelas Maret University.
Objective : Health education represent the important shares to develop the health at community. If nothing that inform, hence they will not know. : The short during health education only yield the change or make-up of society knowledge and atitude. The purpose of this study is to analyse the effect of health education aboutknowledge and cadre attitude in services in posyandu lansia at puskesmas Karangrayung I.
Methods : This study used experimental methods (randomized controlled trial) by comparison between group treat and group which is not given to treat, what selected by randomisasi. The sampel siza used was 60 cadre of posyandu lansia. The data collecting used the kuesioner pretes and posttest. Data obtained to be analysed using the Mann-Whitney test with the computer program " Statistical Program The Social For Science (SPSS) for widows" version 20.0, at the level of significance p=0,05.
Result : There are influence of the health education about posyandu lansia there showed difference which statistically signifikan between cadre knowledge getting and did not get the health education with the discourse and leaflet about posyandu lansia (p<0,001). There are difference which statistically signifikan between cadre attitude getting and did not get the health education with the discourse and leaflet (p=0,026).
Conclusions : There are influence of the health education about posyandu lansia to knowledge and cadre attitude of posyandu lansia.
Keyword : the health education, knowledge, attitude, posyandu lansia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan sembah sujud penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Posyandu Lansia Terhadap Pengetahun dan Sikap Kader Dalam
Pemberian Pelayanan di Posyandu Lansia Puskesmas Karangrayung I”.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis ada mengalami kesulitan dan
hambatan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak, maka penulis dapat
menyelesaikan penyusunan tesis ini. Pada kesempatan yang bahagia ini, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M S selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M S selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dr. Hari Wujoso, dr, Sp.F, MM selaku Ketua Program Studi Kedokteran
Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Ari Natalia Probandari, dr.,MPH, PhD selaku Sekretaris Program Studi
Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Dr. Nunuk Suryani, MPd selaku Ketua Minat Utama Pendidikan Profesi
Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
6. Prof. dr. Bhisma Murti, MPH, M.Sc, Ph.D selaku Pembimbing I yang telah
memberikan saran, arahan dan petunjuk dalam penyusunan tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
7. dr. Jarot Subandono, M.Kes selaku Pembimbing II yang telah banyak
membimbing dan membantu dalam menyusun tesis ini.
8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan yang telah memberikan ijin
penelitian.
9. Kepala Puskesmas Karangrayung I yang telah telah memberikan ijin
penelitian
10. Seluruh Dosen Program Studi Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah mengaajar dan membimbing sehingga penulis mendapat
bekal dalam penyusunan tesis ini.
11. Bapak, ibu dan saudara-saudaraku tercinta atas dukungan moral dan material
serta doa atas terselesaikannya tesis ini.
12. Seluruh rekan mahasiswa Program Pascasarjana Magister Kedokteran
Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang saling membantu selama pendidikan dan memberikan
dorongan semangat dalam penyusunan tesis ini.
13. Semua pihak atas segala dukungan dan motivasinya baik secara moral,
material maupun spiritual.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan tesis ini masih
kurang sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca guna kesempurnaan penelitian ini. Semoga penelitian
ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi penulis.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN TESIS iii
PERNYATAAN ORISINILITAS DAN HAK PUBLIKASI iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Perumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka 7
1. Konsep Pendidikan Kesehatan 7
2. Konsep Posyandu Lansia 15
3. Konsep Pengetahuan 20
4. Konsep Sikap 26
B. Penelitian yang relevan 30
C. Kerangka Berpikir 31
D. Hipotesis 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 33
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 33
C. Populasi dan Sampel 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
D. Penarikan Sampel 34
E. Variabel Penelitian 34
F. Definisi Operasional 35
G. Teknik Pengumpulan Data 36
H. Alur Penelitian 37
I. Uji Validitas dan Reliabilitas 37
J. Analisis Data 38
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Tempat Penelitian 40
B. Karakteristik Sampel 41
C. Gambaran Pelaksanaan Penelitian 42
D. Statistik Deskriptif 45
E. Hasil Uji Mann-Whitney 46
F. Pembahasan 48
1. Pengetahuan kader tentang posyandu lansia 48
2. Sikap kader posyandu lansia 51
BAB V PENUTUP
A. Simpulan 54
B. Implikasi 54
C. Saran 55
JADWAL PENELITIAN 56
DAFTAR PUSTAKA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir 31
Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian 37
Gambar 4.1 Boxplot perbedaan pengetahuan kader 44
Gambar 4.2 Boxplot perbedaan sikap kader 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Hasil Uji reliabilitas sikap kader 38
Tabel 4.1 Distribusi karakteristik sampel berdasarkan pendidikan kader posyandu lansia di Puskesmas Karangrayung I 40
Tabel 4.2 Distribusi karakteristik sampel berdasarkan pekerjaan kader posyandu lansia di Puskesmas Karangrayung I 41
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi hasil pretest dan posttest pengetahuan kaderposyandu lansia di Puskesmas Karangrayung I 42
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi hasil pretest dan posttest sikap kader posyandulansia di Puskesmas Karangrayung I 43
Tabel 4.5 Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap kaderposyandu lansia di Puskesmas Karangrayung I 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 2 Kisi-kisi Instrument Penelitian
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
Lampiran 4 Satuan Acara Pembelajaran
Lampiran 5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 6 Hasil Uji Bivariat Mann-Whitney
Lampiran 7 Permohonan Ijin Survey
Lampiran 8 Balasan Permohonan Ijin Survey
Lampiran 9 Permohonan Uji Validitas
Lampiran 10 Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 11 Balasan Permohonan Ijin Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan penduduk lanjut usia (lansia) dan angka harapan hidup
lanjut usia di Indonesia dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat,
tahun 2010 jumlah lanjut usia telah mencapai 19 juta dengan usia harapan hidup
rata – rata 72 tahun bahkan ada yang mencapai 80 tahun, pada tahun 2015
diperkirakan akan mengalami kenaikan menjadi 22 juta dengan angka
kenaikannya sekitar 3 juta dan pada 2020 perkiraan penduduk lanjut usia di
Indonesia akan mencapai 28,8 juta atau 11,34 % (Hamid, 2011).
Tingginya jumlah lansia menimbulkan masalah karena pada saat seseorang
sudah mencapai usia tua dimana fungsi-fungsi tubuhnya tidak dapat lagi berfungsi
dengan baik maka lansia membutuhkan banyak bantuan dalam menjalani
aktivitas-aktivitas kehidupannya. Masalah kesehatan yang terjadi pada lanjut usia
tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses kemunduran yang panjang.
Kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap, pada waktu
kompensasi terhadap penurunan ini dapat dilakukan, dikenal sebagai
“senescence”, yaitu masa proses menjadi tua. Belum lagi berbagai penyakit
degeneratif yang menyertai keadaan lansia membuat mereka memerlukan
perhatian ekstra dari orang-orang disekelilingnya. Kemunduran juga bisa terjadi
oleh karena faktor psikologis. Sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain,
pekerjaan dan kehidupan pada umumnya dapat menuju ke keadaan seseorang
yang menjadi eksentrik, kurang perhatian dan terasing secara sosial sehingga
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
penyesuaian dirinya menjadi buruk, akibatnya orang menurun secara fisik dan
mental sehingga mengalami penurunan dalam melakukan aktivitasnya (Dana,
2007).
Pendidikan dan kesehatan merupakan dua hal yang harus ditingkatkan.
Pendidikan kesehatan merupakan bagian penting untuk membangun kesehatan
pada sebuah komunitas. Apabila tidak ada yang memberi tahu, maka mereka tidak
akan tahu. Banyak penyakit yang dapat dicegah apabila masyarakat paham
tentang pola hidup sehat terlebih lagi pada saat usia mulai tua yang sangat rentan
dengan penyakit (Mutrhy, 2011). Blum (2011) menyatakan bahwa pendidikan
kesehatan penting untuk menunjang program-program kesehatan yang lain meski
pendidikan kesehatan tidak segera membawa manfaat bagi masyarakat yang
mudah dilihat ataupun diukur keberhasilannya. Hal tersebut dikarenakan
pendidikan merupakan “behavioral investment” jangka panjang yang hasilnya
baru dapat dilihat beberapa tahun kemudian. Dalam waktu yang pendek
pendidikan kesehatan hanya menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan masyarakat saja belum berpengaruh langsung terhadap indikator
kesehatan.
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia
lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Pembentukan
posyandu lansia bertujuan yaitu meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan
lansia di masyarakat sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan lansia dan mendekatkan pelayanan serta meningkatkan peran serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
masyarakat juga swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan
komunikasi antara masyarakat usia lanjut (Erfandi, 2008).
Erfandi (2008) menyatakan ada beberapa kendala yang dihadapi lansia
dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain pengetahuan yang rendah, jarak
rumah yang jauh atau sulit dijangkau, kurangnya dukungan keluarga, sikap yang
kurang baik dari petugas posyandu (baik kader posyandu maupun tenaga
kesehatannya).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Karangrayung I diperoleh data tahun 2009 sasaran usia lanjut sebesar
3435 dengan usila resti 2548 dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 3772 dan
usila resti 3015. Wilayah kerja Puskesmas Karangrayung I ada 10 desa dengan 15
posyandu lansia sedangkan jumlah kader 60 orang. Pada kegiatan posyandu lansia
kader mempunyai peran sebagai pelaku dari sebuah sistem pelayanan kesehatan,
kader diharapkan bisa memberikan berbagai pelayanan yang meliputi pengukuran
tinggi dan berat badan, pengukuran tekanan darah, pengisian lembar KMS,
memberikan penyuluhan atau penyebarluasan informasi kesehatan, menggerakkan
serta mengajak usia lanjut untuk hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan posyandu
lansia karena itulah kader harus dibina, dituntun serta didukung oleh pembimbing
yang lebih terampil dan berpengalaman dalam hal ini adalah petugas kesehatan
dari puskesmas (perawat bidang promosi kesehatan). Puskesmas Karangrayung I
untuk pelatihan kader posyandu pernah dilakukan sedangkan khususnya posyandu
lansia hampir belum pernah dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Survei pendahuluan yang telah dilakukan di 2 posyandu lansia yang ada di
2 Desa yang berbeda yaitu posyandu lansia di Desa Pangkalan dan di Desa
Dempel yang jumlah kadernya hanya ada 3 orang, sedangkan di desa Temurejo
jumlah kader hanya 2 orang, mengatakan tiap kali kegiatan posyandu lansia hanya
bertugas mencatat pada meja pendaftaran dan mengurusi masalah konsumsi saja,
selain itu kader bekerja menunggu perintah dari petugas kesehatan puskesmas
(perawat/bidan) ketika pelaksanaan kegiatan saja tanpa ada pelatihan sebelumnya
sehingga peran kader dalam kegiatan tersebut belum optimal.
Berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut penulis tertarik untuk
melakukan penelitian ”Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan
sikap kader dalam pemberian pelayanan di posyandu lansia di Puskesmas
Karangrayung I”
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut di atas, maka dirumuskan masalah sebagai
berikut: Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang posyandu lansia
terhadap pengetahuan dan sikap kader dalam pemberian pelayanan di posyandu
lansia di puskesmas Karangrayung I ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui seberapa besar pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan dan sikap kader dalam pemberian pelayanan di posyandu lansia di
puskesmas Karangrayung I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan kader
tentang posyandu lansia di puskesmas Karangrayung I sebelum dan sesudah
pendidikan kesehatan.
b. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap kader dalam
pemberian pelayanan di posyandu lansia di puskesmas Karangrayung I
sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan.
c. Menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan
sikap kader dalam pemberian pelayanan di posyandu lansia di puskesmas
Karangrayung I.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam ilmu pengetahuan di bidang pendidikan.
b. Diharapkan hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi dan
referensi bagi penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan hasil penelitian untuk menambah
pengetahuan dan merubah sikap kader posyandu lansia dengan adanya
pemberian pendidikan kesehatan di puskesmas Karangrayung I.
b. Diharapkan dapat memberikan informasi tentang bagaimana
pengetahuan dan sikap kader posyandu lansia di puskesmas
Karangrayung I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Konsep Pendidikan Kesehatan
a. Definisi
Pendidikan kesehatan adalah sejumlah pengalaman yang
berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap dan
pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan perorangan,
masyarakat dan bangsa. Kesemuanya ini dipersiapkan dalam rangka
mempermudah diterimanya secara sukarela perilaku yang akan
meningkatkan atau memlihara kesehatan (Azwar dalam Marliana, 2008).
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri
manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan
perseorangan dan masyarakat. Pendidikan kesehatan bukanlah sesuatu
yang dapat diberikan oleh seseorang kepada orang lain dan bukan pula
sesuatu rangkaian tata laksana yang akan dilaksanakan ataupun hasil yang
akan dicapai, melainkan suatu proses perkembangan yang selalu berubah
secara dinamis dimana seseorang dapat menerima atau menolak
keterangan baru, sikap baru dan perilaku baru yang ada hubungannya
dengan tujuan hidup sehat (Nyswander dalam Marliana, 2008).
Pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk intervensi yang
ditujukan kepada perilaku agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan
atau segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
baik individu, kelompok maupun masyarakat sehingga mereka melakukan
apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik (Notoatmodjo, 2007).
b. Tujuan pendidikan kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan yang utama adalah tercapainya
perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam memelihara
perilaku sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal. Secara umum dan operasional pendidikan kesehatan
bertujuan untuk mengubah pemahaman individu, kelompok, dan
masyarakat di bidang kesehatan agar menjadi kesehatan sebagai sesuatu
yang bernilai mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat, serta dapat
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada dengan tepat dan
sesuai. Banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam keberhasilan
pendidikan kesehatan, antara lain tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi, adat istiadat, dan kepercayaan masyarakat (Herawani, 2001).
c. Strategi pendidikan kesehatan
Notoatmodjo (2007), menjelaskan untuk mencapai tujuan dan
sasaran pendidikan kesehatan dilakukan strategi kegiatan sebagai berikut :
1) Penyebarluasan Informasi Kesehatan
Kegiatan ini meliputi pengkajian sosial budaya kesehatan, sistem
komunikasi dan teknologi yang tepat dalam pengembangan
masyarakat. Pengembangan penciptaan dan penyebarluasan bahan
pendidikan kesehatan melalui media massa agar pesan kesehatan
menjadi bagian yang terpadu dengan pesan pembangunan nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2) Pengembangan Potensi Swadaya Masyarakat di Bidang Kesehatan
Kegiatan ini meliputi pengembangan sikap, kemampuan dan motivasi
LSM dan organisasi kemasyarakatan lainnya dalam pembudayaan
hidup sehat dan penyebarluasan metodologi pengembangan
masyarakat melalui organisasi masyarakat dan kelompok potensial
lainnya. Pengembanagan kerja sama yang paling menguntungkan
antara pemerintah dan masyarakat berpenghasilan tinggi guna
menopang kesehatan masyarakat miskin serta mengembangkan
kelompok keluarga mandiri sebagai teladan.
3) Pengembangan Penyelenggaraan Penyuluhan
Diselenggarakan melalui pengembangan sikap, kemampuan dan
motivasi petugas kesehatan baik pemerintah maupun swasta di bidang
penyuluhan, institusi pendidikan dan litbang serta pembentukan
kemitraan antara pemerintah, kelompok profesi dan masyarakat dalam
penyelenggaraan penyuluhan.
d. Metode pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan
Notoatmodjo (2007), menjelaskan ada beberapa metode
pendidikan atau promosi kesehatan yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan kesehatan kepada individu, kelompok maupun
masyarakat, antara lain :
1) Metode pendidikan individual
Dalam promosi kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual
digunakan untuk membina perilaku baru atau membina seseorang yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku. Dasar digunakannya
pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah
atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau
perilaku baru tersebut. Bentuk pendekatan ini antara lain dengan
bimbingan dan penyuluhan serta wawancara.
2) Metode pendidikan kelompok
a) Kelompok besar apabila peserta penyuluhan tersebut lebih dari 15
orang.
(1) Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang
berpendidikan tinggi maupun rendah.
(2) Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan
pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian
(presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik
yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di
masyarakat.
b) Kelompok kecil apabila peserta kegiatan tersebut kurang dari 15
orang.
(1) Diskusi kelompok ; dibuat sedemikian rupa sehingga saling
berhadapan, pimpinan diskusi atau penyuluh duduk diantara
peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi, tiap kelompok punya
kebebasan mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi
memberikan pancingan, mengarahkan, dan mengatur sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
diskusi berjalan hidup dan tak ada dominasi dari salah satu
peserta.
(2) Curah pendapat (Brain storming) ; merupakan modifikasi
diskusi kelompok, dimulai dengan memberikan satu masalah,
kemudian peserta memberikan jawaban atau tanggapan,
tanggapan atau jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam
flipchart atau papan tulis, sebelum semuanya mencurahkan
pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa pun, baru setelah
semuanya mengemukaan pendapat, tiap anggota
mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
(3) Bola salju (Snow balling) ; tiap orang dibagi menjadi pasangan-
pasangan (1 pasang, 2 orang). Kemudian dilontarkan suatu
pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit tiap 2
pasang bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan
masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap
2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi
dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya akhirnya
terjadi diskusi seluruh kelas.
(4) Kelompok-kelompok kecil (Buzz group) ; kelompok langsung
dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian dilontarkan
suatu permasalahan sama atau tidak sama dengan kelompok
lain, dan masing-masing kelompok mendiskusikan masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
tersebut. Selanjutnya hasil dari tiap kelompok didiskusikan
kembali dan dicari simpulannya.
(5) Memainkan peranan (Role play) ; beberapa anggota kelompok
ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu untuk memainkan
peranan tertentu, misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai
perawat atau bidan, dll, sedangkan anggota lainnya sebagai
pasien atau anggota masyarakat. Mereka memperagakan
bagaimana interaksi atau komunikasi sehari-hari dalam
melaksanakan tugas.
(6) Permainan simulasi (Simulation game) ; merupakan gabungan
role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan
disajikan dalam bentuk permainan seperti permainan monopoli.
Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan
menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), dan papan main.
Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan
sebagai nara sumber.
3) Metode pendidikan massa
Metode pendidikan massa cocok untuk mengkomunikasikan pesan-
pesan kesehatan yang ditujuan kepada masyarakat, metode tersebut
antara lain ceramah umum, pidato-pidato diskusi tentang kesehatan,
simulasi, tulisan-tulisan di majalah atau koran, billboard (spanduk,
poster).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
e. Media Pendidikan Kesehatan
Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu
pendidikan (audio visual aids/AVA). Berdasarkan fungsinya sebagai
penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi 3 :
cetak, elektronik, media papan (bill board).
1) Media cetak
a) Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik
tulisan maupun gambar.
b) Leaflet : melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa gambar atau
tulisan atau keduanya.
c) Flyer (selebaran) ; seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.
d) Flip chart (lembar balik) ; pesan atau informasi kesehatan dalam
bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap
lembar atau halaman berisi gambar peragaan dan di baliknya berisi
kalimat sebagai pesan atau informasi berkaitan dengan gambar
tersebut.
e) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah,
mengenai bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan.
f) Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau informasi
kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-
tempat umum, atau di kendaraan umum.
g) Foto, yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
2) Media elektronik
a) Televisi ; dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum diskusi
atau tanya jawab, pidato atau ceramah, TV, Spot, quiz, atau cerdas
cermat, dll.
b) Radio ; bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara radio,
ceramah, radio spot, dll.
c) Video Compact Disc (VCD)
d) Slide : slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi kesehatan.
e) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan
kesehatan.
3) Media papan (bill board)
Papan atau bill board yang dipasang di tempat-tempat umum dapat
dipakai diisi dengan pesan-pesan atau informasi – informasi kesehatan.
Media papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada
lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum (bus dan taksi)
(Notoatmodjo, 2007).
2. Kosep Posyandu Lansia
a. Definisi posyandu
Pos pelayanan kesehatan terpadu (posyandu) adalah suatu bentuk
keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah
kerja Puskesmas. Tempat pelaksanaan pelayanan program terpadu di balai
dusun, balai kelurahan, RW, dan sebagainya. Konsep Posyandu berkaitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
erat dengan keterpaduan. Keterpaduan yang dimaksud meliputi
keterpaduan dalam aspek sasaran, aspek lokasi kegiatan, aspek petugas
penyelenggara, aspek dana dan lain sebagainya (Munijaya, 2010).
Mahyuliansyah (2009) menyatakan posyandu adalah suatu wadah
komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari
Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk
masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari
petugas kesehatan dan keluarga. berencana yang mempunyai nilai strategis
untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini.
Erfandi (2008), menjelaskan posyandu lansia adalah pos pelayanan
terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah
disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan
pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan
bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan
melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan
organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
b. Definisi kader posyandu
Sudayasa (2010), menjelaskan kader posyandu adalah seorang
tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat, yang
bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Keberadaan kader
sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu. Kader posyandu
lansia merupakan kader yang bertugas di posyandu lanjut usia (lansia)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
dengan kegiatan rutin setiap bulannya membantu petugas kesehatan saat
pemeriksaan kesehatan pasien lansia.
Kader posyandu lansia adalah anggota masyarakat yang mau
bekerja secara sukarela dan ikhlas, mau dan sanggup melaksanakan,
menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan posyandu lansia
(Lovian, 2011).
c. Mekanisme dan tujuan posyandu lansia
Erfandi (2008), menjelaskan posyandu lansia berbeda dengan
posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang
diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan
kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota
penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5
meja seperti posyandu balita, ada juga hanya menggunakan sistem
pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut :
1) Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan
dan atau tinggi badan.
2) Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks
massa tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana
dan rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini.
3) Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga
bisa dilakukan pelayanan pojok gizi.
Tujuan program posyandu lansia adalah meningkatkan jangkauan
pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia dan mendekatkan
pelayanan serta meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam
pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara
masyarakat usia lanjut.
d. Pelayanan kesehatan bagi posyandu lansia
Erfandi (2008), menjelaskan pelayanan kesehatan di posyandu
lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional yang
dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk
mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman
masalah kesehatan yang dihadapi. Jenis Pelayanan Kesehatan yang
diberikan kepada usia lanjut di Posyandu lansia antara lain yaitu :
1) Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar
dalam kehidupan, seperti makan dan minum, berjalan, mandi,
berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar dan kecil dan
sebagainya.
2) Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan
mental emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua)
menit.
3) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh
(IMT).
4) Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop
serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
5) Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat.
6) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus).
7) Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai
deteksi awal adanya penyakit ginjal.
8) Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.
9) Penyuluhan Kesehatan.
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi
setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan
memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga
seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan
kebugaran. Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di posyandu lansia,
dibutuhkan, sarana dan prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan
(gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku
pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan,
stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer,
Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.
Kafandi (2011), menjelaskan kader-kader posyandu untuk para
lanjut usia (lansia) harus memiliki kemampuan dan pengetahuan yang
mumpuni dalam meningkatkan pelayanan kesehatan, tidak hanya itu
semua wilayah di kota atau kabupaten hingga tingkat kelurahan atau desa
juga harus memiliki dan melaksanakan posyandu lansia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
e. Masalah atau kendala berkembangnya posyandu lansia
Mahyuliansyah (2009), menyatakan beberapa masalah atau
kendala dalam pelaksanaan dan berkembangnya posyandu lansia yaitu :
1) Pihak Pemerintah atau Institusi : permasalahan yang ada biasanya
adalah belum dijadikannya program ini sebagai program unggulan
sehingga di dalam satu wilayah kecamatan hanya terbentuk 1 atau 2
Posyandu lansia ”percobaan” saja.
2) Masyarakat : tingkat pengetahuan masyarakat yang masih kurang
tentang manfaat posyandu lansia yang dilihat dari sedikitnya
kunjungan serta pemanfaatan kegiatan posyandu lansia ketika buka
atau dilaksanakan.
3) Petugas : belum siapnya petugas baik kader dan petugas kesehatan
bagaimana bentuk pelaksanaan kegiatan posyandu lansia dalam hal ini
perlu adanya pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader posyandu
lansia.
4) Jarak : jauhnya lokasi posyandu dengan rumah lansia akan
mempersulit jangkauan dan memungkinkan kurangnya rasa aman bagi
lansia ketika mencapai lokasi.
5) Dukungan keluarga yang kurang : keluarga merupakan motivator
untuk keaktifan lansia untuk berkunjung ke posyandu dengan cara
mengantar mereka ke lokasi posyandu lansia.
6) Sarana dan prasarana yang kurang : peralatan yang minim
memungkinkan kegiatan tidak bisa optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
3. Konsep Pengetahuan
a. Definisi
Notoatmodjo dalam Wawan dan Dewi (2010), menjelaskan
pengetahuan merupakan hasil tahu dan hal ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh menggunakan mata dan telinga dengan
melalui pendidikan formal maupun non formal.
b. Tingkat Pengetahuan
Notoatmodjo dalam Wawan dan Dewi (2010) menyatakan
pengetahuan yang cukup di dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkatan, yakni :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari
sebelumnya. “tahu“ ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling
rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai usaha kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek
atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi
disini dapat diartikan aplikasiatau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan membuat
bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu kemampuan untuk
menyusun formula baru dari formula-formula yang ada.
6) Evaluasi ( Evaluation )
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi penilaian-penilaian ini berdasar
kriteria yang ditentukan sendiri, atau mengunakan kriteria-kriteria
yang sudah ada.
c. Cara Memperoleh Pengetahuan
Ada berbagai cara untuk mendapatkan kebenaran dari suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
pengetahuan, cara tersebut antara lain sebagai berikut.
1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a) Cara Coba Salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin
sebelum adanya peradaban. Cara coba-coba ini dilakukan dengan
mengunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan
apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan
yang lain sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.
b) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Sumber pengetahuan disini berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal. Para pemegang otoritas
mempunyai prinsip bahwa orang lain menerima pendapat yang
dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih
dulu menguji atau membuktikan kebenaranya baik berdasarkan
fakta maupun penalaran empiris.
c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi masa lalu.
2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut ‘Metode Penelitian Ilmiah’ atau metodologi penelitian
(Notoatmodjo dalam Wawan dan Dewi, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
d. Cara mengukur dan kriteria tingkat pengetahuan
Pegukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menayakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek
penelitian atau responden. Arikunto (2006), menjelaskan pengetahuan
seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat
kualitatif, yaitu :
1) Baik : hasil 76% - 100%
2) Cukup : hasil 56% - 75%
3) Kurang : hasil kurang dari 56%
e. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Matra dalam Wawan dan Dewi (2010), menjelaskan bahwa faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi pengetahuan antara lain :
1) Faktor internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan ang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan
untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang
kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan
dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang
akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan
serta dalam pembangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Nursalam dalam Wawan dan Dewi (2010), menjelaskan pada
umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
menerima informasi.
b) Pekerjaan
Thomas dalam Wawan dan Dewi (2010), menjelaskan pekerjaan
adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukanlah
sumber kesenangan tetapi lebih banyak merupakan caramencari
nafkah yang membosankan, berulang dna banyak tantangan.
c) Umur
Elisabeth dalam Wawan dan Dewi (2010) menjelaskan bahwa usia
adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan
pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia
madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi
suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu
orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu
untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan
kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada
usia ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
2) Faktor eksternal
a) Faktor Lingkungan
Mariner dalam Wawan dan Dewi (2010) menjelaskan bahwa
lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia
dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
perilaku orang atau kelompok. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi
timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan
oleh setiap individu.
b) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi sikap seseorang dalam menerima informasi
(Wawan dan Dewi, 2010). Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan
orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik
atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah
pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
4. Konsep Sikap
a. Definisi
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmojo dalam Wawan
dan Dewi, 2010). Pakar lain, Azwar menjelaskan sikap adalah evaluasi
umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b. Komponen sikap
Azwar dalam Wawan dan Dewi (2010), menjelaskan struktur sikap
terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu :
1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan
stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan
penanganan terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem
yang kontroversial.
2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling
dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling
bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah
sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang
dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku
tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi
tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap
sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang
dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang
adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.
c. Tingkatan sikap
Notoatmodjo dalam Wawan dan Dewi (2010), menjelaskan sikap
terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
1) Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
2) Merespon (responding) adalah memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan
atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau
salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
3) Menghargai (valuing) adalah mengajak orang lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah
suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang
lain (tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke
posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si
ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4) Bertanggung jawab (responsible) yang dimaksud adalah bertanggung
jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau
menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua
atau orang tuanya sendiri.
d. Sifat sikap
Purwanto dalam Wawan dan Dewi (2010) mengungkapkan bahwa
sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif.
1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,
mengharapkan objek tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai objek tertentu.
e. Ciri-ciri sikap
Ciri-ciri sikap antara lain adalah :
1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat
ini membedakannnya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar,
haus, kebutuhan akan istirahat.
2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap
dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan
syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan
tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk,
dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek
tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat
alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau
pengetahuan yang dimiliki orang (Wawan dan Dewi, 2010).
f. Cara pengukuran sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan
sikap seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap.
Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif
mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak
pada objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang
favourable. Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal
negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun
kontra terhadap objek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan
pernyataan yang tidak favourabel. Suatu skala sikap sedapat mungkin
diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan tidak favorable
dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan
tidak semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala
memihak atau tidak mendukung sama sekali objek sikap (Azwar dalam
Wawan dan Dewi, 2010).
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/
pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat
dilakukan dengan pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat
responden melalui kuesioner (Notoatmodjo dalam Wawan dan Dewi,
2010).
g. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek
sikap antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
1) Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi
haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam
situasi yang melibatkan faktor emosional.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.
Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk
berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang
yang dianggap penting tersebut.
3) Pengaruh Kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap
kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap
anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak
pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.
4) Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar mauoun radio atau media komunikasi
lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif
cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh
terhadap sikap konsumennya.
5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika
kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6) Faktor Emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Wawan dan Dewi,
2010).
B. Penelitian yang relevan
Penelitian tentang lansia yang pernah dilakukan antara lain :
1. Ratnasari (2011), meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan activities
daily living (ADL) lansia terhadap pengetahuan dan sikap keluarga di wilayah
RW V Kelurahan Giriwono Wonogiri. Penelitian ini menggunakan metode
quasy eksperimen dengan rancangan one group pre test and post test design.
Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling dan sampel sebanyak
43 orang. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna
antara pengetahuan dan sikap responden tentang ADL lansia sebelum dan
setelah mendapatkan pendidikan kesehatan. Perbedaan dengan penelitian ini
adalah dalam hal metode penelitian, lokasi penelitian dan variabel penelitian.
2. Pertiwi (2010), meneliti tentang faktor - faktor yang berhubungan dengan
kehadiran lanjut usia di Posyandu Lansia Desa Mudal, Kecamatan Boyolali
Kabupaten Boyolali. Penelitian ini menggunakan metode observasional
analitik dengan rancangan cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan, pendidikan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
dukungan keluarga dengan kehadiran lansia diposyandu lansia. Perbedaan
dengan penelitian ini adalah dalam hal variabel, lokasi dan metode penelitian.
3. Istiati (2010), meneliti tentang hubungan fungsi keluarga dengan kecemasan
pada lanjut usia. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional
analitik dengan rancangan cross sectionalndan pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling sebanyak 53 sampel. Hasil
penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara fungsi
keluarga dengan kecemasan pada lanjut usia. Perbedaan dengan penelitian ini
adalah dalam hal variabel, lokasi dan metode penelitian.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan maka dapat
digambarkan kerangka berpikir dalam penelitian ini.
Ket : : Diteliti : Tidak diteliti
Gambar 2.1Kerangka berpikir
Pendidikan kesehatan
Perubahan pemahaman individu
Sikap kaderPengetahuan kader
Faktor pengetahuan :a. Pendidikanb. Pekerjaan c. Umur d. Lingkungan e. Sosial budaya
Faktor sikap :a. Pengalaman pribadib. Pengaruh orang lain c. Pengaruh kebudayaan d. Media massae. Lembaga pendidikan f. Emosional
c. Umurd. Lingkungane. Sosial budaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
D. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian dan kerangka konsep dapat
dirumuskan hipotesis penelitian yaitu : Pendidikan kesehatan dapat meningkatkan
pengetahuan dan sikap kader terhadap pemberian pelayanan di posyandu lansia di
Puskesmas Karangrayung I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian experimental (randomized controlled trial)
dengan melakukan perbandingan antara kelompok perlakukan dan kelompok yang
tidak diberi perlakukan, yang dipilih secara randomisasi (Murti, 2010). Perlakuan
dalam penelitian ini adalah pemberian pendidikan kesehatan kepada kelompok
kader yang berupa penyuluhan tentang posyandu lansia.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Karangrayung I. Waktu penelitian dari
pembuatan proposal sampai dengan penyusunan hasil penelitian adalah dari bulan
November 2011 sampai dengan bulan Juli 2012.
C. Popuasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi sasaran adalah semua kader posyandu lansia. Populasi
terjangkau adalah semua kader posyandu lansia di Puskesmas Karangrayung I
yaitu sebanyak 60 orang sebagai objek penelitian dan kader posyandu lansia di
Puskesmas Geyer I sebanyak 23 orang sebagai objek validitas.
2. Sampel
Sampel penelitian adalah semua kader posyandu lansia di Puskesmas
Karangrayung I memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut :
a. Kader posyandu lansia di puskesmas Karangrayung I
b. Bersedia menjadi sampel penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
c. Bisa membaca dan menulis
D. Penarikan Sampel
Pemilihan sampel dalam penelitian ini akan menggunakan teknik
exhaustive sampling yang merupakan skema pencuplikan dimana peneliti
mengambil semua subjek dari populasi sumber sebagai sampel untuk diteliti
yaitu sebanyak 60 orang (Murti, 2010). Kemudian sampel terpilih dibagi menjadi
2 kelompok studi yaitu 30 orang sebagai kelompok perlakuan dan 30 orang yang
lain sebagai kelompok kontrol dengan randomisasi. Kelompok perlakuan
mendapat intervensi berupa pendidikan kesehatan tentang posyandu lansia,
sedangkan kelompok kontrol tidak mendapatkan intervensi tersebut.
E. Variabel Penelitian
Variabel bebas :
Pendidikan kesehatan tentang posyandu lansia
Variabel terikat :
1. Pengetahuan kader tentang posyandu lansia
2. Sikap kader dalam pemberian pelayanan posyandu lansia
Variabel perancu :
1. Tingkat pendidikan kader
2. Pekerjaan kader
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
F. Definisi Operasional
1. Pendidikan kesehatan posyandu lansia
Definisi :
Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan
terhadap kader yang bertujuan mendorong sikap dan perilaku yang kondusif
bagi kesehatan. Pendidikan kesehatan tersebut meliputi : pengertian, tujuan,
mekanisme pelayanan kesehatan bagi posyandu lansia, dengan metode
ceramah dan tanya jawab, menggunakan leaflet.
Alat ukur : Diteliti secara random.
Skala : Kategorikal
2. Pengetahuan kader tentang posyandu lansia
Definisi :
Pengetahuan kader tentang posyandu lansia adalah hasil kompilasi dari
beberapa pertanyaan tentang posyandu lansia yang mencakup tentang
pengertian, tujuan, mekanisme pelayanan kesehatan pada posyandu lansia.
Alat ukur :
Kuesioner berisi pernyataan, bila jawaban benar diberi nilai 1 dan salah diberi
nilai 0.
Skala : Kontinu, kemudian dikategorikan menjadi :
a. Pengetahuan baik : skor total 76% - 100% (skor benar > 15)
b. Pengetahuan cukup : skor total 56% - 76% (skor benar 11-15)
c. Pengetahuan kurang : skor total < 56% (skor benar < 11)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
3. Sikap kader dalam pemberian pelayanan posyandu lansia
Definisi :
Sikap adalah respon atau tanggapan kader terhadap pernyataan penelitian baik
positif maupun negatif menyangkut posyandu lansia dan pelayanan.
Alat ukur : Kuesioner
Analisis sikap responden dikategorikan menjadi lima kelompok yaitu sangat
setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju
(STS). Pernyataan favourable nilai 5 bila sangat setuju, 4 bila setuju, 3 bila
ragu-ragu, 2 bila tidak setuju, 1 bila sangat tidak setuju. Pernyataan
unfavourable nilai 1 bila sangat setuju, 2 bila setuju, 3 bila ragu-ragu, 4 bila
tidak setuju, 5 bila sangat tidak setuju.
Skala : Kontinu, kemudian dikategorikan menjadi :
a. Sikap positif (mendukung) : skor total > 50% (skor ≥ 46)
b. Sikap negatif (tidak mendukung) : skor total < 50% (skor ≤ 45)
G. Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian diperoleh dari data primer (wawancara dengan menggunakan
kuesioner yang terstruktur) dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan oleh
penulis secara langsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
H. Alur Penelitian
Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian
I. Uji Validitas dan Reliabilitas
Instrumen penelitian yang berupa kuesioner pengetahuan dan sikap kader
posyandu sebelum digunakan untuk pengambilan data penelitian maka perlu
diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat validitas butir soal dan
reliabilitasnya. Menurut Arikunto (2006) menyatakan bahwa validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen, adapun untuk menguji validitas menggunakan korelasi product
moment. Uji validitas dilaksanakan di Puskesmas Geyer I dengan 23 responden.
Sedangkan reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan suatu instrumen. Uji
reliabilitas menunjukkan sejauh mana instrumen dapat memberikan hasil
pengukuran yang konsisten apabila pengukuran dilakukan berulang-ulang. Dalam
Populasi
Sampel
exhaustive sampling
Klp. Intervensi Klp. Kontrol
Pretest
Pendidikan Kesehatan
Post-test
RCT
Tidak Pendidikan Kesehatan
Hasil : 1. Pengetahuan kader 2. Sikap kader
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
penelitian ini pengukuran reliabilitas angket dilakukan menggunakan koefisien
reliabilitas alpha dari cronbach. Kriteria besarnya koefisien reliabilitas menurut
Arikunto (2006) adalah :
0,80 < r11 ≤ 1,00 : reliabilitas sangat tinggi
0,60 < r11 ≤ 0,80 : reliabilitas tinggi
0,40 < r11 ≤ 0,60 : reliabilitas cukup
0,20 < r11 ≤ 0,40 : reliabilitas rendah
0,00 < r11 ≤ 0,20 : reliabilitas sangat rendah
Tabel 3.1 Hasil uji reliabilitas tentang sikap kader posyandu lansia di Puskesmas Karangrayung I
No butir kuesioner Korelasi butir - total Alpha Cronbach
1 s/d 18 > 0,31 0,85
Tabel 3.1 menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitas kuesioner tentang sikap
kader posyandu lansia dari butir 1 sampai dengan butir 18 mempunyai nilai
korelasi antar butir lebih besar dari 0,31 dan nilai alpha cronbach sebesar 0,85
maka dapat diartikan bahwa instrumen penelitian tersebut reliabel dan layak
digunakan dalam pengambilan data penelitian.
J. Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk menunjang kearah pembuktian hipotesis dan
mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang posyandu lansia terhadap
pengetahuan dan sikap kader dalam pemberian pelayanan di posyandu lansia.
Data sampel berskala kontinu dideskripsikan dalam parameter mean, SD,
minimum dan maksimum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Data sampel berskala kategorikal dideskripsikan dalam parameter
frekuensi dan persen. Perbedaan skor antara kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol dalam hal pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah perlakuan diuji
dengan menggunakan uji Mann Whitney test untuk menentukan ada tidaknya
perbedaan rata-rata dua sampel dengan bantuan program SPSS versi 20.0.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 40
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Tempat Penelitian
Penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan
dan sikap kader dalam pemberian pelayanan di posyandu lansia Puskesmas
Karangrayung I. Puskesmas Karangrayung I merupakan puskesmas rawat jalan
dan rawat inap yang berlokasi di desa Mojoagung Kecamatan Karangrayung
Kabupaten Grobogan dengan visi dan misi seperti dibawah ini ;
Visi adalah Puskesmas Karangrayung I menjadi puskesmas yang diminati
masyarakat tahun 2012.
Misi adalah :
a. Menyelenggarakan upaya kesehatan esensial yang bermutu, merata dan
terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat
b. Meningkatkan kinerja, pengetahuan, keterampilan petugas kesehatan
c. Meningkatkan status kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya dengan
membina peran serta masyarakat
Puskesmas Karangrayung I membawahi satu puskesmas pembantu yang
mencakup 10 wilayah desa binaan yang setiap desa sudah memiliki bidan desa
masing-masing. Sepuluh desa binaan tersebut antara lain Temurejo, Putatnganten,
Termas, Dempel, Ketro, Mangin, Sumberjosari, Mojoagung, Pangkalan, dan
Rawoh dengan 15 posyandu lansia sedangkan jumlah kader sebanyak 60 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Pada tahun 2009 sasaran usia lanjut sebesar 3435 dengan usia lanjut yang beresiko
tinggi sebanyak 2548 orang dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 3772 dan
usia lanjut resti sebanyak 3015 orang.
Pada penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah sampel yang
memiliki karakteristik kriteria inklusi seperti yang telah ditetapkan pada BAB III
dan sampel sebanyak 30 kader pada kelompok intervensi dan 30 kader pada
kelompok kontrol.
B. Karakterstik Sampel
Hasil analisis univariat menggambarkan mengenai jumlah dan prosentase
dari masing-masing karakteristik sampel berdasarkan pendidikan, pekerjaan.
Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 60 kader terdiri dari 30 kader pada
kelompok intervensi dan 30 kader pada kelompok kontrol.
Tabel 4.1 Distribusi karakteristik sampel berdasarkan pendidikan kader posyandu lansia di Puskesmas Karangrayung I. N=30. Tahun 2012.
n % n %1 SD 4 13 6 202 SMP 10 33 13 433 SMA 13 43 9 304 PT 3 10 2 7
30 100 30 100
Klp intervensi Klp kontrolNo Pendidikan
Tabel 4.1 menunjukkan distribusi frekuensi mengenai karakteristik sampel
berdasarkan pendidikan terlihat bahwa sampel pada kelompok intervensi sebagian
besar berpendidikan SMA (43%) dan sebagian kecil berpendidikan PT (10%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
sedangkan kelompok kontrol memiliki karakteristik sebagian besar sampel
berpendidikan SMP (43%) dan sebagian kecil berpendidikan PT (7%).
Tabel 4.2 Distribusi karakteristik sampel berdasarkan pekerjaan kader posyandu lansia di Puskesmas Karangrayung I. N=30. Tahun 2012.
n % n %1 Tani 6 20 9 302 Swasta 11 37 5 173 IRT 13 43 16 53
30 100 30 100
Klp intervensi Klp kontrolNo Pekerjaan
Tabel 4.2 menunjukkan distribusi frekuensi mengenai karakteristik sampel
berdasarkan pekerjaan bahwa sampel pada kelompok intervensi sebagian besar
bekerja sebagai IRT (43%) dan sebagian kecil bekerja Tani (20%) sedangkan
kelompok kontrol memiliki karakteristik sebagian besar sampel bekerja sebagai
IRT (53%) dan sebagian kecil bekerja Swasta (17%).
C. Gambaran pelaksanaan penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 19 Maret 2012 pada pukul
10.00 WIB. Sampel dikumpulkan pada ruangan yang terpisah sesuai dengan
kelompoknya yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pada waktu yang
sama dilaksanakan pemberian pretest pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol dengan waktu 10 menit. Pelaksanaan pretest berlangsung tenang dan
sampel menjawab pertanyaan dengan kemampuannya masing-masing, setelah itu
kedua kelompok dipersilahkan istirahat 10 menit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Kemudian pada kelompok intervensi dilanjutkan dengan pemberian materi
pendidikan kesehatan tentang posyandu lansia yang meliputi pengertian posyandu,
kader dan posyandu lansia, mekanisme dan tujuan posyandu lansia, pelayanan
yang dilakukan di posyandu lansia serta masalah-masalah yang mungkin muncul
pada posyandu lansia. Penyampaian materi dengan ceramah dan leaflet yang
kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab. Penyampaian materi dan tanya jawab
dilakukan selama 50 menit.
Setelah pemberian penyuluhan tentang posyandu lansia dan tanya jawab
selesai pada kedua kelompok diberikan kuesioner yang sama untuk dilakukan
posttest selama 10 menit, sampel menjawab pertanyaan yang ada pada kuesioner
sesuai kemampuan masing-masing.
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi hasil pretest dan posttest pengetahuan kader posyandu lansia di Puskesmas Karangrayung I. N=30. Tahun 2012.
n % n % n % n %1 Baik 18 60 28 93 16 53 16 532 Cukup 4 13 2 7 3 10 3 103 Kurang 8 27 0 0 11 37 11 37
Jumlah 30 100 30 100 30 100 30 100
No Pengetahuan Kelompok intervensi Kelompok kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil pretest dan posttest pengetahuan
kader tentang posyandu lansia terlihat bahwa, pada kelompok intervensi terjadi
peningkatan pengetahuan dari pretest ke posttest, paling banyak sampel dengan
pengetahuan baik meningkat dari 60% menjadi 93% dan pada sampel dengan
pengetahuan kurang meningkat dari 27% menjadi 0%. Pada kelompok kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
terlihat tidak ada perubahan pengetahuan dari pretest ke posttest yaitu sampel
dengan pengetahuan baik sebesar 53%, sampel dengan pengetahun cukup 10%
dan sampel dengan pengetahuan kurang sebesar 37%.
Dari kedua kelompok meskipun paling banyak sampel dengan
pengetahuan baik tetapi jumlahnya masih lebih banyak pada kelompok intervensi
setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang posyandu lansia.
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi hasil pretest dan posttest sikap kader tentang posyandu lansia di Puskesmas Karangrayung I. N=30. Tahun 2012.
n % n % n % n %
1 Positif (mendukung) 22 73 30 100 23 77 23 77
2 Negatif (tidak mendukung) 8 27 0 0 7 23 7 23
Jumlah 30 100 30 100 30 100 30 100
No Sikap
Kelompok intervensi Kelompok kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
Tabel 4.4. menjelaskan bahwa hasil pretest dan posttest sikap kader
tentang posyandu lansia terlihat bahwa, pada kelompok intervensi terjadi
peningkatan hasil dari pretest ke posttest tentang sikap kader, paling banyak
sampel dengan pengetahuan sikap positif (mendukung) meningkat dari 73%
menjadi 100%. Pada kelompok kontrol terlihat tidak ada perubahan hasil tes sikap
dari pretest ke posttest yaitu sampel dengan sikap positif (mendukung) tetap
sebesar 77% dan sampel dengan sikap negatif (tidak mendukung) tetap sebesar
23%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Dari kedua kelmpok meskipun paling banyak sampel dengan sikap postitif
(mendukung) tetapi jumlahnya masih lebih banyak pada kelompok intervensi
setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang posyandu lansia.
D. Statistik Deskriptif
1. Pengaruh pendidikan kader kesehatan terhadap pengetahuan dengan
perhitungan Mann-Whitney menggunakan computer SPSS versi 20.
Gambar 4.1 Boxplot tentang perbedaan pengetahuan kader pada kelompok intervensi yang diberi dan tidak diberi pendidikan kesehatan.
Berdasarkan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa pengetahuan kader
posyandu yang mendapatkan pendidikan kesehatan dengan ceramah dan leaflet
memiliki skor yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kader yang tidak diberi
pendidikan kesehatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2. Pengaruh sikap kader kesehatan terhadap pengetahuan dengan perhitungan
Mann-Whitney menggunakan computer SPSS versi 20.
Gambar 4.2 Boxplot tentang perbedaan sikap kader pada kelompok intervensi yang diberi dan tidak diberi pendidikan kesehatan.
Berdasarkan Gambar 4.2 menunjukkan bahwa sikap kader posyandu yang
mendapatkan pendidikan kesehatan dengan ceramah dan leaflet memiliki skor
yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kader yang tidak diberi pendidikan
kesehatan.
E. Hasil Uji Mann-Whitney
Hasil analisis bivariat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan dan sikap kader dalam pemberian pelayanan di posyandu lansia
Puskesmas Karangrayung I sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok
intervensi dan tanpa perlakuan pada kelompok kontrol menggunakan uji Mann-
Whitney digambarkan pada Tabel 4.5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel 4.5 Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap kader posyandu lansia di Puskesmas Karangrayung I. N=30. Tahun 2012
Kelompok N Mean SD Mann Whitney p
Pengetahuan
Dengan ceramah dan leaflet 30 2,53 3,56 210 < 0,001
Tanpa ceramah dan leaflet 30 0 0 0 0
Sikap
Dengan ceramah dan leaflet 30 9,00 14,18 315 0,026
Tanpa ceramah dan leaflet 30 0 0 0 0
Tabel 4.5 menunjukkan terdapat pengaruh yang secara statistik signifikan
antara pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap kader tentang
posyandu lansia, rata-rata terjadi kenaikan pengetahuan dan sikap kader yang
diberikan pendidikan kesehatan dengan ceramah dan leaflet bila dibandingkan
dengan yang tanpa diberi ceramah.
Hasil analisis dengan menggunakan uji Mann-Whitney diperoleh nilai
p<0,001 artinya terdapat perbedaan pengetahuan yang secara statistik signifikan
antara kader yang mendapat dan tidak mendapat pendidikan kesehatan dengan
ceramah dan leaflet tentang posyandu lansia.
Hasil analisis dengan menggunakan Mann-Whitney diperoleh nilai
p=0,026 artinya terdapat perbedaan sikap yang secara statistik signifikan antara
kader yang mendapat dan tidak mendapat pendidikan kesehatan dengan ceramah
dan leaflet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
F. Pembahasan
1. Pengetahuan kader tentang posyandu lansia setelah diberikan
pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan tanya jawab di
Puskesmas Karangrayung I
Notoatmodjo dalam Wawan dan Dewi (2010), menjelaskan pengetahuan
merupakan hasil tahu dan hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
menggunakan mata dan telinga dengan melalui pendidikan formal maupun non
formal. Pengetahuan yang dimiliki sangat penting untuk terbentuknya sikap dan
tindakan.
Dalam ilmu perilaku kesehatan dikenal adanya pendidikan kesehatan
dengan berbagai metode dalam proses pembelajarannya. Metode yang dapat
dipergunakan dalam pendidikan kesehatan disesuaikan dengan tujuan yang ingin
dicapai dari pendidikan kesehatan tersebut diantaranya ceramah, praktek dan
tanya jawab. Sedangkan arti pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk intervensi
yang ditujukan kepada perilaku agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan
atau segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik
individu, kelompok maupun masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidik dengan tujuan tercapainya perubahan perilaku
individu, keluarga, dan masyarakat dalam memelihara perilaku sehat serta
berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Notoatmodjo,
2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Erfandi (2010) menjelaskan posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu
untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati,
yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan dengan tujuan meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia,
sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia dan
mendekatkan pelayanan serta meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta
dalam pelayanan kesehatan selain itu juga meningkatkan komunikasi antara
masyarakat lanjut usia. Penyelenggaraan posyandu lansia dapat menggunakan
sistem 5 meja seperti posyandu balita tetapi bisa juga hanya menggunakan sistem
pelayanan 3 meja.
Dari hasil penelitian, sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang
posyandu lansia, pengetahuan kelompok intervensi dan kelompok kontrol masih
ada yang kurang. Pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pengetahuan kader pada
kelompok intervensi yang kurang ada sebanyak 27% pada waktu pretest
kemudian setelah diberikan pendidikan kesehatan dan dilakukan posttest menjadi
tidak ada sampel dengan pengetahuan kurang 0% tentang posyandu lansia. Pada
kelompok kontrol masih terlihat ada 37% sampel dengan pengetahuan kurang
pada waktu pretest dan tidak ada perubahan setelah dilakukan posttest.
Masih adanya pengetahuan kader yang kurang tentang posyandu lansia
baik pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol oleh karena belum
pernah diselengarakannya pendidikan maupun latihan tentang posyandu lansia di
wilayah Puskesmas Karangrayung I dan masih sedikitnya informasi tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
posyandu lansia dari petugas kesehatan kepada masyarakat. Pengetahuan kader
sudah ada yang baik oleh karena kader tersebut aktif berperan serta pada setiap
kegiatan yang dilaksanakan dari Puskesmas Karangrayung I dan terutama pada
kegiatan posyandu lansia yang sudah dilaksanakan.
Hasil analisis menggunakan Mann-Whitney diperoleh nilai p<0,001 artinya
terdapat perbedaan pengetahuan yang secara statistik signifikan antara kader yang
mendapat dan tidak mendapat pendidikan kesehatan dengan ceramah dan leaflet
tentang posyandu lansia di Puskesmas Karangrayung I.
Pemberian informasi melalui pendidikan kesehatan dengan metode
ceramah, penyebaran leaflet dan tanya jawab ternyata dapat meningkatkan
pengetahuan kader tentang posyandu lansia.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian Byba (2008) menunjukkan bahwa
upaya peningkatan pengetahuan wanita dewasa tentang SADARI di Kota Kediri
dapat dilakukan melalui upaya pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan
diskusi. Penelitian Erniyati dan Suci (2006) juga mengatakan bahwa informasi
dan edukasi tentang SADARI memberi arah pada terbentuknya perilaku individu.
Hal ini sependapat dengan Green (1980) bahwa dengan pendekatan edukasional
dapat merubah perilaku seseorang termasuk pengetahuan, dimana intervensi yang
diberikan merupakan proses pendidikan kesehatan yang bertujuan merubah
perilaku yang dipengaruhi banyak faktor. Salah satu faktor masukan adalah
metode yang diberikan pada waktu penyuluhan seperti ceramah, praktek, tanya
jawab dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
2. Sikap kader dalam pemberian pelayanan di posyandu lansia Puskesmas
Karangrayung I
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmojo dalam Wawan dan Dewi, 2010).
Pakar lain, Azwar menjelaskan sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia
terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek. Salah seorang ahli psikologis sosial,
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,
dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2003).
Daniel Goleman (2004) mengemukakan beberapa macam emosi yaitu :
1. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati
2. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa
3. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada,
tidak tenang, ngeri
4. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga
5. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat,
bakti, hormat, kemesraan, kasih
6. Terkejut : terkesiap, terkejut
7. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
8. malu : malu hati, kesal
Seperti diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada
dasarnya merupakan dorongan bagi seseorang untuk bertindak. Jadi berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah
laku terhadap stimulus yang ada.
Dari hasil penelitian sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang
posyandu lansia, sikap kelompok kontrol dan kelompok perlakuan masih rendah.
Pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sikap sampel pada kelompok kontrol paling
banyak mempunyai sikap positif mendukung sebanyak 77% pada pretest. Pada
kelompok perlakuan paling banyak sikap positif mendukung sebanyak 73% pada
pretest.
Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang posyandu lansia pada
kelompok perlakuan terjadi perubahan sikap pada kelompok tersebut. Pada Tabel
4.3 menunjukkan bahwa sikap sampel pada kelompok kontrol tidak terjadi
perubahan sikap yaitu tetap 77% (pretest maupun posttest), sedangkan pada
kelompok perlakuan terjadi perubahan sikap dari 73% (pretest) menjadi 100%
yang bersikap positif mendukung.
Hasil analisis menggunakan uji Mann-Whitney diperoleh nilai p = 0,026
artinya terdapat perbedaan sikap yang secara statistik signifikan antara kader yang
mendapat dan tidak mendapat pendidikan kesehatan dengan ceramah dan leaflet
tentang posyandu lansia.
Pendidikan kesehatan adalah proses belajar. Pendidikan kesehatan
membantu agar orang mengambil sikap yang bijaksana terhadap kesehatan dan
kualitas hidup untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Penyuluhan
merupakan suatu metode dalam pendidikan kesehatan yang dapat merubah sikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
seseorang menjadi lebih baik. Hal ini terbukti dari sikap kader setelah diberikan
penyuluhan menunjukkan perubahan sikap yang berarti apabila dibandingkan
dengan sikap kader sebelum diberikan penyuluhan.
Pada penelitian Very (2007) menyatakan bahwa adanya perubahan sikap
sampel yang lebih baik dari pretest ke posttest, dimana dalam hal ini dipengaruhi
oleh pemberian pendidikan kesehatan melalui studi intervensi pelatihan SADARI
terhadap perubahan sikap sampel tersebut. Menurut Azwar (2005) sikap bukan
dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan dipelajari sepanjang perkembangan
orang tersebut dalam hubungan dengan objeknya. Dalam hal ini pengetahuan
tentang posyandu lansia yang diberikan melalui penyuluhan kepada kader
posyandu membantu menambah wawasan dan pengetahuan bagi kader tentang
posyandu lansia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Penelitian ini menyimpulkan :
1. Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan ceramah dan leaflet
terhadap pengetahuan kader tentang posyandu lansia (p<0,001), yaitu
pengetahun kader menjadi meningkat setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
2. Terdapat pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan ceramah dan leaflet
terhadap sikap kader dalam pemberian pelayanan posyandu lansia (p=0,026),
yaitu sikap kader dalam pemberian pelayanan posyandu menjadi meningkat
setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritik
Pendidikan kesehatan menggunakan ceramah dan leaflet mempengaruhi
pemberian pelayanan kader di posyandu lansia sehingga diperlukan
pengetahuan yang lebih baik tentang posyandu lansia untuk dapat merubah
sikap kader menjadi lebih baik.
2. Implikasi Praktik
Pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap kader
posyandu lansia. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
pengetahuan kader tentang posyandu lansia menjadi meningkat dan sikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
kader berubah menjadi lebih baik setelah dilakukan penyuluhan tentang
posyandu lansia dengan menggunakan metode ceramah dan leaflet.
C. Saran
Adanya pengaruh pendidikan kesehatan yang menggunakan ceramah dan
leaflet terhadap pengetahuan dan sikap kader dalam pemberian pelayanan di
posyandu lansia Puskesmas Karangrayung I maka disarankan Puskesmas untuk
lebih sering dan secara berkelanjutan melakukan penyuluhan ataupun pendidikan
dan latihan bagi kader-kader posyandu di wilayah kerjanya supaya pengetahuan
tentang kesehatan dan sikap kader yang membantu tenaga kesehatan dalam
pemberian pelayanan menjadi lebih baik dan optimal sehingga program
pemerintah dapat terlaksana optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
JADWAL PENELITIAN
Jadual dari kegiatan penelitian in sebagai berikut :
No KegiatanNov 2011
Des 2011
Jan 2012
Feb 2012
Mar 2012
April 2012
Mei 2012
Juni 2012
Juli 2012
1 Persiapan
2 Penyusunan dan konsultasi proposal
3 Seminar proposal dan perbaikan
4 Pendidikan kesehatan tentang posyandu lansia kepada kader
5 Pengawasan, pengambilan data dan evaluasi
6 Pengolahan dan analisis data
7 Penyusunan dan konsultasi hasil penelitian
8 Seminar hasil dan perbaikan