PENGARUH PROFESIONALISME, INDEPENDENSI, BUDAYA
ORGANISASI, MOTIVASI, SERTA GAYA KEPEMIMPINAN
TERHADAP KINERJA AUDITOR
(Studi Empiris Pada Kantor Inspektorat Pemerintah Eks
Karesidenan Surakarta)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh :
OKTAVIANI WIJAYA
B 200 140 013
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
1
PENGARUH PROFESIONALISME, INDEPENDENSI, BUDAYA
ORGANISASI, MOTIVASI, SERTA GAYA KEPEMIMPINAN
TERHADAP KINERJA AUDITOR
(Studi Empiris Pada Kantor Inspektorat Pemerintah Eks Karesidenan
Surakarta)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh
profesionalisme, independensi, budaya organisasi, motivasi, dan gaya
kepemimpinan untuk menilai kinerja seorang auditor. Populasi penelitian terdiri
dari auditor yang bekerja di Kantor Inspektorat Pemerintah Eks Karesidenan
Surakarta. Sampling menggunakan metode confinien dengan sampel 44 auditor
dari 6 Kantor Inspektorat. Jenis data penelitian adalah data primer. Metode
penyelesaian data penelitian menggunakan kuesioner.Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel profesionalisme dan budaya organisasi
berpengaruh terhadap kinerja auditor, sedangkan variabel independensi, motivasi,
dan gaya kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.
Kata kunci: Profesionalisme, Independensi, Budaya Organisasi, Motivasi, Gaya
Kepemimpinan, Kinerja Auditor
Abstract
This study aims to find empirical evidence about the influence of professionalism,
independence, organizational culture, motivation, and leadership style to assess
the performance of auditors.Research conducted by auditors working in the Office
of Inspectorate of the Government of Surakarta Residency. Sampling using
confinien method with a sample of 44 auditors from 6 Inspectorate Offices. The
type of research data is primary data. Methods of completing research data using
questionnaires.The results of this study indicate that the variables of
professionalism and corporate culture, independent variables, motivation, and
leadership style have no effect on the performance of auditors.
Keywords: Professionalism, Independence, Organizational Culture, Motivation,
Leadership Style, Performance Auditor
1. PENDAHULUAN
Pada era globalisasi, pesatnya pembangunan di segala bidang denganpembiayaan
dana pembangunan yang semakin meningkat, tentunya membawa dampak yang
semakin kompleks dan rumitnya pengawasanterhadap keuangan Negara dari
2
berbagai penyimpangan serta penyalahgunaan anggaran.
Di Indonesia sendiri, saat ini sedang krisis berbagai masalah penyimpangan,
kecurangan, penyalahgunaan wewenang serta permasalahan hukum sebagai akibat
dari adanya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Pemerintah melakukan
berbagai upaya untuk terus memperbaiki sistem dengan mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance) yang mengarah pada
pemerintahan/birokrasi yang bersih (clean government).Peningkatan peran
pengawasan internal yang memadai di lingkungan pemerintahan merupakan
wujud dari pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa, sebagaimana yang
tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 pasal 48 ayat 1
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang menyebutkan
bahwapengawasan intern dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP) dalam Meity dan Grace (2017).
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
PER/05/M.PAN/03/2008 tentang StandarAudit Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (SA-APIP) menjelaskan bahwa pengawasan internal merupakan
seluruh proses kegiatan audit, review, pemantauan, evaluasi, dan kegiatan
pengawasan lainnya berupa asistensi sosialisasi dan konsultasi terhadap
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan
keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolak
ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan
dalam mewujudkan pemerintahan yang baik. Tugas pokok dan fungsi APIP yaitu
melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan (Meity dan
Grace 2017).
Pengawasan intern pemerintah provinsi/kabupaten/kota dilaksanakan oleh
Inspektorat masing-masing daerah guna membantu pimpinan daerah, seperti
Gubernur/ Bupati / Walikota dalam melaksanakan pemantauan terhadap masing-
masing kinerja unit organisasi yang dipimpinnya. Peran APIP dapat terwujud jika
didukung dengan standar mutu yang sesuai dengan mandat penugasan, sehingga
siapapun auditor yang bertugas dapat menghasilkan mutu hasil audit yang sama
(Warta Pengawasan, 2013) dalam Meity dan Grace (2017).
3
Peran dan fungsi Inspektorat Provinsi, Inspektorat Kabupaten/Kota secara
umum diatur dalam pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2007,
dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan urusan pemerintahan,
Inspektorat Provinsi, Kabupaten/ Kota mempunyai fungsi perencanaan program
pengawasan, perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan, pemeriksaan
(audit), pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan (Meity dan Grace
N, 2017).
Salah satu unit yang melakukan audit terhadap pemerintah daerah adalah
Inspektorat Daerah, yang disebut sebagai auditor internal sektor publik.
Inspektorat yang juga sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah memiliki
peran dan posisi yang sangat strategis baik ditinjau dari aspek fungsi-fungsi
manajemen maupun dari segi pencapaian visi dan misi serta program-
program pemerintah. Dilihat dari segi fungsi-fungsi dasar manajemen, inspektorat
mempunyai kedudukan yang setara dengan fungsi perencanaan atau fungsi
pelaksanaan, sedangkan dari segi pencapaian visi, misi dan program-program
pemerintah, Inspektorat Daerah menjadi pilar yang bertugas sebagai pengawas
sekaligus pengawal dalam pelaksanaan program yang tertuang dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (Bagus dan Rasuli, 2015).
Di lingkungan pemerintahan, auditor internal pemerintah menjadi profesi
yang diharapkan banyak orang untuk meletakkan kepercayaan pada pemeriksaan
dan pengawasan internal yang di berikan. Untuk mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik, auditor internal pemerintah memiliki peran tersendiri
dalam tata kelola tersebut, meskipun tidak sebesar peran BPK sebagai auditor
eksternal pemerintah (Bagus dan Rasuli, 2015).
Standar Profesi Audit Internal (SPAI) menjelaskan bahwa audit internal
adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan obyektif,yang
dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi
organisasi. Dalam menjalankan fungsi dan perannya, fungsi audit internal
bergantung pada kinerja auditornya. Auditor yang selalu meningkatkan kinerjanya
diyakini mampu menjadi auditor yang berkualitas dan mampu menghasilkan
produk audit yang berkualitas tinggi (Hanna dan Firnanti, 2013).
4
Di dalam suatu instansi, memerlukan penerapan kinerja agar pegawai dalam
melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya sesuai dengan tanggung jawab
masing-masing dapat memperoleh hasil kerja yang baik dan berkualitas. Oleh
karena itu, didefinisikan bahwa kinerja auditor merupakan tindakan atau
pelaksanaan yang telah diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu.
Prestasi kerja atau kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya, yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu (Trisnaningsih, 2007).
Kinerja auditor ditentukan dari sikap-sikap yang ada dalam diri auditor itu
sendiri, salah satunya adalah profesionalisme. Menurut Abdul Halim (2012:20),
“Profesionalisme adalah konsep untuk mengukur bagaimana para profesional
memandang profesi mereka yang tercermin dalam sikap dan perilaku mereka.
Untuk mengukur tingkat profesionalisme bukan hanya dibutuhkan suatu indikator
yang menyebutkan bahwa seorang dikatakan profesional”.Jadi profesionalisme
yang di miliki oleh auditor menjadi sangat penting untuk diterapkan dalam
melakukan pemeriksaan karena akan berpengaruh terhadap kinerja auditor.
Selain itu, faktor lain yaitu independensi juga menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja auditor. Independensi merupakan standar umum nomor
dua dari tiga standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), yang menyatakan bahwa dalam semua hal yang berhubungan dengan
penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
Artinya auditor seharusnya berada dalam posisi yang tidak memihak siapapun
karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.
Selain faktor di atas, budaya organisasi juga menjadi faktor yang
mempengaruhi kinerja auditor. Budaya organisasi merupakan norma-norma dan
nilai-nilai yang mengarahkan perilaku tiap anggota organisasi. Budaya organisasi
meliputi sistem kepercayaan umum yang sesuai dengan perilaku atau pemikiran
dan pengetahuan teknis yang diharapkan, serta menentukan cara melakukan
sesuatu. Setiap anggota organisasi akan berperilaku sesuai dengan budaya yang
berlaku agar diterima di lingkungan tersebut (Arfan Ikhsan Lubis, 2011:52).
5
Seorang karyawan yang bekerja pada kantor Inspektorat, khususnya auditor
pemerintah dalam menjalankan tugasnya juga harus memiliki motivasi dalam diri
masing-masing individu agar dalam mencapai tujuan dapat memperoleh hasil
yang maksimal. Motivasi dalam diri sangat penting perannya dalam mendorong
seseorang untuk selalu meningkat kan kinerjanya. Motivasi yang dimiliki
auditor mendorong personal auditor tersebut untuk melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu untuk mencapai suatu tujuan yaitu hasil audit yang baik. Motivasi dapat
pula dikatakan sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri
(Mangkunegara, 2005:93).
Gaya kepemimpinan (leadership styles) merupakan cara pimpinan untuk
mempengaruhi orang lain atau bawahannya sedemikian rupa sehingga orang
tersebut mau melakukan kehendak pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi
meskipun secara pribadi hal tersebut mungkin tidak disenangi (Luthans,
2002:575).
Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah tersebut, maka penulis
mengambil judul penelitian “PENGARUH PROFESIONALISME,
INDEPENDENSI, BUDAYA ORGANISASI, MOTIVASI, SERTA GAYA
KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA AUDITOR (Studi Empiris Pada
Kantor Inspektorat Pemerintah Eks Karesidenan Surakarta).
2. METODE PENELITIAN
2.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survey,
yakni metode pengumpulan data secara langsung dari sumber asli. Data
utama penelitian ini diperoleh secara langsung dari pihak pertama (data
primer) yaitu dengan penyebarankuesioner secara langsung kepada
responden. Penelitian ini diarahkan untuk menguji hipotesis yang
menjelaskan pengaruh profesionalisme, independensi, budaya organisasi,
motivasi, dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor.
6
2.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparat Kantor Inspektorat Pemerintah
Eks Karesidenan Surakarta yang terdiri dari Kota Surakarta berjumlah 45 orang,
Kabupaten Boyolali berjumlah 52 orang, Kabupaten Karanganyar berjumlah 51
orang, Kabupaten Sukoharjo berjumlah 31 orang,Kabupaten Wonogiri berjumlah
49 orang, dan Kabupaten Klaten berjumlah 48 orang. Sampel dalam penelitian
ini ialah auditor yang bekerja pada Kantor Inspektorat Eks Karesidenan
Surakarta.Namun belum diketahui secara jelas data mengenai auditor yang
bekerja pada Kantor Inspektorat Pemerintah Eks Karesidenan Surakarta, sehingga
pengambilan sampel termasuk kategori non probability sampling. Peneliti
menggunakan metode convenience sampling, karena pengambilan sampling
dilakukan secara bebas persyaratan sampel dari populasi tertentu, yang paling
mudah dijangkau atau didapatkan.Dengan convenience sampling, maka
terpilihnya individu menjadi anggota sampel berdasarkan aspek kemudahan dan
kenyamanan.
2.3 Data dan Sumber Data
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer dengan metode
survey yaitu metode pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan
tertulis. Data primer diperoleh dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah
terstruktur dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi dari auditor yang
bekerja di Kantor Inspektorat Pemerintah Eks Karesidenan Surakartasebagai
responden dalam penelitian ini. Sumber data dalam penelitian ini adalah skor
masing-masing indikatorvariabel yang diperoleh dari pengisian kuesioner yang
telah dibagi kepada auditor.
2.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
2.4.1 Kinerja Auditor
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja auditor. Kinerja adalah
suatu hasil karya yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas - tugas
yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan
7
kesungguhan waktu yang diukur dengan mutu kerja yang dihasilkan, sedangkan
kuantitas adalah jumlah hasil kerja yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu,
dan ketepatan waktu adalah kesesuaian waktu yang telah direncanakan
(Trisnaningsih, 2007). Variabel kinerja auditor dalam penelitian ini diukur
menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Trisnaningsih (2007) dengan
menggunakan 6 item pertanyaan.
2.4.2 Profesionalisme
Arens et al.(2003) mendefinisikan profesionalisme sebagai tanggung jawab
individu untuk berperilaku yang lebih baik dari sekedar mematuhi undang-undang
dan peraturan masyarakat yang ada. Profesionalisme juga merupakan elemen dari
motivasi yang memberikan sumbangan pada seseorang agar mempunyai kinerja
tugas yang tinggi. Variabel profesionalisme dalam penelitian ini diukur
menggunakan instrumen penelitian yang dikembangkan oleh Ramadhanty (2013)
dengan menggunakan 10 item pertanyaan.
2.4.3 Independensi
Pengertian independensi menurut Arens, Elder dan Beasley (2008 : 111), yaitu :
“Independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam
pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan,dan penyusunan laporan
audit”.Variabel independensi dalam penelitian ini diukur menggunakan instrumen
yang dikembangkan oleh Sukriah (2009) dengan menggunakan 9 item pertanyaan.
2.4.4 Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-
anggota organisasi itu sehingga persepsi tersebut menjadi suatu sistem dan makna
bersama di antara para anggotanya (Arfan Ikhsan Lubis, 2011:53). Variabel
budaya organisasi dalam penelitian ini diukur menggunakan instrumen yang
dikemukakan oleh Trisnaningsih (2007) dengan menggunakan 6 item pertanyaan.
8
2.4.5 Motivasi
Menurut Simanora (2004:15) menyatakan bahwa motivasi adalah perasaan atau
keinginan seseorang yang berada dan bekerja pada kondisi tertentu untuk
melaksanakan tindakan-tindakan yang menguntungkan dilihat dari perspektif
pribadi dan terutama kelompok. Motivasi sebagai proses yang bermula dari
kekuatan dalam hal fisiologis dan psikologis atau kebutuhan yang mengakibatkan
perilaku atau dorongan yang ditujukan pada sebuah tujuan atau insentif.
Variabel motivasi dalam penelitian ini diukur menggunakan instrumen yang
dikemukakan oleh Trisnaningsih (2007) dan Maryati (2008) dengan menggunakan
10 item pertanyaan.
2.4.6 Gaya Kepemimpinan
Menurut Effendi (1992) dalam Roudhotul (2014) gaya kepemimpinan adalah cara
seorang pemimpin melaksanakan kegiatannya dalam upaya membimbing,
memandu, mengarahkan, dan mengontrol pikiran, perasaan, atau perilaku
seseorang atau sejumlah orang untuk mencapai tujuan tertentu. Variabel gaya
kepemimpinan dalam penelitian ini diukur menggunakan instrumen yang
dikemukakan oleh Trisnaningsih (2007) dengan menggunakan 6 item pertanyaan.
2.5 Metode Analisis Data
Analisis regresi linier berganda adalah analisis untuk mengukur besarnya
pengaruh antar dua atau lebih veriabel independen terhadap satu variabel
dependen dan memprediksi variablel dependen dengan menggunakan variabel
independen (Priyatno, 2012:127). Metode analisis yang digunakan pada penelitian
ini adalah analisis regresi linear berganda dengan persamaan sebagai berikut:
KA = 𝜶 + 𝒃𝟏𝑷𝑶 + 𝒃𝟐𝑰𝑫 + 𝒃𝟑𝑴𝑻 + 𝒃𝟒𝑩𝑶 + 𝒃𝟓𝑮𝑲 + 𝒆
Keterangan:
α : Konstanta
KA : Kinerja Auditor
PO : Profesionalisme
9
ID : Independensi
BO : Budaya Organisasi
MT : Motivasi
G : Gaya Kepemimpinan
e : Standar error
𝑏1,𝑏2, 𝑏3, 𝑏4∶ 𝑏5∶ : koefisien regresi
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Penelitian
3.1.1Uji Statistik Diskriptif
Tabel 1
Statistik Diskriptif
Variabel N Minimum Maksimum Mean
KA 44 16,00 30,00 23,409
PO 44 34,00 50,00 40,863
ID 44 26,00 44,00 35,386
BO 44 13,00 29,00 22,227
MT 44 25,00 47,00 40,613
GK 44 11,00 28,00 22,477
Valid N (listwise) 44
Sumber : data primer diolah, 2018
Hasil uji statistik deskriptif menunjukkan bahwa variabel kinerja auditor
memiliki jawaban minimum responden sebesar 16,00 dan maksimum sebesar
30,00 dengan rata – rata total jawaban 23,409. Variabel profesionalisme memiliki
jawaban minimum responden sebesar 34,00 dan maksimum sebesar 50,00 dengan
rata – rata total jawaban 40,863. Variabel independensi memiliki jawaban
minimum responden sebesar 26,00 dan maksimum sebesar 44,00 dengan rata –
rata total jawaban 35,386. Variabel budaya organisasi memiliki jawaban minimum
responden sebesar 13,00 dan maksimum sebesar 29,00 dengan rata – rata total
jawaban 22,227. Variabel motivasi memiliki jawaban minimum responden
10
sebesar 25,00 dan maksimum sebesar 47,00 dengan rata – rata total jawaban
40,613. Variabel gaya kepemimpinan memiliki jawaban minimum responden
sebesar 11,00 dan maksimum sebesar 28,00 dengan rata – rata total jawaban
22,477.
3.1.2 Uji Reliabilitas
Tabel 2
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s
Alpha
Critical
Value Status
Kinerja Auditor 0,614 0,60 Reliabel
Profesionalisme 0,731 0,60 Reliabel
Independensi 0,610 0,60 Reliabel
Budaya Organisasi 0,641 0,60 Reliabel
Motivasi 0,763 0,60 Reliabel
Gaya Kepemimpinan 0,612 0,60 Reliabel
Sumber : data primer diolah, 2018
Hasil pengujian reliabilitas terhadap semua variabel dengan Cronbach’s
Alpha sebagaimana terlihat pada tabel IV.2 menunjukkan nilai Alpha lebih dari
0,60. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini reliabel.
3.1.3 Uji Normalitas
Tabel 3
Hasil Uji Normalitas
Variabel Kolmogrov-
Smirnov
pvalue Keterangan
Unstandardized Residual 0,637 0,811 Data terdistribusi
normal
Sumber : data primer diolah, 2018
11
Hasil uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov Smirnov diketahui
bahwa nilai probabilitas > 0,05, maka data dalam penelitian ini digolongkan data
terdistribusi normal.
3.1.4 Uji Multikolinieritas
Tabel 4
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel Tolerance VIF Keterangan
Profesionalisme 0,684 1,462 Tidak terjadi
Multikolinearitas
Independensi 0,592 1,690 Tidak terjadi
Multikolinearitas
Budaya Organisasi 0,534 1,872 Tidak terjadi
Multikolinearitas
Motivasi 0,628 1,592 Tidak terjadi
Multikolinearitas
Gaya Kepemimpinan 0,753 1,328 Tidak terjadi
Multikolinearitas
Sumber : data primer diolah, 2018
Berdasarkan tabel IV.4 dapat diketahui tidak terjadi masalah
multikolinearitas dari persamaan penelitian. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
Tolerance Value > 0,1 dan nilai VIF < 10.
12
3.1.5 Uji Heteroskedastisitas
Tabel 5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Sign (p
value) Keterangan
Profesionalisme 0,330 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Independensi 0,657 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Budaya Organisasi 0,778 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Motivasi 0,189 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Gaya Kepemimpinan 0,811 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Sumber : data primer diolah, 2018
Berdasarkan tabel IV.5 diketahui bahwa besarnya nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 untuk masing
– masing variabel nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (α). Dengan demikian
dapat disimpulkan dalam penelitian ini tidak ditemukan masalah
heteroskedastisitas.
1.1.6. Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Tabel 6
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Variabel Unstandardized
Coefficients Beta thitung Signifikansi
(Constant) 4,035 0,797 0,430
Profesionalisme (PO) 0,432 3,126 0,003
Independensi (ID) -0,053 -0,425 0,673
Budaya Organisasi (BO) 0,430 2,682 0,011
Motivasi (MT) -0,091 -0,872 0,389
Gaya Kepemimpinan (GK) -0,102 -0,802 0,428
Adjusted R2 = 0,,312 F hitung = 4,894
P (value) = 0,05 Sig =,0,001
Sumber : data primer diolah, 2018
13
KA = 4,035 + 0,432 PO – 0,053 ID + 0,430 BO – 0,091 MT – 0,102 GK + 𝒆
Interpretasi dari masing-masing koefisien variabel adalah sebagai berikut :
1. Konstanta sebesar 4,035 dengan parameter positif menunjukkan bahwa apabila
terdapat profesionalisme, independensi, budaya organisasi, motivasi, dan gaya
kepemimpinan, maka kinerja auditor akan meningkat sebesar 4,035%.
2. Koefisien regresi variabel profesionalisme (PO) menunjukkan koefisien positif
sebesar 0,432, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
profesionalisme auditor, maka kinerja auditor yang dihasilkan akan meningkat.
3. Koefisien regresi variabel independensi (ID) menunjukkan koefisien negatif
sebesar 0,053, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
independensi auditor, maka kinerja auditor yang dihasilkan akan semakin
menurun.
4. Koefisien regresi variabel budaya organisasi (BO) menunjukkan koefisien
positif sebesar 0,430, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi budaya organisasi auditor, maka kinerja auditor yang dihasilkan akan
semakin meningkat.
5. Koefisien regresi variabel motivasi (MT) menunjukkan koefisien negatif
sebesar 0,091, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
motivasi auditor, maka kinerja auditor yang dihasilkan akan menurun.
6. Koefisien regresi variabel gaya kepemimpinan (GK) menunjukkan koefisien
negatif sebesar 0,102, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi gaya kepemimpinan, maka kinerja auditor yang dihasilkan akan
menurun.
3.1.7 Uji Koefisien Determinasi(R2)
Hasil perhitungan untuk R2 diperoleh dalam analisis regresi berganda, diperoleh
angka koefisien determinasi dengan adjusted-R2 model 1 sebesar 0,312 Hal ini
berarti bahwa 31,2% variasi variabel kinerja auditor dapat dijelaskan oleh variabel
profesionalisme, independensi, budaya organisasi, motivasi, dan gaya
kepemimpinan, sedangkan sisanya 68,8% dijelaskan oleh faktor – faktor lain
diluar model yang diteliti.
14
3.1.8 Uji F
Berdasarkan data yang dihasilkan dari perhitungan diperoleh Fhitung sebesar 4,894
dan Ftabel sebesar 2,46 apabila dibandingkan Fhitung dengan Ftabel dapat dilihat
bahwa hasil uji statistik dari distribusi Fhitung > Ftabel yaitu 4,894 > 2,46. Hasil
pengujian dapat dilihat juga dari signifikansi sebesar 0,001 < 0,05, hal ini
menunjukkan model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model fit. Oleh
karena itu, variabel profesionalisme, independensi, budaya organisasi, motivasi,
dan gaya kepemimpinan mempunyai pengaruh secara simultan terhadap kinerja
auditor.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pengaruh profesionalisme terhadap kinerja auditor
Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa profesionalisme diketahui
mempunyai nilai thitung 3,126 > dari nilai ttabel 2,023 atau nilai signifikan 0,003 <
dari nilai α = 0,05, maka H1 diterima. Dengan demikian, artinya variabel
profesionalisme mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.
Penelitian ini menerima H1 yang menyatakan profesionalisme berpengaruh
terhadap kinerja auditor.Hal ini dikarenakan profesionalisme merupakan suatu
nilai yang mengedepankan keahlian dan kompetensi dalam menjalankan tugas dan
tanggungjawab. Seorang profesional dipercaya dan dapat diandalkan dalam
melaksanakan pekerjaannya, sehingga dapat dijelaskan hubungan antara
profesionalisme auditor dengan kinerja adalah apabila seorang auditor memiliki
profesionalisme tinggi, maka kinerjanya akan meningkat. Kondisi tersebut
menyebabkan auditor akan dipercaya dan dapat diandalkan dalam melaksanakan
pekerjaannya. Hasil penelitian sesuai dengan hasil yang penelitian yang
dilakukan oleh Alfianto dan Dhini (2015) yang menyatakan bahwa
profesionalisme berpengaruh terhadap kinerja auditor. Namun, hasil ini tidak
sesuai dengan yang dilakukan oleh Haris Fuad (2015) dan Putra dan Ariyanto
(2012) yang menyatakan bahwa profesionalisme tidak berpengaruh terhadap
kinerja auditor.
15
3.2.2 Pengaruh independensi terhadap kinerja auditor
Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa independensi diketahui mempunyai
nilai thitung -0,425 < dari nilai ttabel 2,023 atau nilai signifikan 0,673 > dari nilai α =
0,05, maka H2 ditolak, sehingga independensi tidak berpengaruh terhadap kinerja
auditor. Hasil ini dapat dijelaskan bahwa,tidak semua auditor memiliki sikap
yang independen. Keadaan seringkali mengganggu auditor dalam bekerja,
misalnya mendapat tekanan dari atasan sehingga membuat auditor patuh terhadap
atasan agar auditor tetap mendapat kepercayaan dari atasan. Pada pelaksanaan
pemeriksaan juga masih belum bebas dari usaha pihak lain maupun usaha
manajerial atau obyek pemeriksaan untuk menentukan kegiatan yang diperiksa,
kemudian saat pelaporan hasil audit masih ada usaha pihak lain untuk
mempengaruhi pertimbangan pemeriksaan sehingga mempengaruhihasil audit
yang dilaporkan. Hasil penelitian sesuai dengan hasil yang penelitian yang
dilakukan oleh Muknisa dan Dudi (2014) yang menyatakan bahwa independensi
tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.Namun, tidak sejalan dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Alnoprika (2015) yang menyatakan
bahwa independensi berpengaruh terhadap kinerja auditor.
3.2.3 Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja auditor
Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa budaya organisasi diketahui
mempunyai nilai thitung2,682 > dari nilai ttabel 2,023 atau nilai signifikan 0,011 <
dari nilai α = 0,05, maka H3 diterima. Dengan demikian, artinya variabel budaya
organisasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja auditor.
Dalam penelitian ini H3 diterima dan dinyatakan bahwa budaya organisasi
berpengaruh terhadap kinerja auditor. Hasil ini dapat dijelaskan bahwa, auditor
yang menjadikan budaya organisasi sebagai dasar bertindak akan berperilaku
sebagaimana nilai-nilai yang terkandung dalam budaya organsasi. Budaya
organisasi pada sisi internal auditor akan memberikan sugesti kepada semua
perilaku yang diusulkan oleh organisasi agar dapat dikerjakan, agar memperoleh
penyelesaian yang sukses. Sebuah instansi yang menciptakan budaya organisasi
16
yang baik di dalamnya, maka akan cenderung menciptakan rasa nyaman untuk
karyawan, sehingga kinerjanya akan meningkat. Hasil penelitian sesuai
denganhasil yang penelitian yang dilakukan oleh Ristina Sitio dan Indah (2014)
yang menyatakan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor.
Namun, hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Trisnaningsih (2007) yang menyatakan bahwa budaya organisasi tidak
berpengaruh langsung terhadap kinerja auditor.
3.2.4 Pengaruh motivasi terhadap kinerja auditor
Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa motivasi diketahui mempunyai nilai
thitung -0,872 < dari nilai ttabel 2,023 atau nilai signifikan 0,389 > dari nilai α = 0,05,
maka H4 ditolak. Dengan demikian hipotesis yang menyebutkan bahwa
motivasi berpengaruh terhadap kinerja auditor ditolak.
Penelitian ini menolak H4, yang berarti motivasi tidak berpengaruh
terhadap kinerja auditor. Hasil ini dapat dijelaskan bahwa, seorang auditor
meskipun memiliki motivasi kerja yang baik, hal tersebut tidak berpengaruh atau
hanya memberikan pengaruh yang kecil terhadap peningkatan kinerja. Seperti
halnya, seorang bawahan apabila mendapat pekerjaan yang melekat pada dirinya
sampai dengan jam kerja belum selesai dan tidak dapat diselesaikan pada hari itu
juga, tetapi karyawan tersebut bermaksud untuk menyelesaikannya karena
dedikasi dan loyalitas terhadap pekerjaannya, meskipun tidak diperhitungkan
waktu lembur. Tetapi pihak atasan menentukan bahwa sesuai ketentuan yang ada
hal tersebut tidak diperkenankan, akhirnya karyawan tersebut akan menyelesaikan
pada hari berikutnya.Hal ini menjadikan motivasi, kurang mempengaruhi terhadap
kinerja seorang auditor. Hasil penelitian sesuai denganhasil yang penelitian yang
dilakukan oleh Ida Ayu (2008) dan Sujana (2012) yang menyatakan bahwa
motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Akan tetapi, penelitian ini
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Umbara dan Husin (2014)
yang menyatakan bahwa motivasi berpengaruh terhadap kinerja auditor.
17
3.2.5 Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor
Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan diketahui
mempunyai nilai thitung -0,802 < dari nilai ttabel 2,023 atau nilai signifikan 0,428 >
dari nilai α = 0,05, maka H5 ditolak. Artinya gaya kepemimpinan tidak
berpengaruh terhadap kinerja auditor. Ditolaknya H5 pada penelitian ini dapat
dijelaskan bahwapimpinan yang memberikan pengarahan dengan baik belum
tentu dapat meningkatkan kinerja bawahannya. Kurangnya komunikasi antara
pimpinan terhadap bawahan, kurang menempatkan diri sesuai situasi, belum
mampu menciptakan suasana kerja yang nyaman, tingkat kedisiplinan pimpinan
yang rendah, dan kurangnya sikap tegas dalam memberikan perintah pada
bawahan. Dengan demikian gaya kepemimpinan yang diterapkan pada penelitian
ini tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor.Hasil penelitian sesuai denganhasil
yang penelitian yang dilakukan oleh Widhi dan Setyawati (2015) dan Setiyono
(2017) yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap
kinerja auditor. Namun,hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Desak Made (2016) yang menyatakan bahwagaya kepemimpinan
berpengaruh terhadap kinerja auditor.
4. PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan sebelumnya, maka
kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Profesionalisme berpengaruh terhadap kinerja auditor. Hal ini didukung oleh
hasil uji t yang memperoleh nilai thitung > ttabel(3,126 > 2,023) atau nilai
signifikan 0,003 < 0,05.
2. Independensi tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Hal ini didukung
oleh hasil uji t yang memperoleh nilai thitung< ttabel (-0,425 < 2,023) atau nilai
signifikan 0,673 > 0,05.
3. Budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor. Hal ini didukung
oleh hasil uji t yang memperoleh nilai thitung > ttabel (2,682 > 2,023) atau nilai
signifikan 0,011 < 0,05.
18
4. Motivasi tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Hal ini didukung oleh
hasil uji t yang memperoleh nilai thitung < ttabel (-0,872< 2,023) atau nilai
signifikan 0,389 >0,05.
5. Gaya kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap kinerja auditor. Hal ini
didukung oleh hasil uji t yang memperoleh nilaithitung< ttabel (-0,802< 2,023)
atau nilai signifikan 0,428 > 0,05.
4.2 Keterbatasan
Penelitian ini mempunyai keterbatasan–keterbatasan yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan hasil penelitian yang
lebih baik lagi. Keterbatasan tersebut antara lain:
1. Peneltian ini hanya diterapkan pada Kantor Inspektorat Pemerintah Eks
Karesidenan Surakarta, sehingga hasil penelitian ini tidak bisa diterapkan di
semua objek.
2. Peneliti menggunakan lima variabel independen yang mempengaruhi
kinerja auditor yaitu profesionalisme, independensi, budaya organisasi,
kinerja auditor, dan gaya kepemimpinan. Masih terdapat beberapa variabel
independen lain yang mampu menjelaskan dan kemungkinan memiliki
pengaruh terhadap variabel kinerja auditor.
3. Data penelitian ini dihasilkan dari instrumen yang didasarkan pada
kuesioner responden, sehingga besar kemungkinan adanya kelemahan yang
ditemui seperti adanya pertanyaan kuesioner yang kurang dipahami oleh
responden.
4. Jumlah responden yang relatif kurang banyak, dikarenakan sedikitnya
responden yang berkenaan menerima kuesioner, sehingga hasil penelitian
belum bisa tergeneralisasi.
4.3 Saran
Berdasarkan simpulan dan keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, maka dapat
dikemukakan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan untuk penelitian
selanjutnya, yaitu:
1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambah populasi yang
lebih luas, agar penelitian bisa tergeneralisasi.
19
2. Bagi penelitian mendatang hendaknya dapat menambah variabel independen
yang mempengaruhi kinerja auditor selain variabel yang digunakan agar
hasilnya dapat terdefinisi dengan lebih sempurna atau bisajuga menambahkan
model moderating atau intervening.
3. Untuk peneliti selanjutnya peneliti menyarankan untuk tidak melakukan
penelitian pada masa tutup buku sehingga data yang didapat lebih banyak.
4. Penelitian mendatang diharapkan menggunakan pendekatan kualitatif dengan
cara wawancara atau pertanyaan lisan secara langsung dengan responden agar
memperkuat hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Alfianto dan Dhini S. 2015. Pengaruh Profesionalisme, Komitmen Organisasi
Dan Struktur Audit Terhadap Kinerja Auditor . Accounting Analysis
Journal.Universitas Negeri Semarang, Indonesia.
Alnoprika. 2015. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Dan Profesinalisme
Auditor Terhadap Kinerja Auditor Dengan Etika Profesi Sebagai Variabel
Moderating (Studi Pada Kantor Akuntan Publik Di Pekanbaru, Batam, Dan
Medan) . Jom FEKON Vol. 2 No.1.Faculty of Economics Riau University.
Ayu, Ida dan Agus.2008. Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan dan Budaya
Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan serta Dampaknya pada
Kinerja Perusahaan (Studi kasus pada PT. Pei Hai International Wiratama
Indonesia. UrnalManajemen Dan Kewirausahaan, Vol.10, No. 2, September
2008: 124-135:Pasca Sarjana Universitas 17 Agustus Surabaya.
Bagus, Rasulin dan Edfan Darlis.2015. Pengaruh Kompetensi, Independensi,
Pengalaman Kerja, Kompleksitas Tugas Terhadap Kualitas Audit Aparat
Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah Dan Reward Sebagai
Variabel Moderating.Jurnal SOROT Volume 10 Nomor 1 April halaman 1
– 142: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas
Riau .
20
Dripani, Muknisa dan Dudi. 2014. Pengaruh Independensi, Penerapan Teknologi
Informasi dan Pemahaman Good Governance Terhadap Kinerja Auditor
(Studi Kasus Pada Auditor Di Bpk Ri Perwakilan Provinsi Jawa
Barat).Universitas Telkom.
Ghozali, Imam.2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM
SPSS.Semarang:Badan Penerbit: Universitas Diponegoro.
Ghozali,Imam.2012.Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS21
Up Date PLS Regresi. Edisike 7.Semarang:Badan Penerbit: Universitas
Diponegoro.
Hartidah,Ariyanti dan Unti Ludigdo.2010. Pengaruh Budaya Organisasi
Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Di Malang Dan
Surabaya.Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Vol. 1 No. 2: Universitas
Brawijaya.
Malini,Shinta Vebriana Dan Putri Wulanditya. 2014. Pengaruh Kecerdasan
Emosional Terhadap Kinerja Auditor Dengan Konflik Peran Dan Budaya
Organisasi Sebagai Variabel Yang Memoderasi. STIE Perbanas Surabaya.
Meity, Grace Nangoi dan HendrikGamaliel.2017. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kinerja Auditor Pada Inspektorat Provinsi Dan Kabupaten
Kota Gorontalo.ISSN 2303-1174.Jurnal EMBA Vol.5 No.2 Hal. 572 –
582.:Universitas Sam Ratulangi.
Mulyadi.2011. Auditing Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Putra, I Gede Bandar Wiradan Dodik Ariyanto. 2012. Pengaruh Independensi,
Profesionalisme, Struktur Audit, dan Role Stress Terhadap Kinerja
Auditor.BPK RI Perwakilan Provinsi Bali. Jurnal Akuntansi. Universitas
Udayana.
Ramadik, Azwir Nasir dan MeildaWiguna.2014. Pengaruh Role Stress, Gender,
Struktur Audit dan Profesionalisme terhadap Kinerja Auditor BPK-RI
21
Perwakilan Provinsi Riau. JOM FEKON Vol. 1 No. 2. Faculty of
Economic Riau University.
Sanjiwani,Desak Made dan I Gede. 2016. Pengaruh Locus Of Control, Gaya
Kepemimpinan Dan Komitmen Organisasi Pada Kinerja Auditor Kantor
Akuntan Publik. ISSN: 2302-8556 E-Jurnal Akuntansi. 920-947. Universitas
Udayana.
Setiawan, Yuliana Grece Dan Made Yenni Latrini. 2016. Pengaruh Kecerdasan
Emosional, Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Intelektual Dan Independensi
Pada Kinerja Auditor .E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.16.2.
Agustus: 1034-1062.
Setiyono.2017. Pengaruh Motivasi Kerja, Gaya Kepemimpinan Dan Kompensasi
Terhadap Kinerja Karyawan. ISSN : 2549-6018. EKSIS, Vol 12, No 1
April 2017 Halaman 21-32 :Sekolah Tinggi Teknik Malang.
Siahaan, Victor. 2010. Pengaruh Profesionalisme Terhadap Komitmen
Organisasi Dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Auditor (Studi Pada
Kantor Perwakilan Bpk-Ri ProvinsiAceh ). Vol. 3.No. 1.Januari Hal. 10-28.
Badan Pemeriksa Keuangan RI Perwakilan Provinsi Aceh.
Sitio, Ristina dan Indah.2014.Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya
Kepemimpinan, Budaya Organisasi Dan Struktur Audit Terhadap Kinerja
Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota Semarang).
ISSN 2252-6765.Accounting Analysis Journal:UniversitasNegeri Semarang.
Sujana, Edy.2012. Pengaruh Kompetensi, Motivasi, Kesesuaian Peran Dan
Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Auditor Internal Inspektorat
Pemerintah Kabupaten (Studi Pada Kantor Inspektorat Kabupaten Badung
Dan Buleleng).ISSN.2089-3310.Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika
JINAH Vol.2 No.1 :Singaraja.
Tabel F,R,T http://junaidichaniago.wordpress.com
22
Trijayanti,Nyoman Ari dan Gede Adi. 2015. Pengaruh Gaya Kepemimpinan,
Kepuasan Kerja, Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Auditor (Studi
Empiris Pada Kantor Akuntan Publik (Kap) Di Provinsi Bali) . e-journal S1
Akuntansi Volume 3 No 1 Tahun 2015:UniversitasPendidikanGanesha.
Trisnaningsih, Sri. 2007. Independensi Auditor Dan Komitmen Organisasi
Sebagai mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya
Kepemimpinan Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor.
Simposium Nasional Akuntansi.
Ulum, Roudhotul et al. Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Konflik Peran,
Kelebihan Peran Terhadap Kinerja Auditor dengan Kecerdasan Spiritual
Sebagai Variabel Pemoderasi. Universitas Islam Bandung.
Umbara, dan Husin. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Auditor ( Studi
Pada Inspektorat Kota Kendari ). Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis UHO.Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara.
Widhi, Saputra Nugrohodan Erma Setyawati. 2015.Pengaruh Independensi, Gaya
Kepemimpinan, Komitmen Organisasi, dan Pemahaman Good Governance
Terhadap Kinerja Auditor Pemerintah. Jurnal Manajemen dan Bisnis.
Volume 19,Nomor 1, Juni 2015, hlm 64-79.