i
PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN
DARI SEGI MODERNISASI PROSEDUR ORGANISASI
TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM
MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN
(Studi Pada Wajib Pajak Di Wilayah S urakarta )
SKRIPSI
Disusun guna Memenuhi Syarat-Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas S ebelas Maret S urakarta
Disusun Oleh :
TUTI WIJAYANTI
F 0305106
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi sebagian syarat-syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi.
Surakarta, 2010
Tim Penguji Skripsi :
1. Drs. Djoko Suhardjanto,M Com(Hons),PhD,Ak (………………….)
NIP 19630203 198903 1 006 Ketua
2. Agus Widodo,SE,MSi,Ak (………………….)
NIP 19730825 200012 1 001 Pembimbing
3. Anas Wibawa,SE,Msi,Ak (…………………)
NIP 19730215 200012 1 001 Anggota
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN DARI SEGI
MODERNISASI PROSEDUR ORGANISASI TERHADAP KEPATUHAN WAJIB
PAJAK DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN
(Studi Pada Wajib Pajak Di Wilayah S urakarta).
Yang diajukan oleh :
Nama : Tuti Wijayanti
NIM : F0305106
Program : S1 Reguler
Jurusan : Akuntansi
Telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diujikan dalam ujian tugas akhir (skripsi).
Dosen Pembimbing
Agus Widodo,SE,MSi,Ak
NIP. 19730825 200012 1 001
iv
MOTTO
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari
suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya
kepada Rabbmu hendaknya kamu berharap.
(Q.S. Al insyirah : 6-8)
Tahun ibarat pohon, bulan-bulan laksana cabangnya, hari-hari laksana rantingnya, jam-
jam laksana daunnya dan setiap hembusan nafas kita laksana buahnya. Barangsiapa
yang di setiap hembusan nafasnya dalam ketaatan, maka orang itu telah menanam pohon
yang baik.
(Ibnu Qayyim Al Jauziyah)
Banyak orang mengira keberhasilan dan kegagalan adalah hal yang bertentangan, tetapi
sebenarnya itu merupakan proses yang sama untuk meningkatkan kualitas diri. Jadi
jangan pernah menyerah. Lakukan yang terbaik untuk apa yang bisa anda lakukan hari
ini.
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
• Bapak dan Ibu tercinta
• Almh simbah putri
• Mas Bawa, Mbak Yuli dan de’ Fa
• Mas Tedi,Mbak Wulan dan de’ Atayya
• Teman-temanku
• Almamater Fakutas Ekonomi UNS
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
kemudahan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul
PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN DARI SEGI MODERNISASI
PROSEDUR ORGANISASI TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM
MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN (Studi Pada Wajib Pajak Di Wilayah Surakarta )”.
Dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, MCom,Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret.
2. Bapak Drs.Jaka Winarna,MSi,Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret dan selaku pembimbing akademik.
3. Bapak Agus Widodo,SE,MSi,Ak selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan membantu penulis dalam proses
penulisan skripsi.
4. Bapak A. Furkon selaku Kepala Kantor dan Ibu Endang selaku kepala bagian umum
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian.
5. Semua dosen Fakultas Ekonomi UNS,terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan
kepada penulis.
6. Bapak dan Ibu,terima kasih atas segala doa, kasih sayang, perhatian dan dukungannya
vii
selama ini. Semoga Alloh SWT selalu memberi kesehatan dan rahmatNya pada bapak
dan ibu.. juga almh mbah putri yang telah merawatku sejak kecil,semoga Alloh SWT
menganugerahkan tempat yang mulia..
7. Mas Bawa dan Mbak Yuli, serta Mas Tedi dan Mbak Wulan. makasih atas
segalanya..terimakasih telah mengajariku makna kemandirian dan kasih sayang.
8. Dua keponakanku tersayang ,Farras Syifa Abidah (de’Fa)..sekolah yang pinter ya biar
jadi dokter..serta jagoan kecilku Fadhil Attayya Rizqullah (de’Ata).. Cepet gedhe ya dek
biar bisa nyusul ayah ke Manado.
9. Sahabat-sahabatku di kampus: Wilis, Ema, Isti, Ana, Eria. Terima kasih atas
persahabatan kita selama ini. Makasih juga buat Ayu yang telah membantu menyebarkan
kuesioner dan Novrian atas pinjaman buku-bukunya.. serta semua teman-teman
Akuntansi Reguler angkatan 2005...Terima kasih atas pertemanan dan kerja sama yang
selama ini kurasakan.
10. Pak timin..maturnuwun sanget nggih...
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas dukungan dan
bantuannya selama ini kepada penulis.
Kami berharap skripsi ini dapat memberitambahan wawasan dan dapat menjadi pembanding
bagi pihak-pihak yang melakukan penelitian pada masalah yang sama. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua
pihak sangat kami harapkan. Akhir kata,penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua.
Surakarta,Februari 2010
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i
HALAMAN ABSTRAKSI.............................................................................................ii
HALAMAN ABSTRACT...............................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................................iv
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................................v
HALAMAN MOTTO......................................................................................................vi
HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................................vii
KATA PENGANTAR....................................................................................................viii
DAFTAR ISI...................................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..........................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Perumusan Masalah.............................................................................................12
C. Tujuan Penelitian..................................................................................................13
D. Manfaat Penelitian................................................................................................13
E. Sistematika Penulisan...........................................................................................14
ix
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS..................... 16
A. PEMAHAMAN MENGENAI PERPAJAKAN............................................. 16
1. Pengertian Pajak................................................................................... 16
2. Tinjauan Pajak dari Berbagai Aspek.................................................... 17
3. Fungsi Pajak.......................................................................................... 18
4. Teori Pemungutan Pajak....................................................................... 19
5. Asas-Asas Pemungutan Pajak............................................................... 20
6. Sistem Pemungutan Pajak..................................................................... 21
7. Tarif Pajak............................................................................................. 23
8. Manfaat Pajak........................................................................................ 24
B. REFORM ASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN............................................ 25
1. Pengertian Administrasi......................................................................... 25
2. Reformasi Administrasi Perpajakan....................................................... 25
3. Sejarah Reformasi Perpajakan Di Indonesia .......................................... 29
4. Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Di Indonesia......... 33
4.1 Penerapan sistem administrasi perpajakan modern............................ 32
4.2 Fasilitas Pelayanan.............................................................................. 38
C. PEMAHAMAN MENGENAI KEPATUHAN WAJIB PAJAK.......................... 39
D. TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU........................................................ 40
E. KERANGKA PEMIKIRAN................................................................................ 45
F. PENGEMBANGAN HIPOTESIS........................................................................ 48
x
BAB III M ETODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 50
1. Desain Penelitian............................................................................................ 50
2. Populasi dan Sampel....................................................................................... 50
3. Metode Pengumpulan Data............................................................................. 51
4. Jenis dan Sumber Data……………………………………………………… 51
5. Variabel Penelitian…………………………………………………………. 51
6. Metode Analisis Data……………………………………………………… 53
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN..................................................... 59
A. Deskripsi Data................................................................................................ 59
B. Hasil Analisis.................................................................................................. 62
C. Pembahasan………………………………………………………………… 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 76
A. Kesimpulan....................................................................................................... 76
B. Keterbatasan...................................................................................................... 77
C. Saran.................................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL I.1 Perbandingan Kontribusi WP Pribadi terhadap Pajak Nasional........... 5
TABEL I.2 Tax ratio tahun 1995-2009.................................................................... 6
TABEL I.3 Persentase Penerimaan Pajak Terhadap GNP di Berbagai Negara....... 8
TABEL IV.1 Data yang Disebar………………………………………………….. 60
TABEL IV.2 Identitas Responden Berdasar Jenis Kelamin……………………… 61
TABEL IV.3 Identitas Responden Berdasar Tahun Terdaftar…………………… 61
TABEL IV.4 Hasil Uji Normalitas.......................................................................... 65
TABEL IV.5 Hasil Uji Multikolinearitas…………………………………………. 66
TABEL IV.6 Hasil Uji Autokorelasi……………………………………………… 67
TABEL IV.7 Nilai R2 ......................................................................................... 70
TABEL IV.8 Nilai statistik F................................................................................ 71
TABEL IV.9 Nilai statistik t................................................................................. 71
xii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar II.1 Organisasi Kantor Pusat DJP...................................................... 35
Gambar II.2 Organisasi Kantor Wilayah DJP yang Umum…………………. 36
Gambar II.3 Konsep Penggabungan Kantor Operasional DJP......................... 37
Gambar II.4 Kerangka Pemikiran.................................................................... 47
Gambar IV.1 Grafik Scatterplot variabel psikologi.......................................... 68
Gambar IV.2 Grafik Scatterplot variabel yuridis.............................................. 68
Gambar IV.3 Grafik Scatterplot variabel sosiologis........................................ 69
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. HASIL UJI VALIDITAS
2. HASIL UJI RELIBILITAS
3. HASIL UJI NORM ALITAS
4. HASIL UJI M ULTIKOLINEARITAS
5. HASIL UJI AUTOKORELASI
6. HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS
7. HASIL UJI REGRESI
PENGARUH REFORMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN
DARI SEGI MODERNISASI PROSEDUR ORGANISASI
TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM
MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN
(Studi Pada Wajib Pajak Di Wilayah S urakarta )
TUTI WIJAYANTI
F 0305106
Abstraksi Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern dalam kerangka reformasi administrasi perpajakan jangka menengah telah digulirkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sejak tahun 2001.Hal tersebut dilakukan dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat serta kepatuhan wajib Pajak. Penelitian ini mencoba menjelaskan fenomena mengenai kepatuhan wajib pajak yang dipengaruhi faktor perubahan metode pelayanan dan kualitas pelayanan,akuntabilitas pegawai pajak dan penggunaan teknologi komunikasi dan informasi yang modern. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris pengaruh penerapan modernisasi prosedur organisasi di lingkungan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta,yang dapat digunakan sebagai pembanding penelitian terdahulu yang meneliti di lingkungan Kantor Wilayah dan Kantor Pajak Khusus. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh wajib pajak yang terdaftar di lingkungan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.Metode purposive sampling digunakan untuk menentukan sampel dalam penelitian. Instrument penelitian menggunakan kuesioner dengan menggunakan skala Likert dan variabel dummy. Dengan menggunakan analisis regresi,kami menemukan bahwa perubahan metode pelayanan dan kualitas pelayanan dan penggunaan teknologi komunikasi dan informasi yang modern mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Sedangkan akuntabilitas pegawai pajak tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Penerapan di KPP Pratama Surakarta perlu dilanjutkan dan dipertahankan atau bahkan disempurnakan terutama untuk faktor-faktor yang dinilai belum memuaskan; seperti masih kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pegawai pajak. Kata kunci : perubahan metode pelayanan dan kualitas pelayanan, akuntabilitas pegawai pajak, penggunaan teknologi komunikasi dan informasi yang modern,kepatuhan wajib pajak
THE INFLUENCE OF TAX ADMINISTRATION REFORM FROM ORGANIZATION
PROCEDURE MODERNIZATION SIDE ON COM PLIANCE’S TAX PAYER TO
FULFIL TAX COMPLIANCE
(An empirical study in KPP Pratama Surakarta)
TUTI WIJAYANTI
F 0305106
Abstract
Implementation of modern tax administration system in concept middle term tax administration reform have been launched by Directorate General of Taxes since 2001.It was do to increase the services to community and the compliance’s tax payers. This research tried to explain phenomenas of the compliance’s tax payers ,effected by the changes of services method and service quality , accountability of tax office staff and the used of modern technology and communication. The aim of this research is to examine empirically the influence of organization procedure modernization in KPP Pratama Surakarta, which can compares with earlier research in tax office area and special tax office. Population of this research was all tax payer in area KPP Pratama Surakarta. Purposive sampling was used to determine research sample. Quesioner was used as instrument of the research with Likert scale and dummy variabel. By using regression analysis,we find that the changes of services method and service quality and also the used of modern technology and communication significantly affect to the compliane’s tax payers.Whereas, accountability of tax office not significantly affect to the compliane’s tax payers. Implementation of modern tax administration system in KPP Pratama Surakarta needs to be continued and maintained or assessed especially for the factor that are assumed not satifying, suh as the lack of trust to tax office staff. Keyword : the changes of services method and service quality , accountability of tax office staff and the used of modern technology and communication, the compliance’s tax payers
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak mer upakan salah sat u sumber p enerimaan negara yang p aling besar.
Oleh karen a it u setiap negara berusaha mengoptimalkan pendapatannya di
bidang pajak guna membiayai pembangunan dan pen geluaran negara yang
lainnya. Seir ing dengan semakin meningkatnya dinamika sosial ekonomi
masyarakat di suatu negara, men dorong adanya perbaikan atau reformasi di
bidang perpajakan. Reformasi tersebut berupa kebijakan dan sistem
administrasi yang lebih baik guna meningkatkan potensi pener imaan pa jak
serta peningkatan pelayanan pajak yang lebih baik kepada masyarakat.
Segala sesuatu mengenai pajak termasuk dalam kategori kebijakan fiskal.
Yang dimaksud dengan kebijakan fiska l adalah proses pembent ukan
perpajakan dan pengeluaran masyarakat dalam upaya : a) menekan flukt uasi
siklus bisnis b) ikut berperan menjaga pertumbuhan ekonom i, penggunaan
tenaga kerja yang tinggi, bebas dari laju inflasi yang tinggi dan berubah-ubah
(Paul A Samuelson dan William D Nor dhaus,2008), Dalam kenyataan
sehari-hari, kebijakan f iskal dan moneter bekerja sama dan saling terkait
dalam suatu ram uan kebijakan (policy mix) guna menjaga kestabilan
ekonomi.
Reformasi perpajakan pada dasarnya merupakan perbaikan men uju
keadaan perpajakan yang lebih baik (Alex Radian,1980). Perubahan yang
terjadi hendaknya dapat membentuk suat u paradigma baru yang dianggap
2
ideal, karena adanya perubahan kehidupan di segala bidang, termasuk di
dalamnya perubahan politik, sosial dan ekonomi.
Reformasi perpajakan di negara berkembang dapat merupakan suatu
komponen dari reformasi f iskal sebagai penyesuaian structural (structu ral
adjusm ent) untuk mengurangi penyimpangan insentif ekonomi dan akibat
dar i ketidakefisienan dan ketidakadilan alokasi sumber daya. (World
Bank,2008).Sumber daya implementasi kebijakan pajak yang utama menurut
Alex Radian adalah personel (sumber daya man usia, termasuk para ahli) dan
informasi atau data. Dikatakannya, bahwa pro blem utama di negara-negara
berkembang dalam mengelo la dana perpajakan adalah bukan pada kebijakan,
tetapi lebih pada implementasi. Masalahnya terletak pada kurang suksesnya
administrator pajak dalam merealisasikan kebijakan, karen a pada umumnya
masih terdapat banyak kesulitan yang tidak dapat diselesaikan sendiri o leh
administrator pajak.
Reformasi perpajakan sebenarnya bukan merupakan hal yang baru bagi
Direktorat Jendera l Pajak. Reformasi perpajakan pertama kali dilakukan p ada
tahun 1983, yaitu dengan melakukan per ubahan dan pem baharuan atas
peraturan pajak saaat itu yang masih banyak terpengaruh hukum-hukum
kolonial. Tujuan utama reformasi perpajakan saat itu adalah untuk lebih
menegakkan kemandir ian dalam pembiayaan pembangunan nasional dengan
cara meningkatkan penerimaan negara melalui perp ajakan dari sum ber-
sumber di luar minyak bumi dan gas alam.
3
Pembaharuan peraturan pajak pada saat itu dilakukan dengan mengubah
sistem official assessment menjadi self a ssessment. Perubahan lain yang
dilakukan adalah perubahan fungsi in speksi menjadi pelayanan dan penamaan
kantor pajak dari Kantor Inspeksi Pajak (KIP) menjadi Kantor Pelayanan
Pajak (KPP).
Kemudian pada tahun 1994 digulirkan reformasi p erpajakan yang kedua;
dengan menetapkan empat Undang-Undang yait u Undang-Undang nomor
9,10,11,12 tahun 1994. Pada Reformasi perpajakan tahun 2000, pemerintah
mengeluarkan lima Undang-Undang baru ya itu Undang-Undang nomor
16,17,18,19,20 tahun 2000.
Reformasi Perpa jakan tahun 2000 ditempuh sebagai upaya
mengoptimalkan potensi pajak dalam menopang Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) periode tahun 2000 dan
seterusnya. Memang sudah waktuny a anggaran negara disusun berdasarkan
asas keman dirian. Otonomi keuangan negara hanya dapat diciptakan dengan
mengurangi peran utang luar negeri dan mengoptimalkan potensi pajak dalam
negeri. Setelah redupnya era bonanza minyak,tidak ada potensi penerimaan
pendapatan lain yang lebih signifikan dibandingkan sektor pajak.
Alasan yan g melatarbelakan gi pemerintah untuk melakukan reformasi
perpajakan selain unt uk meningkatkan level pemasukan pajak (appropriate
level of taxation), meningkatnya pener imaan pajak dan penerimaan lainnya
akan semakin memperk uat landasan pacu menuju otonomi pembiayaan
negara. Dengan memperhatikan belum memadainya tingkat penerimaan
4
perpajakan, perubahan lingkungan strategis lokal (otonomi daerah), nasional
(desentralisasi dan perimbangan keuangan), serta regiona l dan global,
pemerintah memutuskan sudah saatnya melakukan penilaian kem bali sistem
perpajakan nasional.
Perkembangan ekonomi dunia akibat krisis kredit perumahan di Amerika
Serikat telah membawa perubahan sangat cepat dalam perkiraan pertumbuhan
ekonomi global dari lembaga internasional maupun dari dalam negeri. Sejalan
dengan itu, terjadi peningkatan signifikan dalam harga berbagai komoditi
terutama tidak hanya dalam komoditas energi sepert i minyak bumi, tetapi
juga dalam produk bahan makanan. Hal itulah yang memaksa pemerintah
merevisi APBN 2008 yang telah sempat diundangkan melalui UU No. 45
tahun 2007.
Perubahan asumsi makro In don esia memiliki efek sign ifikan terhadap
komposisi penerimaan dan pengeluaran, di mana anggaran subsidi perlu
dinaikkan baik untuk BBM, listrik, dan perlunya pemberian subsidi baru
terhadap beberapa bahan makanan, seperti minyak goreng, kacang kedelai,
dan sebagainya. Prospek melemahnya ekonomi global akan menurunkan
prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kenaikan pengeluaran ternyata
berhadapan dengan potensi turunnya penerimaan pa jak. Hal inilah yang
menuntut penyesuaian baru. Kondisi sesungguhnya, jumlah pemilik NPWP di
Indonesia baru sekitar 3%, dari yan g secara potensial berada pada tingkat
sekitar 45 juta wajib pajak. Rendahnya kepat uhan masyarakat dalam
melaksanakan kewajiban membayar pajak menjadi gambaran umum di
5
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari beberapa kondisi atau indikator sebagai
berikut :
§ Jumlah Wajib Pajak terdaftar masih rendah bila dibandingkan dengan
potensi yang ada.
TABEL I
Perbandingan Kontribusi Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Pajak
Nasional Di Beberapa Negara
Negara Kontribusi WP Orang Pribadi
Amerika Serikat 86%
Jepang 60%
Philipina 37%
Thailand 36%
Malaysia 28%
Vietnam 24%
Indonesia 28%
Sumber : Pandiangan,2008 hal 26
§ Realisasi pener imaan pajak setiap tahun yang belum menunjukkan tingkat
opt imalnya, dengan membandingkan pada potensi yang ada. Sebagai
indikatornya, realisasi dan peranan pajak terhadap APBN pada tahun
1998-2000 masih sek itar 50% hingga 60%. Berbagai kalan gan
mengharapkan meningkatnya peranan pajak dalam APBN guna
mengamankan pembiayaan tugas pemerintahan dan pembangunan.
6
§ Tax ratio sebagi salah satu indikator kinerja perpa jakan di suatu negara,
yang masih jauh dibandingkan negara-negara lain, termasuk di kawasan
ASEAN.
TABEL II
Tax Ratio tahun 1995/1996 sampai 2009
Tahun Tax ratio (%)
1995/1996 11,2
1996/1997 11,2
1997/1998 11,2
1998/1999 10,8
1999/2000 11,1
2000 11,8
2001 12
2002 13,03
2003 13,1
2004 12,3
2005 12,5
2006 12,3
2007 12,9
2008 13,5
2009 13,8
Sumber : Pandiangan,2008 hal 5 dan www.google.com
7
Penerimaan pajak adalah penent u kehidupan suat u negara sehingga ada
usaha mencari komposisi pa jak yang terbaik atau optimal. Dalam sit uasi
terdesak tersebut pemerintah terlihat menemukan pe luang baru dari
perubahan komposisi pajak, PPh dan PPN. Perubahan kom posisi basis pa jak
termasuk masalah vital dalam reformasi pajak ( tax reforms). Perubahan
komposisi pener imaan pa jak terkait dengan asumsi makro dalam APBN-P
2008 hasil revisi.
Dalam AP BN 2008-P, pajak penghasilan turun hampir sebesar Rp 9
triliun dari rencana awal hampir Rp 306 triliun menjadi sekitar Rp 297 triliun.
Sebaliknya PPN naik sebesar Rp7,8 triliun dari rencana Rp 187,6 triliun
menjadi Rp l96,4 triliun. Atau jika dilihat dari rasio PPH tehadap PDB,
rencana semula adalah 7,1 persen menjadi 6,9 persen, sedangkan PPN dari
rasio semula sebesar 4,4 persen menjadi 4,6 persen. Dengan men gambil
perbandingan pada n egara maju, sepert i Perancis, bahwa di negeri itu rasio
PPh dengan PDB hanyalah sekitar sepertiga rasio PPN terhadap PDB. Di
Indonesia secara kasar dapat dikatakan bahwa rasio PPh per PDB justru
masih lebih tinggi sebesar sekitar 50 persen. Sedangkan untuk penerimaan
pajak h ingga pertengahan September 2009 baru mencapai 65% (Rp 334
Trilyun). Ini memberi tuntutan perlunya reformasi perpajakan (tax reforms) di
Indonesia. Tuntutan it u didasark an pada fakta bahwa jumlah NPWP masih
sangat sedikit sehingga masih banyak orang yan g tidak membayar pa jak
penghasilan.
8
TABEL III
Persentase Penerimaan Pajak Terhadap GNP di Berbagai Negara
No. Kelom pok Negara Rasio Pajak Terhadap GNP
1. negara- negara berpenghasilan rendah
(pendapatan perkapita kurang dari $400)
15.60%
2. negara- negara berp enghasilan menengah
bawah(pendapatan perkapita antara $400-
$1600)
20.90%
3. negara- negara berpenghasilan menengah ke
atas
23.60%
4. negara-negara industri 24.50%
Sumber : Laporan Bank Dunia (Pandiangan,2008 hal 66)
Keberh asilan negara dalam mengoptimalkan penerimaan negara dari
sektor pajak tidak terlepas dari kepatuhan wajib pa jak itu sendiri dalam
membayar kewajiban perpajakannya. Dalam hal ini Departemen Keuangan
melalui Direktorat Jenderal Pajak sejak tahun 2001 telah mengeluarkan
kebijakan Reformasi Administrasi Perpajakan. Kebijakan tersebut bertujuan
untuk tercapainya tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi, tingkat
kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi, dan produktivitas
pegawai perpajakan yang tinggi (Pandiangan,2008). Guna melaksanakan dan
mewujudkan tujuan modern isasi perpajakan dibent uk ”Tim Modernisasi
Jangka Menengah”. Tugas atau kegiatan pokok tim tersebut adalah :
9
a. memodernisasi ke lembagaan termasuk struktur organ isasi, sistem
dan prosedur, serta kebijakan di bidang sumber daya manusia.
b. memodernisasi perat uran yang terdiri dari penyederhanaan
prosedur administratif dan ketentuan perpajakan yang lainnya.
c. memodernisasi teknologi informasi termasuk pemanfaatan
teknologi informasi untuk mempermudah Wajib Pajak dan
administrasi perpajakan.
Suatu sistem penerimaan negara yang mengurusi masalah perpajakan
perlu direformasi dengan alasan setidaknya ada empat. Pertama, ket ika
hukum dan kebijakan pajak menciptakan potensi penerimaan pajak, jumlah
aktual yang mengalir ke kas negara tergantung pada ef isiensi dan ef ektifitas
administrasi pener imaan negara. Kedua, kualitas dari administrasi penerimaan
pajak mempengar uhi ik lim investasi dan pengembangan sektor swasta.
Ketiga, administrasi perpajakan seringkali muncul dalam daftar teratas
organisasi dengan kasus kor upsi tertinggi. Keempat, reformasi perpajakan
diperlukan untuk memungkinkan sistem perpajakan mengikuti perkembangan
terbaru dalam akt ivitas bisnis dan pola pengh indaran pa jak yang semakin
canggih (Jit B S Gill dalam Setiyaji dan Amir 2005).
Dalam menilai keberhasilan penerimaan pajak, perlu diingat beberapa
sasaran administrasi perpajakan sepert i a) menin gkatkan kepat uhan para
pembayar pajak serta b) melaksanakan ketentuan perp ajakan secara seragam
untuk mendapatkan penerimaan yang maksimal dengan biaya yang opt imal.
10
Identifikasi kepatuhan Wajib Pajak (Tax Com pliance) dapat dilihat dari
kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan dir i, kepatuhan untuk
menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatuhan dalam
pengh itungan dan pembayaran pa jak terutang, serta kepatuhan dalam
membayar tunggakan. Dengan adanya reformasi administrasi perp ajakan ini
diharapkan dapat meningkatkan peran serta masyarakat dalam membayar
pajak sehingga target penerimaan negara dapat tercapai.
Menurut Gunadi, reformasi perpajakan meliputi dua area, yaitu reformasi
kebijakan pa jak berupa Undang-Undang dan reformasi administrasi
perpajakan. Menurut Chaizi Nasucha ada empat dimensi reformasi
administrasi perpa jakan yaitu : 1) struktur or ganisasi 2) prosedur organ isasi 3)
strategi organisasi 4) budaya organisasi.
Salah satu perwujudan reformasi pajak tersebut adalah modernisasi
prosedur organisasi ; yang berupa pelayanan satu pintu melalui Account
Representative, penyederhanaan prosedur administrasi dan penin gkatan
standar kualitas waktu, kualitas pe layanan dan pemeriksaan pajak serta
penggunaan teknologi informasi modern dalam pemberian pelayanan,
pengawasan, pemeriksaan dan penagihan pajak.
Berbagai penelitian mengenai reformasi perpajakan yang dilakukan di
luar negeri menyoroti masalah teoritis dan praktik penerapan reformasi
perpajakan. Penelitian mengenai mengena i masalah teoritis antara lain :
def inisi tax reform (Perry et.al,2000), prin sip-prinsip yang mendasari
dilaksanakannya reformasi perpajakan (I slam,2001), pengk lasifikasian bentuk
11
reformasi perpajakan di negara maju dan berkem bang (Gillis,1989).
Sedangkan penelitian mengenai praktik penerapan reformasi perpajakan di
berbagai negara antara lain dilakukan oleh Sudipto Mundle (1998) di
Vietnam, Katarina Ott (1998) di Kro asia, Arinam Das Gupta et.al (2003) di
India. Hasil dari masing-masing pene litian tersebut beragam,tetapi pada
umumnya pelaksanaan r eformasi perpajakan di negara-negara tersebut masih
memiliki kelemahan.
Penelitian mengenai reformasi administrasi perpajakan di In donesia
belum banyak dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Marcus Taufan
Sofyan tahun 2005 mengenai ”Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi
Perpajakan Modern Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pada KPP di
Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Wajib Pajak Besar”
menyimpulkan bahwa Reformasi Administrasi Perpajakan berupa
modernisasi budaya, prosedur, struktur, dan strategi organisasi berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Sedangkan Dewa Putu Gede Chrisna San jaya pada tahun 2008 melakukan
penelitian dari sisi interna l Kantor Pajak dengan member ikan kuesioner p ada
pegawai pajak. Penelitian yang ia lakukan mengenai ”Pengaruh Penerapan
Sistem Administrasi Pajak Modern Terhadap Kinerja Kantor Pelayanan Pajak
Penanaman Modal Asing Dua”. Dari hasil analisis deskr iptif menun jukkan
bahwa penerapan Sistem Administrasi Pajak Modern (SAPM) secara um um
sudah baik atau mampu meningkatkan kinerja Kantor Pelayanan Pajak
Penanaman Modal Asing Dua. Semua variabel dalam penerapan SAPM
12
berupa penyempurnaan struktur organ isasi, peningkatan kualitas SDM,
penyediaan sarana dan prasarana kantor yang repr esentatif dan penggunaan
teknologi kom unikasi dan informasi yang modern memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan kinerja di KPP PMA Dua.
Penelitian ini mengacu pada kedua penelitian terdahulu yang dilakukan
Sofyan (2005) dan Sanjaya (2008). Perbedaan penelitian in i dengan penelitian
terdahulu adalah dalam penel itian ini, peneliti ingin meneliti pengaruh dari
sisi eksternal dengan memberikan kuesioner kepada Wajib Pajak yang
terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Surakarta dengan menggunakan skala
Likert untuk mengetahui bagaimana pengaruh reformasi administrasi
perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya karena prosedur or ganisasi merupakan aspek reformasi
administrasi perpajakan yang bersinggungan langsung dengan Wajib Pajak
dan merupakan elemen kunci yan g diduga memiliki pengaruh terhadap
kepatuhan Wajib Pajak.
B. Perumusan Masalah
Reformasi administrasi perpajakan yang dijalankan sejak tahun 1983 dan
ber lanjut hingga tahun 2001 merupakan langkah Direktorat Jenderal Pajak
guna meningkatkan profesiona litas dan kredibilitasnya sebagai instansi
pelayan m asyarakat yang menangan i masalah perpajakan. Reformasi tersebut
bert ujuan untuk menin gkatkan t ingkat kepatuhan sukarela. Tingkat kepat uhan
Wajib Pajak seringkali dipengaruhi o leh sistem administrasi pajak itu sendiri.
13
Oleh karena itu, penulis ingin menel iti bagaimana pengaruh reformasi
administrasi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Masalah yang menjadi
pokok perhatian dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana pengaruh reformasi administrasi perpajakan dar i segi modernisasi
prosedur organisasi terhadap kepatuhan Wajib Pajak di wilayah Surakarta
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui bagaimana pen garuh reformasi administrasi
perpajakan dari segi modern isasi prosedur organisasi terhadap kepat uhan
Wajib Pajak di wilayah Surakarta dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat diantaranya :
v Bagi Masyarakat Selaku Wajib Pajak
Penelitian in i diharapkan dapat memberikan informasi bagaimana
pengaruh reformasi administrasi perpajakan dari segi modernisasi
prosedur organisasi terhadap kepatuhan Wajib Pajak di wilayah Surakarta
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
14
v Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan p embanding dan
referensi terhadap penelitian pada masalah yang sama.
v Bagi Pihak Regulator
Penelitian ini diharapk an dapat memberikan masukan kepada pemerintah
dan Direktorat Jenderal Pajak untuk evaluasi kebijakan di bidang
perpajakan.
E. Sistem atika
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi menjadi lima bagian, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, per umusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pada bab ini menjelaskan tentang landasan teori dan informasi yang
berkaitan dengan topik penelitian yan g digunakan sebagai dasar
pemikiran dalam pengembangan hipotesis.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini menjelaskan tentang metodologi penel itian yang digunakan,
meliputi populasi dan sampel, metode pengumpulan data, jenis dan
sumber data, variabel penelitian dan metode analisis data.
15
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Ber isi penjelasan mengenai hasil pengukuran yang telah dilakukan dan
pembahasan mengenai hasil tersebut.
BAB V KESIMPULAN
Ber isi penjelasan mengenai kesimp ulan yang didapat penulis terhadap
hasil penelitian, keterbatasan atau hal-hal yang menjadi ken dala dalam
penelitian ini serta saran yang diajukan penulis untuk perbaikan penelitian
yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
16
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPO TESIS
A. PEMAHAMAN MENGENAI PERPAJAKAN
1. Pengertian Pajak
Apabila membahas pengert ian p ajak,banyak para ahli yang memberikan batasan
tentang pajak; diantaranya :
v Prof.Dr.P.J.A Andiani
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan), yang terutang oleh
yang wajib membayarnya men urut peraturan, dengan tidak mendapat
wanprestasi, yang dapat langsung dit unjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran umum yang berh ubungan dengan tugas negara dalam
menjalankan pemerintahan.
v Prof. Edwin Seligman
“Tax is compulsory contribution from the person, to government to depray the
expense incurred in the comm on interest of all, without reference to special
benefit conferred”.
v Mr. Dr. NJ.Feldmann
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada
pengusaha (men urut norma yang ditetapkan umum), tanpa adanya kontra
prestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran
umum.
17
v Prof. Dr. Rachmat Soemitro,SH
Pajak adalah iuran pajak kepada kas negara berdasark an undang-undang (y ang
dapat disahkan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) ,y ang
langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.
v Prof.Dr. MJH Smeets
Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma
umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontraprestasi yang dapat
dit unjukkan dalam hal yang individual, dimaksudkan untuk membiayai
pengeluaran pemerintah.
Unsur-unsur pokok dari beberapa definisi di atas, yaitu:
(1) iuran atau pungutan,
(2) dipungut berdasarkan Undang-Undang
(3) pajak dapat dipaksakan
(4) tidak menerima atau memperoleh kontra prestasi.
(5) untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah.
2. Tinjauan Pajak dari Berbagai Aspek
• Aspek ekonomi
Pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan
kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan. Pajak sebagai penggerak
ekonomi masyarakat.
18
• Aspek hukum
Pemerintah telah m embuat beberapa undang-undang yang memberikan
dasar hukum dalam pemungutan pa jak sehingga diharapk an pemerintah
dapat menegakkan law enforcem ent di bidang perpajakan.
• Aspek keuangan
Alat ukur yang digunakan sebagai indikator efektif dan produktifnya
pemungutan pajak yaitu dalam fungsiny a dalam pengumpulan
penerimaan negara berupa pajak. Semakin maju sistem pajak suat u
negara maka akan semakin tinggi tax rationya.
• Aspek sosiologi
Bahwa pajak ditinjau dari segi masyarakat yaitu yang menyangkut
akibat terhadap masyarakat atas pungutan dan hasil apakah yang dapat
disampaikan kepada masyarakat .
3.. Fungsi Pajak
a. Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukk an bagi pembiayaan
pengeluaran – pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh yaitu dimasukkannya
pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.
b. Fungsi Mengatur (Reguler)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di
bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh yait u dikenakannya pajak yang
lebih tinggi terhadap minuman keras, sehingga penyebarannya dapat ditekan.
19
c. Fungsi Demokrasi
Yait u fungsi yang merupakan salah satu penjelmaan atau wujud sistem gotong
royong, termasuk kegiatan pemerintah dan kegiatan pembangunan untuk
kemaslahatan m anusia. Fungsi ini sering dikaitkan dengan hak seseorang untuk
mendapatkan pelayanan dar i pemerintah apabila ia telah melakukan
kewajibannya membayar pajak, bila pemerintah tidak member ikan pelayanan
yang baik, pembayar pajak dapat mengajukan protes atau complaint.
d. Fungsi Distribusi
Yait u fungsi yang lebih menekankan unsur pemerataan dan keadilan dalam
masyarakat.
4. Teori Pem ungutan Pajak
Dalam pemungutan pajak dikenal teori-teori sebagai berikut :
§ Teori Asuransi
Pajak disamakan dengan pembayaran premi untuk perlindungan sepert i
terdapat dalam asuransi pertanggungan.
§ Teori Kepent ingan
Biaya yang telah dikeluarkan negara untuk kepent ingan penduduk,termasuk
perlindungan terhadap jiwa dan harta,dibebankan kepada rakyat.
§ Teori Gaya Pikul
Dasar keadilan pemungutan pa jak terletak pada jasa yang diberikan oleh
negara kepada warganya dalam bentuk perl indungan jiwa dan
harta,sehingga wajar apabila biaya yang telah dikeluarkan oleh negara it u
dipikulkan kepada yang menikmatinya,yaitu penduduk.
20
§ Teori Bakti
Penduduk suat u negara mempuny ai kewajiban membayar pajak sebagai
bukti tanda baktinya kepada negara, sedangkan negara memiliki hak mutlak
untuk memungut pajak.
§ Teori Daya Beli
Negara mengurangi daya beli masyarakat atau rumah tangga masyarakat
untuk dialihkan kepada rumah tangga negara, dan kemudian
menyalurkannya kemabli kepada rumah tangga masyarakat dengan mak sud
memelihara kehidupan bermasyarakat. Teori ini tidak mempersoalkan asal
mula atau dasar legitimasi negara memungut pajak, melainkan hanya
melihat pengaruh pem ungutan pajak terhadap rasa keadilan dalam
kehidupan bermasyarakat .
5. Asas-Asas Pemungutan Pajak
Adam Smith mengemukakan empat asas yang seharusnya diperhatikan dalam
pemungutan pajak, yaitu :
a. Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu p ajak dikenakan kepada
orang pribadi y ang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak dan
sesuai dengan manfaat yang diterima.
b. Certainty
Penetapan pajak tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena it u, Wajib
Pajak harus men getahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang terutang,
kapan dibayar, serta batas waktu pembayaran.
21
c. Convenience
Kapan Wajib Pajak itu h arus membayar sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang
tidak menyulitkan W ajib Pajak, misalnya saat ia memperoleh penghasilan.
d. Economy
Secara ekonomi bahwa biaya pem ungutan dan biaya pemenuhan kewajiban
pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban
yang dipikul wajib pajak.
6. Sistem Pemungutan Pajak
1) Stelsel Pajak
Cara pemungutan pajak berdasarkan tiga stelsel,yaitu :
a. Stelsel nyata (riil stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada obyek (penghasilan) yang nyata, sehingga
pemungutannya baru dapat dilakukan pada akh ir tahun pa jak, yakni setelah
penghasilan sesungguhnya telah dapat diketahui. Kelebihan stel sel ini adalah
pajak yan g dikenakan lebih realistis, sedangkan kelemahannya adalah terlalu
lama (har us men unggu akhir periode) untuk dapat mengetahui jumlah pajak
terutang.
b. Stelsel anggapan (fictive stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu an ggapan yang diatur Un dang-Undang.
Sebagai contoh, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun yang
sebelumnya seh ingga pada awal tahun pajak dapat ditetapkan besarnya pajak
yang terutang. Kelemahan stelsel ini adalah pajak yang dikenakan tidak realistis.
22
Sedangkan kelebihannya adalah tidak terlalu lama unt uk dapat mengetahui
jumlah pajak terutang.
c. Stelsel campuran
Stelsel ini merupakan campuran antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada
awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suat u anggapan, kemudian
pada akh ir tahun disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya. Jika pajak
menurut kenyataan lebih besar daripada pajak menurut anggapan, maka wajib
pajak harus menambah kekurangannya; jika lebih maka dapat diminta kembali.
2) Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi :
a. Official Assessment System
Sistem ini merupakan suat u sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.
Ciri-ciri Official Assesment System :
1) wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus
2) wajib pajak bersifat pasif
3) utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus
b. Self Assesment system
Sistem ini merupakan pem ungutan pajak yang member i wewenang,
kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghit ung, membayar
dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
23
c. Withholding system
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak.
7.Tarif Pajak
Tarif pajak merupakan ukuran atau standar pemungutan pajak, yang dapat
menggunakan perhitungan proporsi (atau presentase) atau bersifat tetap. Ada
empat macam variasi tarif pajak :
Ø Tarif proporsional
Tarif proporsional adalah tarif pa jak dengan proporsi (dinyatakan dalam
persentase) yang tetap. Pajak yang harus dibayar harus sesuai dengan dasar
pengenaan pajak, dengan persentase tarif pajak yang sama. Dengan
demikian semakin besar dasar pengenaan pajaknya semakin besar pula
jumlah pajak yang harus dibayar, begitu juga sebaliknya.
Ø Tarif progresif
Tarif progresif adalah tarif pajak dengan persentase yang semakin besar.
Pemerintah menetapkan klasifikasi dasar pengenaan pajak berdasarkan
kelompok-kelompok dengan tingkat penghasilan yang berbeda-beda, yang
kemudian diberi tarif pajak yan g berbeda pula. Tarif pajak progresif
dipandang paling mencerminkan asas keadilan.
24
Ø Tarif Degresif
Tarif Degresif adalah pemungutan pajak berdasarkan persentase tarif yang
semakin menurun apabila dasar pengenaan pa jaknya bertambah besar.
Indonesia tidak menggunakan tarif degresif.
Ø Tarif Tetap
Dalam tarif tetap, besarnya pajak ditentukan dengan jumlah nominal
(bukan persentase) yang tetap tanpa memandang besar kecilnya dasar
pengenaan pajak.
8. Manfaat Pajak
Terdapat tiga manfaat penting dari uang pajak yang diterima negara, yaitu :
a) Sebagai sumber penerimaan negara
Penerimaan pajak dimasukkan dalam APBN, dalam sisi penerimaan, dan
dipakai untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
b) Sebagai alat pemerataan pendapatan
Pajak sebagai alat pemerataan pendapatan dilakukan dengan menerapkan
tarif pajak progresif. Akan tetapi, secara de facto, tarif pajak progresif
hanya bisa efekt if sebagai alat pemerataan apabila dana yang dikumpulkan
benar-benar dialokasikan unt uk kepentingan golongan mayarakat ekonomi
menengah ke bawah, seperti memperbaiki fasilitas kesehatan dan
pendidikan bagi masyarakat kurang mampu.
c) Sebagai alat mendorong investasi
Apabila realisasi penerimaan pajak dalam APBN ternyata lebih besar dar i
anggaran p engeluaran rutin, maka a da saldo yang dapat digunakan untuk
25
membiayai investasi pemerintah, misalnya untuk menam bah proyek-
proyek pembangunan. Akan tetapi, saldo anggaran dapat juga disimpan
lebih dahulu dalam tabungan pemerintah (government sav ing) untuk
dialokasikan pada periode anggaran berikutnya.
B. REFO RMASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN
1. Pengertian Adm inistrasi
Administrasi menurut pendapat A Dunsire yang diungkapkan kembali oleh
Yeremias T Keban (2004) adalah
arahan, p emerintahan, kegiatan, implementasi, mengarahkan, penciptaan prinsip - prin sip implementasi kebijakan, kegiatan melakukan analisis, menyeimbangkan dan mempresentasikan keputusan, pert imbangan-pertimbangan kebijakan, sebagai pekerjaan individual dan kelompok dalam menghasilkan barang jasa dan publik dan sebagai arena bidang kerja akademik dan teoritis.
Sedangkan pengertian administrasi perpajakan (tax administration)
menurut Sophar Lom batoruan(1997) adalah cara-cara atau prosedur
pengenaan atau pemungutan pajak.
2. Reformasi Administrasi Perpajakan
Menurut Gunadi (2003), reformasi perpajakan meliputi dua area,yait u
reformasi kebijakan pajak berupa Undang-Undang dan reformasi
administrasi perpajakan. Reformasi administrasi mempunyai t ujuan utama
untuk member ikan pelayanan kepada masyarakat dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya. T ujuan kedua, untuk mengadministrasikan
penerimaan pajak sehingga transparansi dan akuntabilitas penerimaan
26
seka ligus pengeluaran pembayaran dana dar i pajak setiap saat dapat
diketahui. Tujuan ketiga, untuk memberikan pengawasan terhadap
pelaksanaan pemungutan pajak, terutama kepada aparat pengumpul pajak,
kepada wajib pajak, ataupun kepada masyarakat pembayar pajak.
Reformasi administrasi perpajakan adalah penyempurnaan atau
perbaikan kinerja administrasi; baik individu, kelompok maupun
kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis dan cepat (Chaizi Nasucha,
2004).
Dua tugas utama reformasi administrasi perpajakan menurut Chaizi
Nasucha dengan mengutip Ott (2001) adalah untuk mencapai efektifitas
yang tinggi dan efisiensi berupa kemampuan untuk membuat biaya
administrasi per unit penerimaan pajak menjadi sekecil-kecilnya.
Efektifitas dan ef isiensi kadang-kadang saling berseberangan, sehingga
diperlukan ukuran- ukuran kh usus untuk meningkatkan efekt ifitas dan
efisiensi administrasi perpajakan. Dalam meningkatkan efektifitas
digunakan ukuran,yaitu
a) kepatuhan sukarela
b) prinsip-prinsip self assesment
c) menyediakan informasi kepada wajib pajak
d) kecepatan dalam menemukan masalah-masalah yang berhubungan
dengan surat pemberitahuan (SPT) dan pembayaran
e) peningkatan dalam kontrol dan supervisi
f) sanksi yang tepat
27
Sedangkan unt uk meningkatkan efisiensi dalam administrasi perp ajakan
secara khusus dapat distimulasi oleh :
a) penyediaan unit-unit khusus untuk perusahaan besar
b) peningkatan perpajakan khusus untuk wajib pajak kecil
c) penggunaan jasa perbankan untuk pemungutan pajak dan lain
sebagainya.
Menurut Chaizi Nasucha (2004), terdapat empat dimensi reformasi
administrasi perpajakan yaitu :
a. Struktur Organisasi
Chaizi Nasucha yang mengutip Adiwisatra (1998) menjelaskan bahwa
struktur organisasi adalah unsur yang berkaitan dengan pola-pola peran
yang sudah ditentukan dan hubungan antar peran, alokasi kegiatan pada
sub unit-sub unit yang terpisah, pendistribusian wewenang diantara posisi
administratif, dan jaringan komunikasi formal.
b. Prosedur Organisasi
Prosedur organisasi berka itan dengan proses komunikasi, pengambilan
keputusan, pemil ihan prestasi, sosialisasi dan kar ier. Pembahasan dan
pemahaman prosedur organisasi berpijak pada akt ifitas or ganisasi yang
dilakukan secara teratur.
c. Strategi organisasi
Strategi organisasi dipandang sebagai suat u siasat, sikap pandangan dan
tindakan yang bert ujuan memanfaatkan segala keadaan, faktor, peluang
28
dan sumber daya yang ada sedemikian rupa sehingga tujuan organ isasi
dapat tercapai.
d. Budaya Organisasi
Budaya organ isasi didefin isikan sebagai sistem penyebaran kepercayaan
dan nilai-nilai yang berkembang dalam organisasi dan mengarahkan
perilaku anggota-anggotanya.
Pengelolaan pajak memiliki karakteristik tersendiri yang sangat
berbeda dengan layanan umum instansi pemerintah, seperti pengelolaan
kesehatan, pendidikan, tenaga kerja, peker jaan um um dan lainnya. Oleh
karena it u,perlu dilakukan berbagai upaya secara intensif agar masyarakat
taat membayar pajak,di ten gah tidak adanya kontrapresta si secara langsung
yang diperoleh pembayar pajak itu sendiri.
Seir ing dengan dilaksanakannya reformasi administrasi
perpajakan,persepsi negatif dari masyarakat masih tetap ada. Persepsi
negatif yang melekat pada Direktorat Jendera l Pajak hanya akan hilang jika
masyarakat telah melihat dan merasakan bahwa perubahan telah terjadi.
Perubahan persepsi negatif ke positif tidak akan terjadi jika tanpa
pembukt ian yang dirasakan secara nyata. Reformasi perpajakan hanya
akan dipercaya dapat membawa perbaikan terhadap kehidupan bangsa,jika
masyarakat telah menemukan bukt i kongkr it. Karena itu, reformasi
perpajakan harus didahului oleh langkah- langkah untuk memperbaik i
governance dan penert iban aparat pajak yang memiliki perilaku
menyimpang. Langkah-langkah ke arah itu sedang dilakukan. Tetapi,
29
melekatnya persepsi negatif mengisyaratkan bahwa langkah-langkah
tersebut harus dilakukan lebih jauh dan lebih intensif.
3. Sejarah Reformasi Perpajakan Di Indonesia
Awal m ula reformasi perpajakan sebenarnya telah mulai dirint is sejak
tahun 1967 dengan men geluarkan Undang-Undang nomor 8 tahun 1967 jo
PP no 11 tahun 1967 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Penghasilan,
Pajak Perseroan dan Pajak Kekayaan dengan sistem Menghitung Pajak
Sendiri / Menghitung Pajak Orang (MPS / MPO); namun sistem ini gagal
karena belum adany a kesiapan dari aparat pajak mapun wajib pa jak it u
sendiri.
Reformasi perpajakan pertama kali dilakukan pada tahun 1983, yait u
dengan melakukan perubahan dan pem baharuan atas perat uran pa jak saat itu
yang masih banyak terpengaruh hukum-hukum kolonial. Reformasi
Perpajakan pada saat itu menghasilkan tiga Undang-Undang,yaitu :
§ Undang-Undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan
§ Undang-Undang nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh)
§ Undang-Undang nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM)
Tujuan utama reformasi perpajakan saat itu adalah untuk lebih
menegakk an kemandirian dalam pembiayaan p embangunan nasional dengan
30
cara meningkatkan penerimaan negara melalui perpajakan dar i sumber-
sumber di luar m inyak bumi dan gas alam.
Pembaharuan peraturan pajak pada saat itu dilakukan dengan mengubah
sistem official assessm ent menjadi self assessm ent. Perubahan lain yang
dilakukan adalah perubahan fungsi inspeksi menjadi pelayanan dan
penamaan kantor pajak dari Kantor Inspeksi Pajak (KIP) menjadi Kantor
Pelayanan Pajak (KPP).
Pada tahun 1985 dikeluarkan kembali dua Undang-Undang Perpajakan
yaitu :
Ø Undang-Undang nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB)
Ø Undang-Undang nomor 13 tahun 1983 tentang Bea Materai
Kemudian pada tahun 1994 digulirkan reformasi perpajakan yang
kedua untuk mengakomodir perkembangan perekonomian nasion al dan
pengaruh globalisasi ekonomi yang semakin kuat; dengan menetapkan
empat Undang-Undang yaitu :
Undang-Undang nomor 9 tahun 1994 tentang perubahan atas Undang-
Undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
Undang-Undang nomor 10 tahun 1994 tentang perubahan atas Undang-
Undang nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh)
31
Undang-Undang nomor 10 tahun 1994 tentang perubahan atas Undang-
Undang nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM)
Undang-Undang nomor 10 tahun 1994 tentang perubahan atas Undang-
Undang nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Reformasi pada tahun 1994 kemudian diikuti dengan dike luarkannya
empat Undang-Undang perpajakan yang baru,yaitu :
v Undang-Undang nomor 17 tahun 1997 tentang Badan Penye lesaian
Sengketa Pajak (BPSP)
v Undang-Undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (PDRD)
v Undang-Undang nomor 19 tahun 1997 tentang Penagihan pajak dengan
Surat Paksa (BPSP)
v Undang-Undang nomor 21 tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Pada Reformasi perpajakan tahun 2000, pemerintah mengeluark an lima
Undang-Undang baru yaitu :
• Undang-Undang nomor 16 tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas
Undang-Undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Um um dan
Tata Cara Perpajakan
• Undang-Undang nomor 17 tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas
Undang-Undang nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
32
• Undang-Undang nomor 18 tahun 2000 tentang perubahan kedua atas
Undang-Undang nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPN dan PPnBM)
• Undang-Undang nomor 19 tahun 2000 tentang perubahan atas Undang-
Undang nomor 19 tahun 1997 tentang Penagihan pajak dengan Surat
Paksa (BPSP)
• Undang-Undang nomor 20 tahun 2000 tentang per ubahan atas
Undang-Undang nomor 21 tahun 1997 tentang Bea Pero lehan Hak atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB).
Setelah tahun 2000, Undang-Undang perpajakan masih men galami
beberapa amandemen, diantaranya :
ð Tahun 2002, dilakukan amandemen atas Undang-Undang BPSP
dengan Undang-Undang nomor 14 tahun 2002 tentang pengadilan
pajak
ð tahun 2007, dilakukan aman demen lagi atas tiga Undang-Undang
perpajakan, yakni UU KUP dengan UU nomor 28 tahun 2007. UU
nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan yang baru merupakan harapan baru bagi stakeholder
perpajakan.
33
4. Penerapan Sistem Adm inistrasi Perpajakan Modern Di Indonesia
4.1 Penerapan sistem administrasi perpajakan m odern
Pandiangan(2008) mengemukakan pener apan sistem administrasi perp ajakan
modern dilakukan melalui or gan isasi Direktorat Jenderal Pajak,yang meliputi
Kantor Pusat, Kantor Wilayah, dan Kantor Pelayanan Pajak.
a) Kantor Pusat
Kantor Pusat hanya bertugas sebagai un it pembuat kebijakan (policy maker)
dan pengembangan organ isasi serta proses ker ja, sehingga tidak mengerjakan
tugas dan fungsi operasional perpajakan. Karakteristik Kantor Pusat adalah
sebagai berikut :
v Karakter organisasi :
- berdasarkan fungsi; yait u fungsi pelayanan, fungsi pengawasan dan
fungsi pendukung
- adanya unit khusus yang menangan i ’’change program’’, yaitu
direktorat yang khusus menangan i dan mengelola transformasi
perpajakan
- bersifat back office, yakni sebagai pusat analisis dan kebijakan
- fungsi operasional terbatas pada pemeriksaan khusus berskala
nasional, pemeriksaaan bukt i permulaan dan penyidikan unt uk wajib
pajak tertentu, keberatan atas ketetapan pajak, banding dan pen injauan
kembali ke mahkamah agung serta sistem pengawasan internal.
34
v Karakter prosedur administrasi / business process:
- administrasi surat-menyurat terintegrasi yang berbasis teknologi
informatika
- task m anagement terintegrasi yang berbasis teknologi informat ika
- penajaman fungsi intelijen dan analisis rekayasa keuangan
- pengembangan fungsi kehumasan
- harmonisasi ketentuan perpajakan
- pemetaan profil kepatuhan wajib pajak
- penanganan program ekstensifikasi yang lebih terintegarsi
- pengembangan sistem penjaminan kualitas dan kepatuhan internal
- pengembangan fungsi research and development kebijakan
perpajakan
- pengembangan manajemen penanganan keluhan (complaint
management)
v Karakter teknologi dan komunikasi:
- penerapan case management dan work flow system untuk fungsi-
fungsi tertentu (keberatan, pemerik saan, penyidikan, pen ilaian dan
lainnya)
- sentralisasi basis data
- pengembangan sistem informasi manajemen pen dukung
(kepegawaian, keuangan, aset)
- pengembangan sistem monitoring kualitas data
35
v manajemen sumber daya manusia:
- pengembangan sistem pengukuran kinerja
- penerapan sistem mutasi dan promosi berbasis kompetensi dan kinerja
- penyempurnaan analisis dan evaluasi jabatan
- job grading
- sistem pengembangan kapasitas pegawai
- pemberian insentif berbasis kinerja
Gambar 11.1
b) Kantor Wilayah
Karakteristik kantor wilayah yang modern adalah :
- paradigma strukt ur organ isasi berdasarkan ”fungsi”,berbeda dengan
sebelumnya yang berdasarkan ”jenis pajak”
36
- menyelesaikan keberatan atas ketetapan pajak yang diterbitkan KPP
- dilakukannya penerapan kode etik pegawai dan a danya komite kode
etik pegawai
- adanya complaint center dan call center dalam rangka pelayanan
informasi kepada masyarakat
- sumber daya manusia yan g berkualitas tinggi, sistem penggajian serta
sarana dan prasarana yang lebih baik
Gam bar II.2
c) Kantor Pelayanan Pajak
Karakteristik kantor pelayanan pajak yang modern adalah :
- paradigma strukt ur organ isasi berdasarkan ”fungsi”,berbeda dengan
sebelumnya yang berdasarkan ”jenis pajak”
37
- bertanggung jawab melaksanakan fungsi pelayanan, pengawasan,
penagihan dan pemeriksaan pajak
- merupakan penggabungan dar i KPP, KPP BB, dan Karikpa, yang
melayani semua jen is pajak (PPh, PPN, PPnBM, bea materai, P BB
dan BPHTB)
- pemeriksaan pajak hanya ada di KPP, dengan konsep spesialisasi
- adanya accoun t representative yang bertanggung jawab melayani dan
mengawasi beberapa wajib pajak unt uk setiap AR, serta sebagai
jembatan penghubung antara Wajib pajak dengan DJP
- adanya help desk dengan teknologi kno wledge base di Tempat
Pelayanan Terpadu (TPT)
- sumber daya manusia yan g berkualitas tinggi, sistem penggajian serta
sarana dan prasarana yang lebih baik
Gambar II.3
38
4.2 Fasilitas Pelayanan
Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) yakni tempat pelayanan perp ajakan
sepert i penerimaan dokumen laporan perpajakan yan g diserahkan
langsung oleh wajib pajak, yan g terintegrasi di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) dengan menggunakan sistem komputer.
Account Representative (AR) yang bertugas melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan kewajiban oleh wajib pajak dan melayan i
penyelesaian hak Wajib Pajak; sehingga AR berfungsi sebagai mediator
antara wajib pajak dengan KPP.
Help desk, disediakan untuk memberikan segala informasi yang
dibut uhkan mengenai perpajakan. Fasilitas help desk meliputi peraturan
perpajakan terkini, adanya flowchart dan penjelasan singkat, tersedia
dalam komputer sehingga mudah diakses. Petugas yang ada di help desk
merupakan petugas yang berpengalaman di bidang perpajakan.
Complaint Center, berf ungsi untuk menampung keluhan wajib Pajak
yang terdatar di KPP wilayah kerjanya.
Call Center, yang mempunya i fungsi utama menyangkut pelayanan
(konfirmasi, pro sedur, perat uran, material perpajakan dan sebagainya)
serta penanganan keluhan wajib pajak.
Media Informasi Pajak, berbent uk touch screen dan website, yang dapat
diakses secara gratis oleh wajib pajak
Pojok pajak, adalah sarana penyuluhan dan pelayanan perpajakan bagi
masyarakat maupun wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban
39
perpajakannya, yan g ditempatkan di pusat-pusat perbelanjaan atau
tempat tertentu lainnya.
C . Pemahaman Mengenai Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan perpajakan didefini sikan sebagai suatu keadaan dimana wajib
pajak memenuhi semua kewajiban perp ajakan dan melaksanakan hak
perpajakannya. Terdapat dua macam kepatuhan yaitu kepatuhan formal dan
material. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak
memenuhi kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan k etentuan dalam
undang-undang perpajakan. Misalnya ketentuan batas waktu SPT PPh tahunan
sebelum atau pada tanggal 31 maret maka wajib pajak telah memenuh i
ketentuan formal, tetapi isiny a belum tentu memenuhi ketentuan material,
yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif memenuhi semua
ketentuan material perpajakan, sesuai dengan isi dan jiwa undang-undang
perpajakan. Kepatuhan material dapat meliputi kepatuhan formal.
Pada dasarnya, kepatuhan wajib pajak menurut Junaedi Eko Widodo dan
Djoko Slamet Suryoputro (2004) dipen garuhi oleh sistem perpajakan it u
sendiri, yang meliputi tax service dan tax enforcement. Perbaikan administrasi
yang diharapkan dapat mendorong kepat uhan W ajib Pajak dilakukan melalui
dua cara yaitu : 1) Wajib Pajak akan patuh karena mendapat pelayanan yang
baik, cepat , menyenangkan serta pa jak yang mereka bayarkan benar-benar
dimanfaatkan untuk pembangunan bangsa 2) W ajib Pajak akan patuh karena
mereka berpik ir akan mendapat sanksi yang berat bila mereka tidak
40
melaporkan pajak yan g terdeteksi oleh sistem informasi dan administrasi
perpajakan serta kemampuan crosschecking dengan instansi lain.
Ketika sistem perpajakan suatu negara telah maju, pendekatan reformasi
difokuskan pada peningkatan dalam kepatuhan dan administrasi perp ajakan.
Peningkatan kepatuhan sangat penting dalam reformasi perpajakan, bahkan
mungkin lebih pent ing daripada perubahan struktural dalam sistem perpajakan.
D. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Reformasi administrasi perpajakan telah menjadi agenda utama di
berbagai negara di dunia. Beberapa penelitian mengenai reformasi
administrasi perpajakan telah dilakukan. Malcom Gillis(1989) dalam
art ikelnya yang berjudul ”Toward a Taxonomy of Tax Reform”
mengemukakan pent ingnya pengklasif ikasian berbagai bentuk reformasi
perpajakan di negara maju maupun negara berkembang, termasuk Indonesia.
Malcolm Gillis menggunakan taksonom i untuk mengklasifikasikan reformasi
perpajakan berdasarkan program-program reformasi perpajakan dengan 6
(enam) atribut yang menjadi cir i-cir i dasarnya seh ingga dapat diperoleh rat usan
konfigurasi yang ber beda dari reformasi perpajakan. Keenam atribut tersebut
yakni:
1) Breadth of reform ; reformasi perpajakan dapat berfokus pada reform of tax
structure, atau berfokus pada tax administration, atau reform of tax systems
(berfokus pada structural dan administrative reform).
41
2) Scope of reform; reformasi perpajakan dapat dilakukan secara com prehensive
jika meliputi hampir semua sumber penerimaan yang pentin g, atau dilakukan
secara pa rtial jika hanya meliputi satu atau dua komponen pent ing dari sistem
perpajakan.
3) Revenue goals; reformasi perpajakan dilakukan untuk meningkatkan
penerimaan dalam prosentase terhadap PDB (rasio pajak) yang disebut revenue
enhancing,untuk menggant i penerimaan dengan revenue neutral reform, atau
bahkan untuk mengurangi penerimaan (revenue-decreasing reform).
4) Equity goals; reformasi perpajakan untuk menegakkan keadilan disebut
redistribu tive jika menegakk an keadilan secara vertikal, yaitu orang
berpenghasilan tidak sama, pajakny a diperlakukan t idak sama juga, namun jika
reformasi perpajakan tidak dimaksudkan untuk merubah distribusi pendapatan
yang sudah ada maka disebut distributionally neutral reform.
5) Resource allocations goals; reformasi perpajakan yang berusaha mengurangi
pengenaan pajak pada sumber daya agar dapat dialokasikan lebih efisien disebut
euconom ically neutral, jika sistem perpajakan unt uk mempengar uhi aliran
sumber daya sektor ekonomi atau aktivitas tertentu maka disebut interventionist
reforms.
6) Timing of reform ; dilakukan dengan mengubah seluruh kebijakan perp ajakan
secara bersamaan disebut contem poraneous reform s, dengan implementasi
bertahap disebut phased reforms, atau perubahan kebijakan perpajakan yang
tidak berkaitan dilakukan dalam beberapa tahun lebih disebut successive
reforms.
42
Menurut Guillermo Perry dan John Walley(2000), di negara-negara
berkembang dimana sistem pajaknya kuat dan struktur pajak telah
ditetapkan, reformasi perpajakan mengacu pada usaha peningkatan
administrasi perpajakan.
Eke (2001) seperti dikutip Cha izi Nasucha mengemukakan bahwa “isu
keberhasilan reformasi administrasi perpajakan ke depan adalah kapasitas
administrasi perpajakan dalam mengimplementasikan struktur perp ajakan
secara efisien dan efekt if.” Hal ini meliputi pengembangan sumber daya
manusia, teknologi informasi, strukt ur organisasi, proses dan prosedur, serta
sumber daya finansial dan insentif yang cukup. Sasaran administrasi pajak
yakni: (1) meningkatkan kepat uhan para pembayar pajak, dan (2)
melaksanakan ketentuan perpajakan secara seragam unt uk penerimaan
maksimal dengan biaya yang optimal. Efektivitas administrasi pajak
bukan lah satu-satunya indikator kepatuhan pajak, di negara-n egara yang
memiliki derajat ketidakp atuhan wajib pajaknya tinggi, kemampuan
administrasi pajak untuk memungut pajak yang efektif merupakan kunci
pembentukan perilaku pembayar pajak.
Azizul I slam (2001) meneliti reformasi pajak di kawasan Asia Pasifik.Ia
memaparkan peranan pa jak yan g diper lukan sebagai alat makroekonomi dan
prinsip yang dibent uk reformasi pa jak sekaran g ini, kemudian menganal isa
implikasi dari pener apan prinsip-prinsip in i terhadap leve l dan struktur
pajak. Azizul menyimpulkan bahwa pelaksanaan reformasi pajak terutama
43
di negara berkembang di Asia Pasifik masih memiliki prinsip-prinsip atau
pondasi reformasi perpajakan yang lemah.
Sudipto Mundle (1998) yan g meneliti reformasi pajak di Vietnam dalam
papernya yang berjudul ” Tax Reform in Vietnam : Selective Analysis”
menyimpulkan bahwa pencapaian reformasi pajak di Vietnam belum
maksimal.. Dasar administrasi pajak untuk ekonomi pasar modern serta
Undang-Undang mengenai Hukum Anggaran yang baru telah ditetapkan.
Meskipun demikian, transparansi penetapan pajak terhadap leve l yang
berbeda di pemerintahan masih lemah. Elemen kebijakan dan nego isasi
yang luas dalam penetapan tingkat dan target pajak yang akan diterima serta
penetapan pajak yang tidak sesuai, mengurangi tax effort dan berkontribusi
pada ketidakefisienan. Hal tersebut menjadi masalah utama yang harus
dipecahkan dalam tehap reformasi pajak selanjutnya.
Katarina Ott (1998) dalam papernya yang ber judul”Tax Administration
Reform in Trant ition : The Case of Croatia” memaparkan masalah yang
mendasar dalam administrasi publik yang modern secara um um, trend
dalam pengembangan administrasi pajak dan reformasi administrasi
perpajakan. Ia menyimpulkan administrasi pajak modern menaruh perhat ian
yang lebih terhadap wajib pajak, spesialisasi per sonel, independensi dar i
depart emen keuangan dan privatisasi yang dilakukan lebih baik oleh pihak
swasta. Untuk memenuhi tujuan tersebut, banyak negara yang
memfokuskan t ujuan reformasi administrasi pajaknya untuk memecahkan
44
masalah seperti gaji yang rendah yang dapat berpoten si korupsi, perekrutan
pegawai berkualitas tinggi dan hukum pajak yang inkomprehensibel.
Arinam Das Gupta, Shanto Ghosh, Dilip Mookherjee (2003) dalam
papernya yang ber judul ”Tax Administrat ion Reform and Taxpayer
Compliance in In dia” men geva luasi dampak dari tax compliance
(pemenuhan perpajakan) dari reformasi sederhana mengenai kebijakan
administrasi pajak pendapatan pribadi di India. Hasilnya mengindikasikan
adanya p emenuhan keuntungan (gain) y ang signif ikan dari penambahan staf
dan perubahan prosedur bagi staf dan wajib pajak.
Penelitian yang dilakukan oleh Marcus Taufan Sofyan tahun 2005
mengenai ”Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern
Terhadap Kepat uhan Wajib Pajak Pada KPP di Lingkungan Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Wajib Pajak Besar” menyimpulkan bahwa
Reformasi Administrasi Perpajakan berupa modernisasi budaya, prosedur,
struktur strategi or ganisasi berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Dewa Putu Gede Chr isna
Sanjaya pada tahun 2008 mengena i ”Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi
Pajak Modern Terhadap Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal
Asing Dua menyimpulkan dar i hasil ana lisis deskriptif menunjukk an bahwa
penerapan Sistem Administrasi Pajak Modern (SPAM) secara umum sudah baik
atau mampu meningkatkan kinerja Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal
Asing Dua. Sem ua variabel dalam penerapan SP AM berupa penyempurnaan
45
struktur organisasi, pen ingkatan kualitas SDM, penyediaan sarana dan prasarana
kantor yang repr esentatif dan penggunaan teknologi komunikasi dan informasi
yang modern memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kinerja
di KPP PMA Dua.
Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan dalam paper diatas, dapat
diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan reformasi pajak secara umum maupun
reformasi administrasi perpajakan yang ada di negara-negara lain masih
memiliki kelemahan, diantaranya kurangnya transparansi dalam penetapan
pajak serta masih lemahnya prinsip-prinsip yang mendasari pelak sanaan
reformasi perpajakan tersebut. Dari berbagai penel itian tersebut, terlihat bahwa
reformasi perpajakan di masing-masing negara memiliki karakteristik dan
masalah yang berbeda seh ingga permasalahan perpajakan yang ada di suat u
negara tidak dapat digeneralisasikan dengan negara lain. Hal tersebut
memerlukan pem ecahan yang komprehensif dari departemen keuangan maupun
pihak terkait di masing-masing negara.
E. Kerangka Pemikiran
Perpajakan merupakan hal yang esensial bagi suat u negara. Tidak sepert i
masalah keuangan yang lain seperti pasar mo dal atau masalah keuangan yang
lain yang memiliki karakteristik yang hampir sama di masing-masing negara,
masalah mengenai perp ajakan memiliki karakteristik dan permasalahan yang
berbeda-beda di masing-masing negara. Reformasi Administrasi Perpajakan di
Indonesia memiliki lingkup yang sangat luas. Reformasi tersebut terdiri dar i
46
empat aspek yakni modernisasi struktur or gan isasi, modern isasi prosedur
organ isasi, modernisasi strategi organisasi, modernisasi budaya organisasi.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sofyan (2005) meneliti pengaruh
keempat aspek reformasi administrasi perp ajakan tersebut di l ingkungan Kantor
Wilayah Wajib Pajak Besar di Jakarta sedangkan penel itian yang dilakukan
Sanjaya (2008) memfokuskan pada pengaruh penerapan sistem administrasi
modern terhadap kiner ja Kantor Pelayanan Pajak Khusus Penanaman Modal
Asing Dua di Jakarta, yang mana penelitian tersebut mengukur dari sisi internal.
Dalam penelitian ini, penulis mengacu pada kedua penelitian diatas namun lebih
fokus meneliti dari sisi eksternal mengenai pengaruh aspek prosedur organ isasi
dalam sistem administrasi perp ajakan modern terhadap kepat uhan wajib pajak
di Kantor Pelayanan Pajak Surakarta dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya karena aspek ini diduga lebih menunjukkan pengaruh secara
nyata dibandingkan ketiga aspek yang lain. Selain itu, penulis juga ingin
mengetahui perbandingan bagaimana pengaruh penerapan sistem administrasi
pajak mo dern di lingkungan Kantor Pajak Wilayah, Kantor Pajak Khusus dan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama apakah memiliki kesamaan atau tidak.
47
Gam bar II.4
Kerangka Pemikiran
perubahan metode pelayanan dan kualitas pelayanan
akuntabilitas
pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi yang modern
kepatuhan wajib pajak
48
F. Pengembangan Hipotesis
1. Perubahan metode pelayanan dan kualitas pelayanan
Variabel dalam penerapan sistem administrasi pajak modern berupa
penyediaan sarana dan prasarana kantor yang representatif dalam
penelitian yang dilakukan Sanjaya (2008) m enunjukkan adanya pengaruh
yang signif ikan terhadap kin erja di KPP PMA Dua Jakarta. Dalam
penelitian Sofyan (2005), variabel penerapan modernisasi prosedur
organisasi men unjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan
sebesar 32,58% dari total pengaruh 90,30%. Dengan demikian, hipotesis
yang pertama adalah:
H1 : Penyederhanaan prosedur administrasi dan peningkatan standar
kualitas waktu, kualitas pelayanan dan pemeriksaan pajak mempunyai
pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam memen uhi kewajiban
perpajakannya
2. Akuntabilitas
Variabel dalam penerapan sistem administrasi pajak modern berupa
peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam penelitian yang
dilakukan Sanjaya (2008) men unjukk an adanya pengaruh yang signifikan
terhadap k inerja di KPP PMA Dua Jakarta. Dengan demikian, hipotesis
yang kedua adalah:
49
H2 :Akuntabilitas pegawai pajak dalam memberikan pelayanan
perpajakan mempunyai pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya
3. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi modern
Variabel dalam penerapan sistem administrasi pajak modern berupa
penggunaan teknologi komunikasi dan informasi yang mo dern dalam
penelitian y ang dilakukan San jaya (2008) maupun dalam penelitian Sofyan
(2005) menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap kinerja di
KPP PMA Dua Jakarta.
H3 : Penggunaan teknologi informasi modern dalam pemberian
pelayanan pen gawasan, pemeriksaan dan penagihan pajak mempunyai
pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam memen uhi kewajiban
perpajakannya
50
51
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini mencoba menjelaskan bagaimana pengaruh reformasi
administrasi pajak modern terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Jenis penelitian
ini adalah pengujian h ipotesis. Penelitian ini dilakukan unt uk menguji apakah
variabel reformasi administrasi perpajakan berupa modern isasi prosedur
organisasi, akuntabilitas pegawai pa jak,penggunaan teknologi informasi dan
kom unikasi modern berpengaruh terhadap kepatuhan W ajib Pajak.
2. Populasi dan Sam pel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajar i dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono,2003). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Wajib Pajak
pribadi yang berada di wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan k arakteristik yang dimiliki o leh
populasi (Sugiyono,2003). Dalam penelitian ini pene liti menggunakan metode
random sampling yaitu pengambilan sampel dar i anggota populasi secara acak
dan purposive sam pling yakni teknik pengambilan sampel dengan
pert imbangan tertentu.
Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
§ Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta
§ Wajib Pajak pribadi tersebut telah memiliki NPWP minimal satu tahun.
51
§ Wajib Pajak tersebut mengisi dan menyerahkan dok umen perpajakan
sendiri ke kantor pajak
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan :
v Observasi yaitu dengan mengamati secara langsung proses pelayanan
dan modernisasi pro sedur organisasi yang dijalank an di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta
v Wawancara yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung kepada
pegawai kantor pajak maupun responden Wajib Pajak untuk
mengetahui informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
v Survei dengan memberikan kuesioner kepada Wajib Pajak yang
dijadikan sampel penelitian.
4. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer . Data
primer diperoleh dari tanggapan Wajib Pajak selaku responden yang
terdapat dalam kuesioner. Sedangkan data sekunder digunakan untuk
melengkapi an alisis yang dilakukan. Data sekunder tersebut diperoleh dari
data-data yang ada di buku serta internet.
5. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan peneliti unt uk dipelajari sehingga dapat diperoleh informasi
berkaitan dengan hal tersebut dan kemudian dapat ditarik kesimpulannya.
52
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan variabel yan g digunakan dalam
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sofyan (2005) dan Sanjaya (2008).
Modernisasi prosedur organisasi dengan penyempurnaan administrasi dalam
model pem ber ian pe layanan dan pemerik saan yang disesuaikan dengan
tuntutan Undang-Undang, masyar akat dan biaya yang tersedia; akuntabilitas
aparat pajak dalam memberikan pelayanan serta penggunaan teknologi
kom unikasi dan informasi yang modern merupakan variabel in dependen yang
digunakan dalam penelitian ini.
Sedangkan variabel dependennya adalah kepatuhan yakni pemenuhan
terhadap kewajiban, dalam hal ini kewajiban perp ajakan. Kepatuhan dapat
dilihat dari tingkat pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT), laporan
penyelesaian tunggakan pajak serta laporan penyetoran pajak terutang.
Variabel kepatuhan m enurut Chaizi Nasucha dalam Sofyan (2005) terdir i dari
tiga aspek :
a) Aspek psikologis yaitu k epatuhan W ajib Pajak dilihat dar i persepsi W ajib
Pajak terhadap penyuluhan, pelayanan dan pemeriksaan pajak.
b) Aspek yuridis yaitu pemenuhan Wajib Pajak dilihat dar i ketaatan t erhadap
prosedur administrasi perpajakan yang ada; yang meliputi ketaatan dalam
laporan perkembangan penyampaian Surat Pember itahuan (SPT), laporan
perkembangan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara presentase
yang diisi benar dan t idak benar, serta laporan perkembangan penyampaian
angsuran berdasarkan perkembangan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa.
53
c) Aspek sosiologis yait u kepatuhan Wajib Pajak dilihat dari aspek sosial
sistem perpajakan sepert i kebijakan publik, kebijakan fiskal, kebijakan
perpajakan dan administrasi perpajakan.
Secara ringkas variabel penelitian dapat dirangkum sebagai berikut :
X : Modernisasi Prosedur Organisasi
X1 : Peny ederhanaan prosedur administrasi dan peningkatan standar kualitas
waktu, kualitas pelayanan dan pemeriksaan pajak
X2 : Akuntabilitas pegawai pajak dalam memberikan pelayanan perpajakan
X3 : Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang modern dalam
pemberian pelayanan, pengawasan, pemeriksaan dan penagihan pajak
Y : Kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya
6. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini dilakukan analisis data dengan menggunakan soft ware
SPSS version 16. Di dalam melakukan pengujian,peneliti menguji variabel-
variabel dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Uji Kualitas Data
a. Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat pengukuran yang telah
disusun memiliki validitas atau t idak. Hasilnya dit unjukkan oleh suatu indeks
yang men unjukkan seberapa jauh suatu alat pengukuran benar-benar
mengukur apa yan g seharusnya diukur. Uji validitas diukur dengan memakai
Pearson Product Moment (Sugiyono,2003).
54
rxy = N(∑XY) - (∑X∑Y)
√[ ∑X2 – (∑X)
2] [ N∑Y
2 – (∑Y)
2]
keterangan:
rxy = koefisien korelasi product moment
X = skor jawaban
Y = skor total
XY = total pertanyaan
b. Reliabilitas
Reliabilitas hanya dapat dilakukan pada pertanyaan yang sudah memiliki
validitas. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha
(Sugiyono,2003).
r = k (1 - ∑ i2)
k-1 2
keterangan : r = koefisien reliabilitas yang dicari
k = jumlah butir pertanyaan
∑ i2
= varians butir pertanyaan
2 = varians skor total
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan unt uk menguji kenormalan distribusi dalam model
regresi pada variabel pengganggu atau variabel residual (Ghazali,2005).Uji
55
normalitas ini merupakan tahap pen gujian yan g harus dilakukan karena ket ika
asumsi klasik ini dihilangkan uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel
kecil. Dalam penelitian ini,ukuran sampel yang digunakan juga termasuk ke
dalam ukuran sampel kecil. Dalam uji normalitas ini ada dua cara untuk
mendeteksi apakah r esidual berdistribusi normal atau tidak dengan yaitu dengan
analisis grafik dan uji statistik.
b. Uji Multikolinearitas
Tujuan dari uji multikolinear itas adalah untuk menguji korelasi antar v ariabel.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen ; jika terjadi saling kor elasi, var iabel-variabel tersebut ortogonal.
variabel Ortogonal art inya,var iabel indepen den yang nilai korelasi antar sesama
variabel independen sama dengan nol.
Cara yang digunakan unt uk mendeteksi adanya multikolinearitas antara lain
yaitu dengan melihat nilai tolerance dan lawannya VIF (Variance Inflation
Factor). Kedua ukuran ini menunjukk an setiap variabel indepen den manakah yang
dijelaskan oleh variabel independen lainny a. Tolerance men gukur variabilitas
variabel independen yang terpilih yan g tidak dijelaskan oleh variabel indepen den
lainnya.Jadi,nilai Tolerance yang rendah sama art inya dengan nilai VIF yang
tinggi dalam pengujian ini.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan
satu sama lain.Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dar i suatu o bservasi
ke observasi lainnya.Tujuan uji autokorelasi adalah untuk mengetahui ada
56
tidaknya korelasi antar variabel p engganggu pada periode tertentu dengan variabel
pengganggu periode sebelumnya. Pendekatan yang sering digunakan adalah uji
Durbin-Watson,dimana hasil pengujian ditentukan berdasarkan ni lai Durbin-
Watson.
d. Uji Heteroskedastisitas
Gejala heteroskedastisitas timbul dari perubahan situasi yang tidak
digambarkan dalam spesifikasi mo del regresi. Sit uasi hetero skedastisitas akan
menyebabkan penafsiran koefisien menjadi tidak ef isien. Hasil taksiran dapat
kurang, melebihi atau bahkan menyesatkan. Model regresi yang baik, jika var ian
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap (homoskedastisitas).
Ada beberapa cara unt uk mendeteksi ada tidaknya heteroskedasti sitas, salah
satunya dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen)
yaitu ZP RED dengan residualnya SREZID. Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu
pada grafik scatterplot .
Dasar analisis :
Ø Jika ada pola tertentu, sepert i titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedatisistas.
Ø Jika tidak ada pola yang jelas,serta titik-t itik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu y,maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
57
3. Uji Hipotesis
v Analisis Regresi
Model regresi yang digunakan adalah regresi linear berganda.Regresi linear ganda
digunakan untuk menguji dampak lan gsung variabel independen terhadap variabel
dependen. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Y = ßo + ß1X1+ ß2X2+ ß3X3
Keterangan :
Y = kepatuhan wajib pajak
ßo = bilangan konstanta
X1 = var iabel Penyederh anaan pro sedur administrasi dan peningkatan standar
kualitas waktu, kualitas pelayanan dan pemeriksaan pajak
X2=variabel akuntabilitas pegawai pajak dalam memberikan pelayanan
perpajakan
X3 =variabel Penggunaan teknologi informasi dan komunik asi yang modern
dalam pemberian pelayanan, pengawasan, pemeriksaan dan penagihan pajak
v Goodness of Fit
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai akt ual dapat diukur dari
goodness of fitnya. Secara statistik, dapat diukur dari ni lai koefisien determinasi,
nilai statistik F dan nilai statistik t.
a. nilai R2 (koefisien determinasi)
Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan mo del dalam
menerangkan variasi var iabel independen. Jika R2 mendekati 0 maka variabel
independen yang dipilih t idak mampu menerangkan variabel depen dennya.Jika R2
58
mendekati 1 maka variabel independen yang dipilih dapat menerangkan dengan
baik variabel dependennya.Hal ini berart i semakin tinggi nilai R2 ,maka model
regresi yang dihasilkan semakin baik.
b. Regresi Simultan (Nilai Statistik F)
Uji sim ultan (uji F) merupakan pengujian variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian dengan tujuan untuk men guji pengaruh variabel independen secara
bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat . Uji F ini menggunakan
alat analisis yaitu ANOVA(Analysis of Variances).
c. Regresi Parsial (Nilai Statistik t)
Nilai statistik t digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap var iabel dependen secara individual atau sendiri-
sendir i. Apabila ni lai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dari tabel,art inya
hipotesis nol ditolak atau hipotesis alternatif diterima.Cara lain yang dapat
digunakan adalah dengan melihat tingkat sign ifikansi yan g diperoleh (p-value).
Hipotesis nol ditolak apabila tingkat signifikansi kuran g dari 0,05 dan diterima
bila lebih dari 0,05.
59
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi data
a. Sampel
Penelitian ini menggunakan data primer. Data dipero leh dengan
menyebark an kuesioner secara langsung pada wajib pajak yang terdaftar di kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta selama tiga hari pada bulan Agust us 2009.
Sampel yang digunakan dalam penelitian in i adalah sampel yang memen uhi
kriteria yang ditentukan yaitu telah terdaftar sebagai wajib pajak minimal satu
tahun dan menyerahk an dok umen perpajakan sendiri ke kantor pajak sehingga
wajib pajak yang dijadikan re sponden benar- benar mengetahui kon disi pelayanan
perpajakan di KPP Pratama Surakarta.Penelitian in i menggunakan kuesioner
sebagai instrumen penelitian dengan menggunakan skala Likert 1-5. Di dalam
kuesioner tersebut terdapat 39 pertanyaan. Pertanyaan tersebut terdiri dari :
ü 15 pertanyaan variabel penyederhanaan prosedur administrasi dan
peningkatan standar kualitas waktu, kualitas pelayanan dan pemeriksaan
pajak
ü 3 pertanyaan variabel akuntabilitas pegawai pajak
ü 5 pertanyaan variabel pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi yang
modern
ü 6 pertanyaan variabel kepatuhan dari aspek psikologis
ü 7 pertanyaan variabel kepatuhan dari aspek yuridis
60
ü 3 pertanyaan variabel kepatuhan dari aspek sosiologis
Kuesioner yang diedarkan sebanyak 76 kuesioner, dimana 64
dinyatakan len gkap,10 tidak lengkap dan 2 tidak kembali. Berikut rin gkasan
data yang telah disebarkan :
Tabel IV.1
Data yang disebar Jumlah Persentase
data lengkap 64 84.2%
data tidak lengkap 10 13.2%
data tidak kembali 2 2.6%
Total 76 100%
Setelah sampel akhir ditentukan,maka pro ses penilaian unt uk men getahui
pengaruh reformasi administrasi perpajakan modern dapat dilakukan. Penilaian
dilakukan dengan menggunakan ska la ordinal 1-5 dan variabel dummy. Skala
ordinal 5 menunjukkan nilai yang sangat tinggi, 4 menunjukkan n ilai yang tin ggi,
3 menunjukkan nilai yang cukup tinggi, 2 menunjukkan nilai yang rendah, 1
menunjukkan nilai yang sangat rendah. Skala or dinal ini digunakan unt uk menilai
ketiga variabel modern isasi prosedur organisasi dan dua aspek variabel kepat uhan
yaitu aspek psikologis dan sosiologis. Sedangkan var iabel dummy digunakan
untuk meni lai variabel kepatuhan dari aspek yuridis. Nilai 1 diberikan bila
responden menjawab ya,dan nilai 0 bila responden menjawab tidak.
61
b. Identitas Responden
Setelah melakukan penyeleksian data, didapatkan data yang lengkap
sebanyak 64. Kemudian dilakukan rekap itulasi identitas responden.
Identitas re sponden dilihat dari jenis kelamin dan tahun terdaftar sebagai
wajib pajak. Berikut rekapitulasi ident itas responden :
Tabel IV.2
identitas responden berdasarkan jenis
kelamin
jumlah persentase
laki-laki 37 57.8%
perempuan 27 42.2%
Total 64 100%
Tabel IV.3
Identitas responden berdasarkan tahun
terdaftar
jumlah persentase
terdaftar sebelum tahun 2005 40 62.5%
terdaftar setelah tahun 2005 24 37.5%
Total 64 100%
Pembagian tahun terdaftar sebelum dan sesudah t ahun 2005 didasarkan pada
pelaksanaan reformasi administrasi perpajakan modern di lingkungan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama seluruh In donesia. Jika Wajib Pajak terdaftar sebelum
62
tahun 2005, dimungkinkan dapat menjawab setiap item pertanyaan dengan ak urat
karena telah mengetahui kon disi kantor pelayanan pajak sebelum dan sesudah
adanya reformasi administrasi perpajakan modern. Dengan demikian,hasil analisis
yang didapatkan diharapkan akan lebih akurat .
B. Hasil Analisis
1. Uji Kualitas Data
a. Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidakny a suatu kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan va lid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuat u yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian ini
diawali dengan mengajukan hipotesis nol (Ho) hipotesis alternative (Ha).
Hipotesis nol diterima bila skor butir p ertanyaan berkorelasi positif dengan total
skor konstruk dan ditolak jika butir pertanyaan tidak berkore lasi positif dengan
total skor konstruk.
Uji validitas pada penelitian ini mengukur 39 item pertanyaan. Item pertanyaan
tersebut terdiri dari:
Ø 15 pertanyaan variabel Penyederhanaan prosedur administrasi dan
peningkatan standar kualitas waktu, kualitas pelayanan dan pemeriksaan
pajak
ü 3 pertanyaan variabel akuntabilitas pegawai pajak
ü 5 pertanyaan variabel pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi yang
modern
63
ü 6 pertanyaan variabel kepatuhan dari aspek psikologis
ü 7 pertanyaan variabel kepatuhan dari aspek yuridis
ü 3 pertanyaan variabel kepatuhan dari aspek sosiologis
Dari hasil uji validitas terlihat bahwa korelasi antara masing-masing indikator
pertanyaan dengan total skor pertanyaan m enunjukkan hasil yang signifikan. 15
pertanyaan dalam variabel perubahan metode pelayanan dan kualitas pelayanan;
3 pertanyaan variabel akuntabilitas serta 5 pertanyaan variabel pemanfaatan
teknologi kom unikasi dan informasi yang modern menunjukkan angka yang
signif ikan pada level 0.05 dan 0.001(2tailed). Demikian pula dengan pengujian
pada dependen berupa kepat uhan. 6 pertanyaan variabel kepatuhan dar i aspek
psikologis; 7 pertanyaan variabel kepatuhan dari aspek yuridis serta 3 pertanyaan
variabel kepatuhan dari aspek sosiologis men unjukkan angka yang signif ikan
pada level 0.05 dan 0.001(2tailed). Hal tersebut menunjukkan item-item
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut. Hasil uji validitas selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran.
b. Reliabilitas
Reabilitas merupakan alat untuk men gukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variable. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika
jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten dari waktu ke waktu.
64
Dari hasil analisis reliabilitas, didapat nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.884
(88.4%),nilai tersebut bisa dikatakan reliable atau handal. Hasil uji reliabilitas
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Kenormalan data diperlukan unt uk langkah-langkah uji statistik berikutnya.
Uji kenormalan data merupakan uji keselarasan unt uk kepastian data yang
diperoleh. Bila data berdistribusi normal, statistik indukt if yang digunakan adalah
statistik parametrik sedangkan bila tidak berdistribusi normal menggunakan
statistik non parametrik.
Uji normalitas dalam penel itian ini menggunakan sampel kolmogorov smirnov
(k-s). Pengujian 1 sampel k-s in i menggunakan pengujian dua sisi. Hasil
pengujian dibandingkan dengan taraf signif ikan. Jika hasil yang diperoleh lebih
besar dari taraf signifikansi atau nilai Asym p.Sig(2-tailed) > nilai α 0.05 maka
distribusi data penelitian adalah normal sedangkan bila hasil yang diperoleh lebih
kecil dari taraf signifikansi atau Asymp.Sig(2-tailed) < nilai α 0.05, maka
distribusi data penelit ian adalah tidak normal. Dalam hal ini kesungguhan
responden sangat menentukan apakah data berdistribusi normal atau t idak.
Tabel IV.4 menunjukkan bahwa uji normalitas variabel independent,yang
meliputi variabel mpo; mempunya i nilai Kolmogorov-Smirnov 0.779 dan
signifikan pada 0.579. Akuntabilitas pegawai pajak, mempunyai nilai
Kolmogorov-Smirnov 1.384 dan signif ikan pada 0.043 serta teknologi
65
kom unikasi dan informasi yang modern, mempunyai nilai Kolmo gorov-Smirnov
0.943 dan signifikan pada 0.336. Demikian pula variabel dependen yang meliputi
psikologi, mempunyai nilai Kolmogorov-Smirnov 0.801 dan sign ifikan pada
0.542, yur idis mem punyai nilai Kolmogorov- Sm irnov 1.413 dan sign ifikan p ada
0.037 serta sosiologis, mempunyai nilai Kolmogorov- Smirnov 1.166 dan
signifikan pada 0.132. Hal in i berarti Asym p.Sig(2-tailed) > nilai α 0.05 maka
distribusi data penelitian adalah normal.
Tabel IV.4
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
mpo akt tkim psi y urds sos
N 64 64 64 64 64 64
Normal
Parametersa
Mean 50.28 8.73 14.72 18.34 4.47 11.59
Std. Dev iat ion 6.351 1.720 3.010 3.267 1.603 1.933
Most
Extreme
Dif f erences
Absolute .097 .173 .118 .100 .177 .146
Pos itiv e .063 .173 .094 .083 .123 .120
Negativ e -.097 -.110 -.118 -.100 -.177 -.146
Kolmogorov -Smirnov Z .779 1.384 .943 .801 1.413 1.166
Asy mp. Sig. (2-tailed) .579 .043 .336 .542 .037 .132
Sumber : data primer ,diolah
66
b. Uji multikolinearitas
Uji multikolinear itas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya kor elasi antar v ariabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara var iabel independent(Ghazali,2005).
Cara melihat ada atau tidaknya mutikolinearitas di dalam suatu model men urut
Ghazali (2005) adalah sebagai berikut :
• Nilai R2 yang dihasilkan oleh suat u estimasi model regresi empiris
sangat tinggi,tetapi secara individual var iabel-variabel independent
banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
• Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independent .Jika antar
variabel inependen ada korelasi cukup tinggi(umumnya diatas
0.90),maka hal ini merupakan indikasi adanya mutikolinearitas.
• Multikolinearitas juga dapat dilihat pada (1)nilai tolerance dan variance
inflation factor( VIF).Nilai cutoff tolerance yang umum digunakan
adalah > 0.10 dan VIF<10.Jika terjadi hal demikian,berarti tidak terjadi
multikolinearitas pada model regresi.
Tabel IV.5 berikut merupakan hasil uji multikolinearitas.Pada tabel tersebut
terlihat bahwa data bebas dar i multikolinear itas karena tolerance > 0.10 dan VIF <
10. Hasil uji multikolinearitas secara lengkap dapat dilihat pada lampiran.
67
Tabel IV.5
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
mpo .594 1.683
akt .738 1.356
tkim .531 1.885
Sumber : data primer, diolah
c. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk men guji apakah dalam model regresi linear
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t sebelumnya.
Tabel IV.6
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Durbin-W atson
psi 2.131
yurds 2.297
sos 2.366
68
Berdasarkan hasil uji autokorelasi nilai Durbin Watson variabel depen den
psikologi,y uridis maupun sosiologis lebih besar dari nilai batas atas (du) pada
tabel yaitu sebesar 1.534 dan lebih kecil daripada 4-du (2.466). Hasil dari
pengujian tersebut menunjukkan tidak t erjadi autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan unt uk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan var ians dari r esidual sat u pengamatan ke pengamatan lain.
Cara mengetahui ada atau tidaknya heterokedastisitas antara lain dengan melihat
grafik scatterplot.
Gambar I V.1 menun jukkan bahwa data pada var iabel depen den psikologi tidak
menunjukkan pola tertentu serta menyebar di bawah dan diatas angka 0 pada
sumbu Y. Demikian juga dengan grafik scatterplot variabel dependen yuridis dan
sosiologis (gambar IV.2 dan gambar IV.3). Grafik tersebut tidak menun jukkan
pola tertentu serta menyebar di bawah dan diatas angka 0 pada sumbu Y. Maka
dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.
69
gambar IV.1
Gambar IV.2
70
Gambar IV.3
3. Pengujian Hipotesis
Goodness of Fit
a. Nilai R2 (koefisien determinasi)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur kemampuan model dalam
menerangkan var iasi variabel dependen. Nilai R2
yang kecil menun jukkan
kemampuan-kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan var iasi
variabel dependen terbatas. Kelemahan mendasar penggunaan koef isien
determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke
dalam model.Setiap tambahan satu variabel independen,maka R2 pasti
meningkat,t idak peduli apakah var iabel tersebut berpengaruh secara signif ikan
terhadap variabel dependen. Oleh karena itu,banyak peneliti menganjurkan untuk
menggunakan ni lai Adjusted R2 untuk menilai model regresi terbaik
(Ghazali,2005)
71
Tabel IV.7
Nilai R2
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Es timate
1 .627a .393 .363 3.783
a. Predictors: (Constant), tkim, akt, mpo
sumber : data prim er diolah
Dari hasil pengolahan data primer diatas,besarnya adjusted R2 adalah 0.363.
Hal ini berart i 36.3% variasi dependen berupa kepatuhan dapat dijelaskan o leh
ketiga variabel independen yait u modernisasi prosedur organ isasi,ak untabilitas
aparat pajak dan teknologi komunikasi dan informasi yang modern. Sedangkan
sisanya (100%-36.3%=63.7%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model.
b. Regresi Simultan (Nilai Statistik F)
Dari uji ANOVA atau F test didapat nilai F hitung sebesar 12.968 dengan
probabilitas 0.000, dimana pro babilitas jauh lebih kecil dar i 0.05.Oleh karena itu
model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kepatuhan atau dapat
dikatakan bahwa modernisasi pro sedur organisasi,akuntabilitas aparat pajak dan
teknologi kom unikasi dan informasi yang modern secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.
72
Tabel IV.8
Nilai Statistif F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 556.773 3 185.591 12.968 .000a
Residual 858.665 60 14.311
Total 1415.438 63
a. Predic tors: (Constant), tkim, akt, mpo
b. Dependent Variable: kepatuhan
sumber : data prim er,diolah
c. Regresi Parsial (Nilai Statistik t)
Tabel IV.9
Nilai Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coeff ic ients
Standardized
Coef fic ients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 14.610 3.953 3.696 .000
mpo .215 .097 .288 2.208 .031
akt -.090 .323 -.033 -.278 .782
tkim .664 .217 .422 3.054 .003
a. Dependent Variable: kepatuhan
sumber : data primer,diolah
Dari ket iga variabel independent yang dimasukkan ke dalam model regresi,
variabel modernisasi prosedur organisasi mempunyai probabilitas
0.031(signif ikan pada 0.05) sehingga menerima hipotesis yang pertama yaitu
73
“Penyederhanaan prosedur administrasi dan peningkatan standar kualitas waktu,
kualitas pelayanan dan p emeriksaan pajak mempunyai pen garuh yang signif ikan
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya”.
Variable akuntabilitas pegawai pajak dalam memberikan pelayanan perpajakan
tidak signifikan mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi
kewajiban perp ajakan. Hal ini terl ihat dari probabilitas signifikansi sebesar 0.782
yang jauh melebihi tingkat sign ifikansi 0.05. Hal ini berarti menolak h ipotesis
yang kedua sehingga dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas pegawai pajak tidak
berp engaruh secara signif ikan t erhadap kepatuhan wajib pa jak dalam memen uhi
kewajiban perpajakannya. Hal tersebut diperk uat dengan hasil pencarian data
melalui wawancara dengan beberapa responden, bahwa citra Dirjen Pajak dan
aparat pajak yang penuh dengan birokrasi yang panjang masih sulit untuk
diubah.Hal ini menjadi salah sat u peny ebab tidak signifikannya variabel
akuntabilitas pegawai pajak dalam pengaruhnya terhadap kepatuhan W ajib Pajak.
Sedangkan penggunaan teknologi komunikasi dan informasi yang modern
dalam pemberian pelayanan pengawasan, pemeriksaan dan penagihan pa jak
mempunyai probabilitas 0.003 (sign ifikan pada 0.05) sehingga dapat disimpulkan
variabel teknologi komunikasi dan informasi mo dern berpengaruh signif ikan
terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini berart i menerima hipotesis yang ket iga
yaitu”penggunaan teknologi informasi dan komunikasi mo dern dalam pember ian
pelayanan pengawasan, pemeriksaan dan penagihan pajak mempunya i pengaruh
yang signif ikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya”.
74
C. PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan modernisasi prosedur
organisasi yang berkaitan dengan pro gram penyederhanaan pemenuhan kewajiban
perpajakan, pengembangan pelayanan prima, pengembangan pelayanan
perpajakan, dan peningkatan pelayanan yang dianalisis melalui item-item
pertanyaan dalam variabel perubahan metode pelayanan dan kualitas pelayanan
mempunyai pengaruh yan g signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya. Hal tersebut menunjukkan diterimanya
hipotesis yang pertama ya itu “Penyederhanaan prosedur administrasi dan
peningkatan standar kualitas waktu, kualitas pelayanan dan pemeriksaan pajak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pa jak dalam
memenuhi kewajiban perp ajakannya”. Hal ini sejalan dengan pene litian terdahulu
yang dilakukan oleh Sofyan (2005) Sanjaya (2008) dan Das Gupta et al(2003).
Variable akuntabilitas pegawai pajak tidak signifikan mempengar uhi
kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Hal ini terlihat
dar i pro babilitas signifikansi sebesar 0.782 yang jauh melebihi tingkat signifikansi
0.05. Hal ini berarti menolak hipotesis yang kedua sehingga dapat disimpulkan
bahwa akuntabilitas pegawai pajak tidak berpengaruh secara sign ifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Hal ini
berbeda dengan penelitian terdahulu y ang dilakukan Sanjaya(2008) dan Ott (1998).
Hasil yang tidak signifikan ini lebih banyak dipengaruh i o leh psikolo gi dari
masyarakat itu sendiri. Meskip un Direktorat Jenderal Pajak telah banyak
75
memberikan p enyuluhan mengenai reformasi yang dilakukan institusi Direktorat
Jenderal Pajak namun mereka m asih memiliki pola pikir yang sama seperti dulu
bahwa Dirjen Pajak m erupakan suatu institusi yang harus dihindari.
Sedangkan dan teknolo gi komunik asi dan informasi yang modern mempunyai
probabilitas 0.003 (signifikan pada 0.05) sehingga dapat disimpulkan Penggunaan
teknologi informasi modern dalam pemberian pelayanan pengawasan,
pemeriksaan dan penagihan pajak berp engaruh sign ifikan terhadap kepat uhan
wajib pajak; yang berarti menerima hipotesis yang ketiga. Hal ini sejalan dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sofyan (2005) d Sanjaya (2008).
Dari uji ANOVA atau F test didapat nilai F h itung sebesar 12.968 dengan
probabilitas 0.000, dimana probabilitas jauh lebih kecil dar i 0.05. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa, penyederh anaan prosedur administrasi dan p enin gkatan
standar kualitas wakt u, kualitas pelayanan dan pemeriksaan pajak akuntabilitas
aparat pajak dan teknologi komunikasi dan informasi yang modern secara
bersama-sama berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak.
Dari analisis yang telah dilakukan, men unjukkan bahwa secara um um
penerapan sistem administrasi perpajakan m odern dari segi modernisasi prosedur
organisasi di wilayah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta memiliki
pengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sofyan (2005) yang meneliti di lingkungan Kantor Wilayah Wajib Pajak
Besar Jakarta dan Sanjaya (2008) yang meneliti di lingkungan Kantor Pelayanan
Pajak Khusus Penanaman Modal Asing Dua Jakarta.
76
76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Penerapan modernisasi prosedur or gan isasi berka itan dengan program
penyederhanaan pemenuhan kewajiban perpajakan, pengem bangan pelayanan
prima, pengembangan pelayanan perpajakan, peningkatan pelayanan,
pemeriksaan dan penagihan pada Kantor Pelayanan Pajak Surakarta dalam
kategori sangat baik.Hal tersebut terlihat dari hasil pengujian hipotesis yang
menunjukkan angka yang sign ifikan. Begit u pula dengan penggunaan
teknologi kom unikasi dan informasi yang modern juga menunjukkan angka
yang signif ikan.Akuntabilitas pegawai pajak men unjukkan pengaruh yang
tidak signifikan.Hasil tersebut menun jukkan perlu dilakukan berbagai upaya
agar persepsi n egatif masyarakat yang melekat pada Direktorat Jenderal Pajak
maupun pegawai pajak dapat dihilangkan.
Besarny a pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan mo dern
terhadap kepatuhan W ajib Pajak pada KPP Pratama Surakarta dapat diart ikan
bahwa unt uk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak maka perlu dilakukan
perbaikan-p erbaikan dalam administrasi perpajakan seperti melalui berbagai
program dan kegiatan reformasi administrasi perp ajakan jangka menengah
yang digulirkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sejak tahun 2001 yang
terwujud dalam penerapan sistem administrasi perpajakan modern.
77
B. Keterbatasan
Keterbatasan penelitian ini meliputi :
§ Penelitian ini hanya menggunakan sampel yang kecil karena
terbatasnya waktu penelitian.
§ Ada kem ungkinan bias yang disebabkan kesalahan respon den dalam
memahami maksud item-item pertanyaan dalam kuesioner.
B. Saran
1. Penerapan reformasi administrasi perpajakan modern khususnya dari
segi modernisasi pro sedur organisasi hendaknya selalu ditingkatkan
karena aspek reformasi ini merupakan aspek yang bersinggungan
langsung dengan masyarakat.
2. Diadakannya penyuluhan dan pember ian informasi secara intensif
dan menyeluruh men gena i reformasi administrasi perpajakan
sehingga kepercayaan masyarakat terhadap Direktorat Jenderal Pajak
semakin kuat.
3. Penelitian selan jutnya hendaknya menggunakan sampel yang lebih
banyak dan men ggunakan aspek reformasi administrasi perpajakan
modern yang lain sebagai objek penelitian.
78
DAFTAR PUSTAKA
Das Gupta,A., Ghosh,S., & Mookherjee,D. ,2003, Tax Administration Reform and Taxpayer
Compliance in India, Journal of Indira Gandhi Institute of Department Research.
Fjeldstad,O.H and Rakner,L, 2003, Taxation and Tax Reform in Developing Countries,
www.cmi.no./public/public.htm
Ghozali,I., 2005, Aplikasi Analysis Multivariate Dengan Program SPSS, Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Gillis, M. “Toward a Taxonomy for Tax Reform,” Dalam Malcolm Gillis, peny.,Tax Reform in
Developing Countries, London: Duke University Press, 1989, hal. 7-26
Gunadi, Prof., Dr., MSc. ”Keberhasilan Pajak Tergantung Partisipasi Masyarakat,”Dalam
Perspektif Baru, URL: http://www.perspektif.net/articles/ view.asp?id=431,27 September 2003.
Hartono,J.,2005, Metode Penelitian Bisnis : Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman.
Yogyakarta : BPFE.
Islam,A., 2001, Issues In Tax Reform. Asian Pasific Developnent Journal. Vol 8 no 1
Kuncoro,M.,2005,Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta :Erlangga.
79
Keban, Yeremias T. PhD. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep, Teoridan Isu.
Yogyakarta: Penerbit Gava Media, 2004.
Lumbantoruan, Sophar. 1997.Ensiklopedi Perpajakan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Mundle,S. ,1998,Tax Reform in Vietnam : Selective Analysis. Journal of Asian Development
Bank
Nasucha,Chaizi Dr., 2004, Reformasi Administrasi Publik : Teori dan Praktik, Jakarta : Penerbit
PT Gramedia Widiasarana.Indonesia.
Ott,K. ,1998.,Tax administration Reform In Trantition : The Case of Coatia,www.google.com.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor Per- 4 / PJ/2009. Petunjuk Pelaksanaan Pencatatan
Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi. Direktorat Jenderal Pajak
Pandiangan,Liberti. 2008. Modernisasi & Reformasi Pelayanan Perpajakan Berdasarkan UU
Terbaru. Jakarta : Elex Media Computindo.
Perry, Guillermo, dan John Walley. “Introduction.” Dalam Guillermo Perry, John Walley, dan
Gary McMahon. Peny., Fiscal Reform and Structural Change in Developing Countries, vol. 1.
London: MacMillan Press. 2000. hal. 1-8.
Rao, M Govinda. 2000. Tax Reform in India : Achievement and Challenges.www.google.com.
80
Sanjaya.2008. Kajian Tentang NPWP Sebagai Identitas Wajib Pajak Dalam Rangka
Meningkatkan efisiensi Administrasi Perpajakan. www.idtesis.blogspot.com
Sanjaya,Dewa P G C. 2008. Pengaruh Penerapan Sisitem Administrasi Pajak Modern Terhadap
Kinerja Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Dua. Unpublished Thesis.
Universitas Gajah Mada Yogyakarta.
Sekaran,Uma.2000. Research Methods for Business : A Skill-Building Approach.Third
edition,New York : John Wiley & Sons,Inc.
Sugiyono. 2003. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.
Surjoputro, Djoko Slamet dan Junaedi Eko Widodo. “Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak
Melalui Modernisasi Administrasi Perpajakan.” Dalam buku Menuju Sistem dan Administrasi
Perpajakan Berkelas Dunia: Studi Perpajakan di Indonesia dengan Inspirasi Pengalaman
Jepang, ed. Robert Pakpahan dan toyomu Yuasa,Jakarta: JICA dan DJP, 2004, hal. 41-52.
Singarimbun,M dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei.Jakarta : LP3ES
Sofyan,M.T., 2005. Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Wajib Pajak Besar.
Skripsi, STAN Jakarta.
Waluyo,dan Ilyas,W.B., 2003, Perpajakan Indonesia, Jakarta : Salemba Empat
81
LAMPIRAN
82