PENGARUH STORE ATMOSPHERE DAN SELF-ESTEEM
TERHADAP IMPULSE BUYING PENGUNJUNG
TOKO RITEL
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh :
Redo Tridinata Wijaya
NIM : 1113070000056
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H /2018 M
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
”KENALI DIRIMU, KENALI MUSUHMU, KENALI MEDAN
TEMPUR. SERIBU KALI BERPERANG SERIBU KALI KAMU
AKAN MENANG”
“SUN TZU’
Persembahan:
Kupersembahkan karya ini untuk mamiku papiku, kakakku,
adikku, sahabat dan teman-temanku yang selalu memotivasi
dan mendo’akanku
. Terimakasih untuk semuanya
vi
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi
(B) Juli 2018
(C) Redo Tridinata Wijaya
(D) Pengaruh Store Atmosphere dan Self-Esteem terhadap Impulse Buying
Pengunjung Toko Ritel
(E) xiii + 66 halaman + lampiran
(F) Perilaku impulse buying dapat menyebabkan permasalahan yang dapat
merugikan individu seperti perasaan bersalah yang sering timbul setelah
melakukan pembelian barang yang tidak terlalu berguna, serta menjadi
pribadi yang boros karna tidak dapat mengatur keinginan dan kebutuhan.
Oleh karena itu penting untuk memberikan perhatian lebih terhadap perilaku
impulse buying. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh store
atmosphere (cleanliness, music, scent, temperature, lighting, color, dan
display/layout) dan self esteem terhadap impulse buying pengunjung toko ritel
Alfamidi Kertamukti. Impulse buying dalam penelitian ini adalah pembelian
yang tidak rasional dan diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak
direncanakan, diikuti oleh adanya konflik pikiran dan dorongan emosional.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi
berganda. Populasi merupakan pengunjung toko ritel Alfamidi Kertamukti.
Sampel berjumlah 251 konsumen dengan 141 konsumen perempuan dan 110
konsumen laki-laki. Penelitian ini menggunakan teknik non-probability
sampling, dengan metode yang digunakan accidental sampling. Penulis
menggunakan alat ukur Impulse Buying Tendency Scale (IBTS) yang
dikembang oleh Verplanken dan Herabadi (2001) untuk mengukur impulse
buying, alat ukur yang dikembangkan Hussain dan Ali (2015) untuk
mengukur store atmosphere, dan alat ukur Self-Liking and Competence Scale-
Revised (SLCS-R) yang dikembangkan oleh Tafarodi dan Swann (2001)
untuk mengukur self-esteem. Untuk menguji validitas alat ukur menggunakan
CFA(Confirmatory Factor Analysis). Hasil analisis data penelitian
menunjukkan bahwa store atmosphere dan self esteem memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap impulse buying pengunjung toko ritel Alfamidi
Kertamukti. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa lighting dan self-esteem
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap impulse buying. Sementara itu,
cleanliness, music, scent, temperature, color, dan display/layout pengaruhnya
tidak signifikan terhadap impulse buying. Hasil penelitian juga memperoleh
R-square sebesar 0.283 atau 28,3%. Artinya, proporsi varians dari impulse
buying yang dijelaskan oleh seluruh variabel independen adalah 28,3%
sedangkan 71,7% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.
Penulis berharap implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikaji kembali dan
dikembangkan pada penelitian selanjutnya dengan menambahkan variabel-
variabel lainnya.
(G) Daftar Bacaan : 45 ; buku : 4 + jurnal : 30 + skripsi : 6 + artikel : 5
vii
ABSTRACT
(A) Faculty of Psychology
(B) July, 2018
(C) Redo Tridinata Wijaya
(D) The influence store atmosphere and self-esteem on impulsif buying retail
store visitors.
(E) xiii + 66 pages + appendix
(F) Impulse buying behavior can cause problems that can be detrimental to the
individual such as feelings of guilt that often arise after buying goods that are
not too useful, as well as being a wasteful person because they cannot
regulate their wants and needs. Because it is important to pay more attention
to impulse buying behavior. This study aims to examine the influence of store
atmosphere (cleanliness, music, scent, temperature, lighting, color, and
display / layout) and self esteem to impulse buying retail store visitor
Alfamidi Kertamukti. Impulse buying in this study is an irrational purchase
and is associated with a quick and unplanned purchase, followed by a conflict
of thoughts and emotional impulses.
This research uses quantitative approach with multiple regression analysis.
The population is a retail store visitor Alfamidi Kertamukti. Samples
numbered 251 consumers with 141 female consumers and 110 male
consumers. This research uses non-probability sampling technique, using
accidental sampling method. The authors used the Impulse Buying Tendency
Scale (IBTS) tool developed by Verplanken and Herabadi (2001) to measure
impulse buying, a measure developed by Hussain and Ali (2015) to measure
store atmosphere, and the Self-Liking and Competence Scale- Revised
(SLCS-R) developed by Tafarodi and Swann (2001) to measure self-esteem.
To test the validity of the measuring instrument using CFA (Confirmatory
Factor Analysis). The results of data analysis showed that store atmosphere
and self esteem give a significant effect on impulse buying retail store visitor
Alfamidi Kertamukti. Hypothesis test results show that lighting and self-
esteem have a significant influence on impulse buying. Meanwhile,
cleanliness, music, scent, temperature, color and display/layout influence not
significantly to impulse buying. The results also obtained R-square of 0.283
or 28.3%. That is, the proportion of variance of impulse buying described by
all independent variables is 28.3% while the remaining 71.7% is influenced
by other variables outside this study. The authors hope the implications of the
results of this study can be reviewed and developed in subsequent research by
adding other variables.
(G) References: 45; books: 4 + journals: 30 + theses : 6 + articles: 5
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadiran Allah SWT yang telah
memberikan penulis berbagai macam nikmat di antarannya nikmat iman dan isam
serta sehat wal afiat sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan
lancar dan tepat pada waktunya.
Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah membantu penulis baik secara meteri, tenaga ataupun moril. Maka dari itu,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si, Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Bapak Dr.
Abdul Rahman Shaleh, M. Si, Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas
Psikologi UIN Hidayatullah Jakarta dan jajaran yang telah memfasilitasi
mahasiswa dalam rangka menciptakan lulusan yang berkualitas.
2. Ibu Desi Yustari Muchtar, M.Si, selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas
segala bimbingan, kritik, saran, waktu, tenaga, serta motivasi yang telah
diberikan kepada penulis.
3. Ibu Dr. Risatianti Kolopaking, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang
telah membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga saat ini dan selalu
memberikan motivasi dan saran kepada penulis.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu dan wawasan bagi penulis. Para staff Fakultas Psikologi UIN
ix
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan kemudahan dan
bantuan bagi penulis dalam proses administrasi.
5. Kepada seluruh pengunjung toko ritel Alfamidi Kertamukti yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk menjadi responden pada penelitian ini dan Ibu
Dwi yang sudah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
6. Kepada kedua orangtua penulis, Mami Baiduri yang telah melahirkan,
merawat, dan mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis. Papi Zailani yang
sudah mendidik, memberikan motivasi dan memberikan contoh menjadi pria
yang baik. Terima kasih Mami dan Papi selalu memberikan keteladanan, ilmu-
ilmu yang bermanfaat dan kasih sayang yang tulus. Semoga keridhoan dan doa
papi dan mami selalu bersama penulis.
7. Kakak dan Adik tercinta Reni Yuliana, Reza Dwi Saputra dan Rera Maulindra.
Yang tidak pernah lelah memberikan dukungan dan mengingatkan penulis
yang membuat penulis selalu ingat tujuan penulis merantau. Semoga kita
semua menjadi keluarga yang selalu hangat dan harmonis.
8. Sekretaris pribadi penulis Syahra Agustiani, seseorang yang selalu berada di
sisi penulis, tidak pernah lelah membantu, memberikan motivasi dan
menemani penulis dalam menyelesaikan proses pembuatan skripsi ini, tanpa
dia penulis tidak yakin dapat bertahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima
kasih sudah selalu berada di sisi penulis dan menjadi bagian penting dalam
hidup penulis.
9. Sahabat-sahabat terdekat penulis Arafat, Tata, Mas Ari, Ridho, Wendi, Yahya,
Umar, Aldi, Widya, Aul, Feri, Dwi, Almarhum Ibra, Fredy, Jordi, Iqbal, Aw,
x
dan Remaja masjid Anjas Barley, Poke, Bela, Piwa, Salma dan Ipeh. Terima
kasih atas semua motivasinya, pembelajaran dan canda tawa yang kalian
berikan, kalian adalah sahabat terbaik yang penulis miliki.
10. Kawan-kawan penulis, kawan komplek, kawan SMA 15, kawan Stand Up Indo
Lampung, Psikologi 2013, kawan kelas B 2013, HMI Komisariat Psikologi
Cabang Ciputat, Pengurus DEMA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Psikologi
periode 2014-2015, 2015-2016. Terima kasih atas semua cerita, pengalaman
dan pembelajaran yang penulis dapat yang mana ini semua sangat berharga dan
tidak akan dapat penulis ulang kembali.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga segala bantuan, dukungan,
dan do’anya kepada penulis, dibalas Allah dengan kebaikan yang berlimpah.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu,
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa
yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Jakarta, 26 Mei 2018
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................... vi
ABSTRACT ............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................... 7
1.2.1 Batasan masalah .......................................................................... 7
1.2.2 Rumusan masalah ....................................................................... 7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 8
1.3.1 Tujuan penelitian ........................................................................ 8
1.3.2 Manfaat penelitian ...................................................................... 9
1.3.2.1 Manfaat teoritis ...................................................................... 9
1.3.2.2 Manfaat praktis....................................................................... 9
BAB 2 LANDASAN TEORI ................................................................................. 10 2.1 Impulse Buying...................................................................................... 10
2.1.1 Pengertian impulse buying .......................................................... 10
2.1.2 Dimensi-dimensi impulse buying................................................ 11
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi impulse buying ............................... 12
2.1.4 Pengukuran impulse buying ........................................................ 16
2.2 Store Atmosphere .................................................................................. 16
2.2.1 Pengertian store atmosphere ....................................................... 16
2.2.2 Dimensi-dimensi store atmosphere ............................................ 17
2.2.3 Pengukuran store stmosphere ..................................................... 19
2.3 Self-Esteem ............................................................................................ 20
2.3.1 Pengertian self-esteem ................................................................. 20
2.3.2 Dimensi-dimensi self-esteem ...................................................... 21
2.3.3 Pengukuran self-esteem ............................................................... 21
2.4 Kerangka Berpikir ................................................................................. 22
2.5 Hipotesis Penelitian .............................................................................. 27
xiii
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 28 3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ............................ 28
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ....................................... 28
3.3 Instrumen pengumpulan data ................................................................ 30
3.3.1 Skala impulse buying .................................................................. 31
3.3.2 Skala store atmosphere ............................................................... 32
3.3.3 Skala self-esteem ......................................................................... 33
3.4 Uji Validitas Konstruk .......................................................................... 33
3.4.1 Uji validitas konstruk impulse buying ........................................ 35
3.4.1.1 Uji validitas konstruk impulse buying ................................... 35
3.4.2 Uji validitas konstruk store atmosphere ..................................... 37
3.4.2.1 Uji validitas konstruk cleanliness .......................................... 37
3.4.2.2 Uji validitas konstruk music .................................................. 38
3.4.2.3 Uji validitas konstruk scent.................................................... 39
3.4.2.4 Uji validitas konstruk temperature ........................................ 40
3.4.2.5 Uji validitas konstruk lighting ............................................... 41
3.4.2.6 Uji validitas konstruk color ................................................... 42
3.4.2.7 Uji validitas konstruk display/layout ..................................... 44
3.4.3 Uji validitas konstruk self-esteem ............................................... 45
3.4.1.1 Uji validitas konstruk self-esteem .......................................... 45
3.5 Metode Analisis Data ............................................................................ 46
BAB 4 HASIL PENELITIAN ................................................................................ 49
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ...................................................... 49
4.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ................................................. 50
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ................................................... 51
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ................................................................ 52
4.4.1 Analisis regresi variabel penelitian ............................................. 52
4.4.2 Pengujian provorsi varian masing-masing IV terhasap DV ....... 56
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ................................................ 59
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 59
5.2 Diskusi ................................................................................................... 59
5.3 Saran ..................................................................................................... 64
5.3.1 Saran teoritis ................................................................................ 64
5.3.2 Saran praktis ................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 67
LAMPIRAN .............................................................................................................. 70
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor pengukuran skala .............................................................................. 31
Tabel 3.2 Blue print skala impulse buying ................................................................ 31
Tabel 3.3 Blue print skala store atmosphere ............................................................. 32
Tabel 3.4 Blue print skala self-esteem ....................................................................... 33
Tabel 3.5 Uji validitas konstruk impulse buying ........................................................ 36
Tabel 3.6 Uji validitas konstruk cleanliness .............................................................. 38
Tabel 3.7 Uji validitas konstruk music ....................................................................... 39
Tabel 3.8 Uji validitas konstruk scent ........................................................................ 40
Tabel 3.9 Uji validitas konstruk temperature ............................................................ 41
Tabel 3.10 Uji validitas konstruk lighting.................................................................. 42
Tabel 3.11 Uji validitas konstruk color...................................................................... 43
Tabel 3.12 Uji validitas konstruk display/layout ....................................................... 44
Tabel 3.13 Uji validitas konstruk self-esteem ............................................................ 46
Tabel 4.1 Deskripsi sampel penelitian berdasarkan data demografis ........................ 49
Tabel 4.2 tabel analisis deskriptif............................................................................... 50
Tabel 4.3 Pedoman kategorisasi skor ......................................................................... 51
Tabel 4.4 Kategorisasi skor variabel .......................................................................... 52
Tabel 4.5 Model summary analisis regresi ................................................................ 53
Tabel 4.6 Anova pengaruh keseluruhan IV terhadap DV .......................................... 53
Tabel 4.7 Koefisien regresi ........................................................................................ 54
Tabel 4.8 Model summary proporsi varians tiap IV terhadap DV ............................. 56
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ilustrasi Kerangka Berfikir ..................................................................... 26
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian................................................................................ 70
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ............................................................................... 71
Lampiran 3 Syntax Uji Validitas Data ....................................................................... 79
Lampiran 4 Path Diagram .......................................................................................... 83
Lampiran 5 Output SPSS ........................................................................................... 88
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Untuk memenuhi kebutuhan individu maka banyak individu yang melakukan
aktivitas konsumsi yaitu belanja. Bagi kebanyakan individu aktivitas ini
merupakan aktivitas yang menyenangkan sehingga banyak yang menjadikannya
sebuah kebiasaan yang sulit dihentikan. Perkembangan zaman membuat tempat-
tempat perbelanjaan menjadi semakin modern dan semakin nyaman. Pasar
tradisional sudah tidak lagi menjadi pilihan utama untuk memenuhi kebutuhan.
Toko retail modern mulai menjadi pilihan utama untuk melakukan aktivitas
konsumsi berbelanja. Sehingga tempat-tempat berbelanja banyak beralih menjadi
toko retail modern.
Perkembangan toko ritel modern sendiri cukup pesat, data AC Nielsen
tahun 2008, menjelaskan bahwa pertumbuhan ritel modern setiap tahunnya
mencatat kisaran angka 10%-30% (Kaylani, 2012). Pertumbuhan itu sendiri dapat
kita lihat di setiap sudut kota dan perumahan sekalipun. Jumlahnya pun terbilang
cukup banyak dan jaraknya pun berdekatan antar satu sama lain. Salah satu toko
ritel yang tumbuh adalah Alfamidi jumlah gerai Alfamidi pada tahun 2016 naik
sebesar 19% atau sebanyak 202 gerai dari sebelumnya berjumlah 1.063 gerai pada
tahun 2015 menjadi 1.265 gerai (Gideon, 2017). Terdapat beberapa faktor yang
membuat toko ritel berkembang sangat pesat antara lain lemahnya daya saing
pasar tradisional, adanya promosi, banyaknya kepraktisan yang diberikan, tempat
2
belanja yang lebih nyaman, bersih, beragamnya jenis barang dan jam operasional
yang lebih lama (Suratmi, 2013).
Dengan kelebihan-kelebihan yang diberikan oleh toko ritel modern, saat
ini banyak konsumen lebih memilih untuk melakukan aktivitas memenuhi
kebutuhan berbelanja di toko ritel. Kondisi tempat berbelanja yang berubah
membuat gaya berbelanja konsumen ikut berubah. Sebelumnya ketika berbelanja
di pasar tradisional konsumen cenderung sudah mengetahui apa yang ingin dibeli,
tapi saat berbelanja di toko ritel, konsumen cenderung tidak memiliki rencana
belanja. Dengan banyaknya pilihan dan tempat yang nyaman juga membuat
konsumen cenderung berlama-lama saat berada di toko (Rahmadana, 2016).
Banyaknya konsumen yang beralih dari pasar tradisonal ke toko ritel dan
tingginya pertumbuhan toko ritel serta intensi pengunjung berada di dalam toko,
dapat mendorong individu melakukan pembelian tanpa disertai pertimbangan
terlebih dahulu. Pembelian dilakukan atas apa yang mereka “lihat” saja, bukan
yang mereka “butuhkan”. Dorongan membeli juga akan semakin kuat ketika
melihat tampilan toko yang unik, barang-barang yang berpenampilan menarik dan
warna yang indah (Youn & Faber, 2000). Pembelian juga dapat menjadi tidak
terkontrol ketika seseorang tidak sadar akan apa yang harus dan tidak penting
untuk dibeli. Hal ini dapat menyebabkan seseorang melakukan pembelian
impulsif.
Hasil penelitian POPAI (Point of Purchase Advertising Institute) dan
GMA (Grocery Marketing Association) tahun 2007 mengindikasikan 75%
keputusan pembelian dilakukan di dalam toko adalah keputusan impulsif.
3
Sedangkan penelitian di Amerika dan Eropa menemukan kontribusi belanja
impulsif ini mencapai 60 sampai 70 persen dari total penjualan toko ritel (Sari,
Widad & Rosa, 2015).
Hasil studi Nielsen pada tahun 2011 mengungkapkan 21% konsumen
mengaku tidak pernah membuat rencana belanja data ini diperoleh melalui
wawancara tatap muka dengan 1.804 responden, dengan belanja rumah tangga
lebih dari Rp 1.5 juta per bulan di Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, dan
Medan. Pada tahun 2011 jumlah konsumen dengan perilaku pembelian impulsif di
Indonesia meningkat tiga kali lipat dari tahun 2003 yang hanya 13%. Hal ini dapat
meningkatkan pendapatan dari produsen, termasuk pusat perbelanjaan yang
memanfaatkan kebiasaan pembelian impulsif dari konsumen (Maruli, 2011).
Verplanken dan Herabadi (2001) menjelaskan pembelian impulsif atau
yang biasa dikenal dengan sebutan impulse buying sebagai pembelian yang tidak
rasional dan diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak direncanakan,
dipicu oleh adanya konflik pikiran dan dorongan emosional. Dorongan emosional
yang tiba-tiba ketika seseorang melakukan impulse buying seringkali membuat
pembeli tidak sadar ketika melakukan pembelian yang impulsif. Menurut Survey
Nielsen di beberapa kota besar di Indonesia seperti Bandung, Jakarta, dan
Surabaya, menunjukkan sekitar 85% pembeli kadang atau selalu membeli dengan
tidak terencana. Sedangkan pembelanja yang melakukan pembelian sesuai dengan
rencana dan tidak terdorong membeli produk tambahan hanya berkisar 15%
(Fadliyah, 2015).
4
Perilaku impulse buying dapat menyebabkan permasalahan yang dapat
merugikan individu seperti perasaan bersalah yang sering timbul setelah
melakukan pembelian barang yang tidak terlalu berguna, menjadi pribadi yang
konsumtif karna tidak dapat mengatur keinginan dan kebutuhan. Konsumen yang
konsumtif biasanya mencari cara untuk dapat memenuhi keinginan berbelanja,
ditengah keterbatasan dana yang ia miliki. Salah satu cara yang digunakan adalah
dengan penggunaan kartu kredit. Kartu kredit sendiri merupakan faktor penyebab
konsumen menjadi konsumtif (Fransisca & Suyasa, 2005).
Transaksi pembelanjaan menggunakan kartu kredit pada konsumen sendiri
terbilang cukup banyak, berdasarkan data statistik pembayaran Bank Indonesia
(BI) total transaksi kartu kredit masyarakat pada tahun 2017 mencapai Rp 297
Triliun (Asmara, 2018). Walaupun pembelanjaan menggunakan kartu kredit pada
konsumen cukup banyak, pengguna kartu kredit di tanah air tenyata masih senang
berhutang melalui kartu kredit. Sekretaris Jenderal Asosiasi Kartu Kredit
Indonesia (AKKI) Steve Marta mengatakan, sekitar 60 persen dari rata-rata
transaksi kartu kredit di tanah air tidak langsung dibayar lunas sebelum jatuh
tempo (Agustiyanti, 2017).
Hal ini dapat memberikan dampat negatif bagi konsumen, hutang yang
menumpuk ditambah suku bunga yang ada dapat membuat konsumen terlilit
hutang (Wahyuni, 2017). Yang mana dampak negatif lain dapat bermunculan
seperti teror dari debt collector, nama baik keluarga tercoreng, barang hingga aset
kita disita, hingga dapat membuat kematian (Christian, 2017). Seperti yang terjadi
pada seorang pengguna kartu kredit CitiBank yang mengalami kekerasan oleh
5
debt collector yang berujung tewasnya dirinya (Surya, 2011). Oleh karena itu
penting untuk mengetahui penyebab atau faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan pembelian impulsif terjadi agar dapat menghindarkan individu dari
perilaku tersebut.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif yaitu store
atmosphere (Verplanken & Herabadi, 2001). Store atmosphere adalah
perancangan suasana toko yang menghasilkan efek emosional pada pembeli yang
meningkatkan probabilitas pembelian di dalam toko. Store Atmosphere yang
menarik dan mengesankan dapat menciptakan pengalaman yang menyenangkan di
kalangan konsumen, yang secara langsung mempengaruhi niat pembelian
konsumen dan proses pengambilan keputusan di dalam toko (Hussain & Ali,
2015). Penelitian yang dilakukan oleh Kwan (2016) menunjukkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara store atmosphere terhadap impulse buying, yang
mana artinya dengan adanya store atmosphere yang baik dapat mendorong
konsumen melakukan impulse buying. Kwan menjelaskan impulsif buying muncul
dapat disebabkan dari hasil rangsangan store atmosphere yang mendukung
sehingga terjadi keputusaan pembelian yang tidak direncanakan tersebut.
Penelitian yang dilakukan Rahmadana (2016) menjelaskan bahwa store
atmosphere merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap impulse
buying hasil analisis juga menunjukkan bahwa variabel suasana toko secara
parsial dan simultan berpengaruh signifikan terhadap impulse buying. Sejalan
dengan hal itu, Wicaksono (2015) menjelaskan bahwa store atmosphere
berpengaruh positif terhadap impulse buying. Dia juga menjelaskan bahwa store
6
atmosphere adalah kombinasi dari karakteristik fisik toko, seperti arsitektur, tata
letak, penanda, pemajangan warna, pencahayaan, temperature, musik, serta aroma,
yang secara menyeluruh akan menciptakan citra dalam benak konsumen yang
mana ini penting untuk menarik minat pelanggan terhadap suatu toko.
Selain faktor store atmosphere, impulse buying juga dipengaruhi oleh self-
esteem (Verplanken & Herabadi, 2001). Self-esteem adalah keyakinan diri
individu, baik positif atau negatif secara totalitas, nilai yang individu letakkan
pada diri sendiri (Tafarodi & Swann, 1995). O’Guinn dan Faber (1989)
menemukan bahwa seseorang yang melakukan pembelian compulsif memiliki
self-esteem yang rendah. Terlepas dari kenyataan bahwa ada perbedaan penting
antara pembelian compulsif dan impulse buying (O’Guinn & Faber,1989).
Dimana pembelian compulsif yaitu pembelian kronis yang berulang yang menjadi
respon utama terhadap kejadian atau perasaan negatif. Menurut O’Guinn dan
Faber (1989) hasil ini konsisten dengan proposisi bahwa pembelian impulsif bisa
berfungsi sebagai pelarian dari keadaan psikologis seperti keadaan self-esteem
seseorang yang rendah. Selain itu, Verplanken dan Herabadi (2001) menyatakan
bahwa self-esteem yang rendah cenderung menjadi sumber yang sangat kuat dari
keadaan psikologis negatif yang terkait dengan impulse buying.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti
ingin mengkaji lebih lanjut pengaruh store atmosphere dan self-esteem terhadap
impulse buying. Judul penelitian ini adalah “Pengaruh Store Atmosphere dan
Self-Esteem terhadap Impulse Buying Pengunjung Toko Ritel”.
7
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Batasan masalah
Agar fokus pembahasan lebih terarah, penelitian ini dibatasi hanya mengenai
store atmosphere dan self-estem terhadap impulse buying pengunjung toko ritel
Alfamidi Kertamukti. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pengunjung toko ritel Alfamidi Kertamukti. Adapun batasan masalah dari
variabel yang menjadi fokus penelitian sebagai berikut:
1. Impulse buying dalam penelitian ini adalah pembelian yang tidak rasional dan
diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak direncanakan, diikuti
oleh adanya konflik pikiran dan dorongan emosional. Dimensi-dimensi dari
impulse buying yaitu kognitif dan afektif (Verplanken & Herabadi, 2001).
2. Store atmosphere dalam penelitian ini adalah perancangan suasana toko yang
menghasilkan efek emosional pada pembeli yang meningkatkan probabilitas
pembelian di dalam toko. Dimensi-dimensi dari store atmosphere yaitu
cleanliness, music, scent, temperature, lighting, color, dan display/layout
(Hussain & Ali, 2015).
3. Self-esteem dalam penelitian ini adalah mengukur sikap negatif dan positif
seseorang secara keseluruhan terhadap dirinya (Tafarodi & Swann, 1995).
1.2.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terkait dengan penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan store atmosphere (cleanliness, music,
scent, temperature, lighting, color, dan display/layout) dan self-esteem
terhadap impulse buying?
8
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi cleanliness pada variabel store
atmosphere terhadap impulse buying?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi musis pada variabel store
atmosphere terhadap impulse buying?
4. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi scent pada variabel store
atmosphere terhadap impulse buying?
5. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi temperature pada variabel store
atmosphere terhadap impulse buying?
6. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi lighting pada variabel store
atmosphere terhadap impulse buying?
7. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi color terhadap pada variabel
store atmosphere impulse buying?
8. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi display/layout pada variabel
store atmosphere terhadap impulse buying?
9. Apakah ada pengaruh yang signifikan self-esteem terhadap impulse buying?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang akan dicapai dalam
penelitian ini adalah:
1. Untuk menguji pengaruh variable store atmosphere (cleanliness, music,
scent, temperature, lighting, color, dan display/layout) dan self-esteem
terhadap impulse buying pada pengunjung toko ritel.
9
2. Untuk menguji pengaruh masing-masing dimensi store atmosphere
(cleanliness, music, scent, temperature, lighting, colour, dan display/layout)
dan self-esteem terhadap impulse buying pengunjung toko ritel.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
praktis, yaitu sebagai berikut:
1.3.2.1 Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu
psikologi. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan dan
memberikan manfaat berupa kerangka teoritis tentang perilaku impulse buying
serta faktor-faktor penyebabnya dan juga sebagai bahan pertimbangan untuk
mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya mengenai pengaruh store
atmosphere dan self-esteem pada individu terhadap impulse buying.
1.3.2.2 Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan temuan yang bermanfaat bagi
konsumen. Sehingga temuan dari penelitian ini dapat dijadikan masukan dan
bahan pertimbangan bagi konsumen agar dapat lebih cermat dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, menggunakan akal rasional dan tidak hanya membeli dengan
emosi saja.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Impulse Buying
2.1.1 Pengertian Impulse Buying
Menurut Rook (1987) pembelian impulsif atau dikenal dengan impulse buying
adalah pembelian yang dilakukan ketika seorang konsumen mengalami dorongan
tiba-tiba, kuat, dan dorongan yang tetap untuk membeli sesuatu dengan segera,
dan seringkali sulit untuk ditahan. Selain itu impulse buying cenderung
mengganggu perilaku konsumen, karena seseorang yang melakukan impulse
buying lebih menggunakan emosional dari pada rasionalnya, sehingga konsumen
lebih cenderung merasa lepas kendali saat impulse buying. Beatty dan Ferrel
(1998) memperluas definisi dari Rook (1987), bahwa impulse buying adalah
pembelian tiba-tiba dan langsung tanpa niat sebelum berbelanja baik untuk
membeli produk tertentu atau untuk memenuhi tugas membeli tertentu.
Sedangkan, Verplanken dan Herabadi (2001) mendefinisikan impulse
buying sebagai pembelian yang tidak rasional dan diasosiasikan dengan
pembelian yang cepat dan tidak direncanakan, serta diikuti oleh adanya konflik
fikiran dan dorongan emosional. Perilaku impulse buying dari Verplanken dan
Herabadi (2001) ini melibatkan dua sistem yaitu afektif (emosi) dan kognitif.
Afektif dan kognitif dapat melakukan prosesnya sendiri-sendiri dan ada kalanya
mereka bekerja secara bersama. Namun, dalam beberapa hal sisi emosi sering
menjadi hal utama bahkan mendahului dan mampu mempengaruhi kognitif.
Emosi bisa terjadi secara otomatis tanpa peran aktif dari kognisi, yaitu kesadaran.
11
Sejalan dengan Verplanken dan Herabadi (2001), Krishakumar dan
Bhuvaneswari (2015) mendefinisikan impulse buying adalah proses yang terjadi
ketika konsumen mengalami dorongan tiba-tiba untuk membeli suatu barang yang
mana dorongan tersebut tidak bisa di tolak. Berdasarkan penjelasan dari beberapa
pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa impulse buying adalah pembelian
yang tidak di rencanakan, disertai dorongan emosional yang kuat serta reaksi
kognitif, pengambilan keputusan yang cepat dan berlangsung secara tiba-tiba
serta, mengabaikan konsekuensi negatif. Adapun teori yang digunakan adalah
teori Verplanken dan Herabadi (2001), yaitu impulse buying sebagai pembelian
yang tidak rasional dan diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak
direncanakan, diikuti oleh adanya konflik pikiran dan dorongan emosional.
2.1.2 Dimensi-dimensi impulse buying
Verplanken dan Herabadi (2001) membagi impulse buying menjadi dua dimensi :
a. Kognitif: Merujuk kepada pemikiran, pemahaman dan penginterpretasian.
Ketika individu melakukan pembelian, individu membeli tanpa melakukan
perencanaan, pertimbangan, dan tanpa memikirkan kegunaan produk yang
dibeli. Dimensi ini terdiri dari tiga komponen, yaitu:
1. Cognitive deliberation, suatu keadaan dimana (calon) konsumen
merasakan adanya desakan untuk bertindak tanpa adanya pertimbangan
mendalam atau memikirkan konsekuensinya.
2. Unplanned buying, suatu keadaan dimana (calon) konsumen tidak
memiliki rencana yang jelas dalam berbelanja.
12
3. Disregard for the future, suatu keadaan dimana (calon) konsumen
melakukan impulse buying tidak menghiraukan masa depan.
b. Afektif: Merujuk kepada emosi, perasaan maupun suasana hati (mood).
Menurut Verplanken dan Herabadi (2001) yang dimaksud pada dimensi ini
adalah, dimana individu tidak mampu menahan dirinya untuk tidak melakukan
pembeliaan, adanya desakan membeli yang dipengaruhi oleh suasana hati yang
dirasakan dan ketika individu melakukan pembelian dapat mengubah suasana
hati. Dimensi ini terdiri dari tiga komponen, yaitu:
1. Irresistible urge to buy, suatu keadaan dimana (calon) konsumen tiba-tiba
memiliki keinginan untuk membeli sesuatu, keinginan itu terus menerus
muncul dan seolah-olah memaksa, sehingga (calon) konsumen tidak dapat
menahan dirinya untuk membeli sesuatu tersebut.
2. Positive buying emotion, suatu keadaan dimana (calon) konsumen
memiliki suasana hati positif ketika ia melihat dan berkeinginan membeli
suatu barang tertentu untuk dapat memuaskan dirinya.
3. Mood management, suatu keadaan dimana muncul keinginan (calon)
konsumen untuk mengubah atau menata perasaannya menjadi lebih baik,
dengan cara melakukan impulse buying.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi impulse buying
Menurut Dawson dan Kim (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi impulse
buying dibagi ke dalam dua faktor yaitu faktor eksternal dan internal, yaitu:
13
1. Faktor internal
Menurut Dawson dan Kim (2009) yang mengutip Kacen dan Lee, faktor
internal impulse buying langsung pada individu, faktor internal dan
karakteristik individu yang membuat mereka terlibat dalam perilaku impulse
buying. Variabel Person-related yang dikemukakan Verplanken dan Herabadi
(2001), merupakan faktor internal yang dapat memicu perilaku impulse
buying, antara lain seperti :
a. Emosi. Perilaku impulse buying berhubungan dengan suasana hati tertentu.
Sebagai contoh adanya percampuran rasa senang, kegairahan dan kekuasaan
menimbulkan kecenderungan untuk melakukan impulse buying. Salah satu
alasan konsumen melakukan impulse buying adalah menghilangkan suasana
hati yang tertekan (Verplanken & Herabadi, 2001).
b. Self-esteem, yaitu sejauh mana individu menilai dirinya sebagai orang yang
memiliki kemampuan, keberhargaan, dan kompeten (Verplanken & Herabadi,
2001). Individu yang melakukan impulse buying adalah mereka yang memiliki
self-esteem rendah (O’Guinn & Faber, 1989). Impulse buying bisa sebagai
pelarian dari keadaan psikologis seperti keadaan self-esteem yang rendah
(Verplanken & Sato, 2011).
c. Self-control, yaitu aktivitas pengendalian tingkah laku sebelum memutuskan
untuk bertindak (Verplanken & Herabadi, 2001).
d. Motivasi hedonis, yaitu suatu hal yang dapat menggerakkan manusia untuk
dapat memenuhi kebutuhannya khususnya kebutuhan pemenuhan kesenangan
14
dan kenikmatan materi sebagai bentuk tujuan utama dalam hidup (Verplanken
& Herabadi, 2001).
e. Jenis Kelamin. Kacen dan lee (2002) mengatakan bahwa wanita lebih
terpengaruh dalam melakukan impulse buying. Mereka terpengaruh oleh alasan
emosional, sementara pria lebih dipengaruhi alasan fungsi dan instrumen.
Wanita juga memiliki kecenderungan lebih besar dalam berperilaku konsumtif
yang dapat menyebabkan perilaku impulse buying, karena wanita banyak
membelanjakan uangnya untuk menunjang penampilan diri mereka.
f. Karakteristik konsumen yang mempengaruhi impulse buying seperti faktor-
faktor demografis
2. Faktor eksternal
Menurut Dawson dan Kim (2009) yang mengutip Youn dan Faber, faktor
eksternal impulse buying mengacu pada isyarat pemasaran atau rangsangan yang
ditempatkan dan dikendalikan oleh pemasaran dalam upaya untuk memikat
konsumen dalam perilaku pembelian. Variabel situasional yang dikemukakan
Verplanken dan Herabadi (2001), merupakan faktor eksternal yang dapat memicu
perilaku impulse buying, antara lain seperti:
a. Lingkungan toko
Beberapa variabel yang ada di lingkungan toko dapat menarik perhatian,
menimbulkan motivasi individu untuk membeli, dan menimbulkan suasana hati
yang positif. Dimana keduanya merupakan karakteristik dari impulse buying.
15
b. Ketersediaan waktu dan uang
Tersedianya waktu dan uang dapat mempengaruhi impulse buying, baik benar-
benar tersedia (benar-benar memiliki waktu dan uang), maupun hanya perasaan
saja (hanya merasa memiliki waktu dan uang).
c. Karakteristik Produk
Karakteristik produk yang mempengaruhi impulse buying adalah:
1. Memiliki harga yang rendah
2. Mudah disimpan
3. Siklus kehidupan produk pendek
4. Ukurannya kecil dan ringan
5. Adanya sedikit kebutuhan terhadap produk tersebut
d. Faktor Marketing
Faktor marketing yang mempengaruhi impulse buying adalah:
1. Iklan yang besar
2. Adanya distribusi masa untuk self-service outlet
3. Posisi display dan lokasi yang menonjol turut mempengaruhi belanja
impulsif.
Dari semua faktor-faktor yang sudah dijabarkan diatas, ada beberapa faktor-
faktor yang sudah diteliti sebelumnya. Pada penelitian kali ini penulis mengambil
faktor internal self-esteem dan eksternal lingkungan toko (store atmosphere) .
Penulis memilih dua faktor ini karna penulis ingin melihat apakah self-esteem
dan store atmosphere memiliki pengaruh terhadap impulse buying.
16
2.1.4 Pengukuran impulse buying
Setiap individu memiliki tingkat impulse buying yang berbeda. Perbedaan tersebut
dapat diketahui dengan menggunakan skala impulse buying yang telah digunakan
oleh beberapa ilmuan. Terdapat beberapa macam alat ukur untuk mengukur
impulse buying, salah satunya yaitu skala impulse buying dari Rook (1987) yang
terdiri dari sembilan item. Setiap dimensi dari impulse buying menurut Rook
(1987) hanya diwakili oleh satu atau dua item. Selain itu Verplanken dan
Herabadi (2001) mengukur impulse buying dengan menggunakan Impulse Buying
Tendency Scale (IBTS). Dalam alat ukurnya terdapat 20 item yang dibagi menjadi
dua dimensi, yaitu kognitif dan afektif.
Pengukuran impulse buying dalam penelitian ini menggunakan skala baku
dari Verplanken dan Herabadi (2001) yaitu IBTS. Skala ini mengukur dua
dimensi yaitu dimensi kognitif dan afektif. Dimensi kognitif melihat kurangnya
perencanaan dan kehati-hatian, sedangkan pada dimensi afektif mengukur
perasaan menyenangkan, kegairahan, tekanan, control yang rendah dan rasa
penyesalan.
2.2 Store Atmosphere
2.2.1 Pengertian Store Atmosphere
Menurut Wicaksono (2015) store atmosphere adalah kombinasi dari karakteristik
fisik toko, seperti arsitektur, tata letak, penanda, pemajangan warna, pencahayaan,
temperature, musik, serta aroma, yang secara menyeluruh akan menciptakan citra
dalam benak konsumen yang akan menarik minat pelanggan dalam melakukan
pembelian. Pengertian lain diungkapkan oleh Hussain dan Ali (2015) store
17
atmosphere adalah perancangan suasana toko yang menghasilkan efek emosional
pada pembeli yang meningkatkan probabilitas pembelian di dalam toko. Sejalan
dengan Hussain dan Ali menurut Kwan (2016) store atmosphere adalah desain
lingkungan toko melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, dan
wangi-wangian untuk merancang respon emosional dan persepsi pelanggan dan
untuk mempengaruhi pelanggan dalam membeli barang.
Sedangkan menurut Rahmadana (2016) store atmosphere adalah
rancangan dan suatu desain lingkungan pembelian pada suatu toko melalui
pemilihan dan pengaturan fasilitas fisik toko dan aktivitas barang dagangan.
Sehingga menimbulkan kesan yang menarik dan menyenangkan bagi konsumen
untuk melakukan pembelian. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu teori yang digunakan oleh Hussain dan Ali (2015). Penulis menggunakan
teori ini karena menurut penulis teori ini yang paling menggambarkan pengertian
dari variabel store atmosphere yang ingin penulis teliti. Menurut penulis juga teori
dari Hussain dan Ali (2015) cocok dengan kondisi penelitian dan tujuan penelitian
penulis.
2.2.2 Dimensi-dimensi store atmosphere
Terdapat tujuh dimensi dari store atmosphere yang mempengaruhi impulse buying
yaitu cleanliness, music, scent, temperature, lighting, color, dan display/layout
(Hussain & Ali, 2015). Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Cleanliness adalah tampilan toko yang meningkatkan suasana positif dan
menciptakan kesan positif yang dapat mempengaruhi perasaan konsumen
terhadap toko tersebut. Kebersihan suatu toko dapat menciptakan
18
kenyamanan dan kemewahan di benak konsumen sehingga konsumen tinggal
lebih lama lagi di toko dan melakukan pembelian lebih banyak.
2. Music adalah suara menyenangkan yang terdapat di dalam toko yang
mempengaruhi keputusan sadar dan tidak sadar konsumen dalam melakukan
pembelian serta waktu berada di toko. Gaya dan tempo musik sangat
mempengaruhi konsumen dalam meningkatkan pembelian. Konsumen
menghabiskan lebih sedikit waktu di toko saat musik dimainkan lebih keras.
3. Scent adalah aroma yang menyenangkan yang mempengaruhi mood dan
emosi konsumen yang membuat konsumen bertahan lebih lama di toko dan
merasa senang. Penggunaan aroma yang tepat meningkatkan konsumen
menghabiskan lebih banyak waktu untuk berbelanja. Pemilihan aroma juga
harus mempertimbangkan jenis kelamin yang ditargetkan untuk membuat
tema menyenangkan, sehingga pelanggan menghabiskan lebih banyak waktu
dan uang untuk membeli barang.
4. Temperature adalah keadaan suhu yang dihadirkan dalam toko agar membuat
konsumen nyaman di dalam toko. Suhu sangat mempengaruhi niat beli
konsumen suhu yang sesuai dapat membuat konsumen nyaman berlama-lama
di toko sehingga dapat menimbulkan kemungkinan impulse buying.
5. Lighting adalah pencahayaan yang terdapat di dalam toko dan digunakan
untuk menyoroti produk sehingga menciptakan kegembiraan dan memiliki
dampak positif pada perilaku pembelian konsumen. Toko dengan
pencahayaan yang tepat akan memotivasi pelanggan untuk mengunjungi toko
19
tersebut lagi dan penggunaan pencahayaan yang lebih terang bertujuan
menarik perhatian konsumen untuk membeli di toko tersebut.
6. Color adalah keseluruhan warna tampilan di toko yang dapat membangun
perasaan dan mempengaruhi perilaku dan sikap konsumen dalam melakukan
pembelian. Warna memiliki dampak besar pada persepsi konsumen tentang
suatu barang dan warna toko yang baik akan menarik perhatian konsumen
dan menciptakan persepsi positif tentang barang dagangan tersebut.
7. Display/Layout adalah pengelompokan produk, rak, hiasan yang digunakan
untuk mengatur produk dan ditampilkan sedemikian rupa sehingga menarik
konsumen. Display/Layout memiliki dampak yang kuat pada niat beli
konsumen dan persepsi konsumen terhadap produk. Pergerakan pelanggan di
toko sangat dipengaruhi oleh tampilan produk di toko dan ini merupakan
rangsangan untuk menarik konsumen melakukan impulse buying.
2.2.3 Pengukuran store atmosphere
Store atmosphere adalah perancangan suasana toko yang menghasilkan efek
emosional pada pembeli yang meningkatkan probabilitas pembelian di dalam toko
(Hussain & Ali, 2015). Pengukuran store atmosphere dalam penelitian ini
menggunakan alat ukur yang diperkenalkan oleh Hassan dan Ali (2015) yang
mana terdapat tujuh dimensi yaitu, cleanliness, music, scent, temperature,
lighting, color, dan display/layout. Masing-masing dimensi memiliki beberapa
item yang mengukur perancangan suasana toko yang menghasilkan efek
emosional pada pembeli yang meningkatkan probabilitas pembelian di dalam
20
toko. Alat ukur ini terdiri dari 29 item lalu peneliti menambahkan 8 item
tambahan, sehingga saat ini alat ukur yang digunakan terdapat 37 item.
2.3 Self-Esteem
2.3.1 Pengertian Self-Esteem
Menurut Minchington (1993) self-esteem adalah nilai yang kita tempatkan pada
diri kita sendiri. Nilai tersebut adalah peniliaian kita sebagai seorang manusia,
berdasarkan persetujuan atau ketidaksetujuan dari diri kita sendiri dan perilaku
kita. Self-Esteem menurut Minchington (1993) bukanlah kualitas tunggal atau
aspek dalam arti yang lebih luas, tetapi self-esteem adalah kombinasi dari sifat-
sifat dan sikap yang berhubungan dan merupakan pusat dasar di mana kita
membangun kehidupan kita dan karena kita tidak hidup terisolasi dengan
lingkungan, cara kita merasa tentang diri kita dapat mempengaruhi bagaimana kita
berhubungan dengan orang-orang di sekitar kita dan setiap aspek kehidupan
lainnya.
Sedangkan menurut Tafarodi dan Swann (1995) self-esteem adalah
keyakinan individual, baik positif atau negatif secara totalitas, nilai yang individu
letakkan pada diri sendiri. Tafarodi dan Swan (1995) juga menjelaskan self-
esteem harus dapat mengukur sikap negatif dan positif secara keseluruhan
terhadap diri individu. Adapun teori yang digunakan untuk variabel self-esteem
yang menjadi landasan penelitian yaitu teori yang digunakan oleh Tafarodi dan
Swann (1995). Penulis menggunakan teori ini karena menurut penulis teori ini
yang paling menggambarkan pengertian dari variabel self-esteem yang ingin
21
penulis teliti. Menurut penulis juga teori dari Tafarodi dan Swann (1995) cocok
dengan kondisi penelitian dan tujuan penelitian penulis.
2.3.2 Dimensi-dimensi self-esteem
Berdasarkan konsep Tafarodi dan Swann (1995), membagi self-esteem menjadi
dua dimensi yaitu self-liking dan self-competence penjelasannya adalah sebagai
berikut:
a. Self-liking adalah penilaian afektif kita tentang diri kita, persetujuan atau
ketidaksetujuan dari diri kita, sejalan dengan nilai-nilai sosial diinternalisasi,
keinginan diri yang tinggi ditandai dengan positif mempengaruhi, penerimaan
diri, dan kenyamanan dalam pengaturan sosial (Tafarodi & Swann,1995).
b. Self-competence adalah rasa keseluruhan dalam diri yang mampu, efektif dan
terkendali. Jika seseorang memiliki self-competence yang tinggi maka ia akan
memiliki afektif dan evaluatif karakteristik yang positif (Tafarodi & Swann,
1995).
2.3.3 Pengukuran self-esteem
Pengukuran self-esteem dapat menggunakan beberapa alat ukur salah satunya Self-
Esteem Inventory yang dikembangkan oleh Minchinton (1995). Tetapi dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan skala yang diperkenalkan oleh Tafarodi dan
Swann (2001) yaitu Self-Liking and Competence Scale-Revised (SLCS-R). SLCS-
R berisi dua subskala, yang maing-masing diukur dengan delapan item. Self-liking
subskala merupakan senilai sosial (misalnya “saya merasa hebat tentang siapa
saya”), dan self-competence merupakan subskala perasaan keberhasilan dan
22
kontrol (misalnya “saya hampir selalu mampu untuk mencapai apa yang saya
coba”).
2.5 Kerangka Berpikir
Impulse buying atau pembelian dengan dorongan tanpa perencanaan sering kali di
alami oleh individu, dan hampir seluruh konsumen menyadari jika perilaku
impulse buying sebaiknya tidak dilakukan dalam keseharian mereka. Namun tidak
bisa dipungkiri bahwa konsumen tidak dapat menghindar dari perilaku impulse
buying. Terkadang konsumen juga mengabaikan kegunaan dari barang yang
dibelinya, sehingga memungkinkan timbulnya penyesalan nantinya.
Konsumen cenderung melalukan impulse buying karena dilatar belakangi
oleh beberapa faktor, salah satunya adalah store atmosphere (Verplanken &
Herabadi, 2001), menurut Hussain dan Ali (2015) store atmosphere adalah
perancangan suasana toko yang menghasilkan efek emosional pada pembeli yang
meningkatkan probabilitas pembelian di dalam toko. Store Atmosphere yang
menarik dan mengesankan dapat menciptakan pengalaman yang menyenangkan di
kalangan konsumen, yang secara langsung mempengaruhi niat pembelian
konsumen dan proses pengambilan keputusan di dalam toko (Hussain & Ali,
2015). Penelitian yang dilakukan oleh Kwan (2016) menunjukkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara store atmosphere terhadap impulse buying, yang
mana artinya dengan adanya store atmosphere yang baik dapat mendorong
konsumen melakukan pembelian impulsif. Ia menjelaskan impulse buying muncul
dapat disebabkan dari hasil rangsangan store atmosphere yang mendukung
sehingga terjadi keputusaan pembelian yang tidak direncanakan tersebut.
23
Penelitian yang dilakukan Rahmadana (2016) menjelaskan bahwa store
atmosphere merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap impulse
buying, hasil analisis juga menunjukkan bahwa variabel suasana toko secara
parsial dan simultan berpengaruh signifikan terhadap impulse buying. Ini
menjelaskan bahwa semakin baik penciptaan store atmosphere maka akan dapat
meningkatkan impulse buying yang dilakukan konsumen. Sedangkan Wicaksono
(2015) menjelaskan bahwa store atmosphere berpengaruh positif terhadap impulse
buying. Dia juga menjelaskan bahwa store atmosphere yang baik dapat
mempengaruhi keadaan emosi konsumen, dan menimbulkan dua perasaan yang
dominan yaitu perasaan senang dan membangkitkan keinginin membeli.
Terdapat tujuh dimensi dari store atmosphere yang mempengaruhi impulse
buying yaitu cleanliness, music, scent, temperature, lighting, color, dan display/layout
(Hussain & Ali, 2015). Cleanliness merupakan tampilan toko yang dapat
menciptakan kesan positif dan mempengaruhi perasaan konsumen terhadap toko
tersebut (Hussain & Ali, 2015). Kebersihan suatu toko dapat menciptakan
kenyamanan dan kemewahan di benak konsumen sehingga konsumen tinggal
lebih lama di toko dan melakukan pembelian lebih banyak. Toko yang bersih juga
menarik konsumen untuk berkunjung ke dalam toko tersebut yang mana akhirnya
dapat menimbulkan impulse buying terhadap konsumen.
Music adalah suara menyenangkan yang terdapat di dalam toko (Hussain
& Ali, 2015). Gaya dan tempo musik sangat mempengaruhi konsumen dalam
meningkatkan pembelian. Karna ketika konsumen berada di toko yang musiknya
membuat nyaman secara psikologis musik akan mempengaruhi konsumen
24
sehingga membuat konsumen lebih nyaman dan berada lebih lama di dalam suatu
toko dan akhirnya membuat konsumen melakukan impulse buying. Konsumen
juga cenderung menghabiskan lebih sedikit waktu di toko saat musik dimainkan
lebih keras.
Scent adalah aroma yang ada di dalam toko yang mempengaruhi mood dan
emosi konsumen yang dapat membuat konsumen bertahan lebih lama di toko dan
merasa senang (Hussain & Ali, 2015). Aroma yang biasa-biasa saja dapat
membuat konsumen tidak tertarik berada lama di dalam toko bahkan aroma yang
salah dapat membuat konsumen enggan masuk kedalam toko. Penggunaan aroma
yang tepat meningkatkan konsumen menghabiskan lebih banyak waktu untuk
berbelanja. Pemilihan aroma juga harus mempertimbangkan jenis kelamin yang
ditargetkan untuk membuat tema menyenangkan, sehingga pelanggan
menghabiskan lebih banyak waktu dan uang untuk melakukan impulsif buying.
Temperature adalah keadaan suhu yang dihadirkan dalam toko agar
membuat konsumen nyaman berada di dalam toko (Hussain & Ali, 2015). Suhu
sangat mempengaruhi niat beli konsumen, suhu yang sesuai dapat membuat
konsumen nyaman berlama-lama di toko. Suhu juga harus disesuaikan dengan
kondisi disuatu wilayah, untuk wilayah yang berada di daerah panas suhu di
dalam toko harus berlawanan dengan wilayah tersebut agar pengujung nyaman
berlama-lama di dalam toko dan begitu juga untuk wilayah yang berdaerah
dingin. Kondisi demikian yang membuat konsumen nyaman dan berlama-lama di
dalam toko, kondisi ini dapat memicu konsumen menjadi impulse buying.
25
Lighting adalah pencahayaan yang terdapat di dalam toko dan digunakan
untuk menyoroti produk dan memiliki dampak positif pada perilaku pembelian
konsumen (Hussain & Ali, 2015). Penggunaan pencahayaan yang lebih terang
dapat membuat penilaian suatu produk lebih mendetail dan menarik perhatian
konsumen untuk membeli di toko tersebut. Pencahayaan yang diberikan kepada
suatu produk juga dapat membuat persepsi konsumen terhadap produk lebih
menarik. Oleh karena itu pencahayaaan dapat menimbulkan perilaku impulse
buying. Color adalah keseluruhan warna tampilan di toko yang dapat
membangun perasaan dan mempengaruhi perilaku dan sikap konsumen dalam
melakukan pembelian (Hussain & Ali, 2015). Warna memiliki dampak pada
persepsi konsumen tentang suatu barang dan warna toko yang baik akan menarik
perhatian konsumen untuk berkunjung. Permainan warna yang baik dapat
menciptakan persepsi positif tentang toko dan dapat membuat barang menjadi
lebih menarik. Kondisi ini dapat memunculkan perilaku impulse buying.
Display/Layout adalah pengelompokan produk, rak, hiasan yang
digunakan untuk mengatur produk dan ditampilkan sedemikian rupa sehingga
menarik konsumen (Hussain & Ali, 2015). Display/layout yang menarik dapat
menjadi daya tarik tersendiri untuk konsumen datang ke suatu toko. Pergerakan
pelanggan di toko juga sangat dipengaruhi oleh tampilan produk, tampilan produk
yang baik dapat membuat produk terlihat lebih menarik. Kondisi ini merupakan
rangsangan untuk menarik konsumen melakukan impulse buying.
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi impulse buying adalah self-esteem.
Menurut Tafarodi dan Swann (1995) Self-esteem memiliki dua dimensi, yaitu self-
26
liking dan self-competence. Menurut O’Guinn dan Faber (1989) individu yang
melakukan impulse buying adalah individu yang memiliki self-esteem yang
rendah. Ini berarti self-esteem berpengaruh secara negatif terhadap impulse
buying. Hasil penelitian ini dibuktikan melalui karakteristik self-esteem individu,
individu dengan self-esteem rendah merasa bahwa kehidupannya sering berada
diluar kontrol atau kendali dirinya sehingga mudah terprovokasi opini orang lain
dalam melakukan impulse buying sedangkan individu dengan karakteristik self-
esteem tinggi adalah seseorang yang dapat menerima dirinya tanpa syarat dan
memiliki kontrol terhadap kehidupan, individu dengan self-esteem tinggi tidak
mudah untuk terprovokasi pandangan orang lain sehingga dapat mengantisipasi
impulse buying (Minchinton, 1995).
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, akan diteliti apakah store
atmosphere dan self-esteem memiliki pengaruh terhadap impulse buying, maka
bagan kerangka berpikir yang digunakan penulis dalam merumuskan masalah ini
adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
Store Atmosphere
Cleanliness
Music
Scent
Temperature
Lighting
Color
Display/Layout
Self-Esteem
Impulse
Buying
27
2.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir yang sudah dijelaskan diatas, maka dirumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1 : Ada pengaruh yang signifikan dari store atmosphere (cleanliness, music,
scent, temperature, lighting, color dan display/layout) dan self-esteem
terhadap impulse buying.
H2 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi cleanlines pada variabel store
atmosphere terhadap impulse buying.
H3 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi music pada variabel store
atmosphere terhadap impulse buying.
H4 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi scent pada variabel store
atmosphere terhadap impulse buying.
H5 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi temperature pada variabel
store atmosphere terhadap impulse buying.
H6 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi lighting pada variabel store
atmosphere terhadap impulse buying.
H7 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi color pada variabel store
atmosphere terhadap impulse buying.
H8 : Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi display/layout pada variabel
store atmosphere terhadap impulse buying.
H9 : Ada pengaruh yang signifikan dari self-esteem terhadap impulse buying.
28
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung toko ritel Alfamidi Kertamukti.
Sampel pada penelitian ini berjumlah 251 responden, yang terdiri dari 110
responden laki-laki dan 141 responden perempuan. Pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling, artinya peluang
terpilihnya dari setiap responden anggota populasi tidak diketahui. Metode yang
digunakan yaitu accidental sampling. Penulis mengunjungi lokasi penelitian dan
meminta kesediaan responden yang ditemui untuk mengisi kuesioner, jika
responden bersedia maka penulis segera memberikan kuesioner dan instruksi agar
mempermudah responden dalam pengisian.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Dalam penelitian ini secara keseluruhan memiliki sembilan variabel yang terdiri
dari sepuluh variabel bebas atau Independent Variable (IV) dan satu variabel
terikat atau Dependent Variable (DV).
1. Impulse buying
2. Cleanliness
3. Music
4. Scent
5. Temperature
6. Lighting
7. Color
29
8. Display/Layout
9. Self-esteem
Pada penelitian ini impulse buying adalah DV sedangkan sisanya adalah IV.
Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel dalam penelitian ini
adalah:
1. Impulse buying: pembelian yang tidak rasional dan pembelian yang cepat dan
tidak direncanakan, diikuti oleh adanya konflik pikiran dan dorongan
emosional (Verplanken & Herabadi, 2001).
2. Cleanliness: penilaian pengunjung terhadap kebersihan tampilan toko yang
meningkatkan suasana positif yang dapat mempengaruhi perasaan konsumen
terhadap toko tersebut (Hussain & Ali, 2015).
3. Music: penilaian pengunjung terhadap suara menyenangkan yang terdapat di
dalam toko yang mempengaruhi keputusan sadar dan tidak sadar konsumen
dalam melakukan pembelian serta waktu berada di toko (Hussain & Ali,
2015).
4. Scent: penilaian pengunjung terhadap aroma yang menyenangkan yang
mempengaruhi mood dan emosi konsumen yang membuat konsumen
bertahan lebih lama di toko dan merasa senang (Hussain & Ali, 2015).
5. Temperature: penilaian pengunjung terhadap keadaan suhu yang dihadirkan
dalam toko agar membuat konsumen nyaman di dalam toko (Hussain & Ali,
2015).
6. Lighting: penilaian pengunjung terhadap pencahayaan yang terdapat di dalam
toko dan digunakan untuk menyoroti produk sehingga menciptakan
30
kegembiraan dan memiliki dampak positif pada perilaku pembelian
konsumen (Hussain & Ali, 2015).
7. Color: penilaian pengunjung terhadap keseluruhan warna tampilan di toko
yang dapat membangun perasaan dan mempengaruhi perilaku dan sikap
konsumen dalam melakukan pembelian (Hussain & Ali, 2015).
8. Display/Layout: penilaian pengunjung terhadap pengelompokan produk, rak,
hiasan yang digunakan untuk mengatur produk dan ditampilkan sedemikian
rupa sehingga menarik konsumen (Hussain & Ali, 2015).
9. Self-esteem: sikap negatif dan positif seseorang secara keseluruhan terhadap
dirinya (Tafarodi & Swann, 1995).
3.3 Instrumen pengumpulan data
Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
kuesioner. Kuesioner adalah salah satu jenis alat pengumpul data berupa sejumlah
daftar yang berisi suatu rangkaian pernyataan. Kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini berbentuk model skala likert, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S),
tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
Subjek diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang
masing-masing jawaban menunjukkan kesesuaian pernyataan yang diberikan
dengan keadaan yang dirasakan oleh subjek. Model skala likert ini terdiri atas
pernyataan positif (favourable) dan pernyataan negative (unfavourable).
Perhitungan skor tiap-tiap pilihan jawaban adalah sebagai berikut:
31
Tabel 3.1
Skor Pengukuran Skala
Pilihan Skor
Favourabe Unfavourable
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (TST) 1 4
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas tiga skala, yaitu
skala impulse buying, store atmosphere dan skala self-esteem.
1. Skala impulse buying
Pada skala ini, peneliti menggunakan skala baku impulse buying dari Verplanken
dan Herabadi (2001) yaitu Impulse Buying Tendency Scale (IBTS). Alat ukur
terdiri dari 20 item yang dibagi menjadi 2 dimensi, yaitu dimensi cognitive
berjumlah 10 item dan dimensi affective berjumlah 10 item
Table 3.2
Blue print skala impulse buying No Dimensi Indikator Nomor item Jumlah
1 Kognitif Tidak ada
pertimbangan sebelum
membeli.
Tidak adanya rencana yang
jelas dalam berbelanja
Tidak melakukan
perbandingan produk.
3,9,5*,6*, 10,1*,8*
2*,4*
7*
10
2 Afektif Adanya dorongan perasaan
dalam membeli.
Timbul keinginan membeli
untuk memuaskan diri
Perasaan menjadi lebih baik
11,12,14*,15,16,17,
18,19
20
13*
10
Total 20
Keterangan * : item unfavourable
32
2. Skala store atmosphere
Pada skala ini, peneliti menggunakan skala yang diperkenalkan oleh Husain dan
Ali (2015) yang mana terdapat tujuh dimensi yaitu, cleanliness, music, scent,
temperature, lighting, color, dan display/layout. Masing-masing dimensi memiliki
beberapa item yang mengukur perancangan suasana toko yang menghasilkan efek
emosional pada pembeli yang meningkatkan probabilitas pembelian di dalam
toko.
Tabel 3.3
Blue print skala store atmosphere No Dimensi Indikator Nomor item Jumlah
1 Cleanliness Kebersihan pada rak, lantai
dan toko mampu
meningkatkan minat
konsumen untuk membeli.
1, 2, 3,30,31 5
2 Music Irama, volume, musik
membuat konsumen lebih
nyaman dan ingin bertahan di
dalam toko
4, 5, 6, 7,8,9, 6
3 Scent Aroma menimbulkan
perasaan senang dan nyaman
pada konsumen.
10, 11, 12, 32, 33 5
4 Temperature Konsumen merasa nyaman
dengan suhu dalam toko
13,14,15,34,35 5
5 Lighting Pencahayaan menarik
konsumen dan memudahkan
dalam melakukan pembelian,
membuat konsumen nyaman
berada di toko.
16,17,18,19, 20, 21 6
6 Color Warna mampu menimbulkan
daya tarik untuk membeli
produk di dalam toko
22,23,24,36, 37 5
5 Display/Layout Tata letak/ tampilan mampu
menarik konsumen dalam
melakukan pembelian
25,26,27,28,29
Total 37
33
3. Skala self-esteem
Untuk mengukur self-esteem alat ukur yang digunakan adalah skala yang
diperkenalkan oleh Tafarodi dan Swann (2001) yaitu self-Liking and Competence
Scale-Revised (SLCS-R). SLCS-R berisi dua subskala, yang masing-masing
diukur dengan delapan item. Self-liking subskala merupakan senilai sosial
(misalnya “saya merasa hebat tentang siapa saya”), dan self-competence
merupakan subskala perasaan keberhasilan dan control(misalnya “saya hampir
selalu mampu untuk mencapai apa yang sayacoba”).
Tabel 3.4
Blue print skala self-esteem No Dimensi Indikator Nomor item Jumlah
1 Self-liking Menghargai diri sendiri.
Merasa nyaman dengan
diri sendiri.
1*,5,7*,9,11,15*
3,6*
8
2 Self-competence Percaya pada kemampuan
diri sendiri.
Yakin pada kemampuan
dirisendiri.
2,4,12,13*,14,16*
8*,10*
8
Total 16
Keterangan * : item unfavourable
3.4 Uji Validitas Konstruk
Dalam rangka pengujian validitas alat ukur, penulis melakukan uji validitas
konstruk instrumen. Oleh karena itu, peneliti menggunakan CFA (Confirmatory
Factor Analysis) untuk pengujian vaiditas instrument, yaitu instrumen pembelian
impulsif, store atmosphere, dan self-esteem. Umar (Adiyo, 2010) menjelaskan
langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan kriteria hasil CFA yang baik
adalah:
34
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait yang didefinisikan secara operasional
sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk mengukurnya.
Konsep ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini dilakukan
melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap
subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subskala
bersifat unidimensional.
3. Dilakukan uji CFA dengan model satu faktor dan dilihat nilai Chi-Square yang
dihasilkan. Jika nilai Chi-Square tidak signifikan (p > 0,05) berarti semua item
hanya mengukur satu faktor saja. Namun, jika nilai Chi-Square signifikan
(p<0,05), maka perlu dilakukan modifikasi terhadap model pengukuran yang
diuji sesuai langkah kedua berikut ini.
4. Jika nilai Chi-Square signifikan (p < 0,05), maka dilakukan modifikasi model
pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan
pengukuran. Ini terjadi ketika suatu item selain mengukur konstruk yang ingin
diukur, item tersebut juga mengukur hal yang lain (mengukur lebih dari satu
konstruk atau multidimensional). Jika setelah beberapa kesalahan pengukuran
dibebaskan untuk saling berkorelasi dan akhirnya diperoleh model fit, maka
model terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah selanjutnya.
5. Jika telah diperoleh model yang fit, maka dilakukan analisis item dengan
melihat apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai nilai
koefisien positif. Jika t-value untuk koefisien muatan faktor suatu item lebih
35
besar dari 1,96 (absolut), maka item tersebut dinyatakan signifikan dalam
mengukur faktor yang hendak diukur (tidak di-drop).
6. Setelah itu dilihat apakah ada item yang muatannya negatif. Perlu dicatat bahwa
untuk alat ukur yang bukan mengukur kemampuan (misal: personality
inventory), jika ada pernyataan negatif perlu dilakukan penyesuaian arah
skoringnya yang diubah menjadi positif. Jika sudah dibalik, maka berlaku
perhitungan umum dimana item bermuatan faktor negatif di-drop.
7. Terakhir, apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak berkorelasi, maka
item yang demikian selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga
mengukur hal lain.
Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan bantuan software
LISREL 8.70.
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Impulse Buying
Penulis menguji apakah 20 item dari skala impulse buying bersifat
unidimensional, yang artinya benar-benar hanya mengukur impulse buying.
Dalam skala impulse buying terdapat dua aspek yaitu kognitif dan afektif.
3.4.1.1 Uji Validitas Konstruk Impulse Buying
Penulis menguji apakah 20 item Impulse Buying bersifat unidimensional yang
artinya benar-benar hanya mengukur Impulse Buying. Berdasarkan hasil analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu factor ternyata tidak fit, dengan Chi-
Square=1176,11, df=170, p-value=0,00000, RMSEA=0,154. Setelah melakukan
59 kali modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-
36
Square=135,08, df=111, p-value=0,05985, dan RMSEA=0,029. Nilai Chi-Square
menghasilkan P-value>0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item mengukur satu
faktor saja yaitu impulse buying.
Selanjutnya adalah melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukkan apakah item tersebut perlu
untuk di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho)
tentang koefisien muatan factor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t>1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya.Adapun koefisien muatan faktor untuk item pengukuran
impulse buying, seperti pada tabel 3.5 berikut:
Tabel 3.5
Uji Validitas Konstruk Impulse Buying
No. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
Item 1 0,48 0,06 7,60 √
Item 2 0,61 0,06 10,28 √
Item 3 0,56 0,06 9,24 √
Item 4 0,43 0,06 6,91 √
Item 5 0,54 0,06 8,69 √
Item 6 0,55 0,06 8,74 √
Item 7 -0,14 0,07 -1,98 X
Item 8 0,40 0,06 6,35 √
Item 9 0,79 0,06 14,09 √
Item 10 0,60 0,06 9,71 √
Item 11 0,74 0,06 13,10 √
Item 12 0,69 0,06 11,95 √
Item 13 -0,50 0,06 -8,11 X
Item 14 0,46 0,06 7,27 √
Item 15 0,30 0,07 4,50 √
Item 16 0,46 0,06 7,26 √
Item 17 0,45 0,06 7,06 √
Item 18 0,50 0,06 7,97 √
Item 19 0,61 0,06 10,08 √
Item 20 0,63 0,06 10,46 √
Keterangan: tanda√= signifikan(t >1,96); X=tidak signifikan
37
Pada tabel 3.5 terdapat item yang memiliki nilai koefisien t<1,96 yaitu item 7
dan 13. Hal ini menunjukkan bahwa item 7 dan 13 harus dieliminasi atau di-drop
dan tidak disertakan dalam pengolahan selanjutnya.
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Store Atmosphere
Penulis menguji apakah 37 item yang terdiri dari 7 dimensi yaitu cleanliness,
music, scent, temperature, lighting, color, dan display/layout bersifat
unidimensional yang artinya benar-benar hanya mengukur store atmosphere.
3.4.2.1 Uji Validitas Konstruk Cleanliness
Penulis menguji apakah 5 item dimensi cleanliness bersifat unidimensional,
artinya benar-benar hanya mengukur cleanliness. Berdasarkan hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu factor ternyata tidak fit dengan Chi-
Square=93,26, df=5, p-value=0,00000, dan RMSEA=0,266. Peneliti kemudian
melakukan 4 kali modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model
fit dengan Chi-Square=0,68, df=1, p=value 0,40915, dan RMSEA=0,000. Nilai
Chi-Square menghasilkan P-value>0,05 (tidak signifikan), yang artinya model
dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item
mengukur satu faktor saja yaitu cleanliness.
Selanjutnya adalah melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukkan apakah item
tersebut perlu untuk di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis
nihil (Ho) tentang koefisien muatan factor dari item. Pengujiannya dilakukan
dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t>1,96
artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor
38
untuk item pengukuran cleanliness, seperti pada tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6
Uji Validitas Konstruk Cleanliness
No. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
Item 1 0,82 0,09 8,89 √
Item 2 0,75 0,09 8,01 √
Item 3 0,66 0,08 7,98 √
Item 30 0,51 0,08 6,55 √
Item 31 0,42 0,07 5,81 √
Keterangan: tanda √=signifikan (t >1,96); X=tidak signifikan
Pada table diatas, penulis melihat tidak ada muatan faktor negatif pada salah
satu item dan t-value diatas 1,96 (t>1,96), maka seluruh item tersebut dapat
digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk dimensi cleanliness.
3.4.2.2. Uji Validitas Konstruk Music
Penulis menguji apakah 6 item dari dimensi music bersifat unidimensional,
artinya benar-benar hanya mengukur music. Berdasarkan hasil analisis CFA
yang dilakukan dengan model satu factor ternyata tidak fit dengan Chi-
Square=199,76, df=9, p-value=0,0000, dan RMSEA=0,291. Setelah melakukan
4 kali modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-
Square=6,97, df=5, p-value=0,22284, dan RMSEA=0,040. Nilai Chi-Square
menghasilkan P-value>0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu
factor (unidimensional) dapat diterima dimana seluruh item mengukur satu
faktor saja yaitu music.
Selanjutnya adalah melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukkan apakah item
tersebut perlu untuk di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis
nihil (Ho) tentang koefisien muatan factor dari item. Pengujiannya dilakukan
39
dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t>1,96
artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor
untuk item pengukuran music, seperti pada tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7
Uji Validitas Konstruk Music
No. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
Item 4 0,71 0,06 12,88 √
Item 5 0,71 0,07 10,47 √
Item 6 0,66 0,06 11,46 √
Item 7 0,88 0,05 16,89 √
Item 8 0,61 0,06 10,70 √
Item 9 0,89 0,05 17,25 √
Keterangan: tanda √=signifikan (t >1,96); X=tidak signifikan
Pada table diatas, penulis melihat tidak ada muatan factor negatif pada salah
satu item dan t-value diatas 1,96 (t>1,96), maka seluruh item tersebut dapat
digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk dimensi music.
3.4.2.3. Uji Validitas Konstruk Scent
Penulis menguji apakah 5 item dari dimensi scent bersifat unidimensional,
artinya benar-benar hanya mengukur scent. Berdasarkan hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu factor ternyata tidak fit dengan Chi-Square=40,29,
df=5, p-value=0,0000, dan RMSEA=0,168. Setelah melakukan 2 kali modifikasi
terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-
Square=1,00, df=3, p-value=0,80145, dan RMSEA=0,000. Nilai Chi-Square
menghasilkan P-value>0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu
factor (unidimensional) dapat diterima dimana seluruh item mengukur satu
faktor saja yaitu scent.
40
Selanjutnya adalah melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukkan apakah item tersebut perlu
untuk di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho)
tentang koefisien muatan factor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t>1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item
pengukuran scent, seperti pada tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.8
Uji Validitas Konstruk Scent
No. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
Item 10 0,72 0,06 12,42 √
Item 11 0,88 0,05 16,30 √
Item 12 0,86 0,05 15,78 √
Item 32 0,51 0,06 8,17 √
Item 33 0,33 0,07 4,95 √
Keterangan: tanda √=signifikan (t >1,96); X=tidak signifikan
Pada table diatas, penulis melihat tidak ada muatan factor negatif pada salah
satu item dan t-value diatas 1,96 (t>1,96), maka seluruh item tersebut dapat
digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk dimensi scent.
3.4.2.4. Uji Validitas Konstruk Temperature
Penulis menguji apakah 5 item dari dimensi temperature bersifat unidimensional,
artinya benar-benar hanya mengukur temperature. Berdasarkan hasil analisis
CFA yang dilakukan dengan model satu factor ternyata tidak fit dengan Chi-
Square=98,29, df=5, p-value=0,00000, dan RMSEA=0,273. Setelah melakukan 3
kali modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-
Square=1,36, df=2, p-value=0,50553, dan RMSEA=0,000. Nilai Chi-Square
41
menghasilkan P-value>0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu
factor (unidimensional) dapat diterima dimana seluruh item mengukur satu faktor
saja yaitu temperature.
Selanjutnya adalah melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukkan apakah item tersebut perlu
untuk di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho)
tentang koefisien muatan factor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t>1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item
pengukuran temperature, seperti pada tabel 3.9 berikut:
Tabel 3.9
Uji Validitas Konstruk Temperature
No. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
Item 13 0,72 0,06 12,42 √
Item 14 0,88 0,05 16,30 √
Item 15 0,86 0,05 15,78 √
Item 34 0,51 0,06 8,17 √
Item 35 0,33 0,07 4,95 √
Keterangan: tanda √=signifikan (t >1,96); X=tidak signifikan
Pada table diatas, penulis melihat tidak ada muatan factor negatif pada salah
satu item dan t-value diatas 1,96 (t>1,96), maka seluruh item tersebut dapat
digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk dimensi temperature.
3.4.2.5 Uji Validitas Konstruk Lighting
Penulis menguji apakah 6 item dimensi lighting bersifat unidimensional, artinya
benar-benar hanya mengukur Lighting. Berdasarkan hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu factor ternyata tidak fit dengan Chi Square=71,12,
df=9, p-value=0,00000, dan RMSEA=0,166. Penulis kemudian melakukan 4 kali
42
modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi
Square=6,13, df=5, p-value=0,29339, dan RMSEA=0,030. Nilai Chi-Square
menghasilkan P-value>0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item mengukur satu
faktor saja yaitu lighting.
Selanjutnya adalah melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukkan apakah item
tersebut perlu untuk di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis
nihil (Ho) tentang koefisien muatan factor dari item. Pengujiannya dilakukan
dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t>1,96
artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor
untuk item pengukuran lighting, seperti pada tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.10
Uji Validitas Konstruk Lighting No. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
Item 16 0,62 0,06 9,86 √
Item 17 0,77 0,06 11,96 √
Item 18 0,68 0,06 10,73 √
Item 19 0,72 0,06 11,84 √
Item 20 0,59 0,06 9,12 √
Item 21 0,71 0,06 11.05 √
Keterangan: tanda √=signifikan (t >1,96); X=tidak signifikan
Pada table diatas, penulis melihat tidak ada muatan factor negatif pada salah
satu item dan t-value diatas 1,96 (t>1,96), maka seluruh item tersebut dapat
digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk dimensi lighting.
3.4.2.6. Uji Validitas Konstruk Color
Penulis menguji apakah 5 item dari dimensi color bersifat unidimensional,
artinya benar-benar hanya mengukur color. Berdasarkan hasil analisis CFA yang
43
dilakukan dengan model satu factor ternyata tidak fit dengan Chi-
Square=232,13, df=5, p-value=0,0000, dan RMSEA=0,426. Setelah melakukan
3 kali modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-
Square=0,24, df=2, p-value=0,88812, dan RMSEA=0,000. Nilai Chi-Square
menghasilkan P-value>0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu
factor (unidimensional) dapat diterima dimana seluruh item mengukur satu
faktor saja yaitu color.
Selanjutnya adalah melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukkan apakah item
tersebut perlu untuk di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis
nihil (Ho) tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan
dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t>1,96
artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor
untuk item pengukuran color, seperti pada tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.11
Uji Validitas Konstruk Color
No. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
Item 22 0,83 0,05 15,14 √
Item 23 0,92 0,05 18,04 √
Item 24 0,99 0,05 20,43 √
Item 36 0,66 0,06 11,55 √
Item 37 0,57 0,06 9,74 √
Keterangan: tanda √=signifikan (t >1,96); X=tidak signifikan
Pada tabel diatas, penulis melihat tidak ada muatan faktor negatif pada salah
satu item dan t-value diatas 1,96 (t>1,96), maka seluruh item tersebut dapat
digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk dimensi color.
44
3.4.2.7. Uji Validitas Konstruk Display/Layout
Penulis menguji apakah 5 item dari dimensi display/layout bersifat
unidimensional, artinya benar-benar hanya mengukur display/layout.
Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model satu factor
ternyata tidak fit dengan Chi-Square=38,08, df=5, p-value=0,00000, dan
RMSEA=0,163. Setelah melakukan 2 kali modifikasi terhadap model, kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-Square=1,51, df=3, pvalue=0,68109, dan
RMSEA=0,000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value>0,05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu factor (unidimensional) dapat
diterima dimana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu display/layout.
Selanjutnya adalah melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukkan apakah item tersebut perlu
untuk di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho)
tentang koefisien muatan factor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t>1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item
pengukuran display/layout, seperti pada tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.12
Uji Validitas Konstruk Display/Layout
No. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
Item 25 0,36 0,07 5,42 √
Item 26 0,74 0,06 11,66 √
Item 27 0,67 0,06 10,63 √
Item 28 0,78 0,07 11,72 √
Item 29 0,79 0,06 12,72 √
Keterangan: tanda √=signifikan (t >1,96); X=tidak signifikan
45
Pada table diatas, penulis melihat tidak ada muatan factor negatif pada salah
satu item dan t-value diatas 1,96 (t>1,96), maka seluruh item tersebut dapat
digunakan dalam mengestimasi skor faktor untuk dimensi display/layout.
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Self-Esteem
Penulis menguji apakah 16 item dari skala self-esteem bersifat unidimensional
yang artinya benar-benar hanya mengukur self-esteem.
3.4.3.1. Uji Validitas Konstruk Self-Esteem
Penulis menguji apakah 16 item self-esteem bersifat unidimensional, artinya
benar-benar hanya mengukur self-esteem. Berdasarkan hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu factor ternyata tidak fit dengan Chi-Square=838,92,
df=104, p-value=0,00000, dan RMSEA=0,168. Setelah melakukan 38 kali
modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-
Square=85,88, df=66, p-value=0,05062, dan RMSEA 0,035. Nilai Chi-Square
menghasilkan P-value>0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item mengukur satu faktor
saja yaitu self-esteem.
Selanjutnya adalah melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukkan apakah item tersebut perlu
untuk di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho)
tentang koefisien muatan factor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t>1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item self-
esteem, seperti pada tabel 3.10 berikut:
46
Tabel 3.13
Uji Validitas Konstruk Self-Esteem No. Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan
Item 1 0,53 0,06 8,61 √
Item 2 0,53 0,06 8,57 √
Item 3 0,76 0,06 13,18 √
Item 4 0,70 0,06 11,99 √
Item 5 0,59 0,06 9,85 √
Item 6 0,48 0,06 7,42 √
Item 7 0,37 0,06 5,90 √
Item 8 0,35 0,06 5,58 √
Item 9 0,71 0,06 11,79 √
Item 10 0,40 0,06 6,31 √
Item 11 0,66 0,06 11,06 √
Item 12 0,75 0,06 12,87 √
Item 13 0,29 0,06 4,48 √
Item 14 0,59 0,06 9,45 √
Item 15 0,43 0,06 6,90 √
Item 16 -0,04 0,07 -0,53 X
Keterangan: tanda √= signifikan (t >1,96); X=tidak signifikan
Pada tabel 3.10 terdapat item yang memiliki nilai koefisien t<1,96 yaitu item
16. Hal ini menunjukkan bahwa hanya item 16 yang harus dieliminasi ataudi-drop
dan tidak disertakan dalam pengolahan selanjutnya.
3.5 Metode Analisis Data
Untuk menjawab pertanyaan penelitian digunakan teknik analisis regresi
berganda. Teknik analisis regresi berganda digunakan untuk menentukan
ketepatan prediksi dan ditunjukan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari
variabel bebas (IV), yaitu store atmosphere (cleanliness, music, scent,
temperature, lighting, color dan display/layout) dan self-esteem terhadap
pembelian impulsif (DV). Sehingga susunan persamaan regresi penelitian adalah:
47
Y = impulse buying
a = konstan intersepsi
b = koefisien regresi
X1 = cleanliness
X2 = music
X3 = scent
X4 = temperature
X5 = lighting
X6 = color
X7 = display/layout
X8 = self-esteem
e = residu
Untuk dapat menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan
model yang paling sesuai (memiliki eror terkecil), maka dibutuhkan beberapa
pengujian analisis sebagai berikut:
1. R2
(Rsquares Koefisien Determinasi Berganda)
Dengan menggunakan regresi berganda akan diperoleh nilai R, yaitu regresi
berganda store atmosphre dan self-esteem terhadap impulse buying. Besarnya
impulse buying ini ditunjukkan dengan koefisien determinasi berganda atau R2,
yang menunjukkan variasi oleh perubahan variabel dependent (Y) yang
disebabkan oleh variabel independent (X) atau digunakan untuk mengetahui
besarnya pengaruh variabel independent (X) terhadap variabel dependent (Y) atau
merupakan proporsi varians dari intense yang dijelaskan oleh store
atmospheredan self-esteem. Untuk mendapatkan nilai R2
digunakan rumus sebagai
berikut:
Y= a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+e
48
Dimana :
R2 = Proporsi varians yang bisa dijelaskan oleh keseluruhan IV (X)
SSreg = Jumlah kuadrat regresi yang dapat dihitung jika koefisien regresi telah
diperoleh.
SSy = Jumlah kuadrat dari DV (Y)
2. Uji F
Kemudian R2
diuji untuk membuktikan apakah regresi DV pada IV signifikan atau
tidak maka digunakanlah uji F. Untuk membuktikan hal tersebut dapat
menggunakan rumus:
F= ⁄
⁄
Dimana k merupakan jumlah variabel independent dan N adalah jumlah sampel
penelitian. Apabila nilai F itu siginifikan (p<0,05), maka berarti seluruh IV secara
bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DV.
3. Uji t
Selanjutnya menggunakan uji t untuk melihat apakah pengaruh yang diberikan
oleh masing-masing IV signifikan terhadap DV.Hal ini dilakukan melalui uji t (t-
test) terhadap setiap koefisien regresi. Jika nilai t>1,96 maka berarti IV yang
bersangkutan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DV, dan sebaliknya.
Uji t dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:
b merupakan koefisien regresi dan Sb adalah standar eror dari b. Hasil uji t ini
akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan oleh peneliti.
49
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 251 responden yang merupakan
pengunjung toko ritel Alfamidi Kertamukti. Pada tabel 4.1 berikut terdapat
gambaran mengenai sampel penelitian.
Tabel 4.1
Deskripsi Sampel Penelitian Berdasarkan Data Demografis
Sampel Penelitian Frekuensi Presentase (%)
Gender
Laki-laki 110 43,8%
Perempuan 141 56,2%
Usia
18-30 216 86,05%
31-40 22 8,7%
41-50 9 3,58%
≥51 4 1,59%
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah responden laki-laki
memiliki presentase sebesar 43,8% (110 orang), dan responden perempuan
dengan presentase 56,2% (141 orang). Maka dapat disimpulkan bahwa subjek
penelitian terbanyak adalah subjek yang berjenis kelamin perempuan yang
berjumlah 141 orang (56,2%).
Selanjutnya, berdasarkan tabel di atas juga dapat diketahui kriteria usia
memiliki presentase sebesar 86.05% (216 orang) yang berusia 18-30, 8,76% (22
orang) yang berusia 31-40, 3,58% (9 orang) yang berusia 41-50 dan 1,59% (4
orang) yang berusia diatas 51 tahun. Maka dapat disimpulkan bahwa subjek
penelitian terbanyak adalah subjek yang berusia 18-30 tahun yang berjumlah 216
orang (86,05%).
50
4.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian
Analisis deskriptif pada penelitian ini menggunakan skor berupa skor faktor. Skor
faktor didapatkan dengan merubah semua item pada dimensi yang sama menjadi
satu skor yang disebut factor score pada software SPSS. Tujuan penggunaan
factor score ialah untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran.
Factor score kemudian diubah menjadi true score untuk menghilangkan
bilangan negatif.
Untuk menjelaskan gambaran umum tentang statistik deskriptif dari
variabel-variabel dalam penelitian ini, indeks yang menjadi patokan adalah nilai
minimal, nilai maksimal dan standar deviasi (SD) dari masing-masing variabel.
Gambaran hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Tabel Analisis Deskriptif
Variabel N Min Max SD
Impulse Buying 251 27,47 78,42 9,42906
Cleanliness 251 24,70 66,97 9,25483
Music 251 14,89 70,43 9,17880
Scent 251 24,15 68,41 9,16873
Temperature 251 14,58 65,59 9,15267
Lighting 251 13,63 69,31 9,09289
Color 251 13,69 67,98 9,44900
Display/layout 251 21,08 68,80 8,96505
Self esteem 251 18,26 77,05 9,28820
Valid N (listwise) 251
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas, dapat diketahui bahwa dependen variabel
yaitu impulse buying memiliki skor terendah sebesar 27,47, skor tertinggi sebesar
78,42 dan standar deviasi sebesar 9,42906. Variabel cleanliness memiliki skor
terendah sebesar 24,70, skor tertinggi sebesar 66,97 dan standar deviasi 9,25483.
Variabel music memiliki skor terendah sebesar 14,89, skor tertinggi sebesar
51
70,43 dan standar deviasi sebesar 9,17880. Variabel scent memiliki skor terendah
sebesar 24,15, skor tertinggi sebesar 68,41 dan standar deviasi sebesar 9,16873.
Variabel temperature memiliki skor terendah sebesar 14,58, skor tertinggi
sebesar 65,59 dan standar deviasi sebesar 9,15267. Variabel lighting memiliki
skor terendah sebesar 13,63, skor tertinggi sebesar 69,31 dan standar deviasi
sebesar 9,09289. Variabel color memiliki skor terendah sebesar 13,69, skor
tertinggi sebesar 67,98 dan standar deviasi sebesar 9,44900. Variabel
display/layout memiliki skor terendah sebesar 21,08, skor tertinggi sebesar 68,80
dan standar deviasi sebesar 8,96505. Variabel self esteem memiliki skor terendah
sebesar 16,26, skor tertinggi sebesar 77,05 dan standar deviasi sebesar 9,28820.
Semua mean seluruh variabel nilainya sebesar 50.00.
4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam
kelompok- kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum
berdasarkan atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini contohnya adalah dari
rendah ke tinggi yang akan penulis gunakan dalam kategorisasi variabel
penelitian. Norma kategorisasi skor dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3
Pedoman Kategorisasi Skor
Kategorisasi Norma
Rendah X < Mean – 1 SD
Sedang Mean – SD ≤ X ≤ Mean + 1 SD
Tinggi X > Mean + 1 SD
Setelah norma kategorisasi tersebut didapatkan, selanjutnya akan
dijelaskan perolehan nilai persentase kategorisasi untuk variabel impulse buying,
cleanliness, music, scent, temperature, lighting, color, display/layout dan self-
52
esteem pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel
Variabel
Frekuensi Prersentasi
Rendah Sedang Tingg
i Rendah Sedang Tinggi
Impulse buying 20 194 37 (8,0%) (77,3%) (14,7%)
Cleanliness 50 159 42 (19,9%) (63,3%) (16,7%)
Music 28 188 35 (11,2%) (74,9%) (13,9%)
Scent 44 168 39 (17,5%) (66,9%) (15,5%)
Temperature 25 174 52 (10,0%) (69,3%) (20,7%)
Lighting 30 188 33 (12,0%) (74,9%) (13,1%)
Color 33 177 41 (13,1%) (70,5%) (16,3%)
Display/layout 19 185 47 (7,6%) (73,7%) (18,7%)
Self-esteem 29 190 32 (11,6%) (75,7%) (12,7%)
Berdasarkan tabel 4.4, variabel impulse buying cenderung tinggi.
Selanjutnya, Cleanliness cenderung rendah. Music cenderung tinggi. Scent
cenderung rendah. Temperature cenderung tinggi. Lighting cenderung tinggi.
Color cenderung tinggi. Display/layout cenderung tinggi. Self-esteem cenderung
tinggi.
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian
Pada tahapan ini penulis menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi
berganda dengan menggunakan software SPSS 17. Seperti yang sudah
disebutkan pada bab 3, dalam regresi ada 3 hal yang dilihat, yaitu melihat
besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) varians dependen
variabel (DV) yang dijelaskan oleh independen variabel (IV), kedua apakah
secara keseluruhan independen variable berpengaruh secara signifikan terhadap
dependen variabel, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien
regresi dari masing-masing independen variabel.
53
Tabel 4.5
Model Summary Analisis Regresi
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 ,532a ,283 ,260 8,11270
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa diperoleh R-Square sebesar
0,283 atau 28,3%. Artinya, proporsi varian dari impulse buying dijelaskan
oleh store atmosphere (cleanliness, music, scent, temperature, lighting, color,
dan display/layout), dan self-esteem adalah sebesar 28,3% sedangkan 71,7%
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Langkah kedua peneliti menganalisis pengaruh dari keseluruhan
independen variabel terhadap dependen variabel.
Tabel 4.6
Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 6299,337 8 787,417 11,964 ,000b
Residual 15927,465 242 65,816
Total 22226,801 250
a Predictors: (Constant), self-esteem, color, cleanliness, temperature, music, display/layout,
scent, lighting
b Dependent Variable: impulse buying
Berdasarkan uji F pada tabel 4.6, dapat dilihat bahwa hasil uji F
sebesar 11,964 dengan sig .000 (sig < 0,05), maka hipotesis nihil yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan antara store atmosphere
(cleanliness, music, scent, temperature, lighting, color, display/layout) dan self-
esteem terhadap impulse buying ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan
secara bersama-sama dari variabel store atmosphere (cleanliness, music, scent,
temperature, lighting, color, display/layout) dan self-esteem terhadap impulse
buying.
54
Langkah selanjutnya, peneliti melihat koefisien regresi dari masing-
masing independen variabel. Jika sig < 0,05 maka koefisien regresi tersebut
signifikan yang berarti variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap impulse buying. Adapun besarnya koefisien regresi dari
masing-masing variabel independen terhadap impulse buying dapat dilihat pada
tabel 4.7.
Tabel 4.7
Koefisien Regresi
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
T Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 45,611 4,902 9,305 ,000*
Cleanliness ,053 ,071 ,052 ,737 ,462
Music ,004 ,075 ,004 ,059 ,953
Scent ,131 ,077 ,127 1,709 ,089
Temperature ,097 ,070 ,094 1,387 ,167
Lighting ,340 ,088 ,328 3,877 ,000*
Color -,139 ,074 -,139 -1,865 ,063
Display/layout -,078 ,074 -,074 -1,053 ,293
Self-esteem -,321 ,056 -,316 -5,702 ,000*
a. Dependent Variable: impulse buying
Keterangan: signifikan (*)
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dipaparkan persamaan regresi sebagai berikut:
Impulse buying’ = 45,611 + 0,053 cleanliness + 0,004 music + 0,131 scent +
0,097 temperature + 0,340 lighting - 0,139 color - 0,078 display/layout - 0,321
self-esteem
Pada tabel 4.7 terdapat dua koefisien regresi yang signifikan, yaitu lighting
dan self-esteem. Sedangkan variabel lainnya menghasilkan koefisien regresi
yang tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa dari 8 hipotesis hanya terdapat dua
yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada
55
masing-masing independen variabel adalah sebagai berikut:
1. Variabel cleanliness
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,053 dan signifikansi sebesar 0,462
(sig > 0,05), yang berarti hipotesis nihil penelitian ini yang menyatakan
bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari cleanliness terhadap impulse
buying “diterima”. Dengan demikian, cleanliness tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap impulse buying.
2. Variabel music
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,004 dan signifikansi sebesar 0,953
(sig > 0,05), yang berarti hipotesis nihil penelitian ini yang menyatakan
bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari music terhadap impulse
buying “diterima”. Dengan demikian, music tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap impulse buying.
3. Variabel scent
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,131 dan signifikansi sebesar 0,089
(sig > 0,05), yang berarti hipotesis nihil penelitian ini yang menyatakan
bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari scent terhadap impulse
buying “diterima”. Dengan demikian, scent tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap impulse buying.
4. Variabel temperature
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,097 dan signifikansi sebesar 0,167
(sig > 0,05), yang berarti hipotesis nihil penelitian ini yang menyatakan
bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari temperature terhadap
56
impulse buying “diterima”. Dengan demikian, temperature tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap impulse buying.
5. Variabel lighting
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,340 dan signifikansi sebesar 0,000
(sig < 0,05), yang berarti hipotesis nihil penelitian ini yang menyatakan
bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari lighting terhadap impulse
buying “ditolak”. Dengan demikian, lighting memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap impulse buying. Arah koefisien positif, menunjukkan
bahwa semakin tinggi kesetujuan konsumen terhadap pentingnya lighting
maka semakin tinggi impulse buying.
6. Variabel color
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,139 dan signifikansi sebesar
0,063 (sig > 0,05), yang berarti hipotesis nihil penelitian ini yang
menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari color terhadap
impulse buying “diterima”. Dengan demikian, color tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap impulse buying.
7. Variabel display/layout
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,078 dan signifikansi sebesar
0,293 (sig > 0,05), yang berarti hipotesis nihil penelitian ini yang
menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari display/layout
terhadap impulse buying “diterima”. Dengan demikian, display/layout tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap impulse buying.
57
8. Variabel self-esteem
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,321 dan signifikansi sebesar
0,000 (sig < 0,05), yang berarti hipotesis nihil penelitian ini yang
menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari self-esteem
terhadap impulse buying “ditolak”. Dengan demikian, self-esteem memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap impulse buying. Arah koefisien adalah
negatif, menunjukkan bahwa semakin tinggi self-esteem maka semakin
rendah impulse buying, begitupun sebaliknya.
4.4.2 Pengujian Proporsi Varian Masing-masing IV Terhadap DV
Penulis ingin mengetahui bagaimana proporsi varian dari masing-masing
independen variabel terhadap impulse buying. Besarnya proporsi varian pada
impulse buying dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8
Model Summary Proporsi Varians Tiap IV terhadap DV
Mode
l R
R
Square
Adjuste
d R
Square
Std.
Error of
the
Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Chang
e
1 ,257a ,066 ,062 9,13171 ,066 17,546 1 249 ,000*
2 ,302b ,091 ,084 9,02537 ,025 6,903 1 248 ,009*
3 ,346c ,120 ,109 8,90003 ,029 8,034 1 247 ,005*
4 ,351d ,123 ,109 8,90232 ,003 ,873 1 246 ,351
5 ,405e ,164 ,147 8,70871 ,041 12,059 1 245 ,001*
6 ,432f ,187 ,167 8,60751 ,023 6,795 1 244 ,010*
7 ,433g ,187 ,164 8,62266 ,000 ,143 1 243 ,706
8 ,532h ,283 ,260 8,11270 ,096 32,510 1 242 ,000*
Predictors: (Constant), cleanliness, music, scent, temperature, lighting, color, displa/layout, self
esteem
Keterangan: signifikan (*)
58
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel cleanliness memberikan sumbangan sebesar 0,066 atau 6,6%
dengan sig. F change = 0,000. Sumbangan tersebut signifikan.
2. Variabel music memberikan sumbangan sebesar 0,025 atau 2,5% dengan sig.
F change = 0,009. Sumbangan tersebut signifikan.
3. Variabel scent memberikan sumbangan sebesar 0,029 atau 2,9% dengan sig.
F change = 0,005. Sumbangan tersebut signifikan.
4. Variabel temperature memberikan sumbangan sebesar 0,003 atau 0,3%
dengan sig. F change = 0,351. Sumbangan tersebut tidak signifikan.
5. Variabel lighting memberikan sumbangan sebesar 0,041 atau 4,1% dengan
sig. F change = 0,001. Sumbangan tersebut signifikan.
6. Variabel color memberikan sumbangan sebesar 0,023 atau 2,3% dengan sig.
F change = 0,010. Sumbangan tersebut signifikan.
7. Variabel display/layout memberikan sumbangan sebesar 0,000 atau 0,0%
dengan sig. F change = 0,706. Sumbangan tersebut tidak signifikan.
8. Variabel self-esteem memberikan sumbangan sebesar 0,096 atau 9,6%
dengan sig. F change = 0,000. Sumbangan tersebut signifikan.
59
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat diketahui bahwa hipotesis nihil yang
menyatakan tidak ada pengaruh dari seluruh independen variabel terhadap
dependen variabel ditolak. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari store
atmosphere (cleanliness, music, scent, temperature, lighting, color, dan
display/layout) dan self-esteem pada impulse buying pengunjung toko ritel
Alfamidi Kertamukti.
Berdasarkan hasil uji hipotesis, dari signifikansi masing-masing koefisien
regresi terhadap dependen variabel, terdapat 2 variabel yang nilai koefisien
regresinya signifikan, yaitu lighting dan self-esteem. Selain itu, terdapat 6 variabel
lain yang tidak signifikan, diantaranya ialah cleanliness, music, scent,
temperature, color, dan display/layout.
5.2 Diskusi
Pada bagian ini, akan membahas diskusi mengenai delapan independen variabel
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu cleanliness, music, scent, temperature,
lighting, color, display/layout, dan self-esteem terhadap dependen variabel yaitu
store atmosphere serta akan membahas penelitian dan literature terdahulu
mengenai kedelapan independen variabel yang dikaitkan dengan dependen
variabel tersebut.
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dikemukakan pada bab empat,
bahwa dari dimensi store atmosphere (cleanliness, music, scent, temperature,
60
lighting, color, dan display/layout), dan dimensi self-esteem memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap impulse buying dengan nilai kontribusi variabel
independen terhadap variabel dependen sebesar dua puluh delapan koma tiga
persen. Hal ini menunjukkan bahwa store atmosphere dan self-esteem memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap impulse buying sebesar dua puluh delapan
koma tiga persen, dan sisanya sebesar tujuh puluh satu koma tujuh persen
dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Yang pertama penulis akan mejelaskan dimensi cleanliness dari variabel
store atmosphere. Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa cleanliness tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap impulse buying. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa cleanliness tidak berpengaruh terhadap
perilaku impulse buying konsumen di toko Alfa Midi Kertamukti. Hasil ini tidak
sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Krishnakumar dan Bhuvaneswari
(2015) yang menjelaskan bahwa kebersihan merupakan faktor yang paling
penting bagi pembeli untuk melakukan pembelian di suatu toko. Toko yang bersih
mungkin menghasilkan citra tentang kebersihan, kepuasan dan kemewahan toko
tersebut yang menimbulkan keinginan konsumen untuk melakukan pembelian.
Penulis menduga hasil penelitian ini berbeda dikarenakan konsumen yang
menjadi responden dalam penelitian penulis tidak menganggap cleanliness
merupakan faktor penting dalam melakukan pembelian.
Dimensi dari variabel store atmosphere yang kedua adalah music, pada
penelitian ini menunjukkan hasil bahwa music tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap impulse buying. Artinya pada penelitian ini music tidak
61
mempengaruhi perilaku impulse buying pada konsumen toko Alfamidi
Kertamukti. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian terdahulu oleh Akram, Hui,
Khan, Hashim dan Rasheed (2016), yang mengungkapkan bahwa music dapat
menjadi variabel utama yang berulang dengan menginduksi suasana hati dan
menciptakan impulse buying. Music juga dapat membuat pelanggan bereaksi
secara psikologis dan perilaku, music up-beat secara khusus juga dapat memicu
impulse buying. Penulis menduga hasil penelitian ini berbeda mungkin disebabkan
oleh persepsi konsumen yang menjadi responden dalam penelitian ini, konsumen
menganggap music bukan merupakan faktor penting dalam melakukan
pembelian..
Dimensi selanjutnya yaitu scent, dimensi ini juga tidak menunjukkan hasil
yang signifikan terhadap impulse buying. Penulis menduga hal ini terjadi
disebabkan karena ketika konsumen berkunjung ke toko ritel, konsumen sudah
memiliki rencana belanja sehingga lebih berfokus terhadap apa yang ingin mereka
beli dan konsumen tidak menghiraukan terkait masalah scent. Penulis juga
menduga konsumen yang menjadi responden dalam penelitian penulis tidak
menganggap scent merupakan faktor penting dalam melakukan pembelian.
Dimensi temperature dari store atmosphere juga tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap impulse buying. Walaupun sebenarnya kondisi di dalam
toko sudah cukup banyak diletakkan pendingin ruangan, tetapi hasil penelitian
menemukan temperature tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Penulis
menduga hal ini terjadi disebabkan karena konsumen lebih berfokus terhadap apa
yang ingin mereka beli dan konsumen tidak menghiraukan terkait masalah
62
temperature. Penulis juga menduga konsumen yang menjadi responden dalam
penelitian penulis tidak menganggap temperature merupakan faktor penting
dalam melakukan pembelian.
Sedangkan, dimensi lighting pada variabel store atmosphere berpengaruh
secara signifikan dan menghasilkan koefisien secara positif terhadap impulse
buying. Artinya semakin tinggi nilai dimensi lighting yang ada di dalam toko
maka semakin tinggi juga impulse buying konsumen. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Deepika dan Neeraja (2014), bahwa kondisi
pencahayaan di toko berdampak pada perilaku impulsif konsumen. Pencahayaan
terang di toko mungkin menjadi faktor yang menggiurkan bagi konsumen untuk
membeli. Deepika dan Neeraja (2014) menyimpulkan bahwa pencahayaan di toko
memang menggoda konsumen untuk membeli secara impulsif, iya menjelaskan
bahwa 73 persen dari responden dipengaruhi oleh pencahayaan yang ada di toko,
responden tergoda oleh pencahayaan yang ada yang mendorong mereka untuk
melakukan impulse buying, sedangkan 15 persen dari responden sangat
dipengaruhi oleh pencahayaan yang ada di toko.
Dimensi color tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap impulse
buying. Hasil ini tidak sejalan dengan hipotesis penelitian ini dan penelitian
terdahulu oleh Krishnakumar dan Bhuvaneswari (2015) yang menyatakan bahwa
color berkaitan dengan emosi, jenis kelamin yang dapat menarik perhatian dan
menarik lebih banyak pelanggan ke dalam toko. Pilihan warna yang tepat dalam
tampilan suatu toko dapat menarik perhatian pejalan kaki secara signifikan dan
mengubah mereka menjadi pelanggan. Dalam penelitian ini color tidak
63
berpengaruh terhadap impulse buying. Padahal color dapat menarik perhatian dan
menyebabkan konsumen membeli. Penulis menduga hasil ini berbeda karena nilai
signifikansi color rendah sehingga membuat impulse buying juga rendah. Penulis
juga menduga hasil ini berbeda mungkin disebabkan oleh persepsi konsumen
yang menjadi responden dalam penelitian ini, konsumen menganggap color bukan
merupakan faktor penting dalam melakukan pembelian.
Dimensi terakhir dari store atmosphere adalah display/layout, yang tidak
menunjukkan hasil yang signifikan pengaruhnya terhadap impulse buying. Hal ini
berarti display/layout yang ada di Alfamidi Kertamukti tidak memberikan
pengaruh terhadap konsumen untuk melakukan impulse buying ketika berbelanja.
Hal ini mungkin dikarenakan saat penulis melakukan penelitian konsumen tidak
menganggap display/layout merupakan faktor penting dalam melakukan
pembelian. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang
menjelaskan bahwa display/layout secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap impulse buying (Rahmadana, 2016)
Selanjutnya, adalah variabel self-esteem yang mempunyai pengaruh
signifikan terhadap impulse buying. Hasil penelitian melalui analisis regresi
menunjukkan nilai koefisien regresi self-esteem negatif, yang artinya variabel self-
esteem memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap impulse buying.
Artinya semakin tinggi variabel self-esteem maka semakin rendah impulse buying
responden tersebut, begitupun sebaliknya. Individu yang melakukan impulse
buying adalah mereka yang memiliki self-esteem rendah (O’Guinn & Faber,
1989). Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menjelaskan bahwa
64
impulse buying bisa sebagai pelarian dari keadaan psikologis seperti keadaan self-
esteem yang rendah (Verplanken & Sato, 2011).
Secara keseluruhan, terdapat beberapa perbedaan hasil penelitian ini
dengan hasil penelitian sebelumnya. Hal tersebut mungkin terjadi dikarenakan
adanya beberapa keterbatasan dan kelemahan dalam penelitian ini. Keterbatasan
dan kelemahan dalam penelitian ini yaitu responden hanya untuk pengunjung toko
Ritel Alfamidi Kertamukti yang menjadi tujuan penelitian. Diharapkan penelitian
selanjutnya dapat lebih luas cakupan populasinnya sehingga lebih mencakup hal-
hal penting dalam impulsif buying seperti pengaruh demografis dan budaya.
Kekurangan selanjutnya karena skala impulse buying yang digunakan dalam
penelitian tidak spesifik mengukur satu jenis impulse buying seperti fashion
impulse buying tetapi impulse buying secara general sehingga hasil analisis regresi
yang menjelaskan bervariasinya impulse buying yang mampu dijelaskan oleh
variabel bebas rendah.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan yang didapatkan, peneliti menyadari masih
terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu dalam bab ini
terdapat saran teoritis dan saran praktis.
5.3.1 Saran Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran teoritis yang dapat
diajukan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Pada penelitian ini ditemukan bahwa proporsi varians dari impulse buying
yang dijelaskan oleh semua IV adalah sebesar dua puluh delapan koma tiga
65
persen, sedangkan tujuh puluh satu koma satu persen sisanya dipengaruhi oleh
variabel lain diluar penelitian ini. Untuk penelitian selanjutnya disarankan
untuk meneliti variabel-variabel lain yang diduga mempengaruhi impulse
buying seperti hedonic motivation, emosi positif, konformitas dan self-control
(Verplanken & Herabadi, 2001) sehingga mungkin didapatkan proporsi
varians yang lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian ini.
2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan melakukan penelitian menggunakan
metode online shopping atau e-commerce. Merujuk pada kemajuan teknologi
yang mendorong kemudahan konsumen dalam melakukan transaksi
pembelian. Apakah melalui metode e-commerce dapat mengurangi atau
sebaliknya meningkatkan impulse buying di kalangan konsumen Indonesia.
5.3.2 Saran Praktis
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran praktis yang dapat
diajukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan berkenaan dengan hasil
penelitian, yaitu:
1. Pada penelitian ini, ditemukan bahwa lighting berpengaruh secara signifikan
terhadap impulse buying. Maka sangat disarankan kepada konsumen agar
tidak terlalu menganggap pencahayan yang ada di toko itu penting. Agar
konsumen tidak terperdaya dengan lighting yang ada di dalam toko, karna
lighting dapat membuat barang yang ada di toko terlihat lebih menarik.
Konsumen harus lebih melihat serta menilai barang-barang yang dijual,
apakah benar-benar konsumen butuhkan atau hanya sekedar inginkan karna
tertarik.
66
2. Self-esteem memiliki pengaruh yang signifikan terhadap impulse buying oleh
karna itu diharapkan untuk individu dapat memberikan sikap penerimaan
terhadap keberhargaan dirinya sehingga mampu memberikan sikap
penerimaan dan penolakan terhadap sesuatu. Dengan kata lain individu
dengan self-estem tinggi dapat mengekspresikan sikapnya dan mampu
memberikan sikap penolakan terhdap impulse buying
67
DAFTAR PUSTAKA
Adiyo,R. (2010). Beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar
mahasiswa di bidang statistika 1 & 2. Skripsi Fakultas Psikologi UIN
Syarief Hidayatullah Jakarta.
Agustiyanti. (2017). 60 Persen Transaksi Kartu Kredit Tak Langsung Dibayar
Lunas. Diunduh tanggal Delapan Agustus Dua Ribu Delapan Belas dari
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20170529105326-78-217953/60
-persen-transaksi-kartu-kredit-tak-langsung-dibayar-lunas
Akram, U., Hui, P., Khan, M, K., Hashim, M., & Rasheed, S. (2016). Impact of
store atmosphere on impulse buying behavior : moderating effect of
demographic variables. Journal of science and technology, 9(7), 43-60.
Asmara, C.G. (2018). Masyarakat Belanja Pakai Kartu Kredit RP 297 T di 2017.
Diunduh tanggal Delapan Agustus Dua Ribu Delapan Belas, dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20180202144743-4-3364/masyarakat
-belanja-pakai-kartu-kredit-rp-297-t-di-2017
Beatty, S. E., & Ferrel, M. E. (1998). Impulse buying: Modelling its precursors.
Journal of Retailing. 74(2), 169-191.
Christian, S. (2017). Sisi Negatif Punya Kartu Kredit. Diunduh tanggal 8 Agustus
2018 dari https://finance.detik.com/perencanaan-keuangan/d-3662962/sisi
-negatif-punya-kartu-kredit
Dawson, S., & Kim, M. (2009). External and internal trigger cues of impulse
buying online. International Journal. 3(1), 20-34.
Deepika, J., & Neeraja, T. (2014). Lighting impact on consumer’s shopping
behavior in retail cloth stores. Journal of science and research, 3, 933 -
938.
Fadliyah, L. (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi impulsive buying pada
konsumen jilbab di pasar Johar Semarang. Skripsi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Walisongo Semarang.
Fransisca, & Suyasa, P.T.Y.S. (2005). Perbandingan perilaku konsumtif
berdasarkan metode pembayaran. Jurnal Phronesis, 7(2), 172-199.
Gideon, A. (2017). Alfamidi Cetak Kenaikan Laba 37 Persen di 2016.
Diunduh dari https://www.liputan6.com/bisnis/read/2956269/alfamidi
cetak-kenaikan-laba-37-persen-di-2016
Hussain, R. & Ali, M. (2015). Effect of store atmosphere on consumer purchase
intention. Journal of Marketing Studies, 7( 2), 2015.
Kacen, J. J., & Lee, J. A. (2002). The influence of culture on customer impulsive
68
buying behavior. Journal of Consumer Psychology. 12(2), 163-176.
Kaylani,A. (2012). Negeri Surga Ritel. Kompetisi. Edisi 34, 4-7.
Krishnakumar, R., & Bhuvaneswari, G. (2015). Impact of visual merchandising
on impulse buying behavior – with reference to puducherry region.
Journal of humanities and science, 2, 6-10,
Kwan, O. G. (2016). Pengaruh salse promotion dan store atmosphere terhadap
impulse buying dengan positive emotion sebagai variabel intervening pada
planet sports tunjungan plaza Surabaya. Jurnal manajemen pemasaran,
10 (1), 27-34, 2016.
Maruli, A. (2011). Nielsen: Pembelanja Makin Impulsif. Diunduh tanggal 17
November 2016 dari http://www.antaranews.com/berita/264056/nielsen-
pebelanja-makin-impulsif
Minchington, J. (1993). Maxium self esteem : the handbook for reclaiming your
sense of self worth. Kuala lumpur : Golden Books Center Sdn,Bhd.
O’guinn, T., & Faber, R. (1989). Compulsive buying: a phenomenological
exploration. Journal of Consumer Research. 16(2), 147-157.
Rahmadana, N. M. S. (2016). Pengaruh display produk dan suasana toko terhadap
pembelian impulsif di minimarket eramart cabang lembuswana samarinda.
Ejournal Ilmu Administrasi Bisnis, 4(3), 683-697.
Rook, D. W. (1987). The buying impulse. Journal of Consumer Research. 14(2),
189-199.
Sari, A., Widad, A., & Rosa. A. (2015). Pengaruh sales promotion, personal
selling, dan visual merchandising terhadap perilaku impulse buying konsumen
matahari departement store psx palembang. Jurnal Ilmiah Manajemen
Bisnis dan Terapan. No. 1, 45-56.
Suratmi, E. (2013). Pengaruh Perkembangan Pasar Modern. Diunduh tanggal 18
April 2017 dari https://elitasuratmi.wordpress.com/2012/05/02/pengaruh
perkembangan-pasar-modern/
Surya.(2011). Protes Tagihan Kartu Kredit, Dibunuh. Diunduh tanggal 18 April
2017 dari http://surabaya.tribunnews.com/2011protes-tagihan-kartu-kredit-
dibunuh
Tafarodi, R.W.,& Swann, W.B. Jr. (1995). Self-Liking and self-competence as
dimensions of global self-esteem: initial validation of a measure. Journal
of Personality Assessment. 65(2), 322-342.
Tafarodi, R.W.,& Swann, W,B. Jr. (2001). Two-dimensional self-esteem: Theory
and measurement. Personality and Individual Differences. 31, 653-673.
69
Verplanken, B., & Herabadi, A. (2001). Individual differences in impulsive
buying tendency: feeling and no thinking. European Journal of
Personality, 15: S71-183.
Verplanken, B., & Sato, A. (2011). The psychology of impulse buying: an
integrative self-regulation approach. Journal of consum policy, 34, 197
210.
Wahyuni, N.D. (2017). Kenali Kerugian dan Dampak Buruk Kartu Kredit.
Diunduh tanggal 8 Agustus 2018 dari https://www.liputan6.com/bisniskenali-
kerugian-dan-dampak-buruk-kartu-kredit
Wicaksono, I.D., (2015). Analisis pengaruh promosi dan store astmosphere
tehadap impulse buying melalui emotional response. Skripsi Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro: Semarang.
Youn, S. & Faber, R.J. (2000). Impulse buying : its relation to personality traits
and cues. Advances in Consumer Research, 27, 179-185
70
LAMPIRAN 1
SURAT IZIN PENELITIAN
71
LAMPIRAN 2
KUESIONER PENELITIAN
INFORM CONSENT
AssalamualaikumWr.Wb.
Selamat pagi/siang/sore
Saya mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saat ini
saya sedang melakukan penelitian untuk penyusunan tugas akhir penelitian
(skripsi). Saya meminta kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk menjadi responden
dalam penelitian ini dengan cara mengisi beberapa pernyataan dalam kusioner ini.
Dalam hal ini, tidak ada jawaban benar dan salah. Setiap orang memiliki jawaban
yang berbeda, oleh karena itu pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri
Bapak/Ibu/Saudara. Semua jawaban Bapak/Ibu/Saudara akan dijaga
kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk keperluan penelitian saja.
Bantuan Bapak/Ibu/Saudara dalam mengisi kusioner ini merupakan bantuan yang
berarti bagi keberhasilan penelitian ini. Atas perhatian dan kerjasamanya saya
ucapkan terimakasih.
WassalamualaikumWr.Wb.
Hormat Saya,
Redo Tridinata Wijaya
72
Identitas Responden
Nama/Inisial : ..........................................................................
Usia : ..........................................................................
Jenis kelamin : ..........................................................................
No HP : ..........................................................................
Saya bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi
………………………………..
(Nama/Inisial dan tanda tangan)
Petunjuk Pengisian Kuesioner
Berikut ini terdapat butir-butir pernyataan, baca dan pahamilah setiap pernyataan.
Berikan tanda √ (checklist) pada salah satu pernyataan di bawah ini yang paling
sesuai dengan keadaan Anda. Adapun pilihan jawaban yang tersedia adalah:
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
Contoh
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya lebih sering berbelanja di mall dari
pada di pasar tradisional
√
73
BAGIAN I
Baca dan pahamilah setiap pernyataan. Berikan tanda √ (checklist) pada salah satu
pernyataan di bawah ini yang paling sesuai dengan keadaan Anda.
No. Pernyataan SS S TS STS
1 Saya biasanya berpikir dengan hati-hati
sebelum saya membeli sesuatu.
2 Saya biasanya hanya membeli sesuatu yang
saya rencanakan.
3 Jika saya membeli sesuatu, biasanya saya
membeli dengan spontan
4 Kebanyakan dari barang yang saya beli
sudah direncanakan sebelumnya.
5 Saya hanya membeli apa yang benar-benar
saya butuhkan.
6 Bukanlah gaya saya untuk membeli barang
secara tiba-tiba.
7 Saya suka membandingkan merek yang
berbeda sebelum saya membeli barang
tersebut.
8 Sebelum saya membeli sesuatu, saya selalu
mempertimbangkan dengan hati-hati apakah
saya membutuhkannya atau tidak.
9 Saya biasanya membeli barang yang
menarik perhatian secara spontan
10 Saya sering membeli sesuatu tanpa berpikir
kembali.
11 Sulit bagi saya untuk mengabaikan barang
yang bagus ketika saya melihat di toko.
74
12 Terkadang saya tidak bisa menahan
keinginan untuk membeli barang-barang
yang saya lihat di toko.
13 Terkadang saya merasa bersalah setelah
membeli sesuatu.
14 Saya bukan tipe orang yang “jatuh hati pada
pandangan pertama” dengan barang-barang
yang saya lihat di toko.
15 Saya bisa menjadi sangat tertarik apabila
saya melihat sesuatu yang ingin saya beli.
16 Saya selalu melihat sesuatu yang bagus
setiap kali saya melewat itoko.
17 Sangat menyulitkan bagi saya untuk
melewati sebuah penawaran (diskon).
18 Jika saya melihat suatu produk yang baru,
saya ingin membelinya.
19 Saya agak ceroboh ketika membeli suatu
barang
20 Saya terkadang membeli barang karena saya
suka, bukan karena membutuhkannya,
75
BAGAIN II
Baca dan pahamilah setiap pernyataan. Berikan tanda √ (checklist) pada salah satu
pernyataan di bawah ini yang paling sesuai dengan keadaan Anda
No Pernyataan SS S TS STS
1 Kebersihan lantai toko memotivasi saya
untuk membeli lebih.
2 Kebersihan Rak toko memotivasi saya untuk
tetap berada di dalam toko lebih lama.
3 Kebersihan toko membuat saya tertarik
untuk berkunjung lagi.
4 Mendengarkan musik menciptakan suasana
santai saat berbelanja.
5 Musik di dalam toko memotivasi saya untuk
membeli lebih.
6 Lingkungan menyenangkan yang diciptakan
oleh musik membuat saya menghabiskan
lebih banyak waktu di toko.
7 Irama yang memadai dari musik membuat
saya nyaman.
8 Volume musik yang cukup membuat saya
bertahan lebih lama di dalam toko.
9 Adanya musik meningkatkan kenyamanan
saya.
10 Aroma di dalam toko mendorong saya untuk
membeli lebih banyak.
11 Aroma di dalam toko membuat saya ingin
berkunjung lagi.
12 Keharuman toko membuat saya ingin
76
bertahan lebih lama.
13 Kualitas AC toko membuat saya nyaman.
14 Toko yang dipenuhi AC membuat saya
nyaman ketika berbelanja.
15 Toko tanpa AC membuat saya enggan
berbelanja.
16 Pencahayaan yang ada di dalam toko baik..
17 Pencahayaan di dalam toko nyaman dimata
saya, dan membuat saya ingin bertahan lebih
lama.
18 Warna pencahayaan yang bagus membuat
saya tertarik pada produk yang dijual.
19 Pencahayaan di dalam toko membuat benda-
benda lebih terlihat dan menarik bagi saya.
20 Pencahayaan di area produk memudahkan
saya menilai kualitas produk.
21 Penggunaan pencahayaan yang berbeda di
setiap area produk di dalam toko sangat
penting.
22 Warna yang digunakan toko baik.
23 Warna toko menciptakan citra positif dalam
pikiran saya.
24 Warna toko membuat persepsi positif dalam
pikiran saya.
25 Saya cenderung membeli lebih banyak
ketika saya menemukan toko dengan
tampilan menarik dan mengesankan.
26 Ada tampilan informasi yang cukup di
dalam toko.
27 Tata letak produk memotivasi saya untuk
77
melihat produk lebih kritis.
28 Tata letak toko memudahkan saya melihat
tampilan produk lebih jelas.
29 Penyusunan produk yang kreatif dan
sistematis dalam toko membantu saya dalam
memilih produk.
30 Kebersihan toko membuat saya merasa
nyaman.
31 Saya enggan berbelanja di toko yang kotor.
32 Aroma toko membuat saya merasa segar.
33 Aroma toko yang kurang menyenangkan
membuat saya enggan berbelanja.
34 Saya enggan berlama-lama di dalam toko
tanpa AC.
35 Dengan adanya AC membuat saya merasa
santai saat berbelanja
36 Warna toko yang indah membuat saya
tertarik berbelanja di toko tersebut.
37 Warna toko yang cerah membuat saya
merasa senang.
78
BAGIAN III
Baca dan pahamilah setiap pernyataan. Berikan tanda √ (checklist) pada salah satu
pernyataan di bawah ini yang paling sesuai dengan keadaan Anda
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya cenderung tidak menghargai diri
sendiri
2 Apa yang saya kerjakan, saya lakukan
dengan efektif
3 Saya sangat nyaman dengan diri sendiri
4 Saya hampir selalu berhasil untuk mencapai
hal-hal yang saya kerjakan
5 Saya sangat menjunjung tinggi harga diri
saya
6 Kadangkala saya tidak nyaman ketika saya
memikirkan diri saya sendiri
7 Saya mempunyai sikap yang negatif
terhadap diri saya
8 Kadangkala saya merasa sulit untuk meraih
hal-hal yang penting bagi saya
9 Saya bangga dengan diri saya
10 Kadangkala saya kurang berani menghadapi
tantangan
11 Saya tidak pernah meragukan harga diri saya
12 Saya bekerja dengan baik pada banyak hal
13 Kadangkala saya gagal untuk mencapai
tujuan saya
14 Saya sangat berbakat
15 Saya tidak menghargai diri saya
16 Saya berharap lebih mempunyai
keterampilan dalam aktifitas sehari-hari
79
LAMPIRAN 3
SYNTAX UJI VALIDITAS DATA
SYNTAX UJI VALIDITAS SKALA IMPULSE BUYING UJI VALIDITAS IMB
DA NI=20 NO=251 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9
ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17
ITEM18 ITEM19 ITEM20
PM SY FI=IMB.COR
MO NX=20 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
IMB
FR TD 5 2 TD 18 17 TD 8 7 TD 8 5 TD 12 11 TD 2 1 TD 4 2
TD 17 7 TD 9 7 TD 10 5 TD 9 6 TD 19 18 TD 6 2 TD 11 1
TD 9 3 TD 8 1 TD 5 1 TD 14 13 TD 5 4 TD 8 4 TD 7 4 TD
6 5 TD 20 5 TD 17 12 TD 17 16
FR TD 18 16 TD 16 2 TD 20 6 TD 20 8 TD 16 4 TD 15 8 TD
15 7 TD 7 1 TD 4 1 TD 14 7 TD 20 19 TD 19 3 TD 19 13 TD
19 16 TD 19 7 TD 18 8 TD 19 1 TD 13 5 TD 11 5 TD 10 6
TD 15 6 TD 15 10 TD 18 15 TD 10 7
FR TD 7 2 TD 18 7 TD 10 1 TD 10 8 TD 8 2 TD 8 6 TD 16
10 TD 18 6 TD 18 5 TD 17 9
PD
OU TV SS MI
SYNTAX UJI VALIDITAS SKALA CLEANLINESS
UJI VALIDITAS CLE
DA NI=5 NO=251 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5
PM SY FI=CLE.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
CLE
FR TD 2 1 TD 5 4 TD 4 3 TD 3 2
PD
OU TV SS MI
80
SYNTAX UJI VALIDITAS SKALA MUSIC
UJI VALIDITAS MUS
DA NI=6 NO=251 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6
PM SY FI=MUS.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
MUS
FR TD 5 3 TD 6 2 TD 4 2 TD 6 3
PD
OU TV SS MI
SYNTAX UJI VALIDITAS SKALA SCENT UJI VALIDITAS SCE
DA NI=5 NO=251 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5
PM SY FI=SCE.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
SCE
FR TD 5 4 TD 5 3
PD
OU TV SS MI
SYNTAX UJI VALIDITAS SKALA TEMPERATURE
UJI VALIDITAS TEM
DA NI=5 NO=251 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5
PM SY FI=TEM.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
TEM
FR TD 4 3 TD 2 1 TD 5 3
PD
OU TV SS MI
81
SYNTAX UJI VALIDITAS SKALA LIGHTING
UJI VALIDITAS LIG
DA NI=6 NO=251 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6
PM SY FI=LIG.COR
MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
LIG
FR TD 3 2 TD 4 3 TD 5 4 TD 6 2
PD
OU TV SS MI
SYNTAX UJI VALIDITAS SKALA COLOR UJI VALIDITAS COL
DA NI=5 NO=251 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5
PM SY FI=COL.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
COL
FR TD 5 4 TD 4 2 TD 3 1
PD
OU TV SS MI
SYNTAX UJI VALIDITAS SKALA DISPLAY/LAYOUT UJI VALIDITAS COL
DA NI=5 NO=251 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5
PM SY FI=COL.COR
MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
COL
FR TD 5 4 TD 4 2 TD 3 1
PD
OU TV SS MI
82
SYNTAX UJI VALIDITAS SKALA SELF-ESTEEM
UJI VALIDITAS SEF
DA NI=16 NO=251 MA=PM
LA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9
ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16
PM SY FI=SEF.COR
MO NX=16 NK=1 LX=FR TD=SY
LK
SEF
FR TD 15 1 TD 13 8 TD 3 2 TD 4 2 TD 16 5 TD 8 6 TD 6 1
TD 10 7 TD 15 13 TD 14 7 TD 16 12 TD 15 7 TD 12 3 TD 15
12 TD 13 6 TD 10 9 TD 13 10 TD 10 8 TD 8 7 TD 7 6 TD 9
1 TD 11 6 TD 15 10 TD 16 6 TD 13 5
FR TD 14 9 TD 15 9 TD 14 12 TD 14 4 TD 11 4 TD 9 3 TD
12 9 TD 6 5 TD 12 6 TD 16 4 TD 16 9 TD 10 2 TD 7 1
PD
OU TV SS MI
83
LAMPIRAN 4
PATH DIAGRAM
MODEL FIT IMPULSE BUYING
84
MODEL FIT CLEANLINESS
MODEL FIT MUSIC
85
MODEL FIT SCENT
MODEL FIT TEMPERATURE
86
MODEL FIT LIGHTING
MODEL FIT COLOR
87
MODEL FIT DISPLAY/LAYOUT
MODEL FIT SELF-ESTEEM
88
LAMPIRAN 5
OUTPUT SPSS 17 ANALISIS REGRESI BERGANDA
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F Change df1 df2 Sig. F Change
1 .532a .283 .260
8.112704254
518158E0 .283 11.964 8 242 .000
a. Predictors: (Constant), SELF_ESTEEM, COLOR, CLEANLINESS, TEMPERATURE, MUSIC, DISPLAY,
SCENT, LIGHTING
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 6299.337 8 787.417 11.964 .000b
Residual 15927.465 242 65.816
Total 22226.801 250
a. Predictors: (Constant), SELF_ESTEEM, COLOR, CLEANLINESS, TEMPERATURE, MUSIC,
DISPLAY, SCENT, LIGHTING
b. Dependent Variable: IMPULSE_BUYING
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 45.611 4.902 9.305 .000
CLEANLINESS .053 .071 .052 .737 .462
MUSIC .004 .075 .004 .059 .953
SCENT .131 .077 .127 1.709 .089
TEMPERATURE .097 .070 .094 1.387 .167
LIGHTING .340 .088 .328 3.877 .000
COLOR -.139 .074 -.139 -1.865 .063
DISPLAY -.078 .074 -.074 -1.053 .293
SELF_ESTEEM -.321 .056 -.316 -5.702 .000
89
a. Dependent Variable: IMPULSE_BUYING
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change
df1 df2 Sig. F
Change
1 .257a .066 .062 9.13171 .066 17.546 1 249 .000
2 .302b .091 .084 9.02537 .025 6.903 1 248 .009
3 .346c .120 .109 8.90003 .029 8.034 1 247 .005
4 .351d .123 .109 8.90232 .003 .873 1 246 .351
5 .405e .164 .147 8.70871 .041 12.059 1 245 .001
6 .432f .187 .167 8.60751 .023 6.795 1 244 .010
7 .433g .187 .164 8.62266 .000 .143 1 243 .706
8 .532h .283 .260 8.11270 .096 32.510 1 242 .000
a. Predictors: (Constant), CLEANLINESS
b. Predictors: (Constant), CLEANLINESS, MUSIC
c. Predictors: (Constant), CLEANLINESS, MUSIC, SCENT
d. Predictors: (Constant), CLEANLINESS, MUSIC, SCENT, TEMPERATURE
e. Predictors: (Constant), CLEANLINESS, MUSIC, SCENT, TEMPERATURE, LIGHTING
f. Predictors: (Constant), CLEANLINESS, MUSIC, SCENT, TEMPERATURE, LIGHTING, COLOR
g. Predictors: (Constant), CLEANLINESS, MUSIC, SCENT, TEMPERATURE, LIGHTING, COLOR, DISPLAY
h. Predictors: (Constant), CLEANLINESS, MUSIC, SCENT, TEMPERATURE, LIGHTING, COLOR, DISPLAY, SELF_ESTEEM
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
IMPULSE_BUYING 251 27.47 78.42 50.0000 9.42906
CLEANLINESS 251 24.70 66.97 50.0000 9.25483
MUSIC 251 14.89 70.43 50.0000 9.17880
SCENT 251 24.15 68.41 50.0000 9.16873
TEMPERATURE 251 14.58 65.59 50.0000 9.15267
LIGHTING 251 13.63 69.31 50.0000 9.09289
COLOR 251 13.69 67.98 50.0000 9.44900
DISPLAY 251 21.08 68.80 50.0000 8.96505
SELF_ESTEEM 251 16.26 77.05 50.0000 9.28820
Valid N (listwise) 251
90
Frequency Table
KIMPULSEBUYING
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 20 8.0 8.0 8.0
2.00 194 77.3 77.3 85.3
3.00 37 14.7 14.7 100.0
Total 251 100.0 100.0
KCLEANLINESS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 50 19.9 19.9 19.9
2.00 159 63.3 63.3 83.3
3.00 42 16.7 16.7 100.0
Total 251 100.0 100.0
KMUSIC
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 28 11.2 11.2 11.2
2.00 188 74.9 74.9 86.1
3.00
35 13.9 13.9 100.0
Total 251 100.0 100.0
91
KSCENT
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 44 17.5 17.5 17.5
2.00 168 66.9 66.9 84.5
3.00 39 15.5 15.5 100.0
Total 251 100.0 100.0
KTEMPERATURE
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 25 10.0 10.0 10.0
2.00 174 69.3 69.3 79.3
3.00 52 20.7 20.7 100.0
Total 251 100.0 100.0
KLIGHTING
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
1.00 30 12.0 12.0 12.0
2.00 188 74.9 74.9 86.9
3.00 33 13.1 13.1 100.0
Total 251 100.0 100.0
KCOLOR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 33 13.1 13.1 13.1
2.00 177 70.5 70.5 83.7
3.00 41 16.3 16.3 100.0
Total 251 100.0 100.0
92
KDISPLAY
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 19 7.6 7.6 7.6
2.00 185 73.7 73.7 81.3
3.00 47 18.7 18.7 100.0
Total 251 100.0 100.0
KSELFESTEEM
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1.00 29 11.6 11.6 11.6
2.00 190 75.7 75.7 87.3
3.00 32 12.7 12.7 100.0
Total 251 100.0 100.0