PEMERIKSAAN SISTEM CARDIOVASKULER
A. Data Biografi
Usia, jenis kelamin, dan ras merupakan hal esensial yang harus dikaji pada sistem
kardiovaskuler.
B. Keluhan Utama
Biasanya klien mengeluh nyeri dada atau rasa tidak nyaman didada, dyspne, fatique
dan kelemahan, denyut jantung tidak teratur, dan perubahan perfusi perifer.
C. Riwayat Kesehatan Sekarang
1. Chest pain, bagaimana karakteristik nyerinya? Apakah seperti rasa terbakar atau
seperti tertusuk? Dimana nyeri dada paling dirasakan?, dapatkah klien
menunjukkannya secara pasti? Apakah nyerinya menyebar?. Nyeri angina
biasanya berupa tekanan atau rasa sakit yang dalam, substernal dan menyebar
kesalah satu atau kedua lengan.
2. Dispnea, edema kaki. Kapan anda punya pengalaman nafas pendek? Gejala ini
biasanya menujukkan adanya penyakit jantung kongesti.
3. Paroxismal nocturnal dyspnea (PND). Merupakan gejala klasik ventricular failure.
PND biasanya terjadi pada malam hari saat klien tidur, kemudian klien akan
terbangun dengan rasa seperti tercekik.
4. Orthopnea, Berapa bantal yang digunakan untuk membuat klien mudah bernafas?
Apakah klien menggunakan bantal lebih dari biasanya?
5. Kelemahan dan kelelahan, apakah klien mudah lelah? Aktivitas bagaimana yang
dapat membuatmu cepat lelah? Berapa lama aktivitas dilakukan sampai klien
merasa lelah? Kapan pertama kali klien merasakan kelelahan dan kelemahan?
Apakah kelelahan akan hilang dengan cara beristirahat?
6. Denyut jantung irregular, apakah denyut jantung klien cepat ? Palpitasi biasanya
merefleksikan aritmia.
7. Perubahan berat badan dan edema, apakah berat badan klien berfluktuasi atau
akhir-akhir ini terjadi peningkatan berat badan? Penambahan berat badan biasa
terjadi pada penyakit jantung akibat retensi natrium, diikuti retensi air.
8. Dry skin, apakah kulit klien terasa kering? Terutama pada daerah kaki? Kulit
kering biasanya berhubungan dengan penyakit vascular parifer.
D. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Tanyakan hal yang berhubungan dengan penyakit cardio vaskuler seperti penyakit
yang pernah diderita klien sebelumnya.
Hypertensi
Hyperlipidemia
Dabetes mellitus
Rematic fever
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Catat kondisi kesehatan keluarga sebagai berikut :
Penyakit cardiovascular dalam keluarga
Perilaku di dapat, seperti diet, (tinggi sodium, tinggi lemak, kegemukan), type
personality, gaya hidup yang penuh stress, merupakan faktor yang signifikan
memberikan konstribusi terjadinya penyakit cardiovascular.
F. Riwayat Psikososial
Integritas ego, bagaimana klien memandang dirinya sendiri
Support system dan pola komunikasi dalam keluarga?
Pekerjaan, apakah pekerjaan klien penuh dengan stressor dan tekanan ?
G. Aktivitas Sehari-hari
Aktivitas fisik, kebiasaan klien melakukan aktivitas aerobic secara
teratur.
Merokok, penggunaan alcohol, pemakaian obat-obatan.
Diet, kebiasaan makan klien, kandungan diet sehari-hari (lemak, Na)
H. Review of System
Kulit, diaphoresis biasanya merefleksikan stimulasi kuat terhadap syaraf
simpatis dan biasa terjadi pada klien iskemi myocardia.
Respiratory, nyeri saat bernafas, batuk darah biasanya mengindikasikan
edema paru, emboli paru, pneumonia atau gagal jantung berat.
Gastrointestinal, mual dan muntah sering diakibatkan iskemia
myocardial dan infark myocardial.
Cemas, nyeri kepala, pusing, merupakanm indikasi hypertensi, transient
ischemia, atau denyut jantung yang cepat
I. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian
Lakukan inspeksi dan palpasi bersamaan
Lokalisasi tanda pada dada, pertama. Dengan
mempalpasi sudut Louis, atau sudut sternal, yang
teraba seperti suatu tonjolan datar memanjang
pada sternun untuk meraba iga dua yang
berdekatan.
Hasil normal
Celah intercostal (CIK) terletak-tepat dibawah
masing-masing iga. CIK kedua memungkinkan
terjadinya identifikasi dari masing-masing enam
tanda anatomis.
Inspeksi dan palpasi masing-masing 6 tanda
anatomis.
Secara normal tidak ada getaran yang
terlihat, kecuali implus-implus apikal
(disebabkan oleh konstraksi ventrikuler
kiri). Obesitas, muskularitas, dan
payudara yang besar dapat menghalangi
impuls-impuls apikal.
Empisema paru dapat merubah letak
impuls-apikal.
Inspeksi mengenai adanya getaran-getaran.
Perhatikan masing-masing area di atas dada pada
suatu sudut ke sisi lainnya. Gunakan senter kecil
yang menyinari sudut tersebut untuk membantu
mengenali adanya getaran.
Inspeksi mengenai adanya getaran-getaran.
Perhatikan masing-masing area di atas dada pada
suatu sudut ke sisi lainnya. Gunakan senter kecil
yang menyinari sudut tersebut untuk membantu
mengenali adanya getaran.
Tidak ada getaran atau denyutan yang
terpalpasi pada daerah aortik, pulmonik,
titik Erb atau area trikuspid.
Palpasi masing-masing tanda penunjuk, Impuls apikal normal atau titik impuls
menggunakan dua jari proksimal dari keempat
jari bersamaan dan kemudian bergantian dengan
telapak tangan. Sentuh dengan lembut dan
biarkan gerakan mengangkat tangan anda.
Inspeksi dan palpasi tanda penunjuk pada:
1. Area aortik (CIK kanan kedua)
2. Area pulmonik (CIK kiri kedua)
3. Titik Erb (CIK kiri ketiga)
4. Area ‘Bikuspid (CIK kiri kelima sepanjang
sternum). Bila denyutan atau getaran
terpalpasi, hitung lama timbulnya
hubungannya dengan sistol atau diastol
melalui auskultasi bunyi jantung atau palpasi
arteri karotid secara serempak.
5. Area apikal atau mitral (CIK kiri kelima pada
garis mid klavikular). Perhatikan apabila
impuls apikal dapat terpalpasi, inilah yang
disebut TIM bila impulas apikal tidak bisa
teraba, buatlah klien berbalik ke sisi kiri.
6. Area epigastrik (tepat dibawah ujung stenum)
Saat mempalpasi di atas jantung, gunakan
tangan lainnya untuk mempalpasi arteri
karorid untuk menggambarkan denyut karotid
hubungannya dengan siklus kardiak.
maksinnal (TIM) adalah ketukan ringan
yang terasa pada titik ini pada area
dengan diameter ½ inchi.
Denyutan dari aorta abdominal kuat dan
terlokalisasi.
Denyutan mungkin terlihat pada klien
yang bertubuh langsing.
Denyut karotid dan S1 secara paralel
sinkron dan serempak.
Jantung secara normal berbunyi pekak
bila diperkusi.
Perkusi :
Untuk klien dewasa, perkusi tepi jantung untuk
menentukan ukuran jantung amat sulit dilakukan
(film sinar X lebih disukai penggunaannya).
SI, bernada tinggi, kwalitas pekak,
berbunyi seperti “dub” dan emudian
berbunyi seperti “dub” dan kemudian
Perkusi batas jantung bayi dan anak-anak kecil
untuk menentukan ukuran.
berlanjut pada fase sistolik pendek.
Muncul bersamaan dengan denyut
karotik. Terdengar paling jelas pada
apek.
Auskultasi dilakukan untuk mendeteksi bunyi
jantung normal, bunyi jantung ektra, dan murmur
Hilangkan kebisingan ruangan.
Bila beberapa detik untuk mendengarkan bunyi
jantung, jelaskan bal ini kepada klien untuk
mencegah terjadinya kecemasan.
Angkat payudara kiri klien untuk mendengar di
atas dinding dada dengan lebih baik.
Auskultasi dengan menggunakan diagfragma
stetoskop untuk mendengarkan bunyi bernada
tinggi. Ambil waktu untuk mendengar tiap-tiap
perhentian dalam siclus kardiak. Auskultasi setiap
tanda anatomik (kecuali untuk area epigastrik),
gunakan pendekatan sistematik. Mulai dengan
area aortic atau apical (TIM), kemudian,
gerakkan stetoskop perlahan secara metodis dan
sistemik, sepanjang rute tersebut. Pastikan untuk
mendengar bunyi jantung dengan jelas pada tiap-
tiap lokasi. Dan kemudian ulangi rangkaian
pengkajian tersebut dengan menempatkan sisi
bel stetoskop dengan ringan ke dada. Klien
mungkin akan diminta untuk melakukan tiga
posisi yang berbeda selama pengkajian.
Duduk tegak dan badan agak ke depan (baik
untuk seleuruh area dan untuk mendengar
murmur bernada tinggi).
S2, bernada tinggi, berbunyi seperti lub”,
dan berlanjut ke fase diastolik yang lebih
panjang. Terdengar paling kekerasan
relative normal dari S1 dan S2 adalah :
Area apcal : S1 pada tingkat paling
keras, lebih keras dari terdengar daripada
S2.
Area tricuspid : S1 terdengar lebih keras
dari S2.
Titik Erb: S2 terdengar lebih keras dari
S1.
Area pulmonik: S2 pada tingkat paling
keras, lebih keras terdengar dari S
Berbaring telentang: baik untuk seluruh area.
Posisi rekumben lateral kiri: baik untuk seluruh
area dan posisi terbaik untuk mendengar bunyi-
bunyi bernada rendah dalam fase diastol.
Pemeriksaan frekwensi jantung :
Setelah kedua bunyi terdengar jelas seperti “lub
dup”, hitung setiap kombinasi S1 dan S2 sebagai
satu denyut jantung. Hitung banyaknya denyut
selama 1 menit.
Frekwensi normal adalah 60 sampai 100
denyut/menit pada orang dewasa.
Gambar. Rangkaian posisi klien untuk auskultasi jantung. A, duduk tegak, badan sedikit
ke delam. B, ber baring terlentang. C, posisi rekumben lateral kiri. (Diambil dari Seidel
HM et at: Mosby’s guide to physical assessment, ed 2, St Louis, 1991, Mosby).
Pengkajian Hasil Normal
Memeriksa irama jantung:
Perhatikan waktu antara S1 dan S2 (perhentian
sistolik) dan kemudian waktu antara S2 dan S1
(perhentian diastolik), dengarkan satu siklus
jantung penuh pada setiap area auskultasi.
Irama yang teratur meliputi
interval yang teratur di antara
masing-masing, rangkaian
denyut. Terdapat perhentian yang
jelas antara S1 dan S2.
Apabila irama jantung tidak teratur,
bandingkan frekwensi denyut apikal dan radial
untuk menentukan apakah ada defisit denyut.
Auskultasi denyut apikal lebih dahulu dan
kemudian segera mengkaji denyut radial
(seorang pemeriksa). Bandingkan kedua
frekwensi jantung tersebut secara serempak
(dua pemeriksa)
Bila terjadi defisit, maka denyut
radial biasanya lebih sedikit
dibanding denyut apikal.
Auskultasi bunyi jantung ekstra pada masing- S3, (galop ventrikular) timbul
masingsisi auskultasi:
Gunakan sisi bel stetoskop untuk
mendengarkan ekstra bernada rendah (S3 dan
S4 bunyi klik dan gesekkan).
Dengarkan bunyi klik sebagai bunyi-bunyi
ekstra pendek, benada tinggi. Dengarkan bunyi
gesekan sebagai bunyi-bunyi berderit atau
bergesek.
Auskultasi untuk mendengar murmur pada
setiap sisi auskultasi.
Perhatikan waktu (pada hubungannya dengan
sistol dan diastole), lokasi, radiasi, kerasnya,
tinggi nada dan kualitasnya.
Suatu murmur terdeteksi melalui bunyi
mendesis atau meniup pada permulaan,
pertengahan atau akhir dari fase sistolik atau
fase diastolik.
Untuk mengkaji radiasi, dengarkan area-area
disamping lokasi dimana murmur paling jelas
terdengar, seperti di leher atau punggung.
tepat setelah S2, dan S4 (galop
atrial) timbul tepat sebelum S1.
S3 sering terdengar pada anak-
anak dan dewasa muda.
Secara normal tidak terdengar
adanya murmur.
Penyimpangan dari Normal Kewaspadaan Perawat
Sinus bradikardi : irama teratur namun terjadi
penurunan frekuensi denyut kurang dari 60
denyut/menit), berhubungan
Periksa tentang adanya tanda-
tanda penurunan curah jantung dan
laporkan
Tingkat IV : terdengar keras dengan hentakan atau
getaran.
Tingkat V : terdengar amat keras dengan hentakan
atau (getaran, terdengar denyutan stetoskop yang
menempel ringan atau diangkat sedikit dari
dinding dada.
Tingkat VI : terdengar lebih keras dari murmur
tingkat V, mungkin bisa terdengar tanpa stetoskop
atau berjarak 1 inci diangkat dari dinding dada.
Pengkajian Hasil
Normal
Kaji arteri karotid dengan klien dalam posisi
duduk :
Inspeksi kedua sisi leher terhadap denyut
arteri yang jelas.
Minta klien untuk sedikit memalingkan
kepala ke arah yang berlawanan dengan sisi
yang sedang diperiksa selama inspeksi.
Periksa hanya salah satu arteri karotid pada
setiap pengkajian. Jangan mempalpasi terlalu
kuat untuk menghindari perangsangan sinus
karotid.
Selama palpasi mungkin akan menolong bila
klien diminta ke arah sisis yang akan
diperiksa. Palpasi lembut dengan jari tengah
Denyut karotid bersifat lokal,
kuat, menghentak, tidak berubah
akibat inspirasi, ekspirasi atau
perubahan posisi
Kedua arteri karotid seharusnya
sebanding dalam frekuensi,
irama, dan kekuatan denyut.
Frekuensi sama seperti denyut
apical : teratur, kuat, elastis, dan
sebanding
Pada auskultasi tidak ada bunyi
yang terdengar diatas arteri
karotid.
dan jari telunjuk sekitar tepi media otot
sternokleidomastoideus.
Perhatikan bila denyut berubah-ubah saat
klien menarik atau menghembuskan napas.
Bandingkan frekuensi, irama dan kekuatan
denyutan pada setiap sisi.
Menggunakan sisi bel stetoskop auskultasi
denyut karotid saat klien menahan napas. Sisi
terbaik untuk penempatan stetoskop adalah
pada akhir lateral klavikula dan tepi posterior
otot stemokleidomastoideus.
Gambar : Palpasi arteri karotid internal sepanjang tepi otot
sternokleidomastoideus
Vena jugular
Pengkajian Hasil Normal
Kaji tekanan venajugular:
Minta klien duduk tegak lurus bersudut 90
derajat.
Minta klien untuk berbaring terlentang dengan
kepala sedikit terangkat sekitar 30-45 derajat.
Pastikan bahwa leher dan torak atas terbuka;
jangan memfleksikan atau
menghipereekstensikan leher.
Pastikan bahwa senter kecil menempel saat
Vena normal tanpak datar, denyut
tidak terputus-putus.
Kadar denyutan vena meningkat di
atas batas manubrium, 1 sampai 2
cm saat kepala klien mencapai
sudut 45º (Seidel etal.,1991)
digunakan untuk menyinari area leher.
Ukur titik tertinggi vena jugular internal yang
terlibat dengan menggunakan dua penggaris.
Sejajarkan ujung dasar penggaris dengan puncak
area denyutan di vena.
Kemudian dengan menggunakan penggaris
sentimeter dan menempatkannya tegak lurus
terhadap penggaris yang pertama pada setinggi
sudut sternal. Ukur dalam sentimeter jarak antara
kedua dari sudut sternal.
Ulangi pengukuran pada sisi yang lain.
Perhatikan adanya tekanan yang lebih tinggi dari
3 cm (1,25 inci)
Tekanan vena adalah 2 cm atau
kurang
Gambar
Pengukuran tekanan vena jugular
(Dari Seidel HM ct al:Mosby’s guide to physical assessment, ed 2, St Louis, 1991,
Mosby.)
Sirkulasi vena perifer
Pengkajian Hasil Normal
Minta klien untuk duduk dan berdiri saat
memeriksa system vena.
Periksa kulit, kuku, dan ekstremitas
terhadap tanda insufisiensi vena atau arteri:
warna, suhu, denyut, edema, sensasi dan
perubahan kulit.
Inspeksi ekstremitas bawah mengenai
adanya varises (pembengkakan atau vena
tampak berliku-liku), edema perifer, dan
plebitis.
Kaji adanya edema tekan pada sekitar
tumit. Tekan dengan jari telunjuk
sedikitnya selama lima detik di atas
masing-masing malleolus medial atau pada
tulang kering.
Inspeksi vena superficial terhadap
kemerahan, penebalan dan palpasi lembut
untuk mengetahui ada tidaknya nyeri.
Bila vena pada betis tampak kemerahan,
atau bengkak, palpasi lembut otot betis.
Perhatikan adanya perlunakan atau
ketegangan pada otot.
Kaji untuk plebitis vena dalam, dengan
mencari tanda Homans’: fleksikan sedikit
lutut klien dan dorsifleksikan kakinya.
Vena secara normal tidak terlihat,
kapiler kecil berbentuk seperti laba-
laba yang terlihat sepanjang paha
adalah normal.
Tidak terjadi depresi permanen pada
kulit.
Warna sama seperti kulit normal dan
tanpa ada rasa nyeri.
Tidak terdapat luka atau nyeri pada
betis.
Sirkulasi arteri perifer
Pengkajian Hasil Normal
Palpasi tiap arteri perifer untuk :
Frekuensi denyut, irama, kekuatan (Tabel 14),
dan keselarasan.
Palpasi ringan denyut radial sepanjang lekuk
radial pada pergelangan tangan.
Denyut perifer normalnya mudah
terpalpasi, dengan dinding,
pembuluh yang elastik, irama
teratur, dan frekuensi kisaran
normal untuk usia klien.
Kewaspadaan Perawat
Palpasi denyut ulnar bila insufisiensi arteri ke
tangan dicuragai. Denyut pada sisi ulnar pada
pergelangan tangan.
Bila denyut ulnar dan radial
lemah, lakukan tes Allen :
- Tekan arteri ulnar dan radial
secara serentak.
- Minta klien mengepalkan tangan.
Gambar
Pemeriksaan edema tekan (pitting) (Dari Seidel HM et al : Mosby’s guidet, to
physical assessment, ed 2, St Louis, 1991, Mosby)
Gambar Posisi anatomi arteri radial
Kewaspadaan Perawat
Dengan Lengan klien yang ekstensi, palpasi
denyut brachial pada lekuk antara otot bisep
dan trisep di atas siku pada fossa antekubital
Palpasi denyut femoral dengan klien pada
posisi terlentang. Letakkan 3 jari pertama di
atas area inguinal di bawah ligament
inguinal, pertengahan antara simpisis pubis
dan spina iliaka anterior superior, palpasi
dalam atau bimanual (tangan berada pada
kedua sisi denyutan) mungkin diperlukan.
Minta klien untuk membuka kepalan.
Lepaskan arteri ulnar.
Observasi apakah tangan berubah
merah muda, yang menggambarkan
kecukupan sirkulasi kolateral.
(Pemeriksaan clapat mengulangi
dengan melepaskan arteri radial).
Klasifikasi kekeuatan denyut
Klasifikasi denyut
0
1 +
2 +
3 +
Karakteristik
Tidak ada denyut teraba
Denyutan berkurang, sulit teraba
Denyutan normal, teraba dengan mudah, dan
tidak mudah lenyap.
Dengan kuat, mudah teraba, seakan-akan
memantul terhadap ujung jari, dan tidak dapat
lenyap.
Gambar : Posisi anatomi arteri ulnar Gambar : Posisi anatomi arteri
brakhial
Kewaspadaan Perawat
Palpasi denyut popliteal dibelakang lutut dengan
klien berbaring tengkurap atau terlentang dan lutut
sedikit fleksi, kaki rilek di atas meja pemeriksaan,
dan otot-otot tungkai rilek.
Minta klien untuk berbaring terlentang dan kaki
dalam keadaan rilek; Palpasi denyut dorsalis pedis
pada bagian atas kaki sepanjang garis imajiner dari
lekuk yang terbentuk antara ibu jari kaki, dan jari
kedua (mungkin tidak ada secara congenital).
Kewaspadaan Perawat
Palpasi denyut tibial posterior tepat dibelakang dan
dibawah malleolus medial dengan kaki rileks dan
sedikit ekstensi.
Bila mengalami kesulitan untuk mempalpasi denyut,
atau denyut tersebut tidak terraba, gunakan stetoskop
keinstrumen ultrasonic.
Oleskan jeli konduksi secukupnya ke kulit klien di
atas sisi denyutan.
Putar pengendali volume stetoskop ke titik on.
Dengan lembut arahkan instrumen ke sudut 45
sampai 90 derajat, mengacu ke arah yang berlawanan
dengan aliran darah, pada kulit di atas sisi denyutan.
Atur volume sesuai keperluan.
Penyimpangan dari Normal Kewaspadaan Perawat
Perubahan pada denyutan karotid selama Berlakulah hati - hati dalam
inspirasi dapat mengindikasikan terjadinya
suatu sinus disritmia.
Penyempitan penampang arteri karotid
mungkin akibat dari gangguan aliran darah
yang terdengar seperti desiran (bruit) atau
bunyi mendesis saat dilakukan auskultasi.
Peningkatan tekanan vena jugular ( di atas
2 inci (2,5 cm) adalah tanda terjadinya
penyakit jantung.
Gangguan sirkulasi ke ekstremitas dapat
disebabkan oleh penyakit sistematik,
seperti arterosklerosis, arterosklerosis
diabetes, gangguan koagulasi seperti
trombosis dan embolus, trauma lokal dan
pembedahan seperti kontusio, fraktur, atau
penggunaan alat-alat penahan seperti gips,
pembalut elastis, dan pengikat.
Denyut memantul, peningkatan tekanan
denyut menyebabkan denyut dapat dengan
mudah terpalpasi yang tidak mudah hilang.
Ini berhubungan dengan adanya latihan,
ansietas, demam, arterosklerosis, dan
hipertiroidisme.
Pulsus Alternan; Denyutan berganti-ganti
antara pulsasi amplitudo kecil, diikuti
dengan pulsasi amplitudo besar.
Berhubungan dengan kegagalan ventrikuler
kiri, terutama bila frekuensi denyut rendah.
Pulsus Diferen, denyutan tidak sebanding
mempalpasi arteri karotid untuk
mencegah perangsangan terhadap
sinus karotid, mengakibatkan
penurunan besar frekuensi jantung
dan tekanan darah.
Jangan memijat betis yang nyeri
tekan atau terus-menerus ; hal ini
telah disepakati akanmeningkatkan
risiko terbentuknya embolus.
antara ekstremitas kiri dan kanan
berhubungan dengan gangguan sirkulasi
local.
Tanda insufisiensi vena pada ekstremitas :
- Warna kulit merah kecoklatan atau
sianotik bila ekstremitas lebih rendah.
- Suhu normal
- Nadi normal
- Sering terlihat adanya edema, biasanya
dari kaki hingga ke betis
- Pigmentasi kecoklatan di sekitar tumit.
Tanda insufisiensi arterial pada
ekstremitas:
- Warna kepucatan saat ekstremitas
dinaikan, warna kemerahan sama ketika
ekstremitas diturunkan.
- Suhu dingin
- Penurunan atau ketiadaan denyut perifer
- Sedikit atau tidak ada edema
- Kulit menjadi tipis, bersinar dan
penurunan pertumbuhan rambut
- Penebalan kuku
Nyeri baik akut maupun kronik, Nyeri akut
mungkin dengan tiba-tiba, dan tidak hilang,
oleh baik istirahat maupun aktivitas. Nyeri
kronik dapat berupa kaki pincang yang
hilang timbul atau nyeri pada istirahat.
Kaki pincang terjadi selama latihan dengan
gejala pada kelompok otot, utama di bawah
area oklusi arterial, contoh telapak kaki,
betis, paha, atau bokong. Kaki pincang
timbul sebagai suatu rasa tegang, terbakar,
lelah, sakit, atau kram. Dengan istirahat,
nyeri hilang. Nyeri istirahat timbul segera
sesudah berbaring datar di atas tempat tidur
pada malam hari dan rasa seperti terbakar
(Bright dan Georgi, 1992).
Denyut yang kuat mungkin disebabkan
oleh latihan, dengan atau stress emosional.
Depresi permanen pada kulit di sekitar
tumit setelah palpasi menandakan
terjadinya edema. Ukur kedalaman depresi
tersebut (Seidel. Et al., 1991)
2 mm = edema 1+
4 mm = edema 2+
6 mm = edema 3+
8 mm = edema 4+