PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGGUNAKAN GAYA SINESTESIADALAM MENULIS KALIMAT BAHASA INDONESIA PADA SISWA
KELAS X MADRASAH ALIAYAHSALAKA KAB. TAKALAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh GelarSarjana pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
IRMA IDAWATI
10533 7057 12
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2016
TINTVERSITAS MUTIAMMADIYAH MAKASSARFAKULTAS KEGURUAN DA1Y ILMU PENDIDIK.{N
Judul skripsi
Nama
Nim
Dr.'*I. Antii
Ilg$r Jurusan Pendidikan
/dg$a{fl}arl S a stra I ndon esi a,r^_ '€dyde4^rd'.
PERSETUJT}AN PESTBIMBING
: Peningkatan Kemampuan \,Ien-egrurakan sinestesia dalar*
Menulis Kalimat Bahasa Indonesia pada Siswa Keras xMadrasah Aliyah Salaka Kabupaten Takalar
: Irma Idawati .::: -t
: 105337W,
Dr. H. Andi
Progiam Stutii : Pendidikaa Ba.haia dar Sa*tra li:danesia
Fakultas : Keguruan dan Ihur,r pendie{ikan
Setelah diperiksa dan d#eliti, skitp:;r i:ii teiah meinenulii peisyaiaian iintukJ,,.;:t,^-
U I r-U tS rlt r.
Iv,lakassar" 26 Oktoher 2016
Dis*tujui oleh
Sy ;,M,.[Iuin.
Diketahui oleh
IiB}{.: F{BIfi:951s76
-t
#.ffir,'*t
LNTVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARFAKULT.{S KEGURUAN DAN ILMU PEI{I}DIKAN
HALAMAN PBNGESAHAN
Skripsi atas Nama IRMA IDAWATI, NiM: 10533707512 diterima dan
disahkan oleh Panitia ujian Skripsi berdasarkan surat Keputusan Rektor
lJniversitas N{uhammadiyah Makassar Nomor: 105Tahun 1437 H12016. Tanggal
i{} Oktober ZbtA W, sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Pendidikarr Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
l*cgtuttatt datt Illru Pendidikau Un:reisilar fululrarrriiiadiyair iviakassar pacla lrari
Sabtu tanggal i6 Olffi.ber 201d.
Makassar, 25 D*tulhiiiah t437 H" 27 September
'
PANTTT{ L'JIA\
.Dr. H. Abdul Rahman Rahiin. S. E.. i\{. }"{.
Dr. H. Andi Sukri S1,arnsun.lvl. Htun.
KJraerLrddirr" S. Pd \1 Pd
l. Drs. t-1. Harnbali. S. i'd . h{ l{urn.
2. Dr \bC. h{truir 1.". }1. Pd.
3. Dr. H. Yuddin, S.E., h4.Pd.
A '.T^--:e Al,:L C D-J tr' nr+. I d)l u 11l\tu, J. ru.r lvt. ru.
z}t6M
1. Pensiryas"&um
2. retua \ 6: Selrretaris\ "(
4 Penguji =h
-
(
x
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Dalam Hidup Pasti ada Kesusahan
Tapi Janganlah Memprlihatkan Kesusahan itu
Kepada Orang Lain!
Sesungguhnya Bukan Mereka yang Akan Menyelesaikannya
Melainkan Kita sendiri dengan Cara yang Kita Miliki……
KUPERSEMBAHKAN
KARYA SEDERHANA INI SEBAGAI TANDA
BAKTIKU KEPADA:
AYAHANDA M.TAHIR KOLLE YANG SETULUS HATI
MENGAIZ REZEKI SEBAGAI
KARYAWAN PABRIK GULA TAKALAR
SEMBARI BERJUANG MELAWAN PENYAKIT
YANG BELIAU DERITA
IBUNDA SITTI DAHLIA YANG SANGAT SETIA DAN TABAH
MERAWAT AYAH DARI PENYAKITNYA SERTA
KAMI ANAK-ANAKNYA YANG BERANJAK DEWASA
SERTA ADEK TERSAYANG RISKA WAHDANIA
YANG SENANG TIASA MEMBANTUKU
DALAM AKTIFITAS SEHARI-HARI
DOAMU…, PENGORBANANMU…, NASEHATMU…,
SERTA KASIH SAYANGMU YANG TULUS MENUNJANG
KESUKSESAN ANANDA DALAM MENGGAPAI CITA-CITA
xi
ABSTRAK
IRMA IDAWATI. 2016. Peningkatan Kemampuan Menggunakan Sinestesiadalam Menulis Kalimat Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas X MADRASAHALIYAH SALAKA KAB. TAKALAR (Dibimbing oleh H. Andi SukriSyamsuri, dan Andi Adam)
Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana kemampuansiswa menggunakan sinestesia dalam menulis kalimat Bahasa Indonesia kelas XMadrasah Aliyah Muhammadiyah Salaka Kabupaten Takalar.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas ( classroom actionresearch ) yang terdiri atas dua siklus dilaksanakan sebayak empat kali pertemuan.Prosedur penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi, danrefleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X Madrash AliyahMuhammadiyah Salaka Kabupaten Takalar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai 7,0ke atas sebanyak 12 orang atau 85,71% sedangkan siswa yang memperoleh nilaidi bawah 7,0 sebanyak 2 orang atau 14,28%. Hal ini membuktikan bahwa siswakelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Salaka mampu menggunakansinestesia dalam menulis kalimat bahasa Indonesia karena lebih dari 85% siswayang memperoleh nilai 7,0% ke atas.
Kesimpulannya adalah siswa yang memperoleh nilai 7,0 ke atas telahmencapai 85%. Data ini mengimplikasikan bahwa siswa kelas X Madrasah AliyahMuhammadiyah Salaka mampu menggunakan sinestesia dalam menulis kalimatbahasa Indonesia.
Kata kunci : kemampuan menggunakan sinestesia, dalam kalimat bahasaIndonesia
xii
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhana waa taala., atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Peningkatan
Kemampuan Menggunakan Sinestesia dalam Menulis Kalimat Bahasa Indonesia
pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Salaka Kabupaten
Takalar” ini dapat dirampungkan.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (BSI) Fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dengan
selesainya skripsi ini tidaklah berarti bahwa proposal ini sudah dalam bentuk yang
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritikan sangat diharapkan dari pembaca
demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa selama dalam penyusunan skripsi ini, banyak
pihak yang telah membantu dan memberikan dukungannya baik secara material
maupun moril. Demikian pula segala bantuan yang penulis peroleh selama di
bangku perkuliahan sehingga penulis merasa sangat bersyukur dan mengucapkan
banyak terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu penulis.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Dr.
H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum., sebagai pembimbing I yang dengan penuh .
keikhlasan dan ketelitian membimbing, mengarahkan, memberikan ide-ide, dan
saran, serta memberikan masukan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini
xii
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhana waa taala., atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Peningkatan
Kemampuan Menggunakan Sinestesia dalam Menulis Kalimat Bahasa Indonesia
pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Salaka Kabupaten
Takalar” ini dapat dirampungkan.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (BSI) Fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dengan
selesainya skripsi ini tidaklah berarti bahwa proposal ini sudah dalam bentuk yang
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritikan sangat diharapkan dari pembaca
demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa selama dalam penyusunan skripsi ini, banyak
pihak yang telah membantu dan memberikan dukungannya baik secara material
maupun moril. Demikian pula segala bantuan yang penulis peroleh selama di
bangku perkuliahan sehingga penulis merasa sangat bersyukur dan mengucapkan
banyak terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu penulis.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Dr.
H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum., sebagai pembimbing I yang dengan penuh .
keikhlasan dan ketelitian membimbing, mengarahkan, memberikan ide-ide, dan
saran, serta memberikan masukan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini
xii
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhana waa taala., atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Peningkatan
Kemampuan Menggunakan Sinestesia dalam Menulis Kalimat Bahasa Indonesia
pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Salaka Kabupaten
Takalar” ini dapat dirampungkan.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (BSI) Fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dengan
selesainya skripsi ini tidaklah berarti bahwa proposal ini sudah dalam bentuk yang
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritikan sangat diharapkan dari pembaca
demi kesempurnaan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa selama dalam penyusunan skripsi ini, banyak
pihak yang telah membantu dan memberikan dukungannya baik secara material
maupun moril. Demikian pula segala bantuan yang penulis peroleh selama di
bangku perkuliahan sehingga penulis merasa sangat bersyukur dan mengucapkan
banyak terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu penulis.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Dr.
H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum., sebagai pembimbing I yang dengan penuh .
keikhlasan dan ketelitian membimbing, mengarahkan, memberikan ide-ide, dan
saran, serta memberikan masukan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini
xiii
Andi Adam, S.Pd., M. Pd., sebagai pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dan pikiran, tenaga dalam memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan
petunjuk kepada penulis hingga pada tahap penyelesaian skripsi ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus, penulis sampaikan
kepada Dr. Munirah, M. Pd., sebagai Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,
yang telah memberikan saran selama penulis menempuh pendidikan, seluruh
dosen di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah membekali penulis
berbagai ilmu pengetahuan selama menempuh kuliah sampai pada penyusunan
skripsi ini.
Segenap cinta dan hormat penulis ucapkan kepada kedua orang tua, dan
keluarga yang menjadi kebanggaanku sepanjang zaman Ayahanda Muh. Tahir dan
Ibunda Sitti Dahlia. atas ketulusan doa, curahan cinta, dukungan, semangat, dan
kasih sayangnya kepada penulis yang tak mungkin terbalaskan dalam bentuk
apapun. Demikian pula penulis ucapkan terima kasih kepada saudara-saudaraku
yang selalu memberikan dorongan dan doa.
Dari semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis tentunya
tidak akan dapat membalasnya kecuali berdoa semoga Allah Subhanahu wa taala
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada hamba-Nya yang telah membantu
sesamanya.
Makassar, September 2016
IRMA IDAWATI
xiv
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
LEMBAR PENGESAHAN
PERSETUJUAN PEMBIMBING
SURAT PERNYATAAN
SURAT PERJANJIAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN......................................................................x
ABSTRAK ...........................................................................................................xi
KATA PENGANTAR.........................................................................................xii
DAFTAR ISI........................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL...............................................................................................xvi
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................4
C. Tujuan Penelitian ...............................................................................5
D. Manfaat Hasil Penelitian .....................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS 7
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................7
B. Kerangka Pikir ...................................................................................22
C. Hipotesis Penelitian.............................................................................25
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................26
A. Desain Penelitian.................................................................................26
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ..............................................................26
C. Data dan Sumber Data ........................................................................26
xv
D. Rencana Tindakan...............................................................................27
E. Teknik Pengumpulan Data..................................................................33
F. Teknik Analisis data............................................................................35
G. Kriteria Pengkategorisasian Penilaian ................................................37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................39
A. Hasil Penelitian .........................................................................................39
B. Pembahasan Hasil .....................................................................................61
BAB V PENUTUP...............................................................................................64
A. Simpulan ...................................................................................................64
B. Saran..........................................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 3.1 Parameter Penilaian..................................................................38
Tabel 4.1 Aktivitas Siswa Pada Siklus I ...................................................40
Tabel 4.2 Aktivitas Guru Pada Siklus I ...................................................43
Tabel 4.3 Aktivitas Siswa Pada Siklus II .................................................47
Tabel 4.4 Aktivitas Guru Pada Siklus II..................................................51
Tabel 4.5 Klasifikasi Nilai Aspek Pilihan Kata Siklus I .........................55
Tabel 4.6 Klasifikasi Nilai Aspek Penulisan Kata Siklus I.....................56
Tabel 4.7 Klasifikasi Nilai Aspek Pilihan Kata Siklus II........................55
Tabel 4.8 Klasifikasi Nilai Aspek Penulisan Kata Siklus II ...................56
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir..........................................................24
Gambar 2.3 Gambaran Siklus Penelitian Tindakan Kelas....................28
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )
Data Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan II
Daftar Hadir Siswa
Perhitungan Statistik Deskriptif Siklus I
Perhitungan Statistik Deskriptif Siklus II
Dokumentasi
Persuratan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan sarana komunikasi yang mempunyai
peranan yang cukup penting dalam kehidupan manusia. Sebagai sarana
komunikasi, bahasa tidak akan terlepas dari arti atau makna yang terdapat
dalam suatu ujaran. Makna yang terdapat dalam tuturan (percakapan) atau
tulisan tersebut berfungsi sebagai penghubung antara bahasa dengan dunia
luar. Hal ini dapat saling dipahami apabila ada unsur konvensional para
pemakainya.
Proses komunikasi dalam kehidupan masyarakat akan berjalan
lancar apabila mematuhi konvensi yang telah ditentukan. Kalau tidak
mematuhi konvensi yang telah disetujui, maka secara tidak langsung akan
menghambat komunikasi. Hal tersebut diakibatkan karena bahasa yang
digunakan oleh anggota masyarakat tersebut tidak dipahami oleh penutur
bahasa Indonesia lainnya, dan berarti pula keluar dari konvensi itu.
Selanjutnya, dalam komunikasi antara penutur dan lawan tutur atau
antara penulis dan pembaca, sering terjadi kesalahpahaman tentang makna
yang dimaksudkan dalam komunikasi. Hal ini sering terjadi karena adanya
pergeseran makna (perubahan makna) dalam percakapan sehari-hari.
Kondisi ini merupakan salah satu akibat dari bahasa yang terus
1
2
berkembang sesuai dengan perkembangan pemikiran manusia sebagai
pemakai bahasa.
Perluasan wilayah pemakaian suatu kata merupakan suatu proses
kebahasaan dalam berbagai macam wujud. Wujud perluasan wilayah
pemakaian makna yang dimaksud adalah sinestesia dalam bahasa
Indonesia. Terjadinya perluasan wilayah pemakaian suatu kata dapat
diakibatkan oleh berbagai macam hal. Salah satu diantaranya adalah
perilaku pemakai bahasa itu sendiri yang cenderung memakai kosakata
dalam percakapan tanpa melihat ketepatan wilayah pemakaiannya. Selain
itu, juga menyangkut kebutuhan terhadap kosakata yang akan difungsikan
dalam komunikasi. Kebutuhan terhadap kosakata merupakan kebutuhan
pemakai bahasa itu sendiri. Kebutuhan pemakai bahasa ini berhubungan
dengan ketiadaan kosakata atau istilah baru yang dapat diwakili dan
mendukung pemikirannya.
Kebutuhan akan kosakata dalam pemakaian bahasa sehari-hari,
bukan saja menyangkut kosakata atau istilah baru belum ada, tetapi
pemakai bahasa yang mempunyai kecenderungan menggunakan kosakata
yang telah ada tanpa merasa perlu untuk menciptakan kosakata baru atau
istilah baru untuk suatu konsep hasil penemuannya. Salah satu contoh
kosakata yang dapat diidentifikasi pemakaiannya yaitu kata asem dalam
percakapan. Kata asem lazim digunakan dalam percakapan yang
maknanya berhubungan langsung dengan indera perasa. Namun, dalam
kenyataannya kata asem juga lazim kita jumpai dalam percakapan yang
3
maknanya berhubungan dengan indera penglihatan. Misalnya, dalam
kalimat berikut ini.
(1) Paras gadis itu sangat asem
(2) Aduh, asem rasanya sayur itu.
Pada kalimat tersebut tampak dengan jelas dapat kita lihat
pemakaian kata asem dalam percakapan. Pada kalimat (1) kata asem
digunakan untuk menyatakan makna yang berhubungan dengan indera
penglihatan. Dalam kalimat tersebut, kata asem mengacu pada makna
sesuatu yang tak enak dipandang mata. Demikian juga pada kalimat (2)
juga mengaju pada indera penglihatan. Namun, kata asem dalam kedua
kalimat tersebut mengacu pada objek yang berbeda. Pada kalimat (1) kata
asem lebih ditekankan pada paras manusia, sedangkan pada kalimat (2)
kata asem mengacu pada sayur. Kondisi ini memperlihatkan bahwa kata
asem telah mengalami gejala sinestesia.
Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa masalah termasuk kajian
kebahasaan yang cukup menarik untuk diteliti. Dikatakan menarik, karena
menyangkut tentang hasil perkembangan pemikiran manusia sebagai
pemakai bahasa. Masalah perluasan wilayah pemakaian kata dapat
memberikan manfaat sekaligus dapat memberikan efek yang tidak
diinginkan dalam komunikasi.
Dalam penelitian ini, penulis memilih siswa kelas X Madrasah
Aliyah Muhammadiyah Salaka Kab. Takalar. Penulis memilih siswa
tersebut sebagai objek penelitian dengan anggapan bahwa siswa tersebut
4
memiliki pengetahuan sinestesia yang beragam sehingga masih perlu
mendapat perhatian.
Setiap aktivitas siswa selalu berhubungan dengan penggunaan kata.
Dalam lingkungan sekolah dan keluarga, selalu berkaitan dengan
penggunaan kata, baik catatan-catatannya maupun dari buku-buku yang
diwajibkan atau yang dianjurkan. Bila ia seoarang yang rajin untuk
membaca majalah-majalah ilmiah, artikel-artikel dalam mingguan,
bulanan, dan surat kabar. Melalui aktivitas itu, kata beserta gagasannya
dapat dipahami penggunaannya. Ia harus membuka pandangannya
mengenai perkembangan penggunaan kata dalam komunikasi.
Kenyataan tersebut, merupakan salah satu faktor yang mendorong
penulis memilih siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Salaka
Kab. Takalar sebagai lokasi penelitian. Selanjutnya, masalah yang dipilih
adalah sinestesia sebagai gejala perluasan wilayah pemakaian kata. Selain
masalah tersebut, juga perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak,
sehingga ketepatan pemakaian kata dalam percakapan dan penulisan
kalimat dapat lebih terarah. Penelitian ini dapat memberikan motivasi dan
rangsangan dari berbagai pihak bahwa masalah makna kata dalam
penulisan kalimat bahasa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
”bagaimanakah kemampuan menggunakan sinestesia dalam menulis
5
kalimat bahasa Indonesia siswa kelas X Madrasah Aliyah
Muhammadiyah Salaka Kab. Takalar?”
C. Tujuan Penelitian
Seiring dengan rumusan masalah yang dikemukakan tersebut,
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan kemampuan menggunakan sinestesia dalam menulis
kalimat bahasa Indonesia pada siswa kelas X Madrasah Aliyah
Muhammadiyah Salaka Kab. Takalar.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian tentang kemampuan menggunakan sinestesia dalam
menulis kalimat bahasa Indonesia pada siswa kelas X Madrasah Aliyah
Muhammadiyah Salaka Kab. Takalar, dapat memberikan manfaat yang
bersifat teoretis maupun praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat
menambah pengetahuan bagi guru di Madrasah Aliyah Muhammadiyah
Salaka Kab. Takalar tentang kemampuan siswa kelas X menggunakan
sinestesia dalam kalimat bahasa Indonesia. Secara praktis, hasil penelitian
ini dapat bermanfaat bagi siswa guru dan peneliti:
1. dapat dijadikan referensi bagi pembaca dalam menambah wawasan
kebahasaan khususnya dalam memahami tentang gejala sinestesia;
2. dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya tentang perluasan
wilayah pemakaian makna kata dalam bahasa Indonesia;
6
3. dapat memberikan masukan bagi perkembangan bahasa Indonesia,
khususnya dalam pemahaman makna kosakata dalam penulisan
kalimat bahasa Indonesia.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan data yang
diperoleh melalui tugas siswa secara analisis data yang bertujuan untuk
mengetahui kemampuan siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah
Salaka Kab. Takalar kemampuan menggunakan sinestesia dalam menulis
kalimat bahasa Indonesia. Penelitian ini pernah diteliti oleh:
a. Ermayana pada Tahun 2013 dengan judul yang berbeda dan
tempat penelitian yang berbeda, Namun gejala yang diteliti sama.
Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang
memperoleh nilai 6,5 ke atas sebanyak 27 orang atau 75%,
sedangkan siswa yang memperoleh nilai di bawah 6,5 sebanyak 9
orang atau 25%. Kesimpulannya adalah siswa yang memperoleh
6,5 ke atas tidak mencapai 85%. Bahwa penelitian sebelumnya,
belum mampu menggunakan sinestesia dalam kalimat bahasa
Indonesia.
b. Puji pada tahun 2014 dengan judul “ Kemampuan Menguraikan
makna Kalimat dalam Bahasa Indonesia siswa kelas X Madrasah
7
8
Aliyah Muhammadiyah Salaka ”. Hasil belajar bahasa Indonesia
siswa pada siklus pertama berada pada ketegori dengan skor sangat
rendah 27%, skor rendah 40%, skor sedang 20%, skor tinggi 13%
dan skor sangat tinggi 0%. Pada siklus kedua berada pada kategori
dengan skor sangat rendah 0%, skor rendah 7%, skor sedang 13%,
skor tinggi 60% dan skor tinggi 20%. Hasil analisis menunjukkan
adanya perubahan yang terjadi dengan pembelajaran penulisan
makna kalimat dalam Bahasa Indonesia.
2. Pengertian Sinestesia
Sinestesia adalah salah satu penyebab terjadinya perubahan makna.
Perubahan makna kata yang terjadi akibat pertukaran tanggapan indera.
Pertukaran tanggapan indera berhubungan pancaindera yang dimiliki oleh
pemakai bahasa.
Aziz dkk. (2012:91) menyatakan bahwa sinestesia adalah bentuk
metafora berupa ungkapan yang berhubungan dengan suatu indera untuk
dikenakan kepada indera yang lain.
Kelebihan sinestesia dapat menambah perbendaharaan kosakata
sehingga pemakai bahasa dapat memilih dan menggunakan kosakata
sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.
Kelemahan sinestesia dalam kondisi yang lain yaitu berupa
kesalahpahaman akibat kesalahan dalam menafsirkan dan
menginterprestasikan makna kata yang digunakan dapat memunculkan
pertikaian antarpemakai bahasa karena ketersinggungan perasaan.
9
3. Pengertian Makna
Makna atau arti adalah hubungan antara tanda berupa lambang
bunyi ujaran dengan hal atau barang yang dimaksudkan. Misalnya, ada
tempat yang ada atapnya, dinding, pintu, jendela, tempat manusia hidup,
berdiam dan sebagainya. Ini adalah sebuah kejadian. Kemudian manusia
berusaha memberi suatu lambang berupa bunyi ujaran terhadap kejadian
ini, agar dapat dibawa dalam komunikasi. Untuk memudahkan hal ini,
kejadian tadi disebut rumah. Selanjutnya, juga dijelaskan bahwa apabila
orang menyebut rumah dan terus menghubungkan dengan kejadian tadi,
maka timbullah suatu hubungan yang disebut arti atau makna. (Keraf,
1991:130)
Keraf (1996:25) memberikan batasan makna kata sebagaihubungan antara bentuk dengan hal atau barang yang diwakilinya(referennya). Kata rumah misalnya adalah bentuk, sedangkanbarang yang diwakili oleh kata rumah adalah sebuah bangunanyang beratap, berpintu, berjendela, yang menjadi tempat tinggalmanusia. Barang itu yang disebut dengan referen, sedangkanhubungan antara bentuk dan referen akan menimbulkan makna.
Kempson (dalam Pateda, 1989:15) menjelaskan bahwa makna suatu kata dapat
dijelaskan melalui tiga hal:
(a) menjelaskan makna kata secara alamiah;
(b) mendeskripsikan makna kalimat secara alamiah;
(c) menjelaskan proses komunikasi.
10
Dalam hubungan ini Kempson melihat kemungkinan untuk menjelaskan
makna dari segi, (a) kata, (b) kalimat, (c) apa yang dibutuhkan oleh pembicara
untuk berkomunikasi (Pateda, 1989:15).
Dari seluruh uraian tentang pengertian makna di atas dapat diambil suatu
simpulan bahwa makna adalah hubungan antara nama atau kata dengan konsep-
konsep yang diwakilinya berdasarkan unsur konvensional dari pemakai bahasa
sebagai unsur utama yang terlibat dalam komunikasi. Dengan kata lain, makna
adalah pertalian bunyi bahasa atau lambangnya dengan pengertian yang
dimaksud.
4. Unsur-Unsur Makna
Pateda (1989:50) menjelaskan bahwa makna memiliki ruang
lingkup yaitu pengertian, perasaan, nada, dan tujuan. Ruang lingkup
tersebut merupakan aspek makna yang tidak terpisahkan satu dengan yang
lain. Demikian pula, Djajasudarma (1993:2) mengemukakan pandangan
Palmer bahwa ruang lingkup makna terdiri dari pengertian, perasaan, nada,
tujuan. Mengenai ruang lingkup makna tersebut, dapat dilihat pada uraian
berikut ini.
a. Pengertian
Pengertian adalah apa yang dapat kita pahami tentang unsur atau
satuan-satuan bahasa yang digunakan dalam komunikasi. Aspek
pengertian juga disebut dengan tema. Dalam menggunakan satuan-satuan
bahasa, harus ada unsur pemahaman, agar tercipta komunikasi dua arah.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pemakai bahasa harus memahami
11
satuan-satuan bahasa yang digunakan dalam komunikasi. Pengertian ini
turut menentukan penafsiran makna. Jadi, pengertian dapat tercapai
apabila ada unsur kesamaan.
b. Perasaan
Makna perasaan adalah sikap pembicara terhadap apa yang
dibicarakan, yang diekspresikan lewat bahasa yang digunakan. Dalam
mengekspresikan perasaan tersebut, tentu dibantu oleh gerakan-gerakan
anggota badan seperti ekspresi wajah/muka gembira, dan sebagainya.
Wujud ekspresi tersebut, berbeda-beda, bergantung pada tujuan yang ingin
dicapai oleh individu yang terlibat dalam percakapan. Contoh kalimat
yang diberikan yaitu selamat berbahagia. Kalimat tersebut diucapkan
sesuai dengan makna yang terkandung di dalamnya, yang menghendaki
situasi situasi dan kondisi yang sesuai.
c. Nada
Nada adalah sikap pembicara atau penyair terhadap lawan bicara
atau pembaca. Individu yang terlibat dalam percakapan harus memilih
kosakata sesuai dengan keadaan lawan bicara atau pembicara itu sendiri.
Selain itu, juga dijelaskan bahwa faktor jenis kelamin, latar belakang
sosial-ekonomi, asal daerah pembicara tetap harus diperhatikan dalam
sikap yang dimunculkan dengan keadaan seperti perasaan jengkel atau
benci terhadap lawan bicara.
d. Tujuan
12
Tujuan adalah maksud, senang atau tidak senang, atau efek usaha
keras yang dilaksanakan. Selain itu, juga dijelaskan bahwa ketika kita
mengatakan sesuatu, pasti mempunyai tujuan atau maksud yang ingin
dicapai. Contoh yang diberikan yaitu ketika kita mengatakan kamu boleh
juga, tentu mempunyai tujuan tertentu sesuai dengan keinginan pembicara.
5. Perubahan Makna Kata
Keraf (1996:95) menjelaskan bahwa perubahan makna itu tidak saja
mencakup bidang waktu, tetapi dapat juga mencakup persoalan tempat. Misalnya,
sebuah kata yang mula-mula dikenal oleh semua anggota masyarakat, pada waktu
tertentu akan bergeser maknanya pada suatu wilayah tertentu. Selain itu, sering
perubahan makna berjalan begitu cepat sampai sukar diikuti oleh seluruh lapisan
masyarakat. Misalnya, kata daulat mempunyai arti bahagia, mempunyai
kekuasaan tertinggi. Dalam masa penjajahan, kata daulat mempunyai arti merebut
hak dengan tidak sah atau memecat dengan paksa.
Djajasudarma (1993:63) menjelaskan “perkembangan makna mencakup
segala hal tentang makna yang berkembang, berubah, bergeser. Di dalam hal ini
perkembangan meliputi segala hal tentang perubahan makna baik yang meluas,
menyempit, atau yang bergeser maknanya.”
Chaer (2009:135) mengemukakan, bahwa secara sinkronik, maknakata tidak akan berubah, maka secara diakronis ada kemungkinanberubah. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa pengertianperubahan makna kata merupakan perubahan arti yang terjadi padasebuah kata. Chaer memberikan contoh kata sastra yang telah tigakali mengalami perubahan makna. Pada mulanya kata sastramempunyai makna ‘tulisan’ atau ‘huruf’. Kemudian berubah
13
makna menjadi ‘buku’. Perubahan yang ketiga mempunyai makna‘buku yang baik isinya dan baik bahasanya’.
Tarigan (1990:85) menjelaskan bahwa perubahan makna atauperubahan semantik dapat kita lihat dari berbagai segi. Jenisperubahan makna atau perubahan makna atau perubahan semantikyang dimaksud adalah perluasan (generalisasi), penyempitan(spesialisasi), peninggian (ameliorasi), pertukaran (sinestesia),dan persamaan (assosiasi). Pendapat tersebut diuraikan olehTarigan berdasarkan pemakaian kosakata dalam kehidupan sehari-hari.
Dari uraian di atas tentang perubahan makna pada sebuah kata, dapat
diambil suatu simpulan bahwa perubahan makna merupakan suatu proses
perkembangan makna pada sebuah kata yang dapat berwujud perluasan,
penyempitan, pelemahan, pengaburan, dan pergeseran makna (pertukaran) yang
ada dalam penggunaan kata.
6. Sinestesia sebagai Gejala Perubahan Makna
Tarigan (1990:95) menjelaskan bahwa sinestesia adalah jenis
perubahan makna yang terjadi akibat pertukaran pancaindera yang
berbeda. Contoh yang diberikan adalah sebagai berikut.
Wajah ibu Ani berubah asem ketika marah.
Kehidupannya sangat pahit untuk dia bicarakan.
Baik kata asem maupun kata pahit sebenarnya berhubungan
dengan indera perasa, tetapi pada pernyataan tersebut justru dipakai
sebagai tanggapan indera pendengar.
Akibat pertukaran pancaindera disebut sinestesia. Pertukaran
indera yang dimaksud adalah indera pendengaran dengan indera
penglihatan, indera perasa dan indera penglihatan. Misalnya, kata terang
yang berhubungan dengan indera penglihatan, tetapi dalam kalimat
14
suaranya terang, maka hal itu berhubungan langsung dengan indera
pendengaran.
Tarigan (1990:141) menjelaskan bahwa dalam penggunaan bahasa
banyak terjadi kasus pertukaran tanggapan indera yang satu dengan indera
yang lain. Rasa pedas, misalnya, yang seharusnya ditanggap oleh alat
indera perasa pada lidah, tertukar menjadi ditanggap oleh alat indera
pendengaran seperti tampak dalam ujaran kata-katanya cukup pedas.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa sinestesia merupakan
salah satu penyebab terjadinya perubahan makna. Yang dimaksud dengan
sinestesia adalah perubahan makna kata yang terjadi akibat pertukaran
tanggapan indera. Pertukaran tanggapan indera yang dimaksud dalam
pernyataan tersebut berhubungan pancaindera yang dimiliki oleh pemakai
bahasa.
7. Faktor-Faktor Timbulnya Sinestesia
Tarigan (1994:311) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang
dapat menyebabkan perubahan makna, yaitu perkembangan bidang ilmu
dan teknologi, perkembangan sosial budaya, perkembangan pemakaian
kata, pertukaran tanggapan indera, dan adanya asosiasi. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut ini.
a. Faktor Perkembangan Bidang Ilmu dan Teknologi
Perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi dapat
menyebabkan terjadinya perubahan makna. Adanya perkembangan konsep
keilmuan dan teknologi dapat menyebabkan sebuah kata yang pada
15
mulanya bermakna A menjadi bermakna B atau bermakna C. Misalnya
kata sastra pada mulanya bermakna ‘tulisan, huruf’ lalu berubah makna
‘bacaan’ kemudian berubah lagi menjadi ‘buku yang baik isinya dan baik
pula bahasanya’.
b. Faktor Perkembangan Sosial Budaya
Perkembangan dalam masyarakat berkenaan dengan sikap
sosial dan budaya, juga menyebabkan terjadinya perubahan makna.
Misalnya, kata saudara pada mulanya bermakna ‘seperut’ atau ‘orang
yang lahir dari kandungan yang sama’, sekarang digunakan sebagai kata
sapaan.
c. Faktor Perkembangan Pemakaian Kata
Setiap bidang kegiatan atau keilmuan biasanya mempunyai
sejumlah kosakata yang berkenaan dengan bidangnya. Namun, dalam
kondisi sekarang, kosakata yang pada mulanya hanya dipakai dalam
bidang -bidangnya itu dalam perkembangan kemudian digunakan juga
dalam bidang-bidang lain, dengan makna yang baru atau agak lain dengan
makna aslinya. Misalnya, kata menggarap yang semula hanya digunakan
dalam bidang pertanian, juga digunakan dalam bidang lain seperti kata
menggarap skripsi dan sebagainya.
d. Faktor Pertukaran Tanggapan Indera
Dalam perkembangan pemakaian bahasa, banyak terjadi pertukaran
pemakaian alat indera untuk menangkap gejala yang terjadi di sekitar
manusia. Misalnya kata pedas yang seharusnya ditanggap alat indera
16
perasa, menjadi ditanggap oleh indera pendengar, seperti kata-katanya
sangat pedas, dan sebagainya.
e. Faktor Asosiasi
Faktor asosiasi merupakan hubungan antara sebuah bentuk ujaran
dengan sesuatu yang lain berkenaan dengan bentuk ujaran itu, sehingga
dengan demikian bila disebut ujaran itu maka yang dimaksud adalah
sesuatu yang lain berkenaan dengan ujaran itu. Misalnya, kata amplop
sebenarnya adalah sampul surat, tetapi dalam kalimat supaya urusan cepat
beres, beri saja amplop, kata amplop mempunyai makna ‘uang sogok’.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa perubahan
makna dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor
tersebut berhubungan dengan diri pemakai bahasa itu sendiri. Kondisi
tersebut mengisyaratkan bahwa bahasa terutama makna kata harus tetap
menjadi perhatian dari berbagai peminat bahasa dan pemakai bahasa itu
sendiri. Apabila kita tidak memperhatikan perkembangan makna kata,
maka kita akan ketinggalan informasi dalam kebahasaan.
8. Penggunaan Sinestesia dalam Percakapan
Indera penglihatan dengan indera pendengaran berhubungan
sebagai berikut:
Dalam komunikasi yang sesungguhnya seperti komunikasi antara
siswa, salah satu gejala yang tampak jelas adalah gejala sinestesia. Gejala
tersebut turut mewarnai percakapan sehari-hari dalam lingkungan kampus.
Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu gejala sinestesia yang tampak
17
adalah pertukaran tanggapan indera penglihatan dengan indera
pendengaran. Misalnya:
(1) “Kenapa suaranya gelap sekali, tidak kedengaran ki di sini.”
(2) “Nah, itu suaranya baru terang, coba perhatikan mi”
Pada kalimat (1) kata gelap digunakan untuk menyatakan bahwa
kondisi suara dari pembicara kurang jelas kedengaran. Hal ini menandakan
bahwa kata gelap telah dialihkan pemakaiannya dalam lingkungan yang
lain. Maksudnya, kata gelap lazimnya digunakan untuk menyatakan
makna yang berhubungan dengan indera penglihatan seperti ruangan itu
sangat gelap dan sebagainya. Namun, dalam kenyataannya kata gelap telah
mengalami perkembangan sehingga pemakaiannya juga digunakan untuk
menyatakan makna yang berhubungan dengan indera pendengaran.
Pada kalimat (2) terdapat pemakaian kata terang yang mempunyai
gejala yang sama seperti kata gelap. Dalam komunikasi, kata terang
lazimnya mengacu pada lingkup makna ada matahari, cukup cahaya dan
sebagainya. Kenyataannya menunjukkan bahwa dalam percakapan sehari-
hari kata terang juga digunakan dalam lingkungan yang berhubungan
indera pendengaran. Pada kalimat “Nah, itu suaranya baru terang, coba
perhatikan mi” cukup memberikan kejelasan bahwa kata terang telah
dialihkan pemakaiannya ke dalam lingkungan indera pendengaran. Kata
suara lazimnya berhubungan dengan indera pendengaran. Jadi, kata terang
18
yang menerangkan kata suara menyebabkan kata tersebut mengalami
gejala sinestesia.
Indera perasa dengan indera penglihatan berhubungan sebagai
berikut:Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa terdapat gejala
peralihan makna dari makna yang berhubungan dengan indera perasa ke
indera penglihatan. Misalnya:
(3) “Aduh, kamu tambah hari tambah manis dilihat.”
(4) “Itu di kelas B, ceweknya manis-manis juga yah.”
Pada kalimat (3) dan (4) kata manis digunakan untuk menyatakan
makna yang berhubungan kecantikan seorang gadis. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kata manis telah dialihkan pemakaiannya dalam
lingkungan yang lain. Dalam komunikasi yang sesungguhnya, kata manis
indera perasa seperti makanan itu sangat manis. Akan tetapi, dalam
kenyataannya kata manis telah mengalami perkembangan makna sehingga
pemakaiannya juga digunakan untuk menyatakan makna yang
berhubungan dengan indera penglihatan.
Indera perasa dengan indera pendengaran berhubungan sebagai
berikut:Seperti contoh sebelumnya, berikut ini akan diuraikan gejala
peralihan makna dari makna yang berhubungan dengan indera perasa ke
indera pendengaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat uraian berikut ini.
(5) “Saya heran juga, kenapa kata-katanya sangat pedas. Padahal
Abdal tidak singgung ji perasaannya.”
19
(6) “Kalau bapak itu yang mengajar, sedap yah suaranya. Kita
juga bersemangat.”
Pada kalimat tersebut, tampak dengan jelas pemakaian kata pedas
dan sedap. Pada kalimat (5) kata pedas digunakan untuk menyatakan
bahwa makna dari kata-kata yang digunakan cukup menyindir lawan
bicara. Hal ini menandakan bahwa kata pedas telah dialihkan
pemakaiannya dalam lingkungan yang lain. Maksudnya, kata pedas
lazimnya digunakan untuk menyatakan makna yang berhubungan dengan
indera perasa seperti makanan itu sangat pedas dan sebagainya. Namun,
dalam kenyataannya kata pedas telah mengalami perkembangan sehingga
pemakaiannya juga digunakan untuk menyatakan makna yang
berhubungan dengan indera pendengaran. Jadi, dapat dikatakan bahwa
kata pedas dalam kalimat tersebut telah mengalami gejala sinestesia.
Pada kalimat (6) terdapat pemakaian kata sedap yang mempunyai
gejala yang sama seperti kata pedas. Dalam komunikasi, kata sedap
lazimnya mengacu pada lingkup makna yang berhubungan dengan indera
perasa. Namun, dalam kenyataannya menunjukkan bahwa kata sedap juga
digunakan dalam lingkungan yang berhubungan indera pendengaran.
Pada kalimat “Kalau bapak itu yang mengajar, sedap yah suaranya.
Kita juga bersemangat” cukup memberikan kejelasan bahwa kata sedap
telah dialihkan pemakaiannya ke dalam lingkungan indera pendengaran.
Kata suara lazimnya berhubungan dengan indera pendengaran. Jadi, kata
20
sedap yang menerangkan kata suara menyebabkan kata tersebut
mengalami gejala sinestesia.
Indera peraba dengan indera pendengaran berhubungan sebagai
berikut: akan diuraikan gejala peralihan makna dari makna yang
berhubungan dengan indera peraba ke indera pendengaran. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut ini.
(7) “Bagusnya yah, kalau kita berhadapan dengan ibu, tutur
sapanya halus.”
(8) “Memang kalau kita bicara langsung, halus sekali bicaranya.
Tapi dia itu orang cuek.”
Pada kalimat tersebut, tampak dengan jelas pemakaian kata halus.
Pada kalimat (7) kata halus digunakan untuk menyatakan makna yang
berhubungan dengan indera pendengaran. Hal ini menunjukkan bahwa
kata halus telah dialihkan pemakaiannya dalam lingkungan yang lain.
Maksudnya, kata halus lazimnya digunakan untuk menyatakan makna
yang berhubungan dengan indera peraba seperti kulitnya sangat halus.
Namun, dalam kenyataannya kata halus telah mengalami perkembangan
sehingga pemakaiannya juga digunakan untuk menyatakan makna yang
berhubungan dengan indera pendengaran. Hal tersebut dapat dibuktikan
dalam kalimat “Memang kalau kita bicara langsung, halus sekali
bicaranya. Tapi dia itu orang cuek.” Jadi, dapat dikatakan bahwa kata
halus dalam kalimat tersebut telah mengalami gejala sinestesia. Demikian
juga pada kalimat tersebut telah mengalami gejala sinestesia. Demikian
21
juga pada kalimat (8) kata halus mempunyai gejala yang sama pada
kalimat (7).
Indera perasa dengan indera peraba berhubungan sebagai berikut:
Pada uraian berikut ini, akan dipaparkan data yang berhubungan
dengan indera perasa dan indera peraba. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada uraian berikut ini.
(9) “Apa kita sudah coba jagungnya di tempat itu, rasanya agak
kasar ya.”
(10) “Mana oleh-olehnya ini dari Makassar, rotinya mo saya, itu
yang lembut sekali dimakan.”
Pada kalimat (9) dan (10) terdapat pemakaian kata kasar dan
lembut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam
komunikasi, kata kasar lazimnya mengacu pada lingkup makna yang
berhubungan dengan indera peraba. Namun, kenyataan menunjukkan
bahwa dalam percakapan sehari-hari kata kasar juga digunakan dalam
lingkungan yang berhubungan indera perasa. Pada kalimat (9) “Apa kita
sudah coba jagungnya di tempat itu, rasanya agak kasar ya.” cukup
memberikan kejelasan bahwa kata kasar telah dialihkan pemakaiannya ke
dalam lingkungan indera perasa. Kata jagung dalam kalimat tersebut akan
memperjelas makna kata kasar. Maksudnya, kata jagung yang
berhubungan dengan indera perasa akan mempengaruhi makna kata kasar.
Jadi, kata kasar dalam kalimat tersebut cukup dipengaruhi oleh kata yang
diterangkan.
22
Demikian juga pada kalimat (10) kata lembut dipengaruhi
maknanya oleh kata roti dalam kalimat “Mana oleh-olehnya ini dari
Makassar, rotinya mo saya, itu yang lembut sekali dimakan.” Konteks
kalimat tersebut cukup memperjelas bahwa kata lembut telah mengalami
perluasan makna. Perluasan makna tersebut merupakan salah satu gejala
sinestesia. Kenyataan tersebut cukup memberikan indikator bahwa kata
kasar mempunyai kemungkinan digunakan dalam beragam situasi
percakapan.
B. Kerangka Pikir
Pada bagian ini, penulis mengemukakan yang menjadi landasan
berpikir dalam melaksanakan penelitian ini. Landasan berpikir itu akan
mengarahkan untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan
dalam penelitian ini guna memperoleh masalah yang dipaparkan.
Penelitian ini dilandasi oleh penggunaan pemakai Bahasa
Indonesia mengalami gejala Sinestesia dapat menimbulkan efek yang
positif, karena dapat menambah perbendaharaan kosakata sehingga
pemakai bahasa dapat memilih dan menggunakan kosakata sesuai dengan
kondisi dan kebutuhannya. Dalam kondisi yang lain, sinestesia
mempunyai efek yang negatif yaitu berupa kesalahpahaman akibat
kesalahan dalam menafsirkan dan menginterprestasikan makna kata yang
digunakan. Akibat kesalahan tersebut dapat memunculkan pertikaian
antarpemakai bahasa karena ketersinggungan perasaan. Alat indera kita
23
yang lima sebenarnya sudah mempunyai tugas-tugas tertentu untuk
menangkap gejala-gejala yang terjadi di dunia ini. Namun, dalam
kenyataannya, sering dipertukarkan fungsinya dalam komunikasi. Selain
itu, berbagai macam hal yang menyebabkan kondisi ini terjadi.
Selanjutnya, dianalisis untuk mengetahui kemampuan menggunakan
sinestesia dalam Bahasa Indonesia Siswa Kelas X Madrasah Aliyah
Salaka Kab. Takalar karena memiliki latar belakang bahasa Ibu yang
kental sehingga turut berpengaruh dalam menggunakan satuan-satuan
bahasa (terutama kata atau frasa) yang sinestesia. Gambaran bagan
kerangka pikir jelas tampak berikut ini.
24
Bagan Kerangka Pikir
Bahasa Indonesia
Gejala Sinestesia
Indera Penglihatan dengan
Indera Pendengaran
Indera Perasa dengan Indera
PenglihatanIndera Perasa dengan Indera
Pendengaran
Indera Peraba dengan Indera
Pendengaran
Siswa
Temuan
Analisis
Indera Perasa dengan Indera
Peraba
Penulisan kalimat
25
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Madrasah
Aliyah Salaka Kab. Takalar mampu menggunakan sinestesia dalam
membuat kalimat bahasa Indonesia.
Adapun kriteria dikatakan, siswa mampu menggunakan sinestesia
dalam menulis kalimat bahasa Indonesia, jika jumlah siswa yang mendapat
nilai 7,0 ke atas berjumlah sekurang-kurangnya 85% dari sampel.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Selain upaya mencari pembuktian dan solusi dari masalah yang
diangkat dalam penelitian ini, peneliti telah menentukan dan merancang
desain penelitian. Penelitian ini digolongkan kedalam penelitian tindakan
kelas (Classroom Action Research). Mekanisme pelaksanaannya yaitu
terdiri atas dua siklus atau lebih, setiap siklus masing-masing dilaksanakan
dengan empat tahap, yaitu: (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Observasi,
dan (4) Refleksi.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X Madrasah Aliyah
Muhammadiyahh Salaka Kab. Takalar. Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa kelas X.
C. Data dan Sumber Data
1. Data Penelitian
Data pada penelitian ini adalah data proses pembelajaran dan data
hasil pembelajaran.
a. Data Proses
Data Proses pada penelitian ini ialah keterampilan siswa dan guru
ketika pembelajaran menulis kalimat berlangsung.
26
27
b. Data Hasil
Data hasil dalam penelitian ini ialah bercerita siswa kelas X
Madrasah Aliyah Muhammadiyah Salaka Kab. Takalar dalam bentuk skor
atau nilai yang diperoleh melalui hasil tes keterampilan menulis kalimat
menggunakan Sinestesih di setiap akhir siklus.
2. Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian ini adalah guru dan siswa. Data yang
diperoleh dari guru adalah informasi mengenai pembelajaran menulis
kalimat siswa. Data yang diperoleh dari siswa adalah hasil siswa ketika
pembelajaran membuat kalimat berlangsung dalam keterampilan menulis.
D. Rencana Tindakan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bersiklus yaitu
setiap siklus berlangsung 2 (dua) kali pertemuan (2 x 45) terdiriatas:
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
28
Siklus I
Siklus II
(Arikunto 2009: 74)
Gambar 2.3 Gambaran Siklus Penelitian Tindakan Kelas
1. Gambaran Umum Siklus I
a. Perencanaan
Pada tahap perencanaan siklus I dilakukan kegiatan sebagai
berikut:
a) Memeriksa jadwal kelas
Terselesaikan
Permasalahan Rencana
Tindakan I
Pelaksanaan
Tindakan I
Observasi I
pelaksanaan
Tindakan II
Evaluasi/
Analisis
Refleksi
DilanjutkankesiklusselanjutnyaBelumTersele
saikan
RefleksiEvaluasi/
analisis
RencanaTinda
kanakan II
Observasi II
Terselesaikan
29
b) Mengidentifikasi faktor penghambat dan pendukung yang
dihadapi guru berdasarkan hasil observasi awal peneliti dalam
pembelajaran menulis kalimat dengan menggunakan sinestesih
yang lazim digunakan untuk menunjang pembelajaran menulis
kalimat, khususnya dalam bentuk keterampilan menulis kalimat
Bahasa Indonesia.
c) Merumuskan alternatif tindakan pembelajaran dengan
menerapkan suatu pendekatan pembelajaran alternatif sebagai
upaya meningkatkan keterampilan menulis.
d) Menyusun rancangan tindakan selanjutnya sesuai hasil
identifikasi terhadap kemampuan menggunakan sinestesih yang
meliputi guru menjelaskan mengenai cara membuat kaliamat
melalui pengetahuan yang sudah ada, lalu siswa berdiskusi
untuk memperoleh pengetahuan yang baru, guru dan siswa
menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang sudah ada, guru
menyuruh siswa untuk membuat kalimat menggunakan
sinestesih sedangkan guru memberikan tanggapan atau
komentar terhadap hasil kerja siswa tersebut, selanjutnya
refleksi.
e) Pelatihan bagi guru untuk membuat perencanaan pembelajaran,
melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran dengan
penerapan menggunakan sinestesih: (a) Pelatihan membuat
perencanaan pembelajaran yang ditekankan pada pelatihan
30
perumusan tujuan.(b) Pelatihan dalam memilih atau menetapkan
topik gagasan yang akan diajarkan, menentukan lokasi, waktu,
media dan sumber belajar, kemudian merencanakan evaluasi.
(c) Pelatihan pelaksanaan pembelajaran dengan cara guru
dilatih menyampaikan penggunaan sinestesih dalam
keterampilan menulis kalimat Bahasa Indonesia. Pelatihan
tersebut disesuaikan dengan rancangan yang telah disusun. (d)
Guru dilatih untuk melaksanakan evaluasi pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan adalah guru melaksanakan
pembelajaran sesuai pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat
dengan menggunakan sinestesih sebagai dalam menulis kalimat Bahasa
Indonesia. Pada tahap ini guru dan peneliti melaksanakan tindakan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Guru bertindak yang menerapkan penggunaan sinestesih sebagai
upaya meningkatkan keterampilan siswa dalam membuat
kalimat Bahasa Indonesia, sementara itu peneliti bertindak
sebagai pengamat.
2) Peneliti melaksanakan pemantauan terhadap proses kegiatan
penerapan penggunaan sinestesih dalam menulis kalimat Bahasa
Indonesia.
31
c. Observasi / Evaluasi
Peneliti selain menyampaikan materi pembelajaran dan
melakukan tes, peneliti juga mengamati perilaku siswa selama proses
pembelajaran. Adapun aspek yang diobservasi adalah: (1) Antusias siswa
dalam kegiatan pembelajaran, (2) Perhatian siswa terhadap penjelasan
yang diberikan guru, (3) Keseriusan siswa dalam kegiatan pembelajaran,
(4) Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, (5) Respon atau sikap
siswa selama mengikuti pembelajaran, (6) Komentar yang diberikan siswa
selama pembelajaran menulis kalimat.
d. Refleksi
Setelah proses tindakan siklus I berakhir, peneliti melakukan
analisis mengenai hasil menulis kalimat, observasi, dan wawancara.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dilakukan refleksi yang meliputi 1)
pengungkapan sikap siswa dalam kegiatan pembelajaran, 2) keterampilan
menulis siswa dalam menggunakan sinestesih, dan 3) pengungkapan
tindakan-tindakan yang telah dilakukan guru selama mengajar. Hasil
refleksi dijadikan sebagai masukan pada tindakan selanjutnya.
2. Gambaran Umum Siklus II
Langkah–langkah kegiatan pada siklus II pada dasarnya
relative sama dengan perencanaan dan pelaksanaan langkah–langkah pada
siklus I,dengan mengadakan beberapa perbaikan atau penambahan sesuai
dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan. Tetapi ada beberapa
perbedaan kegiatan pembelajaran pada siklus II.
32
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama, maka pada
tahap ini peneliti dan guru secara kolaboratif melakukan kegiatan sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi kembali faktor-faktor yang menghambat guru
dalam proses pembelajaran menulis kalimat pada siklus
pertama.
2. Merumuskan alternatif tindakan lanjutan dalam meningkatkan
proses pembelajaran menulis kalimat
3. Merevisi skenario pembelajaran menulis kalimat dan
selanjutnya menyusun kembali rancangan tindakan
pembelajaran menulis kalimat
4. Menyempurnakan panduan pembelajaran menulis kalimat
berdasarkan hasil refleksi siklus I sehingga siswa memiliki rasa
kepercayaan diri dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dalam mengonstruksikan sendiri dalam menulis kalimat.
5. Melakukan pengayaan terhadap kemampuan dan keterampilan
guru melaksanakan pembelajaran menulis kalimat.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan untuk siklus II berlangsung 1 (satu) kali
pertemuan untuk pelaksanaan tindakan, dan 1 (satu) kali pertemuan untuk
melaksanakan tindakan sekaligus pelaksanaan menulis kalimat akhir
siklus. Pada tahap ini, peneliti dan guru melaksanakan tindakan
33
pembelajaran menulis kalimat dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Secara bersama peneliti dan guru melaksanakan pembelajaran menulis
kalimat sesuai dengan yang direncanakan. (2) Peneliti senantiasa berperan
sebagai pendamping dan memberikan penghargaan serta motivasi agar
guru dapat melaksanakan perannya sesuai dengan yang direncanakan. (3)
Melaksanakan pemantauan terhadap segala aspek yang mendukung dan
menghambat pelaksanaan tindakan pembelajaran menulis kalimat.
c. Observasi / Evaluasi
Pelaksanaan observasi pada siklus II, hampir sama
penerapannya dengan siklus I. Pada tahap ini dilakukan observasi dan
terakhir hasil belajar siklus II dengan cara menulis kalimat.
d. Refleksi
Guru dan siswa merefleksikan pembelajaran yang telah dilakukan.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dilakukan refleksi yang meliputi: 1)
perubahan sikap siswa setelah mengikuti pembelajaran, 2) peningkatan
keterampilan siswa dalam menulis kalimat, dan 3) tindakan-tindakan yang
telah dilakukan guru selama mengajar. 4) Menetapkan kesimpulan tentang
hasil yang dicapai dalam peningkatan kemampuan menulis kalimat dengan
menggunakan sinestesih. Apabila hasil belajar keterampilan menulis
kalimat siswa pada siklus II masih belum menunjukkan peningkatan, akan
dilakukan siklus berikutnya.
34
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan dalam
mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian ini. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
wawancara, observasi,dan dokumentasi.
1. Teknik Wawancara
Pedoman wawancara berisi beberapa pertanyaan untuk guru
dan siswa sebagai responden. Pertanyaan-pertanyaan yang ada bertujuan
memperoleh data tentang respon guru dan siswa terhadap materi
keterampilan menulis kalimat dengan menggunakan sinestesih.
Wawancara dilakukan diluar jam pelajaran.
2. Teknik Observasi
Teknik observasi dilakukan untuk melihat semua aktifitas siswa
saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dalam penelitian ini,
observasi dilakukan terhadap guru dan siswa selama proses tindakan
berlangsung. Observasi dilakukan dengan mengacu kepada lembar
observasi yang bertujuan untuk mengetahui sikap guru dalam
mengarahkan dan mengontrol siswa serta sikap siswa selama proses
pembelajaran dalam bercerita.
3. Teknik penilaian hasil belajar
Penilaian hasil dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
keterampilan bercerita siswa. Adapun yang menjadi indikator penilaian
35
tersebut adalah faktor-faktor kemampuan menulis menurut Titik W,S, dkk
(2003:26-27) yakni faktor kesiapan yang mencakup:
a. Menguasai teknik menulis kalimat.
b. Pilihan kata (diksi)
c. Pemilihan bahasa
d. Wawasan luas.
e. Kreatif
Keterampilan menulis siswa di ukur dengan menjumlahkan skor
dari lima faktor di atas. Untuk skor per item, skor maksimal yang mengkin
dicapai siswa adalah 20. Dan secara keseluruhan skor maksimal adalah
100.
F. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.
Untuk data proses dianalisis secara deskriptif kualitatif, sedangkan data
hasil belajar dianalisis secara deksriptif kuantitatif.
Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk
kalimat yang memberi gambaran tentang suasana kelas dan batin peserta
didik (perhatian, antusias, percaya diri, keaktifan, sikap, komentar atau
tanggapan, dan motivasi dalam belajar) yang diperoleh melalui lembar
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data kuantitatif adalah data
skorhasil tes yang menggambarkan prestasi aka demik dalam menulis
kalimat dengan menggunakan sinestesih.
36
Data tersebut direduksi berdasarkan masalah yang diteliti,
diikuti penyajian data, dan terakhir penyimpulan. Langkah analisis ini
dilakukan berulang-ulang. Tahap analisis itu diuraikan sebagai berikut:
1. Menelaah Data
Data yang terkumpul melalui wawancara, observasi data
dokumentasi ditelaah dengan proses transkripsi hasil. Data
dikelompokkan berdasarkan data pada tiap siklus.
2. Reduksi Data
Keseluruhan data yang telah terkumpul diseleksi dan
diidentifikasi berdasarkan individu dan kelompoknya dan diklasifikasikan
sesuai kebutuhan.
3. Penyajian Data
Penyajian data dengan cara mengorganisasikan informasi
yang telah direduksi. Keseluruhan data dirangkum dan disajikan secara
terpadu sesuai siklus yang direncanakan sehingga berfokus pada
pembelajaran.
4. Menyimpulkan Hasil Penelitian
Akhir temuan penelitian disimpulkan dan dilakukan kegiatan
triangulasi atau pengujian temuan penelitian. Keabsahan data diuji dengan
memikirkan kembali hal-hal yang telah dilakukan dan dikemukakan
melalui tukar pendapat dengan pembimbing, teman sejawat, peninjauan
kembali wawancara, observasi, dan dokumentasi serta dengan teman
sejawat atau guru setelah selasai pembelajaran.
37
Data yang diperoleh dari hasil kemampuan menulis kalimat
siswa berupa angka. Hasil tersebut kemudian dideskripsikan secara
kuantitatif. Nilai masing-masing siswa pada setiap akhir siklus
dijumlahkan. Perhitungan nilai akhir dihitung dengan menggunakan rumus
skala 0-100:
Penilaian dilakukan dengan rumus:
Nilai akhir= ( ) x skor ideal (100)
Hasil perhitungan tersebut kemudian dikonsultasikan dengan
parameter penelitian untuk menentukan kategori keterampilan menulis
kalimat siswa, yakni sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang.
Hasil yang diperoleh siswa pada siklus I dibandingkan dengan hasil yang
diperoleh siswa pada siklus II untuk mengetahui peningkatan keterampilan
menulis kalimat siswa.
Peningkatan kemampuan menggunakan sinestesih dalam menulis
kalimat bahasa Indonesia siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah
Salaka Kab. Takalar dikaitkan dengan ketuntasan belajar. Siswa yang
mendapatkan nilai 70 keatas, maka pembelajaran menulis kalimat
menggunakan sinestesih oleh guru dapat berhasil efektif. Taraf
keberhasilan yang dicapai siswa dikatakan berhasil apabila mencapai nilai
baik dan sangat baik.
38
G. Kriteria Pengkategorisasian Penilaian
Penelitian ini dikatakan berhasil apa bila keterampilan menulis
kalimat siswa dalam proses belajar mengajar meningkat. Keterampilan
menulis kalimat itu ditunjukkan dengan kegiatan menyampaikan secara
tulisan sesuai kompetensi dasar yang ada pada silabus SMA/MA.
Peningkatan keterampilan itu ditunjukkan dengan peningkatan nilai yang
diperoleh siswa darisiklus I kesiklus II. Peneliti menetapkan parameter
untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam tabel 3.1.
Tabel 3.1. Parameter Penilaian
No Nilai Keterangan
1 0 – 39 Sangat Kurang
2 40 – 54 Kurang
3 55 – 69 Cukup
4 70 – 84 Baik
5 85 – 100 Sangat Baik
(Modifikasi dari Nurgiyantoro, 2010: 253)
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini yakni hasil dari keterampilan menulis kalimat siswa
dan hasil dari proses pembelajaran menulis. Hasil penelitian dari keterampilan
menulis siswa yang berupa angka dideskripsikan secara kuantitatif sedangkan
hasil penelitian dari proses pembelajaran menulis dideskripsikan secara kualitatif.
Proses peningkatan kemampuan menggunakan sinestesia dalam menulis kalimat
Bahasa Indonesia pada siswa kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Salaka
Kab. Takalar dilaksanakan melalui dua tahap, yaitu tindakan siklus I dan tindakan
siklus II.
1. Penyajian Data Proses Pembelajaran Kemampuan Menggunakan
Sinestesia dalam Menulis Kalimat Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas X
Madrasah Aliyah Muhammadiyah Salaka
a. Data dan Analisis Data Proses Pembelajaran Bercerita Siklus I
1) Data dan Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa
Pada siklus I ini, data proses pembelajaran diperoleh dari hasil
observasi, terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Kegiatan observasi dilakukan dengan menggunakan format
observasi siswa yang telah disediakan sebelumnya. Gambaran aktivitas
siswa pada siklus I diuraikan seperti berikut ini:
39
40
Tabel 4.1. Aktivitas Siswa pada Siklus I
No. Kegiatan pembelajaran
Persentase Keaktifan %
Jumlah
%Aktif %
Kurang
aktif %
Tidak
aktif %
1. Siswa menyimak pertanyaan
dari guru tentang hambatan dan
kesulitan dalam menulis kalimat
3 6 5 14
21,43 42,85 35,72 100%
2. Siswa mengungkapkan ide atau
gagasan secara eksplisit dengan
menggunakan bahasa siswa
sendiri
2 7 5 14
14,28 50 35,72 100%
3. Siswa secara bergiliran untuk
menulis kata-kata yang termasuk
kalimat sinestesia
4 4 6 14
28,57 28,57 42,85 100%
Naff - Chapter 07 - 03. Tak Butuh Jawaban.mp3
4.
Siswa membina sendiri cara
menulis kalimat Sinestesia
dengan kata-kata yang telah
disediakan
5 7 2 14
35,72 50 14,28 100%
5. Siswa memberikan komentar
atau tanggapan terhadap kalimat
yang dibuat oleh siswa yang lain
6 3 5 14
42,85 21,43 35,72 100%
41
Selanjutnya pada pertemuan kedua, siswa terlihat aktif dalam menyimak
pertanyaan dari guru tentang hambatan dan kesulitan dalam menulis kalimat s
sebanyak 6 orang (42,58%), yang tampak kurang aktif sebanyak 4 (28,57%), dan
sebanyak 4 siswa (28.57%) yang tidak aktif Menurut pengamat peneliti, Karena
siswa sudah kelihatan serius dalam menerima pelajaran. Pada kegiatan siswa
mengungkapkan ide atau gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa
siswa sendiri dan memberikan pertanyaan tampak aktif sebanyak 5 orang
(37,72%), yang kurang aktif sebanyak 6 siswa (42,85%), dan sebanyak 3 siswa
(21,43%) yang tidak aktif. Karena ada perubahan dengan pertemuan sebelumnya,
dari takut salah menuangkan ide menjadi berani dan percaya diri.
Pada kegiatan secara bergiliran untuk menulis kalimat ( yang termasuk
kelimat sinestesia ) dengan menggunakan pilihan kata yang termasuk kata dari
sinestesia yang tepat tampak yang aktif 5 orang (35,72%), kurang aktif sebanyak
5 siswa (35,72%), dan sebanyak 4 siswa (28.57%) yang tidak aktif. Menurut
pengamat peneliti, adanya perubahan dengan bertambahnya yang aktif Alasannya
aktif karena siswa sudah merasa percaya diri dalam menyampaikan dan menulis
kalimat dengan menggunakan kata yang termasuk kata sinestesia
Siswa membina sendiri cara menulis kalimat sinestesia di depan kelas
dengan menggunakan kosa kata dan konteks yang sesuai dengan situasi dalam
bercerita yang tampak aktif sebanyak 7 orang (50%), yang kurang aktif sebanyak
6 siswa (42,85%), dan sebanyak 1 siswa (7,14%) yang tidak aktif. Pada kegiatan
ini, menurut peneliti siswa yang kurang aktif karena siswa hanya pasrah dan
menulis kalimat sinestesia itu tanpa memperhatikan konteks dan situasi yang ada.
42
Serta tidak terlalu memperhatikan kata yang termasuk kalimat sinestesia dengan
baik dan benar dalam menyampaikan. Pada kegiatan memberikan komentar atau
tanggapan terhadap cerita yang disampaikan oleh siswa yang lain tampak aktif 8
orang (57,14%), yang kurang aktif 2 (14,28%), dan sebanyak 4 siswa (28,57%)
yang tidak aktif. Menurut pengamat siswa yang tidak aktif. Alasan tidak aktif
karena siswa dalam memberikan tanggapan dan komentar terhadap kalimat
sinestesia yang disampaikan oleh temannya masih kaku dalam menuangkan
tanggapan dan ide. Kegiatan ini terlihat suasana kelas yang sangat gaduh karena
siswa-siswa yang lain tidak memperhatikan temannya yang sedang menulis
kalimat sinestesia dipaapan tulis dan guru tidak berperan aktif dalam membimbing
siswa dan membangun suasana yang ideal. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran
tersebut perlu diterapkan pada siklus berikutnya.
Observasi pembelajaran menulis kalimat sinestesia pada siklus pertama
dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Aspek yang diamati dalam
observasi ini meliputi perilaku yang ditunjukkan siswa dan guru selama mengikuti
pembelajaran. Dari kegiatan observasi ini juga diperoleh data mengenai
kemampuan menulis kalimat sinestesia siswa mulai dari pilihan kata, dan
penulisan kalimat sinestesia. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti,
secara keseluruhan proses pembelajaran menulis kalimat sinestesia pada siklus
pertama masih dikategorikan belum memuaskan.
Selama pelaksanaan siklus pertama membuat siswa menjadi cukup aktif
dalam proses pembelajaran. Meskipun masih terdapat siswa yang agak ragu atau
43
takut dalam menulis kalimat sinestesia diharapkan dengan adanya pembelajaran
ini sehingga akan menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa itu sendiri bahwa
mereka juga ternyata bisa seperti teman yang lain yang aktif menyampaikan .
Berdasarkan data-data tersebut, dinyatakan bahwa penjelasan tentang pengertian
tentang kalimat sinestesia serta gejala-gejala terjadinya sinestesia (gejala
perubahan makna kata) masih perlu diterapkan pada kegiatan pembelajaran pada
siklus selanjutnya.
2) Data Observasi Aktivitas Guru
Pada siklus I ini, data proses pembelajaran diperoleh dari hasil observasi,
terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan
observasi dilakukan dengan menggunakan format observasi guru yang telah
disediakan sebelumnya. Gambaran proses aktivitas guru pada siklus I diuraikan
seperti berikut ini.
Tabel 4.4. Aktivitas Guru pada Siklus I
No Kegiatan PembelajaranSangat
BaikBaik Cukup Kurang
1. Guru membuka pelajaran
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Guru memberikan motivasi belajar kepada
siswa
4. Guru mengarahkan siswa pada materi
pembelajaran tentang kata yang termasuk
44
sinestesia dan menulis kalimat sinestesia
5. Guru mengobservasi kegiatan menulis
kalimat sinestesia oleh siswa selama
proses pembelajaran berlangsung
6. Guru memberikan penguatan atau
penghargaan kepada siswa baik yang
menulis kalimat sinestesia dipapan tulis
maupun yang memberikan
tanggapan/komentar
7. Guru menutup pelajaran
Selanjutnya, pada pertemuan kedua tabel 4.4 aktivitas guru dalam proses
pembelajaran belum terlaksana secara maksimal. Aktivitas guru yang
dilaksanakan dengan baik yaitu pada saat membuka pelajaran, menyampaikan
tujuan pembelajaran, memberikan penguatan atau penghargaan kepada siswa baik
yang menulis kalimat sinestesia dipapan tulis maupun yang memberikan
tanggapan/komentar dan menutup pelajaran. Sehingga siswa merasa terkesan dan
senang dengan materi yang disampaikan oleh guru dengan memberikan
penghargaan agar siswa merasa semangat dan termotivasi menulis kalimat
sinestesia dan memberi tanggapan terhadap kalimat sinestesia yang disampaikan
oleh teman yang lainnya.
Aktivitas guru yang cukup baik yaitu memberikan motivasi belajar
kepada siswa, mengarahkan siswa pada materi pembelajaran tentang kalimat
sinestesia dan observasi kegiatan menulis kalimat sinestesia, siswa selama proses
45
pembelajaran berlangsung. Kegiatan memberikan motivasi ini sangat penting
karena motivasi merupakan dasar bagi siswa untuk mengikuti pembelajaran secara
aktif. Selanjutnya, kegiatan mengarahkan siswa pada saat menulis kalimat dari
kurang baik menjadi cukup baik dalam melaksanakan pembelajaran sehingga ada
kemajuan dalam memberikan arahan. Adapun kegiatan observasi menulis kalimat
sinestesia pada pertemuan pertama belum maksimal. Sehingga dalam kegiatan ini
perlu memberikan dorongan atau semangat kepada siswa supaya bisa
melaksanakan aktivitas dengan aktif. Baik dari menuliskan kalimat sinestesia
dipapan tulis maupun yang memberikan komentar dan tanggapan agar berani
tampil di depan umum.
Guru sudah memberikan motivasi kepada siswa sebelum memasuki
pelajaran meskipun belum terlaksana dengan maksimal. Namun ada sebuah
perubahan aktivitas atau tindakan yang dilakukan oleh guru yaitu dari kurang baik
menjadi cukup baik. Peneliti menyampaikan kepada guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia bahwa pemberian motivasi itu sangat penting apalagi dalam hal
mengajarkan keterampilan menulis. Terkadang banyak siswa yang pasif karena
kurangnya dorongan baik dari guru maupun dari rekannya sehingga mereka hanya
pasrah mengikuti pelajaran. Jika tidak dilakukan sebuah upaya perbaikan, kondisi
kemampuan menulis kalimat siswa khususnya di sekolah tersebut tidak akan
mengalami perubahan ke arah yang lebih baik.
Kegiatan pembelajaran memberikan penguatan atau penghargaan kepada
siswa baik yang menulis kalimat sinestesia dipapan tulis maupun yang
memberikan tanggapan/komentar, seharusnya siswa tetap diberikan penghargaan
46
agar ada upaya perbaikan dari siswa itu sendiri yang sangat berpengaruh pada
motivasi siswa dalam belajar.
3) Analisis Data Hasil Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa pada akhir
pembelajaran setiap siklus. Peneliti mewawancarai guru untuk mengetahui cara
mengajar guru dalam proses pembelajaran. Peneliti mewawancarai siswa untuk
mengetahui kemampuan berbicara siswa dalam menulis kalimat. Wawancara
dilakukan dengan menggunakan lembar wawancara yang telah disediakan
sebelumnya.
Hasil wawancara terhadap guru mata pelajaran diperoleh data bahwa guru
mengalami kendala dalam membawakan pelajaran menulis kalimat sinestesia
karena hanya beberapa siswa saja yang aktif menulis kalimat sinestesia dan
harus membujuk serta menunjuk satu per satu terlebih dahulu supaya tampil
untuk menulis kalimat dipapan tulis. Keaktifan dan antusias siswa sangat
penting dalam membangun interaksi antara siswa dengan guru. Selanjutnya,
guru mata pelajaran kurang kreatif dalam memunculkan usaha untuk
memotivasi siswa.
Guru dan siswa memberikan apresiasi yang baik ketika diminta
pendapatnya mengenai pembelajaran menulis kalimat sinestesia. Bagi guru dan
siswa, Sinestesia merupakan salah satu pembelajaran yang dapat memberikan
pengetahuan tentang gejala perubahan makna kata dalam menulis kalimat.
Siswa yang dulunya yang hanya tau tentang kalimat dan makna kata, dengan
adanya pembelajaran sinestesia atau perubahan makna kata. Siswa dapat
47
mengetahui tentang apa saja penyebab perubahan makna kalimat, siswa sudah
berani dan percaya diri dalam mengungkapkan ide untuk menulis kalimat
sinestesia.
4) Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan secara bersama antara peneliti dan guru untuk
membahas dan menyimpulkan tentang temuan dan hasil penelitian siklus I.
Berdasarkan data proses siklus I diketahui bahwa dalam proses pembelajaran
menulis kalimat dengan menggunakan sinestesia terdapat siswa yang
berperilaku aktif dan tidak aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
Siswa yang berperilaku aktif berarti bersikap positif terhadap pembelajaran
sedangkan dan siswa yang tidak aktif menunjukkan sikap negatif terhadap
pembelajaran.
Siswa yang berperilaku positif menunjukkan sikap aktif menjawab
pertanyaan guru dan memperhatikan penyampaian guru dengan seksama, pada
saat penyampaian materi mereka menanyakan yang belum mereka pahami.
Siswa serius dalam menulis kalimat, dan juga terlihat antusias dengan berani
mengangkat tangan untuk memberikan komentar dan tanggapan terhadap
kalimat yang dituliskan oleh temannya yang lain.
Siswa yang berperilaku negatif melakukan aktivitas seperti bermasa
bodoh, asyik mengobrol dengan temannya, bermain handphone, dan
mengantuk, serta ada siswa ketika diminta untuk menulis kaalimat dipapan
tulis, malah mereka tidak berani meju kepapan tulis untuk menus kalimat
sinestesia. Perilaku negatif yang dilakukan siswa disebabkan kurang
48
memberikan motivasi dalam mengikuti pembelajaran. Penyebab lain siswa
berperilaku negatif karena guru tidak menguasai kelas secara keseluruhan, guru
hanya kebanyakan berdiri di depan kelas sehingga siswa yang duduk di posisi
belakang merasa di abaikan.
b. Data dan Analisis Data Proses Pembelajaran Bercerita Siklus II
Pada siklus pertama, masih terdapat proses pembelajaran dan tujuan
pembelajaran yang masih dianggap kurang sehingga aktivitas tindakan
dilanjutkan pada siklus kedua. Pada siklus ini, penerapan dan penjelas tentang
kalimat sinestesia dan kata-kata yang termasuk sinestesia semakin di perdalam
dan diimplementasikan kembali terhadap materi pembelajaran menulis kalimat.
Berdasarkan hasil refleksi pada kegiatan pembelajaran siklus pertama,
peneliti bersama guru mata pelajaran merancang perencanaan ulang untuk
mengatasi hal-hal yang masih dianggap kurang pada siklus pertama
diantaranya siswa kurang aktif dalam menulis kalimat alasannya karena kurang
percaya diri, dan tidak berani dalam menuangkan pikiran secara nyata. Dengan
kondisi seperti itu, guru dan peneliti menyuruh siswa untuk membuat sebuah
konsep lalu menghafal sehingga dalam menulis kalimat sudah tidak ada lagi
saling menunjuk. Sebagian siswa juga merancang sendiri pengetahuan yang
sudah ada sehingga siswa bisa berani menulis kalimat sinestesia dengan ide
yang mereka miliki.
1) Data dan Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa
Pembelajaran Pada siklus I ini, data proses pembelajaran diperoleh dari
hasil observasi, terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran
49
berlangsung. Kegiatan observasi dilakukan dengan menggunakan format
observasi siswa yang telah disediakan sebelumnya. Gambaran aktivitas siswa
pada siklus I diuraikan seperti berikut ini:
Tabel 4.3 Aktivitas Siswa pada Siklus II
No. Kegiatan pembelajaran
Persentase Keaktifan %Jumlah
%Aktif
%
Kurang
aktif %
Tidak
aktif %
1. Siswa menyimak pertanyaan dari
guru tentang hambatan dan kesulitan
dalam menulis kalimat
8
57,14
4
28,57
2
14,28
14
100%
2. Siswa mengungkapkan ide atau
gagasan secara eksplisit dengan
menggunakan bahasa siswa sendiri
9
64,28
4
28,57
1
7,14
14
100%
3. Siswa secara bergiliran untuk menulis
kata-kata yang termasuk kalimat
sinestesia
7
50
5
35,71
2
14,28
14
100%
4. Siswa membina sendiri cara menulis
kalimat Sinestesia dengan kata-kata
yang telah disediakan
9
64,28
2
14,28
3
21,43
14
100%
5. Siswa memberikan komentar atau
tanggapan terhadap kalimat yang
dibuat oleh siswa yang lain
10
71,42
3
21,43
1
7,14
14
100%
50
Selanjutnya tabel 4.6 aktivitas siswa terlihat aktif dalam hal menyimak
pertanyaan dari guru tentang hambatan dan kesulitan. Hal ini dibuktikan sebanyak
10 orang (71,42%) yang aktif, sebanyak 2 siswa (14,28%) yang kurang aktif.
Sedangkan yang tidak aktif sebanyak 2 siswa (14.28%). Menurut peneliti, dalam
kegiatan ini menunjukan bahwa bertambahnya siswa yang aktif dalam menyimak
penjelasan guru, khususnya dalam menulis kalimat sinestesia. Pada kegiatan siswa
mengungkapkan ide atau gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa
siswa sendiri peningkatan yang memuaskan. Hal ini menunjukan siswa yang aktif
dalam menuangkan ide sebanyak 11 orang (78,57%), kemudian sebanyak 2 siswa
(14,28%) yang kurang aktif, dan yang tampak tidak aktif dalam menuangkan ide
atau gagasan sebanyak 1 siswa (7,14%). Menurut pengamatan peneliti, bahwa
siswa termotivasi supaya berani dalam mengungkapkan gagasan dan memberikan
pertanyaan sesuai dengan materi pelajaran yang di bahas.
Pada kegiatan secara bergiliran untuk menuliskan kata-kata yang termasuk
sinestesia. Hal ini dibuktikan sebanyak 10 siswa (71,42%) yang tampak aktif
dalam maju kepapan tulis, menulis kata yang termasuk kata sinestesia, kemudian
3 (21,43%) yang tampak kurang aktif, serta yang tidak aktif sebanyak 1 siswa
(7,14%). Menurut peneliti, bertambahnya siswa yang aktif, karena siswa lebih
antusias dalam memilih kata yang termasuk kata sinestesia, dengan keberanian
dan semangat yang tinggi sehingga dengan percaya diri siswa menulis kata-kata
yang termasuk kata sinestesia dipapan tulis.
Kegiatan siswa membina sendiri cara menulis kalimat sinestesia dipapan
tulis dengan menggunakan kosa kata yang sesuai dengan kalimat sinestesia. Hal
51
ini menunjukan bahwa siswa yang aktif sebanyak 12 orang (85,72%), dan siswa
yang kurang aktif hanya 2 orang (14,28%) serta yang tampak tidak aktif sebanyak
(0%). Menurut peneliti, bahwa bertambahnya siswa yang aktif karena kebanyakan
serius dalam memahami kalimat sinestesia dengan menggunakan kosa kata yang
temasuk kata sinestesia Pada kegiatan memberikan komentar atau tanggapan
terhadap kalimat sinestesia yang disampaikan oleh siswa yang lain terlihat aktif
sebanyak 13 orang (92,86%) yang memberikan tanggapan, tampak kurang aktif
sebanyak 1 siswa (7,14%), sebanyak (0%) yang tidak aktif. Menurut peneliti,
bertambahnya siswa yang aktif dalam memberikan tanggapan dan komentar,
karena siswa sudah berani dalam memberikan pendapat dan komentar. Pada
pertemuan ini, perkembangan aktivitas siswa semakin meningkat. Sehingga cara
siswa menerima pengetahuan termotivasi dengan penjelasa yang lebih terkhusus
dan terperinci tentang kalimat sinestesia.
Selama proses pembelajaran menulis kalimat sinestesia berlangsung pada
siklus II, hampir seluruh siswa mengikutinya dengan baik. Berdasarkan data yang
ada diketahui bahwa siswa menunjukkan respon yang sangat baik ketika peneliti
meminta lagi untuk menulis kalimat sinestesia. Siswa merasa termotivasi untuk
ikut aktif menulis kalimat, apalagi dengan penjelasan terperinci tentang sinestesia
dan gejala terjadinya kalimat sinestesia.
Berdasarkan hasil observasi, kemampuan memahami tentang sinestesia
siswa pada siklus II ini sudah baik dalam menulis kalimat sinestesia. Umumnya,
mereka sudah dapat menguasai materi yang peneliti berikan. Hal ini terlihat dari
isi kalimat sinestesia yang mereka tuliskan. Rasa kurang percaya diri dan takut
52
ketika menulis kalimat sinestesia dipapan tulis sudah berkurang pada siklus II ini.
Hal ini berpengaruh pada semangat siswa dalam mengikuti proses menulis
kalimat dan memberikan tanggapan. Semangat siswa dalam mengikuti menulis
kalimat sinestesia sangat baik. Mereka mengikuti menulis kalimat yang
berlangsung dan menanggapinya dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan,
pendapat, komentar ataupun tanggapan. Namun, masih ada juga siswa yang
tidak memperhatikan kalimat sinestesia yang dituliskan oleh teman dan
berbicara sendiri dengan teman yang lain, tetapi tidak sampai
mengganggu kelancaran menulis kalimat sinestesia dipapan tulis. Proses
menulis kalimat pada siklus II ini lebih baik daripada proses pembelajaran
siklus I, karena para peserta atau siswa lain mengikutinya dengan baik dan
termotivasi.
Pembelajaran yang dilakukan selama pelaksanaan siklus I maupun siklus
II membuat siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran. Siswa yang dulunya
hanya sering pasif, kini mulai berani berpartisipasi baik itu memberikan
pertanyaan maupun mengeluarkan pendapatnya. Berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan setelah pembelajaran. Menurut siswa,pembelajaran menulis
kalimat sinestesia sangat baik untuk mengetahui gejala perubahan makna kalimat.
Siswa merasa termotivasi untuk ikut aktif dalam menulis kalimat sinestesia dan
memberikan komentar/ tanggapan terhadap kalimat sinestesia yang ditulis teman
yang lain.
53
2) Data Observasi Aktivitas Guru
Pada siklus II, data proses pembelajaran diperoleh dari hasil observasi,
terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan
observasi dilakukan dengan menggunakan format observasi guru yang telah
disediakan sebelumnya. Gambaran proses aktivitas guru pada siklus II
diuraikan seperti berikut ini.
Tabel 4.4. Aktivitas Guru pada Siklus II
No Kegiatan PembelajaranSangat
BaikBaik Cukup Kurang
1. Guru membuka pelajaran
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Guru memberikan motivasi belajar kepada
siswa
4. Guru mengarahkan siswa pada materi
pembelajaran tentang kata yang termasuk
sinestesia dan menulis kalimat sinestesia
5. Guru mengobservasi kegiatan kalimat
sinestesia yang ditulis oleh siswa selama
proses pembelajaran berlangsung
6. Guru memberikan penguatan atau
penghargaan kepada siswa baik yang
menulis kalimat sinestesia dipapan tulis
maupun yang memberikan
54
tanggapan/komentar
7. Guru menutup pelajaran
Selanjutnya aktivitas guru pada pertemuan kedua diperoleh data yang
maksimal. Pembelajaran pada pertemuan kedua sudah terlaksana dengan baik.
Ada beberapa aktivitas guru yang terlaksana dengan sangat baik yaitu pada saat
guru membuka pelajaran, karena pada saat guru membuka pelajaran dan
mengecek kehadiran siswa dengan singkat serta memberikan semangat untuk
siswa dengan cara menyampaikan dan menceritakan hal yang lucu. Pada kegiatan
menyampaikan tujuan pembelajaran, mengarahkan siswa pada materi
pembelajaran tentang kata yang termasuk sinestesia dan menulis kalimat
sinestesia, dan saat memberikan penguatan atau penghargaan kepada siswa baik
yang menulis kalimat sinestesia dipapan tulis maupun yang memberikan
tanggapan/komentar tampak aktif. Alasannya karena guru memberikan pujian
terhadap siswa yang menulis kalimat sinestesia dan yang memberikan tanggapan
atau komentar dengan baik dan bagus, sehingga siswa termotivasi.
Kemudian pada kegiatan menutup pelajaran, guru melaksanakannya
dengan sangat baik mengingat pertemuan ini adalah pertemuan terakhir untuk
materi menulis kalimat dan dirangkaikan dengan pertemuan terakhir peneliti di
kelas X tersebut. Selanjutnya aktivitas guru pada kegiatan memberikan motivasi
belajar kepada siswa dan kegiatan mengobservasi kegiatan menulis kalimat
sinestesia siswa selama proses pembelajaran berlangsung guru sudah
melaksanakan dengan baik meskipun belum secara maksimal, karena pertemuan-
pertemuan sebelumnya terdapat berbagai macam aktivitas di luar pembelajaran.
55
Pada pertemuan ketiga di siklus II, guru melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan sangat baik. Guru merefleksi hasil pembelajaran yang telah
terlaksana selama 6 kali pertemuan. Guru merasa puas dengan hasil yang telah
dicapai oleh siswanya karena siswa yang sebelumnya pasif dalam pembelajaran
khususnya pelajaran menulis kalimat, sudah mulai menampakkan keberanian dan
kemauan untuk ikut berpartisipasi secara aktif dirinya dengan siswa yang
berprestasi tinggi. Guru juga memberikan apresiasi yang baik kepada peneliti
karena dengan adanya Kalimat sinestesia yang disarankan pada keterampilan
menulis kalimat, Guru menganggap pembelajaran tersebut efektif untuk
menambahkan pengetahuan siswa tentang gejala perubahan makna daalam
menulis kalimat.
3) Analisis Data Hasil Wawancara
Kegiatan wawancara pada siklus II dilakukan terhadap guru dan siswa.
Wawancara dilakukan pada akhir pembelajaran siklus II. Kegiatan wawancara
ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran Sinestesia dalam
proses pembelajaran menulis kalimat. Berdasarkan hasil wawancara terhadap
guru mata pelajaran, diperoleh data bahwa guru masih memiliki kendala dalam
membawakan pelajaran menulis kalimat meskipun sudah berbeda dengan
kendala yang ada pada siklus I. Guru merasa bahwa di dalam pembelajaran
menulis kalimat sinestesia memerlukan waktu yang banyak sehingga dalam
pelaksanaannya membutuhkan pengaturan waktu yang efisien.
Berdasarkan hasil wawancara, siswa beranggapan bahwa kondisi
pembelajaran sekarang jauh berbeda dengan kondisi pembelajaran yang
56
sebelumnya. Jika sebelumnya siswa bosan belajar bahasa Indonesia khususnya
menulis kalimat, sekarang justru siswa termotivasi. Siswa menyadari akan
pentingnya keterampilan menulis di dalam kehidupan sehari-hari. Terkadang
siswa memiliki pengetahuan yang memadai namun mereka tidak memiliki
kemampuan dan keberanian untuk mengutarakan hal yang diketahuinya tersebut
sehingga siswa tidak ada pilihan lain selain pasif dalam pembelajaran.
4) Refleksi
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dan guru adalah
mendiskusikan hasil pengamatan tindakan yang telah dilaksanakan,
menganalisis hasil yang diperoleh pada siklus II dan menetapkan kesimpulan
tentang hasil yang dicapai dalam peningkatan kemampuan menulis dengan
menggunakan kalimat sinestesia. Data proses siklus II menunjukkan bahwa
secara umum kondisi pembelajaran sudah kondusif dan minat siswa dalam
pembelajaran sudah bertambah besar yang berdampak pada paham terhadap
pembelajaran menulis kalimat sineestesia dengan baik oleh siswa. Dengan
adanya motivasi dari guru dalam pembelajaran menulis kalimat sinestesia
dengan kosa kata yang termasuk kata sinestesia. Pernyataan tersebut juga
memberikan indikasi bahwa penelitian dengan menyampaikan tentang gejala
sinestesia dan kata- kata yang termasuk sinestesia pada keterampilan menulis
kalimat dianggap berhasil.
57
2. Penyajian Data Hasil Pembelajaran Peningkatan Kemampuan
Menggunakan Sinestesia dalaam Menulis Kalimat Pada Siswa Kelas X
Madrasah Aliyah Muhammadiyah Salaka Kab. Takalar
a. Data dan Analisis Data Hasil Keterampilan Menulis Kalimat Sinestesia
Siklus I
Peningkatan kemampuan menggunakan sinestesia dalam menulis kalimat
bahasa Indonesia pada siklus I menekankan pada dua aspek penilaian yaitu
pilihan kata, penulisan kalimat.
1) Pilihan Kata
Tabel 4.5. Klasifikasi Nilai Aspek Pilihan Kata
No Hasil yang Dicapai
Siswa
Frekuensi Persentase (%) Tingkat
Penguasaan
1. 85 – 100 0 0,0 Sangat Baik
2. 70 – 84 1 7,14 Baik
3. 55 – 69 8 57,13 Cukup
4. 50 – 54 3 21,43 Kurang
5. 0 – 49 2 14,28 Sangat kurang
Jumlah 14 100
Pada tabel 4.11 di atas, diperoleh data bahwa nilai pada aspek pilihan kata
dalam menulis kalimat sinestesia dapat dinyatakan tidak ada siswa yang
memperoleh nilai pada kategori sangat baik. Siswa yang mendapatkan nilai baik 1
58
orang (7,14%). Selanjutnya, yang memperoleh nilai pada kategori cukup sebanyak
8 siswa (57,13%), dan sebanyak 3 siswa (21,43%) memperoleh nilai pada kategori
kurang. Dan sebanyak 2 siswa (14,28%) yang memperoleh nilai sangat kurang.
Tingkat kemampuan menulis kalimat sinestesia siswa pada aspek pilihan kata
cukup.
2) Penulisan Kalimat
Tabel 4.6. Klasifikasi Nilai Aspek Penulisan Kalimat
No Hasil yang Dicapai
Siswa
Frekuensi Persentase (%) Tingkat
Penguasaan
1. 85 – 100 Sangat Baik
2. 70 – 84 3 21,43 Baik
3. 55 – 69 10 71,43 Cukup
4. 50 – 54 1 7,14 Kurang
5. 0 – 49 0 0 Sangat kurang
Jumlah 14 100
Pada tabel 4.11 di atas, diperoleh data bahwa nilai pada aspek penulisan
kalimat dalam menulis kalimat sinestesia dapat dinyatakan tidak ada siswa yang
memperoleh nilai pada kategori sangat baik. Siswa yang mendapatkan nilai baik 3
orang (21.43%). Selanjutnya, yang memperoleh nilai pada kategori cukup
sebanyak 10 siswa (71,43%), dan sebanyak 1 siswa (7,14%) memperoleh nilai
pada kategori kurang. Dan sebanyak (0%) yang memperoleh nilai sangat kurang.
59
Tingkat kemampuan menulis kalimat sinestesia siswa pada aspek penulisan
kalimat cukup.
b. Data dan Analisis Data Hasil Keterampilan Bercerita Siklus II
Peningkatan kemampuan menggunakan sinestesia dalam menulis kalimat
bahasa Indonesia pada siklus I menekankan pada dua aspek penilaian yaitu
pilihan kata, penulisan kalimat.
3) Pilihan Kata
Tabel 4.7. Klasifikasi Nilai Aspek Pilihan Kata
No Hasil yang Dicapai
Siswa
Frekuensi Persentase (%) Tingkat
Penguasaan
1. 85 – 100 6 42,86 Sangat Baik
2. 70 – 84 7 50 Baik
3. 55 – 69 1 7,14 Cukup
4. 50 – 54 Kurang
5. 0 – 49 Sangat kurang
Jumlah 40 100
Pada tabel 4.11 di atas, diperoleh data bahwa nilai pada aspek pilihan kata
dalam menulis kalimat sinestesia dapat dinyatakan siswa yang memperoleh nilai
pada kategori sangat baik sebanyak 6 siswa ( 42,86% ). Siswa yang mendapatkan
nilai baik 7 siswa (50%). Selanjutnya, yang memperoleh nilai pada kategori cukup
sebanyak 1 siswa (7,14%), dan sebanyak 0 siswa (0,0%) memperoleh nilai pada
kategori kurang. Dan sebanyak 0 siswa (0,0%) yang memperoleh nilai sangat
60
kurang. Tingkat kemampuan menulis kalimat sinestesia siswa pada aspek pilihan
kata dari kata cukup menjadi baik.
4) Penulisan Kalimat
Tabel 4.15. Klasifikasi Nilai Aspek Penulisan kalimat
No Hasil yang Dicapai
Siswa
Frekuensi Persentase (%) Tingkat
Penguasaan
1. 85 – 100 4 28,61 Sangat Baik
2. 70 – 84 8 57,13 Baik
3. 55 – 69 2 14,28 Cukup
4. 50 – 54 0 0 Kurang
5. 0 – 49 0 0 Sangat kurang
Jumlah 40 100
Berdasarkan data pada tabel 4.8 di atas, kategori kemampuan menulis
kalimat dapat dinyatakan bahwa ada 4 orang ( 28,61%) yang memperoleh nilai
pada kategori sangat baik. Siswa yang mendapat kategori baik sebanyak 8 orang
(57,13%). Selanjutnya, siswa yang memperoleh nilai yang cukup sebanyak 2
orang (14,28%), dan sebanyak 0 siswa (0.0%) memperoleh nilai pada kategori
kurang. Siswa yang mendapatkan penguasaan yang sangat kurang sebanyak 0
orang (0.0%). Pada aspek penampilan dalam menulis kalimat dari kategori cukup
menjadi baik.
61
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, yang masing-
masing siklus dilakukan melalui empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Siklus II dilakukan sebagai pelaksanaan tindakan yang
merupakan perbaikan pembelajaran dari siklus I.
Berikut ini disajikan paparan Peningkatan Kemampuan Menggunakan
Sinestesia Dalam Menulis Kalimat Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas X
Madrasah Aliyah Muhammadiyah Salaka Kab. Takalar.
Berdasarkan nilai rata-rata siswa pada siklus I dan siklus II, dapat
dinyatakan bahwa kemampuan bercerita siswa meningkat dari 5,98 (siklus I)
menjadi 8,3 (siklus II) dengan persentase peningkatan 2.32%. Meningkatnya
nilai rata-rata siswa pada siklus II ini terjadi akibat adanya perbaikan pada
siklus II dari refleksi pada siklus I dan masukan para siswa dari kegiatan
wawancara. Tindakan perbaikan tersebut adalah memotivasi siswa agar berani
dalam menyampaikan ide atau gagasa tanpa adanya rasa malu dan kurang
percaya diri. Serta siswa disuruh untuk membuat dan membentuk sebuah
konsep kalimat dan kata- kata yang termasuk sinestesia siswa menghafal
dengan cara mengembangkan dirinya sendiri supaya melihat kemampuan dan
keberanian yang dimiliki oleh siswa itu sendiri dalam kalimat sinestesia. Siswa
juga mencari cara baru dan membina dirinya sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuan yang sudah ada.
Kegiatan siswa selama siklus I berdasarkan analisis hasil observasi peneliti
secara langsung, peneliti mengamati bahwa beberapa siswa merasakan adanya
62
suasana ketegangan dengan hadirnya pengamat di dalam kelas. Sehingga pada
saat mereka ke depan untuk menulis kalimat sinestesia sangat tegang, kurang
percaya diri, tidak berani dan malu serta harus menunjuk dan membujuk agar
mereka mau menulis kalimat yang termasuk kalimat sinestesia apa yang
menjadi pengalaman mereka. Pada siklus II kegiatan siswa pada saat menulis
kalimat sinestesia meningkat dengan adanya motivasi dari guru. Sehingga
tanpa di minta siswa sudah berani tampil di depan kelas untuk menulis kalimat
sinestesia dipapan tulis tanpa ada rasa malu dan takut. Peningkatan yang di
peroleh siswa pada saat menulis kalimat sinestesia masih ada yang belum
tuntas. Akan tetapi, kebanyakan siswa sudah di kategori tuntas karena
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Pada siklus II ini, nilai yang
di peroleh siswa ada yang meningkat, ada yang tetap dan ada yang belum
maksimal.
Secara keseluruhan pembelajaran pada siklus I kurang memuaskan dan
suasana kelas selama proses pembelajaran berlangsung kurang kondusif,
namun pada proses selanjutnya hasil yang dicapai sudah memuaskan dan
suasana kelas selama proses pembelajaran berlangsung lebih kondusif.
Perubahan itu tidak lepas dari tindakan-tindakan yang peneliti lakukan dan
pemberian motivasi kepada siswa untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan
yang ada serta motivasi kepada siswa untuk memahami pentingnya
keterampilan menulis kalimat dan makna kalimat dalam kehidupan sehari-hari .
Kondisi pembelajaran yang di dalamnya diwarnai dengan antusias siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran merupakan bukti bahwa kelas tersebut
63
hidup Nilai rata-rata hasil belajar para siswa yang diperoleh telah menunjukkan
peningkatan. Peningkatan kemampuan siswa tersebut meliputi pilihan kata,
penulisan kalimat.
Manfaat yang diperoleh itu antara lain siswa memperoleh pengalaman,
pengetahuan maupun suasana baru dalam belajar. Penelitian tindakan kelas
yang peneliti lakukan ini mampu menunjukkan peningkatan nilai rata-rata yang
diperoleh siswa, dari nilai 5,98 (siklus I) menjadi 8,3 (siklus II) dengan
persentase peningkatan 2,32%. Oleh karena itu, penelitian ini dianggap berhasil
dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya, tentang
bagaimana kemampuan siswa Kelas X Madrasah Aliyah
Muhammadiyah Salaka Kab. Takalar mampu menggunakan sinestesia
dalam menulis kalimat bahasa Indonesia, dapat diambil suatu
kesimpulan sebagai berikut:
1. Siswa yang memperoleh nilai 7,0 ke atas sebanyak 12 orang atau
85,71% sedangkan siswa yang memperoleh nilai di bawah 7,0
sebanyak 2 orang atau 14,28%. Hal ini membuktikan bahwa siswa
Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Salaka mampu
menggunakan sinestesia dalam menulis kalimat bahasa Indonesia
karena melebihi dari 85% siswa yang memperoleh nilai 7,0 ke atas.
2. Hasil analisis data menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh
nilai 7,0 ke atas sudah mencapai 85%. Data ini mengimplikasikan
bahwa siswa Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Salaka
Kab. Takalar mampu menggunakan sinestesia dalam menulis
kalimat bahasa Indonesia.
64
65
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang siswa Kelas X
Madrasah Aliyah Muhammadiyah Salaka Kab. Takalar mampu
menggunakan sinestesia dalam menulis kalimat bahasa Indonesia,
disarankan kepada:
1. Siswa-siswi Kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Salaka
Kab. Takalar tetap belajar tentang materi sinestesia sebagai
pembelajaran dalam bahasa Indonesia.
2. Guru bahasa Indonesia perlu memberikan pembinaan dalam
pengajaran bahasa Indonesia terutama penngunaan kata-kata yang
berkategori sinestesia.
3. Bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini, agar
memahami teori sinestesia dalam kalimat bahsa Indonesia.
41
DAFTAR PUSTAKA
A, Arif Tarman. 2015. Metedologi Penelitian Pengajaran Bahasa Indonesia.Unismuh Makassar: Diktat Unismuh Makassar
Aminuddin. 1988. Semantik; Pengantar Studi tentang Makna. Bandung: SinarBaru
Aziz, dkk. 2012. PedomanUmum Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Bee MediaIndonesia.
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: RinekaCipta.
________. 1995. Pengantar Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Djajasudarma, Fatimah. 1993. Semantik 2; Pemahaman Ilmu Makna. Bandung:Eresco.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Petunjuk Pelaksana Penilaian.Jakarta: Depdikbud.
Ermayana. 2013. “ Kemampuan Menggunakan Sinestesia dalam Menulis kalimatBahasa Indonesia Pada Siswa Kelas X SMK Handayani Sungguminasa”.Skripsi. Makassar : Bahasa dan Sastra Indonesia.
FKIP, Tim Penyusun. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi. Unismuh Makassar:Panrita Press.
Hambali. 2009. Linguistik Umum Suatu Pengantar. Diktat Unismuh Makassar
Junus, Andi Muhammad dan Andi Fatimah Junus. 2011. Keterampilan BerbahasaLisan. Makassar: Badan Penerbit UNM.
_______. 2013. Konjungsi (Kata Penghubung) dalam Bahasa Indonesia.Makassar: Badan Penerbit UNM.
_______. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa. Makassar: Badan Penerbit UNM.
Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah.
_______. 1996. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Lingustik. Jakarta: Gramedia.
42
Munirah. 2007. Dasar Keterampilan Menulis. Unismuh Makassar: Diktat.
_______. 2012. Karya Tulis Ilmiah. Unismuh Makassar: Diktat.
Nasir, Moh. 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Pateda, Mansoer. 1989. Semantik Leksikal. Flores: Nusa Indah.
Suwadah Siti Rimang. 2011. Kajian Sastra Teori dan Praktik. Yogyakarta: AuraPustaka.
Aktivitas Siswa dalm Proses Belajar Mengajar
DATA HASIL BELAJAR SISWA
SIKLUS I DAN II
MADRASAH ALIYAH MUHAMMADIYAH SALAKA
No NamaHasil Belajar
Siklus IHasil Belajar
Siklus II1 Ismunandar 60 752 Salahuddin 64 703 Muh. Israq 50 654 Irnawati. M 70 905 Asriani 65 856 Nurwahida 58 757 Nur. Ikhwana 70 908 St. Fausiah Anwar 65 759 Irnawati. R 70 8010 Salmawati 55 7011 Dian Maya sari 60 8512 Nadifatul Munawwara 64 6513 Sulqehah 58 8014 Musdalifah 65 75
Jumlah 874 1080
DAFTAR KEHADIRAN SISWA PADA SIKLUS I
No Nama SiswaPersentase Kehadiran
KetSiklus II II III IV %
Ismunandar a Salahuddin Muh. Israq i Irnawati. M Asriani s Nurwahida i Nur. Ikhwana a St. Fausiah Anwar aIrnawati. R s Salmawati s Dian Maya sari a Nadifatul Munawwara Sulqehah Musdalifah
DAFTAR KEHADIRAN SISWA PADA SIKLUS II
No Nama SiswaPersentase Kehadiran
KetSiklus III II III IV %
Ismunandar s Salahuddin Muh. Israq Irnawati. M Asriani Nurwahida Nur. Ikhwana St. Fausiah Anwar Irnawati. R Salmawati Dian Maya sari Nadifatul Munawwara Sulqehah Musdalifah
ANALISIS DATA
A. Perhitungan Statistik Deskriptif Pada Siklus I
1. Jumlah Subjek PenelitianX = 14
2. Skor Maksimum IdealX = 100
3. Perhitungan Rata – rata Skor
No Nama Siswa Hasil BelajarSiklus I
1 Ismunandar 602 Salahuddin 643 Muh. Israq 504 Irnawati. M 705 Asriani 656 Nurwahida 587 Nur. Ikhwana 708 St. Fausiah Anwar 659 Irnawati. R 7010 Salmawati 5511 Dian Maya sari 6012 Nadifatul Munawwara 6413 Sulqehah 5814 Musdalifah 65
Jumlah 874
Jadi dari table di atas dapat dihitung rata-rata skor := ∑== 62, 42
4. Skor TertinggiX = 70
5. Skor TerendahX = 50
6. Rentang SkorX = 20
7. Menentukan MedianMedian adalah nilai X yang terletak di tengah – tengah
50, 55, 58, 58, 60,60, 64, 64, 65, 65, 65, 70, 70, 70.Median = 64
8. Menentukan modusModus adalah nilai X yang paling banyak tampil
50, 55, 58, 58, 60,60, 64, 64, 65, 65, 65, 70, 70, 70.Jadi sekelompok data tersebut memiliki modus 65 & 70
9. Perhitungan Standar DeviasiRata – rata skor = 62, 42 63.
X F F.X ( X - ) ( X - )² F( X - ) F( X - )²70 3 210 7 49 21 14765 3 195 2 4 6 1264 2 128 1 1 2 260 2 120 3 9 6 1858 2 116 5 25 10 5055 1 55 8 64 8 6250 1 50 13 169 13 169
Jumlah 14 874 - - - 460
Variansi ( S² ) = ∑ƒ ( )²
=== 35,38
Standar Deviasi / Simpangan Baku
SD = ∑ƒ ( )²= 35, 38= 5, 98
ANALISIS DATA
B. Perhitungan Statistik Deskriptif Pada Siklus II
1. Jumlah Subjek PenelitianX = 14
2. Skor Maksimum IdealX = 100
3. Perhitungan Rata – rata Skor
No Nama Siswa Hasil BelajarSiklus I
1 Ismunandar 752 Salahuddin 703 Muh. Israq 654 Irnawati. M 905 Asriani 856 Nurwahida 757 Nur. Ikhwana 908 St. Fausiah Anwar 759 Irnawati. R 8010 Salmawati 7011 Dian Maya sari 8512 Nadifatul Munawwara 6513 Sulqehah 8014 Musdalifah 75
Jumlah 1080
Jadi dari table di atas dapat dihitung rata-rata skor := ∑== 77, 14
4. Skor TertinggiX = 90
5. Skor TerendahX = 65
6. Rentang SkorX = 25
7. Menentukan MedianMedian adalah nilai X yang terletak di tengah – tengah
65, 65, 70, 70, 75, 75, 75, 75, 80, 80, 85, 85, 90, 90.Median = 75
8. Menentukan modusModus adalah nilai X yang paling banyak tampil
65, 65, 70, 70, 75, 75, 75, 75, 80, 80, 85, 85, 90, 90.Jadi sekelompok data tersebut memiliki modus 75
9. Perhitungan Standar DeviasiRata – rata skor = 77, 14 78.
X F F.X ( X - ) ( X - )² F( X - ) F( X - )²90 2 180 12 144 24 28885 2 170 7 49 14 9880 2 160 2 4 4 875 4 300 3 9 12 3670 2 140 8 64 16 12865 2 130 13 169 26 338
Jumlah 14 1080 45 - - 896
Variansi ( S² ) = ∑ƒ ( )²
=== 68, 92
Standar Deviasi / Simpangan Baku
SD = ∑ƒ ( )²= √68, 92= 8, 3
24
Bagan Kerangka Fikir
i.
Bahasa indonesia
Penulisan Kalimat
Gejala Sinestesia
Siswa
Indra Perasa
dengan Indra
Penglihatan
Indra Peraba
dengan Indra
Pendengaran
Indra Perasa
dengan Indra
Peraba
Indra Perasa
dengan Indra
Pendengaran
Indra
Penglihatan
dengan Indra
Pendengaran
Analisis
Hasil
RIWAYAT HIDUP
Irma Idawati, dilahirkan di Ujung Pandang pada tanggai 21
Desember 1993. Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara buah kasih dari pasangan Ayahanda M. Tahir
Kole dan Ibunda St. Dahlia.
Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1998 di Taman Kanak – kanak
Sakarosa Pabrik Gula Takalar Kab. Takalar dan tamat pada tahun 1999. Pada
tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SD Swasta Pabrik Gula
Takalar dan tamat pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan
pendidikan ke SMP Negeri 1 Polombangkeng Utara Kab. Takalar dan tamat pada
tahun 2008. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan pendidikannya di SMK Negeri
6 Takalar Kab. Takalar dan tamat pada tahun 2012. Pada tahun yang sama,
penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, Universitas Muhammadiyah
Makassar, pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia ( S – 1 ) dan selesai pada tahun 2016
Berkat Rahmat Allah swt, dan iringan doa dari kedua orang tua dan
saudara tercinta, serta sahabat-sahabat seperjuangan di bangku kuliah, perjuangan
panjang penulis dalam mengikuti mata kuliah di perguruan tinggi dapat berhasil
dengan tersusunnya skripsi yang berjudul “ Peningkatan Kemampuan
Menggunakan Sinestesia dalam menulis kalimat Bahasa Indonesia pada siswa
kelas X Madrasah Aliyah Muhammadiyah Salaka Kab. Takala. ”