i
PENINGKATAN KETERAMPILAN
MENCERITAKAN KEMBALI CERITA FANTASI
MELALUI TEKNIK LOCI
PADA SISWA KELAS VII G SMP XAVERIUS 1 JAMBI
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh :
MIKAEL TEGUH SANJAYA
151224041
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
PENINGKATAN KETERAMPILAN
MENCERIT AKAN KEMBALI CERITA FANT ASI
MELALUl TEKNIK LOCI
PADA SISWA KELAS VII G SMP XAVERIUS 1 JAMBI
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia
Oleb:
MlKAEL TEGUH SANJA Y A
151224041
Telah dlsetujui oleb :
Pembimbing r Tanggal , 13 Maret 2020
, rs. 1. Prapta Diharja SJ, M.Hum.
Pembimbing II Tanggal, 13Maret 2020
Drs. P. Hariyanto, M.Pd.
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI
PENINGKATAN KETERAMPILAN
MENCERITAKAN KEMBALI CERITA FANTASI
MELALUI TEKNIK WCI
P ADA SISWA KELAS VII G SMP XAVERIUS 1 JAMBI
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Disusun oleh :
MlKAEL TEGUH SANJA Y A
151224041
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
Pada tanggal 19 Maret 2020
dan dinyatakan telah metnenuhi syarat
Susunan Psoitia Penguji
Nama leogkap -Ketua Rishe Purnama Dewi, S.Pd. ,M.Hum.
Sekretaris Danang Satria Nugraha, S.S., M. A
Aoggota Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.
Anggota Drs. 1. Prapta Diharja SJ, M.Hum.
Anggota Drs. Petrus Hariyanto M.ed.
Yogyakarta, 19 Maret 2020
Fakultas Keguman dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dhanna
Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M. Si .
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua tercinta
Bapak Yoanes Rotimin Gunarso
Ibu Martina Titik Sumaryanti
Abang Abdi Kurnia S. & Ayuk Yoani Juita S.
Om Upri & Bulek Eksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab ia baik!
Tuhan itu pengasih dan penyayang,
panjang sabar dan besar kasih
setia – Nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Sanjaya, Mikael Teguh. 2020. Peningkatan Keterampilan
Menceritakan Kembali Cerita Fantasi Melalui Teknik Loci Pada Siswa
Kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi Tahun Pelajaran 2019/2020. Skripsi :
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan
menceritakan kembali cerita fantasi melalui teknik loci pada siswa kelas VII
G SMP Xaverius 1 Jambi tahun pelajaran 2019/2020. Jenis penelitian ini
termasuk penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus. Setiap siklus
dalam penelitian ini memuat empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan,
observasi dan refleksi.
Berdasarkan uraian di atas, muncul permasalahan sebagai berikut (1)
Bagaimanakah peningkatan keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi
pada peserta didik di kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi setelah
menggunakan teknik loci pada saat pembelajaran ? dan (2) Bagaimana
perubahan perilaku peserta didik VII G SMP Xaverius 1 Jambi terhadap
pembelajaran menceritakan kembali, setelah mengikuti pembelajaran
menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci ? Tujuan penelitian ini
adalah mendeskripsikan peningkatan keterampilan menceritakan kembali
cerita fantasi pada peserta didik di kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi setelah
menggunakan teknik loci pada saat pembelajaran dan mendeskripsikan
perubahan perilaku peserta didik VII G SMP Xaverius 1 Jambi terhadap
pembelajaran menceritakan kembali, setelah mengikuti pembelajaran
menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci.
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
teknik loci dapat meningkatkan keterampilan menceritakan kembali cerita
fantasi pada peserta didik kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi. Hasil tes
pratindakan menunjukkan bahwa rata-rata skor yang dicapai sebesar 66,33
atau masih dalam kategori kurang. Hasil tes pada siklus I rata-rata skor yang
dicapai 77,88 atau masih dalam kategori cukup meskipun rata-rata skor sudah
meningkat, namun belum memenuhi target yang ditentukan sehingga
dilakukan tindakan siklus II. Pada tindakan siklus II rata-rata skor yang
dicapai sebesar 93,30 atau meningkat dari siklus I atau sudah masuk pada
kategori amat baik. Nilai pada siklus II telah mencapai nilai target yang
ditentukan sehingga tindakan siklus III tidak perlu diadakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Sanjaya, Mikael Teguh. 2020. Improving the Skills of Retelling
Fantasy Stories through Loci Techniques in Class VII G Students of
Xaverius 1 Jambi Middle School in 2019/2020 Academic Year. Thesis:
Indonesian Language Study Program, Faculty of Teacher Training and
Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.
This study aims to describe the skills of retelling fantasy stories
through loci techniques in class VII G students of Xaverius 1 Jambi Junior
High School in 2019/2020. This type of research includes classroom action
research consisting of two cycles. Each cycle in this study contains four
stages, namely planning, action, observation and reflection.
Based on the description above, the problem arises as follows (1) How
to improve the skills to tell fantasy stories to students in class VII G Students
of Xaverius 1 Jambi after using the locus technique during learning? and (2)
How does the behavior change of VII VII G grade Students of Xaverius 1
Jambi towards learning to retell, after participating in learning to retell fantasy
stories with locus techniques? The purpose of this study is to describe the
improvement of fantasy story retelling skills in students in class VII G
Students of Xaverius 1 Jambi after using loci techniques during learning and
describe changes in behavior of students VII G Students of Xaverius 1 Jambi
junior high school students in learning to retell, after participating in learning
telling stories of revisiting fantasy stories with locus techniques.
Based on the research data obtained, it can be concluded that the loci
technique can improve the storytelling skills of fantasy stories in class VII G
students of Students of Xaverius 1 Jambi. The pre-action test results showed
that the average score achieved was 66.33 or still in the poor category. Test
results in the first cycle the average score achieved 77.88 or still in the
sufficient category even though the average score has increased, but has not
met the specified target so that the cycle II action is carried out. In the second
cycle of action the average score achieved was 93.30 or increased from the
first cycle or was included in the category of very good. The value in cycle II
has reached the specified target value so that the cycle III action does not need
to be held.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala
kasih karunia, cinta, semangat, serta kesehatan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul“PeningkatanKeterampilan Menceritakan
Kembali Cerita Fantasi Melalui Teknik Loci Pada Siswa Kelas VII G SMP
Xaverius 1 Jambi Tahun Pelajaran 2019 / 2020”.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, dukungan, masukan,
nasihat,bimbingan, dan kerjasama dari pihak-pihak lain maka skripsi tidak akan
dapatdiselesaikan. Karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis dan
turut memperlancar penulisan skripsi ini.
2. Ibu Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah mengizinkan penulis
untuk melanjutkan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum., selaku dosen pembimbing
pertama, yang bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk
membimbing dan memberikan saran yang sangat berguna kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
4. Bapak Drs. P. Hariyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing kedua, yang
bersedia meluangkanwaktu kepada penulis dengan penuh kesabaran,
membimbing penulis dalammenyelesaikanskripsi ini.
5. Seluruh dosen PBSI yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan
serta wawasan kepada penulis selama menempuh pendidikan di PBSI
sehingga mempunyai bekal untuk menjadi pendidik yang baik.
6. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan buku-
buku penunjang selama menyelesaikan skripsi.
7. Ibu Rusmiyati, karyawan sekretariat PBSI yang telah dengan sabar
membantu penulis dalam penyelesaian administrasi studi dan penyelesaian
skripsi ini.
8. Kedua orang tuaku yang tercinta, yang selalu memberikan cinta,
doa,dukungan, dan semangat serta dukungan finansial yang sangat
berharga bagi penulis. Bapak Yoanes Rotimin Gunarso dan Ibu Martina
Titik Sumaryanti, terima kasih atas cinta,doa, dukungan, dan semangat
yang tulus kepada penulis.
9. Kepala Sekolah SMP Xaverius 1 Jambi Bapak Markus Wahyudi, S.Pd dan
guru bidang studi Bahasa Indonesia Ibu Yoani Juita Sumasari, M.Pd. yang
telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan proses penelitian dan
pengambilan data penelitian.
10. Om Upri dan Eksi yang telah mendampingi penulis selama menempuh
pendidikan di PBSI, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Terima kasih
Om Upri yang telah menjadi pendamping saat ujian skripsi berlangsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
dan menemani penulis dalam perjalanan studi dari awal sampai akhir di
Yogyakarta.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan semuanya telah membantu
peneliti dalam proses penelitian dan penyelesaian skripsi ini diucapkan
terima kasih. Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini belum sempurna.
Semoga penelitian ini berguna dan menjadi inspirasi bagi peneliti
selanjutnya.
Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca. Terima kasih.
Yogyakarta, 19 Maret 2020
Penulis,
Mikael Teguh Sanjaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………...............................................i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................iv
HALAMAN MOTO...............................................................................................v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS............................................................vi
HALAMAN PENGESAHAN KEASLIAN KARYA........................................vii
ABSTRAK...........................................................................................................viii
ABSTRACT...........................................................................................................ix
KATA PENGANTAR………………………........................................................x
DAFTAR ISI………………………...................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN…..……………………….........................…................1
A. Latar Belakang Masalah…………………......................................................1
B. Rumusan Masalah..………………………….................................................4
C. Tujuan Penelitian………..………..................................................................5
D. Manfaat Penelitian…......……………............................................................5
E. Batasan Istilah………………...………..........................................................6
F. Sistematika Pengajian.....................................................................................7
BAB II LANDASAN TEORI………..…………..….………...............................8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
A. Penelitian yang Relevan………..……….................…….....….....................8
B. Landasan Teori……...……………………………….….............................13
1. Teori Membaca……….………..............................................................13
a. Jenis Membaca………………............................................................15
b. Membaca Pemahaman……….….............….…......................…........16
c. Membaca Ekspresif……………….........................................……....18
2. Teori Cerita Fantasi……...……………....……................….….............19
a. Pengertian Cerita Fantasi…...…..................................….....…..…....20
b. Unsur Intrinsik Cerita Fantasi...........................…...................……...24
3. Menceritakan Kembali…………….............……...........….....................27
a. Hal-Hal yang Diperhatikan dalam Menceritakan Kembali.................29
b. Pengertian Menceritakan Kembali......................................................31
c. Langkah-Langkah Menceritakan Kembali .........................................32
4. Teknik Loci………………...........………………...................................34
C. Kerangka Berpikir………….....……........………........................................35
D. Hipotesis Tindakan……….......………..........................…..........................36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………….…….............................37
A. Desain Penelitian………..................................................……….…...........37
1. Proses Tindakan Siklus I..........................................................................39
a. Perencanaan…………….........................................................…......39
b. Tindakan………….…....................................................................40
c. Observasi………………….................................................….......43
d. Refleksi…………………….......................…...............................43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
2. Proses Tindakan Siklus II...............…........................................................44
a. Perencanaan…………………….......................................................44
b. Tindakan………………....................................................................45
c. Observasi…………………..................................…...................…...47
d. Refleksi..............................................................................................47
B. Subjek Penelitian……………….........................................................….....48
C. Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Fantasi…...............…............48
D. Instrumen Penelitian…........…….......................................................….….48
1. Instrumen Tes……………………...........................................................49
2. Instrumen Nontes………………….........................................................50
3. Pedoman Observasi………………...................................................…...51
4. Pedoman Wawancara………………..............................................….....52
5. Dokumentasi………………....…............................................................52
6. Kriteria Penilaian Kompetensi Menceritakan Kembali Cerita Fantasi....53
E. Teknik Pengumpulan Data……………………...............................…….…53
1. Teknik Tes……………………...............................................................54
2. Teknik Nontes………………..................................................................54
3. Observasi…………….........…….....…....................................................54
4. Dokumentasi………………….................…...................................…....55
F. Teknik Analisis Data………........…………................................................55
1. Teknik Kuantitatif………………...……….…......…….................….....56
2. Teknik Kualitatif…………………...………...........................................57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................58
A. Hasil Penelitian ............................................................................................58
Hasil Tes Pratindakan ..................................................................................58
1. Aspek Menyebutkan Nama Tokoh..........................................................59
2. Aspek Menjelaskan Watak Tiap Tokoh...................................................60
3. Aspek Menjelaskan Latar Cerita..............................................................61
4. Aspek Mengungkapkan Alur...................................................................62
5. Aspek Mengungkapkan Hal yang Menarik Dari Cerita...........................63
6. Aspek Kesesuaian Isi ..............................................................................64
7. Aspek Bahasa...........................................................................................65
8. Aspek Pelafalan/Intonasi..........................................................................66
9. Aspek Gerak/Mimik.................................................................................67
B. Refleksi Pratindakan.....................................................................................68
Hasil Penelitian Siklus I................................................................................69
1. Aspek Menyebutkan Nama Tokoh..........................................................69
2. Aspek Menjelaskan Watak Tiap Tokoh...................................................70
3. Aspek Menjelaskan Latar Cerita..............................................................71
4. Aspek Mengungkapkan Alur...................................................................72
5. Aspek Mengungkapkan Hal yang Menarik Dari Cerita...........................73
6. Aspek Kesesuaian Isi ..............................................................................75
7. Aspek Bahasa...........................................................................................76
8. Aspek Pelafalan/Intonasi..........................................................................77
9. Aspek Gerak/Mimik.................................................................................78
Hasil Nontes Siklus I....................................................................................79
Hasil Observasi Peserta Didik Siklus I.........................................................79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Jurnal.............................................................................................................81
a. Jurnal Siswa.............................................................................................82
b. Jurnal Guru...............................................................................................83
Wawancara...................................................................................................84
Refleksi Siklus I............................................................................................86
Hasil Penelitian Siklus II..............................................................................87
Hasil Tes Siklus II........................................................................................87
1. Aspek Menyebutkan Nama Tokoh..........................................................87
2. Aspek Menjelaskan Watak Tiap Tokoh...................................................88
3. Aspek Menjelaskan Latar Cerita..............................................................89
4. Aspek Mengungkapkan Alur...................................................................90
5. Aspek Mengungkapkan Hal yang Menarik Dari Cerita...........................91
6. Aspek Kesesuaian Isi ..............................................................................92
7. Aspek Bahasa...........................................................................................93
8. Aspek Pelafalan/Intonasi..........................................................................94
9. Aspek Gerak/Mimik.................................................................................95
Hasil Nontes Siklus II...................................................................................96
Hasil Observasi Peserta Didik Siklus II........................................................96
Refleksi.........................................................................................................99
Jurnal...........................................................................................................100
a. Jurnal Siswa...........................................................................................100
b. Jurnal Guru.............................................................................................101
Wawancara.................................................................................................102
B. Pembahasan................................................................................................102
1. Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Fantasi.............105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
2. Perubahan Sikap Peserta Didik...................................................................109
3. Kondisi Awal Peserta Didik pada Prasiklus...............................................110
4. Kondisi Siswa Pada Siklus I.......................................................................111
5. Kondisi Siswa Pada Siklus II......................................................................111
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................112
A. Kesimpulan.................................................................................................112
B. Saran...........................................................................................................113
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................115
LAMPIRAN ..……….........................................................................................117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Penilaian...........................................................................................108
Lampiran 2 Dokumentasi Foto.............................................................................129
Lampiran 3 RPP Cerita Fantasi............................................................................133
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian....................................................................................156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa diharapkan mampu membantu peserta didik
mengenali dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan
dan perasaaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan keterampilan
analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Bahasa memiliki peran sentral
dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan
merupakan penunjang dalam mempelajari keberhasilan dan mempelajari semua
bidang studi. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan
kualifikasi keterampilan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan
pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra
Indonesia.
Pembelajaran membaca bertujuan agar peserta didik mampu memahami
pesan-pesan komunikasi yang disampaikan dengan media bahasa tulis dengan
cermat, tepat, dan cepat secara kritis dan kreatif. Kecermatan dan ketepatan dalam
memahami pesan komunikasi itu sangat penting agar dapat dicapai pemahaman
terhadap pesan komunikasi tersebut. Keterampilan membaca merupakan salah
satu keterampilan bahasa yang menjadi tujuan setiap pengajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia di sekolah.
Pembelajaran sastra tidaklah bertujuan untuk membuat peserta didik agar
menjadi sastrawan atau sebagai ahli sastra yang tahu bermacam-macam tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
teori dan sejarah sastra melainkan ingin menanamkan apresiasi sastra agar mereka
menjadi orang yang menggemari karya-karya sastra, mau menceritakan kembali
sendiri karya-karya sastra itu sehingga peserta didikdapat mengambil manfaat
bagi perkembangan pribadinya dan dapat menyerap nilai-nilai terutama nilai-nilai
moral yang terkandung dalam karya sastra itu sendiri. Pada hakikatnya, tujuan
pembelajaran sastra tidak hanya ditekankan pada peningkatan pengetahuan
melalui teori-teori, tetapi yang lebih penting lagi yaitu agar dapat mengaktifkan
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, lewat pembelajaran sastra
peserta didik dapat mengungkapkan buah pikiran yang menjadi idealismenya.
Dengan adanya pengalaman-pengalaman dalam pembelajaran sastra, maka akan
memperkaya nuansa batin dan pola pikir peserta didik yang akhirnya dapat
mempengaruhi tanggapan peserta didik terhadap dirinya, alam sekitar, dan
penciptanya.
Pada kenyataannya, berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti
lakukan di kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi, pembelajaran sastra khususnya
seni menceritakan kembali cerita fantasi kurang mendapat perhatian khusus guru
bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Guru mengajarkan seni menceritakan
kembali cerita fantasi hanya sekilas sehingga pemahaman dan penghayatan
peserta didik terhadap seni menceritakan kembali cerita fantasi menjadi kurang.
Hal ini berpengaruh terhadap rendahnya daya apresiasi dan daya kreatif peserta
didik. Berdasarkan hasil observasi tersebut peneliti memperoleh data tentang
kurangnya hafalan peserta didik dalam hal menceritakan kembali cerita fantasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Berdasarkan masalah di atas, penulis mencoba meningkatkan keterampilan
menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci. Teknik loci adalah teknik
mengingat-ingat bahan bacaan cerita fantasi. Teknik ini dapat digunakan oleh
pembaca bacaan sastra, berita, kejadian, dan proses. Dalam bacaan sastra
digunakan untuk mengingat nama-nama tempat kejadian dengan cara
mengasosiasikan tempat-tempat dalam cerita dengan tempat-tempat yang telah
dikenal (Haryadi 2007:138). Proses pembelajarannya adalah peserta didik
membaca teks cerita fantasi dan peserta didik mengingat-ingat apa yang telah
dibacanya, kemudian peserta didik menceritakan kembali teks cerita fantasi
tersebut dengan mencatat selanjutnya peserta didik membaca hasil catatan tersebut
di depan kelas.
Berdasarkan uraian di atas peneliti membatasi penelitian ini pada teknik
loci dalam proses pembelajaran keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi
serta peningkatan keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi dan
perubahan sikap setelah menggunakan teknik yang diberikan peneliti.Peserta didik
mengamati contoh guru menceritakan kembali cerita fantasi, kemudian peserta
didik mengevaluasi cerita fantasi yang dibawakan oleh guru. Setelah itu, peserta
didik diminta untuk menceritakan kembali cerita fantasi dengan irama/tekanan
suara tertentu, intonasi, tempo bicara yang cepat atau lambat, nada suara yang
keras atau lirih dan dibimbing oleh guru secara berkelanjutan sehingga mencapai
hasil pembelajaran yang memuaskan.
Hasil pengamatan menunjukkan adanya pembelajaran sastra khususnya
seni menceritakan kembali cerita fantasi kurang mendapat perhatian khusus guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Peneliti memilih SMP Xaverius 1
Jambi karena peneliti mendapatkan kemudahan dalam hal perizinan dan kesediaan
guru pendamping untuk dilakukan observasi pada pembelajarannya. Peneliti
memilih cerita kembali karena materi ini dibahas dan terdapat pada kurikulum
K.13 yang menjadi landasan pelaksanaan pembelajaran di sekolah.
Penggunaan teknik loci pada peserta didik kelas VII G SMP Xaverius 1
Jambi diharapkan dapat mengatasi permasalahan peserta didik dalam
pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi. Oleh karena itu, penulis
melakukan penelitian mengenai “Peningkatan Keterampilan Menceritakan
Kembali Cerita Fantasi Melalui Teknik Loci Pada Siswa Kelas VII G SMP
Xaverius 1 Jambi Tahun Pelajaran 2019/2020“.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diungkapkan di atas, maka masalah yang
akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah peningkatan keterampilan menceritakan kembali cerita
fantasi padapeserta didik di kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi
setelahmenggunakan teknik loci pada saat pembelajaran ?
2. Bagaimana perubahan perilaku peserta didik VII G SMP Xaverius 1 Jambi
terhadap pembelajaran menceritakan kembali, setelah mengikuti
pembelajaranmenceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan yang telah ditetapkan maka tujuan yang akan dicapai
dalam penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan menceritakan kembali cerita
fantasipada peserta didik di kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi
setelahmenggunakan teknik loci pada saat pembelajaran.
2. Mendeskripsikan perubahan perilaku peserta didik VII G SMP Xaverius 1
Jambi JAMBIterhadap pembelajaran menceritakan kembali, setelah
mengikuti pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik
loci.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan
praktis.
I. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
penelitian pendidikan di Indonesia, khususnya pada bidang penelitian
tindakan kelas.
Penelitian ini juga diharapkan menambah pengetahuan dan
pemahaman bagi pembaca tentang peningkatan keterampilan menceritakan
kembali cerita fantasi pada peserta didik kelas VII dengan teknik loci
sehingga dapat memperbaiki mutu pendidikan dan meningkatkan hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
belajar peserta didik dalam pembelajaran menceritakan kembali cerita
fantasi.
II. Manfaat Penelitian
Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan
pemahaman peserta didik terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia
khususnya menceritakan kembali cerita fantasi, sehingga keterampilan
peserta didik dalam menceritakan kembali cerita fantasi dapat
ditingkatkan. Bagi guru hal ini dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan upaya meningkatkan keterampilan menceritakan
kembali cerita fantasi bagi peserta didiknya. Bagi peserta didik, dengan
adanya penelitian ini peserta didik mendapat pengalaman belajar yang
bermakna melalui teknik loci dan keterampilan menceritakan kembali
cerita fantasi. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai upaya meningkatkan kualitas guru dan peserta didik di sekolah.
E.Batasan Istilah
Dalam penelitian ini diberikan batasan istilah-istilah sebagai berikut.
1. Menceritakan Kembali :Menurut Abdul Majid (2001:9), bercerita berarti
menyampaikan cerita kepada pendengar atau membacakan cerita bagi
mereka.
2. Cerita Fantasi: Cerita fantasi merupakan salah satu genre ceritayang
penting untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
melatih kreativitas. Berfantasi secara aktif dapat melatih kreativitas.
Contoh Cerita Fantasi : Harry Potter Alwi (KBBI 2002: 210).
3. Teknik Loci : Teknik mengingat-ingat bahan bacaan cerita fantasi. Teknik
ini dapat digunakan oleh pembaca bacaan sastra, berita, kejadian, dan
proses. Dalam bacaan sastra digunakan untuk mengingat nama-nama
tempat kejadian dengan cara mengasosiasikan tempat-tempat dalam cerita
dengan tempat-tempat yang telah dikenal(Haryadi 2007:138).
F. Sistematika Pengajian
Sistematika laporan hasil penilitian tindakan kelas ini, terdiri atas Bab I
sampai Bab V. Bab I Pendahuluan yang terdiri atas 6 bagian. Bab II yang terdiri
atas 4 bagian. Bab III yang terdiri atas 6 bagian. Bab IV terdiri atas IV bagian.
Bab V terdiri atas 2 bagian. Daftar Pustka dan lampiran-lampiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan diuraikan penelitian yang relevan, landasan teori, dan
kerangka teori. Penelitian yang relevan berisi tinjauan terhadap topik-topik sejenis
yang dilakukan oleh peneliti-peneliti lain. Landasan teori berisi teori-teori yang
digunakan sebagai landasan analisis dalam penelitian ini yang terdiri atas hakikat
membaca, membaca pemahaman, membaca ekspresif, hakikat cerita fantasi,
teknik loci.
A. Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai keterampilan bersastra khususnya keterampilan
membaca sudah banyak dilakukan oleh para penulis. Dari berbagai penelitian itu
banyak dihasilkan manfaat yang dapat menunjang pembelajaran dari keterampilan
membaca. Berikut ini adalah penelitian-penelitian yang pernah dilakukan oleh
penulis sebelumnya mengenai keterampilan membaca khususnya yang berkaitan
langsung dengan keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik
loci.
Alexander Johan Wahyudi melakukan penelitian dalam rangka skripsi
yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Anak
Yang Dibaca Dengan Menggunakan Metode Kooperatif Teknik Berpasangan
Siswa Kelas VII Semester I SMP KANISIUS SLEMAN TAHUN AJARAN
2011/2012”. Alexander Johan Wahyudi menempuh pendidikan di Universitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Sanata Dharma Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitiannya diperoleh data
berkaitan dengan analisis data penelitian tes tulis menceritakan kembali cerita
anak pada pratindakan, siklus I, dan siklus II menunjukkan peningkatan dari nilai
rata-rata kelas dan presentase ketuntasan siswa. Pada pratindakan presentase
ketuntasan hanya 46,15% dengan rata-rata nilai kelas 62,38. Nilai rata-rata
tersebut dalam skala 10 termasuk dalam kategori sedang. Pada siklus I persentase
ketuntasan siswa mencapai 69,23% dan nilai rata-rata kelas mencapai 68,96. Nilai
rata-rata tersebut dalam skala 10 termasuk dalam kategori cukup. Pada siklus II
persentase ketuntasan siswa mencapai 80,77% dengan rata-rata kelas mencapai
68,96.
Etie Karismi melakukan penelitian dalam rangka skripsi yang berjudul
“Peningkatan Keterampilan Menceritakan kembali Isi Cerpen dengan Strategi
Think Talk Write pasa siswa SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta”.
Etie Karismi menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data menunjukkan bahwa penerapan
strategi Think Talk Write dapat meningkatkan keterampilan bercerita siswa IX A
SMP Taman Dewasa Ibu Pawiyatan Yogyakarta. Peningkatan hasil belajar dapat
dilihat dari skor rata-rata keterampilan bercerita dari prasiklus sampai siklus II.
Pada prasiklus, skor rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 16,84 kemudian
meningkat menjadi 21,42. Pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 28,31 pada
siklus II. Peningkatan skor rata-rata dari siklus I sampai siklus II sebesar 6,34,
sedangkan skor rata-rata kelas dari prasiklus hingga siklus II sebesar 12,10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Indah Dwi Cahyani melakukan penelitian dalam rangka skripsi yang
berjudul “Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Fabel Melalui
Teknik Paired Storytelling Berbantuan Media Boneka Tangan Pada Siswa Kelas
II A SD Negeri Panggang Sedayu”. Indah Dwi Cahyani menempuh pendidikan di
Universitas Negeri Yogyakarta. Jenis penelitian ini merupakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini siswa kelas II A SD Negeri
Panggang Sedayu tahun pelajaran 2017/2018 sebanyak 22 siswa. Penerapan
teknik paired storytelling berbantuan media boneka tangan dapat meningkatkan
keterampilan menceritakan kembali cerita fabel siswa kelas II A SD Negeri
Panggang Sedayu. Hal itu terbukti pada pra siklus, presentase keberhasilan siswa
yang termasuk kategori berkembang sesuai harapan yaitu 31,82%. Pada siklus I
meningkat menjadi 45,45%, dan menjadi 86,36% pada siklus II. Keberhasilan
penelitian ini juga dapat dilihat dari peningkatan aktivitas siswa. Presentase
aktivitas siswa pada siklus I mencapai 58,82% sehingga dapat dikategorikan
cukup dan pada siklus II presentase aktivitas siswa meningkat menjadi 85,23%
sehingga dapat dikategorikan sangat baik.
Alifarose Syahda Zahra melakukan penelitian dalam rangka skripsi yang
berjudul “Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali Isi Cerpen Dengan
Strategi Think Talk Write Pada Siswa Kelas IX A SMP Negeri 2 Jatikalen
Nganjuk”. Alifarose Syahdan Zahra menempuh pendidikan di Universitas Negeri
Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Kabupaten Jatikalen. Subjek penelitian adalah
siswa kelas IX A yang terdiri atas 24 siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
bahwa penerapan strategi Think Talk Write dapat meningkatkan keterampilan
bercerita siswa kelas IX A SMP Negeri 2 Jatikalen Kabupaten Nganjuk.
Peningkatan tersebut ditunjukkan dari kualitas proses pembelajaran yang
tercermin dari keaktifan, perhatian dan konsentrasi siswa pada pelajaran, minat
siswa selama pembelajaran, keberanian siswa bercerita di depan kelas.
Peningkatan secara produk dapat dilihat dari skor ratarata keterampilan bercerita
dari pratindakan sampai siklus II. Pada pratindakan, skor rata-rata kelas yang
diperoleh sebesar 16,84, kemudian meningkat menjadi 21,42 pada siklus I dan
meningkat lagi menjadi 28,31 pada siklus II. Peningkatan skor rata-rata dari siklus
I hingga siklus II sebesar 6,34 sedangkan skor rata-rata kelas dari pratindakan
hingga siklus II sebesar 12,10.
Sandi Ariesna melakukan penelitian dalam rangka skripsi yang berjudul
“Upaya Meningkatkan Keterampilan Bercerita Dengan Media Wayang Suluh
Pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Kretek Bantul”. Sandi Ariesna menempuh
pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini termasuk Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VII A SMP
Negeri 2 Kretek, Bantul yang berjumlah 28 siswa. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah tes bercerita, angket,
wawancara, pengamatan, catatan lapangan, dan dokumentasi. Instrumen penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi angket, lembar pengamatan, catatan
lapangan, lembar penilaian keterampilan bercerita serta dokumentasi kegiatan.
Data dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif. Peningkatan hasil atau produk
dapat dilihat dari perbandingan skor rata-rata bercerita siswa pada setiap siklus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Skor rata-rata siswa pada tahap pratindakan adalah 20,64, pada saat siklus I
meningkat menjadi 23,07, dan pada siklus II meningkat menjadi 25,43. Dengan
demikian, keterampilan bercerita siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kretek, Bantul
telah mengalami peningkatan baik secara proses maupun produk setelah diberi
tindakan menggunakan media wayang suluh.
Anafi melakukan penelitian dalam rangka skripsi yang berjudul
“Peningkatan Keterampilan Bercerita Dengan Menggunakan Media Wayang
Boneka Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 1 Seyegan Sleman”. Anafi
menempuh pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMP Negeri 1 Seyegan
Sleman. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII B yang terdiri dari 36 siswa.
Peningkatan kualitas produk/hasil dapat dilihat dari perbandingan skor rata-rata
bercerita siswa pada tahap pratindakan sampai pascatindakan siklus II. Skor rata-
rata siswa pada tahap pratindakan sebesar 20,31, pada siklus satu meningkat
menjadi 23,36, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 26,73. Skor rata-rata
keterampilan siswa mengalami peningkatan sebesar 6,42. Dengan demikian,
keterampilan bercerita siswa kelas VII B SMP Negeri 1 Seyegan Sleman telah
mengalami peningkatan baik secara proses maupun produk setelah diberi tindakan
dengan menggunakan media wayang boneka.
Berdasarkan penelitian yang relevan tersebut di atas dapat diketahui bahwa
penelitian tindakan kelas tentang menceritakan kembali cerita fantasi sangat
menarik dan belum banyak dilakukan peneliti-peneliti lain. Penelitian yang
dilakukan peneliti mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
penelitian tersebut. Persamaan dari penelitian tersebut adalah sama-sama berusaha
untuk melakukan peningkatan hasil belajar menceritakan kembali suatu cerita
dengan menggunakan berbagai teknik yang berbeda. Perbedaannya penelitian ini
menggunakan teknik loci yang belum digunakan oleh peneliti-peneliti
sebelumnya. Dari beberapa hasil penelitian di atas, maka penelitian pembelajaran
menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci menjadi pelengkap dalam
upaya memperkaya teknik pembelajaran di sekolah. Teknik loci sangat menarik
untuk diterapkan sebagai upaya peningkatan hasil belajar siswa yang dapat
diterapkan guru di sekolah.
B. Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah hakikat
membaca, membaca pemahaman, membaca ekspresif, hakikat cerita fantasi,
Teknik loci.
1. Teori Membaca
Pada hakikatnya membaca adalah suatu aktivitas yang melibatkan banyak
hal,tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktifitas visual,
berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif (Crawley dan Mountain dalam Rahim
2005:2). Dalam hakikat membaca ini akan dibahas tentang pengertian membaca,
tujuan membaca, manfaat membaca, dan jenis membacakan. Hodgson (dalam
Tarigan 1987:7) berpendapat bahwa kegiatan membaca adalah suatu proses yang
dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Untuk
memperoleh pesan melalui media kata-kata, kegiatan ini menurut adanya suatu
kesatuan yang berupa kelompok kata yang dapat terlihat dalam pandangan sekilas
dan mengetahui makna setiap kata.
Membaca adalah aktivitas yang kompleks yang melibatkan berbagai faktor
yang datangnya dari dalam diri pembaca dan faktor luar. Selain itu, membaca juga
dapat dikatakan sebagai jenis keterampilan manusia sebagai produk belajar dari
lingkungan, dan bukan keterampilan yang bersifat instingtif atau naluri yang
dibawa sejak lahir (Nurhadi 2005:123).
Menurut Haryadi (2006:77) membaca merupakan interaksi antara pembaca
dan penulis. Interaksi tersebut tidak langsung, tetapi bersifat komunikatif.
Komunikasi antara pembaca dan penulis akan baik jika pembaca mempunyai
keterampilan yang lebih baik. Pembaca hanya dapat berkomunikasi dengan karya
tulis yang digunakan oleh pengarang sebagai media untuk menyampaikan
gagasan, perasaan, dan pengalamannya.
Membaca adalah aktifitas pencarian informasi melalui lambang-lambang
tertulis (Endang dalam Tarigan 1990:133). Membaca menurut Harjasujana
(1998:1.3) merupakan interaksi antara pembaca dan penulis.Interaksi tersebut
tidak secara langsung, namun bersifat komunikatif. Berdasarkan pendapat dari
beberapa tokoh di atas maka dapat disimpulkan bahwa membaca adalah interaksi
antara pembaca dan penulis untuk mencari informasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
a. Jenis Membaca
Tarigan (1987:22) membagi kegiatan membaca menjadi dua bagian, yaitu
membaca nyaring atau membaca bersuara yang bersifat mekanis dan membaca
dalam hati yang bersifat pemahaman.
Membaca nyaring atau membaca bersuara adalah suatu aktifitas yang
menggunakan penglihatan dan ingatan, juga turut aktif ingatan pendengaran dan
ingatan yang bersangkutan dengan otot-otot kita untuk menangkap serta
memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang.
Membaca dalam hati adalah suatu aktifitas yang hanya mempergunakan
ingatan visual dan melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Secara garis besar,
membaca dalam hati dibagi menjadi dua, yaitu membaca ekstensif dan membaca
intensif.
Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi
sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin (Tarigan
1987:31).Membaca ekstensif meliputi membaca survey (survey reading),
membaca sekilas (skimming), dan membaca dangkal (superficial reading).
Membaca intensif adalah membaca studi seksama, telaah teliti, dan
penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas
yang pendek, kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari (Tarigan
1987:35).Membacaintensif terbagi menjadi dua kelompok, yaitu membaca telaah
isi (contentstudy reading) dan membaca telaah bahasa (linguistic study reading).
Djumini (dalam Lutfiani 2006:30) menegaskan pendapat Tarigan tersebut
dengan berpendapat bahwa, karena tujuan kegiatan membaca yang beraneka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
ragam muncul jenis membaca yang biasa dipakai, yaitu sebagai berikut ini.
Pertama, membaca intensif, yang merupakan membaca cermat yang bertujuan
untuk memahami keseluruhan bahan bacaan secara mendalam sampai bagian yang
sekecil-kecilnya. Kedua, membaca kritis yang digunakan untuk menemukan
fakta-fakta yang terdapat dalm bacaan kemudian memberikan penilaian terhadap
fakta-fakta tersebut. Ketiga, membaca cepat yang menitikberatkan pada kecepatan
memahami isi bacaan dengan cepat dan tepat dalam waktu yang singkat. Keempat,
membaca indah yang lebih menitikberatkan pada pengungkapan segi keindahan
yang terdapat pada karya sastra. Dan kelima, membaca teknik atau membaca
nyaring untuk membaca kalimat dengan lancar tanpa cacat baca.
Berdasarkan pendapat kedua tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa secara
garis besar jenis membaca itu ada dua, yaitu membaca nyaring atau membaca
bersuara dan membaca dalam hati. Membaca nyaring digunakan untuk mencapai
tujuan dalam keterampilan membaca mekanis, sedangkan membaca dalam hati
digunakan untuk keterampilan pemahaman.
b. Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman (atau reading for understanding) yang
dimaksudkan di sini adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami:
a) standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards)
b) resensi kritis (critical review)
c) drama tulis (printed drama)
d) pola-pola fiksi (pattern of fiction)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
(Tarigan 1987:56) Menutur Bond dkk. (dalam Kholid A. Harnas 1990:42),
membaca pemahaman adalah kegiatan membaca yamg bertujuan memperoleh
pemahaman dan penafsiran yang memadai terhadap makna-makna yang
terkandung di dalam lambang-lambang tulis. Sasaran utamanya adalah
menghasilkan membaca efektif.
Adapun aspek-aspek dalam membaca pemahaman menurut Kholid A.
Harnas (1990:42) adalah sebagai berikut.
1. Memahami pengertian-pengertian sederhana mencakup:
a. Keterampilan memahami kata-kata atau istilah baik secara leksikal
maupun secara gramatikal yang terdapat dalam suatu bacaan.
b. Keterampilan memahami pola-pola kalimat, bentuk kata serta
susunan kalimat-kalimat panjang yang sering dijumpai didalam
tulisan resmi.
c. Keterampilan menafsirkan lambing atau tanda tulisan yang terdapat
dalam bacaan.
2. Memahami signifikan atau makna yang mencakup:
a. Keterampilan memahami ide-ide pokok yang dikemukakan oleh
pengarang,
b. Keterampilan mengaplikasi isi karangan dengan kebudayaan yang
ada,
c. Dapat meramalkan relasi-relasi yang kemungkinan timbul dari si
pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
3. Dapat mengevaluasi isi dan bentuk-bentuk karangan.
4. Dapat menyelesaikan kecepatan membaca dengan tujuan yang hendak
dicapai. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam membaca pemahaman adalah
bahan bacaannya. Bahan bacaan yang memiliki tingkat kesukaran tinggi akan
menjadi kendala bagi pembaca dalam memahami, tetapi sebaliknya peserta
didik akan memahami dengan baik bacan yang tergolong mudah.
Berdasarkan aspek-aspek membaca pemahaman menurut Harnas,
mengandung pengertian bahwa membaca pemahaman merupakan jenis
kegiatan membaca yang dimaksudkan untuk memahami makna yang tersirat
ataupun yang tersurat dalam bacaan. Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah suatu kegiatan untuk
memahami pesan-pesan media tulis yang dipengaruhi pula oleh faktor
internal dan eksternal pembaca.
c. Membaca Ekspresif
Ekspresif menurut Alwi (KBBI 2002:291) tepat (mampu) memberikan
(pengungkapan) gambaran, maksud, gagasan, perasaan.
Menurut Sunaryo (2005:17) membaca ekspresif merupakan keterampilan
berbahasa tingkat lanjut. Artinya, untuk dapat melakukan kegiatan membaca
ekspresif,seseorang harus telah menguasai aspek-aspek dasar bahasa.
Orang tersebut tidak lagi dalam rangka belajar menguasai bahasa, tetapi
dia telah masuk dalam kegiatan berkreasi. Dalam hal ini, seseorang harus
berkreasi untuk dapatmengekspresikan teks. Membaca ekspresif dalam konteks ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
tidak lain sebagai aktivitas mengekspresikan teks sehingga apa yang mulanya
berbentuk tulis (teks) dapat “dihidupkan” dalam bentuk lisan dengan segala
muatan emosi dan karakter.
Membaca ekspresif disikapi sebagai aktivitas berkesenian, yang sangat
menuntut keterampilan kreatif seseorang (Tarigan dalam Sunaryo 2005:18). Hal
ini dikarenakan oleh kenyataan bahwa aktivitas membaca dengan target
menghidupkan teks dengan muatan emosi dan karakter lebih berkenaan dengan
aktivitas kreatif (berkesenian): dramatisasi, membaca puisi (deklamasi),
pengisahan cerita (storytelling).
Dalam kaitannya sebagai aktivitas kreatif, membaca ekspresif merupakan
aktifitas khusus dan khas yang menuntut banyak potensi pendukung dan prosedur
kerja tertentu. Potensi pendukung akan mencakup aspek diri dan nondiri yang ada
pada pelaku kegiatan (pembaca). Prosedur kerja akan berkenaan dengan jenis dan
tataurutan aktivitas yang ditempuh oleh pelaku (pembaca) (Sunaryo 2005:18).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca ekspresif adalah
membaca dengan mengekspresikan teks atau “menghidupkan” teks.
2. Teori Cerita Fantasi
Membaca cerita fantasi adalah kegiatan membaca cerita fantasi, baik
berupa cerpen, dongeng, maupun fabel yang isinya harus berbicara tentang
kehidupan anak-anak dengan segala aspek yang berada dan mempengaruhi
mereka. Dalam cerita fantasi ini akan dibahas tentang pengertian cerita fantasi dan
unsur-unsur pembangun cerita fantasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
a. Pengertian Cerita Fantasi
Cerita adalah narasi pribadi setiap orang, dan setiap orang suka menjadi
bagian dari suatu peristiwa, bagian dari satu cerita, dan menjadi bagian dari
sebuah cerita adalah hakikat cerita (Sarumpaet 2002). Cerita fantasi adalah cerita
karangan yang memiliki alur normal namun bersifatimajinatif. Dalam cerita
fantasi jalan cerita terkesan dilebih-lebihkan yang jika dipikirkan oleh logika tidak
akan terjadi di dunia nyata.
Cerita fantasi merupakan salah satu genre cerita yang penting untuk
melatih kreativitas. Berfantasi secara aktif dapat melatih kreativitas. Contoh Cerita
Fantasi : Harry Potter Alwi (dalam KBBI 2002: 210) cerita adalah tuturan yang
membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, dsb). Forster
(dalam Nurgiyantoro 2007:91) mengartikan cerita sebagai sebuah narasi berbagai
kejadian yang sengaja disusun berdasarkan urutan waktu. Seperti halnya Foster,
Abrams (dalam Nurgiantoro 2007:91) juga memberikan pengertian cerita sebagai
urutan kejadian yang sederhana dalam urutan waktu.
Cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang memiliki keindahan dan
dapat kenikmatan tersendiri. Akan menyenangkan bagi anak-anak maupun orang
dewasa, jika pengarang, pendongeng, dan penyimaknya sama-sama baik. Cerita
adalah salah satu bentuk karya sastra yang bisa dibaca atau hanya didengar oleh
orang yang tidak dapat membaca.
Menurut Sarumpaet (2003), sastra anak, termasuk di dalamnya cerita
fantasi adalah cerita yang ditulis untuk anak, yang berbicara mengenai kehidupan
anak dan sekeliling yang mempengaruhi anak, dan tulisan itu hanyalah dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
dinikmati oleh anak dengan bantuan dan arahan orang dewasa. Cerita fantasi
adalah cerita sederhana yang kompleks. Kesederhanaan itu ditandai oleh syarat
wacananya yang baku dan berkualitas tinggi, tetapi tidak ruwet sehingga
komuniktif.
Di samping itu, pengalihan pola pikir orang dewasa kepada dunia anak-
anak dan keberadaan jiwa serta sifat anak-anak menjadi syarat cerita anak-anak
yang digemari. Dengan kata lain, cerita fantasi harus berbicara tentang kehidupan
anak-anak dengan segala aspek yang berada dan mempengaruhi mereka.
Kompleksitas cerita anak-anak ditandai oleh strukturnya yang tidak
berbeda dari struktur fiksi orang dewasa. Dengan demikian, organisasi cerita
anak-anak harus ditopang sejumlah pilar yang menjadi landasan terbinanya
sebuah bangunan cerita.
Secara sederhana sebenarnya cerita dimulai dari tema. Rancangan
bangunan cerita yang dikehendaki pengarang harus dilandasi oleh lima pilar
sebagai berikut.
1. Amanat
Amanat yaitu pesan moral yang ingin disampaikan kepada
pembaca. Tetapi amanat ini harus dijalin secara menarik, sehingga
anak-anak tidak merasa membaca wejangan moral atau khotbah
agama. Pembaca dihadapkan pada sebuah cerita yang menarik dan
menghibur, dan dari bacaan itu anak-anak (atau orang tua mereka)
dapat membangun pengertian dan menarik kesimpulan tentang
pesan apa yang hendak disampaikan pengarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2. Penokohan Secara umum tokoh dapat dibagi menjadi dua, yaitu
tokoh utama (protagonis) dan tokoh lawan (antagonis)
Tokoh utama ini biasanya disertai tokoh-tokoh sampingan
yang umumnya ikut serta dan menjadi bagian kesatuan cerita.
Sebagai tokoh bulat, tokoh utama ini mendapat porsi paling
istimewa jika dibandingkan dengan tokoh-tokoh sampingan.
Kondisi fisik maupun karakternya digambarkan secara lengkap,
sebagaimana manusia sehari-hari.
Di samping itu, sering pula dihadirkan tokoh datar, yaitu
tokoh yang ditampilkan secara satu sisi (baik atau jahat) sehingga
dapat melahirkan tanggapan memuja atau membenci dari para
pembaca. Penokohan seharusnya memperlihatkan perkembangan
karakter tokoh.
3. Peristiwa terbina dan dilema yang muncul di dalam alur harus
mampu membawa perubahan dan perkembangan pada tokoh
sehingga lahir identifikasi pembaca pada tokoh yang muncul
sebagai hero atau sebagai antagonis yang dibenci.
4. Latar
Peristiwa-peristiwa di dalam cerita dapat dibangun dengan
menarik jika penempatan latar waktu dan latar tempatnya
dilakukan secara tepat, karena latar berhubungan dengan tokoh dan
tokoh berkaitan erat dengan karakter. Bangunan latar yang baik
menunjukkan bahwa cerita tertentu tidak dapat dipindahkan ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
kawasan lain, karena latarnya tidak dapat dipindahkan ke kawasan
lain, karena latarnya tidak menunjang tokoh dan peristiwa-
peristiwa khas yang hanya terjadi di suatu latar tertentu saja.
Dengan kata lain, latar menunjukkan keunikan tersendiri dalam
rangkaian kisah sehingga mampu membangun penokohan spesifik
dengan sifat-sifat tertentu yang hanya ada pada kawasan tertentu
itu. Dengan demikian, tampak latar memperkuat tokoh dan
menghidupkan peristiwa-peristiwa yang dibina di dalam alur
menjadikan cerita spesifik dan unik.
5. Alur
Alur menuntut keterampilan utama pengarang untuk
menarik minat pembaca. Dengan sederhana alur dapat dikatakan
sebagai rentetan peristiwa yang terjadi di dalam cerita. Alur dapat
dibina secara lurus, di mana cerita dibangun secara kronologis.
Peristiwa demi peristiwa berkaitan langsung satu sama lain hingga
cerita berakhir.
Alur juga dapat dibangun episodik, di mana cerita diikat
oleh episode-episode tertentu, setiap episode ditemukan gawatan,
klimaks, dan leraian. Khususnya pada cerita-cerita panjang, alur
episodik ini dapat memberikan pikatan karena keingintahuan
pembaca makin dipertinggi oleh hal-hal misterius yang mungkin
terjadi pada bab-bab selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
6. Alur juga dapat dibangun dengan sorot balik atau alur maju
(foreshadowing)
Sorot balik adalah paparan informasi atau peristiwa yang terjadi
pada masa lampau, dikisahkan kembali dalam situasi masa kini.
7. Sementara foreshadowing merupakan wujud ancang-ancang untuk
menerimaperistiwa-peristiwa tertentu yang nanti akan terjadi.
8. Gaya
Gaya menentukan keberhasilan sebuah cerita. Secara tradisional
dikatakan bahwa keberhasilan sebuah cerita bukan pada apa yang
dikatakan, tetapi bagaimana mengatakannya. Kalimat-kalimat yang
enak dibaca, ungkapan yang baru dan hidup, suspence yang
menyimpan kerahasiaan, pemecahan persoalan yang rumit tetapi
penuh tantangan, pengalaman-pengalaman baru yang bernuansa
kemanusiaan, dan sebagainya merupakan muatan gaya yang
membuat pembaca terpesona. Gaya adalah salah satu kunci yang
menentukan berhasil atau gagalnya sebuah cerita.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan pada hakikatnya cerita
fantasi adalah cerita sederhana yang kompleks dan berbicara tentang kehidupan
anak-anak dengan segala aspek yang mempengaruhi mereka.
b. Unsur Intrinsik Cerita Fantasi
Sebuah teks sastra yang tersaji di hadapan pembaca sebenarnya adalah
sebuah kesatuan dari berbagai elemen yang membentuknya. Elemen-elemen itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
dapat dibedakan ke dalam unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik cerita
fantasi adalah unsur-unsur cerita fiksi yang secara langsung berada di dalam,
menjadi bagian, dan ikut membentuk eksistensi cerita yang bersangkutan. Unsur-
unsur tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Tokoh
Tokoh cerita dimaksudkan sebagai pelaku yang dikisahkan
perjalanaan hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur baik sebagai
pelaku maupun penderita berbagai peristiwa yang diceritakan.
2. Alur Cerita
Istilah yang biasa dipergunakan untuk menyebut alur
adalah alur cerita, plot, jalan cerita. Dalam kaitannya dengan
sebuah teks cerita, alur berhubungan dengan berbagai hal seperti
peristiwa, konflik yang terjadi, dan akhirnya mencapai klimaks,
serta bagaimana kisah itu diselesaikan. Alur berkaitan dengan
masalah bagaimana peristiwa, tokoh, dan segala sesuatu itu
digerakkan, dikisahkan sehingga menjadi sebuah rangkaian cerita
yang padu dan menarik.
3. Latar
Latar (setting) dapat dipahami sebagai landas tumpu
berlangsungnya berbagai peristiwa dan kisah yang diceritakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dalam cerita fiksi. Latar menunjuk pada tempat, yaitu lokasi di
mana cerita itu terjadi, dan lingkungan sosial-budaya, keadaan
kehidupan bermasyarakat tempat tokoh dan peristiwa terjadi.
4. Tema
Secara sederhana tema dapat dipahami sebagai gagasan
yang mengikat cerita (Lukens dalam Nurgiantoro 2005:260),
mengikat berbagai unsur intrinsik yang membangun cerita
sehingga tampil sebagai sebuah kesatupaduan yang harmonis.
Tema sebuah cerita fiksi merupakan gagasan utama atau makna
utam cerita.
5. Moral
Moral atau amanat dapat dipahami sebagai sesuatu yang
ingin disampaikan kepada pembaca. Sesuatu itu selalu berkaitan
dengan berbagai hal yang berkonotasi positif, bermanfaat bagi
kehidupan, dan mendidik.
6. Sudut Pandang
Sudut pandang (point of view) dapat dipahami sebagai cara
sebuah cerita dikisahkan. Abrams (dalam Nurgiantoro 2005:269)
mengemukakan bahwa sudut pandang merupakan penampilan
tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
cerita dalam sebuah teks fiksi kepada pembaca. Secara lebih
konkret sudut pandang adalah “siapa yang melihat, siapa yang
berbicara”, atau “ dari kacamata siapa sesuatu itu dibicarakan”.
7. Stile dan Nada
Bahasa yang dipergunakan dalam teks-teks sastra dapat
dipandang sebagai representasi sebuah stile, yaitu stile
penulisannya. Stile pada hakikatnya adalah cara pengekspresian
jatidiri seseorang karena setiap orang akan mempunyai cara-cara
tersendiri yang berbeda dengan orang lain.
3. Menceritakan Kembali
Cerita dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai : sebuah
tutur yang melukiskan suatu proses terjadinya suatu peristiwa secarapanjang lebar,
karangan yang menyajikan jalannya kejadian-kejadian atau peristiwa, suatu lakon
yang diwujudkan dalam pertunjukan seperti drama, sandiwara film dan
sebagainya.
Berdasarkan uraian pengertian tersebut, dapat dimengerti bahwa cerita itu
merupakan tutur atau tuturan, yaitu uraian atau gambaran atau deskripsi dari suatu
peristiwa atau kejadian.
Cerita juga dipandang sebagai suatu karangan, hal ini menunjukkan bahwa
cerita disusun atau dibuat oleh seseorang. Karangan tersebut bisa disajikan secara
tertulis ataupun secara lisan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Menurut Majid (2001:8) cerita merupakan salah satu bentuk dari seni
sastra yang bisa dibaca atau didengar. Sebagai salah satu bentuk kesenian, maka
cerita memiliki keindahan dan dapat dinikmati. Pada umumnya cerita bisa
menimbulkan kesenangan baik padaanak-anak maupun orang dewasa. Cerita
merupakan tuturan, yaitu upaya mendeskripsikan atau menggambarkan terjadinya
suatu peristiwa.
Bercerita hampir sama pengertiannya dengan menceritakan kembali.
Bercerita dan menceritakan kembali sama-sama mempunyai arti menuturkan
cerita. Bercerita menurut Hidayat dikatakan sebagai aktivitas menuturkan sesuatu
yang mengisahkan tentang perbuatan, pengalaman atau suatu kejadian yang
sungguh-sungguh terjadi ataupun hasil rekaan. Bercerita dikatakan sebagai
menuturkan, yaitu menyampaikan gambaran atau deskripsi suatu kejadian.
Menurut Abdul Majid (dalam Harjasujana 1988:9), bercerita berarti
menyampaikan cerita kepada pendengar atau membacakan cerita bagi mereka.
Dari batasan yang dikemukakan ini menunjukkan paling tidak ada tiga komponen
dalam bercerita, yaitu:
1. pencerita, orang yang menuturkan atau menyampaikan cerita, cerita
dapat disampaikan secara tertulis atau lisan,
2. cerita atau karangan yang disampaikan, cerita ini bisa dikarang
sendiri oleh pencerita atau cerita yang telah dikarang atau ditulis
oleh pengarang lain kemudian disampaikan oleh pencerita,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
3. penyimak yaitu individu atau sejumlah individu yang menyimak
ceritra yang disampaikan baik dengan cara mendengarkan maupun
membaca sendiri cerita yang disampaikan secara tertulis.
a. Hal-Hal yang Diperhatikan dalam Menceritakan Kembali
Menceritakan kembali adalah sebuah skill. Tidak semua orang memiliki
keterampilan menceritakan sebuah peristiwa dengan runtut dan detail. Sebagian
di antara peserta didik menceritakan dengan alur yang melompat atau kadangkala
peserta didik sering menggunakan kata “pokoknya”. Kegiatan menceritakan
kembali bukan hanya mengasah keterampilan berbahasa peserta didik, tetapi juga
mengasah peserta didik untuk fokus “menyadari” apa yang dilihat/dialami peserta
didik. Disamping itu, menceritakan kembali juga melatih peserta didik untuk
berlogika: membangun urutan kejadian dan korelasi antar kejadian. Menurut
Majid (2001: 30-62), hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pencerita atau
pendongeng adalah seperti berikut ini.
1. Pemilihan cerita
Pencerita hendaknya memilih cerita yang sangat ia kuasai dan
suasana audiens.
2. Tempat penyampaian cerita
Bercerita tidak harus dilakukan di ruang belajar. Bisa saja
dilakukan di luar ruangan atau tempat lain yang dipandang pantas.
3. Posisi duduk dalam bercerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Sebelum cerita dimulai, pendengar harus dalam posisi duduk santai
tetapi terkendali. Posisi duduk pencerita juga harus diperhatikan
agar tidak terkesan monoton dan dapat menarik perhatian
pendengar.
4. Bahasa cerita
Bahasa cerita yang digunakan seorang pencerita hendaknya
menggunakan bahasa yang dekat dengan bahasa pendengar.
5. Suara dalam membawakan cerita
Tinggi rendahnya nada suara yang digunakan pencerita disesuaikan
pada situasi dan kondisi yang ada pada alur cerita dan
menyesuaikan plot yang terjadi dalam cerita. Intonasinya pun harus
diperhatikan agar cerita enak didengarkan. Kenyaringan suara
harus bisa terdengar oleh seluruh pendengar dari segala penjuru
6. Membuat tokoh cerita berperan sesuai aslinya.
Pencerita dalam memerankan cerita perlu memperhatikan tokoh
yang diceritakan
7. Memperhatikan reaksi sikap emosional
Dalam penceritaan, pencerita diharapkan mampu membawa emosi
pendengar ke dalam cerita, misalnya saat peristiwa yang
memilukan pendengar dapat meneteskan air mata.
8. Menirukan suara
Menirukan suara merupakan salah satu keahlian pencerita. Di sini
pencerita diharapkan mampu membedakan suara masing-masing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
tokoh, misalnya orang baik biasanya bersuara halus dan lembut
begiu juga sebaliknya.
9. Mendengarkan emosi pendengar
Apabila ada pendengar yang kurang memperhatikan hendaknya
didekati dan dapat dijadikan sebagai contoh dalam ceritanya.
b. Pengertian Menceritakan Kembali
Menceritakan kembali atau melanjutkan cerita terkandung pengertian
bahwa setelah peserta didik dan guru menguasai pembelajaran melanjutkan cerita
maka akan meningkat ke pembelajaran menceritakan kembali. Di dalam
pembelajaran ini peserta didik mulai belajar mandiri merangkai kata-kata sendiri
meskipun sederhana. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008, hlm. 210),
dinyatakan bahwa menmenceritakan kembali berarti menuturkan cerita kembali.
Menceritakan kembali merupakan kegiatan mengujarkan kembali cerita yang
telah dibaca. Kegiatan bercerita merupakan umpan balik akan memberikan
gambaran tentang segala sesuatu yang telah diterima atau direspon anak setelah
mendengar cerita. Maksud dari umpan balik tersebut yaitu segala sesuatu yang
menggambarkan perilaku yang diperoleh melalui proses yang telah dilaluinya.
Penceritaan yang disajikan oleh anak bertujuan untuk mengungkapkan
keterampilan dan keterampilan anak bercerita. Menceritakan kembali merupakan
kegiatan anak setelah anak memahami dan menceritakan kembali isi cerita. Ada
tiga hal yang diharapkan dari kegiatan ini yaitu anak mampu menyusun kembali
cerita yang disimak dari proses penceritaan, anak terampil menggunakan bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
lisan melalui kegiatan berbicara produktif, dan anak terampil mengekspresikan
perilaku dan dialog cerita dalam simulasi kreatif. Hal tersebut diungkapkan pula
oleh Keraf (1994, hlm. 136), menceritakan kembali bertujuan untuk mengunggah
pikiran para pembaca agar mengetahui apa yang dikisahkan. Menceritakan
kembali merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menyampaikan informasi
mengenai berlangsungnya suatu peristiwa. Runtutan kejadian atau peristiwa yang
disajikan itu dimaksudkan untuk memperluas pengetahuan atau pengertian
pembaca.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa menceritakan
kembali yaitu kegiatan menyusun kembali cerita yang telah disimak dari proses
penceritaan dengan tujuan memberikan informasi dan pengetahuan kepada orang
lain secara lisan. Ketika guru meminta anak untuk menceritakan kembali isi cerita
yang telah didengar, peran guru memotivasi agar anak dapat berpikir secara logis
dan dapat menceritakan kembali isi cerita dengan baik.
c. Langkah-Langkah Menceritakan Kembali
Bahasa merupakan lambang untuk berkomunikasi dan mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan sikap manusia dengan cara menggunakan lisan, tulisan,
isyarat bilangan, ekspresi muka, dan seni. Cerita juga merupakan sarana
menyampaikan ide atau pesan melalui serangkaian penataan yang baik diterima
dan memberi dampak yang lebih luas dan banyak pada sasaran. Menceritakan
kembali sebuah cerita tentunya ada beberapa langkah yang harus diperhatikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Ada beberapa petunjuk untuk menceritakan kembali sebuah cerita, yaitu
diantaranya:
a) Pilihlah topik cerita yang punya nilai.
b) Tulislah peristiwa dalam urutan dan kaitan yang jelas.
c) Selipkan dialog jika mungkin perlu.
d) Pilihlah detail cerita secara teliti.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan
menceritakan kembali, pembaca harus benar-benar memperhatikan detail cerita
dengan baik.
Hal ini dilakukan agar memudahkan seseorang menangkap isi dan hal-hal
apa saja yang terdapat dalam sebuah cerita. Dikemukakan bahwa ada beberapa
teknik menceritakan kembali sebuah teks, yaitu sebagai berikut:
1. Menghilangkan informasi yang berlebihan.
2. Mengkombinasikan informasi.
3. Menyeleksi topik kalimat.
4. Membuat ikhtisar.
5. Mengingat hal menarik dari bacaan.
Kegiatan menceritakan kembali membantu anak menciptkan struktur
ingatan narasi yang akan memungkinkan anak untuk mengganti, menggunakan,
dan mengelaborasikan elemen narasi utama cerita lagi dan lagi untuk kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
mereka. Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam menceritakan kembali
yang harus diperhatikan:
Bedahlah teks terlebih dahulu, langkah ini dimaksudkan sebagai upaya
untuk memahami unsur pembangun cerita yang harus sampai kepada pendengar
atau pembaca.
1. Mengetahui unsur instrinsik yang terdapat pada cerita, seperti tema,
amanat, alur, perwatakan, latar belakang dan sudut pandang.
2. Berpedoman pada catatan gagasan pokok atau mencatat gagasan
pokok cerita.
3. Mengetahui kerangka cerita atau kerangka teks.
4. Menceritakan kembali isi teks dengan menggunakan bahasa
sendiri.
Berdasarkan hal tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa langkah-
langkah menceritakan kembali merupakan kegiatan yang memungkinkan anak
untuk menciptakan dan membangun cerita sesuai dengan kaidahnya. Sehingga,
akan dengan mudah mengembangkan pokok cerita menjadi sebuah informasi yang
menarik.
4. Teknik Loci
Teknik loci merupakan teknik mengingat yang mula-mula digunakan
untuk mengingat bahan pidato yang akan disampaikan. Modifikasi dari teknik ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
dalam membaca adalah mengingat-ingat bahan bacaan yang akan disampaikan
oleh pembaca (Haryadi 2007:137).
Loci berarti lokasi alat mnemonik (yang membantu ingatan; menghafal)
yang berfungsi dengan mengasosiasikan tempat-tempat atau benda-benda di
lokasi yang dikenal dengan hal-hal yang ingin anda ingat. Ingatan merupakan
suatu proses biologi, yakni informasi diberi kode dan dipanggil kembali. Pada
dasarnya ingatan adalah sesuatu yang berbentuk jati diri manusia yang
membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Ingatan memberi manusia
keterampilan masa lalu, dan perkiraan pada masa depan. Ingatan merupakan
kumpulan reaksi elektrokimia yang rumit yang diaktifkan melalui beragam
saluran indrawidan disimpan dalam jaringan syaraf yang sangat rumit dan unik
diseluruh bagian otak.
Keterampilan kita mengingat sesuatu sesungguhnya luar biasa, tetapi
mungkin terdapat beberapa faktor yang membuat proses itu terganggu.
Faktor yang mempengaruhi keterampilan kita dalam mengingat sesuatu
adalah seberapa besar minat kita terhadap informasi yang ingin diingat, kemudian
tidak konsentrasi dalam mengingat, serta kondisi psikologis.
C. Kerangka Berpikir
Keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi peserta belum
menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal inidisebabkan oleh tiga faktor yang
berpengaruh yaitu faktor peserta didik, faktor teknik yang digunakan oleh guru,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dan faktor lingkungan sekolah. Salah satu faktor yang paling berpengaruh dan
harus segera dicari jalan keluarnya adalah faktor teknik yang digunakan oleh guru.
Selama ini, dalam pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi,
teknik yang digunakan masih konvensional dan kurang bervariasi. Ceramah
menjadi pilihan utama dalam setiap pembelajaran sehingga terkesan monoton.
Hal ini menyebabkan peserta didik merasa bosan dengan pembelajaran
tersebut. Upaya untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menghadirkan teknik
loci yang menarik minat peserta didik untuk berlatih menceritakan kembali cerita
fantasi, sehingga keterampilan peserta didik dalam menceritakan kembali cerita
fantasi meningkat. Penulis sebagai guru akan berperan sebagai pembaharu.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas, disusun sebuah hipotesis tindakan dari
penelitian yang dilakukan yaitu pembelajaran cerita fantasi dengan teknik loci
dapat meningkatkan keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi serta dapat
mengubah sikap peserta didik menjadi lebih positif pada peserta didik.
Pratindakan Siklus I Siklus II
P : Perencanaan
R : Refleksi
T : Tindakan
RP : Revisi perencanaan
O : Observasi
P : Perencanaan
R : Refleksi
T : Tindakan
RP : Revisi perencanaan
P : Perencanaan
R : Refleksi
T : Tindakan
RP : Revisi perencanaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
artinya bentuk penelitian yang bersifat reflektif dan melakukan tindakan-tindakan
tertentu agar memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran secara
professional (Arikunto, dkk 2007:2-5). Desain penelitian tindakan kelas dengan
teknik Kemmis merupakan model yang tidak terlalu sulit dilakukan.Teknik
kemmis adalah sistem spiral refleksi diri yang terdiri dari empat tahapan. Model
ini terdiri atas empat tahapan, yaitu :
1. Perencanaan, yaitu tindakan yang dilakukan untuk memperbaiki,
meningkatkan dan perubahan sebagai solusi. Dalam penelitian ini,
rencana berupa pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi.
Dalam penelitian ini perencanaan kegiatan dilaksanakan pada
semester 1 tahun pelajaran 2019/2020 di SMP Xaverius 1 Jambi.
2. Tindakan, yaitu tindakan apa yang dilakukan guru sebagai upaya
memperbaiki, meningkatkan atau perubahan sebagai solusi.
Maksudnya adalah melakukan perbaikan terhadap peserta didik
dalam membacakan cerita fantasi. Kegiatan Tindakan dilaksanakan
pada semester 2 tahun pelajaran 2019/2020 di SMP Xaverius 1
Jambi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
3. Observasi atau pengamatan, yaitu mengamati hasil atau dampak
dari tindakan yang dilakukan oleh peserta didik. Kesalahan peserta
didik, kesulitan yang dihadapi peserta didik, tanggapan peserta
didik menjadi pertimbangan untuk siklus selanjutnya. Kegiatan
Observasi dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2019/2020
di SMP Xaverius 1 Jambi.
4. Refleksi, yaitu suatu kegiatan yang mempertimbangkan dampak
dari tindakansehinggadapat memperbaikinya apabila ada
kesalahan-kesalahan.
(Arikunto, dkk 2007 16-22).
Kegiatan refleksi dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran
2019/2020di SMP Xaverius 1 Jambi.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Jika dalam siklus
pertama muncul permasalahan yang perlu mendapat perhatian, maka akan
dilakukan perencanaan ulang, tindakan ulang, pengamatan ulang, serta dilakukan
refleksi ulang untuk siklus kedua. Tiap-tiap siklus memiliki tujuan yang berbeda.
Siklus I bertujuan mengetahui keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi
peserta didik. Dari siklus I dijadikan sebagai refleksi untuk melakukan tindakan
pada siklus II. Tujuan siklus II sendiri adalah untuk meningkatkan keterampilan
menceritakan kembali cerita fantasi pada peserta didik dengan teknik loci dan
perbaikan-perbaikan terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar yang
didasarkan pada refleksi siklus I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Siklus I Siklus II
Keterangan:
P : Perencanaan R : Refleksi
T : Tindakan RP : Revisi perencanaan
O : Observasi
1. Proses Tindakan Siklus I
Proses tindakan siklus I merupakan tindakan awal penelitian. Hasil siklus I
dipakai sebagai refleksi melakukan siklus II. Siklus I terdiri atas empat tahap yaitu
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Tiap-tiap tahap diuraikan
sebagai berikut.
a. Perencanaan
Tahap perencanaan ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-
langkah yang dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah. Masalah yang
dialami dalam pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi adalah
rendahnya keterampilan peserta didik dalam menceritakan kembali cerita fantasi
yang masih menggunakan teknik yang konvensional. Upaya untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah dengan berusaha memanfaatkan teknik
Pratindakan
P
T
O
R
RP
R
O
T
P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
pembelajaran sebagai bahan pembelajaran. Dalam pembelajaran menceritakan
kembali cerita fantasi ini, peneliti mencoba menerapkan teknik loci.
Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah
1. menyusun rencana pembelajaran menceritakan kembali cerita
fantasi dengan teknik loci,
2. membuat dan menyiapkan instrumen penelitian berupa pedoman
observasi untuk mengetahui bagaimana perilaku peserta didik
ketika dilakukan pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi
dengan menggunakan teknik loci, lembar wawancara, lembar
jurnal, dan dokumentasi untuk memperoleh data nontes, dan
3. menyiapkan pedoman penskoran dan penilaian.
b. Tindakan
Tindakan adalah perbuatan yang dilakukan oleh guru sebagai upaya
perbaikan keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi pada peserta didik.
Tindakan yang dilakukan peneliti secara garis besar adalah melaksanakan proses
pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan menggunakan teknik
loci.
Setiap pembelajaran dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu tahap
pendahuluan, tahap pelaksanaan, dan tahap penutup. Proses pembelajaran pada
sislus I ini dilakukan selama dua kali pertemuan.
Pertemuan pertama, pada tahap pendahuluan dilakukan langkah-langkah
berikut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
1. guru mengkondisikan peserta didik untuk siap mengikuti pelajaran,
2. Guru memberikanapersepsi tentang cerita fantasi. Tahap
selanjutnya adalah pelaksanaan.
Tahap pelaksanaan, guru melakukan pembelajaran menceritakan kembali
cerita fantasi dengan teknik loci. Langkah-langkah yang dilakukan guru antara
lain:
1. peserta didik secara individu membaca cerita fantasi yang berjudul
“Sakinah dan Anaknya”,
2. peserta didik menuliskan unsur-unsur instrinsik cerita fantasi
tentang penokohan, alur, dan latar cerita fantasi yang dibaca,
3. secara berkelompok peserta didik mendiskusikan hal-hal yang
menarik dan tidak menarikdengan alasan logis,
4. peserta didik menyampaikan hasil diskusi dan kelompok lain
menanggapi.
Sebagai penutup guru bersama-sama dengan peserta didik merefleksi
pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci. Guru
memberitugas rumah agar peserta didik berlatih menceritakan kembali cerita
fantasi yang dibaca di rumah.
Pertemuan kedua, tahap pendahuluan dimulai dengan
1. guru dan peserta didik bertanya jawab tentang cerita fantasi yang
dibaca sebelumnya,
2. peserta didik berkelompok sesuai dengan kegiatan sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tahap pelaksanaannya,
1. Guru menjelaskan tentang kriteria menceritakan kembali cerita
fantasi yang baik,
2. Guru membimbing peserta didik untuk berlatih vokal secara
bersama-sama,
3. Peserta didik secara individu membaca cerita fantasi yang berjudul
“Putri Kelingking Raja”,
4. Peserta didik menuliskan unsur-unsur instrinsik cerita anak tentang
penokohan, alur, dan latar cerita anak yang dibaca,
5. Secara berkelompok peserta didik mendiskusikan hal-hal yang
menarik dan tidak menarik dengan alasan logis,
6. Peserta didik secara individu menceritakan kembali isi cerita di
hadapan kelompoknya,
7. Beberapa peserta didik lain menilai peserta didik yang tampil di
kelompoknya, guru mengamati tiap-tiap kelompok,
8. Beberapa peserta didik yang terbaik dari kelompoknya
menceritakan kembali di depan kelas, peserta didik lain
menanggapi.
9. Tahap penutup dilakukan dengan
10. Peserta didik dan guru menyimpulkan cara menceritakan kembali
cerita fantasi secara kronologis,
11. Peserta didik dan guru melakukan refleksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
c. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data tentang
penerapan teknik loci selama proses pembelajaran menceritakan kembali cerita
fantasi berlangsung. Proses pengambilan data tes dilakukan untuk melihat
keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi peserta didik. Pengambilan data
nontes dilakukan untuk melihat perubahan perilaku peserta didik selama
mengikuti pembelajaran dan respon peserta didik terhadap pembelajaran
menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci. Aspek-aspek yang dinilai
dalam pengamatan meliputi perilaku peserta didik selama mengikuti pembelajaran
seperti kesungguhan peserta didik memperhatikan penjelasan guru tentang cerita
fantasi dan latihan vokal.
d. Refleksi
Refleksi adalah mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti dapat melakukan
revisi terhadap rencana awal siklus II. Setelah putaran tindakan, peneliti
melakukan analisis terhadap hasil observasi, hasil wawancara dan jurnal. Hasil
observasi ini menunjukkan jumlah peserta didik yang telah mengikuti kegiatan
belajar mengajar (KBM) dengan baik dan yang masih melakukan penyimpangan.
Dengan adanya refleksi ini peneliti dapat langsung memperbaiki kesalahan-
kesalahan peserta didik. Untuk mengetahui tanggapan peserta didik mengenai
pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi denganteknik loci, peneliti
melakukan wawancara dengan beberapa peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Hasil wawancara tersebut untuk mengetahui pemahaman peserta didik
terhadap pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik yang
telah digunakan dan alasan-alasan yang dikemukakan peserta didik. Dengan
lembar wawancara tersebut, peneliti akan mengetahui peserta didik-peserta didik
yang mengalami kesulitan dan penyebab kesulitannya, agar segera dapat
melakukan penanganan. Selain itu, peneliti juga dapat mengetahui pesan dan
kesan terhadap pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi melalui jurnal
yang dibuat untuk peserta didik. Tiap-tiap kendala dari peserta didik, guru, materi,
teknik atau yang lain perlu segera ditangani agar dapat memperbaiki kelemahan-
kelemahan pada tindakan berikut.
2.Proses Tindakan Siklus II
Berdasarkan refleksi pada siklus I, perlu dilakukan kegiatan-kegiatan
untuk memperbaiki rencana pada tindakan yang telah dilaksanakan. Langkah-
langkah pada siklus II pada dasarnya sama dengan langkah-langkah pada siklus I.
Perbedaannya hanya terletak pada sasaran kegiatan untuk melakukan perbaikan
pada tindakan siklus berikutnya.
a. Perencanaan
Mengacu pada hasil refleksi siklus I, peneliti mempersiapkan hal-hal yang
dilaksanakan pada siklus II. Adapun rencana tindakan yang akan dilakukan di
antaranya sebagai berikut.
1. Menyusun perbaikan rencana pembelajaranmenceritakan kembali
cerita fantasi dengan teknik loci,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
2. Menyiapkan lembar wawancara, lembar observasi, lembar jurnal,
dan pedoman penilaian proses untuk memperoleh data nontes pada
siklus II, dan
3. Menyiapkan perangkat tes menceritakan kembali cerita fantasi
yang akan digunakan dalam evaluasi hasil belajar siklus II.
b. Tindakan
Pada tahap ini peneliti melakukan tindakan sesuai dengan rencana yang
telah dibuat dengan memperbaiki siklus I. Tindakan yang dilakukan pada siklus II
adalah
1. memberi umpan balik berupa pertanyaan mengenai pertemuan pada
siklus I,
2. melaksanakan proses pembelajaran menceritakan kembali cerita
fantasi dengan teknik loci,
3. memotivasi peserta didik agar berpartisipasi lebih aktif pada saat
pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dan,
4. guru memberikan penguatan dan memberikan penghargaan bagi
peserta didik yang aktif dalam pembelajaran. Berbeda dengan
siklus I, pada siklus II peneliti hanya melakukan satu kali
pertemuan.
5. Pada siklus II, materi pelajaran yang disampaikan masih sama
dengan siklus I, yaitu menceritakan kembali cerita fantasi dengan
teknik loci. Pembelajaran dimulai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
6. guru mengkondisikan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran,
7. guru memberikan apersepsi tentang manfaat membaca cerita
fantasi,
8. guru memberitahukan letak kesalahan–kesalahan peserta didik
dalam menceritakan kembali cerita anak pada siklus sebelumnya.
Tahap pelaksanaan dimulai dengan
1. peserta didik secara individu membaca cerita fantasi yang berjudul
“Tiga Ekor Kambing”,
2. peserta didik menuliskan unsur-unsur instrinsik cerita fantasi
tentang penokohan, alur, dan latar cerita fantasi yang dibaca,
3. secara berkelompok peserta didik mendiskusikan hal-hal yang
menarik dan tidak menarik dengan alasan logis,
4. peserta didik menyampaikan hasil diskusi dan kelompok lain
menanggapi,
5. peserta didik satu per satu menceritakan kembali cerita fantasi yang
dibaca ke depan kelas.
Kemudian tahap penutup dilakukan dengan
1. Guru mengadakan evaluasi, dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan,
2. peserta didik dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran,
3. guru membantu peserta didik merefleksi pembelajaran
menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
c. Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data tentang
penerapan teknik loci selama pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi
dengan teknik loci pada siklus II berlangsung.
Proses pengambilan data tes masih digunakan untuk melihat keterampilan
menceritakan kembali cerita anak pada peserta didik dengan intonasi, pelafalan,
kelancaran, mimik, gesture yang tepat.
Pengambilan data nontes dilakukan untuk melihat perubahan perilaku
peserta didik selama mengikuti pembelajaran dan respon peserta didik terhadap
pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci.
d. Refleksi
Refleksi pada siklus II ini untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik
pada siklus II. Evaluasi ini untuk menentukan tingkat kemajuan yang telah dicapai
oleh peserta didik selama proses pembelajaran.
Refleksi pada siklus ini juga dilakukan untuk mencari kelemahan-
kelemahan yang muncul pada peserta didik selama proses pembelajaran.
Kemajuan yang dicapai pada siklus II merupakan peningkatan nilai menceritakan
kembali cerita fantasi dan perubahan perilaku peserta didik dari negatif menjadi
positif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VII. Kompetensi dasar
yang harus dicapai peserta didik setingkat SMP/MTs pada Kurikulum 2013 salah
satunya adalah menceritakan kembali cerita fantasi yang dibaca. Alasan dipilihnya
kelas VII G sebagai subjek penelitian karena hasil menceritakan kembali cerita
fantasi mereka kurang memuaskan. Hal ini disebabkan pembelajaran yang
dilakukan guru masih konvensional dan kurang bervariasi. Pembelajaran yang
dilakukan selama ini terkesan monoton sehingga peserta didik merasa jenuh dan
bosan. Selain itu peserta didik kelas VII G lebih senang belajar eksak daripada
belajar membaca sastra.
C.Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Fantasi
Menceritakan kembali cerita fantasi merupakan salah satu apresiasi peserta
didik terhadap karya sastra yang diwujudkan melalui keterampilan membaca.
Dalam penelitian ini, peserta didik dikatakan berhasil apabila total skor rata-rata
kelas mencapai 75, sesuai dengan patokan nilai ketuntasan belajar yang diterapkan
dalam Kurikulum 2013. Penggunaan Teknik loci Pembelajaran menceritakan
kembali cerita anak dengan teknik loci dilakukan dengan cara mengingat isi
bacaan kemudian menceritakan kembali isi bacaan yang dibaca.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas instrumen tes
dan nontes. Soal test digunakan untuk mengungkapkan data tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
keterampilanmenceritakan kembali cerita fantasi. Soal nontes yaitu lembar
observasi, lembar jurnal, dan lembar wawancara. Dokumentasi foto digunakan
untuk mengungkapkan perubahan perilaku peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran menceritakan kembali cerita anak.
1. Instrumen Tes
Penilaian adalah kegiatan yang digunakan untuk mengukur tingkat
pencapaian peserta didik dalam belajar yang diperoleh dari penerapan program
pengajaran tertentu dalam tempo yang relatif pendek (Persivar 1998:95). Hasil
penilaian peserta didik dalam belajar hanya salah satu dari cakupan faktor yang
diperoleh melalui proses pembelajaran.
Sistem penilaian yang digunakan dalam pembelajaran menceritakan kembali
cerita fantasi adalah penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian dengan sistem
ini diharapkan dapat menciptakan pembelajaran dengan hasil yang lebih
berkualitas. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan hasil
(Mulyasa 2006:102). Penilaian dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil
dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya 75% pesrta didik terlibat
secara aktif baik fisik, mental, atau sosial dalam proses pembelajaran, di samping
itu menunjukkan semangat yang tinggi dan rasa percaya diri pada diri sendiri.
Penilaian dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi
perubahan sikap positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya
75%. Lebih lanjut pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas tinggi apabila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
masukan merata, menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, sesuai
dengan kebutuhan/perkembangan masyarakat dan pembangunan.
Penilaian proses dilakukan dengan menilai sikap dan respon peserta didik
pada saat pembelajaran berlangsung,yang dapat diambil melalui data observasi,
jurnal dan wawancara. Penilaian hasil diambil dari hasil menceritakan kembali
cerita fantasipeserta didik dengan menitikberatkan pada aspek kesesuaian isi,
bahasa, pelafalan/intonasi, gerak/mimik.
Bentuk instrumen penelitian yang berupa tes digunakan untuk
mengungkapkan data keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi. Bentuk
instrumen penelitian yang berupa tes adalah tes membaca. Hasil akhir tes diambil
berdasarkan jumlah skor tiap aspek.
Aspek yang dinilai dalam tes menceritakan kembali cerita fantasi adalah
kesesuaian isi, bahasa, pelafalan/intonasi, gerak/mimik. Soal tes berupa siswa
diminta untuk menceritakan kembali cerita yang sudah didengar dengan
memperhatikan aspek menyebutkan nama tokoh, menjelaskan watak tiap tokoh,
menjelaskan latar cerita, mengungkapkan alur, mengungkapkan hal yang menarik
dari cerita, kesesuaian isi, bahasa, pelafalan/intonasi dan gerak/ mimik. Setiap
unsur jawaban siswa tersebut merupakan aspek penilaian yang diperhatikan oleh
peneliti.
2. Instrumen Nontes
Bentuk instrumen nontes digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku
peserta didik, sikap peserta didik dalam pembelajaran, serta tanggapan peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
didik mengenai pembelajaran yang telah dilakukan selama mengikuti
pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci. Bentuk
instrumen nontes dalam penelitian ini terdiri atas pedoman observasi, jurnal,
wawancara, dan dokumentasi.
3. Pedoman Observasi
Tujuan utama pembuatan lembar observasi adalah untuk memperoleh data
mengenai perubahan perilaku peserta didik selama mengikuti pembelajaran
menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci. Subjek sasaran yang
diamati dalam observasi difokuskan pada perilaku positif dan perilaku negatif
yang muncul saat berlangsungnya penelitian pada siklus I dan siklus II. Pedoman
observasi juga digunakan untuk mengamati tingkah laku, respon, dan sikap
peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Hal yang diamati dalam
observasi meliputi
1. keantusiasan peserta didik dalam mendengarkan penjelasan guru,
2. keaktifan peserta didik dalam menjawab pertanyaan guru,
3. perhatian peserta didik terhadap teknik yang disajikan guru, yaitu
teknik loci,
4. kesungguhan peserta didik dalam menceritakan kembali cerita
fantasi,
5. keberanian peserta didik dalam menceritakan kembali cerita fantasi
di depan kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
4. Pedoman Wawancara
Wawancara dilakukan peneliti untuk mendapatkan informasi dari peserta
didik mengenai pembelajaran cerita fantasi. Wawancara ditujukan pada peserta
didik yang memperoleh nilai tinggi, sedang, dan rendah. Untuk melakukan
wawancara pada peserta didik yang telah dipilih tersebut dilakukan di luar jam
pelajaran, hal itu dimaksudkan agar peserta didik yang diwawancarai merasa
nyaman. Untuk mempermudah wawancara peneliti berpedoman pada
membacakan lembar wawancara yang sudah dipersiapkan. Pedoman wawancara
yang dilakukan pada siklus I dan siklus II mengenai (1) bagaiamanakah tanggapan
peserta didik mengenai teknik yang digunakan oleh guru, (2) apakah kesulitan
yang dialami peserta didik dalam menceritakan kembali cerita fantasi, (3)
bagaimanakah kesan peserta didik terhadap pembelajaran menceritakan kembali
cerita fantasi dengan teknik loci.
5. Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi
foto. Pengambilan data dengan dokumentasi foto digunakan dengan tujuan
memperoleh gambaran secara visual tentang pembelajaran yang dilakukan.
Pengambilan data dengan dokumentasi foto ini difokuskan pada semua aktivitas
yang dilakukan peserta didik pada pembelajaran menceritakan kembali cerita
fantasi dengan teknik loci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
6. Kriteria Penilaian Kompetensi Menceritakan Kembali Cerita Fantasi
Penilaian kompetensi menceritakan kembali cerita fantasi ini didasarkan
pada keterampilanmenceritakan kembali cerita fantasi yang terdapat dalam
kompetensi dasar menceritakan kembali cerita fanatasi yang dibaca yang harus
dicapai siswa. Penilaian ini terdiri atas komponen-komponen menceritakan
kembali cerita fantasi dengan menyebutkan nama tokoh, menjelaskan watak
tokoh, menjelaskan latar cerita, mengungkapkan hal yang menarik dari cerita,
kesesuaian isi, bahasa yang baik, pelafalan/intonasi, dan gerak/mimik yang tidak
berlebihan. Penilaian tiap aspek tersebut disusun dengan skor 1 sampai dengan 5
berdasarkan kategorinya masing-masing,l dengan tiap aspek memiliki nilai
terendah 20 dan nilai tertinggi 100, jadi skor 1 berniali 20, skor 2 bernilai 40, skor
3 bernilai 60, skor 4 bernilai 80, skor 5 bernilai 100. Rubrik penilaian kompetensi
menceritakan kembali cerita anak dengan teknik lociterlampir.
Peserta didik dikatakanmencapai nilai minimal ketuntasan belajar jika nilai
akhir interval 68-83 maka peserta didik tersebut dikategorikan dalam
keterampilanmenceritakan kembali cerita fantasi sudah baik.
Sebelum instrumen penelitian ini digunakan maka dilakukan uji validitasnya.
Pengujian itu bermaksud agar hasil yang dicapai nanti merupakan hasil yang dapat
diandalkan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan alat pengumpulan data yang
berbentuk tes dan nontes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
1. Teknik Tes
Data tes dalam penelitian ini diperoleh dari hasil tes menceritakan kembali
cerita fantasi peserta didik pada setiap siklus. Hasil tes pada siklus pertama
dianalisis. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui kelemahan-kelemahan yang
ada kemudian peserta didik diberi pembekalan untuk menghadapi tes pada siklus
kedua.
Tes keterampilanmenceritakan kembali cerita fantasi dilakukan sebanyak
satu kali pada setiap siklus. Tes ini merupakan tugas membacakan cerita fantasi.
2. Teknik Nontes
Data nontes pada penelitian ini diperoleh melalui teknik observasi, jurnal,
wawancara, dan dokumentasi. Masing-masing teknik diuraikan sebagai berikut.
3. Observasi
Observasi dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan oleh dua orang
(peneliti dan guru kelas/teman sejawat). Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi
jika peneliti lupa mencatat fenomena-fenomena yang muncul seperti yang terdapat
dalam lembar observasi. Guru kelas atau teman peneliti mengamati perilaku
peserta didik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Daftar perilaku
positif dan negatif pada saat pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi
sudah tertulis dalam lembar observasi.
Adapun tahap observasi yang dilakukan yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
1. menyiapkan lembar observasi yang berisi butir-butir sasaran
pengamatan tentang keaktifan peserta didik dalam mendengarkan
penjelasan guru, keaktifan peserta didik dalam proses
pembelajaran, dan keaktifan peserta didik dalam mengerjakan
tugas,
2. melaksanakan observasi selama proses pembelajaran, yaitu mulai
dari penjelasan guru, proses belajar mengajar sampai dengan
peserta didik menceritakan kembali cerita fantasi, dan
3. mencatat hasil observasi dengan mengisi lembar observasi yang
telah disiapkan.
4. Dokumentasi
Untuk mengambil data dengan dokumentasi foto, peneliti meminta
bantuan kepada teman sejawat dengan sebelumnya peneliti memberi pedoman
pengambilan data melalui dokumentasi. Pengambilan data melalui dokumentasi
ini dilakukan setiap kali pertemuan.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Teknik
analisis data ini digunakan untuk mengetahui secara terperinci cara memperoleh
data dan perkembangan hasil penelitian. Uraian tentang teknik kuantitatif dan
kualitatif adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
1. Teknik Kuantitatif
Teknik kuantitatif digunakan untuk menganalisis data kuantitatif dengan
tujuan mengetahui peningkatan menceritakan kembali cerita fantasi peserta didik
setelah mengikuti pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan
teknik loci. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes menceritakan kembali cerita
fantasi pada siklus I dan siklus II.
Analisis tersebut dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Merekap skor yang diperoleh peserta didik.
2) Menghitung skor komulatif dari seluruh aspek.
3) Menghitung skor rata-rata kelas.
4) Menghitung prosentase, dengan rumus.
Pedoman penilaian untuk hasil belajar siswa menggunakan standar penilaian
yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah khususnya SMP Xaverius 1 Jambi. SMP
Xaverius 1 Jambi menggunakan pedoman penilaian berdasarkan standar
kurikulum 2013 yang mencakup nilai batas kriteria ketuntasan minimal yaitu nilai
75 – 83 mendapatkan skor nilai C, nilai 84 – 91 mendapatkan skor nilai B, 92 –
100 mendapatkan skor nilai A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Rubrik Penilaian Kompetensi Menceritakan Kembali dengan Teknik Loci
NO Aspek Penilaian (Nilai) Skor Nilai NILAI
1 2 3 4 5
20 40 60 80 100
1 Menyebutkan nama tokoh
2 Menjelaskan watak tiap tokoh
3 Menjelaskan latar cerita
4 Mengungkapkan alur
5
Mengungkap hal yang menarik dari
cerita
6 Kesesuaian isi
7 Bahasa
8 Pelafalan/intonasi
9 Gerak/mimik
Jumlah
2. Teknik Kualitatif
Teknik kualitatif digunakan untuk menganalisis data kualitatif. Data
kualitatif diperoleh dari data nontes yaitu hasil observasi, jurnal, wawancara, dan
dokumentasi. Hasil data observasi akan diberi gambaran mengenai perubahan
perilaku peserta didik pada saat pembelajaran. Data jurnal digunakan untuk
mengetahui perilaku harian peserta didik dalam mengikuti pembelajaran
menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci. Selanjutnya hasil
wawancara dianalisis dengan membaca kembali catatan hasil wawancara. Data
dokumentasi digunakan untuk melengkapi data penelitian dan dijadikan bukti
visual. Hasil analisis tersebut digunakan untuk mengetahui peserta didik yang
mengalami kesulitan menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci, dan
digunakan sebagai dasar untuk mengetahui peningkatan keterampilan
menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini terdiri atas hasi tes dan nontes. Hasil penelitian tes
yang dipaparkan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi hasil pratindakan,
siklus I, dan siklus II. Hasil pratindakan yang dipaparkan merupakan hasil tes
keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi sebelum tindakan penelitian
dilakukan, sedangkan hasil tes tindakan siklus I, dan siklus II merupakan hasil tes
keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci. Adapun
hasil nontes yang diperoleh dari data observasi, jurnal, dan wawancara pada saat
berlangsungnya pembelajaran.
Hasil Tes Pratindakan
Hasil penelitian tes pratindakan adalah hasil keterampilan menceritakan
kembali cerita fantasi sebelum dilakukan tindakan penelitian. Hasil tes
pratindakan berfungsi untuk mengetahui keadaan awal keterampilan menceritakan
kembali cerita fantasi. Tes yang dilakukan adalah siswa mampu menceritakan
kembali cerita fantasi dengan kriteria penilaian sebagai berikut
1. menyebutkan nama tokoh,
2. menjelaskan watak tiap tokoh,
3. menjelaskan latar cerita,
4. mengungkapkan alur,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
5. mengungkapkan hal yang menarik dari cerita,
6. kesesuaian isi,
7. bahasa,
8. pelafalan/intonasi,
9. Gerak/mimik.
Hasil tes pratindakan dapat dilihat pada tabel.
1. Aspek Menyebutkan Nama Tokoh
Penilaian pada aspek menyebutkan nama tokoh dalam pembelajaran
menceritakan kembali cerita fantasi difokuskan pada seberapa banyak siswa dapat
menyebutkan tokoh dalam cerita fantasi. Hasil perolehan nilai pada aspek
menyebutkan nama tokoh dapat dilihat dari tabel 1 berikut ini.
Tabel 1
Hasil Tes Pratindakan Aspek Menyebutkan Nama Tokoh
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 0 0 0 2100
2 Baik 84-91 0 0 0 32
3 Cukup 75-83 3 239 9,375 65,62
4 Kurang 40-74 29 1861 90,625 Kategori Kurang
Jumlah 32 2100 100%
Data tabel 1 pada bagian kategori dan skor nilai disesuaikan dengan
ketentuan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditentukan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
pihak sekolah. Untuk kategori kurang dengan rentang nilai 40 -70 dicapai 29
siswa atau 90,62 %. Kategori cukup dengan rentang nilai 75-83 dicapai 3 siswa
atau 9,37 %, sedangkan kategori baik dengan rentang nilai 84-91 dicapai 0 siswa
atau 0 %. Kategori amat baik dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0
%. Jadi rata-rata keterampilan peserta didik kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi
dalam aspek menyebutkan nama tokoh pratindakan yaitu sebesar 62,62 atau dalam
kategori kurang.
2. Aspek Menjelaskan Watak Tiap Tokoh
Penilaian pada aspek keterampilan menjelaskan watak tiap tokoh dalam
pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi ini difokuskan pada
keterampilan menjelaskan watak tiap tokoh yang ada dalam cerita fantasi,
sehingga penghadiran watak tokoh jelas. Hasil perolehan nilai pada aspek
menjelaskan watak tiap tokoh dapat dilihat dari tabel 2 berikut ini.
Tabel 2
Hasil Tes Pratindakan Menjelaskan Watak Tiap Tokoh
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 0 0 0 2118
2 Baik 84-91 0 0 0 32
3 Cukup 75-83 3 238 9,375 66,18
4 Kurang 40-74 29 1880 90,625 Kategori Kurang
Jumlah 32 2118 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
menjelaskan watak tiap tokoh ada pada kategori kurang dengan rentang nilai 40 -
74 dicapai 29 siswa atau 90,62 %. Untuk kategori cukup dengan rentang nilai 75 -
83 dicapai 3 siswa atau 9,37 %. Kategori baik dengan rentang nilai 84-91 dicapai
0 siswa atau 0 %. Kategori amat baik dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa
atau 0 %. Jadi, rata-rata keterampilan peserta didik kelas VII G SMP XAVERIUS
1 JAMBI dalam menjelaskan watak tiap tokoh pratindakan yaitu sebesar 66,18
atau dalam kategori kurang.
3. Aspek Menjelaskan Latar Cerita
Penilaian pada aspek menjelaskan latar cerita ini difokuskan pada
keterampilan siswa menyebut latar cerita pada cerita fantasi. Hasil perolehan nilai
aspek menjelaskan latar cerita dapat dilihat dari tabel 3 berikut ini.
Tabel 3
Hasil Tes Pratindakan Aspek Menjelaskan Latar Cerita
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 0 0 0 2148
2 Baik 84-91 0 0 0 32
3 Cukup 75-83 4 315 12,5 67,12
4 Kurang 40-74 28 1833 87,5 Kategori Kurang
Jumlah 32 2148 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Data pada tabel 3 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 28 siswa atau 87,5 %. Kategori cukup
dengan rentang nilai 73-85 dicapai 4 siswa atau 12,5 %, sedangkan kategori baik
dengan rentang nilai 84-91 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori amat baik dengan
rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0 %. Jadi rata-rata keterampilan peserta
didik kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam menjelaskan latar cerita
pratindakan yaitu sebesar 67,12 atau dalam kategori kurang.
4. Aspek Mengungkapkan Alur
Penilaian pada aspek keterampilan mengungkapkan alur cerita dalam
pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi ini difokuskan pada keruntutan
alur cerita. Hasil pemerolehan nilai pada aspek pemahaman isi dapat dilihat dari
tabel 4 berikut ini.
Tabel 4
Hasil Tes Pratindakan Aspek Mengungkapkan Alur
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 0 0 0 2140
2 Baik 84-91 0 0 0 32
3 Cukup 75-83 4 311 12,5 66,87
4 Kurang 40-74 28 1829 87,5 Kategori Kurang
Jumlah 32 2140 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Data pada tabel 4 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 28 siswa atau 87,5 %. Kategori cukup
dengan rentang nilai 75-83 dicapai 4 siswa atau 12,5 %, sedangkan kategori baik
dengan rentang nilai 84-91 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori baik sekali dengan
rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0 %. Jadi rata-rata keterampilan siswa
kelas VIIG SMP Xaverius 1 Jambi dalam mengungkapkan alur cerita pratindakan
yaitu sebesar 66,87 atau dalam kategori kurang.
5. Aspek Mengungkapkan Hal Yang Menarik Dari Cerita
Penilaian pada aspek keterampilan mengungkapkan hal menarik dari cerita
dalam pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi ini difokuskan pada
keterampilan siswa dapat mengungkapkan hal-hal yang menarik dari cerita. Hasil
perolehan nilai pada aspek keterampilan mengungkapkan hal yang menarik dari
cerita dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini.
Tabel 5
Hasil Tes Pratindakan Aspek Mengungkapkan Hal Yang Menarik
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 0 0 0 2126
2 Baik 84-91 0 0 0 32
3 Cukup 75-83 4 310 12,5 66,43
4 Kurang 40-74 28 1816 87,5 Kategori Kurang
Jumlah 32 2126 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Data pada tabel 5 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 40 – 74 dicapai 28 siswa atau 87,5 %. Kategori cukup
dengan rentang nilai 75-83 dicapai 4 siswa atau 12,5 %, sedangkan kategori baik
dengan rentang nilai 84-91 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori amat baik dengan
rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0%. Jadi, rata-rata keterampilan siswa
kelas VIIG SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam mengungkapkan hal yang menarik
dari cerita pratindakan yaitu sebesar 66,43 kategori kurang.
6. Aspek Kesesuaian Isi
Penilaian pada aspek pemahaman isi dalam pembelajaran menceritakan
kembali cerita fantasi ini difokuskan pada kelengkapan dan keruntutan isi cerita.
Hasil perolehan nilai pada aspek kesesuaian isi cerita dapat dilihat dari tabel 6
berikut ini.
Tabel 6
Hasil Tes Pratindakan Aspek Kesesuaian Isi
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 0 0 0 2115
2 Baik 84-91 0 0 0 32
3 Cukup 75-83 3 234 9,375 66,09
4 Kurang 40-74 29 1881 90,625 Kategori Kurang
Jumlah 32 2115 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 40 – 74 dicapai 29 siswa atau 90,62 %. Kategori
cukup dengan rentang nilai 75-83 dicapai 3 siswa atau 9,37 %, sedangkan kategori
baik dengan rentang nilai 84-91 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori amat baik
dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0%. Jadi, rata-rata keterampilan
siswa kelas VIIG SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam kesesuaian isi pratindakan
yaitu sebesar 66,09 kategori kurang.
7. Aspek Bahasa
Penilaian pada aspek bahasa pada pembelajaran menceritakan kembali
cerita fantasi ini difokuskan pada kesesuaian dalam berbahasa. Hasil perolehan
nilai pada aspek bahasa dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.
Tabel 7
Hasil Tes Pratindakan Bahasa
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 0 0 0 2119
2 Baik 84-91 0 0 0 32
3 Cukup 75-83 4 310 12,5 66,21
4 Kurang 40-74 28 1809 87,5 Kategori Kurang
Jumlah 32 2119 100%
Data pada tabel 7 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 40 – 74 dicapai 28 siswa atau 87,5 %. Kategori cukup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
dengan rentang nilai 75-83 dicapai 4 siswa atau 12,5 %, sedangkan kategori baik
dengan rentang nilai 84-91 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori amat baik dengan
rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0%. Jadi, rata-rata keterampilan siswa
kelas VIIG SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam bahasa pratindakan yaitu sebesar
66,21 kategori kurang.
8. Aspek Pelafalan/Intonasi
Penilaian pada aspek pelafalan/intonasi dalam pembelajaran menceritakan
kembali cerita fantasi ini difokuskan pada kesesuaian intonasi dan kejelasan
pelafalan sehingga suara pencerita jelas didengar oleh pendengar. Hasil perolehan
nilai pada aspek pelafalan/intonasi dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini.
Tabel 8
Hasil Tes Pratindakan Pelafalan/ Intonasi
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 0 0 0 2111
2 Baik 84-91 0 0 0 32
3 Cukup 75-83 3 234 9,375 65,96
4 Kurang 40-74 29 1877 90,625 Kategori Kurang
Jumlah 32 2111 100%
Data pada tabel 8 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 40 – 74 dicapai 29 siswa atau 90,62 %. Kategori
cukup dengan rentang nilai 75-83 dicapai 3 siswa atau 9,37 %, sedangkan kategori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
baik dengan rentang nilai 84-91 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori amat baik
dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0%. Jadi, rata-rata keterampilan
siswa kelas VIIG SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam pelafalan / intonasi
pratindakan yaitu sebesar 65,96 kategori kurang.
9. Aspek Gerak/Mimik
Penilaian pada aspek gerak/mimik dalam pembelajaran menceritakan
kembali fantasi anak ini difokuskan pada kesesuaian mimik pencerita dan
apresiasi gerak pencerita dengan mengikuti isi cerita. Hasil perolehan nilai pada
aspek gerak/mimik dapat dilihat dari tabel 9 berikut ini.
Tabel 9
Hasil Tes Pratindakan Gerak/ Mimik
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 0 0 0 2129
2 Baik 84-91 0 0 0 32
3 Cukup 75-83 3 236 9,375 66,53
4 Kurang 40-74 29 1893 90,625 Kategori Kurang
Jumlah 32 2129 100%
Data pada tabel 9 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 40 – 74 dicapai 29 siswa atau 90,62 %. Kategori
cukup dengan rentang nilai 75-83 dicapai 3 siswa atau 9,37 %, sedangkan kategori
baik dengan rentang nilai 84-91 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori amat baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0%. Jadi, rata-rata keterampilan
siswa kelas VIIG SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam gerak/mimik yaitu sebesar
66,53 kategori kurang.
B. Refleksi Pratindakan
Refleksi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengkaji,
melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan. Refleksi pada
pratindakan dilakukan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa selama
pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi sebelum menggunakan teknik
loci dimulai. Dari hasil tes pratindakan yang telah diuraikan di atas, dapat dilihat
bahwa keterampilan siswa dalam menceritakan kembali cerita anak masih
tergolong dalam kategori kurang. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya rendahnya
nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik yaitu hanya mencapai 61,30.
Adapun penyebab rendahnya nilai siswa dalam menceritakan kembali
cerita anak di antaranya dipengaruhi oleh teknik yang digunakan guru masih
tradisional sehingga siswa merasa jenuh dan bosan. Selain itu juga masih banyak
siswa yang enggan bertanya kesulitan-kesulitan yang dihadapi selama berlatih
menceritakan kembali cerita fantasi sehingga pengetahuan peserta didik mengenai
menceritakan kembali cerita fantaasi sangat terbatas. Oleh karena itu, untuk
memperbaiki kelemahan dan kekurangan siswa, peneliti melakukan tindakan
siklus I dengan menggunakan teknik loci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Hasil Penelitian Siklus I
Proses pembelajaran pada siklus I merupakan pemberlakuan tindakan awal
penelitian pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci.
Tindakan yang dilakukan pada siklus I merupakan upaya untuk memperbaiki dan
memecahkan masalah yang muncul pada pratindakan. Hasil penelitian dalam
pembelajaran siklus ini merupakan hasil dari data tes dan data nontes.
Data tes diambil dari hasil menceritakan kembali cerita fantasi dengan
teknik loci. Aspek penilaian pada siklus I meliputi
10. menyebutkan nama tokoh,
11. menjelaskan watak tiap tokoh,
12. menjelaskan latar cerita,
13. mengungkapkan alur,
14. mengungkapkan hal yang menarik dari cerita,
15. kesesuaian isi,
16. bahasa,
17. pelafalan/intonasi,
18. Gerak/mimik.
Hasil penelitian kedua, data tersebut secara rinci dipaparkan sebagai berikut.
1. Aspek Menyebutkan Nama Tokoh
Penilaian pada aspek menyebutkan nama tokoh dalam pembelajaran
menceritakan kembali cerita fantasi difokuskan pada seberapa banyak siswa dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
menyebutkan tokoh dalam cerita fantasi. Hasil perolehan nilai pada aspek
menyebutkan nama tokoh dapat dilihat dari tabel 10 berikut ini.
Tabel 10
Hasil Tes Siklus I Aspek Menyebutkan Nama Tokoh
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 0 0 0 2488
2 Baik 84-91 3 256 9,375 32
3 Cukup 75-83 29 2232 90,625 77,75
4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori Baik
Jumlah 32 2488 100%
Data pada tabel 10 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori cukup
dengan rentang nilai 75-83 dicapai 29 siswa atau 90,62 %, sedangkan kategori
baik dengan rentang nilai 84-91 dicapai 3 siswa atau 9,37 %. Kategori amat baik
dengan rentang nilai 92-100 dicapai0 siswa atau 0 %. Jadi, rata-rata keterampilan
siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek menyebutkan nama
tokoh pada siklus I yaitu sebesar 77,75 atau dalam kategori baik.
2. Aspek Menjelaskan Watak Tiap Tokoh
Penilaian pada aspek keterampilan menjelaskan watak tiap tokoh dalam
pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi ini difokuskan pada
keterampilan menjelaskan watak tiap tokoh yang ada dalam cerita fantasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
sehingga penghadiran watak tokoh jelas. Hasil perolehan nalai pada aspek
menjelaskan watak tiap tokoh dapat dilihat dari tabel 11 berikut ini.
Tabe 11
Hasil Tes Siklus I Aspek Menjelaskan Watak Tiap Tokoh
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 0 0 0 2490
2 Baik 84-91 3 255 9,375 32
3 Cukup 75-83 29 2235 90,625 77,81
4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori Baik
Jumlah 32 2490 100%
Data pada tabel 11 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori cukup
dengan rentang nilai 75-83 dicapai 29 siswa atau 90,62 %, sedangkan kategori
baik dengan rentang nilai 84-91 dicapai 3 siswa atau 9,37 %. Kategori amat baik
dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0 %. Jadi, rata-rata keterampilan
siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek menjelaskan watak tiap
tokoh pada siklus I yaitu sebesar 77,81 atau dalam kategori baik.
3. Aspek Menjelaskan Latar Cerita
Penilaian pada aspek menjelaskan latar cerita ini difokuskan pada
keterampilan peserta didik menyebut latar cerita pada cerita fantasi. Hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
perolehan nilai aspek menjelaskan latar cerita dapat dilihat dari tabel 12 berikut
ini.
Tabel 12
Hasil Tes Siklus I Aspek Menjelaskan Latar Cerita
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 0 0 0 2511
2 Baik 84-91 4 346 12,5 32
3 Cukup 75-83 28 2165 87,5 78,46
4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori Baik
Jumlah 32 2511 100%
Data pada tabel 12 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori cukup
dengan rentang nilai 75-83 dicapai 28 siswa atau 87,5 %, sedangkan kategori baik
dengan rentang nilai 84-91 dicapai 4 siswa atau 12,5 %. Kategori amat baik
dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0 %. Jadi, rata-rata keterampilan
siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek menjelaskan latar cerita
pada siklus I yaitu sebesar 78,46 atau dalam kategori baik.
4. Aspek Mengungkapkan Alur
Penilaian pada aspek keterampilan mengungkapkan alur cerita dalam
pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi ini difokuskan pada keruntutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
alur cerita. Hasil pemerolehan nilai pada aspek pemahaman isi dapat dilihat dari
tabel 13 berikut ini.
Tabel 13
Hasil Tes Siklus I Aspek Mengungkapkan Alur
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 0 0 2504
2 Baik 84-91 5 427 15,625 32
3 Cukup 75-83 27 2077 84,375 78,25
4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori Baik
Jumlah 32 2504 100%
Data pada tabel 13 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori cukup
dengan rentang nilai 75-83 dicapai 27 siswa atau 84,37 %, sedangkan kategori
baik dengan rentang nilai 84-91 dicapai 5 siswa atau 15,62 %. Kategori amat baik
dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0 %. Jadi, rata-rata keterampilan
siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek mengungkapkan alur
pada siklus I yaitu sebesar 78,25 atau dalam kategori baik.
5. Aspek Mengungkapkan Hal yang Menarik dari Cerita
Penilaian pada aspek keterampilan mengungkapkan hal menarik dari cerita
dalam pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi ini difokuskan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
keterampilan siswa dapat mengungkapkan hal-hal yang menarik dari cerita. Hasil
perolehan nilai pada aspek keterampilan mengungkapkan hal yang menarik dari
cerita dapat dilihat pada tabel 14 berikut ini.
Tabel 14
Hasil Tes Siklus I Aspek Mengungkapkan Hal yang Menarik dari Cerita
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 0 0 0 2500
2 Baik 84-91 4 342 12,5 32
3 Cukup 75-83 28 2158 87,5 78,12
4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori Baik
Jumlah 32 2500 100%
Data pada tabel 14 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori cukup
dengan rentang nilai 75-83 dicapai 28 siswa atau 87,5 %, sedangkan kategori baik
dengan rentang nilai 84-91 dicapai 4 siswa atau 12,5 %. Kategori amat baik
dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0 %. Jadi, rata-rata keterampilan
siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek mengungkapkan hal
yang menarik dalam cerita pada siklus I yaitu sebesar 78,12 atau dalam kategori
baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
6. Aspek Kesesuaian Isi
Penilaian pada aspek pemahaman isi dalam pembelajaran menceritakan
kembali cerita fantasi ini difokuskan pada kelengkapan dan keruntutan isi cerita.
Hasil perolehan nilai pada aspek kesesuaian isi cerita dapat dilihat dari tabel 15
berikut ini.
Tabel 15
Hasil Tes Siklus I Aspek Kesesuaian Isi
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 0 0 0 2488
2 Baik 84-91 3 253 9,375 32
3 Cukup 75-83 29 2235 90,625 77,75
4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori Baik
Jumlah 32 2488 100%
Data pada tabel 15 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori cukup
dengan rentang nilai 75-83 dicapai 29 siswa atau 90,62%, sedangkan kategori baik
dengan rentang nilai 84-91 dicapai 3 siswa atau 9,37 %. Kategori amat baik
dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0 %. Jadi, rata-rata keterampilan
siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek kesesuaian isi pada
siklus I yaitu sebesar 77,75 atau dalam kategori baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
7. Aspek Bahasa
Penilaian pada aspek bahasa pada pembelajaran menceritakan kembali
cerita fantasi ini difokuskan pada kesesuaian dalam berbahasa. Hasil perolehan
nilai pada aspek bahasa dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini.
Tabel 16
Hasil Tes Siklus I Aspek Bahasa
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 0 0 0 2495
2 Baik 84-91 4 338 12,5 32
3 Cukup 75-83 28 2157 87,5 77,96
4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori Baik
Jumlah 32 2884 100%
Data pada tabel 16 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori cukup
dengan rentang nilai 75-83 dicapai 28 siswa atau 87,5 %, sedangkan kategori baik
dengan rentang nilai 84-91 dicapai 4 siswa atau 12,5 %. Kategori amat baik
dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0 %. Jadi, rata-rata keterampilan
siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek bahasa pada siklus I
yaitu sebesar 77,96 atau dalam kategori baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
8. Aspek Pelafalan/ Intonasi
Penilaian pada aspek pelafalan/intonasi dalam pembelajaran menceritakan
kembali cerita fantasi ini difokuskan pada kesesuaian intonasi dan kejelasan
pelafalan sehingga suara pencerita jelas didengar oleh pendengar. Hasil perolehan
nilai pada aspek pelafalan/intonasi dapat dilihat pada tabel 17 berikut ini.
Tabel 17
Hasil Tes Siklus I Aspek Pelafalan/Intonasi
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 0 0 0 2478
2 Baik 84-91 4 343 12,5 32
3 Cukup 75-83 28 2135 87,5 77,43
4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori Baik
Jumlah 32 2478 100%
Data pada tabel 17 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori cukup
dengan rentang nilai 75-83 dicapai 28 siswa atau 87,5 %, sedangkan kategori baik
dengan rentang nilai 84-91 dicapai 4 siswa atau 12,5 %. Kategori amat baik
dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0 %. Jadi, rata-rata keterampilan
siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek pelafalan atau intonasi
pada siklus I yaitu sebesar 77,43 atau dalam kategori baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
9. Aspek Gerak/Mimik
Penilaian pada aspek gerak/mimik dalam pembelajaran menceritakan
kembali cerita fantasi ini difokuskan pada kesesuaian mimik pencerita dan
apresiasi gerak pencerita dengan mengikuti isi cerita. Hasil perolehan nilai pada
aspek gerak/mimik dapat dilihat dari tabel 18 berikut ini.
Tabel 18
Hasil Tes Siklus I Aspek Gerak/ Mimik
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 0 0 0 2477
2 Baik 84-91 3 255 9,375 32
3 Cukup 75-83 29 2222 90,625 77,40
4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori Baik
Jumlah 32 2477 100%
Data pada tabel 18 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0 %. Kategori cukup
dengan rentang nilai 75-83 dicapai 29 siswa atau 90,62 %, sedangkan kategori
baik dengan rentang nilai 84-91 dicapai 3 siswa atau 9,37 %. Kategori amat baik
dengan rentang nilai 92-100 dicapai 0 siswa atau 0 %. Jadi, rata-rata keterampilan
siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek gerak / mimik pada
siklus I yaitu sebesar 77,40 atau dalam kategori baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Hasil Nontes Siklus I
Data penelitian pada siklus I yang berupa data nontes ini diperoleh dari
hasil observasi yang dilakukan pada siswa ketika proses pembelajaran
berlangsung, jurnal siswa dan jurnal guru, dan wawancara. Hasil penelitian nontes
siklus I diuraikan secara jelas pada paparan berikut.
Hasil Observasi Peserta didik Siklus I
Hasil nontes siklus I yang pertama yaitu hasil observasi yang dilakukan
oleh peneliti pada responden atau siswa. Observasi ini dilakukan pada waktu
pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci di kelas VII
G SMP XAVERIUS 1 Jambi berlangsung. Penelitian nontes yang berupa
observasi dilakukan peneliti.
Aspek yang dinilai dalam observasi adalah (1) keantusiasan siswa dalam
mendengarkan penjelasan guru, (2) keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan
guru, (3) perhatian siswa terhadap teknik yang disajikan guru, yaitu teknik loci,
(4) kesungguhan siswa dalam menceritakan kembali cerita fantasi, (5) keberanian
siswa dalam menceritakan kembali cerita fantasi di depan kelas.
Hasil Observasi Siklus I
No Aspek yang dinilai F %
1
2
Keantusiasan siswa dalam
mendengarkan penjelasan guru.
Keaktifan siswa dalam menjawab
pertanyaan guru.
25
14
78,12
43, 75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
3
4
5
Perhatian siswa terhadap teknik
yang disajikan guru, yaitu teknik
loci.
Kesungguhan siswa dalam
menceritakan kembali cerita anak.
Keberanian siswa dalam
menceritakan kembali cerita anak
di depan kelas.
19
15
17
59,37
46,87
53,12
Uraian tabel di atas merupakan hasil observasi yang dilakukan guru pada
responden
atau siswa.
Berdasarkan data pada tabel tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
dalam mengikuti pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik
loci, sikap pesertadidik dapat diamati secara jelas oleh peneliti. Pada aspek
keantusiasan peserta dalam mendengarkan penjelasan guru dalam kategori cukup.
Hal ini dapat dibuktikan dari banyaknya siswa yang antusias mendengarkan
penjelasan guru yaitu 25 peserta didik atau 78,12 %.
Pada aspek keaktifan peserta didik dalam menjawab pertanyaaan guru
dapat digolongkan kurang terbukti hanya 14 peserta didik saja atau 43,75 % yang
aktif menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini disebabkan karena siswa tidak
mengetahui secara jelas hal-hal yang berhubungan dengan cerita fantasi sehingga
siswa merasa takut salah apabila menjawab pertanyaan guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Penelitian nontes pada observasi aspek perhatian siswa terhadap teknik
yang disajikan oleh guru yaitu teknik loci, dapat dikategorikan cukup karena hasil
perolehan 59,37% atau hanya dicapai 19 peserta didik saja.
Aspek nomor 4 dan aspek nomor 5 pada dasarnya saling berkaitan. Malu
dan tidak punya keberanian untuk tampil di depan kelas menjadi kendala utama
dalam aspek ini bahkan untuk siswa yang tergolong dalam IQ menengah ke atas
pun memiliki keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi di depan kelas
yang kurang tentunya karena rasa malu mereka mengalahkan kelebihan mereka.
Kesungguhan peserta didik dalam menceritakan kembali cerita anak dicapai 15
peserta didik atau 46,87 %, sedangkan keberanian peserta didik dalam
menceritakan kembali cerita anak di depan kelas dicapai 17 peserta didik atau
53,12%.
Observasi yang dilakukan, dikuatkan dengan adanya dokumentasi foto
pada saat pembelajaran berlangsung. Dokumentasi ini digunakan sebagai bukti
otentik dari kegiatan pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan
teknik loci yang telah dilakukan.
Jurnal
Hasil penelitian nontes berupa jurnal diambil dari dua jenis yaitu jurnal
siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut sama-sama berisi tanggapan siswa
dan guru selama proses pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan
teknik loci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
a. Jurnal Siswa
Pada jurnal siswa, siswa diharapkan dapat mengungkapkan pendapat dan
tanggapanmengenai
1. kesulitan yang dialami dalam pembelajaran menceritakan kembali
cerita fantasidengan teknik loci,
2. kesan siswa terhadap pembelajaran menceritakan kembali
ceritafantasi dengan teknik loci,
3. kesan siswa terhadap kerja kelompok dan diskusi dalam pembelajaran
menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci,
4. saran siswa terhadap pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi
agar lebih menyenangkan,
5. kesan siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru atau
peneliti.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan sebagian besar
siswa mengalami kesulitan pada waktu menceritakan kembali. Akan tetapi,
mereka lebih menyukai dan antusias terhadap teknik yang diberikan sehingga
terjadi peningkatan keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi pada peserta
didik VII G SMP Xaverius 1 Jambi. Siswa begitu terkesan dan berharap teknik
loci dapat selalu digunakan dalam pembelajaran menceritakan kembali cerita
fantasi, sehingga dapat menjadi daya tarik dalam pembelajaran menceritakan
kembali cerita fantasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Kerja kelompok juga memudahkan mereka dalam pembelajaran
menceritakan kembali cerita fantasi. Mereka dengan cepat dapat menemukan
tokoh dan menjelaskan watak tiap tokoh dari cerita fantasi dan dapat bertukar
pikiran dalam menceritakan kembali cerita fantasi.
b. Jurnal Guru
Jurnal guru berisi tentang seluruh kejadian yang dirasakan guru
selamapembelajaran berlangsung. Adapaun hal-hal yang menjadi objek
sasaran jurnal guru adalah
1. bagaimanakah kesiapan siswa terhadap pembelajaran menceritakan
kembali cerita anak dengan teknik loci,
2. bagaimana minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menceritakan
kembali cerita fantasi,
3. bagaimana keaktifan siswa dalam pembelajaran menceritakan kembali
cerita fantasi dengan teknik loci,
4. bagaimana respon siswa selama proses pembelajaran menceritakan
kembali cerita fantasi dengan teknik loci berlangsung.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama proses pembelajaran
menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci berlangsung cukup baik.
Sebagian siswa tertarik dan senang dengan teknik yang digunakan. Namun
demikian, ada sebagian siswa yang kurang bersemangat dan terlihat ragu dalam
menggunakan teknik loci. Keterkaitan dengan keaktifan siswa dalam diskusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
kelompok, bertanya dan berkomentar dapat dikatakan masih cukup, karena hanya
beberapa siswa saja yang aktif diskusi, bertanya, dan mengomentari.
Meski begitu, keaktifan siswa sudah menunjukkan adanya peningkatan
dari pratindakan yaitu siswa sudah mulai ada kemajuan untuk aktif, baik
berdikusi, bertanya maupun mengomentari teman yang menceritakan kembali
cerita fantasi. Namun demikian, ada sebagian siswa yang kurang suka dengan
sistem diskusi, hal ini ditunjukkan dengan bercerita sendiri ketika waktunya
berdiskusi dan mengomentari teman yang menceritakan kembali cerita fantasi.
Wawancara
Hasil nontes yang berupa wawancara dilakukan setelah selesai
pembelajaran siklus I dan setelah memperoleh nilai hasil tes siklus I. Peneliti
melakukan terhadap tiga siswa dengan kriteria satu siswa yang memperoleh nilai
tinggi, satu siswa yang memperoleh nilai sedang, dan satu siswa yang
memperoleh nilai rendah. Kegiatan wawancara dilakukan peneliti dengan tujuan
untuk mengetahui tanggapan atau respon yang diberikan siswa dalam
pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci. Pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan di antaranya :
1. bagaimana tanggapan Anda mengenai teknik yang digunakan guru,
2. apakah kesulitan yang Anda alami dalam menceritakan kembali cerita
fantasi,
3. bagaimana kesan Anda terhadap pembelajaran menceritakan kembali
cerita fantasi dengan teknik loci,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
4. bagaimana kesan Anda dengan adanya diskusi kelompok,
5. bagaimana model pembelajaran yang Anda disukai.
Dari hasil wawancara dengan tiga siswa yang diwawancarai, mereka
mengaku teknik yang digunakan guru sangat menarik dan lebih menyenangkan.
Menurut mereka cara mengajar yang dilakukan peneliti lebih santai dan lebih
mudah dipahami.
Menurut siswa yang memperoleh nilai tinggi, mengungkapkan lebih
mudah menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci. Alasannya karena
peneliti membuat terobosan baru dalam pembelajaran sehinngga siswa lebih
bersemangat dan menyukai dalam pembelajran menceritakan kembali cerita
fantasi, walaupun ada kesulitan mengingat saat menceritakan kembali cerita
fantasi.Kerja kelompok juga memudahkan mereka dalam menentukan unsur
intrinsik dalam cerita fantasi yang akan diceritakan kembali serta mengomentari
teman yang menceritakan kembali cerita fantasi di depan kelas.
Menurut siswa yang mendapat nilai sedang, siswa mengaku mengalami
kemudahan dalam menceritakan kembali cerita fantasi, akan tetapi belum
terbiasanya tampil di depan kelas membuat siswa kesulitan untuk melafalkan dan
intonasi bacaan dengan benar.
Menurut siswa yang nilainya rendah, siswa mengalami kesulitan dalam
menceritakan kembali cerita fantasi, di antaranya adalah penggunaan teknik,
kesulitan dalam berbahasa, menyebutkan latar cerita, menyebutkan watak tiap
tokoh dan rasa malu tampil di depan kelas, sehingga intonasi dan mimik muka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
saat menceritakan kembali cerita fantasi tidak sesuai dengan suasana cerita
fantasi.
Refleksi siklus I
Dapat dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menceritakan kembali cerita
fantasi dengan teknik loci dapat membantu siswa mengatasi kesulitan dalam
menceritakan kembali cerita fantasi. Namun demikian, ada beberapa aspek
menceritakan kembali cerita fantasi yang harus diperbaiki di antaranya aspek
mengungkapkan alur dengan skor terendah yang masih harus diperhatikan karena
aspek ini sangat berpengaruh dalam menentukan baik tidaknya hasil menceritakan
kembali cerita fantasi.
Kemudian hasil nontes siswa yang berupa hasil observasi, jurnal (guru dan
siswa), dan wawancara menunjukkan adanya perubahan sikap siswa yang
ditunjukkan masih dalam kategori normal karena masih belum menunjukkan
perubahan yang berarti. Rendahnya perubahan sikap siswa ditunjukkan dengan
belum terfokusnya perhatian siswa selama proses pembelajaran. Selain itu, siswa
belum serius dalam berdiskusi, bahkan sebagian siswa ada yang masih terlihat
malu untuk menceritakan kembali cerita fantasi. Dari adanya perubahan yang
terlihat pada penelitian siklus I, maka peneliti melakukan tindakan siklus II untuk
dapat mencapai hasil yang ditentukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Hasil Penelitian Siklus II
Siklus II ini merupakan perbaikan dan pemecahan masalah yang dihadapi
pada siklus I. Pelaksanakan pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi
siklus II terdiri atas data tes dan nontes. Hasil kedua data tersebut akan diuraikan
secara rinci sebagai berikut.
Hasil Tes Siklus II
Hasil tes siklus II berupa keterampilan siswa menceritakan kembali cerita
anak setelah mengikuti pembelajaran menggunakan teknik loci. Jumlah peserta
didik yang mengikuti tes siklus II berjumlah 32 peserta didik.
1. Aspek Menyebutkan Nama Tokoh
Penilaian pada aspek menyebutkan nama tokoh dalam pembelajaran
menceritakan kembali cerita fantasi difokuskan pada seberapa banyak siswa dapat
menyebutkan tokoh dalam cerita fantasi. Hasil perolehan nilai pada aspek
menyebutkan nama tokoh dapat dilihat dari tabel 19 berikut ini.
Tabel 19
Hasil Tes Siklus II Aspek Menyebutkan Nama Tokoh
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 26 2445 81,25 2989
2 Baik 84-91 6 544 18,75 32
3 Cukup 75-83 0 0 0 93,40
4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori
Jumlah 32 2989 100% Amat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Data pada tabel 19 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0%. Kategori cukup
dengan rentang nilai 75-83 dicapai 0 siswa atau 0 %, sedangkan kategori baik
dengan rentang nilai 84-91 dicapai 6 siswa atau 18,75 %. Kategori amat baik
dengan rentang nilai 92-100 dicapai 26 siswa atau 81,25 %. Jadi, rata-rata
keterampilan siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek
menyebutkan nama tokoh pada siklus II yaitu sebesar 93,40 atau dalam kategori
amat baik.
2. Aspek Menjelaskan Watak Tiap Tokoh
Penilaian pada aspek keterampilan menjelaskan watak tiap tokoh dalam
pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi ini difokuskan pada
keterampilan menjelaskan watak tiap tokoh yang ada dalam cerita fantasi,
sehingga penghadiran watak tokoh jelas. Hasil perolehan nalai pada aspek
menjelaskan watak tiap tokoh dapat dilihat dari tabel 20 berikut ini
Tabel 20
Hasil Tes Siklus II Aspek Menjelaskan Watak Tiap Tokoh
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 28 2630 87,5 2993
2 Baik 84-91 4 363 12,5 32
3 Cukup 75-83 0 0 0 93,53
4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori
Jumlah 32 2993 100% Amat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Data pada tabel 20 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0%. Kategori cukup
dengan rentang nilai 75-83 dicapai 0 siswa atau 0 %, sedangkan kategori baik
dengan rentang nilai 84-91 dicapai 4 siswa atau 12,5 %. Kategori amat baik
dengan rentang nilai 92-100 dicapai 28 siswa atau 87,5 %. Jadi, rata-rata
keterampilan siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek
menyebutkan watak tiap tokoh pada siklus II yaitu sebesar 93,53 atau dalam
kategori amat baik.
3. Aspek Menjelaskan Latar Cerita
Penilaian pada aspek menjelaskan latar cerita ini difokuskan pada
keterampilan siswa menyebut latar cerita pada cerita. Hasil perolehan nilai aspek
menjelaskan latar cerita dapat dilihat dari tabel 21 berikut ini.
Tabel 21
Hasil Tes Siklus II Aspek Menjelaskan Latar Cerita
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 28 2629 87,5 2991
2 Baik 84-91 4 362 12,5 32
3 Cukup 75-83 0 0 0 93,46
4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori
Jumlah 32 2991 100% Amat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Data pada tabel 21 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0%. Kategori cukup
dengan rentang nilai 75-83 dicapai 0 siswa atau 0 %, sedangkan kategori baik
dengan rentang nilai 84-91 dicapai 4 siswa atau 12,5 %. Kategori amat baik
dengan rentang nilai 92-100 dicapai 28 siswa atau 87,5 %. Jadi, rata-rata
keterampilan siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek
menjelaskan latar cerita pada siklus II yaitu sebesar 93,46 atau dalam kategori
amat baik.
4. Aspek Mengungkapkan Alur
Penilaian pada aspek keterampilan mengungkapkan alur cerita dalam
pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi ini difokuskan pada keruntutan
alur cerita. Hasil pemerolehan nilai pada aspek pemahaman isi dapat dilihat dari
tabel 22 berikut ini.
Tabel 22
Hasil Tes Siklus II Aspek Mengungkapkan Alur
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 27 2530 84,375 2983
2 Baik 84-91 5 453 15,625 32
3 Cukup 75-83 0 0 0 93,21
4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori
Jumlah 32 2983 100% Amat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Data pada tabel 22 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0%. Kategori cukup
dengan rentang nilai 75-83 dicapai 0 siswa atau 0 %, sedangkan kategori baik
dengan rentang nilai 84-91 dicapai 5 siswa atau 15,62 %. Kategori amat baik
dengan rentang nilai 92-100 dicapai 27 siswa atau 84,37 %. Jadi, rata-rata
keterampilan siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek
mengungkapkan alur pada siklus II yaitu sebesar 93,21 atau dalam kategori amat
baik.
5. Aspek Mengungkapkan Hal yang Menarik dari Cerita
Penilaian pada aspek keterampilan mengungkapkan hal menarik dari cerita
dalam pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi ini difokuskan pada
keterampilan siswa dapat mengungkapkan hal-hal yang menarik dari cerita. Hasil
perolehan nilai pada aspek keterampilan mengungkapkan hal yang menarik dari
cerita dapat dilihat pada tabel 23 berikut ini.
Tabel 23
Hasil Tes Siklus II Aspek Mengungkapkan Hal yang Menarik dari Cerita
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 25 2340 78,125 2976
2 Baik 84-91 7 636 21,875 32
3 Cukup 75-83 0 0 0 93
4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori
Jumlah 32 2976 100% Amat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Data pada tabel 23 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0%. Kategori cukup
dengan rentang nilai 75-83 dicapai 0 siswa atau 0 %, sedangkan kategori baik
dengan rentang nilai 84-91 dicapai 7 siswa atau 21,87 %. Kategori amat baik
dengan rentang nilai 92-100 dicapai 25 siswa atau 78,12 %. Jadi, rata-rata
keterampilan siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek
mengungkapkan hal yang menarik dari cerita pada siklus II yaitu sebesar 93,00
atau dalam kategori amat baik.
6. Aspek Kesesuaian Isi
Penilaian pada aspek pemahaman isi dalam pembelajaran menceritakan
kembali cerita fantasi ini difokuskan pada kelengkapan dan keruntutan isi cerita.
Hasil perolehan nilai pada aspek kesesuaian isi cerita dapat dilihat dari tabel 24
berikut ini.
Tabel 24
Hasil Tes Siklus II Aspek Kesesuaian Isi
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 26 2434 81,25 2978
2 Baik 84-91 6 544 18,75 32
3 Cukup 75-83 0 0 0 93,06
4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori
Jumlah 32 2978 100% Amat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Data pada tabel 24 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0%. Kategori cukup
dengan rentang nilai 75-83 dicapai 0 siswa atau 0 %, sedangkan kategori baik
dengan rentang nilai 84-91 dicapai 6 siswa atau 18,75 %. Kategori amat baik
dengan rentang nilai 92-100 dicapai 26 siswa atau 81,25 %. Jadi, rata-rata
keterampilan siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek
kesesuaian isi pada siklus II yaitu sebesar 93,06 atau dalam kategori amat baik.
7. Aspek Bahasa
Penilaian pada aspek bahasa pada pembelajaran menceritakan kembali
cerita fantasi ini difokuskan pada kesesuaian dalam berbahasa. Hasil perolehan
nilai pada aspek bahasa dapat dilihat pada tabel 25 berikut ini.
Tabel 25
Hasil Tes Siklus II Aspek Bahasa
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 27 2530 84,375 2983
2 Baik 84-91 5 453 15,625 32
3 Cukup 75-83 0 0 0 93,21
4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori
Jumlah 32 2983 100% Amat Baik
Data pada tabel 25 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0%. Kategori cukup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
dengan rentang nilai 75-83 dicapai 0 siswa atau 0 %, sedangkan kategori baik
dengan rentang nilai 84-91 dicapai 5 siswa atau 15,62 %. Kategori amat baik
dengan rentang nilai 92-100 dicapai 27 siswa atau 84,37 %. Jadi, rata-rata
keterampilan siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek bahasa
pada siklus II yaitu sebesar 93,21 atau dalam kategori amat baik.
8. Aspek Pelafalan/Intonasi
Penilaian pada aspek pelafalan/intonasi dalam pembelajaran menceritakan
kembali cerita fantasi ini difokuskan pada kesesuaian intonasi dan kejelasan
pelafalan sehingga suara pencerita jelas didengar oleh pendengar. Hasil perolehan
nilai pada aspek pelafalan/intonasi dapat dilihat pada tabel 26 berikut ini.
Tabel 26
Hasil Tes Siklus II Aspek Pelafalan/ Intonasi
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 27 2542 84,375 2994
2 Baik 84-91 5 452 15,625 32
3 Cukup 75-83 0 0 0 93,56
4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori
Jumlah 32 2994 100% Amat Baik
Data pada tabel 26 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0%. Kategori cukup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
dengan rentang nilai 75-83 dicapai 0 siswa atau 0 %, sedangkan kategori baik
dengan rentang nilai 84-91 dicapai 5 siswa atau 15,62 %. Kategori amat baik
dengan rentang nilai 92-100 dicapai 27 siswa atau 84,37 %. Jadi, rata-rata
keterampilan siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek pelafalan
atau intonasi pada siklus II yaitu sebesar 93,56 atau dalam kategori amat baik.
9. Aspek Gerak/Mimik
Penilaian pada aspek gerak/mimik dalam pembelajaran menceritakan
kembali cerita fantasi ini difokuskan pada kesesuaian mimik pencerita dan
apresiasi gerak pencerita dengan mengikuti isi cerita. Hasil perolehan nilai pada
aspek gerak/mimik dapat dilihat dari tabel 27 berikut ini.
Tabel 27
Hasil Tes Siklus II Aspek Gerak/ Mimik
No Kategori Skor Nilai Frekuensi Bobot Skor % Rata-rata
1 Amat baik 92-100 26 2441 81,25 2985
2 Baik 84-91 6 544 18,75 32
3 Cukup 75-83 0 0 0 93,28
4 Kurang 40-74 0 0 0 Kategori
Jumlah 32 2985 100% Amat Baik
Data pada tabel 27 menunjukkan bahwa keterampilan siswa untuk kategori
kurang dengan rentang nilai 40-74 dicapai 0 siswa atau 0%. Kategori cukup
dengan rentang nilai 75-83 dicapai 0 siswa atau 0 %, sedangkan kategori baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
dengan rentang nilai 84-91 dicapai 6 siswa atau 18,75 %. Kategori amat baik
dengan rentang nilai 92-100 dicapai26 siswa atau 81,25 %. Jadi, rata-rata
keterampilan siswa kelas VII G SMP XAVERIUS 1 Jambi dalam aspek gerak /
mimik pada siklus II yaitu sebesar 93,28 atau dalam kategori amat baik.
Hasil Nontes Siklus II
Data penelitian pada siklus I yang berupa data nontes ini diperoleh dari
hasil observasi yang dilakukan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung,
jurnal siswa dan jurnal guru, dan wawancara. Hasil penelitian nontes siklus II
diuraikan secara jelas pada paparan berikut.
Hasil Observasi Peserta didik Siklus II
Observasi yang dilakukan dalam penelitian iniyaitu observasi siswa.
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran menceritakan kembali cerita
fantasi dengan teknik loci pada siswa kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi.
Observasi dilakukan oleh peneliti sekaligus sebagai guru. Aspek yang dinilai
dalam observasi adalah
1. keantusiasan siswa dalam mendengarkan penjelasan guru,
2. keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru,
3. perhatian siswa terhadap teknik yang disajikan guru, yaitu teknik loci,
4. kesungguhan siswa dalam menceritakan kembali cerita fantasi,
5. keberanian siswa dalam menceritakan kembali cerita fantasi di depan
kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Hasil Observasi Siklus II
No Aspek yang dinilai F %
1
2
3
4
5
Keantusiasan siswa dalam
mendengarkan penjelasan guru.
Keaktifan siswa dalam menjawab
pertanyaan guru.
Perhatian siswa terhadap teknik
yang disajikan guru, yaitu teknik
loci.
Kesungguhan siswa dalam
menceritakan kembali cerita anak.
Keberanian siswa dalam
menceritakan kembali cerita anak
di depan kelas.
30
28
27
30
27
93,75
87,5
84,75
93,75
84,75
Uraian tabel di atas merupakan hasil observasi yang dilakukan guru pada
responden atau siswa. Berdasarkan pada tabel tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa dalam mengikuti pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan
teknik loci pada siklus II, sikap fantasi dapat diamati secara jelas oleh penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Pada aspek antusias siswa dalam mendengarkan penjelasan guru dalam
kategori sangat baik. Hal ini dapat dibuktikan dari banyaknya siswa yang antusias
mendengarkan guru yaitu 30 peserta didik atau 93,75 %. Pada aspek keaktifan
peserta didik dalam menjawab pertanyaaan guru dapat digolongkan kurang
terbukti hanya 28 peserta didik saja atau 87,5 % yang aktif menjawab pertanyaan
dari guru. Hal ini disebabkan karena peserta didik tidak mengetahui secara jelas
hal-hal yang berhubungan dengan cerita anak sehingga peserta didik merasa takut
salah apabila menjawab pertanyaan guru. Penelitian nontes pada observasi aspek
perhatian peserta didik terhadap teknik yang disajikan oleh guru yaitu teknik loci,
dapat dikategorikan cukup karena hasil perolehan 84,75 % atau hanya dicapai 27
peserta didik saja.
Aspek nomor 4 dan aspek nomor 5 pada dasarnya saling berkaitan. Malu
dan tidak punya keberanian untuk tampil di depan kelas menjadi kendala utama
dalam aspek ini bahkan untuk siswa yang tergolong dalam IQ menengah ke
ataspun memiliki keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi di depan kelas
yang kurang tentunya karena rasa malu mereka mengalahkan kelebihan mereka.
Namun, dalam penelitian siklus II permasalahan tersebut tidak lagi muncul. Hal
ini dapat dilihat dari hasil observasi yang telah dilakukan. Kesungguhan siswa
dalam menceritakan kembali cerita fantasi dicapai 30 siswa atau 93,75 %,
sedangkan keberanian siswa dalam menceritakan kembali cerita fantasi di depan
kelas dicapai 27 peserta didik atau 84,75 %.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Refleksi
Refleksi penelitian tes siklus II yang dilakukan telah menunjukkan
peningkatan perubahan yang sangat berarti. Hal ini dapat dilihat dari tingginya
nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I.
Hasil ini menunjukkan kategori baik sekali dalam rentang nilai 92-100 karena
mencapai batas yang ditentukan. Dalam siklus ini, siswa telah mencapai aspek
yang ditentukan. Kenaikan tertinggi secara klasikal diperoleh pada aspek bahasa
yaitu sebesar 28,59 pada siklus I. Sedangkan kenaikan terendah diperoleh pada
aspek menyebutkan nama tokoh yaitu sebesar 24,35 pada siklus I. Hasil penelitian
nontes pada siklus II diperoleh dari hasil observasi, jurnal, (guru dan peserta
didik) dan wawancara menunjukkan adanya perubahan siswa yang sangat berarti
selama proses pembelajaran menceritakan kembali cerita anak berlangsung.
Perubahan ini dapat dilihat dari sikap siswa dalam pembelajaran sudah
menunjukkkan sikap positif. Hal ini dibuktikan dari perhatian dan keseriusan
siswa dalam menceritakan kembali cerita fantasi sudah terfokus.Selain itu juga
siswa bertanya dan berani tampil di depan kelas tanpa rasa malu lagi. Perubahan
sikap siswa tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran menceritakan kembali
cerita fantasi dengan teknik loci dapat meningkatkan keterampilan menceritakan
kembali cerita fantasi dan mampu mengubah sikap siswa selama mengikuti
pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Jurnal
Jurnal yang digunakan dalam penelitian siklus II ini masih sama dengan
jurnal siklus I yaitu jurnal siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut sama-sama
berisi tanggapan siswa dan guru selama proses pembelajaran menceritakan
kembali cerita fantasi dengan teknik loci berlangsung.
a. Jurnal Siswa
Pada Jurnal siswa, siswa harus dapat mengungkapkan pendapat dan
tanggapannya mengenai
1. kesulitan yang dialami dalam pembelajaran menceritakan kembali
cerita fantasi dengan teknik loci,
2. kesan siswa terhadap pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi
dengan teknik loci,
3. kesan siswa terhadap kerja kelompok dan diskusi dalam pembelajaran
menceritakan kembali cerita anak dengan teknik loci,
4. saran peserta didik terhadap pembelajaran menceritakan kembali cerita
fantasi agar lebih menyenangkan,
5. kesan fantasi terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru atau
peneliti.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan peneliti selama
proses pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci
berlangsung baik. Siswa sudah tidak mengalami kesulitan. Siswa merasa senang
dengan teknik yang dipakai. Alasannya, karena siswa merasa sangat terbantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
dengan teknik loci dan dapat meningkatkan semangat mereka dalam pembelajaran
ini. Kebanyakan peserta didik lebih senang bekerja kelompok dan berdiskusi
karena hal ini dapat mempermudah memecahkan masalah.
b. Jurnal Guru
Jurnal guru berisi tentang seluruh kejadian yang dirasakan guru selama
pembelajaran berlangsung. Adapun hal-hal yang menjadi objek sasaran
jurnal guru adalah
1. bagaimanakah kesiapan siswa terhadap pembelajaran menceritakan
kembali cerita fantasi dengan teknik loci,
2. bagaimana minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menceritakan
kembali cerita fantasi,
3. bagaimana keaktifan siswa dalam pembelajaran menceritakan kembali
cerita fantasi dengan teknik loci,
4. bagaimana respon siswa selama proses pembelajaran menceritakan
kembali cerita fantasi dengan teknik loci berlangsung.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama proses pembelajaran
menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci berlangsung baik. Hampir
semua siswa tertarik dan senang dengan teknik yang dipakai. Berkaitan dengan
keaktifan siswa dalam berdiskusi kelompok, bertanya dan berkomentar dapat
dikatakan baik, karena hampir siswa aktif berdiskusi, bertanya, dan
mengomentari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Wawancara
Kegiatan wawancara dilakukan setelah selesai pembelajaran siklus II
berlangsung dan setelah memperoleh nilai hasil tes siklus II. Peneliti
mewawancarai tiga siswa dengan kriteria satu siswa yang memperoleh nilai
tinggi, satu siswa yang memperoleh nilai sedang, dan satu siswa yang
memperoleh nilai rendah. Kegiatan wawancara dilakukan di luar jam pelajaran.
Kegiatan wawancara dilakukan peneliti dengan tujuan untuk mengetahui
tanggapan atau respon yang diberikan siswa dalam pembelajaran menceritakan
kembali cerita anak dengan teknik loci. Pertanyaan yang diajukan dalam
wawancara siswa masih sama dengan pertanyaan pada siklus I. Seperti pada siklus
I, ketiga siswa awalnya canggung untuk diwawancarai, tetapi akhirnya pada
siklusII siswa pun mengetahui tujuan dari kegiatan wawancara.
B. Pembahasan
Pembahasan dalam skripsi ini meliputi pembahasan tentang peningkatan
keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci dan
perubahan sikap siswa kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi setelah mengikuti
pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua tahap yaitu siklus I dan
siklus II. Adapun pembahasan dalam penelitian ini meliputi pembahasan hasil tes
dan nontes. Pembahasan hasil penelitian mengacu pada perolehan skor yang
dicapai siswa dalam uji keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi. Aspek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
– aspek yang dinilai dalam tes keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi
yaitu
1. aspek menyebutkan nama tokoh,
2. aspek menjelaskan watak tiap tokoh,
3. aspek menjelaskan latar cerita,
4. aspek mengungkapkan alur,
5. aspek mengungkapkan hal yang menarik dari cerita,
6. aspek kesesuaian isi,
7. aspek bahasa,
8. aspek pelafalan / intonasi,
9. aspek gerak / mimik.
Sebelum pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik
loci dilakukan, terlebih dahulu dilakukan tes pratindakan. Tes pratindakan ini
dilakukan untuk mengetahui gambaran kondisi awal tentang keterampilan
menceritakan kembali cerita fantasi peserta didik kelas VII G SMP Xaverius 1
Jambi. Setelah melakukan pratindakan, penulis menganalisis hasil tes tersebut
diperoleh kesimpulan bahwa keterampilan menceritakan kembali cerita anak
peserta didik kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi masih kurang memuaskan.
Melihat hasil tes pratindakan peserta didik dalam menceritakan kembali
cerita fantasi yang masih kurang memuaskan, penulis berinisiatif untuk
melakukan tindakan pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan
teknik loci. Kegiatan ini dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Siklus I dilakukan untuk mengetahui peningkatan keterampilan siswa
dalam menceritakan kembali cerita anak setelah diterapkan pembelajaran dengan
teknik loci.
Hasil tes menceritakan kembali cerita fantasi pada siklus I menunjukkan
hasil lebih tinggi daripada tes menceritakan kembali cerita fantasi pada
pratindakan. Namun, hasil yang diperoleh siswa secara klasikal belum mencapai
hasil yang ditentukan, sehingga penulis mengadakan penelitian siklus II yang
dilakukan untuk memperbaiki kelemahan – kelemahan selama proses
pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi pada siklus I.
Proses pembelajaran siklus II dilakukan penulis untuk mencapai hasil yang
telah ditentukan. Kegiatan menceritakan kembali cerita fantasi diawali dengan
menyebutkan langkah – langkah yang harus dilakukan dalam memperbaiki hasil
menceritakan kembali cerita fantasi siswa. Kemudian siswa menceritakan kembali
cerita fantasi dengan teknik loci dengan bekal materi yang telah diberikan.
Dari kegiatan tersebut, dapat dibuktikan hasil tes menceritakan kembali
cerita fantasi siswa pada siklus II sangat memuaskan karena dapat mencapai nilai
yang ditentukan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
dengan teknik loci dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menceritakan
kembali cerita fantasi. Peningkatan keterampilan menceritakan kembali cerita
fantasi siswa dengan menggunakan teknik loci dapat dilihat pembahasan sebagai
berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
1. Peningkatan KeterampilanMenceritakan Kembali Cerita Fantasi
Hasil Tes Keterampilan Menceritakan Kembali Cerita Fantasidalam
Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II
No Aspek
PT S I S II PT - S I S I - S II
1 Menyebutkan nama tokoh 65,62 77,75 93,40 12,13 15,65
2 Menjelaskan watak tiap tokoh 66,18 77,81 93,53 12,63 15,72
3 Menjelaskan latar cerita 67,12 78,46 93,46 11,34 15,00
4 Mengungkapkan alur 66,87 78,25 93,21 11,38 14,96
5
Mengungkapkan hal yang
menarik 66,43 78,12 93,00 11,69 14,88
6 Kesesuain isi 66,09 77,75 93,06 11,66 15,31
7 Bahasa 66,21 77,96 93,21 11,75 15,25
8 Pelafalan / Intonasi 65,96 77,43 93,56 11,47 16,13
9 Gerak / mimic 66,53 77,40 93,28 10,87 15,88
Jumlah 597,01 700,93 839,71 104,92 138,78
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa hasil tes keterampilan
menceritakan kembali cerita fantasi, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan.
Uraian tabel akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut.
Hasil pratindakan skor rata-rata kelas mencapai 65,66 atau dalam kategori
kurang, karena masih berada dalam rentang nilai 40-75. Skor rata-rata tersebut
berasal dari jumlah rata-rata masing-masing aspek yang dinilai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Pada pratindakan, aspek menyebutkan nama tokoh memperoleh rata-rata
65,62 atau dalam kategori kurang. Aspek menjelaskan watak tokoh memperoleh
rata-rata 66,18 atau dalam kategori kurang. Aspek menjelaskan latar cerita
memperoleh rata-rata 67,12 atau dalam kategori kurang. Aspek mengungkapkan
alur cerita memperoleh rata-rata 66,87 atau dalam kategori kurang. Aspek
mengungkapkan hal yang menarik dari cerita memperoleh rata-rata 66,43 atau
dalam kategori kurang. Aspek kesesuaian isi memperoleh rata-rata 66,09 atau
dalam kategori kurang. Aspek bahasa memperoleh rata-rata 66,21 atau dalam
kategori kurang. Aspek pelafalan atau intonasi memperoleh rata-rata 65,96 atau
dalam kategori kurang. Aspek gerak atau mimik memperoleh rata-rata 66,53 atau
dalam kategori kurang. Rendahnya keterampilan menceritakan kembali cerita
fantasi tersebut disebabkan karena faktor dari siswa dan faktor dari guru. Faktor
dari siswa ini dapat dilihat pada keterampilan siswa dalam menceritakan kembali
cerita fantasi masih kurang. Hal ini dibuktikan pada hasil penilaian yang masih
dalam kategori kurang. Faktor dari guru adalah berasal dari pola pembelajaran
yang lebih mengutamakan metode ceramah atau konvensional dan tanpa
memanfaatkan media atau teknik yang ada, sehingga proses pembelajaran guru
menjadi kurang menyenangkan bagi siswa sehingga dalam pembelajaran sastra
siswa menjadi bosan dan berpengaruh pada nilai yang kurang memuaskan.
Hasil tes siklus I keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi dengan
rata-rata kelas mencapai 77,88 atau dalam kategori baik karena berada pada
rentang nilai 75-83. Terjadi peningkatan walaupun hasilnya belum maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Skor rata-rata tersebut masih berasal dari jumlah rata-rata masing-masing aspek
yang dinilai.
Pada siklus I, aspek menyebutkan nama tokoh memperoleh rata – rata
77,75 atau dalam kategori baik dan mengalami peningkatan 12,13 dari pra
tindakan. Aspek menjelaskan watak tiap tokoh memperoleh rata-rata 77,81 atau
dalam kategori baik dan mengalami peningkatan 12,63 dari pra tindakan.
Aspek menjelaskan latar cerita memperoleh rata-rata 78,46 atau dalam
kategori baik dan mengalami peningkatan 11,34 dari pra tindakan. Aspek
mengungkapkan alur memperoleh rata-rata 78,25 atau dalam kategori baik dan
mengalami peningkatan 11,38 dari pra tindakan. Aspek mengungkapkan hal yang
menarik dari cerita memperoleh rata-rata 78,12 atau dalam kategori baik dan
mengalami peningkatan 11,69 dari pra tindakan. Aspek kesesuaian isi
memperoleh rata-rata 77,75 atau dalam kategori baik dan mengalami peningkatan
11,66 dari pra tindakan. Aspek bahasa memperoleh rata-rata 77,96 atau dalam
kategori baik dan mengalami peningkatan 11,75 dari pra tindakan. Aspek
pelafalan/ intonasi memperolehrata-rata 77,43 atau dalam kategori baik dan
mengalami peningkatan 11,47 dari pra tindakan. Aspek gerak/ mimik memperoleh
rata-rata 77,40 atau dalam kategori baik dan mengalami peningkatan 10,87 dari
pra tindakan. Dari hasil nilai rata-rata tersebut, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan menceritakan kembali cerita anak peserta didik mengalami
peningkatan dari rata-rata pra tindakan.
Hasil tes menceritakan kembali cerita anak peserta didik siklus II, didapat
skor rata-rata 93,30 atau dalam kategori amat baik karena berada pada rentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
nilai 92 – 100. Hasil pada siklus II ini sudah memenuhi target yang ditetapkan
dengan demikian siklus III tidak perlu dilakukan.
Skor tiap aspek diurutkan sebagai berikut.
1. Aspek menyebutkan nama tokoh memperolehrata – rata 93,40 atau
dalam kategori amat baik dan mengalami peningkatan 15,65 dari siklus
I.
2. Aspek menjelaskan watak tiap tokoh memperoleh rata-rata 93,53 atau
dalam kategori amat baik dan mengalami peningkatan 15,72 dari siklus
I.
3. Aspek menjelaskan latar cerita memperoleh rata-rata 93,46 atau dalam
kategori amat baik dan mengalami peningkatan 15,00 dari siklus I.
4. Aspek mengungkapkan alur memperoleh rata-rata 93,21 atau dalam
kategori amat baik dan mengalami peningkatan 14,96 dari siklus I.
5. Aspek mengungkapkan hal yang menarik dari cerita memperoleh rata-
rata 93,00 atau dalam kategori amat baik dan mengalami peningkatan
14,88 dari siklus I.
6. Aspek kesesuaian isi memperoleh rata-rata 93,06 atau dalam kategori
amat baik dan mengalami peningkatan 15,31 dari siklus I.
7. Aspek bahasa memperoleh rata-rata 93,21 atau dalam kategori amat
baik dan mengalami peningkatan 15,25 dari siklus I.
8. Aspek pelafalan/ intonasi memperoleh rata-rata 93,56 atau dalam
kategori amat baik dan mengalami peningkatan 16,13 dari siklus I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
9. Aspek gerak / mimik memperoleh rata-rata 93,28 atau dalam kategori
amat baik dan mengalami peningkatan 15,88 dari siklus I.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan siswa dalam
menceritakan kembali cerita fantasi pada siklus II mengalami peningakatan
sebesar 33,86 dari rata-rata kelas pada siklus I.
2. Perubahan Sikap Peserta Didik
Peningkatan prestasi peserta didik kelas VII G SMP XAVERIUS 1
JAMBI pada keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi ini diikuti dengan
adanya perubahan perilaku siswa dari pratindakan sampai siklus II meningkat ke
arah yang lebih baik (positif). Perbandingan perubahan sikap siswa lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut.
a. Perbandingan Perubahan Sikap Siswa
No Siklus I Siklus II
1
2
3
Keantusiasan siswa dalam
mendengarkan penjelasan guru
masih kurang.
Siswa belum aktif dalam menjawab
pertanyaan guru.
Perhatian siswa terhadap teknik yang
disajikan guru masih kurang.
Siswa sangat antusias dalam
mendengarkan penjelasan guru.
Siswa sudah berperan aktif untuk
menjawab pertanyaan guru mengenai hal-
hal yang berhubungan dengan cerita
fantasi.
Perhatian siswa sudah terfokus pada teknik
yang disajikan oleh guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
4
5
Siswa kurang sungguh-sunguh dalam
menceritakan kembali cerita fantasi.
Sebagian siswa tidak berani
menceritakan kembali cerita fantasi
di dalam kelas
Siswa sangat antusias mengikuti
pembelajaran menceritakan kembali cerita
fantasi dengan teknik loci
Siswa sangat berantusias untuk
menceritakan kembali cerita fantasi di
depan kelas.
Data pada tabel diatas menunjukkan bahwa sikap siswa mengalami
peningkatan ke arah yang lebih positif. Berdasarkan hasil nontes pada siklus I dan
siklus II yang berasal dari hasil observasi, jurnal, wawancara dapat diuraikan
sebagai berikut.
3. Kondisi Awal Peserta Didik pada Prasiklus
Peserta didik dalam mengikuti pembelajaran menceritakan kembali cerita
fantasi dengan teknik loci belumlah memuaskan. Hal ini disebabkan oleh sikap
siswa dalam pembelajaran masih menunjukkan perilaku negatif yaitu perhatian
siswa dalam pembelajaran belum terfokus, terbukti dengan adanya siswa yang
masih berbicara dan bercanda dengan temannya, kondisi kelas belum kondusif,
siswa masih pasif dalam bertanya, diskusi dan tanggapan siswa masih belum
menunjukkan semangat dan kurang antusias dalam pembelajaran. Setelah
dianalisis ternyata siswa belum terbiasa dengan pola pembelajaran yang dilakukan
peneliti, karena pada kenyataan yang ada biasanya dalam pembelajaran guru
cenderung menggunakan pendekatan yang konvensional, sehingga apabila siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
belum bisa beradaptasi dengan pembelajaran yang digunakan guru dalam
penelitian ini adalah wajar.
3.1 Kondisi Siswa pada Siklus I
Kondisi siswa pada siklus I lebih baik daripada prasiklus. Hal tersebut
dapat dilihat peneliti dari lebih berantusiasnya siswa dalam mendengarkan
penjelasan guru, suasana kelas lebih kondusif, keseriusan siswa dalam mengikuti
pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi sudah nampak, lebih serius
berdiskusi dan lebih berani tampil di depan kelas dibanding dengan siklus I.
Keseriusan itu dapat dilihat dengan adanya peningkatan skor nilai oleh siswa.
3.2 Kondisi Siswa pada Siklus II
Perbaikan pembelajaran pada siklus II ini ternyata berdampak positif.
Suasana kelasterlihat menjadi kondusif, siswa terlihat antusias terhadap teknik
pembelajaran dari guru. Selain itu, siswa juga tampak lebih aktif dalam
berdiskusi, bertanya, dan menanggapi hasil menceritakan kembali cerita fantasi
temannya. Pada siklus II ini terlihat siswa sudah mulai terbiasa dengan pola
pembelajaran yang diberikan peneliti, terbukti sikap siswa lebih baik dan hasil
yang dicapai siswa sudah terjadi peningkatan di setiap aspeknya, sehingga nilai
rata-rata kelas yang dicapai semakin baik. Dengan demikian pembelajaran
menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci pada siswa kelas VII G
SMP Xaverius 1 Jambi sudah bisa dikatakan berhasil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian tindakan kelas ini dapat
disimpulkan sebagai berikut.
1. Ada peningkatan keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi kelas VII G
SMP Xaverius 1 tahun pelajaran 2019/2020 setelah dilakukan pembelajaran
dengan teknik loci. Peningkatan tersebut dapat diketahui setelah
membandingkan hasil tes pratindakan, hasil tes siklus I dan hasil tes siklus II.
Hasil tes pratindakan menunjukkan bahwa rata-rata skor yang dicapai sebesar
66,33 atau masih dalam kategori kurang. Hasil tes pada siklus I rata-rata skor
yang dicapai 77,88 atau masih dalam kategori cukup meskipun rata-rata skor
sudah meningkat, namun belum memenuhi target yang ditentukan sehingga
dilakukan tindakan siklus II. Pada tindakan siklus II rata-rata skor yang dicapai
sebesar 93,30 atau meningkat dari siklus I atau sudah masuk pada kategori
amat baik. Nilai pada siklus II telah mencapai nilai target yang ditentukan
sehingga tindakan siklus III tidak perlu diadakan. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan
teknik loci pada peserta didik kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi telah berhasil
dengan peningkatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
2. Sikap siswa kelas VII G SMP Xaverius 1 Jambi mengalami perubahan setelah
dilakukan pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik
loci. Perubahan sikap siswa ini dapat dibuktikan dari hasil nontes yang meliputi
observasi, wawancara, jurnal pada siklus I dan siklus II. Perubahan yang terjadi
yaitu dari sikap negatif menjadi positif. Berdasarkan data nontes pada siklus I
menunjukkan bahwa sikap siswa dalam pembelajaran masih menunjukkan
sikap negatif yaitu perhatian siswa dalam proses pembelajaran belum terfokus,
sebagian siswa masih pasif, dan siswa belum bisa menyesuaikan dengan pola
pembelajaran yang diberikan peneliti. Pada siklus II sudah terjadi perubahan
sikap siswa. Perubahan tersebut mengarah pada perubahan positif yaitu siswa
lebih serius dalam menceritakan kembali cerita fantasi, perhatian siswa dalam
proses pembelajaran lebih terfokus, siswa sudah mulai aktif, dan siswa sudah
bisa menyesuaikan dengan pola pembelajaran yang diberikan peneliti. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menceritakan kembali cerita
fantasi dengan teknik loci dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam
menceritakan kembali cerita fantasi dapat merubah sikap siswa ke arah yang
positif.
B. Saran
Setelah mengetahui pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan
teknik loci dapat meningkatkan keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi,
maka peneliti menyarankan pada guru, siswa, dan peneliti lain sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
1. Pada guru Bahasa dan Sastra Indonesia agar menggunakan teknik loci sebagai
alternatif pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi karena melalui
menceritakan kembali cerita fantasi dengan teknik loci dapat meningkatkan
keterampilan siswa dalam menceritakan kembali cerita fantasi dan dapat
memotifasi siswa dalam proses pembelajaran.
2. Pada siswa hendaknya dalam mengikuti proses belajar dan mengajar
khususnya pembelajaran menceritakan kembali cerita fantasi dengan semangat
dan perilaku yang baik atau positif serta banyak berlatih. Dengan demikian
keterampilan menceritakan kembali cerita fantasi bisa lebih baik.
3. Bagi praktisi di bidang pendidikan atau peneliti lain agar dapat menggunakan
hasil penelitian ini sebagai referensi untuk melakukan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
DAFTAR PUSTKA
Ariesna, Sandi. 2013. Upaya Meningkatkan Keterampilan Bercerita Dengan
Media Wayang Suluh Pada Siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Kretek
Bantul. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi
Angkasa.
Anafi. 2012. Peningkatan Keterampilan Bercerita Dengan Menggunakan Media
Wayang Boneka Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 1 Seyegan Sleman.
Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Cahyani, Indah Dwi. 2018. Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali
Cerita Fabel Melalui Teknik Paired Storytelling Berbantuan Media
Boneka Tangan Pada Siswa Kelas II A SD Negeri Panggang Sedayu.
Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Harjasujana, Ahmad S, Yetty Mulyati, Titin N. 1988. Membaca. Jakarta: Karunia.
Karismi, Etie. 2018. Peningkatan Keterampilan Menceritakan Kembali Isi Cerpen
Dengan Strategi Think Talk Write Pada Siswa Kelas IX A SMP Taman
Dewasa Ibu Pawiyatan. Skripsi. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Mulyasa, Enco. 2006. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran
Kreatif yang Menyenangkan). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak pengantar Dunia Anak.Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Nurhadi. 2005. Membaca Cepat dan Efektif (Teori dan Latihan). Malang: Sinar
Baru Algensindo.
Persivar, Fred. 1998. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Solso, R. L., Maclin, M. K., Maclin, O. T. (2005). Cognitive Psychology Seventh
Edition. United States: Pearson Education, Inc. 77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Solso, R. L., Maclin, O. H., Maclin, M. K. (2008). Psikologi Kognitif Edisi
Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Tarigan, Henry Guntur.1987. Membaca Sebagai Keterampilan Bahasa. Bandung:
Angkasa Bandung
Tarigan, Henry Guntur, Aceng Ruhendi Saifullah, Kholid A. Harnas. 1990.
Membaca Dalam Kehidupan. Bandung: Angkasa Bandung.
Wahyudi, Alexander Johan. 2012. Peningkatan Keterampilan Menceritakan
Kembali Cerita Anak Yang Dibaca Dengan Menggunakan Metode
Kooperatif Teknik Berpasangan Siswa Kelas VII Semester I SMP
KANISIUS SLEMAN TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi. Universitas
Sanata Dharma. Yogyakarta
Zahra, Alifarose Syahda. 2015. Peningkatan Keterampilan Menceritakan
Kembali Isi Cerpen Dengan Strategi Think Talk Write Pada Siswa Kelas
IX A SMP N 2 Jatikalen Nganjuk. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Lampiran I
PENILAIAN
Rubrik Penilaian Kompetensi Menceritakan Kembali dengan Teknik Loci
NO Aspek Penilaian (Nilai) Skor Nilai NILAI
1 2 3 4 5
20 40 60 80 100
1 Menyebutkan nama tokoh
2 Menjelaskan watak tiap tokoh
3 Menjelaskan latar cerita
4 Mengungkapkan alur
5
Mengungkap hal yang menarik dari
cerita
6 Kesesuaian isi
7 Bahasa
8 Pelafalan/intonasi
9 Gerak/mimik
Jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Kriteria Aspek Penilaian Kemampuan Menyebutkan Nama Tokoh
No Kriteria Skor Nilai
1 Peserta didik dapat menyebutkan tokoh lengkap. 5 100
2 Peserta didik dapat menyebutkan tokoh cukup lengkap. 4 80
3 Peserta didik dapat menyebutkan tokoh kurang lengkap. 3 60
4 Peserta didik dapat menyebutkan tokoh tidak lengkap. 2 40
5 Peserta didik tidak dapat menyebutkan tokoh. 1 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Kriteria Aspek Penilaian Kemampuan Menjelaskan Watak Tiap Tokoh
No Kriteria Skor Nilai
1 Peserta didik dapat menjelaskan watak tiap
tokoh lengkap.
5 100
2 Peserta didik dapat menjelaskan watak tiap
tokoh cukup lengka.
4 80
3 Peserta didik dapat menjelaskan watak tiap
tokoh kurang lengkap.
3 60
4 Pesera didik dapat menjelaskan watak tiap
tokoh tidak lengkap.
2 40
5 Peserta didik tidak dapat menjelaskan watak
tiap tokoh.
1 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Kriteria Aspek Penilaian Kemampuan Menjelaskan Latar Cerita
No Kriteria Skor Nilai
1 Peserta didik dapat menjelaskan latar
cerita lengkap.
5 100
2 Peserta didik dapat menjelaskan latar
cerita cukup lengkap.
4 80
3 Peserta didik dapat menjelaskan latar
cerita kurang lengkap.
3 60
4 Peserta didik dapat menjelaskan latar
cerita tidak lengkap.
2 40
5 Peserta didik tidak dapat menjelaskan
latar cerita.
1 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Kriteria Aspek Penilaian Kemampuan Mengungapkan Alur Cerita
No Kriteria Skor Nilai
1 Peserta didik dapat mengungkapkan alur
cerita secara runtut.
5 100
2 Peserta didik dapat mengungkapkan alur
cerita cukup runtut.
4 80
3 Peserta didik dapat mengungkapkan alur
cerita kurang runtut.
3 60
4 Peserta didik dapat mengungkapkan alur
cerita tidak runtut.
2 40
5 Peserta didik tidak dapat mengungkapkan
alur cerita.
1 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Kriteria Aspek Penilaian Kemampuan Mengungkapkan Hal Yang Menarik
dari Cerita
No Kriteria Skor Nilai
1 Peserta didik dapat mengungkapkan hal yang
menarik dari cerita secara tepat dan runtut.
5 100
2 Peserta didik dapat mengungkapkan hal yang
menarik dari cerita cukup runtut.
4 80
3 Peserta didik dapat mengungkapkan hal yang
menarik dari cerita kurang runtut.
3 60
4 Peserta didik dapat mengungkapkan hal yang
menarik dari cerita tidak runtut.
2 40
5 Peserta didik tidak dapat mengungkapkan hal
yang menarik dari cerita.
1 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Kriteria Aspek Penilaian Kesesuaian Isi
No Kriteria Skor Nilai
1 Peserta didik dapat menceritakan kembali
cerita secara lengkap dan runtut sesuai
dengan isi cerita.
5 100
2 Peserta didik dapat menceritakan kembali
cerita secara lengkap dan cukup runtut
sesuai dengan isi cerita.
4 80
3 Peserta didik dapat menceritakan kembali
cerita lengkap dan kurang runtut sesuai
dengan isi cerita.
3 60
4 Peserta didik dapat menceritakan kembali
cerita lengkap dan tidak runtut sesuai
dengan isi cerita.
2 40
5 Peserta didik tidak dapat menceritakan
kembali cerita secara lengkap dan runtut
sesuai dengan isi cerita.
1 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Kriteria Aspek Penilaian Bahasa
No Kriteria Skor Nilai
1 Bahasa sangat baik dan
sangat lancar.
5 100
2 Bahasa baik dan lancar. 4 80
3 Bahasa cukup baik dan
cukup lancar.
3 60
4 Bahasa kurang baik dan
kurang lancar.
2 40
5 Bahasa tidak baik dan
tidak lancar.
1 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Kriteria Aspek Penilaian Pelafalan/intonasi
No Kriteria Skor Nilai
1 Pelafalan kata sangat jelas dan
intonasi tepat.
5 100
2 Pelafalan kata jelas dan intonasi
tepat.
4 80
3 Pelafalan kata cukup jelas dan
intonasi cukup tepat.
3 60
4 Pelafalan kata kurang jelas dan
intonasi kurang tepat.
2 40
5 Pelafalan kata tidak jelas dan
intonasi tidak tepat.
1 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Kriteria Aspek Penilaian Gerak/mimik
No Kriteria Skor Nilai
1 Gerak/mimik sangat serasi antara ekspresi
wajah, gerak, sikap dan ucapan.
5 100
2 Gerak/mimik serasi antara ekspresi wajah,
gerak, sikap dan ucapan.
4 80
3 Gerak/mimik cukup serasi antara ekspresi
wajah, gerak, sikap dan ucapan.
3 60
4 Gerak/mimik kurang serasi antara ekspresi
wajah, gerak, sikap dan ucapan.
2 40
5 Gerak/mimik tidak serasi antara ekspresi
wajah, gerak, sikap dan ucapan.
1 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Kategori Penilaian Kompetensi Menceritakan Kembali Cerita
Standar Penilaian SMP Xaverius 1 Jambi Berdasarkan Kurikulum 2013
No Interval Nilai Kategori
1 92 - 100 Baik sekali (A)
2 84 – 91 Baik (B)
3 75 - 83 Cukup (C)
4 40 - 74 Kurang (D)
5 20 - 39 Sangat kurang (E)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Lampiran II
Dokumentasi Foto
Dokumentasi foto yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Gambar 1 Aktivitas siswa saat mendengarkan penjelasan Guru pada siklus I.
Gambar 2 Aktivitas siswa pada saat diskusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Gambar 3 Siswa Menceritakan Kembali Cerita Fantasi pada Siklus I.
Gambar 4 Peserta Didik Menceritakan Kembali Cerita Fantasi di Depan
Kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Pada siklus II ini dokumentasi foto yang diambil meliputi aktivitas pada
saat siswa mendengarkan penjelasan guru, guru membagikan teks cerita fantasi
pada siswa, diskusi kelompok, siswa menceritakan kembali cerita fantasi, aktivitas
siswa mengomentari pembawaan cerita fantasi teman.
Gambar 5 Aktivitas Siswa Mencatat Penjelasan dari Guru pada Siklus II.
Gambar 6 Aktivitas Fantasiyang Berdiskusi Siklus II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Gambar 7 Siswa Menceritakan Kembali Cerita Fantasidari Hasil Diskusi pada
Siklus II.
Gambar 8 Aktivitas Siswa saat Menceritakan Kembali Cerita Fantasidi Depan
Kelas pada Silkus II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Lampiran III
RPP Cerita Fantasi
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RPP
Nama Sekolah : SMP Xaverius 1 Jambi
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VII/1
Materi Pokok : 3.3 Mengidentifikasi unsur-unsur teks narasi (cerita fantasi)
yang dibaca
dan didengar.
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (2 pertemuan)
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
KI 3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
KI 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang)sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
3.3 Mengidentifikasi unsur-unsur teks narasi (cerita fantasi)yang dibaca dan
didengar.
Indikator
3.3.1 Menjelaskan ciri tokoh, latar, alur, dan tema pada cerita fantasi dan
menunjukkan buktinya pada teks yang dibaca/didengar.
3.3.2 Menentukan jenis cerita fantasi dan menunjukkan bukti pada teks yang
dibaca/didengar.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran berakhir peserta didik dapat:
1. Menjelaskan ciri tokoh, latar, alur, dan tema pada cerita fantasi dan
menunjukkan buktinya pada teks yang dibaca/didengar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
2. Menentukan jenis cerita fantasi dan menunjukkan bukti pada teks yang
dibaca/didengar.
3. Menyimpulkan tokoh dan latar cerita fantasi
4. Menyimpulkan urutan cerita fantasi
5. Menceritakan kembali isi cerita fantasi isi secara lisan/ tulis.
D. Pendekatan, Model dan Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Model : Discovery Learning
3. Metode : Tanya jawab, diskusi berkelompok, penugasan, latihan
soal
E. Materi Pembelajaran
1. Materi Pembelajaran Reguler
Pengetahuan
· Pengertian cerita fantasi.
· Jenis cerita fantasi.
· Tujuan komunikasi cerita fantasi.
· Pola pengembangan isi pada cerita fantasi.
· Karakteristik kata/ kalimat pada cerita fantasi.
Keterampilan
· Praktik memahami isi cerita fantasi (menjawab pertanyaan hal yang
dideskripsikan, apa saja informasi rincian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
· Praktik menentukan pola pengembangan isi teks (menggambarkan alur cerita).
2. Materi Pembelajaran Remedial
Pengetahuan
· Pengertian cerita fantasi.
· Jenis cerita fantasi.
· Tujuan komunikasi cerita fantasi.
· Pola pengembangan isi pada cerita fantasi.
· Karakteristik kata/ kalimat pada cerita fantasi.
3. Materi Pembelajaran Pengayaan
Pengetahuan
· Pengertian cerita fantasi.
· Jenis cerita fantasi.
· Tujuan komunikasi cerita fantasi.
· Pola pengembangan isi pada cerita fantasi.
· Karakteristik kata/ kalimat pada cerita fantasi.
F. Langkah Kegiatan Pembelajaran
1. Pendahuluan
· Mengucapkan salam, berdoa, mengondisikan kelas ke dalam situasi belajar dan
mengabsen siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
· Guru bertanya-jawab tentang bentuk cerita fantasi dalam kehidupan sehari-
hari.Pada bagian awal ini siswa disadarkan adanya cerita fantasi dalam
komunikasi nyata (novel, cerpen yang berasal dari fantasi penulis_ Ini bertujuan
agar siswa lebih menyadari manfaat praktis dan untuk berkontribusi dalam
masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, berbagai jenis teks digunakan secara
bersamaan atau sendiri-sendiri. Setiap jenis teks memiliki fungsi yang saling
berkaitan.
· Dibuka dengan contoh cerita fantasi yang ada baik berupa novel maupun cerpen.
Bertanya jawab tentang kata kunci pada novel/ cerpen sehingga disebut cerita
fantasi
· Mengungkapkan kompetensi dasar dan indikator yang kan dicapai.
· Membangun konteks untuk menumbuhkan sikap yang telah dirancang pada KD
2.
2. Kegiatan Inti
Bagian A dan B: dekonstruksi
Pertemuan Pertama (4 JP)
· Membaca/ mendengarkan contoh judul cerita fantasi.
· Mempertanyakan
· Apa itu cerita fantasi, apa cirinya, dan apa bedanya dengan cerita yang lain
· Menggali informasi
· Membaca berbagai contoh novel terkenal yang merupakan cerita fantasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
· Menalar
· Berdiskusi tentang ciri tokoh, seting, alur, dan tema cerita fantasi
· Bermain untuk menyimpulkan ciri umum fantasi dari segi isi dan aspek
kesastraannya (alur, tokoh, latar, amanat, dll)
Pertemuan kedua (4 JP)
· Membaca/ mendengarkan beragam contoh judul cerita fantasi.
· Membuat pertanyaan untuk menebak isi cerita.
· Menggali informasi.
· Meringkas urutan peristiwa dalam cerita.
· Mengomunikasikan.
· Menceritakan secara berantai.
· Saling menilai hasil penceritaan.
3. Penutup
· Siswa bersama guru menyimpulkan butir-butir pokok materi yang telah
dipelajari.
· Siswa bersama guru melakukan indentifikasi keunggulan dan kelemahan
kegiatan
pembelajaran yang sudah dilaksnakan.
· Siswa menerima umpan balik tentang proses pembelajaran.
· Mewajibkan siswa siswa untuk membaca buku fiksi (cerita fantasi) minimal
satu buah. Hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
bacaannya dituangkan pada jurnal harian membaca.
· Siswa menerima penyampaian tentang kegiatan pembelajaran pertemuan
berikutnya.
G. Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
1. Penilaian Pengetahuan
Teknik : Tes tulis dan penugasan.
Bentuk : Isian dan tugas yang dikerjakan secara kelompok.
Indikator Soal :
Disajikan teks cerita fantasi.
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut!
1. Cerita fiksi bergenre dunia imajinatif yang diciptakan penulis dan
menceritakan hal yang tidak mungkin dijadikan biasa disebut ….
2. Tema fantasi adalah ….
3. Rangkaian peristiwa dalam cerita disebut ….
4. Rangkaian peristiwa dalam cerita digerakkan dengan hukum ….
5. Unsur cerita yang mengalami rangkaian peristiwa disebut ….
6. Tema dapat dirumuskan dari rangkaian peristiwa pada ….
7. Unsur cerita yang menjadi pesan pengarang melalui ceritanya disebut ….
8. Rangkaian peristiwa cerita fantasi menggunakan berbagai latar yang
menerobos dimensi ….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
9. Berdasarkan latar cerita, cerita fantasi dibedakan menjadi tiga kategori
yaitu ….
10. Jenis cerita fantasi berdasarkan kesesuaiannya dalam kehidupan nyata ada
dua kategori yaitu ….
11. Kategori cerita fantasi total berisi ….
12. Cerita fantasi yang mengungkapkan fantasi tetapi masih menggunakan
nama-nama dalam kehidupan nyata, menggunakan nama tempat yang ada
dalam dunia nyata, atau peristiwa pernah terjadi pada dunia nyata disebut
….
13. Berdasarkan latar cerita, cerita fantasi dibedakan menjadi dua kategori
yaitu ….
14. Latar sezaman berarti latar yang digunakan ….
15. Latar lintas waktu berarti cerita fantasi menggunakan ….
Kunci Jawaban
1. Alur
2. Sebab-akibat.
3. Tokoh dan watak tokoh.
4. Alur cerita.
5. Amanat.
6. Cerita fantasi.
7. Majic, supernatural atau futuristik.
8. Ruang dan waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
9. Latar lintas waktu masa lampau, latar waktu sezaman, latar lintas waktu
futuristik (masa yang akan datang).
10. Fantasi total dan fantasi sebagian (irisan).
11. Fantasi pengarang terhadap objek/ tertentu.
12. Cerita fantasi irisan.
13. Latar lintas waktu dan latar waktu sezaman.
14. Satu masa (fantasi masa kini, fantasi masa lampau, atau fantasi masa yang
akan datang/ futuristik).
15. Dua latar waktu yang berbeda (misalnya, masa kini dengan zaman
prasejarah, masa kini dan 40 tahun mendatang/ futuristik).
2. Penilaian Keterampilan
Menceritakan Kembali secara Berantai Isi Teks!
Berkelompoklah dan ceritakan isi cerita fantasi dengan bahasamu sendiri.
Dalam kegiatan ini kamu akan menceritakan kembali isi cerita fantasi secara
berantai.
Berdasarkan ringkasan urutan peristiwa cerita fantasi di atas, lakukanlah hal-hal
berikut!
1. Membentuk kelompok yang terdiri atas 5 atau 6 orang satu kelompok!
2. Tiap kelompok diundi untuk ke depan kelas atau di luar kelas (tiap
anggota ditempel kertas bernomor 1-5).
3. Guru memerintahkan nomor yang disebut untuk memulai menceritakan isi
cerita. Guru akan menghentikan dan berpindah pada nomor yang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
untuk melanjutkan isi cerita. Selama satu kelompok tampil, siswa
kelompok lain menilai dengan format yang telah ditentukan.
Rubrik penilaian dan penskoran: terlampir
3. Pembelajaran Remedial
Aktivitas kegiatan pembelajaran remedial, yang dapat berupa: pembelajaran
ulang, bimbingan perorangan, belajar kelompok atau tutor sebaya dengan
merumuskan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta
didik, alokasi waktu, sarana dan media pembelajaran.
4. Pembelajaran Pengayaan
Kegiatan pembelajaran pengayaan dirumuskan sesuai dengan karakteristik peserta
didik, alokasi waktu, sarana dan media pembelajaran.
H. Media/alat, Bahan dan Sumber Belajar
Media/alat : Buku, infokus.
Bahan : Cerita fantasi.
Sumber Belajar : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Bahasa Indonesia
SMP/MTs. Kelas VII. Edisi Revisi 2016. Halaman 43 s.d 60.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Buku Guru
Bahasa Indonesia SMP/MTs. Kelas VII. Edisi Revisi 2016.
Halaman 47 s.d 54.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
LAMPIRAN MATERI TEKS NARASI (CERITA FANTASI)
Struktur Teks Cerita Fantasi
Pada umumnya struktur teks fantasi hampir sama dengan struktur teks narasi yaitu
terdiri dari orientasi, konflik, resolusi dan ending. Adapun penjelasan dari masing
masing struktur teks fantasi adalah sebagai berikut:
1. Orientasi : Pengenalan atau orientasi merupakan sebuah bagian dimana
pengarang memberikan pengenalan tentang penokohan, tema, dan sedikit
alur cerita kepada pembacanya.
2. Konflik : Konflik sendiri merupakan bagian dimana terjadi permasalahan
dimulai dari awal permasalahan hingga menuju ke puncak permasalahan.
3. Resolusi : Resolusi merupakan penyelesaian dari permasalahan atau
konflik yang tejadi. Resolusi sendiri merupakan bagian penentu yang akan
mengarah pada ending.
4. Ending : Ending merupakan penutup cerita fantasi. Ending sendiri dapat
dibedakan menjadi dua yakni happy ending dimana tokoh utama menang
dan hidup bahagia. Dan yang lain adalah sad ending dimana tokoh utama
tewas setelah mencapai tujuan dan sebagainya.
Jenis Jenis Teks Cerita Fantasi
Secara garis besar jenis dari teks cerita fantasi sendiri terbagi menjadi dua yaitu
berdasarkan kesesuaian dalam kehidupan dunia nyata dan berdasarkan latar cerita:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Berdasarkan Kesesuaiannya
Jenis cerita fantasi berdasarkan kesesuaiannya dalam kehidupan nyata ada dua
kategori fantasi total dan fantasi sebagian (irisan).
• Kategori cerita fantasi total berisi fantasi pengarang terhadap objek/
tertentu. Pada cerita kategori ini semua yang terdapat pada cerita semua
tidak terjadi dalam dunia nyata. Misalnya, cerita fantasi Nagata itu total
fantasi penulis. Jadi nama orang, nama objek, nama kota benar-benar
rekaan pengarang.
• Cerita fantasi irisan yaitu cerita fantasi yang mengungkapkan fantasi tetapi
masih menggunakan nama-nama dalam kehidupan nyata, menggunakan
nama tempat yang ada dalam dunia nyata, atau peristiwa pernah terjadi
pada dunia nyata.
Berdasarkan Latar Cerita
Berdasarkan latar cerita, cerita fantasi dibedakan menjadi dua kategori yaitu latar
lintas waktu dan latar waktu sezaman.
• Latar sezaman berarti latar yang digunakan satu masa (fantasi masa kini,
fantasi masa lampau, atau fantasi masa yang akan datang/ futuristik).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
• Latar lintas waktu berarti cerita fantasi menggunakan dua latar waktu yang
berbeda (misalnya, masa kini dengan zaman prasejarah, masa kini dan 40
tahun mendatang/ futuristik) .
Ciri Ciri Teks Cerita Fantasi
Sebuah cerita dapat dikatakan sebagai cerita fantasi (fiksi) yaitu apabila memiliki
ciri ciri / unsur unsur berikut ini :
1. Ide cerita yang terbuka
Ide cerita dalam cerita fantasi umumnya tidak memiliki batasan realita
(kenyataan) dan dapat kembangkan sesuka pengarang.
2. Terdapat keanehan, misterius, dan keajaiban
Jika anda mendapati sebuah teks cerita mengandung unsur keanehan,
bersifat misterius seperti mengandung unsur mistis maupun terdapat
keajaiban yang tidak dapat dilogika oleh pikiran maka itu dapat menjadi
ciri ciri cerita fantasi.
3. Latar
Latar yang digunakan dalam cerita fantasi dapat menembus ruang dan
waktu.
4. Tokoh yang unik
Tokoh dalam teks cerita fantasi umumnya memiliki kelebihan tersendiri
yang unik dan berbeda dari yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
5. Fiksi atau khayalan
Kerena bersifat fiksi dan merupakan cerita khayalan semata, maka cerita
fantasi ini tidak akan bisa dinalar oleh akal pikiran jika dibandingkan
dengan kehidupan di dunia nyata.
6. Gaya bahasa
Gaya bahasa yang digunakan dalam cerita ini umumnya tidak harus selalu
terikat menggunakan bahasa yang formal. Melainkan menggunakan
bahasa yang bervariasi.
Contoh Cerita Fantasi Terpopuler
Contoh Cerita Fantasi Terpopuler
Lighting and Darkness
Di suatu tempat di alam semesta yang bernama dunia fantasi, ada suatu
kegelapan yang sangat kuat menyelimuti dunia fantasi yang berwujud seekor
naga. Di dunia tersebut, makhluk hidup digolongkan menjadi 5 golongan yaitu
golongan pemimpin, ksatria, penyihir, pemburu bayaran dan monster. Ada suatu
ramalan yang menyatakan bahwa akan ada seorang pemuda dari golongan
campuran yang akan menyalamatkan dunia atau menghancurkan dunia dan ada
seorang yang bakalan menjadi pewaris kegelapan. Mendengar ramalan tersebut
para tetua dari setiap golongan memerintahkan bahwa anak berdarah campuran
harus dibunuh, pembantaian berlangsung sangat lama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Di suatu desa hidup penyihir wanita yang memiliki seorang anak berdarah
campuran yaitu penyihir dan orc yang bernama Frank Walker. Wanita tersebut
menyembunyikan anaknya supaya tidak dibunuh dan merawatnya.
Bertahun-tahun kemudian isu tentang ramalan tersebut memudar, dan
hiduplah seorang pemuda yang memiliki mata putih di sebelah kiri (ini adalah ciri
dari orc) dan tangan monster di sebelah kanan, pemuda itu bernama frank walker.
“Frank ayo pulang sudah malam”. Suara itu terdengar dari suara wanita tua yang
tidak lain adalah ibunya sendiri.
“Iya ibu, aku pulang”
Ketika mereka sedang di rumah dan ingin makan malam terdengar suara
ledakan yang ternyata desa penyihir diserang oleh golongan monster. Para
penyihir dibantai habis-habisan dengan segala cara para penyihir menyerang tetapi
tidak mempan karena kulit monster sangatlah keras.
Terdengar suara dari belakang rumah memanggil nama frank, ia ingat
bahwa ibunya ada di belakang rumah, dengan cepatnya frank menuju suara
tersebut dan sontak terkejut melihat ibunya dimakan oleh monster, frank sangat
marah “Ibu tidak…!”, dengan cepat frank merapalkan mantera tetapi ibunya
menyuruhnya untuk pergi sejauh-jauhnya, kemudian frank pergi menjauh dan
kemudian ibunya merapalkan mantera, seketika itu terdengar suara ledakan.
Frank menyadari ibunya merapalkan mantera peledak, kemudian frank menangis
melihat ibunya dan desanya hancur dalam semalam. Kemudian frank pergi
menjelajah tempat-tempat baru dan pertualangannya dimulai. Frank menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
sosok yang ditakuti oleh golongan monster karena frank sudah membunuh ratusan
monster dengan kekuatannya, kemudian ia dijuluki sebagai “Pembunuh berdarah
dingin”.
“Tolong…” Terdengar suara orang meminta pertolongan, dengan cepat
frank menuju ke tempat suara tersebut dan melihat seorang gadis yang sedang
dikepung oleh monster. Monster itu terkejut, “Bukankah itu pembunuh berdarah
dingin”, dengan cepat frank membunuh monster tersebut.
“Kamu tidak apa-apa”, tanya frank. “Iya aku tidak apa-apa, ngomong-
ngomong apa yang dimaksud dengan pembunuh berdarah dingin”.“Bukan apa-
apa” Jawab frank dengan santai. “Hei namaku elizabeth dari golongan
pemimpin”, “Hmm.. Kamu mau kemana nanti aku antar kau pulang ke
golonganmu”, frank menawar. “Tidak terima kasih, aku tidak ingin pulang karena
aku sudah diusir dari golonnganku”, jawab elizabeth.
“Ya sudah aku pergi dulu”, frank lalu pergi meninggalkan gadis itu
“Hei tunggu aku ikut dengan kamu”. Perjalanan mereka pun dimulai, dari
perjalanan yang biasa-biasa saja sampai perjalanan yang luar biasa. “Hei, hentikan
sikap kamu yang terus cuek dengan aku” Jawab elizabeth kesal
“Hmm..” Jawab singkat frank.
Mereka terus berpetualang dan lama kelamaaan frank jatuh cinta pada elizabeth.
Perang diumumkan, kegelapan telah menguasai daerah timur, golongan pemimpin
meminta golongan lain ikut bertempur untuk menghancurkan seekor naga yang
menguasai kegelapan. Mereka pun pergi menuju daerah timur dan tak disangka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
golongan monster pun ikut bertempur. “Sekarang sudah lengkap semua golongan”
Kata seorang dari golongan pemimpin.
Berkumpullah kelima golongan dan kemudian kelima golongan tersebut pergi
menuju ke daerah timur.
“Mereka mau pergi kemana ya?” Kata elizabeth dengan binggung. “Mereka akan
pergi berperang, ayo kita ikut mereka” Jawab frank.
Sesampainya di sana, mereka dihadang oleh seekor naga yang dikelilingi
hawa kegelapan. “heii…!!! Kalian para manusia mau cari mati ya karena berani
datang kesini” Kata naga tersebut, kemudian mata naga tersebut teralihkan akan
seorang wanita yang tak lain adalah elizabeth. “Oh.. Bagus, kalian membawa
pewarisku ya”, kemudian mata teralihkan kepada elizabeth. “Apa… Wanita itu
pewarisnya, bunuh dia..” Kata dari salah satu prajurit, dengan cepat frank
menyerang orang-orang tersebut untuk melindungi elizabeth. Kemudian elizabeth
tertawa “Haha.. Terima kasih frank karena telah membawaku kemari, aku akan
membunuh mereka semua, ha.. Ha..” Mereka pun terkejut dan seketika itu naga
merubah menjadi kegelapan dan kemudian kegelapan tersebut menyelimuti
elizabeth dengan seketika eilzabeth berubah menjadi sosok yang jahat yang
tubuhnya diselimuti oleh hawa hitam dan matanya berubah menjadi merah.
Elizabeth dengan santainya membunuh prajurit dari semua golongan.
“Elizabeth.. Hentikan ini, sudah cukup, kembalilah seperti yang dulu”, frank
membujuk.
“Ha ha tidak akan frank, para golongan sangat suka berperang dan tidak ingin
berdamai maka dari itu aku akan memberikan mereka perang”, jawab elizabeth.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
“Hentikan semua itu atau tidak..”.
“Atau apa frank, kau akan membunuhku”. Elizabeth kemudian mengeluarkan
hawa hitam ke semua prajurit dengan seketika semua prajurit hancur menjadi
debu. Kemudian frank memegang tangan elizabeth dan berkata “Sudah cukup”.
“Frank ikutlah denganku ke dalam kegelapan, aku ingin selalu bersamamu”.
Kemudian frank berubah menjadi monster menakutkan “Aku akan mengikutimu
dalam kegelapan” Jawab frank.
“Frank bunuh mereka”, frank pun membunuh mereka atas perintah dari elizabeth.
Kemudian frank teringat akan ibunya dan memutuskan untuk tidak mengikuti
elizabeth. Kemudian tubuh frank kembali seperti semula, lalu frank memeluk
elizabeth dan berkata “Aku mencintaimu elizabeth”. Kemudian elizabeth sadar
dan meminta membunuhnya, kemudian frank membaca mantra peledak untuk
meledakkan dirinya bersama elizabeth tetapi elizabeth tau akan hal itu dan
memberikan sedikit hawa kegelapan untuk melindungi frank dan seketika itu
ledakan muncul dan menghancurkan kegelapan. Lalu frank terkejut karena dirinya
tidak mati, ia hanya kehilangan tangan kanannya dan juga cintanya. Semua orang
bertepuk dan gembira karena ramalan itu benar-benar terjadi yaitu bahwa
seseorang akan menyelamatkan dunia dan menciptakan perdamaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Jack dan Pohon Kacang Ajaib
Pada zaman dahulu, hiduplah seorang janda dengan anaknya. Anaknya
Jack tidak mau bekerja, karena ia seorang pemalas. Itulah kenapa cukup uang.
“Bu ... ada yang bisa dimakan? Aku lapar.” Hari berlalu mereka pun semakin
miskin. Sampai pada akhirnya, mereka pun menjual sapi milik mereka yang
bernama milkuit. Karena tidak bisa memberikan makan sapi itu. Ibunya Jack
menyuruh Jack membawa sapi itu ke pasar dan menjualnya dengan harga terbaik.
Mungkin dengan begitu mereka bisa membeli makanan.
Di perjalanan Jack bertemu dengan seorang kakek yang terlihat aneh, sang
kakek melihat sapi itu dan berkata kepada Jack “hai nak jika engkau memberikan
sapi ini kepada-ku aku akan memberi-mu barang yang sangat berharga”, Jack
sangat senang mendengarnya. Kakek itu mengeluarkan lima butir kacang dari
sakunya. “Kacang, tapi ini kacang ajaib.” Jack awalnya tidak mempercayai sang
kakek, tetapi sang kakek terus membujuknya. “Dengar nak kau terlihat seperti
anak yang baik dan pintar ambilnya kacang ajaib ini kau tak kan menyesal
percayalah pada-ku.”
Jack mempercayai kakek itu dan memberikan milkuit sebagai pengganti
kacang ajaib. Senang dengan barter yang dilakukannya, Jack berlari pulang. “Bu
lihat yang ku dapat”, melihat Jack pulang dengan gembira ibunya mengira Jack
menjual sapi itu dengan harga yang mahal. Ketika Jack menunjukkan kacang
ajaib, ibu Jack menjadi sangat marah. Dia melempar kacang ajaib ke halaman dan
menyuruh Jack masuk ke kamarnya. “Kau dihukum diam dikamar sampai ku
suruh keluar dan tak ada makan malam buat-mu”.
Keesoknya paginya Jack melihat keluar jendela dan tak percaya apa yang
ia lihat. Dari jendela kamarnya Jack dapat melihat sebuah pohon yang tubuh
dengan sangat cepat. Ini bukan pohon biasa atau bunga raksasa, ini pohon kacang
ajaib. Jack melompat ke pohon kacang ajaib dari jendelanya. Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
menggunakan daun dan cabang berpilit seperti tangga Jack memanjat pohon
kacang itu.
Akhirnya, Jack mendapati dirinya ditempat asing yang semuanya terlihat
lebih besar dari biasanya. Jack melihat jalan berbunga dan rumah sangat besar
diujungnya. Jack mendekati rumah itu dan mengetuk pintunya. Seorang raksasa
wanita menjawab, “eehh begini aku ingin bertanya apa anda punya makanan?”,
“Ya aku punya tapi kau harus pergi sebelum suami-ku pulang, karena ia suka
makan anak-anak”. Tentu saja Jack sedikit takut, tapi juga sangat lapar. Baru saja
Jack duduk di meja untuk makan, ia mendengar seorang berbicara dengan suara
berat.
“Felvivovo aku mencium aroma anak-anak mentah atau dimasak aku tak
apa, aku selalu suka rasa anak-anak.” Raksasa wanita memanggil Jack,
“sembunyilah sementara di oven nak.” Jack pun bersembunyi di dalam oven.
Raksasa masuk ke dapur dan mulai mencium udara. “Aku mencium bau anak,
kau salah sayang kau mungkin mencium daging yang ku berikan ke kucing
kemarin.” Setelah raksasa selesai makan, ia mulai menghitung emasnya. Tak lama
kemudian, raksasa kelelahan menghitung emas dan lalu tertidur. Jack keluar dari
oven dan mengambil sekantung emas. Jack melemparkan karung itu ke bawah
pohon kacang ajaibnya dan turun ke bawah berpegang pohon kacang. Jack
menemukan kantung emas yang ia lemparkan dan berlari pulang.
Saat ibu Jack melihat emas, ia sangat senang. Sejak hari itu, mereka tidak
miskin atau kelaparan lagi. Tetapi setelah beberapa bulan, semua emas mereka
habis. Tanpa ada pilihan lain, Jack memanjat pohon kacang lagi dan pergi ke
rumah raksasa. Kali ini istri raksasa agak curiga kepada Jack. “Terakhir kau disini,
sekantung emas hilang.” Tapi dia tetap merasa kasihan kepada Jack dan
mengundangnya masuk.
Tak lama kemudian, raksasa pulang. “Felvivovo aku mencium aroma
anak-anak mentah atau dimasak aku tak apa aku selalu suka rasa anak-anak.”
Mendengar nyanyian sang raksasa Jack melompat ke oven lagi. Setelah selesai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
makan, raksasa meminta istri nya untuk membawakan ayamnya. Saat istrinya
membawakan ayam itu, raksasa memerintah ayam untuk bertelur. Jack sangat
kaget ayam itu mengeluarkan telur emas dan saat raksasa tidur, Jack keluar dari
oven. Dan mengambil ayam itu lalu cepat-cepat turun dari pohon kacang.
Berkat telur emas Jack dan ibunya kini kaya lagi. Tetapi setelah berapa
lama, ingin mencoba keberuntungannya lagi mulai memanjat pohon kacang ajaib.
Kali ini Jack masuk ke rumah raksasa tanpa diketahui istri raksasa dan Jack
bersembunyi di pot tembaga besar. Tak lama raksasa pun pulang “felvivovo aku
mencium aroma anak-anak mentah atau dimasak aku tak aku selalu suka rasa
anak-anak.”
Kali ini istri raksasa ingin Jack tertangkap. Jika di sini ada anak-anak pasti
ia ada didalam oven. Tentu saja Jack bersembunyi di tempat lain. Raksasa dan
istrinya bertekad menemukan Jack, tapi meski sudah mencari seluruh rumah
mereka tak bisa menemukannya. Setelah mereka selesai makan, raksasa menaruh
harpa emas dimeja dan ia memerintahkan bermainlah. Dengan memainkan lagu
pengantar tidur, harpa itu membuat raksasa itu tertidur. Saat itu Jack tau dia
menginginkan harpa itu lebih dari apapun didunia. Jadi ia memanjat lutut raksasa
yang tertidur melompat ke meja dan menuju ke harpa.
Tetapi terjadi sesuatu yang tak terduga. “Tolong ... harpa itu berteriak.”
Jack melompat dari meja sambil membawa harpa dipunggung. Raksasa terbangun
dan mengejar Jack. Jack mulai meluncur menuruni pohon kacang secepat
mungkin disusul raksasa. Saat Jack tiba di rumah, Jack memanggil ibunya “bu
cepat bawakan aku kapak “. Mereka berdua mulai menebang pohon kacang dan
akhirnya pohon kacang beserta raksasa jatuh ke tanah dengan suara keras.
Mereka selamat dari raksasa. “Akhirnya kita selamat.” Mereka memang
selamat tapi Jack menyesal atas segala perbuatannya. Dia hampir mati karena
keserakahannya. Jack berjanji kepada ibunya bahwa tidak akan mencuri dari siapa
pun lagi dan akan bekerja keras. Sejak saat itu, Jack dan ibunya tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
kekurangan lagi. Ya mereka mempunyai telur emas yang membantu mereka. Tapi
Jack tak pernah malas bekerja lagi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Lampiran IV
Surat Izin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
YAYASAN XAVERIUS PALEMBANG (Akta No.
7/2005; TBNRI 10/2 - 2006 No. 12) KOORDINATORAT
SEKOLAH XA VERIUS JAMBI
SMP XAVERIUS 1 JAMBI NPSN : 10504663 NSS: 204100402027 TERAKREDITASI : A
Jin. Marsda Abdurahman Saleh No. 19 M {0741) 572410 Jambi - 36138
"Baik sekali perbuatan itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia dalarn perkara kecil,
aku akan memberikan kepadamu tanggungjawab daJam perkara besar." (Mat.25:21)
Nomor : 424.3.1/106/SMP/X.1/P.16 /2020
Hal : Izin Mengadakan Penelitian
Sehubungan dengan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di
SMP Xaverius 1 Jambi, maka Kepala Sekolah SMP Xaverius 1 Jambi dengan ini
menerangkan
bahwa nama mahasiswa di bawah ini :
Nama
NIM
Program Studi
Jurusan
Universitas
: Mikael Teguh Sanjaya : 151224041 : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia : Pendidikan Bahasa dan Seni : Sanata Dharma Yogyakarta
Telah disetujui untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas di kelas VII G SMP
Xaverius I Jambi, Tahun Ajaran 2019/2020 untuk penyusunan skripsi dengan judul:
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI CERITA
FANTASI MELALUl TEKNIK LOCI PADA SISWA KELAS VII G SMP
XAVERIUS 1 JAMBI TAHUN PELAJARAN 2019/2020
Demikian surat izin penelitian ini disampaikan, agar digunakan sesuai dengan tujuannya.
Atas perhatian dan kerjasamanya terima kasih.
141
Lampiran IV
Surat Izin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI