PENJAJAHAN BARAT ATAS DUNIA ISLAM
DAN
PERJUANGAN KEMERDEKAAN NEGARA-NEGARA ISLAM
Periode modern dalam sejarah islam bermula dari tahun 1800 M dan
berlangsung sampai sekarang. Pada periode ini mulai bermunculan pemikiran
pembaharuan dalam Islam. Gerakan pembaharuan itu paling tidak muncul karena dua
hal. Pertama, timbulnya kesadaran di kalangan ulama bahwa banyak ajaran-ajaran
“asing” yang masuk dan diterima sebagai ajaran Islam. Gerakan ini dikenal sebagai
gerakan reformasi. Dedua, pada periode ini barat mendominasi dunia di bidang politik
dan peradaban.
A. RENAISANS DI EROPA
Setelah Christoper Colombus menemukan benua Amerika (1492 M) dan
Vasco da Gama menemukan jalan ke timur melalui Tanjung Harapan (1498 M),
benua Amerika dan kepulauan Hindia segera jatuh ke bawah kekuasaan Eropa.
Perekonomian bangsa-bangsa Eropa pun semakin maju karena daerah-daerah baru
terbuka baginya. Penemua mesin uap yang kemudian melahirkan revolusi industri di
Eropa semakin memantapkan kemajuan mereka. Tekologi perkapalan dan militer
berkembang dengan pesat. Dengan demikian, Eropa menjadi penguasa lautan dan
bebas melakukan kegiatan ekonomi dan perdagangan dari dan ke seluruh dunia.
Negeri-negeri Islam yang pertama kali jatuh ke bawah kekuasaan Eropa
adalah negeri-negeri yang jauh dari kekuasaan Kerajaan Usmani. Negeri-negeri Islam
yang pertama dapat dikuasai Barat itu adalah negeri-negeri Islam di Asia Tenggara
dan di Anak Benua India.
B. PENJAJAHAN BARAT TERHADAP DUNIA ISLAM DI ANAK BENUA
INDIA DAN ASIA TENGGARA
Di awal abad ke- 17 M, Inggris dan Belanda mulai menginjakan kaki di India.
Pada tahun 1611 M, Inggris mendapat izin menanamkn modal, dan pada tahun 1617
M Belanda mendapatkan izin yang sama. Penguasa-penguasa setempat mencoba
mempertahankn dan berperang melawan Inggris tahun 1761 M. Namun, mereka tidak
berhasil mengalahkan Inggris. Pada tahun 1803 M, Delhi, ibukota kerajaan Mughal
juga berada di bawah bayang-bayang kekuasaan Inggris, karena bantuan yang
diberikan Inggris kepada raja ketika mengalahkan aliansi Sikh-Hindu berusaha
menguasai kerajaan. Pada tahun 1842 M, keamiran Sind di India dikuasainya. Tahun
1857 M kerajaan mughal bahkan dikuasai penuh dan setahun kemudian rajanya yang
terakhir dipaksa meninggalkan istana. Pada tahun 1879 M, Inggris berusaha
menguasai Afganistan dan Kesutanan Muslim Baluchitan dimasukan di bawah
kekuasan India-Inggris, tahun 1899 M.
Kerajaan Islam Malaka yang berdiri pada awal abad ke-15 M di Semenanjung
Malaya yang strategis dan merupakan kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara setelah
Samudra Pasai, ditaklukan Portugis pada tahun 1511 M. Pada tahun 1521 M, Spanyol
datang ke Maluku dengan tujuan dagang. Spanyol berhasil menguasai Filifina,
temasuk di dalamnya beberapa kerajaan Islam, seperti Kesultanan Maguidanao,
Kesultanan Buayan, dan Kesultanan Sulu. Akhir abad ke-16 M, giliran Belanda,
Inggris, Denmark, dan Prancis yang datang ke Asia Tenggara. Belanda datang tahun
1595 M dan dengan segera dapat memonopoli perdagangan di kepulauan Nusantara.
Setalah Inggris datang ke Asia Tenggara, ia segera menjadi kekuatan yang cukup
dominan, menyaingi kekuatan Belanda.
C. KEMUNDURAN KERAJAAN USMANI DAN EKSPANSI BARAT KE TIMUR
TENGAH
Kemajuan-kemajuan Eropa dalam teknologi militer dan indusrti perang
membuat Kerajaan Usmani menjadi kecil di hadapan Eropa. Sejak itulah Kerajaan
Usmani berulang kali mendapat serangan-serangan besar dari Barat. Sejak kekalahan
di Wina itu, Kerajaan Usmani juga menyadari akan kemundurannya dan kemajuan
barat. Celebi Mehmed diutus ke Paris pada tahun 1720 M dan diinstruksikan untuk
mengunjungi pabrik-pabrik, beteng-benteng pertahanan, dan institusi-institusi lainnya.
Laran-laporan Celebi Mehmed mendorong Sultan Amad III (1703-1730 M) untuk
memulai pembaharuan di kerajaannya. Pada tahun 1717 M, seorang perwira Prancis,
De Rochefort, datang ke Istanbul dalam rangka membentuk korp artileri dan melatih
tentara Usmanidalam ilmu-ilmu kemiliteran modern. Pada tahun 1729 M, datang lagi
Conte de Bonneval, juga dari Prancis, untuk memberi latihan pengunaan meriam
modern. Ia dibantu oleh Macarthy dari Irlandia, Ramsay dari Skotlandia, dan Mornai
dari Prancis. Pada tahun 1734 M, untuk pertama kalinya sekolah teknik militer
dibuka. Dalam bidang-bidang yang lain pembaruan juga dilaksanakan, seperti
pembukaan percetekan di Istanbul tahun 1727 M, untuk kepentingan kemajuan ilmu
pengetahuan. Demikian juga, gerakan penerjemah buku-buku Eropa ke dalam bahasa
Turki.
Meskipun demikian, usaha-usaha pembaharuan itu bukan saja gagal menahan
kemunduran Kerajaan Turki Usmani yang terus mengalami kemerosotan, tetapi juga
tidak membawa hasil yang diharapkan. Penyebab kegagalan itu terutama adalah
kelemahan raja-raja Usmani karena wewenangnya sudah jauh menurun. Di samping
itu, keuangan negara yang terus mengalami kebangkrutan sehingga tidak mampu
menujang usaha pembaruan. Faktor terpenting lainnya yang membawa kegagalan itu
adalah karena ulama dan tentara Yenissari yang sejak abad ke-17 M menguasai
suasana politik Kerajaan Usmani serta menolak usaha pembaruan itu.
Usaha pembaruan Turki Usmani baru mengalami kemajuan setelah setelah
penghalang pembaruan utama, yaitu tentara Yenissari dibubarkan oleh Sultan
Mahmud II (1807-1839 M) pada tahun 1826 M. Struktur kekuasaan kerajaan
dirombak, lembaga-lembaga penididikan modern didirikan, buku-buku barat
diterjemahkan ke dalam bahasa Turki, sisw-siswa berbakat dikirim ke Eropa untuk
belajar, dan yang terpenting sekali adalah sekolah-sekolah yang berhubungan dengan
kemiliteran didirikan. Akan tetapi, meski banyak mendatangkan kemajuan, hasil
pembaruan tetap tidak berhasil menghentikan gerakan maju Barat ke dunia Islam di
abad ke-19 M. Selama abad ke-18 M barat menyerang ujung garis pertempuran Islam
di Eropa Timur, wilayah kekuasaan Kerajaan Usmani. Akhir dari serangan-serangan
itu adalah ditandatanganinya Perjanjian San Stefano (Maret, 1878 M) dan Perjanjian
Berlin (Juni-Juli, 1878 M), antara Kerajaan Usmani dan Rusia. Disamping itu,
gerakan pembaruan justru mengancam kekuasaan para sultan yang absolut, karena
para pejuang Turki melihat bahwa kelemahan Turki terletak pada keabsolutan sultan
itu. Meraka ingin membatasi kekuasaan Sultan dengan membentuk konstitusi, sehinga
lahir gerakan Tanzimat, Usmani Muda, Turki Muda, dan Partai Persatuan dan
Kemajuan(Ittihad ve Tetekki).
Ketika Perang Dunia I meletus, Turki bergabung dengan Jerman yang
kemudian mengalami kekalahan. Akibatnya, kekuasaan kerajaan Turki Usmani
semakin ambruk. Partai Persatuan dan Kemajuan memberontak kepada Sultan dan
dapat menghapuskan kekhalifahan Usmani, kemudian membentuk Turki modern pada
tahun 1924 M. Di pihak lain, satu demi satu daerah-daerah di Asia dan Afrika yang
sebelumnya dikuasai Turki Usmani, melepaskan diri dari Konstatinopel.
Ketika terjadi Perang Dunia II (1915 M), Turki Usmani berada dipihak yang
kalah. Sampai tahun 1919 M, Turki diserbu tentara Sekutu. Sejak itu, kebesaran Turki
Usmani benar-benar tenggelam, bahkan tidak lama kemudian, kekholifahannya
dihapuskan (1924 M).Penetrasi Barat ke pusat dunia Islam di Timur Tengah
pertama-tama dilakukan oleh dua bangsa Eropa terkemuka, Inggris dan Prancis, yang
memang sedang bersaing. Inggris trlebih dulu menanamkan pengaruhnya di India.
Prancis merasa perlu memutuskan hubungan komunikasi antara Inggris di Barat dan
India di Timur. Untuk maksud tersebut, Mesir dapat ditaklukan Prancis tahun 1798
M.
Alasan lain Prancis menaklukan Mesir adalah untuk memasarkan hasil-hasil
industrinya. Di balik itu, Napoleon Bonaparte sendiri, sebagai Panglima Ekspedisi
Prancis mempunyai keinginan untuk mengikuti jejak Alexander the Great dari
Mecadonia, yang jauh di masa lalu pernah menguasai Eropa dan Asia sampai ke
India. Akan tetapi, kondisi politik Prancis menghendaki Napoleon meninggalkan
Mesir tahun 1799 M. Di Mesir, Jendral Kleber menggantikan kedudukan Napoleon.
Dalam suatu pertempuran laut antara Inggris dan Prancis Jendral Kleber kalah.
Jendral Kleber dan ekspedisinya meninggalkan Mesir 31 Agustus 1801 M, dan Mesir
terjadi kekosongan kekuasaan.
Kekosongan itu dimanfaatkan oleh perwira Turki, Muhammad Ali (1769-1849
M)yang didukung oleh rakyat berhasil mengambil kekuasaan dan mendirikan
dinastinya. Dimulai oleh Muhammad Ali, Mesir sempat menegakan kedaulatan dan
melakukan pembaruan, tetapi pada tahun 1882 M, Negeri ini ditaklukan oleh Inggris.
Persaingan antara Prancis dan Inggris di Timur Tengah memang sudah lama dan trus
berlangsung. Sementara itu, Rusia mengerogoti wilayah-wilayah Muslim di Asia
Tenggara, terutama setelah ia berhasil mengalahkan Turki Usmani yang berakhir
dengan Perjanjian San Stefano dan Perjanjian Berlin.
D. BANGKITNYA NASIONALISME DI DUNIA ISLAM DAN TUMBUHNYA
GERAKAN PARTAI YANG MEMPERJUANGKAN KEMERDEKAAN
NEGARANYA
Usaha untuk memulihkan kembali kekuatan Islam pada umumnya – yang
dikenal dengan gerakan pembaharuan – didorong oleh dua faktor yang saling
mendukung. Yang pertama, seperti gerakan Wahabiya yang dipelopori oleh
Muhammad ibn Abd al-Wahhab (1703-1787 M) di Arabia, Syah Waliyullah (1703-
1762 M) di India, dan gerakan Sanusiyyah di Afrika Utara yang dipimpin oleh Said
Muhammad Sanusi dari Aljazair. Sedangkan yang kedua, tercermin dalam pengiriman
pelajar muslim oleh penguasa Turki Usmani dan Mesir ke negara-negara Eropa untuk
menimba ilmu pengetahuan dan dilanjutkan dengan gerakan penerjemahan karya-
karya Barat kedalam bahasa Islam. Gagasan politik yang pertamakali muncul adalah
gagasan Pan-Islamisme (Persatuan Islam sedunia) yang mula-mual didengungkan
oleh gerakan Wahhabiyyah dan Sanusiyyah. Semangat Pan-Islamisme yang bergelora
itu mendorong Sultan Kerajaan Turk Usmani Abd Hamid II (1876-1909), untuk
mengundan Al-Afghani ke Istambul, Ibukota Kerajaan. Akan tetapi, semangat
demokrasi Al-Afghani tersebut menjadi duri bagi kekuasaan Sultan, sehingga Al-
Afghani tidak diizinkan berbuat banyak di Istanbul.
Di Mesir, benih-benih gagasan nasionalisme tumbuh sejak masa Al-Tahtawi
(1801-1873) dan Jamaluddin Al-Afghani. Tokoh pergerakan terkenal yang
memperjuangkan gagasan ini di Mesir adalah Ahmad Urabi Pasha. Dibagian negri
Arab lainnya lahir gagasan nasionalisme Arab yang segera menyebar dan mendapat
sambutan hangat, demikianlah yang terjadi di Mesir, Syiria, Libanon, Palestina, Irak,
Hijaz, Afrika Utara, Bahrein, dan Kuwait. Cita-cita mendirikan satu negara Arab
menghadapi tantangan yang sangat besar. Mereka harus melaluin dua tahap. Pertama,
memerdekakan wilayah masing-masing dari kekuasaan penjajah. Kedua, berusaha
mendirikan kesatuan Arab. Pada tanggal 12 Maret 1945, mereka berhasil mendirikan
Liga Arab. Tetapi, belum berarti cita-cita, berdirinya negara Arab, sudah tercapai.
Apalagi, ketika itu kekuasaan Barat masih bercongkol di sana.
Di India, gagasan Pan-Islamisme yang dikenal dengan Khilafat juga mendapat
pengikut. Syed Amir Ali (1848-1928 M) adalah salah seorang pelopornya. Namun,
gerakan ini segera pudar setelah usaha menghidupkan kembali khilafat yang
dihapuskan Mustafa Kamal di Turki tidak mungkin lagi. Yang populer adalah gerakan
nasionlisme yang diwakili oleh Partai Kongres Nasional India. Akan tetapi, gagasan
nasionalisme itu segera pula ditinggalkan sebagian besar tokoh-tokoh Islam karena
didalamnya kaum Muslimin yang minoritas tertekan oleh kelompok Hindu yang
mayoritas. Oleh karena itu, umat Islam di anak benua India ini tidak menganut
nasionalisme, tetapi Islamisme, yamg dalam masyarakat India dikenal dengan
namakomunalisme. Benih-benih gagasan Islamisme tersebut sebenarnya sudah ada
sebelum Liga Muslim berdiri, dilontarkan oleh Sayyid Ahmad Khan (1817-1898
M)kemudian mengkristal pada masa Iqbal (1876-1938 M) dan Muhammad Ali Jinnah
(1876-1948 M).
Partai politik besar yang menentang penjajahan di Indonesia adalah Serikat
Islam (SI), didirikan tahun 1912 dibawah pimpinan HOS Tjokrominoto, partai ini
merupakan kelanjutan dari Sarekat Dagang Islam yang didirikan oleh H. Samanhudi
tahun 1911. Tak lama kemudian partai-partai politik lainnya berdiri seperti Partai
Nasional Indonesia (PNI), didirikan oleh Sukarno (1927), Pendidikan Nasional
Indonesia (PNI-Baru), didirikan oleh Muhammad Hatta (1931), Persatuan Muslimin
Indonesia (Permi) yang menjadi partai politik tahun 1932, dipeloporo oleh Mukhtar
Lutfi.
E. KEMERDEKAAN NEGARA-NEGARA ISLAM DARI PENJAJAHAN
Dalam kenyataan, memang, partai-partai itulah yang berjuang melepaskan diri
dari kekuasaan penjajah. Perjuangan mereka biasanya terwujud dalam beberapa
bentuk kegiatan, seperti (1) gerakan politik, baik dalam bentuk diplomasi maupun
perjuangan bersenjata, dan (2) pendidikan serta propaganda dalam rangka
mempersiapkan masyarakat menyambut dan mengisi kemerdekaan itu.
Negara yang berpenduduk mayoritas Muslim yang pertama kali berhasil
memproklamasikan kemerdekaannya adalah Indonesia, pada tanggal 17 Agustus
1945. Negara islam kedua yang merdeka dari penjajahan adalah Pakistan, pada
tanggal 15 Agustus 1947. Di Timur Tengah, Mesir secara resmi memperoleh
kemerdekaan tahun 1922 dari Inggris, tapi dalam pemerintahan Raja Faruk pengaruh
Inggris sangat besar. Baru pada masa pemerntahan Jamal Abd Al-Nasser yang
menggulingkam Raja Faruk 23 Juli 1952, Mesir menganggap dirinya sudah benar-
benar merdeka. Sama seperti Mesir, Irak merdeka secara formal tahun 1932, tapi
rakyatnya baru merasakan benar-benar merdeka tahun 1958. Sebelum itu, negara-
negara sekitar Irak menumumkan kemerdekaannya seperti Syiria, Jordania, dan
Libanon tahun 1946. Di afrika, Libiya merdeka tahun 1951 M, Sudan dan Marokko
tahun 1956 M, Aljazair tahun 1962. Semuanya membebaskan diri dari Prancis. Di
waktu yang hampir bersamaan, Yaman Utara, Yaman Selatan, Eminat Arab
memperoleh kemerdekaannya Pula. Di Asia Tenggara, Malaysia yang waktu itu
termasuk Singapura mendapat kemerdekaan dari Inggris tahun 1957, Brunai
Darussalam tahun 1984 M. Bahkan, beberapa diantaranya baru mendapat
kemerdekaan pada tahun-tahun terakhir, seperti negara-negara Islam yang dulunya
bersatu dalam Uni Soviet, yaitu Uzbekistan, Turkmenia, Kirghistan, Kazakhtan,
Tasjikistan, dan Azerbaijan pada tahun 1992 dan Bosnia memerdekakan diri dari
Yugoslavia juga pada tahun 1992.
Namun, sampai hari ini masih ada umat Islam yang berharap mendapatkan
Otonomi sendiri, atau paling tidak menjadi penguasa atas masyarakat mereka sendiri.
Mereka itu adalah penduduk minoritas muslim dalam negara-negara nasional,
Kasymir di India, Moro di Filipina, dan sebagainya. Meski mereka idup dalam negara
merdeka, namun status sebagai minoritas seringkali menyulitkan mereka dalam
meningkatkan kesejateraan hidup.