PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN PENGGUNA KARTU ATM PADA BANK
MANDIRI BERDASARKAN PBI NOMOR 16/1/PBI/2014 TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN (Studi Kasus Putusan no 266 K/Pdt.SUS-
BPSK/2014)
Skripsi
Oleh:
Pangki Ladipa
NIM: 1113048000042
KONSENTRASI HUKUM BISNIS
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
JAKARTA
1438 H / 2017 M
iv
ABSTRAK
Pangki Ladipa. NIM 1113048000042. PERLINDUNGAN HUKUM
KONSUMEN PENGGUNA KARTU ATM PADA BANK MANDIRI
BERDASARKAN PBI NOMOR 16/1/PBI/2014 TENTANG PERLINDUNGAN
KONSUMEN JASA SISTEM PEMBAYARAN (Studi Kasus Putusan no 266
K/Pdt.SUS-BPSK/2014). Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis,
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
1438H/2017M. Isi: ix + 72 halaman + 20 halaman lampiran + 3 halaman daftar
pustaka.
Permasalahan utama dalam skripsi ini adalah minimnya Tanggung Jawab Bank
kepada Konsumen pengguna kartu ATM dalam Putusan No 266 K/Pdt.SUS-
BPSK/2014. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hukum kepada
konsumen Bank yang berlandaskan pada PBI No 16/1/PBI/2014 tentang
Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan bersifat normatif-empiris. normatif-
empiris adalah suatu pendekatan yang dilakukan untuk menganalisis tentang seberapa
efektif suatu peraturan perundang-undangan berlaku.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa Hakim Agung dalam putusan no 266
K/Pdt.SUS-BPSK/2014 telah salah menjatuhkan hukuman kepada pelaku usaha
untuk tidak mengganti kerugian yang dialami konsumen, karena tidak terdapat satu
alat buktipun yang menyatakan konsumen melakukan kesalahan, melainkan kerugian
timbul akibat dari lemahnya sistem pengawasan dan tanggung jawab dari pengurus
dan pegawai pelaku usaha dalam menangani Pengaduan yang dilaporkan konsumen.
Sesuai dengan pasal 10 PBI No 16/1/PBI/2014 tentang perlindungan konsumen jasa
sistem pembayaran menyatakan bahwa “Penyelenggara wajib bertanggung jawab
kepada Konsumen atas kerugian yang timbul akibat kesalahan pengurus dan
pegawai Penyelenggar.”dan Pasal 19 menyatakan “Penyelenggara wajib
menindaklanjuti dan menyelesaikan pengaduan yang disampaikan oleh Konsumen.”
Kata Kunci : Perlindungan Konsumen, Tanggung jawab Bank, dan Kartu
ATM
Pembimbing : Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, S.H., M.H.
Daftar Pustaka : Tahun 1997 s.d Tahun 2016.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-
Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN
PENGGUNA KARTU ATM PADA BANK MANDIRI BERDASARKAN PBI
NOMOR 16/1/PBI/2014 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN JASA
SISTEM PEMBAYARAN (Studi Kasus Putusan no 266 K/Pdt.SUS-BPSK/2014)"
dapat diselesaikan dengan baik, walaupun terdapat beberapa kendala yang dihadapi
saat proses penyusunan skripsi ini.
Hal ini tidak dapat dicapai tanpa adanya bantuan, dukungan, dan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan
hati dan penuh rasa hormat saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat:
1. Dr. Saepudin Jahar, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat,S.H., M.H., ketua Program Studi Ilmu Hukum dan
Drs. Abu Thamrin, S.H., M.Hum., sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
vi
3. Prof. Dr. Abdullah Sulaiman, S.H., M.H. Dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya. Beserta Segenap Dosen Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Dosen Program
Studi Ilmu Hukum yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat
bermanfaat untuk peneliti.
4. Edi Hermansyah (Papa), Khaidarlis lidya ( Mama), Hayana (Tante), Dawan Khai
(Kakak) yang dengan sangat sabar mendidik peneliti dari mulai lahir, sekarang,
hingga seterusnya tanpa kenal lelah serta memberikan dukungan materiil,
immateriil beserta doa kepada peneliti. Kemudian Debby Aulia dan Kembaranku
Pungki Ladipa yang selalu memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi.
Semoga Peneliti Sukses secepatnya dan Allah SWT Selalu memberkati langkah
kaki kita.
5. Sahabat-sahabat yang peneliti sayangi, “UNO” (Fachrizal, Topan R, Rekky
Prasetyo, Irfan Saputra, Wardah Humaira, Andhitta A, Tika Arizkya, Kurnia Dwi
Sulistyorini, Puti Shakina) dan “Audit Bahagia” (Daryanto Wibowo, Ahmad
Syahroni, M. Hanafi, Jafar Shiddiq, Reyza Ramadhan, Rahmat Ivan, Fachri
Hafizd, Shabir M, dan yang lainnya) yang selalu menemani dan mewarnai hari-
hari peneliti selama di kampus Thanks untuk 8 semester yang singkat ini guys.
Semoga silaturahmi kita tidak akan terputus hingga tua nanti.
6. Saudara-Saudariku Putri Nurul, Ifan Putra, Alm. Kanidio, Mery Oktaviani, Nessa
Maharany M. Iwan, Reynaldi A. dan yang lainnya. Terima kasih atas
vii
dukungannya dan menjadi tempat berkeluh kesah penulis. Semoga pertemanan
kita tak akan lekang oleh jarak dan waktu.
7. Keluarga besar Ilmu Hukum angkatan 2013, Junior dan Senior UIN Jakarta
khususnya Diana Yurika, Bela Awaliyah dan Berlyyana. Trimakasih telah
memberikan dorongan semangat dalam kelancaran Skripsi Peneliti.
8. Teman-teman Kuliah Kerja Nyata (KKN) Adiktif 2016, khususnya Muhammad
Ilham yang sangat berkontribusi dalam penyelesaian buku laporan KKN,
Sehingga Peneliti dapat melaksanakan ujian komprehensif tepat waktu.
9. Semua Pihak terkait yang tidak d apat peneliti sebutkan satu persatu. Tidak ada
yang Peneliti bisa berikan untuk membalas jasa-jasa kalian kecuali doa dan
ucapan terima kasih. Akhir Kata, Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Trima kasih.
Jakarta, 19 Juni 2017
Pangki Ladipa
viii
DAFTAR ISI
JUDUL SKRIPSI ................................................................................................. I
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... II
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA ................................................................ II
LEMBAR PENYATAAN .................................................................................... III
ABSTRAK ............................................................................................................ IV
KATA PENGANTAR .......................................................................................... V
DAFTAR ISI ..................................................................................................... VIII
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................... 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 8
E. Kajian Terdahulu............................................................................. 10
F. Kerangka Teoritis dan Konseptual ................................................... 11
G. Metode Penelitian ........................................................................... 14
H. Sistematika Penulisan ...................................................................... 20
BAB II HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA
A. Pengertian Perlindungan Konsumen ............................................... 22
B. Asas dan Tujuan ............................................................................ 24
C. Hak dan Kewajiban Konsumen ...................................................... 25
D. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha .................................................. 27
E. Perbuatan yang dilarang bagi Pelaku Usaha ................................... 28
F. Penyelesaian Sengketa ................................................................... 34
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN PADA BANK MANDIRI
GROUP DI KOTA MEDAN
A. Bank Mandiri di Indonesia dalam melayani Konsumen .................. 37
ix
B. Kegiatan- Kegiatan Bank Secara Umum ........................................ 39
C. Kegiatan Bank terhadap Konsumen pada Bank Mandiri ................. 43
D. Analisa Data Konsumen Bank Mandiri .......................................... 45
E. PBI (Peraturan Bank Indonesia) dalam melindungi Konsumen secara
Universal ....................................................................................... 46
BAB IV PENYELESAIAN KASUS SENGKETA KONSUMEN PADA BANK
MANDIRI (Studi Kasus Putusan no 266 K/Pdt.SUS-BPSK/2014)
A. Posisi Kasus Perlidungan Konsumen .............................................. 50
B. Isi Putusan Mahkamah Agung ........................................................ 59
C. Analisis Putusan Hakim ................................................................. 61
D. Dampak Pertimbangan Hakim Agung dalam Putusan Mahkamah
Agung Nomor 266 K/pdt.Sus-BPSK/2014 ....................................... 66
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 70
B. Saran.............................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 73
LAMPIRAN ......................................................................................................... 76
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank Sebagai Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit
atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan tarif hidup rakyat
banyak. Bank menurut UU Nomor 10 tahun 1998 merupakan lembaga
keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan, lembaga pemerintah, swasta
maupun perorangan penyimpan dana-dananya, melalui kegiatan perkreditan
dan berbagai jasa yang diberikan bank melayani kebutuhan pembiayaan serta
melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor
perkembangan1.
Sistem perbankan pun harus sehat, kuat dan efisien guna menciptakan
kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu pertumbuhan ekonomi
nasional.2 Dalam era globalisasi perkembangan ilmu dan teknologi maju
dengan pesatnya. Hal ini juga terjadi di dalam sistem perbankan, dimana
perbankan diharuskan untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan
teknologi tersebut untuk melayani nasabahnya dengan baik.
Lembaga Perbankan adalah suatu lembaga yang sangat tergantung pada
kepercayaan dari masyarakat. Oleh karena itu, tanpa adanya kepercayaan dari
1 Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan, (Bandung : CV Mandar Maju, 2008)h.7
2 Sri Susilo dan Tim, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta : Salemba Empat,
2000)h. 4
2
masyarakat, tentu suatu bank tidak akan mampu menjalankan kegiatan
usahanya dengan baik. Sehingga tidaklah berlebihan jika dunia perbankan
harus sedemikian rupa menjaga kepercayaan dari masyarakat dengan
memberikan perlindungan hukum terhadap kepentingan masyarakat, terutama
terhadap kepentingan dari Bank yang bersangkutan.3Virtual bank dapat
menawarkan kepada nasabahnya kemampuan untuk penyimpanan deposito dan
tagihan dana pada ATM atau bentuk lainnya yang dimiliki.4
Globalisasi sistem keuangan telah diikuti oleh kecendrungan yang
paralel dengan internasionalisasi perbankan yang mengarah kepada konsolidasi
globalisasi dari industri keuangan secara keseluruhan5. Maka dari itu aspek
yang menarik saat ini menyangkut pada sistem pembayaran didunia perbankan.
Sistem pembayaran merupakan instrumen sistem dan peraturan dimana
sebuah lembaga mempertemukan pihak yang membayar dan menerima
pembayaran. Dalam tataran ini lembaga perbankan yang mempunyai fungsi
intermediari yaitu sebagai salah satu lembaga yang dapat mempertemukan
pihak yang membayar dan menerima pembayaran dalam sistem permbayaran
tersebut.hal ini tidak lepas dari peran lembaga perbankan dari sudut pandang
yuridis, sebagai pihak yang secara langsung memfasilitasi transfer dana antar
pihak. Saat ini sistem pembayaran mengalami perluasan. tidak hanya dalam
lingkup nasional namun sistem tersebut telah melawati batas-batas negara.
3 Hermansyah , Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2011)h. 144 4 Riswandi Budi Agus, Aspek Hukum Internet Banking, (Jakarta : PT. Raja Gravindo
Persada,2005) h.19-21 5 Jordi Canal, Universal Banking Internasional Comparasons and Theorical
Perspectives,(Oxford: Clarendon Press, 1997)
3
Bank dalam melayani konsumen menyediakan sebuah produk yang
diantaranya adalah tabungan. Untuk mempermudah transaksi perbankan seperti
penarikan tunai, transfer, pembayaran tagihan (listrik, telepon, kartu kredit,
lain-lain). Pada hakekatnya setiap tabungan dilengkapi dengan kartu ATM.
Kartu ATM merupakan kartu khusus yang disediakan oleh Bank kepada
pemilik rekening yang dapat digunakan untuk bertransaksi, yang otomatis akan
mengurangi dana yang tersedia pada rekening. kartu ATM juga berguna
sebagai alat bantu untuk melakukan transaksi dan memperoleh informasi
perbankan secara elektronis. Jenis transaksi yang disediakan yakni penarikan
tunai, setoran tunai, transfer dana, pembiayaan, dan pembelanjaan.6
Beberapa pemegang ATM mengeluh, mekanisme penyelesaian
complaint pemegang ATM. Konsumen tidak merasa menarik tunai melalui
ATM, tetapi didapati saldo rekening konsumen berkurang. Konsumen hanya
bisa terdiam saat mengetahui bukti print out rekening melalui customer
service..
Kemudian persoalan berikutnya adalah soal mekanisme penyelesaian
sengketa kartu ATM yang tertelan . yang mana hal tersebut menyebabkan dana
yang ada dalam rekening konsumen perbankan hilang tanpa sepengetahuan
pemilik kartu. Memang bank selalu bisa membuktikan dengan menunjukan
print-out transaksi pengembalian dan beralih bahwa kehilangan dana
disebabkan oleh konsumen yang tidak menjaga rahasia PIN ATM , namun
pada dasarnya konsumen memang tidak memberitahukan PIN ATM kepada
6 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, cet 10 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2012), hal
106
4
siapapun. Pelaku Usaha tidak dapat membuktikan Pelaku yang telah
melakukan pembajakan ATM/ Pengambilan ATM yang tertelan tersebut.
meski sudah memasang kamera disetiap boks ATM yang rawan terjadi kasus.
Hal ini juga dikarenakan faktor keamanan pada lokasi ATM yang
mengkhawatirkan
Dapat disimpulkan, ternyata dalam praktek kepentingan konsumen
belum mendapat perlindungan yang memadai. Ini bisa dilihat dari iklan ATM
yang kurang informatif, perjanjian aplikasi permohonan ATM yang sepihak,
minimnya pemberian informasi kepada konsumen, maupun mekanisme
penyelesaian complaint konsumen ATM yang belum memuaskan serta
pengawasan dari pelaku usaha sehingga masih terdapat kerugian kehilangan
dana kepada konsumen Bank. Permasalahan di atas, kepentingan bank selaku
penerbit ATM jauh lebih dominan dibandingkan kepentingan konsumen.7
Maka, Alasan Pemilihan judul oleh Peneliti adalah dikarenakan dari
sekian banyak kasus pengaduan dari konsumen. Permasalahan yang paling
banyak mengundang simpatik adalah permasalahan konsumen perbankan.
Berdasarkan data YLKI(Yayasan lembaga Konsumen) Indonesia tahun 2015
saja dari 1030 pengaduan 17,.09% pengaduan dari konsumen perbankan
(terbanyak). Keluhan yang dialami oleh konsumen perbankan pun tidak jauh
dari kerugian yang dialami konsumen Perbankan menggunakan kartu. Hak-hak
konsumen pun secara faktual belum dilaksanakan secara utuh berdasarkan
mandat UUPK sebaliknya Konsumen kerap mendapatkan perlakuan hukum
7 Ahmadi Miru, Prinsip-prinsip Perlindungan Hukum bagi konsumen di Indonesia,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2011), hal 2.
5
yang timpang ketika berhadapan dengan pelaku usaha maupun pembuat
kebijakan. Kemudian Jumlah konsumen yang berani mengajukan keberatan
masih sangat rendah. yang mana, terkendala pada akses pengajuan keberatan
dan minimnya tindak lanjut dari pelaku usaha.
Menurut UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
sendiri mendapat perhatian dari pemerintah dengan didirikannya lembaga-
lembaga seperti Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat
(LPKSM), Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), Badan
Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN)8. Tidak hanya itu terdapat juga
lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) untuk
menghindari pelanggaran terhadap pihak konsumen. Lembaga- lembaga
tersebut memiliki tugas dan kewenangan masing-masing. Antara lain untuk
memberikan perlindungan kepada konsumen entah itu dalam menyelesaikan
sengketa antar pihak, memperoleh pengaduan dan keluhan dari konsumen dan
bertindak mengawasi pihak-pihak keuangan apabila terjadi pelanggaran pada
perlindungan konsumen. Spesifikasinya yang sering terjadi pelanggaran yakni
Konsumen jasa sistem pembayaran.
Menurut PBI NOMOR 16/1/PBI/2014 tentang perlindungan konsumen
jasa sistem pembayaraan. Konsumen jasa sistem pembayaran sendiri dalam
kegiatan jasa sistem pembayaran meliputi :
a. Penerbitan instrumen pemndahan dana dan/atau penarikan dana
b. Kegiatan transfer dana
8 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2013) h. 133
6
c. Kegiatan alat pembayaran menggunakan kartu
d. Kegiatan uang elektronik
e. Kegiatan penyediaan dan/atau penyetoran uang rupiah
f. Penyelenggaraan sistem pembayaran lainnya yang akan ditetapkan dalam
ketentuan Bank Indonesia9
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, untuk membahas
mengenai perlindungan hukum terhadap Konsumen Perbankan khususnya
pengguna kartu ATM. Bagaimana peran Bank dan kegiatan transaksi yang
sehat terdapat keseimbangan perlindungan hukum antara nasabah dengan pihak
bank. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
“PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN PENGGUNA KARTU ATM
PADA BANK MANDIRI BERDASARKAN PBI NOMOR 16/1/PBI/2014
TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN JASA SISTEM
PEMBAYARAN (Studi Kasus Putusan no 266 K/Pdt.SUS-BPSK/2014)
B. Identifikasi Masalah
Perlindungan Nasabah merupakan suatu prioritas yang seharusnya
dijamin oleh pelaku usaha. Hal ini pada dasarnya merupakan suatu pondasi
agar nasabah memiliki unsur kepercayaan kepada pihak Perbankan. Tanggung
jawab produk (Product Liability) adalah istilah yang dialih bahasakan dari
Product Liability, berbeda dengan ajaran pertanggungjawaban hukum pada
umumnya dimana tangung jawab produk disebabkan oleh keadaan tertentu
9 Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/1/PBI/2014 tentang Perlindungan Konsumen Jasa
Sistem Pembayaran.
7
(produk cacat atau merugikan orang lain) adalah tanggung jawab mutlak
produsen yang disebut dengan strict liability. Sehingga di dalam mengeluarkan
suatu produk bahwa harus ada sikap penuh kehati-hatian dari para pelaku usaha
dalam menjaga kualitas produk atau mesin ATM, maupun kehati-hatian
didalam melakukan transaksi di mesin ATM. Rendahnya tingkat kesadaran dan
tanggung jawab dari pihak bank akan berakibat fatal sekaligus menghadapi
resiko bagi pihak Bank.
Mengingat sangat marak pengaduan dari nasabah terkait hilangnya
dana dalam rekening nasabah akibat kartu ATM tertelan lantas bagaimana
bentuk tanggung jawab Bank terhadap kerugian konsumen yang tidak
diakibatkan oleh konsumen sendiri? Pada dasarnya terdapat beberapa lembaga
seperti Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM),
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), Badan Perlindungan
Konsumen Nasional (BPKN), lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan
Bank Indonesia (BI). Namun, realitanya masih sangat banyak pengaduan dari
pihak nasabah mengenai kehilangan dana rekening Kartu ATM dan kartu
lainnya.
Salah satu landasan hukum yang peneliti untuk menangani
problematika tersebut adalah PBI Nomor 16/1/PBI/2014 tentang perlindungan
konsumen jasa sistem pembayaran yang sejatinya melindungi hak konsumen
khususnya konsumen Jasa sistem pembayaran. Peneliti juga tertarik untuk
mengkaji hubungan hukum antara pihak nasabah, perbankan, pihak lain yang
ikut terlibat dalam kerugian yang dialami oleh konsumen
8
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah yang diidentifikasikan, maka
dari itu ruang lingkup masalah ini difokuskan pada Perlindungan hukum
konsumen perbankan khusus pada Konsumen Jasa Sistem Pembayaran
menggunakan kartu ATM.
2. Rumusan Masalah
a. Apakah PBI Nomor 16/1/PBI/2014 tentang Perlindungan Konsumen
Jasa Sistem Pembayaran telah melindungi hak konsumen khususnya
konsumen Pengguna kartu ATM?
b. Bagaimana Urgensi Lembaga-lembaga yang terkait dalam melindungi
Hak konsumen pengguna kartu ATM?
c. Apakah Putusan nomor 266 K/Pdt.SUS-BPSK/2014 sudah sesuai dalam
melindungi hak-hak Konsumen?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara Umum tujuan penelitian ini adalah Untuk Mengkaji lebih
dalam terhadap bentuk tanggung jawab kehilangan dana konsumen Bank
yang bukan diakibatkan oleh konsumen sendiri. Sedangkan secara khusus
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
9
a. Untuk menelaah bentuk tanggung jawab Bank terhadap kehilangan dana
akibat kartu ATM yang tertelan. agar dapat lebih maksimal dalam
melindungi hak konsumen secara Universal.
b. Untuk mengetahui Urgensi Lembaga-lembaga yang terkait dalam
melindungi hak konsumen khususnya konsumen pengguna kartu.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian Perihal Perlindungan Perlindungan hukum konsumen
pengguna kartu pada BANK MANDIRI berdasarkan PBI NOMOR
16/1/PBI/2014 Tentang Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran
(Studi Kasus Putusan no 266 K/Pdt.SUS-BPSK/2014) ini, diharapkan dapat
memberikan nilai guna bagi penelitian baik dalam segi praktis maupun segi
teoritis, Sebagai berikut :
a. Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan penalaran
hukum perkembangan ilmu pengetahuan terhadap perlindungan
konsumen Bank dalam spesifikasinya yakni konsumen Bank yang
kegiatannya menggunakan kartu.
b. Dari segi praktis, penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan
perihal Perlindungan konsumen ditinjau dari PBI NOMOR
16/1/PBI/2014 Tentang Perlindungan Konsumen Jasa Sistem
Pembayaran.
10
E. Kajian Terdahulu
1. Skripsi disusun oleh Ajeng Kumalasari Prodi Ilmu Hukum Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Hidayatullah Jakarta 2014. Berjudul
“Perlindungan Hukum Data Nasabah dalam internet Banking (Tinjauan UU
NO 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan). Penelitian ini lebih
menjelaskan perlindungan Data pribadi nasabah dalam internet banking
berdasarkan pandangan Otoritas Jasa Keuangan. Perbedaan skripsi tersebut
dengan skripsi yang diangkat oleh peneliti adalah terkait tentang bagaimana
bentuk tanggung jawab Bank terhadap kerugian kehilangan dana Konsumen
pada Kartu ATM yang tertelan. Kemudian peneliti mengacu perlindungan
hukum konsumen berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI)
NO16/1/PBI/ 2014.
2. Skripsi disusun oleh Arief Hannany, Prodi Ilmu Hukuim, konsentrasi
Hukum bisnis Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
Hidayatullah Jakarta 2013. Berjudul “Perlindungan Konsumen Perbankan
oleh Otoritas Jasa Keuangan (studi komparatif perlindungan konsumen
perbankan oleh Bank Indonesia) Penelitian tersebut lebih menjelaskan
tentang Bagaimana kacamata dari Otoritas Jasa keuangan dalam melindungi
konsumen perbankan secara universal. terkait tugas bank indonesia dalam
memberikan kredit atau pembiayaan bagi bank yang mengalami kesulitan
pendanaan jangka pendek. Perbedaan skripsi tersebut dengan skripsi yang
akan diangkat oleh peneliti adalah spesifikasi perlindungan konsumen yang
diteliti. Yang mana peneliti menfokuskan melindungi konsumen perbankan
11
pada penggunaan kartu. Kemudian landasan hukum yang diangkat oleh
peneliti agar meminimalisir terjadinya kerugian konsumen yakni
berdasarkan pada Peraturan Bank Indonesia (PBI) NO 16/1/PBI/ 2014
tentang Perlindungan Konsumen jasa sistem permbayaran.
3. Buku yang bertemakan “Kartu kredit dilematis antara kontrak dan
perjanjian”. Pengarang Dr. Jonhannes Ibrahim, SH., MH. Buku referensi ini
mengklarifikasikan secara Universal tentang Korelasi berbagai pihak dalam
kejahatan Kartu kredit. Antara lain perihal mekanisme ,Prosedur penagihan
Kartu Kredit Nasabah, Hukum perjanjian penerbitan Kartu kredit nasabah,
Bentuk perjanjian berbagai pihak dalam penerbitsn Kartu Kredit, serta studi
kasus Kejahatan Kartu kredit dan mekanisme penerapannya.
F. Kerangka Teoritis dan Konseptual
1. Kerangka Teoritis
a. Asas Hukum Perlindungan Konsumen
Sebenarnya sebelum Undang-Undang Perlindungan Konsumen
diundangkan, hak dan Kewajiban konsumen serta pelaku usaha secara
tidak langsung telah diatur dan tersebar didalam berbagai peraturan yang
dapat dikelompokkan kedalam empat bagian besar, yakni perindustrian,
perdagangan kesehatan dan lingkungan hidup.10
Asas-asas yang dianut
dalam Perlindungan Konsumen antara lain : Asas Manfaat, Asas
10 Janur Sibadalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2006)h. 10
12
Keadilan, Asas Keseimbangan, Asas Keamanan dan keselamatan
konsumen, Asas kepastian hukum.
b. Teori dalam Hukum Perlindungan Konsumen
Menurut teori Satjipto Rahardjo yakni teori progresif
menempatkan kepentingan dan kebutuhan manusia/rakyat sebagai titik
orientasinya, maka ia harus memiliki kepekaan pada persoalan-persoalan
yang timbul dalam hubungan-hubungan manusia. Salah satu persoalan
krusial dalam hubungan-hubungan hukum sosial adalah
keterbelenggunya manusia dalam struktur-struktur yang menindas, baik
politik, ekonomi maupun sosial budaya. Dalam konteks terbelenggunya
dimaksud, hukum progresif harus tampil sebagai institusi yang
emansipatoris atau membebaskan.11
c. Doktrin
Dalam Perlindungan Konsumen terdapat doktrin yang dikenal
dengan strict product liability, yakni tanggung jawab produk yang
bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Ini dapat
dilihat dalam pasal 22 UU nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen yang menyebutkan“Pembuktian terhadap ada tidaknya unsur
kesalahan dalam kasus pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 19
ayat (4), pasal 20, dan pasal 21 merupakan beban dan tanggung jawab
pelaku usaha tanpa menutup kemungkinan bagi jaksa untuk melakukan.
11 Bernard L tanya, dkk , Teori hukum, cet iv (Yogyakarta: Genta publishing, 2013) hal
190
13
2. Kerangka Konseptual
a. UUD 1945
UUD NKRI tahun 1945 BAB XIV pasal 33 ayat 4 tentang
Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial menyatakan
“Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan
menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
b. UU
1) UU Nomor 8 Tahun tentang Perlindungan Konsumen
2) UU Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan
c. PP
1) PP Nomor 58 tahun 2001 Pasal 2,pasal 3,pasal 4 pasal5,dan pasal 6
tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan
Konsumen.
d. Yurispendensi
Salah satu Yurispendensi yang diangkat oleh peneliti adalah
Putusan .Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Nomor
77/PEN/BPSK,MDN/2012, Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor
117/Pdt.G/2013/PN.Mdan, dan Putusan Kasasi Nomor 266 K/Pdt.Sus-
BPSK/2014
e. Peraturan
14
PBI NOMOR 16/1/PBI/2014 Tentang Perlindungan Konsumen
Jasa Sistem Pembayaran.
G. Metode penelitian
1. Tipe penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah Normatif-Empiris. Metode ini pada dasarnya ialah penggabungan
antara pendekatan hukum normatif dengan adanya penambahan dari
berbagai unsur-unsur empiris. Dalam metode ini juga mengenai
implementasi ketentuan hukum normatif dalam aksinya disetiap peristiwa
hukum tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat.12
2. Pendekatan masalah
Dalam studi hukum, pendekatan yang dilakukan adalah
a. Pendekatan perundang undangan (statute approach). Pendekatan
Perundang-Undangan digunakan untuk menelaah Perihal Hukum antara
lain :
1) Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/1/PBI/2014 tentang Perlindungan
Konsumen Jasa Sistem Pembayaran.
2) Undang - Undang No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
3) Undang - Undang No 10 tahun 1998 tentang Perbankan
4) Kitab Undang – Undang Hukum Perdata
12 Bambang Waluyo, Penelitian hukum dan Praktek, Cet. IV, (Jakarta : Sinar Grafika,
2008) , h.9
15
b. Pendekatan Kasus
Pendekatan kasus digunakan untuk menelaah kasus-kasus yang
berkaitan dengan isu-isu hukum yang dihadapi yang mana telah
memperoleh putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap antara
lain :
1) Hengki Budiono (Penggugat), seorang pengusaha yang bergerak
dibidang produksi vulkanisasi Ban Di Madiun menggugat Bank CIMB
Niaga, Tbk (Tergugat 1), dan PT. Telkomsel (Tergugat dengan
Register Nomor 40/Pdt.G/2015/PN Ma. Dimana dalam menjalankan
usahanya, PENGGUGAT menggunakan jasa TERGUGAT 1 dan
TERGUGAT 2 untuk memperlancar transaksi keuangan
PENGGUGAT dengan para relasi PENGGUGAT. Permasalahannya
adalah Bahwa tanpa sepengetahuan dari PENGGUGAT mulai tanggal
23 Juli 2015 sampai tanggal 27 Juli 2015 dana milik PENGGUGAT di
No Rekening 454-01-00570-12-7 CIMB NIAGA Madiun dan Nomor
Rekening; 545-01-07609-18-9 CIMB NIAGA Madiun dibobol maling
dengan modus ditransfer ke rekening orang lain, ada yang ke rekening
PENGUGGAT sendiri dan digunakan untuk pembelian pulsa hand
Phone dengan jumlah keseluruhan uang PENGGUGAT yang hilang
sebesar Rp.754.991.000, (tujuh ratus lima puluh empat juta, Sembilan
ratus Sembilan satu ribu rupiah). setelah tanggal 27 Juli 2015 saat
itupun nomor seluler PENGGUGAT tiba-tiba off beberapa hari,
akhirnya PENGGUGAT mendatangi GRAPARI TELKOMSEL kota
16
Madiun, dan setelah bisa diaktifkan lagi, ternyata banyak sms masuk
ke nomor PENGGUGAT dengan isi pemberitahuan transaksi
keuangan No rekening Bank CIMB milik PENGGUGAT. Hal ini
sangat berhubungan dengan TERGUGAT 1 DAN TERGUGAT 2
yang dalam pengaktifkan layanan Phone Banking melibatkan kedua
pihak tersebut. Padahal, PENGGUGAT belum mengaktifkan layanan
Phone Banking. Gugatan Hengki Budiono dinyatakan tidak diterima
dengan Putusan :
a) Mengabulkan eksepsi kewenangan absolut Tergugat I Konvensi/
Penggugat Rekonvensi;
b) Menyatakan Pengadilan Negeri Madiun tidak berwenang secara
absolut mengadili perkara perdata dikabulkan pada 2014.
Pengadilan Negeri Solo Nomor 40/Pdt.G/2015/PN Mad baik dalam
konvensi maupun rekonvensi;
c) Menghukum Penggugat Konvensi / Tergugat Rekonvensi untuk
membayar biaya perkara sejumlah Rp. 516.000,00 (lima ratus enam
belas ribu rupiah).13
c. Pendekatan Komparatif
Pendekatan Komparatif digunakan untuk membandingkan
peraturan hukum ataupun putusan pengadilan disuatu negara dengan
peraturan hukum dinegara lain namun mengenai hal yang sama. Antara
lain :
13 Putusan Mahkahmah Agung Nomor 40/Pdt.G/2015/PN Mad, ”, diakses pada tanggal 8
Maret 2017 dari
http://www.putusan.mahkahmahagung.go.id/putusan/d6d3f7829aa1dea8dc7dbe5ea0fe3ace
17
1) Di Negara-negara di Eropa dan Amerika juga telah lama memilki
peraturan tentang perlindungan konsumen. Organisasi tingkat Dunia
diantaranya PBB pun tidak kurang perhatianya terhadap masalah
perlindungan konsumen hal ini dibuktikan dengan dikeluarkanya
Resolusi PBB No.39/248 Tahun 1985, dimana dalam resolusi ini
kepentingan konsumen sangat diperhatikan dan dilindungi ;
a) Perlindungan konsumen dari bahaya-bahaya terhadap kesehatan
dan keamananya.
b) Promosi dan perlindungan kepentingan sosial ekonomi.
c) Tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk
memberikan kemampuan mereka dalam melakukan pilihan yang
tepat sesuai dengan kehendak dan kebutuhan pribadi.
d) Pendidikan Konsumen.
e) Tersedianya upaya ganti rugi yang efektif.
f) Kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen.
Sedangkan di Indonesia sendiri banyak lembaga yang
mengatur tentang perlindungan konsumen walaupun menurut
Saya belum bekerja secara Efektif. Peraturan tentang
perlindungan Nasabah sendiri antara lain : PBI NOMOR 16/ 1
/PBI/2014 tentang Perlindungan Konsumen Jasa Sistem
Pembayaran.14
d. Pendekatan Historis
14 Prasxo.Wordpress, “Hak Konsumen”, diakses pada tanggal 8 Maret 2017 dari
https://www.google.co.id/ampls/prasxo.wordpress.com/2011/04/29/hak-konsumen/amp/
18
Pendekatan Historis digunakan untuk memahami filosofi aturan
hukum dari waktu ke waktu, serta memahami perubahan dan
perkembangan filosofi yang melandasi aturan tersebut. Antara lain :
1) PBI NOMOR: 7/6/PBI/2005 tentang Transparasi Informasi Produk
Bank dan Pengunaan Data Pribadi Nasabah. Yang mana mengatur
tentang data nasabah secara spesifik dan PBI NOMOR 16/ 1
/PBI/2014 tentang Perlindungan Konsumen Jasa Sistem Pembayaran
mengkaji tentang Perlindungan Nasabah khususnya Nasabah
menggunakan Kartu secara Universal.15
3. Sumber Data
Pada penelitian ini, data yang digunakan meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer merupakan Data yang di peroleh langsung oleh
peneliti dengan metode pengumpulan data, instrumen peneliti dengan
observasi dilapangan dan wawancara serta pengamatan.
Sedangkan Data Sekunder yang terdiri dari :
a. Bahan hukum primer antara lain Peraturan Bank Indonesia Nomor
16/1/PBI/2014 tentang Perlindungan Konsumen Jasa Sistem
Pembayaran, Putusan Kasasi Kasus no 266 K/Pdt.SUS-
BPSK/2014),Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, dan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dan peraturan lainnya yang
berhubungan dengan Perlindungan Konsumen Bank.
15 Peraturan Bank Indonesia, diakses pada tanggal 8 Maret 2017 dari
www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/documents/19
c3058e1c414c399f39f7e1932ac31opbi7605.pdf
19
b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer16
, yaitu hasil karya di kalangan hukum
yang ada relevansinya dengan masalah-masalah yang akan diteliti berupa
Buku, Pendapat para Sarjana yang berhubungan dengan skripsi ini.
c. Bahan non hukum yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau
penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/atau bahan
hukum sekunder, yaitu kamus resmi dan website resmi dari internet.
4. Prosedur pengumpulan bahan hukum
Bahan hukum Primer dan sekunder maupun bahan hukum lain
dikumpulkan berdasarkan inti dari permasalahan dan berdasarkan sumber
data yang rumusannya dikaji secara komperensif.
5. Pengolahan dan analisis bahan hukum
Bahan hukum seperti aturan perundang undangan,penelitian studi
kepustakaan, dan artikel-artikel lainnya dihubungkan sedemikian rupa
sehingga penyajian penulisan lebih sistematis guna menjawab permasalahan
yang akan dirumuskan. Jadi Data yang telah diperoleh berupa putusan
BPSK, Pengadilan Negeri dan Mahkamah Agung. disajikan dalam bentuk
pembahasan dengan uraian kalimat. Setelah data tersebut disajikan,
selanjutnya peniliti melakukan pengolahan data dengan cara kualitatif yaitu
suatu metode analisis data yang tidak menampilkan angka-angka sebagai
hasil penelitiannya melainkan disajikan dalam bentuk pembahasan dengan
16 Amiruddin dan Zainal, Pengantar metode penelitian Hukum, Cet. VIII, h.32
20
uraian kalimat-kalimat dan dipaparkan dalam bentuk tulisan. Hasil dari
analisis data ini akan disimpulkan secara deduktif yaitu cara berfikir yang
menarik suatu kesimpulan dari suatu pertanyaan yang bersifat umum
menjadi suatu pertanyaan yang bersifat khusus.yang mana dari kesimpulan
dapat diajukan beberapa saran terhadap permasalahan.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab. Masing masing
terdiri dari sub bab guna memperjelas cakupan permasalahan yang menjadi
objek penelitian. Urutan masing – masing bab dijabarkan sebagai berikut :
1. BAB I merupakan Bab pendahulu yang mana memuat : Latar Belakang
Permasalahan, Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian Terdahulu, Metode Penelitian,
Sistematika Penulisan.
2. BAB II merupakan Bab mengenai Tinjauan Umum yang berisikan tentang
perlindungan konsumen, Pengertian pihak-pihak dalam kegiatan Perbankan,
dan Peraturan mengenai Perlindungan Konsumen Perbankan.
3. BAB III merupakan Bab yang mengklarifikan data penelitian, berupa
deskripsi data berkenaan dengan objek terkait dengan konsumen serta
mekanisme penerapannya.
4. BAB IV merupakan Bab yang membahas tentang Studi kasus Putusan
Mahkamah Agung yang mencakup tentang Kronologi, Isi Putusan,analisis
dan dampak dari Penyelesaian kasus.
21
5. BAB V merupakan Bab penutup yang mana dapat diambil kesimpulan
beserta saran dari penelitian yang dilakukan. Dalam hal ini akan menjawab
penyelesaian dari inti permasalahan yang telah di bahas pada bab-bab
sebelumnya.
22
BAB II
HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA
A. Pengertian Perlindungan Konsumen
Konsumen merupakan “Setiap orang pemakai barang dan/atau jasa
yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,
orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.
Dalam pengertian tersebut, Subjek yang disebut sebagai pemakai adalah
orang. Istilah orang sebenarnya menimbulkan keraguan. apakah orang secara
individul yang lazim disebut natuurlijke person atau termasuk juga badan
hukum.1
Perlindungan konsumen merupakan suatu problematika yang sering
terjadi dalam masyarakat. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya
kedudukan konsumen adalah karena rendahnya tingkat kesadaran konsumen
terhadap hak-haknya. Kepastian hukum untuk memberikan perlindungan
kepada konsumen itu antara lain adalah dengan meningkatkan harkat dan
martabat konsumen serta membuka akses informasi tentang barang dan/atau
jasa baginya, dan menumbuhkan sikap jujur serta bertanggung jawab oleh
pelaku usaha.
Perlindungan konsumen sendiri terdapat dalam Pasal 1 angka 1
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
1 Abdul Halim Barkatullah, Hak-Hak Konsumen, (Bandung: Nusa Media, 2010) h. 30
23
(UUPK), yaitu segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk
memberi perlindungan kepada konsumen.
Untuk menyatakan keabsahan suatu perjanjian (Konsumen dan pelaku
usaha) diperlukan 4 syarat yaitu :
1. Sepakat mereka mengikatkan dirinya
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab tertentu
Dalam suatu perjanjian harus diperhatikan Perlindungan hukum bagi kedua
belah pihak. Yang mana bagi konsumen sangat dibutuhkan dalam persaingan
dan banyaknya produk serta layanan yang menempatkan konsumen dalam
posisi tawar yang lemah2
Perlindungan Konsumen mencakup dua aspek utama antara lain :
1. Perlindungan terhadap kemungkinan diserahkan kepada konsumen barang
dan atau jasa yang tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati atau
melanggar ketentuan undang-undang. Hal ini mencakup bidang yang
cukup luas mulai dari penggunaan bahan baku, proses produksi, produk
distribusi, desain produk, hingga mengenai ganti rugi yang diterima oleh
konsumen bila terjadi kerugian karena mengkomsumsi produk yang tida
sesuai.
2. Perlindungan terhadap diberlakukannya kepada konsumen syarat-syarat
yang tidak adil. Hal ini berkaitan erat dengan prilaku produsen dalam
2 Subekti. Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 2010) h. 17
24
memproduksi dan mengedarkan produknya, mulai dari kegiatan promosi
dan periklanan, standar kontrak, harga, hingga layanan purnajual.3
B. Asas dan Tujuan
Asas perlindungan konsumen dalam Pasal 2 UUPK No 8 Tahun 1999 yaitu:
1. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya
dalam menyelenggarakan perlindungan konsumen harus memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha
secara keseluruhan.
2. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat
diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada
konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan
kewajibannya secara adil.
3. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara
kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil
dan spiritual.
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk
memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen
dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/jasa yang
dikonsumsi dan digunakan.
3Adrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk Dalam Perlindungan Konsumen, (Bogor: Galia
Indonesia, 2008,) h. 9
25
5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar pelaku usaha maupun konsumen
menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam menyelenggarakan
perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.
Perlindungan konsumen dalam Pasal 3 UUPK 8/1999 bertujuan untuk
1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk
melindungi diri.
2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa.
3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan
dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi;
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha;
6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.4
C. Hak dan Kewajiban Konsumen
Hak konsumen adalah :
4 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis (Bandung: PT. Citra aditya bakti, 2013,) h.228
26
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa;
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau
jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
dijanjikan;
3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa;
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan;
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut;
6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
7. Hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
atau tidak sebagaimana mestinya;
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan
lainnya.
Kewajiban konsumen adalah :
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang /atau jasa;
27
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen
secara patut.5
D. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
Hak pelaku usaha adalah :6
1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan
mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang
beritikad tidak baik;
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian
hukum sengketa konsumen;
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan
lainnya.
Kewajiban pelaku usaha adalah :
1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan;
5 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, h.229 6 Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
28
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif;
4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa
yang berlaku;
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba
barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas
barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;
6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
diperdagangkan;
7. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang
dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian.
E. Perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha
1. Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang
dan/atau jasa yang:7
a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan
dan ketentuan peraturan perundangundangan;
7 Pasal 8 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
29
b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam
hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang
tersebut;
c. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam
hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;
d. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran
sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang
dan/atau jasa tersebut
e. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan,
gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam
label atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;
f. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket,
keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut;
g. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu
penggunaan/ pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;
h. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana
pernyataan "halal" yang dicantumkan dalam label;
i. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat
nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai,
tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha
serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus
dipasang/ dibuat;
30
j. Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang
dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundangundangan
yang berlaku.
2. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau
bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar
atas barang dimaksud.
3. Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang
rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan
informasi secara lengkap dan benar.
4. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2)
dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib
menariknya dari peredaran.
5. Pelaku usaha dilarang menawarkan, memproduksikan, mengiklankan suatu
barang dan/atau jasa secara tidak benar, dan/atau seolaholah:
a. Barang tersebut telah memenuhi dan/atau memiliki potongan harga,
harga khusus, standar mutu tertentu, gaya atau mode tertentu,
karakteristik tertentu, sejarah atau guna tetentu;
b. Barang tersebut dalam keadaan baik dan/atau baru;
c. Barang dan/atau jasa tersebut telah mendapatkan dan/atau memiliki
sponsor, persetujuan, perlengkapan tertentu, keuntungan tertentu, ciriciri
kerja atau aksesori tertentu;
d. Barang dan/atau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang mempunyai
sponsor, persetujuan atau afiliasi;
31
e. Barang dan/atau jasa tersebut tersedia;
f. Barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi;
g. Barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang tertentu;
h. Barang tersebut berasal dari daerah tertentu cara langsung atau tidak
langsung merendahkan barang dan/atau jasa lain; menggunakan kata-kata
yang berlebihan, seperti aman, tidak berbahaya, tidak mengandung risiko
atau efek sampingan tampak keterangan yang lengkap;
i. Menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti.
j. Barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk
diperdagangkan.
k. Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap ayat (1) dilarang
melanjutkan penawaran, promosi, dan pengiklanan barang dan/atau jasa
tersebut.
6. Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk
diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau
membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai :
i. Harga atau tarif suatu barang dan/atau jasa;
ii. Kegunaan suatu barang dan/atau jasa;
iii. Kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang
dan/atau jasa;
iv. Tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan;
v. Bahaya penggunaan barang dan/atau jasa.
32
7. Pelaku usaha dalam hal penjualan yang dilakukan melalui cara obral atau
lelang, dilarang mengelabui/ menyesatkan konsumen dengan;
a. Menyatakan barang dan/atau jasa tersebut seolaholah telah memenuhi
standar mutu tertentu;Menyatakan barang dan/atau jasa tersebut
seolaholah tidak mengandung cacat tersembunyi;
b. Tidak berniat untuk menjual barang yang ditawarkan melainkan dengan
maksud untuk menjual barang lain;
c. Tidak menyediakan barang dalam jumlah tertentu dan/atau jumlah yang
Tcukup dengan maksud menjual barang yang lain;
d. Tidak menyediakan jasa dalam kapasitas tertentu atau dalam jumlah
cukup dengan maksud menjual jasa yang lain;
e. Menaikkan harga atau tarif barang dan/atau jasa sebelum melakukan
obral.
8. Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan
suatu barang dan/atau jasa dengan harga atau tarif khusus dalam waktu dan
jumlah tertentu, jika pelaku usaha tersebut tidak bermaksud untuk
melaksanakannya sesuai dengan waktu dan jumlah yang ditawarkan,
dipromosikan, atau diiklankan.
9. Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, atau mengiklankan
suatu barang dan/jasa dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa
barang dan/atau jasa lain secara Cuma-cuma dengan maksud tidak
memberikannya atau memberikan tidak sebagaimana yang dijanjikannya.
33
10. Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan
obat, obat tradisional, suplemen makanan, alat kesehatan, dan jasa
pelayanan kesehatan dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa
barang dan/atau jasa lain.
11. Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan
untuk diperdagangkan dengan memberikan hadiah melalui cara undian,
dilarang untuk:
a. Tidak melakukan penarikan hadiah setelah batas waktu yang
dijanjikan;
b. Mengumumkan hasilnya tidak melalui media massa;
c. Memberikan hadiah tidak sesuai dengan yang dijanjikan;
d. Mengganti hadiah yang tidak setara dengan nilai hadiah yang dijanjikan.
12. Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang dilarang
melakukan dengan cara pemaksaan atau cara lain yang dapat menimbulkan
gangguan baik fisik maupun psikis terhadap konsumen.
13. Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa melalui pesanan
dilarang untuk:
a. Tidak menepati pesanan dan/atau kesepakatan waktu penyelesaian
sesuai dengan yang dijanjikan;
b. Tidak menepati janji atas suatu pelayanan dan/atau prestasi.
34
F. Penyelesaian Sengketa
Sengketa itu dapat berupa salah satu pihak tidak mendapatkan atau
menikmati apa yang seharusnya menjadi haknya karena pihak lawan tidak
memenuhi kewajibannya. Sengketa Konsumen dapat bersumber dari 2 (dua)
hal, yaitu: 8
1. Pelaku usaha tidak melaksanakan kewajiban hukumnya sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang.
2. Pelaku usaha atau konsumen tidak menaati isi perjanjian. Dalam ketentuan
Pasal 45 Ayat (1) Undang-Undang Perlindungan Konsumen dapat diketahui
bahwa untuk menyelesaikan sengeketa konsumen terdapat 2 (dua) pilihan,
yaitu:
Melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen
dan pelaku usaha.
a. Melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum.
Selanjutnya dalam Pasal 45 Ayat (2) dijelaskan bahwa, “Penyelesaian
sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar
pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa”.
Berdasarkan ketentuan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap
konsumen yang dirugikan dapat melakukan penyelesaian sengketanya melalui
jalur pengadilan maupun di luar jalur pengadilan.
2. Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan
8 Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, h. 127.
35
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau yang lebih dikenal
dengan Alternatif Penyelesaian Sengketa dapat ditempuh dengan berbagai
cara, diantaranya :9
a. Arbitrase
b. Mediasi
c. Konsiliasi
d. Mini Ttrial 10
e. Summary Jury Trial 11
Sedangkan dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa dijelaskan bahwa
arbitrase dibedakan dari alternatif penyelesaian sengketa, karena yang
termasuk dalam alternatif penyelesaian sengketa hanya mediasi, negosiasi,
konsiliasi, konsultasi dan peniliaian ahli.
Dari sekian banyak cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan, Undang-
Undang Perlindungan Konsumen hanya memperkenalkan 3 (tiga) macam
cara, yaitu arbitrase, konsiliasi, dan mediasi yang merupakan bentuk atau
cara penyelesaian sengketa yang dibebankan menjadi tugas Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen. 12
2. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan
9 Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian
Sengketa, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 199 h. 186-169. 10 Mini trial adalah suatu bentuk Aletrnative Dispute Resolution (ADR) yang baru dan
sangat populer dalam masyarakat bisnis Amerika. Bentuk ini dianggap sebagai pilihan yang paling
efektif dan efisien menyelesaikan sengketa. Riska Andi Fitriono, Budi Setyanto, dan Rehnalemken
Ginting, Penegakan Hukum Malpraktik Melalui Pendekatan Mediasi Penal, (Surakarta: Yustisia,
2016), h. 92. 11 Summary Jury Trial adalah sidang yang melibatkan juri sebagai pengambil keputusan
dan kemudian keputusan ini disahkan oleh hakim. 12 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, h. 237-238.
36
Dalam Pasal 48 Undang-Undang Perlindungan Konsumen
menyebutkan bahwa ”Penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan
mengacu pada ketentuan tentang peradilan umum yang berlaku dengan
memperhatikan ketentuan dalam Pasal 45 di atas.” Penunjukan Pasal 45
dalam hal ini, lebih banyak tertuju pada ketentuan tersebut dalam Ayat (4),
yakni:
“Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar
pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh apabila
upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para
pihak yang bersengketa.”
37
BAB III
PERLINDUNGAN HUKUM KONSUMEN PADA BANK MANDIRI
GROUP DI KOTA MEDAN
A. Bank MANDIRI di Indonesia dalam melayani Konsumen
1. Profil Bank Mandiri
Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari
program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah
Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah -- yaitu Bank Bumi
Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank
Pembangunan Indonesia -- dilebur menjadi Bank Mandiri, dimana masing-
masing bank tersebut memiliki peran yang tak terpisahkan dalam
pembangunan perekonomian Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank
Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan
kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia.
2. Visi dan misi Bank Mandiri :
Visi :
a. Menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang paling dikagumi dan selalu
progresif
Misi:
a. Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar
b. Mengembangkan sumber daya manusia professional
c. Memberi keuntungan yang maksimal bagi stakeholder
38
d. Melaksanakan manajemen terbuka
e. Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan
Bank Mandiri berkomitmen membangun hubungan jangka panjang
yang didasari atas kepercayaan baik dengan nasabah bisnis maupun
perseorangan. Bank Mandiri melayani seluruh nasabah dengan standar
layanan internasional melalui penyediaan solusi keuangan yang inovatif.
Bank Mandiri ingin dikenal karena kinerja, sumber daya manusia dan
kerjasama tim yang terbaik.
Dengan mewujudkan pertumbuhan dan kesuksesan bagi
pelanggan, kami mengambil peran aktif dalam mendorong pertumbuhan
jangka panjang Indonesia dan selalu menghasilkan timbal balik yang tinggi
secara konsisten bagi pemegang saham.
Budaya TIPCE:
a. Trust
Membangun keyakinan dan sangka baik diantara stakeholders
dalam hubungan yang tulus dan terbuka berdasarkan kehandalan.
b. Iintegrity
Setiap saat berpikir, berkata dan berperilaku terpuji, menjaga
martabat serta menjunjung tinggi kode etik profesi.
c. Professionalism
Berkomitmen untuk bekerja tuntas dan akurat atas dasar
kompetensi terbaik dengan penuh tanggung jawab.
d. Customer Focus
39
Senantiasa menjadikan pelanggan sebagai mitra utama yang
saling menguntungkan untuk tumbuh secara berkesinambungan.
e. Excellence
Mengembangkan dan melakukan perbaikan di segala bidang
untuk mendapatkan nilai tambah optimal dan hasil yang terbaik secara
terus-menerus.1
B. Kegiatan – Kegiatan Bank Secara Umum
Secara umum kegiatan penghimpunan dana dibagi kedalam tiga jenis :
1. Simpanan Giro
a. Pengertian Giro
Menurut UU nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan Simpanan
Giro adalah Simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya
atau dengan cara pemindahbukuan. Penarikan uang di rekening giro dapat
menggunakan sarana penarikan yaitu cek dan bilyet giro.
b. Pengertian cek
Cek adalah surat perintah tanpa syarat dari nasabah kepada bank
yang memelihara rek giro nasabah tersebut untuk membayar sejumlah
uang kepada pihak yang disebutkan didalamnya atau kepada pemegang
cek tersebut. Jenis- Jenis cek diataranya adalah Cek atas nama, Cek atas
rujuk, Cek silang, Cek mundur. Cek kosong.
1 Bank Mandiri, tentang kami, diakses pada 18 Juni 2017 di
http://www.bankmandiri.co.id/corporate01/about_our.asp
40
c. Pengertian Bilyet Giro
Bilyet giro merupakan surat perintah dari nasabah kepada bank
yang memelihara rekening giro nasabah tersebut, untuk
memindahbukukan sejumlah uang dari rekening yang bersangkutan
kepada pihak penerima yang disebutkan namanya atau nomor rekening
pada bank yang sama atau bank lainnya.2
2. Simpanan Tabungan
a. Pengertian simpanan tabungan
Pengertian tabungan menurut Undang-Undang Perbankan Nomor
10 tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak
dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, atau alat lainnya yang dipersamakan
dengan itu.
Pengertian penarikan hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat
tertentu yang disepakati maksudnya adalah menarik uang yang disimpan
direkening tabungan antar satu bank dengan bank lainnya berbeda,
tergantung dari bank yang mengeluarkannya.
Alat-alat yang sering digunakan dalam penarikan adalah sebagai berikut:
1) Buku tabungan
Buku tabungan berisi catatan saldo tabungan, transaksi
penarikan, transaksi penyetoran dan pembebanan – pembebanan yang
mungkin terjadi pada tanggal tertentu.
2 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, cet 10 (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2012), hal
76-83
41
2) Slip Penarikan
Slip Penarikan merupakan formulir untuik menarik uang dari buku
` tabungan.
3) Kuitansi
Kuitansi merupakan formulir penarikan dan jugha merupakan buki
penarikan yang dikeluarkan oleh bank yang fungsinya sama dengan
slip penarikan.
4) Kartu yang terbuat dari plastik
Adapun jenis-jenis bank card yang ada saat ini adalah:
a) Changer card adalah kartu yang digunakan sebagai alat
pembayaran transaksi jual beli barang atau jasa dengan sistem
pembayaran dilakukan oleh pemegang kartu untuk melunasi semua
tagihan sekaligus pada saat jatuh tempo.
b) Credit card adalah adalah kartu yang digunakan sebagai alat
pembayaran transaksi jual beli barang atau jasa dengan sistem
pembayaran dilakukan oleh pemegang kartu untuk melunasi
tagihan baik secara sekaligus maupun angsuran dengan minimal
pembayaran tertentu pada jatuh tempo.
c) Debet card adalah pembayaran atas penagihan nasabah melalui
pendebetan atas rekening yang ada di Bank dimana pada saat
melakukan transaksi
d) Smart card adalah kartu yang berfungsi sebagai rekening terpadu,
kartu ini dapat dihubungkan dengan rekening pribadi dan dapat
42
menyimpan dan memperbarui data dalam microchip sehingga
pemegang kartu dapat mengetahui keadaan semua rekeningnya.
e) Private label card adalah kartu yang bukan diterbitkan oleh bank,
melainkan oleh suatu badan usaha seperti supeermarket,hotel dan
perusahaan lainnya.3
3. Simpanan Deposito
a. Pengertian Simpanan Deposito
Pengertian Deposito menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun
1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.
Penarikan hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu maksudnya adalah
jika nasabah deposan menyimpan uangnya untuk jangka waktu 3 bulan,
maka uang tersebut baru dapat dicairkan setelah jangka waktu tersebut
berakhir dan sering disebut dengan tanggal jatuh tempo.
b. Deposito Berjangka
Deposito Berjangka merupakan deposito yang diterbitkan menurut
jangka waktu tertentu. Jangka waktu deposito biasanya bervariasi mulai
dari 1,2,3,6,12,18 sampai dengan 24 bulan. Deposito berjangka juga
dapat dilakukan baik tunai maupun non tunai (pemindahbukuan).
c. Sertifikat Deposito
Sertifikat Deposito merupakan deposito yang diterbitkan dengan
jangka waktu 2,3,6,12 bulan. Sertifikat deposito diterbitkan atas unjuk
3Johannes Ibrahim, Kartu Kredit,( Bandung: PT. Refika aditama,2004), h.14-15
43
dalam bentuk sertifikat.artinya dalam sertifikat deposito tidak tertulis
nama seseorang dan badan hukum. Disamping itu sertifikat deposito
dapat diperjualbelikan pada pihak lain. Pencairan bunga sertifikat
deposito dapat dilakukan dimuka, tiap bulan atau jatuh tempo, baik tunai
maupun non tunai.
d. Deposit On Call
Merupakan depositop yang berjangka waktu minimal 7 hari dan
paling lama kurang dari 1 bulan. Diterbitkan atas nama dan biasanya
dalam jumlah besar misalnya 50 juta rupiah (tergantung bank yang
bersangkutan ). Pencairan bunga dilakukan pada saat pencairan
deposit.on call dan sebelum deposit on call dicairkan terlebih dahulu 3
hari sebelumnya nasabah sudah memberitahukan bank penerbit.4
C. Kegiatan Bank terhadap Konsumen pada Bank Mandiri
Secara umum Kegiatan-Kegiatan yang disediakan Bank Mandiri
terhadap konsumen secara umum hampir sama. Kegiatan Bank terhadap
konsumen juga terdapat Simpanan Giro, Simpanan Tabungan dan Simpanan
Deposito.
1. Layanan yang diberikan Pelaku usaha/ Bank terhadap konsumen antara
lain:
a. Setoran awal sebesar Rp. 500.000,- konsumen telah memililki rekening
mandiri tabungan.
4 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h.102- 108
44
b. Pembukuan rekening penyetoran maupun penarikan dana tabungan dapat
dilakukan diseluruh cabang Bank Mandiri.
c. Mandiri debit berfungsi sebagai kartu ATM dan kartu debit yang dapat
digunakan untuk berbelanja dan pembayaran lainnya di merchant-
merchant yang berlogo visa baik didalam maupun luar negeri
d. Dapat digunakan dijutaan ATM berlogo PLUS/Visa/Visa electron baik di
Indonesia maupun diluar negeri dan di ATM yanmg berlogo ATM
BERSAMA serta ATM berlogo LINK, termasuk di mandiri ATM
seluruh Indonesia.
2. Fasilitas :
a. Layanan Autodebet, layanan autodebet membantu konsumen dalam
melakukan permbayaran berbagai tagihan rutin bulanan, seperti air,
listrik, telephone, handphone, kartu kredit serta tagihan lainnya secara
otomatis setiap bulannya sehingga konsumen terhindar dari penunggakan
tagihan
b. Layanan Automatic Fund Transfer (AFT) membantu dalam melakukan
transfer dana rutin secara otomatis kepada keluarga atau atau mitra bisnis
sehingga konsumen tidak perlu khawatir kewajiban konsumen akan
terlupakan.
Syarat Pembukaan reekening Mandiri :
1) Setoran awal minimal 500.000,-
2) Kartu Identitas
3)Warga Negara Indonesia : Kartu Tanda Penduduk/KTP
45
4)Warga Negara Asing: paspor dan KIMS/KITAS/KITAP
5)Dikenakan Biaya administrasi bulanan
*CATATAN
a. KTP DKI jakarta dapat digunakan untuk membuka rekening diseluruh
cabang Bank mandiri yang beroperasi di Wilayah DKI Jakarta.
b. KTP Non DKI Jakarta hanya dapat digunakan untuk membuka rekening
di Bank Mandiri yang beroperasi di wilayah Pemda Penerbit KTP.
Apabila digunakan untuk membuka rekening tabungan diluar wilayah
KTP setempat maka wajib dilampiri dengan :
1) Surat keterangan domisili
2) Surat Keterangan kerja5
D. Analisa Data Konsumen Bank Mandiri
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyatakan sepanjang
2016 telah menerima 781 aduan langsung konsumen dan 1038 aduan melalui
telepon. Dari jumlah tersebut 56% didominasi oleh tiga sektor utama yakni
Perbankan,Perumahan dan belanja online.
Dari data YLKI selama 2016 untuk aduan perbankan ada 160 pengaduan
dengan jenis-jenis yang berbeda mulai dari gagal bayar,pembobolan, layanan,
bunga, sertifikat, sistem transaksi, informasi, penyalahgunaan data, biaya dan
penipuan.
5 Bank Mandiri, tentang kami, diakses pada 18 Juni 2017 di
http://www.bankmandiri.co.id/article/875447371254.asp
46
Dari data tersebut Bank Madiri mendapat aduan terbanyak terkait
masalah pelayanan konsumen di jasa perbankan diikuti oelh Bank BRI,Bank
mega, BTN dan CIMB Niaga.
Berdasarkan Data YLKI pada 2016 untuk produk perbankan yang dikeluhan
konsumen diantaranya :6
E. PBI (Peraturan Bank Indonesia) dalam melindungi konsumen secara
Universal
Beberapa PBI (Perturan Bank Indonesia) dalam melindungi konsumen
Perbankan di Indonesia antara lain :
Pasal 8
(1) Dalam membuat perjanjian dengan Konsumen, Penyelenggara
dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen
dan/atau perjanjian yang bersifat:
6 Neraca, diakses pada 18 Juni 2017 di http://www.neraca.co.id/article/80229/keluhan-
layanan-perbankan-mendominasi-di-2016
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
Kredit 38% Kartu Kredit
Kredit Pemilikan
Rumah (KPR)
Tabungan ATM Deposito dan Giro
Jenis Keluhan
Jenis Keluhan
47
a. Menyatakan pelepasan/pengalihan tanggung jawab Penyelenggara
kepada Konsumen.
b. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya pemanfaatan jasa Sistem
Pembayaran yang digunakan oleh Konsumen.
c. Memberi hak kepada Penyelenggara untuk mengurangi manfaat jasa
Sistem Pembayaran yang digunakan atau mengurangi harta kekayaan
Konsumen yang menjadi objek jual beli menggunakan jasa Sistem
Pembayaran; dan/atau
d. Menyatakan tunduknya Konsumen kepada peraturan Penyelenggara yang
berupa aturan baru, aturan tambahan, aturan lanjutan dan/atau
pengubahan lanjutan yang dibuat secara sepihak oleh Penyelenggara
dalam masa Konsumen memanfaatkan jasa Sistem Pembayaran dari
Penyelenggara.
(2) Penyelenggara dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau
bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas atau yang
pengungkapannya sulit dimengerti oleh Konsumen.
Pasal 10
Penyelenggara wajib bertanggung jawab kepada Konsumen atas kerugian
yang timbul akibat kesalahan pengurus dan pegawai Penyelenggara.
Pasal 11
(1) Penyelenggara wajib memberikan informasi mengenai manfaat, risiko, dan
konsekuensi bagi Konsumen atas penggunaan jasa Sistem Pembayaran.
48
(2) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan secara lisan atau
tertulis sesuai ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai jasa
Sistem Pembayaran.
(3) Informasi yang diberikan oleh Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) wajib:
a. Menggunakan frasa dan bahasa yang mudah dimengerti; dan
b. Menggunakan tulisan yang mudah dibaca dalam hal informasi diberikan
secara tertulis.
(4) Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh
Penyelenggara kepada Konsumen secara akurat, terkini, jelas, tidak
menyesatkan, jujur, dan etis.
Pasal 12
(1) Penyelenggara wajib menyediakan sarana yang memudahkan Konsumen
untuk memperoleh informasi.
(2) Penyediaan sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tata cara
penyampaian informasi mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang
mengatur mengenai jasa Sistem Pembayaran.
Pasal 13
Penyelenggara wajib mengelola dan menatausahakan dokumen Konsumen
yang memuat data dan/atau informasi yang akurat, terkini, dan jelas.
Pasal 18
(1) Penyelenggara wajib memiliki unit kerja atau fungsi yang menangani
dan menyelesaikan pengaduan yang diajukan Konsumen.
49
(2) Kewenangan unit kerja atau fungsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib diatur dalam mekanisme penanganan pengaduan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16.
Pasal 19
Penyelenggara wajib menindaklanjuti dan menyelesaikan pengaduan yang
disampaikan oleh Konsumen.
Pasal 20
(1) Konsumen dapat menyampaikan pengaduan kepada Bank Indonesia
sepanjang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Konsumen telah menyampaikan pengaduan kepada Penyelenggara dan
telah ditindaklanjuti oleh Penyelenggara, namun tidak terdapat
kesepakatan antara Konsumen dengan Penyelenggara;
b. Permasalahan yang diadukan merupakan masalah perdata yang tidak
sedang dalam proses atau belum pernah diputus oleh lembaga arbitrase
atau peradilan atau belum terdapat kesepakatan yang difasilitasi oleh
lembaga mediasi; dan
c. Konsumen mengalami potensi kerugian finansial yang ditimbulkan oleh
Penyelenggara dengan nilai tertentu yang ditentukan oleh Bank
Indonesia.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyampaian pengaduan,
besarnya nilai potensi kerugian finansial yang dapat disampaikan
pengaduannya kepada Bank Indonesia, dan tindak lanjut penyelesaian
pengaduan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia
50
BAB IV
PENYELESAIAN KASUS SENGKETA KONSUMEN PADA BANK
MANDIRI (Studi Kasus Putusan no 266 K/Pdt.SUS-BPSK/2014)
A. Posisi Kasus Perlindungan Konsumen
Dalam Putusan Mahkamah Agung nomor 266 K/Pdt.SUS-BPSK/2014
yaitu Evie Yulisnawaty Harahap melawan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk,
melibatkan dua Pihak, Para Pihak yang dimaksud adalah1
Pemohon Kasasi :
EVIE YULISNAWATY HARAHAP, bertempat tinggal di Jalan
Stella IV Nomor 27, Tanjung Sari, Medan, sebagai Pemohon Kasasi dahulu
Termohon Keberatan/Konsumen.
Termohon Kasasi :
PT. BANK MANDIRI (Persero) Tbk, berkedudukan di Taman
Setiabudi, Jalan Cactus Raya Blok K Nomor 36 G, Kota Medan, dalam hal ini
memberi kuasa kepada Eka Setiawan, S.H., karyawan pada PT.Bank Mandiri
(Persero), berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 25 Februari 2013, sebagai
Termohon Kasasi dahulu Pemohon Keberatan/ Pelaku Usaha;
Evie Yulisnawaty Harahap adalah Salah satu Konsumen Bank
Mandiri yang mengajukan permohonan pembukaan rekening Tabungan Bisnis
kepada Bank Mandiri Pada tanggal 3 Januari 2012 melalui Cabang Medan
1 Mahkamah Agung Republik Indonesia, Putusan Nomor: 266 K/Pdt.sus-Bpsk/2014(
tanggal 3 juli 2017) h. 1
51
Taman Setiabudi dengan mengisi formulir/aplikasi pembukaan rekening dana
non perorangan atas nama CV Sahara Travel.
Perjanjian tersebut mengatur tentang Syarat dan Ketentuan
Penggunaan Mandiri Debet (kartu ATM Mandiri), Ketentuan dan syarat khusus
Rekening Mandiri Tabungan, Syarat-syarat Umum Pembukaan Rekening.
Ketentuan tersebut juga mengatur tentang tanggung jawab Bank dan konsumen
apabila terjadi penyalahgunaan Kartu atau Pin ATM.
Pada tanggal 15 Oktober 2012, konsumen datang ke kantor Bank
Mandiri di Cabang Medan Setiabudi dengan menyampaikan pengaduan adanya
mutasi dana dalam rekening Tabungan Bisnis atas nama CV. Sahara Travel
sebesar Rp78.000.000,00 yang ditarik secara tunai dan sebagian lagi ditransfer/
dipindahbukukan ke rekening lain yaitu rekening di Bank BRI dan rekening di
Bank Mandiri.
Setelah dilakukan pencetakan rekening koran ditemukan transaksi-
transaksi pada rekening Termohon dengan jumlah total sebesar
Rp76.800.000,00 yang tidak dilakukan Termohon. Transaksi tersebut adalah
sebagai berikut:
Pada tanggal 13 Oktober 2012,
Waktu transaksi Lokasi ATM Jenis Transaksi
07:59:09
SPBU Flamboyan Tarik Tunai
Rp1.250.000,00
07:59:34
SPBU Flamboyan Tarik Tunai
Rp1.250.000,00
52
08:00:02
SPBU Flamboyan Tarik Tunai
Rp1.250.000,00
08:00:56 SPBU Flamboyan Tarik Tunai
Rp1.250.000,00
08:01:32
SPBU
Flamboyan
Tarik Tunai
Rp1.250.000,00
08:01:57
SPBU Flamboyan Tarik Tunai
Rp1.250.000,00
08:02:20 SPBU Flamboyan Tarik Tunai
Rp1.250.000,00
08:04:19 SPBU Flamboyan Transfer ke Rekening BRI a/n
Muhadi Wiyono
Rp10.000.000,00
08:09:05 SPBU Flamboyan Transfer ke Rekening Bank
Mandiri a/n Jahiras
Parlindungan
Rp10.000.0000,00
08:38:31 SPBU Setia budi Transfer ke Rekening Bank
Mandiri a/n Yopie Rinaldi
Ritonga sebesar
Rp20.000.000,00.
09:28:32 SPBU Petronas
Setia Budi
Transfer ke Rekening Mandiri
s/n Yopie Rinaldi Ritonga
sebesar
Rp10.000.000,00.
53
09:29:22 SPBU Petronas
Setia Budi
Transfer ke Rekening Mandiri
a/n Yopie Rinaldi Ritonga
sebesar
Rp10.000.000,00
Pada tanggal 14 Oktober 2012 :
Waktu Transaksi Lokasi ATM Jenis Transaksi
04:43:38
Medan Eric
Travel
Tarik tunai Rp2.500.000,00
04:44:04 Medan Eric
Travel
Tarik tunai Rp2.500.000,00
04:44:36 Medan Eric
Travel
Tarik tunai Rp2.000.000,00
04:45:11 Medan Eric
Travel
Tarik tunai Rp1.000.000,00
05:02:34 - Menerima transfer masuk
dari Rekening Mandiri a/n
Yopie Rinaldi sebesar
Rp10.000.000,00
05:03:01 Iskandar Muda
– 2
Tarik tunai sebesar
Rp2.000.000,00
05:04:41 Iskandar Muda
– 2
Transfer ke rekening BRI
Nomor Rek.
383201026060531 a.n. Loinar
Maria Oktavia
54
sebesar Rp8.000.000,00
Peristiwa kehilangan dana ini terjadi pada tanggal 13 Oktober 2012
pukul 07.28 WIB Konsumen melakukan transaksi penarikan tunai melalui
mesin ATM Mandiri yang berlokasi di SPBU Sekata sebesar Rp1.000.000,00.
Uang tunai berhasil ditarik akan tetapi kartu ATM Konsumen tidak dapat
keluar dari mesin ATM.
Kemudian Konsumen menelpon nomor call centre yang menurut
Konsumen merupakan nomor call centre Bank Mandiri yaitu nomor 061-
68738765 Karena nomor tersebut tertera di monitor ATM Mandiri. Setelah
tersambung di nomor 061-68738765 terjadi pembicaraan antara Konsumen
dengan petugas call centre fiktif (nomor tertera di monitor), sehingga menurut
Bank diduga kuat dalam pembicaraan tersebut Konsumen secara sadar atau
tidak sadar telah menyampaikan kode PIN kepada lawan bicara yang
diteleponnya. 2
Kemudian Berdasarkan keterangan Bank dalam Putusan Pengadilan
Negeri Medan Nomor 117/Pdt.G/2013/PN.Mdan. Konsumen dipandu oleh
nomor 061-6873 8765 agar dapat mengelurkan kartu ATM dan diminta untuk
menekan tombol *5299* dan memasukkan nomor record terakhir lalu menekan
# yang mana tidak berhasil. Namun sebenarnya alasan Bank tersebut
merupakan alasan yang tidak bermanfaat karena nomor tersebut tidak terdapat
fakta dapat membocorkan pin ATM .Karena bagaimanapun yang mengetahui
2 Mahkamah Agung Republik Indonesia, Putusan Nomor: 266 K/Pdt.sus-Bpsk/2014(
tanggal 3 juli 2017) h. 3-4
55
sistematika dalam melakukan pengulangan atau perubahan PIN ATM hanya
pihak Bank.
Selanjutnya Konsumen meminta tanggung jawab Pihak Bank dalam
Pengembalian uang miliknya tersebut sebesar Rp76.800.000,00 Pihak Bank
menolak permohonan penggantian a quo karena berdasarkan penelitian yang
dilakukan melalui sistem dan melalui hasil cetakan rekening koran, transaksi
tersebut merupakan transaksi yang normal, sah dan sukses.
Konsumen merasa tidak puas dan mempertanyakan tanggung jawab
Bank. Akhirnya mengadu kepada BPSK Kota Medan dengan tuntutan agar
Pihak Bank mengganti uang Konsumen. Kemudian Arbitrase BPSK Kota
Medan yang memeriksa pengaduan Konsumen telah menjatuhkan Putusan
Nomor 77/PEN/BPSKMdn/ 2012 pada tanggal 14 Februari 2013 yang
menyatakan: 3
1. Menerima pengaduan Konsumen;
2. Menghukum Pelaku Usaha untuk menggantikan dana Konsumen sebesar
Rp76.800.000,00 (tujuh puluh enam juta delapan ratus ribu rupiah;
Dengan pertimbangan BPSK Kota Medan sebagai berikut :
a. Pertimbangan BPSK Kota Medan butir 7:
BPSK Kota Medan memberikan kesimpulan yang menyatakan ”...
transaksi mana dilakukan dengan cara tunai dan transfer yang dilakukan
oleh orang pada gambar bukti PU-6 pada tanggal 13 Oktober 2012
sampai berjumlah Rp68.750.000,00 dalam tempo 2 dua jam dari jam 07
3 Mahkamah Agung Republik Indonesia, Putusan Nomor: 266 K/Pdt.sus-Bpsk/2014(
tanggal 3 juli 2017) h. 6
56
s/d jam 09, kemudain esoknya lagi waktu dini hari ditarik sebesar
Rp28.000.000,00 jelas transaksi tersebut bukan Transaksi normal
kemudian berdasarkan aliran dana dari bukti PU-5 tersebut pelaku juga
mengambil uang nasabah lainnya sehingga bila ditotal seluruhnya
mencapai Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).”
b. Pertimbangan BPSK Kota Medan butir 10
“Menimbang, fakta persidangan tidak ada bukti konsumen ada
memberikan nomor PIN-nya saat kartu ATM-nya tertelan tersebut
kepada pihak lain atau pelaku, karena nomor PIN adalah sangat personal
dan konsumen tidak akan ingin dananya hilang untuk memberikan nomor
PIN-nya, untuk itu Majelis melihat bahwa Pelaku Usaha dalam tingkat
pengamanannya terhadap pengawasan PIN Konsumen tidak cukup
tinggi. Dan bagaimana Standar Operasi Prosedur pengamanan yang ada
di Bank Mandiri sehingga pihak lain termasuk internal Bank sendiri
dapat melakukannya dengan demikian jawaban Pelaku Usaha tidak
terbukti konsumen lalai dalam memberikan PIN-nya kepada pihak lain.”
c. Pertimbangan hukum BPSK Kota Medan butir 11 dan butir 12.
Butir 11 menyatakan ”Menimbang seyogianya Pelaku Usaha tetap
melakukan pengawasan sedemikian rupa menjaga terhadap pihak yang
tidak bertanggung jawab terhadap mesin ATM, karena pengakuan Pelaku
Usaha juga mengatakan bahwa ATM di lokasi SPBU Sekata telah
dibongkar oleh orang yang tidak dikenal yang diketahui oleh Pelaku
57
Usaha pada hari Seninnya yaitu tanggal 15 Oktober 2012 dan kuncinya
juga sudah rusak”;
Butir 12 menyatakan: ”Menimbang pengakuan Pelaku Usaha
bahwa mesin ATM tempat kartu ATM Konsumen tertelan dibongkar
orang, untuk itu kerugian Konsumen adalah tanggung jawab Pelaku
Usaha dan setidak-tidaknya Pelaku Usaha harus mencari orang yang
tertera pada CCTV-nya melalui pihak yang berwajib tanpa melepaskan
tanggung jawabnya”;
d. Pertimbangan BPSK Kota Medan butir 13 menyatakan:
“Menimbang, Majelis telah membantu Pelaku Usaha untuk
memanggil saksi ahli dari Bank Indonesia berdasarkan surat BPSK
Nomor: 969/ BPSK-Mdn/1/2013 tanggal 28 Januari 2013 namun saksi
ahli ditunggu pada saatnya yaitu tanggal 17 Februari 2013 tidak datang
hadir ke persidangan dan Pelaku Usaha juga tidak berusaha
menghadirkan saksi ahlinya sehingga Majelis memeriksa sengketa ini
berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,
jelas Pelaku Usaha tidak berdaya membuktikan kesalahan Konsumen”;
e. Pertimbangan BPSK Kota Medan butir 14 menyatakan:
”Menimbang Konsumen telah mengadukan perkara a quo ke pihak
yang berwajib namun BPSK tidak perlu menunggu pengaduan kepolisian
Konsumen seyogianya Pelaku Usaha mengadukan hal ini kepada pihak
berwajib atas hilangnya uang nasabah”;
f. Pertimbangan BPSK Kota Medan Butir 16 menyatakan:
58
”Menimbang Pelaku Usaha memuat informasi keliru atau tidak
tepat terhadap informasi nomor 061-68738765 Call Centre yang dipasang
di mesin ATM dan Pelaku Usaha wajib menjaga keamanan mesin ATM
secara periodik, namun pengawasan yang dilakukan Pelaku Usaha
terhadap mesin ATM belum menjamin keamanan dana konsumen,
sehingga kerugian konsumen menjadi tanggung jawab Pelaku Usaha atas
kelalaian Pelaku Usaha dalam menjalankan usahanya berdasarkan Pasal
19 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen”;
Berdasarkan putusan diatas dikarenakan tidak terdapat kesepakatan
antara kedua belah pihak. Bank Mandiri melalui kuasa hukumnya Eka
Setiawan, S.H, Mengajukan gugatan pembatalan ganti rugi ke Pengadilan
Negeri Medan.
Pada tanggal 8 Juli 2013 Pengadilan Negeri Kota Medan yakni
Putusan Nomor 117/Pdt.G/2013/PN.Mdn., mengelurkan petitum dalam
gugatannya sebagai berikut :4
1. Mengabulkan permohonan Pemohon sebahgian;
2. Menyatakan putusan Arbitrase BPSK Kota Medan tanggal 14 Pebruari 2013
Nomor 77/PEN/BPSK-MDN/2012 batal dan tidak berkekuatan hukum;
3. Menolak gugatan selain dan selebihnya;
4. Membebankan biaya perkara kepada Termohon sebesar Rp.171.000,00
(seratus tujuh puluh satu ribu rupiah);
4 Mahkamah Agung Republik Indonesia, Putusan Nomor: 266 K/Pdt.sus-Bpsk/2014(
tanggal 3 juli 2017) h. 15
59
B. Isi Putusan Mahkamah Agung
Pada tanggal 27 Agustus 2014 Hakim Mahkahmah agung
menimbang bahwa berdasarkan bukti adanya transaksi pada tanggal 13 dan 14
oktober 2012. berdasarkan bukti tersebut hal yang telah dikatakan oleh
konsumen menjadi terbantahkan, karena transaksi terlaksana sempurna dan
normal karena kartu ATM dan PIN sesuai, padahal PIN sifatnya rahasia dan
sangat professional.
Bahwa ada pihak lain yang mengetahui, sadar atau tidak Konsumen
telah memberitahukan PIN nya kepada pihak lain; Bahwa pengamanan PIN
telah diberitahu berdasarkan ketentuan kepada nasabah (bukti PU-1/P-2, PU-
3/P-4) dan dikatakan bahwa Bank dengan cara apapun tidak bertanggungjawab
atas penyalahgunaan PIN tersebut;
Bahwa lagi pula alasan-alasan kasasi lainnya mengenai penilaian
hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana
tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi, karena
pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan adanya kesalahan
penerapan hukum, adanya pelanggaran hukum yang berlaku, adanya kelalaian
dalam memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan
perundangundangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan
yang bersangkutan atau bila pengadilan tidak berwenang atau melampaui batas
wewenangnya sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 30 Undang Undang
Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang Undang
60
Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang Undang Nomor 3
Tahun 2009;
Dengan Pertimbangan judex facti dalam mengeluarkan putusan kasasi,
Mahkamah Agung dengan Putusan Nomor 266 K/Pdt.Sus-BPSK/2014
mengeluarkan Petitum sebagai berikut :
1. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/Pemohon Keberatan:
EVIE YULISNAWATY HARAHAP tersebut;
2. Menghukum Pemohon Kasasi/Termohon Keberatan untuk membayar
biaya perkara pada tingkat kasasi yang ditetapkan sebesar Rp500.000,00 (lima
ratus ribu rupiah);
Namun yang patut dipertanyakan disini adalah kedudukan hukum,
bukti, dan landasan hukum yang digunakan oleh mahkamah agung. Beberapa
landasan Hukum yang seharusnya menjadi pertimbangan Hakim dalam
perkara ini antara lain PBI nomor 16/1/PBI/14 khususnya pasal 10 dan pasal
19,UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan Konsumen Pasal 28 telah
menyatakan bahwa pembuktian terhadap ada tidaknya unsur kesalahan
konsumen dalam gugatan ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam pasal 19,
pasal 22 dan pasal 23 merupakan beban dan tanggung jawab Pelaku Usaha.
Kemudian Mahkamah agung juga tidak mempertimbangkan sistem penjagaan
yang mana tanpa adanya petugas (Satpam), nomor tidak resmi pada monitor
ATM, Pembongkaran ATM, bukti CCTV dan saksi ahli (Bank Indonesia dan
lainnya)dalam gugatan ini.
61
C. Analisis Putusan Hakim
Putusan-Putusan Perkara Perbankan khususnya mengenai Konsumen
Pengguna Kartu ATM dapat dijadikan gambaran dalam memutuskan Perkara
antara Nasabah dan Bank. Dalam hal ini adalah mengenai Pertimbangan
Hakim dalam memutuskan Pembatalan ganti rugi yang dialami konsumen. Hal
ini sangat Penting mengingat Hilangnya dana yang dialami konsumen
dikarenakan Kartu ATM tertelan adalah bukan kesalahan dari pihak Konsumen
melainkan Pihak Penyedia ATM yakni Bank yang lemah dalam sistem
keamanan.
Lemahnya sistem keamanan dan kenyamanan yang disediakan pelaku
usaha antara lain dengan adanya nomor telepon lain yang ada pada monitor
tempat konsumen melakukan Penarikan ATM.,Adanya Pembongkaran ATM
ditempat yang sama dua hari setelah konsumen melakukan Penarikan, tidak
terdapatnya Saksi ahli dalam yakni Bank Indonesia maupun saksi ahli lain dan
tidak tersedianya S atpam atau Kepolisian dalam Penjagaan ATM tempat
nasabah melakukan Penarikan .
Untuk memutuskan Perkara Kerugian Konsumen Pengguna Kartu ATM,
Hakim harus mempertimbangkan Yurisprudensi yang dapat membantu hakim
dalam memutuskan perkara yang belum jelas. Yurisprudensi adalah keputusan
hakim-hakim terdahulu untuk menghadapi suatu perkara yang tidak diatur
didalam UU dan dijadikan sebagai pedoman bagi para hakim yang lain untuk
menyelesaikan suatu perkara yang sama. Hal ini guna tercapainya suatu
keadilan, keseimbangan dan kepastian hukum.
62
Pada kasus ini Hakim Mahkamah Agung dalam memutuskan Perkara
antara Bank dan Konsumen yaitu Judex jurix keliru dalam menerapkan hukum
yaitu dengan pertimbangan tentang:
1. Teori hukum
Pertama, berlandaskan dengan Teori Progresif Satjipto Rahardjo
yang mana menempatkan suatu kepentingan dan kebutuhan
rakyat/masyarakat masyarakat sebagai titik orientasinya. Maka ia harus
memiliki kepekaan terhadap persoalan-persoalan yang timbul dalam
masyarakat. Bahwa hukum itu selalu berubah-ubah maju sesuai dengan
berjalannya waktu. Dalam hal ini Hak-Hak Konsumen dalam menghadapi
persoalan-persoalan yang timbul seharusnya lebih diperhatikan sehingga
terciptanya keadilan dan Kepastian hukum.
Kedua, Berlandaskan pada teori hukum Social Engineering Prof.
Roscue Pound yakni Perubahan hukum dapat memengaruhi perubahan
sosial sejalan dengan salah satu fungsi hukum, yakni fungsi hukum sebagai
sarana perubahan sosial atau sarana rekayasa masyarakat (social
engineering)5. Dalam hal ini dengan diterapkannya beberapa landasan
hukum antara lain UU Perlindungan Konsumen (UU nomor 8 tahun 1999) ,
PBI NOMOR 16/1/PBI/2014 tentang Perlindungan Konsumen jasa sistem
pembayaran, diharapkan dapat memberikan perubahan sosial terhadap
masyarakat sehingga menjanjikan suatu kenyamanan bagi kehidupan
5 Munir, Fuady, Teori-Teori Besar Dalam Hukum, cet ii (Jakarta: Kencana, 2013) hal 245
63
masyarakat. Namun realitanya Peraturan yang melindungi Konsumen yang
spesifikasinya Konsumen Perbankan masih memprihantikan.
Ketiga, Berlandaskan pada teori hukum Utilitarianisme Jeremi
Bentham yakni hukum bertujuan untuk memberikan kemanfaatan dan
kebahagiaan terbesar kepada sebanyak-banyaknya orang.6 Dalam hal ini
hukum tersebut harus memberikan perlindungan bagi setiap individu
(konsumen) maupun Pelaku usaha (Bank) sehingga terciptanya
keseimbangan hukum. yang mana tidak terdapat pihak yang lebih
diuntungkan ataupun dirugikan.
Dalam Perkara ini Konsumen tidak mendapatkan hak- hak yang
semestinya dalam landasan UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang
perlindungan Konsumen pasal 4 khususnya hak atas kenyamanan dan
kemanan,hak atas informasi yang benar dan hak untuk mendapat
kompensasi ganti rugi apabila apabila barang dan jasa tidak sesuai dengan
perjanjian.. Kemudian pasal Pasal 28 yaitu pembuktian terhadap ada
tidaknya unsur kesalahan konsumen dalam gugatan ganti rugi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 19, pasal 22 dan pasal 23 merupakan
beban dan tanggung jawab Pelaku Usaha.
2. Adanya Itikad tidak baik
Dalam hal ini Hakim Mahkamnah Agung tidak memperhatikan
adanya itikad tidak baik pelaku usaha dalam menghilangkan alat bukti.
6 Business–law.binus.ac.id diakses pada tanggal 3 juli 2017 dari http://business-
law.binus.ac.id/2016/06/30/utilitarialisme-dan-tujuan-perkembangan-hukum-multimedia-di-
indonesia/
64
Yakni saat membuktikan nomor Call Center salah yang dilihat atau diklik
pada layar monitor pada mesin ATM yakni nomor 061-6873 8765, yang
mana saat Majelis BPSK mengadakan sidang lapangan, Mesin ATM
tersebut sudah berbeda dan datanya tidak up date lagi. Maka jelas
membuktikan mesin ATM tersebut telah dibongkar dengan demikian
diganti.
Kemudian Mengenai Prinsip Tanggung jawab dalam mencari data
penerima trasfer yang diperoleh dari rekening koran Tabungan Bisnis
tanggal 13 Oktober 2012 pada waktu 07:59:09 – 14 Oktober 2012 pada
waktu 05:04:41 terdapat transaksi sebesar Rp76.800.000,00, dengan Nama
Penerima,lokasi, Jumlah Transfer dan Jumlah Penarikan.
Sedangkan berlandaskan dengan pasal 10 PBI No 16/1/PBI/2014
tentang perlindungan konsumen jasa sistem pembayaran menyatakan bahwa
“Penyelenggara wajib bertanggung jawab kepada Konsumen atas kerugian
yang timbul akibat kesalahan pengurus dan pegawai Penyelenggara”dan
Pasal 19 menyatakan “Penyelenggara wajib menindaklanjuti dan
menyelesaikan pengaduan yang disampaikan oleh Konsumen.”
3. Tanpa Alat bukti
Alat bukti yang diakui secara enumeratif adalah dalam pasal 1866 dan pasal
164 HIR, yang terdiri dari :
a.Bukti tulisan
b.Bukti dengan saksi
c.Persangkaan
65
d.Pengakuan
e. Sumpah7
f. Pemeriksaan setempat
g. Keterangan Ahli8
Dalam hal ini Hakim Agung dalam memutus perkara ini tanapa
adanya alat bukti. Hakim hanya berlandaskan pada Pernyataan pelaku usaha
/Bank yang menyatakan patut diduga konsumen telah menyebarkan Pin
ATM dikarenakan adanya menelepon kepada Call Center yang salah. Yang
mana diakibatkan kelalaian pengurus yang menempelkan nomor pada layar
monitor ATM. Namun pada faktanya konsumen tidak membocorkan PIN
ATM tersebut.
Kemudian menurut pernyataan Bank bahwa konsumen telah diminta
untuk menekan *5299* dan memasukkan nomor record terakhir lalu
menekan # yang mana tidak berhasil. Alasan yang diberikan Bank tersebut
juga merupakan alasan yang tidak bermanfaat karena nomor tersebut tidak
terdapat fakta dapat membocorkan pin ATM .Karena bagaimanapun yang
mengetahui perihal sistematika dalam melakukan Pengulangan dan
Pembocoran PIN ATM hanyalah pihak Bank.
Saksi Ahli khususnya pihak BI (Bank Indonesia) yang diminta
konsumen untuk menjadi saksi ahli di persidangkan pun tidak dihadirkan
dengan alasan berdasarkan alat-alat bukti Termohon Kasasi/Bank sudah
terjawab dan terbukti perkara ini bagaimana raibnya uang konsumen/
7 Yahya, Harahap, Hukum Acara Perdata (Jakarta: Sinar Grafika, 2005) h. 556 8 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia (Yogyakarta: Universitas
Atma Jaya, 2010) h. 272
66
nasabah yang disimpan pada Pelaku Usaha, untuk itu beralasan perkara a
quo adalah wewenang BPSK karena adanya pembuktian terbalik.
D. Implikasi Putusan Mahkamah Agung terhadap Lembaga Perbankan dan
Konsumen
Sengketa ganti rugi antara Bank dan Konsumen pengguna kartu ATM
diselesaikan di Mahkamah Agung dengan putusan nomor 266 K/pdt.Sus-
BPSK/2014 dan telah berkekuatan hukum tetap. Dalam kasus ini perkara
antara Perbankan dan konsumen menyatakan bahwa menolak permohonan
kasasi yang diajukan oleh konsumen dan menghukum pemohon kasasi
/konsumen untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.500.000,00.Dengan kata
lain hukuman yang dijatuhkan masih yang terdapat pada putusan Pengadilan
Negeri Medan nomor 117/Pdt.G/2013/PN.Mdan yakni membatalkan putusan
arbitrase BPSK Kota Medan yang menyatakan pelaku usaha dihukum untuk
mengganti kerugian konsumen.
Namun Peneliti tidak sepakat dengan Pertimbangan Hakim Mahkamah
Agung yang menyatakan bahwa terdapat pihak lain yang mengetahui, sadar
atau tidak konsumen telah memberitahukan PIN ATM nya kepada pihak lain.
Bahwa pengamanan pin telah diberitahu berdasakan ketentuan kepada nasabah
saat pembuatan rekening. Dengan klausul perjanjian pembukaan rekening
sebagai berikut:
“Ketentuan-ketentuan tersebut telah disampaikan dan dijelaskan oleh
Pemohon kepada Termohon dan Termohon menyatakan telah mengerti dan
67
memahami segala konsekuensi penggunaan Tabungan Bisnis Mandiri dan
ATM Mandiri termasuk manfaat, risiko dan biaya-biaya yang menjadi
tanggung jawab Termohon sebagai pemegang rekening. Hal tersebut perlu
disampaikan oleh Pemohon karena segala akibat penyalahgunaan Kartu dan
Personal Identification Number (PIN) ATM Termohon menjadi tanggung
jawab Termohon dan bukan tanggung jawab Pemohon”
Dapat disimpulkan bahwa Bank harus bertanggung jawab pada kerugian
yang dialami konsumen. Karna faktanya tidak terdapat bukti bahwa
Konsumen telah melakukan penyalahgunaan kartu dan Pin ATM kepada pihak
lain.. Kemudian peristiwa Kartu ATM tertelan dan pembongkaran juga bukan
kesalahan dari konsumen.
Disisi lain Penulis juga sepakat dengan Putusan Arbitrase BPSK yang
menghukum pelaku usaha untuk mengganti dana konsumen sebanyak
Rp.76.800.000,00 Pada tanggal 14 Februari 2013. Putusan tersebut
berlandaskan pada fakta persidangan antara lain :
a. Tidak ada bukti konsumen ada memberikan nomor PIN-nya saat kartu
ATM-nya tertelan tersebut kepada pihak lain atau pelaku.
b. Kedua pengakuan Pelaku Usaha bahwa mesin ATM tempat kartu ATM
Konsumen tertelan dibongkar orang, untuk itu kerugian Konsumen adalah
tanggung jawab Pelaku Usaha dan setidak-tidaknya Pelaku Usaha harus
mencari orang yang tertera pada CCTV-nya melalui pihak yang berwajib
tanpa melepaskan tanggung jawabnya.
68
c. Ketiga, Pelaku Usaha juga tidak berusaha menghadirkan saksi ahlinya
sehingga Majelis memeriksa sengketa ini berdasarkan UU Nomor 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen, jelas Pelaku Usaha tidak berdaya
membuktikan kesalahan Konsumen. Dan
d. keempat Pelaku Usaha memuat informasi keliru atau tidak tepat terhadap
informasi nomor 061-68738765 Call Centre yang dipasang di mesin ATM
dan Pelaku Usaha wajib menjaga keamanan mesin ATM secara periodik,
namun pengawasan yang dilakukan Pelaku Usaha terhadap mesin ATM
belum menjamin keamanan dana konsumen, sehingga kerugian konsumen
menjadi tanggung jawab Pelaku Usaha atas kelalaian Pelaku Usaha dalam
menjalankan usahanya berdasarkan Pasal 19 UU Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen”;
Adanya putusan Mahkamah Agung nomor 266K/Pdt.sus-BPSK-
2014 memberikan dampak bagi konsumen agar lebih berhati-hati lagi jika
terjadi peristiwa Kartu ATM tertelan pada mesin ATM. Karena jika terjadi
kehilangan dana dalam rekening konsumen pihak Bank tidak akan
bertanggung jawab walaupun tidak terdapat alat bukti penyalahgunaan
kartu/Pin ATM. Konsumen juga diminta untuk lebih memperhatikan nomor
call center resmi dari pihajk pelaku usaha walaupun terdapat nomor lain
yang terdapat dimonitor mesin ATM.
Selain itu bagi pihak Bank dituntut untuk lebih memperhatikan
sistem keamanan di setiap lokasi ATM khususnya Lokasi tempat konsumen
melakukan penarikan dana. Dikhawatirkan dengan maraknya kasus
69
kehilangan dana pada kartu ATM ini mengurangi tingkat kepercayaan
masyarakat kepada pihak Bank khususnya Bank Mandiri. Karena
Bagaimanapun kepuasan Nasabah adalah prioritas Bank. Diharapkan Bank
juga lebih melindungi kepentingan nasabah terutama yang terdapat dalam
pasal 19 dan pasal 28 UU nomor 8 tahun 1999 yaitu mengenai pembuktian
mengenai tidak adanya unsur kesalahan konsumen.
Islam juga mengatur mengenai substansial yang demikian dalam
surah Al-anfaal ayat 58 yang berbunyi :
م على سواء إن الله لا يحبالخائنين وإما تخافن من قوم خيانة فانبذ إليه
Artinya “Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu
golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara
yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berkhianat.”
1
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. PBI Nomor 16/1/PBI/2014 tentang Perlindungan konsumen jasa sistem
Pembayaran telah melindungi Hak- Hak konsumen Pengguna Kartu ATM.
Terutama pasal 10 yang menyatakan Pasal 10 “Penyelenggara wajib
bertanggung jawab kepada Konsumen atas kerugian yang timbul akibat
kesalahan pengurus dan pegawai Penyelenggara” dan Pasal 19 yang
menyatakan Pasal 19 “Penyelenggara wajib menindaklanjuti dan
menyelesaikan pengaduan yang disampaikan oleh Konsumen.”
2. Dalam melindungi Hak-Hak konsumen Pengguna Kartu ATM terdapat
beberapa lembaga terkait antara lain : BPKN(Badan Perlindungan
Konsumen Nasional, LPKSM (Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya
Masyarakat), BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen), Bank
Indonesia, YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia), Bank
Indonesia, OJK(Otoritas Jasa Keuangan) dan lainnya. Terkait dengan
Perkara ini, lembaga yang sangat berperan penting adalah lembaga BPSK.
Dengan adanya lembaga BPSK, konsumen dapat mengajukan suatu perkara
yang mana memperhatikan konsumen dalam posisi yang lemah namun tetap
mengacu pada asas Keadilan. Dalam realitanya pada kasus ini BPSK
2
memutuskan suatu perkara dengan Petitum yang menyatakan bahwa
“Menerima pengaduan Konsumen” dan “Menghukum Pelaku usaha untuk
menggantikan dana konsumen sebesar Rp76.000.000,00 (Tujuh puluh enam
juta delapan ratus ribu rupiah)”
3. Putusan nomor 266 K/Pdt.Sus-BPSK/2014 sangat tidak sesuai dalam
melindungi Hak-Hak konsumen. Yang mana dalam Perkara sengketa yakni
Kartu ATM tertelan ini terdapat 3 putusan. Pertama Putusan BPSK, putusan
PN dan putusan Mahkamah Agung. Pertimbangan Hakim Mahkamah
Agung tersebut seyogyanya lebih memperhatikan bentuk Tanggung Jawab
pelaku usaha dalam melakukan pengawasan sedemikian rupa terhadap pihak
yang tidak bertanggung jawab terhadap mesin ATM, karena pengakuan
pelaku usaha mengatakan bahwa ATM di lokasi SPBU sekata telah
dibongkar oleh orang yang tidak diketahui oleh pelaku usaha pada hari
seninnya atau dua hari setelah peristiwa ini terjadi tepatnya tanggal 15
oktober 2012 dan kuncinya juga rusak. untuk itu kerugian konsumen adalah
tanggung jawab pelaku usaha yang harus mencari orang yang tertera pada
CCTVnya melalui pihak yang berwajib tanpa melepaskan
tanggungjawabnya. Fakta dalam persidangan tidak ada bukti konsumen
memberikan nomor PIN nya saat kartu ATM nya tertelan tersebut kepada
pihak lain, karena nomor PIN adalah sangat personal. Tingkat
pengamanannya terhadap pengawasan PIN konsumen pada Bank mandiri
pun tidak cukup tinggi. Sehingga terdapat celah bagi pihak lain untuk
melakukan pemindahbukuan dana.
3
a. Saran
1. Diperlukan adanya pengaturan perlindungan hukum terhadap konsumen
Pengguna Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang tertelan dimesin ATM
oleh pihak Bank sebagai pelaku usaha.
2. Diperlukan adanya Pergantian/Penambahan Klausula yang jelas antara
Pihak Bank dan Nasabah, sehingga tidak bersifat Multitafsir.
3. Diperlukan adanya Pembuktian pertimbangan hukum Hakim yang
Anjungan Tunai Mandiri (ATM) nya tertelan di mesin ATM pada putusan
Mahkamah Agung No 266 K/Pdt.SUS-BPSK/2014
4
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Agus, Budi Riswandi. Aspek Hukum Internet Banking. Jakarta: PT. Raja
Gravindo Persada, 2005.
Amiruddin dan Asikin, Zainal. Pengantar metode penelitian Hukum. Cet.VII.
Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Barkatullah, Abdul Hakim. Hak-Hak konsumen. Bandung: Nusa media, 2010.
Canal, Jordi. Universal Banking Internasional Comparasons and Theorical
Perspectives. Oxford: Clarendon Press, 1997.
Djaslim, Saladin. Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran Bank. Bandung: Linda
Karya, 1994.
Fitriono,Riska Andi dkk. Penegakan Hukum Malpraktik Melalui Pendekatan
Mediasi Penal. Surakarta: Yustisia, 2016.
Fuady, Munir. Pengantar Hukum Bisnis. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2013.
Fuady, Munir. Teori-Teori Besar Dalam Hukum. Cet ii. Jakarta: Kencana, 2013.
Harahap, Yahya. Hukum Acara Perdata. Jakarta: Sinar Grafika, 2005.
Harahap, Yahya. Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan
Penyelesaian Sengketa. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997.
Hermansyah. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana, 2011.
5
Ibrahim, Johannes. Kartu Kredit. Bandung: PT. Refika aditama, 2004.
Kasmir. Dasar-Dasar Perbankan. Cet 10. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2012.
Mertokusumo, Sudikno. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya, 2010.
Miru, Ahmadi, dkk. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2004.
Miru, Ahmadi. Prinsip-prinsip Perlindungan Hukum bagi konsumen di Indonesia.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011.
Sidabalok, Janus. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2006.
Subekti. Hukum Perjanjian. Jakarta: Intermasa, 2010.
Susilo, Sri, dkk. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat,
2000.
Sutedi, Adrian. Tanggung Jawab Produk Dalam perlingan konsumen. Bogor:
Galia Indonesia, 2008.
Sembiring, Sentosa. Hukum Perbankan. Bandung: CV Mandar Maju, 2008.
Tanya, Bernard, dkk. Teori hukum. C et IV. Yogyakarta: Genta Publishing, 2013.
Waluyo, Bambang. Penelitian hukum dan Praktek. Cet. IV. Jakarta: Sinar
Grafika, 2008.
6
Zulham. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2013.
Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/1/PBI/2014 tentang Perlindungan Konsumen
Jasa Sistem Pembayaran.
Putusan Mahkamah Agung
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Putusan Nomor: 266 K/Pdt.Sus-
BPSK/2014
Mahkamah Agung Republik Indonesia Putusan Nomor 40/Pdt.G/2015/PN.Mad.
Internet
Law, Business. dari http://business-law.binus.ac.id/2016/06/30/utilitarialisme-
dan-tujuan-perkembangan-hukum-multimedia-di-indonesia/
Mandiri, Bank. tentang kami, diakses pada 18 Juni 2017 di
http://www.bankmandiri.co.id/corporate01/about_our.asp
Neraca, diakses pada 18 Juni 2017 di
http://www.neraca.co.id/article/80229/keluhan-layanan-perbankan-
mendominasi-di-2016
Prasxo.Wordpress, “Hak Konsumen”, diakses pada tanggal 8 Maret 2017 dari
https://www.google.co.id/ampls/prasxo.wordpress.com/2011/04/29/ha
k-konsumen/amp/
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
P U T U S A NNomor 266 K/Pdt.Sus-BPSK/2014
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
M A H K A M A H A G U N G
memeriksa perkara perdata khusus sengketa konsumen pada tingkat kasasi memutuskan
sebagai berikut dalam perkara antara:
EVIE YULISNAWATY HARAHAP, bertempat tinggal di Jalan Stella
IV Nomor 27, Tanjung Sari, Medan, sebagai Pemohon Kasasi dahulu
Termohon Keberatan/Konsumen;
m e l a w a n
PT. BANK MANDIRI (Persero) Tbk, berkedudukan di Taman
Setiabudi, Jalan Cactus Raya Blok K Nomor 36 G, Kota Medan, dalam
hal ini memberi kuasa kepada Eka Setiawan, S.H., karyawan pada PT.
Bank Mandiri (Persero), berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 25
Februari 2013, sebagai Termohon Kasasi dahulu Pemohon Keberatan/
Pelaku Usaha;
Mahkamah Agung tersebut;
Membaca surat-surat yang bersangkutan;
Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang Termohon
Kasasi dahulu sebagai Pemohon Keberatan telah mengajukan keberatan terhadap
Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Nomor 77/PEN/BPSK-MDN/2012
tanggal 14 Februari 2013 yang amarnya sebagai berikut:
• Menerima pengaduan Konsumen;
• Penghukum Pelaku Usaha untuk menggantikan dana Konsumen sebesar
Rp76.800.000,00 (tujuh puluh enam juta delapan ratus ribu rupiah)
Bahwa, terhadap amar Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
tersebut, Pemohon Keberatan telah mengajukan keberatan di depan persidangan
Pengadilan Negeri Medan yang pada pokoknya sebagai berikut:
a Pada tanggal 3 Januari 2012, Termohon telah mengajukan permohonan
pembukaan rekening Tabungan Bisnis kepada Pemohon melalui Cabang Medan
Taman Setiabudi dengan mengisi formulir/aplikasi pembukaan rekening dana
non perorangan atas nama CV Sahara Travel;
b Permohonan Termohon tersebut di atas dapat dipenuhi oleh Pemohon dengan
membuka Rekening Tabungan Bisnis atas nama CV. Sahara Travel nomor
rekening 105 – 00 – 1076534 – 9;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
c Pada saat pembukaan rekening Tabungan Bisnis tersebut, Termohon telah
mendapatkan Kartu ATM Mandiri Instan Nomor 461699460054927 yang
digunakan untuk bertransaksi melalui mesin ATM Pemohon/Pelaku Usaha atau
mesin ATM dari bank lain yang bekerjasama dengan Pemohon/Pelaku Usaha.
Disamping itu Termohon/Konsumen juga memperoleh buku Tabungan Bisnis
Mandiri dengan nomor seri AA 0848535;
d Sebagai pemegang rekening Tabungan Bisnis Mandiri yang memperoleh Kartu
ATM Mandiri, Pemohon telah menyampaikan kepada Termohon ketentuan-
ketentuan penting dan krusial yang harus diperhatikan dan dipedomani oleh
Termohon sebagaimana yang tertuang dalam:
1 Syarat dan Ketentuan Penggunaan Mandiri Debet (kartu ATM
Mandiri);
2 Ketentuan dan syarat khusus Rekening Mandiri Tabungan;
3 Syarat-syarat Umum Pembukaan Rekening;
e Ketentuan-ketentuan tersebut telah disampaikan dan dijelaskan oleh Pemohon
kepada Termohon dan Termohon menyatakan telah mengerti dan memahami
segala konsekuensi penggunaan Tabungan Bisnis Mandiri dan ATM Mandiri
termasuk manfaat, risiko dan biaya-biaya yang menjadi tanggung jawab
Termohon sebagai pemegang rekening. Hal tersebut perlu disampaikan oleh
Pemohon karena segala akibat penyalahgunaan Kartu dan Personal Identification
Number (PIN) ATM Termohon menjadi tanggung jawab Termohon dan bukan
tanggung jawab Pemohon;
f Demi keamanan dan a dalam rekening, Pemohon/Pelaku Usaha selalu
mengingatkan Termohon/Konsumen pemegang kartu ATM untuk menjaga
dengan baik kartu ATM dan PIN ATM-nya supaya tidak diketahui pihak
manapun, termasuk pihak Bank/karyawan Bank, karena dua alat/infrastruktur
tersebut adalah sarana utama dan merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan untuk mengakses dana dalam rekening Konsumen melalui mesin
ATM. Dengan pemahaman bahwa jikapun ada pihak ketiga yang tidak
bertanggung jawab menemukan kartu ATM, namun yang bersangkutan tidak
mempunyai informasi mengenai nomor PIN nasabah sebagaimana ter-record di
dalam data chip pada kartu ATM, maka pihak ketiga tersebut tidak akan pernah
mampu dan tidak dapat melakukan transaksi pada rekening nasabah yang kartu
ATM-nya telah diketemukannya tersebut. Demikian pula sebaliknya jika
terdapat pihak ketiga mengetahui nomor PIN nasabah tetapi pihak ketiga tidak
Hal. 2 dari 20 hal. Put. No. 266 K/Pdt.Sus-BPSK/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
akan pernah mampu untuk mengakses/melakukan transaksi dalam rekening
nasabah tersebut. Sistem dan mekanisme ini berlaku secara umum dan universal
dalam dunia perbankan manapun;
g Bahwa dengan demikian maka Pemohon telah melaksanakan kewajiban yang
diamanahkan oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, yaitu:
1 Memberi pengamanan yang memadai terhadap dana Konsumen in casu
Termohon yang ada dalam rekening Tabungan Bisnis dengan meminta
Konsumen untuk membuat PIN ATM yang hanya diketahui oleh
Konsumen dan tidak diketahui oleh pihak lain termasuk Pemohon/Pelaku
Usaha dan karyawan/petugas Pemohon/Pelaku Usaha;
2 Memberikan edukasi, penjelasan dan senantiasa mengingatkan kepada
seluruh nasabah termasuk Termohon/Konsumen untuk tetap menjaga PIN
dan kartu ATM dengan baik dan jangan sampai PIN dan kartu ATM
tersebut jatuh ke tangan pihak yang tidak bertanggung jawab;
1 Bahwa pada tanggal 15 Oktober 2012, Termohon datang ke kantor Pemohon di
Cabang Medan Setiabudi dengan menyampaikan pengaduan adanya mutasi dana
dalam rekening Tabungan Bisnis atas nama CV. Sahara Travel sebesar
Rp78.000.000,00 yang ditarik secara tunai dan sebagian lagi ditransfer/
dipindahbukukan ke rekening lain yaitu rekening di Bank BRI dan rekening di
Bank Mandiri yang menurut pengakuan tidak dilakukan oleh Termohon;
2 Atas pengaduan Termohon tersebut, Pemohon telah melakukan langkah-langkah
untuk membantu Termohon, antara lain melakukan pemblokiran rekening
Termohon dan mencetak rekening koran Tabungan Bisnis Termohon untuk
mengetahui transaksi-transaksi yang diadukan oleh Termohon. Berdasarkan
cetakan rekening koran dapat diketemukan transaksi-transaksi pada rekening
Termohon dengan jumlah total sebesar Rp76.800.000,00 yang tidak diakui
dilakukan Termohon. Transkasi tersebut adalah sebagai berikut:
a Pada tanggal 13 Oktober 2012, di rekening nasabah terdapat transaksi
sebagai berikut:
Waktu Transaksi Lokasi ATM
Jenis Transaksi
07:59:09 SPBU Flamboyan Tarik Tunai Rp1.250.000,00
07:59:34 SPBU Flamboyan Tarik Tunai Rp1.250.000,00
Hal. 3 dari 20 hal. Put. No. 266 K/Pdt.Sus-BPSK/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
08:00:02 SPBU Flamboyan Tarik Tunai Rp1.250.000,00
08:00:56 SPBU Flamboyan Tarik Tunai Rp1.250.000,00
08:01:32 SPBU Flamboyan Tarik Tunai Rp1.250.000,00
08:01:57 SPBU Flamboyan Tarik Tunai Rp1.250.000,00
08:02:20 SPBU Flamboyan Tarik Tunai Rp1.250.000,00
08:04:19 SPBU Flamboyan Transfer ke Rekening BRI a/n Muhadi Wiyono Rp10.000.000,00
08:09:05 SPBU Flamboyan Transfer ke Rekening Bank Mandiri a/n Jahiras Parlindungan Rp10.000.0000,00
08:38:31 SPBU Setiabudi Transfer ke Rekening Bank Mandiri a/n Yopie Rinaldi Ritonga sebesar Rp20.000.000,00.
09:28:32 SPBU Petronas Setiabudi
Transfer ke Rekening Mandiri s/n Yopie Rinaldi Ritonga sebesar Rp10.000.000,00.
09:29:22 SPBU Petronas Setiabudi
Transfer ke Rekening Mandiri s/n Yopie Rinaldi Ritonga sebesar Rp10.000.000,00.
b Pada tanggal 14 Oktober 2012 di rekening nasabah terdapat transaksi sebagai
berikut:
Waktu Transaksi Lokasi ATM
Jenis Transaksi
04:43:38 Medan Eric Travel Tarik tunai Rp2.500.000,0004:44:04 Medan Eric Travel Tarik tunai Rp2.500.000,0004:44:36 Medan Eric Travel Tarik tunai Rp2.000.000,0004:45:11 Medan Eric Travel Tarik tunai Rp1.000.000,0005:02:34 - Menerima transfer masuk
dari Rekening Mandiri a/n Yopie Rinaldi sebesar Rp10.000.000,00
05:03:01 Iskandar Muda – 2 Tarik tunai sebesar Rp2.000.000,00
05:04:41 Iskandar Muda – 2 Transfer ke rekening BRI
Hal. 4 dari 20 hal. Put. No. 266 K/Pdt.Sus-BPSK/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Nomor Rek. 383201026060531 a.n. Loinar Maria Oktavia sebesar Rp8.000.000,00
c Bahwa sesuai record/rekam jejak transaksi yang terdata pada Pemohon,
transaksi-transaksi tersebut dilakukan melalui mesin ATM dengan
menggunakan Kartu ATM dan PIN milik dan seharusnya hanya diketahui
oleh Termohon sehingga dikatagorikan sebagai transaksi yang sah dan
sukses;
d Disamping langkah-langkah tersebut di atas, Pemohon juga menggali
keterangan dari Termohon atas transaksi-transaksi yang dilakukan Termohon
sebelum tanggal 13 dan 14 Oktober 2012 dan diperoleh pengakuan
Termohon sebagai berikut:
• Pada tanggal 13 Oktober 2012 pukul 07.28 WIB Termohon melakukan
transaksi penarikan tunai melalui mesin ATM Mandiri yang berlokasi di
SPBU Sekata sebesar Rp1.000.000,00. Uang tunai berhasil ditarik akan tetapi
kartu ATM Termohon tidak dapat keluar dari mesin ATM. Kemudian
(menurut Termohon) pada monitor mesin ATM tampil pesan ”ATM Anda
Tertelan Silahkan Hubungi Bank Mandiri Terdekat ”;
• Kemudian Termohon menelpon nomor call centre yang menurut Termohon
merupakan nomor call centre Bank Mandiri yaitu nomor 061-68738765 dan
bukan menelpon nomor 14000 atau (021) 5299-7777 yang merupakan
nomor call centre resmi Bank Mandiri;
• Setelah tersambung di nomor 061-68738765 terjadi pembicaraan antara
Termohon dengan petugas call centre fiktif (karena bukan petugas call centre
Termohon), sehingga diduga kuat dalam pembicaraan tersebut Termohon
secara sadar atau tidak sadar telah menyampaikan kode PIN kepada lawan
bicara yang diteleponnya;
3 Bahwa mendasarkan pada fakta hukum dimana terhadap rekening Termohon
telah dilakukan transaksi dengan menggunakan kartu ATM dan PIN milik
Termohon, maka sangat beralasan dan berdasar fakta bahwa Termohon tidak
memahami atau setidak-tidaknya tidak menyadari atau lalai untuk menghubungi
nomor telepon call centre Pemohon yang resmi;
Hal. 5 dari 20 hal. Put. No. 266 K/Pdt.Sus-BPSK/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
4 Selanjutnya Termohon meminta kepada Pemohon untuk mengembalikan uang
miliknya tersebut sebesar Rp76.800.000,00 Pemohon menolak permohonan
penggantian a quo karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pemohon
melalui sistem dan melalui hasil cetakan rekening koran, transaksi tersebut
merupakan transaksi yang normal, sah dan sukses karena diakses dengan
menggunakan kartu ATM dan PIN yang cocok/match. Karena merasa tidak puas,
Termohon kemudian mengadu kepada BPSK Kota Medan dengan tuntutan agar
Pemohon mengganti uang Termohon;
5 Arbitrase BPSK Kota Medan yang memeriksa pengaduan Termohon telah
menjatuhkan Putusan pada tanggal 14 Februari 2013 Nomor 77/PEN/BPSK-
Mdn/2012 yang menyatakan:
• Menerima pengaduan Konsumen;
• Menghukum Pelaku Usaha untuk menggantikan dana Konsumen sebesar
Rp76.800.000,00 (tujuh puluh enam juta delapan ratus ribu rupiah;
6 Bahwa Pemohon sangat keberatan dengan putusan Arbitrase BPSK Kota Medan
a quo karena dalam menjatuhkan putusan didasarkan pada pertimbangan yang
keliru dan tidak cermat serta tidak didasarkan pada pemahaman yang baik
mengenai transaksi perbankan melalui mesin ATM. Adapun alasan-alasan
keberatan Pemohon dapat disampaikan sebagai berikut:
a Terhadap pertimbangan BPSK Kota Medan butir 7:
Dalam pertimbangan butir 7, BPSK Kota Medan memberikan kesimpulan yang
menyatakan ”... transaksi mana dilakukan dengan cara tunai dan transfer yang
dilakukan oleh orang pada gambar bukti PU-6 pada tanggal 13 Oktober 2012
sampai berjumlah Rp68.750.000,00 dalam tempo 2 dua jam dari jam 07 s/d jam
09, kemudain esoknya lagi waktu dini hari ditarik sebesar Rp28.000.000,00 jelas
transaksi tersebut bukan Transaksi normal kemudian berdasarkan aliran dana dari
bukti PU-5 tersebut pelaku juga mengambil uang nasabah lainnya sehingga bila
ditotal seluruhnya mencapai Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)”;
Bahwa pertimbangan dan kesimpulan BPSK Kota Medan adalah tidak berdasar
hukum, prematur dan gegabah karena tidak menjelaskan landasan maupun
referensi atau pun preseden apa yang mengakibatkan BPSK Kota Medan
menyimpulkan bahwa transaksi tersebut bukan transaksi normal karena fakta
hukumnya transaksi tersebut menggunakan kartu dan PIN yang benar;
Hal. 6 dari 20 hal. Put. No. 266 K/Pdt.Sus-BPSK/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Terhadap pertimbangan BPSK Kota Medan butir 10 yang menyatakan:
”Menimbang, fakta persidangan tidak ada bukti konsumen ada memberikan
nomor PIN-nya saat kartu ATM-nya tertelan tersebut kepada pihak lain atau
pelaku, karena nomor PIN adalah sangat personal dan konsumen tidak akan ingin
dananya hilang untuk memberikan nomor PIN-nya, untuk itu Majelis melihat
bahwa Pelaku Usaha dalam tingkat pengamanannya terhadap pengawasan PIN
Konsumen tidak cukup tinggi. Dan bagaimana Standar Operasi Prosedur
pengamanan yang ada di Bank Mandiri sehingga pihak lain termasuk internal
Bank sendiri dapat melakukannya dengan demikian jawaban Pelaku Usaha tidak
terbukti konsumen lalai dalam memberikan PIN-nya kepada pihak lain.”
Pertimbangan hukum BPSK Kota Medan tersebut keliru, absurd dan sangat
tidak cermat. Hal tersebut didasarkan pada alasan-alasan sebagai berikut :
1 Bahwa Majelis BPSK Kota Medan dalam memeriksa pengaduan
Termohon tidak mempertimbangkan pengakuan Termohon yang telah
menghubungi call center fiktif di nomor 061-68738765 padahal call
centre Bank Mandiri yang resmi adalah di nomor 14000 atau (021)
5299-7777. Termohon beralasan bahwa nomor 14000 selalu sibuk
sehingga Termohon tidak sabar dan melihat stiker yang tertempel di
mesin ATM yang mencantumkan nomor call centre fiktif dan nomor
itulah yang ditelepon;
2 Bahwa setelah tersambung pada nomor call centre fiktif tersebut, ternyata
Termohon telah dipandu oleh ”petugas call centre” (fiktif) dengan dalih
untuk mengeluarkan kartu ATM nya yang ”tertelan”. Dalam pembicaraan
tersebut patut diduga bahwa Termohon telah menyampaikan kode PIN-
nya kepada ”petugas call centre” fiktif dan ternyata kartu ATM
Termohon tetap tidak dapat diambil dari slot mesin ATM. Bahwa isi
pembicaraan antara Termohon dan petugas ”call centre” fiktif tentu saja
hanya mereka berdua yang mengetahui sehingga sangat besar
kemungkinannya Termohon secara sadar atau tidak sadar telah
memberikan kode PINnya kepada pihak lain, karena faktanya rekening
Termohon berhasil diakses dengan kartu ATM dan PIN yang sesuai/
match. Dengan demikian ada 2 (dua) hal penting yang lepas dari
penguasaan Termohon yaitu kartu ATM Termohon yang tidak dapat
diambil Termohon dari slot mesin ATM dan kode PIN-nya yang telah
diketahui pihak lain berdasarkan informasi yang disampaikan oleh
Hal. 7 dari 20 hal. Put. No. 266 K/Pdt.Sus-BPSK/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Termohon sebagai satu-satunya pihak yang mengetahui nomor PIN
miliknya. Padahal 2 (dua) hal tersebut adalah sarana utama untuk
mengakses rekening Termohon;
3 Seandainyapun kartu ATM Termohon adalah benar tertelan atau jatuh ke
pihak lain, dana dalam rekening Termohon masih tetap aman sepanjang
nomor PIN-nya tidak jatuh ke pihak lain yang juga menguasai kartu ATM
Termohon;
b Terhadap pertimbangan hukum BPSK Kota Medan butir 11 dan butir 12.
Pertimbangan BPSK Kota Medan butir 11 menyatakan :
”Menimbang seyogianya Pelaku Usaha tetap melakukan pengawasan sedemikian
rupa menjaga terhadap pihak yang tidak bertanggung jawab terhadap mesin
ATM, karena pengakuan Pelaku Usaha juga mengatakan bahwa ATM di lokasi
SPBU Sekata telah dibongkar oleh orang yang tidak dikenal yang diketahui oleh
Pelaku Usaha pada hari Seninnya yaitu tanggal 15 Oktober 2012 dan kuncinya
juga sudah rusak”;
Pertimbangan hukum BPSK Kota Medan butir 12 menyatakan :
”Menimbang pengakuan Pelaku Usaha bahwa mesin ATM tempat kartu ATM
Konsumen tertelan dibongkar orang, untuk itu kerugian Konsumen adalah
tanggung jawab Pelaku Usaha dan setidak-tidaknya Pelaku Usaha harus mencari
orang yang tertera pada CCTV-nya melalui pihak yang berwajib tanpa
melepaskan tanggung jawabnya”;
1 Bahwa Pemohon menolak pertimbangan BPSK Kota Medan tersebut
karena menunjukkan bahwa BPSK Kota Medan tidak memiliki
pemahaman yang benar dan utuh mengenai mekanisme transaksi melalui
mesin ATM, risiko-risiko dan hak dan kewajiban bagi nasabah pemegang
kartu ATM. Hal tersebut didasarkan pada alasan-alasan sebagai berikut:
Untuk melakukan transaksi melalui ATM diperlukan 2 (dua) sarana
utama yaitu kartu ATM dan PIN yang keduanya ada dalam penguasaan
Termohon. Khusus untuk PIN, kombinasinya hanya diketahui oleh
Termohon dan tercatat di dalam data chip pada kartu ATM yang sesuai
milik Termohon;
2 Bahwa seandainyapun mesin ATM Pemohon dirusak dan kartu-kartu
ATM yang didalamnya diambil oleh pihak yang tidak bertanggung
jawab, rekening-rekening dalam kartu ATM tersebut tidaklah dapat
diakses kecuali pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut telah
Hal. 8 dari 20 hal. Put. No. 266 K/Pdt.Sus-BPSK/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
memperoleh/mengetahui kode PIN nasabah yang seharusnya hanya boleh
dimiliki/diketahui oleh Termohon sesuai syarat dan ketentuan yang telah
pula dipahami dan disetujui oleh Termohon;
3 Hal tersebut di atas sejalan dengan fakta hukum yang muncul di
persidangan yang menimpa nasabah Pemohon yang lain yaitu atas nama
Yopie Rinaldi Ritonga dan atas nama Jahiras Parlindungan dengan modus
operandi yang sama dan mereka mengakui telah memberikan kode PIN
nya kepada lawan bicara yang berasal dari call centre fiktif. Dengan
demikian mesin ATM yang dibongkar oleh pihak yang tidak bertanggung
jawab bukanlah menjadi alasan utama sebagai penyebab kerugian
Termohon;
4 Bahwa mengenai keamanan mesin ATM tentu saja menjadi concern
Pemohon dan berbagai upaya pengamanan yang dimungkinkan dan
reasonable telah dilakukan oleh Pemohon, termasuk namun tidak terbatas
dengan senantiasa memberikan remainder/pesan peringatan yang
ditampilkan secara berulang-ulang pada layar monitor mesin ATM agar
nasabah termasuk Termohon selalu menjaga kartu ATM dan
merahasiakan nomor PIN-nya dari pihak manapun.
5 Demikian pula halnya telah dilakukan upaya pengamanan tambahan
dengan pemasangan kamera CCTV pada lokasi. Meskipun demikian
seberapa besarpun upaya yang dilakukan oleh Pemohon sebagai Pelaku
Usaha namun apabila nasabah in casu Termohon tidak bertindak secara
hati-hati, baik karena kelalaian ataupun kealpaan maupun dapat pula
karena faktor kesengajaannya sendiri maka berbagai upaya pengamanan
maksimal dan sistemis yang telah dilakukan oleh Pemohon/Pelaku Usaha
tersebut tetap akan mubazir/sia-sia atau tidak berdaya guna secara
optimal.
6 Mengenai stiker yang tertempel pada mesin ATM yang mencantumkan
nomor call centre fiktif Pemohon yang kemudian dihubungi oleh
Termohon, hal tersebut juga tidak akan berdampak kerugian apapun
apabila Termohon berhati-hati karena nomor call center asli ada tertulis
pada setiap kartu ATM, selalu muncul di layar monitor mesin ATM dan
juga di tempat-tempat lain yang mudah diketahui oleh khalayak nasabah
antara lain: tertera di buku tabungan, brosur-brosur, mass media dan lain-
lain.
Hal. 9 dari 20 hal. Put. No. 266 K/Pdt.Sus-BPSK/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
c Pertimbangan BPSK Kota Medan butir 13 menyatakan:
”Menimbang, Majelis telah membantu Pelaku Usaha untuk memanggil saksi ahli
dari Bank Indonesia berdasarkan surat BPSK Nomor: 969/ BPSK-Mdn/1/2013
tanggal 28 Januari 2013 namun saksi ahli ditunggu pada saatnya yaitu tanggal 17
Februari 2013 tidak datang hadir ke persidangan dan Pelaku Usaha juga tidak
berusaha menghadirkan saksi ahlinya sehingga Majelis memeriksa sengketa ini
berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, jelas
Pelaku Usaha tidak berdaya membuktikan kesalahan Konsumen”;
Bahwa Pemohon menolak pertimbangan hukum Majelis BPSK a quo karena
pertimbangan hukum tersebut sangat tidak berdasar hukum dan tidak adil, hal
tersebut didasarkan pada alasan-alasan sebagai berikut:
1 Bahwa dalam memeriksa pengaduan Termohon, BPSK Kota Medan
telah mengabaikan rangkaian peristiwa pada tanggal 13 Oktober 2012
sebelum Termohon meninggalkan mesin ATM, yaitu:
• Adanya peristiwa kartu ATM Termohon yang menurut pengakuan
Termohon tidak dapat keluar dari mesin ATM setelah melakukan
penarikan uang tunai dari mesin ATM pada tanggal 13 Oktober 2012
pukul 07.28 WIB;
• Adanya pengakuan Termohon bahwa Termohon telah menghubungi
nomor telepon call centre yang ternyata adalah bukan call centre
resmi milik Pemohon/Bank Mandiri dan terjadi pembicaraan antara
Termohon dan orang yang mengaku sebagai petugas call centre
Pemohon/Bank Mandiri yang orang/petugas call centre fiktif tersebut
berdalih memandu Termohon agar dapat mengambil kartu ATM-nya
yang tertahan di mesin ATM setelah melakukan penarikan tunai
dengan meminta Termohon menekan *5299* lalu memasukan 4 digit
nomor record terakhir lalu menekan tanda #;
• Patut diduga bahwa Termohon secara sadar atau tanpa sadar telah
memberikan kombinasi PIN-nya kepada lawan bicara dari orang yang
patut diduga adalah call centre fiktif karena dari rangkaian peristiwa
berikutnya yaitu pada tanggal 13 Oktober 2012 pukul 07.59 hingga
tanggal 14 Oktober 2012 pukul 05.04 terjadi transaksi penarikan tunai
dan pemindahbukuan/transfer dari rekening Termohon ke rekening
pihak lain;
Hal. 10 dari 20 hal. Put. No. 266 K/Pdt.Sus-BPSK/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
2 Rangkaian peristiwa tersebut sudah cukup membuktikan adanya
kelalaian Termohon yaitu dimulai dengan menghubungi nomor call
centre yang bukan merupakan call centre resmi Pemohon/Bank Mandiri,
berbicara dan mengikuti petunjuk petugas call centre fiktif yang secara
sadar atau tidak sadar telah menyampaikan kode PIN-nya (vide
kronologis pengaduan yang disampaikan Termohon pada frasa yang
menyatakan ”... lalu memasukkan 4 digit nomor record terakhir ” (kode
PIN untuk kartu ATM selalu terdiri dari kombinasi angka yang terdiri
dari 4 digit);
3 Bahwa dengan demikian ketidakhadiran saksi dari Bank Indonesia tidak
dapat dijadikan pertimbangan bahwa Pemohon tidak mampu
membuktikan kelalaian Termohon selaku Konsumen karena dengan
pengakuan Termohon telah menelpon nomor call centre fiktif dan
rangkaian peristiwa berupa penarikan tunai dan pemindahbukuan dana
dalam rekening Termohon sudah membuktikan dan memberi petunjuk
bahwa Termohon telah diperdaya untuk membocorkan kode PIN-nya
kepada pihak ketiga yang kemudian melakukan beberapa transaksi pada
rekening Termohon sehingga kerugian yang demikian sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Termohon. Hal tersebut di atas masih diperkuat
dengan fakta pada saat pemeriksaan di tempat yang dihadiri oleh BPSK
Kota Medan dan para pihak untuk melakukan simulasi yaitu menerapkan
petunjuk petugas call centre fiktif yang disampaikan kepada Termohon,
ternyata angka-angka yang diminta bukan mengarah pada menu untuk
mengeluarkan kartu ATM yang tertelan karena menu tersebut memang
tidak tersedia di mesin ATM. Padahal yang harus dilakukan oleh
Termohon apabila menghadapi kesulitan transaksi melalui ATM adalah
dengan menghubungi call centre resmi Bank Mandiri di nomor 14000
atau di (021) 5299-7777 atau datang ke cabang terdekat;
4 Dengan demikian terbukti bahwa Termohon tidak mentaati petunjuk
yang diberikan oleh Pemohon sehingga sesuai ketentuan Pasal 5 UU
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, kerugian yang
dialami Termohon sepenuhnya menjadi tanggung jawab Termohon;
d Pertimbangan BPSK Kota Medan butir 14 menyatakan:
”Menimbang Konsumen telah mengadukan perkara a quo ke pihak yang
berwajib namun BPSK tidak perlu menunggu pengaduan kepolisian Konsumen,
Hal. 11 dari 20 hal. Put. No. 266 K/Pdt.Sus-BPSK/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
seyogianya Pelaku Usaha mengadukan hal ini kepada pihak berwajib atas
hilangnya uang nasabah”;
Bahwa Pemohon menolak pertimbangan BPSK Kota Medan a quo karena
pertimbangan tersebut tidak berdasar hukum, hal tersebut dengan didasarkan
pada pertimbangan sebagai berikut:
1 Bahwa tindakan pelaporan kepada pihak berwajib atas suatu dugaan
tindak pidana dilakukan oleh pihak yang merasa dirugikan in casu adalah
Termohon sebagai korban. Dengan demikian tindakan Termohon
melaporkan kepada pihak berwajib adalah sudah tepat dan benar sehingga
pertimbangan BPSK Kota Medan yang menyatakan seharusnya pelaporan
dilakukan oleh Pemohon sudah sepatutnya ditolak;
2 Bahwa pertimbangan tersebut secara nyata membuktikan telah adanya
subjektifitas tanpa dasar yang kuat dari BPSK untuk secara semena-mena
membela kepentingan konsumen in casu Termohon. Kendatipun
Pemohon bukan sebagai pihak Pelapor, akan tetapi untuk membuat terang
dan supaya proses pemeriksaan dapat berjalan lancar maka Pemohon
telah membantu tindak lanjut pelaporan tersebut dengan memberikan
data-data yang diperlukan pihak berwajib antara lain: rekaman CCTV,
data penelusuran mutasi rekening Termohon, pemberian keterangan
sebagai saksi. Hal ini menunjukkan bahwa Pemohon mendukung serta
berkomitmen untuk bekerjasama dengan aparat pihak berwajib dan
Termohon sebagai nasabah untuk membantu mengungkapkan kebenaran
yang sebenar-benarnya;
e Pertimbangan BPSK Kota Medan Butir 16 menyatakan:
”Menimbang Pelaku Usaha memuat informasi keliru atau tidak tepat terhadap
informasi nomor 061-68738765 Call Centre yang dipasang di mesin ATM dan
Pelaku Usaha wajib menjaga keamanan mesin ATM secara periodik, namun
pengawasan yang dilakukan Pelaku Usaha terhadap mesin ATM belum
menjamin keamanan dana konsumen, sehingga kerugian konsumen menjadi
tanggung jawab Pelaku Usaha atas kelalaian Pelaku Usaha dalam menjalankan
usahanya berdasarkan Pasal 19 UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen”;
Bahwa Pemohon menolak dengan tegas pertimbangan hukum BPSK Kota
Medan karena pertimbangan tersebut keliru, absurd dan ceroboh serta
mengabaikan fakta-fakta yang terjadi, baik fakta mengenai pengakuan
Hal. 12 dari 20 hal. Put. No. 266 K/Pdt.Sus-BPSK/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Termohon, fakta-fakta yang terjadi di persidangan dan fakta-fakta yang muncul
pada saat pemeriksaan setempat. Hal tersebut didasarkan pada alasan-alasan
sebagai berikut:
1 Bahwa Pemohon tidak pernah mencantumkan nomor telepon
061-68738765 di mesin ATM Pemohon sebagai nomor call centre,
karena nomor call centre resmi milik Pemohon adalah di nomor 14000
atau (021) 5229-7777. Nomor tersebut tertera di setiap kartu ATM
nasabah (termasuk kartu ATM Termohon) tertulis ”Mandiri Call 14000
atau (021) 5299-7777 ” dan tercantum pula secara berulang-ulang pada
layar monitor di mesin ATM. Seandainya Termohon hati-hati dan cermat,
bila ada permasalahan dalam bertransaksi melalui mesin ATM tentu
nomor telepon yang harus dihubungi adalah di nomor 14000 atau nomor
(021) 5299-7777 sebagai nomor call centre resmi Pemohon;
2 Bahwa seandainya ada nomor lain selain nomor 14000 atau (021)
5299-7777 maka semestinya diabaikan karena kepada nasabah Pemohon
telah disosialisasikan dengan baik dan secara terus menerus bahwa nomor
yang dapat dihubungi sewaktu-waktu selama 24 jam adalah call centre di
nomor 14000 atau (021) 5299-7777;
3 Bahwa pengawasan secara sistemik dan periodik juga telah dilakukan
oleh Pemohon akan tetapi pengamanan yang paling utama ada pada PIN
yang dikuasai dan hanya diketahui oleh nasabah yang harus dijaga
dengan baik dan tidak diketahui oleh pihak lain termasuk petugas Bank
atau keluarga/orang dekat nasabah;
4 Hal tersebut juga sejalan Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 201 K/
Pdt.Sus/2012 tanggal 27 Juli 2012 yang menyatakan bahwa:
“Bahwa terhadap uang pada rekening tabungan Termohon Kasasi dapat
ditarik secara tunai dan ditransfer hanya dapat terjadi dengan menggunakan
kartu ATM dan PIN atas nama Termohon Kasasi”;
Disamping itu sesuai Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 769 K/
Pdt.Sus/2011 tanggal 27 Februari 2012 yang menyatakan bahwa:
• Bahwa meneliti fakta yang terungkap di persidangan, ternyata kerugianyang
dialami Termohon adalah karena kesalahan Termohon sendiri, yang telah
memberitahukan nomor PIN dari ATM Pemohon, kepada istri Pemohon dan istri
Pemohon telah memberitahukan nomor PIN dari ATM Termohon tersebut
kepada orang yang baru dikenal, sedangkan Termohon selaku Nasabah
Hal. 13 dari 20 hal. Put. No. 266 K/Pdt.Sus-BPSK/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
mengetahui bahwa kartu ATM dan nomor PIN dari ATM tersebut harus
dirahasiakan dan penarikan yang terjadi pada rekening Termohon adalah
penarikan yang dilakukan dengan mempergunakan kartu ATM dan nomor PIN
dari Termohon sendiri, jadi bukan karena kesalahan atau lemahnya sistem
pengamanan dari Pemohon;
• Bahwa Termohon Kasasi telah melanggar syarat/ketentuan penggunaan kartu
ATM dimana pemegang kartu ATM wajib merahasiakan nomor PIN, karenanya
akibat atas pelanggaran ketentuan tersebut adalah resiko dari Termohon Kasasi;
7 Bahwa Pemohon menolak pertimbangan BPSK Kota Medan butir 17 s/d 20
karena tidak berdasar hukum dengan didasarkan pada alasan-alasan sebagaimana
telah terangkum dalam butir 6 di atas.
8 Bahwa Pemohon tidak menanggapi pertimbangan BPSK Kota Medan butir 1 s/d
6, 8 dan 9, karena hanya merupakan ulasan tentang pengaduan Termohon dan
bukti-bukti yang disampaikan Pemohon yang secara garis besar telah terangkum
dalam butir 6 di atas;
9 Bahwa tidaklah berlebihan kiranya disampaikan, kemungkinan dimana BPSK
Kota Medan telah memutuskan pengaduan Termohon/Konsumen tersebut di
bawah tekanan massa (pendemo) yang hadir pada saat sidang putusan dan
menyuarakan pembelaan-pembelaan terhadap Termohon, sehinga keputusannya
tidak didasarkan lagi pada objektifitas dan fakta-fakta hukum yang ada;
10 Berdasarkan uraian sebagaimana tersebut di atas, maka dapatlah Pemohon
sampaikan bahwa:
a Sebagai Bank, Pemohon telah memberikan layanan dan pengamanan yang
memadai bagi seluruh nasabah in casu Termohon dan karenanya telah sesuai
dengan ketentuan dalam UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen;
b Gugatan sengketa konsumen yang diajukan oleh Termohon telah didasari iktikad
tidak baik dengan mengemukakan dalil-dalil yang berubah-ubah, tidak konsisten
dan mengada-ada sehingga gugatan yang demikian patut untuk ditolak;
c BPSK Kota Medan dalam memeriksa sengketa konsumen yang diajukan oleh
Termohon telah bertindak tidak cermat dan berat sebelah sehingga telah
mengabaikan kebenaran dan keadilan serta oleh karenanya putusan tersebut tidak
dapat dipertahankan dan patut dibatalkan. Disamping itu putusan BPSK Kota
Medan akan menjadi preseden buruk bagi produk kartu ATM karena setiap
pemegang kartu ATM akan leluasa tidak mengakui transaksinya dan meminta
Hal. 14 dari 20 hal. Put. No. 266 K/Pdt.Sus-BPSK/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
penggantian dari Bank, hal mana sangat membahayakan sistem perbankan secara
nasional;
Bahwa, berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Pemohon Keberatan mohon
kepada Pengadilan Negeri Medan agar memberikan putusan sebagai berikut:
• Menerima permohonan Keberatan Pemohon;
• Menyatakan putusan Arbitrase BPSK Kota Medan tanggal 14 Februari 2013
Nomor 77/PEN/BPSK-MDN/2012 batal dan tidak berkekuatan hukum;
• Menolak gugatan Termohon seluruhnya;
• Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara;
Atau apabila Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya;
Bahwa, terhadap keberatan tersebut, Pengadilan Negeri Medan telah
memberikan putusan Nomor 117/Pdt.G/2013/PN.Mdn., tanggal 8 Juli 2013 yang
amarnya sebagai berikut:
• Mengabulkan permohonan Pemohon sebahgian;
• Menyatakan putusan Arbitrase BPSK Kota Medan tanggal 14 Pebruari 2013
Nomor 77/PEN/BPSK-MDN/2012 batal dan tidak berkekuatan hukum;
• Menolak gugatan selain dan selebihnya;
• Membebankan biaya perkara kepada Termohon sebesar Rp.171.000,00 (seratus
tujuh puluh satu ribu rupiah);
Menimbang, bahwa Putusan Pengadilan Negeri Medan tersebut telah diucapkan
dengan hadirnya Kuasa Termohon Keberatan pada tanggal 8 Juli 2013, terhadap putusan
tersebut, Termohon Keberatan mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 18 Juli
2013, sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan Kasasi Nomor 40/Pdt/Kasasi/2013/
PN.Mdn., yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Medan, permohonan tersebut
diikuti dengan memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Medan
pada tanggal 1 Agustus 2013;
Bahwa memori kasasi telah disampaikan kepada Pemohon Keberatan pada
tanggal 22 Oktober 2013, kemudian Pemohon Keberatan mengajukan kontra memori
kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Medan pada tanggal 4
November 2013;
Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta keberatan-keberatannya
telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam tenggang
waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, oleh karena itu
permohonan kasasi tersebut secara formal dapat diterima;
Hal. 15 dari 20 hal. Put. No. 266 K/Pdt.Sus-BPSK/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa keberatan-keberatan kasasi yang diajukan oleh Pemohon
Kasasi dalam memori kasasinya adalah:
1 Bahwa Hakim Pengadilan Negeri Medan telah salah menerapkan hukum dalam
mempertimbangkan perkara ini yaitu: tentang pertimbangan pasal 6 ayat (5) Perma
Nomor 1 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pemeriksaan Keberatan Putusan BPSK yaitu
menentukan dalam hal keberatan diajukan atas dasar lain di luar ketentuan sebagaimana
dimaksud ayat (3) Majelis Hakim dapat mengadili sendiri sengketa konsumen yang
bersangkutan;
2 Bahwa Hakim Pengadilan Negeri tidak menerapkan UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang
perlindungan Konsumen Pasal 28 yaitu pembuktian terhadap ada tidaknya unsur
kesalahan konsumen dalam gugatan ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam pasal 19,
pasal 22 dan pasal 23 merupakan beban dan tanggung jawab Pelaku Usaha, dengan
demikian BPSK telah benar dalam putusannya yang diajukan Penggugat/Pemohon
keberatan atau Termohon Kasasi dalam perkara ini yaitu pelaku usaha tidak dapat
membuktikan bahwa Pemohon Kasasi telah memberikan PIN kepada pihak ketiga atas
raifnya uang konsumen atau Pemohon Kasasi sebesar Rp76.800.000,00 ( tujuh puluh
enam juta delapan ratus ribu rupiah);
3 Bahwa pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri mengabulkan gugatan
keberatan putusan BPSK hanya melihat dari adanya transaksi pada buku rekening milik
Pemohon Kasasi yang diajukannya sebagai alat bukti dalam perkara a quo yang
ditransfer kepada pihak ke III dan diambil tunai oleh orang lain yang seolah-olah
pentransferan serta pengambilan tunai tersebut adalah akibat kelalaian konsumen atau
Pemohon Kasasi yang memberikan nomor PIN nya saat kartu ATM Pemohon Kasasi
tertelan di Mesin ATM milik Pelaku Usaha/Termohon Kasasi sehingga menyatakan
pentransferan dan pengambilan tunai tersebut sah;
4 Bahwa pertimbangan Judex Facti Pengadilan Negeri Medan menimbang bahwa PIN
Pemohon Kasasi telah diberikannya kepada pihak lain karena adanya menelepon kepada
Call Center yang salah sehingga sadar atau tidak sadar PIN akan terucapkan adalah
alasan yang menurut persepsi atau opini Hakim sendiri dengan mengindikasikan adanya
transaksi normal sebesar Rp68.750.000,00 dalam tempo 2 (dua) jam dan esok harinya
sebesar Rp28.000.000 (dapat dilihat bukti-bukti Pelaku Usaha/Termohon Kasasi) adalah
sah dan normal padahal secara kasat mata tidak normal karena uang yang beredar
terhadap transaksi tersebut adalah lebih kurang sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah) sementara uang Pemohon Kasasi hanya Rp76.800.000,00 hal ini membuktikan
adanya pembobolan mesin ATM milik Pelaku Usaha atau Termohon Kasasi dan untuk
itu seharusnya raifnya uang konsumen di mesian ATM Pelaku Usaha adalah tanggung
jawab Termohon Kasasi;
Hal. 16 dari 20 hal. Put. No. 266 K/Pdt.Sus-BPSK/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
5 Bahwa seandainya benar Pemohon Kasasi menelepon pada Call Center yang salah tidak
pada nomor Call Center 14000 yang telah dianjurkan, karena nomor Call Center
tersebut dilihat atau diklik pada layar monitor pada mesin ATM dimaksud, dan
konsumen tidak menghubungi nomor-nomor yang ada terpasang atau yang lengket di
mesin ATM tersebut, dengan demikian setelah Majelis BPSK sidang lapangan Mesin
ATM tersebut sudah berbeda dan datanya tidak up date lagi. Maka jelas membuktikan
mesin ATM tersebut telah dibongkar dengan demikian diganti;
6 Bahwa Putusan BPSK telah benar menyatakan bahwa pelaku usaha atau Pemohon
Kasasi tidak dapat membuktikan bahwa Pemohon Kasasi ada memberikan PIN kepada
pihak lain karena secara sadar dan berpikir dengan baik Pemohon Kasasi tidak ingin
dana atau uangnya hilang dan BPSK menimbang pelaku usaha dalam tingkat
pengamanannya terhadap pengawasan PIN nasabah tidak cukup tinggi dan bagaimana
standar operasi prosedur pengamanan yang ada di Bank Mandiri sehingga pihak lain
termasuk internal Bank Mandiri dapat melakukannya, untuk itu pertimbangan Majelis
Hakim Pengadilan Negeri menyatakan transaksi melalui ATM baik itu penarikan tunai,
transfer ataupun yang lainnya hanya dapat terlaksana apabila ada kombinasi kartu ATM
dan PIN yang sesuai;
7 Bahwa pada jaman era globalisasi dan tehnologi tinggi pelaku usaha lebih meningkatkan
pengamanannya dimana uang di mesin ATM dapat saja raib padahal nomor PIN tidak
pernah diberitahukan kepada siapapun dengan menggunakan Debit Card Skimming alat
tersebut bekerja untuk merekam data, informasi dan pinhole spy camera yang dipasang
di mesin ATM untuk merekam PIN Nasabah, untuk itu Majelis BPSK memohon pada
Pelaku Usaha untuk menghadirkan saksi ahli bagaimana uang nasabah raif bila PIN
tidak diberitahukan kepada siapapun dan Sekretariat BPSK telah menyurati Bank
Indonesia untuk hadir sebagai saksi ahli untuk menjelaskan hal ini sehingga pada
kesimpulannya karena Pelaku Usaha atau Termohon Kasasi tidak menghadirkan saksi
ahli akhirnya pengaduan konsumen dikabulkan;
8 Bahwa pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan yang membatalkan
Putusan BPSK Nomor 77/PEN/BPSK-Mdn/2012 tanggal 14 Februari 2013 tanpa ada
saksi ahli adalah tidak dapat diterima;
9 Bahwa selanjutnya Majelis tidak mempertimbangkan bahwa tingkat pengamanan dari
Pelaku Usaha/Termohon Kasasi tidak optimal dimana konsumen atau nasabah setiap
bulan dipotong dari rekeningnya untuk biaya administasi dan pengambilan uang melalui
ATM namun tingkat keamanannya murahan dimana di setiap mesin ATM yang
diletakkan tidak dijaga oleh Satpam atau Kepolisian sehingga dalam perkara ini
Pemohon Kasasi adalah jadi korban, dimana Termohon Kasasi mengakui sendiri pada
hari Seninnya setelah kartu ATM Pemohon Kasasi tertelan yaitu pada hari Sabtu mesin
ATM tersebut telah dibongkar membuktikan kurangnya pengamanan jelas Kartu ATM
Hal. 17 dari 20 hal. Put. No. 266 K/Pdt.Sus-BPSK/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
milik Pemohon Kasasi diambil dari mesin tersebut dengan membobolnya kemudian
digunakan ke mesin ATM yang lain;
10 Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas tidak beralasan Hakim Pengadilan Negeri Medan
membatalkan Putusan BPSK Medan dengan alasan bahwa Pemohon Kasasi tidak ada
mengajukan bukti-bukti dan saksi-saksi karena berdasarkan alat-alat bukti Termohon
Kasasi sudah terjawab dan terbukti perkara ini bagaimana raibnya uang konsumen/
nasabah yang disimpan pada Pelaku Usaha, untuk itu beralasan perkara a quo adalah
wewenang BPSK karena adanya pembuktian terbalik;
Menimbang, bahwa terhadap keberatan-keberatan tersebut, Mahkamah Agung
berpendapat:
bahwa keberatan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena setelah meneliti
secara saksama memori kasasi tanggal 1 Agustus 2013 dan kontra memori kasasi
tanggal November 2013 dihubungkan dengan pertimbangan Judex Facti, dalam hal ini
Pengadilan Negeri Medan tidak salah menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai
berikut:
• Bahwa Pemohon Kasasi menyatakan kartu ATMnya tertelan mesin ATM
Mandiri SPBU Sekata Jalan Ngumban Surbakti, Medan pada tanggal 13 Oktober
2012, dan sudah melaporkan kejadian tersebut ke call center Bank Mandiri,
namun tidak dapat membuktikan keterangannya;
• Bahwa berdasarkan pembuktian diketahui bahwa Pemohon Kasasi baru
melaporkan kejadian tersebut ke kantor Termohon Kasasi melalui cabang Medan
Taman Setia Budi Medan pada tanggal 15 Oktober 2012, yang segera
ditindaklanjuti dengan pemblokiran kartu mandiri debit atas nama Pemohon
Kasasi, sehingga hanya dapat melakukan pengamanan terhadap penyalahgunaan
kartu kredit tersebut sejak adanya pelaporan, dan tidak dapat dimintai
pertanggungjawaban atas kelalaian Pemohon Kasasi;
• Bahwa dengan demikian Judex Facti telah tepat memberikan putusan sehingga
permohonan kasasi ini harus ditolak;
• Bahwa berdasarkan bukti P-7/PU-5, hal yang dikatakan oleh Termohon
Keberatan menjadi terbantahkan, karena dari bukti tersebut, transaksi terlaksana
sempurna dan normal karena kartu ATM dan PIN sesuai, padahal PIN sifatnya
rahasia dan sangat professional;
• Bahwa ada pihak lain yang mengetahui, sadar atau tidak Termohon Kasasi telah
memberitahukan PIN nya kepada pihak lain;
Hal. 18 dari 20 hal. Put. No. 266 K/Pdt.Sus-BPSK/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
• Bahwa pengamanan PIN telah diberitahu berdasarkan ketentuan kepada nasabah
(bukti PU-1/P-2, PU-3/P-4) dan dikatakan bahwa Bank dengan cara apapun tidak
bertanggungjawab atas penyalahgunaan PIN tersebut;
• Bahwa lagi pula alasan-alasan kasasi lainnya mengenai penilaian hasil
pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak
dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi, karena
pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan adanya kesalahan
penerapan hukum, adanya pelanggaran hukum yang berlaku, adanya kelalaian
dalam memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang
bersangkutan atau bila pengadilan tidak berwenang atau melampaui batas
wewenangnya sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 30 Undang Undang
Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang Undang
Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang Undang Nomor 3
Tahun 2009;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, ternyata bahwa
Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor 117/Pdt.G/2013/PN.Mdan., tanggal 8 Juli
2013 dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang, oleh
karena itu permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi: Evie Yulisnawaty
Harahap, tersebut harus ditolak;
Menimbang, bahwa karena permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/Termohon
Keberatan ditolak, maka Pemohon Kasasi/Termohon Keberatan harus dihukum untuk
membayar biaya perkara pada tingkat kasasi ini;
Memperhatikan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman,
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana yang
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua
dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 serta peraturan perundang-undangan lain
yang bersangkutan;
M E N G A D I L I
Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi/Pemohon Keberatan: EVIE
YULISNAWATY HARAHAP tersebut;
Hal. 19 dari 20 hal. Put. No. 266 K/Pdt.Sus-BPSK/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menghukum Pemohon Kasasi/Termohon Keberatan untuk membayar biaya
perkara pada tingkat kasasi yang ditetapkan sebesar Rp500.000,00 (lima ratus ribu
rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim pada
Mahkamah Agung pada hari Rabu tanggal 27 Agustus 2014 oleh H. Djafni
Djamal, S.H., M.H., Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung
sebagai Ketua Majelis, H.Mahdi Soroinda, S.H., M.Hum., dan Dr. Nurul Elmiyah,
S.H., M.H., Hakim-Hakim Agung, masing-masing sebagai Anggota, putusan tersebut
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua dengan
dihadiri oleh Anggota-Anggota tersebut dan Rita Elsy, S.H., M.H., Panitera Pengganti
tanpa dihadiri oleh para pihak. .
Anggota-Anggota: Ketua,
ttd./ H.Mahdi Soroinda, S.H., M.Hum. ttd./ H. Djafni Djamal, S.H.,
ttd./ Dr. Nurul Elmiyah, S.H., M.H.
Panitera Pengganti,
Biaya-biaya: ttd./ Rita Elsy, S.H., M.H.1. Meterai : Rp 6.000,002. Redaksi : Rp 5.000,003. Administrasi Kasasi : Rp489.000,00 + Jumlah : Rp500.000,00
UNTUK SALINANMAHKAMAH AGUNG RI.
a.n PaniteraPanitera Muda Perdata Khusus,
RAHMI MULYATI, SH., MH. NIP: 19591207 198512 2 002
Hal. 20 dari 20 hal. Put. No. 266 K/Pdt.Sus-BPSK/2014
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20