i
KARYA TULIS ILMIAH
PERSEPSI MASYARAKAT BERZIARAH KE COPPO
PETTA BULU SEBAGAI TEMPAT YANG
DIKERAMATKAN DI DESA LEMPONG KECAMATAN
BOLA KABUPATEN WAJO
Oleh:
Andi Hasri Tri Wulandari
Karvina Damayanti
Nurul Aulia Ananda
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
(SMP) NURMILAD BOARDING SCHOOL
Jl. H. Andi Baso Paria No. 1 Lempong Kab. Wajo
Sulawesi-Selatan
2012
ii
LEMBAR PENGESAHAAN
JUDUL
PERSEPSI MASYARAKAT BERZIARAH KE COPPO PETTA BULU SEBAGAI
TEMPAT YANG DIKERAMATKAN DI DESA LEMPONG KECAMATAN
BOLA KABUPATEN WAJO
Oleh:
Andi Hasri Tri Wulandari
Karvina Damayanti
Nurul Aulia Ananda
Telah disetujui untuk mengikuti Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) Tingkat
Nasional di Banjarmasin Tahun 2012
Mengetahui,
Kepala sekolah Pembimbing
Dra. Rugaiyah A. Arfah M.Si S u r i a n t i, S. Pd
iii
ABSTRAK
“Coppo Petta Bulu” yang berarti bukit sang Raja, konon di atas bukit ini tempat menghilangnya seorang raja Bola yakni Raja Mawellang yang bernama “La Tenri Gau”, karena tidak diketahui meninggalnya dimana hanya saja ia memberikan mimpi kepada
seseorang bahwa”Apabila ada anak cucunya ingin bertemu dengannya maka datanglah ke bukit terletak di dusun wele’E Desa Lempong Kecamatan Bola”. Banyak masyarakat
berbondong-bondong datang ke Coppo Petta Bulu, sebagai tempat yang dikeramatkan, karena mereka percaya bahwa tempat ini mempunyai kelebihan yang dapat mengabulkan segala permintaan, karena itu kami selaku sisiwa SMP Nurmilad Boarding School, dimana
lembaga pendidikan ini adalah lembaga yang berbasis Islam, tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Persepsi Masyarakat Berziarah ke Coppo Petta Bulu sebagai
tempat yang dikeramatkan di Desa Lempong Kecamatan Bola Kabupaten Wajo”. Jenis penelitian ini, menggunakan jenis penelitian deskriptif yakni penelitian yang
berusaha mengungkap fenomena yang terdapat dalam objek yang diteliti. Dimana peneliti
melakukan observasi dan wawancara kepada masyarakat Desa Lempong Kecamatan Bola Kabupaten Wajo.
Adapun yang menjadi Permasalahan : 1). Bagaimana persepsi masyarakat berziarah ke Coppo Petta Bulu sebagai tempat yang dikeramatkan?; 2). Apakah tujuan masyarakat berziarah ke Coppo Petta Bulu?; 3). Bagaimana tata cara masyarakat berziarah di Coppo
Petta Bulu?; 4). Apakah ziarah yang dilakukan masyarakat itu sesuai dengan ajaran Islam? Hasil penelitiannya adalah : 1). Persepsi masyarakat datang berziarah, karena mereka
percaya bahwa leluhur yang mereka sanjung dan hormati akan menolong atau dapat mewujudkan segala keinginannya; 2). Masyarakat berziarah dengan tujuan dan berniat mengajukan permohonan, seperti kelancaran rizki, kedudukan atau jabatan, jodoh dan
lain sebagainya; 3) Tata cara berziarah yakni masyarakat datang ke Coppo Petta Bulu, setelah apa yang mereka inginkan tercapai, mereka akan kembali dengan membawa
sesajen berupa makanan, seperti pisang, beras ketan (sokko), ayam, kambing, maupun sapi untuk dimakan bersama sebagai bentuk rasa syukur atas apa yang mereka peroleh, Kemudian sesajen itu diserahkan ke juru kunci untuk didoakan di depan kuburan tersebut.
Selesai acara doanya kemudian makanan itu di bawa turun ke kaki bukit untuk dimakan bersama. Apabila mereka ingin menemui Petta Rajamawellang mereka datang pada hari
senin dan kamis; 4). Banyak masyarakat berziarah dengan cara yang betentangan dengan ajaran Islam, sehingga bisa disebut bid’ah bahkan musyrik, karena disamping berdo’a dan meminta sesuatu kepada orang yang telah meninggal dunia dan orang yang telah
meninggal dunia tersebut dijadikan juga sebagai perantara untuk minta sesuatu kepada Allah SWT serta bila berhasil datang kembali dengan membawa sesajen dalam bentuk
makanan. Saran kami antara lain adalah masyarakat agar tidak menggantungkan nasib pada
kuburan atau tidak menyalah gunakan keberadaan kuburan. Masyarakat agar menghindari
perbuatan-perbuatan yang mengundang unsur bid’ah, syirik, tetapi mendalami dan mengamalkan ajaran Islam dengan benar sesuai dengan yang dibawa Rasulullah SAW..
Kata Kunci: Persepsi, berziarah, Coppo Petta Bulu
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha Esa,karena dengan
pertolongannya kami dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Persepsi masyarakat
berziarah ke Coppo Petta Bulu sebagai tempat yang dikeramatkan di Desa Lempong
Kecamatan Bola Kabupaten Wajo”.
Dalam penulisan karya ilmiah ini banyak rintangan dan hambatan yang kami alami
tetapi semua itu dapat diatasi karena dorongan serta bantuan berbagai pihak. Untuk itu kami
menyampaikan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:
1. Ibu Dra. Rugaiyah A. Arfah, M.Si selaku kepala Sekolah SMP Nurmilad Boarding School
atas dukungannya kepada kami.
2. Ibu Surianti selaku pembimbing kami yang dengan sabar dan ikhlas membimbing kami.
3. Bapak dan ibu guru kami di Nurmilad Boarding School serta teman-teman kami yang
selalu setia memberi dukungan dan informasi di dalam dan di luar kelas.
4. Masyrakat Desa Lempong pada umumnya, khususnya masyarakat dusun Wele’E yang
turut membantu dalam memberikan informasi kepada kami.
Kami menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah ini jauh dari sempurna, oleh karena
itu kami berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun. Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman serta masyarakat pada umumnya.
Talaga’E, 2 Agustus 2012
Penyusun
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................i
PENGESAHAN .........................................................................................................ii
ABSTRAK .................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR ...............................................................................................iv
DAFTAR ISI..............................................................................................................v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................2
C. Tujuan Penelitian......................................................................................2
D. Manfaat Penelitian....................................................................................3
BAB II. TELAAH PUSTAKA
A. Pengertian Persepsi Masyarakat, Berziarah, dan Keramat.......................4
B. Kepercayaan Animisme ...........................................................................5
C. Coppo Petta Bulu .....................................................................................6
D. Ziarah Kubur Menurut Islam .............................................................. .....6
BAB III. METODE PENULISAN
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan...............................................................9
B. Lokasi Penelitian ......................................................................................9
C. Sumber Data .............................................................................................9
D. Proses Pengumpulan Data ........................................................................10
E. Analisis Data ............................................................................................10
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Pembahasan.............................................................12
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................18
B. Saran .........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................20
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia memiliki berbagai macam budaya yang melahirkan etnis yang
berbeda tiap suku, perbedaan ini membawa warna sesuai dengan budaya daerahnya
masing-masing. Namun karena warisan kebudayaan ini merupakan peninggalan dari
kepercayaan animisme dan dinamisme sebelum agama Islam masuk berkembang di
Indonesia, maka nampaknya berpengaruh dalam perilaku kehidupan umat Islam di
Indonesia, baik dalam keyakinan maupun pengamalannya, yang pada akhirnya
bermunculan praktek keagamaan yang menyimpang atau bahkan merusak aqidah umat
aIslam, seperti berkembang dan bermunculan berbagai macam bid’ah atau ajaran yang
tidak dicontohkan oleh Rasulullah SWT.
Salah satu pengaruh animisme dan dinamisme yang masih melekat bagi umat
Islam di Indonesia adalah mendatangai tempat-tempat keramat dengan membawa sesajen
guna meminta kemudahan datangnya rejeki, jodoh, bahkan jabatan, seperti halnya yang
terjadi di Desa Lempong Kecamatan Bola Kabupaten Wajo, sebagai salah satu kabupaten
di wilayah Provinsi Sulawesi-Selatan. Kabupaten Wajo ini memiliki 14 kecamatan
dengan 176 desa/kelurahan, salah satu kecamatannya adalah Kecamatan Bola. Kata Bola
diambil dari nama kerajaan Bola. Rajanya bergelar “Arung Bola” yang berlokasi di
daerah Wajo bagian timur, Arung Bola pertama Raja Mawellang Tomanurung, kini
kecamatan Bola terdiri dari 11 (sebelas) desa.
Pengaruh animisme atau dinamisme ini terjadi juga di Kabupaten Wajo, tepatnya
di kecamatan Bola Desa Lempong Dusun Wele’E. Masyarakat berbondong-bondong
datang ke Coppo Petta Bulu karena mereka percaya bahwa tempat ini mempunyai
kelebihan yang dapat mengabulkan suatu permintaan. Konon di atas bukit ini tempat
menghilangnya seorang raja Bola yakni Raja Mawellang yang bernama “La Tenri Gau”,
karena tidak diketahui meninggalnya dimana hanya saja ia memberikan mimpi kepada
seseorang bahwa”Apabila ada anak cucunya ingin bertemu dengannya maka datanglah ke
bukit yang terdapat di dusun wele’E desa lempong”. Maka dari itu bukit tersebut diberi
nama “Coppo Petta Bulu” yang berarti bukit sang Raja.
2
Atas dasar dalih ini maka masyarakat di desa lempong bahkan dari luar kota
datang berbondong-bondong ke Coppo Petta Bulu untuk meminta berkah agar apa yang
mereka niatkan atau inginkan segera tercapai, Ketika apa yang mereka inginkan sudah
tercapai maka mereka akan datang ke Coppo Petta Bulu dengan membawa sesajen
sebagai bentuk rasa syukur atas apa yang mereka peroleh.
Berdasar uraian di atas, maka kami sebagai siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Nurmilad Boarding School di Desa Lempong Kecamatn Bola Kabupaten Wajo, dimana
lembaga pendidikan ini dirancang sebagai pusat unggulan terdepan percontohan nasional
yang berbasis pesantren yang dirancang atau sebagai sekolah Rintisan ”Sekolah
Bertaraf Internasional (SBI)” dan cyber school, dengan penguasaan 3 (tiga) bahasa
asing yaitu Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan Bahasa Jepang, sehingga kami atau siswa
tertarik dan ingin meneliti “Persepsi masyarakat berziarah ke Coppo Petta Bulu
sebagai tempat yang dikeramatkan di Desa Lempong Kecamatan Bola Kabupaten
Wajo”.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan berdasarkan latar belakang masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana persepsi masyarakat berziarah ke Coppo Petta Bulu sebagai tempat yang
dikeramatkan di Desa Lempong Kecamatan Bola Kabupaten Wajo?
2. Apakah tujuan masyarakat berziarah ke Coppo Petta Bulu?
3. Bagaimana tata cara masyarakat berziarah di Coppo Petta Bulu?
4. Apakah ziarah yang dilakukan masyarakat itu sesuai dengan ajaran Islam?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui persepsi masyarakat berziarah ke Coppo Petta Bulu sebagai tempat
yang dikeramatkan di desa Lempong kecamatan Bola kabupaten Wajo.
2. Untuk mengetahui tujuan masyarakat berziarah ke Coppo Petta Bulu.
3. Untuk mengetahui tata cara masyarakat berziarah di Coppo Petta Bulu.
3
4. Untuk mengetahui ziarah kubur yang dilakukan masyarakat apakah sesuai dengan
ajaran Islam.
D. Manfaat Penelitian
Bagi Siswa atau SMP Nurmilad Boarding School
1. Sebagai bahan informasi dalam menambah pengetahuan bagi siswa khususnya di
SMP Nurmilad Boarding School;
2. Sebagai tambahan dokumentasi di Perpustakaan SMP Nurmilad Boarding School.
4
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Pengertian Persepsi Masyarakat, Ziarah, dan Keramat
Manusia sebagai mahluk sosial yang sekaligus juga mahluk individual, maka
terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya (Wolbreg, 1967).
Adanya perbedaan inilah yang antara lain menyebabkan mengapa seseorang
menyenangi suatu obyek, sedangkan orang lain tidak senang bahkan membenci obyek
tersebut dengan persepsinya. Pada kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah laku
dan penyesuaian ditentukan oleh persepsinya.
Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian seseorang
terhadap obyek tertentu. Menurut Young (1956) persepsi merupakan aktivitas
mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik
maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan
stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Sensasi-sensasi dari lingkungan akan
diolah bersama-sama dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya baik hal itu
berupa harapan-harapan, nilai-nilai, sikap, ingatan dan lain- lain.
Sedangkan menurut Wagito (1981) menyatakan bahwa persepsi merupakan
proses psikologis dan hasil dari penginderaan serta proses terakhir dari kesadaran
sehingga membentuk proses berpikir.
Di dalam proses persepsi individu dituntut untuk memberikan penilaian
terhadap suatu obyek yang dapat bersifat positif/negative, senang atau tidak senang
dan sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk sikap, yaitu
kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam
situasi yang tertentu pula.
(http://www.pengertian persepsi.com/persepsi.html)
Menurut kamus besar bahasa Indonesia persepsi memilki dua makna, bisa
berarti tanggapan dan juga berarti pula proses seseorang mengetahui beberapa hal
melalui panca inderanya, sedangkan pengertian masyarakat adalah sejumlah manusia
dalam arti seluas- luasnya dan terikat oleh suatu budaya yang mereka anggap wajar.
Oleh karena itu yang dimaksud dengan persepsi masyarakat di sini adalah tanggapan
5
atau pendapat sekelompok manusia ( masyarakat) sekitar SMP Nurmilad Boarding
School tentang berziarah ke Coppo Petta Bulu.
Pengertian Ziarah, di dalam kamus besar bahasa Indonesia bahwa Ziarah
adalah kunjungan ke tempat yang dianggap keramat atau mulia (makam), berziarah
adalah berkunjung ke tempat yang dianggap keramat atau mulia seperti makam untuk
berkirim doa.
Sedangkan pengertian keramat menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
suci dan dapat mengadakan sesuatu di luar kemampuan manusia biasa karena
ketakwaannya kepada Tuhan tentang orang yang bertakwa atau keramat adalah suci
yang bertuah yang dapat memberikan efek magis dan psikologis kepada pihak lain
tentang barang atau tempat suci.
B. Kepercayaan Animisme
Kepercayaan merupakan suatu keadaan psikologis pada saat seseorang
menganggap suatu premis benar. Kepercayaan adalah anggapan atau keyakinan bahwa
sesuatu yang dipercayai itu benar atau nyata (kepada mahluk halus masih kuat sekali),
sesuatu yang dipercayai, harapan dan keyakinan (akan kejujuran, kebaikan, dan
sebagainya). Atau kepercayaan merupakan sebutan bagi sistem religi di Indonesia
yang tidak termasuk salah satu dari kelima agama yang resmi
(http://www.artikata.com/arti-373712-kepercayaan.html)
Animisme berasal dari kata anima, dari bahasa latin animus dan bahasa Yunani
anepos, dalam bahasa sansekerta disebut prana, dalam bahasa ibrani ruah. Arti secara
umum adalah napas atau jiwa. Animisme adalah ajaran/doktrin tentang realitas jiwa,
paham animisme mempercayai bahwa setiap benda di bumi ini seperti laut, gunung,
hutan, gua, atau tempat-tempat lain mempunyai jiwa yang mesti dihormati agar jiwa
tersebut tidak mengganggu manusia, malah bahkan membantu mereka dalam
kehidupan ini. Animisme dapat diartikan sebagai kepercayaan manusia pada roh
leluhur, mereka meyakini bahwa leluhur mereka yang telah meninggal dianggap
sebagai maha tinggi menentukan nasib dan mengontrol perbuatan manusia.
C. Coppo Petta Bulu
Coppo Petta Bulu adalah bahasa bugis yang artinya bukit sang Raja, konon
nama bukit ini dicetuskan karena ada seorang raja yang tidak diketahui wafatnya
6
dimana, beliau memberikan mimpi kepada seseorang, bahwa apabila ada anak cucunya
yang ingin bertemu dengannya maka datanglah ke bukit yang berada di dusun wele’E
desa Lempong pada hari senin dan kamis, karena pada hari tersebut La Tenri Gau atau
Raja Mawellang berada di bukit tersebut, dan pada hari- hari lain beliau berada di
Mekkah.
Coppo Petta Bulu ditetapkan oleh seorang raja yang bernama ‘La Tenri Gau’
atau Raja Mawellang. Konon apabila ada orang namanya sama dengan raja tersebut
atau memberi nama anaknya dengan ‘La Tenri Gau’ maka umurnya tidak akan
panjang, karena ia pernah berkata “ De’ gaga datu ri oloku na de’ to gaga datu ri
monrikku” yang artinya” Tidak ada raja sebelumku dan tidak ada pula raja setelahku”.
Coppo Petta Bulu merupakan tempat kunjungan masyarakat lempong untuk
berziarah agar lebih mudah mendapatkan rejeki (harta, jodoh, dan jabatan). Dan juga
coppo petta bulu mempunyai waktu khusus untuk kunjungan masyarakat, karena
seiring dengan kondisi Coppo Petta Bulu yang tidak terlalu luas dan memadahi untuk
dikunjungi oleh banyak orang maka, dibentuklah pembagian waktu, yaitu pada hari
senin kunjungan untuk masyarakat lempong dan hari kamis kunjungan untuk
masyarakat bola, dan untuk hari – hari lain di gunakan untuk masyarakat yang datang
dari luar daerah, tapi pada hari senin dan kamis juga ada masyarakat datang dari luar
daerah berkunjung ke Coppo Petta Bulu.
D. Ziarah Kubur Menurut Islam
Dalam kebudayaan atau tradisi Islam, ziarah kubur merupakan bagian dari ritual atau
upacara ke agamaan. Pada zaman permulaan Islam berkembang Nabi Muhammad
SAW melarang kaum muslimin menziarahi kuburan. Larangan ini lantaran
kekhawatiran terjadi kesyirikan dan pemujaan terhadap keburan tersebut. Di samping
itu keimanan para sahabat masih lemah dan membutuhkan pembinaan dari
Rasululullah SAW.
Peringatan tersebut tidak hanya ditujukan kepada para sahabat saat itu, tetapi juga
kepada umat sekarang ini. Ternyata apa yang dikhawatirkan Rasulullah SAW memang
terjadi saat ini. Di zaman ini banyak kaum muslimin yang salah dalam menerapkan
ziarah kubur. Mereka melakukan ziarah kubur hanya sekedar mengikuti adat dan
tradisi daerah. Sehingga syariat Islam bercampur tradisi yang kadang-kadang
bertentangan dengan ajaran Islam.
7
Ziarah kubur itu ada dua macam:
1. Ziarah syar’iyah atau yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW, dengan tujuan,
pertama bagi yang melakukan ziarah akan dapat mengambil pelajaran dan peringatan,
yang kedua bagi mayit ia akan mendapatkan ucapan salam dan doa dari orang yang
berziarah.
2. Ziarah bid’ah yaitu ziarah kubur untuk tujuan-tujuan tertentu bukan sebagaimana
yang tersebut di atas atau tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW, di antaranya
untuk memohon kepada penghuni kubur agar dapat memberi pertolongan, kelancaran
rizki, jabatan, kesehatan, keturunan atau agar dapat melunasi hutang dan terbebas dari
segala petaka dan marabahaya.
Manfaat Ziarah Kubur
Adapun manfaat ziarah kubur, yang benar adalah ;
1. Dapat memberi pelajaran, karena dapat menjadikan hati tersentuh dan menjadi lunak
dan dapat menyampaikan do’a dan salam untuk mereka yang telah mendahului kita
memasuki alam kubur.
2. Dapat memberi pelajaran, karena dapat menjadikan hati tersentuh dan menjadi lunak
dan dapat menyampaikan do’a dan salam untuk mereka yang telah mendahului kita
memasuki alam kubur.
3. Ketika ziarah kubur disertai dalam hati rasa takut kepada Allah, merasa diawasi oleh-
Nya dan hanya bertujuan mencari keridhaan-Nya semata.
4. Mengucapakan salam kepada ahli kubur, mendoakan mereka agar mendapatkan
rahmat, ampunan dan afiyah (kekuatan).
Bid'ah dalam ziarah kubur
Sebelum penulis uraikan tentang bid’ah dalam ziarah kubur, maka yang dimaksud bid’ah
dalam agama Islam adalah sebuah perbuatan yang tidak pernah diperintahkan maupun
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, tetapi banyak dilakukan oleh masyarakat
8
sekarang ini, sehingga hukum dari bid’ah adalah haram, karena berlawanan dengan
sunnah atau bahkan berlawanan dengan wajib.
Jadi bid’ah dalam ziarah kubur adalah :
1. Minta perlindungan kepada penghuninya atau kepaya orang yang meninggal tersebut,
karena hal ini termasuk syirik.
2. Membagikan makanan atau mengadakan acara makan-makan di kuburan.
3. Mempunyai persangkaan bahwa berdo’a dikuburan itu mustajab.
4. Menjadikan kuburan sebagai tempat berkumpul untuk menyelenggarakan acara-acara
ibadah.
BAB III
METODE PENULISAN
A. Jenis Penelitian dan Pendekatan
9
Jenis penilitian ini adalah penelitian deskriptif yakni penelitian yang berusaha
mengungkap fenomena yang terdapat dalam objek yang diteliti. Jenis penelitian ini
menggunkan instrument observasi dan wawancara.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian kami tepatnya di dusun Wele’E, dimana dusun Wele’E
merupakan salah satu dusun yang ada di desa Lempong adalah salah satu desa yang
berada di dalam wilayah kecamatan Bola, Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan.
Radius atau jarak desa Lempong dengan ibu kota kabupaten Wajo sekitar 30 km, dengan
jarak tempuh 60 menit dari kota kabupaten. Desa Lempong terletak sekitar 200 km dari
pusat kota provinsi atau bisa ditempuh selama kurang lebih 5 jam .
C. Sumber Data
Sumber data:
1. Hasil wawancara dengan juru kunci Coppo Petta Bulu
2. Hasil wawancara dengan 8 orang:
a. Responden 1
b. Responden 2
c. Responden 3
d. Responden 4
e. Responden 5
f. Responden 6
g. Responden 7
h. Responden 8
Adapun jumlah yang diambil disesuaikan dengan kebutuhan informasi bagi
peneliti yang menyangkut dengan kedalaman dan ketajaman permasalahan.
D. Prosedur Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan pedoman wawancara sebagai
berikut:
1. Mengapa bukit tersebut dinamakan Coppo Petta Bulu?
2. Siapakah yang pertama kali mencetuskan nama Coppo Petta Bulu?
10
3. Apakah tujuan masyarakat datang berziarah ke Coppo Petta Bulu?
4. Bagaimana persepsi masyarakat pada saat berkunjung ke Coppo Petta Bulu?
5. Apakah benar semua permintaan terkabulkan ketika berniat di Coppo Petta Bulu?
6. Sejak kapan masyarakat mulai berziarah ke Coppo Petta Bulu?
7. Apakah ada hari khusus untuk kunjungan masyarakat ke Coppo Petta Bulu?
8. Apakah masyarakat yang pergi berziarah ke Coppo Petta Bulu menganut kepercayaan
animisme ?
9. Apakah ada pengaruh kepercayaan masyarakat ketika berkunjung ke Coppo Petta
Bulu?
10. Masyarakat yang datang berziarah ke Coppo Petta Bulu menganut agama apa ?
Selain itu wawancara ini bertujuan untuk menjaga agar pokok-pokok yang
diinginkan dapat tercakup seluruhnya. Dengan cara ini kemungkinan melebarnya
wawancara ke masalah-masalah lain yang tidak berhubungan dengan masalah
penelitian dapat diatur dengan baik. Sedangkan yang menjadi sasaran dalam
wawanacara ini adalah masyarakat desa Lempong yang berada di sekitar dusun
Wele’E atau masyarakat desa Lempong yang biasanya datang ke Coppo Petta Bulu
untuk berziarah.
E. Analisis Data
Secara umum analisis data bersifat deskriptif (menggambarkan atau hanya
menguraikan). Kemudian dicari hubungan antara sub tema dengan sub tema yang lain,
untuk diperoleh pemahaman yang utuh. Analisis terakhir ini merupakan analisis deskriptif
atas hasil temuan dan dirumuskan dalam benuk kesimpulan yang bersifat umum.
Dalam menganalisis data kami melalui beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:
1. Memilah data
Memilih data merupakan tahap pertama yang aharus dilakukan dan kami
memilah data dengan melakukan wawanacara kepada masyarakat desa Lempong dan
hasil wawancara tersebut akan kami kumpulkan untuk dijadikan referensi
2. Mengecek kebenaran data
11
Setelah semua data yang kita perlukan sudah terkumpulkan maka tahap
selanjutnya yang akan kami lakukan adalah mengecek kebenaran data, dengan cara
membandingkan jawaban responden dengan fenomena yang terjadi masyarakat.
3. Menjabarkan data
Setelah semua data yang sudah kami cek kebenarannya maka kita akan pindah
pada tahap ketiga yaitu menjabarkan data. Penjabaran data merupakan tahap dimana
kita akan membuat data itu dalam bentuk data mentah.
4. Menyajikan data
Setelah menyelesaikan tahap ketiga maka kita akan sajikan data tersebut dalam
bentuk hasil sementara yang bisa akan berubah.
5. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan tahap dimana kita akan menarik kesimpulan
dari sekian banyaknya data yang kita peroleh, yang artinya kita telah menemukan apa
yang kita teliti.
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Persepsi masayarakat berziarah ke Coppo Petta Bulu sebagai tempat yang
dikeramatkan di desa Lempong kecamatan Bola kabupaten Wajo.
Tabel 1.1. Hasil wawancara tentang persepsi masyarakat berziarah ke Coppo
Petta Bulu sebagai tempat yang dikeramatkan di desa Lempong kecamatan Bola
kabupaten Wajo.
NO Nama Persepsi
1. Responden 1 Kami datang ke Coppo Petta Bulu dengan tujuan berziarah
ke kuburan kemudian kami berniat untuk mendapatkan apa
yang kami inginkan, ketika hal tersebut terwujud maka
kami akan kembali ke Coppo Petta Bulu dengan membawa
makanan (sesajen) untuk dimakan bersama. Sebelumnya
ada prosesi penyerahan yang dibimbing oleh juru kunci
Coppo Petta Bulu.
2. Responden 2 Saya biasa kesana hanya sekedar ikut dengan keluarga
yang lain, keluarga saya biasanya datang ketika sesudah
lebaran. Kami membawa makanan jadi untuk dimakan
bersama di sana, namun ada juga yang potong kambing
atau ayamnya di sana dan dimasak di sana juga.
3. Responden 3 Kami kesana untuk menepati janji, karena pada berniat
kami akan kembali kesini ketika apa yang kami inginkan
sudah tercapai.
4. Responden 4 Kebanyakan orang yang selalu kesana itu memang kehidu-
pan ekonominya memang terjamin, usaha-usahanya selalu
berhasil
13
5. Responden 5 Ikatan- ikatan yang banyak di pohon-pohon itu dan banyak-
nya bendera merah putih biasanya diikat oleh para gadis
atau jejaka yang minta jodoh
6. Responden 6 Orang yang datang kesana bukan hanya dari Lempong atau
kecamatan Bola saja melainkan dari daerah lain, misalnya
dari Sumatra, Kalimantan, dan Jawa
7. Responden 7 Pohon yang di batangnya terdapat tempat air (sumur) kecil
itu, biasanya masyarakat mengambil airnya digunakan
untuk membasuh muka agar dapat mempercantik wajah
dan juga menarik simpati seseorang.
8. Responden 8 Orang tidak boleh pergi ke Coppo Petta Bulu pada saat
bulan ramadhan dan juga tidak boleh masuk apabila
memakai peci (songko).
Masyarakat Lempong, khususnya dusun Wele’E desa lempong kabupaten
wajo terdapat suatu tempat dikenal oleh masyarakat dengan Coppo Petta Bulu.
Biasanya masyarakat datang ke Coppo Petta Bulu bertujuan untuk berziarah agar
mendapatkan rejeki, seperti yang telah dijelaskan oleh responden 1 yaitu “ Kami
datang ke Coppo Petta Bulu dengan tujuan berziarah ke kuburan kemudian kami
berniat untuk mendapatkan apa yang kami inginkan, ketika hal tersebut terwujud maka
kami akan kembali ke Coppo Petta Bulu dengan membawa makanan (sesajen) untuk
dimakan bersama. Sebelumnya ada prosesi penyerahan yang dibimbing oleh juru kunci
Coppo Petta Bulu ”.
Biasanya ketika masyarakat membawa makanan atau sesajen ke Coppo Petta
Bulu dan setelah prosesi penyerahan yang dibimbing oleh juru kunci Coppo Petta
Bulu, setelah itu baru makanan tersebut di makan bersama–sama di tempat tersebut,
dan setelah makan tempat tersebut harus dibersihkan kembali, karena Raja Mawellang
tidak suka jika Coppo Petta Bulu kotor dan apabila tempat tersebut tidak dibersihkan
maka orang yang sudah makan di coppo petta bulu akan mendapat kejadian yang
tidak
14
Makanan atau sesajen yang dibawa ke Coppo Petta Bulu berupa buah
pisang,pinang, daun sirih, kambing, daging sapi, ayam, telur, nasi dan sokko. Tetapi
ada juga orang yang membawa hewan lalu dipotong dan dimasak disana, dan biasanya
orang pergi ke Coppo Pettta Bulu setelah lebaran, karena orang tidak boleh datang ke
Coppo Petta Bulu ketika bulan ramadhan seperti yang telah dijelaskan oleh responden
2 yaitu “ Saya biasa kesana hanya sekedar ikut dengan keluarga yang lain, keluarga
saya biasanya datang ketika sesudah lebaran Kami membawa makanan jadi untuk
dimakan bersama di sana, namun ada juga yang potong kambing atau ayamnya di sana
dan dimasak di sana juga”, dan setelah lebaran biasanya masyarakat yang datang
mencapai 200 orang bahakan lebih Masayarakat datang ke Coppo petta Bulu untuk
menepati janji, karena saat pertama kali mereka ke Coppo petta Bulu mereka berniat
atau berdoa dan apabila doa mereka sudah terkabul maka ia akan datang kembali ke
Coppo Petta Bulu untuk berziarah, dan apabila doa mereka sudah terkabul tetapi
mereka tidak pergi berziarah kesana ataupun mereka lupa akan niat mereka, maka
mereka akan mendapat kejadian yang tidak baik atau mereka akan sakit. Konon ada
cerita yang mengatakan bahwa ada seseorang yang berniat atau berdoa di Coppo Petta
Bulu dan setelah doanya terkabulkan dia tidak pergi berziarah ke Coppo Pettta Bulu
dan beberapa hari kemudian orang tersebut kecelakaan dan kepala orang tersebut
terputar ke belakang dikarenakan dia tidak menepati janjinya untuk pergi berziarah ke
Coppo Petta Bulu setelah doanya terkabul. Seperti yang telah dijelaskan oleh
responden 3 yaitu “Kami kesana untuk menepati janji, karena pada berniat kami akan
kembali kesini ketika apa yang kami inginkan sudah tercapai.
Masyarakat yang datang ke Coppo Petta Bulu itu kebanyakan memang
ekonominya terjamin dan usahanya selalu berhasil karena setelah doa mereka terkabul
mereka selalu menepati janji untuk datang kembali ke Coppo Petta Bulu dan tidak
hanya datang saja melainkan membawa sapi untuk di potong lalu dimaasak di Coppo
Pettta Bulu, seperti yang telah dijelaskan oleh responden 4 yaitu “Kebanyakan orang
yang selalu kesana itu memang kehidupan ekonominya memang terjamin, usaha-
usahanya selalu berhasil “.
Selain kuburan Petta Raja Mawellang yang berada di Coppo Petta Bulu juga
ada beberapa pohon dimana pohon tersebut digunakan oleh masyarakat atau anak
gadis yang ingin minta jodoh dengan menggantungkan benda – benda seperti bendera,
botol plastik, pembungkus makanan ringan dan lain- lain. Dan memang apabila kita
15
berdoa dengan sungguh – sungguh maka pasti akan terkabulkan. Seperti yang telah
dijelaskan oleh responden 5 yaitu “Ikatan- ikatan yang banyak di pohon-pohon itu dan
banyaknya bendera merah putih biasanya diikat oleh para gadis atau jejaka yang minta
jodoh”.
Masyarakat yang datang baik untuk minta jodoh ataupun meminta harta tidak
hanya datang dari lempong dan kecamatan bola saja melainkan ada yang datang dari
luar daerah seperti datang dari Sumatra, Kalimantan dan jawa. Selain pohon yang di
gunakan untuk menggantung benda–benda agar mendapatkan jodoh juga terdapat
sebuah pohon yang dimana pada batang pohon tersebut mempunyai tempat air (sumur)
dimana air dari sumur pohon tersebut digunakan untuk membasuh muka yang
bertujuan untuk mempercantik wajah dan menarik simpati seseorang.
Pada saat bulan suci ramadhan masyarakat dilarang pergi berkunjung ke Coppo
Petta Bulu karena pada saat bulan suci ramadhan masyarakat berpuasa, sedangkan
masyarakat pergi berkunjung ke Coppo Petta Bulu untuk membawa sesajen berupa
makanan. Dan masyarakat dilarang berkunjung apabila memakai peci(songko), seperti
yang dijelaskan oleh responden 8 yaitu “Orang tidak boleh pergi ke Coppo Petta Bulu
pada saat bulan ramadhan dan juga tidak boleh masuk apabila memakai peci
(songko)“.
2. Tujuan masyarakat berziarah ke Copppo Petta Bulu sebagai tempat yang dikeramatkan
di desa Lempong kecamatan Bola kabupaten Wajo dan tata cara berziarah.
Dari hasil wawancara yang kami lakukan dengan masyarakat yang biasa datang
berziarah ke Coppo Petta Bulu begitupun dengan masyarakat yang tidak pernah datang
ke tempat tersebut, bahkan kami melakukan wawancara dengan juru kunci Coppo
Petta Bulu dalam bahasa bugis dikenal dengan sebutan “Sanrona” yang bernama Pak
Ummareng. Kami mendapatkan informasi bahwa Pada zaman penjajahan Belanda
Petta Rajamawellang yang bernama La Tenri Jojjo ditembak oleh penjajah Jepang di
bawah sebuah pohon, namun tidak ada satupun yang menemukan jazadnya dengan
kata lain jazad Petta menghilang. Kemudian sang Raja memberikan petunjuk kepada
seseorang dalam mimpi bahwa “Narekko engka ana eppoku maelo mewaka sita fada
suroi lao ri bulu engkae ri tana Lempong bulu natudangi tapparenna, nangkalungi
tanetena, nalusereng galunna”. Yang artinya “Jika ada anak cucuku yang ingin
16
bertemu dengan saya maka datanglah ke bukit yang ada di lempong, bukit tersebut
terletak diantara daratan yang di bawahnya terdapat danau dan sawah.
Kemudian sejak saat itu konon masyarakat datang kesana namun dulu susah
sekali untuk menjangkau tempat tersebut karena dikelilingi oleh hutan belantara,
namun sekarang tempat tersebut sudah mudah dijangkau, kemudian bagi masyarakat
yang percaya mereka datang kesana berziarah dan berniat di sana dengan membuat
suatu permohonan, jika permohonan mereka sudah terkabulkan maka mereka akan
kembali ke Coppo Petta Bulu dengan membawa sesajen sebagai bentuk rasa syukur
atas apa yang mereka peroleh. Permintaan mereka bermaca-macam, seperti yang
diungkapkan salah satu responden kami bahwa “kadang kami memohon untuk
dimudahkan rejeki baik itu berupa harta, jabatan, jodoh dan lain sebagainya.” Ketika
apa yang mereka inginkan terkabulkan dan mereka lupa dengan janjinya maka banyak
yang diberi peringatan, bentuknya bermacam-macam ada yang sakit dan penyakitnya
tidak bisa dideteksi oleh tim medis, dan lain sebagainya.
3. Tata cara masyarakat berziarah di Coppo Petta Bulu.
Adapun tata cara berziarah yakni masyarakat datang ke Coppo Petta Bulu
membawa sesajen sesuai dengan niat masing-masing baik itu pisang, beras ketan
(sokko), ayam, kambing, maupun sapi. Kemudian sesajen itu diserahkan ke juru kunci
untuk didoakan di depan kuburan tersebut. Selesai acara doanya kemudian makanan
itu di bawa turun ke kaki bukit untuk dimakan bersama.
Dari hasil wawancara dengan Pak Umar yang sudah bekerja sebagai juru kunci
selama 9 tahun beliau mengatakan bahwa kami tetap meminta ke Allah SWT, hanya
saja kuburan Petta Rajamawellang yang dijadikan perantara, hanya kami percaya
bahwa dengan mengucapkan permohonan melalui Petta Rajamawellang akan cepat
terkabulkan. Semua masyarakat yang datang ke Coppo Petta Bulu menganut agama
Islam.
4. Ziarah kubur yang dilakukan masyarakat menurut ajaran Islam.
Dari uraian tentang tujuan dan tata cara yang dilakukan masyarakat berziarah
ke Coppo Petta Bulu,dapat disimpulkan bahwa:
a. Pada umumnya yang dilakukan dalam ziarah kubur tersebut bertentangan dengan
apa yanag dicontohkan Rasulullah SWT, seperti dengan niat atau bertujuan supaya
17
rezekinya lancar, ingin memperoleh jabatan dan juga jodoh, sehingga dapat disebut
perbuatan bid’ah’
b. Pada umumnya tatacara yang dilakukan dalam ziarah kubur juga bertentangan
dengan ajaran Islam yang dibawa Rasulullah SAW, karena dalam permohonannya
menggunakan perantara atau melalui orang yang sudah meninggal dunia yaitu
Petta Rajamawellang dan berkeyakinan dengan perantara Petta Rajamawellang itu
akan cepat terkabul, sekalipun permohonannya kepada Allah SWT, bahkan minta
kepada orang yang telah meninggal dunia, hal tersebut dapat dikatagorikan
perbuatan bid’ah, karena tidak ada contoh dari Rasulullah SAW.
c. Tatacara yang dilakukan dalam ziarah kubur, bila tercapai akan kembali dengan
membawa sesajen dalam bentuk makanan juga bertentangan dengan ajaran Islam,
karena hal tersebut tidak pernah dilakukan dan tidak ada dalam ajaran Islam yang di
bawa Rasulullah SAW.
18
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari hasil penelitian kami adalah sebagai berikut:
1. Persepsi masyarakat datang berziarah ke Coppo Petta Bulu mengunjungi kuburan
beliau atau berziarah karena mereka percaya bahwa leluhur yang mereka sanjung dan
hormati ada di Coppo Petta Bulu, akan menolong atau dapa t mewujudkan segala
keinginannya.
2. Masyarakat datang ke Coppo Petta Bulu kebanyakan dengan tujuan untuk berziarah
dan berniat dengan mengajukan permohonan, seprti kelancaran rizki, kedudukan atau
jabatan, jodoh dan lain sebagainya.
3. Tata cara berziarah yakni masyarakat datang ke Coppo Petta Bulu, setelah apa yang
mereka inginkan tercapai, maka mereka akan kembali dengan membawa sesajen
berupa makanan, seperti pisang, beras ketan (sokko), ayam, kambing, maupun sapi
untuk dimakan bersama sebagai bentuk rasa syukur atas apa yang mereka peroleh.
Kemudian sesajen itu diserahkan ke juru kunci untuk didoakan di depan kuburan
tersebut. Selesai acara doanya kemudian makanan itu di bawa turun ke kaki bukit
untuk dimakan bersama. Apabila mereka ingin menemui Petta Rajamawellang mereka
datang kesana pada hari senin dan kamis.
4. Banyak masyarakat datang berziarah ke Coppo Petta Bulu, yang dilakukan dengan
cara yang betentangan dengan ajaran Islam yang dibawa Rasulullah SAW, sehingga
bisa disebut bid’ah bahkan syirik, karena disamping berdo’a dan meminta sesuatu
kepada orang yang telah meninggal dunia dan orang yang telah meninggal dunia
tersebut dijadikan juga sebagai perantara untuk minta sesuatu keinginan kepada Allah
SWT serta bila berhasil datang kembali dengan membawa sesajen dalam bentuk
makanan.
B. SARAN
19
Adapun saran kami dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Masyarakat/Umat Islam, khususnya Kecamatan Bola, yaitu :
a. Hendaklah lebih mendalami ajaran Islam yang benar yaitu yang dibawa oleh
Rasulullah SAW;
b. Hendaknya segala permintaaan langsung kepada Allah SWT, tanpa melalui
perantara kepada oang yang telah meninggal dunia, sebagaima yang d iajarkan
Rasulullah SAW;
c. Praktek kebudayaan bisa terjadi menyimpang dari ajaran Islam (bid,ah), apabila
tidak sesuai dengan ajaran Islam yang benar, sehingga dapat merusak aqidah atau
bahkan bisa menjadi syirik.
d. Kepada masyarakat khususnya masyarakat yang sering pergi berkunjung ke
Coppo Petta Bulu agar tidak menggantungkan nasib pada kuburan Petta
Rajamawellang, atau dengan kata lain tidak menyalahgunakan keberadaan
kuburan di Coppo Petta Bulu.
2. Bagi Pemerintah (Pejabat Berwenang)
a. Hendaknya pemerintah, khususnya Kementerian Agama Kabupaten Wajo, harus
lebih ditingkatkan untuk membimbing masyarakat, khususnya umat Islam dalam
memahami dan mengamalkan ajaran Islam yang benar.;
b. Hendaknya pemerintah, khususnya Kementerian Agama dan Dinas Kebudayaan
Kabupaten Wajo, untuk memberikan peringatan dalam bentuk tulisan di tempat
makam atau ziarah ke Coppo Petta Bulu, seperti mintalah hanya kepada Allah
SWT,
20
DAFTAR PUSTAKA
Danim Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia
(http://www.animisme.com/2012/07/animismehtml)
(http://www.artikata.com/2012/08/arti-373712-kepercayaan.html)
(http://www.pengertian persepsi.com/2012/08/persepsi.html)
Pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka
21
LAMPIRAN BIODATA
BIODATA PENELITI
Peneliti 1
Nama : Andi Hasri Tri Wulandari
Alamat : Lempong kec. Bola, kab. Wajo Sul-Sel
Tempat, Tanggal Lahir : Palopo, 11 Agustus 1998
Agama : Islam
No. HP : 082 346 063 072
Riwayat Pendidikan : SDN 80 Lalebbata Palopo
SMP Nurmilad Boarding School kab. Wajo
Hobby : Main musik dan bulu tangkis
Cita-cita : Dokter Ahli Saraf
Peneliti 2
Nama : Karvina Damayanti
Alamat : Lempong kec. Bola, kab. Wajo Sul-Sel
Tempat, Tanggal Lahir : Watampone, 29 Maret 1999
Agama : Islam
No. HP : 085 396 369 356
Riwayat Pendidikan : SD Inpres 12/79 Biru II
SMP Nurmilad Boarding School kab. Wajo
Hobby : Main musik dan membaca
Cita-cita : Pramugari
Peneliti 3
Nama : Nurul Aulia Ananda
Alamat : Lempong kec. Bola, kab. Wajo Sul-Sel
Tempat, Tanggal Lahir : Sentani, 3 September 1999
22
Agama : Islam
No. HP : 082 346 064 415
Riwayat Pendidikan : SDN 229 Lamunre Belopa
SMP Nurmilad Boarding School kab. Wajo
Hobby : Main musik dan bulu tangkis
Cita-cita : Dokter Spesialis Anak
23
LAMPIRAN FOTO
Gambar 1. Wawancara dengan masyarakat dusun Wele’E
Gambar 2. Satu ikatan pada pohon berarti satu permintaan dan bendera sebagai tanda
permintaan jodoh.
24
Gambar 3. Lubang pada pohon berisi air diberi julukan “sumur air suci”
Gambar 4. Peneliti saat melakukan observasi di Makam Petta Rajamawellang