MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR KP 1494 TAHUN 2018
T E N T A N G
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR
KP 1021 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN PERAIRAN WAJIB PANDU
PADA PERAIRAN PELABUHAN SAMARINDA DAN PERAIRAN PELABUHAN
KUALA SAMBOJA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa Perairan Pelabuhan Samarinda dan Perairan
Pelabuhan Kuala Samboja Provinsi Kalimantan Timur
telah ditetapkan sebagai Perairan Wajib Pandu
berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
KP 1021 Tahun 2018 tanggal 9 Juli 2018;
b. bahwa berdasarkan hasil penelitian dan evaluasi
ulang oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut
terhadap Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP
1021 Tahun 2018 dimaksud, terdapat perubahan titik
koordinat batas-batas perairan wajib pandu dan
lokasi naik/turun Petugas Pandu (Pilot Boarding
Ground);
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Keputusan Menteri Perhubungan tentang
Perubahan atas Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor KP 1021 Tahun 2018 tentang Penetapan
Perairan Wajib Pandu Pada Perairan Pelabuhan
- 2 -
Mengingat
Samarinda dan Perairan Pelabuhan Kuala Samboja
Provinsi Kalimantan Timur;
: 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang
Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4849);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang
Perkapalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4227);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang
Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 61
Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 193,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5731);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Kenavigasian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5093);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang
Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5108)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
- 3 -
Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20
Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5208);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang
Perlindungan Lingkungan Maritim (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 27,
Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara
Nomor 5109);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang
Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 48, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285);
8. Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980 tentang
Mengesahkan ’’International Convention For The
Safety Of Life At Sea, 1974” sebagai Hasil Koferensi
Internasional tentang Keselamatan Jiwa di Laut
1974, yang telah Ditandatangani Oleh Delegasi
Pemerintah Republik Indonesia di London, Pada
Tanggal 1 November 1974, yang merupakan
Pengganti ’’International Convention For The Safety Of
Life At Sea, 1960”, sebagaimana terlampir pada
Keputusan Presiden Ini (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1980 Nomor 65);
9. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
- 4 -
10. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang
Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75);
11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun
2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit
Penyelenggara Pelabuhan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 130 Tahun 2015 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun
2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit
Penyelenggara Pelabuhan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1400);
12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun
2011 tentang Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran;
13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 26 Tahun
2011 tentang Telekomunikasi-Pelayaran;
14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun
2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 629)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 135 Tahun 2015 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 36 tahun 2012 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas
Pelabuhan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1401);
15. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 93 Tahun
2014 tentang Sarana Bantu dan Prasarana
Pemanduan Kapal (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 2033);
- 5 -
16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun
2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 311) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 146
Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015
tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1867);
17. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 57 tahun
2015 tentang Pemanduan dan Penundaan Kapal
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 390);
18. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1844) sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 56 Tahun 2018
tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018
Nomor 814);
19. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 129
Tahun 2016 tentang Alur-Pelayaran di Laut dan
Bangunan dan/atau Instalasi di Perairan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1573);
- 6 -
Memperhatikan :
Menetapkan
PERTAMA
20. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 20 Tahun
2017 tentang Terminal Khusus dan Terminal Untuk
Kepentingan Sendiri (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 394);
21. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 1021
Tahun 2018 tentang Penetapan Perairan Wajib Pandu
Pada Perairan Pelabuhan Samarinda dan Perairan
Pelabuhan Kuala Samboja Provinsi Kalimantan
Timur;
Surat Direktur Kepelabuhanan Nomor PP.30/20/3/DP-
18 tanggal 26 Juli 2018 perihal Koreksi Titik Koordinat
Keputusan Menteri Perhubungan Tentang Penetapan
Perairan Wajib Pandu Pada Perairan Pelabuhan
Samarinda dan Perairan Pelabuhan Kuala Samboja
Provinsi Kalimantan Timur;
MEMUTUSKAN :
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI
PERHUBUNGAN NOMOR KP 1021 TAHUN 2018
TENTANG PENETAPAN PERAIRAN WAJIB PANDU PADA
PERAIRAN PELABUHAN SAMARINDA DAN PERAIRAN
PELABUHAN KUALA SAMBOJA PROVINSI KALIMANTAN
TIMUR.
Mengubah Titik C dan lokasi Naik/Turun Petugas Pandu
(Pilot Boarding Ground) sebagaimana dimaksud dalam
Diktum KEDUA Keputusan Menteri Perhubungan Nomor
KP 1021 Tahun 2018 tentang Penetapan Perairan Wajib
Pandu Pada Perairan Pelabuhan Samarinda dan Perairan
- 7 -
Pelabuhan Kuala Samboja Provinsi Kalimantan Timur,
sehingga berbunyi sebagai berikut:
Titik A : 00° 10’ 00” LS / 117» 27’ 00” BT, ditarik garis
menuju Titik B;
Titik B : 00° 10’ 00” LS / 117« 54’ 28” BT, ditarik garis
menuju Titik C;
Titik C : 00° 44’ 00” LS / 117° 54’ 28” BT, ditarik garis
menuju Titik D;
Titik D : 01° 12’ 24” LS / 117° 34’ 30” BT, ditarik garis
menuju Titik E;
Titik E : 01° 15’ 00” LS / 117° 05’ 00” BT, ditarik garis
menuju Titik F;
Titik F : 01° 04’ 54” LS / 117° 05’ 06” BT, ditarik garis
menyusuri pantai menuju Titik G;
Titik G : 00° 50’ 30” LS / 117» 08’ 30” BT, ditarik garis
menyusuri sungai menuju Titik H;
Titik H : 00° 39’ 14” LS / 117° 18’ 04” BT, ditarik garis
menyusuri Sungai Mahakam menuju Titik I;
Titik I : 00° 30’ 59” LS / 117° 09’ 02” BT, ditarik garis
menyusuri Sungai Mahakam menuju Titik J;
Titik J : 00° 25’ 33” LS / 116° 59’ 34” BT, ditarik garis
menyusuri Sungai Samarinda menuju Titik K;
Titik K: 00° 17’ 24” LS / 116° 59’ 34”BT, ditarik garis
menyusuri Sungai Samarinda menuju Titik L;
Titik L : 00° 16’ 57” LS / 116° 59’ 21” BT, ditarik garis
menyusuri Sungai Samarinda dan menyusuri
pantai kembali menuju Titik A.
- 8 -
KEDUA
Lokasi naik/turun Petugas Pandu (Pilot Boarding
Ground):Titik A : 01° 15’ 00” LS / 117° 07’ 00” BT
Titik B : 01° 15’ 00” LS / 117° 23’ 00” BT
Titik C : 00° 15’ 00” LS / 117° 55’ 00” BT
: Mengubah Lampiran Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor KP 1021 Tahun 2018 tentang Penetapan Perairan
Wajib Pandu Pada Perairan Pelabuhan Samarinda dan
Perairan Pelabuhan Kuala Samboja Provinsi Kalimantan
Timur sehingga menjadi sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri ini.
- 9 -
KETIGA : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 14 September 2018
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
Salinan Keputusan ini disampaikan kepada: BUDI KARYA SUMADI
1. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman;
2. Menteri Kelautan dan Perikanan;
3. Menteri Badan Usaha Milik Negara;
4. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;
5. Kepala Staf TNI Angkatan Laut;
6. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, dan Direktur Jenderal
Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan;
7. Gubernur Kalimantan Timur;
8. Wali Kota Samarinda;
9. Bupati Kutai Kartanegara;
10. Kepala Distrik Navigasi Kelas I Samarinda;
11. Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II
Samarinda;
12. Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Kuala Samboja.
Salinan sesuai dengan aslinya
5IRO HUKUM,
I H„ SH, DESS ama Muda (IV/c)
1023 199203 1 003
LAMPIRANKEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 1494 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERIPERHUBUNGAN NOMOR KP 1021 TAHUN 2018 TENTANG PENETAPAN PERAIRAN WAJIB PANDU PADA PERAIRAN PELABUHAN SAMARINDA DAN PERAIRAN PELABUHAN KUALA SAMBOJA PROVINSI KALIMANTANTIMUR
PENETAPAN PERAIRAN WAJIB PANDU PADA PERAIRAN PELABUHAN SAMARINDA DAN PERAIRAN PELABUHAN KUALA SAMBOJA
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
PETA LAUT INDONESIA NOMOR: 1301. Titik A : 00° 10’00” LS / 117°27’00” BT, ditarik garis menuju Titik B;2. Titik B : 00« 10’00” LS / 117054’28” BT, ditarik garis menuju Titik C;3. Titik C : 00°44’00” LS / 117°54’28” BT, ditarik garis menuju titik D;4. Titik D : 01°12’24” LS / 117°34’30” BT, ditarik garis menuju titik E;5. Titik E : 01°15’00” LS / 117°05’00” BT, ditarik garis menuju titik F;6. Titik F : 01°04’54” LS / 117«05’06” BT, ditarik garis menyusuri pantai
menuju titik G;7. Titik G : 00°50’30” LS / 117°08’30” BT, ditarik garis menyusuri sungai
menuju titik H;8. Titik H : 00°39T4” LS / 117°18’04” BT,ditarik garis menyusuri sungai
Mahakam menuju titik I;
9. Titik I : 00°30’59” LS / 117°09’02” BT, ditarik garis menyusuri
sungai Mahakam menuju titik J;
10. Titik J : 00°25’33” LS / 116°59’34” BT, ditarik garis menyusuri
sungai Samarinda menuju titik K;
11. Titik K : 00°17’24” LS / 116°59’34” BT, ditarik garis menyusuri
sungai Samarinda menuju titik L;
12. Titik L : 00°16’57” LS / 116°59’21” BT, ditarik garis menyusuri sungai
Samarinda dan menyusuri pantai kembali menuju titik A;
Lokasi naik/turun pandu (Pilot Boarding Ground):
Titik A : 01°15’00”LS / 117°07’00”BT
Titik B : 01015’00”LS / 117023’00”BT
Titik C : 00015’00”LS / 117055’00”BT
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BUDI KARYA SUMADI
Salinan sesuai dengan aslinya
HUKUM,
I H.. SH, DESS ama Muda (IV/c)
1023 199203 1 003