1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Petrologi adalah salah satu cabang Ilmu Geologi yang mempelajari proses
awal mula terbentuknya batuan, struktur batuan, tekstur batuan, komposisi
mineral dalam batuan, dan klasifikasi batuan tersebut. Dalam suatu proses
terbentuknya sebuah batuan, pasti akan mengakibatkan struktur, tekstur dan
komposisi mineral yang berbeda dengan batuan yang terbentuk pada proses yang
lain. Hal inilah yang selanjutnya akan dipelajari dalam Petrologi. Ada tiga cabang
petrologi, berkaitan dengan tiga tipe batuan: beku, metamorf, dan sedimen. Kata
petrologi itu sendiri berasal dari kata Bahasa Yunani petra, yang berarti "batu".
Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku
(batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau
magma). Batuan beku mencakup batuan volkanik dan plutonik.
Tujuan praktikum lapangan Petrologi adalah menambah pengetahuan kita
sebagai mahasiswa Fisika program studi Teknik Geologi dan Teknik Geofisika
mengenai berbagai macam batuan yang ada di Sulawesi Tenggara. Agar kita dapat
mengetahui potensi-potensi apa saja yang dimiliki provinsi Sulawesi Tenggara ini.
Sehingga kita dapat mengolah sumber daya alam kita sendiri kedepan nanti.
Penelitian lapangan dilakukan dengan melakukan survei secara langsung
di lapangan dimana hal-hal yang dilakukan dalam penelitian lapangan yaitu
melakukan pengamatan pada keadaan geologi sekitar daerah penelitian dan juga
pada kondisi fisik singkapan, mengambil sampel dan memplot lokasi pengambilan
data dan sampel (singkapan yang insitu) pada peta lintasan berdasarkan data
koordinat yang dikontrol melalui alat GPS (Global Position System), serta
mengambil dokumentasi kondisi singkapan dan data-data lainnya dalam bentuk
foto.
1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
a. Maksud
Adapun maksud dari pelaksanaan praktikum lapangan Petrologi ini
yaitu : Menganalisa permasalahan struktur geologi mengenali jenis-jenis
Batuan dengan melihat secara langsung di lapangan.
b. Tujuan
Tujuan dari praktikum yang ingin dicapai dalam praktikum
lapangan Pengamatan Struktur , dan Morfologi Sungai di daerah Sekitar
Aliran Sungai jalan Lasolo yaitu :
1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan singkapan batuan yang ada di
lapangan.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasikan Geomorfologi disekitar
singkapan batuan yang ada di lapangan.
1.3 ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam Praktikum Lapangan Geologi
Struktur ini yaitu:
Tabel 1. Tabel Alat dan Bahan Praktikum Lapangan Geologi Struktur
No Alat dan Bahan Kegunaan
1. Kompas geologi Untuk menentukan Strike dan Dip
2. GPSUntuk menentukan koordinat posisi/lokasi
pengambilan data
3.
Alat tulis (pulpen,
pensil, pensil warna,
penghapus, kapur tulis)
Untuk menulis data hasil penelitian
4. Peta topografi Untuk memplot posisi yang didapat dari GPS
5. Papan KomputerUntuk membantu pengukuran Strike
dan Dip
6. Kamera Digital/ HP
Untuk mengambil gambar
smpel/singkapan batuan beserta
struktur geologinya
1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
7.Busur derajat /
protraktor
Digunakan sebagai alat untuk membantu dalam
pengeplotan data
1.4 WAKTU, TEMPAT, DAN KESAMPAIAN DAERAH
a) Waktu dan Tempat
Praktikum lapangan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 11
Januari 2014. Praktikum lapangan ini dilaksanakan di daerah Benu-
Benua Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari Sulawesi Tenggara.
b) Kesampaian Daerah
Lokasi penelitian yang bertempat dipinggiran jalan daerah Benu-
Benua, daerah ini dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda
dua ataupun roda empat, dengan memakan waktu yang begitu singkat.
Untuk lokasi penelitian pertama terletak pada koordinat (S : 03o, 58’,
0,34” ; E : 122o, 34’, 015”) yang dari lokasi awal keberangkatan atau
tempat berkumpul ke pertama memakan waktu ± selama 5 menit. Dan
untuk lokasi ke dua berada pada koordinat ( S : 03o, 57,69’ LS ; E : 122o,
34,138’ BT ), waktu yang dibutuhkan untuk menempuh stasiun dua dari
stasiun satu ± 20 menit. Praktikum kali ini hanya ada 2 stasiun
pengamatan.
1.5 PENELITIAN TERDAHULU
1. Armstrong F. Sompotan, 2012. Geologi Struktur Sulawesi.
2. Surono,2013. Geologi Lengan Tenggara Sulawesi.
1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
BAB II
GEOLOGI REGIONAL LEMBAR LASUSUA
2.1 GEOMORFOLOGI REGIONAL
Secara regional daerah penelitian termasuk dalam lembar peta Lasusua –
Kendari yang terletak pada lengan tenggara Pulau Sulawesi. Morfologi lembar
Lasusua – Kendari dapat dibedakan menjadi empat satuan yaitu pegunungan,
perbukitan, kras dan dataran rendah (Rusmana, dkk, 1993).
Pegunungan menempati bagian tengah dan barat lembar, perbukitan terdapat
pada bagian barat dan timur, morfologi kras terdapat di PegununganMatarombeo
dan di bagian hulu Sungai Waimenda serta Pulau Labengke.
Morfologinya berupa perbukitan dan dataran rendah. Satuan perbukitan ini
umumnya tersusun oleh batuan sedimen dengan ketinggian berkisar 75 – 750
meter diatas permukaan laut. Puncak yang terdapat pada satuan perbukitan adalah
Gunung Meluhu (517 meter) dan beberapa puncak lainnya yang tidak memiliki
nama, sungai di daerah ini umumnya berpola aliran meranting (dendritik). Dataran
rendah terdapat didaerah pantai dan sepanjang aliran sungai besar dan muaranya,
seperti Aalaa Kokapi, Aalaa Konaweha dan Aalaa Lasolo.
2.2 STRATIGRAFI REGIONAL
Berdasarkan himpunan batuan dan pencirinya, Daerah Lasusua – Kendari
dapat dibedakan dalam dua lajur geologi yaitu Lajur Tinondo dan Lajur Hialu.
Lajur Tinondo dicirikan oleh batuan endapan paparan benua, dan Lajur Hialu oleh
endapan kerak samudra/ofiolit (Rusmana, dkk, 1993). Secara garis besar kedua
mandala ini dibatasi oleh Sesar. Daerah penelitian termasuk dalam stratigrafi
regional Daerah Lasusua – Kendari pada Lajur Tinondo. Batuan yang terdapat di
Lajur Tinondo yang dijumpai pada daerah penelitian adalah Formasi Meluhu (TR
JM ) yang berumur Trias Tengah sampai Jura, secara tak selaras menindih batuan
malihan Paleozoikum ( batuan alas Lajur Tinondo ). Formasi ini terdiri dari
batupasir kuarsa yang termalihkan lemah dan kuarsit, setempat bersisipan dengan
serpih hitam dan batugamping, mengandung Halobia sp dan Daonella sp serta
1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
batusabak pada bagian bawah. Batupasir berwarna kelabu sampai kelabu muda
dan kekuningan, sangat kompak, berbutir halus sampai sedang, menyudut
tanggung, terpilah baik hingga sedang, tersemenkan oleh silika, sebagian
termalihkan lemah, berlapis baik dengan tebal lapisan antara 10 – 60 cm, dan
setempat mencapai 1 m atau lebih. Batugamping umumnya berwarna kelabu
hingga kehitaman, berbutir halus, setempat terhablur, banyak dijumpai urat kalsit
berukuran halus, pejal, tebal perlapisan berkisar dari beberapa sentimeter sampai
60 cm. Setempat batugamping ini mengandung fosil Halobia sp dan Daonella sp.
Batulanau berwarna kelabu hingga kehitaman, terjadi perselingan dengan
batupasir, dengan tebal lapisan beberapa sentimeter. Pada zaman yang sama
terendapkan Formasi Tokala (TR Jt ) terdiri dari batugamping berlapis dan serpih
bersisipan batupasir. Hubungannya dengan Formasi Meluhu adalah menjemari.
Satuan batuan yang terdapat pada daerah penelitian dapat dibagi menjadi 4
(empat) satuan batuan yang secara berurutan tersebut di bawah ini, dari satuan
yang termuda sebagai berikut :
a. Satuan aluvial
b. Satuan piroksenit
c. Satuan batupasir dan satuan batugamping
Uraian, hubungan dan pemerian singkat tiap satuan batuan dapat dilihat
pada kolom stratigrafi daerah penelitian. Penguraian tiap-tiap satuan batuan akan
dimulai dari satuan yang tertua hingga yang termuda.
a. Satuan Batupasir
Penamaan dari satuan batuan didasarkan pada ciri litologi dan dominasi
penyusun utama satuan ini, yaitu batupasir. Pada bagian tengah dari satuan ini
dijumpai perselingan antara batupasir dan batulanau serta sisipan batugamping
pasiran. Hubungan stratigrafi antara satuan batupasir dengan satuan batuan yang
berumur lebih tua tidak diketahui, karena tidak tersingkap pada daerah penelitian.
b. Satuan Batugamping
Penamaan dari satuan batuan didasarkan pada ciri litologi, dominasi
batuan penyusun, analisis yang dilakukan secara megaskopis dan mikroskopis,
maka batuan ini dinamakan satuan batugamping.
1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
c. Satuan Piroksenit
Penamaan dari satuan batuan ini didasarkan pada ciri litologi, dan
dominasi batuan penyusun yang dilakukan secara megaskopis dan mikroskopis,
maka satuan ini dinamakan satuan piroksenit.
d. Satuan Aluvial
Penamaan satuan didasarkan pada ciri-ciri fisik material, meliputi jenis
endapan dan ukuran butir yang langsung dilakukan di lapangan. Satuan ini
menempati sekitar 15% dari seluruh luas daerah penelitian atau sekitar 12,83 km2.
Penyebaran dari endapan aluvial relatif berarah utara-timurlaut – selatan-
baratdaya pada Aalaa Kokapi . Ketebalan dari endapan ini berdasarkan hasil
pengukuran langsung di lapangan pada Aalaa Kokapi yaitu (2 – 4)m.
Material penyusun dari endapan aluvial, berukuran lempung hingga pasir
merupakan hasil rombakan dari batuan yang telah terbentuk lebih dahulu yang
mengalami proses pelapukan dan tertransportasi membentuk endapan sungai,
rawa dan pantai. Bentuk endapan sungai berupa flood plain, point bar dan channel
bar. Material penyusun dari endapan ini terdiri dari material lepas hasil rombakan
dari batupasir dan batugamping yang berukuran lempung hingga pasir. Endapan
rawa tersusun oleh material lempung hingga pasir. Endapan pantai terbentuk dari
transportasi material pada muara sungai dan rombakan yang diakibatkan oleh arus
dan gelombang, berukuran lempung hingga pasir terendapkan di daerah pesisir
pantai.
Formasi Batuan
Formasi Meluhu diberikan oleh Rusmana & Sukarna (1985) kepada satuan
batuan yang terdiri atas pasir kuarsa, serpih merah, batulanau, dan batulumpur di
bagian bawah; dan perselingan serpih htiam. batupasir, dan batugamping di bagian
atas. Formasi Meluhu menindih takselaras batuan malihan dan ditindih takselaras
oleh satuan batugamping Formasi Tampakura.
Formasi Meluhu mempunyai penyebaran yang sangat luas di Lengan
Tenggara Sulawesi. Formasi ini telah dipublikasikan secara luas; di antaranya
oleh Surono dkk. (1992); Swim (1997b, 1999), serta Surono & Bachri (2002).
1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
Sebagian besar bahasan selanjutnya merupakan terjemahan dan/atau kompilasi
dari publikasi tersebut.
Surono(1997b) membagi Formasi Meluhu menjadi tiga anggota (dari bawah
ke atas):
·Anggota Toronipa yang didominasi oleh batupasir dan konglomerat,
·Auggota Watutaluboto didominasi oleh batulumpur, batulanau, dan serpih,
·Anggota Tuetue dicirikan oleh hadirnya napal dan batugamping.
Anggota Toronipa
Anggota Toronipa, Formasi Meluhu didominasi oleh batupasir dan
konglomerat dengan sisipan serpih, batulanau, dan batulempung. Sisipan tipis
lignit ditemukan setempat seperti di sungai kecil dekat Mesjid Nurul Huda, Kota
Kendari dan tebing tepi jalan di selatan Tinobu. Lokasi tipe Anggota Toronipa
berada di Tanjung Toronipa, sebelah tenggara Desa Toronipa. Penampang tegak
basil pengukuran stratigrafi terperinci di Tanjung Toronipa tersebut dapat dilihat
pada. Batupasir berlapis baik berfasies St dan Sp telah ditemukan. Di beberapa
tempat, batupasir pejal tersingkap baik, yang diduga merupakan hasil pengendap-
an grain flow. Secara setempat, batupasir kerikilan (Gh) sering dijumpai di atas
permukaan bidang erosi. Ketebalan Anggota Toronipa pada lokasi tipe tersebut
adalah 800 m. Ketebalan maksimum anggota ini diduga ke arah timur.
Struktur sedimen yang terekam pada Anggota Toronipa berupa silang siur
(planar, trough dan epsi-lon) seruling (flute mark), gelembur gelombang (ripple
mark), perlapisan bersusun, dan permukaan erosi. Lag deposit umum ditemukan
pada bagian bawah runtunan sedimen di atas permukaan erosi Batang, ranting,
dan/atau cetakan daun juga ditemukan pada endapan klastik halus. Setiap runtunan
batuan sedimen menunjukkan penghalusan ke atas yang menunjukkan energi
melemah ke arah atas. Semua fakta di lapangan ini memberikan gambaran bahwa
Anggota Toronipa diendapkan pada lingkungan sungai kekelok. Arab arcs purba,
yang sebagian besar diukur pada silang-siur menunjukkan hasil kecenderungan
unimodal. Kondisi seperti ini umum ditemui pada arus sungai kekelok.
1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
Anggota Watutaluboto
Anggota Watutaluboto, Formasi Meluhu terdiri atas perselingan
batulumpur, batulanau, dan serpih serta sisipan batupasir. Pengulcuran stratigrafi
Anggota Watutaluboto, Formasi Meluhu telah dilakukan sepanjang pantai pada
Tanjung Labuanbajo. Ketebalan anggota ini pada lokasi tipenya tidak Luang dari
75 m.
Kehadiran lag deposits, permukaan erosi intraformasi gems (scoured
intraformational erosional surface), lensa batupasir crevase-splay, silang siur
epsilon, dan runtunan endapan banjir dengan retakan dislokasi (desiccation crack),
menunjukkan adanya pengaruh energi sungai pada waktu pengendapan Anggota
Taluboto. Sejumlah alur sungai purba dapat ditemukan pada beberapa lapisan
terutama pada bagian bawah anggota tersebut. Sementara pengaruh arus pasang-surut
dijumpai pada bagian atasnya. Fakta di lapangan itu semua memberikan petunjuk
bahwa Anggota Watutaluboto di endapkan pada lingkungan delta (Galloway, 1975;
Boyd dick., 1992), yang bagian bawahnya sangat dipengaruhi oleh energi sungai
(river dominated delta) sedangkan bagian atasnya dipengaruhi energi pasang-surut
(tide-dominated delta).
Runtunan batulumpur/serpih berkarbon di utara Desa Watutaluboto, yang
banyak mengandung struktur pasang-surut merupakan endapan intertidal. Runtunan
batuan sedimen ini mungkin terendapkan di antara tributary Chanel pada sistem
lingkungan delta. Kandungan lumpur serpih yang lebih dari 84% pada runtunan ini
menunjukkan lingkungan pengendapannya berada pada zona lumpur yang
mempunyai arus pasang-surut tinggi. Menurut Reinson (1984), runtunan endapan
pasang-surut yang demikian berkembang baik pada lingkungan rnesotidal dengan
kisaran arus pasang-surut antara 2 m dan 4 m.
Anggota Tuetue
Anggota Tuetue, Formasi Meluhu didominasi oleh batulumpur dengan
sisipan batupasir di bagian bawah, lensa batupasir pada bagian tengah, dan lapisan
batupasir, napal, dan/atau batugamping pada bagian atas. Di bagian utara Tanjung
1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
Labuanbajo, Anggota Tuetue, Formasi Meluhu dicirikan oleh klastika halus yang
mengandung buluh (burrow) secara melimpalt dalam sedimen sedikit gampingan.
Pada urnumnya satuan batuan penyusun anggota ini berlapis baik dengan ketebalan
berkisar antara beberapa cm sampai 75 cm. Ketebalan Anggota Tuetue pada lokasi
tipenya minimum 140 m. Diduga ketebalan anggota ini menebal ke arab barat taut.
Beberapa lapisan mempunyai struktur sedimen pasang-surut seperti flaser-
bedding, lensoidal-bedding, silang siur tulang ikan (herring-bone), dan wavy-
bedding. Fakta ini mengindikasikan adanya pengaruh arus pasang-surut pada
pengendapan Anggota Tuetue.
Bagian bawah Anggota Tuetue mempunyai batupasir berstruktur silang siur
planar berukuran cukup besar. Hal ini mengindikasikan bahwa pada saat
pengendapannya dipengaruhi oleh energi cukup tinggi, mungkin pada offshore bar.
Lensa batupasir dengan pemilahan baik dijumpai pada bagi tengah. Antara
batupasir dan batulumpur mempunyai batas yang tegas. Hal ini dimungkinkan
karena adanya pengaruh taufan (storm) sewaktu pengendapannya.
Bagian atas Anggota Tuetue mengandung banyak burrow dan lapisan
batupasir bagian ini juga banyak mengandung fosil kerang berkatup dua (bivalve),
gastropoda, amonit, dan belemnit yang mencirikan endapan laut dangkal. Adanya
pengaruh taufan pada waktu pengendapan Anggota Tuetue ini juga ditunjukkan oleh
kehadiran silang siur hammocky, tidak berorientasi, dan tidak bersambungnya
cangkang binatang berkatup dua tebal pada batugamping. Batugamping yang kaya
akan material organik, pint autigenik dan serpih hitam pada bagian teratas Anggota
Tuetue, merupakan indikasi bahwa bagian ini terendapkan dalam kondisi
kekurangan osigen, tanpa pengaruh arus mungkin pada laut mid - sampai outer
shelf.
Berdasarkan uraian di atas, lingkungan pengendapan Anggota Tuetue
mengindikasikan adanya pendalaman pada lingkungan neritik. Hal tersebut
menunjukkan bahwa penurunan (subsidence) lebih cepat dari pada pasokan
sedimen.
1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
Gambar 7.1 Penyebaran formasi Meluhu di lengan Tanggara Sulawesi
(disederhanakan dari peta Geologi Terbitan Pusat dan
Pengembangan Geologi).
1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
2.3 STURKTUR GEOLOGI REGIONAL
Struktur geologi yang dijumpai, pada Lembar Lasusua – Kendari adalah
sesar, lipatan dan kekar. Sesar dan kelurusannya, relatif berarah baratlaut –
tenggara searah dengan Sesar Lasolo. Sesar Lasolo berupa sesar geser mengiri
yang diduga masih giat hingga sekarang. Sesar tersebut ada kaitannya, dengan
Sesar Sorong yang giat kembali pada Kala Oligosen (Simanjuntak, dkk, 1983).
Sesar naik ditemukan di Daerah Wawo sebelah barat Tampakura dan di Tanjung
Labuandala sebelah selatan Sesar Lasolo yaitu beranjaknya batuan ofiolit keatas
batuan malihan Mekongga, Formasi Meluhu dan Formasi Matano. Jenis sesar lain
yang dijumpai adalah sesar bongkah.
Sesar Lasolo berarah baratlaut – tenggara, membagi Lembar Lasusua –
Kendari, menjadi dua bagian. Sebelah timurlaut sesar disebut Lajur Hialu,
dicirikan dengan batuan asal kerak samudera dan sebelah baratdaya sesar disebut
Lajur Tinondo, dicirikan dengan batuan asal paparan benua.
Pada Kala Miosen Tengah Lajur Hialu terdorong oleh benua kecil Banggai-
Sula, yang bergerak ke arah barat, yang menyebabkan terseserkannya Lajur Hialu
di atas Lajur Tinondo, yang kemudian diikuti oleh sesar bongkah.
Jenis lipatan berupa lipatan antiklin, setempat di jumpai lipatan rebah dan
lipatan sinklin. Kekar terdapat pada semua jenis batuan, pada batugamping kekar
ini tampak teratur, membentuk kelurusan. Kekar pada batuan beku umumnya,
menunjukkan arah tak beraturan. Pada Kala Miosen Akhir sampai Pliosen
pengangkatan kembali berlangsung, dimana pada pantai timur dan tenggara
lembar dicirikan dengan undak-undak pantai dan sungai serta pertumbuhan koral.
1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. HASIL PENGAMATAN
1. Stasiun Pengamatan 1
a. Informasi lokasi
Pengamatan dilakukan di kota kendari, kecamatan kendari barat
tepatnya pada koordinat S : 3o58’3,4” dan E : 122o34’1,5”. Pada pukul
08.25 – 09.32. batas morfologi lokasi pengamatan yaitu sebelah barat dan
timur adalah pertokoan, sebelah utara merupakan vegetasi pepohonan
sedangkan disebalah selatan lokasi berbatasan dengan jalan raya. Cuaca
saat berlangsungnya pengamatan adalah cerah berawan. Singkapan yang
ditemukan pada lokasi ini adalah berupa batuan sedimen insitu dengan
dimensi 10 m x 5 m dengan arah penyebaran batuan N79oE.
b. Data litologi
· Jenis batuan : Batuan sedimen
· Warna lapuk : Abu-abu kehitaman
· Warna segar : Cokelat
· Tekstur : Klastik
· Ukuran butir : Pasir sedang
· Bentuk butir : Rounded
· Kemas : Tertutup
· Porositas : Rendah
· Permeabilitas : Rendah
· Struktur : Berlapis
· Nama batuan : Batu Pasir
c. Data Struktur
· Lipatan : -
· Kekar : Ada
· Sesar :Ada
1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
· Foliasi : -
· Lapisan : Ada
Gambar 1.1 Singkapan Batuan 1 Gambar 1.2 Sampel Batuan 1
2. Stasiun Pengamatan 2
a. Informasi lokasi
Pengamatan dilakukan di kota kendari, kecamatan kendari barat
tepatnya pada koordinata S :3o’” dan E :122o’”. Pada pukul 09.34 – 10.37.
batas morfologi lokasi pengamatan yaitu sebelah barat, selatan dan utara
adalah perumahan warga sedangkan timur merupakan vegetasi
pepohonan. Cuaca saat berlangsungnya pengamatan adalah cerah
berawan . Singkapan yang ditemukan pada lokasi ini adalah berupa batuan
sedimen insitu dengan dimensi 3 m x 1 m.
b. Data lithologi
· Jenis batuan : Batuan sedimen
· Warna lapuk : Merah bata kehitaman
· Warna segar : Merah bata
· Tekstur : Klastik
· Ukuran butir : Pasir sangat halus
· Bentuk butir : Rounded
· Kemas : Tertutup
· Porositas : Rendah
· Permeabilitas : Rendah
· Struktur : -
1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
· Nama batuan : sedimen pasir yang belum mengalami kompaksi
c. Data Struktur
· Lipatan : -
· Kekar : Ada
· Sesar : -
· Foliasi : -
· Lapisan : Ada
Gambar 1.3 Singkapan Batuan 2 Gambar 1.4 Sampel Batuan 2
3.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum lapangan yang dilakukan di sepanjang aliran sungai jalan
Lasolo, tanggal 29 Desember 2013, kami mengamati bentuk struktur geologi yang
terdapat di sepanjang wilayah tersebut. Dari beberapa struktur geologi seperti
kekar, sesar, lipatan (struktur sekunder), kami hanya mengamati kekar pada
singkapan di lapangan.
Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu
gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran.Dari
hasil pengambilan data lapangan, didapat beberapa lokasi pengukuran kekar,
dimana penentuan lokasi ini sendiri berdasarkan keberadaan interpretasi keadaan
1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
wilayah yang telah dilakukan pada tahapan awal, yang kemudian tertuang dalam
sebuah peta topografi yang menjadi pedoman arah kami dalam pelaksanaan
praktikum lapangan Geologi Struktur ini. Dari pengamatan lapangan, kekar yang
berkembang didaerah penelitian secara genetik termasuk kedalam kekar gerus
(shear Joint), yang terbentuk akibat adanya gaya kompresi. Dari data kekar ini
juga dilakukan proses analisis dengan memproyeksikan kedalam diagram kipas
dan diagramrosset.Dari analisis dapat disimpulkan bahwa kekar di daerah
penelitian berkembang secara abstrak atau memiliki pola yang berbeda-beda
setiap lokasi pengamatan.
Lokasi pembagian pengamatan kekar dibagi menjadi 2 tempat dengan
kedudukan strike dan dip yang berbeda. Panjang lintasan yang kami ukur dengan
roll meter sepanjang 6 meter.
Wilayah pertama sepanjang 3 meter dengan kedudukan strike N 325o W
dan dip 37o dari arah utara, berada pada koordinat 122o34’462” dan -0,3o57’726”
memiliki kekar kurang lebih 12 kekar dengan strike dip yang berbeda antara kekar
yang satu dengan yang lain sebagimana dapat dilihat pada bagian Hasil
Pengukuran Kekar pada lembaran sebelumnya. Jenis batuan pada singkapan
tersebut adalah jenis batuan sedimen tepatnya batu pasir.
Wilayah kedua dengan panjanglintasan yang sama seperti wilayah pertama
yaitu 3 meter, kedudukan strike N 43o E dan dip 31o, posisi dari arah utara dengan
koordinat yang sama yaitu 122o34’462” dan -0,3o57’726” memiliki kekar sekitar 6
kekar yang juga dapat dilihat pada bagian Hasil Pengukuran Kekar di lembaran
sebelumnya. Jenis batuan pada singkapan adalah batan sedimen tepatnya batu
pasir.
Dari data kekar yang diperoleh baik dari wilayah pertama dan wilayah
kedua, semua kekar diperoleh berjumlah 18 kekar yang selanjutnya kami plot
dalam bentuk diagram rose. Namun terlebih dahulu, data pengukuran kekar untuk
menentukan arah tegasan utamanya diperoleh dengan menggunakan diagram
kipas. Data yang diperoleh diubah menjadi skala kuadran, dan hanya
menampilkan data N..oW dan N..oE. Berdasarkan persamaan yang ada (dapat
dilihat pada bagian Hasil Pengukuran Kekar), diperoleh nilaiσ1yaitu N 60o W
1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
danσ3 yang terletak tepat 900dari σ1atau tepatnya N 300 E, dan untuk mencari arah
tegasan utamanya, nilai σ1tersebut kemudian diplot ke dalam arah mata angin,
sehingga diperoleh arah tegasan utamanya berada pada pertengahan barat-barat
laut dan pertengahan timur menenggara-tenggara, sehingga diperkirakan arah
tegasan utamanya dari Tenggara ke Barat Laut.
Dari perolehan data yang dapat dipertanggungjawabkan itu, dapat
disimpulkan bahwa arah tegasan utama yang diperoleh tersebut, memiliki
kesamaan terhadap arah tegasan Sistem Sesar Lawanopo.
Sistem Sesar Lawanopo termasuk sesar-sesar berarah utama barat laut-
tenggara yang memanjang sekitar 260 km dari utara Malili sampai Tanjung
Toronipa. Ujung barat laut sesar ini menyambung dengan Sesar Matano,
sementara ujung tenggaranya bersambung dengan Sesar Hamilton, yang
memotong Sesar naik Tole. Sistem sesar ini diberi nama Sesar Lawanopo oleh
Hamilton (1979) berdasarkan Dataran Lawanopo yang ditorehnya.
Kenampakan fisiografi Sistem Sesar Lawanopo tergambar jelas lebih dari
pada 50 km pada citrainderaan jauh, termasuk citra Landsat, dan IFSAR. Citra
tersebut menggambarkan adanya lembah linier panjang, scarp, offset, dan
pembelokan aliran sungai. Aliran sungai yang tergeser mengiri dapat diidentifikasi di
beberapa tempat antara Tinobu, dan Soropia, utara Kendari, contohnya pergeseran
mengiri 2 km Sungai Andonowu (selatan Tinobu). Jarak pergeseran, yang membesar
semakin dekat dengan sesar yang bersangkutan, merupakan tanda sesar geser
(Sylvester. 1988). Pergeseran mengiri sepanjang sesar yang diperkirakan sejauh 25
km, didasarkan atas pergeseran Formasi Meluhu yang berada di tengah Lengan
Tenggara Sulawesi.
Interpretasi citra foto udara di sekitar Tinobu menunjukkan penyebaran
Batuan Campur-aduk Toreo. Kepingan batuan yang berasal dan Formasi Meluhu,
Formasi Tampakura, dan dijumpai sebagai bodin dalam batuan campur-aduk itu.
Analisis stereografis orientasi bodin, yang diukur pada tiga lokasi, menunjukkan
keberagaman azimut rata-rata/plunge : 300/440, 356,3o/490, dan 208,70/210.
1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
Kehadiran mata air panas muncul di Desa Toreo, sebelah tenggara Tinobu
serta adanya pergeseran pada bangunan dinding rumah, dan jalan sepanjang sesar
ini menunjukkan bahwa Sistem Sesar Lawanopo masih aktif sampai sekarang,
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Setelah melakukan pratikum lapangan ini, serta berdasarkan data
pengamatan dan paparan pembahasan pada lembaran sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan yaitu :
1. Praktikan dapat mengetahui gambar kekar, bentuk kekar, mengetahui
hubungan gaya dan pola kekar dan juga mengetahui bagaimana analisa
kekar dan aplikasinya di lapangan.
2. Daridata kekar yang diperoleh,dapat dilakukan proses analisis dengan
memproyeksikan kedalam diagram kipas dan diagramrosset.
3. Dari analisis dapat disimpulkan bahwa kekar di daerah penelitian
berkembang secara abstrak atau memiliki pola yang berbeda – beda setiap
lokasi pengamatan. Analisis terhadap kekar pada suatu tubuh batuan,
selain bertujuan untuk menentukan arah gaya yang mempengaruhinya,
juga untuk mengetahui ada tidaknya kekar dan lipatan. Berdasarkan arah
tegasan utama dari kekar-kekar yang kami temukan di lapangan, dapat
disimpulkan bahwa arah tegasan utama yang diperoleh tersebut, memiliki
kesamaan terhadap arah tegasan Sistem Sesar Lawanopo.
4.1 SARAN
Saran yang dapat saya sampaikan melalui laporan praktikum lapangan
Petrologi ini adalah sebaiknya
1
PETROLOGI LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
Recommended