PETUNJUK TEKNIS MOBIL FUNGSIONAL
LABORATORIUM PENGAMATAN HAMA DAN PENYAKIT
TAHUN 2018
DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN
2018
i
KATA PENGANTAR
Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit (LPHP) merupakan
kelembagaan perlindungan tanaman pangan di bawah pembinaan
dan koordinasi UPTD-BPTPH di tingkat Provinsi. LPHP berperan
sebagai pusat pengembangan teknologi terapan, perlindungan
tanaman yang mencakup kegiatan pengamatan, peramalan dan
pengendalian OPT serta penanganan Dampak Perubahan Iklim
(DPI). Wilayah kerja LPHP mencakup beberapa kabupaten dengan
kondisi agroklimat yang relatif sama.
Optimalisasi pengendalian OPT dan penanganan DPI yang
dilakukan oleh LPHP di lapangan sangat erat kaitannya dengan
ketersediaan bahan pengendalian, SDM dan mobilisasi bahan dan
sarana pengendalian OPT. Pada umumnya sarana pengendalian
OPT berada di gudang penyimpanan yang letaknya cukup berjauhan
dengan daerah endemis atau daerah yang menunjukkan serangan
OPT.
Untuk mempermudah dan mempercepat mobilisasi sarana tersebut
dibutuhkan kendaraan operasional yang memadai. Oleh karena itu,
diperlukan pengadaan kendaraan operasional untuk pengendalian
OPT dan penanganan DPI sehingga upaya pengendalian tidak
terlambat. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2018
mengalokasikan mobil operasional LPHP, secara terbatas sesuai
dengan kemampuan anggaran yang tersedia.
Jakarta, April 2018 Direktur Perlindungan,
Ir. Yanuardi, MM NIP 195810131986031001
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Dasar Hukum .................................................................... 4
C. Tujuan dan Sasaran .......................................................... 6
D. Istilah dan Pengertian ....................................................... 7
BAB II JENIS DAN KRITERIA PENERIMA
A. Jenis Bantuan ................................................................... 11
B. Kriteria .............................................................................. 11
BAB III MEKANISME BANTUAN
A. Pengadaan ....................................................................... 14
B. Hibah ................................................................................ 15
C. Penyaluran ....................................................................... 15
D. Spesifikasi ........................................................................ 15
BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN, KETENTUAN
PERPAJAKAN DAN SANKSI
A. Pertanggungjawaban ........................................................ 17
B. Ketentuan Perpajakan ....................................................... 17
C. Sanksi ............................................................................... 17
D. Titik Kritis .......................................................................... 18
BAB V PENUTUP ...................................................................... 20
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Alokasi Mobil Fungsional LPHP ................ 22
Lampiran 2. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak
(Dinas Pertanian Propinsi) ......................
26
Lampiran 3. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak
(BPTPH) ................................................
27
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sasaran pengamanan produksi tanaman pangan adalah
menjaga produktivitas pada taraf tinggi, meningkatkan
mutu produk tanaman, lingkungan tetap terjaga dan
pendapatan serta kesejahteraan petani meningkat.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan
pengawalan yang lebih intensif, terintegrasi, dan
berkesinambungan yang melibatkan seluruh pihak terkait
untuk meminimalkan kehilangan hasil diantaranya yang
diakibatkan oleh gangguan Organisme Pengganggu
Tumbuhan (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI).
Agar populasi OPT dapat selalu terkendali perlu dilakukan
upaya-upaya pengendalian secara terpadu seperti yang
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman yang dijabarkan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995
tentang Perlindungan Tanaman, dan Keputusan Menteri
Pertanian Nomor 887/Kpts/OT.210/9/1997 tentang
Pedoman Pengendalian OPT. Dalam peraturan-peraturan
tersebut disebutkan bahwa operasional perlindungan
tanaman pangan di lapangan dilaksanakan dengan
sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan menjadi
tanggung jawab masyarakat bersama pemerintah. Selain
gangguan OPT, permasalahan lainnya yang dihadapi
2
dalam budidaya tanaman pangan adalah dampak
perubahan iklim (DPI), seperti banjir, kekeringan, longsor
dan lain-lain dapat mengakibatkan terjadinya penurunan
produksi pertanian.
Gerakan pengendalian OPT merupakan salah satu upaya
pengamanan pertanaman dari serangan OPT. Gerakan
pengendalian dilaksanakan di daerah endemis atau
daerah yang menunjukkan serangan OPT melalui
gerakan secara bersama-sama petani dengan bimbingan
petugas. Pendekatan pengendalian preemtif dan
responsif didahului dengan pengamatan OPT dan musuh
alami untuk memutuskan strategi pengendalian.
Pengendalian harus mengacu prinsip PHT dengan
mengedepankan pengendalian yang ramah lingkungan
melalui penggunaan Agens Pengendali Hayati (APH),
memperbesar peran musuh alami (parasitoid dan
predator), mengembangkan tanaman refugia dan
pestisida nabati. Apabila upaya preemtif sudah dilakukan
dan keadaan serangan telah melebihi ambang
pengendalian maka digunakan pestisida secara 6 tepat.
Lembaga utama yang berperan dalam persiapan dan
pelaksanaan gerakan pengendalian adalah Laboratorium
Pengamatan Hama Penyakit (LPHP) merupakan
kelembagaan perlindungan tanaman pangan di tingkat
lapangan di bawah pembinaan dan koordinasi UPTD-
BPTPH di tingkat provinsi. LPHP berperan sebagai pusat
pengembangan teknologi terapan, perlindungan tanaman
yang mencakup kegiatan pengamatan, peramalan dan
3
pengendalian OPT serta penanggulangan dampak
perubahan iklim (DPI). Wilayah kerja LPHP mencakup
beberapa kabupaten dengan kondisi agroklimat yang
relatif sama.
Optimalisasi pengendalian OPT dan penanganan DPI
yang dilakukan oleh LPHP di lapangan sangat erat
kaitannya dengan ketersediaan bahan pengendalian,
SDM dan mobilisasi bahan dan sarana pengendalian
OPT. Sarana pengendalian di gudang penyimpanan untuk
gerakan pengendalian perlu dilakukan mobilisasi ke
daerah endemis atau daerah yang menunjukkan
serangan OPT. Untuk mempermudah dan mempercepat
mobilisasi sarana tersebut dibutuhkan kendaraan
operasional yang memadai. Pada saat ini LPHP belum
tersedia mobil operasional yang mendukung aktifitas
pengamatan dan pengendalian. Oleh karena itu,
diperlukan pengadaan kendaraan operasional untuk
pengendalian OPT dan penanganan DPI sehingga
aktifitas pengematan dan pengendalian dapat
dilaksanakan dengan lancar. Diharapkan dengan fasilitasi
kendaraan operasional tersebut, gerakan pengendalian
OPT secara pre-emptif dan secara responsif di lapangan
akan lebih efektif guna mendukung pencapaian
swasembada pangan berkelanjutan.
4
B. Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang
Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3478);
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66,Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang
Pangan;
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 tentang
Perlindungan Tanaman;
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010 tentang
Usaha Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun
2010 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5106);
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah;
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54
Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, beserta perubahannya
5
Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2017 tentang
Pelantikan Petinggi Madya Lingkup Kementerian
Pertanian
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012
tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara;
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
Nomor 135/Permentan/OT.140/12/2013 tentang
Pedoman Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah;
Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor
78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pemanfaatan Barang Milik Negara;
Peraturan Menteri Pertanian Nomor
43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Pertanian;
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 87/PMK.06/2016 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 246/PMK.06/2014 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara;
6
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49/PMK.02/2017
tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2018;
C. Tujuan dan Sasaran
1. Maksud
Petunjuk Teknis ini sebagai acuan bagi petugas pusat
dan daerah terkait pengadaan mobil LPHP.
2. Tujuan
Sebagai acuan pelaksanaan kegiatan pengadaan
mobil LPHP
3. Sasaran
Tersedianya acuan untuk penggunaan/
pemanfaatan mobil fungsional LPHP
Optimalnya pelaksanaan pengamanan areal
pertanaman dari gangguan OPT dan terkena
DPI.
Memudahkan mobilisasi bahan pengendalian OPT
(pestisida dan APH) serta penanganan DPI ke lokasi
serangan;
Mengintensifkan patroli pengamanan pertanaman dari
gangguan OPT/DPI;
Mengefektifkan gerakan pengendalian OPT di lokasi
serangan.
7
D. Istilah dan Pengertian
1. Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli
atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya
yang sah.
2. Bantuan Pemerintah adalah bantuan yang tidak
memenuhi kriteria bantuan sosial yang diberikan oleh
Pemerintah kepada perseorangan, kelompok
masyarakat atau lembaga pemerintah/non pemerintah.
3. Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota adalah
Dinas tingkat provinsi/kabupaten/kota yang
membidangi tanaman pangan.
4. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA
adalah Menteri/Pimpinan Lembaga yang bertanggung
jawab atas penggunaan anggaran pada Kementerian
Negara/Lembaga yang bersangkutan.
5. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut
KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari
Pengguna Anggaran (PA) untuk melaksanakan
sebagian kewenangan dan tanggung jawab
penggunaan anggaran pada Kementerian
Negara/Lembaga yang bersangkutan.
6. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut
PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh
PA/Kuasa PA untuk mengambil keputusan dan/atau
8
tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas
beban APBN.
7. Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan yang selanjutnya
disebut PPHP adalah panitia/pejabat yang ditetapkan
oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima
hasil pekerjaan.
8. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga (RKA-KL) adalah dokumen
perencanaan dan penganggaran yang berisi program
dan kegiatan suatu Kementerian Negara/Lembaga dan
sebagai penjabaran dari Rencana Kerja Pemerintah
dan Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga
yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran serta
anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya
9. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah
semua organisme yang dapat merusak, mengganggu
kehidupan atau menyebabkan kematian tumbuhan.
10. Dampak Perubahan Iklim (DPI) adalah dampak
sebagai akibat perubahan rata-rata dari unsur iklim
(seperti kenaikan temperatur, perubahan pola curah
hujan dan angin) dan perubahan variabilitas iklim.
11. Pengendalian OPT adalah segala kegiatan atau upaya
untuk mencegah dan menanggulangi serangan OPT
terhadap tanaman.
12. Perlindungan tanaman adalah segala upaya untuk
mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang
9
diakibatkan oleh Organisme Pengganggu Tumbuhan
(OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI).
13. Pengamatan adalah kegiatan penghitungan dan
pengumpulan informasi tentang keadaan populasi atau
tingkat serangan OPT, dampak perubahan iklim, serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya pada kurun
waktu dan tempat tertentu.
14. Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan
(POPT) adalah Pegawai yang diberi tugas, tanggung
jawab, dan hak secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan kegiatan pengamatan,
peramalan dan pengendalian OPT di wilayah kerjanya.
15. Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit/
Laboratorium Agens Hayati (LPHP/LAH) serta
laboratorium pestisida adalah institusi perlindungan
tanaman di tingkat lapangan di bawah pembinaan dan
koordinasi Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai
Proteksi/Perlindungan Tanaman Pangan dan
Hortikultura (UPTD BPTPH) di tingkat provinsi.
16. Sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah
cara pendekatan atau konsep tentang pengendalian
OPT yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan
ekonomi melalui pengelolaan agroekosistem yang
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
10
17. Brigade Proteksi Tanaman (BPT) adalah sebuah
institusi yang secara khusus menangani masalah
pengendalian OPT dan mempunyai tenaga terampil,
bergerak secara cepat dan mempunyai sarana
pengendalian yang memadai.
18. Agens Hayati (AH) adalah setiap organisme yang
dapat merusak, mengganggu kehidupan atau
menyebabkan Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT) sakit atau mati. Agens Hayati dapat berupa
predator, parasitoid, patogen dan agens antagonis.
19. Pestisida adalah zat senyawa kimia termasuk zat
pengatur tumbuhan dan perangsang terhadap
organisme renik, virus dan lain-lain yang digunakan
untuk melakukan perlindungan tanaman atau bagian
tanaman.
20. Pestisida Nabati (Pesnab) adalah Bahan aktif tunggal
atau majemuk yang berasal dari tumbuhan (daun,
buah, biji atau akar) berfungsi sebagai penolak,
penarik, anti fertilitas (pemandul), pembunuh dan
bentuk lainnya dapat untuk pengendalikan OPT.
11
BAB II
JENIS DAN KRITERIA PENERIMA
A. Jenis Bantuan
Bantuan mobil fungsional Laboratorium Pengamatan
Hama Penyakit (LPHP) merupakan Bantuan Pemerintah
yang bersifat pinjam pakai dan dapat
dialihkan/dipindahkan sesuai keperluan dan peraturan
yang berlaku.
B. Kriteria
Dalam pelaksanaan pengadaan mobil fungsional LPHP
terdapat dua kriteria penerima yaitu penerima bantuan dan
penerima manfaat.
B.1. Penerima Bantuan
Penerima bantuan mobil adalah Pemerintah Daerah
Provinsi c.q. Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BPTPH) pada Dinas Pertanian (tanaman
Pangan) di tingkat Provinsi untuk selanjutnya dilakukan
proses hibah barang milik negara dari Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan di Jakarta kepada Dinas Pertanian di
Provinsi, sehingga nomor polisi mobil disesuaikan dengan
lokasi BPTPH - Dinas Pertanian Provinsi masing-masing
Hal yang harus diperhatikan dalam proses hibah tersebut
adalah
12
Menandatangani / menyelesaikan Berita Acara
Serah Terima Barang (BASTB) dan Hibah sesuai
mekanisme yang berlaku.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan/BPTPH
mengalokasikan anggaran (APBD) untuk eksploitasi
dan pemeliharaan mobil fungsional LPHP sesuai
dengan aturan yang berlaku.
Mengelola kendaraan tersebut dengan tata kelola
Barang Milik Negara sesuai aturan yang berlaku.
B.2. Penerima Manfaat
Pada tahap berikutnya Kepala Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Provinsi menerbitkan Surat Keputusan alokasi
mobil tersebut kepada LPHP berdasarkan usulan dari
Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Alokasi tersebut hendaknya mempertimbangkan hal
sebagai berikut:
Diprioritaskan LPHP di daerah rawan serangan OPT
dan terkena DPI yang berperan aktif dalam upaya
pengendalian OPT dan DPI dan SDM yang
memadai.
Menggunakan kendaraan tersebut sebagai sarana
pendukung dalam melaksanakan Pengamatan,
Peramalan dan Pengendalian OPT.
13
Menjaga dan merawat fasilitas tersebut dengan baik
dan bersedia mengalokasikan anggaran eksploitasi/
pemeliharan melalui APBD.
Sehubungan dengan alokasi mobil fungsional LPHP di
atas, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
dan Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BPTPH) menandatangani Surat Pernyataan
Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM), sebagaimana
terlampir pada lampiran 3 dan 4.
14
BAB III
MEKANISME BANTUAN
Mekanisme pengadaan dan penyaluran bantuan pemerintah
berupa mobil fungsional LPHP dilakukan melalui beberapa
tahapan antara lain :
A. Pengadaan
Proses pengadaan bantuan mobil fungsional LPHP
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan cq
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan melalui anggaran
yang terdapat dalam APBN Tahun Anggaran 2018, dengan
mekanisme sebagai berikut:
1. Pengadaan barang untuk bantuan sarana/
prasarana dilakukan melalui E-purchasing
berdasarkan e-catalogue di Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah dan
disalurkan dalam bentuk barang kepada penerima
Bantuan. PPK menandatangani kontrak pengadaan
barang dengan penyedia barang;
2. Pengadaan barang berpedoman pada Peraturan
Perundang-undangan yang mengatur mengenai
Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah;
3. Pengadaan barang dapat termasuk pelaksanaan
penyaluran barang sampai dengan diterima oleh
penerima Bantuan Pemerintah;
4. Pelaksanaan penyaluran bantuan dilaksanakan oleh
penyedia barang dan/atau sesuai kontrak.
15
B. Hibah
Proses hibah bantuan mobil fungsional LPHP ke Dinas
Pertanian cq BPTPH dilakukan berdasarkan surat
Permohonan Hibah Barang Milik Negara berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
C. Penyaluran
Bantuan mobil fungsional LPHP disalurkan melalui Balai
Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) pada
Dinas Pertanian yang membidangi Tanaman Pangan di
Provinsi. Alokasi tersebut ditetapkan berdasarkan Surat
Kepala Dinas Pertanian Provinsi. Titik bagi mobil fungsional
LPHP oleh penyedia di kantor BPTPH - Dinas Pertanian
Provinsi setempat, selanjutnya oleh BPTPH/Dinas
Pertanian Provinsi didistribusikan kepada POPT melalui
Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP).
D. Spesifikasi
Bantuan mobil fungsional laboratorium pengamatan
hama dan penyakit tanaman memiliki volume
langkah/kapasitas silinder minimal 1.493 cc dengan
tahun pembuatan minimal Tahun 2017 dan apabila
memungkinkan pada mobil tersebut terdapat stiker yang
direkatkan dengan kuat dan bertuliskan "Mobil
Operasional Laboratorium Pengamatan Hama dan
Penyakit Tanaman-Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan - Kementan" dengan logo Kementan yang
dapat terlihat dan terbaca dengan jelas.
16
Harga On The Road (OTR) mobil tersebut sudah
termasuk dengan nomor polisi wilayah masing-masing
dan biaya pengiriman hingga lokasi titik bagi/
Laboratorium Hama dan Penyakit (LPHP) setempat.
17
BAB IV
PERTANGGUNGJAWABAN, KETENTUAN
PERPAJAKAN DAN SANKSI
A. Pertanggungjawaban
Pertanggungjawaban proses penyelesaian dan
pemanfaatan Bantuan Pemerintah dalam bentuk barang
yaitu mobil fungsional LPHP dengan menyiapkan
1. Bukti serah terima barang kepada penerima / Berita
Acara Serah Terima Barang dari penyedia barang
kepada petugas penerima barang;
2. LPHP sebagai pengguna mobil fungsional ditetapkan
dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian
Provinsi yang membidangi tanaman pangan.
B. Ketentuan Perpajakan
Ketentuan perpajakan dalam penggunaan barang
bantuan pemerintah Tahun Anggaran 2018
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
C. Sanksi
Apabila dalam pelaksanaannya terdapat
penyalahgunaan peruntukannya maka pejabat/petugas
yang terkait akan dikenakan sanksi sesuai dengan
perauran perundangan yang berlaku dan Dinas
18
Pertanian Provinsi harus merealokasi kendaraan
tersebut sesuai dengan peruntukan awal.
D. Tititk Kritis
Hambatan yang diperkirakan terjadi untuk dipersiapkan
solusinya adalah;
1. Keterlambatan datangnya unit mobil di titik bagi.
2. Lambatnya proses penyelesaian BAST
3. Unit mobil belum bisa digunakan karena surat tanda
nomor kendraan (STNK) belum siap.
4. Surat Tanda Nomor Kendraan (STNK) sudah tersedia,
tetapi Unit mobil belum bisa digunakan karena Dinas
Pertanian Provinsi / BPTPH/LPHP tidak menyediakan
anggaran operasional.
Solusi yang perlu dilakukan untuk mengatasi perkiraan
hambatan tersebut adalah;
1. Mempercepat proses pengadaan serta kontrak
sekaligus dimana di dalam dokumen kontrak dituangkan
hal sanksi kepada pihak penyedia apabila unit mobil
terlambat sampai di titik bagi.
2. Mempercepat penunjukan petugas penerima barang
dan menginformasikan kedatangan unit mobil di titik
bagi segingga petugas penerima barang dapat
menyesuaikannya.
3. Melakukan koordinasi dengan pihak penyedia barang
untuk memastikan waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan dokumen STNK dimaksud.
19
4. Meminta Dinas Pertanian Provinsi untuk menyediakan /
mengalokasikan anggaran operasional penggunaan
mobil dimaksud agar dapat dimanfaatkan sesegera
mungkin, serta minta agar Dinas Pertanian Provinsi
mengalokasikan anggaran operasional dan
pemeliharaan pada tahun 2019 dan seterusnya.
20
BAB V
PENUTUP
Bantuan Pemerintah berupa mobil fungsional LPHP
diperuntukkan untuk memudahkan mobilisasi bahan
pengendalian OPT (pestisida dan APH) ke lokasi serangan,
memudahkan mobilisasi sarana penanganan DPI,
mengintensifkan patroli pengamanan pertanaman dari
gangguan OPT/DPI serta mengefektifkan gerakan
pengendalian OPT di lokasi serangan. Selain itu, apabila
terjadi ledakan atau eksplosi serangan OPT, penanganan
dapat dilakukan lebih cepat.
Jumlah mobil fungsional LPHP tahun ini di alokasikan tentunya
belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan ideal. Oleh karena
itu, alokasi bantuan kendaraan tersebut diprioritaskan untuk
LPHP dengan jangkauan wilayah sangat luas. Diharapkan
pada periode berikutnya kebutuhan mobil fungsional LPHP
dapat dipenuhi secara bertahap sampai pada jumlah yang
ideal.
21
LAMPIRAN
22
1 Aceh
UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Jl. Panglima Nyak Makam No. 24 A Lampineng 4
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Aceh Banda Aceh
2 Sumatera Utara
UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Jl. Jend. Besar Abdul Haris Nasution No. 4 4
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Utara Gedung Johor Medan 20143
3 Sumatera Barat
Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jl. Jambak Indah No. 40 Bandar Buat, Padang 4
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Provinsi Sumatera Barat
4 Riau
UPT Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jl. Hang Tuah Ujung No.71 Kec. Tenayan Raya 1
Dinas Tanaman Pangan Provinsi Riau Kel. Sail - Pekan Baru 18189
5 Jambi mobil
UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Jl. Jend Sudirman No. 28 Thehok - Jambi 36138 2
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi
6 Sumatera Selatan
UPTD Balai Perlindungan Tanaman Jl. Kol H. Barlian No 78 KM 6 Taman Sari 4
Dinas PertanianTanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumsel Palembang
7 Bengkulu
UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Jl. Adam Malik KM 8,5 Bengkulu 1
Dinas Pertanian Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu
8 Lampung
UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Jl. Zainal Abidin Pagar Alam No 10 3
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Prov Lampung Rajabasa - Bandar lampung
9 Bangka Belitung
UPTD Balai Proteksi Tanaman Jl. P. Pongok Komp. Perkantoran 1
Dinas Pertanian dan Kehutanan Provinsi Kep. Babel Prov. Kep Babel Keluraha Air Itam
Pangkal Pinang - Bangka 33149
10 DKI Jakarta
Balai Pengujian Mutu Produk Pertanian Jl. AUUP Pasar Minggu - Jakarta Selatan 2
No Nama Provinsi BPTPH Alamat
Alokasi
mobil(unit)
Lampiran 1. Alokasi Mobil Fungsional LPHP
23
11 Jawa Barat
UPTD Balai Proteksi Tanaman dan Hortikultura Jl. Ciganitri II Bojongsoang, Bandung 40288 5
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
12 Jawa Tengah
UPTD Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Komp. Pertanian Tarubudaya Jl. Gatot Subroto 6
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Tengah No. 1 Ungaran, PO.BOX 136 - Jawa Tengah
13 DI Yogyakarta
Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan hortikultura Yogyakarta 1
Dinas Pertanian DI Yogyakarta
14 Jawa Timur
UPT Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Jl. Pagesangan II/58 Surabaya 7
Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur
15 Banten
UPTD Balai Proteksi Tanaman dan Hortikultura Jl. Sawah Luhur KM 6 Kec. Kasemen, Serang 2
Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten
16 Bali
UPT Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Holtikultura Jl. DI Panjaitan, Renon Denpasar - Bali 2
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali
17 Nusa Tenggara Barat
UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Jl. Raya Paninjauan Narmada Po Box, 1140 1
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi NTB Mataram - NTB
18 Nusa Tenggara Timur
UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Jl. Polisi Militer No. 7A, Kupang NTT 85115 1
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov NTT
19 Kalimantan Barat
UPTPH Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Jl. Allanyang Gg Kurnia No. 127 C 1
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalbar Pontianak - Kalimantan Barat
20 Kalimantan Tengah
Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Jl. Cilik Riwut KM 6,5 Palangkaraya 73112 2
Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Tengah
Alokasi
mobil(unit)No Nama Provinsi BPTPH Alamat
24
21 Kalimantan Selatan
UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Ex Komp. Mekatani Guntung Payung Banjarbaru 3
Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan
22 Kalimantan Timur
UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Jl. P. M. Noor PO Box. 1339, Sempaja 1
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Timur Samarinda - Kaltim
23 Sulawesi Utara
UPT Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Komp. Kantor Pusat Pertanian Kalasey 4
Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulut Minahasa - Sulut
24 Sulawesi Tengah
UPT Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Jl. Lasoso No. 65 Kab. Sigi - Biromaru 4
Dinas Pertanian, Perkebuanan dan Peternakan Prov. Sulteng Palu
25 Sulawesi Selatan
UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Jl. Dr. Ratulangi No. 69 Maros - Sulsel 5
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov Sulsel
26 Sulawesi Tenggara
UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura JL. A. Yani No. 74 Wua-Wua Kendari 2
Dinas Perkebunan dan Hortikultura Prov Sultra
27 Gorontalo
Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jl. Prof. Dr. Aloei Saboe Gorontalo 3
Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Prov Gorontalo
28 Sulawesi Barat
UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Jl. Tapos Kaluku, mamuju - Sulawesi Barat 2
Dinas Pertanian dan Peternakan Prov. Sulbar
Alokasi
mobil(unit)No Nama Provinsi BPTPH Alamat
25
29 Maluku
Balai Proteksi Pertanian dan Peternakan Jl. Pertanian No. 3 Passo, Ambon - Maluku 2
Dinas Pertanian Prov. Maluku
30 Maluku Utara
UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Jl.. Raya Kusu Komp. Pertanian - Sufifi - tidore kepulauan 1
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Prov. Malut
31 Papua
UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Jl. Raya Kota Raja No. 16 PO Box 333 Abepura, 2
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. Papua Jayapura
32 Papua Barat
UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Jl. Raya Manokwari - Arfai, Distrik Manokwari 2
Dinas Pertanian Peternakan dan Ketahanan Prov. Pabar Selatan - Kab. Manokwari - Papua Barat
Jumlah 85
No Nama Provinsi BPTPH Alamat
Alokasi
mobil(unit)
26
Lampiran 2. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak
(Dinas Pertanian Provinsi)
KOP DINAS PERTANIAN
PROVINSI
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK
Nomor :
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama :
Jabatan :
Instansi :
dengan ini menyatakan bahwa alokasi bantuan mobil
fungsional/operasional LPHP Tahun 2018 pada Surat Keputusan Nomor :
.................. tanggal ................ digunakan sesuai dengan peruntukannya
yaitu sebagai sarana operasional Laboratorium Pengamatan Hama dan
Penyakit (LPHP). Apabila pernyataan ini tidak benar, maka kami bersedia
bertangggung jawab serta memindahkan sesuai dengan peruntukannya.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, untuk
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
................., .... ............. 2018
Kepala
Dinas Pertanian ....
Provinsi ......
........................................
NIP
27
Lampiran 3. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak
(BPTPH)
KOP
BPTPH / UPTD PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN
SURAT PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB MUTLAK
Nomor :
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama :
Jabatan :
Instansi :
dengan ini menyatakan bahwa alokasi bantuan mobil
fungsional/operasional LPHP Tahun 2018 pada Surat Keputusan
Dinas Pertanian … Provinsi ….. Nomor : .................. tanggal
................ digunakan sesuai dengan peruntukannya yaitu sebagai
sarana operasional Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit
(LPHP). Apabila pernyataan ini tidak benar, maka kami bersedia
bertangggung jawab serta memindahkan sesuai dengan
peruntukannya.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, untuk
dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
................., .... ............. 2018
Kepala BPTPH
Provinsi ......
.........................................
NIP