1
A. JUDUL
“DARI MATA TURUN KE HATI”
Efektivitas Visualisasi Gambar Tragis Terhadap Kewaspadaan Pengguna Jalan di
Perlintasan Kereta Api Tanpa Palang
B. LATAR BELAKANG
Kecelakaan antara kereta api dengan kendaraan bermotor seolah tidak ada
habisnya. Sebagian besar kecelakaan tersebut terjadi di perlintasan kereta api
tanpa palang dengan berbagai keterbatasannya. Kondisi ini menjadi suatu
permasalahan bagi pemerintah dan masyarakat karena berbagai upaya untuk
meminimalkan tingkat kecelakaan sudah dilakukan namun belum mendapatkan
hasil yang optimal.
Yogyakarta sebagai salah satu wilayah yang dilalui jalur kereta api memiliki
beragam permasalahan seputar sistem transportasi massal ini. Terlebih sejak tahun
2007 telah diresmikan jalur ganda pada jalur kereta api antara Stasiun Solo
Balapan dengan Stasiun Kutoarjo. Pengadaan jalur ganda tersebut berakibat pada
meningkatnya frekuensi perjalanan kereta api yang menghubungkan wilayah
selatan Pulau Jawa. Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan oleh situasi ini
adalah semakin besarnya potensi kecelakaan antara kereta api dengan kendaraan
bermotor terutama di perlintasan kereta api tanpa palang. Contohnya yang belum
lama terjadi adalah kecelakaan tragis antara Kereta Api Prambanan Ekspres
(Prameks) dengan sebuah bus yang sarat penumpang di sebuah perlintasan kereta
api tanpa palang di Klaten, Jawa Tengah (Anonim, 2009). Kecelakaan ini
menimbulkan korban tewas yang cukup banyak yakni 15 orang. Bagian depan
Kereta Api Prameks juga mengalami kerusakan yang cukup parah sehingga tidak
dapat beroperasi kembali dengan maksimal. Kecelakaan ini selain menimbulkan
korban jiwa juga mengakibatkan kerugian material yang cukup besar untuk
membiayai perawatan korban luka serta perbaikan Kereta Api Prameks. Di
wilayah Kota Yogyakarta sendiri perlintasan kereta api tanpa palang cukup
banyak jumlahnya, yaitu 72 perlintasan dari total keseluruhan 110 perlintasan
2
yang tersebar di empat kabupaten yaitu Sleman, Kulon Progo, Bantul, dan Kota
Yogyakarta (Anonim, 2009). Salah satu penyebabnya adalah rendahnya
kemampuan pemerintah daerah (Pemda) dalam menganggarkan dana untuk
membuat palang di perlintasan kereta api. Hal ini menggambarkan bahwa biaya
untuk membuat palang pada perlintasan kereta api cukup besar.
Tingkat kecelakaan antara kendaraan bermotor dengan kereta api
sebenarnya dapat ditekan seminimal mungkin meskipun kondisi perlintasan tanpa
palang. Alasannya adalah lalu lintas kereta api tidak sepadat lalu lintas di jalan
raya. Selain itu, kereta api yang melintas juga telah diatur jam keberangkatannya
sehingga masyarakat yang tinggal di sekitar jalur perlintasan kereta api maupun
yang sering melalui perlintasan kereta api dapat mengetahui kapan kereta api
melintas.
Kecelakaan juga dapat dihindari apabila masyarakat menyadari pentingnya
perhatian selama berkendaraan. Perhatian adalah salah satu bentuk untuk
membentuk kesadaran terhadap sekitar (James, 1986 cit Johnson, 2004) (James
dalam Johnson, 2004). Namun kondisi yang terjadi adalah kecenderungan
masyarakat pengguna jalan terutama pengendara kendaraan bermotor untuk cepat
sampai ke tempat tujuan, sehingga kewaspadaan saat berada di perlintasan sangat
rendah, ditambah minimnya rambu-rambu yang mengakibatkan tingkat
kecelakaan yang terjadi di perlintasan kereta api tanpa palang cukup tinggi.
Padahal undang-undang perkeretaapian mewajibkan seluruh pengguna jalan untuk
memprioritaskan kereta api yang lewat.
Hampir di semua perlintasan kereta api tanpa palang sudah dipasang
rambu-rambu berupa tulisan seperti tulisan “STOP”, “Hati-Hati Perlintasan
Kereta Api” (Syaifullah, 2009), “Awas Sepur” (Taufik, 2009). Namun, rambu-
rambu dianggap sudah tidak efektif lagi karena kondisi fisik rambu-rambu
tersebut dalam keadaan tidak layak bahkan sebagian tidak terbaca akibat tulisan
yang sudah memudar atau tertutup material seperti pohon dan spanduk sehingga
kurang menarik perhatian dari para pengguna jalan (Anonim, 2008).
3
Adanya keterbatasan keuangan pemerintah daerah untuk melakukan
pemalangan pada seluruh perlintasan kereta api yang ada di wilayah Yogyakarta
menuntut adanya suatu metode yang tepat, sederhana, dan efisien ditinjau dari
segi pembiayaan dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan
masyarakat terhadap kecelakaan di perlintasan kereta api tanpa palang.
Saat ini, penelitian mengenai efektivitas rambu-rambu berupa gambar
tragis jarang dilakukan, terlebih yang mengkorelasikannya dengan keselamatan
pengguna jalan pada perlintasan kereta api tanpa palang. Penelitian serupa pernah
dilakukan untuk mengetahui efektivitas peringatan berupa gambar pada kemasan
rokok terhadap motivasi seseorang untuk berhenti merokok. Salah satunya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Health Promotion Board tahun 2004 dengan hasil
yang cukup mengejutkan, yaitu sekitar 47% perokok menyatakan akan berhenti
merokok setelah melihat peringatan bahaya merokok yang berupa gambar
(Anonim, 2009). Gambar yang berada di kemasan rokok tersebut
memvisualisasikan dampak-dampak kesehatan yang terjadi pada perokok, seperti
gambar bagian tubuh penderita kanker mulut disertai tulisan peringatan: Merokok
Dapat Menyebabkan 92% dari Angka Kejadian Kanker Mulut. Untuk saat ini,
penerapan peringatan berupa gambar pada kemasan rokok sudah dilakukan di 4
negara Asean namun tidak termasuk Indonesia (Anomin, 2009).
Peringatan berupa gambar pada kemasan rokok dinilai lebih efektif untuk
menciutkan nyali seseorang untuk merokok dibandingkan dengan peringatan yang
berupa tulisan. Hal itu tidaklah mengherankan, mengingat hampir sebagian besar
orang menyadari bahaya merokok namun tidak semua orang dapat
memvisualisasikan fisik seseorang yang terkena dampak negatif dari rokok.
Diperoleh kesimpulan bahwa peringatan berupa gambar lebih gamblang dan lebih
mudah dimaknai oleh masyarakat dibandingkan dengan peringatan berupa tulisan.
Hal ini disebabkan media tulisan memerlukan proses kognitif yang berupa
visualisasi tulisan untuk memahami maksud dari tulisan tersebut sehingga
pemrosesan informasi yang dilakukan berjalan lebih lambat.
4
Dengan permasalahan yang hampir sama dengan bahaya merokok,
pemecahan masalah terhadap bahaya menerobos perlintasan kereta api tanpa
palang juga dapat diterapkan melalui peringatan berupa gambar. Harapannya,
masyarakat dapat memperoleh gambaran yang jelas terhadap bahaya akibat
kecelakaan di perlintasan kereta api tanpa palang.
Teori Manajemen Teror (TMT) menyebutkan bahwa sesuatu yang dapat
membangkitkan reaksi kognitif maupun emosi tentang kematian akan
menyebabkan seseorang untuk menjauhi perilaku tersebut (Pyszczynski, et.al.,
1997a). Gambar tragis yang dimaksud adalah visualisasi dari kecelakaan antara
kendaraan bermotor dengan kereta api seperti gambar mobil yang rusak atau
gambar korban jiwa akibat kecelakaan. Dampak secara psikologis yang
diharapkan adalah masyarakat menginternalisasikan stimulus yang ada di dalam
rambu-rambu yang berupa gambar tragis tersebut sebagai upaya peningkatan
kewaspadaan saat berlalu lintas terutama saat melintasi perlintasan kereta api
tanpa palang.
Keselamatan di jalan membutuhkan beberapa elemen yang harus
ditanamkan oleh para pengguna jalan. Elemen-elemen tersebut antara lain
pemahaman terhadap peraturan lalu-lintas, kesiapan diri, kehati-hatian, dan
kewaspadaan (Fatnanta, 1994 cit Thomas, 2006).
Berdasar pembahasan beberapa permasalahan di atas, penulis menggagas
sebuah penelitian yang menggunakan teori-teori psikologi untuk menyentuh aspek
psikologis manusia, terutama tingkat kewaspadaaan. Oleh karena itu, peneliti
mengambil judul proposal: “DARI MATA TURUN KE HATI” Efektivitas
Visualisasi Gambar Tragis Terhadap Kewaspadaan Pengguna Jalan di Perlintasan
Kereta Api Tanpa Palang.
C. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
5
1. Bagaimana tingkat kewaspadaan dan kognitif masyarakat saat melihat
rambu yang berupa tulisan di perlintasan kereta api tanpa palang?
2. Bagaimana tingkat kewaspadaan dan kognitif masyarakat saat melihat
rambu gambar tragis yang terpampang di perlintasan kereta api tanpa
palang?
3. Berapa perbandingan level kewaspadaan pada masyarakat sebelum dan
sesudah gambar tragis dipasang di pintu perlintasan kereta api tanpa
palang?
D. TUJUAN PROGRAM
Tujuan dari program ini adalah:
1. Tujuan umum: membuktikan pengaruh rambu-rambu yang berupa
visualisasi gambar tragis sebagai peningkatan kewaspadaan saat melintasi
perlintasan kereta api tanpa palang.
2. Tujuan khusus:
Tujuan umum di atas dapat diperjelas dengan tujuan khusus yaitu:
a. Mengetahui reaksi emosional dan kognitif masyarakat saat melihat
rambu yang berupa tulisan di perlintasan kereta api tanpa palang.
b. Mengetahui reaksi emosional dan kognitif masyarakat saat melihat
rambu yang berupa visualisasi gambar tragis yang terpampang di
perlintasan kereta api tanpa palang.
c. Mengetahui perbandingan level kewaspadaan masyarakat sebelum dan
sesudah rambu-rambu visualisasi gambar tragis dipasang di perlintasan
kereta api tanpa palang.
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran dari program ini adalah:
6
1. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan artikel ilmiah yang bisa
dijadikan referensi bagi keperluan pengembangan ilmu psikologi.
2. Rambu-rambu peringatan yang lebih efektif dengan biaya yang murah
untuk meningkatkan kewaspadaan pengguna jalan di perlintasan kereta api
tanpa palang.
3. Penelitian lebih lanjut terhadap kemungkinan penggunaan visualisasi
gambar tragis di tempat-tempat yang menuntut kewaspadaan masyarakat,
seperti di jalan raya, proyek-proyek pembangunan, atau di alam bebas.
F. KEGUNAAN PROGRAM
Kegunaan program ini adalah:
1. Bagi Masyarakat Umum
a. Adanya kesadaran dalam diri masyarakat terutama para pengendara
kendaraan bermotor terhadap kereta api yang lewat di perlintasan tanpa
palang setelah melihat rambu-rambu yang berupa gambar tragis.
b. Membantu memberi peringatan kepada pengemudi agar lebih waspada
ketika melewati perlintasan kereta api tanpa palang.
2. Bagi PT Kereta Api Indonesia
a. Mewacanakan metode yang sederhana dengan biaya murah untuk
meningkatkan kewaspadaan masyarakat saat berada di perlintasan
kereta api tanpa palang.
b. Memberikan alternatif solusi untuk mengurangi tingkat kecelakaan
lalu lintas khususnya di daerah perlintasan kereta api tanpa palang.
3. Bagi Pemerintah
a. Turut menyukseskan program pemerintah dalam pencegahan kecelakaan khususnya di perlintasan kereta apai tanpa palang.
b. Sebagai salah satu alternatif solusi dalam mengatasi permasalahan kecelakaan lalu lintas yang dihadapi bangsa Indonesia.
7
4. Bagi Mahasiswa Peneliti
a. Melatih kepekaan serta kepedulian terhadap permasalahan sosial yang
terjadi dalam masyarakat.
b. Sebagai bentuk pengabdian mahasiswa Fakultas Psikologi dalam suatu
ranah yang selama ini belum begitu tersentuh.
c. Sebagai sarana menerapkan dan mengaplikasikan teori ilmu psikologi
dalam menangani kasus nyata yang terjadi dalam masyarakat.
G. TINJAUAN PUSTAKA
G.1. Teori Manajemen Teror
Teori Manajemen Teror (terror management theory) mengungkapkan
bahwa visualisasi dampak kecelakaan yang merupakan sebuah stimulus dapat
menimbulkan reaksi kognitif berupa pemikiran subjek yang berpusat pada
kematian (Pyszczynski, et.al., 1997a). Subjek akan mengalami ketakutan atau
mengalami teror dan berusaha untuk menghindar dari bayangan kematian
tersebut. Upaya untuk menghindar dari kenyataan ini akan mengakibatkan suatu
mekanisme pertahanan diri yang disebut proximal defense. Ketika melakukan
mekanisme pertahanan diri, subjek berusaha mengatasi teror tersebut dengan cara-
cara yang masuk akal, seperti menghindari suatu ancaman, meningkatkan
kesiapan diri, berusaha mematuhi aturan, dan meningkatkan kewaspadaan
(Pyszczynski, et.al., 1997a). (Pyszczynski, dkk., 1997a).
Teori manajemen teror juga menyebutkan bahwa manusia memiliki
keseragaman dalam mengatasi suatu ancaman. Ketika mekanisme pertahanan diri
tertentu diadopsi oleh banyak masyarakat dan terjadi dalam suatu waktu, maka
yang timbul adalah tren. Teori ini terkait dengan analisis dampak kecemasan yang
menyebutkan bahwa suatu ancaman akan menimbukan konsep diri untuk
melawan ancaman tersebut (Pyszczynski, et.al., 1997b). Adanya suatu stimulus
yang mengancam kelangsungan hidup individu akan membuat seseorang
8
meningkatkan kebutuhan rasa aman. Kebutuhan-kebutuhan itu juga yang akan
mendorong seseorang untuk lebih intensif dalam melakukan mekanisme
pertahanan diri. Kesadaran akan datangnya kematian merupakan sumber utama
dari kecemasan manusia (Greenberg, 1992 cit Mikulincer, 2000). Rasa takut yang
muncul akan membuat seseorang bersikap negatif terhadap sumber ketakutan
tersebut.
Tubuh menjadi kendaraan dalam kehidupan seseorang untuk menuju
kematian (Goldenberg, et.al., 2000 cit Thomas, 2006). Maka, untuk berusaha
menjauhi kematian selama mungkin, seseorang akan memiliki perilaku-perilaku
tertentu seperti menjaga kesehatan psikologis, kebugaran fisik, dan membuat
raganya menyesuaikan budaya yang berlaku.
G.2. Visualisasi Gambar Tragis
Visual artinya dapat dilihat dengan indra penglihat (mata); berdasarkan
penglihatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1985). Sementara visualisasi adalah
suatu proses untuk membuat suatu objek dapat ditangkap oleh indera penglihatan
yaitu mata. Visualisasi biasanya dilakukan terhadap sebuah objek yang sulit
ditangkap oleh indera penglihatan secara langsung atau tidak nyata, misalnya
imajinasi atau perasaan. Sebuah stimulus atau objek dapat dilihat oleh mata
manusia jika ada gelombang cahaya yang mengenai objek tersebut (Passer et.al.,
2007). Hasil dari visualisasi dapat berupa media visual seperti tulisan dan gambar,
maupun audiovisual seperti tayangan video yang merupakan kombinasi dari audio
dan visual.
Indera penglihatan merupakan organ sensor yang sangat penting bagi
manusia dalam membuat persepsi mengenai lingkungannya. Segala hal yang
dilihat sepanjang hidupnya akan menimbulkan suatu kesan di dalam memori yang
akan terus menghasilkan persepsi tertentu terhadap suatu objek. Kemampuan
indera penglihatan seseorang dalam menangkap suatu objek berkembang sejak
lahir hingga dewasa. Pada masa bayi kemampuan melihatnya hanya 20/200
hingga 20/600 pada bagan snellen yang merupakan alat untuk mengukur
9
ketajaman penglihatan (Haith, 1992 cit Santrock, 2002). Kemampuan ini 10
sampai 30 kali lebih rendah dibandingkan dengan kemampuan melihat pada orang
dewasa.
Peran memori sendiri sangat penting untuk menyimpan suatu informasi.
Memori manusia terdiri dari tiga komponen, yaitu sensory memory, short term
memory, dan long term memory (Passer et.al., 2007). Sensory memory merupakan
tempat pertama suatu stimulus disimpan. Stimulus tersebut hanya diingat sekejap,
cepat menghilang, dan tidak memiliki asosiasi tertentu. Short term memory adalah
komponen memori yang bertugas untuk melakukan seleksi terhadap informasi
dari short term yang akan dimasukkan ke dalam long term memory. Di long term
memory, suatu informasi dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama dan
bersifat permanen (Desmita, 2006). Suatu stimulus akan dapat disimpan dalam
long term memory apabila memenuhi ketiga syarat berikut:
1. Dapat diterima oleh alat indera dengan baik
2. Stimulus tersebut unik sehingga menimbulkan kesan tertentu
3. Stimulus tersebut diulang-ulang dalam jangka waktu yang lama
Menurut Dual Core Theory, informasi yang disimpan akan lebih mudah
dipanggil kembali (recall) apabila informasi disajikan dengan tulisan sekaligus
gambar (Slavin, 2003). Manual yang paling tinggi tingkat kejelasannya adalah
manual berbentuk semacam komik bergambar yang dibubuhi kalimat singkat,
dibandingkan dengan bentuk manual biasa dan manual berbentuk diagram alir.
Manual ini juga serupa dengan manual yang digunakan oleh Pemkot Metropolitan
Tokyo, Jepang (Bhinnety, 2008). Legibilitas atau tingkat kemudahan suatu
lingkungan memberi fasilitas kemudahan dalam pembentukan kognitif
dipengaruhi 3 karakteristik susunan fisik:
1. Derajat perbedaan, sejauh mana suatu bagian lingkungan nampak
berbeda dari bagian yang lain
2. Derajat akses visual, sejauh mana bagian yang berbeda terlihat jelas
oleh subjek
10
3. Kompleksitas tata letak spasial, sejauh mana jumlah dan tingkat
kesulitan informasi yang harus diproses
Gambar tragis adalah suatu bentuk visualisasi dari stimulus yang tidak
menyenangkan dan terkesan menyedihkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1985). Timo Mantyla (cit Svantensson, 2004) mengatakan bahwa mengaktifkan
memori akan lebih efektif jika menggunakan pemicu atau isyarat, isyarat ini dapat
berupa gambar. Gambar tragis ini berperan sebagai objek yang dapat
membangkitkan rasa takut seseorang terhadap suatu kecelakaan. Dalam penelitian
ini substansi gambar tragis yang dimaksud adalah dampak dari kecelakaan yang
terjadi di perlintasan kereta api. Gambar tragis tersebut disampaikan melalui
media baliho dengan tingkat ketragisan gambar ditentukan melalui manipulation
checking. Pencantuman pesan-pesan moral secara visual harus memperhatikan
kesan termasuk gambar yang representatif dan menarik (Sidabutar, et.al., 2003).
G.3. Kewaspadaan Pengguna Jalan
Kewaspadaan merupakan salah satu mekanisme pertahanan diri terhadap
sesuatu yang menakutkan dan mengancam seseorang (Passer et.al., 2007).
Kewaspadaan ini akan terjadi ketika seseorang berhasil memproses sebuah
stimulus dan menyadari makna dari suatu objek yang mengancam. Pengalaman
masa lalu, baik berupa kejadian yang menimpa diri sendiri yang mengakibatkan
trauma maupun pengalaman dalam hal memproses informasi yang sama
sebelumnya, akan membangkitkan tingkat kesadaran yang lebih tinggi terhadap
objek yang mengancam.
Pengguna jalan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah setiap orang
yang melakukan aktivitas di jalan. Pengguna jalan dapat berupa:
1. Pengemudi kendaraan bermotor seperti mobil dan motor
2. Pengemudi kendaraan tidak bermotor seperti becak, sepeda, dan
kendaraan yang diangkut oleh tenaga hewan
3. Pejalan kaki termasuk orang yang menarik gerobak
11
Kewaspadaan pengguna jalan merupakan sikap dari para pengguna jalan
yang sudah disebutkan di atas untuk menghindari suatu hal yang sifatnya
mengancam keselamatan jiwa. Kewaspadaan merupakan salah satu sikap positif
seseorang dalam melakukan aktivitas di jalan raya (Thomas, 2006). Sikap tersebut
dapat diperoleh melalui proses belajar dengan menggunakan sumber informasi
berupa media, baik yang berupa audio, visual, maupun audiovisual. Informasi-
informasi yang diperoleh akan meningkatkan pengetahuan seseorang terhadap
situasi di jalan raya sehingga ia dapat menyelesaikan suatu permasalahan yang
terjadi dengan lebih baik.
Kewaspadaan dalam diri pengguna jalan saat melintasi perlintasan kereta
api tanpa palang terbentuk oleh adanya efek setelah melihat gambar tragis yang
mengingatkan akan kematian. Kewaspadaan inilah yang akan menghambat
seseorang untuk menerobos perlintasan kereta api dan mencegah hal-hal yang
tidak ia inginkan. Adanya kewaspadaan dan ketakutan dari para pengguna jalan
akan menimbulkan reaksi yang rasional untuk mengatasi hal tersebut (Thomas,
2006). Reaksi tersebut antara lain meningkatkan intensitas untuk mendeteksi
kedatangan kereta api, memperlambat laju kendaraan, menghentikan kendaraan
saat kereta api lewat, dan kembali melajukan kendaraan saat kereta api betul-betul
sudah menjauh dari perlintasan.
G.4. Perlintasan Kereta Api Tanpa Palang
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 tentang
perkeretaapian disebutkan bahwa kereta api adalah moda transportasi dengan
sistem yang ada yang bergerak di atas media rel ketika melakukan mobilisasi.
Kereta api merupakan salah satu moda transportasi yang dimanfaatkan untuk
mengangkut barang maupun penumpang secara massal. Jalur kereta api adalah rel
yang merupakan suatu konstruksi baja, beton, atau konstruksi lain beserta
perangkatnya yang berfungsi untuk mengarahkan perjalanan kereta.
Perlintasan kereta api merupakan perpotongan yang sebidang antara jalur
kereta api dengan jalur kendaraan bermotor berupa jalan. Kondisi ini
12
menimbulkan akibat-akibat tertentu yang berkaitan dengan konstruksi perlintasan
pengaturan lalu lintas, baik kendaraan bermotor maupun kereta api.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Pasal 124 disebutkan
bahwa pada perpotongan sebidang antara jalur kereta api dan jalan, pemakai jalan
wajib mendahulukan perjalanan kereta api. Untuk menegakkan aturan tersebut
maka dibuatlah palang. Palang pada perlintasan kereta api adalah suatu material
yang digunakan untuk menghentikan lalu lintas kendaraan maupun pejalan kaki
ketika kereta api melintas. Material terbuat dari besi, bambu, maupun benda-
benda lain dengan panjang tertentu yang dapat menghentikan arus lalu lintas jalan
untuk sementara waktu. Palang pada perlintasan kereta api sifatnya ada yang
otomatis dan manual. Pada palang yang otomatis, digunakan semacam alat sensor
untuk mendeteksi kereta api yang akan lewat. Pergerakan palang terjadi ketika
alat sensor mendeteksi kedatangan kereta api dan digerakkan oleh mesin yang
dikendalikan oleh petugas penjaga perlintasan. Sedangkan palang yang manual
adalah palang yang masih digerakkan oleh tenaga manusia serta tidak
menggunakan alat sensor untuk mendeteksi kedatangan kereta api.
Perlintasan kereta api tanpa palang memungkinkan pengguna jalan tetap
menerobos perlintasan meskipun jarak kereta api dengan perlintasan sangat dekat.
Hal ini terjadi karena pengguna jalan memiliki tingkat kewaspadaan yang rendah
akibat adanya distribusi fokus antara sampai tujuan dan mengawasi jalur kereta
api untuk mengetahui kemungkinan kereta yang lewat. Selain itu minimnya
rambu-rambu juga berpengaruh terhadap tingginya tingkat kecelakaan antara
kereta api dengan pengguna jalan di perlintasan kereta api tanpa palang (Anonim,
2009).
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, dapat disimpulkan bahwa bentuk
rambu-rambu yang berbeda akan menimbulkan kewaspadaan pengguna jalan
dalam level yang berbeda-beda pula. Sehingga hipotesis penelitian ini adalah
rambu-rambu berupa gambar tragis lebih efektif daripada rambu-rambu yang
13
hanya berupa tulisan dalam meningkatkan kewaspadaan pengguna jalan di
perlintasan kereta api tanpa palang.
H. METODE PELAKSANAAN
H.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian eksperimen, peneliti
dapat mengidentifikasi satu sampel dan menggeneralisasikannya menjadi sebuah
populasi. Pada dasarnya, penelitian eksperimen bertujuan menguji dampak
perlakuan atau intervensi terhadap hasil penelitian, mengendalikan faktor-faktor
lain yang memengaruhi hasil penelitian tersebut (Cresswell, 2003).
H.2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan Experimental Group-Control Group
Design with Prestest and Posttest (Myers et.al., 2002). Pada rancangan ini, untuk
menilai efek dari variabel bebas, peneliti membutuhkan sedikitnya 2 kelompok
subjek sehingga bisa dibandingkan. Kelompok pertama adalah kelompok
eksperimen, yaitu kelompok yang diberi manipulasi. Sedangkan kelompok kedua
adalah kelompok kontrol, yaitu kelompok yang tidak diberi manipulasi. Kedua
kelompok tersebut mengikuti prosedur yang sama, perbedaanya hanya terletak
pada pemberian manipulasi eksperimental (Myers et.al., 2002).
Metode yang digunakan adalah random assignment, yaitu setiap subjek
memiliki kesempatan yang sama untuk ditempatkan pada tiap kelompok subjek.
Hal ini dimaksudkan agar tidak mengandung bias dan setiap kelompok subjek
memiliki karakteristik subjek yang acak.
Dalam kesempatan ini, peneliti menggunakan 3 kelompok subjek yang
terdiri dari 2 kelompok eksperimen dan 1 kelompok kontrol. Kelompok
eksperimen pertama (KE1) mendapat perlakuan penayangan video dengan
visualisasi gambar tragis. Gambar tragis ditentukan pada prakegiatan dengan
menggunakan mekanisme manipulation checking, yaitu beberapa alternatif
gambar tragis yang disediakan peneliti diberi peringkat ketragisan sesuai dengan
14
respon dari masyarakat. Kelompok eksperimen kedua (KE2) diberi perlakuan
penayangan video dengan peringatan tertulis. Kelompok ketiga merupakan
kelompok kontrol (KK) yang diberi tayangan video berdurasi sama dengan video
yang ditayangkan pada kedua kelompok eksperimen, namun tidak ada
hubungannya dengan kedua video tersebut sehingga kelompok ini termasuk dalam
kelompok kontrol tipe placebo group.
Gambaran eksperimen yang akan dilakukan dapat dilihat dibawah ini:
Pre-test Post-test Design
Ypre KE1 Ypost
R Ypre KE2 Ypost
Ypre KK Ypost
Keterangan :
KE1 : Perlakuan berupa penayangan video dengan visualisasi gambar tragis
KE2 : Perlakuan berupa penayangan video dengan peringatan tertulis
KK : Kelompok kontrol yang diberi perlakuan penayangan video
manipulatif karena diperlakukan sebagai placebo group
Ypre : Pengisian skala kewaspadaan sebelum perlakuan
Ypost : Pengisian skala kewaspadaan setelah perlakuan
R : Random assignment
H.3. Variabel Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media audiovisual berupa
tayangan video, sedangkan variabel tergantung adalah tingkat kewaspadaan
pengguna jalan di perlintasan kereta api tanpa palang.
15
H.4. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 Psikologi Universitas
Gadjah Mada angkatan 2007-2009 yang berjumlah 120 orang. Subjek dibagi
dalam 3 kelompok menggunakan teknik random assignment.
H.5. Alat dan Bahan
1. Alat tulis
2. Skala Kewaspadaan
3. LCD dan Viewer
4. Laptop
5. Guideline Eksperimen
6. Reward Subjek
H.6. Prosedur Penelitian
Setiap eksperimen diawali dengan perkenalan dan penjelasan maksud dan
tujuan penelitian oleh mahasiswa pelaksana. Setelah itu instruksi akan
disampaikan sesuai dengan perlakuan yang diterima tiap kelompok dalam
penelitian ini.
1. Kelompok Eksperimen Pertama (KE1)
Pada kelompok eksperimen pertama (KE1) perlakuan yang diberikan
adalah penayangan video dengan visualisasi gambar tragis sebagai peringatan
bagi pengguna jalan di perlintasan kereta api tanpa palang. Setelah seluruh
persiapan selesai dan subjek memasuki ruangan, mahasiswa pelaksana akan
membacakan instruksi prosedur pelaksanaan eksperimen. Subjek kemudian
mengisi skala kewaspadaan selama kurang lebih 10 menit. Setelah selesai,
tayangan video akan diputar dan subjek dipersilakan memperhatikan tayangan
tersebut. Lalu subjek mengisi skala kewaspadaan setelah perlakuan.
16
2. Kelompok Eksperimen Kedua (KE2)
Eksperimen untuk kelompok eksperimen kedua (KE2) dibuat dangan
setting tempat semirip mungkin dengan KE1. Setelah seluruh persiapan selesai
dan subjek memasuki ruangan, mahasiswa pelaksana akan membacakan
instruksi prosedur pelaksanaan eksperimen. Subjek kemudian mengisi skala
kewaspadaan selama kurang lebih 10 menit. Setelah itu, tayangan video yang
terdapat peringatan berupa tulisan akan diputar dan subjek dipersilakan
menonton. Lalu subjek mengisi skala kewaspadaan setelah perlakuan.
3. Kelompok Kontrol
Kelompok kontrol dengan tipe placebo group mendapat perlakuan yang
sama dengan kedua kelompok eksperimen. Perbedaannya terletak pada isi
materi yang diberikan. Sebagai kelompok kontrol, materi yang diberikan pada
kelompok ini tidak berhubungan dengan materi yang diberikan pada kelompok
eksperimen pertama maupun kedua. Subjek mengisi skala kewaspadaan dalam
waktu tertentu, lalu subjek melihat video dengan durasi sama tetapi materinya
berbeda dengan yang dilakukan pada kelompok eksperimen (video
manipulasi). Setelah itu, subjek diminta mengisi skala post-test.
H.7. Analisis Data
Data dianalisis menggunakan teknik anova campuran. Analisis ini memiliki
keunggulan yaitu terdapat 2 kali pengukuran untuk setiap subjek, yaitu pre-test
dan post-test dan terdapat 3 kelompok subjek (Turner, et.al., 2001 cit Narson,
2006).
H.8. Interpretasi
Interpretasi dilakukan dengan membandingkan skor hasil pengukuran skala
kewaspadaan yang berulang, sebelum dan sesudah perlakuan. Penelitian ini
mencoba menganalisis data kuantitatif yang diperoleh dari eksperimen.
17
H.9. Penyimpulan Hasil Penelitian
Apabila terdapat peningkatan skor kewaspadaan setelah perlakuan pada
kelompok eksperimen pertama yang cukup signifikan dibanding kelompok
eksperimen kedua maupun kelompok kontrol, maka dapat disimpulkan bahwa
visualisasi gambar tragis sebagai peringatan saat akan melintasi rel kereta api
tanpa palang dapat meningkatkan kewaspadaan pengguna jalan.
I. JADWAL KEGIATAN
1. Prakegiatan
a. Penyusunan alat ukur psikologis
b. Pengadaan prasarana dan pencarian tempat penelitian
c. Sosialisasi program (PT. KAI, subjek)
d. Penjaringan subjek & penandatanganan MoU
e. Pembuatan video stimulan
2. Rangkaian kegiatan
a. Pengambilan data dan eksperimen I
b. Pengambilan data dan eksperimen II
c. Pengambilan data dan eksperimen III
3. Pascakegiatan
a. Pengolahan data
b. Evaluasi
c. Penyusunan laporan penelitian
18
TIME SCHEDULE PELAKSANAAN PROGRAM
19
J. RANCANGAN BIAYA
1. Biaya Administrasi
Proposal awal 8 @ Rp 15.000,00 Rp 120.000,00
Perizinan dan sosialisasi Rp 250.000,00
Laporan akhir 5 @ Rp 20.000,00 Rp 100.000,00
Penyusunan alat ukur psikologis Rp 100.000,00
Sertifikat peserta 120 @ Rp 2.000,00 Rp 240.000,00
Sertifikat panitia 10 @ Rp 2.000,00 Rp 50.000,00
Subtotal Rp 860.000,00
2. Biaya Habis Pakai
Kertas HVS 2 rim @ Rp 35.000,00 Rp 70.000,00
Tinta refill 2 @ Rp 50.000,00 Rp 100.000,00
Bolpoin 10 pak @ Rp 20.000,00 Rp 200.000,00
Fotokopi validasi skala Rp 200.000,00
Reward 120 @ Rp 20.000,00 Rp 2.400.000,00
Subtotal Rp 2.970.000,00
3. Perlengkapan Pelaksanaan Program
Pembuatan baliho Rp 300.000,00
Sewa handy cam Rp 200.000,00
Sewa LCD 3 hari @ Rp 100.000,00 Rp 300.000,00
Sewa viewer 2 x 3 hari @ Rp 100.000,00 Rp 600.000,00
Kaset video 2 @ Rp 50.000,00 Rp 100.000,00
Transfer dan editing Rp 300.000,00
Subtotal Rp 1.800.000,00
4. Konsumsi
Konsumsi subjek 120 @ Rp 10.000,00 Rp 1.200.000,00
Konsumsi panitia 10 x 3 hari @ Rp 10.000,00 Rp 300.000,00
Air mineral 4 dos @ Rp 15.000,00 Rp 60.000,00
Subtotal Rp 1.560.000,00
20
5. Transportasi
Survey lapangan pembuatan video Rp 300.000,00
Orientasi tempat Rp 300.000,00
Sosialisasi kegiatan Rp 500.000,00
Pembelian alat dan perlengkapan kegiatan Rp 300.000,00
Subtotal Rp 1.100.000,00
6. Biaya tak terduga Rp 300.000,00
TOTAL Rp 8.590.000,00
K. DAFTAR PUSTAKA
Aribowo, Bagus. 2009. Hubungan Antara Iklim Keselamatan dengan Motivasi Keselamatan Pengendara Sepeda Motor di Lingkungan Kampus UGM. Tidak Diterbitkan. Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Baron, R.A. dan Byrne, Donn. 2005. Psikologi Sosial jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Creswell, John W. 2003. Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Second Edition. London: Sage Publications.
Depdikbud. 1985. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Desmita. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Etsem, Magda B. 2008. Sarana Navigasi Kognitif. Tidak Diterbitkan. Yogyakarta. Fakultas Psikologi Unversitas Gadjah Mada.
Johnson, Addie dan Proctor, Robert W. 2004. Attention: Theory and Practice. California: Sage Publication.
Mikulincer, Mario dan Florian, Victor. 2000. Exploring Individual Differences in Reactions to Mortality Salience: Does Attachment Style Regulate Terror Management Mechanisms? Journal of Personality and Social Psychology, 79, 260-273.
Myers, A. dan Hansen, C.H. 2002. Experimental Psychology-Fifth Edition. USA: Wadsworth.
21
Narson, Thomas Youda Aka. Perbedaan Efektivitas Penggunaan Audio Visual dan Visual tentang Kecelekaan daalam Membentuk Sikap Psitif terhadap Keselamatan di Jalan Raya. 2006. Tidak Diterbitkan. Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Passer, M.W. dan Smith, R.E. 2007. Psychology The Science of Mind and Behavior, third edition. New York: McGraw Hill.
Pyszczynski, Solomon, dan Greenberg. 1997a. A Dual-Process Model of Defense Against Conscious and Unconscious Death-Related Thoughts An Extension of Terror Management Theory. Journal of Personality and Social Psychology, 106, 835-845.
Pyszczynski, Solomon, dan Greenberg. 1997b. Terror Management Theory and Self-Esteem: Evidence That Increased Self-Esteem Reduces Mortality Salience Effects. Journal of Personality and Social Psychology. 72, 24-36.
Santrock, J.W. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, edisi 5, jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Santrock, J.W. 2003. Adolesence Perkembangan Masa Remaja, edisi 6. Jakarta: Erlangga.
Sidabutar, Sondang I.H. dkk. 2003. Pemulihan Psikososial Berbasis Komunitas. Jakarta: Kontras.
Slavin, Robert E. 2003. Educational Psychology, Theory and Practice. Seventh Edition. Boston: Allyn & Bacon.
Svantesson, Ingemar. 2004. Learning Maps and Memory Skills. Jakarta: Gramedia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.
http://www.republika.co.id/berita/53344
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/07/08/71469/Perlintasan.KA.Maut..Apa.Solusinya..
http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2009/07/05/brk,20090705-185298,id.htm
http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2009/09/29/brk,20090929-199905,id.html
http://www.tempointeraktif.com/hg/nusa/2009/07/05/brk,20090705-185351,id.html
22
L. LAMPIRAN
L.1. Biodata Ketua Serta Anggota Kelompok
Ketua Pelaksana Kegiatan
Nama : Muhammad Hidayat
NIM : 07/257016/PS/5453
Fakultas/Prodi : Psikologi/Psikologi
Perguruan Tinggi : Universitas Gadjah Mada
Waktu untuk kegiatan
PKM : 14 Jam per minggu
Tempat, tanggal lahir : Pangkal Pinang, 15 Februari 1989
Alamat : DS XII, Banaran, Galur, Kulon Progo 55661
Telepon : 081915539163
E-mail : [email protected]
Pengalaman : Sekbid IV OSIS Bhineka Teladan Bhakti SMA N 1
Yogyakarta
Anggota 1
Kadept. PSDU KSAI AL-Uswah 2008/2009
Kadept. Islamic Trainer School IPLF Psikologi
UGM 2009
Kadiv. PKSO LM-Psikologi UGM 2008/2009
Koord. Asisten Unit Pengembangan Alat
Psikodiagnostika Fak. Psikologi UGM 2008-
Sekarang
Koord. Asisten Dosen Mata Kuliah Agama Islam
Konstektual 2009-sekarang
Koord. Pemandu Pelatihan Pembelajar Sukses
Psikologi Rumah Kita UGM 2009
Nama : Iwan Budi Santoso
NIM : 08/268398/PS/05587
Fakultas/Prodi : Psikologi/Psikologi
Perguruan Tinggi : Universitas Gadjah Mada
23
Waktu untuk kegiatan
PKM : 14 jam per minggu
Tempat, tanggal lahir : Temanggung, 29 Desember 1990
Alamat : Jalan Peta Barat 142 RT 4/7 Jakarta Barat 11830
Telepon : 085692011161
E-mail : [email protected]
Pengalaman : Marching Band UGM
Staff PSDM Gama Cendekia
Resimen Mahasiswa
Staff PSDM Lembaga Mahasiswa Psikologi UGM
Anggota 2
Nama : Dea Siti Hafsha
NIM : 08/268290/PS/05552
Fakultas/Prodi : Psikologi/Psikologi
Perguruan Tinggi : Universitas Gadjah Mada
Waktu untuk kegiatan
PKM : 14 jam per minggu
Tempat, tanggal lahir : Yogyakarta, 6 Juli 1989
Alamat : Jalan Swadaya II/136 B, RT/RW 04/12,
Karangasem, Condongcatur, Depok, Sleman,
Yogyakarta 55283
Telepon : 085643836767
E-mail : [email protected]
Pengalaman : Sekretaris Teater 10 2006-2007
Administrator delayota.org
Ketua Panitia Siswa Pameran Buku Jogja Book
Bazaar 2007
Sekretaris Alumni SMA N 8 Yogyakarta
Sekretaris Departemen PSDM LM Psikologi
Sie Acara Pelatihan Pembelajar Sukses Psikologi
Rumah Kita UGM 2009
24
Anggota 3
Nama : Nadia Rahmawati
NIM : 08/268391/PS/05584
Fakultas/Prodi : Psikologi/Psikologi
Perguruan Tinggi : Universitas Gadjah Mada
Waktu untuk kegiatan
PKM : 14 jam/minggu
Tempat, tanggal lahir : Klaten, 27 Juni 1990
Alamat : Jalan Bayangkara I/11 Klaten 57412
Telepon : 085729716698
E-mail : [email protected]
Pengalaman : Trainer Klub Metode Belajar Cepat (MBC) Klaten
Penyiar “Happy Sunday” 106.7 IC FM Klaten
Staff PSDM LM Psikologi 2008-2009
Staff PSDM BEM KM UGM 2009
Sekretaris KAMMI Soshum Komsat UGM 2009
Sie. Acara Pelatihan Pembelajar Sukses Psikologi
Rumah Kita UGM 2009
Anggota 4
Nama : Fauziah Nur Wahdhani
NIM : 08/268426/PS/05596
Fakultas/Prodi : Psikologi/Psikologi
Perguruan Tinggi : Universitas Gadjah Mada
Waktu untuk kegiatan
PKM : 14 jam/minggu
Tempat, tanggal lahir : Bantul, 8 April 1990
Alamat : Dukuh RT 15 Pendowoharjo Sewon Bantul
Yogyakarta 55185
Telepon : 08975848750
25
E-mail : [email protected]
Pengalaman : Sekjen SIGMA SMAN 1 Teladan Yogyakarta
Tim Trainer Cemara KSAI Al Uswah
Staff PSDM Lembaga Mahasiswa Psikologi UGM
Bendahara NUANSA KMP UGM
Sie. Pemandu Pelatihan Pembelajar Sukses
Psikologi Rumah Kita UGM 2009
L.2. Biodata Dosen Pembimbing
Nama Lengkap dan Gelar : Dra. Avin Fadilla Helmi, M.Si.
NIP : 19641222 198903 2 001
Alamat Rumah dan No. HP/Telpon : Jalan Tirtamarta 73A Yogyakarta
0811266654
Bidang Pengajaran : Kewirusahaan dan Inovasi
Penelitian & Karya Ilmiah :
1. Penelitian dengan judul:Efektivitas Pelatihan Team Work Building melalui Out Door Activities dalam Meningkatkan Kapital Sosial. Dimuat dalam Gama Sains IV (1) Januari 2002. Avin Fadilla Helmi, Ira Paramastri, Adi Cilik Piereawan.
2. Penelitian dengan judul:Hubungan Kecerdasan Emosi dan Kewirausahaan pada Mahasiswa. Dimuat dalam Jurnal Psikologi UGM. 2002, no. 2, 89-111. Ahmad Ifham & Avin Fadilla Helmi.
3. Penelitian dengan judul:Pelatihan Pengembangan Karir Pribadi untuk Meningkatkan Daya Saing Lulusan Perguruan Tinggi. Anggaran Dana DIK MAK 5250 UGM sesuai surat perjanjian pelaksanaan penelitian. (tahap 1). Neila Ramdhani & Avin Fadilla Helmi.
Pelatihan Pengembangan Karir Pribadi untuk Meningkatkan Daya Saing Lulusan Perguruan Tinggi. Anggaran Dana DIK MAK 5250 UGM sesuai surat perjanjian pelaksanaan penelitian nomor: 2323a/P.II/set.R/2004 tanggal 1 Mei 2004. (tahap 2). Neila Ramdhani & Avin Fadilla Helmi.
26
4. Karya ilmiah dengan judul:Model Teoritis Gaya Kelekatan, Atribusi, Respon, Emosi, dan Perilaku Marah. Buletin Psikologi UGM (dalam proses). Juni 2004.
5. Karya ilmiah dengan judul:Berilmu dan Berwirausaha dalam Seminar dan Lokakarya Nasional Kewirausahaan: Antara Ilmu dan Bisnis. SP2MP UGM, Yogyakarta, Grha Sabha Pramana, 7 Agustus 2004.
6. Karya ilmiah dengan judul: Stres Manajemen untuk Karyawan Pra Purna Karya. Pelatihan Pra Purna Karya Karyawan Pimpinan PT Badak NGL. Topik: Senin, 20 Desember 2004. Hotel Melia Purosani Yogyakarta.
7. Karya ilmiah dengan judul:Pengalaman Praktis Mengelola Mahasiswa Berprestasi (SP2MP) di Fakultas Psikologi UGM. Workshop Optimalisasi Mahasiswa Berprestasi dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran. Rabu, 15 Desember 2004. Ruang Multimedia Gedung Pusat UGM. Penyelenggara: Proyek Due-Like UGM.
8. Karya ilmiah dengan judul:Dinamika dan Romantika Kehidupan Mahasiswa. Workshop Visi dan Misi Bidang Kemahasiswaan UGM. Yogyakarta, 21-22 Desember 2004, Wisma MM UGM. Penyelenggara: Kantor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UGM dan bekerjasama dengan Tim Percepatan Transformasi BHMN.
Penghargaan :
1. Grantee dalam Modul Living Skills (Success Skills) 2003 dari Proyek Due-like UGM
2. Grantee dalam RPKPS 2003 untuk mata kuliah Kewirausahaan dan Inovasi dari Proyek Due-like UGM 2 Update terakhir ( Tuesday, 07 November 2006 )
Pengabdian Masyarakat :
1. MOTIVASI DIRI DAN PEMBELAJAR PROAKTIF DI PT Workshop on Teaching MethodologyFakultas Pertanian UNSOEDPurwokerto, 12 September 2005
2. Strategi Pembinaan dan Kemitraan Kemahasiswaan di Universitas Islam Negeri Yogyakarta (Perpektif Psikologi) Yogyakarta, 19 Maret 2005
27
3. Pengalaman Praktis PROSES PENDAMPINGAN MAHASISWA MENUJU LULUSAN YANG BERDAYA SAINGOutbound Management Training bagi Wakil DekanMagelang, 26-28 Februari 2005.
4. Pembicara dalam Pelatihan Tambahan Bagi Lulusan Perguruan Tinggi (Retooling Batch II) 2004 yang diselenggarakan oleh TPSDP Ditjen Dikti Depdiknas dan Fakultas Teknik UGM pada tanggal 11 September s/d 10 Desember 2004 dengan tema: Desain, Perawatan, dan Rehabilitasi Bangunan-bangunan Teknik Sipil untuk mata kuliah/ pelatihan Communication Skill
5. Trainer dalam Pelatihan Pelayanan Prima. Topik: Sikap dalam Layanan Prima. Sabtu, 4 Desember 2004. Hotel Satriavi Kaliurang. Untuk Kasubag UGM
6. Pembicara dalam Pelatihan Karir Lanjutan Karyawan Pimpinan PERTAMINA. Topik: Stres Manajemen dan Post Power Syndrome. Kamis, 15 Desember 2004. Hotel Garuda Yogyakarta. Penyelenggara: Konsultan Enjinering dan Manajemen VIGA, Yogyakarta.
7. Pembicara dalam Pelatihan Karir Lanjutan Karyawan Pimpinan PERTAMINA. Topik: Stres Manajemen dan Post Power Syndrome. Senin, 26 Desember 2004. Hotel Garuda Yogyakarta. Penyelenggara: Konsultan Enjinering dan Manajemen VIGA, Yogyakarta.
Recommended