PluralismePluralisme sebagai ciri khas masyarakat modern
dan kelompok sosial yang paling penting.Pluralisme dimaknai sebagai kerangka dimana ada
interaksi kelompok-kelompok masyarakat yang menunjukkan rasa saling menghormati dan toleransi satu sama lain.
Pluralisme memungkinkan masyarakat hidup bersama serta membuahkan hasil tanpa konflik atau asimilasi.
Pluralisme menunjukkan hak-hak individu dalam memutuskan kebenaran universalnya masing-masing.
Polemik Pluralisme di IndonesiaPolemik terjadi karena perbedaan mendasar
antara pluralisme dengan pengertian awalnya, sehingga memiliki arti:Pluralisme diliputi semangat religius, bukan
hanya sosial kulturalPluralisme digunakan sebagai alasan
pencampuran antar ajaran agamaPluralisme digunakan sebagai alasan untuk
mengubah ajaran suatu agama agar sesuai dengan ajaran agama lain
Polemik Pluralisme di IndonesiaPolemik Pluralisme di Indonesia diwarnai
perdebatan antar tiga kelompok berikut:Penganut pluralisme dalam arti asimilasiPenganut pluralism dalam arti non asimilasiPenganut anti-pluralisme
Pluralisme di IndonesiaDalam konteks politik, pluralisme mengacu
pada keragaman politik identitas dan budaya politik.
Pluralisme di Indonesia berakar pada konsep bhinneka tunggal ika, ada pengaruh budaya yang kuat dalam sistem politik Indonesia.
Pluralisme memungkinkan semua warga negara bebas berpolitik, terlepas dari agama, suku atau etnis mereka.
Budaya Politikadalah “orientasi-orientasi warga negara
terhadap objek-objek politik”“Pertemuan antara hasil institusionalisasi
dengan hasil institusionalisasi lainnya” (Austin Ranney, 1996)
Budaya politik terbentuk sebagai hasil pelembagaan nilai dan pola tingkah laku pada seseorang yang bertinteraksi dan saling menyesuaikan diri dengan hasil pelembagaan pada pihak lain.
Dua Sudut Pandang Budaya Politiko Nasional Sukar diketahui bentuknya Contoh: budaya politik nasional pada masa Orde Baru adalah
Pancasila, yang mempunyai ukuran Musyawarah mufakat untuk menyelesaikan masalah nasional Tidak diperkenankannya oposisi Dipengaruhi budaya daerah, misalnya: Desa-desa di Jawa mengenai rembug desa Di Minang mengenai Nagari Voting dipakai jika musyawarah mufakat belum tercapai
o Bagian Karena lebih spesifik, lebih dapat terwujud, dan dapat dilihat
pengaruhnya terhadap sistem politik Indonesia
Kaitan Cara Pandang Budaya PolitikBagian dan Struktur SosialVertikal. Budaya politik elit atau penguasa. Suku bangsa, agama, ras.
Budaya politik massa atau yang dikuasai. Suku bangsa, agama, ras.
Horisontal. Suku bangsa. Budaya politik Jawa dan Non-Jawa.
Agama. Budaya politik Islam dan Non-Islam atau Nasionalis.
Ras.
Kelompok Berpengaruh TerhadapSistem Politik Indonesia: Agama (1)Agama.o Mayoritas umat Islam. Contoh: pada sejarah pembentukan UUD 1945, dalam
BPUPKI, yang terdiri atas:o Golongan agama Islam berhasil mempengaruhi
Pancasila melalui Piagam Jakarta, antara lain: Sila pertama: …, menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya. Pasal 6: Presiden …, juga beragama Islam.
o Kemudian pada awal kemerdekaan, timbul kefanatikan agama sehingga menimbulkan pemberontakan.
Contoh: Pemberontakan DI/TII, Daud Beureuh di Aceh, Kartosuwiryo.
Kelompok …: Agama (2) Sedangkan pada masa Orde Baru, terjadi
pemberontakan yang tumpang tindih dengan kepentingan lain.
Contoh: Peristiwa Tanjung Priok, Pembajakan Woyla, Peledakan BCA, dan lain-lain.
Pada masa pasca-Orde Baru, masih terdapat kelompok Islam dalam parlemen yang memperjuangkan isi dari Piagam Jakarta.
Jadi agama banyak menuntut dalam sistem politik Indonesia.
Kelompok …: Suku Bangsa (1)Suku bangsa. Didominasi oleh suku Jawa karena paling banyak
populasinya.
Penempatan jabatan politik pada masa dahulu dalam kabinet tidak semata-mata dilihat dari faktor partai politiknya tetapi juga dari sukunya.
Sebabnya adalah adanya sense of belonging, yaitu rasa nasionalisme antar suku terhadap Indonesia sehingga dapat mendukung pembangunan Indonesia.
Kelompok …: Suku Bangsa (2)Akan tetapi hal ini mempunyai pengaruh negatif. Contoh: pada tahun 1960-an, dari menteri hingga aparat
bawahan di Departemen Agama diduduki oleh suku bangsa Padang karena dianggap orang-orang Padang kuat agamanya.
Tetapi hal ini mulai berkurang karena dipentingkannya profesionalisme.
Kebudayaan Jawa mempengaruhi sistem politik Indonesia.
Kelompok …: Rasial (1)Rasial. Dahulu, didominasi oleh Cina.
Hal ini terlihat dari pengelompokan yang dilakukan oleh Van Vallenhoven, yaitu Belanda, Timur Jauh, dan Pribumi.
Ras Cina menjadi golongan yang kuat sejak Orde Baru karena adanya jabatan struktural politik yang dipegang oleh ras Cina.
Bahkan ras Cina dimanfaatkan untuk menarik pajak oleh pemerintah.
Kelompok …: Rasial (2)Secara ekonomis, Cina memang lebih tinggi dari pribumi.
Contoh : konflik fisik di Sukabumi, kerusuhan di Jakarta.
Setelah G30S/PKI yang diduga disponsori oleh Cina, biarpun ada kesempatan politik, banyak yang terjun ke ekonomi. Yang ada, menjadi kelompok kepentingan yang menekan dan mempengaruhi kebijakan.
Pasca-Orde Baru, sebagian kecil dari mereka terjun ke politik (seperti membentuk Partai Bhinneka Tunggal Ika) dan diperbolehkannya kebudayaan Cina dalam kehidupan sehari-hari (pertunjukan barongsai, media massa yang berbahasa Cina).
Objek Politik1. Peranan atau struktur politik: eksekutif,
legislatif, yudikatif, birokrasi, dll.2. Pemegang peranan politik: presiden,
legislator, birokrat, dll.3. Kebijakan atau keputusan politik:
Peraturan, program, dll.
Unsur-unsur Budaya Politik1. Orientasi pemecahan masalah. Pragmatis atau rasional?2. Orientasi terhadap aksi kolektif. Kooperatif atau non-kooperatif?3. Orientasi terhadap sistem politik. Setia atau ingkar?4. Orientasi terhadap orang lain. Jujur atau sebaliknya? (Robert Dahl, 1962)
Budaya Politik Demokrasi
Toleransi Sosial: [1] Kompetisi, [2] Bermain secara adil (fair play), [3] Kebebasan menentukan pilihan, [4] Keleluasaan untuk berbeda/tak bersepakat
Kemampuan Berasosiasi (associability): “ … Kemampuan untuk secara sukarela mengerjasamakan dan mengkoordinasikan aktivitas dengan tujuan-tujuan yang disepakati, terbebas dari beragam bentuk patronase dan mobilisasi” (Putnam, 1993: 89-90).
3. Efikasi Politik (political efficacy): Perasaan seseorang mengenai kompetensinya dalam mempengaruhi sistem politik.
Transnasionalisasi Budaya Politik1. Revolusi teknologi informasi dan
komunikasi berdampak pada terjadinya “pengaburan” bahkan “penghapusan” batas antar-kebudayaan atau antarnegara
2. Globalisasi memfasilitasi terjadinya “transnasionalisasi budaya politik”
3. Interaksi tiga level budaya politik: lokal, nasional, mondial/global
Budaya Politik Indonesia(2)Clifford Geertz: [1] Abangan, [2] Santri, [3]
Priyayi.Hildred Geertz: [1] Masyarakat pesisir, [2]
Masyarakat pedalaman.Alfian: [1] Budaya politik elite, [2] Budaya
politik massa.Modernisasi memfasilitasi
pembentukan/perubahan kebudayaan politik.Budaya politik lokal tersubordinasi karena
sentralisasi. Budaya lokal kemudian muncul dan menguat karena desentralisasi/demokratisasi.
Konsep Kekuasaan:Barat versus Jawa
BARAT JAWA
Abstrak Konkret
Sumber kekuasaaan heterogen Sumber kekuasaan homogen
Akumulasi kekuasaan tak punya batas
Jumlah kekuasaan senantiasa konstan
Secara moral membutuhkan legitimasi
Tak membutuhkan legitimasi
Benedict R.O. G. Anderson, The Idea of Power in Javanese Culture, 1972