MANGROVE KULONPROGO
Edisi 2/Juni/2012
Kelompok Kerja
Mangrove dan
Sempadan Pantai
Kabupaten
Kulonprogo
Pengenalan Spesies Mangrove
Profil Kelompok
Pelestari Mangrove
Kegiatan Penanaman Mangrove Jangkaran
T otal wilayah Kulonprogo adalah 58.627,51 ha dikelilingi oleh Kabupaten Purworejo di sebelah barat, Magelang dan Sleman di bagian utara serta
Sleman dan Bantul di sebelah timur. Kawasan pesisir
terdapat di selatan - barat wilayah yang berbatasan
langsung dengan Samudera Hindia dan Kabupaten Pur-
worejo. Secara geografis wilayah Kulonprogo terletak
pada 110 1 37 110 16 26 BT dan 7 38 42 7 59 3
LS . Mempunyai garis pantai sepanjang 24,7 km di em-
pat kecamatan pesisir meliputi Temon, Wates, Panjatan
dan Galur.
KELOMPOK KERJA
MANGROVE DAN SEMPADAN PANTAI KABUPATEN
KULONPROGO
A : Jalan Perwakilan No 1 Wates, Kulonprogo 55611
Telp 0274 - 773010 Fax 773148
W. : kulonprogokab.go.id
E. : [email protected]
Keterangan gambar :
Cover : Spinifex littoreus di Pantai Congot, Jangkaran Atas : Casuarina sp. dengan latar belakang Callotropis gigantea
01
Juni 2012 Mangrove Kulonprogo
DAFTAR ISI
01
Pengenalan Spesies
Mangrove
01
Di wilayah Kabupaten Kulonprogo, sebagian besar
spesies mangrove murni terdapat di Desa
Jangkaran, Kecamatan Temon. Terdapat 7 (tujuh)
jenis mangrove yang terdapat di kawasan ini
(Sawitri, 2012)
03
02
Kelompok Masyarakat
Pelestari Mangrove
02
Terdapat tiga kelompok masyarakat pelestari man-
grove di Desa Jangkaran. Salah satu kelompok
yang berkinerja baik adalah Kelompok Wana Tirta
di Dusun Pasir Mendit, Desa Jangkaran
Kegiatan Penanaman
Mangrove
03
Mendukung kegiatan penanaman mangrove yang
pernah dilaksanakan oleh berbagai pihak, Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY pada Tahun
2012 menyelenggarakan kegiatan penanaman
mangrove yang berjuluk Ayo Tanam Mangrove
(ATM)
02
MENGENAL SPESIES
MANGROVE
Secara kasat mata, tampakan mangrove tidak berbeda dengan pohon lain. Akan tetapi apabi-
la dilihat lebih teliti, banyak sekali sifat khusus dari mangrove dibandingkan tumbuhan yang lain.
Selain perbedaan dari habitat tumbuhnya, perbedaan dapat dilihat dari bentuk perakaran, ba-
tang, daun dan buah.
Morfologi sistem perakaran dari mangrove mempunyai bentuk unik menyesuaikan keadaan ling-
kungan. Tumbuh pada daerah dominan tergenang air, akar pohon beradaptasi sebagai alat pe-
nangkap oksigen dengan cara tumbuh keluar dari air. Bentuk adaptasi ini berbeda tiap spe-
sies mangrove, sebagai contoh akar mangrove Avicennia dan Sonneratia membentuk tegakan
ke atas seperti pensil. Adapun Rhizophora beradaptasi dengan bentukan liar akar tunjang
yang tumbuh sampai pada ketiak batang.
Batang dari mangrove juga mempunyai perbedaan dengan kebanyakan batang di pohon daratan
biasa. Kulit batang mangrove sering ditemukan lentisel yang berguna dalam mengambil oksi-
gen.
Jika bentuk batang dan akar sering dituduh berperan dalam pengambilan udara, maka
daun pada mangrove banyak berfungis dalam usaha penguapan, terutama pada kemung-
kinan adanya garam yang ikut terserap tanaman. Kondisi fisik daun mangrove rata-rata lebih
tebal dibandingkan dengan tanaman daratan lain.
Buah pada mangrove sering disebut dengan propagul. Bentuk luar dari progapgul berbeda tiap
spesies seperti pada Rhizopora dan Bruguiera dengan morfologi menyerupai tombak atau pen-
sil. Jika terjatuh dari kotiledon nya (pangkal buah), maka propagul ini akan menancap pada
lumpur. Dengan cara ini lah, kedua spesies ini menyebar.
Penelitian yang dilaksanakan oleh
Sawitri Rini (2012) menyatakan bahwa
setidaknya terdapat 7 (tujuh)spesies
mangrove yang terdapat disini yaitu
Avicennia marina (Forssk.) Vierh.,
Avicennia alba Blume, Rhizophora
mucronata Lam., Sonneratia caseolaris
(L.) Engl, Acanthus ilicifolius L.
Acrostecum aureum Linn. dan Nypa
fruticans Wurmb.
03
Keterangan gambar :
Atas : Personil Pokja melakukan pemantauan kondisi mangrove di Jangkaran
Avicennia marina (Forssk) mempunyai nama lokal api-api
atau sia - sia. Secara umum jenis mangrove ini berbentuk
perdu sampai dengan pohon dengan tinggi maksimal 12 m.
Bentuk perakaran adalah akar nafas seperti pensil.
Secara khusus, ciri api-api dapat dilihat dari sistem daun,
buah, bunga, kayu. Daun pada mangrove ini tersusun tung-
gal bersilang dengan bentuk elips berujung runcing hingga
membundar. Panjang daun pada kisaran 5 - 11 cm. Ciri
khusus dari daun memiliki kelenjar garam dengan per-
mukaan bawah daun berwarna putih hingga kelabu terang.
Warna putih atau kelabu terang ini juga dijumpai di kulit
kayunya. Sering pula dijumpai, kulit kayu berwarna kelabu
dan hujau loreng dengan tekstur halus.
Bunga dari api-api berduri rapat dan terdapat di ujung atau
ketiak daun. Setelah menjadi buah, bentuknya melingkar
seperti paruh pendek di ujung. Tipe buah adalah kriptovi-
vipari. Secara kasat mata seperti kacang.
Spesies ini mempunyai kemiripan dengan spesies Avicennia
alba dan Avicennia lanata. Secara alami, api-api sering
ditemukan di tingkat pertama sistem zonasi dan merupakan
spesies pioneer.
Manfaat dari spesies ini secara ekonomis sebagai bahan
baku pembuatan makanan. Tentu saja, selain fungsi secara
ekologis dan fisik.
Di Kabupaten Kulonprogo, jenis mangrove ini hanya ter-
dapat di Desa Jangkaran. Hal ini karena jenis substrat yang
cocok sebgai bahan tumbuh tanam adalah lumpur berpasir
yang banyak ditemukan di muara sungai dengan aliran air
yang tidak deras. Satu hal yang banyak ditemukan di Desa
Avicennia marina (Forssk.) Jangkaran dengan air yang tenang, kondisi tanah subur.
Avicennia alba Blume
Seperti jenis Avicennia marina, mangrove jenis ini juga ban-
yak ditemukan di Desa Jangkaran. Sekilas, jenis mangrove
ini tidak dapat dibedakan secara kasat mata dengan spesies
Avicennia marina. Masyarakat lokal pun menganggap kedua
spesies ini sama dengan nama lokal dari keduanya adalah
api-api atau sia-sia.
Ciri utama yang membedakan dari keduanya adalah tampa-
kan daun dan pohonnya.
Daun dari A. marina lebih memanjang dan lancip daripada
A. alba. Ukuran panjang rata-rata daunnya 10 18 cm, lebih
panjang dari A. alba yang hanya 5 -11 cm. Dari penampa-
kan buahnya pun terdapat sedikit perbedaan. A. alba
mempunyai ujung lancip yang lebih memanjang daripada
bentuk buah dari A. marina.
Persamaan dari keduanya adalah bentuknya yang antara
perdu sampai dengan pohon, walau rata-rata ketinggian
spesies A. alba lebih tinggi daripada kerabatnya A. marina.
Warna dari keduanya pun mempunyai kemiripan, antara
putih, hijau dan coklat kehitaman.
Bentuk perakaran dari spesies ini adalah akar nafas seperti
pensil yang berada di sekeliling batang utama pohon.
Mempunyai tipe biji kriptovivipari dengan bentuk seperti
cabai atau biji jambu mete. Ciri lain dari spesies ini adalah
daun yang memiliki kelenjar garam dengan permukaan
04
bawah daun bewarna perak kelabu atau putih.
Spesies ini merupakan jenis spesies pioneer dan memben-
tuk tegakan murni. Artinya, secara alami spesies ini dapat
mengelompok dan berada di zona depan dari hutan man-
grove alami.
Di Desa Jangkaran, sebagian besar jenis spesies ini meru-
pakan hasil penanaman kembali mangrove dengan keting-
gian rata-rata 7 m. Beberapa diantaranya sudah
menghasilkan buah.
dengan permukaan bawah daun bewarna hijau kekuningan
memiliki bintik hitam kecil yang menyebar di seluruh per-
mukaan bawah daun. Ukuran daun secara umum lebih be-
sar daripada spesies R. stylosa . Ciri khusus dari daun ini
yang dapat menjadi satu pembeda pada jenis Rhizophora
lainnya.
Mempunyai bunga dengan benang sari yang sangat pendek
serta putik yang pendek pula. Walau demikan, buah yang
dihasilkan berukuran yang besar dubanding jenis Rhizopho-
ra lainnya. Progapul ini berbentuk silinder dan terapung di
air.
Jenis spesies ini merupakan salah satu jenis yang mempu-
nyai pertumbuhan yang cepat dibvandingkan dengan jenis
lain. Ditambah dengan sistem perakarannya yang kuat, spe-
sies ini menjadi salah satu pilihan utama dalam upaya mem-
bentuk perlindungan alami pesisir dari ancaman abrasi.
Sonneratia caseolaris
(L.) Engl
Spesies ini seringkali dikenal dengan nama pedada, bogem
atau apel-apelan. Banyak tumbuh muara sungai terutama
pada daerah salinitas rendah dengan campuran air tawar.
Secara umum memiliki bentuk pohon yang tinggi dengan
ketinggian maksimal dapat mencapai 16 m. sistem pe-
rakaran berupa akar nafas, berbentuk kerucut dengan tinggi
maksimal akar nagas ini 1 m.
Spesies ini mempunyai susunan daun tunggal bersilang
dengan bentuk elips agak membundar dengan ujung mem-
bengkok tajam. Ukuran panjang daun 4-8 cm.
Bakau merupakan nama popular dari jenis Rhizophora spp.
Merupakan ikon hutan mangrove dan banyak dijumpai di
banyak pesisir di Indonesia. Sebarannya yang luas me-
nyebabkan jenis ini mempunyai banyak nama daerah seper-
ti bakau hitam, tanjang, bangko, tongke, tanjang lanang dan
sebagainya.
Jenis Rhizophora spp sendiri setidaknya terdapat empat
jenis yang ada di Indonesia yaitu Rhizophora apiculata,
lamarckii, mucronata dan stylosa . Di Kulonprogo, spesies
yang banyak ditemukan adalah dari Rhizophora mucronata.
Secara umum, spesies ini berupa pohon, bukan pedu
dengan ketinggian maksimal mencapai 25 m. Mempunyai
batang yang besar dengan kulit kayu kasar beralur
berwarna abu-abu hingga hitam.
Daun dari R. mucronata berbentuk elips meruncing dengan
panjang 15 -20 cm. Susunan daun tunggal bersilangan
Rhizophora mucronata Lam
05
Morfologi bunga spesies ini mempunyai rangkaian satu
sampai beberapa bunga bersusun di ujung. Bunga memiliki
6 - 8 helai kelopak dengan mahkota berwarna merah. Tidak
hanya pada mahkota saja, benang sari pada bunganya
mempunya warna kombinasi antara merah di pangkal dan
putih di ujungnya. Warna mahkota ini menjadi salah satu
pembeda utama dengan spesies satu kerabat, S. alba yang
mempunyai warna mahkota putih.
Ukuran buah dari spesies S. casolaris adalah 6 - 8 cm
dengan warna hijau kekuningan dan permukaan yang
mengkilap.
Spesies S. caseolaris merupakan salah satu spesies man-
grove mayor alami yang masih tersisa di Desa Jangkaran.
Sampai saat ini, jenis in banyak ditemukan di sekitar muara
sungai Dusun Pasir Mendit. Walau jumlahnya tidak
sebanyak jenis lain, spesies ini patut untuk dikembangkan
lebih jauh lagi karena mempunyai manfaat ekonomi.
Beberapa literature menyebutkan buah pedada ini dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Bermacam dodol dan
makan olahan memanfaatkan buahnya yang juga dapat
dimakan langsung.
Jenis semak lain yang ditemukan adalah A. aureum . Nama
lokal untuk spesies ini adalah kerakas atau paku laut.
Mempunyai ketinggian maksimal 1,5 m, yang sebagian be-
sar berupa daun dengan anak daun dalam kisaran 30 buah.
Masing-masing anak daun ini dapat mencapai panjang 1 m.
Ciri khusus pada karakas adalah warna merah pada daun
Acrostecum aureum Linn
muda dan berubah menjadi hijau ketika tua.
Mempunyai nama lokal jeruju, speses ini termasuk semak
dengan tinggi maksimal 1,5 m.
Salah satu sifat khas dari semak ini adalah adanya duri
rapat di sekeliling tepi daun. Daunnya sendiri berjenis tung-
gal dengan sistem bersilangan berbentuk lanset dengan
panjang antara 5-15 cm.
Sistem penyebarannya menggunakan bnunga . Biasanya
berwarna biru terang atau ungu dengan panjang dapat men-
capai 10-20 cm.
Ciri khusus dari spesies ini yaitu terkadang tumbuh akar
yang mirip dengan akar tunjang dengan warna putih ke-
coklatan.
Biasanya semak ini dapat ditemukan sepanjang daerah
pasang surut dan bagian tepi daratan di wilayah mangrove.
Sering pula ditemukan di tepian sungai.
Fungsi mangrove dapat dilihat secara sistem, yang
bermanfaat pada sisi ekologis seperti tempat mencari makan, tempat
pemijahan atau per-tukaran nutrisi. Beberapa
mangrove mempunyai manfaat langsung secara
ekonomi.
Walau demikian, pem-anfaatan secara ekonomi
ini seperti penggunaan kayu bakar harus dil-
aksanakan dengan arif
Tidak semua jenis mangrove dapat dimanfaatkan langsung secara ekonomi. Fungsi mangrove dapat dilihat secara sis-
tem, yang bermanfaat pada sisi ekologis seperti tempat mencari makan, tempat pemijahan atau pertukaran nutrisi.
Pemanfaatan secara ekonomi seperti penggunaan kayu bakar harus secara lestari.
Nypa fruticans Wurmb
N. fruticans merupakan salah satu penyusun komponen
utama di hutan mangrove. Biasanya, spesies ini ditemukan
sepanjag tepi sungai air tawar dan banyak ditemukan dalam
satu komunitas besar. Menggerombol dengan dominasi
warna hijau. Dan kuning pada daun mudanya.
Nama lokal untuk spesies ini adalah nipa, atau nira, atau
palem mangrove. Daunnya seperti pohon kelapa, hanya
saja spesies ini tidak mempunyai batang tinggi layaknya
tanaman darat. Ketiadaan batang ini menyebabkan keting-
gian rata-rata dari palenm antara 4-9 m. Ketinggian ini han-
ya ditopang dari keberadaan daunnya. Daun palem ini ber-
bentuk memanjang 4-9 m dengan bentuk anak daun lanset
meruncing ke atas.
Secara ekonomi, manfaat dari nipah sebagai bahan ke-
rajinan dan pemanfaatan air nira sebagai bahan pembuatan
gula merah. Di Desa Jangkaran sendiri, jenis ini belum ban-
yak dimanfaatkan secara ekonomi oleh masyarakat sekitar.
A. iliciofolius merupaan kelompok minor dalam suatu
ekosiste,m mangrove. Artinya, kelompok ini tidak memben-
tuk suatu tegakan murni dan menggerombol dalam satu
zona yang luas. Disebut masyarakat lokal dengan nama
jerusu, tanaman ini berkembang dengan jalan merambat.
Jeruju merupakan semak dengan ciri utama daun yang
meruncing tajam.
merupakan salah satu penyusun komponen utama di hutan
mangrove. Biasanya, spesies ini ditemukan sepanjag tepi
sungai air tawar dan banyak ditemukan dalam satu komuni-
tas besar. Menggerombol dengan dominasi warna hijau.
Dan kuning pada daun mudanya.
Nama lokal untuk spesies ini adalah nipa, atau nira, atau
palem mangrove. Daunnya seperti pohon
Acanthus ilicifolius L
Dalam usaha kesuksesan penanaman mangrove di Desa Jangkaran dilaksankan survey lokasi pada tanggal 6 Maret
2012. Jauh hari sebelum pelaksanaan penanaman
yang dilaksanakan pada Bulan Juli 2012. Pelaksana kegiatan, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi D.I. Yogyakarta didampingi oleh KKMSP melakukan survey ini.
Mengenal Sosok Warso Sumito
Desa Jangkaran merupakan satu-satunya tempat dimana mangrove di Kulonprogo berada
saat ini. Disini, ketua kelompok pelestari mangrove akan memberikan pengetahuan secara
gamblang tentang kegiatan pelestarian mangrove yang sudah berlangsung.
Sejak kapan kegiatan pelestarian mangrove di Desa Jangkaran dilaksanakan ?
Sebenarnya keberadaan mangrove di Desa Ini sudah lama. Pernah terdapat kegiatan
pengrusakan mangrove ketika marak kegiatan pembukaan tambak udang di 90-an.
Mulai pertengahan tahun 200-an masyarakat mulai sadar dengan keberadaan man-
grove
Kelompok apa saja yang berada di sini ?
Di Dusun Pasir Mendit terdapat satu kelompok yaitu Kelempok Pelestari Mangrove
Wana Mirta. Kelompok lain yang ada di desa sini adalah di Dusun Pasir Kadilangu dan
Pasir Ngalawang.
Kegiatan kelompok apa saja yang sudah dilaksanakan ?
Pananaman dan pelestarian mangrove merupakan kegiatan selama ini yang pernah
dilaksanakan.
Apakah sudah bekerja sama dengan pihak lain ?
Tentu saja, bahkan pada awalnya keberadaan kelompok ini merupakan hasil bimbingan
dari pihak lain. Beberpaa LSM seperti LPPSP , Damar dan Dinas Kabupaten dan Provin-
si sudah lama bekerja sama dengan kami dalam rangka pelestarian mangrove, teru-
atama pada kegiatan penanaman. Kami juga menjalin kemitraan dengan akademisi dari
Kelompok Studi Mangrove Instiper Jogjakarta dan Kelompok Mahsiswa Biologi dari UGM.
Baru-baru ini kami bahkan membantu salah satu mahasiswa S2 UGM yang melakukan
penelitian mangrove di sini.
Kegiatan penanaman mangrove apa saja yang pernah dilakukan ?
Sudah lama sekali. Terkadang tiap tahun kegiatan penanaman di laksanakan. Tidak hanya
mangrove, bahkan dinas Kelatutan Priovinsi DIY pernah
Haparan ke depan untuk daerah ini bagaimana ?
Supaya kegiatan penanaman ini didukung pula oleh kegiatan pelatihan atau peningkatan
kapasitas masyarakat di sekitar hutan mangrove. Ini agar masyarkat lebih dapat meyakini
manfaat dari hutan mangrove. Sebagai contoh adalah kegiatan penebaran bibit kepiting di
hutan mangrove oleh DInas Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY.
Interview
Saya berkeinginan diada-
kannya pelatihan atau pening-
katan kapasitas masyarakat
di sini . . .
Ayo tanam mangrove (ATM) merupakan
salah satu kegiatan pelestarian man-
grove yang ada. Jauh sebelum kegiatan
ini, berbagai kegiatan telah ada seperti
Gerakan Penghijauan Hutan dan Lahan,
Rehabilitasi Hutan dan Lahan, Mangrove
Replanting.
Selain pemerintah pusat, kegiatan pena-
naman dilakukan oleh berbagai pihak,
yaitu pemerintah daerah, Lembaga
Sawadaya Masyarakat, kelompok
masyarakat atau akademisi. Di
Jangkaran, berbagai pihak ini antara lain
adalah Kementerian Pertanian, Kelautan
dan Perikanan, BPDASSOP, LSM
LLPSP, KSK UGM, MIC Instiper.
Mangrove merupakan salah satu tanaman pantai yang banyak ditemukan di kawa-
san pesisir berlumpur, sebagian besar menempati garis pesisir pantai. Walaupun
begitu, beberapa tempat lain seperti di teluk yang terlindung seperti di Cilacap, la-
guna, muara serta delta. Mangrove yang ada di Kabupaten Kulonprogo teruta man-
grove sejati banyak ditemukan di Sekitar Muara Sungai Bogowonto di Desa
Jangkaran Kecamatan Temon. Kondisi utama yang mendukung keberadaan man-
grove adalah adanya laguna kecil dan muara sungai yang menghasilkan pengenda-
pan lumpur.
Program ATM dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI yang dilaksanakan me-
lalui Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY sendiri merupakan salah satu
penunjang penanaman mangrove sebelumlnya yang sudah banyak dilakukan
berbagai pihak bekerjasama dengan masyarakat lokal. Tercatat, kegiatan pena-
BidEkonomi2012/Penanaman Mangrove
Kementerian Kelautan dan Perikanan RI berupaya melakukan pemeli-haraan lingkungan dan pemulihan kerusakan wilayah pesisir teruta-ma ekosistem mangrove melalui kegiatan Ayo Tanam Mangrove (ATM)
KULONPROGO MENANAM
MANGROVE
P eraturan Pemerintah Daerah Provinsi DI Yogya-karta No 16/ 2011 menyatakan jarak sempadan pantai adalah 100 m dari rata-rata titik pasang tertinggi air laut. Pada Pasal 87, tertuang arahan untuk mengem-
bangkan tanaman pantai di sempadan pantai.
naman pertama kali diantaranya adlah kegiatan penanaman 950
benih mangrove jenis Rhizophora pada Tahun oleh UGM.
Setelah itu, kegiatan penanaman terus dilaksankaan pada Ta-
hun 1995, 2003, dan 2006 - 2012. Jumlah keseluhan hasil pena-
naman sampai dengan Tahun 2012 adalah 94.050 batang
propagul pada areal seluas 4 Ha. Total areal yang masih berpo-
tensi untuk dilakukan penanaman adalah 7 Ha meliputi Dusun
Pasir Mendit 5 Ha, Dusun Pasir Kadilangu 1,5 Ha dan Dusun
Nglawang 0,57 Ha.
Pelaksanaan penanaman dilakukan di dalam kawasan atau di
luar hutan dengan menerapkan jenis dan pola tanaman, dengan
kriteria 1.100 batang dan maksimal 10.000 batang per hektar. Di
Kulonprogo sendiri, pada ATM tahun 2012 ini penanaman dil-
aksanakan di sempadan Sungai Pasir Mendit. Lokasi ini relatif
terlindung dari ombak dengan dukungan nutrient dari muara
sungai yang besar dan asupan air yang baik.
Cara penanaman yang dilakukan adalah dengan jalan pena-
naman dengan bibit yang sudah dipersiapkan sebelumnya dari
jenis Rhizophora dan Avicennia. Hal ini karena penanaman
dengan bibit mempunyai presentase tumbuh yang lebih baik
daripada penanaman menggunakan benih propagul langsung.
Penanaman bibit ini dilaksanakan dengan pola tanam murni
denganjalan penanaman model strip (jalur) yaitu bibit ditanam
secara merata pada areal tanam. Ini dilakukan untuk me-
nyesuaikan dengan keadaan sempadan sungai. Dengan pola
seperti ini, diharapkan bibit dapat lebih tahan dengan gempur
air.
Jenis bibit yang ditanam pada penanaman kali ini adalah jenis
Rhizophora dan Avicennia dengan proporsi 70 : 30 % dari total
jumlah 37.500 batang.
Satu yang menjadi kritikan pada penanaman ATM kemarin ada-
lah tidak optimalnya proses menanam. Hal yang ditemukan di-
antaranya adalah kegiatan penanamaan pada saat air masih
pasang sehingga menyulitkan kegiatan penanaman dan penggu-
aan ajir yang kurang tinggi. Walau tidak secara signifikan
mempengaruhi hasil penanaman, hal ini seharusnya dapat dimini-
malisir.
Untungnya, kegiatan kali ini masih terdapat agenda penyulaman
sehingga jika terdapat kasus gagal tumbuh dari bibit, maka dapat
diganti dengan bibit yang baru.
Kekhuwatiran kedua adalah adanya kondisi muara sungai bo-
gowonto yang kerap tertutup. Bebeng ini keadaan kuat arus air
sungai yang rendah dibandingkan arus air laut. Rendahnya kekau-
atan ini menyebabkan muara sungai tertutup pasir disebabkan
empasan air laut. Tertutupnya muara menyebabkan meluapnya
air di seluruh saluran dan sungai kecil di sekitar muara. Efek pada
bibit mangrove, akan berakibat fatal ketika keseluruhan bibit terus
terendam air.
Gambar : Diagram Pananaman Mangrove
Taukah
Anda ?
Kelompok Tani Ngudi Makmur merupakan kelompok pelestari mangrove yang ada di Peduku-
han Pasir Nglawang dengan ketua Bapak Sukarjo dengan anggota merupakan warga peduku-
han dengan jumlah 60 orang. Selama ini kelompok melakukan pelestarian mangrove yang
berada di muara sungai bogowonto sebelah timur sepanjang 3 km. Walaupun sistem ke-
lompok belum melembaga dengan baik, selama ini anggota kelompok cukup mampu dan mau
dalam usaha pelestarian mangrove di Pasir Nglawang.
Kelompok pelestari mangrove kedua berada di Pedukuhan Pasir Kadilangu. Kelompok ini
unik karena tidak memiliki basis langsung pada kegiatan pelestarian tetapi menginduk pada
kelompok pemberdayaan yang diinisiasi dari Pemerintah Desa yaitu Kelompok Kerja Lem-
baga Pemberdayaan Masyarakat Desa (KKLPMD). Walau demikian, kelompok ini terbukti
mampu mengelola vegetasi mangrove jenis Api-api, Bakau, Apel-apelan, Asem Kranji, Waru.
Dengan komando utama dari ketua kelompok Bapak Purwo Sarjono dengan 50 anggota ke-
lompok melestarikan areal seluas 3 ha di sekeliling pedukuhan.
Pedukuhan Pasir Mendit merupakan salah satu kawasan utama kegiatan pelestarian man-
grove di Desa Jangkaran. Dengan area mengrove seluas 7 ha, Pasir Mendit memiliki jenis
vegetasi mangrove utama seperti api-api, bakau, bogem dan pandan. Kelompok Wana Tirta
merupakan salah satu kelompok pelestari mangrove utama yang ada Pasir Mendit. Dikoman-
doi Bapak Warso Sumito, kelompok ini mengawal kegiatan pelestarian yang bekerja sama
dengan berbagai pihak seperti Lembaga Swadaya Masyarakat, Pemerintah dan Akademisi.
Pada Tahun 2012 ini, kelompok mengawal kegiatan penanaman mangrove sebanyak lebih
dari 40.000 batang mangrove dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi DIY, Dinas Per-
tanian dan Kehutanan Kabupaten Kulonprogo.
Mengenal kelompok masyarakat pelestari mangrove
Desa Jangkaran
Masyarakat di Desa Jangkaran
merupakan salah satu factor
penting dalam usaha pelestarian
mangrove di sekitar Muara
Sungai Bogowonto. Setidaknya
terdapat 3 kelompok utama
pelestari mangrove yang ada
yaitu Wana Tirta Pasir Mendit,
Kelompok tani Ngugi Makmur
Pasir Nglawang dan KKLPMD
Pasir Kadilangu.
Keterangan Gambar (Kanan-Kiri) :
1. Sukarjo
2. Purwo Sarjono
3. Warso Suwito