POKOK–POKOK KETENTUANMENGENAI
REVISI ANGGARAN TA 2017
1
KEMENTERIAN KEUANGANDIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
Jakarta, Desember 2016
POKOK BAHASAN
1. Siklus Anggaran
2. Batasan Revisi
3. Ruang lingkup Revisi
4. Ketentuan-ketentuan baru revisi anggaran 2017
5. Perbaikan ketentuan revisi
6. Daftar revisi anggaran yang menjadi kewenangan DJA & DJPB
2
RKA-KL AlokasiAnggaran 2017
DIPA PELAKSANAAN APBN
Okt-Nov t-1 Des t-1 Jan ------------------------------------- Des
PENELAAHAN
SIKLUS PENYUSUNAN ANGGARAN, PENETAPAN
DIPA, DAN PELAKSANAAN ANGGARAN
Catatan Hasil Penelaahan
PerpresRincian APBN
1) DIPA Induk terdiri atas 4 (empat) bagian yaiu :
a. Lembar Surat Pengesahan DIPA Induk (SP DIPA Induk);b. Halaman I memuat Informasi Kinerja dan Anggaran
Program;c. Halaman II memuat Rincian Alokasi Anggaran per Satker;d. Halaman III memuat Rencana Penarikan Dana dan
Perkiraan Penerimaan.
2) DIPA Petikan terdiri atas 5 (lima) bagian yaitu :
a. Lembar Surat Pengesahan DIPA Petikan (SP DIPA Petikan );
b. Halaman I memuat Informasi Kinerja dan Sumber Dana : Halaman I A mengenai Informasi Kinerja; Halaman I B mengenai Sumber Dana;
c. Halaman II memuat Rincian Pengeluaran;d. Halaman III memuat Rencana Penarikan Dana dan
Perkiraan Penerimaan;e. Halaman IV memuat Catatan.
UU APBN
tahun berjalan
Monitoring & Evaluasi
APBN Perubahan
REVISI ANGGARAN
Perubahan Kebijakan
• Pedoman Umum• Hal-hal yang harus
dialokasikan• Hal-hal yang harus
dbatasi
3
BATASAN REVISI (1)Revisi Anggaran dilakukan dengan memperhatikan ketentuanmengenai:
petunjuk penyusunan dan penelaahan RKA-K/L dan pengesahan DIPA sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuanganmengenai petunjuk penyusunan dan penelaahan RKA-K/L dan pengesahan DIPA dan/atau
tata cara perencanaan, penelahaan dan penetapan alokasi anggaranBA BUN dan Pengesahaan DIPA BUN sebagaimana diatur dalamPeraturan Menteri Keuangan Tata Cara Perencanaan, Penelahaan, Dan Penetapan Alokasi Anggaran BA BUN, Dan Pengesahaan DIPA BUN.
Revisi Anggaran dapat dilakukan setelah DIPA Petikan dan/atau DIPA BUN ditetapkan *)
4
*) Revisi administratif, tidak berkaitan dengan alokasi anggaran
Revisi Anggaran dilakukan sepanjang tidak mengakibatkan pengurangan alokasianggaran terhadap:
alokasi gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji kecuali untuk pemenuhan belanjapegawai pada komponen 001 pada Satker yang sama dan/atau untuk pemenuhanalokasi gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji pada satker lain sepanjang pergeserantersebut tidak mengakibatkan pagu minus;
pembayaran berbagai tunggakan;
Rupiah Murni Pendamping sepanjang paket pekerjaan masih berlanjut (on-going); dan/atau
paket pekerjaan yang telah dikontrakkan dan/atau direalisasikan dananya sehinggadananya menjadi minus.
Revisi Anggaran dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah target kinerja dengan ketentuan sebagai berikut:
tidak mengubah sasaran Program;
tidak mengubah Keluaran (Output) kegiatan yang sudah terdapat realisasi anggaran;
tidak mengurangi volume Keluaran (Output); atau
tidak menyebabkan volume Keluaran (Output) yang telah ditetapkan menjadi tidak tercapai.
5
BATASAN REVISI (2)
Pagu = batas atas, yang tidak dapat dilampaui, kecuali:
Pembayaran bunga dan pokok utang
Subsidi BBM
Tidak dikenal adanya pagu minus dalam tahun berjalan:
Jika terdapat pagu minus, harus diselesaikan tahun itu dengan mekanisme reguler
6
BATASAN REVISI (3)
Diatur dalam UU APBN
PMK NO. 15/PMK.02/2016 TENTANG TATA CARA REVISIANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2016 sebagaimana telah diubah dengan PMK No. 62/PMK.02/2016
Pasal 57
Ketentuan mengenai tata cara Revisi Anggaran yang diatur dalam Peraturan
Menteri ini masih tetap berlaku sebagai acuan tata cara Revisi Anggaran,sampai dengan ditetapkannya pengganti Peraturan Menteri ini.
7
SISTEMATIKA PENYAJIAN
8
1. Batang Tubuh PMK : 9 BAB; 58 Pasal;
2. Lampiran PMK:
Lampiran I : Daftar Revisi Anggaran Yang Menjadi Kewenangan DJA dan Kanwil DJPB;
Lampiran II: Format Surat Usulan Revisi Anggaran;
Lampiran III : Alur Mekanisme Revisi Anggaran BA BUN;
Lampiran IV : Format Surat Hasil Reviu APIP K/L;
Lampiran V : Alur Mekanisme Revisi Anggaran Pada Kanwil DJPB;
Lampiran VI : Alur Mekanisme Revisi Anggaran Yang Memerlukan Persetujuan Eselon I K/L;
Lampiran VII : Alur Mekanisme Revisi Anggaran Pada KPA.
PMK No. 15/PMK.02/2016 *)
*) Sebagaimana telah diubah dengan PMK No. 62/PMK.02/2016.
1. Batang Tubuh PMK : 9 BAB; 61 Pasal;
2. Lampiran PMK:
Lampiran I : Daftar Revisi Anggaran Yang Menjadi Kewenangan DJA dan Kanwil DJPB;
Lampiran II: Format Surat Usulan Revisi Anggaran;
Lampiran III : Alur Mekanisme Revisi Anggaran BA BUN;
Lampiran IV : Alur mekanisme revisi anggaran melalui surat elektronik pada Direktorat Jenderal Anggaran
Lampiran V : Format Surat Hasil Reviu APIP K/L;
Lampiran VI : Alur Mekanisme Revisi Anggaran Pada Kanwil DJPB;
Lampiran VII : Alur Mekanisme Revisi Anggaran Yang Memerlukan Persetujuan Eselon I K/L;
Lampiran VIII : Alur Mekanisme Revisi Anggaran Pada KPA.
PMK yang baru
RUANG LINGKUP REVISI ANGGARAN
Revisi Anggaran
Pagu Berubah
Pagu bertambah
Pagu berkurang
Pagu Tetap
Pergeseran dalam 1 program
Pergeseran antar program
Pergeseran antar BA
Revisi Administratif
kesalahan administrasi
perubahan rumusan yang tidak terkait dengan anggaran
pemenuhan persyaratan dalam rangka pencairan anggaran
9
Kewenangan/ dengan persetujuan DPR
Revisi: substansi, bukan cara
DJA
pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Keluaran (Output) yang sama, dalam 1 (satu) Kegiatan yang sama, dan antar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda;
pergeseran anggaran antar Keluaran (Output), dalam 1 (satu) Kegiatan yang sama, dan antar Satker dalam wilayah Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda; atau
pergeseran anggaran antar Kegiatan dan antar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda.
DJPB pergeseran anggaran dalam 1 (satu)
Keluaran (Output) yang sama, dalam 1 (satu) Kegiatan yang sama, dan antar Satker;
pergeseran anggaran antar Keluaran (Output), dalam 1 (satu) Kegiatan yang sama, dan antar Satker;
pergeseran anggaran antar Kegiatan, dalam 1 (satu) Satker yang sama;
pergeseran anggaran antar Kegiatan dan antar Satker dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
10
Substansi Revisi Pagu Berubah
penambahan atau pengurangan pagu anggaran, termasuk pergeseranrincian anggarannya, meliputi:
perubahan Anggaran Belanja Yang Bersumber Dari PNBP;
perubahan anggaran belanja yang bersumber dari pinjaman/hibah luarnegeri dan dalam negeri, termasuk pemberian pinjaman/hibah;
perubahan anggaran belanja yang bersumber dari SBSN, termasukpenggunaan sisa dana penerbitan SBSN yang tidak terserap padatahun-tahun sebelumnya;
perubahan anggaran belanja pemerintah pusat berupa pagu untuk pengesahan belanja yang bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri yang telah closing date;
perubahan anggaran belanja dan/atau pembiayaan anggaran sebagai akibat dari perubahan kurs, perubahan parameter, tambahan kewajiban, dan/atau pemenuhan kewajiban; dan/atau
perubahan transfer ke daerah dan dana desa
11
Substansi Revisi Pagu Tetap (1/3)pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999.08 (BA BUN Pengelola Belanja
Lainnya) ke BA K/L atau antar subbagian anggaran dalam Bagian Anggaran 999 (BA BUN);
pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar Programdalam 1 (satu) bagian anggaran yang bersumber dari rupiah murni untukmemenuhi kebutuhan Belanja Operasional;
pergeseran rincian anggaran untuk Satker Badan Layanan Umum yang sumber dananya berasal dari PNBP;
pergeseran anggaran belanja yang dibiayai dari PNBP yang berasal dari instansi penghasil;
pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian sisa kewajiban pembayaranKegiatan/proyek yang dibiayai melalui SBSN yang melewati tahun anggaransesuai dengan hasil audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;
pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar Programdalam 1 (satu) bagian anggaran untuk memenuhi kebutuhan IneligibleExpenditure atas Kegiatan yang dibiayai dari pinjaman dan/atau hibah luarnegeri;
12
Substansi Revisi Pagu Tetap (2/3)
pergeseran anggaran antara Program lama dan Pogram baru dalam rangka penyelesaiandokumen DIPA sepanjang telah disetujui Dewan Perwakilan Rakyat;
pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran dalam rangka penyediaan dana untuk penyelesaian restrukturisasiKementerian/Lembaga;
pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama dalam rangka memenuhi kebutuhan selisih kurs;
pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama dalam rangka penyelesaian tunggakan tahun-tahun sebelumnya;
pergeseran anggaran pembayaran kewajiban utang sebagai dampak dari perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang;
pergeseran anggaran pembayaran kewajiban utang sebagai dampak dari perubahan komposisi instrumen pembiayaan utang;
pergeseran anggaran dalam 1 (satu) lokasi yang sama atau antar lokasi dan/atau antar kewenangan dalam rangka tugas pembantuan, urusan bersama, dan/atau dekonsentrasi;
pergeseran anggaran dalam rangka pembukaan kantor baru;pergeseran anggaran dalam rangka penanggulangan bencana;
13
• pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht);
• pergeseran anggaran dalam rangka rekomposisi pendanaan antar tahun terkait dengankegiatan kontrak tahun jamak;
• pergeseran anggaran dalam rangka penggunaan Sisa Anggaran Kontraktual atau Sisa Anggaran Swakelola yang dilakukan dalam 1 (satu) Program yang sama;
• pergeseran anggaran dalam rangka pemenuhan kewajiban negara sebagai akibat dari keikutsertaan sebagai anggota organisasi internasional;
• penggunaan anggaran dalam BA BUN yang belum dialokasikan dalam DIPA BUN;
• pergeseran anggaran belanja sebagai akibat dari perubahan prioritas penggunaan anggaran;
• penghapusan/perubahan/pencantuman catatan halaman IV DIPA berkaitan denganpemenuhan persyaratan pencairan anggaran, penggunaan Keluaran (Output) cadangan, dan/atau tunggakan;
• penggunaan dana Keluaran (Output) cadangan; dan/ atau
• pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar Program dalam 1 (satu)
bagian anggaran dalam rangka memenuhi penyelesaian kegiatan yang ditunda sebagaiakibat kebijakan penghematan anggaran tahun sebelumnya.
14
Substansi Revisi Pagu Tetap (3/3)
KETENTUAN BARU
15
Tambahan ketentuan baru tata cara revisi anggaran TA 2017:
◦ pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran dalam rangka memenuhi penyelesaian kegiatan yang ditunda sebagai akibat kebijakan penghematan anggaran tahun sebelumnya (Pasal 34);
◦ pergeseran anggaran belanja yang bersumber dari PNBPyang berasal dari instansi penghasil (Pasal 18);
◦ penyampaian usul revisi oleh K/L ke Ditjen Anggaran melalui surat elektronik (Pasal 40);
◦ penyampaian usul revisi oleh K/L ke Ditjen Perbendaharaanmelalui surat elektronik (Pasal 45).
Pasal 34 (1/2)
16
(1) Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran dalam rangka memenuhi penyelesaian kegiatan yang ditunda sebagai akibatkebijakan penghematan anggaran tahun sebelumnya merupakan pergeseran anggaran dalamrangka penyelesaian paket-paket pekerjaan yang alokasi anggarannya sudah tercantum padaDIPA TA sebelumnya tetapi pelaksanaannya hingga akhir tahun lalu ditunda seluruhnya atau sebagian.
(2) Pengajuan usulan revisi anggaran terkait penyelesaian kegiatan yang ditunda sebagaimanadimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur JenderalAnggaran, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Paket-paket pekerjaan yang akan dilanjutkan pada tahun berkenaan, alokasi anggarannyatelah tersedia pada DIPA tahun lalu yang sebagian atau seluruh dananya diblokir;
b. Dalam hal paket-paket pekerjaan yang akan dilanjutkan merupakan paket-paket pekerjaanyang dilaksanakan secara kontraktual, telah dilakukan addendum kontrak sebelum masa kontrak berakhir pada tahun sebelumnya;
c. Paket-paket pekerjaan yang dilanjutkan pada tahun berkenaan merupakan paket-paket pekerjaan yang belum dapat diselesaikan tahun sebelumnya sebagai dampak dari kebijakan pemotongan dan/atau penghematan anggaran tahun sebelumnya, dan hal tersebut dinyatakan dalam surat pernyataan dari Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/ Sekretaris/Pejabat Eselon I Kementerian/Lembaga yang dilampiri dengan daftar paket-paket pekerjaan per DIPA beserta alokasi anggaran yang dibutuhkan; dan/atau
Pasal 34 (2/2)
17
(3) Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar Programdalam 1 (satu) bagian anggaran dalam rangka penyelesaian paket-paketpekerjaan yang pelaksanaannya hingga akhir tahun sebelumnya ditundaseluruhnya atau sebagian, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatmengurangi target volume Keluaran (Output) yang anggarannya digeser ataudikurangi sebagai sumber dana;
(4) Pergeseran anggaran dalam rangka pelaksanaan paket-paket pekerjaan yang ditunda dan belum dilaksanakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mekanisme revisi anggaran sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dan batas akhir penerimaan usul revisi tanggal 30 April tahun berkenaan;
(5) Kementerian/Lembaga wajib menyampaikan revisi terkait dengan pergeserananggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar Program dalam 1 (satu) bagian anggaran dalam rangka memenuhi penyelesaian kegiatan yang ditunda sebagai akibat kebijakan penghematan anggaran tahun sebelumnyakepada Komisi terkait di Dewan Perwakilan Rakyat paling lambat 10 hari setelah penetapan revisi oleh Direktorat Jenderal Anggaran.
Pasal 18
18
(1) Pergeseran anggaran belanja yang dibiayai dari PNBP yang berasal dari instansi penghasil hanya dapat dilakukan olehkementerian/lembaga yang menerapkan kebijakanpenggunaan PNBP secara terpusat.
(2) Pergeseran anggaran belanja yang dibiayai dari PNBP yang berasal dari instansi penghasil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam 1 (satu) Program yang sama dalam 1 (satu) Bagian Anggaran (BA).
Pasal 40
19
(1) Dalam rangka percepatan penyelesaian usul Revisi Anggaran ke Direktorat Jenderal Anggaran, penyampaian surat usulan revisi beserta dokumen pendukung dapat disampaikan dalam bentuk dokumenelektronik;
(2) Untuk menjamin keutuhan, keabsahan, keaslian, serta kebenaran formil dan materiil atas dokumenelektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus diamankan dengan menggunakan sisteminfrastruktur kunci publik yang disediakan oleh kementerian yang membidangi komunikasi dan informatika;
(3) Dokumen elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan melalui alamat surat elektronik (surel) [email protected], dengan menggunakan alamat surel ber-domain .go.id. yang telah terdaftar di database Direktorat Jenderal Anggaran;
(4) Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris/ Pejabat Eselon I Kementerian/Lembaga atau PPA BUNbertanggung jawab atas keutuhan, keabsahan, keaslian, serta kebenaran formil dan materiil terhadapsegala sesuatu yang terkait dengan pengajuan usulan Revisi Anggaran yang diajukan kepada Direktorat Jenderal Anggaran melalui surel;
(5) Dalam hal dokumen elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum tersedia:
a. Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris/ Pejabat Eselon I Kementerian/Lembaga atau PPA BUNdapat menyampaikan hasil pindaian dokumen pendukung melalui surel dan wajib menyampaikan dokumen pendukung yang asli pada saat penelaahan dalam hal usul revisi memerlukan penelaahan;
b. Sekretaris Jenderal/Sekretaris Utama/Sekretaris/ Pejabat Eselon I Kementerian/Lembaga atau PPA BUNdapat menyampaikan hasil pindaian dokumen pendukung melalui surel dan wajib menyampaikan dokumen pendukung yang asli pada saat dokumen dinyatakan lengkap dalam hal usul revisi tidak memerlukan penelaahan.
Pasal 45
20
(1) Dalam rangka percepatan penyelesaian usul Revisi Anggaran ke DirektoratJenderal Perbendahaaran, penyampaian surat usulan revisi beserta dokumenpendukung, dapat disampaikan dalam bentuk dokumen elektronik;
(2) Untuk menjamin keutuhan, keabsahan, keaslian, serta kebenaran formil danmateriil atas dokumen elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harusdiamankan dengan menggunakan sistem infrastruktur kunci publik yang disediakan oleh kementerian yang membidangi komunikasi dan informatika;
(3) Dokumen elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan denganmenggunakan alamat surel kedinasan yang telah terdaftar di database Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
(4) Kuasa Pengguna Anggaran bertanggung jawab atas keutuhan, keabsahan, keaslian, serta kebenaran formil dan materiil terhadap segala sesuatu yang terkait dengan pengajuan usulan Revisi Anggaran yang diajukan kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan melalui surel;
(5) Dalam hal dokumen elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum tersedia, Kuasa Pengguna Anggaran dapat menyampaikan scan dokumen pendukung melalui surel dan wajib menyampaikan dokumen pendukung yang asli pada saat dokumen dinyatakan lengkap.
PERBAIKAN KETENTUAN (1)
21
Antara lain:
◦ Pergeseran anggaran dalam rangka memenuhi kebutuhan belanja operasional (Pasal 4 dan Pasal 16);
◦ Pergeseran anggaran antar subbagian anggaran dalam Bagian Anggaran 999 (BA BUN) yang dapat juga digunakan untuk pembayaran kurang salur transfer ke daerah dan dana desa sebagai dampak dari kebijakan penghematan dan/atau pemotongan anggaran, dan/atau pembayaran kurang bayar subsidi sepanjang anggarannya tersedia (pasal 15);
◦ Tunggakan (pasal 24);
◦ Penggunaan sisa anggaran kontraktual dan swakelola (Pasal 31);
◦ Penggunaan Output Cadangan (Pasal 33);
◦ Perubahan rumusan kinerja dalam database RKA-KL DIPA (Pasal 35);
◦ Revisi anggaran pada Kuasa Pengguna Anggaran (Pasal 47); dan
◦ Penambahan pengecualian dalam hal penyampaian usul revisi ke Ditjen Anggaran melampaui batas akhir yang ditetapkan (Pasal 49).
Batasan Revisi
22
Pasal 4
Ayat (1)
Revisi Anggaran dilakukan sepanjang tidak
mengakibatkan pengurangan alokasi anggaran
terhadap:
a. kebutuhan biaya pegawai operasional
(komponen 001), kecuali untuk memenuhi
alokasi gaji dan tunjangan yang melekat
pada gaji pada Satker lain;
b. komponen berkarakteristik operasional non-
belanja pegawai (komponen 002, komponen
003, komponen 004, dan komponen 005),
kecuali untuk memenuhi alokasi gaji dan
tunjangan yang melekat pada gaji, dan/atau
dalam peruntukkan yang sama;
c. pembayaran berbagai tunggakan;
d. Rupiah Murni Pendamping
sepanjang………..; dan/atau
e. paket pekerjaan yang telah
dikontrakkan……………….
Pasal 4
Ayat (1)
Revisi Anggaran dilakukan sepanjang tidak
mengakibatkan pengurangan alokasi anggaran
terhadap :
a. alokasi gaji dan tunjangan yang melekat
pada gaji kecuali untuk pemenuhan belanja
pegawai pada komponen 001 pada Satker
yang sama dan/ atau untuk pemenuhan
alokasi gaji dan tunjangan yang melekat
pada gaji pada satker lain sepanjang
pergeseran tersebut tidak mengakibatkan
pagu minus;
b. pembayaran berbagai tunggakan;
c. Rupiah Murni Pendamping
sepanjang………….; dan/atau
d. paket pekerjaan yang telah
dikontrakkan………………..
semula menjadi
Biaya Operasional
23
Pasal 14Ayat (1)Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) program yang sama atau antarprogram dalam 1 (satu) Bagian Anggaran yang bersumber dari rupiah murni untuk memenuhi kebutuhan Biaya Operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf b dapat dilakukan sepanjang tidak mengurangi volume Keluaran (Output) dalam DIPA dan digunakan untuk memenuhi Biaya Operasional dalam peruntukan yang sama.
Ayat (2)Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk untuk pergeseran anggaran dalam rangka memenuhi kebutuhan Biaya Operasional untuk gaji dan tunjangan yang melekat pada gaji.
Pasal 16
Ayat (1)
Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar
Program dalam 1 (satu) bagian anggaran yang bersumber dari
Rupiah Murni untuk memenuhi kebutuhan Belanja Operasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf b dapat
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan Belanja Operasional pada
Satker yang sama dan/atau untuk Satker lain.
Ayat (2)
Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar
Program dalam 1 (satu) bagian anggaran yang bersumber dari
Rupiah Murni untuk memenuhi kebutuhan Belanja Operasionalsebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:
a. Pergeseran anggaran antar detil belanja pegawai dalam
komponen 001 dan/atau detil belanja barang dalam komponen002 dalam peruntukan akun yang sama antar Satker;
b. Pergeseran anggaran antar detil belanja pegawai dalam
komponen 001 dan/atau detil belanja barang dalam komponen
002 untuk memenuhi kebutuhan belanja operasional dalam
Satker yang bersangkutan;
c. Pergeseran alokasi Gaji dan Tunjangan Yang Melekat Pada Gaji
untuk memenuhi kebutuhan belanja operasional komponen 001
pada satker yang bersangkutan, ….
semula menjadi
PERGESERAN BELANJA PEGAWAI OPERASIONAL ANTAR SATKER
Komponen 001 :Gaji dan Tunjangan
1. Gaji pokok;2. Tunjangan jabatan
struktural/fungsional;3. Tunjangan keluarga;4. Tunjangan kinerja;5. Honorarium Non PNS;6. Tunjangan lain yg sah;7. Lembur;8. Uang makan;
24
Komponen 001 :Gaji dan Tunjangan
1. Gaji pokok;2. Tunjangan jabatan
struktural/fungsional;3. Tunjangan keluarga;4. Tunjangan kinerja;5. Honorarium Non PNS;6. Tunjangan lain yg sah;7. Lembur;8. Uang makan;
Pergeseran anggaran belanja operasional dalam peruntukan akun yang sama
Komponen 002 : Operasional Penyelenggaraan Satker
1. Kebutuhan sehari-hari perkantoran;2. Bel. Barang Operasional;3. Langganan daya dan jasa;4. Biaya sewa;5. Biaya pemeliharaan peralatan perkantoran;6. Biaya perjalanan dinas biasa/tetap;7. Honorarium pejabat perbendaharaan;
Komponen 002 : Operasional Penyelenggaraan Satker
1. Kebutuhan sehari-hari perkantoran;2. Bel. Barang Operasional;3. Langganan daya dan jasa;4. Biaya sewa;5. Biaya pemeliharaan peralatan perkantoran;6. Biaya perjalanan dinas biasa/tetap;7. Honorarium pejabat perbendaharaan;
Gaji dantunjanganmelekatpada gaji
PERGESERAN ANGGARAN BELANJA PEGAWAI OPERASIONAL
DALAM SATKER YANG SAMA
Komponen 001 :Gaji dan Tunjangan
1. Gaji pokok;2. Tunjangan jabatan
struktural/fungsional;3. Tunjangan keluarga;4. Tunjangan kinerja;5. Honorarium Non PNS;6. Tunjangan lain yg sah;7. Lembur;8. Uang makan;
25
Komponen 001 :Gaji dan Tunjangan
1. Gaji pokok;2. Tunjangan jabatan
struktural/fungsional;3. Tunjangan keluarga;4. Tunjangan kinerja;5. Honorarium Non PNS;6. Tunjangan lain yg sah;7. Lembur;8. Uang makan;
Komponen 002 :Operasional Penyelenggaraan Satker
1. Kebutuhan sehari-hari perkantoran;2. Bel. Barang Operasional;3. Langganan daya dan jasa;4. Biaya sewa;5. Biaya pemeliharaan peralatan perkantoran;6. Biaya perjalanan dinas biasa/tetap;7. Honorarium pejabat perbendaharaan;
Komponen 002 :Operasional Penyelenggaraan Satker
1. Kebutuhan sehari-hari perkantoran;2. Bel. Barang Operasional;3. Langganan daya dan jasa;4. Biaya sewa;5. Biaya pemeliharaan peralatan perkantoran;6. Biaya perjalanan dinas biasa/tetap;7. Honorarium pejabat perbendaharaan;
Gaji dantunjanganmelekatpada gaji
PERGESERAN ALOKASI GAJI DAN TUNJANGAN YANG
MELEKAT PADA GAJI DALAM SATKER YANG SAMA
Komponen 001 :Gaji dan Tunjangan
4. Tunjangan kinerja;5. Honorarium Non PNS;6. Tunjangan lain yg sah;7. Lembur;8. Uang makan;
26
Komponen 001 : Gaji dan Tunjangan Melekatpada gaji
1. Gaji pokok;2. Tunjangan jabatan
struktural/fungsional;3. Tunjangan keluarga;
Komponen 002 : Operasional Penyelenggaraan Satker
1. Kebutuhan sehari-hari perkantoran;2. Bel. Barang Operasional;3. Langganan daya dan jasa;4. Biaya sewa;5. Biaya pemeliharaan peralatan perkantoran;6. Biaya perjalanan dinas biasa/tetap;7. Honorarium pejabat perbendaharaan;
Pergeseran alokasi Gaji dan
Tunjangan Yang Melekat Pada Gaji
untuk memenuhi kebutuhan belanja
operasional komponen 001 pada
satker yang bersangkutan, dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. alokasi Gaji dan Tunjangan Yang
Melekat Pada Gaji pada satker
yang bersangkutan berlebih,
yang dinyatakan dengan surat
pernyataan dari Kuasa Pengguna
Anggaran;
2. usul revisi tidak menyebabkan
pagu Gaji dan
3. Tunjangan Yang Melekat Pada
Gaji menjadi minus;usul revisi
dilakukan setelah pembayaran
Gaji dan Tunjangan Yang
Melekat Pada Gaji bulan Oktober
tahun berkenaan;
PERSENTASE PENYERAPAN BELANJA PEGAWAI PER K/L TAHUN 2012-2015 (1/4)
27
Kementerian/Lembaga 2012 2013 2014 2015
001 MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 86.9 85.7 89.8 89.4
002 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 90.6 88.3 90.9 66.5
004 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 87.2 81.3 85.3 96.3
005 MAHKAMAH AGUNG 97.0 92.7 97.8 91.6
006 KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 99.6 90.6 95.9 92.9
007 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA 73.3 67.3 80.4 81.3
010 KEMENTERIAN DALAM NEGERI 97.7 91.6 88.0 82.6
011 KEMENTERIAN LUAR NEGERI 89.4 93.4 108.0 93.8
012 KEMENTERIAN PERTAHANAN 95.6 92.2 95.4 94.9
013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI 97.4 95.1 95.4 97.6
015 KEMENTERIAN KEUANGAN 96.4 94.7 103.5 88.6
018 KEMENTERIAN PERTANIAN 96.3 91.4 93.0 95.9
019 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 92.9 87.6 89.8 95.6
020 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 89.7 73.6 58.7 76.6
022 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN 102.2 93.7 92.4 88.1
023 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 95.9 94.7 95.0 78.0
024 KEMENTERIAN KESEHATAN 98.4 93.9 94.2 85.9
025 KEMENTERIAN AGAMA 104.4 95.7 98.0 91.2
026 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI 95.8 92.6 90.9 88.4
027 KEMENTERIAN SOSIAL 99.0 92.2 92.8 92.3
*Realisasi belanja pegawai Kemen ESDM di bawah 80%
28
Kementerian/Lembaga 2012 2013 2014 2015
029 KEMENTERIAN KEHUTANAN 96.8 94.6 96.2 92.7
032 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 103.1 95.5 93.9 97.2
033 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 96.9 90.0 88.7 83.0
034 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN
KEAMANAN 80.1 74.8 88.8 93.4
035 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN 83.3 81.0 76.0 70.3
036 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT 98.8 91.8 91.6 87.7
040 KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 90.9 65.5 79.2 86.2
041 KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA 86.7 86.9 85.2 93.9
042 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 97.0 95.3 103.9 97.2
043 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP 90.7 89.6 99.0 97.0
044 KEMENTERIAN KOPERASI DAN PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH 92.4 86.4 90.0 62.2
047 KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN
ANAK 95.4 91.1 96.1 90.9
048 KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI
BIROKRASI 85.0 81.6 90.4 80.7
050 BADAN INTELIJEN NEGARA 98.1 91.4 94.2 90.8
051 LEMBAGA SANDI NEGARA 97.4 87.5 84.1 81.6
052 DEWAN KETAHANAN NASIONAL 98.1 98.2 98.6 98.2
054 BADAN PUSAT STATISTIK 97.4 90.6 94.6 97.8
055 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL 98.7 95.8 89.6 87.4
056 BADAN PERTANAHAN NASIONAL 98.5 94.0 90.6 92.8
057 PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 101.5 94.9 95.9 94.1
PERSENTASE PENYERAPAN BELANJA PEGAWAI PER K/L TAHUN 2012-2015 (2/4)
*Realisasi belanja pegawai Kemenko Bidang Perekonomian 2014-2015 di bawah 80%
29
Kementerian/Lembaga 2012 2013 2014 2015
059 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 97.4 93.6 90.7 85.5
060 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 100.8 97.5 106.1 112.1
063 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN 95.8 92.3 87.2 87.2
064 LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL 98.5 97.5 98.8 97.7
065 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL 97.7 73.9 95.6 95.1
066 BADAN NARKOTIKA NASIONAL 99.6 97.9 98.0 92.8
067 KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 119.0 73.3 75.4 95.0
068 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL 101.1 89.1 87.4 88.2
074 KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA 95.1 93.7 94.1 75.4
075 BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA 94.7 92.1 95.7 96.2
076 KOMISI PEMILIHAN UMUM 89.7 88.7 99.0 94.2
077 MAHKAMAH KONSTITUSI RI 92.1 96.6 98.8 89.9
078 PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN 97.1 99.5 96.5 98.6
079 LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA 96.2 99.6 97.7 92.2
080 BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 93.1 89.6 91.5 92.8
081 BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI 94.8 95.1 100.8 97.9
082 LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL 90.2 89.5 89.7 88.8
083 BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL 93.5 88.6 93.1 91.2
084 BADAN STANDARISASI NASIONAL 103.1 96.0 100.9 108.0
085 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR 97.3 94.4 92.5 80.7
PERSENTASE PENYERAPAN BELANJA PEGAWAI PER K/L TAHUN 2012-2015 (3/4)
*Realisasi belanja pegawai Kepolisian dan BNN di atas 100%
30
Kementerian/Lembaga 2012 2013 2014 2015
086 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA 90.6 88.1 99.4 96.9
087 ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA 95.6 90.6 84.5 95.4
088 BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA 96.2 93.7 91.0 97.7
089 BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN 93.6 93.3 97.1 93.8
090 KEMENTERIAN PERDAGANGAN 85.7 87.6 86.2 89.5
091 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT 90.1 85.1 79.4 100.0
092 KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAH RAGA 94.2 88.6 90.6 91.3
093 KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI 96.1 94.3 89.7 82.4
095 DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) 91.7 94.9 96.0 87.3
100 KOMISI YUDISIAL RI 106.9 99.8 92.9 88.6
103 BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA 90.9 82.5 78.3 86.1
104 BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA
INDONESIA 100.1 94.3 89.5 87.4
105 BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO (BPLS) 89.6 86.7 90.9 97.2
106 LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH 97.3 90.8 96.8 82.4
107 BADAN SAR NASIONAL 103.6 97.8 91.4 84.5
108 KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA 83.1 84.7 99.7 81.3
109 BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU 56.2 59.3 68.6 78.8
110 OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA 91.7 86.3 88.1 86.0
111 BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN 54.3 69.2 72.9 75.5
Persentase penyerapan belanja pegawai 98.0 93.9 97.6 95.0
PERSENTASE PENYERAPAN BELANJA PEGAWAI PER K/L TAHUN 2012-2015 (4/4)
*Realisasi belanja pegawai Badan Pengembangan Wilayah Suramadu dan Badan Nasional Pengelola Perbatasandi bawah 80%
Pemenuhan kebutuhan alokasi gaji keempatbelas
Pasal 16
Ayat (3)
Dalam hal revisi untuk memenuhi kebutuhan alokasi Gaji keempat belas:
dapat dipenuhi dari belanja non-operasional sepanjang alokasi belanja Operasional pada Kementerian/Lembaga tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan tersebut;
Dalam hal kebutuhan alokasi Gaji keempat belas tidak seluruhnya dapat dipenuhi dari belanja operasional dan belanja non-operasional Kementerian/Lembaga, Menteri/Pimpinan Lembaga dapat mengajukan usul tambahan pemenuhan kekurangan alokasi Gaji keempat belas dari anggaran Bagian Anggaran BUN ke Menteri Keuangan.
31
Kurang salur transfer ke daerah dan dana desa & subsidi
32
Pasal 13
Ayat (1)
Pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999.08
(BA BUN Pengelola Belanja Lainnya) ke BA K/L,
atau antar subbagian anggaran dalam Bagian
Anggaran 999 (BA BUN), sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a bersifat insidentil
dan menambah pagu anggaran belanja
Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2016,
tetapi tidak menjadi dasar perhitungan untuk
penetapan alokasi anggaran tahun berikutnya
Pasal 15
Ayat (1)
Pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999.08 (BA BUN
Pengelola Belanja Lainnya) ke BA K/L, atau antar subbagian
anggaran dalam Bagian Anggaran 999 (BA BUN) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) huruf a termasuk pergeseran
anggaran terkait dengan pemberian penghargaan dan pengenaan
sanksi atas pelaksanaan anggaran belanja
Kementerian/Lembaga, pembayaran kurang salur transfer ke
daerah dan dana desa sebagai dampak dari kebijakan
penghematan dan/atau pemotongan anggaran, dan/atau
pembayaran kurang bayar subsidi sepanjang anggarannya
tersedia.
Ayat (2)
Pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999.08
(BA BUN Pengelola Belanja Lainnya) ke BA K/L,
atau antar subbagian anggaran dalam Bagian
Anggaran 999 (BA BUN) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) termasuk pergeseran anggaran
terkait dengan pemberian penghargaan dan
pengenaan sanksi atas pelaksanaan anggaran
belanja Kementerian/Lembaga.
Ayat (2)
Pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999.08 (BA BUN
Pengelola Belanja Lainnya) ke BA K/L, sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) bersifat insidentil dan menambah pagu anggaran
belanja Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran berkenaan,
tetapi tidak menjadi dasar perhitungan untuk penetapan alokasi
anggaran tahun berikutnya
33
Pasal 21
Ayat (1)
Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) program
yang sama dalam rangka penyelesaian
tunggakan tahun lalu sebagaimana dimaksud
pada Pasal 2 ayat (3) huruf i dapat dilakukan
sepanjang tidak mengurangi volume Keluaran
(Output) dalam DIPA.
Pasal 24
Ayat (1)
Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program
yang sama dalam rangka penyelesaian
tunggakan tahun lalu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (3) huruf j dapat dilakukan
sepanjang tidak mengurangi volume Keluaran
(Output) dalam DIPA.
Ayat (2)
Untuk tiap-tiap tunggakan tahun-tahun
sebelumnya harus dicantumkan dalam catatan-
catatan terpisah per kode akun dalam halaman
IV DIPA pada tiap-tiap alokasi yang ditetapkan
untuk mendanai suatu Kegiatan per DIPA per
Satker.
Tunggakan (1/3)
34
Ayat (3)
Dalam hal tunggakan tahun yang lalu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terkait dengan:
a. belanja pegawai khusus gaji dan tunjangan yang melekat pada
gaji;
b. tunjangan kinerja sesuai dengan peraturan yang berlaku;
c. uang makan;
d. belanja perjalanan dinas pindah;
e. langganan daya dan jasa;
f. tunjangan profesi guru/dosen;
g. tunjangan kehormatan profesor;
h. tunjangan tambahan penghasilan guru Pegawai Negeri Sipil;
i. tunjangan kemahalan hakim;
j. tunjangan hakim adhoc;
a. imbalan jasa layanan Bank/Pos Persepsi;
b. pembayaran jasa bank penatausaha penerusan pinjaman;
c. bahan makanan dan/atau perawatan tahanan untuk
tahanan/narapidana; dan/atau
d. pembayaran provisi benda meterai,
yang alokasi dananya tidak cukup tersedia atau belum dibayarkan
pada tahun sebelumnya, dapat dibebankan pada DIPA tahun
anggaran berjalan tanpa melalui mekanisme revisi DIPA sepanjang
alokasi anggaran untuk peruntukan yang sama sudah tersedia.
Ayat (4)
Dalam hal tunggakan tahun yang lalu sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terkait dengan:
a. belanja pegawai khusus gaji dan tunjangan yang melekat pada
gaji;
b. tunjangan kinerja sesuai dengan peraturan yang berlaku;
c. uang makan;
d. belanja perjalanan dinas pindah;
e. langganan daya dan jasa;
f. tunjangan profesi guru/dosen;
g. tunjangan kehormatan profesor;
h. tunjangan tambahan penghasilan guru Pegawai Negeri Sipil;
i. tunjangan kemahalan hakim;
j. tunjangan hakim adhoc;
k. honor pegawai honorer/pegawai pemerintah non PNS/guru tidak
tetap;
l. imbalan jasa layanan Bank/Pos Persepsi;
m. pembayaran jasa bank penatausaha pemberian pinjaman;
n. bahan makanan dan/atau perawatan tahanan untuk
tahanan/narapidana; dan/atau
o. pembayaran provisi benda meterai,
yang alokasi dananya tidak cukup tersedia atau belum dibayarkan
pada tahun sebelumnya, dapat dibebankan pada DIPA tahun anggaran
berkenaan.
Tunggakan (2/3)
35
Ayat (5)
Untuk tunggakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat
dibebankan pada DIPA tahun anggaran berkenaan, dengan
ketentuan:
a. tanpa melalui mekanisme revisi DIPA sepanjang alokasi
anggaran untuk peruntukan akun yang sama sudah
tersedia; dan
b. tidak memerlukan surat pernyataan dari Kuasa Pengguna
Anggaran, hasil verifikasi dari APIP K/L maupun hasil
verifikasi BPKP sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
Ayat (4)
Untuk tunggakan lain dan/atau tunggakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
alokasi anggarannya belum tersedia, dapat
dibebankan pada DIPA tahun anggaran berjalan,
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. merupakan tagihan atas pekerjaan/penugasan
yang alokasi anggarannya cukup tersedia
pada DIPA tahun lalu; dan
b. pekerjaan/penugasannya telah diselesaikan
tetapi belum dibayarkan sampai dengan akhir
tahun anggaran lalu.
Ayat(6)
Untuk tunggakan selain tunggakan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), dapat dibebankan pada DIPA tahun anggaran
berkenaan, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. merupakan tagihan atas pekerjaan/penugasan yang
alokasi anggarannya cukup tersedia pada DIPA tahun
lalu; dan
b. pekerjaan/penugasannya telah diselesaikan tetapi belum
dibayarkan sampai dengan akhir tahun anggaran lalu.
Tunggakan (2/3)
Penggunaan Sisa Anggaran(1/2)
36
Pasal 29
Ayat (1)
Pergeseran anggaran antarjenis dalam 1 (satu)
program yang sama sepanjang pergeseran anggaran
merupakan sisa anggaran kontraktual atau sisa
anggaran swakelola sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (3) huruf q merupakan sisa anggaran
kontraktual, termasuk addendum kontrak sampai
dengan 10 (sepuluh) persen, atau sisa anggaran
swakelola.
Pasal 31
Ayat (1)
pergeseran anggaran dalam rangka penggunaan
Sisa Anggaran Kontraktual atau Sisa Anggaran
Swakelola yang dilakukan dalam 1 (satu) Program
yang sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (3) huruf q merupakan Sisa Anggaran
Kontraktual, termasuk addendum kontrak sampai
dengan 10 (sepuluh) persen, atau Sisa Anggaran
Swakelola
Ayat (2)
Sisa anggaran kontraktual atau sisa anggaran
swakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
digunakan untuk meningkatkan volume keluaran
(Output) pada kegiatan yang sama atau untuk
meningkatkan volume keluaran (Output) pada kegiatan
lain dalam program yang sama.
Ayat (3)
Sisa anggaran kontraktual atau sisa anggaran
swakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
digunakan untuk membiayai hal-hal yang bersifat
prioritas, mendesak, kedaruratan atau yang tidak dapat
ditunda setelah mendapat persetujuan Menteri
Keuangan.
Ayat (2)
Sisa Anggaran Kontraktual atau Sisa Anggaran
Swakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat digunakan untuk:
a. meningkatkan volume Keluaran (Output) pada
Kegiatan yang sama;
b. meningkatkan volume Keluaran (Output) pada
Kegiatan lain dalam Program yang sama;
dan/atau
c. mendanai prioritas nasional yang dananya belum
dialokasikan dalam DIPA tahun berkenaan namun
sasaran kinerjanya telah tercantum dalam RKP
tahun berkenaan dan/atau Renja K/L tahun
berkenaan.
Penggunaan Sisa Anggaran(2/2)
37
Pasal 29
Ayat (3)
Sisa anggaran kontraktual atau sisa
anggaran swakelola sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat
digunakan untuk membiayai hal-hal
yang bersifat prioritas, mendesak,
kedaruratan atau yang tidak dapat
ditunda setelah mendapat persetujuan
Menteri Keuangan.
Pasal 31
Ayat (3)
Sisa Anggaran Kontraktual atau Sisa
Anggaran Swakelola yang digunakan untuk
mendanai prioritas nasional yang dananya
belum dialokasikan dalam DIPA tahun
berkenaan namun sasaran kinerjanya telah
tercantum dalam RKP tahun berkenaan
dan/atau Renja K/L tahun berkenaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
c harus disertai dengan surat persetujuan
Menteri/pimpinan lembaga selaku
Pengguna Anggaran.
Penggunaan Output Cadangan (1/2)
38
Pasal 32 Pasal 33
Ayat (2)
Penggunaan dana Keluaran (Output) cadangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. mendanai kebutuhan Biaya Operasional Satker;
b. mendanai prioritas nasional yang dananya belum
dialokasikan sebelumnya;
c. menambah volume Keluaran (Output) prioritas
nasional;
d. melakukan percepatan pencapaian Keluaran (Output)
prioritas nasional dan/atau prioritas Kementerian/
Lembaga;
e. mendanai Kegiatan yang bersifat mendesak,
kedaruratan atau yang tidak dapat ditunda; dan/atau
f. mendanai kebutuhan prioritas Kementerian/
Lembaga.
Ayat (2)
Penggunaan dana Keluaran (Output) cadangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. mendanai prioritas nasional yang dananya belum
dialokasikan dalam DIPA tahun berkenaan
namun sasaran kinerjanya telah tercantum
dalam RKP tahun berkenaan dan/atau Renja K/L
tahun berkenaan;
b. menambah volume Keluaran (Output) prioritas
nasional dan/atau prioritas Kementerian/
Lembaga; dan/atau;
c. mendanai Kegiatan yang bersifat mendesak,
kedaruratan, atau yang tidak dapat ditunda.
39
Pasal 32 Pasal 33
Ayat (4)
Dalam hal terdapat alokasi anggaran yang dituangkan dalam
Keluaran (Output) cadangan, usul penggunaan dana Keluaran
(Output) Cadangan diajukan oleh Sekretaris Jenderal/Sekretaris
Utama/Sekretaris/Pejabat Eselon I Kementerian/Lembaga
kepada Direktur Jenderal Anggaran paling lambat pada minggu
pertama bulan April tahun berkenaan
Ayat (5)
Dalam hal Keluaran (Output) cadangan merupakan akibat dari
penetapan Undang-Undang mengenai APBN Perubahan, batas
akhir pengajuan usul penggunaan dana Keluaran (Output)
cadangan paling lambat pada tanggal 30 Oktober tahun
berkenaan
Penggunaan Output Cadangan (2/2)
40
Pasal 30 Pasal 35
Ayat (2)
Perubahan Rumusan sasaran Kinerja dalam
database RKA-K/L DIPA sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. perubahan rumusan Keluaran (Output);
b. perubahan rumusan Keluaran (Output)
disertai dengan perubahan jumlah
Keluaran (Output); dan/atau
c. perubahan rumusan dan/atau
perubahan jumlah rumusan kinerja
selain rumusan Keluaran (Output).
Ayat(2)
Perubahan Rumusan sasaran Kinerja dalam
database RKA-K/L DIPA sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. penambahan rumusan program/ kegiatan;
b. penambahan sasaran strategis, indikator
sasaran strategis, sasaran program, dan/atau
indikator sasaran program;
c. penambahan rumusan Keluaran (Output);
d. perubahan rumusan Keluaran (Output)
dan/atau satuan Keluaran (Output); dan/atau
e. perubahan atau penambahan rumusan
Komponen untuk menghasilkan Keluaran
(Output).
Perubahan Rumusan Sasaran Kinerja (1/2)
41
Pasal 30 Pasal 35
Ayat (3)
Perubahan Rumusan sasaran Kinerja
dalam database RKA-K/L DIPA
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a dan huruf b dapat dilakukan:
a. sebagai akibat adanya perubahan
rumusan nomenklatur, perubahan
struktur organisasi, perubahan tugas
dan fungsi organisasi/unit organisasi,
dan/atau adanya tambahan penugasan;
b. sesuai dengan konsep logika berpikir;
dan/atau
c. dengan disertai perubahan komponen
input untuk menghasilkan Keluaran
(Output) dengan rumusan baru
sepanjang tidak mengubah total
anggaran per satker.
Ayat (3)
Perubahan Rumusan sasaran Kinerja dalam
database RKA-K/L DIPA sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dapat dilakukan :
a. sebagai akibat adanya perubahan rumusan
nomenklatur, perubahan struktur organisasi,
perubahan tugas dan fungsi organisasi/unit
organisasi, dan/atau adanya tambahan
penugasan;
b. sepanjang tidak berkaitan dengan alokasianggaran;
c. dalam hal perubahan rumusan Keluaran
(Output) dan/atau satuan Keluaran (Output),
dengan ketentuan:
1. tidak mengubah substansi Keluaran(Output);
2. merupakan Keluaran (Output) generik;
3. belum terdapat realisasi anggaran
Perubahan Rumusan Sasaran Kinerja (2/2)
Kewenangan KPA (1/2)
42
Pasal 43
Ayat (1)
Revisi Anggaran dapat dilakukan pada
Kuasa Pengguna Anggaran dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. tidak mengurangi belanja gaji dan
tunjangan yang melekat pada gaji;
b. tidak mengurangi/merelokasi
anggaran belanja mengikat;
c. pergeseran komponen input untuk
kebutuhan Biaya Operasional; dan
d. Pergeseran komponen input dalam 1
(satu) Keluaran (Output) atau antar
Keluaran (Output) dalam 1 (satu)
Kegiatan dan dalam 1 (satu) Satker.
Pasal 47
Ayat (1)
Revisi Anggaran dapat dilakukan pada
Kuasa Pengguna Anggaran dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. pergeseran anggaran antar akun
dalam 1 (satu) komponen yang sama
dalam 1 (satu) Keluaran (Output) yang
sama, kecuali pergeseran detil
Belanja Pegawai dalam komponen
001; *)
b. pergeseran anggaran antar akun
dalam 1 (satu) jenis belanja yang
sama.
Ayat (2)
...
Ayat (2)
....
*) pergeseran detil belanja pegawai dalam komponen 001 = kewenangan Kanwil DJPB
Kewenangan KPA (2/2)
43
Ayat (3)
Revisi Anggaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. dalam hal Revisi Anggaran mengakibatkan
perubahan DIPA Petikan dan/atau digital
stamp, Kuasa Pengguna Anggaran
menyampaikan usul Revisi Anggaran kepada
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan;dan
b. dalam hal Revisi Anggaran tidak
mengakibatkan perubahan DIPA Petikan
dan/atau digital stamp, Kuasa Pengguna
Anggaran mengubah arsip data komputer
RKA Satker 2016 melalui aplikasi RKA-K/L-
DIPA, mencetak Petunjuk Operasional
Kegiatan (POK), dan Kuasa Pengguna
Anggaran menetapkan perubahan POK.
Ayat (3)
Dalam rangka pemutakhiran data petunjuk operasionalkegiatan:
a. Kuasa Pengguna Anggaran menyampaikan usul Revisi
administrasi perubahan rencana penarikan dana/atau
rencana penerimaan dalam halaman III DIPA kepada
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
b. Dalam hal tidak menyebabkan perubahan pada halam
III DIPA, Kuasa Pengguna Anggaran mengajukan
permintaan penyamaan data arsip data komputer atas
revisi POK kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan;
c. Kuasa Pengguna Anggaran mengubah arsip data
komputer RKA Satker tahun berkenaan melalui aplikasi
RKA-K/L-DIPA, mencetak Petunjuk Operasional
Kegiatan dan Kuasa Pengguna Anggaran menetapkan
perubahan Petunjuk Operasional Kegiatan.
Ayat (4)
Revisi Anggaran pada Kuasa Pengguna Anggaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) juga berlaku untuk Revisi Anggaran pada KuasaPengguna Anggaran BA BUN.
BATAS AKHIR PENERIMAAN USUL REVISI ANGGARAN (1/2)
44
Pasal 49
(1) Batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran ditetapkan sebagai berikut:
a. tanggal 30 Oktober tahun berkenaan, untuk Revisi Anggaran pada Direktorat Jenderal Anggaran; dan
b. tanggal 30 November tahun berkenaan, untuk Revisi Anggaran pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
(2) Dalam hal Revisi Anggaran dilakukan dalam rangka pelaksanaan:
a. pergeseran anggaran untuk belanja pegawai;
b. pergeseran anggaran dari Bagian Anggaran 999.08 (BA BUN Pengelola Belanja Lainnya) ke BA K/L;
c. Kegiatan yang dananya bersumber dari PNBP, pinjaman luar negeri, hibah luar negeri terencana, dan hibah dalam negeri terencana, pinjaman dalam negeri, serta surat berharga syariah negara;
d. Kegiatan Kementerian/Lembaga yang merupakan tindak lanjut dari hasil sidang kabinet yang ditetapkan setelah Undang-Undang Perubahan APBN tahun berkenaan, dan/atau
e. Kegiatan-Kegiatan yang membutuhkan data/ dokumen yang harus mendapat persetujuan dari unit eksternal Kementerian/Lembaga seperti persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, persetujuan Menteri Keuangan, hasil audit eksternal, dan sejenisnya,
batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran oleh Direktorat Jenderal Anggaran ditetapkan paling lambat pada tanggal tanggal 15 Desember tahun berkenaan.
45
Pasal 49
Ayat (3)
Dalam hal Revisi Anggaran dilakukan dalam rangka pelaksanaan kegiatan lingkup Bagian Anggaran 999 (BA BUN) yang memerlukan persetujuan Menteri Keuangan atau mensyaratkan adanya peraturan pemerintah untuk pencairan anggaran, revisi DIPA K/L yang bersumber dari Bagian Anggaran 999.08 (BA BUN Pengelola Belanja Lainnya), pergeseran anggaran untuk bencana alam dan revisi dalam rangka pengesahan, batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran dan penyelesaiannya oleh Direktorat Jenderal Anggaran ditetapkan paling lambat pada tanggal 30 Desember tahun berkenaan
BATAS AKHIR PENERIMAAN USUL REVISI ANGGARAN (1/2)
PERBAIKAN KETENTUAN (2)
46
Selain itu, juga dilakukan perbaikan atas Lampiran-Lampiran PMK mengenai Tata Cara Revisi Anggaran TA 2017 meliputi:
◦ Lampiran I : Daftar Revisi Anggaran Yang Menjadi Kewenangan DJA dan Kanwil DJPB;
◦ Lampiran II: Format Surat Usulan Revisi Anggaran;
◦ Lampiran III : Alur Mekanisme Revisi Anggaran BA BUN;
◦ Lampiran IV : Alur mekanisme revisi anggaran melalui surat elektronik pada Direktorat Jenderal Anggaran
◦ Lampiran V : Format Surat Hasil Reviu APIP K/L;
◦ Lampiran VI : Alur Mekanisme Revisi Anggaran Pada Kanwil DJPB;
◦ Lampiran VII : Alur Mekanisme Revisi Anggaran Yang Memerlukan Persetujuan Eselon I K/L;
◦ Lampiran VIII : Alur Mekanisme Revisi Anggaran Pada KPA.
47
ALUR MEKANISME REVISI ANGGARAN PADA
BAGIAN ANGGARAN K/L
Y
Y
N
N
N Y
Eselon I
APIP K/L DJA (Puslay dan Dit. Teknis Mitra K/L)
Terkait PNBP
Surat usulan revisi; Data dan Dokumen
Pendukung
Mereviu Surat usulan revisi dan kelengkapan Dokumen Pendukung
Meneliti Surat usulan revisi dan kelengkapan Dokumen Pendukung
Perlu penelaahan?
Penelaahan
Dokumen Lengkap?
Revisi DIPA setuju?
Upload ke server RKA-K/L DIPA
Notifikasi dari sistem: Persetujuan revisi; Kode digital stamp
yang baru
Surat pengesahan revisi dilampiri Notifikasi
Dit. SP DJPBN
Eselon I 12
11 10
9
8a
7b
6
5
4
2
3
1
Surat penolakan revisi
Penelaahan bersama
(Dit. Teknis dan Dit. PNBP)
7a
8b
DAFTAR REVISI ANGGARAN YANG MENJADI KEWENANGAN DJA DAN KANWIL DJPBN (1/11)
48
No. URAIAN REVISI
KEWENANGAN
PASAL DJAKanwil
DJPBN1 Perubahan Anggaran Belanja Yang Bersumber Dari PNBP. Pasal 2 ayat (2) huruf a
a kelebihan realisasi atas target PNBP fungsional (PNBP yang dapat
digunakan kembali) yang direncanakan dalam APBN atau APBN
Perubahan.
Pasal 8 ayat (2) huruf a √
b adanya PNBP yang berasal dari kontrak/kerjasama/nota
kesepahaman.
Pasal 8 ayat (2) huruf b √
c adanya Peraturan Pemerintah mengenai jenis dan tarif atas jenis
PNBP baru.
Pasal 8 ayat (2) huruf c √
d adanya Satker PNBP baru. Pasal 8 ayat (2) huruf d √
e Adanya persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP baru atau
peningkatan persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan mengenai persetujuan
penggunaan sebagian dana PNBP.
Pasal 8 ayat (2) huruf e √
f adanya penetapan status pengelolaan keuangan Badan Layanan
Umum pada suatu Satker.
Pasal 8 ayat (2) huruf f √
g penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP di atas
pagu APBN untuk Satker Badan Layanan Umum dan/atau
penggunaan saldo Badan Layanan Umum dari tahun sebelumnya.
Pasal 8 ayat (2) huruf g √
DAFTAR REVISI ANGGARAN YANG MENJADI KEWENANGAN DJA DAN KANWIL DJPBN (2/11)
49
No. URAIAN REVISI
KEWENANGAN
PASAL DJAKanwil
DJPBN
h adanya perkiraan PNBP dari kegiatan pendidikan dan pelatihan
berdasarkan surat pernyataan KPA untuk menambah volume output.
Pasal 8 ayat (2)
huruf h
√
i penurunan atas target PNBP fungsional (PNBP yang dapat
digunakan kembali) yang tercantum dalam APBN atau APBN
Perubahan sebagai akibat dari adanya perubahan kebijakan
Pemerintah atau keadaan kahar.
Pasal 8 ayat (3)
huruf a
√
j penurunan besaran persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan tentang persetujuan
penggunaan sebagian dana PNBP.
Pasal 8 ayat (3)
huruf b
√
k pencabutan status pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum
pada suatu Satker.
Pasal 8 ayat (3)
huruf c
√
2 Perubahan anggaran belanja yang bersumber dari pinjaman/hibah luar
negeri dan dalam negeri, termasuk penerusan pinjaman/hibah.
Pasal 2 ayat (2)
huruf b
a lanjutan pelaksanaan kegiatan tahun lalu yang dananya bersumber
dari PHLN dan/atau PHDN.
Pasal 9 ayat (2)
huruf a
√
DAFTAR REVISI ANGGARAN YANG MENJADI KEWENANGAN DJA DAN KANWIL DJPBN (3/11)
50
No. URAIAN REVISI
KEWENANGAN
PASAL DJAKanwil
DJPBN
b lanjutan pelaksanaan kegiatan tahun lalu yang dananya bersumber
dari pemberian pinjaman/hibah.
Pasal 9 ayat (2)
huruf a√
c percepatan penarikan PHLN dan/atau PHDN, termasuk penerusan
pinjaman/hibah.
Pasal 9 ayat (2)
huruf b
√
d penambahan hibah luar negeri atau hibah dalam negeri terencana
yang diterima oleh Pemerintah c.q. Kementerian Keuangan setelah
Undang-Undang mengenai APBN/APBN Perubahan Tahun
Anggaran 2016 ditetapkan dan kegiatannya dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga.
Pasal 9 ayat (2)
huruf c
Pasal 9 ayat (3)
√
e penambahan hibah luar negeri atau hibah dalam negeri langsung
yang diterima setelah Undang-Undang mengenai APBN Tahun
Anggaran 2016 ditetapkan dan kegiatannya dilaksanakan secara
langsung oleh Kementerian/Lembaga.
Pasal 9 ayat (2)
huruf d
Pasal 9 ayat (4)
√
f pengurangan alokasi pinjaman proyek termasuk pengurangan
alokasi Penerusan Pinjaman, pengurangan alokasi hibah luar negeri
dan dalam negeri termasuk hibah luar negeri atau hibah dalam
negeri yang diterushibahkan dan/atau pinjaman yang
diteruspinjamkan.
Pasal 9 ayat (6) √
DAFTAR REVISI ANGGARAN YANG MENJADI KEWENANGAN DJA DAN KANWIL DJPBN (4/11)
51
No. URAIAN REVISI
KEWENANGAN
PASAL DJAKanwil
DJPBN
3 Penggunaan Rupiah Murni Pendamping untuk membiayai
kegiatan/proyek lain.
Pasal 9 ayat (7) √
4 Perubahan anggaran belanja yang bersumber dari SBSN, termasuk
penggunaan sisa dana penerbitan SBSN yang tidak terserap pada
tahun lalu.
Pasal 2 ayat (2) huruf c
Pasal 11
√
5 Perubahan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat berupa pagu untuk
pengesahan belanja yang bersumber dari pinjaman/hibah luar
negeri yang telah closing date.
Pasal 2 ayat (2) huruf d
Pasal 12
√
6 Perubahan anggaran belanja dan/atau pembiayaan anggaran
sebagai akibat dari perubahan kurs dan/atau perubahan parameter,
tambahan kewajiban, dan/atau pemenuhan kewajiban.
Pasal 2 ayat (2) huruf e
Pasal 13
a perubahan anggaran kegiatan Kementerian/Lembaga yang
sumber dananya berasal dari pinjaman atau hibah luar negeri.
Pasal 13 ayat (1) huruf a
Pasal 13 ayat (2)
√
b penambahan alokasi anggaran belanja pegawai berupa
penyesuaian besaran nilai rupiah belanja pegawai yang
ditempatkan di luar negeri.
Pasal 13 ayat (1) huruf b √
c penambahan alokasi anggaran pembayaran kewajiban utang. Pasal 13 ayat (1) huruf c √
DAFTAR REVISI ANGGARAN YANG MENJADI KEWENANGAN DJA DAN KANWIL DJPBN (5/11)
52
No. URAIAN REVISI
KEWENANGAN
PASAL DJAKanwil
DJPBN
d penambahan alokasi anggaran subsidi energi. Pasal 13 ayat (1) huruf d
Pasal 13 ayat (3)
√
e penambahan alokasi anggaran pembayaran cicilan pokok utang. Pasal 13 ayat (1) huruf e √
f penambahan alokasi anggaran dalam rangka PMN. Pasal 13 ayat (1) huruf f
Pasal 13 ayat (4)
√
g perubahan pagu anggaran kewajiban penjaminan Pemerintah. Pasal 13 ayat (1) huruf g √
7 Perubahan Transfer Ke Daerah dan Dana Desa. Pasal 2 ayat (2) huruf f
Pasal 14
√
8 Pergeseran anggaran Bagian Anggaran 999.08 (BA BUN Pengelola
Belanja Lainnya) ke BA K/L, atau antar subbagian anggaran dalam
BA 999 (BA BUN), termasuk yang terkait dengan pemberian
penghargaan dan pengenaan sanksi atas pelaksanaan anggaran
belanja kementerian/lembaga dan/atau pembayaran kurang salur
transfer ke daerah dan dana desa sebagai dampak dari kebijakan
penghematan dan/atau pemotongan anggaran, dan/atau pembayaran
kurang bayar subsidi.
Pasal 2 ayat (3) huruf a
Pasal 15
√
DAFTAR REVISI ANGGARAN YANG MENJADI KEWENANGAN DJA DAN KANWIL DJPBN (6/11)
53
No. URAIAN REVISI
KEWENANGAN
PASAL DJAKanwil
DJPBN
9 Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama yang bersumber
dari rupiah murni untuk memenuhi kebutuhan Belanja Operasional dalam
wilayah kerja Kanwil DJPB.
Pasal 2 ayat (3) huruf b
Pasal 16
√
10 Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama dalam wilayah
kerja Kanwil DJPB yang berbeda atau antar Program dalam 1 (satu) Bagian
Anggaran yang bersumber dari rupiah murni untuk memenuhi kebutuhan
Belanja Operasional. *)
*) Dengan persetujuan Eselon I dalam hal pergeseran anggaran antar
program.
Pasal 2 ayat (3) huruf b
Pasal 16
√
11 Pergeseran rincian anggaran untuk satuan kerja badan layanan umum
yang sumber dananya berasal dari PNBP.Pasal 2 ayat (3) huruf c
Pasal 17
√
12 pergeseran anggaran belanja yang dibiayai dari PNBP yang berasal dari
instansi penghasil.Pasal 2 ayat (3) huruf d
Pasal 18
√
13 Pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian sisa kewajiban
pembayaran kegiatan yang dibiayai melalui SBSN yang melewati tahun
anggaran sesuai hasil audit Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan.
Pasal 2 ayat (3) huruf e
Pasal 19
√
14 Pergeseran anggaran antar Program dalam 1 (satu) Bagian Anggaran
untuk memenuhi kebutuhan Ineligible Expenditure atas kegiatan yang
dibiayai dari pinjaman dan/atau hibah luar negeri. *)
*) Dengan persetujuan Eselon I
Pasal 2 ayat (3) huruf f
Pasal 20
√
DAFTAR REVISI ANGGARAN YANG MENJADI KEWENANGAN DJA DAN KANWIL DJPBN (7/11)
54
No. URAIAN REVISI
KEWENANGAN
PASAL DJAKanwil
DJPBN15 Pergeseran anggaran antara Program lama dan Program baru dalam
rangka penyelesaian dokumen DIPA sepanjang telah disetujui Dewan
Perwakilan Rakyat.
Pasal 2 ayat (3) huruf g
Pasal 21
√
16 Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar
Program dalam 1 (satu) bagian anggaran dalam rangka penyediaan dana
untuk penyelesaian restrukturisasi Kementerian/Lembaga.
Pasal 2 ayat (3) huruf h
Pasal 22
√
17 Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program dalam rangka memenuhi
kebutuhan selisih kurs dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan yang berbeda.
Pasal 2 ayat (3) huruf i
Pasal 23
√
18 Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program dalam rangka memenuhi
kebutuhan selisih kurs dalam wilayah kerja Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Perbendaharaan.
Pasal 2 ayat (3) huruf i
Pasal 23
√
19 Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) program yang sama dalam rangka
penyelesaian tunggakan tahun–tahun sebelumnya dalam wilayah kerja
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berbeda.
Pasal 2 ayat (3) huruf j
Pasal 24
√
20 Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program dalam rangka penyelesaian
tunggakan tahun–tahun sebelumnya dalam wilayah kerja Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Pasal 2 ayat (3) huruf j
Pasal 24
√
21 Pergeseran anggaran pembayaran kewajiban utang sebagai dampak dari
perubahan komposisi instrument pembiayaan utang.Pasal 2 ayat (3) huruf k
Pasal 25
√
DAFTAR REVISI ANGGARAN YANG MENJADI KEWENANGAN DJA DAN KANWIL DJPBN (8/11)
55
No. URAIAN REVISI
KEWENANGAN
PASAL DJAKanwil
DJPBN22 Pergeseran anggaran dalam 1 (satu) lokasi yang sama atau antar lokasi
dan/atau antar kewenangan dalam rangka tugas pembantuan, urusan
bersama, dan/atau dekonsentrasi.*)*) Dengan persetujuan Eselon I
Pasal 2 ayat (3) huruf l
Pasal 26
√
23 Pergeseran anggaran dalam rangka pembukaan kantor baru. Pasal 2 ayat (3) huruf m
Pasal 27
√
24 pergeseran anggaran dalam rangka penanggulangan bencana. Pasal 2 ayat (3) huruf n
Pasal 28
√
25 pergeseran anggaran dalam rangka penyelesaian putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht).Pasal 2 ayat (3) huruf o
Pasal 29
√
26 Pergeseran anggaran dalam rangka rekomposisi pendanaan antar tahun
terkait dengan kegiatan KTJ. *)*) Dengan penetapan dari Menteri K/L pengusul.
Pasal 2 ayat (3) huruf p
Pasal 30
√
27 pergeseran anggaran dalam rangka penggunaan sisa Anggaran Kontraktual
atau Sisa Anggaran Swakelola yang dilakukan dalam 1 (satu) Program yang
sama untuk mendanai prioritas nasional yang dananya belum dialokasikan
dalam DIPA.
Pasal 2 ayat (3) huruf q
Pasal 31 ayat (2) huruf c
√
28 pergeseran anggaran dalam rangka penggunaan sisa Anggaran Kontraktual
atau Sisa Anggaran Swakelola yang digunakan untuk meningkatkan volume
keluaran (output).
Pasal 2 ayat (3) huruf q
Pasal 31 ayat (2) huruf a
dan b
√
DAFTAR REVISI ANGGARAN YANG MENJADI KEWENANGAN DJA DAN KANWIL DJPBN (9/11)
56
No. URAIAN REVISI
KEWENANGAN
PASAL DJAKanwil
DJPBN
29 Pemenuhan kewajiban negara sebagai akibat dari keikutsertaan sebagai anggota
organisasi internasional.Pasal 2 ayat (3) huruf r √
30 Penggunaan anggaran dalam BA BUN yang belum dialokasikan dalam DIPA BUN. Pasal 2 ayat (3) huruf s √
31 pergeseran anggaran belanja sebagai akibat dari perubahan prioritas penggunaan
anggaran yang berdampak pada perubahan volume keluaran (output).Pasal 2 ayat (3) huruf t
Pasal 6 ayat (1)
√
32 pergeseran anggaran belanja sebagai akibat dari perubahan prioritas penggunaan
anggaran sepanjang tidak berdampak pada pengurangan output
Pasal 2 ayat (3) huruf t
Pasal 6 ayat (2)
√
33 penghapusan/perubahan/pencantuman catatan halaman IV DIPA berkaitan dengan
pemenuhan persyaratan pencairan anggaran, penggunaan Keluaran (Output)
cadangan, dan/atau tunggakan.
Pasal 2 ayat (3) huruf u
Pasal 32
√ √
34 penggunaan dana Keluaran (Output) cadangan. Pasal 2 ayat (3) huruf v
Pasal 33
√
35 pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program yang sama atau antar Program dalam
1 (satu) bagian anggaran dalam rangka memenuhi penyelesaian kegiatan yang
ditunda sebagai akibat kebijakan penghematan anggaran tahun sebelumnya.
Pasal 2 ayat (3) huruf w
Pasal 34
√
36 Revisi administrasi yang disebabkan oleh kesalahan administrasi
a ralat kode kewenangan. Pasal 2 ayat (5) huruf a √
b ralat kode bagian anggaran dan/atau Satker. Pasal 2 ayat (5) huruf b √
c ralat volume, jenis, dan satuan Keluaran (Output) yang berbeda antara RKA-K/L
dan Rencana Kerja Pemerintah atau hasil kesepakatan Dewan Perwakilan
Rakyat dengan Pemerintah.
Pasal 2 ayat (5) huruf c √
DAFTAR REVISI ANGGARAN YANG MENJADI KEWENANGAN DJA DAN KANWIL DJPBN (10/11)
57
No. URAIAN REVISI
KEWENANGAN
PASAL DJAKanwil
DJPBNd ralat kode akun dalam rangka penerapan kebijakan akuntansi sepanjang dalam
peruntukkan dan sasaran yang sama, termasuk yang mengakibatkan perubahan
jenis belanja.
Pasal 2 ayat (5) huruf d √
e ralat kode Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.
*) berupa perubahan kantor bayar pada Kanwil DJPB yang berbeda sepanjang
DIPA belum direalisasikan.
Pasal 2 ayat (5) huruf e √* √
f ralat kode lokasi Satker dan/atau lokasi Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara.Pasal 2 ayat (5) huruf f √
g perubahan rencana penarikan dana/atau rencana penerimaan dalam halaman III
DIPA.Pasal 2 ayat (5) huruf g √
h ralat cara penarikan PHLN/PHDN, termasuk pemberian pinjaman. Pasal 2 ayat (5) huruf h √
i ralat cara penarikan SBSN. Pasal 2 ayat (5) huruf i √
j ralat nomor register pembiayaan proyek melalui SBSN. Pasal 2 ayat (5) huruf j √
k ralat karena kesalahan aplikasi berupa tidak berfungsinya sebagian atau seluruh
fungsi matematis aplikasi RKA-K/L DIPA.
*) sesuai dengan kasus per kasus kesalahan aplikasi yang terjadi.
Pasal 2 ayat (5) huruf k √* √
37 Revisi administrasi yang disebabkan oleh perubahan rumusan yang tidak terkait
dengan anggaran:
a perubahan/penambahan nomor register pinjaman dan/atau hibah luar negeri. Pasal 2 ayat (6) huruf a √
b perubahan/penambahan nomor register SBSN. Pasal 2 ayat (6) huruf b √
c perubahan/penambahan cara penarikan PHLN/ PHDN, termasuk pemberian
pinjaman. *)
*) Dengan persetujuan Eselon I
Pasal 2 ayat (6) huruf c √
DAFTAR REVISI ANGGARAN YANG MENJADI KEWENANGAN DJA DAN KANWIL DJPBN (11/11)
58
No. URAIAN REVISI
KEWENANGAN
PASAL DJAKanwil
DJPBNd perubahan/penambahan cara penarikan SBSN. *)
*) Dengan persetujuan Eselon I
Pasal 2 ayat (6) huruf d √
e perubahan rumusan sasaran kinerja dalam database RKA-K/L DIPA. *)
*) Dengan persetujuan Eselon I
Pasal 2 ayat (6) huruf e
Pasal 30√
f perubahan pejabat penandatangan DIPA. Pasal 2 ayat (6) huruf f √
g perubahan nomenklatur bagian anggaran, Program/Kegiatan, dan/atau Satker.
*) khusus satker untuk kegiatan dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan.Pasal 2 ayat (6) huruf g √ √*
h perubahan pejabat perbendaharaan. Pasal 2 ayat (6) huruf h √
38 perubahan atas Undang-Undang mengenai APBN tahun berkenaan Pasal 3 ayat (1) √
39 perubahan atas Kebijakan Prioritas Pemerintah yang telah ditetapkan dalam
Undang-Undang mengenai APBN dan/atau Undang-Undang mengenai Perubahan
atas Undang-Undang APBN, termasuk kebijakan pemotongan dan/atau
penghematan anggaran.
Pasal 3 ayat (2)
Pasal 5
√
40 Revisi otomatis √ √
41 Revisi dalam rangka pengesahan Kegiatan/Keluaran (Output) tahun sebelumnya
yang dananya bersumber dari PHLN atau pemberian Pinjaman.Pasal 54 √
42 Pagu minus tahun berkenaan. Pasal 55
a dipenuhi dari pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program. √
b pergeseran anggaran antar Program. √
43 Pagu minus tahun sebelumnya. Pasal 56
a dipenuhi dari pergeseran anggaran dalam 1 (satu) Program. √
b pergeseran anggaran antar Program. √