TENTATIP
POKOK-POKOK REPEUTA Ill
BIDANG
PENYIAPAN TANAH PEMUKIMAN TRANSMitRASI
Juni, 1978
TENTATIP
POKOK-POKOK REPEUTA ill
BIDANG
PENYIAPAN TANAH PEMUK.IMAN TRANSMIGRASI
Dep. Peker)aan Umum & Tenaga Llatrlk PUSLITBANG
PERPUSTAKAAN
Juni, 1978
-----------;~naga Ustr\\( IJmum & e
[, ~\ Oep. Pekerjaan I I B A ~ ~ G .
~ -~ p ~ ~ ~ ~ S T A 1<. A AN •. . -. . ... ~ .. i
f~~-~ Dt:PARTEMEN PEKER.JAM! tJ,"·, :;.,_r.
1- .1' I . p u s L I ~ B_ A ~~ ( - ' rf ', .f! P E R P US I A K /-" ,..:. . J
~i-L,~~;;·~~~ : ;c;-;q. let~; .. ~ J
' i N.l.: 311/fll . ;~ ~~~
N.K. : 3~$".3 )'' i!V.b I ) -
I S I
KOLOM I GBHN 1978 BIDANG TRANSMIGRASI
( 1) Kaitan Langsung
a) Umum
b) Khusus
(2) Kaitan Tidak Langsung
KOLOM II (1) Arah Utama
(2) Sasaran Utama
(3) Langkah-langkah Utama
KOLOM III (1) Penjelasan Mengenai Kebijaksanaan Yang
Ditempuh
(2) Ruang Lingkup
(3) S k a I a
(4) Pentah~pan
(5) Kaitan Dengan Sektor-S.:ktor Lain
(6) Alterna tif-alterna tif
(7) Implikasi Regional
(8) lmplikasi Pembiayaan
***
KOLOM I
~ 1) LANGSUNG
a) U mum
POLA DASAR PEMBANGUNAN NASIONAL
A. Tuj uan Pem bangunan Nasional
B. Landasan Pem bangunan Nasional
c. Asas-asas Pemhangunan Nasional
D. Modal Dasar dan Faktor-faktor Domin an
E. Wawasan Nusantara
F. Ketahanan Nasional
POLA UMUM PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
Berdasarkan pada Pola Dasar Pembangunan Nasional, disusunlah Pola Umum
Pembangunan Jangka Panjang yang meliputi jangka waktu 25 sampai de
ngan 30 tahun sebagai usaha ptmgarahan dalam melaksanakan pembinaan
dan pembangunan Bangsa pada umumnya dalam menuju tercapainya cita
cita Nasional.
A. Pendahuluan
B. Arah Pembangunan Jangka Panjang
2
b) Khusus
1. Program transmigrasi ditujukan untuk meningkatkan penyebaran pendu
duk dan tenaga kerja serta pembukaan dan pengembangan daerah pro
duksi dan pertanian baru dalam rangka pembangunan daerah, khu
susnya di luar P. Jawa, P. Madura, P. Bali dan P. Lombok, yang da-L/
pat menjamin peningkatan taraf hidup para transmigran dan taraf hi-
dup masyarakat disekitarnya. Dalam pelaksanaan transmigrasi perlu
diperhatikan pula kepentingan pert all;. nan dan keamanan nasional.
2. Disamping transmigrasi yang langsung digerakkan oleh pemerintah ma
ka transmigrasi spontan juga perlu lebih didorong dengan memperluas
pembangunan dan kegiatan ekonomi di luar Jawa serta dengan me
ningkatkan hubungan antar pulau.
3. Karena penyelenggaraan transmigrasi bersifat lintas sektoral maka pe
laksanaannya perlu dilakukan secara terkoordinasi.
Untuk mcnjamin keberhasilan pelaksanaan program transmigrasi, perlu
dilakukan persiapan-persiapan yang matang; pada daerah asal transmi
gran, pada d •• aah tujuan transmigran dan penyediaan sarana produksi.
3
(2) TIDAK LANGSUNG
J
1. Pembangunan pertanian yang dilanjutkan dalam rangka meningkatkan
produksi pangan, meningkatkan ekspor, meningkatkan penghasilan pe
tani dan memungkinkan dukungan yang kuat terhadap pembangunan
industri.
2. Peningkatan produksi perkebunan, kehutanan dan perikanan disam-
ping untuk meningkatkan perluasan lapangan kerja dan penghasilan
/ rakyat, juga bertujuan untuk menunjang pembangunan industri serta
meningkatkan ekspor.
3. Disamping memanfaatkan hasil hutan untuk pembangunan, perhatian
penuh perlu diberikan pada pembinaan hutan sebagai sumber alam.
Dalam rangka itu perlu sckali dilakukan usaha-usaha peningblan pe
nertiban penebangan hutan, pcnanaman kembali hutan-hutan yang ru
sak serta konversi sebagian hutan alam menjadi hutan buatan yang
menghasilkan kayu industri. Disamping itu hutan perlu dikelola se
demikian rupa sehingga rakyat merasakan manfaatnya secara langsung.
Hal ini akan lebih meningkatkan rasa tanggung jawab masyarakat un
tuk membina kelestarian hutan.
4. Pengelolaan bidang pertambangan perlu diserasikan dengan kebijaksana
an umum dibidang energi dan bahan bakar 'l'rta dengan pengembang
an wilayah, disertai dcngan peningkatan pengawasan yang menyeluruh.
5. Perluasan kesempatan kerja dan l'crlindunga .. tcnaga kerja harus meru
pakan kebijaksanaan pokok yang sifatnya nwnyeluruh disemua sektor.
Dalam hubungan ini program-program pembangunan sektoral maupun
regional perlu senantiasa mengusahakan terciptanya perluasan kesem
patan kerja sebanyak mungkin dcngan imbalan jasa yang sepadan.
Dengan jalan demikian maka disamping peningkatan produksi sekaligus
4
dapat dicapai pemerataar' hasil pembangunan karena adanya perluasan
partisipasi masyarakat secara ak tif didalam pembangunan.
6. Kebijaksanaan tcnaga kerja harus pula diarahkan kepada penyaluran
penyebaran dan pemanfaatan tenaga kerja yang lebih baik melalui
perbaikan informasi serta pcmbinaan dan peningkatan ketrampilan.
Demikian pula kebijaksanaa11 dibidang perlindungan tenaga keija ditu
jukan kepada perbaikan upah, sarat keija, kondisi kerja dan hubung
an kerja, keselamatan kerja, jaminan sosial didalam ran~ka perbaikan
kesejahteraan tenaga kerja sccara mcnyeluruh.
7. Dalam Pelita Kctiga ditilJgkatkan keselarasan antara pembangunan sek
toral dan pembangunan daerah, schingga pembangunan sektoral yang
bcrlangsung didaerah-daerah benar-benar sesuai dengan potensi dan pri
oritas daerah, sedangkan keseluruhan pembangunan daerah juga benar
benar merupakan satu kesatuan demi terbinanya Indonesia sebagai sa
lah satu kesatuan politik, ekonomi, sosial-budaya dan pertahanan-kea
manan didalam mewujudkan tujuan nasional.
8. Dalam rangb pelaksanaan pcmbangunan nasional yang lebih merata
seluruh daerah diusahakan keserasian laju pertumbuhan an tar daerah,
antara lain dcngan peningkatan perhubungan antar daerah dan antar
pulau, memberikan bantuan dan rangsangan bagi peningkatan pemba -
ngunan daerah-dacrah yang rclatif tcrbelakang, serta penyebaran pen
duduk yang lcbih merata melalui transmigrasi.
9 Untuk melaksanakan peningkatan pembangunaH daerah diperlukan pe
ningkatan praka ->a dan partisipasi rakyat didaerah. Disamping itu de
ngan memperhatikan kcmampuan dacrah, perlu ditingkatkan pendapat
an dacrah baik Jengan pcmungutan yang lebih intensif, wajar dan tcr
tib terhadap sunrber-sumbcr yang ada maupun dengan penggalian sum
bcr-sum ber .keuangan banr serta peningkatan dan penyempurnaan pe-
5
nyaluran berbagai dana bantuan pembangunan. Dalam rangka ini ke
mampuan serta perbaikan aparatur Pemerintah Daerah perlu terus di
tingkatkan baik aparatur otonom maupun aparatur vertikal dalam
rangka mewujudkan otonomi Daerah secara lebih nyata dan bertang
gung jawab.
10. Koordinasi fungsionil perwilayahan dan kerjasama pembangunan an tar
daerah perlu lebih ditingkatkan untuk lebih melancarkan pelaksanaan
dan pengelolaan kegiatan-kegiatan pembangunan.
II. Pembangunan kota perlu lebih memperhatikan keserusian hubungan
antara kota dengan lingkungan d.an antara kota dengan ·Jaerah pede
saan. sekitarnya serta keserasian pertumbuhan kota itu sendiri.
12. Dalam pelaksanaan pembangunan perlu selah! diadakan penilaian ) .mg
seksama terhadap pengaruhnya bagi lingkungan hidup, agar pengaman
an terhadap pelaksanaan pembangunan dan lingkungan hidupnya dapat
dilakukan sebaik-L.dknya. Penilaian tersebqt perlu dilakukan baik se
cara sektoral maupun region<.~. dan untuk itu perlu dikembangkan kri
teria mutu baku lingkungan hidup.
13. Rehabilitasi sumber alam yang berupa tanah dan air yang rusak per
lu lcbih ditingkatkan lagi melalui pendekatan terpadu daerah alir<tll su
ngai dan wilayah. Dalam hubungan ini program penyelamatan hutan,
tanah, dan air perlu lebih discmpurnakan dan ditingkatkan.
14. Pendayagunaan daerah pantai dan laut perlu ditingkatkan tanpa meru
sak mutu dan kelestarian lingkungan hidup.
15. Dalam pembangunan pemukiman diberikan prioritas kepada perbaikan
Iingkungan hidup bagi masyarakat bcrpenghasilan rendah.
16. Pendidikan nasional berdasarkan a tas Pancasila dan bertujuan untuk
6
meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan
dan ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian
dan memperteba1 semangat kebangsaan agar dapat n:enumbuhkan rna-
nusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya ·~ndiri
serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
17. Mutu pendidikan ditingkatkan untuk mengejar ketinggalan dibidang il
mu pengetahuan dan teknologi yang mutlak diperlukan untuk pemba
ngunan.
18. Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan
segala bidang yang memerlukan jenis-Jcnis keahlian dan ketrampilan
serta dapat sekaligus meningkatkan produktivitas, mutu dan efisiensi
kerja.
19. Titik berat program pendidikan diletakkan pada perluasan pendidikan
dasar dalam rangka mewujudkan pe1aksanaan wajib belajar yang seka
Iigus memberikan ketrampilan yang sesuai dc:ugan kebutuhan lingkung
annya serta peningkatan pendidikan teknik dan kejuruan pada semua
tingkat untuk dapat menghasilkan anggota-anggota masyarakat yang me
miliki kecakapan sebagai tenaga pembangunan.
20. Makin meningkatkan peranan perguruan-perguruan tinggi dan Iembaga
lembaga penelitian dalam kegiatan pembangunan, ant:1ra lain dengan
cara-cara :
I) Penggunaan kebebasan mimbar akadcmis dalam bentuk-bentuk
yang kreatif, konstruktif dan bcrtanggung jawab, tetap dijamin
sehingga dapat bermanLat bagi masyarakat dan pemba;Jgunan.
2) lntegrasi dan konsolidasi kegiatan-kegiatan mahasiswa dan cende
kiawan sesuai dengan profcsir' ya dalam wadah-wadah yang efek
tir sehingga mereka dapat menyumbangkan prc:stasi-prestasi serta
partisipasi yang positif.
7
21. Perlu dilanjutkau dan ditingkatkan usaha-usaha pembinaan secara fung
sionil dan terintegrasi bidang pendidikan umum dan kejuruan dalam
rangka tercapainya suatu sistem pembinaan pendidikan secara nasional,
mantap dan terpadu.
22. Nilai budaya Indonesia terus dibina dan dikembangkan guna memper
kuat kepribadian bangsa, mempertebal rasa harga diri dan kebanggaan
nasional serta memperkokoh jiw3 kesatuan nasional.
23. Disiplin nasional dibina dan dikembangkan secara lebih nyata, dalam
usaba untuk memperkokob kesetiakawanan nasional, lebib menanam -
kan sikap mental tenggang rasa, bemat dan. prasaja, bekeija keras, cer
mat, tertib, penub rasa pengabdian, jujur dan kewiraan.
24. Kebijaksanaan pengcmbangan ilmu pengetahuan dan teknologi diarah -
kan pada pengembangan kemampuan nasional dalam ilmu dan tekno
logi yang diperlukan dalam pembangunan sesuai dengan kebutuhan
se~ta prioritas pembangunan. Cabang-cabang ilmu pengetabuan ter-
tentu yang penting tetapi kurang peminatnya perlu mendapat perhati
an kbusus.
25. Dalam rangka memanfaatkan ilmu pengetabuan dan basil penelitian ba-
gi pembangunan perlu diciptakan iklim yang menggairahkan kegiatan
penelltian dan pengembangan.
26. Lembaga-lembaga penelitian ditingkatkan daya gunanya sesuai dcngan
prioritas pembangunan sedang disamping itu ditingkatkan pula sistem
informasi mengenai kegiatan dan basil penelitian.
27. Dalam pembinaan ilmu pengetabuan perlu diciptakan iklim yang men
jamin pertumbuhan dan obyektivitas ilnm pengetahuan yang diarahkan
untuk kepentingan nasiunal.
Dalam hubungan ini perlu ditingkatkan kemampuan Perguruan Tinggi,
Lembaga Peuditian, organisasi dan kegiatan cendekiawan serta dicip
takan sistem pengh~rgaan pada karya-karya ilmiah y~ng dapat mem
pertinggi martabat bangsa.
28. Dalam mendorong kegiatan pembangunan diusahakan pengembangan
serta pemanfaatan teknologi yang tepat guna dengan meneliti secara
seksama teknologi yang akan dipilih yang dapat menunjang pening -
katan produksi, perluasan ke;;..:mpatan keija d<tn pemerataan penda -
patan.
29. Dalam rangka mempertinggi taraf kesehatuu dan kecerdasan rakyat,
maka ditingkatkan pelayanan kesehatan dan perbaikan mutu gizi.
Peningkatan pelayanan kesehatan dan perbaikan gizi diutamakan ke
pada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, l)aik di desa
·maupun di kota.
30. Kebijaksanaan kependudukan perlu dirumuskan secara nasional dan
menyeluruh dan dituangkan dalam program-program kependudukan
yang terpadu.
31. Kebijaksanaan kependudukan yang perlu ditangani antara lain meliputi
bidang-bidang pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian, ter
utama kematian .anak-anak, perpanjangan harapan hidup, penyebaran
penduduk yang lebih serasi dan seimbang, pola urbanisasi yang lebih
berimbang dan merata serta perkembangan dan penyebaran angkatan
kerja.
/ 32. Untuk program pembangunan perumahan perlu dikembangkan suatu
sistem yang lebih terarah dan terpadu, yang b~rkaitan dengan tata gu
na tanah perkotaan dan pedesaan, pembiayaan, perluasan kesempatan
kerja, kesehatan lingkungan, produksi bahan bangunan lokal dan ke
serasian pembangunan daerah serta lingkungan pemukiman pada umum
nya.
9
33. Perbaikan pelayanan sosial dilaksanakan dalam rangka meningkatkan
kesadaran serta kemampuan setiap warga negara untuk ikut serta di
dalam pembangunan. Disamping itu, sebagai salah satu perwujudan
usaha untuk menuju tercapainya keadilan sosial, rnaka diusahakan ke
sempatan yang lebih luas bagi setiap warga negara untuk mendapat
kan tingkat kesejahteraan sosial yang makin baik.
34. Dalam rangka memantapkan stabilitas politik yang dinamis serta pe
laksanaan mekanisme demokrasi Pancasila, perlu makin memantapkan
kehidupan konstitusionil, demokrasi u • .m tegaknya hukum. Dalam hu
bungan ini perlu dilanjutkan langkah-langkah pelaksanaan mckanisme
kepemimpinan nasional; serta memantapkan fungsinya dan saling ber
hubungan antara Lembaga-lembaga Tinggi Negara berdasarkan Undang
Undang Dasar 1945.
35. Pembinaan, penyempurnaan dan penertiban aparatur Pemerintal1 ba
ik ditingkat pusat maupun daerah, termasuk perusahaan-perusahaan
milik negara dan milik daerah sebagai aparatur perekonomian negara
dilakukan secara terus-menerus agar dapat mampu menjadi alat yang
efisien, efektif, bersih dan berwibawa sehingga mampu melaksanakan
tugas-tugas umum Pemerintah maupun untuk menggerakkan pelaksa
naan pembangunan secara lancar.
36. Perlu dilanjutkan dan ditingkatkan kebijaksanaan dan langkah-langkah
yang telah dilakukan dalam rangka penertiban aparatur Pemerintah
serta dalam menanggulangi masalah-masalah korupsi, penyalahgunaan
wewenang, kebocoran dan pemborosan kekayaan dan keuangan nega
ra, pungutan-pungutan liar serta berbagai bentuk penyelewengan lain
nya yang menghambat pelaksanaan pembangunan.
37. Dalam rangka melancarkan pelaksanaan pembangunan yang tersebar
diseluruh pelosok Negara dan dalam rangka membina kesatuan bang-
l l
kah-langkah UHtuk penyusunan perundang-undangan yang menyangh.ut
hak .dan kewajiban asasi warganegara dalam rangka _ mengamalbn
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
42. Pelaksanaan politik luar negeri yang bebas aktif diabdikan kepada ke
pentingan nasional, terutama untuk kepentingan pembangunan disegala
bidang.
43. Meningkatkan peranan Indonesia di dunia internasional dalam rangka
membina dan meningkatkan persahabatan dan ke:rja sama yang saling
bermanfaat antara Bangsa-bangsa.
44. Memperkokoh kesetiakawanan, persatuan dan kerjasama ekonomi di
antaca negara-negara yang sedang membangun lainnya untuk memper
cepat terwujudnya Tata Ekonomi Dunia Baru.
45. Pembangunan pertahanan-pertahanan nasional secara keseluruhan harus
dikaitkan dengan pembangunan dalam bidang kesejahteraan sedemiki
an rupa sehingga merupakan bagian yang integral daripada pembangun
an nasional. Setiap investasi harus menunjukkan kemanfaatan yang
nyata dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan atau sasaran, ser
ta harus memiliki waktu kegunaan yang cukup panjang. Suatu kcgu
naan tambahan hendaknya diusahakan apabila mungkin.
46. Prinsip ekonomi perlu diterapkan sebaik mungkin dalam usaha perta
hanan-keamanan nasional, disamping itu efektivitas untuk menghadapi
keadaan darurat harus tetap terjamin. Dalam keadaan aman dan da
mai dipelihara kekuatan pertahanan keamanan nasional yang relatif
kecil tetapi efisien dan efektif, yang dalam keadaan darurat harus da-
pat dikembangkan dengan cepat. Kebutuhan akan kemampuan pe-
ngembangan kekuatan ini menghendaki agar dirumuskan suatu sistem
cadangan, yang mencakup kekuatan lapangan beserta segenap unsur,
sarana dan sumber daya yang diperlukan untuk mendukungnya.
12
47. Suatu penelitian nasional perlu dilaksanakan untuk membuat inventa
risasi kemampuan industri dalam negeri guna mendukung penyeleng -
garaan pertahanan-keamanan nasional dan direncanakan cara-cara pe
manfaatannya dalam keadaan darurat.
48. Kekuatan lapangan menurut sifat dan tugas khasnya masing-masing ,
harus direncanakan menempati posisi-posisi strategis yang memung
kinkan dilakukannya reaksi yang cepat terhadap ancaman yang datang.
Daerah-daerah perbatasan, alur-alur pelayaran dan selat-selat yang pen
ting, perlu dinilai tingkat kemungkinannya menjadi arah pendekat po
tensial bagi berbagai bentuk ancaman, untuk kemudian digunakan se
bagai dasar penentu dislokasi kekuatan atau pangkalan yang sesuai.
Perhatian yang lebih besar harus diberikan kepada kekuatan pemuku~
yang perlu memperoleh latihan-latihan terus menerus dengan dukung
an fasilitas yang sebaik mungkin. Daerah-daerah latihan yang cukup
luas di luar Jawa yang sekaligus dijadikan pangkalan bagi satuan-satu
an perlu memperoleh prioritas yang tinggi dalam pembangunan perta
hanan- keamanan nasional.
49. Keberhasilan tugas pertahanan-keamanan nasional banyak tergantung pa
cta dukungan yang diberikan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.
Oleh karena itu, upaya pertahanan-keamanan nasional harus dapat me
manfaatkan hasil perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
SO. Pembinaan kemampuan pertahanan-keamanan nasional diusahakan un
tuk meningkatkan kemampuan unsur-unsur Hankam yang meliputi ke
mampuan kekuatan di darat, di !aut, di udara, penertiban dan penye
lamatan masyarakat serta unsur-unsur kemampuan lainnya sehingga
ABRI mampu melaksanakan tugas-tugas pertahanan-keamanan nasional
sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh ncgara
dan bangsa Indonesia.
13
51. Pembinaan kemampuan ABRI sebagai kesatuan sosial diarahkan agar
ABRI marnpu untuk :
a) Bersama-sama kekuatan sosial lainnya secara aktif melaksanakan
kegiatan-kegiatan pembangunan nasional.
b) Meningkatkan peranannya secara aktif dalam memperkokoh keta
hanan nasional.
***
KOLOM II
ARAH, SASARAN DAN LANGKAH-LANCKAH UTA:'>IA
(I) ARAH UTAMA
Arah utama didasarkan pada pemikiran-pemikiran sebagai berikut
Pencapaian kderpaduan menyeluruh, dimana kaitan fungo.: fungsi jdas dan tcr
arah menurut hirarki kcpentingan pengemba' ·an Nasional. Dalam hal ini lan
dasan yang digunakan ialah landasan pemikiran Perkembangan Nasional yang
mengikuti baik pendekatan wilayah maupun pendekatan sektoral secara terpa
du, mclalui usaha optimasi.
Pendekatan sektoral pada dasarnya diarahkan pada usaha memaksimalkan per
kembangan sektor-sektor untuk memenuhi pendapatan Nasional yang diingin
kan. Dalam pada itu disadari bahwa hal ini dapat menjurus pada perkem -
bangan wilayah-wilayah/daerah-daerah secara tidak seimbang dan tidak merata,
karena daerah-daerah yang tclah maju dcngan tingk::t kemudahan yang tinggi
akan lebih bcrkembang, sedangkan daerah-daerah dengan tingkat kemudahan
yang rendah akan kurang bcrkcmbang. Hal ini dapat u1hindarkan dengan u-
saha mcncapai sua tu struk t ur Pen gem bangan \11 ilayah tertentu yang d iing: .1kan,
yaitu yang menjamin dicapainya suatu tingkat perkembangan antar dac!ah yang
makin seimbang. Struktur pengcmbangan tersebut meng)-' mbarkan penyebaran
dan tingkat pakembangan dari Satuan-satuan Wilayah Pcngembangan
yang diukur dari tingkat kemudahan ma:,lllg-masing.
(SWP)
Pembangunan Nasional, scpcrti disebutkan dalam GBHN 1978, menetapkan
pcncapaian usaha bcsar yang diarahk.:n pada tcrwujutnya kcscilllbangan dan pe
mcrataan d~dam tingkat pertumbuhan antara ':~erah yang terccrmin r~lda ting -
kat kcmudahan masing-masing wilayah/dacrah atau dengan kata lain L.1gkat kc-
tcrbukaannya terhadap dunia luar.
Kriteria yang digunakan untuk menyatakan tingkat pertumbuhan ialah "tingkat
ketersediaan (Jremudahan) kebutuhan-kebutuhan hidup maupun kebutuhan-kebutuh
an untuk melakukan kegiatan usaha". Kritcria ini membcrikan ukuran pula
bagi "kcscmpatan pertumbuhan" dan "daya tarik", yang jelas mempengaruhi o
rientasi serta mempertimbangkan masyarakat dalam mcncntukan lokasi tcmpat
pcmukiman maupun lokasi dan jenis kcgii.ltan usahanya. Pemilihan lokasi trans
migrasi dengan demikian disamping memperhatikan kescimbangan ekologis, harus
memperhatikan tingakt harga pasar yang memadai pada kota/pusat distribusi
yang d iccrm in kan dari ti ngk: ~ aksessibilitasnya yang tinggi.
Disamping itu, juga diperhatikan faktor-faktor kesuburan tanah minimum. Me
kanisme pengembang._,t yang menjelmakan diri dalam Satuan Wilayah Pengem -
bangan (SWP) merupakan suatu kesatuan antara keseimbangan ckologis dengan
pemukiman yang ada didalamnya.
Dcngan demikian, perencanaan pemukiman perlu dikaitkan dcngan perencanaan
t)engembangan SWP-SWP yang meningkatkaY1 kep-adatanjasa distrihusi dan mcniriggikan
"tingkat kemudahan" kebutuhan berupa barang-barang dan jasa, yang berakibat
menimbulkan "kescmpatan pertumbuhan" dan "daya tarik".
Menscimbangkan dan pemet _ .tan dalam tingkat pcrtumbLilan anL:r daerah di
caminkan dcngan perencanaan pengembangan SWP-SWP, yang diarahkan menu
ju terwujudnya kcscimbangan antar daerah dalam hal tingkat pertumbuhannya.
Tingkat perkcmbangan scrta pcnyebaran SWP-SWP di Jalam Wilayah Nasional
menggambarkan Struktur Pcngembangan Vilayah Tingkat Nasional (SPWTN).
(2) SASARAN UTAMA
Sasaran utama yang didasarkan pada pemikiran-pemikiran arah kcl>tJaksanaan di
tentukan meJaJui pcrencanaan-perl'llCanaan bertahap uall berjangka tertl'll!ll yang
tdah mcmpertimbangkan hal-hal scbagai b ikut
3
I) Kontinuitas Pel ita II dan Repelita III yang harus terjamin karu1a kaitan
nya pada Rencana Umum Jangka Panjang yang saua. i !al ini sebagai
suatu perujudan sinkronisasi ketatala: tnaan yang terkait pada keterpadu-
an (integrasi) permasalahan pembangunan dibid" Penyiapan Tanah Pcmu-
kima11 Transmigrasi tersebut digamb:t· kan dalam R-20 ialah suatu rencana
jangka 20 tahun Pcnyiapan Tanah Pemukiman Transmigrasi.
2) Tuntutan-tuntutan baru sebagai akibat dari peL ,ikan-perbaikan yang ditu
runkan dari penditian-penelitian terh:~ciap pemikiran, perencanaan dan im
plementasi Pelita II, pada hakekatnya t .. enghasilkan penyempumaan
penyempurnaan. Hal ini disebabkan teruwna karena tingkat pemikiran
dan peren~:.~naan pada waktu penyusunan Repelita II belum memaclai clan
l>dum dapat menjangkau knlalaman dan ketajaman seperti yang berlaku
sekarang, antara lain belum dipertimbangkannya penyusunan perencanaan
dan program transmigrasi yang tcrkait d ·ngan SPWTN serta SWP yang
mencaku piny a.
3) Kdangsungan kehidupan bangsa (st viva)) dan regencrasi bangsa harus da
pat dijamin berJangSUilg clalam bentl'k yang I iCnjalllill perkembangan Oang
<;a selanjutnya, yaitu dengan Dasar struktur pcrkembangan bangsa yang di
ills.nkan yang mempunyai kaitan yang jelas dengan t, rwujudnya wawasan
nusantara dan pcningkatan ketahanan nasional.
Khususnya dalam pcrwujudan wawasan nusantara dan kd. ngsungan kcta
hanan nasional penyiapan tanaL pemukiman transmigrasi memberikan kon
tribusinya, karena dengan terbukanya daerah baru akan meningkatkan pro
duksi dan tingkat hidup bagi transmigran maupun penduduk lokal.
Pcnduduk lokal diusahakan akan mcndapatkan manfaat langsung dari pc·m
bangunan dengan mcncmpatkannya dalam Satuan Pemukiman Utama UI
mana ditempatkan fasilitas umum pcmukiman. Dalam pada itu penyebar~
an penduduk yang meluas akan memungkinkannya dijangkaunya Wilay:dl
\v ilayah yang tadinya belum terjangkau oleh jasa distribusi.
4
(3) LANGKAH - LANGKAH UTAMA
Dalam usaha mewujudkan sasaran-sasaran utama sebagai y,,ng disebu[kan dalam
(2), ditempuh langkah utama seperti yang dicerminkan dalam program-program
yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
l) Meluasnya program penyiapan tanah pemukiman transmigrasi memberikan
kontribusi pada penonjolan keadilan sosial yang lebih me rata dan peme
ra taan pem bangunan serta hasil - hasilnya, termasuk peningkatan dan per
luasan kesem pa tan kerja.
2) Adanya program yang jelas dalam penyiapan tanah pemukiman transmigra
si dari Satuan Pemukiman, Satuan Kawasan Pemukiman serta Satuan Wi
layah Pengembangan dalam kaitannya dengan Struktur Pengembangan Ting
kat Nasional, memberikan gambaran bahwa wilayah-wilayah akan mengala
mi pcnstrukturan sedemikian rupa sehingga memudahkan perkembangan
nya.
3) Adanya penanganan yang didasarkan pada
a. K riteria fungsionil Penyiapan Tanah Pemukiman Transmig1.1Si yang le
bih mantap, yaitu
- penyiapan Ia han usaha dari stap olah menjadi siap tanam, term a-
) suk penyediaan bib it tanaman pupuk, dan pestisida yang cukup.
b.
- penyiapan prasarana perhlihungan intra yang lebih m" .1tap Ualan
jalan desa diberi perkerasan kerikil).
- penyiapan fasilit-ts umum yang lebih memadai sesuai d,.,, ~tn hirar
ki pemukimannya.
Kriteria teknis yang lebih •. tjam dalam bentuk tingkat-tingkat pc-
\.! nanganan teknis sebagai berikut
- pada tingkat perencanaan secara teknis ~Ltdah cliperhitungkan eksis
te nsi perk am pungan penJ uJuk lokal, sehingga pend ud uk lokal :.kan
5
mendapatkan manfaat dalam bentuk peningkatan pem bangunJn.
- Pada tingkat perencanaan inipun diperhitungkan faktor kdestarian
wilayah
- Pentajaman kriteria kebutuhan petani mcnurut standar rata -rata
serta tingkat-tingkat perkembangannya.
4) Penghindaran program yang tumpang tindih selalu diusahakan untuk
diatasinya melalui BP2DT.
5) Adanya struktur yang jelas dari keseluruhan program yang bcrdasar
kan sistem pclaksanaan tugas Dit. Jen. Bina Marga dalam bentuk
- program utama
- program penunjang utama
- program penunjang umum.
***
KOLOM III
( 1) PENJELASAN MEN GENAl KEBIJAKSANAAN YANG DITEMPUH
·~
Keterpaduan yang dicapai adalah keterpaduan yang menyeluruh, bukan sekedar
keterpaduan partial sektor, bukan keterpaduan partial lokasi dan bukan pula
keterpaduan sektor yang satu pada yang lainnya.
Penyiapan Tanah Pemukiman Transmigrasi dalam kaitannya SW') dan SPW'l N
diusahakan untuk menundukkan fungsi Pengembangan Lingkungan Kehidupan
di dalam keseluruhan proses pertumbuhan bangsa. Masalah keterpaduan pemi
kiran menjadi menonjol. Hal tersebut tercennin di dalam landasan perencana
an Penyiapan Tanah Pemukiman Transmigrasi , ang dipergunakan dan yang me-
nempuh kebijaksanaan bahwa fungsi Peny,iapan Tanah Pemukiman Transmigrasi
bukan sekedar memenuhi tuntutan penampungan bagi para transmigran saja, a
kan ttt:tpi memperhatikan fungsi SWP sebagai satu kesatuan di dalam SPWTN
yang dapat mengendalikan pertumbuhan bangsa menuju perkemb;,ngan antar
daerah yang semakin seimbang.
(2) RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Penyiapan Tanah Pemukiman Transmigrasi meliputi
a. Perencanaan Umum
- Studi ldentifikasi Wilayah Pengembau::; .... n meliputi 14 propinsi (Sumate
ra, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Irian J aya).
- Studi Perencanaan Umum Pengembangan meliputi 14 propinsi (Suma -
tera, Kalimantan, Sulawesi, Ki.?pulauan Maluku, oan Irian Jaya).
2
b. Penyusunan Program Lima Tahun
Rencana satuan kawasan Pengen, bangan meliputi sejumlah 250 SKP
> c. Perencanaan Teknis
l/ d.
)
- }teucana teknis satuan Pengembangan meliputi sejumlah 1000 SP.
- Rencana iteknis jalan penghubung dan poros meliputi 15.000 km.
Pelaksanaan Fisik
-
-
-
Ja1an
1. Jalan penghubung
2. Jalan poros
3. Jalan des a
4. Jalan ladang/sawah
Penyiapan Lahan
1. Siap olah
2. Siap tan am
3. Lahan pembibitan
4. Penutup lahan
5.000 km
10.000 km
15.000 km
15.000 km
125.000 ha
1.000.000 ha
37.500 ha
:)00.000 ha
Penyediaan air bersih khusus untuk daerah pasang surut meliputi 250
buah.
Pem el iharaan jalan p·.;nghubm~:' dan poros meliputi 12.984 km.
1. Pembinaan peralatan dan bah an 15 dokumen
2. Pembinaan perkem bang an t.:knologi IS dokumen
3. Pembin<, .. n tenaga kerja 10.626 tenaga
3
( 4) PENTAHAPAN
Secara umum, pentahapan tahun demi L:hun dari im plementasi p:·ogram dapat
dilihat dalam tabel pada halaman 6.
Jumlah ha atau KK yang ditunjukkan memberi gambaran Jumlah ekivalen la
han serta jalan yang diselesaikan pada tahun yang bersangkutan.
(5) KAITAN DENGAN SEKTOR LAIN.
Kaitan dengan sektor lain dilandasi oleh keterpaJuan peL•ikiran menurut pen
dekatan Pengembangan Wilayah , • ,agai scktor Transmigrasi, penyiapan tanah pe
mukiman transmigrasi berkaitan langsung dengan :
- Sektor pertanian dalam kaitannya dengan pv .tyediaan sarana pertanian danpe
ningkatan produksi pertanian (pangan dan tanaman tahunan).
- Sektor Perhubungan dalam kaitannya dengan faktor isolasi dan aksesibilitas. k:.t ,(..( ;'"('«\..
- Sektor Industri deL.,;an kaitan forward dull backward yang kuat.
- Sektor Pemerintah dalam Neg.:u dalam kaitannya dengan statt., tanah, dan
juga fungsi ekonomi desa dan pengelolaan jalan-jalan desa, poros dan peng
hubung.
Sektor Kesehatan d .~am k.!itannya dengan kesehatan para transmigran.
- Sektor Agama dalam kaitannya dengan para transmigran dalam
mental & spirituil.
pembinaan
- Sektor Sosial dalam kaitannya dengan penyediaan fasilitas umum bagi t: dlS
migran maupun penduduk lokal.
- Sektor !ingkungan kehidupan dalam kaitannya d.ngan lingkungan kehidupan
di desa.
(6) ALTERNATIF-ALTERNATIF
Kriteria penyediaan lahan didasarkan pacta kemiringan tanah 0 - 8% untuk pe
nyiapan tanah guna tanaman pangan.
Apabila didalam areal tertentu terdapat lahan dengan kemiringan 8-15% dan
kurangnya lahan dengan kemiringan 0-8% maka lahan demikian dapat diguna
kan untuk tanaman keras.
Penyiapan tanah pemukiman transmigrasi dilakukan baik di: wah kering mau
pun tanah rawa dan pasang surut, sehingga target dari masing-m~.sing dapat
disesuaikan sesuai dengan ketersediaan lahan.
Untuk menghindari erosi, sesudah pembukaan huta 1 sebesar 1 ha perlu diberi
penutup tanah ( ground cover ) - Penutup tanah ini dapat dengan mmput.
Untuk rencana peternakan, maupun dengan legiminase untuk menambah kesu
buran tanah.
:7) IMPLIKASI REGIONAL
Dengan pendekatan dan langkah-langkah ya:;g diambil u •.. lalam penyiapan pe
nyiapan tanah pemukiman trausmigrasi, teruju,dlya sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan akan memberikan implikasi Regional, diantaranya yang menonjol
ialah
- Temjudnya pusat-pusat pengembangan, baik peningkatan yang t dah ada mau
pun pertumbuh..Jn bam, yalig dapat menjamin pelayanan yang k 11ill baik ter
hadap wilayah-wilayah pengembangan.
- Terdapatnya tingkat kemudahan yang semakin meningkat pada daerah-daerah
yang kurang berkembang dengan terujudnya lingkungan kehidupan ; .. 11g ber
taraf dan berpola lebih baik.
- Pengurangan tingkat kepadatan pendudu k diuaerah asal transmigran sehingga
memberikan kemungkinan kesempatan kerja yang lebih besar serta mening·
5
katnya penghasilan dan taraf hidup rata-rata
- Peningkatan produksi didaerah-daerah yang dibub untuk pemukiman transmi
grasi serta terwujudnya pemerataan pcrgembangan daerah tujuan.
- Peningkatan mutu lingkungan kehidupan baik ditempat asal maupull ditem -
pat tujuan transmigrasi.
(8) IMPLIKASI PEMBIA Y AAN
lmplikasi pembiaya<m, akibat rencana pemerinL.Il untuk memindahkan transmi
gran sebanyak 500.000 KK pacta Pelit:• III, meningkat beberapa kali diban -
dingkan dengan jumlah biaya yang dipergunakan selama Pelita 11 .
J umlah biaya yang cukup besar ini bdum dapat seluruhnya dipenuhi melalui
APBN. Bantuan dari negeri donor masih dipe; :c~kan terutama untuJ... penyiap
an tanah.
Mengingat bahwa selain penyiapan tanah pe1 1ukiman transmigrasi masih ada
penyiapan tanah untuk resettlement, perlu diusahakan standar pembiayaan pa
cta APBN.
Biaya yang diperlukan untuk penyiapan tanah pemukiman transmigrasi sebagai
berikut
Rp. Juta $ Ribu Total Rp. Juta
1979/1980 103.400,24 138.907,46 152.611,44
1980/1981 125.284,51 53.893,49 I. I ,41
1981/1982 153.591,24 59.587,71 167.lJ~6,84
1982/1983 189.062,67 66 .. J5,54 204.897,87
198Jjl984 229.526,51 31.505,80 229.526.'51
Pelita III 800.865,17 350.000,- 893.394,07
P E N T A H A P A N NO. RUANG LINGKUP TC:'AL
79/80 - 80/81 81/82 82/83 83/84
Program Utama
1. Pembanguna;-l JalaP Penghubung 5000 Km 800 880 980 1.100 1.240
2. Pembangunan Jalan Poros 10.000 K.m 1.600 1.760 1.960 2.200 2.480
3. Pembangunan Jalan Desa 15.000 Km 2.400 2.G4o 2.940 3.300 3.720
4. Pcmbangunan Jalan Ladang/Sawah 15.000 Km 2.400 2.640 2.940 3.300 .).720 5. Penyiap;m lahan si~n olah 125.000 Ha 20.000 22.000 24.500 21-.~oo 31.000
6. Penyiapan lahan siap tanam 100.000 Ha 160.000 176.000 196.000 220.000 . 248.000 ...,
Penyiapan lahan pembibitan 37.500 Ha 6.600 7.350 8.250 9.300
8. Penyediaan lal1an 500.000 Ha 80.000 88.000 98.000 110.000 124.000 9. Penyediaan air bersih 250 bh 50 50 50 50 50
10. Pemeliharaan jalan Penghubung +Porus 12.984 Km 1.440 2.448 2./JO 3.012 3.384 o-
II Program Penunjang Utama
I. Perrncanaan Umum.f Penyus,;nan Program lim- un 30 dokumen 30 30 30 30 30
2. Per<·.:::anaan T: -~is Satuan Pengeml ~ngan 1 I 20 u.s.P: 176 196 220 248 280 ~'cr(i,c<maan TL::.,tis Jalan 16.800 Km 2.640 2.940 3.300 3.720 4.200
4. Pembinaan Peralatan 1\·rbekalan 15 dokumen 3 3 3 3 3 5. Pembinaan Pengembangan tehnologi 15 C: ··umen 3 3 3 3 3
m Progran1 : enunjang Urymm.
1. Pembin: :n tenaga kerja I 1.009 2.064 2.779 66 2.848 3.252 2. Pembinaan perlengkapan t 1m urn 250 unit 80 88 n 110 124 3. Pembinaan 1-(cmampuan keuangan p.m 4. Pembinaan l ·cngembangan Humas p.m 5. Pembinaan Pengendalian & koordinasi p.m
0 • ®
..------ SWP
.---SP
.---W PP
..---- S KP
- SWP = SATUAN WILAYAH PE NGEMBANGAN
± 7 - 10 WPP
- WPP = WILAYAH PENGEMBANGAN PARTIIL
- S K P = SATUAN KAWASAN PENGEMBANGAN
max 2000 K . K.
0 - SP = SATUAN PEML: ;<IMAN
max 500 K . K .
GAMBAR 1
GAM BAR 2 GAMBARAN SKEMATIS MENGENAI PL WBAHAN DAL· . .-<1
TAHAPAN .KEHIDUPAN
,,, ./I - I
.l' I Batas ponnulaan pukomb,ng'n IIJ " ' / i
~~~~~~MT~~
s a
f:m-:: u
Saat mulai berlakunya "akses" secara riil
Masa peralihan