PAJAK ATAS EMAS
A. Dasar Hukum
Dasar Hukum yang digunakan dalam penyerahan perhiasan emas adalah:
1. UU PPN 1984 (UU No 42/2009)
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 83/KMK.03/2002 tanggal 8 Maret 2002
3. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No KEP-168/PJ/2002 tanggal 28 Maret 2002
4. Surat Edara Direktur Jenderal Pajak No SE-12/PJ.52/2002 tanggal 28 Maret 2002
B. Pengertian
- Pengusaha Toko Emas Perhiasan adalah orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha di
bidang penyerahan emas perhiasan, berdasarkan pesanan maupun penjualan langsung, baik
produksi sendiri maupun pihak lain; yang memiliki karakteristik pedagang eceran.
- Emas Perhiasan adalah perhiasan dalam bentuk apapun yang bahannya sebagian atau
seluruhnya dari emas dan atau logam mulia lainnya, termasuk yang dilengkapi dengan batu
permata dan atau bahan lain yang melekat atau terkandung dalam emas perhiasan tersebut;
- Harga Jual Emas Perhiasan adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh Pengusaha Toko Emas Perhiasan karena penyerahan
emas perhiasan, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang dipungut dan
potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
- Kegiatan usaha yang dilakukan oleh Pengusaha Toko Emas Perhiasan meliputi;
a. Membuat dan atau menjual emas perhiasan;
b. Membuat emas perhiasan berdasarkan pesanan;
c. Menyuruh orang lain untuk membuat emas perhiasan yang akan dijual;
d. Jual beli emas perhiasan;
e. Jual beli emas perhiasan dengan batu permata;
f. Memperbaiki dan memodifikasi emas perhiasan;
g. Jasa-jasa lain yang berkaitan dengan emas perhiasan.
C. Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak
Penyerahan Emas Perhiasan oleh Pengusaha Toko Emas Perhiasan terutang PPN sebesar
10% (sepuluh persen) dari harga jual emas perhiasan.
Yang Perlu Dilakukan Oleh Pengusaha Toko Emas Perhiasan
- Pengusaha Toko Emas Perhiasan wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak.
- Pengusaha Toko Emas Perhiasan yang melakukan penyerahan emas perhiasan wajib
membuat Faktur Pajak, memungut, dan menyetor Pajak Pertambahan Nilai yang terutang,
serta melaporkannya pada Surat Pemberitahuan Masa PPN.
D. Penghitungan PPN Yang Terutang
Pengusaha Toko Emas Perhiasan dapat memilih penghitungan PPN yang terutang dengan 2
(dua) cara, yaitu:
* Menggunakan Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan PPN dengan cara sebagai berikut:
a. PPN yang terutang atas penyerahan emas perhiasan oleh Pengusaha Toko Emas
Perhiasan adalah 10% x Harga Jual Emas Perhiasan;
b. Jumlah PPN yang harus dibayar oleh Pengusaha Toko Emas adalah 10% x 20% x
jumlah seluruh penyerahan emas perhiasan
- Pajak Masukan berkenaan dengan penyerahan Emas Perhiasan yang dilakukan oleh
Pengusaha Toko Emas Perhiasan yang melakukan Nilai Lain sebagai Dasar
Pengenaan Pajak tidak dapat dikreditkan;
- Pengusaha Toko Emas Perhiasan yang memiliki lebih dari satu tempat penjualan; dan
salah satu tempat penjualan tersebut menggunakan Nilai Lain sebagai Dasar
Pengenaan Pajak (DPP), maka semua tempat penjualan yang lain wajib menggunakan
Nilai Lain sebagai DPP; dan penyerahan emas perhiasan antar tempat penjualan tidak
terutang PPN.
* Menggunakan mekanisme pengkreditan Pajak Msukan (PM) dan Pajak Keluaran (PK).
- Untuk menghitung PPN yang terutang wajib menggunakan mekanisme pengkreditan
PM terhadap PK sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000.
- Wajib memberitahukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di tempat PKP
dikukuhkan.
E. Surat Pemberitahuan Masa PPN (SPT Masa PPN)
* Pengusaha Toko Emas Perhiasan yang memilih menggunakan Nilai Lain sebagai DPP
wajib menyampaikan SPT Masa PPN ke KPP tempat PKP dikukuhkan dengan
menggunakan formulir SPT Masa PPN Pedagang Eceran (formulir 1195 PE) dan tidak
diperkenankan menggunakan Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan
* Pengusaha Toko Emas Perhiasan yang menggunakan mekanisme pengkreditan Pajak
Masukan dan Pajak Keluaran, wajib menyampaikan SPT Masa PPN ke KPP tempat PKP
dikukuhkan dengan menggunakan formulir SPT Masa PPN beserta lampiran-lampirannya
(formulir 1195) dan harus memberitahukan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Pengusaha
Toko Emas Perhiasan dikukuhkan.
F. Contoh Kasus : Pak Rudi adalah Pengusaha Kena Pajak yang bergerak dalam bidang
usaha emas dan perhiasan. Peredaran usaha pada bulan April 2013 adalah Rp. 275.000.000,-
sedangkan pembelian atas barang modal kerja di bulan yang sama adalah sebesar Rp.
245.000.000,- maka Pak Rudi wajib menghitung, menyetor sendiri serta melaporkan PPN
keluaran dan PPN Masukan atas Barang Kena Pajak (BKP) sebagai berikut :
PPN Keluaran yang dipungut dari pembeli adalah senilai 10% X Rp. 275.000.000,- = Rp.
27.500.000,-
PPN Masukan yang dapat dikreditkan adalah senilai 80% X Rp. 27.500.000,- = Rp.
22.000.000,-
PPN yang wajib disetor ke Dirjen Pajak melalui Bank yang ditunjuk adalah senilai Rp.
5.500.000,- (Rp. 27.500.000,- dikurangi Rp. 22.000.000,-).
Bapak Rudi wajib menyetorkan PPN sebesar Rp. 5.500.000,- paling lambat tanggal 31 Mei
2013, serta menyetorkan SPT Masa PPN pada masa pajak April 2013, paling lambat di
tanggal 31 Mei 2013.
PAJAK ATAS ROKOK
A. Dasar Hukum
- Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 62/KMK.03/2002 tentang “Dasar perhitungan,
pemungutan, dan penyeetoran PPN atas hasil tembakau” Pasal 2 Ayat 3
- Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor Kep-103/PJ/2002 tentang pengenaan PPN atas
penyerahan hasil tembakau
- Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 62/KMK.03/2002 Pasal 1:518
B. Objek Pajak
• Hasil tembakau yang dibuat di dalam negeri oleh Pengusaha Pabrikan Hasil Tembakau.
• Impor hasil tembakau.
C. Tarif
DPP untuk menghitung pajak terutang adalah:
• Harga jual eceran yg didalamnya sudah termasuk Cukai dan PPN.
• 75% x harga jual eceran untuk pemberian cuma-cuma.
• 50% x harga jual eceran untuk pemakaian sendiri.
• Tarif efektif PPN adalah 8,4% x Harga Jual Eceran (HJE) yang tercantum pada bandrol
kemasan produk.
Tarif PPN dapat berubah setiap tahunnya sesuai dengan Ketetapan Menteri Keuangan.
Besarnya tarif PPN tidak tergantung pada macam-macam jenis rokok maupun besar kecilnya
status perusahaan. PPN tidak hanya dikenakan pada saat penjualan hasil rokok, tetapi juga
dikenakan pada saat pembelian tembakau-cengkeh melalui distibutor atau impor dan bahan
baku lainnya atau bahan baku selain cengkeh.
D. Perhitungan PPN
Perhitungan ini meliputi Pajak Masukan dan Pajak Keluaran. Misalkan perusahaan
akan menebus pita cukai dengan harga jual eceran sebesar Rp 1 M sedangkan PPN PM Rp
50juta maka perhitungan PPN sbb :
8,4% x Rp 1 M = Rp 84.000.000,00
PPN yg disetorkan dimuka adalah
Rp 84juta – Rp 50juta = Rp 34.000.000,00
Penyerahan PPN rokok dilakukan setelah proses produksi supaya perusahaan dapat
mengkreditkan pajak masukan atas bahan baku lainnya dan pajak keluaran atas penjualan
rokok.
E. Pelaporan dan Pembayaran PPN
Pelaporannya meliputi 2 hal yaitu
1. rokok buatan tangan adalah 3 bulan dari tanggal pemesanan pita cukai
2. rokok buatan mesin adalah 2 bulan dari pemesanan pita cukai.
PPN rokok bersifat final, pembayarannya dilakukan pada saat perusahaan akan
menebus pita cukai dan disetorkan ke bank persepsi. Pungutan PPN dan cukai rokok hanya
disetorkan ke pemerintah pusat, pemerintah daerah tidak mendapat bagian dari pungutan
tersebut.
F. Cukai
Cukai merupakan pungutan atas barang-barang tertentu yang mempunyai sifat dan
karakteristik tertentu yang sudah ditetapkan dalam UU No 11 tahun 1995. Menurut jenisnya
cukai termasuk pajak tidak langsung, tapi perlakuannya lain dengan pajak tidak langsung
lainnya. Tidak semua BKP dikenakan cukai dan tarifnya juga berbeda-beda sesuai dengan
jenis barangnya. Pungutan cukai diberlakukan pada barang-barang seperti minuman
beralkohol, rokok, dll.
G. Tarif Cukai
Pengenaan tarif cukai berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan N0.89/KMK.05/2000. Tarif
cukai yang dikenakan maksimal 55%dari harga jual eceran atau bandrol. Untuk rokok,
persentase tarif cukainya tergantung pada jenis rokok, isi per batang dalam satu kemasan,
dan besar kecilnya status industri rokok itu sendiri.
H. Sifat Pemungutan Cukai
Sifat pemungutan untuk cukai adalah final. Untuk rokok buatan tangan atau tradisional
cukainya lebih rendah daripada rokok buatan mesin. Kebijakan ini ditetapkan supaya
perusahaan lebih mengutamakan tenaga manusia guna meminimalisir tingkat pengangguran.
I. Perhitungan Cukai
Untuk perhitungan cukai yg disetorkan perusahaan hanya dengan mengalikan persentase tarif
cukai dengan jumlah total harga jual eceran. Misalnya, HJE perusahaan adalah Rp 1 M, tarif
cukai 40 %. Maka cukai yg harus dibayar adalah :
40% x Rp 1 M = Rp 400juta
J. Pelaporan dan Pembayaran Cukai
Pelaporan dan pembayaran dilakukan bersamaan dengan PPN di bank persepsi. Jadi total
penyerahan pajak adalah cukai + PPN (PK)
Menurut contoh soal diatas maka total pajak adalah :
Total pajak = Rp 400juta + Rp 34juta = Rp 434juta
K. Unsur-unsur yang Mendukung Perpajakan Rokok
1. Penanggung jawab pajak yaitu orang yang diharuskan melunasi pajak (pabrikan)
2. Penanggung pajak yaitu orang yang memikul beban pajak (agen rokok)
3. Pemikul beban pajak yaitu orang yang harus memikul beban pajak (konsumen rokok)