Preeklampsia Berat
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam menentukan keberhasilan suatu pelayanan obsetri di suatu daerah tertentu
dikenal adanya: Angka Kematian Maternal (AKM),dan Angka Kematian Perinatal (AKP).
Menurut WHO, kematian maternal adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau
dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya
kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan, dibedakan menjadi
2 golongan: oleh komplikasi kehamilan dan sebab-sebab lain (associated causes)seperti:
penyakit jantung, asma, dll.
Sedangkan AKP terdiri atas jumlah anak yang tidak menunjukkan tanda hidup
waktu dilahirkan, ditambah dengan jumlah anak yang meninggal dalam minggu pertama
dalam kehidupannya, untuk 1000 kelahiran. Saat ini, negara-negara maju cenderung
menggunakan Angka Kematian Perinatal sebagai indikator atau parameter yang lebih
baik dan lebih peka dalam menilai kualitas pelayanan kebidanan di suatu daerah. Pre-
eklampsi dan eklampsia merupakan penyakit pada wanita hamil yang secara langsung
disebabkan oleh kehamilan, terutama setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan. Pre-eklampsi dan eklampsi hampir secara ekslusif merupakan
penyakit pada nulipara. Umumnya terdapat pada wanita masa subur denan umur
ekstreem, yaitu: pada wanta remaja usia belasan tahun atau pada wanita yang berumur
lebih dari 35 tahun. Pada multipara, penyakit ini biasanya dijumpai pada keadaan-
keadaan seperti antara lain: kehamilan multifetal, hidrops fetalis, penyakit vaskuler
termasuk hipertensi essensial kronis dan diabetes melitus, maupun penyakit ginjal.
Mengingat kesehatan dan keselamatan janin dalam rahim sangatlah bergantung
pada keadaan serta kesempurnaan bekerjanya sistem dalam tubuh ibu, yang mempunyai
fungsi untuk menumbuhkan hasil konsepsi dan mudigah menjadi janin cukup bulan yang
sehat, oleh karena itu pencegahan dan penangan yang tepat terhadap segala komplikasi
dan penyakit yang mungkin diderita ibu saat masa kehamilannya akan sangat
menentukan keberhasilan pelayanan kebidanan di negara tersebut.
1
Preeklampsia Berat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Pre-eklampsi dan eklampsi merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin dan pada masa nifas yang terdiri dari trias: hipertensi, proteinuri, dan edema,
yang terkadang disertai konvulsi sampai koma (eklampsi), dan ibu tersebut tidak
menunjukkan tanda kelainan vaskular atau hipertensi sebelumnya.
KLASIFIKASI
Adapun, pembagian berdasarkan tanda dan gejala, sebagai berikut:
1. Pre-eklampsia:
Ringan
Berat
2. Hipertensi essensial;
Tanpa ada komplikasi
Superimposed-pre eclampsia
3. Nefritis kronis:
Tanpa ada komplikasi
Superimposed pre eclampsia
4. Eklamsi
Murni dari pre-eklampsia
Tidak murni atau berasal dari klasifikasi no 2 dan 3.
Superimposed preeklampsia-eklampsia ialah timbulnya pre-eklampsia atau
eklampsia pada pasien yang menderita hipertensi maupun nefritis kronik, sedangkan yang
merupakan sebab langsung dari kehamilan (murni) disebut pre-eklampsi dan eklampsi.
2
Preeklampsia Berat
ETIOLOGI
Sampai saat ini, penyebab pasti dari PE-E belum diketahui dengan jelas, ada beberapa
teoriyang mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut the disease of
theory, adapun teori-teori tersebut antara lain:
1. peran Prostasiklin dan Tromboksan
pada PE-E didapatkan kerusakan pada endothel vaskuler, sehingga terjadi
penurunan produksi prostasiklin yang pada kehamilan normal mungkin
meningkat, aktvasi dan penggumpalan maupun fibrinolisis yang kemudian akan
diganti dengan thrombin dan plasmin. Thrombin akan mengkonsumsi anti
thrombin III sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi thrombosit menyebabkan
pelepasan tromboksan (TxA2) dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan
kerusakan endothel.
2. peran faktor imunologis
Pre-eklampsia sering terjadi pada kehamilan I dan tidak timbul lagi pxda
kehamilan berikutnya, dapat diterangkan bahwa pada kehamilan I terjadi
pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta dengan tidak
sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.
Fierlie F.M. (1992) mendapatkan beberapa data yang mendukung adaya
sistem imun pada penderita, antara lain:
beberapa wanita dengan PE-E memiliki komplex imun dalam serum
beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen pada
PE-E yang diikuti dengan adanya proteinuri.
Namun Stirat (1986) menyimpulkan, meskipun ada beberapa pendapat
menyebutkan sistem imun humoral dan aktvasi komplemen terjadi pada PE-E,
tetapi tidak ada bukti bahwa sistem imun bisa menyebabkan PE –E.
3
Preeklampsia Berat
3. peran faktor genetik/familial
Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian PE-E
antara lain: hanya terjadi pada manusia, terdapatnya kecenderungan
meningkatnya frekuensi PE-E pada anak dan cucu dari ibu hamil dengan riwayat
PE-E bukan pada ipar mereka, dan peran Renin-Angiotensin-Aldosteron-System
(RAAS).
PATOFISIOLOGI
Perubahan pokok yang didapat adalah spasme pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan cairan. Dengan biopsi ginjal, Altchek, dkk. (1968), menemukan
spasme hebat pada arteriol glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen areriol begitu
keclnya sehingga hanya dapat dilalui oleh sel darah merah, bila dianggapa hal ini terjadi
di seluruh tubuh maka dapat dimengerti tekanan darah yang meningkat merupakan usaha
kompensasi tubuh untuk melawan kenaikan tahanan perifer, agar oksigenisasi jaringan
tetap tercukupi. Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan
yang berlebihan dalam ruang interstisial belum diketahui sebabnya, namun telah
dibuktikan bahwa terdapat kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang
tinggi daripada kehamilan normal.
Perubahan pada Plasenta dan Uterus
Menurunnya aliran darah ke plasenta menyebabkan gangguan fungsi plasenta, pda
hipertensi yang agak lama pertumbuhan janin dapat terganggu, dan pada hipertensi akut
dapat terjadi gawat janin sampai kematian karena oksigenisasi yang terganggu. Kenaikan
tonus uterus dan kepekaan terhadap rangsang sering didapatkan pada PE sehingga sering
terjadi partus prematur.
Perubahan pada Ginjal
Disebabkan oleh menurunnya aliran darah ke ginjal, sehingga filtrasi glomerulus juga
berkurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam hubungan dengan proteinuria
dan retensi garam dan air. Mekanismenya belum diketahui dengan benar, tetapi diduga
akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi dan tingkat penyerapan
4
Preeklampsia Berat
kembali oleh tubulus. Pada kehamilan normal, penyerapan ini meningkat sesuai dengan
kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi glomerulus akibvat spasmus arteriola
ginjal menyebabkan filtrasi natrium lewat glomerulus berkurang yang menyebabkan
retensi garam dan air. Fungsi ginjal pada PE agak menurun bila dilihat dari clearance
urinacid. Filtrasi glomerulus dapat turun hingga 50% dari normal, sehingga
menyebabkan diuresis turun dan lebih lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.
Perubahan pada Retna
Pada PE tampak edema retina, spasmus setempat atau menyeluruh pada satu atau
beberapa arteri, jarang terlihat perdarahan atau eksudat. Skotoma, diplopia dan ambliopia
pada penderita PE merupakan gejala akan terjadi eklampsia.
Perubahan pada Paru.
Edema paru juga merupakan sebab utama kematian apda penderita dan komplikasi ini
umumnya disebabkan oleh dekompensasio kordis kiri.
Keseimbangan air dan elektrolit
Pada PE-E, kadar gula darah naik sementara, asam laktat dan asam organik lainnya naik,
sehingga cadangan alkali akan turun, biasanya disebabkan olah kejang-kejang. Setelah
konvulsi selesai, cadangan alkali dapat kembali pulih normal. Oleh beberapa ahli kadar
asam urat dalam darah dipakai untuk menentukan arah PE menjadi baik atau tidak setelah
diberikan penanganan.
5
Preeklampsia Berat
6
Preeklampsia Berat
GEJALA DAN TANDA
1. Pre-eklampsia ringan, bila disertai dengan keadaan, sebagai berikut:
tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, dan kenaikan
sistolik 30 mmHg atau lebih, dengan cara pemeriksaan sekurangnya 2 kali
dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam
edema umum, kaki,jari tangan, dan muka, atau kenaikan berat badan 1 kg
atau lebih per minggu.
Proteinuria kwantitaif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+ atau 2 +
pada urine kateter atau midstream.
2. Pre-eklampsi berat, bila disertai dengan keadaan sebagai berikut:
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
Proteinuria 5 gr atau lebih per liter
Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam
Gangguan cerebral, visus, dan rasa nyeri di epigastrium
Nyeri frontal yang berat
Terdapat edema paru dan sianosis.
Thrombosit < 100.000/mm3
Peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus
Perdarahan retina
Koma
DIAGNOSIS
Umumnya diagnosis ditegakkan didasarkan pada 2 dari trias tanda utama pre-eklampsia.
Namun, diagnosis juga dapat ditegakkan berdasarkan:
1. gambaran klinik: pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi,
dan timbul proteinuria. Adapun gejala subjektif seperti: sakit kepala di daerah
frontal, gangguan visus, penglihatan kabur, skotoma, diplopia,nyeri epigastrium,
7
Preeklampsia Berat
mual dan muntah. Gangguan cerebral lain: oyong, refleks meningkat, dan tidak
tenang.
2. uji diagnostik dasar: tekanan darah tinggi, refleks meningkat, analisa protein
dalam urine, pemeriksaan edema, pengukuran tinggi fundus uteri, pemeriksaan
funduskopi.
3. uji lab dasar: evaluasi hematologik (Ht, thrombosit, morfologi eritrosit pada
sediaan apus darah tepi), pemeriksaan fungsi hati (bilirubin, protein serum,
aspartat aminotransferase, dsb), pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).
4. uji untuk meramalkan hipertensi: roll-over test, pemberian infus angiotensin II.
Indikasi untuk merawat penderita pre-eklampsia di RS ialah:
tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih.
. proteinuria 1+ atau lebih
. Kenaikan berat badan 1,5 kg atau lebih dalam seminggu yang berulang.
. Penambahan edema berlebihan secara tiba-tiba.
Penilaian kondisi janin pada pre-eklampsia:
1. penilaian pertumbuhan janin: pemantauan tinggi fundus uteri, dan USG.
2. penilaian ancaman gawat janin:
pemantauan gerakan janin
non-stress tests dan contraction-stress tests
profile biofisik janin: djj terhadap gerakan janin, volume cairan ketuban,
gerakan janin, gerakan pernafasan janin, dan tonus janin.
Pemeriksaan surfaktan dalam cairan ketuban
Pemeriksaan perfusi plasenta (uterine blood flow).
Pada umumnya indikasi untuk terminasi kehamilan ialah:
8
Preeklampsia Berat
1. pre-eklampsia ringan dengan kehamilan lebih dari cukup bulan
2. pre-eklampsia dengan hipertensi dan atau proteinuria menetap selama 10-14 hari,
dan janin sudah cukup matur.
3. pre-eklampsia berat.
4. eklampsia.
PENATALAKSANAAN
a. Pencegahan:
. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti
. Manfaat aspirin, kalsium, dan lain-lain mencegah hipertensi karena kehamilan
belum terbukti.
. Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan serta diet
sehat (pembatasan kalori, cairan dan rendah garam ), dilakukan pembatasan
pemasukan cairan bila terdapat edema paru.
b. Penanganan; tujuan utamanya adalah:
. Mencegah terjadinya PE-E
. Hendaknya janin lahir hidup
. Trauma pada janin seminimal mungkin.
Pengobatan yang palin tepat ialah pengakhiran kehamilan karena tindakan tersebut
menghilangkan penyebabdan mencegah terjadinya eklampsia. Dengan bayi yang masih
prematur pneundaan pengakhiran kehamilan mungkin dapat menyebabkan eklamsi atau
kematian janin. Oleh karena itu pada penderita dilakukan alternatif pengobatan sebagai
berikut:
Pre-eklampsia berat :
9
Preeklampsia Berat
Penanganan PE berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung
dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia. Jika kehamilan <37 minggu,
tanpa tanda impending eklampsia:
Istirahat/ bed rest total
Pantau tekanan darah, proteinuria, reflex dan kondisi janin
Infus dextrose 5 % diselingi larutan RL 500 cc (60-125 cc/jam)
Antasida, diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
Obat antikejang (Mg SO4) loading dose secara i.m.
Diuretikum (tidak diberikan keculai ada edema paru, dekomp atau gagal ginjal akut)
Antihipertensi (diberikan bila tekanan darah > 180/110 mmHg
Kardiotonika (diberikan bila ada tanda payah jantung)
Jika setelah 24 jam tidak ada tanda-tanda perbaikan- dilakukan terminasi kehamilan.
Pada kehamilan > 37 minggu, ada tanda impending eklampsia:
1. Konservatif:
Sama dengan penatalaksaan di atas kecuali jika lebih dari 6 jam ada kenaikan
tekanan darah- dilakukan terminasi kehamilan, jika tidak ada tanda perbaikan atau
perburukan selama 24 jam juga dilakukan terminasi kehamilan.
2. terminasi kehamilan:
belum inpartu:
1. induksi: syarat bishop score lebih dari 5
2. sectio-caesarea: syarat oksitosin terpenuhi, 12 jam belum masuk fase aktif.
Inpartu:
1. kala I : fase laten dan pada fase aktif: setelah sama atau lebih dari 6 jam
setelah amniotomi dan pembukaan belum lengkap-dilakukan sectio sesarea.
10
Preeklampsia Berat
2. kala II: diselesaikan dengan partus buatan.
Pada pasien rawat inap yang mengalami PE berat maka penatalaksanaan, sebagai berikut:
bed rest total
obat antikejang
obat-obatan suportif
perawatan selama kejang berlangsung
perawatan selama koma
terminasi kehamilan – stabilisasi hemodinamik dan metabolisme setelah 4-8 jam
terapi
Penanganan Umum;
jika tekanan darah > 110 mmHg, berikan antihipertensi, sampai tekanan diastolik
antara 90-100 mmHg.
Pasang infus RL dengan jarum besar (16 Gauge atau lebih)
Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai overload
Kateterisasi urine untuk pengeluaran volume dan proteinuria
Jika jumlah urin<30 ml per jam: infus cairan dipertahankan, dan pantau
kemungkinan edema paru.
Jangan tinggalkan pasien sendirian
Observasi tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam
Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika pembekuan tidak
terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati.
Penanganan kejang:
beri antikonvulsan
11
Preeklampsia Berat
perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, suction, masker, oksigen).
Lindugi pasien dari kemungkinan trauma
Aspirasi mulut dan tenggorokan
Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi tredelenburg untuk mengurangi resiko
aspirasi
Beri oksigen 4-6 liter/menit
Tabel penggunaan antikonvulsan.
12
Preeklampsia Berat
BAB III
13
Preeklampsia Berat
IKHTISAR KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
ISTRI SUAMI
Nama : Ny. Sriyanti Nama : Tn. Jawari
Usia : 37 tahun Usia : 40 tahun
Bangsa : WNI Bangsa : WNI
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Pangkalan Jati No. 07.
Pondok Labu, RT 01/02
Telp : (021-759 02027)
Menikah : Selama 19 tahun
Masuk RS : 19 September 2005 Jam 23:00 WIB
Keluar RS : 23 September 2005 Jam 14.00 WIB
II. ANAMNESIS
Tanggal : 19 September 2005 Jam 23.00 WIB
Keluhan Utama :
Pasien datang atas rujukan Rumah Bersalin (Bidan Tatik) dengan inpartu dan
Preeklampsia Berat (PEB).
Keluhan Tambahan:
Pasien juga mengeluh kontraksi yang sering, bengkak pada kedua kaki,
berdebar-debar, dan agak sesak nafas.
Riwayat Penyakit Sekarang :
14
Preeklampsia Berat
Pasien mengaku telah mengalami kontraksi yang hilang timbul sejak Pk.18.00
WIB, kontraksi dirasakan semakin sering pk.21.00, lalu pasien dibawa ke
Rumah Bersalin, kemudian dirujuk ke RSMC Pk.23.00 atas indikasi PEB.
Selain itu, pasien juga mengeluh kontraksi yang sering, bengkak pada kedua
kaki, berdebar-debar, dan agak sesak nafas. Pasien melakukan ANC teratur,
setelah kehamilan 6 bulan, o.s. melakukan pemeriksaan seminggu sekali.
Sekitar 2-3 bulan yang lalu pasien mengalami peningkatan BB (dari 65 kg- 84
kg), 2 minggu yang lalu berat pasien 82 kg, namun o.s. merasa bengkak-
bengkak terutama di kaki kiri dan kanan. Sejak masa kehamilan 6 bulan o.s.
mengaku sering merasa tidak tenang/merasa berdebar, rasa pegal/ tidak enak di
pundak dan belakang leher yang tidak pernah dialami pada kehamilan
sebelumnya. Pasien sempat memeriksakan diri ke dokter kandungan didapat
TD: 160/100 mmHg, dan hasil laboratorium protein urine 3+. O.s. mengaku
pernah mendapat obat untuk mengeluarkan air (pasien lupa nama obatnya), dan
susu untuk pertumbuhan bayi.
Riwayat Haid :
Menarche : 15 tahun Siklus Haid : 28 hari
Lamanya : 3-5 hari Banyaknya : 1 - 2 pembalut/hari
HPHT : 14 Desember 2004
TP : 21 September ’05 (rumus Naegle)
UG : (B x 4) + H + K (B) : 7
19-09-05
14-12-04
H = 05 B = 9
(9x 4) + 5 + K (9) : 7 = 36 + 3.928 = 39.928
39-40 mg (aterm)
Riwayat Perkawinan :
Pernikahan pertama sejak 19 tahun yang lalu.
15
Preeklampsia Berat
Riwayat Keluarga Berencana : tidak memakai KB baik suntik maupun pil
Riwayat Kehamilan : G3P2A0
Anak I tahun 1988: laki-laki, BB:3100 gr, PB: 38 cm – di RS. Fatmawati
Anak II tahun 1994: laki-laki, BB:3100 gr,PB: 38 cm – di R.bersalin (bidan)
Anak III tahun 2005: hamil ini
Riwayat Penyakit Dahulu :
Asma, penyakit jantung, hati, paru-paru, diabetes melitus disangkal pasien
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat penyakit keluarga disangkal pasien.
Riwayat Operasi :
Tidak pernah mengikuti operasi.
Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi :
Pasien mengaku tidak pernah merokok, minum alkohol, dan tidak pernah
menggunakan narkoba. Pekerjaan wiraswasta, sangat sibuk (dari pk.02.30 –
pk.09.00) untuk membiayai keluarga, dengan status ekonomi menengah.
III. PEMERIKSAAN FISIK GENERALISATA
Tanggal 19 Agustus 2005 Jam 23.00 WIB, dirujuk oleh: Bd. Tatik
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : CM
Tanda Vital :
TD : 170/100 mm Hg
Suhu : 36,5 ºC
Nadi : 88 x / menit
Nafas : 24 x / menit
16
Preeklampsia Berat
TB/BB : 165 cm / 82 Kg
Kepala : Normocephali, rambut hitam sehat.
Mata : pupil bulat isokor, Konjungtiva Anemis -/-,
Sklera Ikterik -/-, reflex cahaya langsung +/+,
Reflex cahaya tak langsung +/+.
Bibir : Kering (-), sianosis (-)
Leher : Bentuk ukuran normal, keterbatasan gerak leher (-),
pembesaran Tiroid (-), pembesaran KGB (-).
Thorax :
1. Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di sela iga V MCL kiri
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1 S2 Murni, Murmur (-), Gallop (-)
2. Pulmo :
Inspeksi : Bentuk toraks normal, gerak nafas simetris statis
maupun dinamis.
Palpasi : Vokal phremitus teraba sama kuat pada kedua
hemitoraks
Perkusi : Sonor pada kedua hemitoraks
Auskultasi :Vesikuler, Ronkhi (-) / (-), Wheezing (-) / (-)
3. Mammae : Simetris, tidak ada benjolan, ASI (-)
Abdomen :
Inspeksi : Perut membuncit sesuai usia kehamilan, Linea nigra (+),
Striae (+).
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), tampak tegang,
Lihat status obsetri
Perkusi : Nyeri ketok (-).
Auskultasi : Bising usus (+), normal
Genital : Lihat status obstetri
Kulit : Turgor kulit baik
17
Preeklampsia Berat
Ekstrenitas : Odem +/+, akral hangat, sianosis (-), Varises -/-
IV. PEMERIKSAAN OBSTETRI
Abdomen :
Inspeksi : Membuncit sesuai masa kehamilan,
Gerakan janin aktif.
Palpasi :
. Leopold I : Tinggi fundus uteri 35-36 cm.
. Leopold II : Punggung janin kiri
. Leopold III : Bagian terbawah janin kepala.
. Leopold IV: Bagian terbawah yang sudah masuk 4/5 (HI).
Tafsiran berat janin : 3565 gram (Johnson Toschak)
His / kontraksi :
Frekuensi : 2-3 x / 10 menit
Kekuatan : Sedang
Lama : 20-40 detik
Relaksasi : 2-3 menit
DJJ : 150 x / menit, teratur
Pemeriksaan dalam :
1. Inspeksi :
Vagina : Tenang, terdapat bloody slim
Vulva dan urethra tampak tenang, tampak bloody slym
2. Inspekulo : Tidak dilakukan
3. VT : Pembukaan lengkap, portio lunak tipis,
Ketuban (+), kepala H I
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb : 14,4 g% Normal 12-16 g%
Ht : 45% Normal 37-54%
Leukosit : 15,7 rb/dl Normal 5-10 rb/dl
18
Preeklampsia Berat
Trombosit : 228 rb/dl Normal 150-400 rb/dl
B.T. : 3 menit Normal 1-5 menit
C.T. : 13 menit Normal 10-15 menit
Gol.Darah / Rh : A / +
VI. DIAGNOSIS KERJA
Ibu : G3P2A0 H 39-40 minggu dengan PEB dan suspect CPD
Janin : Janin tunggal hidup, intrauterin, presentasi kepala
VII. RENCANA PENATALAKSANAAN
A. Rencana Diagnostik
1. USG
2. CTG
3. Pemeriksaan laboratorium (urinalisis, faal ginjal dan faal hati)
B. Rencana Terapi
1. Bed rest total
2. Observasi DJJ
3. Observasi Tanda vital
Pk.23.05 : diberi Captopril (2 x 25mg), TD:170/100
mmHg, nadi: 82 x/mnt, nafas: 21 x/mnt, suhu:36,5 0C
Pk. 23.15 : TD:160/100 mmHg, nadi: 80 x/mnt, nafas:
21 x/mnt, suhu:36,5 0C
Pk. 23.25 : TD:160/90 mmHg, nadi: 78 x/mnt, nafas: 22
x/mnt, suhu:36,5 0C
4. Observasi tanda dan gejala eklampsia
5. Infus RL 500 cc, 12 tetes/menit
6. Seksio sesarea
7. Sterilisasi
8. Adalat 3x10 mg
9. Captropil 2x25 mg oral
19
Preeklampsia Berat
10. Claneksi 3x500 mg oral
11. Mefinal 3x500 mg oral
12. Disflatyl 3x1 tablet
C. Rencana Edukasi
1. Memberitahukan kepada pasien dan keluarganya tentang
prosedur tindakan seksio sesarea yang akan dilakukan.
2. Menyarankan pasien dan memberi penjelasan kepada keluarga
pasien supaya dilakukan sterilisasi mengingat resiko tinggi pada
kehamilan (usia dan PEB)
3. Memberitahukan kepada pasien supaya tidak meneran.
4. Setelah melahirkan sebaiknya mengontrol tekanan darah secara
teratur, mengatur pola hidup dan pola makan. Motivasi pasien
untuk olah raga.
VIII. PROGNOSIS
Ibu : dubia ad bonam
Janin : dubia ad bonam
IX. LAPORAN TINDAKAN
Inform Consent
23 September 2005, pk 23.30 BBWI
Operator : Dr. Bambang Fadjar, SpOG
Diagnosis pra bedah : G3P2A0 dan suspect CPD
Diagnosis post bedah : lilitan tali pusat
Jenis operasi : SC dan sterilisasi
Anestesi : Spinal
1. Pasien terlentang di meja operasi dengan spinal anestesi
2. Dilakukan tindakan a dan antisepsis pada lapisan operasi
20
Preeklampsia Berat
3. Insisi pfanensteil sekitar 12 cm dengan membuang sisa jaringan perut, dibuka
lapis demi lapis sampai peritoneum terbuka terlihat uterus gravidus sesuai
masa kehamilan.
4. Plika vesika urinaria disayat tajam dan disisihkan ke bawah.
5. Uterus disayat secara semiluner
6. Dengan meluksir kepala, lahir bayi perempuan, jam 23.48 BB 3400 gram, PB
48 cm, A/S 6/8, anus (+), cacat (-).
7. Kemudian plasenta dikeluarkan.
8. Uterus dijahit dua lapis, dilakukan reperitonealisasi.
9. Dinding abdomen ditutup lapis demi lapis.
10. Tindakan selesai.
X. CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN
Tanggal Subjektif Objektif Assessment Perencanaan
21.09.05 Kembung KU : baik
Kesadaran : CM
TD :150 / 90
N : 78 x/mnt
P : 20 x/mnt
Mata : anemis (-),
iketrus (–)
Torax : S1S2 N, m (-)
, g (–)
Sn vesikuler, Rh (-) ,
Wh (–)
ASI (+), Laktasi (-)
Abdo :
TFU 2 jbp, kontraksi
baik.
Akral hangat,odem(+)
Post SC
dengan
PEB hari I
Adalat 3x10 mg
Captropil 2x25 mg
oral
Claneksi 3x500
mg oral
Mefinal 3x500 mg
oral
Disflatyl 3x1 tablet
Bubur saring
Mobilisasi
bertahap
Observasi tekanan
darah
21
Preeklampsia Berat
22.09.05 Pusing (-),
kembung (-),
mobilisasi (+)
KU : baik
Kesadaran : CM
TD :150 / 90
N : 78 x/mnt
P : 20 x/mnt
Mata : anemis (-),
iketrus (–)
Torax : S1S2 N, m (-)
, g (–)
Sn vesikuler, Rh (-) ,
Wh (–)
ASI (+), Laktasi (-)
Abdo :
TFU 2 jbp, kontraksi
baik.
Akral hangat,odem(+)
Post SC
dengan
PEB hari II
Adalat 3x10 mg
Captropil 2x25 mg
oral
Claneksi 3x500
mg oral
Mefinal 3x500 mg
oral
Disflatyl 3x1 tablet
Nasi Biasa
Observasi tekanan
darah
Laktasi
Besok GV
23.09.05 Mulas (-),
Pusing (-),
Nyeri luka
operasi (+),
perdarahan
sedikit,
mobilitas (+)
KU : baik
Kesadaran : CM
TD :110 / 55
N : 78 x/mnt
P : 20 x/mnt
Mata : anemis (-),
iketrus (–)
Torax : S1S2 N, m (-)
, g (–)
Sn vesikuler, Rh (-) ,
Wh (–)
ASI (+), Laktasi (-)
Abdo :
TFU 4 jbp, kontraksi
baik.
Post SC
dengan
PEB hari
III
Terapi teruskan
Boleh pulang
Konsul
dr.Obsgin dan
Internis.
22
Preeklampsia Berat
Akral hangat,odem(+)
XI. RESUME
Pasien, seorang wanita berusia 37 tahun G3P2A0 H 39-40 minggu, datang
atas rujukan Rumah Bersalin (Bidan Tatik) dengan inpartu dan Preeklampsia
Berat (PEB). Pasien mengaku telah mengalami kontraksi yang hilang timbul
sejak Pk.18.00 WIB, kontraksi dirasakan semakin sering pk.21.00, lalu pasien
dibawa ke Rumah Bersalin, kemudian dirujuk ke RSMC Pk.23.00 atas indikasi
PEB. Selain itu, pasien juga mengeluh kontraksi yang sering, bengkak pada
kedua kaki, berdebar-debar, dan agak sesak nafas. Sekitar 2-3 bulan yang lalu
pasien mengalami peningkatan BB (dari 65 kg- 84 kg), 2 minggu yang lalu
berat pasien 82 kg, namun o.s. merasa bengkak-bengkak terutama di kaki kiri
dan kanan. Sejak masa kehamilan 6 bulan o.s. mengaku sering merasa tidak
tenang/merasa berdebar, rasa pegal/ tidak enak di pundak dan belakang leher
yang tidak pernah dialami pada kehamilan sebelumnya. Pasien sempat
memeriksakan diri ke dokter kandungan didapat TD: 160/100 mmHg, dan hasil
laboratorium protein urine 3+. O.s. mengaku pernah mendapat obat untuk
mengeluarkan air (pasien lupa nama obatnya), dan susu untuk pertumbuhan
bayi.
Dari pemeriksaan fisik, status generalis pasien dalam batas normal,
kecuali tekanan darah yang meningkat (170/100 mmHg), dan ditemukan oedem.
Dari pemeriksaan penunjang menunjukkan status hematologi dalam batas
normal. Sedangkan dari pemeriksaan obstetri didapatkan :perut membuncit
sesuai masa kehamilan, gerakan janin aktif, pada perabaan tinggi fundus uteri
35-36 cm,punggung janin kiri, bagian terbawah janin kepala sudah masuk 4/5
(HI), tafsiran berat janin : 3565 gr. His / kontraksi : frekuensi 2-3 x / 10 menit,
kekuatan: sedang, lama 20-40 detik, relaksasi: 2-3 menit, DJJ 150 x / menit,
teratur
Pemeriksaan dalam : vagina tenang, terdapat bloody slim, vulva dan
urethra tampak tenang, tampak bloody slym,VT: pembukaan lengkap, portio
lunak tipis, ketuban (+), kepala H I.
23
Preeklampsia Berat
Dilakukan seksio sesarea pada tanggal 19 September 2005, lahir bayi
perempuan, jam 23.48 BB 3400 gram, PB 48 cm, A/S 6/8, anus (+), cacat (-).
Selama perawatan tidak terjadi komplikasi yang serius pada pasien, hanya
ditemukan tekanan darah yang tetap tinggi dua hari masa nifas. Pasien dan bayi
dipulangkan tanggal 23 September 2005 dalam keadaan baik.
24
Preeklampsia Berat
BAB IV
ANALISIS KASUS
Diagnosis PEB pada Ny. Sriyanti, usia 37 tahun, G3P2A0 Hamil 39-40 minggu ditegakkan
berdasarkan data – data berikut ini :
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien G3P2A0 hamil 39-40 minggu mengaku telah mengalami kontraksi yang
hilang timbul sejak Pk.18.00 WIB, kontraksi dirasakan semakin sering pk.21.00,
lalu pasien dibawa ke Rumah Bersalin, kemudian dirujuk ke RSMC Pk.23.00
atas indikasi PEB. Selain itu, pasien juga mengeluh kontraksi yang sering,
bengkak pada kedua kaki, berdebar-debar, dan agak sesak nafas. Sekitar 2-3
bulan yang lalu pasien mengalami peningkatan BB (dari 65 kg- 84 kg), 2
minggu yang lalu berat pasien 82 kg, namun o.s. merasa bengkak-bengkak
terutama di kaki kiri dan kanan. Sejak masa kehamilan 6 bulan o.s. mengaku
sering merasa tidak tenang/merasa berdebar, rasa pegal/ tidak enak di pundak
dan belakang leher yang tidak pernah dialami pada kehamilan sebelumnya.
Pasien sempat memeriksakan diri ke dokter kandungan didapat TD: 160/100
mmHg, dan hasil laboratorium protein urine 3+.
Riwayat Haid :
Menarche : 15 tahun Siklus Haid : 28 hari
Lamanya : 3-5 hari Banyaknya : 1 - 2 pembalut/hari
HPHT : 14 Desember 2004
TP : 21 September ’05 (rumus Naegle)
UG : (B x 4) + H + K (B) : 7
19-09-05
14-12-04
H = 05 B = 9
= 39.928 39-40 mg (aterm)
25
Preeklampsia Berat
Riwayat Kehamilan : G3P2A0
Anak I tahun 1988: laki-laki, BB:3100 gr, PB: 38 cm – di RS. Fatmawati
Anak II tahun 1994: laki-laki, BB:3100 gr,PB: 38 cm – di R.bersalin (bidan)
Anak III tahun 2005: hamil ini
PEMERIKSAAN FISIK
TD : 170/100 MMhG
Ektremitas : oedem
PEMERIKSAAN OBSTETRI
Sedangkan dari pemeriksaan obstetri didapatkan :perut membuncit sesuai
masa kehamilan, gerakan janin aktif, pada perabaan tinggi fundus uteri 35-36
cm,punggung janin kiri, bagian terbawah janin kepala sudah masuk 4/5 (HI),
tafsiran berat janin : 3565 gr. His / kontraksi : frekuensi 2-3 x / 10 menit,
kekuatan: sedang, lama 20-40 detik, relaksasi: 2-3 menit, DJJ 150 x / menit,
teraturPemeriksaan dalam : vagina tenang, terdapat bloody slim, vulva dan
urethra tampak tenang, tampak bloody slym,VT: pembukaan lengkap, portio
lunak tipis, ketuban (+), kepala H I.
Hal ini sesuai dengan dasar teori yang menunjukkan bahwa pada pre-eklampsia
berat ditemukan tanda dan gejala seperti: TD: 160/110 atau lebih dan edema menyeluruh
(anasarka), juga terdapat proteinuria 3 +. Selain itu pasien juga mengalami peningkatan
berat badan 19 kg dalam 12 minggu, sehingga kira-kira kenaikan badan pasien 1,5 kg/
minggu. Rasa tidak enak di kepala dan jantung berdebar-debar juga merupakan gejala
tambahan dari PEB yang mungkin disebabkan karena tekanan darah yang tinggi. PEB
bukan indikasi untuk dilakukan sectio sesarea, namun karena keadaan tekanan darah yang
cukup tinggi dan pasien tidak merespon efek kerja obat (diuretik), selain itu dibarengi
dengan tanda-tanda inpartu, juga suspect bayi besar, maka sectio sesearea dilaksanakan
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi pada ibu dan janin.
26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan tanda dan gejalanya Pre-eklampsia dibedakan menjadi : Pre-
eklampsia ringan dan berat, dengan trias: hipertensi, oedem menyeluruh,
dan proteinuria yang terjadi pada masa kehamilan > 20 minggu
Pada setiap ibu hamil dengan resiko tinggi diharapkan untuk melakukan
antenatal care yang teratur sehingga apabila didapat tanda-tanda kegawatan
bagi ibu dan janinnya dapat dilakukan intervensi sedini mungkin.
Terapi bagi pasien dengan Pre-eklampsia berat dengan hamil aterm adalah
bed rest total, observasi tanda vital, observasi tanda-tanda yang mengarah
kepada eklampsia, dan diberikan obat-obat antihipertens, diuretik agar
memungkinkan ibu untuk menjalani persalinan secara normal
Apabila keadaan ibu membaik setelah terapi atau medikamentosa, maka
persalinan dapat berjalan normal (per vaginam), atau dengan bantuan
forceps maupun vakum bila syarat-syarat foceps dan vakum telah
terpenuhi.
Jika keadaan ibu tidak membaik, dan terdapat faktor resiko lain yang
mungkin menjadi penyulit bagi persalinan ibu (seperti: CPD, lilitan tali
pusat), maka dilakukan sectio secarea untuk terminasi kehamilan.
Setelah pulih dari operasi dan pulang ke rumah, pasien disarankan untuk
terus memantau atau melakukan check-up secara teratur disertai dengan
melaksanakan pola hidup yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, F Gary, MD et al. Williams Obstetrics 21st edition. McGraw-Hill. 2001.
2. DeCherney, Alan H, Martin L Pernoll. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis and
Treatment 8th edition. Lange. 1994.
3. Mansjoer Arif, Triyanti Kuspuji, Savitri Rakhmi, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi
ketiga. Media Aesculapius. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Wiknjosastro G.Hanifa, Saifuddin Abdul Bari, Trijatmo R.Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2000..
5. Hoedono ST, Moeloek, FA; Penyakit dan kelainan alat kandungan, dalam Sarwono Prawiro
Hardjo; ilmu Kebidanan; cetakan IV;edisi III; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro
Hardjo;Jakarta, 1997;hal 425-427.
6. Wilson, J.R, Ledger,W.J,Obstetrics & Gynaecology 7th edition, The CV Mosby
Company:10\983, page:651-652.
7. Mochtar, Rustam. Prof. Dr., MPH. Sinopsis Obstetri jilid I edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. 1998.
8. Saifuddin, Abdul Bari. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
edisi I cetakan VII. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2004.