PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
By: Asroful Kadafi
Konsep Dasar Program Bimbingan dan Konseling
Program bimbingan dan konseling diartikan seperangkat
kegiatan bimbingan dan konseling yang dirancang secara terencana,
terorganisasi, terkoordinasi selama periode waktu tertentu dan
dilakukan secara kait mengkait untuk mencapai tujuan.
Pengurus Besar IPBI (2001: 2) mendefinisikan program
bimbingan dan konseling sebagai satuan rencana keseluruhan
kegiatan bimbingan dan konseling yang akan dilaksanakan pada
periode waktu tertentu, seperti periode bulanan, semester, tahunan.
Romlah (1990) mengemukakan bahwa dalam melakukan
perencanaan awal program bimbingan konseling harus diarahkan
untuk menjawab tiga pertanyaan dasar yaitu:
1. Apakah kebutuhan-kebutuhan bimbingan untuk siswa?
2. Sejauh manakah kebutuhan-kebutuhan itu dapat dipenuhi
dengan kondisi yang ada sekarang?, dan
3. Bagaimana sekolah dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
tersebut dengan lebih baik?.
Keuntungan yang dapat diperoleh dari program yang baik antara lain:
1. Tujuan setiap kegiatan bimbingan akan iebih jelas.
2. Memungkinkan para petugas bimbingan untuk menghemat waktu, tenaga, dan
biaya, dengan menghindarkan kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi, dan
usaha coba-coba yang tidak menguntungkan.
3. Pemberian peisyanan bimbingan Iebih teratur dan memadai. Siswa-siswa akan
menerima pelayanan bimbingan secara seimbang dan menyeluruh, baik dalam
hal kesempatan, ataupun dalam jenis pelayanan bimbingan yang diperlukan.
4. Setiap petugas bimbingan akan menyadari peranan dan tugasnya masing-
masing dan mengetahui pula bilamana dan di mana mereka harus bertindak,
dalam pada itu para petugas bimbingan akan menghayati pengalaman yang
sangat berguna untuk kemajuannya sendiri dan untuk kepentingan siswa-
siswa yang dibimbingnya.
5. Penyediaan fasilitas akan Iebih sempurna dan dapat dikontrol.
6. Memungkinkan Iebih eratnya komunikasi dengan berbagai pihak yang
berkepentingan dengan kegiatan bimbingan.
7. Adanya kejelasan kegiatan bimbingan dari antara keseiuruhan kegiatan
program sekolah
Tujuan Penyusunan Program
Juntika (2002: 85) tujuan penyusunan program bimbingan dan
konseling adalah adanya kejelasan arah pelaksanaan program,
adanya kemudahan mengontrol dan mengevaluasi kegiatan, dan
terlaksananya program kegiatan secara lancar, efisien, dan efektif.
Sedangkan menurut Pengurus Besar IPBI (2001: 3) tujuan
penyusunan program bimbingan dan konseling ialah agar Guru
Pembimbing memiliki pedoman yang pasti dan jelas, sehingga
kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah dapat terlaksana
dengan lancar, efektif dan efisien, serta hasil-hasilnya dapat dinilai
Prayitno (2000) mengemukakan beberapa keuntungan disusunnya
suatu program, yaitu:
1. Memungkinkan Guru Pembimbing untuk menghemat waktu,
usaha, biaya, dengan menghindarkan kesalahan-kesalahan yang
mungkin terjadi, dan usaha coba-coba yang tidak
menguntungkan.
2. Siswa asuh akan menerima pelayanan bimbingan dan konseling
secara seimbang dan menyeluruh, baik dalam hal kesempatan,
bidang bimbingan dan jenis-jenis layanan bimbingan yang
diperlukan.
3. Setiap Guru Pembimbing mengetahui peranannya masing-
masing dan mengetahui pula bilamana dan dimana harus
bertindak, dalam pada itu Guru Pembimbing akan menghayati
pengalaman yang sangat berguna untuk kemajuannya sendiri dan
untuk kepentingan siswa-siswa asuhnya.
Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyusunan program
bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan kebutuhan bagi pengembangan peserta didik sesuai dengan
kondisipribadinya.sertajenjang dan jenis pendidikannya.
2. Lengkap dan menyeluruh, artinya memuat segenap fungsi bimbingan.
Kelengkapan program ini disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik
peserta didik pada satuan pendidikan yang bersangkutan.
3. Sistematik, dalam arti program disusun menurut urutan logis, tersinkronisasi
dengan menghindari tumpang tindih yang tidak periu, serta dibagi-bagi
secara logis.
4. Terbuka dan iuwes, artinya mudah menerima masukan untuk pengembangan
dan penyempumaan, tanpa harus merombak program itu secara menyeluruh.
5. Memungkinkan kerja sama dengan pihak yang terkait dalam rangka sebesar-
besamya memanfaatkan berbagai sumberdan kemudahan yang tersedia
bagikelancaran dan keberhasilan pelayanan BK.
6. Memungkinkan diselenggarakannya penilaian dan tindak lanjut untuk
penyempumaan program pada khususnya dan peningkatan efektivitas dan
efisiensi penyelenggaraan program BK pada umumnya.
Harold J. Burbach & Larry E. Decker (1977: 198) mengemukakan langkah-
langkah dalam suatu perencanaan sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan yang akan dicapai.
2. Menganalisis tentang sumber-sumber dan kendala yaitu yang berhubungan
dengan personil, sikap, biaya, peraturan-peraturan, fasilitas, dan waktu.
3. Menganalisis tentang kebutuhan-kebutuhan.
4. Menentukan tujuan-tujuan yang lebih spesifik dan dapat diukur.
5. Menentukan prioritas.
6. Menentukan strategi-strategi dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan tujuan-tujuan yang spesifik.
7. Mengadakan evaiuasi terhadap perencanaan yang mencakup: (a) untuk
melihat sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dicapai, dan (b) untuk melihat
sejauh mana kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan itu dilaksanakan.
8. Mengadakan beberapa perubahan yang periu untuk perbaikan program.
Dalam penyusunan program bimbingan dan konseling ada
beberapa aspek yang seharusnya mendapatkan penekanan,
yaitu:
1. tujuan,
2. kebutuhan-kebutuhan siswa,
3. materi dan kegiatan layanan yang diberikan,
4. kegiatan evaiuasi,
5. sumber daya manusia, dan
6. sarana danprasarana.
Program bimbingan dan konseling yang periu dibuat guru
pembimbing guna merencanakan kegiatan bimbingan antara lain:
1. Program harian, yaitu program yang langsung diadakan pada
hari-hari tertentu dalam satuminggu,
2. Program mingguan, yaitu program yang akan dilaksanakan
secara penuh untuk kurun waktu satu minggu tertentu dalam
satu bulan.
3. Program bulanan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara
penuh untuk kurun waktu satu bulan tertentu dalam satu
caturwulan.
4. Program semester, yaitu program yang akan dilaksanakan
secara penuh untuk kurun waktu satu semester tertentu dalam
satu tahun ajaran.
5. Program Tahunan, yaitu program yang akan dilaksanakan
secara penuh untuk kurun waktu satu tahun tertentu dalam satu
jenjang sekolah
Program bimbingan dan konseling untuk setiap periode disusun
dengan memperhatikanunsur-unsur:
1. Kebutuhan siswa dan kebutuhan masyarakat/lingkungan yang
diperoleh melalui assesment peserta didik dan assesment
lingkungan.
2. Jumlah siswa asuh yang wajib dibimbing
3. Guru Pembimbing 150 orang (minimal) sampai 225 orang
(maksimai) sesuai SKB Mendikbud dan Kepala BAKN No.
0433/P/1993 dan No. 25 tahun 1993. Kepala Sekolah yang
berasal dari Guru Pembimbing 40 orang, dan Wakil Kepala
Sekolah yang berasal dari Guru Pembimbing 75 orang.
4. Bidang-bidang bimbingan: pribadi, sosiai, belajar, dan karir,
5. Jenis-jenis layanan: layanan orientasi, informasi, penempatan
dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan,
bimbingan kelompok, konseling kelompok, konsultasi dan
mediasi.
6. Kegiatan pendukung: aplikasi instrumentasi, himpunan data,
konferensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus.
7. Volume kegiatan yang diperkirakan antara 4% s.d. 25% pada
kegiatan berikut diatur secara porposional. Kegiatan layanan
terdiri: layanan orientasi, layanan informasi, layanan
penempatan dan penyaluran, layanan pembelajaran, layanan
konseiing perorangan, layanan bimbingan kelompok, layanan
konseling kelompok, iayanan konsultasi, dan layanan mediasi.
Dan kegiatan pendukung terdiri: aplikasi instrumentasi,
himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, dan alih
tangan kasus. Kegiatan ini semua tergantung pada kondisi
sekolah, kebutuhan dan masalah.
8. Frekuensi layanan: guru pembimbing dalam satu minggu wajib
memberikan minimal sembilan kali kegiatan layanan bimbingan
dan konseling.
9. Lama kegiatan: setiap kegiatan (kegiatan layanan dan
pendukung) bertangsung sesuai dengan kebutuhan.
10. Waktu kegiatan: kegiatan layanan dan pendukung dilaksanakan
pada:
• Jam pelajaran sekolah, digunakan khusus untuk format klasikal.
• Di luar jam pelajaran sekolah sampai 50 % dari seluruh
kegiatan bimbingan dan konseling
11. Kegiatan khusus: pada semester pertama setiap tahun ajaranbaru diselenggarakan layanan orientasi kelas/sekolah, danhimpunan data bagi siswa baru.
12. Ekuivalensi: setiap kali penyelenggaraan jenis layanan/kegiatanpendukung bimbingan dan konseling diakui setara dengan 2 jampelajaran
Miller (1961) menyampaikan beberapa prinsip pokok penyusunan program
sebagai berikut:
1. Program bimbingan itu hendaknya dikembangkan secara berangsur-angsur
atau tahap demi tahap dengan melibatkan semua unsur atau staf sekolah
dalam perencanaannya.
2. Program bimbingan harus memiliki tujuan yang ideal dan realistis dalam
perencanaannya.
3. Program bimbingan hendaknya mendorong komunikasi yang terus menerus
antara unsur atau anggota staf sekolah yang bersangkutan.
4. Program bimbingan hendaknya menyediakan atau memiliki fasilitas yang
diperiukan.
5. Program bimbingan hendaknya saling berhubungan dengan program
pendidikan dan pengajaran.
6. Program bimbingan hendaknya memberikan pelayanan kepada semua siswa.
7. Program bimbingan hendaknya menunjukkan peranan yang penting dalam
menghubungkan dan mengintegrasikan sekolah dengan masyarakat.
8. Program bimbingan hendaknya memberikan kesempatan untuk
melaksanakan peniiaian terhadap din sendiri.
9. Program bimbingan hendaknya menjamin keseimbangan
pelayanan bimbingan dalam hal:
a. Pelayanan kelompok dan pelayanan individual.
b. Pelayanan yang diberikan oleh berbagai jenis petugas
bimbingan.
c. Studi individual dan konseling individual.
d. Penggunsan alat pengukur atau teknik pengumpul data yang
obyektif maupunsubyektif.
e. Pemberianjenis-jenis bimbingan
f. Pemberian bimbingan tentang berbagai program sekolah.
g. Penggunaan sumber-sumber di dalam maupun di luar
sekolah.
h. Kebutuhan individual dan kebutuhan masyarakat luas.
i. Kesempatan untuk berpikir, merasa, dan berbuat.
Gysbers dan Henderson (2006) bahwa tahap penyusunan
program meliputi 4 tahap yaitu:
1. Perencanaan (planning),
2. Penyusunan (designing),
3. Pelaksanaan (implementing), dan
4. Penilaian (evaluating).
Perencanaan (planning).
1.Meneliti kebutuhan/masaiah siswa yang sesuai dengan tugas
perkembangannya sehingga dapat dipergunakan sebagai ancangan
penyusunan program bimbingan konseling komprehensif.
2.Mengklasifikasi tujuan-tujuan yang ingin dicapai dengan
memperhatikan tujuan baik yang bersifat umum maupun tujuan
khusus, atau juga tujuan program bimbingan konseling yang
bersifat pencegahan, pengentasan masalah, dan pengembangan.
3.Membuat batasan jenis program yang akan dibuat.
4.Meneliti jenis-jenis program yang sudah ada dengan tujuan agar
tidak terjadi duplikasi program yang akan disusun.
5.Mengupayakan dukungan dan kerjasama dan staf sekolah, orang
tua dan masyarakat.
6.Menentukan prioritas program
Tahap penyusunan program (designing)
Pada tahap ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pengembang
program adalah:
1. Merumuskan tujuan-tujuan program secara operasional dalam
bentuk kegiatan-kegiatan yang dapat diukur hasilnya.
2. Memilih strategi pelaksanaan program yang sesuai dengan
kondisi dan situasi sekofah yang bersangkutan.
3. Menjabarkan komponen-komponen program.
4. Menganalisis kemampuan staf sekolah.
5. Mengadakan peningkatan kemampuan atau pengembangan staf
pelaksanaan program,
Tahap Pelaksanaan Program (Implementing)
Pada tahap ini kegiatan-kegiatan yang diSakukan adalah sebagai
berikut:
1. Mengindentifikasi sumber-sumber yang diperlukan yang
meliputi manusia, sarana, prasarana, dan waktu.
2. Membuat instrument pengukuran keberhasilan petaksanatn
program
3. Melaksanakan program dan menyesuaikan program dengan
pelaksanaan program-program sekolah yang lain.
4. Mengadakan perubahan atau perbaikan program berdasarkan
hasil penilaian yang dilakukan.
Pada tahap penilaian, kegiatan yang dilakukan adatah:
1. Menentukan komponen-komponen program yang akan dinilai.
2. Memilih model penilaian program yang akan digunakan.
3. Memilih instrumen penilaian.
4. Menentukan prosedure pengumpulan data.
5. Meneiptakansistemn monitoring pelaksanaan program.
6. Menyajikan data, analisis, dan laporan hasil penilaian
Dalam perencanaan program bimbingan dikenal dengan tiga
macam model penyusunan program yaitu:
1. Model konvensional,
2. Model PPBS, dan
3. Model komprehensif.
Sumber:Sugiyo. 2011. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Semarang: Widya Karya