1
PROGRAM PENINGKATAN KETAHANAN EKONOMI MASYARAKAT MISKIN
YANG MENJADI BURUH MIGRANT DI 12 DESA LINGKAR HUTAN TAMAN
NASIONAL RINJANI DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR, MELALUI
PENGEMBANGAN BISNIS BERBASIS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM
YANG BERKELANJUTAN & SENSITIVE GENDER
ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN SEJARAH BURUH MIGRAN
DESA TETEBATU KECAMATAN SIKUR
DISUSUN OLEH
KONSORSIUM ADBMI AND FRIENDS
LOMBOK TIMUR
Jln. Diponegoro No. 27 Selong
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan taufik hidayah
serta inayah-Nya penulisan kajian sosial ini bisa diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW sampai kemudian hari, amin Ya Robbal Alamin.
Adapun tahapan kegiatan pengumpulan data baik data primer maupun data sekunder yang
dilakukan antara lain melalui wawancara semi-terstruktur dari sumber sumber informasi di desa
bersangkutan terutama para pelaku migrasi, Pemerintah Desa dan para pihak yang dianggap relevan
dalam program kegiatan yang dilakukan oleh ADBMI & Friends. Selain itu juga dilakukan berbagai
pertemuan yang dikemas dalam diskusi komunitas dan lokakarya desa untuk melakukan proses
triangulasi data yang diperoleh di lapangan. Selain metode wawancara semi-terstruktur juga dipadukan
dengan metode PRA sehingga data yang dihasilkan diyakini akan lebih valid.
Hasil kajian ini nantinya diharapkan dapat menjadi rujukan oleh para pihak terutama pelaksana
program ADBMI & Friends untuk mengintervensi kegiatan program yang akan dilaksanakan dan
merupakan data condition preseden yang dibutuhkan.
Terimakasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung sehingga
tersusunnya dokumen kajian ini dan semoga dapat dimanfaatkan oleh semua pihak untuk kepentingan
pemeberdayaan maupun pembangunan yang dilaksanakan di Desa Tetebatu khususnya dan Kabupaten
Lombok Timur pada umumnya.
Penyusun,
ttd
Turmawazi
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................................i
DAFTAR ISI. ........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................................1
A. Latar Belakang .....................................................................................................................1
B. Tujuan ..................................................................................................................................1
C. Glosari ..................................................................................................................................2
D. Proses dan metodologi Ansos ..............................................................................................2
BAB II SEJARAH DESA ......................................................................................................................3
BAB III KONDISI GEOGRAFI .............................................................................................................4
A. Demografi ............................................................................................................................4
B. Kondisi Perekonomian .........................................................................................................5
C. Kondisi Infrasutruktur ..........................................................................................................7
D. Kondisi social budaya ..........................................................................................................9
E. Kehidupan social perempuan ...............................................................................................10
F. Pemerintahan Dan Kelembagaan Desa ................................................................................10
BAB IV SEJARAH MIGRASI TETEBATU ..........................................................................................14
A. Peletak Sejarah Migrasi .......................................................................................................14
B. Time line migrasi .................................................................................................................14
C. Factor penyebab migrasi ......................................................................................................15
D. Biaya migrasi .......................................................................................................................15
E. Proses dan jalur migrasi .......................................................................................................16
F. Perubahan pasca migrasi ......................................................................................................16
G. Ukuran kesuksesan migrasi ..................................................................................................17
H. Pandangan masyarakat terhadap buruh migrant perempuan ................................................17
BAB V KEMISKINAN ...........................................................................................................................18
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................................................................19
A. Kesimpulan ..........................................................................................................................19
B. Rekomendasi .......................................................................................................................21
BAB VII PENUTUP ..............................................................................................................................22
Lampiran-lampiran
lampiran 1. Peta Desa
Lampiran 2. Data Bmi Desa Tetebatu
Lampiran 3. Data Penerima Manfaat
lampiran 4. Data Tabulasi 100 penerima manfaat
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Migrasi merupakan salah satu alternatif primadona bagi warga yang ingin mengubah
kehidupannya dan keluarganya di tengah sulitnya memperoleh pekerjaan di negeri sendiri. Bukan
hanya saat ini bahkan sudah berpuluh-puluh tahun lalu ternyata sudah banyak warga yang sudah
bermigrasi. Tak terkecuali Desa Tetebatu yang berada di bawah kaki Gunung Rinjani yang juga
merupakan salah satu destinasi wisata yang dimiliki Lombok Timur. Akan tetapi keuntungannya
tidak bisa dirasakan oleh banyak warga yang ada di desa tersebut, karena berbagai faktor di
antaranya yang sangat mendasar adalah faktor skill dan pendidikan. Sehingga hanya dinikmati oleh
kalangan yang mempunyai skill, pendidikan dan modal yang cukup saja.
Sementara mereka yang tidak memiliki keterampilan dan kemampuan terpaksa harus
bermigrasi demi mencukupi kebutuhan keluaraganya. Dan demi merubah hidup yang lebih layak,
demi membangun tempat tinggal yang lebih nyaman, juga demi mendapatkan fasilitas seperti yang
dimiliki oleh orang lain. Migrasi warga di Desa Tetebatu, tidak satu atau dua kali bahkan juga
berulang-ulang kali, terus menerus.
Melihat fenomena migrasi yang demikian ADBMI & Friends melalui program Kemakmuran
Hijau atau Green Prosperity Project MCA-Indonesia memilih Desa Tetebatu menjadi salah satu desa
binaan yang diprogramkan untuk mengembangkan ekonomi rumah tangga buruh migran. Sehingga
buruh migran serta keluarganya tidak hanya memanfaatkan remittance dengan tata kelola yang
konsumtif tetapi juga memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada sebagai sumber pendapatan
lainnya.
B. Maksud dan Tujuan
Penyusunan Dokumen Kajian Ekonomi dan Sosial Desa Tetebatu berbasis masyarakat ini
bertujuan untuk:
a) Mengidentifikasi dampak migrasi pada masyarakat dari sisi ekonomi, sosial dan budaya
berbasis pengelolaan sumber daya alam yang sensitif gender.
b) Sebagai panduan masyarakat dan Pemerintah Desa serta para pihak dalam pengentasan
kemiskinan BMI dan keluarganya melalui pengembangan bisnis alternatif yang sensitif gender.
C. Daftar Istilah
1. Tenaga Kerja Indonesia (disingkat TKI) adalah sebutan bagi warga negara Indonesia yang
lowlife dan unskill yang bekerja di luar dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu
dengan menerima upah.
6
2. Gender adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk
secara sosial maupun budaya.
3. Sensus merupakan penghitungan jumlah penduduk, ekonomi dan sebagainya yang dilakukan
oleh pemerintah dalam jangka waktu tertentu, dilakukan secara serentak, dan bersifat
menyeluruh dalam suatu batas negara untuk kepentingan demografi negara yang
bersangkutan.
4. Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih memerlukan
adanya suatu pengolahan baik berupa suatu keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika,
bahasa ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat
lingkungan, obyek, kejadian ataupun suatu konsep.
5. Profil adalah sebuah gambaran singkat tentang seseorang, organisasi,benda lembaga ataupun
wilayah.
6. Letak geografis adalah letak suatu wilayah atau negara sesuai dengan kenyataannya di
permukaan bumi dan didasarkan pada keadaan alam di sekitarnya.
7. Migrasi adalah perpindahn penduduk dari satu tempat ke tempat lain
8. Konservasi adalah upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan
dan sumber daya alam.
9. Definisi buruh migran atau pekerja migran adalah orang yang bermigrasi atau berpindah dari
wilayah kelahiran atau lokasi tinggal yang bersifat tetap untuk keperluan bekerja.
10. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats)
dalam suatu proyek bisnis/perusahaan atau suatu spekulasi bisnis.
D. Proses dan Metodelogi Pelaksanaan Analisa Sosial
dalam mendapatkan berbagai data yang terdapat dalam kajian analisa sosial (Ansos) ini
kami melaksanakan berbagai proses dan metodelogi pengumpulan data antara lain:
1. Interview door to door komunitas BMI;
2. Kunjungan dan pendampingan kepada tokoh masyarakat, perempuan, pemuda dan tokoh adat;
3. Survey dan assesment kepada warga penerima manfaat;
4. Komunikasi dan koordinasi bersama Pemerintah Desa dan Dusun;
5. Diskusi Komunitas untuk Database I dan II;
6. Lokakarya Desa untuk Database;
7. Live in dan observasi lokasi binaan.
7
BAB II
SEJARAH DESA
Desa Tetebatu merupakan salah satu desa pemekaran dari desa induknya yaitu Kotaraja,
Kotaraja sendiri pada saat itu dibagi dalam dua wilayah yakni Kotaraja Utara meliputi Tetebatu dan
Kembang Kuning dipimpin oleh Mamiq Rumilang sementara Kota Raja Selatan terdiri dari Kota Raja
dan Loyok. Dan pada tahun 1969, Tetebatu mekar menjadi desa tersendiri yang dipimpin oleh Kepala
Desa perdana yakni Amaq Masri.
Penamaan Desa Tetebatu sendiri diambil dari adanya sebuah Tetebatu yang berada di sebelah
timur Dusun Tetebatu. Tete dalam bahasa Indonesia artinya jembatan dan batu sendiri adalah batu, jadi
Tetebatu menurut bahasa artinya jembatan batu. Akan tetapi keberadaan jemabatan batu tersebut secara
pasti tidak ada yang mengetahuinya. Dari cerita seorang guru dari Kotaraja mengatakan bahwasanya
tete batu tersebut dibuat oleh seorang datu dari Kotaraja yang waktu itu pergi berburu hewan ke hutan
dan melewati daerah Pancor Yebo (Lingsar) ketika dia menyebrang terjadi banjir disungai tersebut dan
berinisiatif mengambil batu menjadi titiannya.
Ada beberapa alasan pemekaran Desa Tetebatu dari Desa Kotaraja adalah:
1. Penduduk Tetebatu yang cukup padat;
2. Jarak tempuh ke kantor desa yang cukup jauh;
3. Penolakan penduduk di Tetebatu, yang tanah-tanahnya banyak dikuasai oleh orang-orang
Kotaraja dan Tetebatu merasa terjajah.
8
BAB III
KONDISI GEOGRAFIS
Desa Tetebatu merupakan salah satu Desa yang berada di wilayah Kecamatan Sikur Kabupaten
Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat dan berbatasan langsung dengan kawasan Taman
Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Dilihat dari letak geografis wilayahnya, Desa Tetebatu berada di
ketinggian 700/9000 mdpl dengan topografi wilayah berbukit yang digunakan untuk areal persawahan,
perkebunan dan pemukiman warga. Curah hujan rata-rata 4000 mm/tahun dengan jumlah curah hujan 6
bulan dan suhu rata-rata hariannya 250 C. Secara administratif, Desa Tetebatu terdiri dari 5 Dusun, ddan
40 RT, yaitu: Dusun Tetebatu (12 RT), Orong Gerisak (8 RT), Lingkung Daye (5 RT), Lingkung Lauk
(9 RT) dan Kembang Seri (6 RT). Luas wilayah Desa Tetebatu sekitar 8.098,8 Ha. Dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut:
Utara Desa Jeruk Manis dan TNGR
Selatan Desa Tetebatu Selatan
Timur Desa Kembang Kuning dan Jeruk Manis
Barat Desa Tetebatu Selatan
Jarak Desa Tetebatu dari ibukota kecamatan sekitar 14 km, dapat ditempuh sekitar 30 menit
dengan menggunakan kendaraan bermotor. Sedangkan dari ibukota kabupaten Desa Tetebatu ini
berjarak sekitar 24 km dan berjarak 46 km dari ibukota provinsi. Untuk mencapai desa ini dapat
menggunakan kendaraan bermotor maupun angkutan umum.
A. Demografi
1. Penduduk
Menurut data Profil Desa Tetebatu tahun 2016, jumlah penduduk di Desa Tetebatu tercatat 8.596
jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga 2.635 KK, yang terdiri atas laki-laki 4.009 jiwa dan
perempuan 4.587 jiwa.
2. Kondisi Perekonomian
Kondisi perekonomian Desa Tetebatu dengan bentang alamnya yang kaya berpotensi sebagai
destinasi wisata alam yang telah cukup lama menjadi tujuan turis mancanegara. Berbanding
terbalik dengan mata pencaharian warga. Mata pencaharian yang banyak mereka lirik adalah
sebagai TKI ke luar negeri, sementara keluarga yang ditinggalkan berprofesi sebagai petani,
buruh tani, peternak, buruh ternak, pedagang dan pemandu wisata. Akan tetapi yang disebutkan
dua terakhir, jumlahnya haanya bisa dihitung dengan jari. Hal yang membuat kondisi demikian
adalah faktor kepemilikan lahan yang sangat minim dari warga sekitar, ketrampilan dan tata
pengelolaan yang belum mumpuni.
9
Kondisi perekonomian warga penerima manfaat program baik berdasarkan pekerjaan dan
penghasilan dapat digambarkan melalui grafik berikut ini:
Berdasarkan penghasilan komunitas BMI mereka lebih banyak memiliki pengahsilan rata-rata
Rp.300.000 sampai dengan Rp.600.000 perbulannya. Gambaran penghasilan mereka sebagai
berikut:
5
81
3 10
133
28 37
17 7 7 7
1
15
2 7
18
40 48
55
25
59 55
14 7
22
10 9
29
4
ORONGGERISAK
TETE BATU LINGKUNGDAYA
LINGKUNGLAUK
KEMBANGSERI
PEKERJAAN KOMUNITAS BMI
PEKERJAAN PETANI PEKERJAAN BURUH TANI PEKERJAAN PEDAGANG
PEKERJAAN BURUH LEPAS PEKERJAAN IRT PEKERJAAN PETERNAK
PEKERJAAN LAINNYA
67
3
34 48
22
158
85
66 64 54
18
38
6
39 40
63
79
42
19
ORONGGERISAK
TETE BATU LINGKUNGDAYA
LINGKUNGLAUK
KEMBANGSERI
PENGHASILAN KOMUNITAS BMI
PENDAPATAN <300000 PENDAPATAN 300,000-600,000
PENDAPATAN 600,000-1,000,000 PENDAPATAN <1,000,000
10
B. Kondisi Sumber Daya Alam
1. Potensi Pertanian dan Perkebunan
Desa Tetebatu merupakan daerah di dataran tinggi dengan jenis tanah yang berpasir dan
berwarna hitam keabu-abuan. Adapun pembagian wiayah menurut penggunaannya adalah
sebagai berikut :
Tabel 7.1 Luas wilayah menurut penggunaan
Wilayah Luas
Pemukiman 3.401 ha / m2
Persawahan 386 ha / m2
Perkebunan 280 ha / m2
Kuburan 1,8 ha / m2
Perkarangan 4.021 ha / m2
Taman - ha / m2
Perkantoran 800 ha / m2
Prasarana umum lainnya 6 ha / m2
Total Luas Wilayah 8.095,8 ha / m2
Kepemilikan lahan pertanian dan perkebunan oleh masyarakat asli di Tetebatu sanagat
sedikit karena banyak dikuasai oleh orang dari luar desa seperti Kotaraja, Tuan Guru Bodak (48
Ha), Tuan Guru Sundak dan lainnya. Hal ini berakibat kepada mata pencaharian warga banyak
menjadi buruh tani dan buruh ternak.
Komuditas lokal dan jenis tanaman yang banyak ditanam di lahan pertanian adalah
tembakau, cabe, jagung, padi dan kacang tanah. Untuk cabai warga mulai menanam sekitar
tahun 2013 yang merupakan buah hasil pembelajaran mereka sesama TKI di Malaysia yang
diterapkan di kampung halaman.
Untuk komoditas hasil perkebunan yang banyak adalah pisang, durian, advokad, kopi,
cengkeh dan nangka.
a) Komoditas perkebunan
NO KOMODITAS HASIL PRODUKSI/PENGOLAHAN TANTANGAN
PENGEMBANGAN USAHA
1 Pisang Pisang goring, kripik, pisang sale, kolek,
dodol, kue, molen
Penyakit menceret kerap
menyerang, cepat busuk/rusak,
minimnya tempat pemasaran,
minim skill pengelolaan
2 Alfukat Juice, kosmetik Musiman, pengetahuan
pengelolaan buah alfukat
kurang,cepat busuk
3 Durian Juice, es buah, kolek, bijinya jadi kerepek Tidak yahan lama, musiman,
menceret, terganggu monyet
11
4 Kelapa Es, santen, minyak, sapu, topat, daunnya
jadi hiasan, sapu lidi, bahan bangunan,
keset, biscuit
5 Bambu Bahan anyaman, rembaungnya jadi sayur,
pohonnya bisa jadi tali
Skill membuat anyaman yang
lebih nerkwalistas minim
6 Pakis Sayuran Musim kemarau yang
menyulitkannya tumbuh dan
berkembang
7 Mangga Rujak, juice Musiman, cepat busuk dan skill
pengelolaannya
8 Manggis Juice, kosmetik, rujak Musiman dan cepat busuk
9 Pepaya Kosmetik, slae, rujak, es, sayuran Kemampuan/skill pengelolaan
minim, cepat busuk
10 Nangka Sayuran, es, Juice, kolek Minimmnya kemampuan
pengelolaan, akses pasar cukup
jauh,
b) Komoditas Pertanian
NO KOMODITAS HASIL PRODUKSI/PENGOLAHAN TANTANGAN
PENGEMBANGAN USAHA
1 Kacang
panjang
Sayuran,
2 Cabe Sambel, saos Biaya banyak, lahan minim,
pengetahuan kurang
3 Tomat Juice, sambal, saos, obat Tidak tahan lama, harganya
relative murah
4 Kol Sayuran, pelengkap tahu isi Kurangnya tata tanam, akses pasar
jauh, pengetahuan pengolahan
selain sayur minim
5 Kecipir Sayuran dan biji jadi snack Minim peminat, kurang pasaran
6 Kangkung Sayuran, pecel, plecing, makanan bebek Kurang lahan tempat tanam
7 Kentang Keripik, sayuran Skill penanaman dan pengolahan
minim
8 Wortel Sayur, obat, Juice Minim pengetahuan tata cara
penanaman, skill pengelohan dan
akses pasar
9 Keladi Kerepek, sayur Dianggap tanaman pelengkap, skill
pengelolaan minim
10 Jepang Sayuran, pengganti nasi, kosmetik Akses pasar untuk kosmetik tidak
tahu, alat produksi tak ada, tidak
ada pelatihan pengelolaan buah
jepang
2. Potensi Peternakan dan budidaya
Untuk potensi ternak di Desa Tetebatu, sebagian besar keluarga beternak sapi. Ternak
sapi ini dianggap sebagai investasi atau sejenis tabungan keluarga. Ternak sapi ini bisa
dikembangkan secara maksimal oleh masyarakat karena dari sisi keamanan sangat
memungkinkan. Didukung dengan ketersediaan pakan ternak sendiri sangat mudah didapat.
Pakan ternak yang dikembangkan jenis rumput gajah. Rumput gajah ditanam dengan
memanfaatkan lahan di sekitar pingir sungai, pematang sawah, pinggir jalan dan kebun.
12
Sedangkan untuk ternak kecil dikembangkan jenis ayam kampung dan bebek. Adapun jenis
populasi ternak di Desa Tetebatu dapat dilihat seperti tabel di bawah ini:
Tabel 7.2 Jenis populasi ternak
Jenis Ternak Jumlah Pemilik Perkiraan Jumlah
Populasi
Sapi 300 orang 606 ekor
Ayam kampung 250 orang 1.500 ekor
Bebek 20 orang 250 ekor
Ayam potong 15 orang 20.000 ekor
a) Budi Daya Dan Peternakan
NO KOMODITAS HASIL PRODUKSI/PENGOLAHAN TANTANGAN PENGEMBANGAN
USAHA
1 Ayam Lauk, kotorannya jadi pupuk Minim penegtahuan dalam pengelolaan
akibatnya merigi, bau kotoran
dikeluhkan masyarakat
2 Sapi Lauk, pupuk, bio gas, pentol, Bibit unggul kurang, masih menunggu
bantuan pemerintah, tidak sesuai
dengan kondisi cuaca, kotoran yang
dibuang diparit dikeluhkan masyarakat
3 Kambing Lauk, pupuk, bio gas Bibit unggul kurang, masih menunggu
bantuan pemerintah, tidak sesuai
dengan kondisi cuaca, kotoran yang
dibuang diparit dikeluhkan masyarakat
4 Itik Lauk/lalapan, telur Lingkungan kotor akibat kotorannya,
biaya budi daya lebih tinggi dari
penghasilan, peminat makan daging
minim
5 Ikan Lauk/lalapan, Kondisi air yang tidak menetap, skill
budi daya minim, anggapan masih kerja
sampingan, kondisi air yang kotor
akibat kotoran ternak
6 Lele Lauk/lalapan, Kondisi air yang tidak menetap, skill
budi daya minim, anggapan masih kerja
sampingan, kondisi air yang kotor
akibat kotoran ternak
7 Jamur Sate, crispy, sup, sayur Biaya produksi tinggi, skill budi daya
kurang
3. Potensi Wisata
Salah satu potensi yang dimiliki oleh Desa Tetebatu adalah potensi wisata. Destinasi
wisata Desa Tetebatu merupakan desa yang berbatasan langsung dengan TNGR. Sehingga
potensi ini menjadi incaran wisatawan lokal maupun asing untuk berkunjung di sana.
13
Potensi wisata yang banyak diincar oleh para wisatawan asing di desa ini antara lain
adalah areal persawahan, areal hutan, air terjun, prosesing kopi tradisional, areal perbukitan dan
masih banyak lagi hal lain yang bisa menjadi objek promosi wisata di Desa Tetebatu.
Dan penunjang wisata yang berkunjung ke Desa Tetabatu, banyak warga sudah mulai
menyiapkan penginapan home stay dan warung tempat mereka makan minum. Akan tetapi satu
hal yang belum ada di desa ini sebagai pelengkap kebutuhan wisatawan yaitu oleh-oleh khas
Tetebatu. Untuk itu pada setiap kesempatan diskusi keinginan ini sering muncul dari kader,
pemuda dan penggiat wisata di desa ini.
C. Kondisi Infrasutruktur
Adapun kondisi infrastruktur yang terutama sekali adalah jalan yang kondisinya sebagian
sangat memperihatinkan apalagi sewaktu hujan besar jalan-jalan yang menghubungkan antar dusun
ke dusun ini akan beralih menjadi sungai dan menghanyautkan banyak sampah, tanah dan batu.
Tabel 8.1 Kondisi Infrastruktur Desa Tetebatu
No Fisik Jumlah Kondisi
1 Gedung Kantor Desa 1 Unit Baik
2 Jalan Kabupaten 1 Km Baik
3 Home stay/hotel 12 Buah Baik
4 Pos Kamling 5 Unit Baik
5 Masjid 5 Buah Baik
6 Mushalla 15 Buah Baik
7 Lapangan Voly 1 Unit Baik
8 Meja Pingpong 1 Unit Baik
9 Puskesmas Pembantu 1 Buah Baik
10 Posyandu 7 Buah Baik
11 Gedung SLTP 1 Buah Baik
12 Gedung SD / Sederajat 5 Buah Baik
13 Gedung TK/PAUD 4 Buah Baik
14 Perpustakaan Desa 1 Buah Baik
15 Mata Air 5 unit Baik
16 MCK Umum 8 Unit Baik
17 jamban keluarga 110 KK Baik
14
D. Kondisi Sosial Budaya
Berbicara social issue dan budaya yang terkenal di desa ini adalah tingginya angka
pernikahan di bawah umur. Dan yang marak terjadi di sekitar dusun yang langsung berbatasan
dengan TNGR yakni Orong Gerisak, Lingkung Daya dan Kembang Seri. Dusun Kembang Seri
menyumbang angka pernikahan di bawah umur paling tinggi sekaligus penyumbang janda muda
terbanyak. Menurut kajian yang kami lakukan di warga ada beberapa alasan kenapa anak-anak
banyak menikah dan dinikahkan oleh orang tuanya ketika masih belum cukup umur:
1. Adanya ketakutan dicap tidak laku dan menjadi perawan tua;
2. Tidak mampu memenuhi kebutuan sehari-hari;
3. Angka putus sekolah dan tidak melanjutkan sekolah yang cukup tinggi;
4. Orang tua atau salah satu orang tua menjadi TKI sehingga berimbas pada kurangnya perhatian
yang mereka peroleh;
5. Agar tanggung jawab secepat mungkin berpindah pada orang lain;
6. Adanya anggapan ini adalah trend;
7. Faktor suhu pegunungan yang dingin juga bagian menjadi pemicunya.
Di samping tingginya angka pernikahan di bawah umur di Desa Tetebatu, ada juga
beberapa permaslahan sosial yang lain yang banyak timbul di desa ini anatara lain:
1. Tingginya angka perceraian;
2. Tingginya angka putus sekolah;
3. Banyak dijumpai perempuan di desa ini menikah dari 3 sampai 6 kali;
4. Angka perselingkuhan istri para pelaku migrasi cukup banyak;
5. Anak menjadi kepala keluarga;
6. Adanaya persainagan yang tidak sehat antara anak TKI dalam hal kepemilikan HP dan motor.
Berbicara budaya warga Tetebatu masih memegang adat istiadat yang biasa dipakai
terutama dalam hal pernikahan dan penyambutan tamu. Hal ini dibuktikan dengan adanya lembaga
adat yang diberi nama “Sugeng Rauh”, yang mana tokoh adatnya berfungsi untuk menjalankan
segala proses pernikahan seperti besejati, nyelabar, sorong serah aji krama dan lainnya. Untuk
penyambutan tamu tokoh adat juga difungsikan untuk memakaikan tamu baju adat Sasak, diarak
dengan gendang bleq, peresean, menari tarian Sasak dan begibung.
Maka yang menjadi bagian penting dari program ini adalah bagaiamana menjamin
keluarga TKI aman dan sejahtera terutama sekali anak-anak TKI yang ditinggalkan yang jumlah
begitu banyak. Di bawah ini digambarkan jumlah anak Komunitas BMI di Desa Tetebatu:
15
E. Kehidupan Sosial Perempuan
Melihat perspektif gender di Desa Tetebatu dari kacamata kesetaraan gender, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa :
1) Relasi perempuan dengan laki di level keluarga dan masyarakat
Relasi antara laki dan perempuan hampir tidak memiliki sekat namum sering kali beban kerja
bagi perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki, karena selain bekerja di dalam
rumah perempuan juga dituntut untuk bekerja di luar rumah yaitu di sawah dan ladang untuk
membantu pekerjaan suami dan keluarga mereka. Di sektor pertanian misalnya, selain
menyiapkan masakan untuk keluarga perempuan juga dituntut untuk menyiangi dan mengairi
sawah bahkan sampai mengangkut beban berat dari sawah ke rumah. Atau di sektor peternkan
misalnya perempuan harus mengambil rumput di hutan untuk makanan ternak dan dipikul
sendiri.
2) Akses dan partisipasi dalam Pembangunan Desa
Masyarakat Desa Tetebatu lebih cendrung memilih laki-laki dari pada perempuan dalam segala
posisi disebabkan karena faktor geografis Desa Tetebatu yang terhitung jauh dari pusat
kecamatan atau kabupaten, kondisi lahan yang sangat miring, berbatasan langsung dengan hutan
lindung dan TNGR serta perempuan menganggap dirinya tidak begitu penting atau layak
menduduki posisi tersebut. Kondisi tersbut menyebabkan perempuan hanya memiliki peranan di
masyarakat atau di desa pada persoalan domistik, dan sebagian berkiprah dalam pelayanan
681
366
293
511
98
386
211 180
251
172
295
155 113
260
98
ORONGGERISAK
TETE BATU LINGKUNGDAYA
LINGKUNGLAUK
KEMBANGSERI
ANAK DALAM TANGGUNGAN
ANAK DALAM TANGGUNGAN TOTAL ANAK DALAM TANGGUNGAN PR
ANAK DALAM TANGGUNGAN L
16
Posyandu. Sehingga tidak satupun perempuan yang menjabat pada struktural pemerintahan
desa. Posisi strategis yang bisa di tempati oleh perempuan di desa atau di masyarakat adalah
sebagai pengurus PKK. Kaur Keuangan di kantor desa dan sebagai seksi konsumsi atau
bendahara di setiap kepengurusan.
3) Kebijakan dalam Rumah Tangga
Profesi yang dilakoni warga Desa Tetebatu sangat beragam, ada yang sebagai petani, buruh
tani, peternak, buruh ternak, pelaku wisata dan lain-lain. Dengan keberagaman profesi tersebut
tidak menjadi batasan bagi masyarakat untuk menjalin hubungan antara yang satu dengan yang
lainnya. Tetapi jika ditinjau dalam keluarga misalnya relasi antara laki dan perempuan bagi
masyarakat Desa Tetebatu masih lebih mendominasi laki-laki dari pada perempuan. Misalnya
dalam pengaturan rumah tangga yang cendrung menginisiasi segala sesuatunya adalah para
lelaki.
4) Manfaat
Kecenderungan laki-laki yang lebih banyak terlibat daripada perempuan sangat berdampak
positif terhadap laki-laki, misalnya dalam struktur pemerintahan atau kelembagaan lebih
dominan laki-laki yang menjadi pengurus dibanding dengan perempuan.
F. Pemerintahan dan Kelembagaan Desa
Desa merupakan sebuah wilayah administratif yang berada di bawah tingkat kecamatan,
yang terdiri dari beberapa pemukiman kecil yang disebut dengan dusun, kampung, banjar, maupun
jorong. Menurut PP Nomor 72 tahun 2005 menyatakan bahwa desa merupakan kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah dan memiliki kewenangan untuk mengatur
serta mengurus kepentingan masyarakat setempat yang berdasarkan pada asal usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Seluruh proses pemerintahan desa dikendalikan oleh Pemerintah Desa bersama dengan
BPD, sedangkan di bagian kepemudaan ada lembaga Karang Taruna sebagai wadah aspirasi dan
bakat pemuda. Sedangkan untuk gerakan kaum perempuan ada PKK dan sebagai Kader Posyandu
yang mana jumlah pengurus PKK di Desa Tetebatu sebanyak 34 orang dan Kader Posyandu
sebanyak 30 orang.
Dalam pelaksanaan pelayanan pemerinthana di desa, Kepala Desa dibantu oleh Sekertaris
Desa (Sekdes) dan 6 Kepala Urusan (Kaur) dengan fungsi yang berbeda-beda. Dan ada 5 orang
Kepala Dusun yang membantu Kepala Desa untuk menyelenggarakan tugas kepemimpinannya.
Dalam rangka menjalanakan pemerintahan dan pelayanan terhadap masyarakat fungsi
pemerintah dan lembaga desa memiliki fungsi dan tugas sebagai berikut:
1. Kepala Desa
17
Kepala Desa merupakan orang yang berkedudukan sebagai kepala pemerintah di desa.
Kedudukan Kepala Desa berada langsung di bawah Bupati dan ia bertanggung jawab kepada
Bupati melalui camat. Fungsi dan tugas dari Kepala Desa adalah memimpin
penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan desa.
Berikut adalah nama-nama Kepala Desa yang pernah menjabat di Desa Tetebatu:
1. Amaq Masri (1969)
2. Sahnan (1970-1972)
3. Amit (1974-1977)
4. Nyonya Surdini Sueno (1978-1982)
5. Muhammad (Plt 1982-1983)
6. Medal (1984-1992)
7. Subki Mansur(1992-2000)
8. Hizbullah (Plt 2000-2001)
9. Junaidi (2001-2012)
10. Ahmad Ajidi (2012-sekarang)
2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
BPD merupakan suatu lembaga tingkat desa yang anggotanya terdiri dari Ketua Rukun
Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama, serta tokoh atau pemuka
masyarakat lainnya. Anggota BPD merupakan wakil dari penduduk desa yang bersangkutan
yang dipilih dalam musyawarah mufakat dengan masa jabatan dari anggota BPD adalah 6
tahun. Fungsi BPD yaitu menetapkan peraturan desa bersama dengan Kepala Desa dan
menampung serta menyalurkan aspirasi masyarakat.
3. Sekretaris Desa (Sekdes)
Kedudukan dari Sekretaris Desa adalah sebagai unsur staf yang membantu Kepala Desa serta
memimpin sekretariat desa. Adapun tugas utama dari seorang Sekretaris Desa adalah
membantu tugas Kepala Desa dalam melaksanakan tugas-tugas ketatausahaan yang meliputi
administrasi, kepegawaian, keuangan, umum, perlengkapan, perencanaan, evaluasi, serta
laporan.
4. Kepala Urusan (Kaur)
Kepala urusan berfungsi untuk membantu kerja-kerja Kepala Desa dan sekertaris desa dalam
penyelenggaraan pemerintahan di desa adapun kepala urusan tersebut antara laian: KAUR
pemerintahan, kaur umum, kaur trantib, kaur pembangunan, kaur keuangan, kaur kesra.
5. Kepala Dusun (Kadus)
18
Kedudukan Kepala Dusun adalah sebagai unsur kewilayahan yang membantu pelaksanaan
tugas dari Kepala Desa di lingkup kerjanya. Adapun tugas dari Kepala Dusun adalah
membantu Kepala Desa dalam menjalankan kebijakan serta kegiatan di bidang
pemerintahan, ketentraman dan ketertiban, pembangunan, serta kemasyarakatan.
Adapun Kepala Dusun saat ini semunya merupkan pejabat sementara, sambil menunggu
aturan yang jelas tentang pengangkatan Kadus, ke-5 orang kadus tersebut ialah:
1. Kadus Tetebatu : Denan
2. Kadus Orong Gerisak : Muhajar
3. Kadus Lingkung Lauk : H. Adnin said
4. Kadus Lingkung Daye : Atharuddin
5. Kadus Kembang Seri : Aq Rendi
6. Lembaga Kemasyarakatan Desa
Selain Pemerintah Desa dan BPD, ada satu lagi lembaga yang juga berperan penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa. Lembaga tersebut adalah lembaga kemasyarakatan.
Lembaga non-pemerintah ini dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan. Lembaga kemasyarakatan berfungsi sebagai pendukung Pemerintah Desa.
Tugasnya adalah membantu Pemerintah Desa dalam menyelenggarakan pemerintahan desa.
7. Karang Taruna
Karang Taruna merupakan wadah bagi generasi muda untuk mengekspresikan jiwa
mudanya. Karang Taruna di Desa Tetebatu bernama Karang Taruna XXXXX.
8. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu)
Posyandu dibedakan menjadi dua yaitu Posyandu Balita dan Posyandu Lansia. Kegiatannya
meliputi penimbangan rutin bagi balita dan lansia, pemberian makanan tambahan bagi balita
dan lansia, penyuluhan kesehatan bagi balita dan lansia.
9. Tim Penggerak PKK
Tim Penggerak PKK Desa mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa dan merupakan
mitra dalam pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga seperti menggali,
menggerakan dan mengembangkan potensi masyarakat, khususnya keluarga untuk
meningkatkan kesejahteraan keluarga sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan.
Untuk menunjang kerja-kerja team penggerak PKK di Desa Tetebatu terdapat 34 pengurus
dan anggota ikut tergabung di organisasi ini. Adapun komposisi pengurus intinya yaitu:
Ketua : Hatmawini
19
Wakil : Baitul Izza
Sekretaris : Nurhayati
Bendahara : Tutik Mariati
10. RT dan RW
Kepala Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) mempunyai tugas membantu
Pemerintah Desa dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan. RT dan RW dalam
melaksanakan tugasnya mempunyai fungsi:
Pendataan kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan lainnya;
Pemeliharaan keamanan, ketertiban dan kerukunan hidup antar warga;
Pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi
dan swadaya murni masyarakat;
Penggerak swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat di wilayahnya.
20
BAB IV
SEJARAH MIGRASI
A. Peletak Sejarah Migrasi
Migrasi di Tetebatu berawal sekitar tahun 1980-an, adapun orang yang pertama kali
bermigrasi di desa ini adalah Amaq Mulyasih yang berangkat sekitar pada tahun 1982. Kemudian
setelah itu ia menjadi perekrut TKI di desanya. Salah satu TKI yang direkrut adalah Amaq
Karyawanto dari Dusun Lingkung Daye, dia berangkat sebagai tenaga kerja pada saat itu
menggunkan jalur undocuments (Illegal). Dia berangkat melalui jalur laut dengan rute Lembar
menuju Surabaya, dari Surabaya menuju Bengkalis dengan estimasi biaya Rp.150,000,-. Biaya
tersebut diperoleh dengan cara berhutang di tetangga. Di Bengaklis Amaq Karyawanto ditampung
selama 20 hari, kemudian dia diselundupkan ke Malaysia Barat dan bekerja di sektor perkebunan
kelapa sawit.
Setelah masyarakat menegetahui bahwa bekerja di Malaysia cukup menjanjikan baik lewat
warga yang sudah pergi dan bujuk rayu tekong yang sudah mulai bergantayangan pada tahun 1990-
an, akhirnya wargapun banyak yang berbondong-bondong berangkat ke Malaysia baik yang
menggunakan jalur perseorangan, jalur illegal maupun jalur tekong/PJTKI.
Dari hasil pendataan yang dilakukan ADBMI & Friends di Desa Tetebatu, bisa dilihat pada
chart di bawah ini.
Sumber : Pendataan TKI ADBMI Tahun 2016
Dengan
B. Time Line Migrasi
Kemudian untuk beberapa TKI dan prosesnya kami gambarkan melalui table berikut ini
173
104 101
59
125
165
103 94
54
116
8 1 7 5 9
ORONGGERISAK
TETE BATU LINGKUNGDAYA
LINGKUNGLAUK
KEMBANGSERI
JUMLAH TKI
TKI T TKI L TKI P
21
No Nama Tahun Negara tujuan Hasil Jalur Proses
1 Aq Mulyasih 1982 Malaysia Gagal laut undocument
2 Aq Karyanto 1983-
1987
Malaysia Gagal Laut Undocument
3 Muliah 1987 Malaysia Buat rumah, beli helr,
usaha tembakau
Laut Undocument
4 Ruhul qudus 1993 Malaysia Gagal Laut Undocument
5 Sumaedi 1994 Malaysia Gagal Laut Undocument
6 Taprudin 2000 Malaysia Buat rumah, bayar
hutang, kembalikan
sawah
pesawat berdocument
7 Nasrudin 1995-
2016
Malaysia Gagal Pesawat Document +
undocument
8 Sakiyah
(tkw)
2006 Saudi Arabia Buat rumah dan naik haji Pesawat Document
9 Irsan (TKW) 2008-
2016
Saudi Arabia Buat rumah & beli sawah Pesawat Document
10 Harianti
(TKW)
2015 Malaysia Bayar hutang pesawat Document
C. Faktor Penyebab Bermigrasi
Faktor warga bermigrasi ke luar negeri, cukup dikatakan seragam yaitu faktor ekonomi
yang tak mendukung di daerah sendiri, akan tetapi ada beberpa faktor lain juga yang kemudian
membuat warga bermigrasi dari periode perdana ke periode selanjutnya antara lain:
1. Mencari penghasilan yang cukup besar;
2. Perceraian (single parent);
3. Mencari modal usaha;
4. Ingin membuat rumah;
5. Terlilit hutang;
6. Ingin menyekolahkan anak;
7. Kepemilikan lahan pertanian yang semakin berkurang dan lebih banyak dikuasai oleh orang
dari luar desa sehingga menuntut mereka menjadi buruh di desa sendiri;
8. Cerita-cerita keberhasilan keluarga, tetangga, sahabat bahkan bujuk rayu tekong;
9. Faktor tidak lulus kuliah dan sekolah;
10. Malaysia saat itu menjadi primadona tujuan migrasi dan tidak ada informasi tentang negara lain
tujuan migrasi.
22
11. Gagal panen/hasil pertanian tidak menjanjikan terutama tanaman pertanian.
D. Biaya Migrasi
Bermigrasi ke luar negeri tidak terlepas dari biaya keberangkatan dan persiapan, dilihat dari
periode yang satu k periode yang lainnya tentunya bebeda-beda, dari beberapa warga desa Tetebatu
yang kami jumpai bahwasanya biaya bermigrasi pada periode perdana pada tahun 1980-an berkisar
pada angka Rp.100.0000 sampai dengan Rp.150.000. Dan dengan rute migrasi melalui jalur darat
dan laut. Berbeda dengan pada tahun 1990-an mencapai Rp.200.000 ketika menggunakan jalur laut
dan berkisar Rp.2.000.000 sampai dengan Rp.2.500.000 dengan menggunakan pesawat terbang.
Pada periode berikutnya kisarana tahun 2000-an biaya migrasi semakin mahal, kalau menggunakan
pesawat terbang biaya bermigrasi menyasar pada angka Rp.3.000.000 sampai dengan Rp.3.500.000,
sedangkan untuk jalur darat dan lautan berkisar pada angka Rp.1.000.000.
Sedangakan sumbernya pembiayaan bermigrasi dari masa ke masa relative masih sama
yaitu dengan menjual/menggadai asset yang dimiliki seperti menjual sapi, menggadai sawah,
berhutang terkadang juga ada yang minjam sama keluarga ataupun tetangga. Akan tetapi ketika
meminjam harus mengembalikan dalam jumlah yang lebih. Akibatnya remittance yang dikirim ke
keluarga habis dipakai untuk membayar hutang dan sepulangnya tidak menjumapai sedikitpun hasil
yang diperoleh dari ber-TKI.
E. Proses dan Jalur Migrasi
Proses yang banyak dipakai oleh warga bermigrasi dari periode ke periode antara lain:
perseorangan, illegal (gelap), melancong dan jalur resmi melalui PPTKIS. Tetapi pada periode
perdana banayak di anatara warga yang memilih jalur gelap/undocuments, tidak memikirkan resiko
karena masih pada saat itu tidak terlalu ketat dan juga masih belum bergentayangannya tekong-
tekong ke pelosok desa.
Adapun jalur yang dipakai warga bermigrasi pada periode perdana adalah dengan
menggunakan jalur darat dan laut sehingga membutuhkan beberapa hari sampai 1 minggu di tengah
laut. Lalu kemudian pada periode 1990-an para TKI sudah ada yang menggunakan pesawat. Rute
yang ditempuh mana kala TKI bermigrasi dengan menggunakan jalur laut yaitu: Tetebatu-Lembar-
Tanjung Periuk, Jakarta-Malaysia Barat. Ada juga jalur yang lain: Tetebatu-Lembar-Padang Bae-
Jember-Jakarta Utara-Tanjung Pinang.
F. Perubahan Pasca Migrasi
Migrasi ke luar negeri ternyata banyak menimbulkan perubahan di tengah masyarakat ketika
para pahlawan devisa itu balik dari negeri jiran, perubahan-perubahan tersebut bisa saja bertahan
23
dalam waktu yang pendek maupun dalam jangka waktu yang panjang. Di antara perubahan yang
dibawa oleh pahlawan devisa tersebut yaitu perubahan gaya penampilan berpakaian, bahasa, dan
arsitektur rumah. Ada juga perubahan cara tanam dan variasi tanaman seperti sudah mulainya para
mantan pahlawan devisa ini menanam cabai yang konon katanya mereka diajarkan para TKI dari
kawasan timur seperti Suralaga, Wanasaba dan Pringgabaya. Perubahan prilaku, dari yang sering
masuk hutan dan melakukan perusakan, sekarang tidak lagi mereka dilakukan. Ada juga kepemilikan
motor yang hampir setiap rumah di kawasan ini punya 1 sampai dengan 3 motor, dari yang gagap
teknologi sekarang sudah mulai memanfaatkan teknologi. Bukan saja HP akan tetapi komputer juga
dan sudah bisa mengakses internet. Rata-rata mereka semua aktif di jejaring sosial seperti Facebook.
G. Ukuran Kesuksesan Migrasi
Indikator kesuksesan warga dalam bermigrasi tergolong masih klasik artinya masih tidak
jauh beda dengan indikator kesuksesan pada awal-awal bermigrasi. Beberapa indikator kesuksesan
yang kami bisa rangkum dari kunjungan warga dan diskusi komunitas antara lain:
1. Dapat membangun rumah;
2. Bisa membeli dan mengganti motor bahkan ada yang sudah membeli mobil;
3. Mampu membeli dan gonta ganti HP canggih;
4. Dapat menyekolahkan anaknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi;
5. Dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari;
6. Sebagian kecil sudah bisa membuka usaha berinvestasi (investasi ternak, tanah dll);
7. Dapat melunasi hutang;
8. Menyewa lahan pertanian;
9. Mencari modal untuk menikah (bagi yang muda).
H. Pandangan Umum Masyarakat Terhadap Buruh Migran Perempuan (TKW)
Pandangan umum masyarakat terhadap buruh migran perempuan atau Tenaga Kerja Wanita
(TKW). Dari data jumlah TKI/TKW yang dirilis di atas sangat jelas sekali jumlah TKW hanya 30
dan buruh migran laki-laki sebanyak 532 orang dari jumlah keseluruhan 562 orang TKI di Desa
Tetebatu. Ternyata hal ini sangat dipengaruhi oleh cara pandang masyarakat kepada perempuan
bahwa:
a) Perempuan kurang baik apabila bepergian sendiri apalagi jauh walaupun itu untuk mencari
nafkah, karena perempuan adalah tulang rusuk bukan tulang punggung.
b) Perempuan masih dianggap sebelah mata oleh warga ketika melihat dan mengetahui adanya
TKI Perempuan, karena image yang berkembang ketika mereka di negeri tujuan paling jual
diri atau diistilahkan bisok botol yang artinya mencuci botol. Sehingga warga tidak
memberikan izin terhadap perempaun yang ingin bermigrasi.
24
c) Perempuan cenderung berpotensi mendapatkan kekerasan sehingga warga khawatir kalau
terjadi yang tidak diinginkan pada keluarga perempuannya yang menjadi buruh migran.
25
BAB V
KEMISKINAN
Kemiskinan merupakan masalah yang muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak
mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup
tertentu. Kemiskinan hampir melanda setiap desa yang ada di Lombok Timur baik yang di daerah subur
yang kaya dengan potensi sumber daya alamnya maupun daerah yang kering dan tidak banyak potensi
sumber daya alamnya. Demikian juga yang terjadi di daerah kaki Gunung Rinjani yakni Desa Tetebatu
yang melimpah ruah akan potensi sumber daya alamnya. Akan tetapi cukup banyak waraganya yang
juga memilih menjadi TKI ke luar negeri untuk menyambung hidup diri dan keluarganya. Untuk itu
target program ini adalah mereka yang tergolong miskin dari keluarga TKI dengan berbagai indikator
kemiskinan yang telah disepakati dalam lokakarya dan dihimpun dari diskusi komunitas I dan II yang
diadakan oleh Konsorsium ADBMI & Friends.
Berbicara indikator kemiskinan di setiap lembaga baik pemerintah maupun non pemerintah ada
saja perbedaan. Berikut ini akan dipaparkan indikator kemiskinan menurut beberapa lembaga dan
perbandingannya menurut masyarakat sendiri yang diambil dari hasil diskusi-diskusi dan lokakarya
yang dilakukan dalam rangka menentukan penerima manfaat dari kalangan komunitas buruh migran.
Indikator utama kemiskinan menurut BAPPENAS dapat dilihat dari:
1) kurangnya pangan, sandang dan perumahan yang tidak layak
2) terbatasnya kepemilikan tanah dan alat-alat produktif
3) kuranya kemampuan membaca dan menulis
4) kurangnya jaminan dan kesejahteraan hidup
5) kerentanan dan keterpurukan dalam bidang sosial dan ekonomi
6) ketakberdayaan atau daya tawar yang rendah
7) akses terhadap ilmu pengetahuan yang terbatas.
Menurut Bank Dunia indikator kemiskinan yaitu:
1) kepemilikan tanah dan modal yang terbatas
2) terbatasnya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, pembangunan yang biaskota
3) perbedaan kesempatan di antara anggota masyarakat
4) perbedaan sumber daya manusia dan sektor ekonomi
5) rendahnya produktivitas
6) budaya hidup yang jelek
7) tata pemerintahan yang buruk
8) dan pengelolaan sumber daya alam yang berlebihan
26
BPS mengartikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar minimum
kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan maupun non-makanan. Dari sisi makanan, BPS
menggunakan indikator yang direkomendasikan oleh Widyakara Pangan dan Gizi tahun 1998 yaitu
kebutuhan gizi 2.100 kalori per orang per hari, sedangkan dari sisi kebutuhan non-makanan tidak hanya
terbatas pada sandang dan papan melainkan termasuk pendidikan dan kesehatan. Model ini pada intinya
membandingkan tingkat konsumsi penduduk dengan suatu garis kemiskinan (GK), yaitu jumlah rupiah
untuk konsumsi per orang per bulan. Sedangkan data yang digunakan adalah data makro hasil Survei
Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas).
Dalam kehidupan masyarakat yang tergolong penduduk miskin berdasarkan kemampuannya
memenuhi kebutuhan hidupnya, menurut Badan Pusat Statistik:
1) Penduduk dikatakan sangat miskin apabila kemampuan memenuhi konsumsi makanan hanya
mencapai 900/kalori/orang/hari ditambah kebutuhan dasar atau setara dengan Rp.
120.000/orang/hari.
2) Penduduk dikatakan miskin apabila kemampuan memenuhi konsumsi makanan hanya mencapai
antara 1900/2100 kalori/orang/hari ditambah kebutuhan dasar atau setara dengan Rp. 120.000-Rp.
150.000/orang/bulan. Penduduk dikatakan mendekati miskin apabila kemampuan memenuhi
konsumsi makanan hanya mencapai 2100/23000 kalori/orang/hari dan kebutuhan dasar atau setara
dengan Rp. 150.000-Rp. 175.000/orang/bulan.
Menurut versi masyarakat, dari hasil diskusi komunitas dan lokakarya desa, kemiskinan itu adalah
sebagai berikut:
1) Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah dinding pakai bamboo/kayu
2) Tidak memiliki fasilitas tempat pembuangan air besar/WC
3) Luas lantai tempat tinggal 8 m2
4) Sumber penerangan tidak menggunakan listrik
5) Sumber mata air minum dari sumur/mata air tidak terlindungi/air terjun
6) Memasak menggunakan kayu arang/minyak tanah
7) Konsumsi daging/susu 1 x seminggu
8) Memiliki 1 stel pakain baru dalam setahun
9) Makan satu/dua kali sehari
10) Tidak sanggup berobat ke puskesmas/klinik
11) Sumber pengahsilannya dari bertani dengan luas lahan 0,5 Ha, buruh tani, buruh ternak, buruh
bangunan, buruh perkebunan dan pengahasilannya di bawah Rp.600.000 perbulan
12) Pendidikan KK tidak tamat SD/tidak sekolah/hanya sampai SD
13) tidak memilik tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp.500.000 seperti sepeda motor,
emas, ternak, dll.
28
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Jika dilihat berdasarkan analisa SWOT, data dan fakta yang tersaji pada bab–bab sebelumnya dapat
ditarik kesimpulan seperti tabel di bawah ini :
No Strengths
(Kekuatan) Weaknesses
(Kelemahan) Opportunity
(Peluang) Threats
(Ancaman)
1 Kemiskinan
a. Terdapat obyek
wisata dan
ekowisata
sebagai sumber
pendapatan
b. Adanya program
pemberdayaan
dan
pendampingan
dari NGO.
c. Terdapat home
stay dan
penginapan
d. Adanya kader-
kader muda desa
penggerak
masyarakat untuk
lebih berbedaya
a. Management
pengelolaan
remittance yang
masih rendah.
b. Minimnya
pemberdayaan
masyarakat di
level desa.
c. Kurangya inisiasi
dari masyarakat
setempat.
d. Adanya trauma
masyarkat
berkelompok dan
trauma menabung
a. Peningkatan
kapasitas
masyarkat.
b. Melakukan
pemberdayaan
masyarakat
sesuai yang diatur
dalam undang-
undang desa.
c. Munculnya wira
usaha baru.
d. Membangun
konsep
ekowisata.
a. Semakin
tingginya
tingkat
persaingan
hidup.
2 Konservasi
a. Memiliki potensi
sumber daya
alam yang cukup,
seperti hasil
hutan bukan kayu
(HHBK).
b. Desa memilki
Masyarakat Mitra
Polhut yang
membentu kerja-
kerja
perlindungan
hutan
c. Ada kelompok
penyangga hutan
yang membantu
menjaga dan
mengelola hutan
a. Sumber daya
manusia yang
masih rendah.
b. Komuditas yang
boleh
dikembangkan
kelompok
penyangga hutan
dibatasi
a. Reboisasi dan
konservasi
kawasan hutan.
b. Masyarakat
diberikan
mengelola tanah
hutan
a. Terjadinya
kekeringan dan
merosotnya
debit air.
3 Migrant
a. Jumlah warga
yang bermigrasi
cukup banyak .
b. Adanya
a. Tidak ada
pekerjaan
alternatif.
b. Tidak adanya
a. Peningkatan
kapasitas
masyarakat TKI.
a. Terjadinya
pengangguran
menyebabkan
migrasi daur
29
remitence social
dari sebagian TKI
yang memiliki
pengetahuan dan
keterampilan
yang memadai.
c. Penerima
manfaat terdata
by name by
address
pembinaan. ulang yang
terencana
b. Tuntutan
ekonomi rumah
tangga yang
terus
bertambah.
c. Persaingan
hidup
komunitas BMI
meningkat
d. Terbatasnya
penerima
manfaat
4 Gender
a. Jumlah penduduk
perempuan lebih
banyak daripada
laki-laki.
b. Terbangunnya
partisipatif
perempuan dan
laki-laki dalam
pembangunan.
c. Penerima
manfaat dari
komunitas TKI
lebih banyak
perempuan
a. Terbatasnya ide
perempuan
diterima dan di
aplikasikan
ketika dilibatkan
dalam
pembangunan
desa
b. Kurangnya
keterlibatan
perempuan secara
penuh.
c. Tufoksi
perempuan masih
dalam ranah
domistik.
a. Terbukanya
ruang dalam
menyatakan
pendapat.
b. Peran perempuan
lebih banyak
daripada laki-laki
dalam
pembangunan
desa, seperti
dalam
pelaksanaan
sensus penduuk,
pelayanan
kesehatan
(posyandu) yang
mayoritas
pengerjaanya
adalah
perempuan.
a. Terbatasnya
peran
perempuan
dalam
pengambilan
keputusan.
b. Rendahnya
minat
perempuan
dalam
pembangunan.
B. Rekomendasi
Untuk menurunkan tingkat kemiskinan kepada komunitas TKI demi tercapainya masyarakat yang
sejahtera dan peduli lingkungan, maka perlu dilaksanakan bebarapa hal sebagai rekomendasi tindak
lanjut di antaranya:
1 Kemiskinan
a. Perlu adanya pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kapasitas masyarakat yang
dilakukan oleh Pemerintah Desa secara terus menerus.
b. Pembentukan kelompok belajar dan kelompok usaha sebagai sentra ekonomi
masyarakat.
c. Dibentuknya BUMDesa beserta pengurusnya.
30
2 Konservasi
a. Diperlukan adanya awik-awik atau aturan yang mengatur tentang pelestarian lingkungan
atau kawasan hutan.
b. Meningkatkan kerjasama dengan dinas instansi terkait atau dengan pihak lain untuk
melakukan pelestarian lingkungan atau kawasan hutan.
c. Penting untuk mengelompokkan masyarakat yang mengelola kawasan hutan dengan
skema yang sesuai dengan peraturan Pemerintah dengan tujuan agar masyarakat yang
mengelola kawasan ikut aktif untuk berpartisipasi dalam menjaga dan melestarikan
kawasan hutan (eks & keluarga BMI).
3 Migrant
a. Pemerintah Desa harus pro aktif melakukan perlindungan terhadap buruh migrant
dengan memilki bagian khusus yang menangani issu buruh migrant dalam struktur
Pemerintah Desa.
b. Dieperlukan lembaga sosial desa sebagai bentuk perlindungan dan pemberdayaan
terhadap buruh migrant asal desa.
c. Diperlukan peraturan desa yang mengatur tentang perlindungan dan pemeberdayaan
buruh migrant di desa Tetebatu
4 Gender
a. Meningkatkan peran perempuan dalam semua aspek pembangunan.
b. Pemerintah Desa harus respek terhadap Program-program perlindungan dan
pemberdayaan perempuan dengan penganggaran di desa atau membangun skema kerja
sama dengan multi pihak.
c. Harus ada solusi pengurangan issu-issu sosial yang menimpa kaum perempuan .
31
BAB VII
PENUTUP
Demikian dokumen Analisa Sosial di Desa Tetebatu Kecamatan Sikur ini disusun dengan
harapan agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Tidak lupa disampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi terhadap tersusunnya dokumen ini.
Selanjutnya kritik saran dan masukan sangat diharapkan dari semua pihak agar dokumen ini
lebih sempurna karena sangat disadari bahwa dokumen kajian ini masih jauh dari sempurna.
=================================Terima Kasih===============================